kebudayaan islam

Upload: harly-yoga-p

Post on 16-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kebudayaan Islam atau Kebudayaan Arab?

TRANSCRIPT

KEBUDAYAAN ISLAMKata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari suatu ajaran agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama islam dalam konteks kebudayaan kehidupan kita sehari-hari.TELAAH Sebelum kita bahas lebih lanjut akan kita kupas dulu pengertian tentang kebudayaan dan Islam itu sendiri.Kebudayaan = Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari kata budaya. Budaya berasal dari bahasa Sansekertabudhayah.Jika diurai kata ini berasal dari kata budiatau akal, kemudian diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan budi atau akal manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Kamis 28November2013). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat, dan lain-lain (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008: 243).Dari dua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan dari akal pikiran,perasaan, dan perbuatanmanusia.Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu abstrak dan konkret. Kebudayaan yang bersifat abstrak yaitu sesuatu yang secara prinsip diakui keberadaannya namun tidak terlihat, misalnya ide / gagasan, dan kepercayaan. Sedangkan kebudayaan yang bersifat konkret adalah sesuatu yang dapat terlihat secara kasat mata, misalnya benda-benda yang dibuat manusia.Islam =Islam berasal dari bahasa Arab : Salima yang artinya selamat, dari kata itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dam patuh. (id.wikipedia.org/wiki/islam, Kamis 28 November 2013)Menurut Hammudah Abdalati Islam berasal dari akar kata Arabm SLM (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. (id.wikipedia.org/wiki/islam, Kamis 28 November 2013)Dapat juga ditarik dari kata sallama yang artinya menyelamatkan orang lain. Dimana seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (amar maruf nahyi munkar). (id.wikipedia.org/wiki/islam, Kamis 28 November 2013)Hubungan antara ketiga pengertian tesebut dapat disimpulkan bahwa Islam adalah bentuk penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dam ketundukkan atas hukum-Nya untuk dapat mencapai keselamatan, kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.Kebudayaan Islam =Dapat ditarik kesimpulan bahwa Kebudayaan Islam adalah sesuatu yang dihasilkan dari akal pikiran,perasaan, dan perbuatanmanusia yang unsur-unsur didalamnya adalah bentuk penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dam ketundukkan atas hukum-Nya untuk dapat mencapai keselamatan, kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.KONSEP DAN PRINSIPAda dua cara pandang yang berbeda dalam pembahasan tentangsejarahdalam Kebudayaan Islam. Pertama, Sejarah Islam dimulai sejakproses penciptaanNabi AdamAS. Kedua,Sejarah Islam dimulai sejakmasa Nabi Muhammad SAW. 1. Bagi pendapat pertama, Sejarah Islam dimulaisejak diutusnya NabiAdamAs. Ada dua alasan yang mendasari. Pertama, Nabi Adam As. adalah nabi pertama dalam pemahaman ajaran Islam. Kedua,jika Sejarah Islam dimulai sejak masa Nabi Muhammad, berarti ada alur yang terputusantara Nabi Adam sampai Isa bahkan sampai masa sebelum diutusnya Muhammad. Padahal antara Nabi Muhammad dengan rasul-rasul sebelumnya meskipun berbeda dari sisi nama, namun dari sisi akidah ketuhanan memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya.2. BagiPendapat kedua, Sejarah Islam dimulai sejak awal kenabian Muhammad yang sering dikaji sejak masa menjelang kelahirannya. Karena meski para rasul sejak Adam hingga Isa memiliki misi yang sama dengan Nabi Muhammad, tetapi secara faktual perkembangan Kebudayaan Islam dimulai dan dikembangkan sejak masa Nabi Muhammad (Ahmad Al-Usairy, Terj, Samson Rahman 2003: 4-9).Dalam pembahasan nanti kami akan lebih banyak melakukan pendekatan pada pendapat kedua karena banyak pula yang membahas periodeisasi Sejarah Islam menggunakan pola kedua, yaitu dimulai dari keadaan Arab Pra Islam (menjelang kelahiran Muhammad) sampai diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah pada periode Makkah dan Madinah(Ahmad Al-Usairy, terjemah: Samson Rahman 2003: 4-9).Karena hampir seluruh umat manusia di dunia ini mengetahui Islam (meski belum tentu sepenuhnya benar), adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAMMenurut ahli budaya, kata kebudayaan merupakan gabungan dari 2 kata, yaitu budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhitar, perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi kebudayaan adalah kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang di kerjakan dengan mempergunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki kesempurnaan hidup.Al-Quran memandang kebudayaan itu sebagai suatu proses, dan meletakan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai nilai Ketuhanan.Kebudayaan Islam berlandaskan pada nilai nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal, budi rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang jadi semua peradapan.Tinjauan pembentukan kebudayaan islam di indonesiaAkulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo).Lebih jelasnya dapat dilihat pada : http://togapardede.wordpress.com/2013/02/20/wujud-akulturasi-kebudayaan-hindu-budha-dengan-kebudayaan-indonesia/. Wujud Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha dengan KebudayaanIndonesiaBudaya Nusantara sebelum Islam datangSebelum Islam masuk ke bumi Nusantara, sudah terdapat banyak suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, sosial dan budaya di Nusantara yang berkembang. