kebijakan umum -...
TRANSCRIPT
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR ISI iii
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017
PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN
2016
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR ISI iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ____________________________________________________________ iv
DAFTAR TABEL ________________________________________________________ v
DAFTAR GAMBAR ______________________________________________________ vi
BAB I PENDAHULUAN __________________________________________________ 1
1.1. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ______ 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN ______________________________ 2
1.3. DASAR PENYUSUNAN KUA _______________________________________ 3
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH _____________________________ 8
2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH PADA TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN PADA TAHUN 2017. ____________________ 8
2.2. RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN 2017. ____________ 13
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ________ 16
3.1. ASUMSI DASAR YANG DIPERGUNAKAN DALAM APBN________________ 17
3.2. LAJU INFLASI __________________________________________________ 17
3.3. PERTUMBUHAN PDRB. __________________________________________ 18
3.4. LAIN – LAIN ASUMSI ____________________________________________ 20
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ____ 23
4.1. KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH _______________________________ 23
4.2. KEBIJAKAN BELANJA DAERAH ___________________________________ 26
4.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH ________________________________ 57
BAB V PENUTUP ______________________________________________________ 58
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR TABEL v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014 ..................................................................................................... 10
Tabel 2.2 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (persen) ............................................................................ 11
Tabel 2.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 .......................................................................................... 12
Tabel 2.4 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ............................................. 13
Tabel 3.1 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ............................................. 17
Tabel 3.2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kota Pekalongan Tahun 2010─2014 ......................................................................................... 18
Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), Kota Pekalongan tahun 2011─2014 ...................................................................... 19
Tabel 4.1 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Nasional ....................................... 46
Tabel 4.2 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Provinsi Jawa Tengah .................. 49
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ................................................................................................... 9
Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2010-2014 ................................................... 18
Gambar 4.1 Piramida Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 ...... 36
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN
Rangkaian pentahapan perencanaan pembangunan sampai dengan implementasi
program dan kegiatan dalam kerangka APBD Tahun Anggaran 2017, telah diawali
dengan penyelenggaraan Musrenbang mulai dari tingkat Kelurahan sampai dengan
ditetapkannya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017 melalui Peraturan
Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016. Tahapan selanjutnya adalah pengajuan
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
yang akan dibahas dan disepakati bersama antara Walikota dengan Pimpinan DPRD
Kota Pekalongan. Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan dari ketentuan yang telah
diatur dalam Pasal 310 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah menyusun KUA dan
PPAS berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk dibahas bersama”.
Selanjutnya di dalam ayat (2) dan ayat (3) secara berturut-turut disebutkan “KUA serta
PPAS yang telah disepakati kepala daerah bersama DPRD menjadi pedoman Perangkat
Daerah dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Kemudian, Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja perangkat Daerah disampaikan
kepada pejabat pengelola keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan
Perda tentang APBD tahun berikutnya”.
Ketentuan lain yang juga menjadi pedoman adalah pasal 17 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa
“Penyusunan Rancangan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD)”. Kemudian di dalam pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah diamanatkan bahwa
“RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD”.
Dengan demikian, Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) pada dasarnya merupakan bagian pentahapan
dalam upaya mewujudkan target-target yang telah ditetapkan dalam RKPD Kota
Pekalongan, dalam hal ini RKPD Tahun 2017. Dan selanjutnya Kebijakan Umum APBD
(KUA) ini akan menjadi pedoman dalam penyepakatan Prioritas Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) sebelum nantinya menjadi dasar dalam penyusunan RAPBD Kota
Pekalongan Tahun 2017.
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
anggaran 2017, Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) Tahun 2017 harus sinkron dengan dokumen perencanaan Daerah
yang bersangkutan. Sehingga secara terstruktur, arah kebijakan pembangunan antar
berbagai level pemerintahan akan sinkron satu dengan yang lainnya. KUA dan PPAS
Pemerintah Provinsi Tahun 2017 berpedoman pada RKPD Provinsi Tahun 2017 yang
telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017, sedangkan KUA dan PPAS
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
2
Pemerintah Kabupaten/Kota berpedoman pada RKPD Kabupaten/Kota Tahun 2017 yang
telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017 dan RKPD Provinsi Tahun 2017.
Dengan demikian, pada dasarnya Kebijakan umum APBD adalah sasaran dan kebijakan
daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang
disepakati sebagai pedoman penyusunan R-APBD.
Rancangan KUA-PPAS APBD Tahun Anggaran 2017 pada saat sekarang ini sudah
diajukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan kepada DPRD Kota Pekalongan melalui
surat Walikota Pekalongan nomor 050/02146 tanggal 30 Juni 2016 perihal Pengajuan
KUA-PPAS APBD Kota Pekalongan Tahun 2017. Namun, sebelum dilakukan
pembahasan, Pemerintah Pusat menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut,
terdapat 2 (dua) point penting terkait Perencanaan dan Penganggaran, yaitu Diktum
Kedua yang mengamanatkan Pemerintah Daerah segera melakukan penyesuaian
dokumen Rencana Pembangunan Daerah sesuai Kelembagaan Perangkat Daerah yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah; dan Diktum Ketiga yang mengamanatkan agar Penyusunan KUA PPAS Tahun
2017 dilaksanakan secara paralel dengan Pembentukan Peraturan Daerah tentang
Perangkat Daerah dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dan
Pimpinan DPRD.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan kembali
Rancangan KUA-PPAS RAPBD Tahun Anggaran 2017 setelah sebelumnya dilakukan
penyusunan kembali RKPD Kota Pekalongan tahun 2017 sesuai dengan Organisasi
Pemerintah Daerah yang baru sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kota Pekalongan.
Disamping itu, Pemerintah Kota Pekalongan pada saat ini telah menetapkan
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016 –
2021. Oleh karena itu, RKPD dan Kebijakan Umum APBD Tahun 2017 ini, disusun
dengan memuat sinkronisasi perencanaan tahunan dengan memperhatikan pencapaian
target-target pembangunan yang ada dalam dokumen RPJMD. Kebijakan Umum APBD
Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017 ini memuat program-program yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang
disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan
penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN
Maksud dari penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017
adalah sebagai landasan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun
2017 yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
Adapun tujuan dari penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah memuat antara lain:
1) Memberikan arah pembangunan melalui penuangan pokok-pokok kebijakan yang
memuat sinkronisasi kebijakan Pemerintah dengan Pemerintah Daerah;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
3
2) Mengatur tentang prinsip dan kebijakan penyusunan APBD berkaitan dengan
gambaran kondisi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan
daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi
pencapaiannya, serta kebijakan daerah lainnya;
3) Mewujudkan terciptanya sinergitas, integrasi dan keseimbangan antara pendekatan
perencanaan program pembangunan berbasis sektoral/per-bidang pembangunan,
dengan pendekatan perencanaan pembangunan berbasis kewilayahan;
4) Mewujudkan efisiensi dan efektivitas rencana alokasi sumber daya untuk optimalisasi
pembangunan daerah.
1.3. DASAR PENYUSUNAN KUA
Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 ini berpedoman
beberapa regulasi yang berkaitan dan digunakan sebagai rujukan, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Tahun 2013 Nomor 232);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Undang – undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
4
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler
dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5219);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada
Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4972);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5161);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
5
21. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang
Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5179);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
23. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2017;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 564);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017.
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.
28. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak
Lanjut Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah;
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005–2025;
30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-
2018;
31. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;
32. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 10);
33. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 11);
34. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah;
35. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan;
36. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Terminal;
37. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel;
38. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
6
39. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak
Penerangan Jalan;
40. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah Kepada Pihak Ketiga;
41. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
42. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir;
43. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang
Burung Walet;
44. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan;
45. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame;
46. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah;
47. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
48. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Ijin Gangguan;
49. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi di Kota
Pekalongan;
50. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
51. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 22 Tahun 2011 tentang Retribusi
Tempat Khusus Parkir;
52. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 23 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor;
53. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Izin Trayek;
54. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 25 Tahun 2011 tentang Retribusi
Tempat Rekreasi dan Olahraga;
55. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan;
56. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 27 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan;
57. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Rumah
Pemotongan Hewan dan Retribusi Rumah Pemotongan Hewan;
58. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 31 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Tera /Tera Ulang;
59. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 32 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan / Kebersihan;
60. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Pemakaman;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN
7
61. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 34 Tahun 2011 tentang Retribusi
Penyedotan Kakus;
62. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 35 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan;
63. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin
Usaha Perikanan;
64. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 37 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
65. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 38 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Pasar;
66. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 52 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kota Pada Lurah;
67. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009-2029;
68. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran;
69. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
70. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kota Pekalongan;
71. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJP-D) Kota Pekalongan Tahun 2005-2025;
72. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi
Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;
73. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
74. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2016 tentang RPJMD Kota
Pekalongan Tahun 2016-2021;
75. Peraturan daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Pekalongan;
76. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2017;
77. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 37 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2017.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
8
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH PADA
TAHUN 2015 DAN PERKIRAAN PADA TAHUN 2017.
Kondisi perekonomian dunia yang bergejolak akibat krisis ekonomi global yang
sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi kondisi ekonomi domestik
Indonesia secara umum maupun Kota Pekalongan secara khusus. Namun sejak satu
tahun terakhir, beberapa negara seperti Amerika Serikat mulai recovery dan bangkit dari
keterpurukan ekonomi global. Menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata
uang negara lainnya, termasuk Indonesia ditambah dengan harga minyak dunia yang
sempat merosot pada pertengahan tahun 2016, bahkan sempat mencapai harga
terendah sejak bulan Juli 2010 menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi
yang semakin kuat.
Kerjasama regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai 1
Januari 2016 juga perlu menjadi perhatian bagi perekonomian Indonesia dan Jawa
Tengah pada khususnya. Dengan dimulainya MEA, maka perekonomian regional akan
semakin terbuka, yang akan berimplikasi pada terbukanya arus barang dan jasa antar
negara ASEAN.
Perubahan perkembangan perekonomian dunia ini, meskipun dalam skala
nasional, namun pada akhirnya tetap berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Pelambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi akan ikut
mempengaruhi perputaran ekonomi di Daerah yang akan sangat dirasakan dampaknya
pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, kebijakan Pemerintah
Daerah, baik dalam mendorong penyerapan anggaran yang pada akhirnya akan ikut
menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah, ataupun dalam hal penetapan sektor-
sektor pembangunan strategis yang selama ini menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja, menjadi sangat dibutuhkan.
Upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan guna menjaga
stabilitas pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan pembangunan pada sektor-
sektor strategis dan juga menjadi prioritas sesuai dengan visi dan misi pembangunan
jangka menengah (RPJMD), tidak dapat dilepaskan dari kondisi keuangan Negara
karena masih tingginya ketergantungan APBD terhadap sumber pendapatan dari
Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Provinsi.
Pada bulan September 2016, Pemerintah Pusat sempat mengambil kebijakan
penundaan dana transfer kepada Daerah sebagai akibat rendahnya Pendapatan Negara.
Kondisi ini sempat menjadi perhatian serius, khususnya terkait dengan kebijakan
pembangunan pada tahun 2017. Namun demikian, perkembangan implementasi
kebijakan tax amnesty sampai saat ini terus menunjukkan progress yang positif,
sehingga penerimaan Negara diprediksikan akan dapat tercapai sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kebijakan alokasi pendapatan yang bersumber
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
9
dari dana Transfer Pemerintah Pusat diasumsikan tidak mengalami pengurangan atau
penundaan.
Perkembangan ekonomi makro Kota Pekalongan masih lebih banyak didorong oleh
peningkatan konsumsi, terutama konsumsi pemerintah (realisasi belanja APBD) dan
rumah tangga. Kinerja sektor utama masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran, serta industri pengolahan.
Pada tahun 2017, sektor-sektor ini diprediksikan akan mendorong pertumbuhan
ekonomi Kota Pekalongan. Sektor Perdagangan yang juga sejalan dengan sekotr
industry pengolahan, khususnya batik, selain akan tetap memasok kebutuhan pasar
lokal, juga akan menunjukkan trend positif sejalan dengan semakin pendeknya waktu
tempuh pemasaran ke beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.
Infrastruktur jalan, berupa pembangunan jalan tol yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
akan berdampak positif, karena waktu tempuh ke Kota Pekalongan dari berbagai kota
akan semakin pendek.
Disamping itu, ketersediaan akomodasi perhotelan yang representative dan
menyuguhkan kenyamanan serta tumbuhnya kuliner yang menyebar ke berbagai
kawasan Kota, juga menjadi salah satu faktor pendukung. Tingginya perhatian
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Pekalongan yang akan mengembangkan
objek wisata alam di daerah Petungkriyono secara langsung ataupun tidak langsung
akan sangat relevan dengan tumbuhnya kedua sektor ini di Kota Pekalongan.
Ketersediaan akomodasi perhotelan yang ada akan menjadi satu kesatuan paket wisata
(wisata alam dan wisata belanja) yang akan berkembang di Kota Pekalongan.
Untuk mendukung pertumbuhan sektor-sektor unggulan tersebut, Pemerintah Kota
Pekalongan pada waktu-waktu yang akan datang juga telah mengambil kebijakan yang
sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi, khususnya dalam penyediaan
infrastruktur jalan. Upaya ini diharapkan akan dapat memberikan pengaruh positif bagi
terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2016
Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2010-2015
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kota Pekalongan (%) 5,51 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00
Prov Jateng (%) 5,84 5,30 5,34 5,14 5,42 5,44
Nasional (%) 6,22 5,94 5,87 5,61 5,01 4,79
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Kota Pekalongan (%) Prov Jateng (%) Nasional (%)
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
10
Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan menunjukkan adanya fluktuasi selama
lima tahun sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Puncak pertumbuhan
ekonomi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 5,91. Kemudian menunjukkan
penurunan sampai dengan tahun 2015, bahkan berada di bawah Provinsi Jawa
Tengah meskipun masih di atas Nasional.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Selama kurun waktu 2013 – 2014 nilai PDRB Kota Pekalongan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Nilai PDRB pada Tahun 2013 Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) sebesar Rp. 6.396,42 Milyar naik pada Tahun 2014 menjadi Rp.
7.092,78 Milyar. Nilai PDRB Atas Harga Dasar Konstan (ADHK) naik dari Rp. 5.456,19
Milyar menjadi Rp. 5.755,28 Milyar.
Sektor PDRB yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB Kota
Pekalongan tahun 2014 yaitu sektor Perdagangan besar dan eceran, Reparasi Mobil
dan sepeda motor (22,14%); industri pengolahan (21,65%); serta konstruksi (14,90%).
