keefektifan model contextual teaching and learning

378
i KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BERBANTUAN KUBUS SATUAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN GUGUS RADEN SALEH SEMARANG SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yuli Rahmawati 1401416349 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

i

KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING BERBANTUAN KUBUS SATUAN

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SDN GUGUS RADEN SALEH

SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Yuli Rahmawati

1401416349

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

ii

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

iii

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

iv

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. “Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan

untuk merubah dunia.” (Nelson Mandela)

2. “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.”

(Aristoteles)

3. “Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari

keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan.

Itulah fungsi dari pendidikan yang sesungguhnya.” (Lenang Manggala)

4. “Tujuan utama pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan,

memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.” (Tan Malaka)

5. Sistem pendidikan yang bijakana setidaknya akan mengajarkan kita betapa

sedikitnyayang belum diketahui oleh manusia, seberapa banyak yang

masih harus ia pelajari.” (Sir John Lubbock)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Sajan dan Ibu Ngademi yang selalu

mendoakan dan mendukung saya.

2. Almameter PGSD FIP UNNES.

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

v

ABSTRAK

Rahmawati, Yuli. 2020. Keefektifan Model Contextual Teaching And Learning

Berbantuan Kubus Satuan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V

Sdn Gugus Raden Saleh Semarang. Sarjana Pendidikan. Universitas Negeri

Semarang. Pembimbing Utama Trimurtini, S.Pd., M.Pd. 361 halaman.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar

matematika sisiwa, kurangya variasi model yang digunakan oleh guru, guru masih

menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction), kurangnya

pemahaman siswa tentang materi volue bangun ruang. Guru lebih sering

menggunakan media gambar dan benda-benda yang ada di sekitar saja. Siswa

kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji keefektifan model CTL terhadap hasil belajar matematika siswa materi

volume bangun ruang kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang.

Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan

bentuk nonequivalent control grup design. Populasi penelitian ini adalah siswa

kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang terdiri dari 5 SD. Pengambilan

sampel menggunakan teknik cluster random sampling, dengan hasil SDN 1

Limbangan sebagai kelas eksperimen, SDN 2 Limbangan sebagai kelas kontrol,

SDN 3 Limbangan dan SDN Tambahsari sebagai kelas uji coba soal. Variabel

terikat adalah hasil belajar matematika. Variabel bebas adalah model CTL

berbantuan alat peraga kubus satuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes

dan non tes. Analisis data akhir meliputi uji normalitas, homogenitas, dan uji

hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan, (1) hasil uji ketuntasan belajar

menggunakan uji z kelas eksperimen diperoleh zhitung 2,216 > ztabel 1,64 dan kelas

kontrol zhitung -0,980 < ztabel 1,64 yang berarti ketuntasan belajar kelas eksperimen

lebih dari 75%, dan pada kelas kontrol tidak mencapai 75%. (2) hasil uji

persamaan dua rata-rata hasil belajar menggunakan uji t diperoleh hasil thitung

4,041 > ttabel 1,684 yang artinya rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih dari

rata-rata hasil belajar kelas kontrol (3) hasil penghitungan uji N-gain kelas

eksprimen 0,67 dengan kriteria sedang dan kelas kontrol 0,54 dengan kriteria

sedang.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa model CTL

berbantuan alat peraga kubus satuan efektif digunakan pada materi voume bangun

ruang kubus dan balok kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang. Saran

penelitian ini yaitu dalam pemilihan model pembelajaran sebaiknya guru memilih

model yang dapat membantu keaktifan siswa dan membuat pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan.

Kata Kunci: CTL; Kubus Satuan; Matematika

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

vi

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi dengan judul

“Keefektifan Model Contextual Teaching And Learning Berbantuan Kubus

Satuan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Gugus Raden

Saleh Semarang”. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan

tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Dr. Edy Purwanto, M.Si.dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang;

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang;

4. Trimurtini, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing;

5. Inten Rahmasari, S.Pd.SD., Purwani Budi Istuti, S.Pd.SD., Eko Sukmono,

S.Pd.,M.A., Sumadiyono, S.Pd., Mawardi, S.Pd., Kepala SDN Gugus Raden

Saleh, Kecamatan Limbangan, Kota Semarang;

6. Iskadariyah, S.Pd.SD., Syamsu Daruki, S.Pd.SD., Mukh. Sinin, S.Pd., Nani

Wahyu Hidayah, S.Pd.SD., Mukh. Aminatur Rokhan, Guru Kelas V SDN

Gugus Raden Saleh, Kecamatan Limbangan, Kota Semarang.

Semoga semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan

skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dan dapat bermanfaat untuk

pembaca.

Semarang, 24 Agustus 2020

Peneliti

Yuli Rahmawati

NIM 1401416349

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

PRAKATA ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 11

1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................... 12

1.4 Rumusan masalah........................................................................................... 12

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 13

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoretis

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

viii

2.1.1 Belajar ................................................................................................... 16

2.1.2 Pembelajaran ......................................................................................... 21

2.1.3 Hasil Belajar .......................................................................................... 22

2.1.4 Matematika ............................................................................................ 23

2.1.5 Pembelajaran Matematika ..................................................................... 25

2.1.6 Model Pembelajaran.............................................................................. 29

2.1.7 Model Pembelajaran CTL ..................................................................... 29

2.1.8 Model Pembelajaran Direct Instruction ................................................ 37

2.1.9 Alat Peraga ............................................................................................ 42

2.1.10 Alat Peraga Kubus Satuan ................................................................... 43

2.1.11 Media Gambar ..................................................................................... 45

2.1.12 Teori Belajar dan Pembelajaran yang Relevan dengan Penelitian...... 46

2.2 Kajian Empiris ............................................................................................... 52

2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 62

2.4 Hipotesis ......................................................................................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 66

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 68

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 69

3.3.1 Populasi .................................................................................................. 69

3.3.2 Sampel .................................................................................................... 69

3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 70

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

ix

3.4.1 Variabel Bebas ...................................................................................... 71

3.4.2 Variabel Terikat .................................................................................... 71

3.4.3 Variabel Kontrol ................................................................................... 71

3.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 71

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 75

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 75

3.6.2 Instrumen Penelitian .............................................................................. 77

3.7 Uji Persyaratan ............................................................................................... 87

3.7.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 87

3.7.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 89

3.8 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 87

3.8.1 Analisis Data Awal ................................................................................ 90

3.8.2 Analisis Data Akhir ............................................................................... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 103

4.1.1 Analisis Data Prapenelitian ................................................................ 103

4.1.2 Analisis Data Awal ............................................................................. 107

4.1.3 Analisis Data Akhir ............................................................................ 110

4.2 Pembahasan .................................................................................................... 122

4.2.1 Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen ............................................... 124

4.2.2 Pmbelajaran Pada Kelas Kontrol ........................................................ 133

4.2.3 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................... 136

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

x

4.3 Implikasi Penelitian ........................................................................................ 138

4.3.1 Implikasi Teoretis ............................................................................... 138

4.3.2 Implikasi Pedagogis............................................................................ 139

4.3.3 Implikasi Praktis ................................................................................. 140

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ........................................................................................................ 141

5.2 Saran ............................................................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 143

LAMPIRAN ............................................................................................................... 149

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Populasi ............................................................................................. 69

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .............................................................. 81

Tabel 3.3 Rincian Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba................................................. 82

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen .................................... 82

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba .......................................................... 83

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran..................................................................... 84

Tabel 3.7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal ................................................................. 84

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ......................................................................... 85

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda ............................................................................ 85

Tabel 3.10 Instrumen Soal Penelitian ........................................................................ 87

Tabel 3.11 Kriteria N-Gain ........................................................................................ 102

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ........................................................... 103

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Data Populasi ....................................................... 106

Tabel 4.3 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................... 107

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest ............................................................. 108

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest .......................................................... 108

Tabel 4.6 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................. 111

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest ............................................................ 112

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest ........................................................ 113

Tabel 4.9 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar ............................................................ 116

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

xii

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata .................................................................. 119

Tabel 4.11 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa .............................. 120

Tabel 4.12 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 1 ......................................................... 126

Tabel 4.13 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 2 ......................................................... 128

Tabel 4.14 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 3 ......................................................... 130

Tabel 4.15 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 4 ......................................................... 132

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus Satuan........................................................................................... 26

Gambar 2.2 Volume Balok ......................................................................................... 26

Gambar 2.3 Volume Kubus ........................................................................................ 27

Gambar 2.4 Kubus yang sudah diisi alat peraga kubus satuan ................................... 28

Gambar 2.5 Menghitung Volume Balok ..................................................................... 43

Gambar 2.6 Menghitung Volume Kubus .................................................................... 44

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir ................................................................................... 64

Gambar 3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 67

Gambar 4.1 Diagram N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................... 121

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai PAS Ganjil Matematika Kelas V SDN Gugus Raden Saleh ......... 150

Lampiran 2 Hasil Uji Normalitas Nilai PAS I SDN Gugus Raden Saleh .................. 155

Lampiran 3 Hasil Homogenitas Nilai PAS I SDN Gugus Raden Saleh .................... 166

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba .................................................................... 170

Lampiran 5 Soal Tes Uji Coba ................................................................................... 177

Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ......................................................... 185

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba........................................................... 186

Lampiran 8 Hasil Reliabilitas Soal Uji Coba ............................................................. 189

Lampiran 9 Hasil Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba ....................................... 192

Lampiran 10 Hasil Uji Daya Beda Butir Soal Uji Coba ............................................ 195

Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Soal Penelitian ..................................................... 198

Lampiran 12 Soal Pretest-Posttest ............................................................................. 204

Lampiran 13 Kunci Jawaban Soal Pretest-Posttest ................................................... 210

Lampiran 14 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................. 211

Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest........................................................ 212

Lampiran 16 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest .................................................... 217

Lampiran 17 Penggalan Silabus Kelas Eksperimen................................................... 219

Lampiran 18 RPP Kelas Eksperimen ......................................................................... 229

Lampiran 19 Penggalan Silabus Kelas Kontrol ......................................................... 289

Lampiran 20 RPP Kelas Kontrol................................................................................ 298

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

xv

Lampiran 21 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................ 326

Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest ...................................................... 327

Lampiran 23 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest ................................................... 331

Lampiran 24 Hasil Uji Ketuntasan Belajar ................................................................ 333

Lampiran 25 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Eksperimen dan Kontrol ..................... 335

Lampiran 26 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata ........................................................... 338

Lampiran 27 Bukti Fisik Pretest dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen ................... 340

Lampiran 28 Bukti Fisik Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol ......................... 354

Lampiran 29 Dokumentasi ......................................................................................... 356

Lampiran 30 Bukti Fisik Surat Telah Melaksanakan Penelitian ................................ 359

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk menghadapi

perkembangan zaman yang semakin tidak terbatas. Manusia dituntut mempunyai

kualitas dalam mengalami perubahan yang dinamis. Untuk itu pendidikan

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Komponen dalam Sistem Pendidikan Nasional salah satunya adalah proses

pembelajaran. Sistem pendidikan yang baik berbanding lurus dengan proses

pembelajaran yang baik pula. Maka proses pembelajaran harus sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 Ayat 1 yang menyebutkan:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

2

prakarsa, kreativitas,dan kemandirian, sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran tersebut diperlukan sumber

belajar dan media maupun alat peraga yang menunjang. Penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran menjadi interaktif dan

menyenangkan dan merupakan sarana yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah

untuk menunjang pembelajaran. Mata pelajaran yang sesuai apabila menggunakan

alat peraga salah satunya adalah matematika. Sejalan dengan pengembangan

kurikulum yang mengacu pada standar isi dalam Undang-Undang Nomor 21

tahun 2016 yang menyatakan bahwa Matematika merupakan salah satu muatan

pelajaran yang diberikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan

menengah. Ruang lingkup matematika pada tingkat satuan SD/MI terdiri dari

bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Melalui mata pelajaran

matematika siswa belajar berpikir logis, kritis, teliti dan tidak pantang menyerah

dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Susanto (2012:185) Matematika merupakan salah satu disiplin

ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi,

memberikan kontribusi dalam penyelasaian masalah sehari-hari dan dalam dunia

kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar merupakan letak

konsep dasar yang menjadi landasan untuk mempelajari matematika tingkat

selanjutnya sehingga perlu mendapat perhatian serius.

Sebagaimana telah diatur dalam Permendikbud nomor 24 tahun 2016

tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada kurikulum 2013

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

3

bab I pasal 1 ayat 3 bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika pada Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran

tematik-terpadu untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI

terpisah dari pembelajaran lainnya. Melalui pemisahan tersebut diharapkan materi

dalam pembelajaran matematika disampaikan lebih mendalam. Dengan demikian

apa yang menjadi tujuan dalam pembelajaran matematika dapat diterima oleh

siswa dengan baik dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Muatan pelajaran matematika diberikan kepada siswa Sekolah Dasar

melalui pembelajaran di kelas. Menurut Suyono (2011:183) pembelajaran identik

dengan pengajaran, suatu kegiatan di mana guru mengajar atau membimbing

anak-anak menuju proses pendewasaan diri. Mengajar bukan sekadar mentrasfer

pengetahuan dari orang yang sudah tahu (guru) kepada orang yang belum tahu

(siswa), melainkan membantu seseorang agar dia mampu mengkonstruksi sendiri

pengetahuan melalui aktivitasnya. Kegiatan pembelajaran dikondisikan agar

mampu mendorong aktivitas anak secara keseluruhan, membuat siswa menjadi

aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi

yang menyenangkan.

Pada dasarnya belajar adalah suatu proses untuk mengubah tingkah laku.

Aktivitas pembelajaran akan sangat berpengaruh selama proses pembelajaran

berlangsung. Menurut Ayuwanti (2016:107) aktivitas belajar adalah segala

kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari

perilaku belajarnya, misalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu

melakukan kegiatan jadi mampu melakukan kegiatan, dan lain sebagainya.

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

4

Berbagai macam aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran, diantaranya

menulis, mendengarkan, membaca dan lain-lain. Sebagai seorang guru harus

dapat membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran yang dilakukan, sehingga

salah satu tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Salah satu tujuan pembelajaran adalah tercapainya hasil belajar dengan

kriteria tertentu. Sebagian orang beranggapan bahwa hasil belajar merupakan

peningkatan kemampuan siswa. Menurut Susanto (2016: 5) makna dari hasil

belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan

belajar. Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2009:3) menyatakan bahwa

hasil belajar yaitu hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami

aktivitas belajar. Hasil belajar sering kali dianggap sebagai penentu baik tidaknya

suatu pendidikan. Sementara pada saat ini hasil belajar matematika di Indonesia

masih tergolong rendah.

Rendahnya kemampuan matematika Indonesia terlihat dari hasil studi

Programme for International Student Assessment (PISA). Studi yang dilakukan

oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap

anak berusia 15 tahun pada 2018, menempatkan kemampuan matematika

pelajar Indonesia ada di peringkat ke 7 dari bawah (73) dari 79 negara.

Indonesia berada diatas Arab Saudi yang memiliki skor rata-rata 373.

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

5

Kemudian untuk peringkat satu, masih diduduki China dengan skor rata-rata

591. (https://matematohir.wordpress.com/)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang pembelajaran

matematika pada kelas V SDN Gugus Raden Saleh, permasalahan yang ditemui

peneliti rata rata sama antara lain kurangnya pemahaman dalam penggunaan

model-model pembelajaran inovatif, dari 5 guru yang diwawancarai terdapat 4

guru yang kurang paham mengenai model pembelajaran inovatif, kurangnya alat

peraga matematika yang mendukung, metode yang digunakan adalah ceramah

variasi dan kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Penggunaan alat peraga dan

media pembelajaran oleh guru masih kurang sehingga anak kurang paham

terhadap materi yang disampaikan. Dalam proses pembelajaran guru hanya

menggunakan media sederhana yang sudah ada di lingkungan sekitar, salah satu

media yang digunakan adalah media gambar yang ada di papan tulis atau

selembar kertas sehingga pembelajaran terlihat monoton dan membuat peserta

didik jenuh dan tidak aktif. Hal ini sesuai dengan kegiatan pembelajaran, peserta

didik lebih banyak mendengarkan, menulis dan mengerjakan soal yang diberikan

oleh pendidik sehingga pembelajaran kurang menarik dan hanya dibayangkan saja

dan ketika guru menanyakan apakah ada pertanyaan siswa hanya diam saja dan

ketika diminta untuk mengerjakan soal didepan harus ditunjuk terlebih dahulu.

Sedangkan materi yang sulit bagi siswa adalah materi volume bangun ruang

kubus dan balok. Hal ini didukung dengan data wawancara terhadap guru kelas V

dan hasil tes diagnostik. Pada hasil wawancara dengan guru kelas V, 3 dari 5 SD

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

6

di SDN Gugus Raden Saleh menyebutkan bahwa guru hanya menyampaikan

materi matematika dengan memberikan rumus-rumus atau cara mengerjakannya,

sehingga siswa kurang memahami konsepnya. Berdasarkan hasil tes diagnostik

yang telah dilakukan urutan materi yang paling sulit bagi siswa adalah operasi

hitung pecahan, bangun ruang, serta pengumpulan dan penyajian data.

Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tersebut berdampak pada hasil

belajar matematika yang diperoleh siswa. Masih ada siswa yang nilainya di

bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan. Hal ini

diperkuat dengan data hasil belajar siswa pada penilaian akhir semester satu di

SDN Gugus Raden Saleh. Data tersebut antara lain, SDN Pagertoya (KKM 65)

dari 15 siswa sebanyak 9 siswa (60%) mendapat nilai di bawah KKM sedangkan

6 siswa ( 40%) mencapai KKM. SDN Tambahsari (KKM 70) dari 23 siswa

sebanyak 21 siswa (91,3%) mendapat nilai di bawah KKM sedangkan 2 siswa

(8,7%) sudah mencapai KKM. SDN 3 Limbangan (KKM 70) dari 27 siswa

sebanyak 18 siswa (66,7%) mendapat nilai di bawah KKM sedangkan sebanyak 9

siswa ( 33,3%) mencapai KKM. SDN 2 Limbangan (KKM 70) dari 17 siswa

sebanyak 17 siswa (100%) mendapat nilai di bawah KKM. SDN 1 Limbangan

(KKM 70) dari 22 siswa sebanyak 17 siswa (77,3%) mendapat nilai di bawah

KKM sedangkan sebanyak 5 siswa ( 22,7%) mencapai KKM. Sehingga apabila di

akumulasikan secara keseluruhan yaitu dari 104 siswa sebanyak 82 siswa (79%)

mendapat nilai di bawah KKM dan 22 siswa (21%) sudah mencapai KKM. Hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang nilainya di bawah

KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditetapkan.

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

7

Berdasarkan hasil tes diagnostik dan didukung kegiatan wawancara

dengan guru kelas V SDN Gugus Raden Saleh menunjukkan bahwa mengalami

kesulitan dalam memahami materi matematika khususnya pada volume bangun

ruang dan pangkat tiga. Hal ini semakin memperkuat data bahwa materi yang

sudah diajarkan, hasil belajar siswa masih cenderung rendah. Terkait dengan

masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa, sudah saatnya untuk

membenahi proses pembelajaran matematika terutama mengenai model

pembelajaran dan alat peraga yang digunakan. Dalam proses pembelajaran,

penggunaan model pembelajaran sangatlah penting. Model pembelajaran menurut

Lestari dan Yudhanegara (2015:37) adalah suatu pola interaksi antara siswa dan

guru dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekataan, metode, dan teknik

pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

Sedangkan Model pembelajaran menurut Shoimin (2018:23) merupakan kerangka

dan arah bagi guru untuk mengajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan suatu pembelajaran di dalam kelas maupun tutorial

serta menentukan perangkat pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang sering dilaksanakan di

SD yaitu model pembelajaran langsung atau Direct Instruction.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015:57) Direct Instruction diartikan

sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan yang dapat

diajarkan secara bertahap selangkah demi selangkah. Direct instruction atau

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

8

pengajaran langsung dilandasi oleh teori belajar behavioristik yang

menitikberatkan pada penguasaan konsep dan perubahan perilaku sebagai hasil

belajar yang dapat diobservasi. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam

model ini adalah teacher centered approach, yaitu guru menyajikan materi /

mentransfer informasi secara langsung dan terstruktur dengan menggunakan

metode ceramah, ekspositori, tanya jawab, presentasi / demonstrasi yang

dilakukan oleh guru. Sedangkan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran

volume bangun ruang masih kurang menyebabkan siswa kurang antusias dalam

mengikuti pembelajaran matematika sehingga berdampak pada hasil belajar siswa

yang rendah.

Model pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan

dalam pembelajaran matematika, contohnya adalah model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran Contextual Teaching

And Learning menurut Aqib (2016:4) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Hal itu,

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: konstrutivisme (Constructivism),

bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), komunitas belajar (Learning

Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic

Assessment).

Selain penerapan model-model pembelajaran inovatif, penggunaan alat

peraga dalam pembelajaran juga dapat membuat pembelajaran menjadi lebih

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

9

menarik dan meningkatkan keaktifan siswa. Alat peraga adalah media yang

memiliki ciri dan atau bentuk dari konsep materi ajar yang dipergunakan untuk

memperagakan materi tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah

dipahami oleh siswa. Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk

menjelaskan konsep atau materi yang abstrak. Alat peraga memiliki fungsi untuk

mempermudah pemahaman suatu materi pembelajaran. Materi yang bersifat

abstrak biasanya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan alat peraga. Dengan

melihat, meraba, menggunakan alat peraga tingkat keabstrakan suatu materi bisa

dikurangi sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Salah satu jenis alat

peraga yang cocok digunakan untuk materi Volume kubus dan balok yaitu kubus

satuan. Media yang digunakan nanti berupa kubus besar, dan balok besar serta

kotak-kotak kecil berbentuk kubus (sebagai kubus satuan).

Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahendra, I.W.E. (2016:7) yang berjudul

“Contextual Learning Approach and Performance Assessment in Mathematics

Learning”. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa siswa yang memperoleh

pembelajaran kontekstual mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran matematika.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Amalia, Y., dan Rasiman

(2019:190) yang berjudul “Pengaruh Model CTL (Contextual Teaching Learning)

dengan Media Pohon Hitung terhadap Hasil Belajar Materi Operasi Hitung”.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tujuan dari penggunaan model

CTL ini peserta didik diharapkan agar dalam belajar tidak hanya sekedar

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

10

menghafal tetapi perlu adanya pemahaman dan mendorong peserta didik

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Penelitian menggunakan alat peraga kubus satuan dilakukan oleh Suciati

(2018:118) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam

Menentukan Volum Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus

Satuan”. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini maka simpulannya adalah

pembelajaran dengan alat peraga kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pokok bahasan menentukan volum bangun ruang (balok dan kubus) pada

siswa kelas VI SD Negeri 18 Pekanbaru.

Penelitian lain yang mendukung penelitian ini diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Aji, P.S., Yayuk, E., dan A’yunin, N.Q.

(2019:273) pada tahun 2019 yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Dengan Model Discovery Learning Melalui Media Kubus Satuan

Pada Siswa Kelas V SDN Kauman 1 Malang”. Berdasarkan penelitian tersebut

peningkatan nilai prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri

Kauman 1 Kecamatan Klojen Kota Malang dapat dilakukan dengan menggunakan

media kubus satuan. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan

nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun secara klasikal pada setiap

siklus.

Berdasarkan latar belakang dan didukung oleh penelitian yang sudah ada,

peneliti ingin mengkaji suatu permasalahan menggunakan penelitian eksperimen

dengan judul Keefektifan Model Contextual Teaching and Learning Berbantuan

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

11

Kubus Satuan Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Gugus

Raden Saleh Semarang

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka diperoleh identifikasi sebagai

berikut:

1. Berdasarkan KKM di SDN Gugus Raden Saleh menunjukan hasil belajar

matematika rendah, dari 104 siswa kelas V ada 82 siswa yang nilainya belum

mencapai KKM .

2. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki guru mengenai model-model

pembelajaran inovatif, sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas V

sebanyak 5 guru yang diwawancara terdapat 4 guru yang kurang paham

mengenai model pembelajaran inovatif dan pengamatan waktu pembelajaran

yang hanya berupa ceramah.

3. Ketersediaan alat peraga matematika masih kurang, guru lebih sering

menggunakan media dari benda yang ada di lingkungan sekitar, buku, gambar

dan papan tulis yang membuat siswa susah memahami materi atau konsepnya,

hal itu sesuai dengan hasil pengamatan waktu pembelajaran.

4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, terdapat 5 guru yang

diwawancara 4 guru menyatakan bahwa siswa kurang aktif dalam

pembelajaran matematika di mana ketika guru menjelaskan materi dan ditanya

apakah ada yang ditanyakan, siswa hanya diam saja dan ketika diminta

mengerjakan soal di depan harus ditunjuk terlebih dahulu.

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

12

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan penggunaan model

pembelajaran yang kurang inovatif dan alat peraga yang masih kurang dalam

pelaksanaan pembelajaran matematika kelas V SDN Gugus Raden Saleh sehingga

mengakibatkan hasil belajar matematika rendah. Penelitian ini mengkaji tentang

keefektifan model Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga

kubus satuan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Gugus Raden

Saleh.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang

dirumuskan dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh dengan

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan

alat peraga kubus satuan dapat mencapai KKM?

2. Apakah rata-rata hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh dengan

menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan alat

peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar di kelas kontrol?

3. Apakah dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL) berbantuan alat peraga kubus satuan lebih efektif dibandingkan dengan

kelas kontrol terhadap hasil belajar matematika kelas V SD Gugus Raden

Saleh?

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

13

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Menguji hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model

Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan dapat

mencapai KKM.

2. Menguji rata-rata hasil belajar matematika kelas V di SDN Gugus Raden

Saleh dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning berbantuan

alat peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

3. Menguji keefektifan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap hasil belajar matematika kelas V

SDN Gugus Raden Saleh.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.6.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah memberikan informasi atau

gambaran mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap hasil belajar matematika

sehingga dapat dijadikan pendukung teori untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

14

1.6.2.1 Bagi Siswa

Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan diharapkan dapat membuat

siswa lebih termotivasi untuk belajar muatan matematika,

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran muatan

matematika, dan meningkatkan pemahaman siswa serta menggali

potensi-potensi siswa dalam pembelajaran muatan matematika.

1.6.2.2 Bagi Guru

Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan diharapkan dapat memberikan

wawasan dan pengetahuan bagi guru tentang model CTL

berbantuan alat peraga kubus satuan , meningkatkan kemampuan

dan keterampilan guru dalam mengajar, serta meningkatkan

profesionalisme dalam proses pembelajaran yang kreatif, inovatif,

dan menyenangkan dalam pembelajaran muatan matematika.

1.6.2.3 Bagi Sekolah

Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran

dan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan

pembelajaran muatan matematika dan pembelajaran lain pada

umumnya.

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

15

1.6.2.4 Bagi Peneliti

Penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL)

berbantuan alat peraga kubus satuan diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengalaman mengenai model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dan alat peraga kubus satuan dalam

pembelajaran.

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoretis

Teori yang dikaji untuk mendukung penelitian ini antara lain: 1) belajar, 2)

pembelajaran, 3) hasil belajar, 4) matematika, 5) pembelajaran matematika, 6)

model pembelajaran, 7) model contextual teaching and learning, 8) model

pembelajaran langsung, 9) alat peraga, 10) alat peraga kubus satuan, 11) media

gambar, 12) model contextual teaching and learning berbantu alat peraga kubus

satuan, 13) teori pembelajaran yang relevan dengan matematika menggunakan

model contextual teaching and learning berbantuan alat peraga kubus satuan.

Secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

2.1.1 Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar menurut Komalasari (2017:2) adalah suatu proses perubahan tingkah laku

dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu

yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh

adanya kematangan ataupun perubahan semnetara karena suatu hal. Sedangkan

menurut Slameto (2013:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

17

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah

proses perubahan yang meliputi perubahan tingkah laku dan kemampuan yang

dialami oleh seseorang dalam hal ini siswa, sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar

Ciri-ciri belajar menurut Komalasari (2017:3) yaitu:

1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri

seseorang.

2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan

ditempuh dalam jangka waktu yang lama.

3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:8), ciri-ciri belajar

yaitu:

1. Siswa yang bertindak belajar atau pebelajar

2. Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup

3. Internal pada diri pebelajar

4. Sembarang tempat

5. Berlangsung sepanjang hayat

6. Motivasi belajar yang kuat

7. Diharapkan dapat memecahkan masalah

8. Bagi pebelajar dapat mempertinggi martabat pribadi

9. Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

18

Ciri-ciri belajar menurut berbagai ahli adalah belajar dilakukan secara

sadar, bersifat individual, sepanjang hayat, terjadi suatu perubahan, berinteraksi

dengan individu lain dan lingkungan serta harus memiliki tujuan. Dalam kegiatan

belajar juga memiliki prinsip-prinsip belajar yang perlu diperhatikan agar suatu

kegiatan dapat dikatakan belajar dan memperoleh hasil belajar sesuai dengan

tujuan yang diharapkan.

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Slameto (2013: 27-28), prinsip-prinsip belajar terdiri dari:

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: siswa diupayakan agar

terlibat aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan

intruksional; belajar dapat menimbulkan penguatan (reinforcement) dan

motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;

lingkungan yang menantang dapat membuat anak terangsang untuk

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar secara efektif;

belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2. Sesuai hakikat belajar : belajar merupakan proses berkelanjutan, maka belajar

harus dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan perkembangannya;

belajar adalah proses organisasi, adaptasi, dan eksplorasi; belajar adalah

proses berkelanjutan

3. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari : belajar bersifat keseluruhan dan

materi yang dibelajarkan harus memiliki struktur, penyajiannya sederhana,

sehingga siswa mudah dalam menangkap dan memahami materi yang

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

19

diajarkan; belajar juga harus bisa mengembangkan kemampuan tertentu sesuai

dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.

4. Syarat keberhasilan belajar : sarana yang ada juga harus cukup untuk

menunjang kegiatan belajar, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;

repetisi, dalam sebuah proses belajar perlu adanya pengulangan berkali–kali

agar pengertian/keterampilan/sikap itu ada pada siswa.

Prinsip-prinsip Belajar menurut Dimyati & Mudjiono (2006:42)

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran

sesuia dengan kebutuhannya, karena diperlukan belajar lebih lanjut atau

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membangkitkan motivasi

untuk mempelajarinya.

2. Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Bentuk

keaktivan dapat berupa kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan

psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,

menulis, berlatih keterampilan dan lainnya.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati

secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,

dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

20

4. Pengulangan

Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas

daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir

dan sebagainya.

5. Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi

selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah

motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar

tersebut.

6. Balikan dan penguatan

Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan

hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan

berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

7. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang

sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.

Komalasari (2017:3) membagi prinsip – prinsip belajar menjadi 4 kategori,

diantaranya adalah :

1. Prinsip kesiapan

Belajar dapat berhasil apabila diikuti dengan persiapan yang matang baik dari

pikiran maupun kondisi fisiknya.

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

21

2. Prinsip asosiasi

Kemampuan menghubung-hubungkan apa yang sedang dipelajari dengan

pengetahuan yang dimilikinya akan mendukung keberhasilan belajar

seseorang.

3. Prinsip latihan

Proses belajar perlu pengulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu melekat pada siswa.

4. Prinsip akibat

Perasaan senang atau tidak senang dalam belajar akan memengaruhi hasil

belajarnya.

Menurut pendapat berbagai ahli, inti dari prinsip-prinsip belajar adalah

segala hal yang mempengaruhi peserta didik dalam melakukan proses belajar

hingga terjadi perubahan perilaku sebagai bentuk hasil belajar yang didorong oleh

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Prinsip-prinsip belajar dilaksanakan

berdasarkan teori belajar yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran.

2.1.2 Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bab

1 pasal 1 ayat (20), Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

menurut Komalasari (2017:3) adalah suatu sistem atau proses membelajarkan

subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

22

dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai

tujuan-tujuan pembelajaan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu peserta didik melakukan

kegiatan belajar agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dan dapat

mengembangkan kemampuannya secara optimal dengan memperhatikan

komponen- komponen pembelajaran.

2.1.1.2 Pembelajaran Efektif

Menurut Susanto (2016:53), pembelajaran efektif merupakan tolok ukur

keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif

apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun

sosialnya. Menurut Slameto (2010:74) belajar yang efektif adalah suatu proses

belajar yang dapat meningkatkan kemampuan siswa sebagaimana yang

diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang hendak dicapai. Djamarah

(2010:105) menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil

apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran efektif adalah proses

pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, kreatif dan inovatif sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran serta hasil belajar tuntas.

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Susanto (2012:5) yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut konsep kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Dimyati &

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

23

Mudjiono (2006:3) adalah hasil dari suatu interaksi belajar dan mengajar yang

diperoleh setelah berakhirnya proses belajar.

Jadi, hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam memahami

materi pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan pada diri siswa baik

menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor

(keterampilan). Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur, hanya difokuskan

pada aspek kognitif atau pengetahuan siswa pada mata pelajaran matematika yang

akan dijadikan sebagai data primer sedangkan aspek afektif dan psikomotor

digunakan untuk data sekunder atau pendukung.

2.1.4 Matematika

2.1.4.1 Pengertian Matematika

Menurut Susanto (2012:185) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang

dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan

kontribusi dalam penyelasaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta

memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengertian matematika menurut Suwarno (2016:267) merupakan mata pelajaran

yang melatih anak untuk berpikir rasional, logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola

pikir yang demikian merupakan hal yang perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam

kehidupan sehari-hari.

Jadi, matematika adalah ilmu abstrak yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan berpendapat sehingga mampu membantu penyelesaian

masalah di kehidupan.

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

24

2.1.5 Pembelajaran Matematika

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Matematika

Susanto (2016:186-187) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika adalah

suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa. Kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran

matematika di sekolah dasar berdasarkan Depdiknas adalah melakukan operasi

hitung, menentukan sifat dan unsur bangun datar dan ruang, menentukan sifat

simetri, kesebangunan dan sistem koordinat, menggunakan pengukuran,

menentukan dan menafsirkan data, memecahkan masalah, melakukan penalaran,

dan mengomunikasikan gagasan secara matematika (dalam Susanto 2016:189-

190).

Menurut Heruman (2016:2), tujuan pembelajaran matematika di sekolah

dasar yaitu supaya siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep

matematika yang meliputi penanaman dan pemahaman konsep serta pembinaan

keterampilan yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan penanaman dan

pemahaman konsep, siswa dapat menyelesaikan masalah matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran matematika tidak hanya

mengetahui dan menghafal suatu konsep.

Jadi, pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar antara guru

dan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan matematika sesuai

dengan tujuan pembelajaran matematika.

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

25

2.1.5.2 Geometri Bangun Ruang

Definisi dari geometri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah cabang

matematika yang mengurai dan menerangkan tentang sifat - sifat garis, sudut,

bidang dan ruang. Berdasarkan permendikbud Nomor 24 tahun 2018 memuat

kompetensi inti dan kompetensi dasar pada muatan pelajaran matematika kelas V.

Salah satu materi yang terdapat pada mata pelajaran matematika untuk kelas V

adalah geometri bangun ruang. Pada penelitian ini menggunakan kompetensi

dasar 3.5 Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat tiga

dengan akar pangkat tiga dan kompetensi dasar 4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume

(seperti kubus satuan) melibatkan pangkat tiga dan akar pangkat tiga.

Materi geometri bangun ruang yang dikaji pada penelitian ini disesuaikan

dengan kompetensi dasar tersebut yang diantaranya meliputi : bangun ruang

kubus dan balok.

2.5.1.3 Volume Bangun Ruang

Menurut Isrok’atun (2016:56) mengukur volume bangun ruang adalah dengan

mengisi bangun ruang sampai penuh, lalu dihitung jumlah satuan yang memenuhi

bangun ruang tersebut. Umumnya yang digunakan untuk mengukur volume kubus

dan balok adalah kubus satuan, yang panjang rusuknya satu satuan.

Purnomosidi dkk (2018:145) mengemukakan bahwa kubus satuan dapat

digunakan untuk mengukur isi dari bangun balok atau kubus. Banyaknya kubus

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

26

satuan yang dapat diisikan ke balok atau kubus adalah isi dari balok atau kubus

tersebut dengan satuannya kubus satuan.

Gambar 2.1 Kubus satuan

a) Volume Balok

Cara menentukan volume balok dengan kubus satuan, yaitu dengan memasukkan

kubus-kubus satuan dalam ruang balok transparan.

Gambar 2.2 Volume Balok

Balok transparan di atas setelah diisi dengan kubus satuan dapat dilihat pada

gambar di atas. Volume balok tersebut dapat dicari dengan cara dihitung jumlah

kubus satuan. Jumlah kubus satuan yang mengisi balok tersebut yaitu 30 kubus

satuan. Ukuran panjang balok 5 kubus satuan, ukuran lebar balok 3 kubus satuan,

dan ukuran tinggi balok 2 kubus satuan. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui

rumus volume balok adalah dengan mengalikan panjangnya (jumlah kubus satuan

ke samping), lebarnya (jumlah kubus satuan ke belakang) dan tinggi balok

(jumlah kubus satuan ke atas). Secara matematis rumus volume balok dapat ditulis

seperti berikut.

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

27

V p x l x t

Keterangan:

V = volume balok

p = panjang balok

l = lebar balok

t = tinggi balok

b. Volume Kubus

Kubus adalah balok yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi sama. Kubus

memiliki 6 sisi yang sama, sisi kubus berbentuk persegi. Volume kubus dapat

ditentukan dari volume balok.

Gambar 2.3 Volume Kubus

Volume kubus dapat dicari dengan cara dihitung jumlah kubus satuan

yang mengisi kubus. Jumlah kubus satuan yang mengisi kubus tersebut adalah 27

kubus satuan. Ukuran panjangnya 3 kubus satuan, ukuran lebarnya 3 kubus

satuan, dan ukuran tingginya 3 kubus satuan. Dari pernyataan tersebut dapat

diketahui bahwa untuk mencari volume kubus yaitu dengan cara mengalikan

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

28

panjang rusuk dengan panjang rusuk dan dikalikan lagi dengan panjang rusuk.

Secara matematis dapat dituliskan seperti berikut.

V = r x r x r =

Keterangan:

V = volume kubus

r = panjang rusuk kubus

Mencari volume kubus adalah dengan memangkatkan tiga dari panjang

rusuknya. Apabila mencari panjang rusuk yang diketahui volume kubusnya, maka

dicari invers dari pangkat tiga yang disebut akar pangkat tiga. Perhatikan gambar

berikut.

Gambar 2.4 Kubus yang sudah diisi dengan alat peraga kubus satuan

Berdasarkan gambar diatas, volume kubus adalah 27 kubus satuan. Untuk mencari

panjang rusuk kubus tersebut yaitu dicari akar pangkat tiga dari 27 yaitu 3. Jadi,

ukuran panjang rusuk kubus adalah 3 kubus satuan. Secara matematis dapat

dituliskan seperti berikut.

r = √

Keterangan:

r = panjang rusuk kubus

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

29

V = volume kubus

2.1.6 Model-model Pembelajaran

2.1.6.1 Pengertian Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Lestari & Yudhanegara, (2015:37) adalah suatu

pola interaksi antara siswa dan guru dalam kelas yang terdiri dari strategi,

pendekataan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan model pembelajaran

menurut Hilmawan (2013:3) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan suatu pembelajaran di dalam kelas.

2.1.7 Model Pembelajaran CTL

2.1.7.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Lestari &

Yudhanegara (2017:38) adalah suatu pembelajaran yang mengupayakan agar

siswa dapat menggali kemampuan yang dimilikinya dengan mempelajari konsep-

konsep sekaligus menerapkannya dengan dunia nyata di sekitar lingkungan siswa.

