keefektifan model pbl dengan pendekatan rme …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika...

94
KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS V SDN GROBOG KULON 01 SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh Afri Dani Saputra 1401413154 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 13-Sep-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN

PENDEKATAN RME TERHADAP AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG

SISWA KELAS V SDN GROBOG KULON 01

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Afri Dani Saputra

1401413154

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa isi skripsi ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi

ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Tegal, Mei 2017

Afri Dani Saputra

1401413154

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan RME terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V SDN Grobog

Kulon 01”, telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Tempat : Tegal

Tanggal : 19 Mei 2017

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan RME terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V SDN Grobog

Kulon 01 oleh Afri Dani Saputra 1401413154, telah dipertahankan di hadapan

sidang Panitia Ujian Skripsi FIP UNNES pada tanggal 2 Juni 2017.

PANITIA UJIAN

Sekretaris

Drs. Utoyo, M. Pd.

19620619 198703 1 001

Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi

(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling

mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan cita-cita yang kuat.

(Habib Umar Bin Hafidz)

Persembahan

Untuk orang tuaku Ibu Endang Cipto

Rahayu, Bapak Mohamad Khodori, adikku

Mohammad Rafi Firmansyah dan Selly Tri

Ananda.

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan RME terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V SDN Grobog

Kulon 01”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar

Sarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan

skripsi ini sehingga bisa terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi mahasiswa UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah mengizinkan dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberikan kesempatan untuk

memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

5. Dra. Yuli Witanto, M.Pd., dan Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd., dosen

pembimbing satu dan dua yang telah membimbing, mendukung, dan

menyarankan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

vii

6. Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Tegal Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan.

7. Para staf TU UPP Tegal Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan yang telah membantu dalam hal administrasi.

8. Chodjali, S.Pd., Kepala SD Negeri Grobog Kulon 01 Kabupaten Tegal, dan

Sri Waryanti, S.Pd.SD, Kepala SD Negeri Slawi Kulon 01 Kabupaten Tegal

yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

9. Heny Dwi Setiowati, S.Pd.SD, dan Tasripin, S.Pd.SD, guru kelas V SD

Negeri Grobog Kulon 01 Kabupaten Tegal, serta Adinda Nur Yuliana, S.Pd.,

guru kelas V SD Negeri Slawi Kulon 01 Kabupaten Tegal yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Siswa kelas V SD Negeri Grobog Kulon 01 Kabupaten Tegal dan SD Negeri

Slawi Kulon 01 Kabupaten Tegal yang telah turut berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitian.

11. Faisal, Anggun, Adi, Radit, Bambang, Yusuf, Panca, Dedi, Marza, dan teman-

teman mahasiswa PGSD UPP Tegal FIP Universitas Negeri Semarang

angkatan 2013 yang saling memberikan pengetahuan, semangat dan motivasi.

Semoga semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam

penyususnan skripsi ini mendapatkan berkah dan pahala dari Allah SWT. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tegal, Mei 2017

Penulis

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

viii

ABSTRAK

Afri Dani Saputra. 2017. Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan RME

terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas

V SDN Grobog Kulon 01. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing: Drs. Yuli Witanto, M.Pd., Mur Fatimah, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Model PBL, Pendekatan RME,

Sifat-sifat Bangun Ruang.

Salah satu faktor kurang berhasilnya proses pembelajaran matematika

yaitu guru kurang inovatif dalam menerapkan model dan pendekatan dalam

pembelajaran. Pada umumnya guru hanya menerapkan model konvensional

sehingga siswa menjadi pasif dan kurang tertarik pada pelajaran matematika yang

berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hal

tersebut, penulis berinisiatif mengujikan model PBL dengan pendekatan RME

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, bertujuan mengetahui

mana yang terbukti lebih efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

matematika kelas V SD materi Bangun Ruang.

Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental Design yang digunakan

oleh penulis yaitu Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam

penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Grobog Kulon 01. Sampel pada penelitian

ini menggunakan semua anggota populasi (sampling jenuh). Kelas VB sebagai

kelas eksperimen dan kelas VA sebagai kelas kontrol. Adapun uji coba instrumen

dilakukan di kelas V SDN Slawi Kulon 01. Teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu uji prasyarat analisis meliputi normalitas, homogenitas, dan

analisis akhir. Pada analisis akhir atau pengujian hipotesis penelitan menggunakan

uji t.

Pengujian hipotesis pertama (uji perbedaan) menggunakan rumus

independent samples t test melalui program SPSS versi 21. Hasil pengujian data

aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (5,332 > 2,021) dan data

hasil belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2,751 > 2,021). Sehingga

dapat disimpulkan terdapat perbedaan aktivitas dan hasil belajar matematika

antara siswa kelas V yang menggunakan model PBL dengan pendekatan RME

dan yang menggunakan model Pembelajaran konvensional. Untuk hipotesis yang

kedua (uji keefektifan), menggunakan rumus one sample t test. Hasil pengujian

data aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (9,214 > 2,086) dan

data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (4,127 > 2,086). Jadi,

dapat disimpulkan model PBL dengan pendekatan RME efektif terhadap aktivitas

dan hasil belajar matematika materi sifat-sifat bangun ruang. Sementara itu,

pengujian hipotesis ketiga (uji hubungan) menggunakan analisis korelasi product

moment pearson. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000

dan nilai r sebesar 0,737. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

positif dan kuat antara aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Grobog

Kulon 01 yang menggunakan model PBL dengan pendekatan RME.

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul .............................................................................................................. i

Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ ii

Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iii

Pengesahan ....................................................................................................... iv

Motto dan Persembahan .................................................................................. v

Prakata ............................................................................................................. vi

Abstrak ............................................................................................................ viii

Daftar Isi .......................................................................................................... ix

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Gambar ................................................................................................. xv

Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi

Bab

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 11

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ................................... 11

1.3.1 Pembatasan Masalah ............................................................................. 12

1.3.2 Paradigma Penelitian ............................................................................ 12

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................. 13

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 14

1.5.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 14

1.5.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 14

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

x

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 15

1.6.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 16

1.6.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 16

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 18

2.1.1 Pengertian Belajar ................................................................................ 18

2.1.2 Pengertian Pembelajaran ...................................................................... 20

2.1.3 Aktivitas Belajar .................................................................................. 21

2.1.4 Hasil Belajar.......................................................................................... 24

2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar .................................. 26

2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ............................. 29

2.1.7 Hakikat Matematika ............................................................................. 32

2.1.8 Pembelajaran Matematika di SD .......................................................... 34

2.1.9 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ......................... 36

2.1.10 Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) ......................... 43

2.1.11 Materi Bangun Ruang .......................................................................... 52

2.1.12 Penerapan Pembelajaran Matematika Model PBL dengan Pendekatan

RME ...................................................................................................... 56

2.2 Penelitian yang Relevan ....................................................................... 57

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 63

2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 66

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 69

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 70

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xi

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 71

3.3.1 Populasi ................................................................................................ 71

3.3.2 Sampel .................................................................................................. 74

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 75

3.4.1 Variabel Independen ............................................................................. 75

3.4.2 Variabel Dependen................................................................................ 75

3.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 75

3.5.1 Variabel Model PBL dengan Pendekatan RME ................................... 76

3.5.2 Variabel Aktivitas Belajar ..................................................................... 76

3.5.3 Variabel Hasil Belajar ........................................................................... 77

3.6 Data Penelitian ...................................................................................... 77

3.6.1 Jenis Data .............................................................................................. 78

3.6.2 Sumber Data.......................................................................................... 78

3.6.3 Data Dokumen ...................................................................................... 78

3.7 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 79

3.7.1 Wawancara Tidak Terstruktur .............................................................. 79

3.7.2 Dokumentasi ......................................................................................... 80

3.7.3 Tes ......................................................................................................... 80

3.7.4 Observasi............................................................................................... 81

3.8 Instrumen Penelitian ............................................................................. 82

3.8.1 Pedoman Wawancara ............................................................................ 83

3.8.2 Instrumen Tes........................................................................................ 83

3.8.3 Pedoman Observasi ............................................................................... 91

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xii

3.9 Metode Analisis Data ............................................................................ 94

3.9.1 Analisis Deskripsi Data......................................................................... 94

3.9.2 Analisis Statistik Data ........................................................................... 94

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 101

4.1.1 Kelas Eksperimen ................................................................................. 101

4.1.2 Kelas Kontrol ........................................................................................ 107

4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ....................................................... 110

4.2.1 Analisis Deskriptif Data Variabel Bebas .............................................. 111

4.2.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Terikat ............................................ 112

4.3 Analisis Statistik Data Penelitian .......................................................... 116

4.3.1 Aktivitas Belajar Siswa ......................................................................... 116

4.3.2 Hasil Belajar Siswa ............................................................................... 123

4.3.3 Analisis Korelasi Aktivitas dan Hasil Belajar sisiwa ........................... 131

4.4 Pembahasan........................................................................................... 132

5. PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................... 141

5.2 Saran ..................................................................................................... 142

5.2.1 Bagi Siswa ............................................................................................ 143

5.2.2 Bagi Guru .............................................................................................. 143

5.2.3 Bagi Sekolah ......................................................................................... 143

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Uji Normalitas Nilai Tes Awal......................................................... 73

3.2 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata ................................................................... 73

3.3 Rekapitulasi Uji Validitas Soal Uji Coba .................................................. 85

3.4 Hasil Uji Reliabilitas.................................................................................. 87

3.5 Kategori Taraf Kesukaran Soal ................................................................. 88

3.6 Hasil Pengujian Tingkat Kesukaran Soal .................................................. 88

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................................. 90

3.8 Analisis Daya Pembeda Soal ..................................................................... 91

3.9 Kisi-kisi Pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME .................. 92

3.10 Kisi-kisi Pembelajaran Konvensional........................................................ 93

3.11 Kisi-kisi Lembar Aktivitas Belajar ............................................................ 93

3.12 Interpretasi Koefisien Korelasi .................................................................. 100

4.1 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model PBL dengan Pendekatan RME di

Kelas Eksperimen ...................................................................................... 111

4.2 Deskripsi Data Tes awal ............................................................................ 113

4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen ........................... 113

4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Kelas Kontrol .................................. 113

4.5 Deskripsi Data Aktivitas Belajar ............................................................... 114

4.6 Paparan Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ......................... 114

4.7 Paparan Data Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol................................ 115

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xiv

4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar ..................................................................... 115

4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ........... 116

4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol .................. 116

4.11 Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ................................... 117

4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Aktivitas Belajar Siswa ............................... 119

4.13 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Data Aktivitas Belajar Siswa .......................... 121

4.14 Hasil Pengujian One Sample t Test Data Aktivitas Belajar Siswa ............ 123

4.15 Hasil Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Siswa ........................................ 124

4.16 Hasil Uji Homogenitas Nilai Hasil Belajar Siswa ..................................... 126

4.17 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Nilai Hasil Belajar Siswa ................................ 128

4.18 Hasil Pengujian One Sample t Test Nilai Hasil Belajar Siswa .................. 130

4.19 Hasil Analisis Korelasi Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa ....................... 132

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan Paradigma Penelitian Sederhana .................................................... 13

2.1 Gambar Langkah-langkah Pendekatan RME ............................................ 49

2.2 Bagan Model PBL dalam Pendekatan RME ............................................. 56

2.3 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................................... 66