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh sebelumnya, yaitu kebudayaan nenek moyang (animisme dan dinamisme), dan Hindu Budha yang berkembang lebih dulu daripada Islam.Seperti halnya kondisi masyarakat daerah pesisir pada waktu itu, bisa dikatakan lebih maju daripada daerah lainnya. Terutama pesisir daerah pelabuhan. Alasannya karena daerah pesisir ini digunakan sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan. Penduduk pesisir tekena percampuran budaya (akulturasi) dengan pedagang asing yang singgah. Secara tidak langsung, dalam perdagangan yang dilakukan antara keduanya, mereka menjadi mengerti kebudayaan pedagang asing. Pedagang asing ini seperti pedagang dari Arab, Persia, China, India dan Eropa. Berbeda dengan daerah pedalaman yang lebih tertutup (konservatif) dari budaya luar. Sehingga mereka lebih condong pada kebudayaan nenek moyang mereka dan sulit menerima kebudayaan dari luar. Awalnya Islam masuk dari pesisir kemudian menuju daerah pedalaman. Masuknya Islam sudah terdapat kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha yang masih eksis, diantaranya adalah kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya. Selain itu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang tidak tersentuh oleh pengaruh Hindu dari India. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi misalnya Gowa, Wajo, Bone dan lainnya. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi tidak menunjukkan adanya pengaruh Hindu. Contohnya dalam penguburan pada masyarakat Gowa masih berdasarkan tradisi nenek moyang, yaitu dilengkapi dengan bekal kubur.Hindu Budha lebih dulu masuk di Nusantara daripada Islam. Islam masuk ke Nusantara bisa dengan mudah dan lebih mudah diterima masyarakat pada waktu itu dengan berbagai alasan. Pertama, situasi politik dan ekonomi kerajaan Hindu, Sriwijaya dan Majapahit yang mengalami kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena perluasan China di Asia Tenggara, termasuk Nusantara.Penyebab akulturasi budaya Nusantara dengan nilai-nilai IslamAkibat dari kemunduran situasi politik. adipati-adipati pesisir yang melakukan perdagangan dengan pedagang muslim. Dan akhirnya mereka menjadi penerima Agama Islam. Situasi politik seperti itu mempengaruhi masuknya Islam ke Nusantara lebih mudah. Karena kekacauan politik, mengakibatkan kacauan pada budaya dan tradisi masyarakat. Kedua, kekacauan budaya ini digunakan oleh mubaligh-mubaligh dan pedagang muslim yang sudah mukim untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Yaitu melalui perkawinan. Akibatnya pada awal Islam di Nusantara sudah ada keturunan arab atau India. Misalnya di Surakarta terdapat perkampungan Arab, tepatnya di para Kliwon (kampung Arab).Setelah masuknya Islam di Nusantara, terbukti budaya dan ajaran islam mulai berkembang. Hal ini tidak bisa terlepas dari peran Mubaligh-mubaligh dan peran Walisongo di Jawa. Bukti bahwa ajaran islam sudah dikerjakan masyarakat Nusantara. Di kota-kota besar dan kecil yang sudah islam, terdapat bangunan-banguna masjid yang digunakan untuk berjamaah. Hal itu merupakan bukti budaya yang telah berkembang di nusantara.Kesejahteraan dan kedamaian tersebut dimantapkan secara sosio-religius dengan ikatan perkawinan yang membuat tradisi Islam Timur Tengah menyatu dengan tradisi Nusantara atau Jawa. Akulturasi budaya ini tidak mungkin terelakkan setelah terbentuknya keluarga muslim yang merupakan nucleus komunitas muslim dan selanjutnya memainkan peranan yang sangat besar dalam penyebaran Islam. Akulturasi budaya ini semakin menemukan momentumnya saat para pedagang ini menyunting keluarga elit pemerintahan atau keluarga kerajaan yang berimplikasi pada pewarisan kekuatan politik di kemudian hari.Tiga daerah asal para pedagang tersebut dari Arab (Mekah-Mesir), Gujarat (India), dan Persia (Iran) tersebut menambah varian akulturasi budaya Islam Nusantara semakin plural. Hal ini bisa dirujuk adanya gelar sultan al-Malik bagi raja kesultanan Samudra Pasai. Gelar ini mirip dengan gelar sultan-sultan Mesir yang memegang madzhab syafiiah, gaya batu nisan menunjukkan pengaruh budaya India, sedangkan tradisi syuroan menunjukkan pengaruh budaya Iran atau Persia yang syiah. Budaya Islam Nusantara memiliki warna pelangi.Di saat para pedagang dan kemunitas muslim sedang hangat memberikan sapaan sosiologis terhadap komunitas Nusantara dan mendapatkan respon yang cukup besar sehingga memiliki dampak politik yang semakin kuat, di Jawa kerajaan Majapahit pada abad ke-14 mengalami kemunduran dengan ditandai candra sangkala, sirna ilang kertaning bumi (1400/1478 M) yang selanjutnya runtuh karena perang saudara. Setelah Majapahit runtuh daerah-daerah pantai seperti Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara, dan Kudus mendeklarasikan kemerdekaannya kemudian semakin bertambah kokoh dan makmur.Dengan basis pesantren daerah-daerah pesisir ini kemudian mendaulat Raden Fatah yang diakui sebagai putra keturunan Raja Majapahit menjadi sultan kesultanan Demak yang pertama. Demak sebagai simbol kekuatan politik hasil akulturasi budaya lokal dan Islam menunjukkan dari perkawinan antara pedagang Muslim dengan masyarakat lokal sekaligus melanjutkan warisan kerajaan Majapahit yang dibangun di atas tradisi budaya Hindu-Budhis yang kuat sehingga peradaban yang berkembang terasa bau mistik panteistiknya dan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan keagamaan Islam Jawa sejak abad ke 15 dan 16. Hal ini bisa ditemukan dalam karya sastra Jawa yang menunjukkan dimensi spiritual mistik yang kuat.Islam yang telah berinteraksi dengan budaya Arab, India, dan Persia dimatangkan kembali dengan budaya