Jika dibandingkan dengan tahun 2014, maka ketiga sektor tersebut masih menjadi
sektor dominan dalam PDRB Kota Pekalongan. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan
PDRB pada tiap sektor tahun 2013, maka diketahui bahwa meskipun nilai laju
pertumbuhan lebih kecil dibandingkan tahun 2013, tetapi semua sektor mengalami
pertumbuhan positif.
Tabel 2.1 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014
No. Lapangan
Usaha
ADHB
(Milyar Rp)
ADHK
(Milyar Rp)
Laju PDRB
(%)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
1 Pertanian,
Kehutanan dan
Perikanan
373.908,25 413.679,62 298.986,88 311,209.41 -2.06 4.09
2 Pertambangan
dan Penggalian
- - - - - -
3 Industri
pengolahan
1.539.506,40 1.677.230,21 1.252.412,45
1,302,422.46
6.33 3.99
4 Listrik Gas dan
Air Bersih
11.393,22 11.800,77 11.564,85 11,334.13 1.00 -1.99
5. Pengadaan air,
pengelolaan
sampah Limbah
dan daur ulang
8.132,85 8.732,45 7.281,29 7,465.94 2.50 2.54
6 Konstruksi 1.030.311,08 1.114.835,87 797.212,77 842,141.21 4.70 5.64
7. Perdagangan
besar dan
eceran,
Reparasi Mobil
dan sepeda
motor
1.570.212,89 1.701.476,38 1.295.313,29
1,342,161.54
5.08 3.62
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
11
No. Lapangan
Usaha
ADHB
(Milyar Rp)
ADHK
(Milyar Rp)
Laju PDRB
(%)
2014 2015 2014 2015 2014 2015
8. Transportasi
dan
Pergudangan
430.018,75 484.716,36 389.708,63 409,631.43 4.67 5.11
9. Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
350.184,06 410.713,27 270.113,24 291,125.26 6.58 7.78
10. Informasi dan
Komunikasi
277.311,93 301.972,24 268.607,64 291,659.71 10.98 8.58
11. Jasa Keuangan
dan Asuransi
413.907,82 463.133,19 322.511,27 344,739.85 6.50 6.89
12. Real Estate 184.030,96 206.759,53 160.681,83 172,688.74 7.22 7.47
13. Jasa
Perusahaan
25.651,07 29.195,11 21,190,30 22,959.19 15.81 8.35
14. Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
335.654,47 369.819,93 257.034,28 271,898.83 0.96 5.78
15. Jasa Pendidikan 328.179,91 351.217,68 225.893,08 236,682.22 10.20 4.78
16. Jasa Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
84.819,18 95.021,76 65.331,21 69,972.05 10.08 7.10
17. Jasa lainnya 129.553,75 137.967,25 111.439,25 115,003.76 8.59 3.20
PDRB 7.092.776,58 7.778.271,61 5.755.282,26 6,043,095.73 5.48 5.00
Sumber data : BPS Kota Pekalongan, 2016
Tabel 2.2 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2011-2013 (persen)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
6,15 6,07 5,86 5,60 5,27 5.32
B Pertambangan dan
Penggalian
– – – – – --
C Industri Pengolahan 19,30 19,89 20,82 21,53 21,67 21.56
D Pengadaan Listrik dan
Gas
0,20 0,19 0,19 0,17 0,16 0.15
E Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0.11
F Konstruksi 14,26 13,93 14,08 14,37 14,91 14.33
G Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
24,02 24,61 23,55 22,98 22,14 21.87
H Transportasi dan
Pergudangan
7,24 6,79 6,41 6,10 6,14 6.23
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
12
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
I Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
4,66 4,59 4,56 4,52 4,67 5.28
J Informasi dan Komunikasi 4,02 3,95 3,96 3,93 3,91 3.88
K Jasa Keuangan dan
Asuransi
5,59 5,50 5,71 5,78 5,84 5.95
L Real Estat 2,70 2,62 2,55 2,52 2,59 2.66
M,N Jasa Perusahaan 0,33 0,33 0,34 0,36 0,39 0.38
O Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
5,11 4,93 5,01 4,87 4,73 4.75
P Jasa Pendidikan 3,28 3,51 3,98 4,26 4,43 4.52
Q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
1,02 1,07 1,14 1,14 1,20 1.22
R,S,T
,U
Jasa lainnya 1,98 1,89 1,72 1,76 1,84 1.77
Produk Domestik Regional
Bruto
100 100 100 100 100 100
Sumber data : BPS Kota Pekalongan, 2016
PDRB per kapita merupakan PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun. Pada Tahun 2014, PDRB per kapita Kota Pekalongan ADHB
mencapai Rp.24,15 juta, meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Sedangkan
PDRB per kapita Kota Pekalongan ADHK tahun 2014 sebesar Rp.19,60 juta, juga
meningkat dibandingkan tahun 2013. PDRB per kapita Kota Pekalongan secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita
Kota Pekalongan Tahun 2010-2014
No Tahun PDRB Per Kapita (atas dasar
harga konstan) (Rp. Juta)
Pendapatan Per Kapita (atas
dasar harga berlaku) (Rp Juta)
1 2010 16,40 16,40
2 2011 17,12 18,18
3 2012 17,89 19,94
4 2013 18,76 21,99
5 2014 19,60 24,15
Sumber data : PDRB Kota Pekalongan Tahun 2015, diolah
c. Inflasi
Inflasi Kota Pekalongan selama tahun 2015 tercatat sebesar 3,46 %. Angka ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 7,82 % dan juga tahun
2013 dan 2012 yang masing-masing tercatat sebesar 7,4 % dan 3,55 %.
Untuk tingkat Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, dibandingkan dengan kondisi
perubahan harga yang terjadi di Kota Pekalongan tidak ada perbedaan yang
mencolok. Pada tingkat nasional di tahun 2015 tercatat inflasi sebesar 3,35 %,
sementara di tingkat Provinsi Jawa Tengah inflasi sebesar 2,73 %.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
13
Perkembangan inflasi kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan nasional
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Tabel 2.4 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kota Pekalongan (%) 3,77 2,45 3,55 7,40 7,82 3,46
Prov Jateng (%) 6,88 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73
Nasional (%) 6,69 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35
Sumber: Kota Pekalongan Dalam Angka 2015
2.2. RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN 2017.
Pada tahun 2017 perekonomian global diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5 %,
lebih tinggi dari tahun 2016. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang. Faktor lain, harga komoditas, diperkirakan masih
tetap rendah. Sementara inflasi global diperkirakan cenderung stabil. Sementara itu,
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 diprediksi pada kisaran 5,5 hingga 5,9
%. Untuk Kota Pekalongan sendiri, Pertumbuhan Ekonomi diperkirakan mencapai 5,6 – 6
% dengan asumsi meningkatnya pertumbuhan di beberapa sektor sebagai akibat
rencana pembangunan interchange jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar
PETANGLONG.
2.2.1. Tantangan Perekonomian Tahun 2017.
Kondisi perekonomian Kota Pekalongan secara langsung maupun tidak langsung
dipengaruhi oleh dinamika perubahan lingkungan strategis, baik regional Provinsi Jawa
Tengah dan Nasional serta dinamika Internasional. Perkembangan lingkungan strategis
pada tahun 2017 yang mempengaruhi perekonomian Kota Pekalongan, diperkirakan
sebagai berikut:
a. Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) sejak awal tahun 2016 akan
semakin memberikan tantangan bagi persaingan tenaga kerja profesional;
b. Rencana pembangunan jalan tol ruas Pemalang - Batang dan Batang – Semarang,
akan banyak mempengaruhi struktur perekonomian terutama pada sektor retail dan
sikap para pelaku ekonomi lokal yang harus diantisipasi dengan berbagai kebijakan
yang akomodatif, fasilitatif tetapi tetap memperhatikan keberlanjutan pembangunan
di masa yang akan datang.
c. Ancaman bencana alam berupa genangan rob yang makin meluas di wilayah
Pekalongan Utara akan ikut memperlambat perekonomian Kota Pekalongan.
Aktivitas ekonomi masyarakat akan sangat terganggu dengan kondisi tersebut
apabila tidak dilakukan upaya antisipasi secara terpadu oleh semua komponen
Pemerintah dan Masyarakat Kota Pekalongan.
d. Meningkatnya jumlah wisatawan di Kota Pekalongan, baik pada agenda religi
tahunan ataupun pada kunjungan harian memerlukan penyikapan secara baik dan
menyeluruh sehingga akan memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian
Kota Pekalongan.
e. Ketergantungan bahan pangan pokok dan hasil hortikultura dari luar daerah
mengakibatkan ketersediaan dan kenaikan harga bahan pangan mudah terganggu
yang berdampak pada ketidakstabilan harga.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
14
f. Kenaikan tarif listrik yang disebabkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan
berkurangnya subdisi BBM berpotensi meningkatkan inflasi dan perlambatan
pertumbuhan ekonomi.
g. Masih rendahnya kualitas SDM mengakibatkan daya saing yang rendah;
h. Tingginya permintaan produk yang berkualitas menuntut peningkatan standar
kualitas produk;
i. Dengan perkembangan wilayah sekitar Pekalongan, maka Kota Pekalongan sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah harus mampu memberikan kontribusi sebagai pendorong
seiring dengan perkembangan tersebut.
j. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam lokal, khususnya perikanan,
ditambah lagi dengan semakin meluasnya genangan akibat rob atau air laut pasang.
Disamping itu, perikanan Kota Pekalongan yang berbasis pada perikanan tangkap
dimana kewenangan pengelolaannya akan dipindah ke Provinsi, berpotensi pada
penurunan pendapatan. Demikian juga dengan pengendalian kebijakan di bidang
perikanan tangkap yang kemudian tidak berbasis pada kebutuhan lokal.
k. Meningkatnya persaingan antar daerah dalam menarik investasi dari dunia usaha
yang relatif sulit untuk dapat dipenuhi mengingat terbatasnya lahan.
l. Regulasi perekonomian dan advokasi alokasi anggaran Provinsi Jawa Tengah dan
Pusat disesuaikan dengan peran dan kontribusi Kota Pekalongan terhadap
perekonomian Provinsi Jawa Tengah dan Pusat.
m. Perubahan kebijakan terhadap alokasi transfer dana ke Daerah oleh Pemerintah
Pusat ataupun Pemerintah Provinsi memberikan dampak terhadap strategi dan arah
kebijakan pembangunan tahunan. Hal ini juga berpengaruh terhadap aktivitas
ekonomi, khususnya yang bersumber dari dana Pemerintah.
n. Beban pemerintah dalam penyediaan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan beras
serta produk lainnya mengurangi alokasi pendanaan ke daerah. Pemerintah daerah
harus menggali sumber-sumber pendanaan melalui penggalian potensi daerah,
kemitraan dengan kalangan dunia usaha, pinjaman daerah dan swadaya
masyarakat.
Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap perekonomian Kota Pekalongan
pada tahun 2017, sebagai berikut:
a. Letak strategis dan dukungan penyediaan sarana dan prasarana perekonomian yang
baik mempengaruhi tingkat efisiensi pengelolaan perekonomian dan daya tarik bagi
investasi di daerah, terutama industri kreatif dan kerajinan.
b. Menurunnya kontribusi sektor primer dan peningkatan teknologi tepat guna
berdampak pada tergesernya tenaga kerja kurang terampil/buruh.
c. Meningkatnya iklim yang kondusif dalam penanaman modal yang dibuktikan dengan
meningkatnya nilai investasi, melalui pelayanan perijinan usaha serta rendahnya
angka kriminalitas yang sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan kegiatan
perekonomian.
Tantangan-tantangan tersebut sangat menentukan perkembangan perekonomian
Kota Pekalongan. Oleh karena itu, tantangan ini harus dapat diantisipasi secara
proporsional melalui penetapan prioritas rencana kegiatan dan pendanaan pembangunan
daerah.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
15
2.2.2. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017.
Prioritas kebijakan pembangunan ekonomi Kota Pekalongan secara makro tahun
2017 adalah (1) pemantapan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan tujuan
utama meningkatkan penanaman modal, (2) memperluas kesempatan kerja dan
mendorong wirausaha baru, (3) meningkatkan perlindungan usaha mikro, kecil dan
sektor informal, (4) mengurangi jumlah penduduk miskin dan (5) meningkatkan pelatihan
keterampilan dan perintisan usaha.
Namun demikian, di sisi lain, keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan
pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah
Kota Pekalongan diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
efisiensi pendanaan pembangunan dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.
Berkaitan dengan kondisi yang tersebut di atas maka usaha-usaha yang harus
dilakukan dalam pemantapan perekonomian daerah, adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan upaya-upaya promosi atas potensi unggulan daerah, baik dalam
bentuk produk barang berupa batik dan produk olahan lainnya, ataupun dalam
bentuk wisata budaya, wisata alam, dan wisata religi.
b. Meningkatkan jejaring dan kerja sama promosi dan usaha pariwisata dengan
berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah lain ataupun para pelaku industri pariwisata
di seluruh Indonesia.
c. Mengantisipasi munculnya dampak-dampak ekonomi sebagai akibat peristiwa
bencana genangan rob yang semakin meluas hingga dapat melumpuhkan aktiviitas
ekonomi masyarakat.
d. Menjamin ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian (revitalisasi pasar
tradisional, perlindungan UMKM) agar berfungsi dengan baik dan sektor-sektor lain
sebagai penunjang pertumbuhan dan distribusi barang semakin efisien.
e. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja melalui pelatihan ketrampilan
berbasis kompetensi, kewirausahaan, teknologi tepat guna, pendidikan kecakapan
hidup (life skill) serta menyempurnakan sistem pengupahan.
f. Meningkatkan jejaring bisnis antara pengusaha Kota Pekalongan dengan pengusaha
daerah lain skala nasional maupun perluasan jejaring kerja sama bisnis dengan
Negara lain dengan fokus produk unggulan batik dan kerajinan.
g. Mewujudkan ketertiban hukum dan keamanan dalam masyarakat guna menjamin
kegiatan usaha dalam masyarakat dapat terselenggara dengan baik.
h. Meningkatkan pelayanan perijinan usaha secara terpadu melalui peningkatan
fasilitasi perijinan bagi usaha mikro, kecil serta sektor informal agar dapat menjadi
usaha formal dan mudah mengakses kredit perbankan.
i. Meningkatkan kerjasama antar daerah dan mengembangkan kemitraan usaha dan
pemberdayaan usaha mikro, kecil dan sektor informal. Melalui kerjasama kemitraan
dan program tanggung jawab sosial perusahaan (program CSR) dari dunia usaha
untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan lembaga
keuangan mikro (LKM) di tingkat Rukun Warga (RW).
j. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dalam membantu pemasaran produk
unggulan daerah.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
16
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM
PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(RAPBD)
Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam
RKPD Tahun 2017 sebagai pelaksanaan agenda RPJMD tahun 2016-2021 di tahun
kedua, tidak terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh Pemerintah Kota
Pekalongan. Untuk itu, kebutuhan belanja pembangunan daerah akan selalu
mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis
dalam implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan sumber-sumber
pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya
masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR).