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen (VB) Tahun Ajaran 2016/2017 ...... 149

2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol (VA) Tahun Ajaran 2016/2017 ............ 150

3. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba (V) Tahun Ajaran 2016/2017 ............ 151

4. Pedoman Wawancara ................................................................................... 152

5. Jadwal Pelajaran Kelas V SD Negeri Grobog Kulon 01 Tahun Pelajaran

2016/2017 ..................................................................................................... 154

6. Program Semester Tahun Pelajaran 2016/2017 ........................................... 155

7. Silabus Pembelajaran Tahun Pelajaran 2016/2017 ...................................... 156

8. Silabus Pengembangan Pembelajaran Matematika Di Kelas Eksperimen .. 157

9. Silabus Pengembangan Pembelajaran Matematika Di Kelas Kontrol ......... 164

10. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 .......................................................... 168

11. RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .......................................................... 182

12. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ................................................................. 196

13. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ................................................................. 210

14. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen (VB) .......... 224

15. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol (VA) ................ 226

16. Deskriptor Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ............................................. 228

17. Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan 1 .................... 231

18. Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan 2 .................... 232

19. Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol Pertemuan 1 .......................... 233

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xvii

20. Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol Pertemuan 2 .......................... 234

21. Rekapitulasi Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ................... 235

22. Rekapitulasi Skor Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol .......................... 236

23. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Hasil Belajar Siswa ........................................ 237

24. Soal Uji Coba Hasil Belajar Siswa .............................................................. 240

25. Lembar Validasi Soal Objektif Bentuk Pilihan Ganda Oleh Tim Ahli ....... 248

26. Analisis Butir Soal ...................................................................................... 260

27. Hasil Uji Validitas Soal ............................................................................... 263

28. Rekapitulasi Uji Validitas Soal Tes Uji Coba ............................................. 267

29. Hasil Uji Reliabilitas Soal ........................................................................... 268

30. Rekapitulasi Taraf Kesukaran Soal ............................................................. 270

31. Rekapitulasi Daya Beda Soal ...................................................................... 271

32. Kisi-kisi Soal Tes Awal Dan Tes Akhir ...................................................... 272

33. Soal Tes Hasil Belajar Siswa ...................................................................... 275

34. Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir Kelas Eksperimen (VB) ............................ 279

35. Nilai Tes Awal Dan Tes Akhir Kelas Kontrol (VA) .................................. 280

36. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Model PBL dengan Pendekatan RME... 281

37. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Model Konvensional ............................ 284

38. Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa .................................... 287

39. Hasil Uji Homogenitas Data Aktivitas Belajar Siswa ................................. 288

40. Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Data Aktivitas Belajar Siswa ............................ 289

41. Hasil Pengujian One Sample t Test Data Aktivitas Belajar Siswa ............... 290

42. Hasil Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Siswa .......................................... 291

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

xviii

43. Hasil Uji Homogenitas Nilai Hasil Belajar Siswa ...................................... 292

44. Hasil Uji Hipotesis (Uji t) Nilai Hasil Belajar Siswa .................................. 293

45. Hasil Pengujian One Sample t Test Nilai Hasil Belajar Siswa ................... 294

46. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen .................................................... 295

47. Foto Pembelajaran di Kelas Kontrol ........................................................... 297

48. Surat-surat ................................................................................................... 298

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, paradigma penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menjamin

keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan, manusia akan

memiliki kualitas diri sehingga mampu menjadi sumber daya manusia (SDM)

yang nantinya dapat berpengaruh besar dalam kemajuan suatu bangsa. Hamalik

(2015: 79) menjelaskan, “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka

memengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,

dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam diri peserta didik”.

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 1, yaitu

sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

2

Pendidikan seyogyanya dapat mengembangkan kemampuan siswa secara

maksimal agar siswa mampu menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi

perkembangan zaman. Proses pendidikan harus diatur sedemikian rupa agar

pendidikan yang dilaksanakan menjadi berkualitas. Kualitas pendidikan

ditentukan oleh kesiapan setiap elemen pendukungnya, guru, sarana prasarana

serta kebijakan pemerintah adalah beberapa hal yang mempengaruhi kualitas

pendidikan. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu sarana untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Nasional memiliki fungsi dan

tujuan, sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab

II Pasal 3 yang menyatakan:

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka kegiatan

pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur sebagaimana yang tertuang dalam UU

No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 13 Ayat 1

yang secara lengkap berbunyi “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,

non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Pendidikan formal meliputi pendidikan di sekolah. Pendidikan nonformal meliputi

bimbingan belajar dan kursus. Pendidikan informal meliputi pendidikan yang ada

di dalam keluarga. Jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang

terdiri dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

3

tinggi. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelengaraan Pendidikan Bab I Pasal 1 Ayat 7 menjelaskan:

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang melandasi jenjang menengah, yang diselenggarakan pada

satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan

pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah

Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang

sederajat.

Dalam mencapai tujuan pendidikan dasar, pelaksanaan pendidikan harus

berlandaskan kurikulum. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003

Bab I Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional pengertian kurikulum yakni

“Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan demikian,

tersirat bahwa isi kurikulum yaitu berupa mata pelajaran dan materi yang

disajikan sekolah kepada siswa. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Bab X Pasal 37 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai mata

pelajaran yang harus diberikan, yaitu ada sepuluh mata pelajaran yang wajib

diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum pada jenjang

pendidikan dasar memuat sepuluh mata pelajaran, meliputi: (1) pendidikan

agama; (2) pendidikan kewarganegaraan; (3) bahasa; (4) matematika; (5) Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA); (6) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); (7) seni dan budaya;

(8) pendidikan jasmani dan olahraga; (9) keterampilan atau kejuruan; dan (10)

muatan lokal.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

4

Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Matematika

merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir, berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kebutuhan akan penerapan matematika saat ini dan masa depan

tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga untuk mendukung ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai

dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar (Susanto, 2016: 185).

Matematika di sekolah dasar berusaha untuk menyajikan materi yang sesuai

dengan karakteristik matematika yaitu berorientasi kepada kepentingan

pendidikan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagian besar siswa sekolah dasar masih banyak yang mengalami

kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini dikarenakan dalam matematika

berisikan materi yang abstrak. Susanto (2016: 183) menyatakan, “Matematika

merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep matematika

harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu”.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran ujian nasional, oleh karena itu

kesulitan belajar matematika merupakan suatu masalah bagi siswa. Kesulitan

belajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kemampuan

siswa dalam mengolah informasi.

Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara dengan guru kelas V SDN

Grobog Kulon 01, diketahui masih banyak siswa yang belum memenuhi nilai

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hasil tes evaluasi yang dilakukan oleh

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

5

guru pada mata pelajaran matematika, diperoleh data nilai ulangan siswa pada

tahun ajaran 2016/2017 dari jumlah 21 siswa, hanya 10 siswa (47,62%) yang

mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 11 siswa (52,38%) lainnya belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan guru kelas

yaitu 67. Dilihat dari hasil belajar siswa tersebut, tampak bahwa persentase

ketuntasan belajar klasikal pada pembelajaran matematika belum tercapai, karena

masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (67), sehingga persentase

ketuntasan yang dicapai masih di bawah 75%.

Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah salah satu

upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran

matematika. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu

unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan

kedudukannya secara profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang

semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri

guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu

kedewasaan atau taraf kematangan tertentu (Sardiman, 2016: 125). Lebih lanjut

Hamalik (2015: 124) menyatakan, “Guru berkewajiban memberikan bantuan

kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, mengenal diri

sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Tanggung jawab guru

inilah yang perlu menjadi landasan agar guru senantiasa menemukan strategi

dalam pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan

kemampuannya secara optimal.

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

6

Umumnya siswa kelas V SD berusia 10 - 11 tahun. Piaget (1989) dalam

Rifa’i dan Anni (2012 :34) menjelaskan:

Siswa berusia 7 - 11 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret.

Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun

masih dalam bentuk benda konkret. Penalaran logika menggantikan

penalaran intuitif, namun hanya pada situasi konkrit dan kemampuan

untuk menggolong-golongkan sudah ada.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru dalam

menyampaikan informasi kepada siswa, perlu memerhatikan perkembangan

kognitif siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih mudah dipahami. Guru

perlu menemukan berbagai model maupun pendekatan dalam pembelajaran yang

sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Pembelajaran matematika yang berlangsung di SD pada umumnya masih

menggunakan model konvensional meliputi ceramah, tanya jawab, dan pemberian

tugas. Proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru cenderung

mengakibatkan siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran. Siswa

menjadi pasif, bosan, dan akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Padahal proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep-konsep dan ilmu

pengetahuan sendiri. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Dengan kata lain guru harus menekankan pada aktivitas belajar

siswa. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

berpikir maupun berbuat. Slameto (2010: 36) menjelaskan, “Penerimaan

pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu

saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

7

berbeda”. Dengan demikian siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

akan memiliki pengetahuan yang baik. Lebih lanjut Sudjana dan Suwariyah

(2010: 4) menjelaskan, “Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan

pengajaran oleh siswa sebagai akibat aktivitas belajarnya”.

Aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak terpisahkan, yakni

aktivitas mental (emosional-intelektual-sosial) dan aktivitas motorik (gerak fisik).

Kedua aspek tersebut berkaitan satu sama lain, saling mengisi dan menentukan.

Oleh karena itu aktivitas belajar siswa tidak hanya dilihat dari gerakan fisik atau

mototrik siswa pada waktu belajar, seperti berjalan-jalan di kelas, kebebasan

siswa melakukan apa saja pada waktu belajar yang mengarah pada kegiatan

motorik. Akan tetapi dapat juga dilihat bila siswa melakukan diskusi, kerja

kelompok, simulasi, dan kegiatan yang sejenisnya. (Sudjana dan Suwariyah,

2010: 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas sangat

penting dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat memberikan stimulus

kepada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang

aktif akan memberikan pengaruh pembelajaran yang lebih bermakna sehingga

tujuan dari kegiatan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Untuk itu perlu

adanya upaya dari guru untuk dapat merancang suatu proses pembelajaran yang

dapat lebih mengkatifkan siswa. Dengan kata lain, guru dituntut dapat memilih

model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif

ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Oleh sebab itu, perlu adanya

pengembangan model pembelajaran yang efektif, bervariasi, dan lebih terpusat

kepada siswa.

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

8

Rusman (2012: 229) menyatakan, “Salah satu alternatif model

pembelajaran yang memungkinkan dikembangnya keterampilan berpikir siswa

(penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)”. Barrow (1980)

dalam Huda (2015: 271) mendefinisikan PBL sebagai “Pembelajaran yang

diperoleh proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah”. Lebih lanjut,

Barr dan Tagg (1995) dalam Huda (2015: 271) menyatakan, ”PBL merupakan

salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma

pembelajaran”. Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada

pengajaran guru. Dalam PBL siswa dituntut untuk lebih aktif, karena pada awal

pembelajaran siswa diberikan suatu masalah yang berkaitan dengan materi yang

sedang dibahas kemudian mendiskusikannya secara kelompok.

