katara k

50
LAPORAN KASUS KATARAK IMATUR Pembimbing: dr. Mustafa K. Shahab, SpM dr. Henry A. W, SpM dr. Gartati Ismail, SpM dr. Hermansyah, SpM dr. Agah Gadjali, SpM Disusun oleh: Devindra Prapto 20100710083 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

Upload: dindaaputria

Post on 14-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

katarak

TRANSCRIPT

Page 1: Katara k

LAPORAN KASUS

KATARAK IMATUR

Pembimbing:

dr. Mustafa K. Shahab, SpM

dr. Henry A. W, SpM

dr. Gartati Ismail, SpM

dr. Hermansyah, SpM

dr. Agah Gadjali, SpM

Disusun oleh:

Devindra Prapto

20100710083

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 8 JUNI – 10 JULI 2015

Page 2: Katara k

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

1 Nama : Ny. U

2 Umur : 45 tahun

3 Jenis kelamin : Wanita

4 Tanggal lahir : 01 Juni 1970

5 Agama : Islam

6 Kebangsaan/ suku : Indonesia/ Jawa

7 Pendidikan : SLTA

8 Perkerjaan : -

9 Alamat : Jl. Gardu No 96 RT 008/02, Jakarta Timur

10 No telp. : 081389228332

11 Status : menikah

12 Tanggal pemeriksaan : 15 Juni 2015

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Juni 2015.

Keluhan utama :Penglihatan mata kanan menurun dan memburuk sejak 1 tahun

sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan tambahan : -

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Poli Mata RS Bhayangkara tk.1 R.S. Sukanto dengan

keluhan pengelihatan mata kanan menurun sejak 1 tahun sebelum masuk

rumah sakit dan semakin memburuk. Pasien mengatakan bahwa

pandangannya menjadi buram seperti berawan. Keluhan ini dirasakan

sepanjang hari dan muncul baik saat melihat dekat maupun jauh. Pasien tidak

merasa adanya penurunan pengelihatan pada mata kirinya. Pasien mengaku

mulai menyadari adanya warna putih pada tengah bola mata sekitar 6 bulan

Page 3: Katara k

yang lalu. Pasien mengaku tidak ada faktor yang dapat memperberat maupun

memperingan keluhan mata kanannya tersebut. Pasien menyangkal adanya

rasa silau bila melihat sumber cahaya, maupun tampak adanya pelangi di

sekitar sumber cahaya tersebut. Pasien juga menyangkal adanya rasa gatal,

mata merah, mata berair, rasa perih maupun nyeri pada mata. Pasien mengaku

belum mengonsumsi maupun menggunakan obat tetes mata untuk keluhan

yang ia rasakan. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata maupun lensa

kontak. Riwayat pengobatan jangka panjang sebelum penurunan pengelihatan

disangkal. Pasien menyangkal mempunyai keluhan pusing, mual, dan juga

sakit kepala disangkal. Adanya keluhan susah melihat ketika dalam ruangan

atau dalam keadaan gelap disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien belum pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat diabetes mellitus disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat alergi makanan atau obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

Ibu pasien memiliki riwayat penyakit katarak pada kedua matanya. Anggota

keluarga yang lain tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa.

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Respirasi : 18 kali/menit

Suhu :36.6 °C

Page 4: Katara k

Status Oftalmologi

OD OS

Visus 1/300 PH(-) 5/7.5 PH (+) S+0.50

5/5F

Add +1.50 J1

Kedudukan bola mata Ortoforia

Gerakan bola mata

TIO N/palpasi N/palpasi

Palpebra superior Tenang Tenang

Palpebra inferior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsalis superior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsalis inferior Tenang Tenang

Konjungtiva bulbi Tenang Tenang

Kornea Ulkus (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Ulkus (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Bilik mata depan Dalam, jernih, Dalam, jernih

Iris Bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Bulat, batas tegas,

sinekia anterior (-),

sinekia posterior (-)

Pupil Bulat, isokor, berada di

sentral, refleks cahaya (+),

Bulat, isokor, berada di

sentral, refleks cahaya (+),

Page 5: Katara k

diameter 3mm diameter 3mm

Lensa Keruh, Shadow test (+) Keruh, Shadow test (-)

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Page 6: Katara k

Slit lamp OD

Page 7: Katara k

Slit lamp OS

Page 8: Katara k

IV. Resume

Pasien wanita berusia 45 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan

penglihatan mata kanan menurun sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.

