kata pengantar -...

62

Upload: voanh

Post on 29-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan
Page 2: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan

pertolongan-Nya, penyusunan publikasi “Distribusi Pendapatan Kabupaten

Sumbawa Tahun 2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusunan Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa ini dimaksudkan

untuk melihat tingkat distribusi pendapatan masyarakat Kabupaten Sumbawa

tahun 2012 sampai dengan 2016. Distribusi Pendapatan merupakan salah satu

gambaran dan evaluasi mengenai pemeretaan pembangunan terutama

pembagian pendapatan masyarakat.

Kami menyadari bahwa publikasi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu kritik dan saran konstruktif untuk penyempurnaan publikasi ini di

masa mendatang sangat kami harapkan.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sampai terwujudnya

publikasi ini kami ucapkan terima kasih.

Sumbawa Besar, November 2017

DINAS KOMUNIKASI, INFORMASI DAN STATISTIK KABUPATEN SUMBAWA

K e p a l a,

Ir. H. IBRAHIM, M.Si

NIP. 19590915 198903 1 021

Page 3: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................... 4

1.3 Sistematika Penulisan........................................................................... 4

BAB II BAHAN DAN METODOLOGI........................................................................... 7

2.1 Bahan Analisis...................................................................................... 7

2.2 Konsep dan Definisi.............................................................................. 8

2.3 Metode Analisis.................................................................................... 11

2.3.1 Koefisien Gini.......................................................................... 12

2.3.2 Kurva Lorenz........................................................................... 14

2.3.3 Kriteria Bank Dunia................................................................. 16

BAB III GAMBARAN UMUM EKONOMI RUMAHTANGGA DAN DAERAH................... 18

3.1 Ekonomi Rumahtangga........................................................................ 18

3.1.1 Pengeluaran Rumah Tangga................................................... 19

3.1.2 Angka Kemiskinan................................................................... 23

3.2 Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa................................................ 26

3.2.1 Produk Domestik Regional Bruto............................................ 26

3.2.2 Struktur Ekonomi.................................................................... 29

3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi........................................................... 31

3.2.4 PDRB Per Kapita...................................................................... 34

3.2.5 Indeks Harga Implisit.............................................................. 36

Page 4: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................. 38

4.1 Perkembangan Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa.............. 38

4.2 Distribusi Pendapatan Menurut Tipe Daerah...................................... 42

4.3 Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota................................ 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 50

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 50

5.2 Saran- saran.......................................................................................... 51

LAMPIRAN....................................................................................................................... 52

Page 5: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah dapat memberikan

pembaharuan bagi negara ke arah yang lebih baik dengan peningkatan

kesejahteraan rakyat, penurunan kemiskinan serta pengangguran.

Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

pemerataan pendapatan penduduk suatu negara. Dengan demikian

pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil jika pendapatan perkapitanya

tinggi dengan distribusi pendapatan yang merata. Untuk mencapai tujuan

tersebut pemerintah melakukan pemerataan hasil pembangunan dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Tingkat pertumbuhan yang tinggi tanpa disertai pemerataan

pembangunan hanyalah menciptakan perekonomian yang lemah. Dari segi

pendidikan, Kabupaten Sumbawa masih mengalami masalah ketidakmerataan

pendidikan dengan rendahnya tingkat pendidikan di pedesaan. Rendahnya

tingkat pendidikan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas yang berakibat

pula pada rendahnya tingkat pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa

kesenjangan tingkat pendidikan akan mengakibatkan kesenjangan tingkat

pendapatan semakin besar. Pemerataan pembangunan perlu diupayakan

supaya dampak dari pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk.

Page 6: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

2

Pemerataan pendidikan dan fasilitas merupakan upaya yang dapat ditempuh

pemerintah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang

berdampak pada peningkatan pemerataan pembangunan.

Masalah besar yang saat ini dihadapi oleh hampir di seluruh Indonesia

tidak terkecuali Kabupaten Sumbawa adalah disparitas (ketimpangan) distribusi

pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi pendapatan

memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari

munculnya masalah kemiskinan. Ketimpangan distribusi pendapatan dan

kemiskinan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya sangat

dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah

penduduk akan berdampak negatif terhadap kemiskinan, terutama bagi mereka

yang sangat miskin. Sebagian besar rumah tangga miskin memiliki anggota

rumah tangga yang besar sehingga akan membuat mereka memiliki peluang

yang kecil untuk keluar dari garis kemiskinan dan gap tersebut semakin

diperburuk dengan ketimpangan pendapatan yang semakin melebar.

Membiarkan kedua masalah tersebut akan semakin memperparah kondisi

perekonomian bahkan akan menimbukan konsekuensi negatif pada kehidupan

sosial, seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.

Indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa

dalam kurun lima tahun terakhir ini selalu menunjukkan performa yang cukup

baik yaitu selalu tumbuh di atas lima persen. Hal tersebut berdampak pula pada

peningkatan level Produk Domestrik Bruto (PDRB) per kapita. Tingginya PDRB

per kapita di suatu daerah belum tentu mencerminkan meratanya distribusi

Page 7: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

3

pendapatan. Distribusi pendapatan yang tidak merata akan mengakibatkan

terjadinya disparitas. Semakin besar perbedaan pembagian hasil pembangunan,

semakin besar pula disparitas pendapatan yang terjadi. Kabupaten Sumbawa

tergolong dalam daerah yang belum terlepas dari masalah ini.

Pemerataan pendapatan merupakan upaya yang dilakukan pemerintah

agar pendapatan masyarakat dapat terbagi semerata mungkin. Pengertian

merata di sini tidak berarti bahwa semua penduduk pendapatannya dibuat

sama, tetapi lebih kepada memberikan kesempatan yang sama untuk setiap

penduduk dalam memperoleh pendapatan. Dengan demikian maka kondisi

sekelompok kecil masyarakat berpendapatan tinggi mendapat sebagaian besar

“kue” hasil pembangunan di suatu wilayah tidak terjadi.

Dalam hal ini peranan pemerintah khususnya Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumbawa sangat besar sebagai pembuat strategi dan kebijakan

dalam menciptakan distribusi pendapatan yang merata di masyarakat.

Kebijakan dan program akan menjadi sangat efektif jika dalam perumusannya

didukung oleh data-data ataupun ulasan yang berkaitan yang bisa memberikan

gambaran mengenai pemerataan pendapatan, kemiskinan dan kondisi

perekonomian Kabupaten Sumbawa. Oleh karena itu, perlu disusun sebuah

publikasi yang memuat analisis mengenai pemerataan pendapatan masyarakat

di Kabupaten Sumbawa.

Page 8: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

4

1.2. Tujuan

Secara umum penyusunan Analisis Distribusi Pendapatan di Kabupaten

Sumbawa mempunyai tujuan untuk melihat gambaran umum distribusi atau

pemerataan pendapatan di Kabupaten Sumbawa. Sedangkan secara khusus,

penyusunan Analisis Distribusi Pendapatan di Kabupaten Sumbawa mempunyai

tujuan, antara lain :

1. Menghitung besarnya tingkat distribusi pendapatan masyarakat Sumbawa.

2. Melihat gambaran dan menganalisis tingkat distribusi pendapatan

masyarakat menurut karakteristik.

3. Mengetahui distribusi pendapatan masyarakat, mulai dari kelompok

masyarakat berpendapatan rendah sampai masyarakat berpendapatan

tinggi.

4. Menganalisis masyarakat berpendapatan rendah sesuai dengan beberapa

karakteristik rumahtangga.

5. Hasil penyusunan Analisis Distribusi Pendapatan masyarakat Sumbawa dapat

dipergunakan sebagai masukan untuk menyusun langkah-langkah kebijakan

yang perlu diambil yang akan dituangkan dalam program pembangunan.

1.3. Sistematika Penulisan

Analisis Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 terdiri dari

dari 5 (lima) bab. Bab-bab tersebut membahas antara lain :

Page 9: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

5

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang dari penulisan ini dan

mengungkapkan tujuan penulisan Analisis Distribusi Pendapatan

Kabupaten Sumbawa serta sistematika penulisan dari tulisan buku ini

BAB II. BAHAN DAN METODOLOGI

Bab ini akan membahas sumber data analisis, kemudian membahas

konsep dan definisi data/indikator yang digunakan dalam penulisan buku

ini. Selain itu juga menguraikan metode-metode analisis yang akan

digunakan dalam penulisan

BAB III. GAMBARAN UMUM EKONOMI RUMAHTANGGA DAN DAERAH

Bab ini menggambarkan perekonomian rumahtangga yang ada di

Kabupaten Sumbawa. Perekonomian rumahtangga yang dibahas antara

lain besarya pengeluaran rumahtangga, konsumsi rumahtangga dan

kemiskinan yang terjadi di Kabupatan Sumbawa. Selain itu juga

membahas perekonomian daerah Kabupaten Sumbawa. Perekonomian

Daerah akan diulas masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan

pertumbuhan ekonomi.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memperlihatkan hasil hitungan distribusi pendapatan Kabupaten

Sumbawa. Selanjutnya membahas hasil hitungan yang diperoleh dari

metode yang digunakan dalam analisis distibusi pendapatan di Kabupaten

Sumbawa. Analisis distribusi pendapatan Kabupaten Sumbawa juga akan

melihat distribusi pendapatan menurut karaktristik tempat tinggal.