Selain mengunakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa,

dalam pembelajaran matematika hendaknya materi yang akan diajarkan dapat

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Hans Fruedental (t.t) yang dikutip dari

Marsigit (2008) dalam Susanto (2016: 189) menyebutkan, “Matematika

merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan

realitas”. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang dapat mengaitkan

pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan lebih

mudah menerima informasi yang disampaikan. Salah satu pendekatan yang dapat

membawa kebermaknaan dalam pembelajaran matematika serta mengaitkannya

dengan kehidupan nyata yaitu pendekatan Realistic Mathematics Education

(RME).

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

9

Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah

aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap

konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada

hal-hal yang real (Susanto, 2016: 205). Suatu prinsip utama RME adalah siswa

harus berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar. Siswa harus diberi

kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri.

RME menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkret sebagai

titik awal bagi siswa guna memeroleh konsep matematika. Berdasarkan urian

model pembelajaran PBL yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik

untuk menggabungkan model pembelajaran PBL dengan pendekatan RME.

Penggabungan model pembelajaran PBL dengan pendekatan RME akan

mewujudkan suatu proses pembelajaran yang bermakna melalui pengalaman

realistis siswa, sehingga diharapkan aktivitas serta hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika menjadi lebih maksimal.

Penelitian mengenai model PBL untuk meningkatkan hasil belajar

matematika sekolah dasar pernah dilakukan oleh Okayana (2016) dari Universitas

Lampung yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro

Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran PBL. Hal tersebut sesuai dengan nilai rata-rata afektif siklus I 69,17

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

10

dan siklus II 77,71 terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,54. Nilai

rata-rata psikomotor siklus I 68,44 dan siklus II 77,09 terjadi peningkatan dari

siklus I ke siklus II sebesar 8,65. Nilai hasil belajar kognitif siswa pada siklus I

sebesar 70, kemudian siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 77,92, dengan

demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,92.

Selanjutnya penelitian mengenai model pembelajaran PBL yang

digabungkan dengan pendekatan RME pernah dilakukan oleh Pradipta dkk (2013)

dari Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Based Learning Melalui Pendekatan Realistic

Mathematics Education terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV Sekolah

Dasar. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang

signifikan antara model pembelajaran Problem Based Learning melalui

pendekatan Realistic Mathematics Education dengan pembelajaran konvensional.

Hal Ini dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan uji t yang menyatakan

bahwa |thitung| = 3,77 lebih dari ttabel = 2,000 dengan taraf signifikansi 5% dan dk

71. Oleh karena thitung > ttabel, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan Realistic Mathematics

Education terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, peneliti

tertarik untuk mengetahui lebih lanjut sejauh mana keefektifan model

pembelajaran PBL dengan pendekatan RME dilaksanakan dalam proses

pembelajaran matematika SD. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Keefektifan Model PBL dengan

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

11

Pendekatan RME terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang

Siswa Kelas V SDN Grobog Kulon 01”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut,

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

(1) Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika kelas

V SDN Grobog Kulon 01 kurang bervariasi, guru masih sering menggunakan

model konvensional.

(2) Proses pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga kesempatan siswa untuk

menemukan sendiri suatu konsep atau ilmu menjadi berkurang.

(3) Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah mata

pelajaran yang sulit.

(4) Setiap siswa memiliki kemampuan pemahaman yang berbeda-beda, sehingga

diperlukan suatu pendekatan tertentu yang dapat mengaktifkan seluruh siswa.

(5) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang

masih rendah.

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian

Peneliti perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian

untuk kefokusan penelitian dan menjelaskan hubungan antarvariabel penelitian.

Uraiannya yaitu sebagai berikut:

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

12

1.3.1 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan dalam sebuah penelitian untuk

menghindari kesalahpahaman maksud dan agar lebih efektif dan efisien. Selain

itu, masalah yang terlalu luas juga akan membuat pembahasan terlalu panjang,

sehingga inti dari permasalahan tidak dapat dibahas secara mendalam. Peneliti

membatasi permasalahan sebagai berikut:

(1) Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sifat-sifat bangun

ruang.

(2) Penelitian ini memfokuskan pada keefektifan penerapan model PBL dengan

pendekatan RME terhadap aktivitas dan hasil belajar materi bangun ruang

kelas V SDN Grobog Kulon 01 Kabupaten Tegal.

(3) Populasi penelitian yang diambil yaitu siswa kelas V SDN Grobog Kulon 01

Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2016/2017.

1.3.2 Paradigma Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu

gejala itu dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab

akibat), sehingga peneiliti dapat melakukan penelitian kepada beberapa variabel

saja. Pada penelitian ini, peneliti menentukan dua variabel yaitu variabel

dependen dan independen. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2014: 64), variabel

independen yaitu variabel yang menyebabkan timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu model PBL dengan pendekatan

RME. Sementara itu, variabel dependen yaitu aktivitas dan hasil belajar peserta

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

13

didik dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang. Hubungan

antarvariabel tersebut dapat dilihat pada Bagan 1.1 berikut:

Bagan 1.1. Paradigma Penelitian Sederhana

Keterangan:

X1 = Model PBL dengan pendekatan RME

Y1 = Aktivitas belajar siswa

Y2 = Hasil belajar siswa

(Sugiyono 2014: 72)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut,

permasalahan yang hendak diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

(1) Apakah terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa kelas V dalam

pembelajaran matematika materi bangun ruang antara yang menggunakan

model PBL dengan pendekatan RME dan yang menggunakan model

konvensional?

(2) Apakah aktivitas belajar siswa kelas V dalam pembelajaran matematika

materi bangun ruang yang menggunakan model PBL dengan pendekatan

RME lebih tinggi daripada yang menggunakan model konvensional?

X1

Y1

Y2

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

14

(3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran

matematika materi bangun ruang antara yang menggunakan model PBL

dengan pendekatan RME dan yang menggunakan model konvensional?

(4) Apakah hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran matematika materi

bangun ruang yang menggunakan model PBL dengan pendekatan RME lebih

tinggi daripada yang menggunakan model konvensional?

(5) Apakah terdapat hubungan antara aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V

pada pembelajaran matematika materi bangun ruang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan harapan-harapan yang akan dicapai dalam

penelitian dan menjadi patokan keberhasilannya. Tujuan penelitian dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Uraiannya sebagai

berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang memiliki skala yang lebih luas. Tujuan

umum penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan model PBL

dengan pendekatan RME dengan model konvensional terhadap aktivitas dan hasil

belajar matematika materi bangun ruang kelas V SDN Grobog Kulon 01

Kabupaten Tegal.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yaitu tujuan yang bersifat khusus atau rinci. Tujuan khusus

penelitian ini yaitu untuk:

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

15

(1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan aktivitas belajar

siswa kelas V dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang antara

yang menggunakan model PBL dengan pendekatan RME dan yang

menggunakan model konvensional.

(2) Menganalisis dan mendeksripsi apakah aktivitas belajar siswa kelas V dalam

pembelajaran matematika materi bangun ruang yang menggunakan model

PBL dengan pendekatan RME lebih tinggi daripada yang menggunakan

model konvensional.

(3) Menganalisis dan mendeksripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa

kelas V dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang antara yang

menggunakan model PBL dengan pendekatan RME dan yang menggunakan

model konvensional.

(4) Menganalisis dan mendeksripsi apakah hasil belajar siswa kelas V dalam

pembelajaran matematika materi bangun ruang yang menggunakan model

PBL dengan pendekatan RME lebih tinggi daripada yang menggunakan

model konvensional.

(5) Menganalisis dan mendeksripsi hubungan antara aktivitas dan hasil belajar

siswa kelas V pada pembelajaran matematika materi bangun ruang.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian mengemukakan seberapa banyak manfaat dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

16

manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Berikut ini akan diuraikan manfaat

penelitian secara teoritis dan praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dasar. Selain itu, penelitian ini juga

dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pembaca sebagai acuan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat bagi

siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Keempat manfaat tersebut lebih lanjut akan

dijelaskan sebagai berikut:

1.6.2.1 Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang bermakna

yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa

kelas V materi bangun ruang melalui model pembelajaran PBL dengan

pendekatan RME.

1.6.2.2 Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

strategi pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang variatif, menarik,

menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu penelitian ini

diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru untuk menggunakan model

pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

khususnya pembelajaran matematika.

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

17

1.6.2.3 Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi sekolah

untuk mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

bagi siswa sekolah dasar. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran

matematika, sehingga dapat meningkatkan performansi guru dan hasil belajar

siswa.

1.6.2.4 Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh peneliti yaitu menambah pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran di sekolah

dasar.

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

18

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai landasan teori, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Landasan Teori

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Teori

yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu pengertian belajar, pengertian

pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, faktor-faktor yang memengaruhi

hasil belajar, karakteristik siswa sekolah dasar, hakikat matematika, pembelajaran

matematika SD, model pembelajaran PBL, pendekatan RME, materi bangun

ruang, dan penerapan pembelajaran matematika model PBL dengan pendekatan

RME. Uraiannya sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat

terlepas dari kegiatan belajar. Sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat,

bahwa belajar merupakan proses dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia sejak

dalam kandungan sampai di liang lahat. Gagne (1989) dalam Susanto (2016: 1)

menyatakan, “Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah

perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Sementara itu Hamalik (2015: 27)

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

19

juga menyatakan, “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan

hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Selanjutnya Cronbach (1954)

dalam Sardiman (2016: 20) menyatakan, “Belajar adalah memperlihatkan

perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Dengan demikian

belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang

berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat

inderanya.

Pendapat lain dikemukakan Hamdani (2011: 21) yang menjelaskan bahwa

belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian

kegiatan. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja

dalam keadaan sadar untuk memeroleh suatu konsep, pemahaman, atau

pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan

perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak

(Susanto, 2016: 4). Sementara Whittaker (t.t) dalam Supriyono (2013: 126)

menjelaskan, “Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Menurut Slameto

(2010: 2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Abdillah

(t.t) dalam Aunurrahman (2013: 35) juga menyatakan, “Belajar adalah suatu usaha

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

20

sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan

dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk

memeroleh tujuan tertentu”. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan,

perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan

(Winataputra dkk, 2008: 1.8).

Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang terjadi dalam diri

individu sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Perubahan perilaku tersebut

terjadi secara sadar, berkesinambungan, dan bersifat relatif permanen yang

meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan motorik.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 Ayat 20 menyatakan, “Pembelajaran adalah proses interaksi

siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan,

kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada siswa

(Susanto, 2016: 19). Selanjtnya Gagne (1981) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 157),

“Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang

dirancang untuk mendukung proses internal belajar”. Secara sederhana, istilah

pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan

seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai

strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

21

direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif

yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Majid, 2014: 4).

Huda (2015: 2) menjelaskan, “Pembelajaran dapat dikatakan hasil dari

memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman”.

Lebih lanjut Glass dan Holyoak (1986) dalam Huda (2015: 2) menyatakan,

“Dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan

memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan

dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh”.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang telah diuraikan, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses belajar mengajar

antara guru dan siswa dalam rangka pemerolehan pengetahuan. Pembelajaran

adalah proses komunikasi aktif yang terjadi antara siswa dan guru baik secara

verbal atau nonverbal untuk mencapai tujuan. Di dalam pembelajaran guru

berperan membantu, membimbing, dan memotivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu informasi sehingga siswa dapat mengembangkan diri dan potensi yang

dimilikinya.