Pengelihatan buram seperti berawan. Buram dirasakan sepanjang hari dan

semakin lama semakin parah. Pasien mulai menyadari adanya warna putih pada

tengah bola mata sekitar 6 bulan yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik :

o Visus OD :1/300 PH(-)

o Visus OS :5/7.5 PH (+) S+0.50 5/5F Add +1.50 J1

o Lensa OD : Keruh, Shadow test (+)

o Lensa OS : Keruh, Shadow test (-)

V. Diagnosa Kerja

o Katarak imatur OD

o Katarak insipien OS

o Presbiopi

VI. Penatalaksanaan

Rencana terapi :

Pro ECCE + IOL OD

Terapi anjuran

Pirenoxine (Lentikular) 0.05 mg/mL 4x1gtt OS

Page 9: Katara k

BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60.

Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara.

Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang.

Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang

menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.

Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak.

Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.

Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya

berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada

diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.Sebanyak 48%

kebutaan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh katarak. Untuk Indonesia, survei

pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di

antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis.

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya

menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi

kabur.Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu

secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan

trauma mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.

Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun.

Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada

orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar

umumnya menyebabkan penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan

kacamata).

Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya

pada masing-masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital, dan

jenis-jenis lain lebih jarang dijumpai.

Page 10: Katara k

Mata Normal

Anatomi dan Fisiologi Mata1,2

Bola mata memiliki 3 lapisan.Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar,

terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian

depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari

koroid, korpus siliaris, dan iris.Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal

sebagai retina.Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan

diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.

a. Konjungtiva

Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi).Perdarahan konjungtiva berasal

dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

b. Sklera

Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan

bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di

sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior.Permukaan luar

sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus

yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang

disebut sebagai episklera.

Page 11: Katara k

c. Kornea

Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan

0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea

berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis

penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana

sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan

sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau

40 dioptri dari 50 dioptri, dengan indeks bias 1, 38 .

d. Uvea

Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan

vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.

e. Iris

Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior.Iris terletak bersambungan

dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior

mata.Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil.Iris juga

merupakan bagian yang memberi warna pada mata.Dalam axis penglihatan,

iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan

mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.

f. Pupil

Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola

mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi

akanmengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang

bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)

g. Corpus siliaris

Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus

silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus

h. Lensa

Page 12: Katara k

Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.

Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris.

Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.

Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan

memfokuskan cahaya ke retina.

i. Retina

Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi

dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis

penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya

dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak

untuk membentuk gambaran yang dilihat.Pada retina terdapat sel batang

sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.

j. Nervus Optikus

Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks

visual untuk dikenali bayangannya

A. Anatomi Lensa

Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di

antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan

ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang

berasal dari badan siliar.Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa

pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran

Page 13: Katara k

dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan

posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa

lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di

bagian ekuator.Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39,

dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia,

kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan

menurun.

Struktur lensa dapat diurai menjadi :

1. Kapsul lensa

Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan.Kapsul lensa tersusun

dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.Kapsul berfungsi

untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi.Kapsul lensa paling tebal

pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis

pada bagian tengah kutub posterior (3um).

2. Epitel anterior

Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul

anterior.Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa.Pada bagian ekuator, sel ini

berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.

3. Serat lensa

Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior.Serat lensa yang

matur adalah serat lensa yang telah

keihlangan nucleus, dan membentuk

korteks dari lensa. Serat-serat yang

sudah tua akan terdesak oleh serat lensa

yang baru dibentuk ke tengah lensa.