Page 10: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

6

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V akan menyimpulkan uraian-uraian dari bab sebelumnya yang

menjadi acuan dalam melihat gambaran tingkat kesenjangan pendapatan

masyarakat di Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya juga penyusun buku ini

memberikan saran-saran kebijakan pembangunan yang sekiranya

mendukung dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Sumbawa.

Page 11: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

7

BAB II

BAHAN DAN METODOLOGI

2.1. Bahan Analisis

Bahan analisis yang digunakan bersumber pada Survei Sosial Ekonomi

Nasional (SUSENAS) Tahun 2016 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS). Adapun cara pengumpulan datanya, petugas mewawancarai tatap muka

kepada kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga dewasa yang

mengetahui kondisi rumah tangga yang terkena sampel.

Data pokok yang dipergunakan dalam penghitungan dan analisis distribusi

pendapatan adalah pengeluaran rumah tangga. Ini dilakukan dengan

pertimbangan, di mana pengumpulan data pendapatan rumah tangga sangat

sulit diperoleh informasinya oleh petugas lapangan. Pada umumnya masalah

pendapatan ada yang disembunyikan/dirahasiakan oleh responden sehingga

data pendapatan yang diperoleh underestimate. Sementara itu, apabila rumah

tangga responden ditanyakan mengenai pengeluaran rumah tangga informasi

yang diperoleh cukup representatif mewakili pendapatan rumah tangga. Oleh

karena itu, dalam analisis pendapatan digunakan data pengeluaran rumah

tangga. Pertimbangan lain, secara ekonomi pengeluaran rumah tangga

berbanding lurus dengan pendapatan rumah tangga. Di mana semakin besar

pendapatan diikuti oleh pengeluaran semakin besar.

Page 12: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

8

2.2. Konsep dan Definisi

Pengeluaran rumah tangga sebulan adalah seluruh biaya pengeluaran

yang dikeluarkan oleh rumah tangga selama sebulan oleh semua anggota

rumah tangga baik pengeluaran untuk kebutuhan makanan maupun bukan

makanan.

Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan adalah seluruh biaya

pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga sebulan oleh semua

anggota rumah tangga di bagi jumlah anggota rumah tangga.

Tipe Daerah adalah karakteristik yang membedakan lokasi daerah

menurut indikator komposit yang telah ditetapkan, Tipe daerah dibedakan

menjadi 2 (dua) daerah perkotaan dan pedesaan.

Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) adalah nilai tambah semua

barang dan jasa dari hasil kegiatan-kegiatan ekonomi (produksi) yang

beroperasi di wilayah domestik tanpa memperhatikan kepemilikan yang

menjadi nilai tambah bagi daerah bersangkutan.

Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku

adalah jumlah nilai tambah bruto yang dinilai sesuai dengan harga yang

berlaku pada tahun bersangkutan.

Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Atas Dasar Harga Konstan adalah

jumlah nilai tambah bruto yang dinilai atas dasar harga tetap pada tahun

2010.

Inflasi adalah perubahan harga suatu barang dan jasa terhadap harga

Page 13: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

9

barang sebelumnya.

Kemiskinan

Berdasarkan cara pendekatannya, ukuran kemiskinan secara umum

dibedakan atas kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan

absolut didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi

kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Konsep ini dikembangkan di

Indonesia dan dinyatakan sebagai “inability of the individual to meet basic

needs” (Tjondronegoro, Soejono dan Hardjono, 1993).

Konsep tersebut sejalan dengan Sen (Meier, 1989) yang menyatakan

bahwa kemiskinan adalah “the failure to have certain minimum

capabilities”. Definisi tersebut mengacu pada standar kemampuan

minimum tertentu, yang berarti bahwa penduduk yang tidak mampu

melebihi kemampuan minimum tersebut dapat dianggap sebagai miskin.

Perhitungan penduduk miskin di Indonesia pada dasarnya mengikuti

konsep tersebut.

Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai

standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan,

yang harus dipenuhi untuk dapat hidup secara layak. Nilai standar

kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk

memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin.

Garis kemiskinan dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran

makanan (garis kemiskinan makanan/GKM) dan non makanan (GKNM) per

Page 14: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

10

kapita, dan selanjutnya akan diperoleh batas garis kemiskinan total.

Mereka yang hidup dengan pengeluaran lebih rendah dari Garis

Kemiskinan disebut sebagai penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan atau penduduk miskin.

Batas kecukupan (standar minimum) untuk makanan dihitung dari

besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan yang menghasilkan

energi 2.100 kilo kalori per orang per hari. Batas kecukupan non makanan

dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk non makanan yang

memenuhi kebutuhan minimum seperti : untuk perumahan, penerangan,

pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang jasa

esensial lainnya.

Fakir Miskin

Konsep fakir miskin menurut Departemen Sosial menggunakan

konsep dan definisi fakir miskin sebagai orang yang sama sekali tidak

mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak

bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai kebutuhan pokok yang

layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata

pencaharian tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang layak

bagi kemanusiaan. Secara umum, kebutuhan pokok manusia untuk hidup

secara layak minimal mencakup kebutuhan makanan (pangan), pakaian

(sandang) dan tempat tinggal (papan). sejalan dengan itu, konsep fakir

miskin dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan

Page 15: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

11

untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum untuk makanan sebesar

2100 kilo kalori, sewa rumah dan biaya pembelian satu stel pakaian yang

paling sederhana untuk setahun.

Sejalan dengan pengertian tersebut, maka untuk melakukan

pengukurannya terlebih dahulu ditentukan batas kecukupan untuk

kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut. Nilai yang diperoleh akan

merupakan nilai batas fakir miskin atau Garis Fakir Miskin (GFM), dimana

seseorang yang pengeluarannya kurang dari garis tersebut dianggap

sebagai fakir miskin.

Pada uraian sebelumnya dijelaskan bahwa garis kemiskinan terdiri

dari dua komponen, yaitu GKM dan GKNM. Kedua komponen tersebut

akan digunakan dalam penghitungan Garis Fakir Miskin (GFM). GFM

merupakan GKM ditambah dengan pengeluaran pokok perumahan,

yaitu perkiraan sewa rumah dan biaya pembelian satu stel pakaian paling

sederhana untuk setahun.

2.3. Metode Analisis

Tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya tergantung dari tinggi

randahnya pendapatan yang diperoleh. Dengan pendapatan yang diperoleh,

masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan yang diinginkan. Apabila

pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, masyarakat akan dapat memenuhi

kebutuhan yang diinginkan, baik itu kebutuhan makanan maupun bukan

Page 16: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

12

makanan. Tetapi bagi masyarakat yang berpendapatan rendah maka masyarakat

akan membatasi kebutuhan sehari-hari atau mengutamakan kebutuhan pangan

terlebih dahulu. Banyak orang berpendapat bahwa apabila tingkat pendapatan

penduduk suatu wilayah tinggi berarti bahwa penduduk wilayah tersebut dapat

dikatakan berada pada tingkat kehidupan yang sejahtera. Pendapat ini sudah

jelas tidak selamanya benar, sebab besarnya pendapatan antara individu yang

satu dengan individu yang lain tidaklah selalu seragam. Dapat kita lihat keadaan

di masyarakat, ada yang kaya ada yang miskin. Bahkan di masyarakat terjadi

kesenjangan ekonomi yang cukup menyolok antara rumah tangga yang

bersebelahan rumah, yang satu kaya sekali dan tetangga sebelah tergolong

miskin. Dengan kondisi ini, maka sangat perlu kiranya guna melihat kesenjangan

ekonomi antara masyarakat satu dengan lainnya. Salah satu indikator untuk

melihat kesenjangan ekonomi tersebut adalah dengan menghitung distribusi

pendapatan yang ada di masyarakat.

Penghitungan distribusi pendapatan dapat diukur dengan berbagai

metode. Pada dasarnya metode-metode tersebut dapat digolongkan dalam dua

kelompok yaitu : Metode Statistik dan Metode Empiris. Metode-metode tersebut

sudah pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menganalisa distribusi

pendapatan. Namun metode yang biasa digunakan adalah metode empiris

antara lain: koefisien Gini dengan kurva Lorenz dan ukuran Bank Dunia.

2.3.1. Koefisien Gini

Koefisien Gini biasa tersebut Gini Concentration Ratio atau Gini Rasio

Page 17: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

13

dan dilambangkan dengan G. Koefisien Gini menggunakan hubungan antara

jumlah pendapatan (aggregate income) yang diterima oleh seluruh rumah

tangga/ individu dengan jumlah rumah tangga/individu. Selain itu dapat juga

digunakan untuk melihat penyebaran/ distribusi pendapatan secara menyeluruh

dan menarik kesimpulan dari kurva Lorenz. Rumus koefisien Gini diperkenalkan

oleh seorang ahli statistik yakni C. Gini pada tahun 1902. koefisien Gini

mempunyai nilai dari 0 sampai dengan 1 ( 0 < G <1). Apabila G = 1 disebut ukuran

ketidakmerataan sempurna. Disebabkan karena tidak pernah terjadi ukuran

pemerataan sempurna atau ukuran ketidakmerataan sempurna maka koefisien

Gini terletak diantara 0 dan 1 ( 0 <G < 1).