2.1.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam

interaksi belajar-mengajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan suatu kegiatan. Sehingga dapat dikatakan

bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas (Sardiman, 2016: 95). Menurut

Hamalik (2015: 171), “Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

22

menyediakan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri/melakukan aktivitas

sendiri”. Montessori (t.t) dalam Sardiman (2016: 96) juga menegaskan, “Anak-

anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri.

Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana

perkembangan anak-anak didiknya”. (Slameto (2010: 36) menjelaskan:

Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa

dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan

aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi

dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang

berbeda. Siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, berdiskusi

dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,

melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran

yang disajikan. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia

memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik.

Dierich (1979) dalam Hamalik (2015 :172-3) mengklasifikasikan aktivitas

belajar menjadi delapan kelompok, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual, meliputi

membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; (2) kegiatan-kegiatan

lisan, kegiatan-kegiatan lisan meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi; (3) kegiatan-

kegiatan mendengarkan, meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan

mendengarkan radio; (4) kegiatan-kegiatan menulis, meliputi menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan

mengisi angket; (5) kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi menggambar,

membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola; (6) kegiatan-kegiatan metrik,

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

23

meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,

membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun; (7)

kegiatan-kegiatan mental, meliputi merenung, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan;

dan (8) kegiatan-kegiatan emosional, meliputi minat, membedakan, berani,

tenang, dan lain-lain.

Suatu proses belajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat

membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Lebih lanjut Sudjana (2016: 61)

menjelaskan beberapa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, antara lain:

(1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan

masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang

diperlukan untuk pemecahan masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai

dengan petunjuk guru; (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang

diperolehnya; (7) melaitih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;

dan (8) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar

perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Belajar tidak akan terjadi kalau tidak ada aktivitas, sehingga suatu

pembelajaran akan lebih efektif jika siswa diberikan kesempatan untuk

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika, siswa

harus melakukan aktivitas yang dapat merangsang pemahaman siswa terhadap

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

24

konsep. Siswa juga berlatih melakukan kegiatan memecahkan masalah,

menganalisis, dan mengaitkan.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menempuh pengalaman belajarnya (Sudjana, 2016: 22). Dimyati dan Mudjiono

(2013: 3), menyatakan, “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar”. Lebih lanjut Rifa‘i dan Anni (2012: 69)

menjelaskan, “Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa

setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa”.

Pendapat lain dari Gagne (t.t) dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 10-2)

menyatakan, “Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar orang memiliki

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai”. Terdapat lima hasil belajar yang

merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

(1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan/pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal

memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

(2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta memresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep

konkret dan terdefinisi, dan prinsip.

(3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep

dan kaidah dalam memecahkan masalah.

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

25

(4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani.

(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari

kegiatan belajar (Susanto, 2016: 5). Kingsley (1998) dalam Sudjana (2016: 22)

membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan,

pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sementara itu, Bloom

(1956) dalam Sudjana (2016: 22-3) menjelaskan bahwa hasil belajar mencakup

kemampuan yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah, yakni: (1) Ranah

kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. (2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

dan (3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Pendapat dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan yang

didapat oleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut

meliputi tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(keterampilan). Pada penelitian ini, hasil belajar siswa yang digunakan sebagai

acuan adalah kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari tes hasil belajar.

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

26

Instrumen yang digunakan dalam mengukur kemampuan kognitif siswa pada

penelitian ini berupa soal pilihan ganda yang diujikan pada akhir pembelajaran

(posttest).

2.1.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Wasliman (2007) dalam Susanto (2016: 12) menjelaskan, "Hasil belajar

yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor internal

maupun eksternal". Pendapat ini memberikan pengertian bahwa ada faktor-faktor

yang memengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Lebih

lanjut Rifa’i dan Anni (2012: 81) menjelaskan, “Faktor-faktor yang memberikan

kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal

peserta didik”. Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ

tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi

sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Faktor eksternal

seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, tempat belajar,

iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat.

Selanjutnya dijelaskan lebih lengkap oleh Slameto (2010: 54-72)

menyatakan bahwa kegiatan belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang

ada di luar individu.

2.1.5.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa

yang dapat memengaruhi belajar. Faktor internal dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

27

faktor jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Uraiannya sebagai

berikut:

(1) Faktor jasmaniyah

Faktor jasmaniyah adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik

individu, yaitu kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar akan terganggu

jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan

baik haruslah megusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. Selain itu,

keadaan cacat tubuh juga memengaruhi belajar. Siswa yang cacat, akan

membutuhkan layanan khusus untuk mengurangi pengaruh kecacatannya

itu.

(2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berkaitan dengan psikologis individu

yang sedang belajar. Faktor psikologis ini bisa dilihat dari keinginan

seorang individu untuk melakukan sesuatu.

(3) Faktor kelelahan

Faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat dilihat dengan tubuh

yang lemas dan kecenderungan tubuh untuk sering beristirahat. Kelelahan

rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga tidak

ada minat dan dorongan untuk melakukan sesuatu.

2.1.5.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah semua faktor dari luar yang memengaruhi proses

belajar. Faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Uraiannya

sebagai berikut:

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

28

(1) Faktor keluarga.

Keberadaan keluarga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Keluarga

merupakan lingkungan awal seorang anak belajar. Siswa yang belajar akan

menerima pengaruh dari keluaga berupa: cara mendidik, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian Orangtua, dan latar belakang

kebudayaan. Cara orangtua mendidik mempunyai pengaruh yang besar.

Orangtua yang memerhatikan pendidikan anaknya maka hasil belajar yang

didapatkan bisa maksimal. Hubungan keluarga yang harmonis dan penuh

pengertian serta kasih sayang pada anak juga dapat mensukseskan belajar

anak. Suasana rumah yang tenang dan tenteram membuat anak betah tinggal

di rumah dan dapat belajar dengan baik. Selanjutnya kondisi ekonomi

keluarga juga berpengaruh, sebab dalam belajar membutuhkan fasilitas-

fasilitas belajar yang memadai. Selain itu juga dorongan dan pengertian

orang tua dalam membantu anaknya ketika mengalami kesulitan belajar.

(2) Faktor sekolah.

Apa yang siswa lihat dan dapatkan dari sekolah akan membawa pengaruh

terhadap kehidupannya di lingkungan keluarga. Faktor sekolah yang

memengaruhi belajar siswa antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung,

metode belajar, dan tugas rumah.

(3) Faktor Masyarakat.

Masyarakat berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaan siswa di

dalamnya. Lingkungan yang baik akan mendidik anak menjadi anak yang

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

29

baik dan juga sebaliknya. Faktor masyarakat disini meliputi: kegiatan siswa

dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang memengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Belajar

menjadi proses yang kompleks dengan banyak faktor yang memengaruhinya,

sehingga setiap faktornya harus diperhatikan. Jika ada faktor yang bersifat

menghambat, maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena

itu, perlu ada kerjasama yang baik antara pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat

agar siswa dapat belajar dengan optimal. Metode belajar termasuk dalam faktor

sekolah yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru diharapkan dapat

menggunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi

dan karakteristik siswa. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan

sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai

pengelola pembelajaran. Secara singkat metode belajar diartikan sebagai cara

yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Contoh dari

metode belajar adalah metode ceramah, diskusi, simulasi, pemberian tugas dan

lain sebagainya. Dalam penelitian ini akan digunakan metode belajar diskusi yang

termasuk dalam langkah pembelajaran model PBL.

2.1.6 Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Guru perlu memahami karakteristik siswa khususnya ketika memilih

model pembelajaran yang akan diterapkan. Susanto (2016: 70) menjelaskan, “Satu

hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

30

guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya”. Sumantri

(2005) dalam Susanto (2016: 71), menyatakan bahwa pentingnya mempelajari

perkembangan siswa bagi guru, adalah sebagai berikut: (1) kita akan memeroleh

ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja; (2) pengetahuan tentang psikologi

perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada

perilaku tertentu pada seorang anak; (3) pengetahuan tentang perkembangan anak

akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang

normal; dan (4) dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu

memahami diri sendiri.

Salah satu karakter anak sekolah dasar dapat dilihat dari perkembangan

kognitif anak. Teori perkembangan kognitif dari Piaget (1988) dalam Rifa’i dan

Anni (2012: 32-5) menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif antara

lain tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan

tahap operasional formal. Penjelasan mengenai tahapan perkembangan menurut

Piaget sebagai berikut:

(1) Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini belum memasuki usia

sekolah.

(2) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema

kognitifnya masih terbatas. Siswa suka meniru perilaku orang lain. Perilaku

yang ditiru terutama perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru)

yang pernah siswa lihat ketika orang lain itu merespon terhadap prilaku

orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Siswa mulai

mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula

mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif.

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

31

(3) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini siswa sudah

mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan

jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan

beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, siswa

sudah mampu berpikir sistematis mengenal benda-benda dan peristiwa-

peristiwa yang konkret.

(4) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini siswa sudah

menginjak usia remaja, perkembangan kognitif siswa pada tahap ini telah

memiliki kemampuan mengordinasikan dua ragam kemampuan kognitif

baik secara simultan (serentak) maupun berurutan.

Berdasarkan teori penahapan perkembangan kognitif Piaget tersebut, dapat

diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret

(usia 7-11 tahun). Dimana pada rentang usia ini anak mulai menunjukkan perilaku

belajar yang berkembang ditandai dengan ciri sebagai berikut: (1) anak mulai

memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain

secara reflektif dengan memandang unsur-unsur secara serentak; (2) anak mulai

berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif

materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek. Anak juga

mampu memahami tentang peristiwa-peristiwa yang konkret; (3) anak dapat

menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi benda-benda yang

bervariasi beserta tingkatannya; (4) anak mampu membentuk dan menggunakan

keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan

hubungan sebab akibat; dan (5) anak mampu memahami konsep substansi,

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

32

volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat (Susanto,

2016: 79).

Lebih lanjut Sumantri dan Syaodih (2008: 6.3) menjelaskan, “Siswa SD

memiliki karakteristik seperti suka bermain, senang bergerak, senang bekerja

dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara

langsung”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses

pembelajaran di SD, guru perlu merancang suatu pembelajaran yang dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan kegiatan yang

sesuai dengan karakteristiknya seperti senang bergerak, bekerja dalam kelompok,

dan melakukan sesuatu secara langsung. Selain itu guru harus dapat

mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat

mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, dalam melaksanakan proses

pembelajaran guru selayaknya dapat menggunakan suatu model pembelajaran

yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan siswa.

2.1.7 Hakikat Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan

tinggi. Belajar matematika merupakan syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan

ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar

bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak

yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami

terlebih dahulu memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, 2016: 183).

Nasution (1980) dalam Karso dkk (2010: 1.39) menjelaskan bahwa istilah

matematika berasal dari bahasa Yunani yakni mathein atau manthenein yang

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

33

artinya mempelajari. Kata itu mempunyai hubungan kesamaan dengan kata

Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau inteligensi.