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
(penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Untuk pendapatan daerah
bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau pemerintah daerah lainnya. Selanjutnya untuk penerimaa pembiayaan bersumber
dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA), Pencairan
Dana Cadangan dan Penerimaan kembali investasi pemerintah. Sedangkan pengeluaran
pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah dan Pembayaran Pokok Utang. Selain dana dari penerimaan daerah
tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana
dekonsentrasi, dana tugas pembantuan dan urusan bersama, yang dialokasikan untuk
menunjang program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan berdasarkan prioritas
dan bersifat penugasan kepada perangkat daerah.
Kondisi perekonomian daerah yang stabil diharapkan tetap terjaga pada tahun
2017 melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter nasional yang didukung dengan
kebijakan fiskal daerah serta penguatan kelembagaan keuangan mikro dan sektor riil.
Harapan dan keyakinan terhadap kondisi tersebut didasarkan pada proyeksi optimis
perbaikan perekonomian nasional seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi
dunia, meskipun tetap harus diwaspadai gejolak ekonomi global. Dengan pertimbangan
berbagai kondisi ekonomi tersebut, maka perhitungan perencanaan APBD Tahun 2017
dihitung berdasarkan berbagai asumsi sebagai berikut :
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
17
1. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
2. Laju Inflasi; 3. Pertumbuhan PDRB; dan 4. Lain-lain asumsi.
3.1. ASUMSI DASAR YANG DIPERGUNAKAN DALAM APBN
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dokumen
yang memuat kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang
mendasarinya untuk periode satu tahun. Didalam menyusun APBD tentunya mengacu
pada kebijakan pemerintah dalam penganggaran nasional yang tertuang dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, yang selanjutnya akan menjadi acuan dalam
penyusunan APBN Tahun 2016. Sebagaimana asumsi yang digunakan dalam
penyusunan RKP 2016, Pertumbuhan ekonomi nasional akan terus meningkat dan
diprediksi tahun 2017 sekitar 5,5 – 5,9 % dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor hingga
mencapai 4,5 – 5,0 %, membaiknya iklim investasi dan peluang pasar domestik yang
luas sehingga ikut mendorong investasi tumbuh 6 – 6,6 % yang didukung oleh
kemudahan perijinan berinvestasi melalui deregulasi dan harmonisasi peraturan pusat
dengan daerah, percepatan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan daya saing
usaha, serta peningkatan peran daerah dalam menarik investasi. Sementara itu, tingkat
inflasi diperkirakan stabil pada kisaran 4,0 % diharapkan akan meningkatkan daya beli
masyarakat sehingga pada akhirnya akan mendorong konsumsi masyarakat dapat
tumbuh 5,4 – 5,5 %. Konsumsi pemerintah diperikarakn tumbuh 6,7 % dengan didorong
oleh penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas dengan program-program
pembangunan yang semakin efisien.
3.2. LAJU INFLASI
Inflasi Kota Pekalongan selama tahun 2015 tercatat sebesar 3,46 %. Angka ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 7,82 % dan juga tahun
2013 dan 2012 yang masing-masing tercatat sebesar 7,4 % dan 3,55 %. Untuk tingkat
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, dibandingkan dengan kondisi perubahan harga
yang terjadi di Kota Pekalongan tidak ada perbedaan yang mencolok. Pada tingkat
nasional di tahun 2015 tercatat inflasi sebesar 3,35 %, sementara di tingkat Provinsi
Jawa Tengah inflasi sebesar 2,73 %.
Perkembangan inflasi kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan nasional dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kota Pekalongan (%) 3,77 2,45 3,55 7,40 7,82 3,46
Prov Jateng (%) 6,88 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73
Nasional (%) 6,69 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 Sumber: Kota Pekalongan Dalam Angka 2015
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
18
3.3. PERTUMBUHAN PDRB.
Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan menunjukkan adanya fluktuasi selama
lima tahun sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Puncak pertumbuhan ekonomi
terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 5,91. Kemudian menunjukkan penurunan sampai
dengan tahun 2015, bahkan berada di bawah Provinsi Jawa Tengah meskipun masih di
atas Nasional.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010-2014
Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan
dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2010-2015
Struktur Ekonomi
Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Pekalongan tidak bergeser
dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor
ke lapangan usaha ekonomi lainnya, yang terlihat dari peranan setiap tahunnya terhadap
pembentukan PDRB Kota Pekalongan. Peranan terbesar pada struktur perekonomian
tahun 2015 adalah pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor (21,87 %), kemudian diikuti lapangan usaha Industri
Pengolahan (21,56 %) dan lapangan usaha Konstruksi (14,33 %). Struktur ekonomi ini
adalah gambaran dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku.
Tabel 3.2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kota
Pekalongan Tahun 2010─2015
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan
6,15 6,07 5,86 5,60 5,27 5.32
B Pertambangan dan
Penggalian
– – – – – --
C Industri Pengolahan 19,30 19,89 20,82 21,53 21,67 21.56
D Pengadaan Listrik dan
Gas
0,20 0,19 0,19 0,17 0,16 0.15
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kota Pekalongan (%) 5,51 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00
Prov Jateng (%) 5,84 5,30 5,34 5,14 5,42 5,44
Nasional (%) 6,22 5,94 5,87 5,61 5,01 4,79
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
Kota Pekalongan (%) Prov Jateng (%) Nasional (%)
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
19
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
E Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0.11
F Konstruksi 14,26 13,93 14,08 14,37 14,91 14.33
G Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
24,02 24,61 23,55 22,98 22,14 21.87
H Transportasi dan
Pergudangan
7,24 6,79 6,41 6,10 6,14 6.23
I Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum
4,66 4,59 4,56 4,52 4,67 5.28
J Informasi dan Komunikasi 4,02 3,95 3,96 3,93 3,91 3.88
K Jasa Keuangan dan
Asuransi
5,59 5,50 5,71 5,78 5,84 5.95
L Real Estat 2,70 2,62 2,55 2,52 2,59 2.66
M,N Jasa Perusahaan 0,33 0,33 0,34 0,36 0,39 0.38
O Administrasi
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
5,11 4,93 5,01 4,87 4,73 4.75
P Jasa Pendidikan 3,28 3,51 3,98 4,26 4,43 4.52
Q Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
1,02 1,07 1,14 1,14 1,20 1.22
R,S,T
,U
Jasa lainnya 1,98 1,89 1,72 1,76 1,84 1.77
Produk Domestik Regional
Bruto
100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kota Pekalongan Tahun 2015
Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi
Laju pertumbuhan PDRB Kota Pekalongan tahun 2015 mencapai 5,00 persen,
lebih lambat dibandingkan tahun 2014 dengan pertumbuhan 5,48 persen. Pertumbuhan
ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 8,58
persen. Sedangkan lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas merupakan satu-
satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi 1,99 persen. Pertumbuhan ekonomi
ini merupakan gambaran dari nilai PDRB atas dasar harga konstan.
Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha
(persen), Kota Pekalongan tahun 2011─2015
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
3,81 2,29 1,09 -2,06 4,09
B Pertambangan dan Penggalian – – – – –
C Industri Pengolahan 7,39 11,26 10,48 6,33 3,99
D Pengadaan Listrik dan Gas 6,40 10,47 7,31 1,00 -1,99
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
20
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
2,17 1,88 0,25 2,50 2,54
F Konstruksi 2,58 5,89 6,33 4,70 5,64
G Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6,32 1,49 2,85 5,08 3,62
H Transportasi dan Pergudangan
4,14 3,56 3,17 4,67 5,11
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
5,05 5,47 6,19 6,58 7,78
J Informasi dan Komunikasi 8,21 10,36 9,02 10,98 8,58
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,32 5,73 6,15 6,50 6,89
L Real Estat 5,07 6,56 7,09 7,22 7,47
M,N Jasa Perusahaan 6,65 8,77 4,49 15,81 8,35
O Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
4,24 0,53 2,75 0,96 5,78
P Jasa Pendidikan 9,54 13,55 8,71 10,20 4,78
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,58 9,95 5,29 10,08 7,10
R,S,
T,U
Jasa lainnya 2,53 0,30 8,93 8,59 3,20
Produk Domestik Regional Bruto 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00
Sumber : BPS Kota Pekalongan Tahun 2015
Laju pertumbuhan tertinggi kedua yaitu lapangan usaha Informasi dan Komunikasi
sebesar 10,98 persen, diikuti lapangan usaha Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 10,20
persen, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 10,08 persen, Jasa
Lainnya tumbuh sebesar 8,59 persen, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
tumbuh sebesar 7,33 persen, Real Estate tumbuh sebesar 7,22 persen, Jasa Keuangan
dan Asuransi tumbuh sebesar 6,50 persen, Industri Pengolahan tumbuh sebesar 6,23
persen, Konstruksi tumbuh sebesar 6,01 persen, diikuti lapangan usaha lain yang
mengalami pertumbuhan dibawah 5 persen.
3.4. LAIN – LAIN ASUMSI
Asumsi-asumsi lain yang turut berpengaruh dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017, antara lain:
1. Kebijakan tax amnesty yang menunjukkan keberhasilan pada periode I (akhir bulan
September 2016) akan memberikan dampak positif bagi penerimaan pendapatan di
tahun 2017. Bahkan dimungkinkan akan dapat menaikkan besaran dana transfer dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Namun demikian, untuk mencegah
terjadinya ketidakstabilan penganggaran, maka pada penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2017 diasumsikan tetap sebagaimana pendapatan pada APBD Tahun
Anggaran 2016.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
21
2. Pendapatan lain (selain Bagi Hasil Pajak) yang bersumber dari Pemerintah Pusat
adalah DAK dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Kedua
pendapatan dari pos mata anggaran ini diasumsikan sama dengan usulan.
Kerangka kebijakan pengalokasian dana transfer Pemerintah Pusat mengalami
perubahan yang signifikan terkait dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) yang dilaksanakan mengikuti
perubahan ketentuan sebagaimana juga telah dilaksanakan pada tahun 2016.
Kebijakan DAK terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu DAK Non Fisik dan DAK
Fisik. DAK Non Fisik bersifat given, diperuntukkan seperti Bantuan Operasional
Sekolah / BOS dan Bantuan Operasional Kesehatan / BOK) dan DAK Fisik.
Sedangkan DAK Fisik Tahun 2017 diterapkan berdasar pada proposal based (usulan
daerah) dan prioritas nasional dengan memperhatikan perubahan kewenangan dari
kabupaten/kota ke provinsi. Disamping itu, terdapat 3 bidang DAK regular Fisik yang
tidak dialokasikan namun pada tahun 2017, yaitu DAK bidang Kehutanan, bidang
Prasarana Pemerintahan Daerah, dan bidang Transportasi.
Terkait dengan kewajiban pendampingan DAK, Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan berupa tidak perlunya penyediaan dana pendamping atas alokasi DAK
yang diberikan kepada daerah yang bersangkutan.
Sedangkan untuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT), kebijakan
penggunaannya masih mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
28/PMK.07/2016 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi DBHCHT yang
penggunaannya sebagai berikut : (a) paling sedikit 50% untuk mendanai
program/kegiatan : (1) peningkatan kualitas bahan baku; (2) pembinaan industri; (3)
pembinaan lingkungan sosial; (4) sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau (5)
pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan (b) paling sedikit 50% untuk mendanai
prohram/kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.
3. Pemerintah Kota Pekalongan juga masih mengandalkan pendapatan dari
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi, juga akan mempengaruhi besarnya alokasi
pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
4. Upaya percepatan pembangunan jalan tol yang diprediksikan akan sampai di wilayah
Pemalang pada tahun 2017, disamping akan berdampak negative berupa semakin
tingginya kemacetan arus lalu lintas dalam kota, namun di sisi lain akan
meningkatkan aktivitas perekonomian di Kota Pekalongan. Oleh karena itu,
Pemerintah Kota Pekalongan akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur
yang akan sejalan dengan dinamika pembangunan tersebut.
5. Implementasi pembagian kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah akan dimulai pada Tahun 2017. Sebagai tahun awal, akan
terjadi beberapa penyesuaian-penyesuaian yang harus disikapi oleh Pemerintah
Daerah, seperti pengalokasian anggaran untuk Pendidikan Menengah yang pada
tahun 2017 akan menjadi kewenangan penuh Pemerintah Provinsi.
Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor
061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, dimana penyusunan Kebijakan Umum
Anggaran APBD Tahun Anggaran 2017 mengacu pada pembagian kewenangan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
22
penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Namun demikian, hal ini masih dikecuallikan untuk urusan Kesatuan Bangsa, dimana
sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor : 100/2215/SJ tentang
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum, masih dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah sambil menunggu ketentuan lebih lanjut.
6. Tahun 2017 merupakan tahun kedua dari tahapan implementasi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-
2021. Orientasi atas penanaman pondasi bagi upaya pencapaian target-target
sasaran pembangunan jangka menengah juga menjadi prioritas dalam
pembangunan tahun 2017.
7. Kota Pekalongan sebagai salah satu anggota Kota Kreatif UNESCO merupakan
posisi strategis. Hal ini akan memacu keterlibatan berbagai pihak, baik Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi, para pelaku usaha, pengrajin, komunitas, ataupun
masyarakat secara luas, untuk ikut berperan secara aktif. Potensi ini harus didorong
dengan mengkolaborasikan melalui berbagai program dan kegiatan yang juga akan
menjadi prioritas pembangunan di Tahun 2017.
8. Perubahan iklim yang semakin tinggi dampaknya terhadap bencana rob di wilayah
utara Kota Pekalongan menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota Pekalongan.
Berbagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana tersebut akan terus dilakukan
di waktu-waktu yang akan dating. Disamping itu, Pemerintah Kota Pekalongan juga
terus aktif mengajak peran serta Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi untuk
ikut membantu menangani permasalahan tersebut.
9. Tahun 2017 adalah tahun penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Pekalongan
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah. Penyesuaian-penyesuaian dalam penganggaran
dilakukan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017, khususnya bagi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengalami penggabungan atau pemecahan
ke dalam Organisasi Perangkat Daerah baru.