Nusantara yang animis-dinamis dan Hindu-Budhis. Jika ditarik pada wilayah lokal Jawa masyarakat muslim Jawa menjadi cukup mengakar dengan budaya Jawa Islam yang memiliki kemampuan yang kenyal (elastis) terhadap pengaruh luar sekaligus masyarakat yang mampu mengkreasi berbagai budaya lama dalam bentuk baru yang labih halus dan berkualitas.Asimilasi budaya dan akomodasi pada akhirnya menghasilkan berbagai varian keislaman yang disebut dengan Islam lokal yang berbeda dengan Islam dalam great tradition. Fenomena demikian bagi sebagian pengamat memandangnya sebagai penyimpangan terhadap kemurnian Islam dan dianggapnya sebagai Islam sinkretis. Meskipun demikian, banyak peneliti yang memberikan apresiasi positif dengan menganggap bahwa setiap bentuk artikulasi Islam di suatu wilayah akan berbeda dengan artikulasi Islam di wilayah lain.Untuk itu gejala ini merupakan bentuk kreasi umat dalam memahami dan menerjemahkan Islam sesuai dengan budaya mereka sendiri sekaligus akan memberikan kontribusi untuk memperkaya mozaik budaya Islam. Proses penerjemahan ajaran Islam dalam budaya lokal memiliki ragam varian seperti ritual suluk bagi masyarakat Minangkabau yang mengikuti tarekat Naqsyabandiyyah, sekaten di Jogjakarta, lebaran di Indonesia, dan lain sebagainya.Persinggungan Islam di Jawa dengan budaya kejawen dan lingkungan budaya istana (Majapahit) mengolah unsur-unsur hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang tetap hidup meskipun lambat laun penyebaran dan tradisi keislaman semakin jelas hasilnya. Budaya Islam masih sulit diterima dan menembus lingkungan budaya Jawa istana yang telah canggih dan halus itu.Penolakan raja Majapahit terhadap agama baru, membuat Islam tidak mudah masuk lingkungan istana. Untuk itu para dai agama Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya dalam lingkungan masyarakat pedesaan, terutama daerah pesisiran dan diterima secara penuh oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan budaya intelektual mereka. Dalam kerja sosial dan dakwahnya, para Wali Songo juga merespon cukup kuat terhadap sikap akomodatif terhadap budaya tersebut. Di antara mereka yang sering disebut adalah Sunan Kalijaga.Demoralisasi yang terjadi di Jawa karena perang saudara tersebut, kalangan muslim, lewat beberapa tokohnya seperti Sunan Kalijaga mampu menampilkan sosok yang serba damai dan rukun. Jawa sebagai negeri pertanian yang amat produktif, damai, dan tenang. Sikap akomodatif yang dilakukan oleh para dai ini melahirkan kedamaian dan pada gilirannya menumbuhkan simpati bagi masyarakat Jawa. Selain karena proses akulturasi budaya akomodatif tersebut, menurut Ibnu Kholdun, juga karena kondisi geografis seperti kesuburan dan iklim atau cuaca yang sejuk dan nyaman yang berpengaruh juga terhadap perilaku penduduknya. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syahrastani, dalam al-Milal wa al-Nihal yang menyebutkan ada pengaruh posisi atau letak geografis dan suku bangsa terhadap pembentukan watak atau karakter penduduknya.Faktor fisiologis mempengaruhi watak psikologis dan sosialnya. Begitu juga letak geografis, tingkat kesuburan, dan kesejukan pulau Jawa akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan bersikap. Siapapun yang ingin sukses di Jawa ia harus memperhatikan karakteristik ini sehingga strategi dan pendekatan yang digunakan bisa berjalan dengan baik dan efektif.Akulturasi dan adaptasi keislaman orang Jawa yang didominasi keyakinan campuran mistik konsep Hindu-Budha disebut kejawen atau juga dinamakan agama Jawi. Sementara penyebaran Islam melalui pondok pesantren khususnya di daerah pesisir utara belum mampu menghilangkan semua unsur mistik sehingga tradisi Islam kejawen tersebut masih bertahan. Pemeluk kejawen dalam melakukan berbagai aktivitasnya dipengaruhi oleh keyakinan, konsep pandangan, dan nilai-nilai budaya yang berbeda dengan para santri yang mengenyam pendidikan Islam lebih murni.Pengaruh nilai-nilai Islam dalam budaya NusantaraSejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsespsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-bidang yang Islamik, yang dipengaruhi Islam.Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-doktrin original Islam yang permanen, atau setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam ruang yang lebih kecil doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan peri-feri (pinggiran).Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya yang meliputi konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang dihasilkan masyarakat.Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan Budaya local ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya. Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya.Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan akulturasi budaya, antara budaya local dan Islam.Budaya-budaya local yang kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara slametan (3,7,40,100, dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa. Tingkeban (nujuh Hari). Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan budaya local.Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal, bertiang saka, dan sebagainya benar-benar menunjukkan ciri-ciri arsitektur local. Sementara esensi Islam terletak pada ruh fungsi masjidnya. Demikian juga dua jenis pintu gerbang bentar dan paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya, wajah asing pun tampak sangat jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan Tiamah dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian menara berbentuk mercu suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut.Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad Banten, Banten kemudian berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri dilengkapi dengan struktur-struktur yang mencirikan prototype kraton yang bercorak Islam di Jawa, sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Ibukota Kerajaan Banten dan Cirebon kemudian berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan internasional dengan ciri-ciri metropolitan di mana penduduk kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga terdapat perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan kampung untuk orang Eropa seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan perlakuan yang sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di Banten misalnya telah memperlihatkan sikap toleransi yang besar kepada penganut agama lain. Misalnya dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di sekitar pemukiman Cina dan Eropa. Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal penguasa Banten. Penghargaan atau perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan latar belakang agama oleh penguasa dan masyarakat Banten terhadap umat beragama lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di kawasan-kawasan lain di nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di berbagai belahan nusantara telah menjalin hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda keyakinan.Aspek akulturasi budaya local dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Sunda adalah dalam bidang seni vokal yang disebut seni beluk. Dalam seni beluk sering dibacakan jenis cirita (wawacan) tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh. Seringkali wawacan dari seni beluk ini berasal dari unsur budaya local pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam seperti pada wawacan Ugin yang mengisahkan manusia yang memiliki kualitas kepribadian yang tinggi. Seni beluk kini biasa disajikan pada acara-acara selamatan atau tasyakuran, misalnya memperingati kelahiran bayi ke-4- hari (cukuran), upacara selamatan syukuran lainnnya seperti kehamilan ke-7 bulan (nujuh bulan atau tingkeban), khitanan, selesai panen padi dan peringatan hari-hari besar nasional.Akulturasi Islam dengan budaya-budaya local nusantara sebagaimana yang terjadi di Jawa didapati juga di daerah-daearah lain di luar Jawa, seperti Sumatera Barat, Aceh, Makasar, Kalimantan, Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainnya. Khusus di daerah Sumatera Utara, proses akulturasi ini antara lain dapat dilihat dalam acara-acara seperti upah-upah, tepung tawar, dan Marpangir.PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN DALAM ISLAMIslam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa keburukan di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.Prinsip semacam ini, sebenarnya telah mendasari isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia, pasal 32, walaupun pdalam praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia .Prinsip-prinsip kebudayaan menurut islam, meliputi hal-hal sebagai berikut :1. Menghormati akalQ.S Al Imron : 190-191Artinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.Q.S Al Imron ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan bahwa dapat diketahui objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa kebesaran Allah. Ini berarti pengenalan kepada Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedangkan pengenalan alam raya oleh penggunaan akal, yakni berpikir. Pada prinsipnya, kebudayaan juga harus dapat diterima oleh akal manusia. Manusia sebagai makhluk berakal juga harus terlebih dahulu berpikir sebelum mengikuti suatu kebudayaan yang berlaku. Apabila kebudayaan tersebut sesuai dengan syariat, masuk diakal dan tidak bertentangan dengan islam, maka kebudayaan tersebut dapat diikuti ataupun diberlakukan.2. Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmuQS. Al-Mujadalah : 11Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan keoadamu:berlapang-lapanglah kamu dalam majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.Ayat tersebut diatas mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan dengan cara menjunjung tinggi atau mengadakan dan menghadiri majelis ilmu.Untuk itu, suatu kebudayaan juga dapat menjadi suatu sumber ilmu yang dapat memberi berkah dan ilmu yang bermanfaat bagi orang-orang yang melaksanakannya.KarenaAllah akan mengangkat derajat mereka yang telah memuliakan dan memiliki ilmu di akhirat,pada tempat yang khusus sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya.3. Menghindari taklid butaQSAl-Isra:36Artinya:Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.Hikmah dari ayat ini adalah memberikan batasan-batasan hukuman, janganlah kita mengikuti perkataan dan perbuatan yang tidak kita ketahui ilmunya. Haram berkata atau berbuat tanpa didasari oleh ilmu, karena dapat menyebabkan kerusakan. Dan Allah akan menanyakan seluruh anggota badan dan meminta persaksiannya pada hari Kiamat.Begitupula dengan kebudayaan, suatu kebudayaan harus diketahui darimana asal budaya tersebut, apa tujuannya, apa saja unsur-unsurnya, dan apa saja yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang berpengetahuan, manusia harus terlebih dahulu mencari tahu bagaimana keseluruhan kebudayaan yang berlaku tersebut, apakah sudah sesuai syariat dan tidak menyesatkan manusia ke jalan yang dibenci Allah SWT.4. Tidak mengakibatkan kerusakanQS Al Qashash : 77Artinya :Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakanDilihat dari prinsip tersebut dapat dinyatakan bahwa suatu kebudayaan harus dilaksankan tanpa menganggu kehidupan ( ekosistem ) sekitar. Terlebih lagi, suatu kebudayaan juga harus turut serta dalam upaya dalam pelestarian alam di muka bumi ini. Sehingga, melalui suatu kebudayaan manusia tetap dapat menjaga kelestarian bumi ini tanpa harus merusaknya.Terdapat 9 karakterstik kebudayaan islam menurut Yusuf Qardhawi, yaitu :1. Rabbaniyah (Bernuansa Ketuhanan) : Yaitu kebudayaan yang berpadu dengan aspek ketuhanan. Visi ketuhanan, khususnya tauhid telah menyatu secara keseluruhan di dalamnya.2. Akhlaqiyyah (perilaku baik dan buruk menurut islam) : Unsur akhlak atau moral dalam kebudayaan ini memiliki tempat yang sangat luas dan pengaruh yang sangat dalam. Islam memandang akhlak sebagai buah iman yang benar dan ibadah yang ikhlas.3. Insaniyah (memiliki nilai-nilai kemanusiaan) : Diantara karakteristik lainnya insaniyyah atau kemanusiaan. Benang dan jaringannya adalah penghormatan terhadap manusia, pemeliharaan terhadap fitrah manusia, dan hak-hak asasi manusia.4. Alamiyah (bersifat terbuka) : Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang bersifat universal dan berorientasi untuk seluruh dunia.5. Tasamuh (egaliter) : Diantara hal yang menunjukan sifat universal adalah sifat tasamuh atau toleransi yang ada didalamnya, meskipun unsur-unsur agama harus tetap dominan.6. Tanawwu (Keberagaman) : Diantara karakteristik kebudayaan ini adalah keberagaman. Ia bukanlah sekedar kebudayaan agamis teologis, tapi merupakan kebudayaan yang luas dan beragam. Di dalamnya ada agama dengan berbagai cabangnya, bahasa, sastra, filsafat, ilmu alam dan aritmatika, ilmu humaniora dan berbagai cabang ilmu lainnya.7. Al-Wasathiyah (bersifat moderat) : Sifat kebergaman di atas disempurnakan oleh karakter al-wasathiyah (pertengahan) atau tawazun (keseimbangan). Kebudayaan ini mempresentasikan jalan pertengahan antara kelebihan dengan pengabaian.8. Al-Takamul (terpadu) : Artinya menyempurnakan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Wawasan bahas mendukung wawasan agama, dan itu mensuplai wawasan humaniora, serta semua itu memanfaatkan wawasan ilmiah.9. Bangga terhadap diri sendiriFENOMENA DI INDONESIAIndonesia merupakan Negara dengan penduduk mayoritas beragama islam terbanyak, Indonesiapun memiliki banyak ragam bahasa dan budaya. Akulturasi menjadi unsur penting dalam terciptanya sebuah kebudayaan, namun penyikapan terhadap adaptasi kebudayaan baru tersebut sering menjadi sebuah bentuk kebudayaan yang rancu bahkan melenceng seperti beberapa fenomena sebagai berikut :FASHIONBanyak orang yang berpakaian maupun berfashion dengan gaya gaya model arab karena mereka yakin dengan seperti itu akan menambah rasa cintanya pada islam. Tetapi banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi itu karena islam tidak harus berpakaian dengan baju baju gamis yang besar dan seolah tubuh mereka tertutup dengan rapat dengan pakaian itu bahkan memakai cadar dan hanya bagian mata yang terlihat. Dan sekarang pula banyak trend hijab, dan banyak wanita memakai hijab karena mengikuti fashion, tetapi mereka berhijab layaknya hanya seperti memakai helm bisa sewaktu waktu mereka copot dan pakai kembali, berhijab namun kelakuan mereka tidak mencerminkan sikap yang islami. Kemudian ada pula yang berbaju gamis berjubah dan bercadar mereka manfaatkan untuk mencuri barang dan disembunyikan didalam bajunya, sungguh miris fenomena ini. Padahal cara berpakaian yang islami cukup dengan menutup aurat yang sudah diperintahkan Allah SWT. Perilaku yang mencerminkan islami itu tidak selalu dipandang dari cara mereka berpakaian tapi dinilai dari perilaku dan perbuatan dan tentunya dari semua itu dilakukan hati yang ikhlas. Faktor Penyebab Munculnya Jilbab Gaul Islam mengidentikkan jilbab bagi wanita sebagai pelindung. Yaitu melindungi dari berbagai bahaya yang muncul dari pihak laki-laki. Sebagaimana yang terdapat pada Qs Al Ahzaab :59

Hai nabi katakanlah pada istri-istri kamu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mumin : hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.Sebaliknya, barat yang notabene Yahudi dan Nasrani mengidentikan pakaian sebagai model atau trend yang justru harus merangsang pihak laki-laki sehingga mereka bisa menikmati keindahan tubuhnya lewat model pakaian yang dikenakan. Wanita barat berprinsip: keindahan tubuh adalah anugrah, mengapa harus di tutup-tutupi?.Jika kedua pandangan ini digabungkan jelas sangat kontras dan tidak ada kesesuaian. Maka jika ditelusuri lebih jauh, munculnya jilbab gaul akibat infiltrasi atau perembasan budaya pakaian barat terhadap generasi muda Islam. Namun yang menjadi tanda tanya besar, mengapa hal ini bisa terjadi?. Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor:1. Maraknya tayangan televisi dan bacaan yang terlalu berakibat pada model barat. Faktor ini adalah yang paling modern.2. Minimnya pengetahuan anak pada nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama disekolah-sekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di Negara mayoritas Islam yang seharusnya syariat Islam dijungjung tinggi, tapi kenyataanya dipinggirkan. Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap termasuk cara berpakaian. Tujuan utama dikurangi jam pelajaran agama agar anak lebih menguasai bidang iptek untuk mengejar ketinggalan dunia barat. Namun pada kenyataanya, justru lebih hancur karena mental anak didiknya kosong dari nilai-nilai agama.3. kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena jilbab gaul secara tidak langsung menggambarkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah ahak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua cenderung terbawa arus modern, terbukti jilbab gaul (berjilbab tapi telanjang) telah merambah pula pada orang tua dengan dalih yang sama dengan para remaja: ikut model! saat ini, sunnah kaum muslimin telah bergeser fungsi dari lembaga pendidikkan informal, tempat mendidik putra-putrinya menjadi anak soleh, menjadi bioskop, restoran atau hotel. Rumah tak ubahnya seperti bioskop, sekedar tempat nonton, orang tua dan anak-anak sama-sama kerajingan siaran televisi, rumah juga tak ubahnya sebagai hotel, hanya sekedar tempat tidur dan tak ubahnya restoran hanya sekedar tempat makan, sementara ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya ketika anak keluar rumah, tak ubahnya seperti kuda yang kehilangan kendali.4. Peran para perancang yang tidak memahami dengan benar prinsip pakaian Islam. Sebagaimana kita maklumi, gairah generasi muda Islam dalam menekuni Islam setelah runtuhnya orde baru cukup segnifikan. Untuk merespon kecenderungan ini, banyak para perncang yang sesungguhnya tidak mengerti aturan pakaian Islam, mencoba merancang pakaian Islam dengan polesan model yang lagi trend. Kemudian diadakan fashion show, ditayangkan di televisi dan dimuat di tabloid-tabloid dan berbagai surat kabar. Parahnya, model itu banyak keluar dari rel Islam. Sementara remaja Islam yang minim pengetahuannya tentang pakaian Islam, menganggap bahwa jilbab dari para pereancang itu mutlak benar. Akibatnya jilbab mengalami distorsi dan sudah keluar jauh dengan trend jilbab gaul.5. Munculnya para mualaf di kalangan artis atau artis yang baru menggunakan kerudung. Artis di era modern tak ubahya seorang nabi yang segala tingkahnya dan ucapannya teladan bagi fansnya. Ketika sang artis itu masuk Islam (mualaf) dengan menggunakan kerudung apa adanya, banyak fansnya atau penggemarnya yang ikut ikutan meniru gaya artis tersebut atau di era refornasi ini banyak artis yang menggunakan jilbab, namun tetap berpakaian ketat. Banyak para penggemarnya yang ikut-ikutan meniru gaya berjilbab. Mereka yang berpakaian ala artis dianggapnya remaja gaulSanksi Bagi Wanita Yang Berpakaian Tapi TelanjangPerintah memakai jilbab bagi wanita muslimah pada dasarnya bukan sekedar perintah yang fungsinya melindungi kehormatan wanita, tapi juga merupakan ibadah bagi muslimah itu sendiri. Jadi dengan berjilbab berarti seorang muslimah telah meraup pahala yang besar disisi Allah SWT.Sebaliknya bagi yang melanggar, kehormatanya tercoreng, juga dosa besar yang akan ditimpakaan Allah SWT pada mereka baik di dunia maupun di akhirat nanti. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat Imam Muslim: ( )

Ada dua golongan dara ahli neraka yang disiksanya belum saya lihat sebelumnya, (1) kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang digunakan memukul orang (ia adalah penguasa yang dzolim) (2) wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat, rambutnya sebesar punduk unta dan mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yang amat panjang. (HR Muslim)Dialah (Allah), yang telah menciptakan segala yang ada dibumi ini untuk kalian (Q.S. Al Baqarah [2]: 29)Maka sesungguhnya kedudukan budaya Arab itu sama dengan budaya Persia, Romawi, Melayu, Jawa dan sebagainya di mana budaya-budaya tersebut adalah pihak yang harus siap dikritik oleh Islam ketika Islam telah masuk ke negeri-negeri tersebut. Maka tidak benar jika dikatakan Islam (seperti jilbab, kerudung dan sebagainya) adalah produk budaya Arab. Sebab justru budaya Arab adalah budaya yang paling pertama dikritik dan dikoreksi oleh Islam sebelum budaya-budaya yang lainnya. Maka apa saja yang telah diterangkan oleh Allah dan RasulNya sebagai agama, maka itulah Islam. Sementara segala sesuatu yang tidak diterangkan oleh Allah dan RasulNya dalam perkara agama, maka itu bukanlah Islam, meskipun perkara tersebut telah menjadi kebiasaan dan populer pada masyarakat Arab atau masyarakat Islam yang lainnya. Sebab, Arab tidaklah sama dengan Islam, dan sebaliknya Islam tidaklah serupa dengan Arab. Akan tetapi budaya Arab dan budaya-budaya yang lainnya yang mau tunduk kepada Islam, maka itulah yang pantas dinamakan budaya Islam. Wallahu a`lam.LEBARAN MERUPAKAN HARI RAYA YANG KINI TELAH MENJADI PERISTIWA BUDAYALebaran atau idul fitri merupaka salah satu hari raya besar dalam Islam yang pastinya sangat ditunggu-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia tak kecuali di Indonesia yang umat muslim menjadi golongan mayoritas dalam kategori pemeluk agama di Negara ini. fenomena yang terjadi di Indonesia adalah hakikat hari raya yang fitri ini malah menjadi suatu peristiwa budaya yang dihiasi symbol-simbol budaya yang terkadang secara fungsi bahkan membiaskan makna kefitrian lebaran.Merayakan lebaran sering diidentikkan dengan baju baru, mudik, dan ketupat. Hal ini sudah turun temurun dan sudah menjadi tradisi umat islam di indonesia dan Simbol-simbol lebaran itu kadang dimaknai sebagai sebuah pemborosan, terutama baju baru dan mudik. Padahal pemborosan (tabdzir)sangat dilarang oleh Allah, bahkan seorang pemboros (mubadzir) dinyatakan Allah sebagai saudaranya syaitan. Dalam Surat Al-Isra ayat 26 Allah memperingatkan kita,Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Kemudian Allah memperingatkan kita lebih keras lagi, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya ( QS Al-Isra [17] : 27). Tetapi ternyata merayakan lebaran dengan baju baru itu bukan hanya di negeri kita saja, sebagai budaya lokal, di Negri Arab pun sudah merupakan simbol perayaan hari raya Idul Fitri. Kemudian ada ulama menelusuri hal ini. Adakah kaitannya dengan ajaran Islam. Seperti sudah sama-sama kita ketahui bahwa tujuan utama puasa itu adalah