Freudenthal (1991) dalam Wijaya (2012: 20) menyatakan, “Matematika

merupakan suatu bentuk aktivitas manusia”. Matematika merupakan salah satu

disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,

memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia

kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (Susanto, 2016: 185).

Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan

bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan di antara hal-hal

itu. Untuk dapat mengetahui struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan

penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika (Karso, dkk,

2009: 1.40) Selanjutnya Sutawijaya (1997) dalam Aisyah dkk. (2007: 1.1) juga

menyatakan, “Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun

dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan

penalaran deduktif”. Sementara itu Hudoyo (t.t) dalam Aisyah dkk. (2007: 1.1)

menjelaskan, “Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-

aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu tentang berpikir dan bernalar yang diatur secara logis dan

berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Selain itu matematika merupakan

disiplin ilmu yang berkaitan dengan aktivitas manusia.

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

34

2.1.8 Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa.

Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau

merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus

dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi

pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu

kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa

dengan siswa di dalam pembelajaran matematika sedang berlangsung (Susanto,

2016: 185-6).

Muhsetyo dkk. (2011: 1.26) menjelaskan, “Pembelajaran matematika

adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui

serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memeroleh

kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari”. Pembelajaran matematika

adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang

baik terhadap materi matematika (Susanto, 2016: 186-7). Dalam pembelajaran

matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali).

Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal

dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan

hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD

penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru (Heruman, 2007: 4).

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

35

Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-15 tahun), menurut

teori Piaget termasuk pada tahap operasional konkrit. Berdasarkan perkembangan

kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan

dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstraknnya

matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada

umumnya (Susanto, 2016: 184). Dalam kurikulum Depdiknas 2004 disebutkan

bahwa standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa

setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika,

namun yang diperlukan ialah dapat memahami dunia sekitar, mampu bersaing,

dan berhasil dalam kehidupan (Susanto, 2016: 184).

Lebih lanjut Depdiknas (2001) dalam Susanto (2016: 189-90) menjelaskan

bahwa kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah sebagai berikut:

(1) melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian pembagian,

beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan; (2) menentukan

sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk

penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume; (3) menentukan sifat simetri,

kesebangunan, dan sistem koordinat; (4) menggunakan pengukuran: satuan,

kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran; (5) menentukan dan

menafsirkan data sederhan, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus,

mengumpulkan, danmenyajikannya; dan (6) memecahkan masalah, melakukan

penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara

khusus sebagaimana yang telah disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut: (1)

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

36

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritme; (2) menggunakan penalaran pada pola

dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai

penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari. (Susanto 2016: 190)

Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai definisi serta tujuan

pembelajaran matematika di sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan suatu proses belajar

mengajar yang sengaja dibangun sehingga memungkinkan siswa dapat belajar

matematika. Dalam hal ini, guru perlu menyajikan pembelajaran yang efektif dan

efisien dengan menciptakan lingkungan belajar sesuai tujuan dan kompetensi

pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa aktif membentuk,

menemukan, dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.

2.1.9 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Sub bab ini akan dijelaskan beberapa teori tentang model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Teori-teori tersebut meliputi hakikat,

karakteristik, langkah-langkah, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran

PBL. Uraiannya sebagai berikut:

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

37

2.1.9.1 Hakikat Model PBL

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2016: 65).

Menurut Arends (1997) dalam Suprijono (2016: 65), “Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-

tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas”. Sehingga model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Barrow (1980) dalam Huda (2015: 271) mendefinisikan, “Pembelajaran

Berbasis-Masalah (PBL) sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses

menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan

pertama-tama dalam proses pembelajaran”. Selanjutnya Barr dan Tagg (1995)

dalam Huda (2015: 271) menjelaskan, “PBL merupakan salah satu bentuk

peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Jadi,

fokusnya adalah pada pembelajaran siswa bukan pada pengajaran guru”.

Boud dan Felleti (1997) dalam Rusman (2012: 230) mengemukakan, “PBL

adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan”. Lebih lanjut Dutch

(1994) dalam Amir (2015: 21) menyatakan:

PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar

“belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari

solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk

mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan

inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk

berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan

sumber pembelajaran yang sesuai.

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

38

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai

konteks bagi siswa untuk melaksanakan penyelidikan dalam proses pembelajaran.

Dalam PBL, proses pembelajaran berfokus kepada siswa bukan guru. Peran guru

dalam proses pembelajaran dengan model PBL adalah sebagai fasilitator. Oleh

karena itu dalam PBL siswa dituntut untuk dapat berpikir secara aktif,

berkomunikasi, memecahkan masalah dan menyimpulkan jawaban dari masalah

yang diberikan.

2.1.9.2 Karakteristik Model PBL

Secara sederhana PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Sanjaya (2016: 214) mengemukakan bahwa ada tiga ciri

utama dari model pembelajaran PBL yaitu: (1) PBL merupakan rangkaian

aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan

yang harus dilakukan siswa. Dalam PBL siswa diharapkan aktif berfikir,

berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan;

(2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL

menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran; dan (3)

pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara

ilmiah.

Lebih lanjut Tan (2000) dalam Rusman (2012: 232) menyebutkan

karakteristik PBL sebagai berikut: (1) permasalahan menjadi starting point dalam

belajar; (2) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur; (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

39

(multiple perspective); (4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki

siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; (5) belajar pengarahan diri

menjadi hal yang utama; (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam; (7)

belajar adalah kolaboatif, komunikasi, dan kooperatif; (8) pengembangan

keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan

penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9)

keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses

belajar;dan (10) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar.

Karakteristik dari Tan di atas memiliki perbedaan dengan karakteristik

yang dikemukakan oleh Ibrahim dan Nur. Menurut Ibrahim dan Nur (2000) dalam

Rusman (2012: 242) bahwa karakteristik PBL adalah sebagai berikut, (1)

pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah); (2) berfokus pada

keterkaitan antardisiplin; (3) penyelidikan autentik; (4) menghasilkan produk atau

karya yang kemudian dipamerkan; dan (5) kerja sama. Salah satu perbedaannya

terletak pada konsep pengarahan diri. Tan secara eksplisit menitikberatkan pada

belajar pengarahan diri dalam setiap tahapan PBL, sementara Ibrahim dan Nur

tidak secara eksplisit mengemukakan pentingnya belajara pengarahan diri, tetapi

lebih menitikberatkan pada kerja sama antaranggota kelompok untuk menemukan

solusi masalah.

Berdasarkan pendapat dari beberapah ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa karakteristik dari model PBL adalah: (1) pembelajaran berfokus pada

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

40

pemecahan masalah; (2) siswa bertanggung jawab untuk memecahkan masalah;

(3) bersifat kolaboratif dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil; (4)

penyelidikan autentik; dan (5) guru bertindak sebagai fasilitator, melatih siswa

untuk berfikir dan membimbing siswa pada tingkat pemahaman yang kebih

mendalam.

2.1.9.3 Langkah-langkah Model PBL

Setiap model pembelajaran memiliki sintaks atau langkah-langkah yang

harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mempermudah guru dalam merancang

maupun melaksanakan model pembelajaran tersebut. Dalam model PBL juga

terdapat langkah-langkah yang perlu dipahami guru sebelum menggunakan model

PBL.

Suprijono (2015: 93) menjelaskan bahwa langkah-langkah model PBL

sebagai berikut:

(1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa. Dalam tahap

ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai

kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam

kegiatan mengatasi masalah.

(2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti. Dalam tahap ini guru membantu

siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas tugas belajar terkait

dengan permasalahannya.

(3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok. Tugas guru dalam tahap ini

adalah mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,

melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

41

(4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil laporan. Dalam tahap ini guru

membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai laporan,

dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

(5) Menganalisis dan mengevaluasi proses dalam mengatasi masalah. Dalam

tahap ini guru membantu siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap

penyelidikan dan proses-proses yang mereka berikan.

Selain itu Forgarty (1997) dalam Rusman (2012: 243) juga

mengemukakan bahwa PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur,

kemudian siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan

penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Langkah-langkah yang akan

dilalui siswa dalam PBL adalah: (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan

masalah, (3) mngumpulkan fakta, (4) membuat hipotesis, (5) penelitian, (6)

rephrasing masalah, (7) menyuguhkan alternatif, dan (8) mengusulkan solusi.

Selanjutnya David Johnson & Johnson (t.t) dalam Sanjaya (2016: 217-8)

mengemukakan ada lima langkah PBL melalui kegiatan kelompok. Langkah-

langkah tersebut adalah:

(1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu

yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang

akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan

tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

(2) Mendiagnosis masalah, yaitu menetukan sebab-sebab terjadinya masalah.

Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada

akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat

dilakukan.

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

42

(3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong

untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang

kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

(4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan

tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

(5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, langkah-langkah model PBL pada

penelitian ini adalah: (1) mengorientasi masalah; (2) mengorganisasikan siswa

untuk meneliti dengan membentuk kelompok; (3) membantu penyelidikan

mandiri dan kelompok; (4) megembangkan dan mempresentasikan hasil; dan (5)

menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

2.1.9.4 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Sanjaya (2016: 220-1) menjelaskan keunggulan model PBL, diantaranya

yaitu: (1) memudahkan siswa memahami isi pelajaran; (2) mendorong

kemampuan siswa serta memberikan kepuasaan untuk menemukan pengetahuan

baru bagi siswa; (3) meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa; (4) membantu

siswa untuk membentuk pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata; (5) membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan

barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan; (6)

dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun

proses belajarnya; (7) dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata

pelajaran (matematika, IPA, sejarah dan lain-lain) pada dasarnya cara berpikir dan

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

43

sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru

atau buku-buku saja; (8) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa;

(9) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan

kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (10) dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

mereka miliki dalam dunia nyata; dan (11) pemecahan masalah dapat

mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar

pada pendidikan formal telah berakhir.

Sanjaya (2016: 221) juga menjelaskan kelemahan yang terdapat dalam

model PBL yaitu: (1) manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan strategi pembelajaran

melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3) tanpa pemahaman

mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,

maka mereka tidak akan belajar apa yang seharusnya mereka pelajari.

2.1.10 Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

Dalam sub bab ini akan dijelaskan beberapa teori tentang pendekatan

Realistik Mathematic Education (RME). Teori-teori tersebut meliputi hakikat,

karakteristik, langkah-langkah, kelebihan dan kekurangan pendekatan RME.

Uraiannya sebagai berikut:

2.1.10.1 Hakikat Pendekatan RME

Pada hakikatnya, matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari,

dalam arti matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

44

hari. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan

teliti mau tidak mau akan berkaitan dengan matematika. Untuk melaksanakan

pembelajaran yang efektif khususnya dalam pembelajaran matematika, guru juga

perlu menerapkan suatu pendekatan pembelajaran. Dalam memilih pendekatan

pembelajaran, guru hendaknya memahami karakteristik dari materi yang akan

diajarkan. Salah satu materi dalam pembelajaran matematika di SD adalah bangun

ruang. Materi bangun ruang dalam pembelajaran matematika sangat berhubungan

dengan peristiwa yang sering ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu usaha untuk menciptakan suatu pembelajaran matematika yang dapat

mendekatkan siswa dengan keadaan nyata dalam kehidupan siswa dapat dilakukan

dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran matematika yaitu Realistic

Mathematics Education (RME).