Sebagaimana dikemukakan Johnson (2009:57), bahwa pembelajaran kontekstual

adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang

menghubungkan muatan akademis dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari

sehingga menghasilkan suatu makna. Sedangkan menurut Komalasari (2017:7)

pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

30

antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik

dalam lingkungan keluarga , sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan

tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Shoimin

(2018:43) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa model

pembelajaran CTL adalah suatu model pembelajaran yang mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan nyata dan penerapannya dalam kehidupan

sehingga memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswanya.

2.1.7.2 Sintaks Pembelajaran CTL

Menurut Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari (2017:11-13) menyebutkan

komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu:

1. Kontruktivisme (constructivism)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia

harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna.

2. Menemukan (inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui

siklus: observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan

penyimpulan.

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

31

3. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bagi guru

bertanya dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian

penting dalam melakukan inkuiri, yaitu menggali informasi,

menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian

pada aspek yang belum diketahuinya.

4. Masyarakat belajar (learning community)

Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok

belajar.

5. Pemodelan (modelling)

Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada yang bisa

ditiru. Guru dapat menjadi model, misalnya memberi contoh cara

mengerjakan sesuatu. Tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa, misalnya siswa ditunjuk untuk

memberi contoh pada temannya, atau mendatangkan seseorang dari luar

sekolah.

6. Refleksi (reflection)

Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur

pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

32

7. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil, dan dengan berbagai

cara. Penilaian dapat berupa penilaian tertulis dan penilaian berdasarkan

perbuatan, penuugasan, produk atau portofolio.

Sedangkan menurut Lestari & Yudhanegara (2017:39) tahapan Contextual

Teaching and Learning adalah:

1. Grouping: Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2. Modeling: Pemusatan perhatian, motivasi, dan penyampaian tujuan

pembelajaran.

3. Questioning: Meliputi eksplorasi, membimbing, menuntun, memberi petunjuk,

mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri dan generalisasi.

4. Learning Community: Aktivitas belajar yang dilakukan melibatkan suatu

kelompok sosial tertentu. Komunitas belajar ini memegang peranan yang

sangat penting dalam proses belajar karena di dalamnya terjadi suatu proses

interaksi dimana seluruh siswa berpartisipasi aktif dalam belajar kelompok,

mengerjakan soal, dan sharing pengetahuan serta pendapat.

5. Inquiry: Meliputi kegiatan identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,

generalisasi, dan penemuan.

6. Contructivism: Siswa membangun pemahaman sendiri, mengonstruksi konsep

aturan, serta melakukan analisis dan sintesis.

7. Authentic Assesment: Penilaian selama proses pembelajaran dan sesudah

pembelajaran, penilaian setiap aktivitas siswa, dan penilaian portofolio.

8. Reflection: Refleksi atas proses pembelajaran yang dilakukan.

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

33

Menurut Aqib (2016:6), secara garis besar langkah pembelajaran CTL

adalah sebagai berikut:

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian sederhana dengan berbagai cara.

Dari berbagai pendapat diatas peneliti setuju bahwa fase dalam

pembelajaran CTL adalah Kontruktivisme, Menemukan, Bertanya, Masyarakat

belajar, Pemodelan, Refleksi, Penilaian sebenarnya.

2.1.7.3 Sintaks Pembelajaran CTL berbantuan alat perga kubus satuan

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan sebelumnya, peneliti

menyusun sintaks pembelajaran CTL berbantuan alat peraga kubus satuan, yaitu

sebagai berikut :

1. Kontruktivisme

Guru memberikan demonstrasi dengan analogi sederhana berkaitan materi

kemudian siswa membangun pemahaman sendiri dan mengkonstruksi konsep

diawal pembelajaran berlangsung. Siswa mengamati benda manipulatif kubus

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

34

dan balok, guru bertanya kepada siswa : “Bagaimana cara menghitung volume

bangun tersebut?”

2. Menemukan

Siswa melakukan identifikasi dan investigasi sendiri dengan berbantuan

pengetahuan awal yang mereka punya sehingga siswa paham dalam kegiatan

mereka. Siswa menemukan rumus volume bangun ruang kubus dan balok

melalui proses penemuan dengan menggunakan alat peraga kubus satuan.

3. Bertanya

Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan memberikan kesempatan

siswa yang lain untuk menanggapi pertanyaan dari temannya tersebut.

4. Masyarakat belajar

a. Siswa dikelompokkan dimana setiap kelompok beranggotakan 4 - 5 orang

untuk mengerjakan tugas secara kerjasama.

b. Guru memberikan alat peraga kubus satuan untuk dimanipulasi siswa agar

mempermudah pemahaman siswa dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya masing – masing.

c. Siswa melanjutkan mengerjakan tugas dalam kelompok sesuai dengan

tahapan sebelumnya.

5. Pemodelan

Guru memberikan contoh dengan melibatkan siswa langsung dalam peragaan

mengenai materi yang disampaikan.

6. Refleksi

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

35

Guru bersama – sama dengan siswa melakukan perenungan kembali atas

pengetahuan baru yang dipelajari dengan cara memikirkan, menelaah dan

merespon semua kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung.

7. Penilaian autentik

Siswa mengerjakan latihan soal yang berkaitan dengan materi kemudian guru

memberikan penilaian atas hasil kerja siswa dan memberikan penghargaan

baik verbal maupun non verbal.

2.1.7.4 Kelebihan dan kekurangan CTL

Menurut Shoimin (2014:44) Kelebihan Model CTL yaitu:

1. Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa secara

penuh, baik fisik maupun mental

2. Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan

menghafal melainkan proses berpengalaman dalam kehidupan nyata

3. Kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,

melainkan sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di

lapangan

4. Materi pelajaran ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian orang

lain.

Kelebihan Model Pembelajaran CTL menurut Nurhidayah dkk (2016:166) yaitu:

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata, karena siswa dituntut untuk

menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan

nyata.

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

36

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa

dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

3. Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa

secara penuh, baik fisik maupun mental.

4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk

memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil

temuan mereka di lapangan.

5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian

guru.

6. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang bermakna.

Kelebihan Model Pembelajaran CTL menurut Sepriady (2018:108)

1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan

potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.

2. Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami

suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

3. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

6. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kekurangan Model Pembelajaran CTL menurut Shoimin (2014:44) yaitu:

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

37

a) Penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks

dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran sehingga membutuhkan

waktu yang lama

2.1.8 Model Pembelajaran Direct Instruction

2.1.8.1 Pengertian Model Pembelajaran Direct Instruction

Arends mengatakan (dalam Lestari dan Yudhanegara, 2017:37), Direct

Instruction diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan

yang dapat diajarkan secara bertahap selangkah demi selangkah. Sedangkan

menurut Shoimin (2014:64) adalah model pembelajaran yang dirancang khusus

untuk membantu proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

langsung adalah model pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar siswa

yang diajarkan secara bertahap, selangkah demi selangkah.

2.1.8.2 Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction

Bruce dan Weil dalam Lestari dan Yudhanegara (2017:38) mengemukakan

lima fase/tahapan pembelajaran dalam direct instruction yaitu:

1. Orientasi: Pada fase ini, guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi

terhadap materi pelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada fase ini meliputi

kegiatan pendahuluan, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi

siswa.

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

38

2. Presentasi/Demonstrasi: Pada fase ini, guru menyajikan materi pelajaran, baik

berupa konsep maupun keterampilan. Kegiatan pada fase ini meliputi:

penyajian materi, pemberian contoh konsep, pemodelan/peragaan

keterampilan.

3. Latihan Terstruktur: Pada fase ini, guru melakukan penguatan dengan

memberikan contoh pengerjaan latihan soal yang terstruktur.

4. Latihan Terbimbing: Pada fase ini, guru memberikan soal-soal latihan dan

melaksanakan bimbingan dengan memonitor proses pengerjaan soal yang

dilakukan siswa. Guru mengelilingi kelas dan memeriksa pekerjaan setiap

siswa serta mengoreksi jika siswa melakukan kesalahan dalam pengerjaan

soal.

5. Latihan Mandiri: Pada fase ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk terus berlatih, baik konsep maupun keterampilan secara mandiri dengan

memberikan tugas-tugas yang dikerjakan secara individual.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti sependapat bahwa fase dalam

pembelajaran Direct Instruction adalah Orientasi, Presentasi/Demonstrasi, Latihan

Terstruktur, Latihan Terbimbing, dan Latihan Mandiri.

2.1.8.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Direct Instruction

Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction menurut Shoimin (2014:66) :

1. Guru lebih mudah mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang

diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

39

2. Model pembelajaran langsung adalah cara paling efektif untuk mengajarkan

konsep dan keterampilan yang eksplisit kepada siswa termasuk siswa yang

berprestasi rendah sekalipun.

3. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model

pembelajaran dalam bidang studi tertentu.

4. Model pembelajaran langsung menekankan pada kegiatan mendengarkan dan

kegiatan mengamati sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan

cara ini.

5. Model pembelajaran langsung mampu memberikan tantangan dalam

mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi.

6. Model pembelajaran ini dapat diterapkan secara efektif dan fleksibel baik

dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.

7. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa mengetahui tujuan

pembelajaran dengan jelas.

8. Dengan model pembelajaan ini dapat mengkontrol dengan ketat waktu untuk

berbagi kegiatan pembelajaran.

9. Pada model pembelajaran ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.

10. Model pembelajaran ini membantu untuk memantau kinerja siswa secara

cermat.

11. Melalui model pembelajaran langsung umpan balik bagi siswa dapat

berorientasi akademik.

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

40

12. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk menekankan poin – poin

penting atau kesulitan kesulitan yang mungkin dihadapi siswa selama proses

pembelajaran.

13. Model pembelajaran ini dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan

informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Direct Instruction

menurut Shoimin (2014:67) yaitu:

1. Karena guru memainkan peranan pusat dalam model ini maka kesuksesan

pembelajaran ini sangat bergantung pada kemampuan guru. Guru harus

tampak siap, berpengetahuan luas, percaya diri, antusias dan terstruktur agar

siswa tidak cepat bosan dan teralihkan perhatiannya mengikuti pembelajaran.

2. Kesuksesan pembelajaan sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.

Apabila cara guru berkomunikasi kepada siswa kurang baik maka akan

menjadikan pembelajarannya kurang baik pula.

3. Model pembelajaran direct instruction mungkin tidak dapat memberikan

siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi

yang disampaikan jika materi yang bersifat kompleks, rinci atau abstrak.

4. Model pembelajaran direct instruction jika terlalu sering diterapkan akan

menjadikan siswa percaya bahwa guru akan memberitahu semua yang perlu

mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggungjawab siswa dalam

pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan kelemahan yang dimiliki pembelajaran langsung diatas,

ternyata model pembelajaran CTL memiliki beberapa kelebihan yang mampu

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

41

menjawab kekurangan dari model pembelajaran langsung, diantaranya : (a) Model

pembelajaran CTL dapat menekankan aktivitas berpikir siswa secara penuh baik

dalam hal fisik maupun mental. (b) pembelajaran CTL dapat menjadikan siswa

belajar bukan dengan cara menghafal melaikan proses memperoleh pengalaman

dalam kehidupan nyata. (c) kelas dalam pembelajaran CTL bukan hanya sebagai

tempat untuk memperoleh informasi, melainkan juga sebagai tempat untuk

menguji data hasil temuan mereka di lapangan. Sehingga pembelajaran tidak lagi

berpusat kepada guru dan penyampaian informasi kepada siswa tidak lagi bersifat

satu arah.

2.1.9 Alat Peraga

Menurut Asyhar (2012:13) alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan atau

bentuk dari konsep materi ajar yang dipergunakan untuk memperagakan materi

tersebut sehingga materi pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.

Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan terutama untuk menjelaskan konsep

atau materi yang abstrak. Kemudian menurut Putranto (2018:24) alat peraga

mengajar merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian. Sedangkan Menurut

Suciati (2018:109) alat peraga disebut juga alat bantu dalam pembelajaran,

sehingga pembelajaran menjadi lebih berkualitas.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat

bantu dalam pembelajaran untuk memperagakan materi sehingga materi

pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga yang akan peneliti

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

42

gunakan untuk penelitian ini adalah alat peraga kubus satuan untuk kelas

eksperimen, dan media gambar untuk kelas kontrol.

2.1.10 Alat Peraga Kubus Satuan

2.1.10.1 Pengertian Alat Peraga Kubus Satuan

Kubus satuan adalah kubus dengan ukuran rusuk 1 cm, untuk menghitung volume

bangun ruang kubus yang lebih besar. Sedangkan menurut Isrok’atun (2016:59)

alat peraga kubus satuan adalah kubus yang dipakai sebagai patokan satuan

volume dengan panjang rusuk 1 cm sehingga volumenya 1 cm³. Menurut Maulana

(2018:232) alat peraga kubus satuan adalah kotak-kotak kubus kecil dengan

rusuk 1 cm yang akan dipakai sebagai satuan volume. Jadi, alat peraga kubus

satuan yaitu kubus-kubus kecil sebagai satuan volume yang berukuran panjang 1

satuan, lebar 1 satuan, dan tinggi 1 satuan.

Alat peraga kubus satuan dapat dibuat dengan bahan kayu ringan dengan

ukuran yang disesuaikan dengan kondisi fisik anak agar mudah dipegang,

dipindahkan, dimainkan, dipasang, dicopot dan lain-lain. Banyaknya alat peraga

kubus satuan disesuaikan dengan ukuran kubus dan balok tanpa tutup yang akan

digunakan. Balok dan kubus tanpa tutup ini terbuat dari bahan aklirik yang

memiliki ukuran lebih besar dari ukuran kubus satuan. Balok dan kubus tanpa

tutup ini memiliki ukuran yang lebih besar daripada kubus satuan. Alat peraga

kubus satuan yang peneliti buat berukuran 4 cm x 4 cm x 4 cm.. Hal ini karena

disesuaikan dengan kondisi fisik siswa SD sehingga ukurannya tidak terlalu besar

atau terlalu kecil. Agar kubus satuan dapat dipegang, dipindahkan, dimainkan,

dipasang, dicopot dan digunakan oleh siswa dengan baik. Ukuran kotak kubus

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

43

tanpa tutup 12 cm x 12 cm x 12 cm dan ukuran kotak balok tanpa tutup 24 cm x

12 cm x 8 cm.

Menurut Purnomosidi (2018:137) penggunaan alat peraga kubus satuan

adalah dengan memasukkan kubus-kubus kecil ke dalam kubus dan balok tanpa

tutup hingga penuh. Jumlah kubus satuan yang memenuhi kubus dan balok adalah

volume kubus dan balok tersebut dalam satuan kubus satuan.

2.1.10.2 Penerapan Alat Peraga Kubus Satuan di SD

Mengukur volume dengan alat peraga kubus satuan bertujuan untuk membantu

anak memahami volume bangun ruang sederhana (kubus dan balok),

membandingkan volume kedua bangun atau lebih, mengurutkan volume bangun

ruang, serta menemukan cara menghitung volum kubus dan balok

(Pitadjeng:183).

1. Volume Balok

Gambar 2.5 Menghitung Volume Balok

Cara menentukan volume balok dengan kubus satuan, yaitu dengan memasukkan

kubus satuan dalam ruang balok transparan sampai penuh, kemudian dihitung

jumlah kubus satuan yang memenuhi balok tersebut.

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

44

Setelah melakukan kegiatan tersebut, diharapkan siswa mampu menguasai

konsep menghitung volume balok yaitu dengan mengalikan panjangnya, lebarnya

dan tinggi balok. Apabila ditulis dengan rumus seperti berikut.

V = p x l x t

Keterangan:

V = volume balok

p = panjang balok

l = lebar balok

t = tinggi balok

2. Volume kubus

Gambar 2.6 Menghitung volume kubus

Volume kubus dicari dengan cara dihitung jumlah kubus satuan yang mengisi

kubus. Siswa diminta untuk memasukkan kubus satuan kedalam kubus tanpa

tutup sampai penuh, kemudan hitung kubus satuan tesebut.

Setelah melakukan kegiatan tersebut, diharapkan siswa menguasai konsep

menghitung volume kubus yaitu dengan mengalikan panjang rusuk dengan

panjang rusuk dan dikalikan dengan panjang rusuk lagi. Apabila dituliskan

dengan rumus seperti berikut.

V = r x r x r

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

45

Keterangan:

V = volume kubus

r = panjang rusuk kubus

2.1.11 Media Gambar

Asyhar (2012:57) menjelaskan bahwa, berdasarkan karakteristik media

pembelajaran, gambar termasuk dalam media grafis. Media grafis menyalurkan

pesan dan informasi melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis

adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan

suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan apabila hanya dilakukan melalui

penjelasan verbal. Beberapa contoh media grafis adalah gambar, kartun, karikatur,

grafik, diagram, dan lain-lain. Gambar merupakan media grafis yang paling

banyak digunakan. Gambar merupakan hasil lukisan yang menggambarkan orang,

tempat, dan benda dalam berbagai variasi. Gambar-gambar buku teks yang tidak

terhias namun bermaksud sebagai bantuan belajar akan digunakan semestinya dan

mendorong siswa memberikan perhatiannya (Asyhar, 2012:58).

Namun media gambar kurang efektif jika digunakan dalam pembelajaran

yang kompleks. Dengan media gambar, maka kreatifitas siswa kurang bisa

dieksplorasi terkait dengan materi yang dipelajari. Sedangkan jika menggunakan

alat peraga kubus satuan siswa akan terlibat langsung dalam pembelajaran

sehingga siswa akan aktif dalam pembelajaran tersebut.

2.1.12 Teori Belajar dan Pembelajaran yang Relevan dengan Penelitian

1. Teori Belajar Piaget

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

46

Piaget dalam Riifa’i dan Anni (2015:33) menyatakan bahwa perkembangan

kognitif dikelompokkan kedalam 5 tahapan berdasarkan usianya, pada anak usia

7-11 tahun (Sekolah Dasar) dikategorikan kedalam tahap yang ke-4 yaitu tahap

operasional konkret. Menurut Piaget tahap operasional konkret adalah tahap

dimana anak sudah mempunyai kemampuan mengoperasikan logika berpikir,

namun masih dalam bentuk benda-benda konkret.

Pengembangan pembelajaran kognitif menurut Piaget dalam Rifa’i dan

Anni (2015:152-153) memiliki tiga prinsip utama, yaitu belajar aktif, belajar

melalui interaksi sosial, dan belajar melalui pengalaman sendiri dengan penjelasan

sebagai berikut:

a. Belajar aktif

Suatu proses pembelajaran harus diciptakan dengan kondisi belajar yang

memungkinkan anak untuk belajar secara mandiri, misalnya dengan

melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan

mencari jawaban sendiri yang kemudian membandingkan dengan jawaban

temannya. Dalam penelitian ini siswa dilatih untuk menemukan rumus volume

kubus dan balok dengan alat peraga kubus satuan secara berkelompok,

sehingga siswa bisa berperan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Belajar melalui interaksi sosial

Belajar melalui interaksi sosial adalah belajar melalui kegiatan interaksi antar

subjek belajar, bisa antara siswa dengan siswa, atau siswa dengan guru.

Dengan adanya interaksi sosial dalam proses pembelajaran akan membuat

perkembangan kognitif siswa memiliki lebih banyak sudut pandang dan

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

47

alternatif tindakan. Kegiatan interaksi sosial didapatkan siswa dari diskusi

kelompok.

c. Belajar melalui pengalaman sendiri

Pengalaman sendiri yang dimaksud adalah pengalaman bermakna yang

didapatkan siswa karena melakukan sendiri secara nyata kegiatan-kegiatan

yang ada di dalam pembelajaran. Siswa mendapakan pengalaman secara

mandiri saat menghitung volume kubus dan balok dengan alat peraga kubus

satuan.

Berdasarkan teori belajar Piaget tersebut, siswa sekolah dasar berada pada

tahap operasional konkret yang mengharuskan siswa belajar dengan bantuan

benda-benda konkret. Benda konkret yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kubus satuan yang telah dibuat oleh guru.

2. Teori Belajar Van Hiele

Van Hiele dalam Wahyuningsih (2017:4) membagi pemahaman geometri anak

menjadi 5 tahap, yaitu tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap

deduksi, dan tahap akurasi. Menurut Wahyuningsih (2017:4-13) menjelaskan

penjabaran dari kelima tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap pengenalan

Pada tahap pengenalan anak baru mengenal nama-nama bangun geometri dari

bangun-bangun yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini anak

baru pada tahap menghafal dan belum dapat memahami konsep berdasakan

pengertian. Pengenalan ini didapatkan oleh siswa pada tahap pemberian

pertanyaan esensial yang dilakukan oleh guru.

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

48

b. Tahap analisis

Pada tahap ini anak mulai bisa memahami sifat-sifat dari bangun geometri.

Secara bertahap anak mulai mengenal berbagai sifat-sifat dari bangun

geometri tersebut. Tahap analisis ini didapat siswa saat siswa mengamati

bangun ruang kubus dan balok.

c. Tahap pengurutan

Pada tahap pengurutan, anak mulai bisa memahami hubungan antar bangun.

Setelah memahami sifat-sifat dari beberapa bangun geometri, anak akan

memahami hubungan antar bangun tersebut. Siswa dapat memahami

hubungan antar bangun saat menjawab soal-soal perbedaan sifat-sifat bangun

ruang kubus dan balok.

d. Tahap Deduksi

Pada tahap deduksi anak sudah dapat menyimpulkan secara deduktif, yaitu

menarik kesimpulan dari hal-hal yang sifatnya khusus menjadi hal yang lebih

umum. Siswa dapat menyimpulkan secara deduksi setelah melakukan kegiatan

diskusi kelompok saat mengerjakan soal.

e. Tahap Akurasi

Pada tahap akurasi anak sudah memahami pentingnya ketepatan dari prinsip-

prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Belajar geometri pada tahap

ini sangat abstrak, tidak melibatkan model atau gambar. Pada tahap ini anak

harus memiliki tahap berpikir yang kompleks dan rumit, sehingga masih

jarang anak yang mampu menguasai sampai pada tahap ini.

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

49

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut Rifa’i dan Anni (2015: 183) menjelaskan bahwa konstruktivisme

merupakan teori psikologi tentang pengertian yang menyatakan bahwa manusia

membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi dari

pembelajaran kontruktivisme adalah siswa secara individu menemukan dan

mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi

miliknya.

Hakikat proses belajar kontruktivisme menurut Rifa’i dan Anni (2015:

186-187) dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Belajar merupakan preses sosial dan aktif

Kontruktivisme sosial memandang belajar sebagai proses aktif dimana peserta

didik belajar menemukan prinsip, konsep, dan fakta untuk dirinya sendiri, dan

karena itu penting untuk mendorong berpikir intuitif pada peserta didik.

Belajar bukan suatu proses yang hanya terjadi di dalam diri seseorang atau

perkembangan perilaku yang bersifat pasif dan dibentuk oleh kekuatan

eksternal, melainkan belajar yanng bermakna itu terjadi apabila individu

terlibat dalam kegiatan sosial.

b. Dinamika interaksi antar tugas, pendidik, dan peserta didik

Devinisi peran fasilitator dalam sudut pandang kontruktivisme sosial adalah

bahwa pendidik dan peserta didik terlibat secara sama dalam kegiatan belajar.

Ini berarti bahwa pengalaman belajar bersifat subjektif dan objektif serta

mempersyaratkan bahwa kebudayaan, nilai dan latar belakang pendidik

menjadi bagian penting dari jawaban antara peserta didik dan tugas dalam

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

50

membentuk makna. Peserta didik membandingkan versi kebenarannya dengan

yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik lainnya untuk memperoleh versi

kebenaran baru yang telah teruji secara sosial.

4. Teori Pembelajaran menurut Bruner

Pendapat Bruner tentang belajar matematika dikemukakan oleh Pitadjeng

(2016:29), menurutnya belajar matematika adalah belajar konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta

mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika. Materi akan mudah

dipahami dengan pemahaman konsep dan struktur materi tersebut. Bruner

membagi tahap perkembangan anak menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Tahap Enaktif

Tahap pertama anak belajar konsep adalah dengan benda-benda real atau

mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan seperti

berikut: Siswa diberikan kubus-kubus satuan, siswa mengamati dan

memanipulasi alat peraga (model kubus dan balok transaparan yang akan diisi

dengan kubus satuan), mengisi kubus dan balok transparan sampai penuh

sambil membilang satu persatu banyaknya kubus satuan, melaporkan

banyaknya kubus satuan yang mengisi penuh kubus dan balok transparan,

mengamati kubus dan balok transparan yang telah diisi untuk melihat

keteraturan atau ide-ide terkait susunan kubus satuan yang membentuk konsep

volume, serta mengungkapkan hasil pengamatan kemudian guru menegaskan

kembali agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

51

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini anak sudah dapat membayangkan kembali atau memberikan

gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau

dikenalnya pada tahap sebelumnya, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau

benda real itu tidak lagi dilihatnya. Seperti contoh : untuk memahami konsep

volume bangun ruang, pada tahap ini anak hanya memerlukan pengalaman

menggunakan alat peraga kubus satuan sebelumnya akan tetapi tidak lagi

menggunakan benda konkret melainkan hanya menggunakan gambar.

Kemudian anak mampu memahami cara menemukan volume bangun ruang

kubus dan balok dengan cara mendiskusikan hubungan antara banyaknya

kubus satuan dalam gambar dengan banyaknya kubus satuan pada rusuk-rusuk

(panjang, lebar dan tinggi) masing-masing gambar.

c. Tahap Simbolik

Pada tahap terakhir ini anak dapat memanipulasi simbol secara langsung dan

tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Seperti contoh : untuk

memahami konsep menemukan volume bangun ruang, pada tahap ini anak

tidak lagi menggunakan benda konkret ataupun menggunakan gambar. Karena

anak sudah mampu memahami cara menemukan volume bangun ruang yaitu

dengan mensimbolkan ukuran rusuk (r) dan volume (V) dapat disimbolkan

untuk rumus volume kubus V= r x r x r. sedangkan untuk rumus volume balok

V = p x l x t.

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

52

2.2 Kajian Empiris

Penelitian yang relevan dapat dijadikan bahan kajian, pertimbangan, dan

memperkuat pelaksanaan penelitian. Penelitian ini berdasarkan pada penelitian

sebelumnya tentang model CTL dan alat peraga kubus satuan. Berikut ini

penelitian yang memperkuat penelitian yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekowati, Ch. K., Darwis, M., Pua Upa, H.

M. D., dan Tahmir, S. (2015:81) yang berjudul The Application of Contextual

Approach in Learning Mathematics to Improve Students Motivation At SMPN 1

Kupang. Penelitian ini menyebutkan adanya peningkatan aktivitas siswa

dibuktikan dengan kekompakan untuk memecahkan masalah atau kasus yang

diberikan dalam kelompok mereka, serta meningkatnya penguasaan konsep siswa

yang dilihat dari nilai rata-rata kelompok mereka yang selalu meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Selvianiresa, D., dan Prabawanto, S.

(2017:1) yang berjudul Contextual Teaching and Learning Approach of

Mathematics in Primary Schools. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa

pelaksanaan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran mampu

menciptakan interaksi yang sangat dekat antara guru dengan siswa, mampu

menghubungkan konteks dengan permasalahan dunia nyata, dan kegunaan

pengetahuan yang dipelajarinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fadillah, A., Dewi, N.P.L.C., Ridho, D.,

Majid, A.N., dan Prastiwi, M.N.B. (2017:101) yang berjudul The effect of

application of contextual teaching and learning (CTL) model-based on lesson

study with mind mapping media to assess student learning outcomes on chemistry

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

53

on colloid systems. Hasil penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa kelas XI

SMA Negeri I Sunggal TA 2014/2015 yang diajarkan oleh model CTL

berdasarkan lesson study dengan media mind mapping lebih tinggi (72,88%)

daripada yang diajarkan oleh model pembelajaran konvensional (68,97% ) dalam

materi sistem koloid.

Penelitian oleh Fadhilah, Effendi, Z.M., dan Ridwan (2017:25) yang

berjudul Analysis of contextual teaching and learning (CTL) in the course of

applied physics at the mining engineering department. Penelitian ini menyebutkan

konklusif, kontruktivisme, penyelidikan dan pertanyaan, komunitas pembelajaran

dan penilaian autentik adalah langkah-langkah yang diperlukan selama

pembelajaran fisika terapan menggunakan pendekatan CTL.

Penelitian oleh Suwarno (2016:271) yang berjudul Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VI Sd Negeri 22 Kepahiang Dalam Menentukan Volume

Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Praga Kubus Satuan. Dalam penelitian

ini menyebutkan bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran akan

membawa keuntungan antara lain sebagai berikut: (1) siswa dan guru dalam

kegiatan proses belajar mengajar lebih termotivasi terhadap pelajaran yang sedang

diajarkan; (2) konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan

karena itu lebih dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-

tingkat yang lebih rendah; (3) hubungan antara konsep abstrak matematika dengan

benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

Penelitian oleh Firmansyah, A., Hasanuddin dan Nelson, Z. (2018:2) yang

berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

54

terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Pengetahuan Awal

Siswa Madrasah Tsanawiyah. Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa

Pembelajaran CTL merupakan suatu proses pendidikan bertujuan memotivasi

siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan

mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari dengan

tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan

menjadikannya dasar pembelajaran dengan kemampuan komunikasi matematis

siswa.

Penelitian oleh Rusyda, N.A., dan Sari, D.S. (2017:161) yang berjudul

Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching And Learning Terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Smp Pada Materi Garis Dan

Sudut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat simpulan bahwa

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan CTL lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional di kelas VII SMP Negeri 13 Padang.

Penelitian oleh Wirdaningsih, S., Arnawa, I.M., dan Anhar, A. (2017:279)

yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Pendekatan

Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas Xi. Dalam penelitian ini disebutkan

bahwa pendekatan CTL bertujuan agar belajar tidak hanya sekedar menghafal

rumus tetapi perlu adanya kegiatan pemahaman dengan aktivitas yang dilakukan

sendiri oleh peserta didik yang mengaitkan materi dengan permasalahan dalam

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

55

kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami

materi pelajaran.

Penelitian oleh Norhayati, Hasanuddin, dan Hartono (2018:20) yang

berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and

Learning untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Madrasah Tsanawiyah. Dalam penelitian ini menyebutkan bahwa dalam

menyikapi permasalahan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa, maka diperlukan suatu alternatif pendekatan pembelajaran yang tidak

hanya terpusat pada guru saja tetapi melibatkan siswa agar aktif disetiap

pembelajarannya. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat

digunakan adalah CTL.

Penelitian oleh Rahmawati, T.D., Wahyuningsih, Getan, M.A.D.

(2019:85) yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Dalam penelitian ini

menyebutkan kelebihan dari model pembelajaran CTL adalah lebih menekankan

siswa untuk terlibat langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri yang

telah mereka miliki serta menerapkannya dalam kehidupan nyata sehingga proses

pembelajaran berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang

merancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran merujuk pada kegiatan

penemuan, siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya

menjadi lebih baik.

Penelitian oleh Ratnasari, S.F., dan Saefudin, A.Z. (2018:119) yang

berjudul Efektivitas Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Ditinjau

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

56

Dari Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan pembelajaran CTL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kasihan, dan berdasarkan data N-gain

kemampuan komunikasi matematika, pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) lebih efektif dibandingkan pembelajaran langsung.

Penelitian oleh Bustami, Y., Syafruddin, D., dan Afriani, R. (2018:451)

yang berjudul The Implementation Of Contextual Learning To Enhance Biology

Students’ Critical Thinking Skills. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pembelajaran CTL lebih baik untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa dalam mata pelajaran biologi pada materi pembelajaran pencemaran

lingkungan.

Penelitian oleh Cholifah, N., Parmin, dan Dewi, N.R. (2016:1352) yang

berjudul Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Berbasis

Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Kognitif Dan Sikap Ilmiah. Dalam penelitian

ini menyebutkan bahwa Pendekatan CTL berbasis eksperimen ini dapat

membantu peserta didik untuk meningkatkan sikap ilmiah. Hal tersebut dapat

terjadi karena pada pendekatan CTL berbasis eksperimen ini mempunyai beberapa

keunggulan yaitu membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik, membangkitkan

sikap ilmiah peserta didik, membuat pelajaran bersifat aktual, membina kebiasaan

belajar kelompok maupun individu.

Penelitian oleh Dewi, A.R.C.D., Sarwi dan Yulianto, A. (2015:8) yang

berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Teknologi

Multimedia Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Pengembangan Karakter

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

57

Siswa SMA Kelas XI. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan teknologi

multimedia efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan pengembangan

karakter siswa.

Penelitian oleh Mu’min, A.N., Sarwi dan Akhlis, I. (2015:68) yang

berjudul Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Simulasi

Virtual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Minat Belajar. Penerapan

model pendekatan kontekstual berbantuan media simulasi virtual efektif

meningkatkan pemahaman konsep siswa pokok bahasan gerak melingkar

beraturan.

Penelitian oleh Elpri D. P., Dewi L. S., dan Linuwih, S. (2015:122) yang

berjudul Perbedaan Jenis Pembelajaran Model CTL dan Discovery Learning

Ditinjau Dari Motivasi Belajar IPS. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran melalui model CTL dan

ekspositori, Model pembelajaran CTL lebih baik dari model pembelajaran

discovery learning dan ekspositori ditinjau dari motivasi belajar siswa.

Penelitian oleh Agustiya, F., Sunarso, A., dan Haryani, S. (2017:118)

yang berjudul Influence of CTL Model by Using Monopoly Game Media to The

Students’ Motivation and Science Learning Outcomes. Hasil analisis regresi linier

berganda menunjukkan bahwa model CTL melalui media monopoli memberikan

pengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas IV dan hasil belajar IPA di

sekolah dasar.

Penelitian oleh Fitria, M., Sumarni, W., dan Wusqo, U. (2016:1299) yang

berjudul Pengaruh Pendekatan CTL Berbasis Sets Terhadap Pemahaman Konsep

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

58

Dan Karakter Siswa. Dalam penelitian ini menyebutkan pendekatan CTL dapat

menjadikan pembelajaran lebih bermakna (meaningful learning) karena siswa

mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam

kehidupannya sehari- hari.

Penelitian oleh Prabowo, Y., Susanto, H., dan Hindarto, N. (2017:17) yang

berjudul Implementasi Contextual Teaching And Learning (Ctl) Terintegrasi

Karakter Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Pada pembelajaran CTL melibatkan peran aktif siswa dan konteks

pembelajarannya dikaitkan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa mengalami

kebermaknaan dalam suatu proses belajar.

Penelitian oleh Wangi, S.R., Winarti, E.R., dan Kharis, M. (2016:2) yang

berjudul Penerapan Model Pembelajaran CTL Dengan Strategi React Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kedisiplinan Siswa Pada Materi Geometri.

Pembelajaran kontekstual dapat digunakan oleh semua siswa, baik siswa yang

berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Model

CTL dengan strategi REACT ini dapat digunakan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa karena dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif mencari

informasi dari konsep yang sedang dipelajari dan bekerja sama dengan siswa lain.

Selain itu, siswa belajar dengan cara mengaitkan konsep yang dipelajari dengan

pengetahuan yang telah dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian oleh Anggraeni, T., Sugiyo dan Kustiono (2017:255) yang

berjudul The Difference of Ability to Ask, Scientific Attitude, Motivation Before

and After Following Contextual Teaching and Learning Model. Dalam penelitian

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

59

ini menyebutkan bahwa sikap ilmiah siswa menjadi lebih optimal ketika KBM

dengan model pembelajaran CTL. Begitu juga dengan motivasi siswa yang

menjadi lebih baik dari sebelumnya dan masuk dalam kategori tinggi setelah

dirawat oleh model pembelajaran CTL.

Penelitian oleh Roziyah, I.F., dan Haryani, S. (2017:1828) yang berjudul

Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Melalui Contextual Teaching Learning

Berbantuan Study Card. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa melalui

pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan study card dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Kudus.

Penelitian oleh Setiawan, P., dan Sudana, I.D.N. (2019:245) yang

berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat

meningkatakan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SDN 4 Kaliuntu.

Penelitian oleh Santoso, E. (2017:17) yang berjudul Penggunaan Model

Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

Matematika Siswa Sekolah Dasar. Sebagian peserta didik menganggap pelajaran

matematika itu pelajaran yang sulit. Model pembelajaran yang dirasa tepat untuk

meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kontekstual.

Penelitian oleh Artikasari, E.A., dan Saefudin, A.A. (2017:77) yang

berjudul Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran dengan

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

60

kontekstual akan menekankan siswa pada kemampuan berpikir tingkat lebih

tinggi, menggunakan banyak pengetahuan, pengumpulan data dan penganalisisan

informasi yang telah didapat dari berbagai sumber dan sudut pandang.

Penelitian oleh Sari, D.A., Rahayu, C. dan Widyaningrum, I. (2018:110)

yang berjudul Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Contextual

Teaching and Learning (CTL) Pada Materi Kubus Dengan Konteks Tahu di Kelas

VIII. Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Hal itu, mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran efektif, yaitu: kontruktivisme, bertanya,

menemukan, komunitas belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

Penelitian oleh Indriani, R. (2017:261) yang berjudul Aktivitas Guru Dan

Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Contextual Teaching And

Learning (CTL) Di Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan

bahwa Cotextual Teaching and Learning yang diterapkan dalam penelitian ini

dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru dan siswa merespon secara positif

setiap aktivitas dalam pembelajaran.

Penelitian oleh Panjaitan, D.J. (2018:58) yang berjudul Peningkatan

Pemahaman dan Aplikasi Konsep Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan

bahwa presentase ketuntasan belajar pada siklus II tergolong tinggi, sehingga

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

61

upaya peningkatan pemahaman dan aplikasi konsep bangun ruang sisi datar

dengan pendekatan kontekstual (CTL) melalui learning Cycle berhasil.

Penelitian oleh Bahri, S. (2017:57) yang berjudul Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Tipe Inquiry

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Berdasarkan hasil pembahasan, analisa

data dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

signifikan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran SKI.

Penelitian oleh Sutrisno, P. (2018:21) yang berjudul Meningkatkan

Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang Kubus Dan Balok Melalui

Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan Dalam Pembelajaran Matematika.

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa menyukai pelajaran

matematika khususnya pada penggunaan alat peraga kubus satuan dalam

pemahaman konsep volume bangun ruang kubus dan balok. Penggunaan kubus

satuan sangat membentuk dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Pemahaman siswa tentang konsep volume bangun ruang kubus dan

balok sangat terbantu dengan penggunaan alat peraga kubus satuan.

Penelitian oleh Wulan, S. (2019:21) yang berjudul Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Stad Dengan Media Kubus Satuan Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

telah disajikan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media kubus satuan dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas V SDN Kingking I Tuban.

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

62

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2015: 60) kerangka berpikir merupakan sintesa tentang

hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Berdasarkan data hasil belajar siswa dan wawancara dengan guru

diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika .

Siswa kesulitan dalam memahami materi yang sebagian besar adalah pemahaman

konsep. Selain itu, belum diterapkannya model pembelajaran yang inovatif , guru

menggunakan model direct instruction untuk pembelajaran di kelas V SDN

Gugus Raden Saleh. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran juga masih

kurang. Hal itu menyebabkan pembelajaran berlangsung monoton dan keaktifan

siswa menjadi berkurang. Hal itu berdampak pada hasil belajar siswa menjadi

rendah, dari 104 siswa sebanyak 82 siswa (78%) mendapat nilai dibawah KKM

dan 23 siswa (22%) sudah mencapai KKM dan didukung dengan tes diagnostik

dari 97 ada 66 siswa yang nilainya masih di bawah KKM (68%).