Harry T. Oshima memberikan batasan mengenai Koefisien Gini sebagai berikut : - Bila koefisien Gini terletak antara 0,5 dan 1 ketimpangan pembagian

pendapatan dikatakan tinggi/parah.

- Bila koefisien Gini terletak antara 0,35 dan 0,5 ketimpangan pembagian

pendapatan dikatakan sedang.

- Bila koefisien Gini terletak dibawah 0.35 ketimpangan pembagian

pendapatan dikatakan rendah.

Koefisien Gini dihitung dengan menggunakan rumus :

Page 18: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

14

Keterangan :

G = Koefisien Gini

Pi = Persentase jumlah rumah tangga/penduduk pada kelas

pendapatan ke-i Qi= Q’i + Q” (i-1)

Q’i = Persentase kumulatif jumlah pendapatan sampai dengan kelas

ke-i

Q’(i-1) = Persentase kumulatif jumlah pendapatan sampai dengan kelas

ke- (i-1)

K = Banyaknya kelas

1 dan 10.000 = bilangan konstan

2.3.2. Kurva Lorenz

Sebagai pendamping ukuran koefisien Gini biasanya digunakan kurva

Lorenz. Pada kurva Lorenz diperlihatkan hubungan antara penduduk sebagai

penerima pendapatan dan jumlah pendapatan yang diterima. Kurva Lorenz

digambarkan pada satu segi empat sama sisi, dimana sumbu holizontal

menunjukan persentase jumlah penduduk sedangkan sumbu vertikal

menunjukan persentase jumlah pendapatan yang diterima. Persentase untuk

jumlah penduduk maupun untuk jumlah pendapatan yang diterima, disusun

secara komulatif (dari yang berpendapatan rendah sampai tinggi). Dalam

keadaan distribusi pendapatan yang merata sempurna, maka a % dari jumlah

penduduk akan menerima a % dari jumlah pendapatan. Sehigga dalam kurva

Page 19: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

15

Lorenz keadaan ini digambarkan sebagai garis diagonal dari bawah kiri keatas

kanan (koefisien Gini = 0 ). Sebaliknya jika a % jumlah penduduk menerima

kurang dari a % jumlah pendapatan, maka Kurva Lorenz akan menyimpang dari

garis diagonal. Karena Kurva Lorenz disusun dengan mengunakan persentase

kumulatif (dari yang terendah ke yang tertinggi), maka penyimpangann Kurva

Lorenz tesebut terhadap garis diagonal memberat kebawah (cembung) bentuk

Kurva Lorenz .Dalam keadaan ketidakmerataan sempurna, dengan perkatan lain

hanya satu penduduk saja yang menerima semua pendapatan, maka Kurva

Lorenz akan berhimpit dengan sumbu-sumbu horizontal dan vertikal bagian

bawah (koefisien Gini = 1). Gambar 1 memberikan suatu contoh mengenai kurva

Lorenz. Garis lengkung yang menghubungkan titik-titik A,B,C,D,E dan F disebut

Kurva Lorenz. Kurva Lorenz ini melukiskan keadaan distribusi pendapatan di

suatu masyarakat. Garis diagonal A,P,Q,R,S dan F melukiskan distribusi

pendapatan yang mutlak merata. Daerah yang terletak antara garis diagonal dan

Kurva Lorenz disebut sebagai daerah ketidakmerataan pendapatan maksimum

merupakan ukuran ketidakmerataan pendapatan Gini (Koefisien Gini).

Page 20: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

16

Gambar 1 : Kurva Lorenz

F

A

2.3.3. Kriteria Bank Dunia

Untuk menganalisa distribusi pendapatan di suatu daerah atau negara,

Bank Dunia membagi penduduk menjadi tiga kelompok :

1. Kelompok 40 % penduduk berpendapat terendah.

2. Kelompok 40 % penduduk berpendapat menengah/sedang

3. Kelompok 20 % penduduk berpendapat tertinggi.

Tingkat ketidakmerataan pembagian pendapatan diukur dengan besarnya

bagian pendapatan yang dinikmati oleh 40% penduduk berpendapatan rendah,

dengan ketentuan sebagai berikut:

- Tingkat ketidakmerataan tinggi bila 40 % penduduk berpendapatan

terendah menerima kurang 12 % dari seluruh pendapatan.

R E

C

B

Page 21: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

17

- Tingkat ketidakmerataan sedang bila 40 % penduduk berpendapatan

terendah menerima 12 %-17 % dari seluruh pendapatan

- Tingkat ketidakmerataan rendah bila 40 % penduduk berpendapat

terendah menerima lebih dari 17 % dari seluruh pendapatan.

Ukuran Bank Dunia ini bukan merupakan ukuran yang bersifat

menyeluruh karena hanya memperhatikan perkembangan dari 40 % dari

jumlah penduduk berpendapatan rendah.

Page 22: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

18

BAB III

GAMBARAN UMUM EKONOMI RUMAH TANGGA DAN EKONOMI DAERAH

3.1. Ekonomi Rumahtangga

Di kehidupan sehari-hari dapat dilihat atau diamati keadaan masyarakat di

sekeliling secara kasat mata. Dipastikan akan menemui keadaan ekonomi rumah

tangga yang bervariasi. Ada sejumlah rumah tangga dengan pokok persoalan

rumah tangga yang rumit yang hanya memikirkan persoalan makan saja. Bahkan

ada rumah tangga yang kondisinya hanya memikirkan apa yang dimakan hari ini.

Kemudian ada sejumlah rumah tangga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan

makanan tetapi kebutuhan bukan makanan seperti perumahan, pengobatan dan

pendidikan belum terjangkau. Selain itu ada juga beberapa rumah tangga tanpa

kesulitan mampu memenuhi segala kebutuhan yang diinginkannya. Perbedaan

kondisi ekonomi atau yang diistilahkan dengan kesenjangan ekonomi ini hanya

bersifat relatif atau belum terukur karena hanya berdasarkan pengamatan saja.

Dalam kehidupan masyarakat pasti ada masyarakat kaya, masyarakat

menengah dan masyarakat miskin. Untuk mengetahui agregat masyarakat

dengan kriteria tersebut dibutuhkan indikator-indikator yang terukur (statistik)

dengan konsep dan definisi yang jelas. Tanpa konsep dan definisi yang jelas akan

menimbulkan persepsi yang berbeda-beda di kalangan pengamat ekonomi dan

para pelaku pembangunan. Ini yang perlu dipahami oleh para pakar

pembangunan di daerah. Kalau konsep dan definisi sudah sama maka para pakar

tersebut dapat duduk bersama-sama membicarakan suatu persoalan untuk

didiskusikan. Selanjutnya dalam membuat dan memutuskan program

pembangunan terutama bagi masyarakat golongan rendah dapat berjalan

dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu, untuk melihat tingkat kesenjangan

pendapatan secara terukur harus menggunakan penghitungan secara statistik.

Sebelum menghitung tingkat kesenjangan pendapatan masyarakat atau

Page 23: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

19

distribusi pendapatan di Kabupaten Sumbawa sangat perlu kiranya lebih dahulu

melihat gambaran perekonomian rumah tangga dan perekonomian daerah.

3.1.1. Pengeluaran Rumah tangga

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012-2016

memperlihatkan besarnya rata-rata pengeluaran per kapita sebulan di

Kabupaten Sumbawa. Selama periode tersebut hasil Susenas menunjukkan

bahwa secara nominal rata-rata pengeluaran per kapita sebulan terus mengalami

peningkatkan, seperti pada grafik 3.1. rata-rata pengeluaran per kapita sebulan

pada tahun 2012 senilai Rp.681.445.- meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp.

689.468.- Pada Tahun 2016 meningkat lagi mencapai Rp.833.243.- Untuk

melihat rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan cukup mengalikan dengan

rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam satu rumah tangga. Pada Tahun

2016 rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam satu rumah tangga sebanyak

4 orang sehingga rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan senilai

Rp.3.332.972,-

Grafik 3.1 menunjukkan juga perkembangan rata-rata pengeluaran per

kapita sebulan di perkotaan dan pedesaan. Terlihat bahwa rata-rata pengeluaran

per kapita sebulan perkotaan maupun pedesaan mengalami peningkatan dalam

kurun waktu 2012-2016. Untuk daerah perkotaan pada tahun 2012 rata-rata

pengeluaran per kapita sebulan hanya sebesar Rp. 951.587, menurun sedikit

menjadi sebesar Rp. 938.380,- pada tahun 2014 dan mencapai Rp. 1.083.499

pada tahun 2016. Untuk daerah pedesaan rata-rata pengeluaran per kapita

sebulan masih di bawah daerah perkotaan. Walaupun demikian, dalam kurun

2012-2016 rata-rata pengeluaran per kapita sebulan mengalami kenaikan, yaitu

dari Rp. 561.262 pada tahun 2012 naik menjadi Rp. 578.734 pada tahun 2014

dan naik lagi mencapai sebesar Rp. 714.102 pada tahun 2016.