4. Ligamentum suspensorium (Zonulla

zinnii)

Page 14: Katara k

Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,

sehingga lensa terfiksasi di dalam mata.Ligamentum suspensorium menempel

pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa.Ligamentum

suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.

5. Nukleus dan korteks

Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan

menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-

serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.

B. Fisiologi Lensa

Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk

mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour

sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun

hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu,

sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap

lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar

sel.

1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa

Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak

berubah seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa

Page 15: Katara k

berada di ruang ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah 20µM

dan potasium sekitar 120µM. Konsentrasi sodium dan pottasium di luar lensa lebih

tinggi.

Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung

dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+ -

ATPase.Inhibisi Natrium Kalium ATPase dapat mengakibatkan hilangnya

keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.

Keseimbangan Kalsium juga sangat penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium yang

normal di dalam sel adalah 30 µM, sedangkan diluar lensa 2 µM. Perbedaan konsentrasi

Kalsium ini diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya keseimbangan

Kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein

high molecular weight, dan aktivasi protease destruktif.

Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi

lensa.Asam amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada di

sel epitel.Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti

sistem transpor aktif.

2. Akomodasi lensa

Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk

mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk

menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina.Akomodasi

terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silliar terhadap serat zonula. Saat

m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga

lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin

kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus

III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis

oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.

Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:

Page 16: Katara k

Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi

Akomodasi Tanpa akomodasi

M. cilliaris Kontraksi Relaksasi

Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat

Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih

Tebal axial lensa Meningkat Menurun

Dioptri lensa Meningkat Menurun

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf parasimpatik cabang Nervus Occulomotorius.

Obat-obat parasimpatomimetik ( pilocarpin ) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat

parasimpatolitik ( atropin ) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar

disebut cyclopegik.

Page 17: Katara k

Katarak

Definisi

Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan

lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang.Katarak lebih

sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1

di seluruh dunia.Katarak berasal dari Yunani ( Katarrhakies ) , Inggris (Cataract), dan

Latin ( Cataracta ) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.

(Ilyas, 2005).Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada

lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi

karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam

kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau

penyakit lainnya.

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.

Epidemiologi

Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60

tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.

Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi

katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran.

Page 18: Katara k

Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta

orang mengalami kebutaan akibat katarak.

A. Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang

menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat

dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,

alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap

motor/pabrik yang mengandung timbal. Kerusakan lensa pada katarak senilis

juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang progresif. Beberapa penelitian

menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione dan

penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase. Teori stres

oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis.

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang

tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala

seperti katarak.

Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai

katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya

peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat

terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti

diabetes mellitus.

Patofisiologi

Lensa mengandung tiga komponen anatomis.  Pada zona sentral terdapat

nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula

anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan

warna menjadi coklat kekuningan.  Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak

yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. 

Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier

Page 19: Katara k

ke sekitar daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat

jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa

normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang

tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.  Jumlah enzim akan

menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang

menderita katarak.

KLASIFIKASI

A. Klasifikasi etiologi

I. Katarak kongenital

II. Katarak akuisita

1. Katarak senilis

2. Katarak traumatik

3. Katarak komplikata

4. Katarak metabolik

5. Katarak oleh karena cedera listrik

6. Katarak oleh karena radiasi

7. Katarak oleh karena logam berat

dan obat-obatan

8. Katarak yang berhubungan

dengan penyakit kulit

9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang

10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down

B. Klasifikasi morfologis

1. Katarak kapsular: meliputi kapsul

i. Katarak kaspular anterior

ii. Katarak kapsular posterior

2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah

kapsul)

i. Katarak subkapsular anterior

ii. Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks

Page 20: Katara k

4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)

5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa

6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada

daerah polar

i. Katarak polaris anterior

ii. Katarak polaris posterior

Berdasarkan morfologi :

o Katarak Nuklear

Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan

nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.Katarak ini lokasinya pada bagian

tengah lensa atau nukleus.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis),

berubah menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini

merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.Pandangan jauh lebih dipengaruhi

daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi

lebih baik (miopisasi).

o Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta

komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang pada lapisan yang

mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.

o Katarak Subcapsularis

Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan

biasanya ada di belakang lensa.Pasien merasa sangat terganggu saat membaca

di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam hari.Dibagi

menjadi katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis anterior.Pada

Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM, Myotonic

Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada subcapsularis anterior biasanya

Page 21: Katara k

terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut ( Glaukomfleckens ), toksisitas

amiodaron, miotic, dan Wilson disease.

o Katarak Capsularis

Dibagi menjadi 2 jenis:

Anterior Capsular

1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat lepas

pada waktu lahir.