10. Dalam penyusunan kebijakan umum APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017
juga memperhatikan saran, perbaikan, dan rekomendasi dari DPRD Kota
Pekalongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menindaklanjuti hasil pembahasan Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran
2016 dimana Pemerintah Kota Pekalongan diminta untuk lebih mencermati kembali
penganggaran dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi sehingga lebih sesuai
dengan pagu definitive yang diberikan, maka khusus pengalokasian anggaran
bersumber dari DAK dan Bantuan Keuangan APBD Provinsi dilakukan dengan
memperhatikan alokasi pada tahun anggaran 2016.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
23
BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA
DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 sebagaimana dalam
penyusunan KUA tahun-tahun sebelumnya, dilakukan sesuai kaidah dalam perencanaan
pembangunan yang terdiri atas sumber-sumber pendapatan daerah, pengeluaran belanja
daerah, dan ketersediaan pembiayaan anggaran. Selain mempertimbangkan asumsi
dasar ekonomi makro dan penetapan berbagai besaran dalam Rincian APBN Tahun
Anggaran 2017 sebagaimana tertuang dalam RKP Tahun 2017, kebijakan penyusunan
APBD Tahun 2017 juga memperhatikan kebutuhan untuk penyelenggaraan
pemerintahan daerah, berbagai kebijakan yang akan dilakukan terkait pelaksanaan
pembangunan melalui berbagai program, dan juga perkembangan realisasi APBD pada
tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan penganggaran daerah yang tercermin dalam postur
APBD, sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah, karena APBD merupakan
implementasi dari kebijakan fiskal dan sekaligus mencerminkan gambaran tahapan
berbagai program pemerintah daerah guna mewujudkan visinya. Dari sisi kebijakan
fiskal, APBD berperan sebagai salah satu instrumen untuk memfasilitasi pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dari sisi operasionalisasi pelaksanaan program-
program pemerintah, alokasi belanja APBD dapat diarahkan untuk penyediaan sarana
dan prasarana pelayanan publik, penyediaan barang dan jasa, dan penyediaan lapangan
kerja bagi masyarakat. Reformasi yang dilakukan dalam kebijakan pengelolaan
keuangan daerah, telah berjalan sesuai kaidah yang menjamin dilakukannya pengelolaan
dengan semangat efisiensi dan efektivitas anggaran, transparansi dan akuntabilitas
publik, rasa keadilan masyarakat, serta pencapaian kinerja yang optimal. Hal ini
merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan sejalan dilaksanakannya kebijakan Otonomi Daerah, maka semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas mewarnai proses
penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam proses pengelolaan keuangan
daerah.
4.1. KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH
Penyusunan anggaran tahun 2017 ini secara umum disusun secara rasional
dengan memperhatikan kondisi keuangan daerah dan skala prioritas pembangunan
Daerah, dalam hal ini belanja daerah tidak akan melampaui kemampuan pendapatan dan
pembiayaan daerah. Prinsip dalam pengelolaan keuangan maka pendapatan daerah
diproyeksikan pada besaran pendapatan yang optimis tercapai, sedangkan pada sisi
belanja adalah merupakan batas tertinggi yang dapat dibelanjakan.
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran
2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta
dasar hukum penerimaannya.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
24
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pada tahun 2017 Pendapatan Asli Daerah diasumsikan naik 11,19%
dibandingkan dengan APBD Tahun Anggaran 2016. Asumsi kenaikan ini masih di
atas target yang diitetapkan dalam RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2016-2021, yaitu
sebesar 9,70%. Namun jika dibandingkan dengan target Perubahan APBD Tahun
Anggaran 2016 hanya naik berkisar 0,3%. Selanjutnya dalam penganggaran
Pendapatan Asli Daerah akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah :
1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang
berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah;
2) Data potensi pajak daerah dan retribusi daerah dengan memperhatikan
realisasi penerimaan tahun-tahun sebelumnya.
3) Pajak Daerah diasumsikan naik 7,92% dan Retribusi Daerah diasumsikan
turun 3,07% dibandingkan dengan target perubahan tahun 2016.
b. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan didasarkan
pada realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan diasumsikan turun 50,26% dibandingkan dengan target
perubahan tahun 2016.
c. Penganggaran Lain-lain PAD yang Sah diperoleh proyeksi dari pendapatan
bunga atau jasa giro, pendapatan BLUD dan penerimaan lain-lain. Lain-lain PAD
yang Sah diasumsikan naik 2,18% dibandingkan dengan target perubahan tahun
2016.
2) Dana Perimbangan
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH) terdiri dari :
1) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan
(DBH-PBB) Pertambangan, Perkebunan dan Perhutanan (PBB P3) dan DBH-
Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal
29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21
dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2016. Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sesuai dengan pagu
definitif Dana Bagi Hasil Pajak Tahun 2017;
2) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut
provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016. DBH-Cukai Hasil Tembakau
(DBH-CHT) dianggarkan sesuai dengan usulan DBHCHT;
3) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang terdiri
dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-
Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-Pengusahaan
Panas Bumi dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun 2016. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA) dianggarkan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
25
sesuai dengan pagu definitif Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun
2017.
b. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) :
Penganggaran DAU diasumsika sama masih sesuai dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016.
c. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):
Rencana DAK dianggarkan sesuai dengan pagu definitif DAK Tahun Anggaran
2017, turun sebesar 30,95% dibandingkan dengan pagu DAK tahun 2016.
3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan pendapatan hibah APBN Murni dari Pemerintah Pusat dalam
rangka penguatan program SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) guna
mewujudkan pencapaian target 100 % akses air bersih pada tahun 2019;
b. Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil
Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada Surat
Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah tentang prakiraan alokasi Bagi Hasil
Pajak Daerah Tahun Anggaran 2016 dengan tetap memperhatikan realisasi
penerimaan tahun-tahun sebelumnya.
c. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok dialokasikan paling sedikit 50%
untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
d. Tahun 2017 Kota Pekalongan memperoleh Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus yang berasal dari Dana Insentif Daerah (DID) sebagai penghargaan
(reward) kepada Daerah yang mempunyai kinerja baik, dengan Kriteria Utama :
Opini BPK terhadap LKD Wajar Tanpa Pengecualian, penetapan Perda APBD
tepat waktu dan Kriteria Kinerja : Kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan
daerah, pelayanan dasar publik, ekonomi dan kesejahteraan
e. Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan dari pemerintah
provinsi diasumsikan sesuai dengan usulan tahun 2017, akan tetapi didalam
pelaksanaan nantinya tetap akan mengacu pada pagu definitif dari Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah.
Dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah, khususnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD), maka kebijakan Pendapatan Daerah dalam APBD Tahun 2017
diuraikan sebagai berikut :
1. Optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah melalui Intensifikasi
penagihan, sosialisasi dan peningkatan basis data;
2. Validasi dan up date Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah;
3. Melakukan evaluasi dan revisi Peraturan Daerah Pendapatan Asli Daerah;
4. Meningkatkan pelayanan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah.
5. Meningkatkan koordinasi antar SKPD dalam bidang Pendapatan Daerah;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
26
6. Memberikan reward and punishment, dan kebijakan stimulus fiscal kepada
Wajib Pajak Daerah;
7. Memperkuat penggunaan IT untuk mendukung system, prosedur dan
pelayanan;
8. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana serta Sumber Daya
Manusia yang ada;
9. Mengintensifkan pendapatan melalui peningkatan kerjasama dengan pihak
terkait;
10. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah lebih efisien;
11. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya
meningkatkan keuntungan agar meningkatkan kontribusi Pendapatan Daerah;
12. Optimalisasi pelayanan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) melalui branch
image;
13. Optimalisasi manajemen kas daerah dengan memanfaatkan idle cash dalam
bentuk deposito;
14. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam optimalisasi penerimaan
DBH Pajak/Bukan Pajak melalui koordinasi dengan DJPK, Provinsi dan KPP
Pratama;
4.2. KEBIJAKAN BELANJA DAERAH
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah digunakan
untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah
yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib
terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta
berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan belanja daerah untuk urusan pemerintahan
wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar, serta belanja daerah untuk urusan
pemerintahan pilihan berpedoman pada standar harga satuan regional.
Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a)
pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan penataan ruang, (d) perumahan
rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan
masyarakat, dan (f) sosial. Sementara urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h)
pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan
informatika, (k) koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)
kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q)
perpustakaan, dan (r) kearsipan. Sedangkan urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a)
kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) perdagangan, dan (e)
perindustrian.
Disamping urusan wajib dan pilihan sebagaimana diuraikan di atas, terdapat
urusan penunjang yang juga diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014,
yang meliputi : a) perencanaan, b) keuangan, c) kepegawaian serta pendidikan dan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
27
pelatihan, d) penelitian dan pengembangan, dan juga e) fungsi lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan RKPD Kota Pekalongan Tahun 2017, Pemerintah Kota Pekalongan
menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, sesuai dalam konteks Kota
Pekalongan, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas
efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Selanjutnya, program dan kegiatan akan
disertai dengan memberikan informasi yang jelas dan terukur dan memiliki korelasi
langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan.
4.2.1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total
perkiraan belanja daerah
Kebijakan dan alokasi anggaran belanja diarahkan antara lain untuk menunjang
kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat, mendukung stabilitas dan kegiatan ekonomi daerah dalam memacu
pertumbuhan ekonomi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi
kemiskinan.
Pada dasarnya Anggaran Tahun 2017 sudah merupakan tahun kedua periodisasi
RPJM-D Tahun 2016-2021. Hal ini sejalan dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-2021. Sehingga, sesuai dengan Instruksi Menteri
Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, telah dilakukan
Perubahan RKPD Tahun 2017. Demikian juga dengan KUA-PPAS yang telah diajukan
kepada Ketua DPRD, dilakukan pengajuan kembali dengan menyesuaikan terhadap
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kota Pekalongan.
Total perkiraan belanja pada tahun 2017 sebesar Rp 962.599.549.000,- dengan
estimasi 42,12% (Rp. 405.451.869.000,-) untuk belanja tidak langsung dan 57,88% (Rp
557.147.680.000,-) untuk belanja langsung. Belanja Tidak Langsung (BTL) meliputi
belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak
terduga. Sedangkan Belanja Langsung (BL) adalah belanja yang terkait langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan bidang
pemerintahan dan diukur dengan capaian kerja.
4.2.2. Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga
a. Belanja Pegawai
1) Asumsi penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
serta memperhitungkan rencana pemberian gaji ke-13 beserta tunjangannya
dan gaji pokok ke-14 sebagaimana dialokasikan pada tahun 2016, kenaikan
tunjangan PNSD termasuk di dalamnya tunjangan kinerja, perhitungan accress
serta penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon
PNSD sesuai formasi pegawai Tahun 2017;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
28
2) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada
APBD Tahun Anggaran 2017 dengan mempedomani Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
3) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta Pimpinan dan Anggota DPRD,
dibebankan pada APBD disesuaikan dengan yang berlaku bagi pegawai
Aparatur Sipil Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi
PNSD dibebankan pada APBD dengan mempedomani Peraturan Pemerintah
Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.
5) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
6) Tunjangan profesi guru PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD
yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2017 melalui DAK dianggarkan
dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota pada kelompok belanja tidak
langsung, jenis belanja pegawai, obyek belanja gaji dan tunjangan, dan rincian
obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.
b. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Implementasi pengaturan tentang Belanja Hibah dan Bantuan Sosial dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 dimana
didalamnya memberikan definisi tersendiri penerima hibah kepada Lembaga dan
Badan. Sedangkan persyaratan "berbadan hukum Indonesia” hanya untuk
Organisasi Kemasyarakatan berbentuk yayasan dan/atau perkumpulan. Disamping
itu, pengaturan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial juga mengacu pada Peraturan
Walikota Pekalongan nomor 33 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kota Pekalongan.
c. Belanja Bagi Hasil Pajak
1. Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan
pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota mempedomani
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut
memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran
2017, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2016 yang belum
direalisasikan kepada pemerintah kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
29
APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah
Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.
2. Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah provinsi
dilarang untuk dianggarkan dalam APBD Tahun 2017 sebagaimana maksud
Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
3. Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 97 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah
kabupaten/kota menganggarkan belanja bagian dari Hasil Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.
4. Dari aspek teknis penganggaran, Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari
pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan Belanja Bagi Hasil
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftar nama
pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selaku penerima sebagai
rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
kode rekening berkenaan.
d. Belanja Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan kepada partai politik dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran
2017 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja
bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai
politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan
kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tatacara Perhitungan,
Penganggaran dalam APBD dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan
Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.
e. Belanja Tidak Terduga
Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan kemungkinan adanya
kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali
dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk
mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang,
seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial, kebutuhan mendesak lainnya yang tidak tertampung dalam bentuk
program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2017, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
30
4.2.3. Arah Kebijakan Nasional Tahun 2017
Arah kebijakan pembangunan nasional Tahun 2017 diarahkan untuk “Memacu
Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta
Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”.
Sasaran Pokok RKP Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1) Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 % dengan angka realisasi dan angka
penyesuaian target antara 5,5 – 5,9 %).
2) Pengangguran sebesar 5,0 – 5,3 % dengan angka realisasi dan angka penyesuaian
target antara 5,1 – 5,4 %).
3) Angka Kemiskinan sebesar 8,5 – 9,5 % dengan angka realisasi dan angka
penyesuaian target antara 9,5 – 10,5 %).
4) Gini Ratio sebesar 0,38.
5) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 75,7.
Sedangkan Prioritas Pembangunan Nasional sesuai dengan Rencana Kerja
Pembangunan Nasional Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan Manusia dan Masyarakat
a. Revolusi Mental, dengan Program Prioritas :
1) Reformasi Birokrasi Pemerintahan
2) Penegakan Hukum Dan Kelembagaan Politik
3) Kemandirian Ekonomi Dan Daya Saing Bangsa
4) Peneguhan Jati Diri Dan Karakter Bangsa
5) Penguatan Daya Rekat Sosial Dalam Kemajemukan
b. Kesehatan, dengan Program Prioritas :
1) Penguatan upaya promotif dan preventif dengan “Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat”
2) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
3) Perbaikan gizi masyarakat
4) Peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
c. Pendidikan, dengan Program Prioritas :
1) Penyediaan guru dan dosen yang berkualitas dan penempatan yang
merata;
2) Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan.
3) Penyediaan bantuan pendidikan yang efektif.
4) Pengembangan pembelajaran yang berkualtias.
5) Peningkatan pendidikan agama dan pendidikan karakter.
6) Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang berkualitas.
7) Penguatan kelembagaan perguruan tinggi.
8) Peningkatan kapasitas IPTEK, Inovasi dan Daya Saing pergurutan tinggi.
9) Peningkatan relevansi pendidikan.
d. Perumahan dan Permukiman, dengan Program Prioritas :
1) Fasilitasi penyediaan hunia layak baru.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
31
2) Fasilitasi peningkatan kualitas hunian dan penataan kawasan permukiman
(termasuk kawasan kumuh).
3) Penyediaan akses air minum dan sanitasi.
4) Peningkatan ketersediaan air baku.