Berpijak pada permasalahan tersebut, inovasi dalam suatu proses

pembelajaran sangat diperlukan. Guru perlu menggunakan model-model

pembelajaran yang inovatif, sehingga peserta didik merasa tertarik dalam poses

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan untuk

mengatasi permasalahan tersebut yaitu model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning. Model ini tepat karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antar materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penggunaan alat peraga kubus

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

63

satuan juga dapat memperagakan materi pelajaran yang bersifat abstrak seperti

materi volume kubus dan balok.

Dalam penelitian ini kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan

model Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan

dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran dengan model direct

instruction. Kedua kelompok tersebut dibandingkan untuk mengetahui model

pembelajaran yang efekif diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya

hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh. Adapun gambaran kerangka

berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

64

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir Penelitian Eksperimen

Pembelajaran yang kurang inovatif dan

kurangnya penggunaan alat peraga

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Test Awal (Pretest) Test Awal (Pretest)

Model Pembelajaran

Contextual Teaching and

Learning Berbantuan Kubus

Satuan

Model Pembelajaran Direct

Instruction dengan media

gambar

Test Akhir (Posttest) Test Akhir (Posttest)

Hasil Belajar

Kelas Eskperimen

Hasil Belajar

Kelas Kontrol

KKM KKM

Rata-rata Hasil Belajar

Eksperimen : Kontrol

Rata-rata Hasil Belajar

Eksperimen > Kontrol

N-Gain

Keefektifan Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning Berbantuan Alat Peraga Kubus Satuan Terhadap

Hasil Belajar Matematika

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

65

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka perpikir, maka dapat diperoleh

hipotesis bahwa :

1. Hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) berbantuan kubus satuan dapat mencapai KKM.

2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN Gugus Raden

Saleh menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbantuan kubus satuan lebih dari kelas kontrol.

3. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan

kubus satuan lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh.

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

66

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2015: 107). Penelitian eksperimen

terdapat kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

adalah kelas yang diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelas

yang tidak diberikan perlakuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas

salah satu model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Model yang dimaksud

yaitu model Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan alat peraga

kubus satuan pada kelompok eksperimen, dan model Direct Instruction dengan

gambar pada kelompok kontrol.

3.1.1 Desain Ekseperimen

Desain penelitian yang digunakan adalah desaian eksperimen semu (Quasi

Experimental Design). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2015:112). Desain eksperimen semu ini

digunakan karena peneliti tidak dapat mengontrol secara ketat semua variabel

yang dapat mempengaruhi penelitian.

Page 83: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

67

Bentuk penelitian eksperimen semu yang digunakan adalah nonequivalent

control group design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control

group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2015: 112). Bentuk paradigma

nonequivalent control group design sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol

Gambar 3.1 Desain Nonequivalent Control Group Design.

(Sugiyono, 2015: 112)

Keterangan:

O1 : Hasil pretest kelas eksperimen

O3 : Hasil pretest kelas kontrol

X : Treatment/ perlakuan berupa penerapan model CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan

O2 : Hasil posttest kelas eksperimen

O4 : Hasil posstest kelas kontrol

Nonequivalent control group design ini melibatkan dua kelas yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok O1 (kelas eksperimen) diberi perlakuan

(X) yaitu pembelajaran menggunakan model CTL berbantuan alat peraga kubus

satuan sedangkan kelompok O3 (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan, yaitu

menggunakan model Direct Instruction berbatuan gambar. Kedua kelas diberi

pretest untuk mengetahui keadaan awal dari kedua kelompok tersebut. Kelas

O1 X O2

O3 - O4

Page 84: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

68

eksperimen dan kelas kontrol yang memenuhi syarat akan dijadikan sebagai

subjek penelitian jika hasil pretest tidak berbeda secara signifikan (O1 = O3).

Kedua kelas tersebut kemudian diberikan perlakuan yang berbeda. Kemudian

dilaksanakan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil

dari posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk

mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa kelas V yang menggunakan

model pembelajaran CTL berbantuan alat peraga kubus satuan lebih tinggi

daripada hasil belajar matematika siswa kelas V di kelas kontrol.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Gugus Raden Saleh Kecamatan Limbangan

Kota Semarang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam pelajaran matematika atau disesuaikan

dengan situasi dan kondisi tempat penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 61). Populasi

penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh Kota

Semarang tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari SDN Pagertoya dengan

Page 85: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

69

jumlah 15 siswa, SDN Tambahsari dengan jumlah 23 siswa, SDN 3 Limbangan

dengan jumlah 27 siswa, SDN 2 Limbangan dengan jumlah 17 siswa dan SDN 1

Limbangan dengan jumlah 22 siswa. Jumlah keseluruhan siswa kelas V di SDN

Gugus Raden Saleh adalah 104 siswa.

Tabel 3.1 Data Populasi

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

1. SDN Pagertoya 15

2. SDN Tambahsari 23

3. SDN 3 Limbangan 27

4. SDN 2 Limbangan 17

5. SDN 1 Limbangan 22

Jumlah 104

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2015: 62). Pemilihan teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah probability sampling. Probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2015: 63).

Pengambilan sampel menggunakan jenis sampling daerah (cluster sampling/area

sampling). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan

diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 2015: 65). Berdasarkan hasil uji

normalitas dengan menggunakan nilai PAS kelas V semester 1 menunjukkan

semua kelas berdistribusi normal. Kenudian , uji homogenitas dilakukan pada 5

Page 86: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

70

SDN Gugus Raden Saleh menunjukkan bahwa semua kelas homogen. Selain

dengan menggunakan nilai PAS kelas V semester I juga dilihat dari kualitas guru

bahwa guru kelas V di SDN Gugus Raden Saleh Semarang sudah bersertifikasi

dan sarana prasarana yang digunakan sudah cukup memadai, menunjukkan semua

kelas homogen. Selanjutnya, kelas-kelas dinyatakan homogen dipilih secara acak

untuk menentukan kelas eksperimen. Hasil penentuan kelas sampel adalah sebagai

berikut: SDN 1 Limbangan sebagai kelas eksperimen, SDN 2 Limbangan sebagai

kelas kontrol, SDN 3 Limbangan dan SDN Tambahsari sebagai kelas uji coba

instrumen.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2016:61) adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas (Variable Independen)

Menurut Sugiyono (2016:61), variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model

Contextual Teaching And Learning berbantuan alat peraga kubus satuan.

3.4.2 Variabel Terikat (Variable Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2016:61). Variabel terikat pada

Page 87: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

71

penelitian ini adalah hasil belajar matematika materi volume bangun ruang siswa

kelas V.

3.4.3 Variabel Kontrol

Sugiyono (2016:64) menyatakan bahwa variabel kontrol adalah variabel yang

dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen

terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel

kontrol pada penelitian ini adalah kemampuan awal siswa, materi pelajaran,

jumlah jam pelajaran dan kualifikasi guru meliputi pendidikan dan status

kepegawaian.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah pembatasan istilah atau pengertian yang digunakan

pada penelitian. Penelitian ini perlu diberikan definisi operasional variabel agar

tidak terjadi perbedaaan persepsi terhadap variabel yang digunakan. Variabel

dalam penelitian ini adalah model Contextual Teaching and Learning, alat peraga

kubus satuan dan hasil belajar.

3.5.1 Keefektifan

Efektif memiliki arti keberhasilan, berpengaruh. Pembelajaran efektif adalah

proses pembelajaran yang melibatkan siswa aktif, kreatif dan inovatif sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah kualitas/mutu pembelajaran yang dinyatakan sebagai tingkat

keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Indikator keefektifan pada

penelitian ini dilihat dari tingkat keberhasilan dalam menggunakan model

Page 88: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

72

Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap

hasil belajar siswa kelas V. Pembelajaran dikatakan efektif dapat ditunjukkan

adanya perbedaan pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa yang

menggunakan pendekatan pemecahan masalah dapat lebih baik daripada siswa

yang menggunakan pembelajaran konvensional (Susanto, 2016:54) Pembelajaran

dapat dinyatakan berhasil apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang

mengikuti proses belajar mengajar dapat mencapai taraf keberhasilan minimal

atau mencapai KKM (Djamarah 2010:108). Selain itu pembelajaran efektif juga

dapat dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas siswa pada

pembelajaran yang menggunakan model Contextual Teaching and Learning

berbantuan alat peraga kubus satuan.

3.5.2 Model Pembelajaran Contextuaal Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagain suatu konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata.

Model pembelajaran CTL dapat menekankan aktivitas berpikir siswa bukan hanya

dengan menghafal tetapi yang terpenting adalah siswa dapat memahami konsep dari

materi yang dipelajari dan mengaitkannya dengan situasi dunia nyata. Model ini

diterapkan pada kelas eksperimen.

3.5.3 Model Direct Instruction

Dalam model Direct Instruction, guru mengendalikan kegiatan belajar dimana

materi disampaikan langsung kepada siswa. Model ini diterapkan pada kelas

kontrol.

Page 89: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

73

3.5.4 Alat Peraga Kubus Satuan

Alat peraga adalah media yang memiliki ciri dan atau bentuk dari konsep materi

ajar yang dipergunakan untuk memperagakan materi tersebut sehingga materi

pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa. Kubus satuan merupakan media

yang digunakan dalam mengajarkan materi volume bangun ruang. Sehingga alat

peraga kubus satuan adalah alat untuk membantu pengajaran matematika dalam

memahamkan konsep seperti mengenalkan volume bangun ruang dan

menentukan volume bangun ruang.

3.5.5 Media Gambar

Gambar merupakan media grafis dua dimensi yang dibuat untuk memvisualkan

sesuatu. Gambar biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan

membantu guru dalam memvisualkan materi yang diajarkan supaya peserta didik

lebih mudah memahaminya. Media gambar dalam penelitian ini digunakan guru

untuk membantu dalam menyampaikan materi pelajaran dalam model pembelajaran

Langsung pada kelas kontrol.

3.5.6 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil interaksi tindak belajar mengajar yang didapatkan seusai

berakhirnya proses belajar.. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

mengenai materi volume bangun ruang kubus dan balok. Tingkat keberhasilan

siswa menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh melalui

kegiatan belajar termasuk kedalam hasil belajar. Untuk mengukur efektifnya

menggunakan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini berfokus

pada aspek kognitif atau pengetahuan karena aspek kognitif mudah untuk dihitung

dan terlihat jelas akan tetapi untuk aspek afektif dan psikomotor juga tetap

Page 90: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

74

diperhatikan. Untuk mengukur aspek afektif yaitu dengan penilaian dari guru

terkait kondisi siswa setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan video

pembelajaran, sedangkan untuk aspek psikomotor adalah dengan menilai hasil

LKPD siswa.

3.5.7 Matematika

Matematika secara teoretis merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

membantu meningkatkan kemampuan berpikir logis, berargumentasi, memberikan

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari hari, serta memberikan dukungan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini, materi

matematika yang digunakan adalah volume bangun ruang.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data oleh sebab itu teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dari penelitian

(Sugiyono, 2013: 308). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes

dan non tes.

3.6.1.1 Tes

Pengumpulan data melalui teknik tes dilakukan dengan memberikan instrumen tes

yang terdiri dari seperangkat pertanyaan/soal untuk memperoleh data mengenai

kemampuan siswa terutama pada aspek kognitif (Lestari & Yudhanegara

2017:232). Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa

pada pembelajaran matematika setelah menerapkan model pembelajaran

Page 91: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

75

Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan. Data

yang dihasilkan dari teknik tes adalah data pretest dan data posttest. Data pretest

diperoleh melalui tes yang dilaksanakan sebelum perlakuan diberikan. Data

pretest digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kemampuan awal siswa

sebelum penelitian dilakukan dan membandingkan kemampuan kedua kelas yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan data posttest diperoleh melalui tes

yang diselenggarakan setelah perlakuan diberikan pada akhir penelitian. Data

posttest digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai kemampuan

akhir/pencapaian kemampuan siswa pada materi volume bangun ruang kubus dan

balok yang kemudian dibandingkan antara data posttest kelas eksperimen dengan

kelas kontrol. Tes yang diberikan pada saat posttest sama dengan tes yang

diberikan pada saat pretest.

3.6.1.2 Non Tes

a. Wawancara

Menurut Sugiyono (2016:194), wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil. Kemudian menurut Lestari dan Yudhanegara

(2017:238), pengumpulan data melalui wawancara dilakukan dengan memberikan

serangkaian pertanyaan yang diajukan secara langsung oleh peneliti kepada

responden. Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara

tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

Page 92: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

76

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Namun hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara ini dilakukan untuk

mendapatkan informasi awal tentang keadaan dan permasalahan yang mendasar di

kelas V pada pembelajaran matematika. Wawancara ini dilakukan dengan

narasumber guru kelas V SDN Gugus Raden Saleh.

b. Dokumentasi

Menurut (Sugiyono, 2015: 329), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Sedangkan menurut (Arikunto 2013:274)

penggunaan metode dokumentasi identik dengan metode mengumpulkan suatu

informasi dari data yang dikumpulkan baik dari majalah, catatan, transkrip, surat

kabar, prasasti, notulen, agenda, dan lain sepertinya. Dalam penelitian ini, teknik

dokumentasi menggunakan data hasil belajar penilaian akhir semester I mata

pelajaran matematika kelas V SDN Gugus Raden Saleh, foto, rekaman, dan video

bukti dilaksanakannya penelitian serta sebagai penunjang kegiatan observasi

pembelajaran dikelas.

c. Observasi

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017:238), pengumpulan data melalui

observasi dilaksanakan dengan melakukan pengamatan di lapangan misalnya

pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran atau gejala lainnya

yang terjadi di lapangan. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah

mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Contextual

Page 93: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

77

Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan pada kelas

eksperimen berupa penilaian dari guru terkait video pembelajaran yang telah

dibuat dan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan media

gambar pada kelas kontrol.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:148) yang dimaksud dengan instrumen penelitian yaitu

alat ukur untuk mengukur variabel yang diamati atau diteliti. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur variabel tersebut sebaiknya harus teruji validitas dan

reabilitasnya. Menurut Sugiyono (2016:173) instrumen dikatakan valid ketika alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan instrumen dikatakan

reliabel ketika instrumen yang digunakan untuk mengukur obyek yang sama

selama berkali – kali dan menghasilkan data yang sama.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi berbagai perangkat pembelajaran

yang berupa penggalan silabus, RPP dan kelengkapannya yaitu bahan ajar, LKPD,

soal evaluasi, kisi – kisi soal tes hasil belajar, soal tes hasil belajar dan kunci

jawaban. Perangkat pembelajaran disusun sesuai dengan Kurikulum 2013 dimana

materi matematika yang digunakan adalah volume bangun ruang kubus dan balok

yaitu KD 3.5 Menjelaskan, dan menentukan volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti kubus satuan) serta hubungan pangkat tiga

dengan akar pangkat tiga dan KD 4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan volume bangun ruang dengan menggunakan satuan volume (seperti kubus

satuan) melibatkan pangkat tiga dan akar pangkat tiga. Kemudian untuk

Page 94: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

78

mengetahui tingkat kevalidan instrumen penelitian maka dilakukan konsultasi

dengan ahli dibidang matematika yaitu dosen pembimbing Ibu Trimurtini, S.Pd.,

M.Pd.

Instrumen penelitian yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian ini adalah

soal pretest dan posttest. Soal tes yang digunakan dalam penelitian adalah soal tes

hasil belajar materi volume bangun ruang kubus dan balok dengan bentuk soal

pilihan ganda. Sebelum dijadikan soal pretest dan postest maka soal terlebih

dahulu diuji cobakan pada kelas uji coba, yaitu siswa kelas V SDN 3 Limbangan

dan SDN Tambahsari. Uji coba soal ini dimaksudkan untuk menguji tingkat

kevalidan, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal, sehingga

diperoleh soal yang valid dan reliabel. Soal uji coba yang digunakan dalam

penelitian ini adalah soal tes objektif (pilihan ganda) berjumlah 30 soal dengan 4

opsi jawaban. Dari 30 soal uji coba yang dikerjakan oleh siswa, diperoleh 25 soal

yang lolos uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Maka

25 soal inilah yang selanjutnya dijadikan sebagai soal pretest dan soal posttest.

Setiap soal akan memiliki bobot yang sama, yaitu skor 1 untuk jawaban benar,

dan skor 0 untuk jawaban salah. Sehingga untuk menghitung nilai dari masing-

masing hasil pekerjaan siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai =

x 100

Keterangan:

B = Skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimal

Sumber: Poerwanti dkk (2008:63)

Page 95: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

79

3.6.2.1 Uji Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang yang terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian (Sugiyono,

2015:363). Sedangkan menurut Lestari dan Yudhanegara (2017:190), validitas

adalah tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus

diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi dan

validitas empiris. Validitas isi berkenaan dengan kesesuaian butir soal, indikator

yang diukur, kompetensi dasar materi yang diteliti, dan materi yang diteskan

mencakup keseluruhan materi yang diteliti. Validator isi pada penelitian ini adalah

Trimurtini, S.Pd., M.Pd. Sedangkan validitas empiris adalah validitas yang

diperoleh melalui observasi atau pengamatan yang bersifat empirik dan ditinjau

berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh melalui perhitungan (Lestari dan

Yudhanegara 2017:192). Suatu instrumen mempunyai validitas tinggi jika

koefisien korelasinya tinggi.

Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi

validitas instrumen adalah korelasi point biserial dengan rumus:

(Arikunto 2013b:326)

Keterangan :

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Page 96: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

80

Mp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes.

Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).

St = standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1 – p

Pengambilan keputusan uji validitas dilakukan menggunakan nilai korelasi

tabel (rtabel). Nilai korelasi tabel (rtabel) untuk N = 38 yaitu 0,32. Jika rhitung > 0,32

maka item soal dinyatakan valid, sedangkan jika rhitung < 0,32 maka item

dinyatakan tidak valid.

Rekap data penghitungan dengan menggunakan rumus point biserial

terhadap soal uji coba adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba

Nomor

soal rhitung Validitas Keterangan

1 0,42 Valid Digunakan

2 0,57 Valid Digunakan

3 0.60 Valid Digunakan

4 0.46 Valid Digunakan

5 0.40 Valid Digunakan

6 0.24 Tidak Valid Tidak Digunakan

7 0.49 Valid Digunakan

8 0.43 Valid Digunakan

9 0.23 Tidak Valid Tidak Digunakan

10 0.41 Valid Digunakan

11 0.46 Valid Digunakan

12 0.15 Tidak Valid Tidak Digunakan

13 0.44 Valid Digunakan

14 0.48 Valid Digunakan

15 0.51 Valid Digunakan

16 0.33 Valid Digunakan

17 0.46 Valid Digunakan

Page 97: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

81

18 0.33 Valid Digunakan

19 0.47 Valid Digunakan

20 0.28 Tidak Valid Tidak Digunakan

21 0.47 Valid Digunakan

22 0.50 Valid Digunakan

23 0.53 Valid Digunakan

24 0.55 Valid Digunakan

25 -0.08 Tidak Valid Tidak Digunakan

26 0.55 Valid Digunakan

27 0.47 Valid Digunakan

28 0.40 Valid Digunakan

29 0.37 Valid Digunakan

30 0.38 Valid Digunakan

Tabel 3.3 Rincian Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba

Kategori Valid Tidak Valid

Butir Soal 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27,2

8, 29,30

6, 9, 12, 20,

25

Jumlah 25 5

Persentase 83% 17%

Berdasarkan pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa sebanyak 83% soal

termasuk kategori valid dan 17% soal termasuk kategori tidak valid. Seluruh soal

yang dinyatakan valid sejumlah 25 item soal dan selanjutnya digunakan pada soal

pretest dan posttest.

3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017:206) reliabilitas suatu instrumen adalah

keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan pada subjek yang

sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang

berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (tidak berbeda

secara signifikan). Tinggi rendahnya derajat reliabilitas suatu instrumen

Page 98: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

82

ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau item

pernyataan/pertanyaan dalam instrumen tersebut yang dinotasikan dengan r.

Berikut ini tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen:

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik

0,70 ≤ r < 0,90 Tinggi Tepat/baik

0,40 ≤ r < 0,70 Sedang Cukup tepat/cukup baik

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tidak tepat/buruk

r < 0,20 Sangat rendah Sangat tidak tepat/sangat buruk

(Lestari dan Yudhanegara 2017:206)

Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus Kuder dan

Richarson ke-20 (KR-20) yaitu :

r11 = (

) (

)

(Arikunto 2013a:115)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes

p = proporsi siswa dengan jawaban benar

q = proporsi siswa dengan jawaban salah

∑pq = jumlah perkalian p dan q

n = banyaknya soal

s = standar deviasi dari tes

Page 99: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

83

Hasil perhitungan r11 dibandingkan rtabel product moment dengan dk = N-1, taraf

signifikasi 5%. Jika r11 > rtabel maka item soal tersebut dinyatakan reliabel. Hasil

tes uji reliabilitas soal uji coba disajikan berikut ini.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba

rhitung Kriteria Koefisien

Korelasi Reliabilitas

Kesimpulan

0,83 0,70 ≤ r ≤ 0,90 0,70 ≤ 0,83 ≤ 0,90

Reliabel Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh rhitung ≥ 0,70 dan rhitung ≤ 0,90. Jadi, item soal

uji coba dinyatakan reliabel dengan interprestasi baik.

3.6.2.3 Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah derajat kesukaran suatu butir soal. Soal tidak boleh

terlalu mudah juga tidak boleh terlalu sukar, karena soal tersebut tidak akan

mampu memebedakan siswa berdasarkan kemampuannya (Lestari dan

Yudhanegara, 2017:223). Sebuah item (soal) yang tergolong baik dan ideal adalah

soal yang tingkat kesukaraannya rata-rata, artinya tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar (Arikunto, 2013: 207). Menurut Zulhelmi (2006), soal yang baik

adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Perbandingan antara

soal mudah, sedang dan sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya 30 % soal kategori

mudah, 40 % kategori sedang, dan 30 % kategori sukar. Rumus yang digunakan

untuk menentukan indeks kesukaran yaitu sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

Page 100: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

84

B = banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar

JS = jumlah siswa peserta tes

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran

(Arikunto 2013a:225).

Hasil perhitungan uji taraf kesukaran diklasifikasikan sesuai indeks

kesukaran diatas sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal

Klasifikasi

Kesukaran

Mudah Sedang Sukar

Nomor Soal 1, 2,

3,6,7,8,9,14,15,1

7,18,21,24,29

4, 5,10,11,12,13,

16,19,20,22,23,25,26,28

,30

27

Jumlah Soal 14 15 1

Dari tabel 3.5 di atas terlihat hasil revisi tingkat kesukaran soal sehingga

persentase soal menjadi 14 soal (47%) kategori mudah, 15 soal (50%) kategori

sedang, dan 1 soal (3%) kategori sukar. Berdasarkan hasil tersebut belum sesuai

dengan kriteria soal yang baik, dimana perbandingan antara soal mudah, sedang

dan sukar bisa dibuat 3-4-3, artinya 30 % soal kategori mudah, 40 % kategori

sedang, dan 30 % kategori sukar. Untuk soal ujicoba tersebut diberikan kepada

kelas di atasnya, yaitu kelas VI SD sehingga hasilnya masuk kriteria mudah dan

sedang, dikarenakan kelas tersebut sudah pernah mendapatkan materi tersebut

sebelumnya. Peneliti menyadari bahwa soal untuk instrumen penelitian belum

Interval Kriteria

0,00 ˂ P ≤ 0,30 Sukar

0,31 ˂ P ≤ 0,70 Sedang

0,71 ˂ P ≤ 1,00 Mudah

Page 101: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

85

sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan merupakan kekurangan dalam

penelitian ini.

3.6.2.4 Uji Daya Pembeda

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017:217), daya pembeda dari sebuah butir

soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai

kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dengan siswa berkemampuan rendah.

Adapun kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8 Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen

Nilai Interpretasi Daya Pembeda

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

DP ≤ 0,00 Sangat buruk

(Lestari dan Yudhanegara, 2017:217)

Pada penelitian ini untuk menentukan indeks daya pembeda menggunakan

rumus sebagai berikut

Keterangan :

DP = indeks daya pembeda butir soal

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas mejawab soal benar

BB = banyaknya kelompok bawah mejawab soal benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

D = 𝐵𝐴

𝐽𝐴 - 𝐵𝐵

𝐽𝐵 = PA - PB

Page 102: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

86

PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Hasil perhitungan uji daya pembeda pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda

Klasifikasi

Daya

Pembeda

Baik Cukup Jelek Jelek

Sekali

Nomor Soal 10,13,14,15,19,22

,24,26,30

1,2,3,4,5,7,8,11,16,1

7,18,21,23,27,28,29

6,9,12,20 25

Jumlah Soal 9 16 4 1

Berdasarkan analisis penghitungan diatas menunjukkan bahwa dari 30 soal

sebanyak 9 soal (30%) termasuk kategori baik, 16 soal (53%) termasuk kategori

cukup, 4 soal (13%) termasuk kategori jelek dan 1 soal (3%) termasuk kategori

sangat jelek. Sedangkan dari 25 soal valid sebanyak 9 soal (36%) termasuk

kategori baik, 16 soal (64%) termasuk kategori cukup.

Setelah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda, terpilih 25 soal yang dijadikan instrumen penelitian dalam bentuk soal

pretest dan posttest. Soal yang dipilih merupakan soal yang valid, reliabel, sesuai

dengan tingkat kesukaran dan kategori daya pembeda yang diharapkan.

Table 3.10 Instrumen Soal Penelitian

Keterangan Nomor Soal

Nomor soal yang dipilih

untuk instrument penelitian

1,2,3,4,5,7,8, 10,11, 13,14,15,16,17,18, 19,21,

22,23, 24, 26,27,28,29, 30

Klasifikasi taraf kesukaran Mudah Sedang Sukar

Jumlah soal 12 12 1

Klasifikasi daya beda Baik Cukup

Jumlah soal 9 16

Page 103: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

87

3.7 Uji Persyaratan

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dapat dihitung dengan menggunakan uji

Lilliefors.

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Langkah-langkah pengujian normalitas menggunakan Lilliefors adalah:

a. Pengamatan x1, x2, .. , xn dijadikan bilangan baku z1, z2, .. , zn dengan

menggunakan rumus :

Keterangan:

= rata-rata

s = simpangan baku sampel

Page 104: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

88

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, .. , zn yang kurang dari atau sama

dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(zi) =

d. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Harga terbesar ini disebut L0 (Sudjana 2005:466).

5. Hasil dibandingkan kriteria

Hasil perhitungan uji normalitas data populasi menggunakan uji Lilliefors

diperoleh Lhitung dan Ltabel lalu dibandingkan dengan kriteria pengujian.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan apakah H0 diterima atau

ditolak sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal atau tidak

berdistribusi normal.

3.7.2 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok-

kelompok yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai

varians homogen. Uji homogenitas sampel didasarkan atas asumsi apabila varians

yang dimiliki sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel

tersebut dikatakan homogen. Data yang digunakan adalah data nilai penilaian

akhir semester I mata pelajaran matematika kelas V. Uji homogenitas penelitian

ini menggunakan uji Bartlett karena k ≥2.

Page 105: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

89

1) Hipotesis yang diajukan

H0 : 𝜎12 = 𝜎2

2 = … = 𝜎𝑘

2

Ha : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

2) Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3) Kriteria pengujian

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika 2hitung ≤ 2

(1-α) (k-1), dengan 2(1-α)

(k-1) diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk =

(k-1).

4) Perhitungan rumus

Langkah-langkah pengujian menggunakan uji Bartlett sebagai berikut.

a) Menghitung varians dari masing-masing kelas, dengan rumus:

2 =

b) Menghitung varians gabungan dari semua kelas, dengan rumus:

2 =

c) Menghitung harga satuan B dengan rumus:

d) Menghitung nilai statistik chi kuadrat ( 2) dengan rumus:

Keterangan:

𝑖2 = variansi masing-masing kelompok

2 = variansi gabungan

𝐵 = (log 𝑠2) Σ(𝑛𝑖−1)

Χ2=(𝑙𝑛10){𝐵−Σ(𝑛𝑖−1)log 𝑠𝑖

2}

Page 106: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

90

B = koefisien Bartlett

𝑛𝑖 = jumlah siswa dalam kelas

5) Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data populasi menggunakan uji

Bartlett diperoleh 2hitung dan 2

tabel (α=0,05) lalu dibandingkan dengan

kriteria pengujian.

6) Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan apakah H0 diterima atau H0

ditolak sehingga dapat disimpulkan data homogen atau tidak homogen.

(Sudjana 2005: 261-264)

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Teknik Analisis Data Awal

Menurut Sugiyono (2016:207), analisis data merupakan kegiatan

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel

yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan

melakukan perhitungan untuk mengajukan hipotesis yang telah diajukan. Analisis

data dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain

terkumpul. Data awal yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai pretest baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun analisis data awal yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 107: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

91

3.8.1.1 Uji Normalitas Pretest

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dapat dihitung dengan menggunakan uji

Lilliefors.

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Langkah-langkah pengujian normalitas menggunakan Lilliefors adalah:

a. Pengamatan x1, x2, .. , xn dijadikan bilangan baku z1, z2, .. , zn dengan

menggunakan rumus :

Keterangan:

= rata-rata

s = simpangan baku sampel

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi)

Page 108: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

92

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, .. , zn yang kurang dari atau sama

dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(zi) =

d. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Harga terbesar ini disebut L0 (Sudjana 2005:466).

5. Hasil dibandingkan kriteria

Hasil perhitungan uji normalitas data populasi menggunakan uji Lilliefors

diperoleh Lhitung dan Ltabel lalu dibandingkan dengan kriteria pengujian.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan apakah H0 diterima atau

ditolak sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal atau tidak

berdistribusi normal.

3.8.1.2 Uji Homogenitas Pretest

Uji Homogenitas data dilaksanakan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai

varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji F

karena digunakan untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

Pengujian homogenitas varians data menggunakan uji F melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

Page 109: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

93

2. Menentukan nilai uji Statistik

Fhitung =

Varians =

3. Menentukan nilai kritis

Ftabel=F(α)(dk1)(dk2)

Keterangan :

dk1= derajat kebebasan varians terbesar, dk1=n1-1

dk2= derajat kebebasan varians terkecil, dk2=n2-1

α = 5%.

4. Menentukan kriteria pengujian hipotesis

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

5. Memberikan kesimpulan

(Lestari & Yudhanegara, 2017:249-250)

3.8.2 Teknik Analisis Data Akhir

Data akhir penelitian ini adalah nilai posttest kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Adapun Analisis data akhir yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.8.2.1 Uji Normalitas Posttest

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dapat dihitung dengan menggunakan uji

Lilliefors.

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

Page 110: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

94

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Langkah-langkah pengujian normalitas menggunakan Lilliefors adalah:

a. Pengamatan x1, x2, .. , xn dijadikan bilangan baku z1, z2, .. , zn dengan

menggunakan rumus :

Keterangan:

= rata-rata

s = simpangan baku sampel

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, .. , zn yang kurang dari atau sama

dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(zi) =

d. Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Harga terbesar ini disebut L0 (Sudjana 2005:466).

Page 111: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

95

5. Hasil dibandingkan kriteria

Hasil perhitungan uji normalitas data populasi menggunakan uji Lilliefors

diperoleh Lhitung dan Ltabel lalu dibandingkan dengan kriteria pengujian.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan apakah H0 diterima atau

ditolak sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal atau tidak

berdistribusi normal.

3.8.2.2 Uji Homogenitas Posttest

Uji Homogenitas data dilaksanakan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai

varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji F

karena digunakan untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel yaitu kelas

kontrol dan kelas eksperimen.

Pengujian homogenitas varians data menggunakan uji F melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Merumuskan hipotesis

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

2) Menentukan nilai uji Statistik

Fhitung =

Varians =

3) Menentukan nilai kritis

Ftabel=F(α)(dk1)(dk2)

Keterangan :

Page 112: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

96

dk1= derajat kebebasan varians terbesar, dk1=n1-1

dk2= derajat kebebasan varians terkecil, dk2=n2-1

α = 5%.

4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

5) Memberikan kesimpulan

(Lestari & Yudhanegara, 2017:249-250)

3.8.2.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk menguji keefektifan model Contextual Teaching

and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan. Adapun uji hipotesis yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Ketuntasan Belajar

Untuk menguji ketuntasan hasil belajar penelitian ini menggunakan uji Z (uji

proporsi). Menurut Lestari dan Yudhanegara (2017:254), uji z digunakan untuk

menguji penelitian yang melibatkan satu perlakuan atau pengukuran yang

menggunakan persentase. Menurut Depdiknas 2014, pembelajaran dikatakan

tuntas apabila telah mencapai angka 75 % (dalam Susanto, 2016:54). Penelitian

ini menggunakan uji z pihak kiri dengan proporsi 75% untuk menjawab hipotesis

1 yaitu apakah dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

berbantuan alat peraga kubus satuan dapat mencapai KKM. Adapun langkah-

langkah uji Z adalah sebagai berikut :

Page 113: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

97

1) Merumuskan hipotesis

H0 : P0 75%

H1 : P0 < 75%

2) Menentukan nilai uji statistik

Keterangan :

= banyaknya siswa yang tuntas belajar

p = proporsi yang diharapkan yaitu 75% atau 0,75

𝑛 = banyak siswa

3) Menentukan nilai kritis

Karena pengujian pihak kiri maka Ztabel = - Ztabel

4) Menentukan kriteria pengujian hipotesis

Jika Zhitung < - Ztabel maka H0 ditolak

Jika Zhitung - Ztabel maka H0 diterima

(Lestari dan Yudhanegara, 2017:255-256)

b. Uji Perbedaan Rata-rata

Pada penelitian ini digunakan Uji T (T-Test) untuk membandingkan rata-rata hasil

belajar (posttest) kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji T (T-test) ini untuk

menjawab hipotesis 2 yaitu apakah rata-rata hasil belajar dengan menggunakan

model Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan

lebih dari rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Direct

𝑥

𝑛 𝑝

√𝑝 1 𝑝 𝑛

Z =

Ztabel = Z(0,5– α)

Page 114: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

98

Instruction dengan media gambar. Adapun langkah-langkah untuk Uji T (T-test)

adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis yang diajukan

H0 = Rata-rata hasil belajar menggunakan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan kurang dari atau sama

dengan rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Direct

Instruction dengan media gambar pada siswa kelas V SDN di Gugus

Raden Saleh Semarang. ( )

H1 = Rata-rata hasil belajar menggunakan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil

belajar dengan menggunakan model Direct Instruction dengan media

gambar pada siswa kelas V SDN di Gugus Raden Saleh Semarang.

(

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujian untuk 𝜎 𝜎 adalah terima H0 jika t ˂ t1-α dan tolak H0

jika t mempunyai harga-harga lain.

4. Perhitungan rumus

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah

statistik uji T dua pihak. Berikut adalah rumusnya :

a. Jika 𝜎 𝜎 maka rumus yang digunakan sebagai berikut:

Page 115: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

99

√1𝑛

1𝑛

dengan

(Sudjana 2005:239).

Keterangan:

= rata-rata nilai posttest kelas ekperimen

= rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= varians total

= varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

𝑛 = banyaknya anggota kelas eksperimen

𝑛 = banyaknya anggota kelas kontrol

b. Jika 𝜎 𝜎 rumus yang digunakan adalah:

√(

𝑛 ) (

𝑛 )

(Sudjana 2005:241)

Keterangan:

= rata-rata nilai posttest kelas ekperimen

= rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

𝑛 = banyaknya anggota kelas eksperimen

Page 116: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

100

𝑛 = banyaknya anggota kelas kontrol

dk = 𝑛 1 dan dk = 𝑛 1

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung dan ttabel kemudian

dibandingkan dengan kriteria pengujian. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan

H1 diterima. Sebaliknya jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan apakah H0 diterima atau H0

ditolak. Kemudian disimpulkan apakah rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen lebih dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol.

c. Uji Peningkatan Rata-rata

Menurut Lestari & Yudhanegara (2017:235), data N-Gain atau gain ternormalisasi

diperoleh dari perbandingan selisih skor tes awal dan tes akhir dengan selisih SMI

dan tes awal. Perhitungan nilai rata-rata N-Gain dilakukan untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini uji N-Gain digunakan untuk

menjawab hipotesis 3 yaitu apakah model Contextual Teaching and Learning

berbantuan alat peraga kubus satuan lebih efektif dibandingkan model

pembelajaran Direct Instruction dengan media gambar. Nilai N-Gain digunakan

dengan menggunakan rumus berikut ini :

N-Gain =

(Lestari dan Yudhanegara 2017:235)

Nilai N-gain akan berkisar antara 0 dan 1, siswa yang mendapatkan skor

yang sama pada saat pretest dan postest akan mendapatkan nilai N-gain 0,

Page 117: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

101

sedangkan siswa yang mendapatkan skor 0 pada saat pretes dan mencapai skor

maksimum ideal (SMI) pada saat postes akan mendapatkan nilai N-gain sebesar 1.

Tinggi rendahnya nilai N-Gain ditentukan berdasarkan kriteria yang ada pada

tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.11 Kriteria N-gain

Nilai N-Gain Kriteria

N – gain ≥ 0,70 Tinggi

0,30 < N –gain < 0,70 Sedang

N – gain ≤ 0,30 Rendah

(Lestari dan Yudhanegara 2017:235)

Page 118: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

102

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Analisis data hasil penelitian tentang keefektifan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap hasil belajar matematika

kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang adalah sebagai berikut:

4.1.1 Analisis Data Prapenelitian

Data prapenelitian diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data tersebut

berupa data hasil belajar penilaian akhir semester ganjil matematika. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh

dengan jumlah 104 siswa. Adapun rincian jumlah tersebut adalah sebagai berikut.

Table 4.1 Data Populasi

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

1. SDN Pagertoya 15

2. SDN Tambahsari 23

3. SDN 3 Limbangan 27

4. SDN 2 Limbangan 17

5. SDN 1 Limbangan 22

Jumlah 104

Data hasil belajar penilaian akhir semester ganjil mata pelajaran

matematika kelas V terlampir pada lampiran 1. Dari data tersebut dianalisis

Page 119: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

103

menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan sampel

penelitian secara cluster random sampling.

4.1.1.1 Uji Normalitas Data Populasi

Data populasi diperoleh dari hasil belajar penilaian akhir semester ganjil mata

pelajaran matematika siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh. Uji normalitas data

pra penelitan dilakukan sebagai uji prasyarat untuk menentukan sampel penelitian.

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui data populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Liliefors.

Berikut adalah hasil uji normalitas data populasi tersebut:

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Adapun hasil perhitungan rumus uji normalitas Liliefors data populasi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 120: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

104

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rumus Uji Normalitas Liliefors

No Nama Sekolah N L hitung L tabel Kesimpulan Keterangan

1 SDN Pagertoya 15 0,200 0,220 H0 diterima Berdistribusi normal

2 SDN Tambahsari 23 0,179 0,190 H0 diterima Berdistribusi normal

3 SDN 3 Limbangan 27 0,153 0,161 H0 diterima Berdistribusi normal

4 SDN 2 Limbangan 17 0,193 0,206 H0 diterima Berdistribusi normal

5 SDN 1 Limbangan 22 0,174 0,190 H0 diterima Berdistribusi normal

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan rumus uji normalitas data populasi pada tabel

4.2 menggunakan uji Lilliefors diperoleh Lhitung pada 5 SDN Gugus Raden

Saleh kurang dari nilai Ltabel (Lhitung ˂ Ltabel).

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data nilai 5 SDN Gugus Raden

Saleh dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya data awal

nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh semua berdistribusi

normal.