Page 24: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

20

Grafik 3.1 : Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Sumbawa.

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Kenaikan nilai nominal rata-rata pengeluaran rumah tangga seperti yang

ditunjukkan pada grafik 3.1 belum dapat mengungkap kemajuan kesejahteraan

masyarakat atau meningkatnya daya beli masyarakat, karena besarnya nilai

tersebut dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga kebutuhan rumah tangga.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk

adalah pola pengeluaran/konsumsi, yaitu porsi pengeluaran yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan. Hal ini berkaitan

dengan hukum ekonomi yang menyatakan bahwa persentase pengeluaran untuk

makanan akan semakin berkurang dengan semakin meningkatnya pendapatan

(Ernest Engel, 1857). Semakin tinggi pendapatan porsi pengeluaran akan

bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan.

Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan

terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan

terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat

pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah tercapai

951.587

561.262

681.445

938.380

578.734

689.468

1.083.499

714.102

833.243

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Perkotaan Perdesaan Sumbawa

2012 2014 2016

Page 25: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

21

titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan barang bukan makanan atau ditabung. Dengan demikian, pola

pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat

kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai

perubahan tingkat kesejahteraan.

Tabel 3.1 Pola Konsumsi Rumah tangga Menurut golongan

pengeluaran di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016.

Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

(Rp)

Porsi Makanan (%)

Porsi Bukan Makanan

(%)

Jumlah (%)

< 199.999 60,66 39,34 100,00

200.000-299.999 60,96 39,04 100,00

300.000-499.999 59,92 40,08 100,00

500.000-749.999 58,41 41,59 100,00

750.000-999.999 55,50 44,50 100,00

1.000.000-1.499.999 51,56 48,44 100,00

>1.500.000 40,02 59,98 100,00

Jumlah 51,41 48,59 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

Hasil Susenas tahun 2016 akan membuktikan teori ekonomi di atas.

Untuk itu perlu melihat pola konsumsi rumah tangga menurut golongan

pengeluaran dan pola konsumsi. Tabel 3.1 memperlihatkan pola konsumsi rumah

tangga menurut golongan pengeluaran. Di mana terlihat masyarakat di

Kabupaten Sumbawa menunjukkan teori ekonomi di atas karena semakin tinggi

golongan pengeluaran rumah tangga menunjukkan porsi pengeluaran makanan

semakin turun dan diikuti dengan naiknya porsi pengeluaran untuk kebutuhan

bukan makanan, seperti; papan, sandang, pendidikan, kesehahatan, dan

sebagainya. Namun demikian, secara umum masyarakat Kabupaten Sumbawa

Tahun 2016 memilki porsi pengeluaran bukan makanan yang belum diatas 50

Page 26: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

22

persen yaitu sebesar 48,59 persen.

Tabel 3.2 memperlihatkan perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Sumbawa ditinjau dari pola konsumsi rumah tangga

menurut daerah kota/desa. Seperti pada tabel 3.2, Secara umum dalam periode

tahun tersebut tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sumbawa masih

cukup baik. Pada tahun 2016, porsi pengeluaran rumah tangga di pedesaan

masih dominan untuk memenuhi kebutuhan non makanan yaitu sebesar 44,31

persen dan kebutuhan makanan sebesar 55,69 persen sedangkan untuk

pengeluaran rumah tangga di perkotaan lebih dominan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan non makanan, yaitu sebesar 54,50 persen dan untuk

kebutuhan makanan sebesar 45,50 persen.

Tabel 3.2. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan dan Pola Konsumsi

Rumah tangga di Sumbawa Tahun 2012-2016

Jenis Pengeluaran /

Tahun

Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan

Pola Konsumsi

Kota Desa K+D Kota Desa K+D

Total

2012 951.587 561.262 681.445 100,00 100,00 100,00 2014 938.380 578.734 689.468 100,00 100,00 100,00 2016 1.083.4

99 714.102 833.243 100,00 100,00 100,00

Makanan

2012 485.325 302.855 359.038 51,00 53,96 52,69

2014 481.117 324.684 372.849 51,27 56,10 54,08

2016 493.025 397.650 428.411 45,50 55,69 51,41

Bukan Makanan

2012 466.262 258.407 322.406 49,00 46,04 47,31

2014 457.264 254.050 578.734 48,73 43,90 83,94

2016 590.475 316.452 404.832 54,50 44,31 48,59 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Page 27: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

23

3.1.2. Angka Kemiskinan

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk melihat tingkat

kesejahteraan masyarakat di suatu daerah adalah jumlah penduduk miskin.

Semakin sedikit jumlah penduduk miskin di suatu daerah maka daerah tersebut

mempunyai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Konsep

Kemiskinan berdasarkan cara pendekatannya, ukuran kemiskinan secara umum

dibedakan atas kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut

didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar

minimal untuk hidup layak. Konsep ini dikembangkan di Indonesia dan

dinyatakan sebagai “inability of the individual to meet basic needs”

(Tjondronegoro, Soejono dan Hardjono, 1993).

Konsep tersebut sejalan dengan Sen (Meier, 1989) yang menyatakan

bahwa kemiskinan adalah “the failure to have certain minimum capabilities”.

Definisi tersebut mengacu pada standar kemampuan minimum tertentu, yang

berarti bahwa penduduk yang tidak mampu melebihi kemampuan minimum tersebut

dapat dianggap sebagai miskin. Perhitungan penduduk miskin di Indonesia pada

dasarnya mengikuti konsep tersebut.

Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar

kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang harus

dipenuhi untuk dapat hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum

tersebut digunakan sebagai garis pembatas untuk memisahkan antara penduduk

miskin dan tidak miskin.

Garis kemiskinan dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan

Page 28: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

24

(garis kemiskinan makanan/GKM) dan non makanan (GKNM) per kapita, dan

selanjutnya akan diperoleh batas garis kemiskinan total. Mereka yang hidup

dengan pengeluaran lebih rendah dari Garis Kemiskinan disebut sebagai

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan atau penduduk miskin.

Batas kecukupan (standar minimum) untuk makanan dihitung dari

besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan yang menghasilkan energi

2.100 kilo kalori per orang per hari. Patokan ini mengacu pada rekomendasi dari

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1978. Batas kecukupan non

makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk non makanan

yang memenuhi kebutuhan minimum seperti : untuk perumahan, penerangan,

pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang jasa esensial

lainnya.

Dalam rangka memenuhi amanat rakyat sebagaimana yang tercantum

dalam pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunya “Fakir miskin dan

anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”, maka pemerintah secara

berkesinambungan melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup mereka.

Progam pengentasan kemiskinan setiap tahun terus dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa. Berbagai kebijakan dan upaya telah

dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Dari program tersebut,

jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun mengalami penurunan, walaupun

penurunannya berjalan sangat lambat.

Ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh Badan

Page 29: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

25

Pusat Statistik, bahwa tahun 2010 persentase penduduk miskin di Kabupaten

Sumbawa sebanyak 21,75 persen dan mengalami penurunan menjadi sebesar

19,82 persen pada tahun 2011. Dari grafik 3.3, dapat dilihat bahwa dari tahun

2010 sampai dengan tahun 2016 penduduk miskin di Kabupaten Sumbawa

cenderung mengalami penurunan selama 7 tahun terakhir. Ini memberikan sinyal

bahwa pada kurun waktu tersebut masyarakat di Kabupaten Sumbawa telah

terjadi peningkatan kesejahteraan. Persentase Penduduk miskin di Kabupaten

Sumbawa tahun 2016 mencapai 16,12 persen atau mengalami penurunan 5,63

persen sejak tahun 2010.

Grafik 3.3

Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Sumbawa

Tahun 2010-2016

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

21,75

19,82

18,26

17,04 16,87 16,73 16,12

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 30: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

26

Dalam pengentasan kemiskinan, ada bagian kemiskinan yang sangat perlu

untuk mendapatkan prioritas utama dalam penanganannya, yaitu

penduduk/keluarga fakir miskin. Keluarga fakir miskin, maupun

angggota/masyarakat lainnya yang mengalami masalah/hambatan untuk dapat

hidup secara layak, secara konseptual digolongkan sebagai Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS). Sesuai dengan definisi yang dipakai, PMKS adalah

seseorang, keluarga/kelompok masyarakat yang karena sebab- sebab tertentu

tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan minimum, baik

berupa kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial. Secara khusus, penyandang

masalah kesejahteraan sosial merupakan kelompok sasaran

pelayanan/pemberdayaan dari pengentasan kemiskinan.

3.2. Ekonomi Daerah Kabupaten Sumbawa

3.2.1. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber

daya alam dan faktor-faktor produksi lainnya dalam menciptakan nilai tambah.

PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas

perekonomian di suatu daerah. Dari nilai PDRB ini akan menggambarkan

kegiatan ekonomi yang terjadi di daerah. Selain itu, PDRB digunakan sebagai

salah satu indikator untuk mengukur perekonomian daerah. Dalam mengevaluasi

pembangunan ekonomi daerah juga menggunakan nilai PDRB.

Page 31: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

27

Tabel 3.3. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa

Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010

Tahun 2012 - 2016 (jutaan Rp.)

Tahun PDRB Atas Dasar (Juta Rp) Laju Pertumbuhan (%)

Berlaku Konstan’2010 Berlaku Konstan’2010 (1) (2) (3) (4) (5)

2012 7.410.211,83 7 046 786,98 8,88 6,67

2013 8.051.788,76 7 500 252,07 8,66 6,44

2014 9.074.924,98 7 997 178,20 12,71 6,63

2015 10.288.324,58 8 511 041,73 13,37 6,43

2016 11.392.033,93 8 958 629,61 10,73 5,26

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

Tabel 3.3 memperlihatkan nilai PDRB atas harga berlaku dan atas dasar

harga konstan tahun 2010 Kabupaten Sumbawa selama tahun 2012-2016. Nilai

PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Sumbawa terlihat setiap tahun

mengalami peningkatan. Pada tahun 2012, nilai PDRB atas dasar harga berlaku

yang diciptakan telah mencapai sebesar 7,41 triliyun rupiah dan mengalami

kenaikan pada tahun 2013 menjadi 8,05 triliyun rupiah atau mengalami

pertumbuhan sebesar 8,66 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Untuk tahun selanjutnya nilai PDRB atas dasar berlaku terus mengalami

kenaikan, pada tahun 2016 nilai PDRB atas dasar berlaku telah mencapai sebesar

11,39 trilliyun rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 10,73 persen

dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Namun perlu di ketahui

bahwa pertumbuhan sebesar angka tersebut akibat kenaikan produksi yang

Page 32: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

28

diikuti oleh kenaikan harga komoditas tersebut.

Untuk itu, dalam analisis ekonomi makro lebih banyak menggunakan PDRB

atas dasar harga konstan, yang dikenal dengan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa selama periode tahun 2012-2016

bersifat fluktuatif, namun masih pada kisaran angka 6 (enam) persen.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa tahun 2012 sebesar 6,67 persen

dan mengalami perlambatan 6,44 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2014

pertumbuhan ekonomi Sumbawa naik sebesar 6,63 persen sebelum mengalami

perlambatan selama dua tahun terakhir, yaitu dengan laju 6,43 di tahun 2015

dan 5,26 persen pada tahun 2016.

Permasalahan yang krusial dalam analisa pertumbuhan ekonomi adalah

apakah pertumbuhan ekonomi yang tercipta di daerah sudah dinikmati secara

merata oleh seluruh lapisan masyarakat?. Apabila nilai produksi yang dihasilkan

daerah belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat maka akan

menimbulkan kesenjangan ekonomi yang cukup lebar di masyarakat. Bahkan

akan menimbulkan dampak yang meluas, salah satunya banyaknya masyarakat

miskin. Dan selanjutnya akan membawa dampak yang lebih meluas, antara lain :

di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial lainnya.

Dalam program Nawa Cita, menuju Indonesia yang berdaulat secara politik,

serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,

salah satu program yang menjadi fokus Jokowi adalah mewujudkan kemandirian

ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Page 33: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

29

3.2.2. Struktur Ekonomi

Proses pembangunan ekonomi biasanya diikuti dengan terjadinya

perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi baik itu struktur permintaan

domestik, struktur produksi, maupun struktur perdagangannya. Perubahan

struktur ini sesungguhnya terjadi akibat adanya interaksi antara dua proses yaitu

proses akumulasi (pembentukan modal) dan perubahan konsumsi masyarakat

yang terjadi, karena meningkatnya pendapatan per kapita. Perubahan pola

permintaan ini yang kemudian mengubah komposisi barang dan jasa yang

diproduksi dan diperdagangkan. Perubahan struktur perekonomian suatu daerah

biasanya terjadi secara perlahan, terkecuali terjadi suatu kejadian ekonomi yang

luar biasa, seperti mendorong atau mematikan suatu sektor secara besar-

besaran.

Analisa struktur ekonomi daerah sangat penting untuk diketahui oleh para

perencana dan pembuat kebijakan pembangunan daerah. Dalam

melakukan pembangunan, prioritas pembangunan ekonomi salah satunya

ditentukan oleh struktur ekonomi daerah. Kalau daerah mempunyai potensi

pertanian maka para perencana dan pembuat kebijakan harus memprioritaskan

di sektor pertanian. Tetapi juga memperhatikan sektor lainnya yang sekiranya

dapat mendukung atau potensi yang belum dikembangkan di daerah. Untuk itu

salah satu faktor keberhasilan pembangunan ekonomi daerah sangat tergantung

pada kecermatan para perencana dan pembuat kebijakan dalam merencanakan

pembangunan ekonomi daerah.

Page 34: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

30

Tabel 3.4. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2012 – 2016 (persen)

Lapangan Usaha/Industry 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 39,09 38,82 38,28 38,69 38,79

B Pertambangan dan Penggalian 3,07 3,05 3,02 2,98 2,99

C Industri Pengolahan 2,30 2,22 2,09 1,98 1,95

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,07 0,06 0,08 0,08 0,08

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

F Konstruksi 13,28 13,07 12,90 13,03 12,97

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

14,81 15,08 15,57 15,29 15,46

H Transportasi dan Pergudangan 3,91 3,95 3,96 3,99 4,01

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,24 1,35 1,47 1,47 1,49

J Informasi dan Komunikasi 1,30 1,31 1,28 1,23 1,21

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,51 3,63 3,64 3,62 3,74

L Real Estat 2,18 2,24 2,29 2,25 2,22

M,N Jasa Perusahaan 0,23 0,23 0,24 0,23 0,23

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7,21 7,14 7,47 7,48 7,11

P Jasa Pendidikan 4,85 4,88 4,79 4,79 4,86

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,24 1,24 1,23 1,22 1,20

R,S,T,U Jasa lainnya 1,67 1,66 1,63 1,62 1,62

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

* Angka sementara

** Angka sangat sementara

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

Tabel 3.4 memperlihatkan perkembangan kontribusi masing-masing sekor

terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Sumbawa selama kurun waktu 2012-

2016. Memperhatikan perkembangan kontribusi masing-masing sektor terhadap

pembentukan PDRB Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu lima tahun

terakhir. Secara umum dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam kurun

Page 35: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

31

waktu tersebut belum menunjukkan terjadinya perubahan struktur ekonomi di

Kabupaten Sumbawa secara signifikan. Kontribusi yang diberikan masing-masing

sektor terhadap pembentukan PDRB datar-datar saja (relatif tetap). Dapat

dikatakan bahwa belum terjadi transformasi ekonomi.

Bahkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, setiap tahun terjadi

penurunan kontribusi oleh sektor industri terhadap pembentukan PDRB. Dengan

cenderung menurunnya kontribusi sektor industri terhadap PDRB, ini berarti

memberikan indikasi perkembangan di sektor industri cukup mengkhawatirkan.

Early warning tersebut wajib diketahui oleh para perencana dan pemutus

kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Sumbawa. Keadaan di sektor

industri membutuhkan perhatian yang lebih serius dan dibutuhkan kebijakan

pembangunan yang tepat. Dan perlu diingat, selain sektor pertanian Kabupaten

Sumbawa sangat perlu mengandalkan sektor industri sebagai penyangga

perekonomian daerah.

Satu-satunya sektor yang mengalami kenaikan dalam kontribusi PDRB

Kabupaten Sumbawa adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tetapi

pergerakaanya sangat lambat. Pada tahun 2012, sektor perdagangan

memberikan kontribusi terhadap PDRB hanya sebesar 14,81 persen, dan terus

bergerak naik menjadi 15,46 persen pada tahun 2016.

3.2.3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Page 36: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

32

6,67

6,44 6,63

6,43

5,26

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

2012 2013 2014 2015 2016

Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan perkembangan pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Sumbawa. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada grafik 3.3. Terlihat bahwa perekonomian

Kabupaten Sumbawa selama kurun waktu 2012-2016 mengalami pertumbuhan

ekonomi yang cukup baik, yaitu positif di atas 5 persen.

Jika diamati pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa setiap tahun,

terlihat pergerakannya fluktuatif seperti pada grafik 3.3. Pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Sumbawa tahun 2012 mencapai sebesar 6,67 persen dan mengalami

perlambatan menjadi 6,44 persen pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014

mengalami kenaikan menjadi sebesar 6,63 sebelum mengalami perlambatan

selama dua tahun terakhir, yaitu sebesar 6,43 persen pada tahun 2015 dan 5,26

persen di tahun 2016.