2. Pembangunan Sektor Unggulan
a. Kedaulatan Pangan, dengan Program Prioritas :
1) Peningkatan mutu pangan, kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat.
2) Peningkatan produksi padi dan pangan lain.
3) Kelancaran distribusi pangan dan akses pangan masyarakat
4) Peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat.
5) Penanganan gangguan terhadap produksi pangan
b. Maritim dan Kelautan, dengan Program Prioritas :
1) Konektivitas (tol) laut dan industri maritim
2) Peningkatan industri perikanan dan hasil laut
3) Tata Ruang Laut, konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut, serta wisata
bahari
4) Kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam
5) Penanggulangan dan penyelesaian Illegal, Unreported, Unregulated (IUU)
Fishing dan keamanan laut
6) Penetapan batas laut, penamaan pulau, dan pengelolaan pulau-pulau kecil
c. Kedaulatan Energi, dengan Program Prioritas :
1) Peningkatan peranan energi baru dan energi terbasukan dalam bauran
enerti
2) Peningkatna aksesibilitas energi.
3) Pengembagnan cadangan energi
4) Penyediaan energi primer.
5) Efisiensi dan konservasi energi.
6) Pengelolaan subsidi energi yang lebih efisien, transparan dan tepat
sasaran.
d. Pembangunan Pariwisata, dengan Program Prioritas :
1) Promosi wisata Indonesia
2) Pengembangan 10 destinasi wisata.
3) SDM dan kelembagaan pariwisata
4) Layanan kemudahan wisman masuk.
5) Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat.
6) Jaminan keselamatan kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi
wisata.
e. Percepatan Pertumbuhan Industri Dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
dengan Program Prioritas :
1) Pengembangan kawasan industri / KEK;
2) Penumbuhan populasi industri.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
32
3) Penguatan pertumbuhan ekonomi kreatif.
4) SDM industri yang kompeten dan disiplin.
5) Produktivitas dan daya saing industri.
6) Ketersediaan infrastruktur dan energi.
7) Ketersediaan dan kualitas bahan baku bagi industri.
8) Hubungan industrial yang harmonis.
9) Pemberiaan insentif fiskal yang harmonis,
10) Pembiayaan dengan akses dan biaya yang kompetitif.
3. Pemerataan dan Kewilayahan
a. Antar Kelompok Pendapatan, dengan Program Prioritas :
1) Pencipataan lapangan kerja dan keahlian tenaga kerja.
2) Perhatian khsusu kepada usaha mikro, kecil dan koperasi.
3) Pengembangan kewirausahaan.
4) Perkuatan basis perekonomian perdesaan.
5) Perluasan pelayanan dasar.
6) Pengurangan beban penduduk miskin dan rentan.
b. Reforma Agraria, dengan Program Prioritas :
1) Penguatan kerangka regulasi dan penyelesaian konflik agraria.
2) Penataan penguasaan dan pemilikan tanah obyek reforma agraria.
3) Kepastian hukum dan legalisasi hak atas tanah obyek refroma agraria.
4) Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan, pemanfaatan dan produksi
atas Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA); dan
5) Kelembagaan pelaksana reforma agraria pusat dan daerah.
c. Daerah Perbatasan, dengan Program Prioritas :
1) Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu;
2) Pembangunan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat
pengembangan perbatasan negara.
3) Membuka isolasi lokpri, peningkatna sarpras, peningkatna SDM dan
penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku.
4) Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan udara
5) Peningkatan kualitas diplomasi kerja sama sosial- ekonomi.
d. Daerah Tertinggal, dengan Program Prioritas :
1) Prioritas pengembangan ekonomi lokal.
2) Peningkatan aksesibilitas.
3) Pemenuhan pelayanan dasar publik.
4) Peningkatan SDM dan IPTEK.
e. Desa dan Kawasan Perdesaan, dengan Program Prioritas :
1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum di Desa termasuk Kawasan
Transmigrasi
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
33
2) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi
Masyarakat Desa termasuk di Kawasan Transmigrasi
3) Pembangunan SDM, Pemberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat
Desa termasuk di Kawasan Transmigrasi
4) Penguatan Pemerintahan Desa
5) Pengawalan Implementasi UU Desa secara Sistematis, Konsisten, dan
Berkelanjutan
6) Pengembangan Ekonomi Kawasan termasuk Kawasan Transmigrasi untuk
Mendorong Pusat Pertumbuhan dan Keterkaitan Desa-Kota
7) Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa dan Kawasan termasuk Kawasan
Transmigrasi dan Sumber Daya Hutan.
f. Perkotaan, dengan Program Prioritas :
1) Mewujudkan sistem perkotaan;
2) Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP)
3) Mengembangkan kota hijau yang berketahanan iklim dan bendana
4) Mengembangkan kota cerdas yag berdaya saing dan berbasis TIK.
5) Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota.
g. Konektivitas, dengan Program Prioritas :
1) Pembangunan dan pengembangan transportasi laut.
2) Pembangunan dan pengembangan jalan untuk aksesibiltas dan daya saing
wilayah.
3) Pembangunan dan pengembangan kapasitas bandara pengumpul dan
pengumpan.
4) Pembangunan dan pengembangan pita lebar dan penyiaran.
5) Pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian.
6) Pembangunan dan pengembangan jaringan sabung penyebarangan serta
angkutan sungai dan danau (Inland Waterway).
7) Pembangunan dan pengembangan transportasi umum massal perkotaan.
8) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM transportasi.
4. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, Dan Keamanan, meliputi :
a. Reformasi Regulasi, Kepastian Dan Penegakan Hukum, terdiri dari :
1) Reformasi Regulasi, dengan Program Prioritas :
a) Otonomi Daerah.
b) Perizinan dan Ivestasi.
c) Penataan Ruang
2) Kepastian dan penegakan hukum, dengan Program Prioritas :
a) Penegakan hukum yang berkualitas.
b) Pencegahan dan pemberantasan korupsi efektif.
c) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan akan atas kehadilan.
b. Stabilitas Keamanan dan Ketertiban, dengan Program Prioritas :
1) Deteksi dini dan bebas ancaman terorisme
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
34
2) Keselamatan dan keamanan laut yang terkendali
3) Lingkungan bersih penyalahgunaan narkoba
4) Pelayanan prima kepolisian
5) Postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan wilayah perbtasan yang aman
6) Keamanan data dan informasi (keamanan cyber)
c. Konsolidasi Demokrasi Dan Efektivitas Diplomasi, dengan Program Prioritas :
1) Penguatan lembaga demokrasi
2) Peningkatan akses dan kualitas informasi publik
3) Pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik
4) Pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan terorisme
5) Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan.
6) Perlindungan WNI/BHI di luar negeri.
7) Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan
8) Pemantapan peran di ASEAN
9) Penguatan diplomasi soft power.
d. Reformasi Birokrasi, dengan Program Prioritas :
1) Pelaksanaan road map reformasi birokrasi 2015-2019.
2) Penerapan standar pelayanan publik dan sitem informasi perijinan
3) Peningkatan disiplin dan pengawasan kinerja dan administrasi keuangan.
5. Pembangunan Ekonomi, meliputi :
a. Perbaikan Iklim Investasi dan Iklim Usaha, dengan Program Prioritas :
1) Peningkatan kemudahan berusaha.
2) Pelaksanaan deregulasi dan harmonisasi regulasi perizinan investasi pusat
dan daerah.
3) Pengembangan layanan perizinan terpadu.
4) Peningkatan persaingan usaha yang sehat.
5) Percepatan fasilitasi penyelesaian masalah investasi.
6) Pembenahan iklim ketenagakerjaan dan hubungan industri yang harmonis.
7) Pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategsi.
b. Peningkatan Ekspor Non Migas, terdiri dari :
1) Sisi produksi, dengan Program Prioritas :
a) Peningkatan kualitas dan standar produk ekspor.
b) Peningkatna realisasi investasi berorientasi ekspor
c) Peningkatan ekspor produk koperasi, usaha mikro, kecil, dan
menengah.
d) Pengembangan industri pengolahan sumber daya alam berorientasi
ekspor
2) Sisi permintaan, dengan Program Prioritas :
a) Pengembangan fasilitasi ekspor
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
35
b) Peingkatan efektivitas kerjasama perdagangan internasional (market
access).
c) Penguatan market invelligence, promosi, dan asistenesi ekspor.
c. Reformasi Fiskal, terdiri dari :
1) Pengoptimalan pendapatan Negara, dengan Program Prioritas :
a) Pengoptimalan perpajakan
b) Dukungan regulasi
c) Pengoptimalan PNBP
d) Penguatan institusi
2) Peingkatan kualitas Belanja Negara, dengan Program Prioritas :
a) Perbaikan pelaksanaan anggaran.
b) Peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja produktif.
c) Peningkatan efektivitas dan efisienasi transfer ke daerah dan dana
desa.
d) Belanja subsidi dan bantuan sosial yang tepat sasaran.
4.2.4. Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017
Tahun 2017 yang merupakan tahun keempat RPJMD, menjadi tahun yang strategis
untuk melihat ketercapaian pembangunan daerah jangka menengah Jawa Tengah.
Memperhatikan hasil kinerja pembangunan tahun sebelumnya, dengan berbagai
permasalahan dan isu strategis, maka upaya pencapaian target pembangunan daerah
tahun 2017 dilakukan melalui berbagai strategi dan kebijakan yang diarahkan untuk
“Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Energi Berkelanjutan Serta Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Guna Mewujudkan Kesejahteraan
Masyarakat dan Kemandirian Wilayah”.
Guna percepatan pencapaian tujuan pembangunan daerah tahun 2017 tersebut,
ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahun 2017, meliputi:
1) Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam
arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan;
2) Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui upaya pengurangan
beban pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin,
dan pemberdayaan ekonomi mikro dan kecil untuk masyarakat miskin;
3) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan
layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan;
4) Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan
sentra/klaster untuk pengurangan pengangguran;
5) Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana;
6) Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyeleng- garaan tata kelola
pemerintahan yang bersih dan baik.
Prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 diarahkan terutama
untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan dan energi serta percepatan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
36
pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran. Prioritas pembangunan daerah
tahun 2017 lebih ditujukan pada upaya-upaya antara lain:
1) Peningkatan produktivitas kedelai dan garam;
2) Program pembangunan 1000 embung melalui peningkatan kuantitas dan kualitas
embung/tampungan air;
3) Peningkatan jaringan irigasi;
4) Pengembangan energi baru terbarukan;
5) Pemberian bantuan siswa miskin untuk pendidikan menengah dan khusus;
6) Pembiayaan kesehatan masyarakat miskin non kuota apbn;
7) Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni;
8) Penanganan infrastruktur pendukung pariwisata dan pengurangan kemiskinan;
9) Penanganan lahan kritis.
Prioritas pembangunan ini dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut.
Gambar 4.1 Piramida Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017
Prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 tersebut
dijabarkan lebih rinci dalam fokus pembangunan, yaitu sebagai berikut:
1) Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam
arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan,
dengan fokus pada :
a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas melalui
pengembangan bibit unggul bersertifikat tahan perubahan iklim dan OPT,
pengembangan induk dan benih ikan unggul, pengembangan pakan ikan
mandiri/pakan lokal, rekayasa dan pemanfaatan teknologi pertanian dan
perikanan; Validasi RDKK dan pengendalian distribusi pupuk bersubsidi;
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
37
Menjamin ketersediaan BBM bersibsidi untuk nelayan; Pengendalian hama
terpadu; Pengendalian alih fungsi lahan persawahan/ pertanian; Peningkatan
populasi ternak dengan penyediaan bibit unggul dan pencegahan pemotongan
betina produktif; Pemanfaatan lahan hutan dibawah tegakan; Pembangunan
dan peningkatan sarpras pelabuhan perikanan; Pengembangan alat tangkap
ikan ramah lingkungan; Peningkatan kualitas mutu dan perbaikan sistem
penyimpanan dan pendistribusian garam rakyat.
b. Peningkatan dan produktivitas kedelai antara lain melalui fasilitasi sarana
produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan kapasitas petani
dengan pelatihan.
c. Peningkatan ketersediaan air baku utamanya dengan memperbanyak
pembangunan embung/tampungan air sebagai bagian dari “program
pembangunan 1.000 embung” serta mendorong dukungan Nasional,
Kabupaten/kota dan masyarakat/swasta terhadap program tersebut.
d. Peningkatan kondisi jaringan irigasi yang tersinkronisasi dengan
Kabupaten/kawasan utama penghasil padi dan sawah LP2B serta mendorong
peninngkatan partisipasi masyarakat.
e. Peningkatan daya saing produk pangan lokal melalui pengembangan sertifikasi
pangan organik, Prima 3 serta penyediaan pangan yang Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman.
f. Revitalisasi Balai Perbenihan pertanian, peternakan, perkebunan dan
perikanan.
g. Peningkatan diversifikasi, distribusi dan aksesibilitas pangan melalui
pengembangan pemanfaatan pekarangan; pengembangan diversifikasi
pengolahan pangan berbasis sumber daya lokal; penguatan Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM); peningkatan kemandirian dan penanganan
kerentanan pangan masyarakat, pengembangan lumbung pangan masyarakat,
peningkatan ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat serta
pengembangan cadangan pangan Provinsi Jawa Tengah.
h. Peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan, akses teknologi, sumber-
sumber pembiayaan, informasi harga dan akses pasar.
i. Peningkatan pelayanan jaringan listrik melalui pembangunan jaringan listrik
perdesaan, EBT, sambungan listrik murah, fasilitasi perijinan dan jaringan
pelayanan dan akses listrik kepada PLN, fasilitasi dukungan pembangunan
PLTU Batang dan Cilacap serta mendorong upaya-upaya untuk hemat energi.
2) Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui pengurangan beban
pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin serta
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bagi masyarakat miskin, dengan
fokus pada :
a. Pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin, antara lain dengan:
1) Pola sharing program dan pendanaan antara Pemerintah Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota, yaitu :
- Akses layanan pendidikan melalui pemberian Bantuan Siswa Miskin
(BSM) dengan pola sharing yaitu Pemerintah Provinsi untuk Pendidikan
Menengah dan Khusus, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
Pendidikan Dasar.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
38
- Akses kesehatan melalui Jamkesda/pembiayaan kesehatan
masyarakat miskin non kuota APBN, dengan sharing pembiayaan
Pemerintah Provinsi sebesar 40% dan Kabupaten/Kota sebesar 60%.
Catatan : Apabila seluruh pembiayaan kesehatan masyarakat miskin
sudah ditangani Pemerintah Pusat (universal coverage), maka alokasi
anggaran dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota hanya untuk
pembiayaan buffer/cadangan.
- Akses infrastruktur pada perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH),
dengan pola sharing penanganan Pemerintah Pusat sebesar 20%,
Pemerintah Provinsi sebesar 30% dan Kabupaten/Kota sebesar 50%.