4.1.1.2 Uji Homogenitas Data Populasi

Data yang digunakan adalah data hasil belajar penilaian akhir semester

ganjil mata pelajatan matematika kelas V yang berdistribusi normal. Uji

homogenitas penelitian ini menggunakan uji Bartlett. Berikut adalah hasil dari

perhitungan uji homogenitas data populasi:

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : 𝜎12 = 𝜎2

2 = … = 𝜎𝑘

2

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku.

Page 121: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

105

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika 2hitung ≤ 2

(1-α) (k-1), dengan 2(1α)(k-

1) diperoleh dari daftar distribusi chi kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk =

(k-1)

4. Perhitungan rumus

Berikut ini adalah hasil perhitungan rumus uji homogenitas data populasi:

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Populasi

No Sekolah Varian N 2hitung 2

tabel Keterangan

1 SDN Pagertoya 68,25714 15 4,78423 9,487729

HOMOGEN

2 SDN Tambahsari 44,58498 23

3 SDN 3 Limbangan 68,87464 27

4 SDN 2 Limbangan 61,62500 17

5 SDN 1 Limbangan 59,64719 22

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data populasi yang

berdistribusi normal yaitu SDN Gugus Raden Saleh menggunakan uji Bartlett

diperoleh 2hitung = 4,78423 dan 2

tabel= 9,487729 dengan taraf signifikansi

α=0,05. Maka nilai 2hitung˂

2tabel.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan H0 diterima artinya bahwa

data populasi yang berdistribusi diatas memiliki varian yang sama sehingga

dikatakan data homogen.

Page 122: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

106

Hasil uji normalitas dan uji homogenitas hasil belajar penilaian akhir

semester ganjil mata pelajatan matematika kelas V digunakan untuk menentukan

sampel penelitian. Sampel tersebut adalah siswa kelas V SDN 1 Limbangan

sebagai kelas eksperimen, SDN 2 Limbangan sebagai kelas kontrol, SDN 3

Limbangan dan SDN Tambahsari sebagai kelas uji coba instrumen.

4.1.2 Analisis Data Awal

Data awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pretest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pretest kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal

20 April 2020 sedangkan pretest kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 24

Februari 2020. Analisis data awal yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

normalitas dan uji homogenitas. Hasil pretest diperoleh dari nilai tes objektif

yang berupa soal pilihan ganda sejumlah 25 butir soal yang telah diujikan di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Data hasil pretest dari kelas eksperimen dan

kelas kontrol adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

Eksperimen 68 28 47,3

Kontrol 68 32 46,4

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest pada

kelas eksperimen adalah 47,3 dan kelas kontrol yaitu 46,4. Pada kelas eksperimen

memiliki nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 28. Sedangkan pada kelas kontrol,

nilai tertinggi adalah 68 dan nilai terendah 32.

Page 123: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

107

4.1.2.1 Uji Normalitas Nilai Pretest

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui nilai pretest berdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas nilai pretest pada penelitian ini menggunakan uji Liliefors.

Berikut ini adalah hasil perhitungan uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data nilai pretest berdistribusi normal

H1 : Data nilai pretest tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Adapun hasil perhitungan rumus uji normalitas Liliefors data nilai pretest

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest

No Kelas N L hitung L tabel Kesimpulan Keterangan

1 Kelas Eksperimen 22 0,162 0,173 H0 diterima Berdistribusi

normal

2 Kelas Kontrol 17 0,149 0,206 H0 diterima Berdistribusi

normal

5. Hasil dibandingkan kriteria

Page 124: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

108

Berdasarkan hasil perhitungan rumus uji normalitas data nilai pretest pada

tabel 4.5 menggunakan uji Lilliefors pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung =

0,162 kurang dari nilai Ltabel = 0,173 (Lhitung ˂ Ltabel). Dan pada kelas kontrol

diperoleh Lhitung = 0,149 kurang dari nilai Ltabel = 0,206 (Lhitung ˂ Ltabel).

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen

dan kelas kontrol menunjukkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal.

4.1.2.2 Uji Homegenitas Nilai Pretest

Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji F karena digunakan

untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Berikut adalah hasil pengujian homogenitas varians data

menggunakan uji F berdasarkan nilai pretest dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol:

1. Hipotesis yang diajukan

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

4. Perhitungan rumus

Fhitung =

Page 125: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

109

Varians =

Berikut hasil perhitungan uji F pada nilai pretest kelas eksperimen dan

kelas kontrol:

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Homogenitas Uji F Nilai Pretest

No Kelas Varian N Fhitung Ftabel Keterangan

1 Kelas Eksperimen 142,7186 22 1,077 2,264 HOMOGEN

2 Kelas Kontrol 132,471 17

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data nilai pretest

menggunakan Uji F diperoleh Fhitung = 1,077 dan Ftabel = 2,264 dengan taraf

signifikansi α = 0,05. Maka nilai Fhitung ˂ Ftabel sehingga H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga

data nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang

sama atau homogen.

4.1.3 Analisis Data Akhir

Data akhir penelitian ini terdiri dari nilai posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Posttest kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 25 April 2020

sedangkan posttest kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2020.

Analisis ini digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Sebelum analisis

data akhir, data nilai posttest diuji dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis 1 yaitu uji ketuntasan hasil

belajar, uji hipotesis 2 yaitu uji kesamaan rata-rata, dan uji hipotesis 3 yaitu uji

Page 126: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

110

peningkatan rata-rata. Adapun data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.7 Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

Kelas Eksperimen 96 68 86,0

Kelas Kontrol 92 64 75,1

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttest pada

kelas eksperimen yaitu 86,0 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 68.

Sedangkan rata-rata nilai posttest kelas kontrol yaitu 75,1 dengan nilai tertinggi 92

dan nilai terendah 64.

Sebelum analisis data akhir, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas

dan uji homogenitas nilai posttest sebagai berikut:

4.1.3.1 Uji Normalitas Nilai Posttest

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui nilai posttest berdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas nilai posttest pada penelitian ini menggunakan uji Liliefors.

Berikut ini adalah hasil perhitungan uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data nilai posttest berdistribusi normal

H1 : Data nilai posttest tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Page 127: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

111

Kriteria pengujiannya adalah data dikatakan normal jika Lhitung ˂ Ltabel (H0

diterima). Sebaliknya, data dikatakan tidak berdistribusi normal jika Lhitung >

Ltabel (H0 ditolak).

4. Perhitungan rumus

Adapun hasil perhitungan rumus uji normalitas Liliefors data nilai posttest

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest

No Kelas N L hitung L tabel Kesimpulan Keterangan

1 Kelas Eksperimen 22 0,140 0,173 H0 diterima Berdistribusi

normal

2 Kelas Kontrol 17 0.171 0,206 H0 diterima Berdistribusi

normal

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan rumus uji normalitas data nilai posttest pada

tabel 4.8 menggunakan uji Lilliefors pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung =

0,140 kurang dari nilai Ltabel = 0,173 (Lhitung ˂ Ltabel). Dan pada kelas kontrol

diperoleh Lhitung = 0,171 kurang dari nilai Ltabel = 0,206 (Lhitung ˂ Ltabel).

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data posttest kelas eksperimen

dan kelas kontrol menunjukkan H0 diterima artinya data berdistribusi normal.

4.1.3.2 Uji Homogenitas Nilai Posttest

Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji F karena digunakan

untuk menguji homogenitas varians dari dua sampel yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Berikut adalah hasil pengujian homogenitas varians data

Page 128: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

112

menggunakan uji F berdasarkan nilai posttest dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol:

1. Hipotesis yang diajukan

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

4. Perhitungan rumus

Fhitung =

Varians =

Berikut hasil perhitungan uji F pada nilai posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol:

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Homogenitas Uji F Nilai Posttest

No Kelas Varian N Fhitung Ftabel Keterangan

1 Kelas Eksperimen 69,714 22 1,019 2,264 HOMOGEN

2 Kelas Kontrol 71,0588 17

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data nilai pretest

menggunakan Uji F diperoleh Fhitung = 1,019 dan Ftabel = 2,264 dengan taraf

signifikansi α = 0,05. Maka nilai Fhitung ˂ Ftabel sehingga H0 diterima.

Page 129: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

113

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga

data nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang

sama atau homogen.

4.1.3.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini untuk menguji keefektifan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan pada

kelas eksperiman dibandingkan model pembelajaran Direct Instruction dengan

media gambar pada kelas kontrol. Adapun uji hipotesis yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Ketuntasan Belajar

Uji ketuntasan hasil belajar ini bertujuan untuk menjawab hipotesis 1 yaitu apakah

dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning berbantuan alat

peraga kubus satuan dapat mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Untuk

menguji ketuntasan hasil belajar penelitian ini menggunakan uji Z (uji proporsi).

Proporsi yang digunakan 75% dengan KKM yaitu 72. Adapun langkah-langkah

uji z adalah sebagai berikut :

1) Hipotesis yang diajukan

H0 : P0 75%

H1 : P0 < 75%

2) Menentukan nilai uji statistik

𝑥

𝑛 𝑝

√𝑝 1 𝑝 𝑛

Z =

Page 130: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

114

Keterangan :

= banyaknya siswa yang tuntas belajar

p = proporsi yang diharapkan yaitu 75% atau 0,75

𝑛 = banyak siswa

3) Menentukan nilai kritis :

Ztabel = Z(0,5– α) = Z(0,5-0,05) = Z(0,45) = 1,64

Karena pengujian pihak kiri maka Ztabel = - Ztabel = -1,64

4) Perhitungan rumus

a. Perhitungan kelas eksperimen

=

= 2,216

b. Perhitungan kelas kontrol

=

= -0,980

c. Perhitungan Ztabel

z = (0,5-0,05)

z = 0,45

Hasil perhitungan uji ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.10

Page 131: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

115

Tabel 4.10 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen dan Kontrol

Kelas Siswa Tuntas Zhitung Ztabel Kriteria

Eksperimen 21 2,216 -1,64

H0 diterima

Kontrol 11 -0.980 H0 ditolak

5) Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan, pada kelas eksperimen diperoleh nilai zhitung =

2,216 dan ztabel = -1,64 maka H0 diterima karena nilai zhitung > ztabel. Sedangkan

pada kelas kontrol diperoleh nilai zhitung = -0,980 dan ztabel = -1,64 maka H0

ditolak karena nilai zhitung ≤ ztabel.

6) Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka kelas eksperimen proporsi siswa yang

tuntas belajar mencapai 75% karena H0 diterima. Sedangkan kelas kontrol

proporsi siswa yang tuntas belajar tidak mencapai 75% karena H0 ditolak.

2. Uji Beda Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan setelah peneliti melakukan uji normalitas dan

homogenitas nilai posttest. Peneliti menggunakan uji perbedaan rata-rata (Uji T)

dua pihak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-

rata yang signifikan dari hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Hipotesis yang diajukan

H0 = Rata-rata hasil belajar menggunakan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan kurang dari atau sama dengan

rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Direct Instruction

dengan media gambar pada siswa kelas V SDN di Gugus Raden Saleh

Semarang. ( )

Page 132: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

116

H1 = Rata-rata hasil belajar menggunakan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar

menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan media gambar

pada siswa kelas V SDN di Gugus Raden Saleh Semarang. (

2) Taraf signifikansi

Taraf signifikansi α = 0,05

3) Kriteria pengujian

Kriteria pengujian untuk 𝜎 𝜎 adalah terima H0 jika t ˂ t1-α dan tolak H0

jika t mempunyai harga-harga lain.

Derajat kebebasannya ialah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α)

Sumber Sudjana (2005:243)

4) Perhitungan rumus

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah

statistik uji T dua pihak. Karena kedua sampel homogen (𝜎 𝜎 maka

rumus yang digunakan sebagai berikut:

√1𝑛

1𝑛

dengan

(Sudjana 2005:239).

Keterangan:

= rata-rata nilai posttest kelas ekperimen

= rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= varians total

= varians kelas eksperimen

Page 133: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

117

= varians kelas kontrol

𝑛 = banyaknya anggota kelas eksperimen

𝑛 = banyaknya anggota kelas kontrol

dk = n1 + n2 – 2

a) Hasil perhitungan uji t yaitu sebagai berikut:

𝑛 1

𝑛 1

𝑛 𝑛

1 1 1 1 1

1 11 11

70.29570747

√1𝑛

1𝑛

√( 1 1 )

1

1

b) Perhitungan ttabel

dk = (22+17) - 2

dk = 37, jadi (ttabel =1,684)

Page 134: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

118

Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata menggunakan model Contextual

Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan dengan model

pembelajaran Direct Instruction dengan media gambar disajikan dalam tabel

4.11

Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas N Rata-rata thitung ttabel Kriteria

Kelas Eksperimen 22 86 4.041 1.684

H0 ditolak

H1 diterima Kelas Kontrol 17 75,1

5) Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung = 4.041 dan ttabel =1.684

maka thitung > ttabel artinya H1 diterima.

6) Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka H1 diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata hasil belajar menggunakan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar

menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan media gambar

pada siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang.

3. Uji Peningkatan Rata-rata

Setelah dilakukan uji perbedaan rata-rata hasil belajar, maka selanjutnya

menghitung peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan (treatment) di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji

peningkatan rata-rata yang digunakan adalah uji N-Gain. Pada penelitian ini uji N-

Gain digunakan untuk menjawab hipotesis 3 yaitu apakah peningkatan rata-rata

model Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan

Page 135: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

119

lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Direct

Instruction dengan media gambar. Nilai N-Gain dapat ditentukan dengan rumus

sebagai berikut:

𝑖𝑛 𝑘 𝑘

𝑘

(Lestrai dan Yudhanegara 2017:234-236)

Rumus perhitungan uji N-Gain yaitu seperti berikut.

a. Kelas Eksperimen

N-Gain =

=

= 0,67

b. Kelas Kontrol

N-Gain =

=

= 0,54

Hasil uji peningkatan rata-rata kelas eksperimen maupun kelas kontrol

disajikan dalam tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Uji Peningkatan Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Rata-rata

N-Gain Katagori Pretest Posttest

Eksperimen 46,4 86 0,67 Sedang

Kontrol 47,3 75,1 0,54 Sedang

Page 136: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

120

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan peningkatan hasil belajar kelas

eksperimen sebesar 0,67 dengan kriteria sedang karena 0,30 ˂ 0,67 ˂ 0,70. Dan

peningkatan hasil belajar kelas kontrol juga dalam kriteria sedang yaitu sebesar

0,54. Data peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol disajikan dalam diagram garis sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar diagram 4.1, rata-rata pretest kelas

eksperimen sebesar 46,4 dan meningkat pada rata-rata posttest menjadi 86. Hasil

N-Gain sebesar 0,67 dengan kategori sedang. Rata-rata pretest kelas kontrol yaitu

47,3 dan rata-rata posttest meningkat menjadi 75,1. Hasil N-Gain kelas kontrol

sebesar 0,54 dengan kriteria sedang. Sehingga N-Gain kelas eksperimen yaitu

kelas yang menggunakan model Contextual Teaching and Learning berbantuan

alat peraga kubus satuan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol walupun pada

kriteria yang sama yaitu sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa model

Contextual Teaching and Learning berbantuan alat peraga kubus satuan lebih

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

rata-rata pretest rata-rata posttest

kelas eksperimen

kelas kontrol

Page 137: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

121

efektif dibandingkan model pembelajaran Direct Instruction dengan media

gambar.

4.2 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keefektifan model

pembelajaran CTL berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap hasil belajar

mata pelajaran matematika materi volume bangun ruang kubus dan balok kelas V.

Dalam pembahasan ini, mengkaji tentang pemaknaan temuan penelitian.

Pemaknaan temuan penelitian meliputi perbedaan hasil belajar kelas eksperimen

yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

berbantuan alat peraga kubus satuan dan model Direct Instruction dengan media

gambar pada kelas kontrol.Pada kelas kontrol diberi perlakuan seperti model dan

media yang biasa digunakan yaitu model pembelajaran Direct Instruction

berbantuan media gambar. Media gambar yang digunakan adalah gambar bangun

ruang di kertas dan di papan tulis menggunakan spidol.

Penelitian ini diawali dengan memberikan pretest kepada kedua sampel.

Soal pretest berbentuk soal pilihan ganda yang terdiri dari 25 soal. Kemudian data

nilai pretest diuji normalitas dan homogenitas. Berdasarkan perhitungan,

diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Berdistribusi normal

dibuktikan dengan kelas eksperimen yang memiliki Lhitung = 0,162 kurang dari

nilai Ltabel = 0,173 (Lhitung ˂ Ltabel) dan pada kelas kontrol yang memiliki Lhitung =

0,149 kurang dari nilai Ltabel = 0,206 (Lhitung ˂ Ltabel). Kedua sampel mempunyai

Page 138: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

122

varians yang sama atau homogen dibuktikan dari Fhitung = 1,019 kurang dari Ftabel

= 2,264.

Langkah selanjutnya yaitu kedua kelas baik eksperimen dan kontrol diberi

perlakuan. Perlakuan yang ditetapkan sebanyak 4 kali pertemuan diluar kegiatan

pretest dan postest. Setiap pertemuan dilakukan pengamatan atau observasi terkait

dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Penilaian dilakukan guru

dengan mengamati siswa setelah melakukan pembelajaran. Rubrik penilaian

aktivitas siswa terdiri dari keaktifan, kerjasama, teliti dalam mengerjakan tugas

serta tanggung jawab. Kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas

kontrol mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan

keempat. Nilai rata-rata aktivitas siswa di kelas eksperimen pada pertemuan

pertama yaitu 44,9 kemudian pada pertemuan kedua 69,3 pada pertemuan ketiga

sebesar 92,6 dan pada pertemuan keemapat menjadi 97. Sedangkan pada kelas

kontrol nilai aktivitas siswa pertemuan pertama 32,8 meningkat di pertemuan

kedua 53,7 kemudian di pertemuan ketiga 71, dan pada pertemuan keempat

menjadi 85,7. Setelah diberikan perlakukan dilakukan posttest untuk kedua kelas,

hasil nilai posttest dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji

homogenitas, dan uji hipotesis. Hasil posttest menunjukan bahwa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen. Berdistribusi normal dibuktikan dengan Lhitung = 0,162 kurang dari nilai

Ltabel = 0,173 (Lhitung ˂ Ltabel) dan pada kelas kontrol yang memiliki Lhitung = 0,149

kurang dari nilai Ltabel = 0,206 (Lhitung ˂ Ltabel). Kedua sampel mempunyai varians

yang sama atau homogen dibuktikan dari Fhitung = 1,019 kurang dari Ftabel = 2,264.

Page 139: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

123

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas hasil posttest,

dilanjutkan dengan uji hipotesis yang terdiri dari uji ketuntasan belajar untuk

mengetahui apakah hasil tes kelas eksperimen dan kontrol dapat mencapai KKM,

uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui apakah rata – rata hasil belajar siswa

kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol dan uji peningkatan kemampuan siswa

(N-gain) untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Gugus

Raden Saleh Semarang.

4.2.1 Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen guru menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan

alat peraga kubus satuan yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Kegiatan pembelajaran ini

dilaksanakan pada tanggal 20-25 April 2020. Untuk pertemuan pertama materi

yang dipelajari adalah sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, kemudian untuk

pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah mengukur volume balok dengan

kubus satuan, untuk pertemuan ketiga materi yang dipelajari adalah mengukur

volume kubus dengan kubus satuan dan hubungan akar pangkat tiga, sedangkan

untuk pertemuan keempat materi yang dipelajari adalah volume gabungan bangun

ruang kubus dan balok.

Berdasarkan keputusan pemerintah terkait adanya pandemi covid 19,

proses pembelajaran di sekolah dasar harus dilakukan secara daring. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus tersebut sehingga jumlah korban

dapat dikurangi. Berdasarkan keputusan tersebut, mengakibatkan penelitian yang

Page 140: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

124

dilakukan di kelas eksperimen juga harus dilaksanakan secara daring. Sebelum

melaksanakan pembelajaran, peneliti menyiapkan video pembelajaran dan bahan

ajar terkait materi yang akan diajarkan. Video pembelajaran tersebut kemudian

dibagikan kepada siswa melalui link berbagi. Pembelajaran pada kelas eksperimen

diberikan melalui grup kelas di whatsapp. Materi pada pertemuan pertama yaitu

sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Pembelajaran diawali dengan guru

memberikan salam dan menyapa siswa di grup whatsapp kemudian membagikan

link video pembelajaran pertemuan 1 yang sudah diunggah di google drive.

Kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk mengamati video

pembelajaran yang menayangkan dari awal kegiatan pembelajaran, meliputi

salam, menyapa siswa, mengajak siswa untuk berdoa bersama, dan memotivasi

siswa agar selau bersemangat belajar di rumah, kegiatan inti hingga penutup.

Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran serta apersepsi. Pada kegiatan inti,

guru membimbing siswa untuk mencermati buku literasi matematika. Guru

membimbing siswa dalam memahami materi terkait sifat-sifat bangun ruang

kubus dan balok. Guru juga memberikan penjelasan mengenai bagaimana

pelaksanaan pengerjaan LKPD dan soal evaluasi. Pada kegiatan penutup, guru

memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pelaksanaan evaluasi,

menyimpulkan materi, kemudian tindak lanjut dan diakhiri dengan berdoa serta

penyampaian rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan pertama kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 21 April

2020 melalui grup kelas di whatsapp, guru mengaitkan materi pembelajaran

dengan kehidupan sehari-hari yaitu dengan apersepsi berupa guru meminta siswa

Page 141: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

125

untuk mengamati benda-benda di lingkungan sekitar seperti batu bata, korek api,

kotak tisu, kotak susu, kotak nasi, buku, lemari, penghapus atau ruang kelas

kemudian guru bertanya berbentuk apakah bangun-bangun tersebut?. Kemudian

guru meminta siswa untuk mencari apakah unsur-unsur dari bangun ruang

tersebut dan juga sifat-sifatnya. Siswa kemudian diminta untuk membaca sifat-

sifat bangun ruang kubus dan balok (literasi). Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya melalui chat di grup whatsapp jika ada yang belum

dimengerti. Setelah itu siswa mengerjakan LKPD tentang sifat-sifat bangun ruang

kubus dan balok. Pada LKPD pertemuan 1 memuat indikator siswa dapat

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok serta membuat gambar

bangun ruang kubus dan balok. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan soal

evaluasi melalui link berbagi yang sebelumnya sudah diupload di google drive.

Berikut ini hasil penilaian LKPD pertemuan 1 pada kelas eksperimen.

Tabel 4.13 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 1

Kelompok

Kriteria Penilaian

Tingkat kerapihan

Tingkat ketepatan

dalam

menggambar

Tingkat

keterampilan

menyajikan

laporan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 V V V

2 V V V

3 V V V

Skor 9 9 9

Skor maksimum

(36)

27

Page 142: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

126

Nilai=

𝑘 𝑛

𝑘 𝑘 𝑖

x 100 = 75

Hasil LKPD pertemuan 1 menunjukkan bahwa kelas eksperimen

mendapatkan nilai 75. Berdasarkan rubrik penilaian LKPD pada pertemuan 1,

siswa sudah memenuhi keterampilan yang diharapkan. Sebagian besar siswa

sudah menggunakan penggaris menggambar, sehingga gambar kubus dan balok

digambar dengan rapih, ditunjukkan dengan sedikit coretan atau bekas hapusan

pada kertas. Gambar sudah dibuat dengan ketentuan yang sudah ditentukan, siswa

sudah mampu menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok.

Keterampilan dalam menyajikan laporan juga sudah baik, ditunjukkan dengan

hasil laporan yang ditulis lengkap dan jelas.

Pertemuan kedua kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 22 April

2020 melalui grup kelas di whatsapp, guru mengaitkan materi pembelajaran

dengan kehidupan sehari-hari yaitu dengan apersepsi berupa bertanya kepada

siswa : Anak-anak, siapakah yang pernah melihat akuarium? Pernahkah kalian

memperhatikan bentuk akuarium, bangun ruang apakah yang mirip dengan bentuk

akuarium? (jawaban: balok). Guru mengingatkan kembali materi sifat-sifat

bangun ruang kubus dan balok yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

Kemudian guru bertanya kepada siswa bagaimana cara untuk menghitung volume

bangun ruang balok dengan menggunakan kubus satuan. Siswa bersama dengan

guru menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi bangun balok

tanpa tutup. Siswa dengan bantuan guru dibimbing untuk menemukan rumus

Page 143: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

127

volume balok dengan menemukan hubungan antara ukuran panjang, lebar dan

tinggi balok tersebut. Siswa membaca cara menghitung volume balok dengan

menggunakan kubus satuan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya melalui chat di grup whatsapp jika ada yang belum dimengerti. Setelah

itu siswa mengerjakan LKPD tentang menghitung volume balok. Pada LKPD

pertemuan 2 memuat indikator siswa dapat menjelaskan volume bangun ruang

balok dengan menggunakan kubus satuan, menghitung volume balok dengan

mengunakan kubus satuan serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

volume bangun ruang balok. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan soal

evaluasi melalui link berbagi yang sebelumnya sudah diupload di google drive.

Berikut ini hasil penilaian LKPD pertemuan 2 pada kelas eksperimen.

Tabel 4.14 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 2

Kelompok

Kriteria Penilaian

Pendekatan

pemecahan

masalah

Tingkat ketepatan

dalam menghitung

Tingkat

keterampilan

menyajikan

laporan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 V V V

2 V V V

3 V V V

Skor 8 11 10

Skor maksimum

(36)

29

Nilai=

𝑘 𝑛

𝑘 𝑘 𝑖

x 100 = 81

Page 144: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

128

Hasil LKPD pertemuan 2 menunjukkan bahwa kelas eksperimen

mendapatkan nilai 81. Berdasarkan rubrik penilaian LKPD pertemuan 2, siswa

sudah memenuhi keterampilan yang diharapkan. Siswa dalam menyelesaikan

masalah tentang volume balok menggunakan pendekatan pemecahan masalah

sudah terorganisir dengan baik dan diikuti penyelesaian masalah dengan benar.

Keterampilan dalam menyajikan laporan juga sudah baik, ditunjukkan dengan

hasil laporan disajikan dengan lengkap dan jelas.

Pertemuan ketiga kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 23 April

2020 melalui grup kelas di whatsapp, guru mengaitkan materi pembelajaran

dengan kehidupan sehari-hari yaitu dengan apersepsi berupa bertanya kepada

siswa : Anak-anak, siapakah yang disini yang suka bermain rubik? Jika kita

perhatikan, berbentuk apakah rubik tersebut?. Guru mengingatkan kembali materi

menghitung volume bangun ruang balok yang dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Kemudian guru bertanya kepada siswa bagaimana cara untuk

menghitung volume bangun ruang kubus dengan menggunakan kubus satuan.

Siswa bersama dengan guru menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat

mengisi bangun kubus tanpa tutup. Siswa dengan bantuan guru dibimbing untuk

menemukan rumus volume kubus dengan menemukan hubungan antara ukuran

panjang, lebar dan tinggi bangun tersebut. Siswa membaca cara menghitung

volume kubus dengan menggunakan kubus satuan. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya melalui chat di grup whatsapp jika ada yang belum

dimengerti. Setelah itu siswa mengerjakan LKPD tentang menghitung volume

balok. Pada LKPD pertemuan 3 memuat indikator siswa dapat menjelaskan

Page 145: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

129

volume bangun ruang kubus dengan menggunkan kubus satuan, menjelaskan

hubungan pangkat tiga dan akar pangkat tiga, menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume kubus serta menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan akar pangkat tiga. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan soal

evaluasi melalui link berbagi yang sebelumnya sudah diupload di google drive.

Berikut ini hasil penilaian LKPD pertemuan 3 pada kelas eksperimen.

Tabel 4.15 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 3

Kelompok

Kriteria Penilaian

Pendekatan

pemecahan

masalah

Tingkat ketepatan

dalam menghitung

Tingkat

keterampilan

menyajikan

laporan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 V V V

2 V V V

3 V V V

Skor 10 11 10

Skor maksimum

(36)

31

Nilai=

𝑘 𝑛

𝑘 𝑘 𝑖

x 100 = 86

Hasil LKPD pertemuan 3 menunjukkan bahwa kelas eksperimen

mendapatkan nilai 86. Berdasarkan rubrik penilaian LKPD pertemuan 3, siswa

sudah memenuhi keterampilan yang diharapkan. Pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan siswa dalam menyelesaiakan masalah tentang volume kubus dan

akar pangkat tiga sudah terorganisir dengan baik dan diikuti dengan penyelesaian

Page 146: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

130

yang benar. Ketepatan dalam perhitungan juga sudah cukup baik. Keterampilan

dalam menyajikan laporan juga sudah baik, ditunjukkan dengan hasil laporan

disajikan dengan lengkap dan jelas.

Pertemuan keempat kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 24 April

2020 melalui grup kelas di whatsapp, guru mengaitkan materi pembelajaran

dengan kehidupan sehari-hari yaitu dengan apersepsi berupa bertanya kepada

siswa : Anak-anak, perhatikanlah bangun berikut ? (gabungan) Jika kita

perhatikan, berbentuk apakah bangun ruang tersebut?. Guru mengingatkan

kembali materi menghitung volume bangun ruang kubus yang dipelajari pada

pertemuan sebelumnya. Kemudian guru bertanya kepada siswa bagaimana cara

untuk menghitung volume gabungan bangun ruang kubus dan balok. Siswa

bersama dengan guru menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi

bangun kubus dan balok tanpa tutup. Siswa dengan bantuan guru dibimbing untuk

menemukan rumus volume gabungan bangun ruang kubus dan balok. Siswa

membaca cara menghitung volume gabungan bangun ruang kubus dan balok.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya melalui chat di grup

whatsapp jika ada yang belum dimengerti. Setelah itu siswa mengerjakan LKPD

tentang menghitung volume gabungan kubus dan balok. Pada LKPD pertemuan 4

memuat indikator siswa dapat menghitung volume bangun ruang kubus dan balok,

memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan volume bangun ruang

kubus dan balok. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan soal evaluasi melalui

link berbagi yang sebelumnya sudah diupload di google drive. Berikut ini hasil

penilaian LKPD pertemuan 4 pada kelas eksperimen.

Page 147: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

131

Tabel 1.16 Hasil Penilaian LKPD Pertemuan 4

Kelompok

Kriteria Penilaian

Pendekatan

pemecahan

masalah

Tingkat ketepatan

dalam menghitung

Tingkat

keterampilan

menyajikan

laporan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 V V V

2 V V V

3 V V V

Skor 11 11 11

Skor maksimum

(36)

33

Nilai=

𝑘 𝑛

𝑘 𝑘 𝑖

x 100 = 92

Hasil LKPD pertemuan 4 menunjukkan bahwa kelas eksperimen

mendapatkan nilai 93. Berdasarkan rubrik penilaian LKPD pertemuan 4, siswa

sudah memenuhi keterampilan yang diharapkan. Pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan siswa dalam menyelesaiakan masalah tentang volume kubus dan

akar pangkat tiga sudah terorganisir dengan baik dan diikuti dengan penyelesaian

yang benar. Ketepatan dalam perhitungan juga sudah baik. Keterampilan dalam

menyajikan laporan juga sudah baik, ditunjukkan dengan hasil laporan disajikan

dengan lengkap dan jelas.

Page 148: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

132

4.2.2 Pembelajaran Pada Kelas Kontrol

Pada kelas kontrol guru menerapkan model pembelajaran Direct Instruction

dengan media gambar yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan

alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan pada tanggal 24 Februari-6 Maret 2020. Untuk pertemuan pertama

materi yang dipelajari adalah sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok, kemudian

untuk pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah mengukur volume balok

dengan menggunakan kubus satuan, untuk pertemuan ketiga materi yang

dipelajari adalah mengukur volume kubus dengan menggunakan kubus satuan dan

hubungan akar pangkat tiga, sedangkan untuk pertemuan keempat materi yang

dipelajari adalah volume gabungan bangun ruang kubus dan balok.

Model pembelajaran Direct Instruction adalah model pembelajaran yang

dapat menunjang proses belajar siswa yang diajarkan secara bertahap, selangkah

demi selangkah. Model ini adalah model pembelajaran yang sehari – harinya

digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi. Model pembelajaran Direct

Instruction di kelas kontrol berlangsung satu arah dimana guru menyampaikan

materi sedangkan siswa sebagai penerima materi. Pembelajaran seperti ini

menjadikan siswa bergantung terhadap guru dan menjadikan siswa kurang

mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan media gambar pada

penelitian ini merupakan gambar sederhana yang dapat dilihat pada buku siswa

dan juga kertas berwarna yang dapat dilihat oleh seluruh siswa di kelas dan dapat

membantu dalam penyampaian materi volume bangun ruang kubus dan balok.

Page 149: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

133

Pertemuan pertama kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 26 Februari

2020, guru menjelaskan materi kepada siswa. Namun, siswa kurang

memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Selanjutnya, siswa dibagi ke

dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa setiap kelompok.

Didalam kelompok, siswa mendiskusikan lembar kerja yang telah diberikan oleh

guru. Namun, dalam mengerjakan lembar kerja siswa terdapat siswa yang tidak

ikut serta dalam diskusi. Kemudian dalam kegiatan presentasi, siswa yang tidak

presentasi cenderung tidak memperhatikan kelompok yang presentasi. Pada

pertemuan pertama belum ada kelompok yang menanggapi kelompok presentasi.

Pada akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran dan siswa

mengerjakan soal evaluasi.

Pertemuan kedua kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 28 Februari

2020, masih terdapat siswa yang ramai sendiri ketika guru menjelaskan materi.

Pelaksanaan diskusi mulai meningkat. Siswa mulai ikut serta dalam diskusi

kelompok, walaupun masih ada juga yang tidak ikut berpartisipasi. Masih banyak

siswa yang bertanya kepada guru tentang penyelesaian permasalahan karena siswa

kurang memperhatikan guru pada saat penyampaian materi. Pada pertemuan

kedua masih belum ada kelompok lain yang menanggapi kelompok presentasi.

Pada akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran dan siswa

mengerjakan soal evaluasi.

Pertemuan ketiga pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 2 Maret

2020, diawali dengan apersepsi materi yang dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama meskipun

Page 150: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

134

masih terdapat siswa yang sibuk sendiri namun jumlahnya sudah berkurang dari

pertemuan sebelumnya. Kendala dalam mengerjakan kegiatan kelompok

berkurang karena masing-masing kelompok mengerjakan lembar kerja dengan

tertib dan sedikit siswa yang sibuk bermain sendiri. Perwakilan dari kelompok

membacakan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh siswa lainnya. Selanjutnya guru

memberikan soal evaluasi dan diakhiri dengan penutup.

Pertemuan keempat pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 4 Maret

2020, diawali dengan apersepsi materi yang dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Pada saat guru menjelaskan materi, masih ada beberapa siswa yang

ramai namun jumlahnya sudah berkurang daripada pertemuan sebelumnya. Pada

pertemuan ini berkat memperhatikan penjelasan dari guru menjadikan siswa

mudah memahami dan mengerjakan lembar kerja kelompok. Guru memberikan

bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami materi yang

diajarkan. Perwakilan dari kelompok membacakan hasil diskusinya dan

ditanggapi oleh siswa lainnya. Guru memberikan soal evaluasi yang dilanjutkan

dengan kegiatan penutup.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada kelas

kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction tidak begitu

maksimal dikarenakan materi yang diajarkan tidak dikaitkan dengan dunia nyata.

Media gambar yang digunakan pada kelas kontrol belum memberikan hal

kongkrit kepada siswa karena hanya sebatas melihat gambar dan membuat siswa

kurang memahami konsep. Siswa kelas kontrol terlihat lebih fokus menghafal

rumus yang tertera pada gambar di buku dari pada memahami konsepnya.

Page 151: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

135

Menghafal tanpa memahami konsepnya akan membuat siswa mudah lupa dengan

materi yang dipelajari. Sebagaimana kelemahan model ini menurut Shoimin

(2014:67) dijelaskan bahwa model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat

memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami

informasi yang disampaikan jika materi yang disampaikan bersifat kompleks,

rinci atau abstrak.

4.2.3 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data nilai hasil belajar siswa diperoleh dari hasil posttest siswa. Posttest diberikan

setelah siswa mendapatkan perlakuan sebanyak 4 kali pertemuan pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil posttest menunjukan bahwa data nilai hasil

belajar matematika materi volume bangun ruang kubus dan balok pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen.

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, dilanjutkan dengan

uji hipotesis. Uji hipotesis meliputi uji ketuntasan belajar, uji kesamaan dua rata-

rata dan uji peningkatan hasil belajar menggunakan Uji N-gain. Berdasarkan uji

ketuntasan belajar, kelas eksperimen yang menggunakan model CTL berbantuan

alat peraga kubus satuan sudah tuntas secara klasikal. Berdasarkan uji perbedaan

rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model CTL berbantuan alat peraga

kubus satuan mempunyai rata-rata hasil belajar lebih dari rata-rata hasil belajar

kelas kontrol yang menggunakan model Direct Instruction dengan media gambar.

Berdasarkan uji peningkatan kemampuan siswa kelas eksperimen yang

menggunakan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan lebih efektif

Page 152: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

136

dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model Direct Instruction dengan

media gambar. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa di kelas eksperimen

juga lebih baik daripada aktivitas siswa di kelas kontrol. Sampel dalam penelitian

ini dapat dianggap mewakili populasi secara keseluruhan yaitu siswa kelas V

SDN Gugus Raden Saleh Semarang karena dalam penelitian ini dipilih secara

acak dari populasi yang sudah berdistribusi normal dan homogen. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan model

pembelajaran CTL berbantuan alat peraga kubus satuan sudah tuntas secara

klasikal dan penerapan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan lebih

efektif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh

Semarang.

Hasil ini didukung oleh beberapa penelitian diantaranya : penelitian yang

dilakukan oleh Nurul (2017:161) yang menyatakan bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan

Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik dibandingkan dengan

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya

menggunakan pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 13 Padang.

Penelitian yang dilakukan Sutrisno (2018:21) yang menyatakan bahwa siswa

menyukai pelajaran matematika khususnya pada penggunaan alat peraga kubus

satuan dalam pemahaman konsep volume bangun ruang kubus dan balok.

Penggunaan kubus satuan sangat membentuk dalam meningkatkan aktivitas siswa

dalam pembelajaran. Pemahaman siswa tentang konsep volume bangun ruang

kubus dan balok sangat terbantu dengan penggunaan alat peraga kubus satuan.

Page 153: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

137

4.3 Implikasi Penelitian

Implikasi hasil penelitian adalah keterlibatan hasil penelitian dengan manfaat

yang diharapkan. Implikasi penelitian terdiri atas implikasi teoritis, implikasi

pedagogis, dan implikasi praktis.

4.3.1 Implikasi Teoretis

Implikasi teoritis dapat diartikan sebagai keterlibatan hasil penelitian dengan teori

yang dikaji dalam kajian teori serta keterlibatan hasil penelitian dengan manfaat

teoritis yang diharapkan. Penerapan model CTL berbantuan alat peraga kubus

satuan pada materi volume bangun ruang kubus dan balok memiliki kesesuaian

dengan teori belajar Bruner.

Menurut Brunner (dalam Pitajeng 2006:29) menyatakan bahwa belajar

matematika adalah belajar konsep – konsep dan struktur – struktur matematika

yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep

dan struktur matematika. Teori belajar Bruner dikenal dengan belajar penemuan

dapat meningkatkan pemahaman siswa karena pemerolehan pengetahuan

dilakukan melalui keterlibatan langsung sehingga pengetahuan tersebut akan

bertahan lebih lama. Siswa SD berada pada tahap operasional konkret dimana

mereka dapat menggunakan berbagai maca pemahaman tetapi masih terbatas pada

benda-benda konkret, sehingga belum mampu menyelesaikan masalah yang

bersifat abstrak. Sehingga pembelajaran harus didasarkan pada benda-benda

konkret atau situasi nyata sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep

matematika.