Grafik 3.3 : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumbawa Tahun 2012-2016

Sumber : BPS kabupaten Sumbawa

Page 37: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

33

Tabel 3.5. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2012 - 2016 (Persen)

Lapangan Usaha/Industry 2012 2013 2014 2015* 2016**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,24 6,27 6,32 6,84 3,06

B Pertambangan dan Penggalian 5,73 6,50 6,76 6,61 7,91

C Industri Pengolahan 4,45 4,65 4,93 3,58 4,28 D Pengadaan Listrik dan Gas 14,61 18,96 39,54 -4,63 10,23

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

4,85 5,00 8,52 4,15 4,78

F Konstruksi 3,89 5,92 6,25 6,94 7,04 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 8,93 8,68 8,59 5,30 7,58

H Transportasi dan Pergudangan 5,16 5,40 5,41 7,36 5,62 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,48 6,78 7,29 5,20 7,72

J Informasi dan Komunikasi 13,59 8,72 9,97 9,47 8,45

K Jasa Keuangan dan Asuransi 13,01 7,85 8,37 9,07 11,05 L Real Estat 4,37 5,41 6,34 6,42 5,77 M,N Jasa Perusahaan 6,22 6,28 7,32 5,61 6,55 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 2,96 3,11 3,42 3,45 2,35

P Jasa Pendidikan 6,87 7,01 6,94 7,17 6,59 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,18 7,79 7,00 6,87 6,09

R,S,T,U Jasa lainnya 7,11 6,44 7,45 6,01 7,05

Produk Domestik Regional Bruto 6,67 6,44 6,63 6,43 5,26

* Angka sementara/PreliminaryFigures

** Angka sangat sementara/Very Preliminary Figures

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

Untuk lebih jelas melihat kondisi perekonomian Kabupaten Sumbawa

dapat dilihat pada tabel 3.5. Pada tabel ini memperlihatkan pertumbuhan

ekonomi masing-masing sektor. Kalau diperhatikan perkembangan pertumbuhan

ekonomi masing-masing sektor, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu ; pertama

: di Kabupaten Sumbawa tidak terlihat adanya tranformasi ekonomi yang

permanen karena pergerakan pertumbuhan ekonomi di masing-masing sektor

bersifat fluktuatif ; kedua : Masing-masing sektor belum mempunyai ketahanan

Page 38: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

34

ekonomi yang kuat, ini dapat dilihat dari setiap adanya perubahan musim,

perubahan kebijakan pemerintah, dan kondisi lainnya masing-masing sektor

adanya yang mengalami penurunan produksinya.

Sektor pertanian yang memiliki peranan utama di Kabupaten Sumbawa

hanya tumbuh sebesar 3,06 persen pada tahun 2016, menurun dibandingkan

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada tahun 2015 yang dua kali lipat

lebih besar dari tahun 2016 yaitu 6,84. Untuk meningkatkan produksi di sektor

pertanian, Kabupaten Sumbawa perlu mengevaluasi infrastruktur dan kebijakan

di sektor pertanian.

Jika kita perhatikan, sejak tahun 2012-2016 laju pertumbuhan sektor

Konstruksi Kabupaten Sumbawa selalu mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah berusaha untuk tetap

melanjutkan agenda pembanguan di Kabupaten Sumbawa menuju Sumbawa

yang lebih maju.

Sektor industri pengolahan yang diharapkan mampu meningkatkan

peranannya dalam perekonomian Kabupaten Sumbawa mengalami

pertumbuhan ekonomi yang bersifat stagnan selama tahun 2012-2016 dengan

pertumbuhan sebesar 4 persen, sehingga peranannya belum banyak

mengalami peningkatan.

3.2.4. PDRB Per Kapita

PDRB Per Kapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun dan biasanya juga digunakan

Page 39: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

35

sebagai indikator tingkat kemakmuran penduduk. Data ini diperoleh dengan cara

membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun

yang sama. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan tingkat kesejahteraan

masyarakat, dihitung dengan PDRB Per Kapita atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan PDRB dapat terjadi tanpa memberi dampak positif pada tingkat

kesejahteraan masyarakat, akibat pertumbuhan penduduk dan atau perubahan

harga yang lebih tinggi daripada pertumbuhan PDRBnya.

Tabel 3.6. PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita

Kabupaten Sumbawa Tahun 2012 - 2016

RINCIAN 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU

1. PDRB Per Kapita (Rp.) 17.349.291 18.641.679 20.785.492 23.324.139 25.571.172

2. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

427.119 431.924 436.599 441.102 445.503

3. Laju Pertumbuhan (%) 8,88

8,66

12,71

13,37

10,73

II. ATAS DASAR HARGA KONST. 2010

1. PDRB Per Kapita (Rp) 16.498.416 17.364.750 18.316.987 19.294.952 20.109.022

2. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

427.119 431.924 436.599 441.102 445.503

3. Laju Pertumbuhan (%) 6,67 6,44 6,63 6,43 5,26

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa

Page 40: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

36

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa PDRB Per Kapita dari tahun 2012 sampai

tahun 2016 terus mengalami pertumbuhan yang positif baik atas dasar berlaku

maupun atas dasar harga konstan. Laju peningkatan PDRB perkapita Kabupaten

Sumbawa atas dasar harga konstan pada tahun 2016 sebesar 4,22 pesen.

Peningkatan atau penurunan PDRB per kapita tidak dapat dijadikan

sebagai ukuran peningkatan kemakmuran ekonomi maupun penyebaran

pendapatan disetiap strata ekonomi, karena pengaruh inflasi yang cukup

dominan dalam pembentukan PDRB.

3.2.5. Indeks Harga Implisit

Dalam pembangunan ekonomi, masalah tingkat harga merupakan

variabel penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan daya

beli (Purchasing Power) masyarakat. Pertumbuhan pendapatan yang tinggi tidak

akan membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat kalau tingkat harga

meningkat lebih tinggi. Dengan berkembangnya perekonomian berarti semua

komponen nilai tambah, termasuk upah dan gaji serta keuntungan pengusaha

juga meningkat, upah dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi tenaga kerja

mengalami kenaikan, kalau di lain pihak harga barang kebutuhan relatif stabil

maka akan terjadi kenaikan daya beli. Bila daya beli masyarakat meningkat

berarti terdapat perbaikan kesejahteraan.

Page 41: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

37

Tabel 3.7. Perbandingan IHI Dari PDRB Kabupaten Sumbawa dengan Inflasi Kota Mataram Tahun 2012 – 2016

Tahun

PDRB ADH.

Berlaku (Juta Rp)

PDRB ADH.

Konstan 2010 (Rp)

IHI

Laju Inflasi Kota

Mataram (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

2012 7.410.211,83 7 046 786,98 105,16 4,10

2013 8.051.788,76 7 500 252,07 107,35 9,27

2014 9.074.924,98 7 997 178,20 113,48 7,18

2015 10.288.324,58 8 511 041,73 120,88 3,25

2016 11.392.033,93 8 958 629,61 127,16 2,47

Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Indeks Harga Implisit (IHI) adalah suatu indeks harga yang diperoleh

dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas

dasar harga konstan untuk masing-masing sektor/sub sektor dalam kurun waktu

satu tahun dan dikalikan 100. Indeks harga implisit menggambarkan tingkat

perubahan harga umum seluruh komoditi baik barang maupun jasa yang terjadi

di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa selama tahun 2012 - 2016 terjadi

peningkatan daya beli masyarakat, karena laju inflasi lebih rendah dibanding laju

PDRB Per Kapita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai tambah

produksi per penduduk Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan secara riil.

Peningkatan daya beli masyarakat menunjukkan adanya peningkatan tingkat

kesejahteraan penduduknya.

Page 42: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa

Pada Bab sebelumnya telah diuraikan bahwa laju pertumbuhan

perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu lima tahun terakhir

menunjukkan performa yang baik. Hal tersebut berdampak pula pada

peningkatan level Produk Domestrik Bruto (PDRB) per kapita. Tingginya PDRB

per kapita di suatu daerah belum tentu mencerminkan meratanya distribusi

pendapatan.

Suatu daerah dikatakan berhasil dalam pembangunan ekonomi jika

kenaikan laju pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat. Tetapi pada umumnya kenaikan laju pertumbuhan ekonomi

daerah belum sepenuhnya dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah

bawah bahkan sebagian besar porsinya dinikmati oleh masyarakat menengah

ke atas. Jika hal tersebut terjadi berarti daerah belum mampu menciptakan

kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat bagi masyarakat berpendapatan

rendah.

Grafik 4.1 memperlihatkan perkembangan distribusi pendapatan

Kabupaten Sumbawa ditinjau dari besarnya nilai Koefisien Gini dalam kurun

waktu tahun 2012-2016. Tahun 2012 nilai Koefisien Gini sebesar 0,388 dan

mengalami penurunan menjadi sebesar 0,357 pada tahun 2014. Semakin kecil

Page 43: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

39

nilai koefisien gini, pertanda semakin baik atau meratanya distribusi

pendapatan masyarakat. Sementara itu pada tahun 2016, nilai koefisien gini

tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2014. Berdasarkan

batasan koefisien Gini Harry T. Oshima, ketimpangan distribusi pendapatan

Kabupaten Sumbawa selama 2012 sampai dengan 2016 tergolong

ketimpangan sedang karena nilai koefisien Gini terletak antara 0,35 dan 0,5.

