katara k
DESCRIPTION
katarakTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
KATARAK IMATUR
Pembimbing:
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Agah Gadjali, SpM
Disusun oleh:
Devindra Prapto
20100710083
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 8 JUNI – 10 JULI 2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
1 Nama : Ny. U
2 Umur : 45 tahun
3 Jenis kelamin : Wanita
4 Tanggal lahir : 01 Juni 1970
5 Agama : Islam
6 Kebangsaan/ suku : Indonesia/ Jawa
7 Pendidikan : SLTA
8 Perkerjaan : -
9 Alamat : Jl. Gardu No 96 RT 008/02, Jakarta Timur
10 No telp. : 081389228332
11 Status : menikah
12 Tanggal pemeriksaan : 15 Juni 2015
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Juni 2015.
Keluhan utama :Penglihatan mata kanan menurun dan memburuk sejak 1 tahun
sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tambahan : -
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RS Bhayangkara tk.1 R.S. Sukanto dengan
keluhan pengelihatan mata kanan menurun sejak 1 tahun sebelum masuk
rumah sakit dan semakin memburuk. Pasien mengatakan bahwa
pandangannya menjadi buram seperti berawan. Keluhan ini dirasakan
sepanjang hari dan muncul baik saat melihat dekat maupun jauh. Pasien tidak
merasa adanya penurunan pengelihatan pada mata kirinya. Pasien mengaku
mulai menyadari adanya warna putih pada tengah bola mata sekitar 6 bulan
yang lalu. Pasien mengaku tidak ada faktor yang dapat memperberat maupun
memperingan keluhan mata kanannya tersebut. Pasien menyangkal adanya
rasa silau bila melihat sumber cahaya, maupun tampak adanya pelangi di
sekitar sumber cahaya tersebut. Pasien juga menyangkal adanya rasa gatal,
mata merah, mata berair, rasa perih maupun nyeri pada mata. Pasien mengaku
belum mengonsumsi maupun menggunakan obat tetes mata untuk keluhan
yang ia rasakan. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata maupun lensa
kontak. Riwayat pengobatan jangka panjang sebelum penurunan pengelihatan
disangkal. Pasien menyangkal mempunyai keluhan pusing, mual, dan juga
sakit kepala disangkal. Adanya keluhan susah melihat ketika dalam ruangan
atau dalam keadaan gelap disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah memiliki keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat alergi makanan atau obat disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit katarak pada kedua matanya. Anggota
keluarga yang lain tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu :36.6 °C
Status Oftalmologi
OD OS
Visus 1/300 PH(-) 5/7.5 PH (+) S+0.50
5/5F
Add +1.50 J1
Kedudukan bola mata Ortoforia
Gerakan bola mata
TIO N/palpasi N/palpasi
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis superior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis inferior Tenang Tenang
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Ulkus (-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Ulkus (-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Bilik mata depan Dalam, jernih, Dalam, jernih
Iris Bulat, batas tegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Bulat, batas tegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Pupil Bulat, isokor, berada di
sentral, refleks cahaya (+),
Bulat, isokor, berada di
sentral, refleks cahaya (+),
diameter 3mm diameter 3mm
Lensa Keruh, Shadow test (+) Keruh, Shadow test (-)
Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit lamp OD
Slit lamp OS
IV. Resume
Pasien wanita berusia 45 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan
penglihatan mata kanan menurun sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Pengelihatan buram seperti berawan. Buram dirasakan sepanjang hari dan
semakin lama semakin parah. Pasien mulai menyadari adanya warna putih pada
tengah bola mata sekitar 6 bulan yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik :
o Visus OD :1/300 PH(-)
o Visus OS :5/7.5 PH (+) S+0.50 5/5F Add +1.50 J1
o Lensa OD : Keruh, Shadow test (+)
o Lensa OS : Keruh, Shadow test (-)
V. Diagnosa Kerja
o Katarak imatur OD
o Katarak insipien OS
o Presbiopi
VI. Penatalaksanaan
Rencana terapi :
Pro ECCE + IOL OD
Terapi anjuran
Pirenoxine (Lentikular) 0.05 mg/mL 4x1gtt OS
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah 3/60.
Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap negara.
Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada negara berkembang.
Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi orang yang
menderitanya. Ironisnya, 75% dari kebutaan yang terjadi dapat dicegah atau diobati.
Salah satunya kebutaan yang disebabkan oleh katarak.
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan.
Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada
diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.Sebanyak 48%
kebutaan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh katarak. Untuk Indonesia, survei
pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di
antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak senilis.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi
kabur.Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu
secara berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan
trauma mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.
Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70 tahun.
Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada
orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar
umumnya menyebabkan penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan
kacamata).
Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya
pada masing-masing mata jarang sama. Katarak traumatik, katarak kongenital, dan
jenis-jenis lain lebih jarang dijumpai.
Mata Normal
Anatomi dan Fisiologi Mata1,2
Bola mata memiliki 3 lapisan.Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan luar,
terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di bagian
depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri dari
koroid, korpus siliaris, dan iris.Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang dikenal
sebagai retina.Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan
diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.
a. Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebris/tarsal) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi).Perdarahan konjungtiva berasal
dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
b. Sklera
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan
bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior.Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang
disebut sebagai episklera.
c. Kornea
Merupakan jaringan transparan yang memiliki tebal 0,54 mm ditengah, dan
0,65 mm di tepi, serta berdiameter sekitar 11,5 mm. Sumber nutrisi kornea
berasal dari pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Dalam axis
penglihatan, kornea berperan sebagai jendela paling depan dari mata dimana
sinar masuk dan difokuskan ke dalam pupil . Bentuk kornea cembung dengan
sifat yang transparan dimana kekuatan pembiasan sinar yang masuk 80 % atau
40 dioptri dari 50 dioptri, dengan indeks bias 1, 38 .
d. Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e. Iris
Merupakan perpanjangan korpus siliaris ke anterior.Iris terletak bersambungan
dengan anterior lensa, yang memisahkan bilik anterior dan blik posterior
mata.Di dalam stroma iris terdapat otot sfingter dan dilator pupil.Iris juga
merupakan bagian yang memberi warna pada mata.Dalam axis penglihatan,
iris berfungsi mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata dengan
mengatur besar pupil menggunakan otot sfingter dan dilator pupil.
f. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata.Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi
akanmengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang
bila berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
g. Corpus siliaris
Membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus
silliaris berperan untuk akomodasi dan menghasilkan humor aquaeus
h. Lensa
Merupakan struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan transparan.
Memiliki tebal sekitar 4mm dan diameter 9mm. Terletak di belakang iris.
Lensa digantung oleh zonula yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Dalam axis penglihatan, lensa berperan untuk berakomodasi dan
memfokuskan cahaya ke retina.
i. Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi
dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat.Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
j. Nervus Optikus
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya
A. Anatomi Lensa
Lensa merupakan struktur yang transparan, bikonveks, dan kristalin terletak di
antara iris dan badan kaca. Lensa memiliki ukuran diameter 9-10 mm dengan
ketebalan 3,5 mm – 5 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang
berasal dari badan siliar.Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul merupakan membran
dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. Permukaan anterior dan
posterior lensa memiliki beda kelengkungan, dimana permukaan anterior lensa
lebih melengkung dibandingkan bagian posterior. Kedua permukaan ini bertemu di
bagian ekuator.Sebagai media refraksi, lensa memiliki indeks refraksi sebesar 1,39,
dan memilki kekuatan hingga 15-16 dioptri. Dengan bertambahnya usia,
kemampuan akomodasi lensa akan berkurang, sehingga kekuatan lensa pun akan
menurun.
Struktur lensa dapat diurai menjadi :
1. Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan.Kapsul lensa tersusun
dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.Kapsul berfungsi
untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi.Kapsul lensa paling tebal
pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis
pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
Epitel anterior lensa dapat ditemukan tepat dibelakang kapsul
anterior.Merupakan selapis sel kuboid yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan lensa dan regenerasi serat lensa.Pada bagian ekuator, sel ini
berproliferasi dengan aktif untuk membentuk serat lensa baru.
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior.Serat lensa yang
matur adalah serat lensa yang telah
keihlangan nucleus, dan membentuk
korteks dari lensa. Serat-serat yang
sudah tua akan terdesak oleh serat lensa
yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4. Ligamentum suspensorium (Zonulla
zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat tergantungnya lensa,
sehingga lensa terfiksasi di dalam mata.Ligamentum suspensorium menempel
pada lensa di bagian anterior dan posterior kapsul lensa.Ligamentum
suspensorium merupakan panjangan dari corpus silliaris.
5. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-
serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
B. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar
sel.
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubah seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa
berada di ruang ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah 20µM
dan potasium sekitar 120µM. Konsentrasi sodium dan pottasium di luar lensa lebih
tinggi.
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat tergantung
dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+, K+ -
ATPase.Inhibisi Natrium Kalium ATPase dapat mengakibatkan hilangnya
keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.
Keseimbangan Kalsium juga sangat penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium yang
normal di dalam sel adalah 30 µM, sedangkan diluar lensa 2 µM. Perbedaan konsentrasi
Kalsium ini diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya keseimbangan
Kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein
high molecular weight, dan aktivasi protease destruktif.