Page 154: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

138

Berdasarkan teori tersebut hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan, membuat siswa

mampu menemukan sendiri konsep volume bangun ruang karena mengalami

pengalaman langsung melalui penemuan dengan menggunakan alat peraga kubus

satuan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi serta

pendukung teori pada penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang

penerapan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan.

4.3.2 Implikasi Pedagogis

Implikasi pedagogis merupakan keterlibatan hasil penelitian terhadap gambaran

umum terhadap pendidikan yaitu keefektifan model CTL berbantuan alat peraga

kubus satuan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V materi volume

bangun ruang kubus dan balok. Dengan menerapkan model CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan, guru sebagai fasilitator yang mengarahkan, menjelaskan dan

membimbing siswa untuk merekonstruksi pengetahuan yang mereka peroleh

sehingga proses dan hasil belajar peserta didik didapatkan secara maksimal.

Dengan menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan alat peraga

kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi

volume bangun ruang kubus dan balok dan dapat menjadi pilihan guru untuk

membuat pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan dapat mencapai tujuan.

Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah karena dengan meningkatnya

hasil belajar siswa dapat meningkatkan pula kualitas pembelajaran di sekolah.

Page 155: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

139

4.3.3 Implikasi Praktis

Implikasi praktis adalah keterlibatan hasil penelitian terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran selanjutnya serta keterlibatan hasil penelitian terhadap manfaat

praktis yang diharapkan. Penerapan model pembelajaran CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep

volume bangun ruang kubus dan balok melalui pengalaman secara langsung

dengan penemuan berbantuan alat peraga kubus satuan sehingga pembelajaran

lebih bermakna dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Bagi guru, penelitian

pembelajaran matematika dengan menggunakan model CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan dapat memberikan pengetahuan, dan dapat dijadikan

pertimbangan untuk menerapakannya karena berdasarkan penelitian ini dapat

meningkatkan hasil belajar. Kemudian bagi peneliti, manfaat penelitian ini yaitu

dapat memberikan pengalaman dan wawasan mengenai model pembelajaran CTL

berbantuan alat peraga kubus satuan yaitu lebih efektif dibandingkan model

Direct Instruction dengan media gambar.

Page 156: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

140

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengena keefektifan model Contextual Teaching and

Learning berbantuan alat peraga kubus satuan terhadap hasil belajar matematika

materi volume bangun ruang siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai

zhitung = 2,216 dan ztabel = 1,64 maka H0 diterima karena nilai zhitung > ztabel.

Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai = -0,980 dan ztabel = 1,64 maka H0

ditolak karena nilai zhitung ≤ ztabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

matematika materi volume bangun ruang siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh

dengan menggunakan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan dapat

mencapai KKM.

2. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata diperoleh nilai thitung = 4,041 dan ttabel =

1,684 maka thitung > ttabel yang artinya H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

rata-rata hasil belajar matematika materi volume bangun ruang siswa kelas V

SDN Gugus Raden Saleh dengan menggunakan model CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar matematika menggunakan

model pembelajaran langsung dengan media gambar.

3. Berdasarkan uji peningkatan rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen

diperoleh nilai N-Gain sebesar 0,67 dengan kategori sedang. Sementara hasil

nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 0,54 dengan kriteria sedang. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran menggunaan model pembelajaran CTL

Page 157: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

141

berbantuan alat peraga kubus satuan lebih efektif dari pada pembelajaran

menggunakan model pembelajaran langsung dengan media gambar terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas V.

5.2 Saran

Saran yang dapat direkomendasikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu mempersiapkan dengan baik terkait dengan pembelajaran yang akan

dilakukan, seperti materi, media atau alat peraga yang akan digunakan serta

model pembelajaran inovatif agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan

bermakna bagi siswa. Guru dapat menambah wawasan terkait pembelajaran di

kelas dengan mengikuti seminar dan mengumpulkan informasi dalam

menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

2. Sekolah seharusnya dapat memberikan sarana dan prasarana baik berupa buku,

alat peraga, LCD dan lain sebagainya yang dapat mendukung terciptanya

pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dengan menerapkan model-

model pembelajaran inovatif.

3. Untuk membuat instrumen penelitian atau soal tes sebaiknya sesuai dengan

proporsi yang diharapkan sehingga dapat mengukur keberhasilan siswa dan hasil

penelitian juga lebih baik.

4. Hendaknya peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai analisis soal

sehingga menjadi bekal untuk menjadi guru yang baik di masa yang akan datang.

Page 158: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

142

DAFTAR PUSTAKA

Agustiya, F., Sunarso, A., Haryani, S., Negeri, S. D., Karanganyar, K., Demak, K., &

Tengah, J. (2017). Influence of CTL Model by Using Monopoly Game Media to

The Students’ Motivation and Science Learning Outcomes. Journal of Primary

Education, 6(2), 114–119.

Aji, P.S., Yayuk, E., & A'yunin, N. Q. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan

Model Discovery Learning Melalui Media Kubus Satuan Pada Siswa Kelas V Sdn

Kauman 1 Malang. Jurnal Taman Cendekia, 03(01), 269–275.

Akhmad Nurul Mu’min, Sarwi, I. A. (2015). Efektivitas Pembelajaran Kontekstual

Berbantuan Media Simulasi Virtual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan

Minat Belajar. Unnes Physics Education Journal, 4(3), 65–72.

Amalia, Y. & Rasiman. (2019). Pengaruh Model CTL ( Contextual Teaching Learning )

dengan Media Pohon Hitung terhadap Hasil Belajar Materi Operasi Hitung.

International Journal of Elementary Education, 3(2), 186–193.

Anggraeni, T., Sugiyo & Kustiono. (2017). The Difference of Ability to Ask, Scientific

Attitude, Motivation Before and After Following Contextual Teaching and Learning

Model. Journal of Primary Education, 6(3), 248–256

Aqib, Zainal.2016. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif).

Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2013a. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Artikasari, E.A., Saefudin, A.A. (2017). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematis Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal

Math Educator Nusantara (JMEN), 3(2), 59–145.

https://doi.org/10.29407/jmen.v3i2.800

Bahri, Saiful (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning ( Ctl ) Tipe Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Al-Tadzkiyyah:

Jurnal Pendidikan Islam, 8(I), 45–59.

Bustami, Y., dkk (2018). The implementation of contextual learning to enhance biology

students’ critical thinking skills. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(4), 451–457.

https://doi.org/10.15294/jpii.v7i4.11721

Cholifah, N., Parmin, & Dewi, N.R. (2016). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And

Learning (Ctl) Berbasis Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Kognitif Dan Sikap

Ilmiah. Unnes Science Education Journal, 5(3), 1343–1353.

Page 159: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

143

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/usej.v3i2.3349

Cope, L. (2015). Math Manipulatives: Making the Abstract Tangible. Delta Journal Of

Education. 5(1):10-19.

Dewi, A. R. C., & , Sarwi, A. Y. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dengan

Teknologi Multimedia Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Pengembangan

Karakter Siswa Sma Kelas XI. Unnes Physics Education Journal, 4(3), 1–9.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ekowati, C. K., Darwis, M., Upa, H. M. D. P., & Tahmir, S. (2015). The Application of

Contextual Approach in Learning Mathematics to Improve Students Motivation At

SMPN 1 Kupang. International Education Studies, 8(8), 81–86.

https://doi.org/10.5539/ies.v8n8p81

Fadhilah, F., Effendi, Z. M., & Ridwan, R. (2017). Analysis of contextual teaching and

learning (CTL) in the course of applied physics at the mining engineering

department. International Journal of Science and Applied Science: Conference

Series, 1(1), 25–32. https://doi.org/10.20961/ijsascs.v1i1.5106

Fadillah, A., Dewi, N. P. L. C., Ridho, D., Majid, A. N., & Prastiwi, M. N. B. (2017). The

effect of application of contextual teaching and learning (CTL) model-based on

lesson study with mind mapping media to assess student learning outcomes on

chemistry on colloid systems. International Journal of Science and Applied Science:

Conference Series, 1(2), 101–108. https://doi.org/10.20961/ijsascs.v1i2.5128

Firmansyah, A., Hasanuddin, H., & Nelson, Z. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis

berdasarkan Pengetahuan Awal Siswa Madrasah Tsanawiyah. JURING (Journal for

Research in Mathematics Learning), 1(1), 1–10.

https://doi.org/10.24014/juring.v1i1.4772

Fitria, M., Sumarni, W., & Wusqo, I. U. (2016). Pengaruh Pendekatan Ctl Berbasis Sets

Terhadap Pemahaman Konsep Dan Karakter Siswa. Unnes Science Education

Journal, 5(2), 1298–1307. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15294/usej.v3i2.3349

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Indriani, R. (2017). Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Menggunakan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Di Sekolah Dasar. Pendas :

Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2(2), 261–267. http://www.albayan.ae

Isrok'atun. 2016. Pendidikan Matematika II. Jawa Barat : Upi Sumedang Press

Page 160: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

144

Jhonson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching & Learning. Bandung: Penerbit Kaifa.

Komalasari, Kokom. 2017. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika

Aditama

Mahendra, I. W. E. (2016). Contextual Learning Approach and Performance Assessment in

Mathematics Learning. International Research Journal of Management, IT & Social

Sciences, 3(3), 7–15. https://doi.org/10.21744/irjmis.v3i3.88

Norhayati, Hasanuddin, & Hartono. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis

Contextual Teaching And Learning untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Madrasah Tsanawiyah. JURING (Journal for Research

in Mathematics Learning), 1(1), 19–32. https://doi.org/10.24014/juring.v1i1.4771

Nurhidayah, N. & Ahmad (2016) Penerapan Model CTL terhadap hasil belajar fisika pada

siswa kelas XI SMA Handayani Singgunmanisa Kabupaten Gowa. Jurnal

Pendidikan Fisika, 165-166

Panjaitan, D. J. (2016). Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( Ctl )

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Statistika. Jurnal Pendidikan Mipa, 1(1), 1–10.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi

Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016

tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013

Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

Pitadjeng. 2006. Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Poerwanti, Endang. dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Prabowo, Y., Susanto, H., & Hindarto, N. (2017). Implementasi Contextual Teaching And

Learning (Ctl) Terintegrasi Karakter Dalam Pembelajaran Fisika Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Unnes Physics Education Journal, 6(1), 16–25.

Purnomosdi, dkk. 2018. Buku Guru Senang Belajar Matematika. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Putra, E.D., Dewi L.S., & Linuwih, S. (2015). Perbedaan Jenis Pembelajaran Model Ctl Dan

Discovery Learning Ditinjau Dari Motivasi Belajar Ips. Journal of Primary

Education, 4(2), 117–123.

Rahmawati, T. D., Wahyuningsih, W., & Getan, M. A. D.(2019). Pengaruh Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 5(1), 83–92.

Page 161: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

145

https://doi.org/10.22219/jinop.v5i1.8021

Ratnasari, S.F. & Saefudin, A.A. (2018). Efektivitas Pendekatan Contextual Teaching And

Learning (Ctl) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. MaPan :

Jurnal Matematika Dan Pembelajaran, 6(1), 119–128.

Rifa’i dan Anni.2016. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PESS

Roziyah, I.F., dan Haryani, S. (2017). Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Melalui

Contextual Teaching Learning Berbantuan Study Card. Jurnal Inovasi Pendidikan

Kimia, 11(1), 1828–1839.

Rusyda, N. A., & Sari, D. S. (2017). Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching and

Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Smp Pada

Materi Garis Dan Sudut. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(1),

150–162. https://doi.org/10.33603/jnpm.v1i1.243

Santoso, E. (2017). Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala

Pendas, 3(1), 16–29.

Sari, D.A., dkk (2018). Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada Materi Kubus dengan Konteks Tahu di kelas VIII.

Journal of Dedicators Community UNISNU Jepara, 2(2), 108–115.

https://doi.org/10.34001/jdc.v2i2.704

Selvianiresa, D., & Prabawanto, S. (2017). Contextual Teaching and Learning Approach of

Mathematics in Primary Schools. Journal of Physics: Conference Series, 895(1).

https://doi.org/10.1088/1742-6596/895/1/012171

Sepriady, Jeki (2018). Contextual Teaching and Learning Dalam Pembelajaran Sejarah

Shoimin.2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Suciati. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menentukan Volum

Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan. JURNAL PIGUR,

1(1), 107–118.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Page 162: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

146

Sutrisno, P. (2018). Meningkatkan Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang Kubus Dan

Balok Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan Dalam Pembelajaran

Matematika. Journal Civics & Social Studies, 2(1), 21–35.

Suwarno. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vi Sd Negeri 22 Kepahiang

Dalam Menentukan Volume Bangun Ruang Melalui Penggunaan Alat Praga Kubus

Satuan. Jurnal PGSD, 9(2), 267–276. https://doi.org/10.33369/pgsd.9.2.267-276

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wahyuningsih, Trimurtini & Nugraheni, N. (2017). Teori Van Hiele Dan Implementasinya

Pada Geometri. Semarang: Jurusan PGSD FIP UNNES

Wangi ,S. R., Winarti, E. R., & Kharis, M. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Ctl

Dengan Strategi React Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kedisiplinan Siswa

Pada Materi Geometri. Unnes Journal of Mathematics Education, 5(3), 1–7.

Wirdaningsih, S., Arnawa, I. M., & Anhar, A. (2017). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas XI.

JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(2), 275–289.

https://doi.org/10.33603/jnpm.v1i2.535

Wulan, S. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Media Kubus Satuan

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Riset Pembelajaran

Matematika, 1(2), 15–22.

Page 163: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

147

LAMPIRAN

Page 164: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

148

Page 165: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

149

Page 166: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

150

Page 167: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

151

Page 168: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

152

Page 169: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

153

Lampiran 2

HASIL UJI NORMALITAS NILAI PAS SEMESTER 1 MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SDN GUGUS RADEN SALEH SEMARANG

A. Hasil Uji Normalitas SDN Pagertoya

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=15, 1, dan 1

a.

b.

c.

1 1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1 1 1

= 0,5 ─ 0,372 = 0,128

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) = 1 1

|F(z1) - S(z1)| = 1 1

Page 170: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

154

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas PAS Ganjil kelas V SDN

Pagertoya menggunakan Uji Liliefors :

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 50 2500 -1.138 0.128 0.067 0.061 0.061

2 45 2025 -1.743 0.041 0.133 -0.093 0.093

3 53 2809 -0.775 0.219 0.200 0.019 0.019

4 47 2209 -1.501 0.067 0.267 -0.200 0.200

5 56 3136 -0.412 0.340 0.333 0.007 0.007

6 60 3600 0.073 0.529 0.400 0.129 0.129

7 55 3025 -0.533 0.297 0.467 -0.170 0.170

8 60 3600 0.073 0.529 0.533 -0.004 0.004

9 60 3600 0.073 0.529 0.600 -0.071 0.071

10 65 4225 0.678 0.751 0.667 0.084 0.084

11 65 4225 0.678 0.751 0.733 0.018 0.018

12 65 4225 0.678 0.751 0.800 -0.049 0.049

13 69 4761 1.162 0.877 0.867 0.011 0.011

14 71 5041 1.404 0.920 0.933 -0.013 0.013

15 70 4900 1.283 0.900 1.000 -0.100 0.100

Jumlah 891 53881 0,05

Rata-rata 59.4000 Lhitung 0,20

Simpangan baku 8.2618 Ltabel 0,22

Lhitung < Ltabel (0,200<0,220)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,200) ˂Ltabel(0,220) maka H0 diterima

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai PAS Ganjil matematika kelas V SDN Pagertoya berdistribusi normal.

Page 171: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

155

B. Hasil Uji Normalitas SDN Tambahsari

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n= 23, 1 1 , dan

a.

b.

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,363 = 0,137

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) = 1

|F(z1) - S(z1)| = 1

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas PAS Ganjil kelas V SDN

Tambahsari menggunakan Uji Liliefors :

Page 172: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

156

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 50 2500 -1.0939 0.1370 0.0435 0.0935 0.0935

2 40 1600 -2.5916 0.0048 0.0870 -0.0822 0.0822

3 45 2025 -1.8427 0.0327 0.1304 -0.0978 0.0978

4 50 2500 -1.0939 0.1370 0.1739 -0.0369 0.0369

5 55 3025 -0.3451 0.3650 0.2174 0.1476 0.1476

6 53 2809 -0.6446 0.2596 0.2609 -0.0013 0.0013

7 55 3025 -0.3451 0.3650 0.3043 0.0607 0.0607

8 56 3136 -0.1953 0.4226 0.3478 0.0747 0.0747

9 56 3136 -0.1953 0.4226 0.3913 0.0313 0.0313

10 55 3025 -0.3451 0.3650 0.4348 -0.0698 0.0698

11 60 3600 0.4037 0.6568 0.4783 0.1785 0.1785

12 55 3025 -0.3451 0.3650 0.5217 -0.1567 0.1567

13 58 3364 0.1042 0.5415 0.5652 -0.0237 0.0237

14 60 3600 0.4037 0.6568 0.6087 0.0481 0.0481

15 60 3600 0.4037 0.6568 0.6522 0.0046 0.0046

16 62 3844 0.7032 0.7590 0.6957 0.0634 0.0634

17 60 3600 0.4037 0.6568 0.7391 -0.0823 0.0823

18 65 4225 1.1525 0.8754 0.7826 0.0928 0.0928

19 65 4225 1.1525 0.8754 0.8261 0.0494 0.0494

20 65 4225 1.1525 0.8754 0.8696 0.0059 0.0059

21 63 3969 0.8530 0.8032 0.9130 -0.1099 0.1099

22 65 4225 1.1525 0.8754 0.9565 -0.0811 0.0811

23 65 4225 1.1525 0.8754 1.0000 -0.1246 0.1246

Jumlah 1318 76508 0,05

Rata-rata 57,3 Lhitung 0,178

Simpangan baku 6,68 Ltabel 0,190

Lhitung < Ltabel (0,200<0,220)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,178) ˂Ltabel(0,190) maka H0 diterima

Page 173: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

157

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai PAS Ganjil matematika kelas V SDN Tambahsari berdistribusi normal.

C. Uji Normalitas SDN 3 Limbangan

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=27, 1 1 , dan 110725

a.

b.

11

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,4483 = 0.0517

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) = 1 1

|F(z1) - S(z1)| = 1 1

Page 174: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

158

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas PAS Ganjil kelas V SDN 3

Limbangan menggunakan Uji Liliefors :

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 50 2500 -1.6289 0.0517 0.0370 0.0146 0.0146

2 55 3025 -1.0264 0.1523 0.0741 0.0783 0.0783

3 50 2500 -1.6289 0.0517 0.1111 -0.0594 0.0594

4 55 3025 -1.0264 0.1523 0.1481 0.0042 0.0042

5 50 2500 -1.6289 0.0517 0.1852 -0.1335 0.1335

6 55 3025 -1.0264 0.1523 0.2222 -0.0699 0.0699

7 60 3600 -0.4240 0.3358 0.2593 0.0765 0.0765

8 55 3025 -1.0264 0.1523 0.2963 -0.1440 0.1440

9 60 3600 -0.4240 0.3358 0.3333 0.0025 0.0025

10 60 3600 -0.4240 0.3358 0.3704 -0.0346 0.0346

11 60 3600 -0.4240 0.3358 0.4074 -0.0716 0.0716

12 60 3600 -0.4240 0.3358 0.4444 -0.1086 0.1086

13 65 4225 0.1785 0.5708 0.4815 0.0894 0.0894

14 65 4225 0.1785 0.5708 0.5185 0.0523 0.0523

15 65 4225 0.1785 0.5708 0.5556 0.0153 0.0153

16 65 4225 0.1785 0.5708 0.5926 -0.0218 0.0218

17 70 4900 0.7810 0.7826 0.6296 0.1530 0.1530

18 65 4225 0.1785 0.5708 0.6667 -0.0958 0.0958

19 65 4225 0.1785 0.5708 0.7037 -0.1329 0.1329

20 70 4900 0.7810 0.7826 0.7407 0.0419 0.0419

21 75 5625 1.3835 0.9167 0.7778 0.1390 0.1390

22 70 4900 0.7810 0.7826 0.8148 -0.0322 0.0322

23 70 4900 0.7810 0.7826 0.8519 -0.0693 0.0693

24 70 4900 0.7810 0.7826 0.8889 -0.1063 0.1063

25 80 6400 1.9859 0.9765 0.9259 0.0506 0.0506

26 75 5625 1.3835 0.9167 0.9630 -0.0462 0.0462

27 75 5625 1.3835 0.9167 1.0000 -0.0833 0.0833

Jumlah 1715 110725 0,05

Rata-rata 63,52 L hitung 0,153

Page 175: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

159

Simpangan baku 8,3 L tabel 0,161

Lhitung > Ltabel (0,192>0,142)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,153) > Ltabel (0,161) maka H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sehingga data

nilai PAS Ganjil matematika kelas V SDN 3 Limbangan berdistribusi normal.

D. Uji Normalitas SDN 2 Limbangan

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=17, , dan

a.

b.

√ 1

c.

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

= 0,5 ─ 0,314 = 0,186

Page 176: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

160

e. S(z1) =

8

f. F(z1) - S(z1) = 1 1

|F(z1) - S(z1)| = 1 1

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas PAS Ganjil kelas V SDN 2

Limbangan menggunakan Uji Liliefors :

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 43 1849 -0.8917 0.1863 0.0588 0.1275 0.1275

2 35 1225 -1.9108 0.0280 0.1176 -0.0896 0.0896

3 40 1600 -1.2739 0.1014 0.1765 -0.0751 0.0751

4 40 1600 -1.2739 0.1014 0.2353 -0.1339 0.1339

5 48 2304 -0.2548 0.3994 0.2941 0.1053 0.1053

6 45 2025 -0.6369 0.2621 0.3529 -0.0909 0.0909

7 50 2500 0.0000 0.5000 0.4118 0.0882 0.0882

8 46 2116 -0.5095 0.3052 0.4706 -0.1654 0.1654

9 53 2809 0.3822 0.6488 0.5294 0.1194 0.1194

10 51 2601 0.1274 0.5507 0.5882 -0.0376 0.0376

11 50 2500 0.0000 0.5000 0.6471 -0.1471 0.1471

12 60 3600 1.2739 0.8986 0.7059 0.1928 0.1928

13 54 2916 0.5095 0.6948 0.7647 -0.0699 0.0699

14 60 3600 1.2739 0.8986 0.8235 0.0751 0.0751

15 56 3136 0.7643 0.7777 0.8824 -0.1047 0.1047

16 56 3136 0.7643 0.7777 0.9412 -0.1635 0.1635

17 63 3969 1.6560 0.9511 1.0000 -0.0489 0.0489

Jumlah 850 43486 0,05

Rata-rata 50 L hitung 0,1928

Simpangan baku 7,85 L tabel 0,206

Lhitung < Ltabel (0,140<0,146)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,1928) ˂ Ltabel (0,206) maka H0 diterima.

6. Simpulan

Page 177: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

161

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai PAS Ganjil matematika kelas V SDN 2 Limbangan berdistribusi normal.

E. Uji Normalitas SDN 1 Limbangan

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=22, 1 , dan 1

a.

b.

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,44 = 0,0006

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) =

|F(z1) - S(z1)| =

Page 178: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

162

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas PAS Ganjil kelas V SDN 1

Limbangan menggunakan Uji Liliefors :

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 40 1600 -3.2194 0.0006 0.0455 -0.0448 0.0448

2 60 3600 -0.6297 0.2644 0.0909 0.1735 0.1735

3 59 3481 -0.7592 0.2239 0.1364 0.0875 0.0875

4 60 3600 -0.6297 0.2644 0.1818 0.0826 0.0826

5 62 3844 -0.3708 0.3554 0.2273 0.1281 0.1281

6 60 3600 -0.6297 0.2644 0.2727 -0.0083 0.0083

7 60 3600 -0.6297 0.2644 0.3182 -0.0538 0.0538

8 60 3600 -0.6297 0.2644 0.3636 -0.0992 0.0992

9 62 3844 -0.3708 0.3554 0.4091 -0.0537 0.0537

10 65 4225 0.0177 0.5070 0.4545 0.0525 0.0525

11 67 4489 0.2766 0.6090 0.5000 0.1090 0.1090

12 67 4489 0.2766 0.6090 0.5455 0.0635 0.0635

13 67 4489 0.2766 0.6090 0.5909 0.0181 0.0181

14 65 4225 0.0177 0.5070 0.6364 -0.1293 0.1293

15 67 4489 0.2766 0.6090 0.6818 -0.0729 0.0729

16 68 4624 0.4061 0.6577 0.7273 -0.0696 0.0696

17 75 5625 1.3125 0.9053 0.7727 0.1326 0.1326

18 68 4624 0.4061 0.6577 0.8182 -0.1605 0.1605

19 73 5329 1.0535 0.8539 0.8636 -0.0097 0.0097

20 72 5184 0.9240 0.8223 0.9091 -0.0868 0.0868

21 74 5476 1.1830 0.8816 0.9545 -0.0730 0.0730

22 76 5776 1.4419 0.9253 1.0000 -0.0747 0.0747

Jumlah 1724 93813 0,05

Rata-rata L hitung 0,1735

Simpangan baku L tabel 0,190

Lhitung < Ltabel (0,1735<0,190)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,140) ˂ Ltabel (0,146) maka H0 diterima.

Page 179: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

163

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai PAS Ganjil matematika kelas V SDN 1 Limbangan berdistribusi normal.

Page 180: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

164

Lampiran 3

HASIL UJI HOMOGENITAS NILAI PAS SEMESTER 1 MATA PELAJARAN

MATEMATIKA KELAS V SDN GUGUS RADEN SALEH SEMARANG

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : 𝜎 = 𝜎

= … = 𝜎

H1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

H0 diterima jika 2hitung ≤ 2

(1-α) (k-1), dengan 2 (1-α) (k-1) diperoleh dari daftar distribusi chi

kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1) (Sudjana, 2002: 261-264).

4. Perhitungan rumus

No X1 (X1)2 X2 (X2)

2 X3 (X3)

2 X4 (X4)

2 X5 (X5)

2

1 50 2500 50 2500 50 2500 43 1849 40 1600

2 45 2025 40 1600 55 3025 35 1225 60 3600

3 53 2809 45 2025 50 2500 40 1600 59 3481

4 47 2209 50 2500 55 3025 40 1600 60 3600

5 56 3136 55 3025 50 2500 48 2304 62 3844

6 60 3600 53 2809 55 3025 45 2025 60 3600

7 55 3025 55 3025 60 3600 50 2500 60 3600

8 60 3600 56 3136 55 3025 46 2116 60 3600

9 60 3600 56 3136 60 3600 53 2809 62 3844

10 65 4225 55 3025 60 3600 51 2601 65 4225

11 65 4225 60 3600 60 3600 50 2500 67 4489

12 65 4225 55 3025 60 3600 60 3600 67 4489

13 69 4761 58 3364 65 4225 54 2916 67 4489

14 71 5041 60 3600 65 4225 60 3600 65 4225

15 70 4900 60 3600 65 4225 56 3136 67 4489

16 62 3844 65 4225 56 3136 68 4624

17 60 3600 70 4900 63 3969 75 5625

18 65 4225 65 4225 68 4624

19 65 4225 65 4225 73 5329

20 65 4225 70 4900 72 5184

Page 181: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

165

21 63 3969 75 5625 74 5476

22 65 4225 70 4900 76 5776

23 65 4225 70 4900

24 70 4900

25 80 6400

26 75 5625

27 75 5625

∑ 891 53881 1318 76508 1715 110725 850 43486 1427 93813

59,4 57,3 63,5 50 64,9

si 68.257 44.585 68.875 61.625 59.647

si2

4,659 1,988 4,744 3,798 3,558

Berikut ini tabel homogenitas 5 sampel:

Kelas N dk=ni-1 1/dk Si2 (dk) Si

2 log Si

2 (dk) log Si

2

X1 15 14 0.0714 4,659.038 65226.52571 3.668 51.356

X2 23 22 0.0455 1,987.820 43732.05018 3.298 72.564

X3 27 26 0.0385 4,743.717 123336.6308 3.676 95.579

X4 17 16 0.0625 3,797.641 60762.25 3.580 57.272

X5 22 21 0.0476 3,557.787 74713.52312 3.551 74.575

JUMLAH 104 99 0.2655 18,746.002 367770.9798 17.773 351.347

s² 3714.858382

LOG S² 3.569942262

B 353.424284

2 hitung 4.78423

2tabel 9.487729

Keterangan :

X1 : SDN Pagertoya

X2 : SDN Tambahsari

X3 : SDN 3 Limbangan

X4 : SDN 2 Limbangan

X5 : SDN 1 Limbangan

Page 182: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

166

Langkah-langkah pengujian menggunakan uji Bartlett sebagai berikut:

a. Menentukan rata-rata tiap sampel

1)

2)

3)

4)

5)

b. Menentukan dk tiap sampel

1) Dk = (n1 ─ 1) = 15 ─ 1 = 14

2) Dk = (n1 ─ 1) = 23 ─ 1 = 22

3) Dk = (n1 ─ 1) = 27 ─ 1 = 26

4) Dk = (n1 ─ 1) = 17 ─ 1 = 16

5) Dk = (n1 ─ 1) = 22 ─ 1 = 21

c. Menentukan 1/dk tiap sampel

1) 1/dk =

1

2) 1/dk =

3) 1/dk =

4) 1/dk =

5) 1/dk =

d. Menentukan varians tiap sampel

1)

1

2)

3)

4)

1

5)

e. Menghitung

1)

Page 183: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

167

2) 1

3)

4)

5) 1

f. Menghitung dk

1) dk 1 1

2) dk

3) dk

4) dk 1

5) dk 1 1

g. Menentukan varians gabungan dari semua sampel

𝑛 1

𝑛 𝑛 1

h. Menentukan nilai

log = 3.569942262

i. Menghitung harga satuan B

𝑛 1 =

j. Menentukan nilai statistik chi kuadrat (Χ2)

2 𝑛1 { 𝑛 1 } = (2,3026){ 353.424284 ─ 351.347} = 4.78423

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data populasi menggunakan uji Bartlett

diperoleh 2hitung (4.78423) ˂ 2

tabel (9.487729) dengan α = 0,05.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan H0 diterima sehingga data nilai PAS

ganjil kelas V mata pelajaran matematika SDN Gugus Raden Saleh Semarang mempunyai

varians yang sama atau homogen.

Page 184: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

168

Lampiran 4

KISI-KISI SOAL UJI COBA

Satuan pendidikan : SDN Gugus Raden Saleh

Sub Materi Pokok : Volume Bangun Ruang

Kelas/Semester : V/II

Banyak Soal : 30

Alokasi waktu : 2 x 35 menit

Kompetensi

Dasar

Indikator Pembelajaran Indikator Soal Teknik

Penilaian

Bentuk Soal Ranah Nomor

Soal

3.5 Menjelaskan,

dan menentukan

volume bangun

ruang dengan

menggunakan

satuan volume

(seperti kubus

satuan) serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang kubus

1. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifikasi

jumlah rusuk, sisi dan

titik sudut bangun

ruang kubus

2. Disajikan gambar,

siswa dapat

menentukan salah satu

rusuk bangun ruang

kubus

3. Disajikan gambar,

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C1

C1

C1

1

2

3

Page 185: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

169

siswa dapat

mengidentifiksi sisi

alas bangun ruang

kubus

4. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifiksi sisi

bangun ruang kubus

C1

4

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang balok

5. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifiksi

jumlah rusuk, sisi dan

titik sudut bangun

ruang balok

6. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifikasi

jumlah bangun persegi

panjang dalam balok

7. Disajikan gambar,

siswa dapat

menyebutkan titik

sudut yang

membentuk alas balok

C1

C1

C1

5

6

7

3.5.3 Menjelaskan pengertian

volume bangun ruang kubus

dan balok

8. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menentukan satuan

volume bangun ruang

9. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C1

C3

8

9

Page 186: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

170

mengklasifikasikan

contoh benda yang

berbentuk kubus

10. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

mengklasifikasikan

contoh benda yang

berbentuk balok

C3

10

3.5.4 Menghitung volume

balok dengan menggunakan

kubus satuan

11. Disajikan gambar,

siswa dapat

menentukan volume

balok dengan

menggunkan kubus

satuan

12. Disajikan gambar,

siswa dapat

menentukan volume

balok dengan

menggunkan kubus

satuan

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C3

C3

11

12

3.5.5 Menghitung volume

bangun ruang kubus

13. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

kubus dengan

menggunkan kubus

satuan

14. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

kubus dengan

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C3

C3

13

14

Page 187: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

171

menggunkan kubus

satuan

3.5.7 Menjelaskan hubungan

pangkat tiga dan akar pangkat

tiga.

15. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

16. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

17. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C3

C3

C3

15

16

17

3.5.8 Menghitung volume

bangun ruang kubus dan

balok

18. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

19. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

20. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

Tes Pilihan Ganda C3

C3

C3

18

19

20

Page 188: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

172

bangun ruang kubus

dan balok

21. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

C3

21

3.5.9 Memecahkan masalah

sehari-hari yang

berkaitan dengan

volume bangun ruang

kubus dan balok

22. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

23. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

24. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

25. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

Tes Pilihan Ganda C3

C3

C4

C5

22

23

24

25

Page 189: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

173

volume balok

26. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume kubus

27. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

28. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

29. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume kubus dan

balok

30. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

C5

C5

C5

C5

C5

26

27

28

29

30

Page 190: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

174

berkaitan dengan

volume kubus dan

balok

Page 191: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

175

Lampiran 5

SOAL UJI COBA

Satuan pendidikan : SDN

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit

Hari/Tanggal : ............./....................

A. Pilihalah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada

salah satu huruf a, b, c atau d! Boleh menggunakan penggaris dalam

mengerjakan soal.

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut ini! (soal 1-4)

1. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari kubus adalah ....

a. 6, 12, 9

b. 9, 8, 12

c. 12, 6, 8

d. 8, 6, 12

2. Salah satu rusuk dari kubus ABCD.EFGH adalah

a. AH

b. AB

c. CF

d. GE

3. Sisi yang merupakan alas dari kubus ABCD.EFGH adalah

a. ADHE

b. EFGH

c. ABCD

d. CDHG

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 192: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

176

4. Jika bangun kubus ABCD.EFGH diibaratkan sebuah kaleng kotak tanpa tutup di

atasnya, maka sisi mana yang harus dihilangkan ....

a. EFGH

b. ABCD

c. BCGF

d. ABFE

Perhatikan gambar balok berikut ini! (soal no 5-7)

5. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari balok adalah ....

a. 12, 6, 8

b. 9, 8, 12

c. 9, 12, 8

d. 8, 6, 12

6. Ada berapakah bangun persegi panjang dalam balok ABCD.EFGH?

a. 2 buah

b. 3 buah

c. 4 buah

d. 6 buah

7. Titik sudut yang membentuk alas balok ABCD.EFGH adalah

a. titik A, B, F dan E

b. titik E, F, G dan H

c. titik D, C, G, dan H

d. titik A, B, C dan D

8. Berikut ini yang termasuk ke dalam satuan volume adalah ....

a. Liter, cm³, ml³

b. Liter, cm², ml³

c. m, dm, cm

d. m³, liter, km

9. Benda berikut ini yang berbentuk kubus adalah ....

Page 193: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

177

a. Dadu, rubrik, es batu

b. Lemari, kasur, kamar mandi

c. Kaleng, tabung, limas

d. Segitiga, angkat besi

10. Contoh benda yang berbentuk balok ....

a. Lemari, aquarium, Batako

b. Batu bata merah, Kado

c. Penghapus, koper, pensil

d. Penghapus, Jarum

11. Perhatikan gambar berikut!

Tentukan volume balok diatas!

a. 168 kubus satuan

b. 280 kubus satuan

c. 320 kubus satuan

d. 240 kubus satuan

12. Perhatikan gambar berikut!

Tentukan volume balok diatas!

a. 140 kubus satuan

b. 180 kubus satuan

c. 150 kubus satuan

d. 120 kubus satuan

13. Perhatikan gambar berikut!

Page 194: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

178

Volume kubus di atas adalah ....kubus satuan.

a. 25

b. 50

c. 125

d. 225

14. Perhatikan gambar kubus satuan berikut!

Hitunglah volume kubus diatas dengan kubus satuan!

a. 243 kubus satuan

b. 264 kubus satuan

c. 216 kubus satuan

d. 433 kubus satuan

15. Sebuah kubus mempunyai volume sebesar 512 cm³. Berapakah panjang rusuk

kubus tersebut?

a. 6 cm

b. 7 cm

c. 8 cm

d. 9 cm

16. Volume sebuah kubus sama dengan volume sebuah balok. Panjang, lebar, dan

tinggi balok berturut-turut adalah 12 cm, 8 cm, dan 18 cm. Panjang rusuk kubus

itu ...cm.

a. 10

b. 11

c. 12

d. 13

Page 195: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

179

17. 1 + 1 = ....

a. 5

b. 25

c. 30

d. 125

18. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 128 kubus satuan

b. 182 kubus satuan

c. 192 kubus satuan

d. 64 kubus satuan

19. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 256 kubus satuan

b. 192 kubus satuan

c. 140 kubus satuan

d. 198 kubus satuan

20. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

Page 196: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

180

a. 810 cm³

b. 125 cm³

c. 935 cm³

d. 1.260 cm³

21. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 2400 cm³

b. 1200 cm³

c. 3400 cm³

d. 24000 cm³

22. Iwan mempunyai kotak pensil. Kotak pensil tersebut panjangnya 20 cm, lebarnya

6 cm, tebalnya 3 cm. Volume kotak pensil tersebut adalah ....

a. 360 cm³

b. 280 cm³

c. 210 cm³

d. 190 cm³

23. Sebuah akuarium berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 80 cm.

Akuarium itu diisi setengah bagian. Isi akuarium itu adalah ....cm³.

a. 28.000

b. 30.000

c. 32.000

d. 34.000

24. Pak Jamaluddin membuat kolam lele di kebunnya. Panjang 3 m, lebar 4 m, dan

dalamnya 2 m. Berapa meter kubik tanah yang digali?

a. 24 m³

b. 26 m³

c. 32 m³

d. 36 m³

Page 197: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

181

25. Rina mempunyai kotak pensil berbentuk balok dengan panjang 15 cm, lebar 8 cm,

dan tinggi 4 cm. Volume kotak pensil Rina adalah .... cm³.

a. 480

b. 240

c. 960

d. 120

26. Rino mempunyai kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang sisinya 20 cm.

Doni juga punya kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang sisi 15 cm. Selisih

volume kotak pensil mereka berdua adalah .... cm³.

a. 4600

b. 8000

c. 3.375

d. 4.625

27. Volume sebuah bak mandi berbentuk balok adalah 1.800 dm³. Jika panjang dan

lebar bak mandi tersebut adalah 15 dm dan 10 dm, maka tinggi bak tersebut

adalah ....

a. 15 dm

b. 18 dm

c. 13 dm

d. 12 dm

28. Aquarium berbentuk balok dengan panjang, lebar dan tinggi sebesar 90 cm, 60 cm

dan 70 cm. Maka volumenya adalah ....

a. 378.000 dm³

b. 378 cm³

c. 378 dm³

d. 37,8 m³

29. Volume sebuah balok adalah 385 cm³. Jika ukuran panjang, lebar dan tinggi balok

berturut-turut adalah 11 cm, 5 cm dan (3+x) cm, tentukan tinggi balok tersebut.

a. 6

b. 7

c. 8

d. 9

Page 198: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

182

30. Dina mempunyai kotak mainan yang berukuran 50 cm x 30 cm x 24 cm. Kotak itu

akan diisi kubus satuan yang berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm sampai penuh. Berapa

banyaknya kubus satuan yang dapat dimuat dalam kotak mainan tersebut?

a. 4600 kubus satuan

b. 4500 kubus satuan

c. 4400 kubus satuan

d. 4300 kubus satuan

Page 199: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

183

Lampiran 6

KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA

No. Jawaban Skor

1. c. 12, 6, 8 1

2. b. AB 1

3. c. ABCD 1

4. a. EFGH 1

5. a. 12, 6, 8 1

6. c. 4 buah 1

7. d. titik A, B, C dan D 1

8. a. Liter, cm³, ml³ 1

9. a. dadu, rubrik, es batu 1

10. a. Lemari, aquarium, Batako 1

11. a. 168 kubus satuan 1

12. d. 120 kubus satuan 1

13. c.125 1

14. c. 216 kubus satuan 1

15. c. 8 cm 1

16. c. 12 1

17. c. 30 1

18. c. 192 kubus satuan 1

19. 256 kubus satuan 1

20. c. 935 cm³ 1

21. c. 3.400 cm³ 1

22. a. 360 cm³ 1

23. c. 32.000 1

24. a.24 m³ 1

25. a. 480 1

26. d. 4625 1

27. d. 12 dm 1

28. c.378 dm³ 1

29. b. 7 1

30. b. 4500 kubus kecil 1

Page 200: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

184

Lampiran 7

HASIL UJI VALIDITAS SOAL UJI COBA

NO SKOR UNTUK SETIAP NOMOR ITEM SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 24

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 26

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 18

6 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 26

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 27

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 28

10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21

11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23

12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 23

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 21

14 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27

15 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24

Page 201: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

185

16 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 24

17 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23

18 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13

19 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 25

21 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 16

22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21

23 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 13

24 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9

25 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

26 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17

27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 17

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 20

29 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13

30 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10

31 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16

32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 21

33 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11

34 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 16

35 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 16

Page 202: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

186

36 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11

37 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13

38 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 18

Σ 29 29 33 22 21 28 27 32 32 25 21 23 16 28 30 23 28 30 24 23 27 15 23 28 16 22 11 23 29 24

Mp 20.9 21.3 20.8 21.8 21.6 20.4 21.3 20.6 20.1 21.2 21.9 20.2 22.4 21.2 21.0 21.0 21.1 20.5 21.6 20.8 21.2 23.1 22.0 21.4 19.0 22.2 23.7 21.4 20.7 21.2 20.