Catatan : Apabila proporsi Pusat kurang atau lebih dari 20%, maka
penanganan kekurangan perbaikan RTLH akan diperhitungkan secara
proporsional antara Provinsi dan Kabupaten/Kota
2) Peningkatan pemenuhan kecukupan pangan, akses pelayanan dan
infrastruktur dasar, diutamakan pada Kabupaten/Kecamatan/Desa dengan
tingkat kemiskinan tinggi.
3) Pengembangan pasar lelang dan sistem resi gudang serta fasilitasi
penyelenggaraan pasar murah menjelang lebaran.
4) Peningkatan pembinaan dan fasilitasi kelompok rentan dan PMKS dengan
peningkatan jumlah PSKS, pembinaan kelompok binaan PMKS non Panti,
dan fasilitasi pemenuhan dokumen kependudukan bagi kelompok rentan.
5) Pemenuhan layanan kebutuhan dasar PMKS yang tidak produktif dengan
pelibatan Pemerintah Daerah, Dasa Wisma (Dawis) serta Dunia Usaha dan
Industri (DUDI) didukung dengan data pemetaan dan penyebaran PMKS.
6) Peningkatan pelayanan adminduk bagi kelompok miskin melalui unit
layanan penduduk miskin sebagai upaya mempermudah dalam
mendapatkan layanan dasar.
b. Peningkatan pendapatan melalui pemberdayaan masyarakat miskin antara lain :
1) Peningkatan kemampuan berusaha dengan pemberdayaan ekonomi
masyarakat berbasis potensi sumber daya lokal; pembangunan karakter
dan jiwa berusaha bagi pemuda; jaminan dan kepastian usaha serta
kepastian harga jual/produk; pengembangan Usaha Kecil Menengah;
peningkatan kewirausahaan perempuan melalui optimalisasi kelompok
Dawis; dan pelibatan DUDI untuk menumbuhkan kesempatan berusaha.
2) Membangun sinergitas dengan dunia usaha, masyarakat dan para
pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan
kemiskinan.
c. Pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bagi masyarakat miskin, antara
lain dengan :
1) Pengembangan wirausaha baru berbasis Usaha Kecil Menengah.
2) Fasilitasi perluasan akses permodalan, pasar dan jaminan harga.
3) Fasilitasi kepengurusan sertifikat hak atas tanah kerjasama dengan BPN
sehingga bisa digunakan sebagai agunan pengajuan kredit usaha.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
39
3) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan
layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan, dengan fokus pada :
a. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan dan kepastian
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui optimalisasi pengelolaan
pendidikan menengah dan pendidikan khusus dengan pemberian BOSDA
Dikmen dan Diksus; peningkatan sarpras pendidikan pendidikan guna
memenuhi SPM dan SNP utamanya peningkatan ketersediaan SMA/SMK di
wilayah kecamatan yang belum memiliki satuan pendidikan menengah;
pengembangan kurikulum muatan lokal dengan penambahan substansi
kewirausahaan khususnya untuk pendidikan menengah; peningkatan kualifikasi
dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan studi lanjut ke S1/D4
dan pelatihan kompetensi teknis guru dan tendik; pengembangan potensi siswa
dan peningkatan mutu lulusan dengan fasilitasi lomba-lomba dan karya ilmiah;
optimalisasi peran swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
dengan program CSR dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan
pendidikan.
b. Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat melalui peningkatan sarana
prasarana dan pengembangan layanan perpustakaan daerah; serta
pengembangan jaringan kemitraan.
c. Peningkatan akses serta mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan melalui
peningkatan sarana prasarana pelayanan kesehatan; optimalisasi pelaksanaan
Bintek, Diklat dan Workshop bagi Tenaga Medis dan Non Medis; optimalisasi
peran Dokter dan Bidan PTT; stimulan pemberian bantuan jamban keluarga di
kab/kota; Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular di 35 kab/kota; serta Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
4) Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan
sentra/klaster dalam rangka percepatan pengurangan pengangguran, dengan fokus
pada :
a. Peningkatan produktivitas dan daya saing koperasi dan UMKM melalui
pengembangan Produk Unggulan Daerah berbasis Sumber Daya Lokal melalui
Pendekatan One Village One Product; penguatan kapasitas dan kelembagaan
Koperasi; perluasan akses pembiayaan dengan pendampingan manajemen dan
usaha; peningkatan kualitas sumber daya manusia pengurus/pengelola
koperasi dan UMKM dengan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
bimbingan teknis, magang serta PKL; serta perluasan pangsa pasar bagi
produk koperasi dan UMKM dengan pameran dan promosi.
b. Pengembangan klaster industri yang berbasis potensi lokal yang menyerap
tenaga kerja.
c. Peningkatan penguasaan akses dan informasi pasar, promosi,
kemitraan/kerjasama usaha dengan mengoptimalkan perkuatan jejaring antar
sentra/klaster industri dan mendorong penerapan standar mutu produk lokal.
d. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja; perluasan dan
pengembangan kesempatan bekerja; perbaikan usaha iklim serta penguatan
hubungan industrial ketenagakerjaan.
e. Peningkatan kemampuan dan produktivitas kerja serta peningkatan etos kerja
untuk meningkatkan kondisi kerja yang kompetitif; perluasan dan
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
40
pengembangan kesempatan bekerja; program magang kerja; perbaikan iklim
serta penguatan hubungan industrial ketenagakerjaan
f. Peningkatan realisasi dan persebaran investasi di Jawa Tengah dengan
pemberian kemudahan perizinan melalui PTSP, pengembangan klaster industri
yang berbasis potensi lokal yang menyerap tenaga kerja, peningkatan promosi,
membangun citra positif potensi dan peluang investasi Jawa Tengah.
g. Pembangunan pariwisata sesuai potensi lokal daerah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui peningkatan daya tarik destinasi wisata,
penyediaan infrastruktur pendukung, peningkatan kualitas dan kapasitas SDM
Pariwisata, serta optimalisasi pemasaran pariwisata.
5) Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dengan fokus pada :
a. Peningkatkan kualitas dan kapasitas jalan dan jembatan menuju Jawa Tengah
bebas lubang dengan ruas tuntas utamanya pada ruas-ruas jalan strategis serta
menjaga kondisi baik meningkat dari tahun 2016.
b. Peningkatan penanganan banjir pada Wilayah Sungai Bodri Kuto dan Pemali-
Comal utamanya di S. Bodri, Kendal, Blukar, Damar, Sibulanan, Meduri, Bremi,
Pemali, Comal serta mendorong pada Wilayah Sungai kewenangan Pusat
utamanya di Sungai Bengawan Solo, BKT, Serang, Juwana, Lusi, Wulan,
Kabuyutan, Cisanggarung, Gelis, Piji, Logung, Mangkang, progo, Wawar, Tipar,
Serayu, Citanduy, Cibereum, Cikonde, Luk Ulo dan sabuk pantai di wilayah
Pantura.
c. Memfasilitasi percepatan penyelesaian dan operasionalisasi pembangunan
infrastruktur strategis di Jawa Tengah diantaranya Jalan Tol (Bawen-Solo,
Pejagan-Semarang); JJLS; Bandara Internasional A. Yani Semarang;
Pelabuhan Tanjung Emas; Waduk (Logung, Pidekso, Gondang, Kuningan); DI
Slinga Purbalingga; Reaktifasi KA; Jalan Nasional (antara lain Pelebaran
Klampok - Banjarnegara, Wangon-Temanggung, Tegal - Purwokerto).
d. Peningkatan cakupan pelayanan air bersih utamanya percepatan penyelesaian
dan operasionalisasi pengembangan SPAM Regional (Bregas, Keburejo);
pelibatan peran swasta dan masyarakat dalam penyediaan serta pengelolaan
air bersih.
e. Peningkatan pelayanan transportasi publik dan keselamatan utamanya
percepatan operasionalisasi Angkutan massal anglomerasi Kedungsapur
(koridor Semarang - Bawen); keselamatan lalu lintas angkutan jalan dan
fasilitasi percepatan rencana Bandara Wirasaba Purbalingga.
f. Menurunkan beban pencemaran akibat pembuangan air limbah melalui
Program Penilaian Kinerja Perusahaan dan Program Kali Bersih, Pembangunan
IPAL di sentra-sentra IKM dan Peningkatan kapasitas pelaku usaha UMKM.
g. Peningkatan mitigasi dan penanganan pasca bencana melalui Peningkatan dan
pemeliharaan saluran air; rehabilitasi dan konservasi Daerah Aliran Sungai
termasuk lahan kritis dan kawasan pesisir; Penangan darurat pasca
banjir/longsor.
h. Percepatan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA Regional).
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
41
6) Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang bersih dan baik, dengan fokus pada :
a. Perbaikan kinerja birokrasi yang mencakup 8 area perubahan, yaitu :
1) Penataan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran antara lain melalui
penyusunan produk hukum daerah bidang kelembagaan, fasilitasi usulan
pengembangan kapasitas kelembagaan perangkat daerah dan UPT, dan
penataan Lembaga Non Struktural.
2) Penataan Tatalaksana meliputi Sistem, proses dan prosedur kerja yang
jelas, efektif efisien, terukur dan sesuai prinsip-prinsip good governance
melalui Penerapan sistem tata kerja birokrasi berbasis teknologi informasi;
Peningkatan sarana PTSP; penanganan pengaduan masyarakat berbasis
pada teknologi informasi; Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat (SKM)
pelayanan publik.
3) Penataan peraturan perundang-undangan yang lebih tertib, tidak tumpang
tindih dan kondusif, serta selaras melalui Penerapan kebijakan peraturan
perundang-undangan; pengawasan dan penanganan terhadap pelanggaran
peraturan daerah; Pemantauan dan evaluasi efektivitas Perda/Perkada
secara periodik.
4) Peningkatan kapasitas SDM Aparatur yang berintegritas, netral, kompeten,
capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera melalui penghitungan
kebutuhan pegawai dengan analisis jabatan dan ABK, penyusunan peta
jabatan, penetapan nomenklatur jabatan fungsional umum, pengadaan
pegawai dengan selesi/tes CAT dan sistem permbinaan karier yang terbuka.
5) Peningkatan Pengawasan pelaksanaan pembangunan yang bebas KKN
melalui Pengimplementasian aksi PPK yang difokuskan pada peningkatan
kemudahan berusaha, transparansi perencanaan dan penganggaran;
penerapan SPIP, pembangunan Zona Integritas, transparansi pengadaan
barang/jasa pemerintah, penanganan pengaduan masyarakat melalui
berbagai media,
6) Peningkatan Akuntabilitas dengan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi
melalui Reformasi Birokrasi Berbasis Kompetensi; pengembangan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peningkatan efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan,
optimalisasi pemberdayaan aset daerah, serta kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan
7) Peningkatan Pelayanan publik dengan Pelayanan prima sesuai kebutuhan
dan harapan masyarakat melalui Peningkatan kualitas pelayanan berupa
kecepatan, kemudahan dan kepastian serta transparansi proses perizinan;
Peningkatan sarana penanganan pengaduan masyarakat berbasis pada
teknologi informasi; penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan
Sertifikasi ISO 9001:2008; Optimalisasi fungsi SPIP sebagai media
pengawasan.
8) Pembentukan mindset dan cultural set aparatur yang memiliki integritas dan
kinerja tinggi melalui peningkatan prioritas perubahan cara pandang dan
perilaku dari birokrat menjadi pelayan publik dan pengembangan budaya
kerja.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
42
b. Peningkatan partisipasi masyarakat terutama dalam setiap pengambilan
kebijakan dan kehidupan berdemokrasi.
c. Pemantapan kondusivitas wilayah dari gangguan resiko sosial dan antisipasi
dampak pelaksanaan Pilkada.
d. Peningkatan pemanfaatan dan pengelolaan aset daerah.
e. Gerakan revolusi mental guna mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila melalui
pengembangan seni, budaya daerah dan olahraga serta menghidupkan kembali
budaya gotong royong dan handarbeni.
f. Penataan administrasi kependudukan guna optimalisasi pembangunan berbasis
administrasi kependudukan melalui fasilitasi dan sosialisasi masyarakat;
Sebagai suatu kesatuan wilayah, sektor dan sistem pembangunan di Jawa Tengah,
selain hal tersebut di atas diharapkan pula dukungan dari Kabupaten/Kota untuk dapat
memprioritaskan program/kegiatan pembangunan pada Tahun 2017 yaitu :
1. Meningkatakan kondisi baik prasarana jalan dan jembatan utamanya di Kabupaten
Magelang, Kendal, Sukoharjo, Batang, Grobogan, Banyumas, Kudus, Jepara, Blora,
Klaten, Semarang, Wonogiri, Cilacap, Kebumen, Pati, Karanganyar, Rembang,
Purworejo, Tegal dan Kota Magelang.
2. Meningkatan kondisi baik jaringan irigasi utamanya di Kabupaten Blora, Grobogan,
Tegal, Banyumas, Batang, Purbalingga, Semarang, Brebes, Jepara, Cilacap, Kota
Semarang dan Salatiga.
3. Dapat mendukung “Program Pembangunan 1.000 Embung” dengan
membangun/revitalisasi embung/tampungan air sesuai kewenangan Kabupaten/Kota
utamanya untuk mendukung air baku pertanian dan air minum masyarakat di wilayah
rawan kekeringan.
4. Dukungan dan fasilitasi untuk percepatan pembangunan infrastruktur starategis di
Provinsi Jawa Tengah.
5. Dukungan untuk mendorong petani menanam kedelai.
6. Meningkatkan upaya-upaya untuk pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi
lahan pertanian ke non pertanian utamanya di sawah LP2B.
7. Usulan Bantuan Keuangan Provinsi Kepada Kabupaten/Kota dan Desa pada Tahun
2017 diharapkan untuk diprioritaskan pada :
a. Pembangunan/revitalisasi embung/tampungan air, peningkatan infrastruktur
jalan, jembatan, irigasi dan penanggulangan banjir.
b. Penanganan infrastruktru desa utamanya pada desa miskin dengan katagori
kuning dan merah.
c. Merupakan kewenangan Kabupaten/Kota atau Desa (Bantuan Keuangan
Kepada Pemerintah Desa), sudah siap secara teknis dan dapat diselesaikan
pada tahun berkenaan serta tidak duplikasi anggaran dengan sumber dana
lainnya.