Realistic Mathematics Education (RME) adalah sebuah pendekatan belajar

matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli

matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda.

Sedangkan, di Indonesia Pendidikan Matematika Realistik mulai diterapkan sejak

tahun 2001 dengan nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Freudenthal bahwa matematika

merupakan aktivitas manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan

tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat

siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi

masalah-masalah nyata. Di sini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang

bermula dari pemecahan masalah (Aisyah dkk. 2007: 7.3). Susanto (2016: 205)

menyatakan:

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

45

Pembelajaran matematika realistik merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa

matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus

dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari

siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real

(nyata).

Dalam pembelajaran matematika realistik siswa tidak harus dibawa ke

dunia nyata, tetapi pembelajaran yang disajikan berhubungan dengan masalah

situasi nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi, siswa diajak berpikir bagaimana

menyelesaikan masalah yang mungkin dialami siswa dalam kesehariannya.

Panhuizen (1998) dalam Wijaya (2012: 20) menjelaskan, “Penggunaan kata

“realistic” tidak sekedar menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia nyata

(real-world) tetapi lebih mengacu pada penekanan penggunaan suatu situasi yang

bisa dibayangkan (imaginable) oleh siswa”.

Penggunaan permasalahan realistik (sering juga disebut sebagai context

problems) dalam RME memiliki posisi yang jauh lebih berbeda dengan

penggunaan masalah realistik pada pendekatan mekanistik. Dalam RME,

permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep

matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran (a source for

learning). Sedangkan dalam pendekatan mekanistik permasalahan realistik

ditempatkan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep matematika sehingga sering

juga disebut sebagai kesimpulan atau penutup dari proses pembelajaran (the

conclusion of learning) (Wijaya, 2012: 21).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan pembelajaran Realistik Mathematic Education (RME) merupakan

pendekatn pembelajaran yang memfokuskan pada masalah nyata atau kontekstual,

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

46

dimana belajar merupakan konstruksi individu dan menerapkan adanya proses

matematisasi verikal dan horisontal.

2.1.10.2 Karakteristik Pendekatan RME

Pendekatan Realistik Mathematic Education (RME) memiliki beberapa

karakteristik. Treffers (1987) dalam Wijaya (2012: 21-3) merumuskan lima

karakteristik Pendekatan RME, yaitu:

(1) Penggunaan konteks

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal

pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata

namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi

lain selama hal lain tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran

siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk

melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak

hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang

diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi

penyelesaian masalah yang bisa digunakan.

(2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam

melakukan matematisasi secara progresif. Penggunaan model berfungsi

sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret

menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

(3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa matematika tidak diberikan

kepada siswa sebagai suatu produk yang siap diapakai tetapi sebagai suatu

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

47

konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika

Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa memiliki

kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga

diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. Hasil kerja dan

konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan

konsep matematika.

(4) Interaktivitas

Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa

saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Pemanfaatan

interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam

mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

(5) Keterkaitan

Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak

konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep-

konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau

terisolasi satu sama lain. Pendidikan Matematika realistik menempatkan

keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang

harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini,

satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan

membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau

ada konsep yang dominan).

Selain karakteristik yang di kemukakan oleh Treffers di atas, Aisyah, dkk

(2007: 7.18) juga menyatakan bahwa ada lima karakteristik utama pendekatan

matematika realistik sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

48

matematika. Kelima karakteristik itu adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran

harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah

yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar

mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman

mereka; (2) dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Di sini model

dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti cerita-

cerita lokal atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal siswa. Model

dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di

sekitar siswa; (3) siswa dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka

sendiri dalam proses mematematikakan dunia mereka. Artinya, siswa memiliki

kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan

masalah nyata yang diberikan oleh guru; (4) proses pembelajaran harus interaktif.

Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa

merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran matematika. Di sini siswa

dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain, bertanya dan menanggapi

pertanyaan; dan (5) hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan

disiplin ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu

kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa permasalahan

realistik tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk

permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal lain tersebut

bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Siswa diberikan kesempatan

untuk membuat model sendiri yang dapat menghubungkan pengetahuan informal

siswa dengan matematika formal dengan bantuan dan bimbingan guru.

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

49

2.1.10.3 Langkah-langkah Pendekatan RME

Marsigit (2010: 5) menyatakan bahwa tahap-tahap pengembangan konsep

pada pendekatan RME melalui prinsip gunung es yang dimulai dari tahap (1)

dunia nyata, (2) pembentukan skema, (3) pembangunan pengetahuan, (4) formal

abstrak. Langkah-langkah pendekatan RME menurut Marsigit (2010: 5) dapat

dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Langkah-langkah pendekatan RME

Selanjutnya Zulkardi (t.t) dalam Aisyah dkk. (2007: 7.20) mengemukakan

bahwa ada empat langkah pembelajaran dengan pendekatan Realistik Mathematic

Education (RME). Langkah-langkah tersebut antara lain:

(1) Persiapan

Pada tahap ini, selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-

benar memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang

mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

(2) Pembukaan

Pada tahap ini, siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang

dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian

siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka

sendiri.

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

50

(3) Proses pembelajaran

Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai

dengan pengalamannya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan

maupun secara kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan

siswa atau kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa

atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan

memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi

terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

(4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,

siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir

pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk

matematika formal yang dikerjakan secara mandiri, kemudian membahas

soal evaluasi tersebut secara bersama-sama dan memberikan tidak lanjut

terhadap hasil yang telah didapatkan.

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut, maka dalam penelitian ini

langkah-langkah pendekatan RME adalah: (1) dimulai dari masalah dunia nyata,

(2) melakukan pembentukan skema, (3) pembangunan pengetahuan, dan (4)

formal abstrak.

2.1.10.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan RME

Shoimin (2014: 151-2) menjelaskan kelebihan pendekatan RME,

diantaranya yaitu: (1) Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian

yang jelas kepada siswa tentang kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

51

umumnya bagi manusia; (2) pembelajaran matematika realistik memberikan

pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian

yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya mereka yang

disebut pakar dalam bidang tersebut; (3) pembelajaran matematika realistik

memberikan pengertian yang jelas kepada siswa cara penyelesaian suatu soal atau

masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan orang

yang lain; (4) pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang

jelas kepada siswa bahwa dalam pembelajaran matematika proses pembelajaran

merupakan sesuatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha

untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain

yang lebih mengetahui (misalnya guru).

Shoimin (2014: 152-3) juga menjelaskan kekurangan pendekatan RME

diantaranya yaitu: (1) tidak mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar

tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan sosial atau

masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat

diterapkan RME; (2) pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-

syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah

untuk setiap pokok pembahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih

karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara;

(3) tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai

cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah; (4) tidak mudah bagi

guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan

kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

52

2.1.11 Materi Bangun Ruang

Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi pada mata pelajaran

matematika kelas V semester 2, yaitu bangun ruang dan dibatasi pada materi

pokok sifat-sifat bangun ruang. Uraiannya sebagai berikut:

2.1.11.1 Materi Sifat-sifat Bangun Ruang

Isi materi sifat-sifat bangun ruang diperoleh dari beberapa sumber buku

sekolah elektronik (BSE), yaitu Gemar Belajar Matematika untuk SD/MI Kelas V

(Saepudin, dkk 2009: 158-61), Matematika untuk SD/MI Kelas V (Priyo dan

Arijanny 2009: 130-37), dan Gemar Matematika 5 untuk Kelas V SD/MI

(Sumanto, Kusumawati, dan Aksin 2008: 145-56). Cakupan dari materi tersebut

meliputi: (1) sifat-sifat dan cara menggambar bangun ruang prisma; (2) sifat-sifat

dan cara menggambar bangun ruang limas; (3) sifat-sifat dan cara menggambar

bangun ruang tabung; dan (4) sifat-sifat dan cara menggambar bangun ruang

kerucut.

Saepudin, dkk (2009: 158) menjelaskan, “Bangun ruang merupakan

sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi”. Pada

bangun ruang, dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau

permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan

pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Sementara titik sudut adalah titik

pertemuan ujung-ujung rusuk yang membatasi bangun ruang atau titik pertemuan

dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.

Gambar 2.2 Titik Sudut, Rusuk, dan Sisi Bangun Ruang

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

53

(1) Prisma

Prisma terdiri dari prisma segiempat dan prisma segitiga. Bangun ruang

yang termasuk prisma segiempat yaitu kubus dan balok. Uraiannya sebagai

berikut:

(a) Kubus

Gambar 2.3 Kubus

Sifat-sifat kubus yaitu: (1) Memiliki 6 sisi berbentuk segiempat dengan

ukuran yang sama. (2) Memiliki 12 rusuk yang sama panjang. (3)

Memiliki 8 titik sudut.

(b) Balok

Gambar 2.4 Balok

Sifat-sifat balok yaitu: (1) Memiliki 6 sisi dan sisi yang berhadapan

memiliki luas yang sama. (2) Memiliki 12 rusuk dan rusuk yang

berhadapan sama panjang. (3) Memiliki 8 titik sudut.

(c) Prisma Segitiga

Gambar 2.5 Prisma Segitiga

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

54

Sifat-sifat prisma segitiga yaitu: (1) Memiliki 5 sisi dan sisi yang

berhadapan memiliki ukuran yang sama, yaitu ABC = DEF dan ACFD

= BCFE. (2) Sisi alas (ABC) dan sisi atap (DEF) berbentuk segitiga. (3)

Memiliki 9 rusuk. (4) Memiliki 6 titik sudut.

(2) Limas Segiempat

Gambar 2.6 Limas Segiempat

Sifat-sifat limas segiempat yaitu: (1) Memiliki 5 sisi, yaitu 1 sisi alas

(ABCD) dan 4 sisi tegak (ABE, BCE, CDE, ADE). (2) Memiliki 8 rusuk.

(3) Memiliki 5 titik sudut. (4) Memiliki titik puncak (E) yang merupakan

pertemuan empat buah segitiga.

(3) Tabung

Gambar 2.7 Tabung

Sifat-sifat tabung yaitu: (1) Memiliki sisi alas dan atap yang berupa

lingkaran yang sebangun dan sejajar. (2) Memiliki sisi lengkung sebagai

selimut. (3) Tidak memiliki titik sudut. (4) Memiliki tinggi yang merupakan

jarak antara titik puncak dan sisi alas.

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

55

(4) Kerucut

Gambar 2.8 Kerucut

Sifat-sifat kerucut yaitu: (1) Memiliki sisi alas yang berupa lingkaran. (2)

Memiliki sisi lengkung sebagai selimut. (3) Memiliki titik puncak. (4)

Memiliki tinggi yang merupakan jarak antara titik puncak dan sisi alas.

2.1.11.2 Karakteristik Materi Sifat-sifat Bangun Ruang

Materi bangun ruang merupakan materi kelas V semester 2. Standar

Kompetensi 6, Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.