9

Mt 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.5 19.

5

St 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.70 5.7

0

p 0.76 0.76 0.87 0.58 0.55 0.74 0.71 0.84 0.84 0.66 0.55 0.61 0.42 0.74 0.79 0.61 0.74 0.79 0.63 0.61 0.71 0.39 0.61 0.74 0.42 0.58 0.29 0.61 0.76 0.63 0.7

6

q 0.24 0.24 0.13 0.42 0.45 0.26 0.29 0.16 0.16 0.34 0.45 0.39 0.58 0.26 0.21 0.39 0.26 0.21 0.37 0.39 0.29 0.61 0.39 0.26 0.58 0.42 0.71 0.39 0.24 0.37 0.2

4

rpbis 0.42 0.57 0.60 0.46 0.40 0.24 0.49 0.43 0.23 0.41 0.46 0.15 0.44 0.48 0.51 0.33 0.46 0.33 0.47 0.28 0.47 0.50 0.53 0.55 -0.08 0.55 0.47 0.40 0.37 0.38 0.4

2

r tbl 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.3

2

status

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

INV

AL

ID

VA

LID

VA

LID

INV

AL

ID

VA

LID

VA

LID

INV

AL

ID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

INV

AL

ID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

INV

AL

ID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

Page 203: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

187

Lampiran 8

HASIL UJI RELIABILITAS SOAL UJI COBA

NO SKOR UNTUK SETIAP NOMOR ITEM SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 24

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 26

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 18

6 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 26

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 27

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 28

10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21

11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23

12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 23

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 21

14 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27

15 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24

Page 204: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

188

16 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 24

17 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23

18 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13

19 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 25

21 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 16

22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21

23 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 13

24 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9

25 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

26 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17

27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 17

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 20

29 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13

30 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10

31 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16

32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 21

33 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11

34 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 16

35 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 16

Page 205: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

189

36 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11

37 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13

38 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 18

Σ 29 29 33 22 21 28 27 32 32 25 21 23 16 28 30 23 28 30 24 23 27 15 23 28 16 22 11 23 29 24

n 38

n-1 37

p 0.76 0.76 0.87 0.58 0.55 0.74 0.71 0.84 0.84 0.66 0.55 0.61 0.42 0.74 0.79 0.61 0.74 0.79 0.63 0.61 0.71 0.39 0.61 0.74 0.42 0.58 0.29 0.61 0.76 0.63

q 0.24 0.24 0.13 0.42 0.45 0.26 0.29 0.16 0.16 0.34 0.45 0.39 0.58 0.26 0.21 0.39 0.26 0.21 0.37 0.39 0.29 0.61 0.39 0.26 0.58 0.42 0.71 0.39 0.24 0.37

pq 0.18 0.18 0.11 0.24 0.25 0.19 0.21 0.13 0.13 0.23 0.25 0.24 0.24 0.19 0.17 0.24 0.19 0.17 0.23 0.24 0.21 0.24 0.24 0.19 0.24 0.24 0.21 0.24 0.18 0.23

Σpq 6,24

varia

ns

skor

0,80

KR2

0 0,83

Page 206: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

190

Lampiran 9

HASIL UJI TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA

NO SKOR UNTUK SETIAP NOMOR ITEM SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 24

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 26

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 18

6 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 26

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 27

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 28

10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21

11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23

12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 23

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 21

14 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27

15 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24

Page 207: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

191

16 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 24

17 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23

18 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13

19 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 25

21 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 16

22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21

23 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 13

24 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9

25 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

26 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17

27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 17

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 20

29 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13

30 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10

31 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16

32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 21

33 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11

34 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 16

35 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 16

Page 208: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

192

36 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11

37 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13

38 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 18

Σ 29 29 33 22 21 28 27 32 32 25 21 23 16 28 30 23 28 30 24 23 27 15 23 28 16 22 11 23 29 24

tgt sk 0.76 0.76 0.87 0.58 0.55 0.74 0.71 0.84 0.84 0.66 0.55 0.61 0.42 0.74 0.79 0.61 0.74 0.79 0.63 0.61 0.71 0.39 0.61 0.74 0.42 0.58 0.29 0.61 0.76 0.63

status

skr

mdh mdh mdh sdg sdg mdh mdh mdh mdh sdg sdg sdg sdg mdh mdh sdg mdh mdh sdg sdg mdh sdg sdg mdh sdg sdg skr sdg mdh sdg

Page 209: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

193

Lampiran 10

HASIL UJI DAYA BEDA SOAL UJI COBA

NO SKOR UNTUK SETIAP NOMOR ITEM SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 28

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 27

14 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 26

7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 26

19 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 25

3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 24

15 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24

16 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 24

11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23

12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 23

17 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 23

Page 210: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

194

6 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 21

10 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 21

22 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21

BA 17 17 19 14 13 15 17 18 17 18 14 13 13 19 19 14 17 18 17 12 16 12 15 18 7 17 9 14 18 16

JA 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

BA/J

A 0.89 0.89 1.00 0.74 0.68 0.79 0.89 0.95 0.89 0.95 0.74 0.68 0.68 1.00 1.00 0.74 0.89 0.95 0.89 0.63 0.84 0.63 0.79 0.95 0.37 0.89 0.47 0.74 0.95 0.84

NO SKOR UNTUK SETIAP NOMOR ITEM SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ

32 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 21

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 20

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 18

38 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 18

26 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 17

27 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 17

21 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 16

31 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16

34 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 16

Page 211: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

195

35 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 16

18 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13

23 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 13

29 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 13

37 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13

25 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11

33 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11

36 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11

30 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 10

24 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 9

BB 12 12 14 8 8 13 10 14 15 7 7 10 3 9 11 9 11 12 7 11 11 3 8 10 9 5 2 9 11 8

JB 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

BB/J

B 0.63 0.63 0.74 0.42 0.42 0.68 0.53 0.74 0.79 0.37 0.37 0.53 0.16 0.47 0.58 0.47 0.58 0.63 0.37 0.58 0.58 0.16 0.42 0.53 0.47 0.26 0.11 0.47 0.58 0.42

daya

pemb

eda 0.26 0.26 0.26 0.32 0.26 0.11 0.37 0.21 0.11 0.58 0.37 0.16 0.53 0.53 0.42 0.26 0.32 0.32 0.53 0.05 0.26 0.47 0.37 0.42 -0.11 0.63 0.37 0.26 0.37 0.42 0.26

status

soal

cuk

up

cuk

up

cuk

up

cuk

up

cuk

up

jele

k

cuk

up

cuk

up

jele

k baik

cuk

up

jele

k baik baik baik

cuk

up

cuk

up

cuk

up baik jelek

cuk

up baik

cuk

up baik

jelek

sekal

i baik

cuk

up

cuk

up

cuk

up baik

cuk

up

Page 212: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

196

Lampiran 11

KISI-KISI INSTRUMEN SOAL PENELITIAN

Satuan pendidikan : SDN Gugus Raden Saleh

Sub Materi Pokok : Volume Bangun Ruang

Kelas/Semester : V/II

Banyak Soal : 30

Alokasi waktu : 2 x 35 menit

Kompetensi

Dasar

Indikator Pembelajaran Indikator Soal Teknik

Penilaian

Bentuk Soal Ranah Nomor Soal

3.5 Menjelaskan,

dan menentukan

volume bangun

ruang dengan

menggunakan

satuan volume

(seperti kubus

satuan) serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang kubus

1. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifikasi

jumlah rusuk, sisi dan

titik sudut bangun

ruang kubus

2. Disajikan gambar,

siswa dapat

menentukan salah satu

rusuk bangun ruang

kubus

3. Disajikan gambar,

siswa dapat

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C1

C1

C1

1

2

3

Page 213: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

197

pangkat tiga mengidentifiksi sisi

alas bangun ruang

kubus

4. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifiksi sisi

bangun ruang kubus

C1

4

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang balok

5. Disajikan gambar,

siswa dapat

mengidentifiksi

jumlah rusuk, sisi dan

titik sudut bangun

ruang balok

6. Disajikan gambar,

siswa dapat

menyebutkan titik

sudut yang

membentuk alas balok

C1

C1

5

6

3.5.3 Menjelaskan pengertian

volume bangun ruang kubus

dan balok

7. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menentukan satuan

volume bangun ruang

8. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

mengklasifikasikan

contoh benda yang

berbentuk balok

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C1

C3

7

8

Page 214: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

198

3.5.4 Menghitung volume

balok dengan menggunakan

kubus satuan

9. Disajikan gambar,

siswa dapat

menentukan volume

balok dengan

menggunkan kubus

satuan

Tes

Pilihan Ganda Kognitif

C3

9

3.5.5 Menghitung volume

bangun ruang kubus

10. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

kubus dengan

menggunkan kubus

satuan

11. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

kubus dengan

menggunkan kubus

satuan

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C3

C3

10

11

3.5.7 Menjelaskan hubungan

pangkat tiga dan akar pangkat

tiga.

12. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

13. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

Tes Pilihan Ganda Kognitif

C3

C3

12

13

Page 215: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

199

14. Disajikan pernyataan,

siswa dapat

menghitung hasil

bilangan akar pangkat

tiga

C3 14

3.5.8 Menghitung volume

bangun ruang kubus dan

balok

15. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

16. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

17. Disajikan gambar,

siswa dapat

menghitung volume

bangun ruang kubus

dan balok

Tes Pilihan Ganda C3

C3

C3

15

16

17

3.5.10 Memecahkan masalah

sehari-hari yang

berkaitan dengan

volume bangun ruang

kubus dan balok

18. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

19. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

Tes

Pilihan Ganda C3

C3

18

19

Page 216: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

200

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

20. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

21. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

22. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume kubus

23. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume balok

24. Disajikan

permasalahan, siswa

C4

C5

C5

C5

20

21

22

23

Page 217: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

201

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume kubus dan

balok

25. Disajikan

permasalahan, siswa

dapat menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume kubus dan

balok

C5

C5

24

25

Page 218: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

202

Lampiran 12

SOAL PRETEST DAN POSTTEST

Satuan pendidikan : SDN

Kelas/Semester : V/II

Alokasi waktu : 2 x 35 menit

Hari/Tanggal : ............./....................

A. Pilihalah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada

salah satu huruf a, b, c atau d! Boleh menggunakan penggaris dalam

mengerjakan soal.

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut ini! (soal 1-4)

7. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari kubus adalah ....

a. 6, 12, 9

b. 9, 8, 12

c. 12, 6, 8

d. 8, 6, 12

8. Salah satu rusuk dari kubus ABCD.EFGH adalah

a. AH

b. AB

c. CF

d. GE

9. Sisi yang merupakan alas dari kubus ABCD.EFGH adalah

a. ADHE

b. EFGH

c. ABCD

d. CDHG

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 219: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

203

10. Jika bangun kubus ABCD.EFGH diibaratkan sebuah kaleng kotak tanpa tutup di

atasnya, maka sisi mana yang harus dihilangkan ....

a. EFGH

b. ABCD

c. BCGF

d. ABFE

Perhatikan gambar balok berikut ini! (soal no 5-7)

11. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari balok adalah ....

a. 12, 6, 8

b. 9, 8, 12

c. 9, 12, 8

d. 8, 6, 12

12. Titik sudut yang membentuk alas balok ABCD.EFGH adalah

a. titik A, B, F dan E

b. titik E, F, G dan H

c. titik D, C, G, dan H

d. titik A, B, C dan D

13. Berikut ini yang termasuk ke dalam satuan volume adalah ....

a. Liter, cm³, ml³

b. Liter, cm², ml³

c. m, dm, cm

d. m³, liter, km

14. Contoh benda yang berbentuk balok ....

a. Lemari, aquarium, Batako

b. Batu bata merah, Kado

c. Penghapus, koper, pensil

d. Penghapus, Jarum

15. Perhatikan gambar berikut!

Page 220: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

204

Tentukan volume balok disamping!

a. 168 kubus satuan

b. 280 kubus satuan

c. 320 kubus satuan

d. 240 kubus satuan

16. Perhatikan gambar berikut!

Volume kubus di samping adalah ....kubus satuan.

a. 25

b. 50

c. 125

d. 225

17. Perhatikan gambar kubus satuan berikut!

Hitunglah volume kubus diatas dengan kubus satuan!

a. 243 kubus satuan

b. 264 kubus satuan

c. 216 kubus satuan

d. 433 kubus satuan

18. Sebuah kubus mempunyai volume sebesar 512 cm³. Berapakah panjang rusuk kubus

tersebut?

a. 6 cm

b. 7 cm

c. 8 cm

d. 9 cm

19. Volume sebuah kubus sama dengan volume sebuah balok. Panjang, lebar, dan tinggi

balok berturut-turut adalah 12 cm, 8 cm, dan 18 cm. Panjang rusuk kubus itu ...cm.

a. 10

Page 221: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

205

b. 11

c. 12

d. 13

1 1 + 1 = ....

a. 5

b. 25

c. 30

d. 125

15. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 128 kubus satuan

b. 182 kubus satuan

c. 192 kubus satuan

d. 64 kubus satuan

16. Perhatikan gambar berikut!

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 256 kubus satuan

b. 192 kubus satuan

c. 140 kubus satuan

d. 198 kubus satuan

17. Perhatikan gambar berikut!

Page 222: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

206

Hitunglah volume bangun diatas!

a. 2400 cm³

b. 1200 cm³

c. 3400 cm³

d. 24000 cm³

18. Iwan mempunyai kotak pensil. Kotak pensil tersebut panjangnya 20 cm, lebarnya 6

cm, tebalnya 3 cm. Volume kotak pensil tersebut adalah ....

a. 360 cm³

b. 280 cm³

c. 210 cm³

d. 190 cm³

19. Sebuah akuarium berukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 80 cm. Akuarium

itu diisi setengah bagian. Isi akuarium itu adalah ....cm³.

a. 28.000

b. 30.000

c. 32.000

d. 34.000

20. Pak Jamaluddin membuat kolam lele di kebunnya. Panjang 3 m, lebar 4 m, dan

dalamnya 2 m. Berapa meter kubik tanah yang digali?

a. 24 m³

b. 26 m³

c. 32 m³

d. 36 m³

21. Rino mempunyai kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang sisinya 20 cm. Doni

juga punya kotak pensil berbentuk kubus dengan panjang sisi 15 cm. Selisih volume

kotak pensil mereka berdua adalah .... cm³.

a. 4600

b. 8000

c. 3.375

Page 223: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

207

d. 4.625

22. Volume sebuah bak mandi berbentuk balok adalah 1.800 dm³. Jika panjang dan lebar

bak mandi tersebut adalah 15 dm dan 10 dm, maka tinggi bak tersebut adalah ....

a. 15 dm

b. 18 dm

c. 13 dm

d. 12 dm

23. Aquarium berbentuk balok dengan panjang, lebar dan tinggi sebesar 90 cm, 60 cm

dan 70 cm. Maka volumenya adalah ....

a. 378.000 dm³

b. 378 cm³

c. 378 dm³

d. 37,8 m³

24. Volume sebuah balok adalah 385 cm³. Jika ukuran panjang, lebar dan tinggi balok

berturut-turut adalah 11 cm, 5 cm dan (3+x) cm, tentukan tinggi balok tersebut.

a. 6

b. 7

c. 8

d. 9

25. Dina mempunyai kotak mainan yang berukuran 50 cm x 30 cm x 24 cm. Kotak itu

akan diisi kubus satuan yang berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm sampai penuh. Berapa

banyaknya kubus satuan yang dapat dimuat dalam kotak mainan tersebut?

a. 4600 kubus satuan

b. 4500 kubus satuan

c. 4400 kubus satuan

d. 4300 kubus satuan

Page 224: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

208

Lampiran 13

KUNCI JAWABAN PRETEST DAN POSTTEST

No. Jawaban Skor

1. c. 12, 6, 8

2. b. AB

3. c. ABCD

4. a. EFGH

5. a. 12, 6, 8

6. d. titik A, B, C dan D

7. a. Liter, cm³, ml³

8. a. Lemari, aquarium, Batako

9. a. 168 kubus satuan

10. c.125

11. c. 216 kubus satuan

12. c. 8 cm

13. c. 12

14. c. 30

15. c. 192 kubus satuan

16. a. 256 kubus satuan

17. c. 3.400 cm³

18. a. 360 cm³

19. c. 32.000

20. a.24 m³

21. d. 4625

22. d. 12 dm

23. c.378 dm³

24. b. 7

25. b. 4500 kubus kecil

Page 225: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

209

Lampiran 14

HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN

NO SISWA NILAI NO SISWA NILAI

1 52 1 28

2 36 2 44

3 56 3 60

4 68 4 56

5 32 5 48

6 48 6 48

7 36 7 44

8 60 8 32

9 52 9 36

10 64 10 60

11 48 11 48

12 32 12 36

13 36 13 52

14 44 14 32

15 40 15 32

16 60 16 56

17 40 17 32

18 52

19 36

20 64

21 56

22 68

Nilai Terendah 32 Nilai Terendah 28

NilaiTertinggi 68 NilaiTertinggi 68

Rata-rata 47 Rata-rata 46

Page 226: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

210

Lampiran 15

HASIL UJI NORMALITAS NILAI PRETEST

A. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n= 22, 1 , dan

a.

b.

√1 1 1 11

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,438 = 0,062

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) = 1

|F(z1) - S(z1)| = 1

Page 227: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

211

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas nilai pretest kelas eksperimen

menggunakan Uji Liliefors :

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 28 784 -1.537 0.062 0.045 0.017 0.017

2 32 1024 -1.202 0.115 0.091 0.024 0.024

3 32 1024 -1.202 0.115 0.136 -0.022 0.022

4 32 1024 -1.202 0.115 0.182 -0.067 0.067

5 32 1024 -1.202 0.115 0.227 -0.113 0.113

6 36 1296 -0.868 0.193 0.273 -0.080 0.080

7 36 1296 -0.868 0.193 0.318 -0.125 0.125

8 36 1296 -0.868 0.193 0.364 -0.171 0.171

9 44 1936 -0.198 0.422 0.409 0.012 0.012

10 44 1936 -0.198 0.422 0.455 -0.033 0.033

11 48 2304 0.137 0.554 0.500 0.054 0.054

12 48 2304 0.137 0.554 0.545 0.009 0.009

13 48 2304 0.137 0.554 0.591 -0.036 0.036

14 52 2704 0.472 0.681 0.636 0.045 0.045

15 52 2704 0.472 0.681 0.682 0.000 0.000

16 56 3136 0.807 0.790 0.727 0.063 0.063

17 56 3136 0.807 0.790 0.773 0.017 0.017

18 56 3136 0.807 0.790 0.818 -0.028 0.028

19 60 3600 1.141 0.873 0.864 0.010 0.010

20 60 3600 1.141 0.873 0.909 -0.036 0.036

21 64 4096 1.476 0.930 0.955 -0.024 0.024

22 68 4624 1.811 0.965 1.000 -0.035 0.035

Jumlah 1020 50288 0,05

rata-rata 4,64 L hitung 0,162

simpangan baku 11,9 L tabel 0.173

Lhitung < Ltabel (0,162<0,173)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,162) < Ltabel (0,173) maka H0 diterima.

Page 228: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

212

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai pretest kelas eksperimen berdistribusi normal.

Page 229: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

213

B. Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=17, , dan 1

a.

b.

√1 11.5095868

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,408 = 0,092

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) =

|F(z1) - S(z1)| =

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas nilai pretest kelas kontrol

menggunakan Uji Liliefors :

Page 230: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

214

NO Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 32 1024 -1.329 0.092 0.059 0.033 0.033

2 32 1024 -1.329 0.092 0.118 -0.026 0.026

3 36 1296 -0.981 0.163 0.176 -0.013 0.013

4 36 1296 -0.981 0.163 0.235 -0.072 0.072

5 36 1296 -0.981 0.163 0.294 -0.131 0.131

6 40 1600 -0.634 0.263 0.353 -0.090 0.090

7 40 1600 -0.634 0.263 0.412 -0.149 0.149

8 44 1936 -0.286 0.387 0.471 -0.083 0.083

9 48 2304 0.061 0.524 0.529 -0.005 0.005

10 48 2304 0.061 0.524 0.588 -0.064 0.064

11 52 2704 0.409 0.659 0.647 0.012 0.012

12 52 2704 0.409 0.659 0.706 -0.047 0.047

13 56 3136 0.756 0.775 0.765 0.011 0.011

14 60 3600 1.104 0.865 0.824 0.042 0.042

15 60 3600 1.104 0.865 0.882 -0.017 0.017

16 64 4096 1.451 0.927 0.941 -0.015 0.015

17 68 4624 1.799 0.964 1.000 -0.036 0.036

Jumlah 804 40144 0,05

rata-rata 47,3 L hitung 0,149

simpangan baku 11,5 L tabel 0,206

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,149) < Ltabel (0,206) maka H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai pretest kelas kontrol berdistribusi normal.

Page 231: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

215

Lampiran 16

HASIL UJI HOMOGENITAS NILAI PRETEST

1. Hipotesis yang diajukan

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

4. Perhitungan rumus

Varians =

Fhitung =

Berikut hasil perhitungan uji F pada nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol:

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Nilai (Xi- ) (Xi- )2 No Nilai (Xi- ) (Xi- )

2

1 28 -18.364 337.223 1 32 -15.294 233.910

2 32 -14.364 206.314 2 32 -15.294 233.910

3 32 -14.364 206.314 3 36 -11.294 127.557

4 32 -14.364 206.314 4 36 -11.294 127.557

5 32 -14.364 206.314 5 36 -11.294 127.557

6 36 -10.364 107.405 6 40 -7.294 53.204

7 36 -10.364 107.405 7 40 -7.294 53.204

8 36 -10.364 107.405 8 44 -3.294 10.851

9 44 -2.364 5.587 9 48 0.706 0.498

10 44 -2.364 5.587 10 48 0.706 0.498

11 48 1.636 2.678 11 52 4.706 22.145

12 48 1.636 2.678 12 52 4.706 22.145

13 48 1.636 2.678 13 56 8.706 75.792

14 52 5.636 31.769 14 60 12.706 161.439

15 52 5.636 31.769 15 60 12.706 161.439

Page 232: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

216

16 56 9.636 92.860 16 64 16.706 279.087

17 56 9.636 92.860 17 68 20.706 428.734

18 56 9.636 92.860

19 60 13.636 185.950

20 60 13.636 185.950

21 64 17.636 311.041

22 68 21.636 468.132

Jumlah 1020 Jumlah 2997.091 Jumlah 804 Jumlah 2119.529

Rata-rata 46,36 Rata-rata 47,3

n-1 21 n-1 16

S2 142.7186147 S

2 132.471

Fhitung 1,077

Ftabel 2,264

Fhitung (1,077) ˂ Ftabel (2,264)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data nilai pretest menggunakan Uji F

diperoleh Fhitung = 1,077 dan Ftabel = 2,264 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Maka nilai

Fhitung ˂ Ftabel sehingga H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data nilai

pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama atau homogen.

Page 233: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

217

Lampiran 17

PENGGALAN SILABUS KELAS EKSPERIMEN

Satuan Pendidikan : SD N 1 Limbangan

Materi Pelajaran : Matematika

Materi : Volume Kubus dan Balok

Kelas/Semester : V (Lima)/ II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit / pertemuan

Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,

dan tetangganya serta cinta tanah air

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam

gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Page 234: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

218

KD Nilai

Karakter Indikator

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Jenis Bentuk

3.5

Menjelaskan,

dan

menentukan

volume

bangun ruang

dengan

menggunakan

satuan

volume

(seperti

kubus satuan)

serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

1. Religius

2. Integrita

s

3. Mandiri

4. Tanggun

gjawab

5. Disiplin

6. Percaya

diri

3.5.1 Mengidentifika

si sifat-sifat

bangun ruang

kubus

Pertemuan 1

1. Sifat-sifat

Bangun

Ruang

Kubus dan

Balok

2. Pengertian

Volume

Bangun

Ruang

Kubus dan

Balok

1. Guru

menyiapkan

peserta

didik secara

psikis dan

fisik untuk

mengikuti

proses

pembelajara

n

2. Guru

menyampai

kan tujuan

pembelajara

n, manfaat

dan garis-

garis besar

kegiatan

Tes Tertulis Pilihan

Ganda

dan

Uraian

1 Perte-

muan

(2x35

JP)

Purnomo

sidi dkk.

2018.

Senang

Belajar

Matemat

ika.

Jakarta:

Kementri

an

Pendidik

an dan

Kebuday

aan

Nurharin

i, Dewi

dan Sulis

3.5.2 Mengidentifika

si sifat-sifat

bangun ruang

balok

3.5.3 Menjelaskan

pengertian

volume

bangun ruang

kubus dan

balok

3.5.4 Menjelaskan

volume

bangun ruang

Pertemuan 2

1. Kubus

Page 235: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

219

balok dengan

menggunakan

kubus satuan

satuan

sebagai

pengukur

volume,

volume

balok

pembelajara

n dengan

pendekatank

ontekstual

3. Guru

memberikan

demonstrasi

dengan

analogi

sederhana

berkaitan

materi

kemudian

siswa

membangun

sendiri dan

mengkonstr

uksi konsep

diawal

pembelajara

Priyanto.

2017.

Buku

SiswaMa

ri Belajar

Matemat

ika.

Solo: CV

Usaha

Makmur

3.5.5 Menghitung

volume balok

dengan

mengunakan

kubus satuan

3.5.6 Menjelaskan

volume

bangun ruang

kubus dengan

menggunkan

kubus satuan

Pertemuan 3

1. Volume

kubus,

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

3.5.7 Menjelaskan

hubungan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

Page 236: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

220

3.5.8 Menghitung

volume

bangun ruang

kubus dan

balok

Pertemuan 4

1. Volume

Bangun

Ruang

Kubus dan

Balok

n

(Kontruktivi

sme)

4. Siswa

melakukan

identifikasi

dan

investigasi

sendiri

dengan

mengandalk

an

pengetahuan

awal yang

mereka

punya

sehingga

siswa

paham

dalam

kegiatan

3.5.9 Memecahkan

masalah

sehari-hari

yang berkaitan

dengan volume

bangun ruang

kubus dan

balok

4.5

Menyelesaik

an masalah

yang

berkaitan

dengan

volume

4.5.1 Membuat

gambar

bangun ruang

kubus

Non

Tes

Lembar

Pengam

atan

Rubik

4.5.2 Membuat

gambar

bangun ruang

Page 237: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

221

bangun

ruang dengan

menggunaka

n

satuan

volume

(seperti

kubus satuan)

melibatkan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

balok mereka

(Inkuiri)

5. Siswa

diberikan

kesempatan

untuk

bertanya

dan

memberikan

kesempatan

siswa yang

lain untuk

menanggapi

pertanyaan

dari

temannya

(Bertanya)

6. Siswa

dikelompok

kan dengan

4.5.3 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

bangun ruang

balok

4.5.4 Menyampaika

n hasil kerja di

depan kelas

4.5.6 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

kubus

4.5.7 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan akar

Page 238: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

222

pangkat tiga setiap

kelompok

beranggotak

an 4-5 0rang

untuk

mengerjaka

n tugas

kelompok

7. Guru

memberikan

alat peraga

kubus

satuan

untuk

mempermud

ah

pemahaman

siswa dalam

menyelesaik

an tugas

kelompok

4.5.8 Mendemonstra

sikan

bagaimana

cara mencari

volume benda-

benda yang

berbentuk

kubus di ruang

kelas

4.5.8 Mendemonstra

sikan

bagaimana

cara mencari

volume benda-

benda yang

berbentuk

balok di ruang

kelas

Page 239: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

223

8. Siswa

mengerjaka

n tugas

kelompok

sesuai

dengan

tahapan

sebelumnya

(Masyarakat

belajar)

9. Guru

memberikan

contoh

dengan

melibatkan

siswa

langsung

dalam

peragaan

mengenai

materi

Page 240: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

224

(Pemodelan

)

10. Perenungan

kembali atas

pengetahuan

baru yang

dipelajari

dengan cara

memikirkan

, menelaah

dan

merespon

semua

kegiatan

yang

dilakukan

selama

pembelajara

n

berlangsung

(Refleksi)

Page 241: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

225

11. Siswa

mengerjaka

n latihan

soal yang

berkaitan

dengan

materi

12. Guru

memberikan

penilaian

atas hasil

kerja siswa

dan

memberikan

penghargaa

n baik

verbal

maupun

nonverbal

(Penilaian

autentik)

Page 242: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

226

13. Siswa

dibantu

guru

membuat

kesimpulan

tentang

materi yang

telah

dipelajari

dan

kegunaanny

a pada

kehidupan

14. Mengkondis

ikan siswa

untuk

pertemuan

selanjutnya

dan

menutup

proses

Page 243: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

227

pembelajara

n dengan

salam.

Page 244: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

228

Lampiran 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN 1

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : 1. Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta

tanah air

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat

bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,

sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

Page 245: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

229

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan menggunakan alat peraga kubus satuan, siswa dapat mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang kubus dengan benar.

2. Dengan menggunakan alat peraga kubus satuan, siswa dapat mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang kubus dengan benar.

3. Melalui contoh gambar yang diberikan, siswa dapat menggambar bangun ruang

kubus dengan baik.

4. Melalui contoh gambar yang diberikan, siswa dapat menggambar bangun ruang

balok dengan baik.

D. MATERI AJAR

1. Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus da Balok

E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

1. Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)

2. Metode : Penugasan, Tanya jawab, Diskusi dan Ceramah

3. Model : CTL (Contextual Teaching and Learning)

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Media Pembelajaran: alat peraga kubus satuan, gambar kubus dan balok, kardus

kapur, kardus makanan, penghapus

2. Sumber Pembelajaran:

Purnomosidi dkk. 2018. Senang Belajar Matematika. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Nurharini, Dewi dan Sulis Priyanto. 2017. Buku SiswaMari Belajar Matematika.

Solo: CV Usaha Makmur

Page 246: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

230

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI

WAKTU

Pendahuluan 1. Guru memberikan salam

2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa

3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru mengkondisikan kelas

5. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya

kepada siswa :

a. Anak-anak, coba perhatikan benda-benda di

sekitar kita seperti batu bata, korek api,

kotak tisu, kotak susu, kotak nasi, buku,

lemari, penghapus atau ruang kelas.

b. Jika kita perhatikan, berbentuk apakah

bangun-bangun tersebut?

6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

manfaat dan garis-garis besar kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

5 menit

Inti Konstruktivisme

1. Guru meminta siswa untuk mengamati bangun

ruang yang dibawa oleh guru. Siswa mengamati

termasuk bangun ruang apakah kedua bangun

tersebut?

2. Guru meminta salah satu siswa untuk maju ke

depan melihat bangun ruang tersebut.

3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa

mengenai demonstrasi yang telah dilakukan

berdasarkan pemahaman awal siswa (menanya)

50 menit

Page 247: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

231

“Menurut kalian, apakah perbedaan dari kedua

bangun tersebut?”

Inkuiri

4. Siswa berfikir kritis untuk menemukan sendiri

pemahaman mereka tentang sifat-sifat bangun

ruang kubus dan balok.

5. Siswa diminta maju ke depan untuk menuliskan

hasil temuannya (mengkomunikasikan)

6. Siswa membaca sifat-sifat bangun ruang kubus

dan balok (literasi)

7. Guru memberikan penguatan dan penjelasan

tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok

Bertanya

8. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya

mengenai sifat-sifat bangun ruang kubus dan

balok

9. Guru memberikan kesempatan siswa yang lain

untuk menanggapi pertanyaan dari temannya

10. Siswa menyampaikan tanggapannya atas

pertanyaan yang diajukan oleh siswa yang lain

(mengkomunikasikan)

Masyarakat belajar

11. Siswa dikelompokkan dengan setiap kelompok

beranggotakan 5-6 orang

12. Masing-masing kelompok dibagikan alat peraga

kubus dan balok dan diminta mengamatinya

13. Guru memberikan permasalahan dalam bentuk

pertanyaan tentang sifat-sifat bangun ruang

kubus dan balok

14. Siswa berdiskusi untuk menyelesaiakn tugas

dari guru

15. Guru berkeliling memantau pekerjaan siswa

Page 248: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

232

16. Salah satu kelompok diminta maju ke depan

kelas untuk mempresentasikan hasil

pekerjaannya

17. Guru memberikan apresiasi dan memberikan

penguatan

Modeling

18. Guru membagikan lembar kerja peserta didik

(LKPD) sifat-sifat bangun ruang kubus dan

balok

19. Siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok

untuk mengerjakan lembar kerja dan memantau

jalannya diskusi kelompok

20. Siswa bekerja sama dengan teman kelompoknya

mengerjakan tugas yang ada di lembar kerja

21. Guru berkeliling memberi bantuan kepada siswa

tiap kelompok jika diperlukan

22. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil

kerja kelompoknya di depan kelas dan guru

memfasilitasi terjadinya diskusi antar siswa

Refleksi

23. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama

tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok

24. Guru bertanya tentang apa saja yang telah

dipelajari oleh siswa

25. Siswa mencatat yang telah dipelajari

Penilaian autentik

26. Siswa mengerjakan latihan soal yang berkaitan

dengan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok

(soal evaluasi)

27. Guru memberikan penilaian atas hasil kerja

siswa

28. Guru memberikan penghargaan/reward kepada

Page 249: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

233

kelompok dan hasil individu terbaik

29. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk

selalu rajin belajar

Penutup 1. Siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran

tentang point-point penting yang muncul dalam

kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan

2. Siswa bersama guru menyimpulkan

pembelajaran yang telah dipelajari

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menanyakan hal-hal yang belum paham

4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk tugas kelompok/perorangan (jika

diperlukan)

5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya

6. Sebagai penutup, guru mengajak siswa untuk

bersyukur atas ilmu dan semua kegembiaraan

yang telah mereka rasakan di hari dengan

berdoa bersama. Guru juga mengingatkan

tentang sikap berdoa yang baik

7. Selesai berdoa, siswa memberi salam pada guru

15 menit

Page 250: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

234

H. PENILAIAN

Penilaian

Ranah

Teknik Jenis Bentuk Instrumen

Sikap Spiritual Nontes Observasi Jurnal Harian Lembar Observasi

Sikap Sosial Nontes Observasi Penilaian Diri Lembar Observasi

Pengetahuan Tes Tulis Uraian Soal

Keterampilan Nontes Kinerja Rating scale dengan

rubrik

Lembar Rubrik

Mengetahui, Semarang, 5 Januari 2020

Guru Kelas V Peneliti

Nani Wahyu Hidayah, S.Pd.SD Yuli Rahmawati

NIP 19831020 200903n2 010 NIM 1401416349

Kepala Sekolah

Mawardi, S. Pd

NIP 196006051982011010

Page 251: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

235

Lampiran 1

Bahan Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

Page 252: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

236

MATERI AJAR

Perhatikan benda-benda di sekitar kita seperti batu bata, korek api, kotak tisu, kardus,

kotak susu, kotak kue, kotak nasi, bak mandi, buku, lemari, kulkas, kontainer, penghapus,

atau ruang kelas. Jika kita perhatikan, bangun-bangun ruang tersebut berbentuk balok dan

kubus. Masih banyak lagi bangun ruang berbentuk balok dan kubus yang dapat kita temukan

dalam kehidupan sehari-hari. Coba amati.

Perhatikan pigura di kelasmu. Pigura merupakan contoh benda yang berbentuk

persegipanjang.

Edo dan Udin sedang bermain. Ada banyak benda mainan mereka.

Ayo amati, bentuknya apa saja benda-benda mainan mereka

Page 253: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

237

Sebuah persegipanjang memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang. Pada

bangun datar, sisi merupakan garis yang membatasi bidang. Jadi, pada persegipanjang di atas

sisi-sisinya adalah AB, BC, CD, dan DA.

Selain benda-benda yang berbentuk bangun datar, di sekitar kita banyak sekali kita temui

benda-benda yang merupakan bangun ruang. Bungkus barang banyak yang berbentuk kubus

dan balok. Kardus biskuit makanan tambahan untuk anak usia sekolah dasar ini berbentuk

balok.

Balok merupakan contoh bangun ruang. Balok memiliki enam sisi. Pada bangun ruang, sisi

merupakan bidang yang membatasi bangun.

Sisi-sisi pada balok berupa bidang yang berbentuk persegipanjang atau sebagian berupa

persegi. Sisi persegipanjang di atas antara lain adalah sisi ABFE. Dapatkah kamu

menyebutkan nama sisi-sisi lainnya?

Persegipanjang memiliki empat sisi yang berupa garis. Balok memiliki enam sisi berupa

bidang. Jadi, sekarang sudah jelas perbedaan sisi pada bangun datar dan sisi pada bangun

ruang.

Konsep sisi bangun datar dan sisi bangun ruang :

Sisi adalah sesuatu yang membatasi suatu bangun.

Pada bangun datar yang membatasi bangun adalah ruas garis.

Pada bangun ruang yang membatasi bangun adalah bangun datar atau bidang.

Page 254: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

238

Komponen Bangun Ruang

Sisi adalah sesuatu yang membatasi suatu bangun, untuk bangun ruang sisi berupa

bangun datar.

Rusuk adalah pertemuan antara dua sisi, berupa ruas garis.