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi
lensa.Asam amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada di
sel epitel.Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung seperti
sistem transpor aktif.
2. Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina.Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silliar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus
III. Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis
oleh karena terjadinya kekakuan pada nukelus.
Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi sebagai berikut:
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
Akomodasi Tanpa akomodasi
M. cilliaris Kontraksi Relaksasi
Ketegangan serat zonular Menurun Meningkat
Bentuk lensa Lebih cembung Lebih pipih
Tebal axial lensa Meningkat Menurun
Dioptri lensa Meningkat Menurun
Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf parasimpatik cabang Nervus Occulomotorius.
Obat-obat parasimpatomimetik ( pilocarpin ) memicu akomodasi, sedangkan obat-obat
parasimpatolitik ( atropin ) memblok akomodasi. Obat-obatan yang menyebabkan relaksasi otot ciliar
disebut cyclopegik.
Katarak
Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan
lensa yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang.Katarak lebih
sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1
di seluruh dunia.Katarak berasal dari Yunani ( Katarrhakies ) , Inggris (Cataract), dan
Latin ( Cataracta ) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
(Ilyas, 2005).Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi
karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam
kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau
penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.
Epidemiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60
tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi
katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran.
Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta
orang mengalami kebutaan akibat katarak.
A. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal. Kerusakan lensa pada katarak senilis
juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang progresif. Beberapa penelitian
menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione dan
penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase. Teori stres
oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang
tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala
seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai
katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya
peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat
terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti
diabetes mellitus.
Patofisiologi
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak
yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier
ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak.
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi etiologi
I. Katarak kongenital
II. Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak oleh karena cedera listrik
6. Katarak oleh karena radiasi
7. Katarak oleh karena logam berat
dan obat-obatan
8. Katarak yang berhubungan
dengan penyakit kulit
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i. Katarak kaspular anterior
ii. Katarak kapsular posterior
2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah
kapsul)
i. Katarak subkapsular anterior
ii. Katarak subkapsular posterior
3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks
4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)
5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa
6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada
daerah polar
i. Katarak polaris anterior
ii. Katarak polaris posterior
Berdasarkan morfologi :
o Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak.Katarak ini lokasinya pada bagian
tengah lensa atau nukleus.Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis),
berubah menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini
merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi
lebih baik (miopisasi).
o Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa.Katarak menyerang pada lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.
o Katarak Subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa.Pasien merasa sangat terganggu saat membaca
di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada malam hari.Dibagi
menjadi katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis anterior.Pada
Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien DM, Myotonic
Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada subcapsularis anterior biasanya
terdapat pada Glaukoma sudut tertutup akut ( Glaukomfleckens ), toksisitas
amiodaron, miotic, dan Wilson disease.
o Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat lepas
pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine, yang
disertai dengan sinekia posterior
Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan kapsul
posterior dengan retina yang seharusnya menghilang sejak lahir.
o Katarak Polar
a. Katarak polar anterior; melibatkan bagian sentral dari kapsul anterior
dan diantara korteks superfisial. Hal ini dapat terjadi melalui:
1. Terlambatnya perkembangan bilik mata depan. Pada
kasus ini, kekeruhan biasanya bilateral, statis, dan
secara visual tidak signifikan.
2. Perforasi kornea. Katarak juga dapat didapat pada usia
infantil dengan adanya kontak antara kapsul lensa
dengan bagian belakang kornea, biasanya setelah
perforasi kornea yang disebabkan oleh oftalmia
neonatorum atau sebab lain.
b. Katarak polar posterior; dikaitkan dengan: sisa arteri hialoidea
persisten (Mittendorf dot), lentikonus posterior, Persisten Hyperplastic
Primary Vitreus (PHPV).
o Katarak Lamellar atau Zonular
Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat
perkembangan serat lensa maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih
jernih. Kemudian terdapat serat lensa keruh dalam kapsul lensa.Kekeruhan
berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.Katarak Lamellar ini
mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan dan biasanya
bilateral.
o Katarak Sutural
Katarak sutural merupakan kekelurhan pada lensa daerah sutural fetal,
bersifat statis, bilateral, dan familial.Katarak ini tidak mengganggu penglihatan
karena tidak tepat mengenai media penglihatan.Biasanya pada katarak ini tidak
dilakukan tindakan.
Berdasarkan age of onset
Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir dengan katarak, tetapi
orang tua kurang memperhatikan dan baru terlihat ketika usianya sudah 3 bulan.