Grafik 4.1. Perkembangan Distribusi Pendapatan di Sumbawa Menurut Nilai

Koefisien Gini dalam Kurun Waktu Tahun 2012-2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Nilai koefisien Gini yang tidak mengalami perubahan dari 2014 ke 2016

harus mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah Daerah. Keadaan

teersebut perlu diwaspadai, karena memberikan indikasi bahwa tingkat

ketimpangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sumbawa tidak mengalami

perbaikan. Selai itu, kondisi tersebut juga dapat digunakan sebagai peringatan

0,388

0,357 0,357 0,320

0,340

0,360

0,380

0,400

0,420

0,440

0,460

0,480

0,500

2012 2014 2016

Gini Ratio

Page 44: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

40

dini bagi pembangunan ekonomi di Kabupaten Sumbawa yang berorientasi

pada pengurangan kesenjangan ekonomi di masyarakat dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara umum. Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumbawa harus mengevaluasi kebijakan-kebijakan pembangunan yang

sudah berjalan. Kebijakan pembangunan harus terus berorientasi pada

kepentingan masyarakat bawah.

Grafik 4.2. Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa Menurut Menurut

Kriteria Bank Dunia Tahun 2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Ukuran lain untuk melihat distribusi pendapatan yaitu dengan

menggunakan kriteria Bank Dunia. Bank Dunia membagi penduduk menjadi

tiga kelompok, yaitu kelompok 40 persen penduduk berpendapat terendah,

kelompok 40 persen penduduk berpendapat menengah, dan kelompok 20

persen penduduk berpendapat tertinggi. Pada Grafik 4.2 ditunjukkan bahwa

17,47

39,37

43,16

40 % PendudukBerpendapatanTerendah

40 % PendudukBerpendapatanMenengah

20 % PendudukBerpendapatanTertinggi

Page 45: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

41

pada tahun 2016, kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah

hanya menikmati kue pembangunan sebesar 17,47 persen. Kemudian

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah menikmati kue

pembangunan sebesar 43,16 persen. Sementara kelompok 20 persen

penduduk berpendapatan tertinggi menikmati kue pembangunan 39,30

persen.

Tingkat ketidakmerataan pembagian pendapatan Bank Dunia diukur

dari besarnya bagian pendapatan yang dinikmati oleh kelompok 40 persen

penduduk berpendapatan terendah. Terlihat bahwa pada tahun 2016,

Kabupaten Sumbawa termasuk dalam ketidakmerataan rendah karena

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah menerima lebih dari

17 persen yaitu sebesar 17,47 persen dari seluruh pendapatan penduduk

Kabupaten Sumbawa seperti yang dipersyaratkan Bank Dunia.

Grafik 4.3. Porsi Pendapatan yang Diperoleh kelompok 40 % Penduduk Berpendapatan Terendah di Kabupaten Sumbawa Tahun 2012-2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

16,00

17,00

18,00

2012 2014 2016

16,80

18,12

17,47

40 % Penduduk Berpendapatan Terendah

Page 46: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

42

Selanjutnya Tabel 4.3 memperlihatkan perkembangan porsi pendapatan

yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan terendah dari tahun 2012

sampai dengan 2016. Terlihat bahwa pada tahun 2012 porsi pendapatan

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah sebesar 16,80

persen dari seluruh pendapatan penduduk Kabupaten Sumbawa. Kemudian

meningkat menjadi 18,12 persen pada tahun 2014. Namun pada tahun 2016

menurun menjadi 17,47 persen.

Penurunan porsi pendapatan 40 persen masyarakat berpendapatan

rendah tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Sumbawa.

Tanpa sentuhan kebijakan pembangunan daerah yang berorientasi kepada

masyarakat bawah dikhwatirkan semakin menurunnya porsi pendapatan

masyarakat bawah. Akibatnya terjadi ketimpangan pendapatan semakin besar

di masyarakat.

Tingkat ketidakmerataan pembagian pendapatan Tahun 2012 termasuk

dalam kategori ketidakmerataan sedang karena kelompok 40 persen

penduduk berpendapatan terendah menerima antara 12 - 17 persen dari

seluruh pendapatan. Sementara itu, pada tahun 2014 dan 2016 membaik

menjadi ketidakmerataan rendah.

4.2. Distribusi Pendapatan Menurut Tipe Daerah.

Distribusi pendapatan di Kabupaten Sumbawa dapat dianalisis secara

lebih mendalam dengan membandingkan pemerataan pendapatan di daerah

perkotaan dengan pedesaan. Sebagaimanan diketahui bahwa antara daerah

Page 47: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

43

perkotaan dengan pedesaan mempunyai karakteristik perekonomian yang

jauh berbeda. Perekonomian di daerah perkotaan bergerak pada sektor non

pertanian sedangkan perekonomian di pedesaan perekonomiaannya bergerak

pada sektor pertanian. Selain itu, fasilitas perekonomian yang ada di daerah

perkotaan lebih lengkap dibandingkan yang ada di pedesaan. Demikian juga,

akses ekonomi sosial lainnya daerah perkotaan lebih mudah dibandingkan

dengan pedesaan. Yang menarik di sini adalah apakah fasilitas perekonomian

yang ada di perkotaan tersebut mempengaruhi secara signifikan terhadap

masyarakat berpendapatan rendah atau malah menjadi pemicu ketimpangan

pembagian pendapatan di daerah perkotaan.

Pada grafik 4.4 menggambarkan perkembangan nilai Koefisien Gini baik

daerah pedesaan maupun perkotaan. Perkembangan nilai Koefisien Gini

daerah pedesaan terlihat fluktuatif dalam kurun waktu 2012 – 2016. Nilai

Koefisien Gini pedesaan terlihat fluktuatif. Pada tahun 2012 koefisien Gini

sebesar 0,315 kemudian mengalami penurunan menjadi 0,302 pada tahun

2014 dan selanjutnya meningkat menjadi sebesar 0,322 pada tahun 2016.

Sedangkan perkembangan nilai Koefisien Gini daerah perkotaan cenderung

mengalami penurunan. Pada tahun 2012, nilai Koefisien Gini perkotaan

sebesar 0,402, mengalami penurunan yang cukup manjadi 0,375 pada tahun

2014 dan mengalami penurunan lagi menjadi 0,368 pada tahun 2016. Nilai

koefisien gini daerah pedesaan lebih kecil dibandingkan dengan daerah

perkotaan. Ini berarti bahwa daerah pedesaan mempunyai tingkat distribusi

pendapatan lebih merata dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Page 48: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

44

Grafik 4.4. Distribusi Pendapatan Menurut Tipe Daerah

Berdasarkan Koefisien Gini Tahun 2012-2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Berdasarkan nilai Koefisien Gini dalam kurun waktu tersebut, daerah

pedesaan mempunyai tingkat distribusi pendapatan dengan ketimpangan

rendah karena nilai koefisien gini pedesaan selalu berada di bawah 0,350.

Sementara daerah perkotaan mempunyai tingkat distribusi pendapatan

dengan ketimpangan sedang karena nilai koefisien gini perkotaan terletak

antara 0,35 sampai dengan 0,50.

Apabila dilihat menurut kriteria Bank Dunia, tingkat distribusi

pendapatan pedesaan masih tergolong ketimpangan rendah, karena porsi

pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah di

atas 17 persen dari total pendapatan Daerah Sumbawa. Sementara itu terjadi

hal sebaliknya di daerah perkotaan. Tingkat distribusi pendapatan perkotaan

tergolong ketimpangan tinggi karena porsi pendapatan yang diperoleh 40

0,402

0,375 0,368

0,315 0,302

0,322

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

0,450

2012 2014 2016

Perkotaan Pedesaan

Page 49: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

45

persen penduduk berpendapatan rendah dibawah 12 persen dari total

pendapatan Daerah Sumbawa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.5.

Grafik 4.5. Porsi Pendapatan yang Diperoleh Kelompok 40 % Penduduk Berpendapatan Rendah Menurut Tipe Daerah di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2012-2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Rendahnya porsi pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk

berpendapatan rendah di perkotaan menunjukkan bahwa kemajuan

perekonomian yang tercipta belum dinikmati secara merata oleh semua

lapisan masyarakat perkotaan. Masyarakat lapisan bawah sangat sulit untuk

keluar dari kesulitannya, walaupun pemerintah telah membangun fasilitas

perekonomian yang memadai. Jangkauan masyarakat bawah ke fasilitas

perekonomian kalah bersaing dengan masyarakat menengah ke atas. Agar

dapat menjangkau ke fasilitas tersebut sangat diperlukan uluran tangan dari

pemerintah daerah. Namun program yang diluncurkan harus yang tepat

9,30 9,37 9,92

22,75 24,43

22,93

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

2012 2014 2016

Perkotaan Pedesaan

Page 50: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

46

sasaran dan sesuai dengan keadaan masyarakat.

Pada Grafik 4.5 juga terlihat bahwa walaupun tingkat distribusi

pendapatan perkotaan tergolong ketimpangan tinggi, ada kecenderungan

mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2012 porsi pendapatan

yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan rendah sebesar 9,30

persen meningkat menjadi 9,37 persen pada tahun 2014. Dan pada tahun

2016 porsi pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan

rendah menjadi 9,92 persen.