4.2.5. Arah Kebijakan Pembangunan Kota Pekalongan Tahun 2017
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun
anggaran 2017 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja
daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun anggaran 2017 sebagai berikut:
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
43
1. Pengalokasian anggaran pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar yang
meliputi Jenjang Pendidikan PAUD, TK/RA, SD/MI dan SMP/MTs baik Negeri
ataupun Swasta, diberikan melalui pemberian Fasilitasi Operasional Pendidikan
(FOP) dan pemberian beasiswa miskin, pengalokasian dana untuk peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan Standard Nasional
Pendidikan (SNP) serta pemberian bantuan kesra bagi Guru dan Tenaga
Kependidikan Non PNS baik pada Sekolah Negeri ataupun Sekolah / Madrasah
Swasta
2. Dalam upaya untuk tetap mendorong kemampuan masyarakat dalam mengakses
layanan pendidikan menengah dan tinggi, dimana mulai tahun 2017 akan
dipindahkan kewenangannya kepada Pemerintah Provinsi (khususnya pendidikan
menengah), maka dialokasikan pembiayaan pendidikan bagi siswa yang berasal dari
keluarga miskin (BSM)
3. Melanjutkan upaya pembangunan mental dan spiritual keagamaan dalam rangka
meningkatkan religiusitas masyarakat melalui peningkatan bantuan transport guru
TPQ/Madin
4. Melanjutkan upaya meringankan beban masyarakat miskin dalam mengakses
layanan kesehatan, baik melalui pembayaran premi kepada Penerima Bantuan Iuran
kepada BPJS Kesehatan maupun layanan langsung kepada pasien dari masyarakat
miskin dengan memperbaiki mekanisme penerbitan SKTM dalam rangka
pengendalian penggunaan anggaran.
5. Penyiapan pemberian layanan kesehatan di Puskesmas sampai dengan pukul 21.00
WIB masing-masing 1 (satu) Puskesmas pada tiap Kecamatan (Puskesmas Tirto,
Puskesmas Jenggot, Puskesmas Noyontaan, dan Puskesmas Dukuh) melalui
penyediaan alat kesehatan dan penunjangnya serta tenaga kesehatan sesuai
standar.
6. Penataan kembali terhadap Puskesmas dengan rasio pelayanan yang melebihi
kapasitas, baik melalui perluasan bangunan ataupun upaya lain berupa relokasi
dengan tetap memperhatikan jangkauan akses masyarakat yang dilayani.
7. Melanjutkan upaya-upaya untuk menurunkan kemiskinan dengan menggunakan
basis data terpadu serta koordinasi intensif dengan berbagai stakeholder guna
mengefektifkan implementasi program dan kegiatan pembangunan.
8. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana layanan perkotaan serta kawasan
strategis kota sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-2021 untuk meningkatkan kualitas
dan daya dukung bagi daya tarik wisatawan sehingga akan memberikan pengaruh
positif bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan secara bertahap dan
berkelanjutan
9. Penyiapan jalan akses sesuai dengan rencana pembangunan jalan tol dan jalan
lingkar PETANGLONG serta peningkatan kualitas jalan kota lainnya
10. Melanjutkan upaya-upaya penanganan dan penanggulangan genangan, baik
sebagai akibat pasang air laut (rob), luapan air sungai, ataupun limbah domestik,
dengan mendorong peran serta Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dan juga
koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten sekitar, sesuai dengan kewenangannya
masing-masing.
11. Melanjutkan pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung upaya
pencapaian target nasional 100-0-100 dalam penataan kawasan kumuh, yaitu 100 %
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
44
terpenuhinya akses air minum, 0 % bebas kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi
sehat pada tahun 2019. Upaya ini antara lain diwujudkan melalui sinergi
penyelenggaraan pembangunan masyarakat yang terpadu seperti Program NUSP
(Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project) dan P2KKP (Program Peningkatan
Kualitas Kawasan Permukiman) / KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)
12. Peningkatan kualitas pelayanan publik baik dalam pengertian luas ataupun dalam
rangka layanan yang ramah bagi masyarakat berkebutuhan khusus sebagai bagian
menyeluruh dari upaya-upaya pelayanan umum yang menjadi tugas dan tanggung
jawab Pemerintah Kota Pekalongan
13. Belanja pembangunan peningkatan sarana prasarana umum dan pengelolaan
kebersihan kota guna meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, bersih, aman
dan nyaman
14. Mendorong perluasan dan kesempatan bekerja dan berusaha melalui peningkatan
iklim investasi, peningkatan kualitas layanan perijinan, penguatan promosi produk
unggulan daerah, dan juga peningkatan kualitas tenaga kerja
15. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perdagangan untuk mendorong majunya
pasar tradisional sehingga akan menyentuh secara langsung sendi-sendi
perekonomian masyarakat menengah ke bawah.
Peningkatan upaya perlindungan konsumen melalui layanan kemetrologian sejalan
dengan pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota.
16. Meningkatkan kualitas pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dalam upaya
peningkatan pendapatan asli daerah serta meningkatkan produksi perikanan, baik
perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya
17. Mempertahankan dan meningkatkan prestasi olahraga melalui peningkatan kualitas
sarana dan prasarana keolahragaan yang diawali dengan kajian secara menyeluruh
terhadap sarana dan prasarana yang ada di Kota Pekalongan
18. Peningkatan kapasitas kelembagaan legislatif melalui Pembinaan Teknis (Bintek),
pelatihan ESQ, ataupun forum koordinasi antar kelembagaan legislatif di Indonesia.
Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, serta
penyediaan dana BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan
yang berlaku
19. Peningkatan gaji bagi tenaga kontrak minimal sebesar Upah Minimum Kota serta
penyediaan dana BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan
yang berlaku.
20. Penganggaran guna menindaklanjuti kesepakatan kerjasama antara Pemerintah
Kota Pekalongan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Perguruan Tinggi
serta lembaga lainnya dibidang pendidikan tinggi dan menengah, lingkungan hidup,
pariwisata dan budaya, penguatan sistem inovasi daerah
21. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, maka pelaksanaan
percepatan pembangunan diupayakan melalui program Sistem Inovasi Daya Saing
Daerah dengan memanfaatkan teknologi informasi, antara lain melalui pembangunan
e-development Kota Pekalongan, penguatan integrasi SIM perencanaan dan
Keuangan, Pekalongan Broadband City, pengembangan SIM keuangan daerah
berbasis akrual, Pengembangan SIM Barang Daerah ( SIMBADA) dan SIM Rujukan
terpadu
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
45
22. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi Perangkat Daerah, dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi
anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Perangkat Daerah harus bersifat
inovatif yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat
23. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perkantoran berupa bangunan gedung,
pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung, ataupun sarana mobilitas, baik
untuk penyesuaian terhadap dinamika perubahan Perangkat Daerah ataupun secara
lebih luas dalam upaya peningkatan kualitas layanan publik.
24. Dalam rangka pengendalian dan efektifitas penganggaran, kebijakan penganggaran
perjalanan dinas dan belanja Alat Tulis Kantor tetap diarahkan pada pemusatan di
kegiatan yang berada di bawah Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
25. Melanjutkan penguatan manajemen aset daerah baik melalui penguatan SDM
Pengelola Barang Daerah ataupun melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dalam
rangka mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
26. Belanja Tak Langsung khusus belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bantuan keuangan dianggarkan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan
penyeimbang akan dilakukan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta kemampuan
keuangan daerah
27. Penguatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan dengan terus meningkatkan akses masyarakat dalam
suatu perspektif check and balance dari kebijakan pembangunan daerah
28. Proyeksi penyediaan belanja tidak terduga akan dilakukan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan estimasi kegiatan-kegiatan
yang sifatnya tidak dapat diprediksi dan belum tertampung dalam bentuk program
kegiatan pada tahun 2017
29. Penyesuaian kegiatan serta alokasi anggaran yang bersumber dari DAK dan dana
transfer lainnya dari Pemerintah Pusat.
30. Penyusunan plafon belanja program kegiatan prioritas tambahan atau “waiting list”
yang akan dipertimbangkan sebagai usulan plafon belanja tambahan.
4.2.6. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dengan Prioritas
Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prioritas pembangunan Kota
Pekalongan dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan
pembangunan dan sejalan tujuan sasaran pembangunan sesuai dengan RPJPD Kota
Pekalongan Tahap III, serta memperhatikan arah kebijakan Provinsi Jawa Tengah tahun
2017 dan arah kebijakan nasional tahun 2017, maka Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah
Kota Pekalongan dengan Prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017
ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
46
Tabel 4.1 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS
dengan Prioritas Nasional
NO PRIORITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
PROGRAM (Rp)
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7=5+6
1. PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT
Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini
3.147.458.000 3.147.458.000
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
18.870.546.000 18.870.546.000
Program Pendidikan Non Formal
441.855.000 441.855.000
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
15.518.700.000 15.518.700.000
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
1.566.984.000 1.566.984.000
Hibah FOP SD/MI Swasta 1.478.940.000 1.478.940.000
Hibah FOP SMP/MTs Swasta 3.466.560.000 3.466.560.000
Kesehatan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1.641.817.000 1.641.817.000
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1.067.745.000 1.067.745.000
Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
12.800.000.000 12.800.000.000
Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
Program pengembangan wawasan kebangsaan
537.500.000 537.500.000
Program pendidikan politik masyarakat
81.000.000 81.000.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
47
NO PRIORITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
PROGRAM (Rp)
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7=5+6
Perumahan dan Permukiman
Program Pengembangan Perumahan
19.568.000.000 19.568.000.000
2. PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
676.000.000 676.000.000
Kelautan dan Perikanan
Program pengembangan budidaya perikanan
1.820.000.000 1.820.000.000
Program pengembangan perikanan tangkap
2.460.000.000 2.460.000.000
Pariwisata Program pengembangan pemasaran pariwisata
170.250.000 170.250.000
Program pengembangan destinasi pariwisata
1.276.900.000 1.276.900.000
Program pengembangan Kemitraan
234.975.000 234.975.000
Industri Program pengembangan sentra industri dan Kluster Industri
8.000.000.000 8.000.000.000
Program pengembangan industri kecil dan menengah
407.000.000 407.000.000
3. PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN
Ketenagakerjaan Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
4.117.898.000 4.117.898.000
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
705.821.000 705.821.000
Sosial Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
240.600.000 240.600.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
48
NO PRIORITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
PROGRAM (Rp)
BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,
BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7=5+6
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
1.226.250.000 1.226.250.000
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Program pembangunan jalan dan jembatan
46.486.612.000 46.486.612.000
Program Pemanfaatan Ruang 3.225.000.000 3.225.000.000
4. PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Fungsi Lainnya Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
105.000.000 105.000.000
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
721.900.000 721.900.000
5. PEMBANGUNAN EKONOMI
Penanaman Modal Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
211.010.000 211.010.000
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
476.590.000 476.590.000
Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana, dan prasarana daerah
40.350.000 40.350.000
Perdagangan Program Pengembangan Ekspor
90.000.000 90.000.000
Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri
4.909.740.000 4.909.740.000
Fungsi Lainnya Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
1.118.000.000 1.118.000.000
JUMLAH 153.961.501.000 4.945.500.000 158.907.001.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
49
Tabel 4.2 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Provinsi Jawa Tengah
NO PRIORITAS PROVINSI JAWA
TENGAH
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM BELANJA
LANGSUNG BELANJA TIDAK
LANGSUNG JUMLAH
1 2 3 5 6 7=5+6
1. Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan
Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
676.000.000 676.000.000
Kelautan dan Perikanan Program pengembangan budidaya perikanan 1.820.000.000 1.820.000.000
Program pengembangan perikanan tangkap 2.460.000.000 2.460.000.000
Pertanian Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 1.340.000.000 1.340.000.000
Program Peningkatan Prasarana Produksi Peternakan 165.760.000 165.760.000
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
37.500.000 37.500.000
2. Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui upaya pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, dan pemberdayaan ekonomi mikro dan kecil untuk masyarakat miskin
Pendidikan 1.478.940.000 1.478.940.000
3.466.560.000 3.466.560.000
Kesehatan Program pelayanan kesehatan penduduk miskin 12.800.000.000 12.800.000.000
Perumahan dan Permukiman Program Pengembangan Perumahan 19.568.000.000 19.568.000.000
Sosial Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 240.600.000 240.600.000
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
1.226.250.000 1.226.250.000
Koperasi dan UKM Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
362.500.000 362.500.000
Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang konduksif
938.850.000 938.850.000
3. Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan
Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini 3.147.458.000 3.147.458.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
50
NO PRIORITAS PROVINSI JAWA
TENGAH
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM BELANJA
LANGSUNG BELANJA TIDAK
LANGSUNG JUMLAH
1 2 3 5 6 7=5+6
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 18.870.546.000 18.870.546.000
Program Pendidikan Non Formal 441.855.000 441.855.000
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
15.518.700.000 15.518.700.000
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 1.566.984.000 1.566.984.000
Kesehatan Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya
1.710.000.000 1.710.000.000
Perpustakaan Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
914.750.000 914.750.000
4. Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan sentra/klaster untuk pengurangan pengangguran
Industri Program pengembangan sentra industri dan Kluster Industri
8.000.000.000 8.000.000.000
Program pengembangan industri kecil dan menengah 407.000.000 407.000.000
Perdagangan Program Pengembangan Ekspor 90.000.000 90.000.000
Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 4.909.740.000 4.909.740.000
Ketenagakerjaan Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
4.117.898.000 4.117.898.000
Program Peningkatan Kesempatan Kerja 705.821.000 705.821.000
Penanaman Modal Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 211.010.000 211.010.000
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
476.590.000 476.590.000
Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana, dan prasarana daerah
40.350.000 40.350.000
Pariwisata Program pengembangan pemasaran pariwisata 170.250.000 170.250.000
Program pengembangan destinasi pariwisata 1.276.900.000 1.276.900.000
Program pengembangan Kemitraan 234.975.000 234.975.000
Fungsi Lainnya Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
1.118.000.000 1.118.000.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
51
NO PRIORITAS PROVINSI JAWA
TENGAH
URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD
PROGRAM BELANJA
LANGSUNG BELANJA TIDAK
LANGSUNG JUMLAH
1 2 3 5 6 7=5+6
5. Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Program pembangunan jalan dan jembatan 46.486.612.000 46.486.612.000
Program Pemanfaatan Ruang 3.225.000.000 3.225.000.000
Program Pengendalian Banjir 15.909.600.000 15.909.600.000
Perhubungan Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
750.000.000 750.000.000
Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas 1.592.900.000 1.592.900.000
Lingkungan Hidup Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
4.215.500.000 4.215.500.000
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
809.550.000 809.550.000
Program peningkatan pengendalian polusi 1.453.600.000 1.453.600.000
5. Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyeleng- garaan tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik
Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Program Pendidikan Kedinasan 165.300.000 165.300.000
Program pembinaan dan pengembangan aparatur 1.751.830.000 1.751.830.000
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 1.024.490.000 1.024.490.000
Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
Program pengembangan wawasan kebangsaan 537.500.000 537.500.000
Sosialisasi Penanganan Konflik Sosial 15.500.000 15.500.000
Perencanaan Pembangunan Program perencanaan pembangunan daerah 1.805.000.000 1.805.000.000
Administrasi Kependudukan dab Catatan Sipil
Program Penataan Administrasi Kependudukan 1.052.900.000 1.052.900.000
Fungsi Lainnya Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
105.000.000 105.000.000
Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan 721.900.000 721.900.000
JUMLAH 187.186.469.000 4.945.500.000 192.131.969.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
52
4.2.7 Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah (Urusan
Wajib dan Urusan Pilihan) dan SKPD.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah setelah
mengatur secara rinci tentang pembagian kewenangan Urusan Pemerintahan,
khususnya terkait dengan Urusan Konkuren, yaitu Urusan Pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Dalam Pasal
11 ayat (1) disebutkan bahwa“Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
Selanjutnya dalam ayat (2), disebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga telah merinci Pembagian urusan
pemerintahan konkuren antaraPemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah
kabupaten/kota dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Namun demikian, serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana,
serta dokumen sebagai akibat pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah
Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang diatur berdasarkan Undang-
Undang ini dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkan (Pasal
404). Hal yang hampir sama, dapat dilihat di dalam Lampiran Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, yang
menyebutkan bahwa “Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan setelah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ditetapkan, pemerintah daerah
menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antar tingkatan/susunan
pemerintahan sebagai akibat pengalihan urusan pemerintahan konkuren paling
lambat tanggal 31 Maret 2016 dan serah terima Personel, Sarana dan Prasarana
serta Dokumen (P2D) paling lambat 2 Oktober 2016 sebagaimana dimaksud Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014. Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan urusan
Pemerintahan konkuren secara efektif akan dilaksanakan mulai Tahun 2017. Atau
dengan kata lain, pengaturan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang
ada dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) ini masih mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dengan tetap memberikan peluang terhadap
terjadinya perubahan-perubahan sebagai akibat dinamika Pemerintahan yang ada.