Kompetensi dasar 6.2, Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Karakteristik

materi tersebut, menuntut siswa untuk mencatat, menghafal, dan memahami setiap

fakta dan konsep di dalamnya. Siswa sekolah dasar yang umumnya berada pada

tahap akhir periode praoperasional hingga awal periode operasional formal, di

mana mereka belum bisa sepenuhnya berpikir secara abstrak, sehingga guru harus

menggunakan bantuan media-media konkret untuk menyampaikan pelajaran. Jika

benda yang sebenarnya tidak dapat ditunjukkan, guru dapat menggunakan benda

tiruan yang dapat ditunjukkan kepada siswa. Guru juga dapat menunjukkan

gambar benda yang dibutuhkan untuk menyampaikan materi pelajaran, jika benda

sebenarnya tidak ada.

Upaya yang dapat ditempuh agar pembelajaran Matematika menjadi lebih

menarik, efektif, dan menyenangkan bagi siswa sehingga aktivitas dan hasil

belajar Matematika optimal adalah dengan menggunakan model PBL dengan

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

56

pendekatan RME. Penggunaan model PBL dengan pendekatan RME dalam

pembelajaran Matematika materi bangun ruang diharapkan dapat mengaktifkan

siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan suatu

konsep atau ilmu yang dipelajari.

2.1.12 Penerapan Pembelajaran Matematika Model PBL dengan

Pendekatan RME

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada kajian teori tentang tahapan

pembelajaran matematika realistik oleh Marsigit (2010) dan berdasarkan teori-

teori dari beberapa ahli tentang langkah pelaksanaan model PBL, maka dilakukan

analisis untuk membuat langkah implementasi model PBL dengan pendekatan

RME. Berdasarkan hal tersebut, hasil analisis implementasi model Problem-Based

Learning (PBL) dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

dapat dilihat pada Bagan 2.2 berikut. (Trisnadati, 2016: 72).

Bagan 2.2 Model PBL dalam pendekatan RME

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

57

Berdasarkan Bagan 2.2, tahapan model PBL dalam pendekatan RME

adalah dimulai dari mengorienasi masalah nyata, mengorganisasikan siswa untuk

meneiliti, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Langkah selanjutnya

adalah memfokuskan untuk membuat siswa dapat memahami materi yang sedang

dipelajarinya dengan lebih baik. Langkah tersebut dimulai dari pembentukan

skema, pembentukan pengetahuan sampai ke tahap formal abstrak. Pada langkah

selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dan dilanjutkan dengan

menganalisis serta mengevaluasi proses mengatasi masalah.

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan mendukung penelitian ini

diantaranya sebagai berikut:

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Gunantara dkk (2014) mahasiswa jurusan

PGSD FIP Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Hasil penelitian

menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran

matematika. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan rata-rata nilai kemampuan

pemecahan masalah siswa pada siklus I (70,00) menjadi (86,42) pada siklus

II. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan

sebesar 16,42% dari siklus I ke siklus II dari kriteria sedang menjadi tinggi.

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

58

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Purnaningsih (2016) mahasiswa jurusan

PGSD FIP Universitas Jember dengan judul Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning Pokok Bahasan

Jarak, Waktu, dan Kecepatan Siswa Kelas V SDN Gebang 01 Jember. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

Pada siklus 1, persentase aktivitas siswa sebesar 63,3% mengalami

peningkatan sebesar 8% menjadi 71,3% pada siklus 2. Hasil belajar siswa

juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase

ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 sebesar 57% mengalami peningkatan

sebesar 13% menjadi 70% pada siklus 2. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Gebang 01

Jember, akan tetapi peningkatannya hanya sedikit, terutama pada kegiatan

mempresentasikan hasil karya dikarenakan guru kurang memfasilitasi siswa

dalam menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.

(3) Penelitian yang dilakukan oleh Virnando dkk (2015) mahasiswa jurusan

Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Riau yang berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII.5 SMP Negeri 4

Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan proses

pembelajaran pada siklus I dan siklus II telah terjadi perbaikan dari sebelum

tindakan model Problem Based Learning (PBL). Jumlah siswa yang

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) meningkat dari skor dasar

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

59

sampai UH I dan II. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada

skor dasar, UH I dan UH II berturut-turut adalah 39,39%, 45,46% dan

84,85%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat

memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar

matematika.

(4) Penelitian yang dilakukan oleh Muslihah (2013) mahasiswa jurusan

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan

judul Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika

dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

pada Siswa Kelas V SDN I Banjarejo Tahun 2012/2013”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa pada siklus I

sebesar 74,38% dan pada siklus II meningkat menjadi 84,38%. Peningkatan

keaktifan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 10%. Sedangkan

peningkatan prestasi siswa pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebesar

71,43% sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai KKM meningkat

menjadi 88,57%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar matematika.

(5) Penelitian yang dilakukan oleh Suwirta dkk (2013) mahasiswa jurusan

PGSD FIP Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul Penerapan

Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas IV. Berdasarkan analisis, hasil penelitian

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

60

ini menunjukan bahwa: (1) Penerapan pendekatan matematika realistik

dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV semester II SD No.3

Kapal Badung dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berada pada

kategori aktif. Hal ini ditunjukan pada hasil penelitian siklus I, aktivitas

belajar siswa tergolong cukup aktif dengan M(%)=71,40% pada pertemuan I

dan pertemuan II tergolong cukup aktif. Pada siklus II hasil yang didapatkan

tergolong cukup aktif dengan M(%)=76,60% pada pertemuan I dan

pertemuan II tergolong cukup. Peningkatan aktivitas belajar pada siklus I ke

siklus II dengan masing-masing siklus dua kali pertemuan adalah sebesar

5,20%. (2) Penerapan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran

matematika pada siswa kelas IV semester II SD No.3 Kapal Badung dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan berada pada kategori tinggi.Hal ini

ditunjukan pada hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa pada siklus I

sebesar 71,40% yang berada pada kategori sedang mengalami peningkatan

pada siklus II menjadi 87,88% dengan kategori tinggi dan terjadi

peningkatan sebesar 16,48%.

(6) Penelitian yang dilakukan oleh Utami dkk (2013) mahasiswa jurusan PGSD

FIP Universitas Pendidikan Ganesha dengan judul Pendekatan Realistic

Mathematic Education (RME) Berbasis Pemecahan Masalah Berpengaruh

terhadap Hasil belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus I Kecamatan

Klungkung. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 2,18 dan ttabel

(pada taraf signifikansi 5%) = 2,000. Hal ini berarti bahwa thitung> ttabel,

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

61

hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan

RME berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang dibelajarkan secara

konvensional. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen

sebesar 59,71 dan pada kelompok kontrol sebesar 51,86. Ini berarti hasil

belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan siswa pada kelompok kontrol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendekatan RME berbasis pemecahan masalah

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Gugus I

Kecamatan Klungkung tahun pelajaran 2012/2013.

(7) Penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dkk (2013) mahasiswa jurusan

PGSD FIP Universitas Pendidikan Ganesha yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Problem Based Learning Melalui Pendekatan Realistic

Mathematics Education terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV

Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan hasil belajar

siswa yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based Learning

melalui pendekatan Realistic Mathematics Education dengan pembelajaran

konvensional. Hal Ini dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan uji t

yang menyatakan bahwa |thitung| = 3,77 lebih dari ttabel = 2,000 dengan taraf

signifikansi 5% dan dk 71. Dilihat juga dari rata-rata kelas eksperimen atau

kelas yang mengikuti pembelajaran Problem Based Learning Melalui

Pendekatan Realistic Mathematics Education pada siswa kelas IV SDN 14

Pemecutan adalah 65, sedangkan rata-rata kelas kontrol atau kelas yang

mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SDN 12

Pemecutan adalah 52,02.

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

62

(8) Penelitian yang dilakukan oleh Trisnadati (2016) mahasiswa Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan

judul Komparasi Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dengan

Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Project-Based Learning

(PjBL) Ditinjau dari Kemampuan Interpersonal, Berpikir Kritis, dan

Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Aritmatika Sosial. Berdasarkan analisis,

hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) pendekatan Pembelajaran

Matematika Realistik dengan model PBL efektif ditinjau dari kemampuan

interpesonal, berpikir kritis, dan prestasi belajar; (2) pendekatan

Pembelajaran Matematika Realistik dengan model PjBL efektif ditinjau dari

kemampuan interpesonal, berfikir kritis, dan prestasi belajar; (3) tidak ada

perbedaan keefektifan antara pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik dengan model PBL dengan pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik dengan model PjBL ditinjau dari kemampuan interpesonal, berfikir

kritis, dan prestasi belajar.

(9) Penelitian yang dilakukan oleh Zulkardi (2010) dengan judul How to Design

Mathemaatics Lessons Based on the Realistic Approach?. Penelitian ini

memberikan informasi dan ilmu pengetahuan baru bagi peneliti mengenai

apa itu pendidikan matematika realistik, karakternya, dan bagaimana proses

pendekatan yang realistis serta bagaimana merancang pelajaran dengan

pendekatan realistis.

(10) Penelitian yang dilakukan oleh Inel (2010) mahasiswa jurusan Departement

of Science Education Usak University yang berjudul The Effects of Using

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

63

Problem-Based Learning in Science and Technology Teaching Upon

Students’ Academic Achievement and Levels of Structuring Concepts.

Analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan nilai tes

akademik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas

eksperimen, nilai yang diperoleh menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa model PBL lebih efektif daripada model

konvensional.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru cenderung

mengakibatkan siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran. Siswa

menjadi pasif, bosan, dan akhirnya pembelajaran menjadi kurang bermakna.

Padahal proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep-konsep dan ilmu

pengetahuan sendiri. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Dengan kata lain guru harus menekankan pada aktivitas belajar

siswa. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa

sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian

dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Dengan demikian siswa yang

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran akan memiliki pengetahuan yang baik.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku berupa

kemampuan-kemampuan yang didapat oleh siswa setelah mengalami kegiatan

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

64

belajar. Hasil belajar tersebut meliputi tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan). Hasil belajar yang dicapai oleh

siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi baik

internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri siswa dalam memengaruhi belajarnya, meliputi kecerdasan, minat,

perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik

dan kesehatan. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa

yang memengaruhi hasil belajar, meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diberikan

kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Matematika merupakan mata pelajaran yang berisi ide-

ide abstrak berupa simbol-simbol. Oleh karena itu, mata pelajaran ini hendaknya

diajarkan secara bermakna agar konsep-konsep abstrak tersebut mudah dipahami

siswa. Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna maka diperlukan suatu

rancangan pembelajaran efektif sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan

menyenangkan.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa

untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai

konsep, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya

suatu rancangan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran serta memberikan hasil

Page 83: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

65

belajar siswa yang maksimal dalam belajar matematika. Salah satu cara yang

dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (Problem-Based Learning/ PBL) dengan pendekatan pembelajaran

matematika realistik (Realistic Mathematics Education/ RME).

PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai

konteks bagi siswa untuk melaksanakan penyelidikan dalam proses pembelajaran.