untuk membentuk manusia takwa ( QS Al-Baqarah [2] : 183 ). Sementara itu ada ayat yang artinya, Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Lebaran atau hari raya Idul Fitri merupakan hari besar yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di dunia, karena dihari itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan. Di Indonesia lebaran sudah merupakan suatu kebiasaan atau adat, dimana masyarakatnya sibuk menyiapkan semuanya, seperti makanan-makanan hari raya misalnya, ketupat, opor ayam, kue-kue kecil dan lain-lain. Seperti beberapa makanan-makanan khas lebaran setiap daerah memiliki makanan-makanan khas daerahnya sendiri. Untuk dijamukan kepada keluarga yang datang atau tamu-tamu yg berkunjung kerumah atau silaturahmi. Dalam segi sosial lebaran merupakan hari yang menyatukan setiap orang berbagai kelas sosial, biasanya mereka tidak mengenal siapa mereka, mereka tetap saling memaafkan satu sama lainnya, sehingga lingkungan menjadi rukun, aman, dan damai. Ini merupakan tradisi pur puran. Silaturahmi atau pur puran adalah sebuah tradisi semua umat islam didunia untuk saling meminta maaf pada saat hari raya idul fitri kepada siapapun untuk kembali suci di hari yang fitri.KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA SERING DIIDENTIKKAN DENGAN KEBUDAYAAN ARABSelama ini telah banyak berkembang persepsi yang salah terhadap Islam dan Budaya Arab. Mereka beranggapan jika budaya Arab adalah bagian dari akhidah dan ajaran Islam. Persepsi seperti itu harus segera diluruskan. Memang tidak bisa dipungkiri jika Islam muncul dan berkembang pertama kali di daerah arab kitab sucinyapun yaitu Alquran juga menggunakan bahasa arab. Jadi sangat jelas jika orang yang tidak terlalu memahami Islam akan memiliki persepsi salah seperti itu.Pada umumnya, orang banyak yang beranggapan bahwa Kebudayaan Islam adalah Kebudayaan Arab, dan Kebudayaan Arab identik dengan Kebudayaan Islam. Padahal ada titik beda dan titik sama antara keduanya. Bahkan akhir-akhir ini sering kali tingkat keimanan dan ketakwaan diukur bukan dari amal solehnya tapi dari cara berpakaian, cara berbicara, dan sebagian besar lifestylenya yang ke Arab-araban. Memang untuk mencapai tingkat keimanan dan ketakwaan setiap orang akan mempunyai caranya sendiri-sendiri, dan tidak salah jika menggunakan cara-cara dan budaya yang dapat membuatnya nyaman dan khusuk selama tidak melenceng dari ajaran agama dan tetap mengindahkan akidah-akidah, tarekat, dan syariat Islam. Tapi jika sampai fenomena diatas terjadi maka kita patut mempertanyakan Mengapa itu terjadi? Sebagian kaum muslimin agak sulit membedakan antara Islam dengan budaya Arab. Sehingga sering terjadi salah paham terhadap kedua hal tersebut. Budaya Arab terkadang diangggap sebagai Islam, dan sebaliknya Islam dianggap sebagai budaya Arab. Hal ini perlu kita pelajari lebih dalam agar kita dapat membedakan antara agama dan produk budaya.Melihat korelasi Islam dan Budaya arab menurut Syaikh Yusuf Al-QardawiDalam buku Membela Islam (Abdul Raup Silahudin, 2006) menguraikan bahwa sebenarnya Budaya Arab tidak identik dengan kaidah Islam, karena tidak seluruh budaya Arab pra Islam dibenarkan oleh kaidah Islam. Akan tetapi, fakta menunjukan bahwa bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa al-Quran dan bahasa al-Sunnah. Arabisme adalah wadah Islam yang pertama. Rasulullah adalah orang Arab, para sahabatnya yang terdidik di pangkuannya juga orang Arab. Titik tolak Islam pun berawal di tanah Arab.Sesungguhnya, Islamlah yang telah mengeluarkan bangsa Arab dari kegelapan menuju cahaya, mengubah mereka dari penggembala kambing menjadi penggembala bangsa-bangsa. Islamlah yang mengajari mereka keluar dari kebodohan, menyatukan mereka dari perpecahan, menjadikan mereka saudara, dan menjadikan nama mereka harum dimata dunia. Jadi, yang benar adalah jika kita mengklasifikasikan kebudayaan Arab menjadi dua yaitu kebudyaan Arab pra Islam dan kebudayaan Arab Islam.Sebab Mengapa Islam Diturunkan Di ArabSebelum Islam diturunkan diseluruh negeri, dunia diliputi oleh kebodohan dan kegelapan yang merata di segala lini kehidupan. Kehidupan mereka kala itu jauh dari ilmu. Kehidupan di seluruh negeri saat itu tidak terlepas dari syirik, khurafat dan sebagainya sesuai dengan latar belakang budayanya masing-masing. Zaman itulah yang kita kenal dengan istilah zaman jahiliyyah.Kemudian datanglah Islam dengan membawa wahyu Allah SWT, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam datang sebagai pengkritik segala budaya-budaya yang ada di dunia. Kritik yang dilakukan Islam adalah dalam rangka menyempurnakan akhlaq manusia agar mereka dapat menciptakan kehidupan yang benar-benar manusiawi, baik akhlaq sebagai makhluq kepada Allah sebagai Khaliqnya (pencipta) yang diistilahkan juga denganhablum minallah, maupun akhlaq antara sesama manusia atauhablum minan naas.Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq-akhlaq yang mulia. (H.R. Bukhari dan Ahmad. LihatSilsilah ash-Shahihah15). Fungsi Islam sebagai pengkritik ini pertama kali dijalankan sejak pertama kali Islam itu turun ke muka bumi ini. Berhubung Islam turun di Arab, maka pihak yang pertama kali dikritik oleh Islam adalah budaya Arab. Ketika itu bangsa Arab sebagaimana bangsa-bangsa yang lainnya adalah bangsa yang tenggelam dalam berbagai kerusakan akhlaq, mereka gemar berperang baik antar suku maupun antar qabilah. Mereka juga gemar meminum khamr, judi dan mereka memperlakukan wanita layaknya seperti barang, dan kerusakan terbesar pada saat itu adalah perbuatan mereka yang beribadah kepada Allah namun juga beribadah kepada selain Allah (Syirik), dan masih banyak lagi kerusakan-kerusakan akhlaq lainnya pada masa itu yang menjadikan kehidupan mereka jauh dari sifat manusiawi yang hakiki.Maka mulailah Islam menjalankan fungsinya sebagai pengkritik. Di mulai dari hal yang terpenting yang menjadi prioritas utama yaitu kerusakan akhlaq manusia terhadap Allah yaitu perbuatan syirik. Dimana asas-asas budaya Arab yang saat itu mengandung unsur-unsur kesyirikan, dan segala kemaksiatan, semuanya dikoreksi total oleh Islam dan diganti dengan asas-asas yang berlandaskan ketauhidan kepada Allah, hingga akhirnya bangsa Arab berubah dari bangsa yang penuh dengan kesyirikan, khurafat dan sebagainya tadi, menjadi bangsa yangmuwahhid(mentauhidkan Allah Taala).Demikianlah fungsi koreksi tersebut masuk ke semua lini kehidupan dan budaya bangsa Arab, hingga akhirnya masyarakat dan budaya Arab itu tunduk kepada Islam. Oleh sebab itu bangsa Arab justru kemudian menjadi bangsa yang paling pertama merasakan serangan kritik dan koreksi dari Islam.Kemudian fungsi kritik itu terus meluas masuk ke negara-negara sekitarnya seperti Persia, Romawi dan akhirnya sampai ke Indonesia. Maka tidak ada pilihan lain bagi masyarakat atau budaya suatu bangsa, ketika Islam masuk ke sana, sementara mereka mengkui Islam sebagai agamanya, maka orang-orang disana harus siap untuk dikritik oleh Islam dan siap berubah dari seorangmusyrikmenjadi seorangmuwahhid(orang yang bertauhid), apapun latar belakang budaya ataupun bangsanya.Islam sesungguhnya memiliki konsep bagaimana berinteraksi dengan budaya-budaya di luar Islam. Islam mempersilahkan siapapun untuk mengemukakan pandangan-pandangan ataupun melakukan tindakan-tindakan budaya seperti apapun, asalkan tidak melanggar ketentuanhalal-haram, pertimbanganmashlahat(kebaikan) danmafsadat(kerusakan), serta prinsipal Wala (kecintaan yang hanya kepada Allah dan apa saja yang dicintai Allah) danal Bara (berlepas diri dan membenci dari apa saja yang dibenci oleh Allah), dimana ketiga prinsip inilah yang menjadi jati diri dan prinsip umat Islam yang tidak boleh diutak-atik dalam berinteraksi dengan budaya-budaya lain diluar Islam.Sehingga dari ketiga prinsip ini akan lahir sebuah Kebudayaan Islam, dimana kebudayaan Islam ini selalu memiliki satu ciri khusus yang tidak dimiliki oleh budaya dan bangsa manapun diluar Islam, yakni budaya yang berasaskanTauhidul Ibadah Lillahi Wahdah(mempersembahkan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah). Sehingga selama prinsip-prinsip dan asas tersebut tidak dilanggar, maka kita dipersilahkan seluas-luasnya untuk berhubungan ataupun mengambil manfaat dari bangsa-bangsa dan budaya manapun di luar Islam. Sebab segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, baik itu sifatnya ilmu pengetahuan maupun materi (yang selain perkara agama tentunya), itu semua memang diciptakan oleh Allah untuk kita umat manusia, khususnya kaum muslimin, walaupun berasal dari orang-orang kafir.Sebagaimana firman Allah SWT:Dialah (Allah), yang telah menciptakan segala yang ada dibumi ini untuk kalian(Q.S. Al Baqarah [2]: 29)Maka sesungguhnya kedudukan budaya Arab itu sama dengan budaya Persia, Romawi, Melayu, Jawa dan sebagainya di mana budaya-budaya tersebut adalah pihak yang harus siap dikritik oleh Islam ketika Islam telah masuk ke negeri-negeri tersebut.Maka tidak benar jika dikatakan Islam (seperti jilbab, kerudung dan sebagainya) adalah produk budaya Arab. Sebab justru budaya Arab adalah budaya yang paling pertama dikritik dan dikoreksi oleh Islam sebelum budaya-budaya yang lainnya. Maka apa saja yang telah diterangkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai agama, maka itulah Islam.Sementara segala sesuatu yang tidak diterangkan oleh Allah dan RasulNya dalam perkara agama, maka itu bukanlah Islam, meskipun perkara tersebut telah menjadi kebiasaan dan populer pada masyarakat Arab atau masyarakat Islam yang lainnya. Sebab, Arab tidaklah sama dengan Islam, dan sebaliknya Islam tidaklah serupa dengan Arab. Akan tetapi budaya Arab dan budaya-budaya yang lainnya yang mau tunduk kepada Islam, maka itulah yang pantas dinamakan budaya Islam.KESIMPULAN Dari penjelasan dan beberapa contoh fenomena diatas maka kebudayaan Islam :Kebudayaan Islam adalah sesuatu yang dihasilkan dari akal pikiran,perasaan, dan perbuatanmanusia yang unsur-unsur didalamnya adalah bentuk penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT dan ketundukkan atas hukum-Nya untuk dapat mencapai keselamatan, kedamaian sejati dan menikmati kesucian abadi.Konsep dasar Kebudayaan islam adalah akulturasi antara tradisi dan unsur-unsur kebudayaan lokal yang dikritisi oleh ajaran-ajaran Islam. Dimana ajaran Islam tidak merusak dan memaksakan nilai dari kebudayaan lokal, hanya meluruskan kepada ajaran yang benar, ajaran yang menuju Islam (Allah).Prinsip kebudayaan Islam adalah Mengandung unsur tentang ajaran Ketuhanan (Rukun Iman dan Rukun Islam), Mengandung ajaran tentang perilaku baik dan buruk menurut islam, memiliki nilai-nilai kemanusiaan, bersifat terbuka, Universal, menghargai Keberagaman, bersifat moderat, terpadu, Menghormati akal, Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmu, Menghindari taklid buta, Tidak mengakibatkan kerusakan.Untuk membedakan apakah sebuah kebudayaan tersebut dapat dikatakan merupakan kebudayaan Islam atau tidak dapat dilihat dari apakah kebudayaan tersebut terbentuk karena kebiasaan dan populer (Trend) pada masyarakat semata-mata atau memang mengandung syariat dan tarekat Islam. Contohnya : Budaya mudik pada lebaran adalah trend. Tapi berkerudung dan menutup aurat adalah tarekat dalam Islam.