Titik sudut adalah pertemuan 3 rusuk atau lebih.

Diagonal sisi adalah diagonal masing-masing sisi.

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik yang tidak sebidang.

Pengertian dan Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus

a. Pengertian Kubus

Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi

yang kongruen berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik

sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan bentuk

khusus dalam prisma segiempat.

a. Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus

Bangun ruang kubus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang ukurannya sama luas

memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang

memiliki 8 titik sudut

memiliki 4 buah diagonal ruang

memiliki 12 buah bidang diagonal

Page 255: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

239

Nama bangunnya adalah kubus ABCD.EFGH

Rusuknya adalah AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH

Sisinya adalah ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, BCGF, ADHE

Titik sudutnya adalah A, B, C, D, E, F, G, H

Diagonal sisinya adalah AF, BE, BG, CF, CH, DG, AH, DE, AC, BD, EG, FH

Diagonal ruangnya adalah HB, DF, AG, CE

Bidang diagonalnya adalah BCHE, AFGD, ABGH, CDEF, DBFH, ACGE

Banyaknya masing-masing komponen adalah sebagai berikut.

No. Komponen Banyaknya

1. Rusuk 12

2. Sisi 6

3. Titik sudut 8

4. Diagonal sisi atau diagonal bidang 12

5. Diagonal ruang 4

6. Bidang diagonal 6

Berdasarkan komponen tersebut, kubus memiliki sifat yang mirip dengan balok.

Bedanya, sisi kubus berbentuk persegi dan 3 pasang bidang sejajarnya sama

dan sebangun.

Page 256: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

240

Sisi Sejajar

Perhatikan gambar berikut!

Sisi ADHE sejajar dengan sisi BCGF. Sisi yang sejajar memiliki jarak setiap titiknya

sama. Begitu juga sisi ABCD sejajar dengan sisi EFGH dan sisi ABFE sejajar

dengan sisi DCGH.

b. Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Balok

a. Pengertian Balok

Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang

persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang di antaranya

berukuran berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang

dibentuk oleh enam persegi sama dan sebangun disebut sebagai kubus.

b. Sifat-sifat Bangun Ruang Balok

Bangun ruang balok memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

memiliki 4 sisi berbentuk persegi panjang (2 pasang persegi panjang yang

ukurannya sama)

memiliki 2 sisi yang bentuknya sama (1 pasang persegi panjang dengan

ukurannya sama namun berbeda ukuran dengan 2 pasang persegi panjang

yang lain)

memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang

memiliki 8 titik sudut

Rusuk-Rusuk Balok

Balok memiliki tiga pasang rusuk sejajar dan sama panjang.

Rusuk-rusuk yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

Page 257: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

241

Balok

Nama bangunnya adalah Balok KLMN.OPQR

Rusuknya adalah KL, LM, MN, NK, OP, PQ, QR, RO, PL, QM, RN, OK

Sisinya adalah KLMN, OPQR, KLPO, NMQR, LMQP, KNRO

Titik sudutnya adalah K, L, M, N, O, P, Q, R

Diagonal sisinya adalah LQ, MP, LO, PK, KR, NO, NQ, RM, KM, LN, OQ, PR

Diagonal ruangnya adalah LR, PN, MO, KQ

Bidang diagonalnya adalah LMRO, KPQN, OPMN, KLQR, KMQO, NLPR

Banyaknya masing-masing komponen balok adalah sebagai berikut.

No. Komponen Banyaknya

1. Rusuk 12

2. Sisi 6

3. Titik sudut 8

4. Diagonal sisi atau diagonal bidang 12

5. Diagonal ruang 4

6. Bidang diagonal 6

Keenam komponen pada tabel di atas sekaligus merupakan sifat-sifat balok.

Balok memiliki 12 rusuk, 6 sisi berbentuk persegi panjang, dan seterusnya.

Ada satu sifat lain yang menjadi ciri balok, yaitu memiliki 3 pasang bidang

sejajar.

Page 258: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

242

Rusuk-rusuk balok

Perhatikan rusuk yang sejajar dan sama panjang pada balok KLMN.OPQR!

Rusuk-rusuk yang sama panjang

KL = NM = RQ = OP

KO = LP = MQ = NR

LM = KN = OR = PQ

Rusuk-rusuk yang sejajar

KL // NM // RQ // OP

KO // LP // MQ // NR

LM // KN // OR // PQ

Aturan penamaan balok

Penamaan balok menggunakan 8 huruf

kapital dengan diberi tanda titik setelah

4 huruf pertama, contohnya ABCD.EFGH

Penamaan dimulai dari bidang bawah

berputar berlawanan arah jarum jam

kemudian ke bidang atas juga berputar

berlawanan arah jarum jam

Page 259: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

243

Lampiran 2

Media Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

Gambar kardus makanan yang berbentuk balok

Page 260: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

244

Balok Kubus

Benda-benda berbentuk kubus dan balok

Page 261: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

245

Contoh Benda Berbentuk Kubus dan Balok

Page 262: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

246

Lampiran 3

LKPD

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Petunjuk Pengerjaan :

1. Tuliskan nama dan kelompokmu pada kolom yang disediakan!

2. Kerjakan pada lembar kerja yang sudah disediakan!

Kerjakanlah soal di bawah ini!

1. Perhatikanlah gambar berikut!

Reno dan Rini pergi ke swalayan untuk membeli suatu barang. Reno membeli rubik

mainan sedangkan Rini membeli penghapus. Apabila rubik Reno diibaratkan sebagai

kubus PQRS.TUVW dan penghapus Rini diibaratkan sebagai balok JKLM.NOPQ

maka gambarlah bangun tersebut dan tentukan nama bangun, rusuk, sisi, titik sudut,

diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal, dan sisi-sisi yang sejajar dari masing-

masing bangun!

2. Sebutkan benda-benda yang berbentuk kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari!

3. Ibu pergi ke swalayan membeli susu untuk adik. Jika kardus susu tersebut kamu

bayangkan sebagai balok, maka:

a. Ada berapa sisinya? Apakah satu sisi dengan sisi yang lain mempunyai bentuk

yang kongruen?

b. Ada berapa rusuknya? Apakah semua rusuknya sama panjang?

Nama :

Kelompok :

Page 263: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

247

LEMBAR JAWAB LKPD

1.

Gbr. 1

Nama bangun :

Rusuk :

Sisi :

Titik sudut :

Diagonal sisi :

Diagonal ruang :

Bidang diagonal :

Sisi-sisi yang sejajar :

Gbr. 2

Nama bangun :

Rusuk :

Sisi :

Titik sudut :

Diagonal sisi :

Diagonal ruang :

Bidang diagonal :

Sisi-sisi yang sejajar :

Nama :

Kelompok :

Page 264: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

248

KUNCI JAWABAN LKPD

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

No Kunci Jawaban Skor

1.

Nama bangun : Kubus PQRS.TUVW

Rusuk : PQ, QR, RS, PS, TU, UV,VW, TW, PT, QU, RV, SW

Sisi : PQRS, TUVW, PQUT,SRVW,QRVU, PSWT

Titik sudut : P, Q, R, S, T, U, V, W

Diagonal sisi : PU, QT, QV, RU, SV,WR, PW, TS, PR, QS, TV, UW

Diagonal ruang : WQ, SU, PV, RT

Bidang diagonal : QRWT, PUVS, PQVW, RSTU, SQUW, PRVT

Sisi-sisi yang sejajar : sisi PSWT sejajar dengan sisi QRVU, PQRS

sejajar dengan sisi TUVW, dan sisi PQUT sejajar dengan sisi SRVW

Nama bangun : Balok JKLM.NOPQ

Rusuk : JK,KL,LM,JM,NO,OP,PQ,NQ,JN,KO,LP,MO

Sisi : JKLM, NOPQ,JKON,KLPO,JMQN

Titik sudut : J,K,L,M,N,O,P,Q

Diagonal sisi : JO,KN,KP,LO,MP,LQ, JQ,NM, JL,KM, NP,OQ

Diagonal ruang : QK,MO,JP,LN

Bidang diagonal : KLQN,JOPM, JKPQ, MLNO, MKOQ, JLNP

Sisi-sisi yang sejajar : sisi JMNQ sejajar dengan sisi KLPO, JKLM sejajar dengan sisi

NOPQ, dan sisi JKON sejajar dengan sisi MLPO

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2. Benda-benda yang berbentuk kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari:

Kubus : dadu, rubik, es batu, kado, brankas

Balok : lemari, akuarium, batu bata merah, koper, penghapus

1

1

3. Sisi nya ada 6 berbentuk persegi panjang, memiliki 3 pasang bidang sejajar

Rusuk 12, tidak sama panjang

1

1

Skor maksimal = 22

Nilai =

x 100

Page 265: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

249

Lampiran 4

INSTRUMEN KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Muatan

Pembelaja

ran

Kompetensi

Dasar Indikator Ranah

Instrumen

Nomor soal Teknik

Penilaian

Jenis

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Matemati

ka

3.5 Menjelaskan,

dan

menentukan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

1.5.1 Mengidentifi

kasi sifat-

sifat bangun

ruang kubus

1.5.2 Mengidentifi

kasi sifat-

sifat bangun

ruang balok

Kognitif

Tes Tes Tertulis Pilihan Ganda (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)

Page 266: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

250

(seperti

kubus

satuan) serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

4.5Menyelesaika

n masalah

yang

berkaitan

dengan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

(seperti

4.5.1 Membuat

gambar

bangun ruang

kubus

4.5.2 Membuat

gambar

bangun ruang

balok

Page 267: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

251

kubus

satuan)

melibatkan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

Page 268: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

252

Lampiran 5

SOAL EVALUASI

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Petunjuk :

1. Kerjakan soal berikut dan dilarang bekerja sama.

2. Cermati tiap soal dan telitilah dalam menjawab.

3. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d untuk jawaban yang benar.

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut! (1-5)

Berdasarkan gambar di atas maka:

1. Jumlah senua rusuk, sisi dan titik sudut dari kubus adalah ....

a. 6, 12, 9

b. 9, 8, 12

c. 12, 6, 8

d. 8, 6, 12

2. Salah satu rusuk dari kubus ABCD.EFGH adalah ....

a. AH

b. AB

c. CF

d. GE

3. Sisi yang merupakan alas dari kubus ABCD.EFGH adalah ....

a. ADHE

b. EFGH

c. ABCD

d. CDHG

4. Jika bangun kubus ABCD.EFGH diibaratkan sebuah kaleng kotak tanpa tutup di

atasnya, maka sisi mana yang harus dihilangkan ….

a. EFGH

b. ABCD

c. BCGF

d. ABFE

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 269: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

253

5. Jika panjang rusuk kubus ABCD.EFGH 5 cm, maka jumlah panjang semua rusuk

kubus adalah ….

a. 5 cm

b. 30 cm

c. 40 cm

d. 60 cm

Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH berikut!

6. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari balok adalah ….

a. 12, 6, 8

b. 9, 8, 12

c. 9, 12, 8

d. 8, 6, 12

7. Ada berapakah bangun persegi panjang dalam balok ABCD.EFGH?

a. 2 buah

b. 3 buah

c. 4 buah

d. 6 buah

8. Titik sudut yang membentuk alas balok ABCD.EFGH adalah ….

a. Titik A, B, F, dan E

b. Titik E, F, G, dan H

c. Titik D, C, G, dan H

d. Titik A, B, C, dan D

9. Bangun berikut ini adalah bangun yang sisi-sisinya berbentuk ....

a. segitiga

b. Persegi panjang

c. persegi

d. trapesium

10. Perbedaan bangun berikut adalah ....

a. jumlah sisinya

b. Bentuk sisi-sisinya

c. Jumlah rusuknya

d. Besar sudut-sudutnya

Page 270: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

254

KUNCI JAWABAN

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Soal Evaluasi

1. C

2. B

3. C

4. A

5. D

6. A

7. C

8. D

9. C

10. B

Page 271: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

255

Lampiran 6

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

JURNAL PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap Tindak Lanjut

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Page 272: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

256

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SOSIAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Petunjuk :

Berilah tanda cek (√) pada kolom ya atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

No Pernyataan Ya Tidak

1. Toleransi

a. Tindakan yang menghargai perbedaan dalam berdiskusi

b. Tidak mengganggu teman

c. Menghormati teman yang berbeda pendapat

d. Berteman tanpa membedakan agama

2. Teliti

a. Tertib dalam melaksanakan tugas

b. Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik

c. Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya

3. Mandiri

a. Tidak mencontek pekerjaan teman

b. Berani menyampaikan pendapat

c. Melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban

Jumlah Skor 10

𝑖 𝑖

1

𝑖 𝑖 1

1 1

Page 273: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

257

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Pedoman Penskoran

Soal evaluasi

𝑖 𝑖

1

MUATAN NO SOAL BOBOT

Matematika 1 10

2 10

3 10

4 10

5 10

6 10

7 10

8 10

9 10

10 10

Page 274: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

258

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN

a. Menggambar bangun ruang kubus dan balok

Kriteria Sangat Baik

(4)

Baik

(3)

Cukup

(2)

Perlu Bimbingan

(1)

Ketepatan

dalam

menggambar

Keterampilan yang diharapkan :

1. Gambar dibuat dengan

menggunakan penggaris

2. Gambar dibuat dengan

ketentuan yang sudah

ditentukan

3. Penamaan gambar harus sesuai

4. Dapat menyebutkan unsur-

unsur penyusun bangun ruang

seperti pada gambar dengan

benar

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Kerapihan

menggambar

Keterampilan yang diharapkan :

1. Garis digambar dengan rapih

(tidak banyak coretan dan

bekas hapusan)

2. Gambar yang dibuat sesuai

dengan contoh yang diberikan

3. Gambar dibuat dengan ukuran

yang sesuai.

4. Garis pada gambar harus lurus

tidak boleh miring.

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Keterampilan

menyajikan

Keterampilan yang diharapkan :

1. Hasil laporan lengkap dan

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

Page 275: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

259

laporan menggunakan bahasa sendiri

2. Disajikan dengan tepat dan

jelas

3. Kalimat yang digunakan

mudah dipahami

4. Suara keras dan dapat didengar

siswa yang lain.

diharapkan

diharapkan

diharapkan

Petunjuk: Berilah tanda cek “v” pada kolom yang sesuai aspek yang muncul pada diri siswa!

No Nama Siswa Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Total

Skor

Nilai

Akhir 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

dst

𝑖 𝑖 𝑘 𝑛 𝑖

𝑘 𝑘 𝑖 1

Page 276: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

260

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN 2

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta

tanah air

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat

bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,

sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5. 1 Menjelaskan pengertian volume

bangun ruang

3.5.2 Menjelaskan volume bangun ruang

balok dengan menggunakan kubus

satuan

3.5.3 Menghitung volume balok dengan

mengunakan kubus satuan

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

4.5.1 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

Page 277: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

261

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

ruang balok

4.5.2 Menyampaikan hasil kerja di depan

kelas

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

5. Dengan menggunakan alat peraga kubus satuan, siswa dapat menjelaskan

pengertian volume bangun ruang dengan benar.

6. Dengan menggunakan alat peraga kubus satuan, siswa dapat menjelaskan volume

balok menggunakan kubus satuan dengan benar

7. Dengan menggunakan alat peraga kubus satuan, siswa dapat menghitung volume

balok menggunakan kubus satuan dengan benar

8. Melalui diskusi, siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

volume bangun ruang balok dengan benar

9. Melalui demonstrasi, siswa dapat menyampaikan hasil kerja di depan kelas

dengan baik

D. MATERI AJAR

2. Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

4. Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)

5. Metode : Penugasan, Tanya jawab, Diskusi dan Ceramah

6. Model : CTL (Contextual Teaching and Learning)

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

3. Media Pembelajaran: kubus satuan, kardus kapur, kardus makanan, penghapus

4. Sumber Pembelajaran:

Purnomosidi dkk. 2018. Senang Belajar Matematika. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Nurharini, Dewi dan Sulis Priyanto. 2017. Buku SiswaMari Belajar Matematika.

Solo: CV Usaha Makmur

Page 278: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

262

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI

WAKTU

Pendahuluan 1. Guru memberikan salam

2. Guru meminta ketua kelas untuk

memimpin doa

3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru mengkondisikan kelas

5. Guru memberikan apersepsi dengan

bertanya kepada siswa :

a. Anak-anak, siapakah yang pernah

melihat akuarium?

b. Pernahkah kalian memperhatikan

bentuk akuarium, bangun ruang apakah

yang mirip dengan bentuk akuarium?

(jawaban: balok)

6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

manfaat dan garis-garis besar kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual.

5 menit

Inti Konstruktivisme

1. Guru mengingatkan kembali materi sifat-sifat

bangun ruang kubus dan balok yang dipelajari

pada pertemuan sebelumnya

2. Pembelajaran dimulai dengan menggunakan

alat peraga, misalnya dengan menggunakan

bangun ruang balok dan kubus satuan yang

dibuat oleh guru dan kemudian memberi

masalah sebagai berikut:

a. Apakah nama dari bangun tersebut dan

sebutkan ada berapa jumlah sisi dan rusuk

dari masing-masing bangun?

Inkuiri

50menit

Page 279: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

263

3. Guru meminta salah satu siswa untuk maju ke

depan kelas

4. Siswa yang telah dipilih dibimbing untuk

memasukkan satu per satu kubus satuan ke

dalam balok sampai balok terisi penuh

5. Berilah perintah kepada siswa yang di depan

untuk menghitung volume balok dari kubus

satuan sesuai dengan kemampuan mereka

6. Ketika volume balok telah dihitung oleh siswa

yang di depan kemudian arahkan siswa untuk

dapat menghitung volume balok dengan

perkalian antara banyaknya kubus satuan ke

samping, ke belakang dan ke atas

7. Siswa bersama dengan guru menghitung

banyak kubus satuan pada tiap-tiap sisi balok

8. Siswa dengan bantuan guru dibimbing untuk

menemukan rumus volume balok dengan

menemukan hubungan antara ukuran panjang,

lebar dan tinggi balok tersebut

Page 280: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

264

9. Siswa membaca cara menghitung volume

balok dengan menggunakan kubus satuan

10. Guru memberikan penguatan dan penjelasan

tentang menghitung volume balok dengan

kubus satuan

Bertanya

11. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya

mengenai menghitung volume balok dengan

menggunkan kubus satuan serta menggunakan

konsepnya, untuk menyelesaiakn masalah

dalam kehidupan sehair-hari

12. Guru memberikan kesempatan siswa lain yang

untuk menanggapi pertanyaan dari temannya

13. Siswa menyampaikan tanggapannya atas

pertanyaan yang diajukan oleh siswa lain

Masyarakat belajar

14. Siswa dikelompokkan dengan setiap kelompok

beranggoatakan 5-6 orang.

15. Masing-masing kelompok dibagikan alat

peraga kubus satuan dan diminta untuk

mengamatinya

16. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga

kubus satuan

Modeling

17. Siswa diberikan contoh soal menghitung

volume balok dengan menggunkan rumus

18. Siswa memperhatikan contoh soal mengenai

cara menghitung volume balok dengan

menuliskan:

a. Apa yang diketahui?

b. Apa yang ditanyakan?

c. Bagaimana cara menyelesaikannya

Page 281: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

265

19. Guru memilih salah satu siswa untuk

menghitung volume balok dengan rumus yang

telah ditemukan

20. Guru memberikan penguatan

21. Guru membagi LKPD tentang menghitung

balok untuk dikerjakan secara berkelompok

22. Siswa bekerjasama dengan teman satu

kelompok mengerjakan LKPD dan guru

berkeliling memberikan bimbingan apabila ada

kelompok yang belum paham dengan soal

23. Siswa menuliskan hasil pekerjaan kelompok

secara individu

24. Perwakilan kelompok maju kedepan untuk

membacakan hasil kerja kelompok.

25. Guru dan siswa membahas soal bersama-sama

26. Kelompok lain menanggapi dan menambah

bila masih ada yang kurang.

Refleksi

27. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama

tentang materi volume balok

28. Guru bertanya tentang apa saja yang dipelajari

oleh siswa

29. Siswa mencatat apa yang telah dipelajari

Penilaian autentik

30. Siswa mengerjakan latihan soal yang berkaitan

dengan volume balok dengan menggunkan

kubus satuan (soal evaluasi)

31. Guru memberikan penilaian atas hasil kerja

siswa

32. Guru memberikan penghargaan/reward kepada

kelompok dan hasil individu terbaik

33. Guru memberikan motivasi kepada siswa

untuk selalu rajin belajar

Page 282: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

266

Penutup 8. Siswa membuat rangkuman/simpulan

pelajaran tentang point-point penting yang

muncul dalam kegiatan pembelajaran yang

baru dilakukan

9. Siswa bersama guru menyimpulkan

pembelajaran yang telah dipelajari

10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menanyakan hal-hal yang belum paham

11. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk tugas kelompok/perorangan (jika

diperlukan)

12. Menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya

13. Sebagai penutup, guru mengajak siswa untuk

bersyukur atas ilmu dan semua kegembiaraan

yang telah mereka rasakan di hari dengan

berdoa bersama. Guru juga mengingatkan

tentang sikap berdoa yang baik

14. Selesai berdoa, siswa memberi salam pada

guru

15 menit

H. PENILAIAN

Penilaian

Ranah

Teknik Jenis Bentuk Instrumen

Sikap Spiritual Nontes Observasi Jurnal Harian Lembar Observasi

Sikap Sosial Nontes Observasi Penilaian Diri Lembar Observasi

Pengetahuan Tes Tulis Uraian Soal

Keterampilan Nontes Kinerja Rating scale dengan

rubrik

Lembar Rubrik

Page 283: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

267

Mengetahui, Semarang, 5 Januari 2020

Guru Kelas V Peneliti

Nani Wahyu Hidayah, S.Pd.SD Yuli Rahmawati

NIP 19831020 200903n2 010 NIM 1401416349

Kepala Sekolah

Mawardi, S. Pd

NIP 196006051982011010

Page 284: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

268

Lampiran 1

Bahan Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5. 1 Menjelaskan pengertian volume

bangun ruang

3.5.2 Menjelaskan volume bangun ruang

balok dengan menggunakan kubus

satuan

3.5.3 Menghitung volume balok dengan

mengunakan kubus satuan

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang balok

4.5.2 Menyampaikan hasil kerja di depan

kelas

Page 285: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

269

MATERI POKOK

Volume sebuah benda adalah banyaknya ruang yang diisi. Menurut Kamus

Bahasa Indonesia Tim Reality, Volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang.

Volume sebuah benda adalah banyak ruang yang diisi. Cara menghitung Volume

kubus dan balok dengan kubus satuan :

Menghitung volume bangun ruang digunakan kubus satuan yang disusun

sedemikian rupa sehingga membentuk bangun ruang. Cara menghitung volumenya

dengan cara membilang jumlah kubus satuan yang diperlukan untuk menyusun

bangun tersebut sebagai berikut:

Seorang siswa memasukkan kubus satuan memenuhi kotak berbentuk

balok.

Page 286: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

270

Gambar (1) terdapat 8 kubus satuan, ini berarti volume 8 satuan

Gambar (2) terdapat 6 kubus satuan, ini berarti volume 6 satuan

Volume Balok

Berapakah banyaknya kubus satuan yang dapat diisikan

ke dalam balok transparan tanpa tutup hingga penuh?

Untuk dapat menyelesaikan permasalahan tersebut,

berikut ini akan dibahas materi tentang volume balok Gbr. Balok dan isinya

dan kubus.

a. Volume Balok

Volume bangun ruang yang pertama dipelajari oleh peserta didik di SD adalah

volume balok. Volume balok diajarkan pertama kali karena banyak bangun-bangun

yang ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk balok,

misalnya ruang kelas, rumah, kotak kapur, kotak pasta gigi, kotak susu, dan

sebagainya. Belajar mengenal volume balok bagi peserta didik SD dapat dilakukan

secara induktif, yaitu dengan cara mengisi balok tanpa tutup dengan kubus satuan.

Secara umum hal itu dapat ditunjukkan dengan sebuah balok berongga tanpa

tutup dan transparan serta kubus-kubus satuan seperti pada gambar di bawah.

Kemudian, kubus satuan diisikan ke kotak tersebut sampai penuh yang diperagakan di

hadapan peserta didik dengan membilang satu demi satu sampai hitungan terakhir 20.

Berarti volume balok = 20 kubus satuan.

Dengan melakukan aktivitas 1 pada KP 3 ini, diharapkan siswa dapat

Gbr. Balok dan kubus satuan

Menemukan hubungan antara panjang, lebar, dan tinggi, yaitu:

Volume balok = p × l × t.

Page 287: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

271

Apabila p × l menyatakan luas alas balok, maka volume balok dapat juga dinyatakan

sebagai berikut.

Volume balok = p × l × t

= (p × l) × t

= luas alas × tinggi

Menentukan Banyaknya Kubus Satuan pada Balok Transparan

Cara menentukan volume balok dalam satuan kubus satuan, yaitu dengan

menghitung banyaknya kubus satuan yang dapat menempati ruang balok

tersebut. Perhatikan balok yang telah terisi kubus satuan berikut!

Volume balok di bawah ini adalah 30 kubus satuan. Panjangnya 5 kubus, lebar

3 kubus, dan tinggi 2 kubus.

Banyaknya kubus satuan dari balok adalah hasil perkalian dari panjang, lebar, dan

tinggi.

Kubus satuan memiliki ukuran bermacam-macam. Sekarang, ambil kubus satuan

dengan panjang rusuk 1 cm, lebar 1 cm, dan tinggi 1 cm. Perhatikan gambar

kubus satuan berikut!

Volume kubus satuan di atas adalah 1 × 1 × 1 = 1.

V=1 × 1 × 1 = 1

Jadi, volumenya adalah 1 cm³

1 cm³ dibaca 1 centimeter kubik.

V = 1 cm³

Page 288: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

272

Volume balok dapat dicari dengan menghitung banyaknya kubus satuan

terlebih dahulu. Karena masing-masing kubus satuan memiliki volume 1 cm³

(1 centimeter kubik), maka volume balok diperoleh banyaknya kubus satuan

dikali dengan 1 centimeter kubik.

Jadi, volume balok di samping adalah 24 cm³.

Mencari volume balok bila diketahui ukuran tertentu

Volume balok di bawah ini dapat ditentukan dengan mengalikan panjang, lebar, dan

tinggi balok.

Volume balok dapat diformulasikan sebagai berikut.

Keterangan

V adalah volume

p adalah panjang

l adalah lebar

t adalah tinggi

Contoh

Hitunglah volume balok di bawah ini!

V = 4 x 3 x 2 x 1

= 24

Page 289: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

273

Penyelesaian

Ukuran balok

p = 4 cm, l = 2 cm, t = 2 cm

V = 4 × 2 × 2 = 16

Jadi, volumenya adalah 16 cm³

Untuk mengukur panjang suatu ruas garis diperlukan satuan panjang, satuan

ukuran luas diperlukan untuk mengukur luas daerah. Demikian juga untuk mengukur

volume suatu bangun ruang diperlukan satuan volume, yang biasanya berupa kubus

satuan. Kubus satuan adalah kubus yang panjang rusuknya satu satuan panjang,

misalnya 1 cm, 1 dm, 1 m. Satu sentimeter kubik (1 cm) adalah suatu kubus yang

memiliki panjang rusuk 1 cm. Untuk menentukan volume suatu cairan digunakan

satuan khusus. Satuan ini adalah mililiter (ml), liter (l), dan kiloliter (kl). Biasanya

apabila Anda membeli susu atau bensin digunakan satuan liter, sedangkan obat

dengan satuan mililiter.

Page 290: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

274

Lampiran 2

Media Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5. 1 Menjelaskan pengertian volume

bangun ruang

3.5.2 Menjelaskan volume bangun ruang

balok dengan menggunakan kubus

satuan

3.5.3 Menghitung volume balok dengan

mengunakan kubus satuan

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang balok

4.5.2 Menyampaikan hasil kerja di depan

kelas

Page 291: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

275

Gambar Kubus satuan

Page 292: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

276

Lampiran 3

LKPD

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Tugas Kelompok

No Soal Jawaban

1.

a. Alas balok = x = kubus

satuan

b. Tinggi balok = kubus satuan

c. Jumlah kubus satuan = x =

Jadi volume balok adalah kubus

satuan

2. Ayah mempunyai sebuah kardus berbentuk balok

dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm dan tinggi 5

cm. Tentukan volume kardus tersebut!

Panjang balok = .... cm

Lebar balok = ...... cm

Tinggi balok = ..... cm

Maka volume balok = p x l x t

= .... x .... x ....

= .... cm³

3. Pak Jamaluddin membuat kolam lele di kebunnya.

Panjang 3 m, lebar 4 m, dan dalamnya 2 m. Berapa

meter kubik tanah yang digali?

Diketahui : .... ?

Ditanya : .... ?

Penyelesaian :

Volume tanah = .... x .... x ....

= .... m³

4. Sebuah akuarium berukuran panjang 60 cm, lebar 40

cm, dan tinggi 80 cm. Akuarium itu diisi setengah

bagian. Berapakah volume air dalam akuarium

tersebut?

5. Lina mempunyai kotak mainan yang berukuran

panjang 56 cm, lebar 32 cm, dan tinggi 24 cm. Kotak

itu akan diisi kubus satuan yang berukuran panjang

rusuk 4 cm sampai penuh. Berapa banyaknya kubus

satuan yang dapat dimuat kotak mainan tersebut?

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 293: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

277

Lampiran 4

INSTRUMEN KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Muatan

Pembelaja

ran

Kompetensi

Dasar Indikator Ranah

Instrumen

Nomor soal Teknik

Penilaian

Jenis

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Matemati

ka

3.5 Menjelaskan,

dan

menentukan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

3.5.1

Menjelaskan

pengertian volume

bangun ruang

3.5.2

Menjelaskan

volume bangun

ruang balok dengan

menggunakan

Kognitif

Tes Tes Tertulis Pilihan Ganda (1, 2, 3, 4, 5 )

Page 294: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

278

(seperti

kubus

satuan) serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

kubus satuan

3.5.3

Menghitung

volume balok

dengan

mengunakan kubus

satuan

4.5Menyelesaika

n masalah

yang

berkaitan

dengan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

(seperti

4.5.1

Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan dengan

volume bangun

ruang balok

4.5.2

Menyampaikan

hasil kerja di depan

kelas

Page 295: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

279

kubus

satuan)

melibatkan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

Page 296: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

280

Lampiran 5

SOAL EVALUASI

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

1. Volume bangun di bawah ini adalah ....

a. 330 kubus satuan

b. 300 kubus satuan

c. 311 kubus satuan

d. 220 kubus satuan

2. Volume bangun di bawah ini adalah ....

a. 610 kubus satuan

b. 620 kubus satuan

c. 630 kubus satuan

d. 640 630 kubus satuan

3. Reno sebuah kotak mainan berbentuk balok dengan ukuran panjang 8 cm, lebar 10

cm, dan tinggi 3 cm. Tentukan volume kotak mainan Reno!

a. 240 cm³

b. 260 cm³

c. 280 cm³

d. 300 cm³

4. Ria membeli mainan boneka yang dibungkus dengan kotak berbentuk balok dengan

ukuran panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 9 cm. Tentukan volume bungkus mainan

Ria!

a. 350 cm³

b. 345 cm³

c. 315 cm³

d. 305 cm³

5. Ibu membeli kotak tisu yang berbentuk balok dengan ukuran panjang 15 cm, lebar 6

cm, dan tinggi balok 8 cm. Tentukan volume kotak tisu tersebut!

a. 620 cm³

b. 640 cm³

c. 720 cm³

d. 740 cm³

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 297: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

281

Lampiran 6

KUNCI JAWABAN

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Tugas Kelompok

No Soal Jawaban Skor

1.

a. Alas balok = 6 x 3 = 18 kubus satuan

b. Tinggi balok = 4 kubus satuan

c. Jumlah kubus satuan = 18 x 4 = 72

Jadi volume balok adalah 72 kubus satuan

1

1

1

1

2. Ayah mempunyai sebuah kardus

berbentuk balok dengan ukuran panjang

7 cm, lebar 4 cm dan tinggi 5 cm.

Tentukan volume kardus tersebut!

Panjang balok = 7 cm

Lebar balok = 4 cm

Tinggi balok = 5 cm

Maka volume balok = p x l x t

= 7 cm x 4 cm x 5 cm

= 140 cm³

1

1

1

1

3. Pak Jamaluddin membuat kolam lele di

kebunnya. Panjang 3 m, lebar 4 m, dan

dalamnya 2 m. Berapa meter kubik

tanah yang digali?

Panjang = 3 m

Lebar = 4 m

Dalam = 2 m

Ditanyakan : Banyak tanah galian?

Penyelesaian :

Volume tanah = 3 m x 4 m x 2 m

= 24 m³

1

1

1

1

4. Sebuah akuarium berukuran panjang 60

cm, lebar 40 cm, dan tinggi 80 cm.

Akuarium itu diisi setengah bagian.

Berapakah volume air dalam akuarium

tersebut?

Diketahui Panjang = 60 cm,

Lebar = 40 cm,

Dalam = 80 cm

Ditanyakan : setengah volume air dalam

akuarium

Penyelesaian :

1

1

Page 298: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

282

Volume air = ½ (60 cm x 40 cm x 80 cm)

= 96000 cm³

1

1

5. Lina mempunyai kotak mainan yang

berukuran panjang 56 cm, lebar 32 cm,

dan tinggi 24 cm. Kotak itu akan diisi

kubus satuan yang berukuran panjang

rusuk 4 cm sampai penuh. Berapa

banyaknya kubus satuan yang dapat

dimuat kotak mainan tersebut?

Diketahui Panjang = 56 cm,

Lebar = 32 cm,

Tinggi = 24 cm, diisi kubus satuan dengan

rusuk 4cm

Ditanyakan : banyaknya kubus satuan yang

dapat dimuat

Penyelesaian :

volume balok = p x l x t

= 56 cm x 32 cm x 24 cm

= 43008 cm³

Volume kubus satuan = s x s x s

= 4 cm x 4 cm x 4 cm

= 64 cm³

Banyaknya kubus satuan = 43008 cm³ : 64

cm³ = 672 kubus satuan

1

1

1

1

1

1

1

Skor maksimal = 23

Nilai =

x 100

Soal Evaluasi

1. a. 330 kubus satuan

2. c. 630 kubus satuan

3. a. 240 cm³

4. c. 315 cm³

5. c. 720 cm³

Page 299: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

283

Lampiran 7

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

JURNAL PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap Tindak Lanjut

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Page 300: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

284

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SOSIAL

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Petunjuk :

Berilah tanda cek (√) pada kolom ya atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

No Pernyataan Ya Tidak

1. Toleransi

a. Tindakan yang menghargai perbedaan dalam berdiskusi

b. Tidak mengganggu teman

c. Menghormati teman yang berbeda pendapat

d. Berteman tanpa membedakan agama

2. Teliti

a. Tertib dalam melaksanakan tugas

b. Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik

c. Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya

3. Mandiri

a. Tidak mencontek pekerjaan teman

b. Berani menyampaikan pendapat

c. Melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban

Jumlah Skor 10

𝑖 𝑖

1

𝑖 𝑖

1

Page 301: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

285

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

Satuan Pendidikan : SDN 1 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Kubus satuan sebagai pengukur volume, volume balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Pedoman Penskoran

MUATAN NO SOAL BOBOT

Matematika 1 20

2 20

3 20

4 20

5 20

𝑖 𝑖

1

Page 302: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

286

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN

Kriteria Sangat Baik

(4)

Baik

(3)

Cukup

(2)

Perlu Bimbingan

(1)

Pendekatan

Pemecahan

Masalah

Sangat terorganisir dan sistematik

dengan perencanaan yang baik

Terorganisir, diikuti

dengan penyelesaian

yang benar

Ada usaha untuk

mengorganisir tetapi tidak

dilakukan dengan baik

Tidak terorganisir, tidak

sistematik

Kerapihan

menggambar

Ketepatan perhitungan Tidak ada kesalahan

perhitungan

Hanya sedikit kesalahan

da lam perhitungan

Beberapa perhitungnya masih

salah, sehingga jumlah total

tidak tepat

Keterampilan

menyajikan

laporan

Keterampilan yang diharapkan :

1. Hasil laporan lengkap dan

menggunakan bahasa sendiri

2. Disajikan dengan tepat dan

jelas

3. Kalimat yang digunakan

mudah dipahami

4. Suara keras dan dapat didengar

siswa yang lain.

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Page 303: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

287

Petunjuk: Berilah tanda cek “v” pada kolom yang sesuai aspek yang muncul pada diri siswa!

No

Nama Siswa Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Total

Skor

Nilai

Akhir 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

dst

𝑖 𝑖 𝑘 𝑛 𝑖

𝑘 𝑘 𝑖 1

Page 304: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

288

Lampiran 19

PENGGALAN SILABUS KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SD N 1 Limbangan

Materi Pelajaran : Matematika

Materi : Volume Kubus dan Balok

Kelas/Semester : V (Lima)/ II (Dua)

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit / pertemuan

Kompetensi Inti

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,

dan tetangganya serta cinta tanah air

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam

gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Page 305: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

289

KD Nilai

Karakter Indikator

Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar Teknik Jenis Bentuk

3.5

Menjelaskan,

dan

menentukan

volume

bangun ruang

dengan

menggunakan

satuan

volume

(seperti

kubus satuan)

serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

1. Religius

2. Integritas

Mandiri

3. Tanggun

gjawab

4. Disiplin

5. Percaya

diri

3.5.1 Mengidentifika

si sifat-sifat

bangun ruang

kubus

Pertemuan 1

1. Sifat-sifat

Bangun

Ruang

Kubus dan

Balok

2. Pengertian

Volume

Bangun

Ruang

Kubus dan

Balok

1. Guru

menyiapka

n peserta

didik secara

psikis dan

fisik untuk

mengikuti

proses

pembelajar

an

2. Apersepsi

sebagai

penggalian

pengetahua

n awal

siswa

terhadap

materi yang

Tes Tertulis Pilihan

Ganda

dan

Uraian

1 Perte-

muan

(2x35

JP)

Purnomo

sidi dkk.

2018.

Senang

Belajar

Matemat

ika.

Jakarta:

Kementri

an

Pendidik

an dan

Kebuday

aan

Nurharin

i, Dewi

dan Sulis

3.5.2 Mengidentifika

si sifat-sifat

bangun ruang

balok

3.5.3 Menjelaskan

pengertian

volume

bangun ruang

kubus dan

balok

3.5.4 Menjelaskan

volume

bangun ruang

Pertemuan 2

1. Kubus

Page 306: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

290

balok satuan

sebagai

pengukur

volume,

volume

balok

akan

diajarkan

3. Guru

menyampai

kan tujuan

pembelajar

an (fase

orientasi)

4. Siswa

mengamati

materi yang

disajikan

guru

(mengamati

)

5. Siswa

mencermati

dan

menanyaka

n materi

yang

Priyanto.

2017.

Buku

SiswaMa

ri Belajar

Matemat

ika.