2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine, yang

disertai dengan sinekia posterior

Posterior Capsular

Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan kapsul

posterior dengan retina yang seharusnya menghilang sejak lahir.

o Katarak Polar

a. Katarak polar anterior; melibatkan bagian sentral dari kapsul anterior

dan diantara korteks superfisial. Hal ini dapat terjadi melalui:

1. Terlambatnya perkembangan bilik mata depan. Pada

kasus ini, kekeruhan biasanya bilateral, statis, dan

secara visual tidak signifikan. 

2. Perforasi kornea. Katarak juga dapat didapat pada usia

infantil dengan adanya kontak antara kapsul lensa

dengan bagian belakang kornea, biasanya setelah

perforasi kornea yang disebabkan oleh oftalmia

neonatorum atau sebab lain.

b. Katarak polar posterior; dikaitkan dengan: sisa arteri hialoidea

persisten (Mittendorf dot), lentikonus posterior, Persisten Hyperplastic

Primary Vitreus (PHPV).

o Katarak Lamellar atau Zonular

Page 22: Katara k

Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat

perkembangan serat lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih

jernih. Kemudian terdapat serat lensa keruh dalam kapsul lensa.Kekeruhan

berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.Katarak Lamellar ini

mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan dan biasanya

bilateral.

o Katarak Sutural

Katarak sutural merupakan kekelurhan pada lensa daerah sutural fetal,

bersifat statis, bilateral, dan familial.Katarak ini tidak mengganggu penglihatan

karena tidak tepat mengenai media penglihatan.Biasanya pada katarak ini tidak

dilakukan tindakan.

Berdasarkan age of onset

Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak, tetapi

orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya sudah 3 bulan.

Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat biasanya

ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya dioperasi sebelum

usia 2 bulan.

Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana usia

penderita di bawah 1 tahun.

Katarak Juvenile terjadi pada usai 2—40 tahun dan biasanya kelanjutan dari

katarak kongenital

Katarak Presenile terjadi pada usia 40-50 tahun

Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan katarak yang

kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.

Grading

Grade 1:

Nukleus lunak, biasanya visus masih baik > 6/12, dengan lensa yang tampak

sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan

mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.

Grade 2:

Page 23: Katara k

Nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 – 6/30, dengan nukleus yang

kekuningan. Refleks fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini

paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior

Grade 3:

Nukleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 – 6/30, korteks telah mengalami

kekeruhan.

Grade 4:

Nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 – 3/60, nukleus berwarna kuning

kecoklatan. Refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai.

Grade 5:

Nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih jelek dengan nukleus berwarna

coklat atau hitam. Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent cataract

atau black cataract.

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal

Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan

asam amino dan kalium, yang

mengakibatkan kadar natrium

meningkat. Hal ini menyebabkan

lensa memasuki keadaan hidrasi

yang diikuti oleh koagulasi protein.

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat

maturasi sebagai berikut:

I. Stadium katarak insipien

Merupakan stadium yang paling

dini, yang belum menimbulkan gangguan

visus.Kekeruhan terutama terdapat pada

bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks

anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa Spokes of a wheel.

Page 24: Katara k

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”

II. Katarak senilis imatur:

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih,

maka terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang

nukleus lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan

lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya

bertambah dan mata menjadi miopia.

III. Katarak senilis matur:

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah

menjadi keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada

stadium ni, lensa akan berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.