Semakin lambat dioperasi prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat biasanya
ambliopia dan tidak maksimum. Katarak kongenital sebaiknya dioperasi sebelum
usia 2 bulan.
Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak kongenital di mana usia
penderita di bawah 1 tahun.
Katarak Juvenile terjadi pada usai 2—40 tahun dan biasanya kelanjutan dari
katarak kongenital
Katarak Presenile terjadi pada usia 40-50 tahun
Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Kebanyakan katarak yang
kita jumpai adalah jenis ini akibat proses degeneratif.
Grading
Grade 1:
Nukleus lunak, biasanya visus masih baik > 6/12, dengan lensa yang tampak
sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan
mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.
Grade 2:
Nukleus dengan kekeruhan ringan, visus 6/12 – 6/30, dengan nukleus yang
kekuningan. Refleks fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini
paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior
Grade 3:
Nukleus dengan kekeruhan medium, visus 3/60 – 6/30, korteks telah mengalami
kekeruhan.
Grade 4:
Nukleus telah mengeras, visus antara 1/60 – 3/60, nukleus berwarna kuning
kecoklatan. Refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai.
Grade 5:
Nukleus sangat keras dengan visus 1/60 atau lebih jelek dengan nukleus berwarna
coklat atau hitam. Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent cataract
atau black cataract.
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan
asam amino dan kalium, yang
mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan
lensa memasuki keadaan hidrasi
yang diikuti oleh koagulasi protein.
Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat
maturasi sebagai berikut:
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling
dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai korteks
anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa Spokes of a wheel.
Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”
II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih,
maka terdapat iris shadow.Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang
nukleus lensa.Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan
lensa menjadi cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya
bertambah dan mata menjadi miopia.
III. Katarak senilis matur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada.Lensa telah
menjadi keruh seluruhnya.Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara.Pada
stadium ni, lensa akan berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.
IV. Katarak senilis hipermatur
i. Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan
lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke
dasar.Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi
korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang
dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii. Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi
dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam.
Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni
A. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:
Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah,
lalu secara perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul,
namun masih terdapat sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang
dapat dilihat ialah coklat (cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah
(cataracta rubra)
Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra
Tabel Perbedaan Stadium Katarak
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah
(air masuk)
Normal Berkurang
(air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata
depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik
mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
2. Katarak senilis nuklear
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. Hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi.Maturasi pada katarak senilis
nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan daya
elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi
lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi
dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya
deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak
brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang
berwarna merah (katarak rubra).
Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik.Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien.Visus pasien dengan katarak subcapsuler
posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.Pemeriksaan adneksa okuler dan
struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan
prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau
katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium
pada katarak senilis.Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa.Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular karena zonula yang kuat.Penyulit yang
dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan. Pada usia 40-50 tahun, digunakan enzim
alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik
untuk membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonikakan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin PHACO akan menyedot massa
katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena insisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini
bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa pengganti untuk memfokuskan penglihatannya.
LENSA TANAM INTRAOKULER
Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia.
Biasanya bahan lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat
komplikasi yang tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh
sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.
Pasca Operasi
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka
pendek.Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi
telah sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih
cepat dengan metode phacoemulsification.Karena pasien tidak dapat berakomodasi
maka pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.Saat ini digunakan lensa intraokuler multifokal,
lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan.
Perawatan pasca bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat
selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya
dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan
dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan baik melui
lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu
setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat untuk :
- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul beberapa jam
setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
- Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
- Jangan menggosok mata
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
C. Komplikasi
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea
perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi rendah
yang terperangkap dalam kantong kapsuler.
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.
D. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga
tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang
tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
E. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah
oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat.
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan pada lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia diatas 50 tahun.
Penyebab terjadinya katarak senilis adalah karena proses degeneratif. Selain
itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya penyakit
metabolik, trauma, serta paparan sinar ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dibedakan menjadi 4 stadium yaitu stadium
insipien, intumesen, imatur, matur, hipermatur, dan morgagni. Gejala umum
gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang
menghalangi, silau, dapat terjadi penglihatan ganda pada 1 mata, memerlukan
pencahayaan yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram.
Pengobatan pada katarak adalah operasi.Untuk menentukan kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Apabila dibiarkan, katarak
akan menimbulkan gangguan penglihatan dan komplikasi seperti glaukoma, uveitis,
dan kerusakan retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal
yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan
langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata gelap dan
sebagainya, pemberian intake antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori
bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada
saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
Daftar Pustaka
1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
3. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar
Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011. (e-book)
5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company ; 2006.
6. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.