Solo: CV

Usaha

Makmur

3.5.5 Menghitung

volume balok

3.5.6 Menjelaskan

volume

bangun ruang

kubus

Pertemuan 3

1. Volume

kubus,

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

3.5.7 Menjelaskan

hubungan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

3.5.8 Menghitung

volume

bangun ruang

kubus dan

balok

Pertemuan 4

1. Volume

Bangun

Ruang

Kubus dan

Page 307: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

291

3.5.9 Memecahkan

masalah

sehari-hari

yang berkaitan

dengan volume

bangun ruang

kubus dan

balok

Balok disajikan

guru

apabila ada

yang belum

jelas

(menanya)

6. Guru

menjelaska

n konsep

dari

menghitung

volume

bangun

ruang

kubus dan

balok (fase

demonstras

i)

7. Guru

menyajikan

permasalah

4.5

Menyelesaik

an masalah

yang

berkaitan

dengan

volume

bangun

ruang dengan

menggunaka

n

satuan

4.5.1 Membuat

gambar

bangun ruang

kubus

Non

Tes

Lembar

Pengamt

an

Rubik

4.5.2 Membuat

gambar

bangun ruang

balok

4.5.3 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

Page 308: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

292

volume

(seperti

kubus satuan)

melibatkan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

bangun ruang

balok

an

mengenai

cara

menemuka

n volume

bangun

ruang

kubus dan

balok di

papan tulis

8. Siswa

mencoba

mengerjaka

n secara

individu

9. Guru

berkeliling

membimbi

ng dan

memberi

bantuan

4.5.4 Menyampaika

n hasil kerja di

depan kelas

4.5.6 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan volume

kubus

4.5.7 Menyelesaikan

masalah yang

berkaitan

dengan akar

pangkat tiga

4.5.8 Mendemonstra

sikan

bagaimana

cara mencari

volume benda-

Page 309: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

293

benda yang

berbentuk

kubus di ruang

kelas

kepada

siswa tiap

diperlukan

(fase

latihan

terbimbing)

10. Guru

menunjuk

siswa

secara acak

dan diminta

untuk

mempresen

tasikan

hasil

pekerjaann

ya di depan

kelas

11. Guru

memberi

penguatan

4.5.8 Mendemonstra

sikan

bagaimana

cara mencari

volume benda-

benda yang

berbentuk

balok di ruang

kelas

Page 310: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

294

terhadap

hasil

pekerjaan

siswa(fase

umpan

balik)

12. Siswa

mengerjaka

n LKPD

secara

mandiri

untuk

mengetahui

kedalaman

materi yang

sudah

dipelajari

(fase

latihan

mandiri)

13. Siswa

Page 311: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

295

dibantu

guru

membuat

kesimpulan

tentang

materi yang

sudah

dipelajari

dan

kegunanny

a dalam

kehidupan

14. Mengkondi

sikan siswa

untuk

pertemuan

selanjutnya

dan

menutup

proses

pembelajar

Page 312: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

296

an dengan

salam.

Page 313: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

297

Lampiran 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS KONTROL PERTEMUAN 1

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

A. KOMPETENSI INTI

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya

diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta

tanah air

3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati dan

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat

bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,

sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak

beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

Page 314: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

298

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan mengamati gambar dan penjelasan dari guru, siswa dapat

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang kubus dengan benar.

2. Dengan memperhatikan penjelasan dari guru, siswa dapat mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang balok dengan benar.

3. Dengan memperhatikan contoh gambar yang diberikan, siswa dapat menggambar

bangun ruang dengan baik.

4. Dengan memperhatikan contoh gambar yang diberikan, siswa dapat menggambar

bangun ruang balok dengan baik.

D. MATERI AJAR

1. Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus da Balok

E. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

1. Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)

2. Metode : Penugasan, Tanya jawab, Diskusi dan Ceramah

3. Model : DI (Direct Instruction)

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Media Pembelajaran: gambar kubus dan balok, kardus berbentuk kubus, kardus

pasta gigi (balok)

2. Sumber Pembelajaran:

Purnomosidi dkk. 2018. Senang Belajar Matematika. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Nurharini, Dewi dan Sulis Priyanto. 2017. Buku SiswaMari Belajar Matematika.

Solo: CV Usaha Makmur

Page 315: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

299

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI

WAKTU

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam untuk membuka

kegiatan pembelajaran.

2. Guru mengecek kerapian dan kesiapan siswa

sebelum memulai pembelajaran.

3. Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin

do’a bersama. (PPK Religius, bersyukur)

4. Guru bersama siswa menyanyikan lagu

“Indonesia Raya”. (PPK Nasionalisme)

5. Guru mengecek kehadiran siswa.

Fase Orientasi

6. Menginformasikan cakupan dan kegiatan

belajar yang akan dilalui peserta didik.

“Anak-anak, hari ini kita akan belajar mengenai

sifat-sifat kubus dan balok”.

7. Guru membangkitkan motivasi belajar siswa

dengan mengajak siswa untuk tidak mudah

menyerah dalam menghadapi segala hal.

8. Menjelaskan tujuan pembelajaran:

“Setelah mengikuti pelajaran, anak-anak

mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus dan

balok.”

9. Guru memberikan apersepsi dengan

menanyakan, “Anak-anak tahu atau tidak yang

di tangan bapak ini bangun apa?”

10. Guru memberi motivasi kepada peserta didik,

dengan pujian dan acungan jempol karena

peserta didik menjawab benar pertanyaan guru.

10 menit

Inti Fase Presentasi

1. Guru mengkonfirmasi kesiapan belajar siswa

50 menit

Page 316: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

300

dengan menanyakan apakah siswa sudah

membaca buku tentang sifat-sifat bangun ruang

kubus dan balok.

2. Guru memberikan penjelasan mengenai sifat-

sifat bangun ruang kubus dan balok dan

menggambarkannya di papan tulis

3. Guru dan siswa tanya jawab seputar materi yang

dijelaskan oleh guru.

4. Guru menanyakan apakah ada materi yang

belum dipahami siswa.

Fase Terbimbing

5. Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

6. Siswa diberikan LKPD mengenai unsur-unsur

dan sifat-sifat kubus dan balok.

7. Siswa mengerjakan LKPD secara berkelompok

8. Guru berkeliling membimbing dan memberi

bantuan kepada siswa tiap diperlukan

Fase Umpan balik

9. Guru menunjuk siswa secara acak dan diminta

untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di

depan kelas

10. Guru memberikan kesempatan siswa lain untuk

menanggapi jawaban temannya

11. Guru memberikan penguatan terhadap hasil

pekerjaan siswa

Page 317: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

301

Fase Latihan Mandiri

12. Guru melakukan evaluasi pembelajaran. Pada

kegiatan ini guru membagikan soal untuk

dikerjakan secara mandiri.

13. Siswa dipilih guru secara acak untuk menuliskan

hasil pekerjaannya di papan tulis

14. Guru memberikan kesempatan siswa lain untuk

menanggapi jawaban temannya.

15. Guru memberikan penguatan terhadap hasil

pekerjaan siswa.

16. Siswa dibantu guru membuat kesimpulan

tentang materi yang telah dipelajari dan

kegunaannya pada kehidupan.

Penutup 15. Siswa menyimak penguatan dan kesimpulan

pembelajaran hari ini yang disampaikan guru.

16. Siswa diingatkan untuk menceritakan kepada

orang tua tentang materi yang telah dipelajari.

17. Sebagai penutup, guru mengajak siswa untuk

bersyukur atas ilmu dan semua kegembiraan

yang telah mereka rasakan di hari ini dengan

berdoa bersama. Guru juga mengingatkan

tentang sikap berdoa yang baik.

18. Selesai berdoa, siswa memberi salam kepada

guru.

10 menit

Page 318: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

302

H. PENILAIAN

Penilaian

Ranah

Teknik Jenis Bentuk Instrumen

Sikap Spiritual Nontes Observasi Jurnal Harian Lembar Observasi

Sikap Sosial Nontes Observasi Penilaian Diri Lembar Observasi

Pengetahuan Tes Tulis Uraian Soal

Keterampilan Nontes Kinerja Rating scale dengan

rubrik

Lembar Rubrik

Mengetahui, Semarang, 5 Januari 2020

Guru Kelas V Peneliti

Muhsinin, S.Pd.SD Yuli Rahmawati

NIP 19651210 198605 1 001 NIM 1401416349

Kepala Sekolah

Sumadiyono, S. Pd

NIP 19601130 198201 1 005

Page 319: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

303

Lampiran 1

Bahan Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

Page 320: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

304

MATERI POKOK

A. Sifat-sifat Bangun Ruang

Konsep sisi bangun datar dan sisi bangun ruang :

Sisi adalah sesuatu yang membatasi suatu bangun.

Pada bangun datar yang membatasi bangun adalah ruas garis.

Pada bangun ruang yang membatasi bangun adalah bangun datar atau bidang.

Komponen Bangun Ruang

Sisi adalah sesuatu yang membatasi suatu bangun, untuk bangun ruang sisi

berupa bangun datar.

Rusuk adalah pertemuan antara dua sisi, berupa ruas garis.

Titik sudut adalah pertemuan 3 rusuk atau lebih.

Diagonal sisi adalah diagonal masing-masing sisi.

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik yang tidak

sebidang.

Pengertian dan Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus

c. Pengertian Kubus

Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang

kongruen berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik

sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan

bentuk khusus dalam prisma segiempat.

d. Sifat-Sifat Bangun Ruang Kubus

Page 321: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

305

Bangun ruang kubus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang ukurannya sama luas

memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang

memiliki 8 titik sudut

memiliki 4 buah diagonal ruang

memiliki 12 buah bidang diagonal

Kubus

Nama bangunnya adalah kubus ABCD.EFGH

Rusuknya adalah AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH

Sisinya adalah ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, BCGF, ADHE

Titik sudutnya adalah A, B, C, D, E, F, G, H

Diagonal sisinya adalah AF, BE, BG, CF, CH, DG, AH, DE, AC, BD, EG, FH

Diagonal ruangnya adalah HB, DF, AG, CE

Bidang diagonalnya adalah BCHE, AFGD, ABGH, CDEF, DBFH, ACGE

Banyaknya masing-masing komponen adalah sebagai berikut.

No. Komponen Banyaknya

1. Rusuk 12

2. Sisi 6

Page 322: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

306

3. Titik sudut 8

4. Diagonal sisi atau diagonal bidang 12

5. Diagonal ruang 4

6. Bidang diagonal 6

Berdasarkan komponen tersebut, kubus memiliki sifat yang mirip dengan balok.

Bedanya, sisi kubus berbentuk persegi dan 3 pasang bidang sejajarnya sama

dan sebangun.

Pengertian dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Balok

c. Pengertian Balok

Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang

persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang di antaranya

berukuran berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang

dibentuk oleh enam persegi sama dan sebangun disebut sebagai kubus.

d. Sifat-sifat Bangun Ruang Balok

Bangun ruang balok memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

memiliki 4 sisi berbentuk persegi panjang (2 pasang persegi panjang yang

ukurannya sama)

memiliki 2 sisi yang bentuknya sama (1 pasang persegi panjang dengan

ukurannya sama namun berbeda ukuran dengan 2 pasang persegi panjang

yang lain)

memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang

memiliki 8 titik sudut

Rusuk-Rusuk Balok

Balok memiliki tiga pasang rusuk sejajar dan sama panjang.

Rusuk-rusuk yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

Page 323: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

307

Balok

Nama bangunnya adalah Balok KLMN.OPQR

Rusuknya adalah KL, LM, MN, NK, OP, PQ, QR, RO, PL, QM, RN, OK

Sisinya adalah KLMN, OPQR, KLPO, NMQR, LMQP, KNRO

Titik sudutnya adalah K, L, M, N, O, P, Q, R

Diagonal sisinya adalah LQ, MP, LO, PK, KR, NO, NQ, RM, KM, LN, OQ, PR

Diagonal ruangnya adalah LR, PN, MO, KQ

Bidang diagonalnya adalah LMRO, KPQN, OPMN, KLQR, KMQO, NLPR

Banyaknya masing-masing komponen balok adalah sebagai berikut.

No. Komponen Banyaknya

1. Rusuk 12

2. Sisi 6

3. Titik sudut 8

4. Diagonal sisi atau diagonal bidang 12

5. Diagonal ruang 4

6. Bidang diagonal 6

Keenam komponen pada tabel di atas sekaligus merupakan sifat-sifat balok.

Balok memiliki 12 rusuk, 6 sisi berbentuk persegi panjang, dan seterusnya.

Ada satu sifat lain yang menjadi ciri balok, yaitu memiliki 3 pasang bidang

sejajar.

Page 324: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

308

Rusuk-rusuk balok

Perhatikan rusuk yang sejajar dan sama panjang pada balok KLMN.OPQR!

Rusuk-rusuk yang sama panjang

KL = NM = RQ = OP

KO = LP = MQ = NR

LM = KN = OR = PQ

Rusuk-rusuk yang sejajar

KL // NM // RQ // OP

KO // LP // MQ // NR

LM // KN // OR // PQ

Aturan penamaan balok

Penamaan balok menggunakan 8 huruf

kapital dengan diberi tanda titik setelah

4 huruf pertama, contohnya ABCD.EFGH

Penamaan dimulai dari bidang bawah

berputar berlawanan arah jarum jam

kemudian ke bidang atas juga berputar

berlawanan arah jarum jam.

Page 325: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

309

Lampiran 2

Media Ajar

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Menjelaskan, dan menentukan

volume bangun ruang dengan

menggunakan satuan volume (seperti

kubus satuan) serta hubungan

pangkat tiga dengan akar pangkat

tiga

3.5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang balok

4.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan volume bangun

ruang dengan menggunakan satuan

volume (seperti kubus satuan)

melibatkan pangkat tiga dan akar

pangkat tiga.

4.5.1 Membuat gambar bangun ruang

kubus

4.5.2 Membuat gambar bangun ruang

balok

Gambar Kubus dan Balok

Page 326: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

310

Benda-benda berbentuk kubus dan balok

Page 327: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

311

Lampiran 3

LKPD

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Petunjuk Pengerjaan :

1. Tuliskan nama dan kelompokmu pada kolom yang disediakan!

2. Kerjakan pada lembar kerja yang sudah disediakan!

Kerjakanlah soal di bawah ini!

1. Perhatikanlah gambar berikut!

Reno dan Rini pergi ke swalayan untuk membeli suatu barang. Reno membeli rubik

mainan sedangkan Rini membeli penghapus. Apabila rubik Reno diibaratkan sebagai

kubus PQRS.TUVW dan penghapus Rini diibaratkan sebagai balok JKLM.NOPQ maka

gambarlah bangun tersebut dan tentukan nama bangun, rusuk, sisi, titik sudut, diagonal

sisi, diagonal ruang, bidang diagonal, dan sisi-sisi yang sejajar dari masing-masing

bangun!

2. Sebutkan benda-benda yang berbentuk kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari!

3. Ibu pergi ke swalayan membeli susu untuk adik. Jika kardus susu tersebut kamu

bayangkan sebagai balok, maka:

e. Ada berapa sisinya? Apakah satu sisi dengan sisi yang lain mempunyai bentuk yang

kongruen?

f. Ada berapa rusuknya? Apakah semua rusuknya sama panjang?

Nama :

Kelompok :

Page 328: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

312

LEMBAR JAWAB LKPD

1.

Nama :

Kelompok :

Gbr. 1

Nama bangun :

Rusuk :

Sisi :

Titik sudut :

Diagonal sisi :

Diagonal ruang :

Bidang diagonal :

Sisi-sisi yang sejajar :

Gbr. 2

Nama bangun :

Rusuk :

Sisi :

Titik sudut :

Diagonal sisi :

Diagonal ruang :

Bidang diagonal :

Sisi-sisi yang sejajar :

Page 329: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

313

KUNCI JAWABAN LKPD

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

No Kunci Jawaban Skor

1.

Nama bangun : Kubus PQRS.TUVW

Rusuk : PQ, QR, RS, PS, TU, UV,VW, TW, PT, QU, RV, SW

Sisi : PQRS, TUVW, PQUT,SRVW,QRVU, PSWT

Titik sudut : P, Q, R, S, T, U, V, W

Diagonal sisi : PU, QT, QV, RU, SV,WR, PW, TS, PR, QS, TV, UW

Diagonal ruang : WQ, SU, PV, RT

Bidang diagonal : QRWT, PUVS, PQVW, RSTU, SQUW, PRVT

Sisi-sisi yang sejajar : sisi PSWT sejajar dengan sisi QRVU, PQRS

sejajar dengan sisi TUVW, dan sisi PQUT sejajar dengan sisi SRVW

Nama bangun : Balok JKLM.NOPQ

Rusuk : JK,KL,LM,JM,NO,OP,PQ,NQ,JN,KO,LP,MO

Sisi : JKLM, NOPQ,JKON,KLPO,JMQN

Titik sudut : J,K,L,M,N,O,P,Q

Diagonal sisi : JO,KN,KP,LO,MP,LQ, JQ,NM, JL,KM, NP,OQ

Diagonal ruang : QK,MO,JP,LN

Bidang diagonal : KLQN,JOPM, JKPQ, MLNO, MKOQ, JLNP

Sisi-sisi yang sejajar : sisi JMNQ sejajar dengan sisi KLPO, JKLM sejajar dengan sisi

NOPQ, dan sisi JKON sejajar dengan sisi MLPO

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2. Benda-benda yang berbentuk kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari:

Kubus : dadu, rubik, es batu, kado, brankas

Balok : lemari, akuarium, batu bata merah, koper, penghapus

1

1

3. Sisi nya ada 6 berbentuk persegi panjang, memiliki 3 pasang bidang sejajar

Rusuk 12, tidak sama panjang

1

1

Skor maksimal = 22

Nilai =

x 100

Page 330: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

314

Lampiran 4

INSTRUMEN KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Muatan

Pembelaja

ran

Kompetensi

Dasar Indikator Ranah

Instrumen

Nomor soal Teknik

Penilaian

Jenis

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Matemati

ka

3.5 Menjelaskan,

dan

menentukan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

3.5.1

Mengidentifikasi

sifat-sifat bangun

ruang kubus

3.5.2

Mengidentifikasi

sifat-sifat bangun

ruang balok

Kognitif

Tes Tes Tertulis Pilihan Ganda 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Page 331: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

315

(seperti

kubus

satuan) serta

hubungan

pangkat tiga

dengan akar

pangkat tiga

3.5.3

Menjelaskan

pengertian volume

bangun ruang

kubus dan balok

4.5Menyelesaika

n masalah

yang

berkaitan

dengan

volume

bangun

ruang

dengan

menggunaka

n satuan

volume

(seperti

4.5.1

Membuat gambar

bangun ruang

kubus

4.5.2

Membuat gambar

bangun ruang balok

Page 332: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

316

kubus

satuan)

melibatkan

pangkat tiga

dan akar

pangkat tiga

Page 333: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

317

Lampiran 5

SOAL EVALUASI

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Petunjuk :

1. Kerjakan soal berikut dan dilarang bekerja sama.

2. Cermati tiap soal dan telitilah dalam menjawab.

3. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d untuk jawaban yang benar.

Soal

Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH berikut!

Berdasarkan gambar di atas maka:

1. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari kubus adalah ....

e. 6, 12, 9

f. 9, 8, 12

g. 12, 6, 8

h. 8, 6, 12

2. Salah satu rusuk dari kubus ABCD.EFGH adalah ....

e. AH

f. AB

g. CF

h. GE

3. Sisi yang merupakan alas dari kubus ABCD.EFGH adalah ....

e. ADHE

f. EFGH

g. ABCD

h. CDHG

4. Jika bangun kubus ABCD.EFGH diibaratkan sebuah kaleng kotak tanpa tutup di

atasnya, maka sisi mana yang harus dihilangkan ….

e. EFGH

f. ABCD

g. BCGF

Page 334: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

318

h. ABFE

5. Jika panjang rusuk kubus ABCD.EFGH 5 cm, maka jumlah panjang semua rusuk

kubus adalah ….

e. 5 cm

f. 30 cm

g. 40 cm

h. 60 cm

Perhatikan gambar balok ABCD.EFGH berikut!

6. Jumlah semua rusuk, sisi dan titik sudut dari balok adalah ….

e. 12, 6, 8

f. 9, 8, 12

g. 9, 12, 8

h. 8, 6, 12

7. Ada berapakah bangun persegi panjang dalam balok ABCD.EFGH?

e. 2 buah

f. 3 buah

g. 4 buah

h. 6 buah

8. Titik sudut yang membentuk alas balok ABCD.EFGH adalah ….

e. Titik A, B, F, dan E

f. Titik E, F, G, dan H

g. Titik D, C, G, dan H

h. Titik A, B, C, dan D

9. Bangun berikut ini adalah bangun yang sisi-sisinya berbentuk ....

e. segitiga

f. Persegi panjang

g. persegi

h. trapesium

10. Perbedaan bangun berikut adalah ....

e. jumlah sisinya

f. Bentuk sisi-sisinya

g. Jumlah rusuknya

h. Besar sudut-sudutnya

Page 335: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

319

Lampiran 6

KUNCI JAWABAN

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

1. C

2. B

3. C

4. A

5. D

6. A

7. C

8. D

9. C

10. B

Page 336: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

320

Lampiran 6

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

JURNAL PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap Tindak Lanjut

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Nama : ......................................

Nomor urut : ..........................

Page 337: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

321

LEMBAR PENILAIAN SIKAP SOSIAL

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Petunjuk :

Berilah tanda cek (√) pada kolom ya atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

No Pernyataan Ya Tidak

1. Toleransi

a. Tindakan yang menghargai perbedaan dalam berdiskusi

b. Tidak mengganggu teman

c. Menghormati teman yang berbeda pendapat

d. Berteman tanpa membedakan agama

2. Teliti

a. Tertib dalam melaksanakan tugas

b. Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik

c. Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya

3. Mandiri

a. Tidak mencontek pekerjaan teman

b. Berani menyampaikan pendapat

c. Melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban

Jumlah Skor 10

𝑖 𝑖

1

𝑖 𝑖

1

Page 338: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

322

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

Satuan Pendidikan : SDN 2 Limbangan

Kelas/Semester : V/2

Materi Pokok : Sifat-sifat Bangun Ruang Kubus dan Balok

Waktu : 2x35 menit

Nama siswa :

Kelas/Semester :

Pelaksanaan Pengamatan :

Pedoman Penskoran

Soal evaluasi

𝑖 𝑖

1

MUATAN NO SOAL BOBOT

Matematika 1 10

2 10

3 10

4 10

5 10

6 10

7 10

8 10

9 10

10 10

Page 339: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

323

RUBRIK PENILAIAN KETERAMPILAN

Kriteria Sangat Baik

(4)

Baik

(3)

Cukup

(2)

Perlu Bimbingan

(1)

Ketepatan

dalam

menggambar

Keterampilan yang diharapkan :

5. Gambar dibuat dengan

menggunakan penggaris

6. Gambar dibuat dengan

ketentuan yang sudah

ditentukan

7. Penamaan gambar harus sesuai

8. Dapat menyebutkan unsur-

unsur penyusun bangun ruang

seperti pada gambar dengan

benar

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Kerapihan

menggambar

Keterampilan yang diharapkan :

5. Garis digambar dengan rapih

(tidak banyak coretan dan

bekas hapusan)

6. Gambar yang dibuat sesuai

dengan contoh yang diberikan

7. Gambar dibuat dengan ukuran

yang sesuai.

8. Garis pada gambar harus lurus

tidak boleh miring.

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Keterampilan

menyajikan

laporan

Keterampilan yang diharapkan :

5. Hasil laporan lengkap dan

menggunakan bahasa sendiri

6. Disajikan dengan tepat dan

jelas

7. Kalimat yang digunakan

mudah dipahami

Memenuhi 3 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 2 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Memenuhi 1 dari 4

keterampilan yang

diharapkan

Page 340: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

324

8. Suara keras dan dapat didengar

siswa yang lain.

Petunjuk: Berilah tanda cek “v” pada kolom yang sesuai aspek yang muncul pada diri siswa!

No Nama Siswa Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Total

Skor

Nilai

Akhir 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

2

dst

𝑖 𝑖 𝑘 𝑛 𝑖

𝑘 𝑘 𝑖 1

Page 341: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

325

Lampiran 21

HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN

NO SISWA NILAI NO SISWA NILAI

1 80 1 68

2 84 2 92

3 72 3 72

4 68 4 88

5 76 5 92

6 64 6 88

7 68 7 84

8 92 8 88

9 84 9 88

10 80 10 84

11 76 11 84

12 68 12 92

13 72 13 96

14 88 14 80

15 72 15 96

16 64 16 72

17 68 17 80

18 76

19 88

20 92

21 96

22 96

Nilai Terendah 64 Nilai Terendah 68

NilaiTertinggi 92 NilaiTertinggi 96

Rata-rata 75 Rata-rata 86

Page 342: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

326

Lampiran 22

HASIL UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST

A. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=22, 1 , dan 1 1

a.

b.

√ 1 1

c.

1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1

= 0,5 ─ 0,484 = 0,016

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) = 1

|F(z1) - S(z1)| = 1

Page 343: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

327

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas nilai posttest kelas eksperimen

menggunakan Uji Liliefors :

No Siswa Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 68 4624 -2.156 0.016 0.045 -0.030 0.030

2 72 5184 -1.677 0.047 0.091 -0.044 0.044

3 72 5184 -1.677 0.047 0.136 -0.090 0.090

4 76 5776 -1.198 0.116 0.182 -0.066 0.066

5 80 6400 -0.719 0.236 0.227 0.009 0.009

6 80 6400 -0.719 0.236 0.273 -0.037 0.037

7 84 7056 -0.240 0.405 0.318 0.087 0.087

8 84 7056 -0.240 0.405 0.364 0.042 0.042

9 84 7056 -0.240 0.405 0.409 -0.004 0.004

10 88 7744 0.240 0.595 0.455 0.140 0.140

11 88 7744 0.240 0.595 0.500 0.095 0.095

12 88 7744 0.240 0.595 0.545 0.049 0.049

13 88 7744 0.240 0.595 0.591 0.004 0.004

14 88 7744 0.240 0.595 0.636 -0.042 0.042

15 92 8464 0.719 0.764 0.682 0.082 0.082

16 92 8464 0.719 0.764 0.727 0.037 0.037

17 92 8464 0.719 0.764 0.773 -0.009 0.009

18 92 8464 0.719 0.764 0.818 -0.054 0.054

19 96 9216 1.198 0.884 0.864 0.021 0.021

20 96 9216 1.198 0.884 0.909 -0.025 0.025

21 96 9216 1.198 0.884 0.955 -0.070 0.070

22 96 9216 1.198 0.884 1.000 -0.116 0.116

Jumlah 1892 164176 α 0,05

rata-rata 86 L hitung 0,140

simpangan

baku 8,3 L tabel 0,173

Lhitung (0,140) < Ltabel (0,173)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,140) < Ltabel (0,173) maka H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai posttest kelas eksperimen berdistribusi normal.

Page 344: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

328

B. Uji Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol

1. Hipotesis yang diajukan

H0 : Data populasi berdistribusi normal

H1 : Data populasi tidak berdistribusi normal

2. Taraf signifikani

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Lhitung ˂ Ltabel (H0 diterima) data berdistribusi normal.

Lhitung > Ltabel (H0 ditolak) data tidak berdistribusi normal.

4. Hasil Perhitungan

Diketahui : n=17, 1 , dan 1

a.

1

b.

√ 1

c.

1 1

d. F(z1) = P(z ≤ z1)

1 1 1 1

= 0,5 ─ 0,405 = 0,095

e. S(z1) =

f. F(z1) - S(z1) =

|F(z1) - S(z1)| =

Berikut disajikan tabel hasil perhitungan uji normalitas nilai posttest kelas kontrol

menggunakan Uji Liliefors :

Page 345: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

329

No Xi Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

1 64 4096 -1.312 0.095 0.059 0.036 0.036

2 64 4096 -1.312 0.095 0.118 -0.023 0.023

3 68 4624 -0.837 0.201 0.176 0.025 0.025

4 68 4624 -0.837 0.201 0.235 -0.034 0.034

5 68 4624 -0.837 0.201 0.294 -0.093 0.093

6 68 4624 -0.837 0.201 0.353 -0.152 0.152

7 72 5184 -0.363 0.358 0.412 -0.053 0.053

8 72 5184 -0.363 0.358 0.471 -0.112 0.112

9 72 5184 -0.363 0.358 0.529 -0.171 0.171

10 76 5776 0.112 0.544 0.588 -0.044 0.044

11 76 5776 0.112 0.544 0.647 -0.103 0.103

12 80 6400 0.586 0.721 0.706 0.015 0.015

13 80 6400 0.586 0.721 0.765 -0.044 0.044

14 84 7056 1.061 0.856 0.824 0.032 0.032

15 84 7056 1.061 0.856 0.882 -0.027 0.027

16 88 7744 1.535 0.938 0.941 -0.004 0.004

17 92 8464 2.010 0.978 1.000 -0.022 0.022

Jumlah 1276 96912 α 0,05

rata-rata 75,1 L hitung

simpangan

baku 8,4 L tabel

Lhitung (0,171) < Ltabel (0,206)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan tabel diperoleh Lhitung (0,171) < Ltabel (0,206) maka H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data

nilai posttest kelas kontrol berdistribusi normal.

Page 346: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

330

Lampiran 23

HASIL UJI HOMOGENITAS NILAI POSTTEST

1. Hipotesis yang diajukan

Ho : σ₁² = σ₂² (kedua varians homogen)

Ha : σ₁² ≠ σ₂² (kedua varians tidak homogen)

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

3. Kriteria Pengujian

Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak

Jika Fhitung< Ftabel maka Ho diterima

4. Perhitungan rumus

Varians =

Fhitung =

Berikut hasil perhitungan uji F pada nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol:

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Nilai (Xi-X) (Xi-X)2 No Nilai (Xi-X) (Xi-X)

2

1 68 -18.000 324.000 1 64 -11.059 122.298

2 72 -14.000 196.000 2 64 -11.059 122.298

3 72 -14.000 196.000 3 68 -7.059 49.827

4 76 -10.000 100.000 4 68 -7.059 49.827

5 80 -6.000 36.000 5 68 -7.059 49.827

6 80 -6.000 36.000 6 68 -7.059 49.827

7 84 -2.000 4.000 7 72 -3.059 9.356

8 84 -2.000 4.000 8 72 -3.059 9.356

9 84 -2.000 4.000 9 72 -3.059 9.356

10 88 2.000 4.000 10 76 0.941 0.886

11 88 2.000 4.000 11 76 0.941 0.886

Page 347: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

331

12 88 2.000 4.000 12 80 4.941 24.415

13 88 2.000 4.000 13 80 4.941 24.415

14 88 2.000 4.000 14 84 8.941 79.945

15 92 6.000 36.000 15 84 8.941 79.945

16 92 6.000 36.000 16 88 12.941 167.474

17 92 6.000 36.000 17 92 16.941 287.003

18 92 6.000 36.000

19 96 10.000 100.000

20 96 10.000 100.000

21 96 10.000 100.000

22 96 10.000 100.000

jumlah 1892

1276 1136.941

rata-rata 86.000

75.059

n-1 21

n-1 16

S2 69.714

S

2 71.0588

Fhitung 1,019

Ftabel 2,264

Fhitung (1,019) ˂ Ftabel (2,264)

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data nilai posttest menggunakan Uji F

diperoleh Fhitung = 1,019 dan Ftabel = 2,264 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Maka nilai

Fhitung ˂ Ftabel sehingga H0 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga data nilai

posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang sama atau homogen.

Page 348: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

332

Lampiran 24

HASIL UJI KETUNTASAN

1) Hipotesis yang diajukan

H0 : P0 75%

H1 : P0 < 75%

2) Menentukan nilai uji statistik

Keterangan :

= banyaknya siswa yang tuntas belajar

p = proporsi yang diharapkan yaitu 75% atau 0,75

𝑛 = banyak siswa

Menentukan nilai kritis :

Ztabel = Z(0,5– α) = Z(0,5-0,05) = Z(0,45) = 0,1736

Karena pengujian pihak kiri maka Ztabel = - Ztabel = -0,1736

Berikut tabel perhitungan proporsi satu pihak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol:

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Siswa Nilai Ket No Siswa Nilai Ket

1 68 TL 1 64 TL

2 72 L 2 64 TL

3 72 L 3 68 TL

4 76 L 4 68 TL

5 80 L 5 68 TL

6 80 L 6 68 TL

7 84 L 7 72 L

8 84 L 8 72 L

9 84 L 9 72 L

10 88 L 10 76 L

𝑥

𝑛 𝑝

√𝑝 1 𝑝 𝑛

Z =

Page 349: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

333

11 88 L 11 76 L

12 88 L 12 80 L

13 88 L 13 80 L

14 88 L 14 84 L

15 92 L 15 84 L

16 92 L 16 88 L

17 92 L 17 92 L

18 92 L

19 96 L

20 96 L

21 96 L

22 96 L

N 22 N 17

X 21 X 11

P 0.75 P 0.75

x/n 0.954545 x/n 0.647058824

x/n – p 0.204545 x/n – p -0.102941176

1-p 0.25 1-p 0.25

p(1-p) 0.1875 p(1-p) 0.1875

p(1-p)/n 0.008523 p(1-p)/n 0.011029

akar p(1-p)/n 0.092319 akar p(1-p)/n 0.105021

Z hitung 2,216 Z hitung -0.980

Z tabel (0,5-0,05) 1,64 Z tabel (0,5-0,05) 1,64

3) Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan, pada kelas eksperimen diperoleh nilai zhitung = 2,216 dan

ztabel = 1,64 maka H0 diterima karena nilai zhitung > ztabel. Sedangkan pada kelas kontrol

diperoleh nilai zhitung = -0,980 dan ztabel = -0,1736 maka H0 ditolak karena nilai zhitung ≤

ztabel.

4) Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka kelas eksperimen proporsi siswa yang tuntas belajar

mencapai 75% karena H0 diterima. Sedangkan kelas kontrol proporsi siswa yang tuntas

belajar tidak mencapai 75% karena H0 ditolak.

Page 350: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

334

Lampiran 25

HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA

KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

1. Hipotesis yang diajukan

H0 = Rata-rata hasil belajar matematika menggunakan model CTL berbantuan alat peraga

kubus satuan kurang dari atau sama dengan menggunakan model direct instruction

dengan media gambar pada siswa kelas V SDN di Gugus Raden Saleh Semarang.

( )

H1 = Rata-rata hasil belajar matematika menggunakan model CTL berbantuan alat peraga

kubus satuan lebih dari rata-rata hasil belajar matematika menggunakan model

direct instruction dengan media gambar pada siswa kelas V SDN di Gugus Raden

Saleh Semarang. (

2. Taraf signifikansi

Taraf signifikansi α = 0,05

3. Kriteria pengujian

Kriteria pengujian untuk 𝜎 𝜎 adalah terima H0 jika t ˂ t1-α dan tolak H0 jika t

mempunyai harga-harga lain.

4. Perhitungan rumus

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah statistik t uji

pihak kanan. Karena kedua sampel homogen (𝜎 𝜎 maka rumus yang digunakan

sebagai berikut:

√1𝑛

1𝑛

dengan

(Sudjana 2002:239).

Page 351: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

335

Keterangan:

= rata-rata nilai posttest kelas ekperimen

= rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= varians total

= varians kelas eksperimen

= varians kelas kontrol

𝑛 = banyaknya anggota kelas eksperimen

𝑛 = banyaknya anggota kelas kontrol

Hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata menggunakan model CTL berbantuan alat

peraga kubus satuan dengan model direct instruction dengan media adalah sebagai

berikut:

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

No Siswa X1 (X1)2 No Siswa X2 (X2)

2

1 68 4624 1 64 4096

2 72 5184 2 64 4096

3 72 5184 3 68 4624

4 76 5776 4 68 4624

5 80 6400 5 68 4624

6 80 6400 6 68 4624

7 84 7056 7 72 5184

8 84 7056 8 72 5184

9 84 7056 9 72 5184

10 88 7744 10 76 5776

11 88 7744 11 76 5776

12 88 7744 12 80 6400

13 88 7744 13 80 6400

14 88 7744 14 84 7056

15 92 8464 15 84 7056

16 92 8464 16 88 7744

Page 352: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

336

17 92 8464 17 92 8464

18 92 8464

19 96 9216

20 96 9216

21 96 9216

22 96 9216

∑ 1892 164176

1276 96912

RATA2 86

75

s12 69.71428571 s2

2 71.05882353

S 8.384253543

thitung 4,041

ttabel 1,684

thitung > ttabel H1 diterima

5. Hasil dibandingkan kriteria

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai thitung = 4,041 dan ttabel =1,684 maka thitung

> ttabel artinya H1 diterima.

6. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

hasil belajar matematika menggunakan model CTL berbantuan alat peraga kubus satuan

lebih dari rata-rata pada hasil belajar matematika menggunakan model direct instruction

dengan media gambar pada siswa kelas V SDN Gugus Raden Saleh Semarang.

Page 353: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

337

Lampiran 26

HASIL UJI PENINGKATAN RATA-RATA

Rumus N-Gain sebagai berikut:

𝑖𝑛 𝑘 𝑘

𝑘

Perhitungan:

a. Kelas eksperimen

pretest =

posttest =

𝑖𝑛

1

b. Kelas kontrol

pretest =

posttest =

1

𝑖𝑛 1

1

Page 354: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

338

Berikut ini tabel N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol:

No

Kelas Ekperimen

No

Kelas Kontrol

Pretest Posttest Gain

SMI

-

Pretest

N-Gain Pretest Posttest Gain

SMI

-

Pretest

N-Gain

1 28 68 40 60 0.667 1 32 64 32 68 0.471

2 32 72 40 60 0.667 2 32 64 32 68 0.471

3 32 72 40 60 0.667 3 36 68 32 64 0.5

4 32 76 44 56 0.786 4 36 68 32 64 0.5

5 32 80 48 52 0.923 5 36 68 32 64 0.5

6 36 80 44 56 0.786 6 40 68 28 60 0.467

7 36 84 48 52 0.923 7 40 72 32 60 0.533

8 36 84 48 52 0.923 8 44 72 28 56 0.5

9 44 84 40 60 0.667 9 48 72 24 52 0.462

10 44 88 44 56 0.786 10 48 76 28 52 0.538

11 48 88 40 60 0.667 11 52 76 24 48 0.5

12 48 88 40 60 0.667 12 52 80 28 48 0.583

13 48 88 40 60 0.667 13 56 80 24 44 0.545

14 52 88 36 64 0.563 14 60 84 24 40 0.6

15 52 92 40 60 0.667 15 60 84 24 40 0.6

16 56 92 36 64 0.563 16 64 88 24 36 0.667

17 56 92 36 64 0.563 17 68 92 24 32 0.75

18 56 92 36 64 0.563

19 60 96 36 64 0.563

20 60 96 36 64 0.563

21 64 96 32 68 0.471

22 68 96 28 72 0.389

∑ 1020 1892 N-Gain 0,54 ∑ 804 1276 N-Gain 0,67

46.36 86 Kategori Sedang 47.29 75.05 Kategori Sedang

Page 355: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

339

Lampiran 27

BUKTI FISIK PRETEST DAN POSTTEST SISWA KELAS EKSPERIMEN

PRETEST

Page 356: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

340

Page 357: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

341

Page 358: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

342

Page 359: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

343

Page 360: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

344

Page 361: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

345

Page 362: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

346

POSTTEST

Page 363: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

347

Page 364: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

348

Page 365: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

349

Page 366: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

350

Page 367: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

351

Page 368: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

352

Page 369: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

353

Lampiran 28

BUKTI FISIKPRETEST DAN POSTTEST SISWA KELAS KONTROL

Page 370: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

354

Page 371: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

355

Lampiran 29

DOKUMENTASI

PELAKSANAAN UJI COBA SOAL

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS KONTROL

Page 372: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

356

Page 373: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

357

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS EKSPERIMEN

VIDEO PEMBELAJARAN DI KELAS EKSPERIMEN

Page 374: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

358

Pretest Kelas Eksperimen Pembelajaran Kelas Eksperimen

Page 375: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

359

Page 376: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

360

Lampiran 30

BUKTI FISIK TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

KELAS UJI COBA SOAL

Page 377: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

361

KELAS EKSPERIMEN

Page 378: KEEFEKTIFAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

362

KELAS KONTROL