Dalam PBL, proses pembelajaran berfokus kepada siswa bukan guru. Peran guru

dalam proses pembelajaran dengan model PBL adalah sebagai fasilitator. Oleh

karena itu dalam PBL siswa dituntut untuk dapat berpikir secara aktif,

berkomunikasi, memecahkan masalah dan menyimpulkan jawaban dari masalah

yang diberikan. Sedangkan RME merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas

manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks

kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal

yang real (nyata). Pembelajaran matematika yang dekat dengan objek dan

permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, akan membuat pembelajaran

tersebut menjadi lebih bermanfaat dan bermakna bagi siswa, sehingga siswa

menjadi lebih memahami mengenai pentingnya mempelajari matematika dalam

keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran menggunakan model PBL dengan pendekatan RME

ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada

materi bangun ruang. Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan alur

pemikiran dalam penelitian yakni sebagai berikut:

Page 84: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

66

Bagan 2.3. Kerangka Berpikir

2.2 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2016: 96) menjelaskan, “Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan kerangka

berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H01: Tidak terdapat perbedaan aktivitas belajar matematika materi bangun

ruang pada siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL

dengan pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model

konvensional (H01: µ1 = µ2).

Pembelajaran Matematika

Aktivitas dan Hasil Belajar

Model Konvensional

Kelompok Kontrol

Model pembelajaran PBL dengan

pendekatan RME

Kelompok Eksperimen

Aktivitas dan Hasil Belajar

Dibandingkan

1. Perbedaan aktivitas dan hasil belajar yang pembelajarannya menggunakan

model pembelajaran PBL dengan pendekatan RME dan yang menggunakan

model konvensional.

2. Keefektifan antara aktivitas dan hasil belajar yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan RME dan yang

menggunakan model konvensional.

3. Hubungan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran

matematika materi bangun ruang.

Page 85: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

67

Ha1: Terdapat perbedaan aktivitas belajar matematika materi bangun ruang pada

siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL dengan

pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model konvensional

(Ha1: µ1 ≠ µ2).

H02: Aktivitas belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME tidak

lebih tinggi daripada yang menggunakan model konvensional (H02: µ1 ≤

µ2).

Ha2: Aktivitas belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME lebih

tinggi daripada yang menggunakan model konvensional (Ha2: µ1> µ2).

H03: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika materi bangun ruang

pada siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL

dengan pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model

konvensional (H03: µ1 = µ2).

Ha3: Terdapat perbedaan hasil belajar matematika materi bangun ruang pada

siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL dengan

pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model konvensional

(Ha3: µ1 ≠ µ2).

H04: Hasil belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME tidak

lebih tinggi daripada yang menggunakan model konvensional (H04: µ1 ≤

µ2).

Page 86: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

68

Ha4: Hasil belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME lebih

tinggi daripada yang menggunakan model konvensional

(Ha4: µ1> µ2).

H05: Tidak ada hubungan antara aktivitas dan hasil belajar matematika siswa

kelas V matei bangun ruang (ρ = 0).

Ha5: Ada hubungan antara aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V materi

bangun ruang (ρ ≠ 0).

Page 87: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

141

BAB 5

PENUTUP

Pada bagian ini akan dikemukakan mengenai simpulan dan saran dari hasil

penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian yang

berjudul “Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan RME terhadap Aktivitas

dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas V SDN Grobog Kulon 01””,

dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut:

(1) Terdapat perbedaan aktivitas belajar matematika materi bangun ruang pada

siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL dengan

pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model konvensional.

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis data aktivitas belajar dengan

menggunakan independent samples t test melalui program SPSS versi 21

yang menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel (5,332 > 2,021) dan nilai

signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05).

(2) Terdapat perbedaan hasil belajar matematika materi bangun ruang pada

siswa kelas V antara yang mendapat pembelajaran model PBL dengan

pendekatan RME dan yang mendapat pembelajaran model konvensional.

Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan independent

Page 88: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

142

samples t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan bahwa

nilai t hitung > t tabel (2,751 > 2,021) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,009 < 0,05).

(3) Aktivitas belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME lebih

tinggi daripada yang menggunakan model konvensional. Hal ini dapat

dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan one sample t test melalui

program SPSS versi 21 yang menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (9,214 >

2,086) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05).

(4) Hasil belajar matematika materi bangun ruang siswa kelas V yang

menggunakan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME lebih

tinggi daripada yang menggunakan model konvensional. Hal ini dapat

dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan one sample t test melalui

program SPSS versi 21 yang menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel

(4,127 > 2,086) dan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (0,001 < 0,05).

(5) Ada hubungan antara aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V materi

bangun ruang. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi kurang dari 0,05

(0,000 < 0,05) dan nilai r 0,737 yang menunjukkan hubungan yang kuat

antara aktivitas dan hasil belajar siswa.

5.2 Saran

Terkait hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan yang telah

dipaparkan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

Page 89: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

143

5.2.1 Bagi Siswa

Agar pelaksanaan pembelajaran model PBL dengan pendekatan RME

dapat berjalan dengan lancar, disarankan kepada siswa agar sebelum pembelajaran

membaca materi terlebih dahulu sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.

Kemudian, dalam penggunaan waktu hendaknya efektif dan efisien. Siswa juga

disarankan untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan mengenai

proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5.2.2 Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model PBL dengan

pendekatan RME lebih efektif daripada model konvensional maka disarankan

kepada guru untuk menerapkan model PBL dengan pendekatan RME dalam

proses pembelajaran di kelasnya. Guru dapat mengolaborasikan model PBL

dengan pendekatan RME dengan media yang mendukung, serta disesuaikan

dengan karakteristik pokok bahasan dan kondisi siswa. Namun, sebelum

mengunakan model PBL dengan pendekatan RME hendaknya guru memahami

langkah-langkah dalam model PBL dengan pendekatan RME dan merencanakan

pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga proses pembelajaran optimal dan

sesuai dengan harapan.

5.2.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL dengan

pendekatan RME lebih efektif daripada model konvensional dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar Matematika materi Bangun Ruang pada siswa kelas V

SD Negeri Grobog Kulon 01. Oleh karena itu, kepada pihak sekolah disarankan

Page 90: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

144

untuk mensosialisasikan model PBL dengan pendekatan RME kepada guru agar

dapat menerapakan model PBL dengan pendekatan RME dalam pembelajaran. Di

samping itu, agar penerapan model PBL dengan pendekatan RME dapat berjalan

lancar, sekolah perlu menyediakan fasilitas penunjang pelaksanaan model PBL

dengan pendekatan RME baik bagi guru maupun bagi siswa. Fasilitas yang

dimaksud yaitu media pembelajaran, buku-buku pelajaran yang digunakan siswa

ketika proses pembelajaran, dan buku-buku tentang model PBL dan pendekatan

RME yang dapat digunakan guru untuk lebih memahami model PBL dengan

pendekatan RME.

Page 91: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

145

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Amir, Taufiq. 2015. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Jakarta: Kencana.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arini, Putri Asih Diyah. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning untuk

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD 7 Klumpit

Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Skripsi. Universitas Muria Kudus.

Tidak diterbitkan.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Besral. 2010. Pengolahan dan Analisa Data-1 Menggunakan SPSS. Depok:

Universitas Indonesia.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakrta: Rineka Cipta.

Gunantara dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Kelas V. Jurnal penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.

Online. Tersedia di http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/

JJPGSD/article/viewFile/2058/1795 (diakses 28 januari 2017)

Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:

Rosdakarya.

Huda, Miftahul. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Page 92: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

146

Inel, Didem dan Ali Günay Balim. 2010. The Effects of Using Problem-Based

Learning in Science and Technology Teaching Upon Students’ Academic

Achievement and Levels of Structuring Concepts. Jurnal penelitian. Usak

University, Turkey. Online. Tersedia di https://www.ied.edu.hk/apfslt/

download/v11_issue2_files/inel.pdf (diakses 27 januari 2017)

Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Marsigit. 2010. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran

Matematika di SMP. Makalah disampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI

untuk Guru SMP. Universitas Negeri Yogyakarta. Online. Tersedia di

http://tinyurl.com/zb238tg (diakses 27 januari 2017)

Muhsetyo, Gatot. dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Muslihah, Siti. 2013. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar

Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics

Education (RME) pada Siswa Kelas V SD N I Banjarejo Tahun 2012/2013.

Jurnal penelitian. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Online. Tersedia

di https://tinyurl.com/jesphe2 (diakses 29 januari 2017)

Nurwidayanti, Siamsih. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

dengan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk Siswa Kelas V

SD N Malangrejo Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Okayana, Komang. 2016. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD

Negeri 3 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Universitas

Lampung. Tidak diterbitkan.

Pradipta, Arini dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based

Learning melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap

Hasil Belajar Matematika Kelas IV Sekolah Das ar. Jurnal penelitian.

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Online. Tersedia di

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/1208/10

71 (diakses 26 januari 2017)

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Mediakom.

Priyatno, Duwi. 2012. Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik

dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Priyo, Dwi dan Ida Arijanny. 2009. Matematika untuk SD/MI Kelas V. Jakarta:

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Halaman 130-37.

Page 93: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

147

Purnaningsih, Indah. 2016. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar melalui

Model Problem Based Learning Pokok Bahasan Jarak, Waktu, dan

Kecepatan Siswa Kelas V SDN Gebang 01 Jember. Skripsi. Universitas

Jember. Tidak diterbitkan

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru - Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:

UNNES Press.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Depok: Rajawali Pers.

Saepudin, Aep, dkk. 2009. Gemar Belajar Matematika: untuk Siswa SD/MI Kelas

V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2016. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana dan Wari Suwariyah. 2010. Model-model Mengajar CBSA.

Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

________.2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumanto, Kusumawati, dan Aksin. 2008. Gemar Matematika 5: untuk Kelas V

SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sumantri, Mulyani dan Nana Syaodih. 2008. Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 94: KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN RME …lib.unnes.ac.id/31285/1/1401413154.pdf · matematika kelas V SD materi Bangun Ruang. Bentuk desain penelitian dari Quasi Experimental

148

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Suwirta, Ketut dkk. 2013. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV.

Jurnal penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Online.

Tersedia di http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/

viewFile/2642/2236 (diakses 28 januari 2017)

Trisnadati, Ida. 2016. Komparasi Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

dengan Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Project-Based

Learning (PjBL) Ditinjau dari Kemampuan Interpersonal, Berfikir Kritis,

dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Aritmatika Sosial. Online.

Tersedia di http://eprints.uny.ac.id/31832/1/tesis-ida-trisnadati-

14709251033.swf (diakses 26 januari 2017)

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & Peraturan

Pemerintah RI Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan serta

Wajib Belajar. 2016. Bandung: Diperbanyak oleh PT Citra Umbara.

Utami, Dwi Astuti dkk. 2013. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

Berbasis Pemecahan Masalah Berpengaruh terhadap Hasil belajar

Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus I Kecamatan Klungkung. Jurnal

penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Online. Tersedia di

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/1387/12

48 (diakses 29 januari 2017)

Virnando, Sergio dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas VII.5 SMP Negeri 4 Pekanbaru. Jurnal penelitian. Universitas

Riau. Online. Tersedia di https://tinyurl.com/zlcy6gd (diakses 29 januari

2017)

Wibowo, Mungin Eddy, dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang:

UNNES Press.

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif

Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Zulkardi. 2010. How to Design Mathematics Lesson Based on the Realistic

Approach?. International Journal. Online. Tersedia di

www.reocities.com/ratulima/rme.html (diakses tanggal 26 Januari 2017).