Selanjutnya Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah
(Urusan Wajib dan Urusan Pilihan) dan SKPD dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
53
Tabel 4.2 Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah
KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017
1 2 3
11 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
360.469.144.000
11.01 PENDIDIKAN 59.685.386.000
11.01.110101 DINAS PENDIDIKAN 52.108.278.000
11.01.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 7.560.108.000
11.01.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 17.000.000
11.02 KESEHATAN 154.809.223.000
11.02.110201 DINAS KESEHATAN 54.657.696.000
11.02.110202 RSUD BENDAN 100.130.527.000
11.02.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 21.000.000
11.03 PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 103.132.788.000
11.03.110301 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 103.132.788.000
11.04 PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 26.691.255.000
11.04.110401 DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 26.691.255.000
11.05 KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
12.856.892.000
11.05.110501 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 8.121.920.000
11.05.110502 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 2.709.645.000
11.05.110503 KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 1.588.600.000
11.05.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 128.200.000
11.05.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 67.727.000
11.05.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 90.800.000
11.05.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 150.000.000
11.06 SOSIAL 3.293.600.000
11.06.110601 DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
2.839.270.000
11.06.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 454.330.000
12 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
82.088.036.000
12.01 TENAGA KERJA 6.292.047.000
12.01.120101 DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA 6.292.047.000
12.02 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 2.351.000.000
12.02.120201 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
2.351.000.000
12.03 PANGAN 1.489.600.000
12.03.120301 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN 1.489.600.000
12.04 PERTANAHAN 9.240.000.000
12.04.110301 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 9.240.000.000
12.05 LINGKUNGAN HIDUP 15.230.389.000
12.05.120501 DINAS LINGKUNGAN HIDUP 15.230.389.000
12.06 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 2.813.800.000
12.06.120601 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 2.813.800.000
12.07 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 6.421.100.000
12.07.120201 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1.509.980.000
12.07.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 117.950.000
12.07.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 165.120.000
12.07.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 196.290.000
12.07.30050603 KELURAHAN DEGAYU 112.850.000
12.07.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 85.210.000
12.07.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 307.480.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
54
KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017
1 2 3
12.07.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 199.950.000
12.07.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 154.570.000
12.07.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 145.696.000
12.07.30050701 KELURAHAN JENGGOT 123.330.000
12.07.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 138.370.000
12.07.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 97.290.000
12.07.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 132.970.000
12.07.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 118.570.000
12.07.30050706 KELURAHAN BANYURIP 151.610.000
12.07.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 112.024.000
12.07.30050801 KELURAHAN MEDONO 198.410.000
12.07.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 116.450.000
12.07.30050803 KELURAHAN TIRTO 112.210.000
12.07.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 169.760.000
12.07.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 247.330.000
12.07.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 238.790.000
12.07.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 253.810.000
12.07.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 94.400.000
12.07.30050901 KELURAHAN KAUMAN 270.360.000
12.07.30050902 KELURAHAN PONCOL 167.170.000
12.07.30050903 KELURAHAN KLEGO 138.650.000
12.07.30050904 KELURAHAN GAMER 85.210.000
12.07.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 162.090.000
12.07.30050906 KELURAHAN SETONO 187.630.000
12.07.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 109.570.000
12.08 PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA 1.837.740.000
12.08.110601 DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
1.837.740.000
12.09 PERHUBUNGAN 7.040.713.000
12.09.120901 DINAS PERHUBUNGAN 7.040.713.000
12.10 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 8.132.034.000
12.10.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 7.198.334.000
12.10.30050309 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 933.700.000
12.11 KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH 7.499.740.000
12.11.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
7.499.740.000
12.12 PENANAMAN MODAL 1.761.380.000
12.12.121201 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
1.761.380.000
12.13 KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 3.195.370.000
12.13.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
3.195.370.000
12.13.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 0
12.14 STATISTIK 105.000.000
12.14.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 105.000.000
12.15 PERSANDIAN 40.000.000
12.15.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 40.000.000
12.16 KEBUDAYAAN 2.549.573.000
12.16.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
2.549.573.000
12.17 PERPUSTAKAAN 5.666.550.000
12.17.121701 DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 5.666.550.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
55
KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017
1 2 3
12.18 KEARSIPAN 422.000.000
12.18.121701 DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 422.000.000
20 URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN 28.120.178.000
20.01 KELAUTAN DAN PERIKANAN 7.195.333.000
20.01.200101 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 7.195.333.000
20.02 PARIWISATA 2.657.125.000
20.02.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
2.657.125.000
20.03 PERTANIAN 1.213.500.000
20.03.120301 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN 1.213.500.000
20.06 PERDAGANGAN 8.064.720.000
20.06.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
8.064.720.000
20.07 PERINDUSTRIAN 8.989.500.000
20.07.120101 DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA 8.989.500.000
30 URUSAN PENUNJANG 86.470.322.000
30.01 PERENCANAAN PEMBANGUNAN 4.673.612.000
30.01.300101 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
4.143.200.000
30.01.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 30.000.000
30.01.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 15.000.000
30.01.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 15.000.000
30.01.30050603 KELURAHAN DEGAYU 15.000.000
30.01.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 15.000.000
30.01.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 15.000.000
30.01.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 15.000.000
30.01.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 15.000.000
30.01.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 33.950.000
30.01.30050701 KELURAHAN JENGGOT 15.000.000
30.01.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 15.000.000
30.01.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 15.000.000
30.01.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 15.000.000
30.01.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 15.000.000
30.01.30050706 KELURAHAN BANYURIP 15.000.000
30.01.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 35.212.000
30.01.30050801 KELURAHAN MEDONO 15.000.000
30.01.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 15.000.000
30.01.30050803 KELURAHAN TIRTO 15.000.000
30.01.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 15.000.000
30.01.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 15.000.000
30.01.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 15.000.000
30.01.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 15.000.000
30.01.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 26.250.000
30.01.30050901 KELURAHAN KAUMAN 15.000.000
30.01.30050902 KELURAHAN PONCOL 15.000.000
30.01.30050903 KELURAHAN KLEGO 15.000.000
30.01.30050904 KELURAHAN GAMER 15.000.000
30.01.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 15.000.000
30.01.30050906 KELURAHAN SETONO 15.000.000
30.01.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 15.000.000
30.02 KEUANGAN 13.081.750.000
30.02.110401 DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 75.000.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
56
KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017
1 2 3
30.02.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH
60.000.000
30.02.121201 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
108.030.000
30.02.300201 BADAN KEUANGAN DAERAH 12.838.720.000
30.02.30050301 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN 0
30.03 KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 4.290.245.000
30.03.300301 BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH
4.290.245.000
30.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1.569.890.000
30.04.300101 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
1.569.890.000
30.05 FUNGSI LAINNYA 62.854.825.000
30.05.30050301 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN 1.406.315.000
30.05.30050302 BAGIAN HUKUM 1.490.425.000
30.05.30050303 BAGIAN ORGANISASI 1.344.822.000
30.05.30050304 BAGIAN PEREKONOMIAN 1.692.300.000
30.05.30050305 BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN 1.124.300.000
30.05.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 464.310.000
30.05.30050307 BAGIAN UMUM DAN KEUANGAN 4.577.770.000
30.05.30050308 BAGIAN RUMAH TANGGA DAN PERLENGKAPAN 9.828.924.000
30.05.30050309 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 235.380.000
30.05.300504 SEKRETARIAT DPRD 24.872.742.000
30.05.300505 INSPEKTORAT 1.978.570.000
30.05.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 3.934.555.000
30.05.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 105.000.000
30.05.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 106.000.000
30.05.30050603 KELURAHAN DEGAYU 101.880.000
30.05.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 116.000.000
30.05.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 124.700.000
30.05.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 144.540.000
30.05.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 114.400.000
30.05.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 1.926.889.000
30.05.30050701 KELURAHAN JENGGOT 114.600.000
30.05.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 132.100.000
30.05.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 121.900.000
30.05.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 136.220.000
30.05.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 132.100.000
30.05.30050706 KELURAHAN BANYURIP 133.000.000
30.05.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 1.755.700.000
30.05.30050801 KELURAHAN MEDONO 117.720.000
30.05.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 102.000.000
30.05.30050803 KELURAHAN TIRTO 117.600.000
30.05.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 122.500.000
30.05.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 135.080.000
30.05.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 140.000.000
30.05.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 143.280.000
30.05.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 2.878.445.000
30.05.30050901 KELURAHAN KAUMAN 156.703.000
30.05.30050902 KELURAHAN PONCOL 102.000.000
30.05.30050903 KELURAHAN KLEGO 101.880.000
30.05.30050904 KELURAHAN GAMER 114.600.000
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
57
KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017
1 2 3
30.05.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 137.475.000
30.05.30050906 KELURAHAN SETONO 135.500.000
30.05.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 134.600.000
JUMLAH BELANJA LANGSUNG 557.147.680.000
Sumber : Aplikasi SIMRAL
4.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH
Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi
defisit anggaran atau penggunaan dari surplus anggaran. Pembiayaan terdiri atas
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
4.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Kebijakan Penerimaan Penerimaan pembiayaan pada tahun 2017 diasumsikan
bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran sebelumnya
(SiLPA), dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya kelebihan penerimaan
(over-target). Selain itu, SiLPA ini juga mengasumsikan adanya efisiensi yang akan
terjadi pada pelaksanaan APBD 2016 yaitu perkiraan selisih positif antara
pengeluaran riil dengan anggaran yang disediakan.
4.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Untuk kebijakan pengeluaran pembiayaan pada APBD Kota Pekalongan Tahun
Anggaran 2017 adalah pembiayaan untuk penyertaan modal bagi Perusahaan
Daerah Kota Pekalongan dan Bank Jateng, serta penyertaan modal dari penerusan
hibah APBN Murni kepada PDAM. Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan kajian analisis
keuangan Perusahaan Daerah.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB V PENUTUP
58
BAB V PENUTUP
Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017,
merupakan bagian dari pentahapan perencanaan pembangunan yang diawali dari
Penyusunan Dokumen Perencanaan Jangka Pendek (RKPD) Kota Pekalongan Tahun
2017 serta KUA dan PPAS itu sendiri. Selanjutnya KUA Tahun 2017 ini akan menjadi
pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebelum
akhirnya kedua dokumen tersebut (KUA dan PPAS) akan digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017. Penyusunan KUA Tahun Anggaran
2017 merupakan formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan
operasional anggaran, dimana di dalamnya memuat arah dan kebijakan sebagai
penjabaran dari kebijakan pemerintah daerah, serta aspirasi masyarakat. KUA Tahun
Anggaran 2017 memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang
diharapkan pada setiap bidang kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan
dalam satu tahun anggaran. Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut
disusun, disamping berdasarkan aspirasi masyarakat, juga mempertimbangkan kondisi
dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahun-
tahun anggaran sebelumnya. Selanjutnya KUA Tahun Anggaran 2017 dalam
pelaksanaannya diperlukan strategi atau cara tertentu yang diharapkan dapat
memperlancar atau mempercepat pencapaian Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun
Anggaran 2017 karena adanya keterbatasan kemampuan pemerintah daerah, terutama
dalam sumber daya, maka disusun strategi dan prioritas sesuai kemampuan pemerintah
daerah.
Asumsi-asumsi yang mendasari penyusunan KUA merupakan asumsi kondisi pada
saat penyusunan yang disesuaikan pula dengan peraturan perundangan yang
mendasarinya. Dinamika pelaksanaan pembangunan pemerintahan sangat
dimungkinkan akan memunculkan terjadinya perubahan kondisi yang tidak sesuai
asumsi. Selain itu pendapatan–pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan
(DAK, DAU dan Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak), dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah, sangat bergantung pada kebijakan pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Provinsi), oleh karena itu disepakati pengaturan sebagai berikut:
1. Dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi penyusunan KUA akibat
adanya kebijakan pemerintah maupun pemerintah daerah, dapat dilakukan
penambahan atau pengurangan estimasi pendapatan daerah, maupun program dan
kegiatan serta pagu anggaran indikatifnya;
2. Penambahan program dan kegiatan dilakukan dengan mempertimbangkan usulan
program kegiatan dan plafon prioritas tambahan yang disampaikan dalam PPAS
sesuai dengan tingkat urgenitas dan kebutuhan;
3. Penambahan atau pengurangan estimasi pendapatan daerah, maupun program dan
kegiatan serta pagu anggaran indikatif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan
RAPBD tanpa melakukan perubahan Nota Kesepakatan KUA dan Nota Kesepakatan
PPAS.
Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB V PENUTUP
59
Demikianlah Kebijakan Umum APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017,
yang dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun
Anggaran 2017.
Pekalongan, November 2016
WALIKOTA PEKALONGAN
PEKALONGAN
ACHMAD ALF ARSLAN DJUNAID, SE