IV. Katarak senilis hipermatur

i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan

lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke

dasar.Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi

korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang

dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi

dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam.

Page 25: Katara k

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

A. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:

Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan

kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah,

lalu secara perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul,

namun masih terdapat sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang

dapat dilihat ialah coklat (cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah

(cataracta rubra)

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

Tabel Perbedaan Stadium Katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata

depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik

mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test - + - Pseudops

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

Page 26: Katara k

2. Katarak senilis nuklear

Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. Hal ini menyebabkan lensa

menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.Maturasi pada katarak senilis

nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya

elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi

lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi

dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya

deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak

brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang

berwarna merah (katarak rubra).

Manifestasi Klinis

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara

progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,

tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya

2. Pemeriksaan iluminasi oblik

Page 27: Katara k

3. Shadow test

4. Oftalmoskopi direk

5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.

Diagnosa

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan

fisik.Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya

penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk

mengetahui kemampuan melihat pasien.Visus pasien dengan katarak subcapsuler

posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.Pemeriksaan adneksa okuler dan

struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan

prognosis penglihatannya.

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa

tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata

depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus

dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan

intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat

mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau

katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium

pada katarak senilis.Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam

evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.

B. Penatalaksanaan

Page 28: Katara k

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi

lensa.Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa

yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi

(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur

operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan

phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan

dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan

atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligamen hialoidea kapsular karena zonula yang kuat.Penyulit yang

dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,

endoftalmitis, dan perdarahan. Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim

alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.

Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan

pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa

intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk

terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan

kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,

pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan

Page 29: Katara k

katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada

pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.

Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik

untuk membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan

irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di

kornea. Getaran ultrasonikakan digunakan

untuk menghancurkan katarak, selanjutnya

mesin PHACO akan menyedot massa

katarak yang telah hancur sampai bersih.

Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien

dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan

lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya.

LENSA TANAM INTRAOKULER

Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia.

Biasanya bahan lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).

Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:

1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.

2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat

komplikasi yang tinggi.

Page 30: Katara k

3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh

sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.

Pasca Operasi

Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka

pendek.Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi

telah sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih

cepat dengan metode phacoemulsification.Karena pasien tidak dapat berakomodasi

maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak

dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal,

lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.

Perawatan pasca bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih

pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk

bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat

selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya

dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan

dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai

kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan

beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui

lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu

setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :

- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka

diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam

setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu

diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak

sempurna.

- Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi

reaksi radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

Page 31: Katara k

- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

- Melakukan pekerjaan yang tidak berat

- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

- Jangan menggosok mata

- Jangan menggendong yang berat

- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

C. Komplikasi

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi

suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam

luka serta retinal light toxicity.

2. Komplikasi dini pasca operatif

o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan

yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,

edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea

perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)

o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak

adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang

tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.

o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

3. Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi rendah

yang terperangkap dalam kantong kapsuler.

Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Page 32: Katara k

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

D. Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga

tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang

tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

E. Pencegahan

Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah

oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang

memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung

terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya.

Pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.

Page 33: Katara k

KESIMPULAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terdapat pada usia

lanjut yaitu usia diatas 50 tahun.

Penyebab terjadinya katarak senilis adalah karena proses degeneratif. Selain

itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya penyakit

metabolik, trauma, serta paparan sinar ultraviolet.

Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium

insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum

gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang

menghalangi, silau, dapat terjadi penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan

pencahayaan yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram.

Pengobatan pada katarak adalah operasi.Untuk menentukan kapan katarak

dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan, katarak

akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis,

dan kerusakan retina.

Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis

disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal

yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan

langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap dan

sebagainya, pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori

bermanfaat.

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat

sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada

saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

Page 34: Katara k

Daftar Pustaka

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.

2011.

2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc

Graw-Hill; 2007.

3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar

Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.

4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:

Elsevier : 2011. (e-book)

5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.

Saunders Company ; 2006.

6. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.