Sebagai pendukung dari kedua metode di atas perlu diberikan visualisasi

pemerataan pembagian pendapatan dengan Kurva Lorenz. Dari Kurva Lorenz

ini akan menunjukkan bahwa karakteristik yang dikatakan lebih merata dalam

pembagian pendapatan di masyarakat jika garis yang terbentuk mendekati

garis diagonal.

Grafik 4.6 menunjukkan kurva lorenz pemerataan pembagian

pendapatan penduduk menurut Tipe daerah pada tahun 2016. Terlihat daerah

pedesaan lebih mendekati garis diagonal dibandingkan dengan daerah

perkotaan yang agak menjauh dari garis diagonal. Hal ini makin membuktikan

bahwa daerah pedesaan lebih merata pembagian pendapatannya

dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Page 51: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

47

Grafik 4.6. Kurva Lorenz Distribusi Pendapatan Menurut Tipe Daerah

Tahun 2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

4.3. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota

Hal lain yang menarik untuk dibahas dalam distribusi pendapatan

adalah perlunya melihat gambaran tingkat distribusi pendapatan berdasarkan

wilayah. Dalam hal ini membandingkan distribusi pendapatan Kabupaten

Sumbawa dengan kabupaten atau kota lainnya di NTB.

Page 52: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

48

Grafik 4.7. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/kota Tahun 2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Pada Grafik 4.7 terlihat bahwa berdasarkan nilai koefisin Gini terdapat

dua Kabupaten / kota di NTB yang mempunyai nilai koefisin Gini diatas 0,35

yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima. Sedangkan Kabupaten/kota lainnya

mempunyai nilai koefisin Gini di bawah 0,35. Menurut Harry T. Oshima, hanya

Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima yang tergolong dalam ketimpangan

distribusi pendapatan sedang karena nilai koefisien Gini terletak antara 0,35

dan 0,5. Sementara Kabupaten/kota lainnya sudah tergolong dalam

ketimpangan distribusi pendapatan rendah karena koefisien Gini di bawah

0,35.

0,309

0,344

0,298

0,357

0,290 0,317

0,283 0,311

0,349 0,358

0,000

0,050

0,100

0,150

0,200

0,250

0,300

0,350

0,400

Nilai Koefisien Gini

Page 53: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

49

Grafik 4.8. Porsi Distribusi Pendapatan Pendapatan yang Diperoleh Kelompok 40 % Penduduk Berpendapatan Rendah Menurut Kabupaten/Kota

di NTB Tahun 2016

Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa

Kemudian jika dilihat menurut kriteria Bank Dunia, tingkat distribusi

pendapatan semua kabupaten/kota di NTB tergolong ketimpangan rendah

karena porsi pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan

terendah di atas 17 persen dari total pendapatan. Namun yang menjadi fokus

perhatian adalah ternyata Kabupaten Sumbawa yang menempati urutan

buncit dari porsi pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk

berpendapatan terendah yaitu sebesar 17,47 persen dari total pendapatan.

Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten terdekat dengan Kabupaten

Sumbawa, justru menempati peringkat pertama di NTB yang mempunyai porsi

pendapatan yang diperoleh 40 persen penduduk berpendapatan terendah

dengan persentase 22,59 persen.

20,28 18,93

21,52

17,47

21,47 20,41 22,59

20,51 18,64 17,54

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

kelompok 40 persen penduduk berpendapatan terendah

Page 54: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan di Kabupaten Sumbawa

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan bahwa

seiring dengan kenaikan pendapatan tersebut pengeluaran

masyarakat juga mengalami kenaikan.

b. Pertumbuhan ekonomi yang diraih Kabupaten Sumbawa belum

berdampak secara optimal kepada masyarakat berpendapatan

rendah.

c. Berdasarkan Gini Ratio, Kabupaten Sumbawa tahun 2016

mengalami ketimpangan distribusi pendapatan dengan kategori

sedang. Sementara berdasarkan Bank Dunia Kabupaten Sumbawa

mengalami ketimpangan distribusi pendapatan dengan kategori

rendah.

d. Dari tahun 2014 sampai dengan 2016 ketimpangan distribusi

pendapatan stagnan atau tidak mengalami perbaikan.

e. Tingkat distribusi pendapatan di daerah pedesaan lebih merata

dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Page 55: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

51

6.2. Saran-saran

a. Pemerintah Kabupaten Sumbawa harus memberikan fokus

perhatian di daerah perkotaan karena ketimpangan distribusi

pendapatan di daerah perkotaan masih tinggi.

b. Kenaikan pendapatan masyarakat harus diimbangi dengan

pengendalikan inflasi barang dan jasa. Apabila tidak diimbangi

dengan penekanan inflasi maka kenaikan pendapatan masyarakat

tidak akan mempunyai arti, dengan kata lain daya beli masyarakat

turun.

c. Kebijakan pemerintah harus mampu mendorong pembangunan

ekonomi bagi masyarakat berpendapatan rendah. Salah satunya

adalah pemerataan pendidikan dan fasilitasnya untuk menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas yang berdampak pada

peningkatan pemerataan pembangunan.

Page 56: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

52

Page 57: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

53

Lampiran 1 Desil Pendapatan Perkotaan Kabupaten Sumbawa Tahun 2016

Desil Total Pendapatan Distribusi Pendapatan Kumulatif Persentase

Pendapatan

(1) (2) (3) (4)

10 1.841.521.677 1,19 1,19

20 4.822.211.100 3,11 4,29

30 4.427.055.925 2,85 7,14

40 4.320.933.079 2,78 9,92

50 3.491.408.987 2,25 12,17

60 11.181.631.897 7,20 19,37

70 15.090.145.774 9,72 29,09

80 17.171.276.662 11,06 40,15

90 26.262.584.291 16,91 57,06

100 66.691.333.203 42,94 100,00

Jumlah 155.300.102.595 100

Page 58: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

54

Lampiran 2 Desil Pendapatan Pedesaan Kabupaten Sumbawa Tahun 2016

Desil Total Pendapatan Distribusi Pendapatan Kumulatif Persentase

Pendapatan

(1) (2) (3) (4)

10 9.111.248.781 4,24 4,24

20 10.168.580.540 4,73 8,97

30 13.525.102.684 6,29 15,26

40 16.483.696.393 7,67 22,93

50 23.884.188.203 11,11 34,03

60 21.890.466.787 10,18 44,22

70 24.640.153.909 11,46 55,68

80 28.428.850.062 13,22 68,9

90 31.586.467.376 14,69 83,59

100 35.275.150.984 16,41 100

Jumlah 155.300.102.595 100

Page 59: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

55

Lampiran 3 Desil Pendapatan Kabupaten Sumbawa Tahun 2016

Desil Total Pendapatan Distribusi Pendapatan Kumulatif Persentase

Pendapatan

(1) (2) (3) (4)

10 10.952.770.457 2,96 2,96

20 14.990.791.641 4,05 7,01

30 17.952.158.609 4,85 11,85

40 20.804.629.472 5,62 17,47

50 27.375.597.190 7,39 24,87

60 33.072.098.684 8,93 33,80

70 39.730.299.683 10,73 44,53

80 45.600.126.725 12,31 56,84

90 57.849.051.667 15,62 72,46

100 101.966.484.188 27,54 100,00

Jumlah 370.294.008.315 100

Page 60: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

56

Lampiran 4 Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Menurut Tipe Daerah Tahun 2012

Kriteria Bank Dunia Kota Desa Sumbawa

(1) (2) (3) (4)

40 % Penduduk Berpendapatan Rendah

9,30 22,75 16,80

40 % Penduduk Berpendapatan Menengah

16,30 51,69 36,02

20 % Penduduk Berpendapatan Atas

74,40 25,56 47,18

Jumlah

100,00

100,00

100,00

Page 61: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

57

Lampiran 5 Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Menurut Tipe Daerah Tahun 2014

Kriteria Bank Dunia Kota Desa Sumbawa

(1) (2) (3) (4)

40 % Penduduk Berpendapatan Rendah

9,37 24,43 18,12

40 % Penduduk Berpendapatan Menengah

23,63 48,08 37,83

20 % Penduduk Berpendapatan Atas

67,00 27,49 44,04

Jumlah

100,00

100,00

100,00

Page 62: KATA PENGANTAR - diskominfotik-sumbawa.comdiskominfotik-sumbawa.com/diskominfotik/wp-content/uploads/2019/02/...Pembangunan ekonomi sangat memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan

58

Lampiran 6 Distribusi Pendapatan Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Menurut Tipe Daerah Tahun 2016

Kriteria Bank Dunia Kota Desa Sumbawa

(1) (2) (3) (4)

40 % Penduduk Berpendapatan Rendah

9,92 22,93 17,47

40 % Penduduk Berpendapatan Menengah

30,22 45,98 39,37

20 % Penduduk Berpendapatan Atas

59,85 31,10 43,16

Jumlah

100,00

100,00

100,00