kekeringan

26
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan  penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU  No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang  berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga  batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Di Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian Selatan rentan terhadap bencana kekeringan, maka dari itu dalam makalah ini akan diulas bencana kekeringan secara umum dan bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. B. Rumusan Masalah 1.  Apa yang dimaksud dengan kekeringan? 2. Apa saja faktor penyebab kekeringan? 3. Bagaimana dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik? 4. Bagaimana usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana? 5. Bagaimana potensi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat? 6. Bagaimana penyebab, dampak, dan mitigasi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat? C.  Tujuan 1.  Mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan. 2. Mengetahui faktor penyebab keke ringan.

Upload: putri-ayu-asmaningtyas-lintangsari

Post on 14-Jul-2015

5.294 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 1/261

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

  penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Definisi bencana menurut UU

 No. 24 tahun 2007). Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana,

kerentanan, dan kemampuan yang di picu oleh suatu kejadian.

Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang

 berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila

suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim

kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis

akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah

kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang

ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga

  batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu

kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan.

Di Indonesia, khususnya daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian Selatan rentan

terhadap bencana kekeringan, maka dari itu dalam makalah ini akan diulas bencana

kekeringan secara umum dan bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kekeringan?

2. Apa saja faktor penyebab kekeringan?

3. Bagaimana dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik?

4. Bagaimana usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra bencana, saat

terjadi bencana, dan pasca bencana?

5. Bagaimana potensi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat?

6. Bagaimana penyebab, dampak, dan mitigasi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan

Jawa Barat?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan kekeringan.

2. Mengetahui faktor penyebab kekeringan.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 2/262 

3. Mengetahui dampak kekeringan baik fisik maupun non fisik.

4. Mengetahui usaha mitigasi untuk menangani bencana kekeringan baik pra bencana, saat

terjadi bencana, dan pasca bencana.

5. Mengetahui potensi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

6. Mengetahui penyebab, dampak, dan mitigasi bencana kekeringan di Jawa Tengah dan

Jawa Barat.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 3/263 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tanda-tanda UmumKekeringan

Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya pada

suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air. Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan

didefinisikan sebagai pengurangan persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara

secara signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu khusus.

Dampak kekeringan muncul sebagai akibat dari kekurangannya air, atau perbedaan-

  perbedaan antara permintaan dan persediaan air. Apabila kekeringan sudah mengganggu

dampak tata kehidupan, dan perekonomian masyarakat maka kekeringan dapat dikatakan

Bencana.

Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu:

kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial

ekonomi.

1. Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada

tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata±rata dan lamanya

  periode kering. Perbandingan ini haruslah bersifat khusus untuk daerah tertentu dan bisa

diukur pada musim harian dan bulanan, atau jumlah curah hujan skala waktu tahunan.

Kekurangan curah hujan sendiri, tidak selalu menciptakan bahaya kekeringan.

2. Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber±sumber air 

seperti sungai, air tanah, danau dan tempat±tempat cadangan air. Definisinya mencangkup

data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar 

dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi).

Salah satu dampaknya adalah kompetisi antara pemakai air dalam sistem±sistem

 penyimpanan air ini.

3. Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi

terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan

tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman.

Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat

 pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa

diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor±faktor lain

yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang±alang, tingkat kesuburan tanah yang

rendah dan harga hasil tanaman yang rendah. Kekeringan kelaparan bisa dianggap sebagai

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 4/264 

satu bentuk kekeringan yang ekstrim, dimana kekurangan banjir sudah begitu parahnya

sehingga sejumlah besar menusia menjadi tidak sehat atau mati. Bencana kelaparan

 biasanya mempunyai penyebab±penyebab yang kompleks sering kali mencangkup perang

dan konflik. Meskipun kelangkaan pangan merupakan faktor utama dalam bencana

kelaparan, kematian dapat muncul sebagai akibat dari pengaruh±pengaruh yang rumit

lainnya seperti penyakit atau kurangnya akses dan jasa-jasa lainnya.

4. Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan

  barang±barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika

 persediaan barang±barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada

cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. Konsep kekeringan sosioekonomi

mengenali hubungan antara kekeringan dan aktivitas±aktivitas manusia. Sebagai contoh,

  praktek±praktek penggunaan lahan yang jelek semakin memperburuk dampak±dampak 

dan kerentanan terhadap kekeringan di masa mendatang.

Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:

1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam

satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya

 bencana kekeringan.

2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan

air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan

air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.

3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan

air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada

  periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi

kering dan mengering.

B. Faktor Penyebab Kekeringan

Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:

1. Lapisan tanah tipis 

Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan

 bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh

  panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan

kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.

2. Air tanah dalam 

Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan

  bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 5/265 

terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.

Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam,

sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang

dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumber-

sumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau,karena air yang terdapat jauh di

 bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak 

mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas.

3. Tek stur tanah kasar

Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama.

Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu

menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang

kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas

lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan.

4.  Iklim 

Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang

tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga

mengakibatkan perubahan musim.

Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih

lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan

memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di

musim kemarau.

5. Vegetasi

Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu

seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,

daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.

Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst

yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah

tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan

tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman

lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi

untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya.

6. Topografi

Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air 

tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 6/266 

yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan

yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.

Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar 

daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

C. Dampak Kekeringan

1. Fisik 

a.  Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.

 b.  Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.

c.  Kerusakan spesies tanaman.

d.  Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).

e.  Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya daya

 pandang).

f.  Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit

untuk dijadikan lahan pertanian.

g.  Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan

suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin.

Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam

menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat.

2. Non fisik 

a.  Ekonomi

1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.

2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.

4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.

5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.

6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian.

7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan.

8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan

kekeringan.

9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada

lembaga-lembaga keuangan.

b. Sosial Budaya

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 7/267 

1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah

terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan

 banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang

akan sakit flu dan batuk.

2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).

3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang

terkait dengan kekeringan.

4) Konflik di antara penggunan air.

5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.

6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan

 pemulihan.

7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan.

8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup.

9) Kekacauan social, perselisihan sipil.

10)  Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata

 pencaharian.

11) Migrasi penduduk untuk mendapatkan pekerjaan atau bantuan pemulihan,

 banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri.

c.  Politik 

Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana

kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti

yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan

Bencana). 

D. Mitigasi Bencana Kekeringan

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana

1. Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari

daerah ke pusat pengolahan data.

2. Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan

memperhatikan historical right dan azas keadilan.

3. Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.

4. Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan

iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.

5. Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan

kekeringan

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 8/268 

6. Memberikan sistem reward dan punishment bagi masyarakat yang melakukan upaya

konservasi dan rehabilitasi sumber daya air dan hutan/ lahan.

Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:

1. Pra bencana

a.  Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.

 b.  Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku

untuk air bersih.

c.  Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada

di lingkungan tinggal kita.

d.  Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

e.  Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester 

semen atau ubin keramik.

f.  Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air 

g.  Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.

h.  Panen dan konservasi air 

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran

  permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan

rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang

sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh

tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.

Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering

(dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan

  pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang

  berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim

kemarau.

Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman,

sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta

mengurangi risiko erosi pada musim hujan.

1) Rorak 

Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-

80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang

masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan

meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan

aliran permukaan dapat dikurangi.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 9/269 

Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau

infiltrasinya rendah²dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2) Saluran buntu

Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter 

(sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan

rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena

dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya

 berbagai penyakit pada akar.

3) Lubang penampungan air (catch pit)

Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari

kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,

sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi.

Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan

menyebabkan kematian tanaman.

4) Embung

Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan.

Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS)

mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan

rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian

atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman,

keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.

Kapasitas embung berkisar antara 20.000 m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000

m3. Embung berukuran besar biasanya dibuat dengan menggunakan bulldozer 

melalui proyek pembangunan desa. Embung berukuran lebih kecil, misalnya 200

sampai 500 m3 juga sering ditemukan, namun hanya akan mampu menyediakan air 

untuk areal yang sangat terbatas. Embung kecil dapat dibuat secara swadaya

masyarakat.

Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan

air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah

  berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi

 plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.

5) Bendungan Kecil (cek dam)

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim

hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 10/26 

sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada

musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke

lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan

air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.

6) Panen air hujan dari atap rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk 

dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram

tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal

musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.

Gambar 1. Rorak 

Gambar 2.Saluran buntu 

Gambar 3. Catch pit 

Gambar 4. Embung 

Gambar 5. Penampung air dari atap

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 11/2611

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi

yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.

a.  Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):

1) Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.

2) Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.

3) Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang

mempunyai waduk.

4) Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.

5) Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.

6) Penyiapan cadangan pangan.

7) Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.

8) Persiapan tindak darurat.

9) Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

10)  Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

11)  Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

12)  Penyediaan pompa air.

 b.  Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:

1) Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan

di hulu.

2) Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).

3) Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah

sungai.

4) Penggunaan air secara hemat.

5) Penciptaan alat sanitasi hemat air.

6) Pembangunan prasarana daur ulang air.

7) Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.

2. Saat ter jadi Bencana

Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak 

yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat

dilakukan melalui:

a.  Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

 b.  Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

c.  Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

d.  Penyediaan pompa air.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 12/2612 

e.  Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara

lain dengan upaya:

a.  Dampak Sosial:

1) Penyelesaian konflik antar pengguna air.

2) Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami

kekeringan.

 b.  Dampak Ekonomi:

1) Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi

fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan

hutan, dll.

2) Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang

 pemakaian air.

3) Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan

melalui diversifikasi usaha.

4) Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui

 perbaikan sistem pemasaran.

5) Mengatasi masalah transportasi air a.l dengan menggunakan alternatif moda

transportasi lain atau melakukan stok bahan pokok.

c.  Dampak Keamanan:

1) Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.

2) Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.

d.  Dampak Lingkungan:

1) Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).

2) Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.

3) Meningkatkan daya dukung sumber air dalam menerima beban pencemaran

dengan cara pemeliharaan debit sungai.

4) Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim

kemarau.

5) Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran

udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotens i menimbulkan kebakaran

yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.

6) Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan

cara tanpa pembakaran.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 13/2613 

3. Pasca Bencana

Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat

 bencana kekeringan antara lain:

a.  Bantuan sarana produksi pertanian.

 b.  Bantuan modal kerja.

c.  Bantuan pangan dan pelayanan medis.

d.  Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,

dll.

e.  Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

f.  Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

g.  Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

h.  Penertiban penggunaan air.

Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem

lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial,

yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan

dampak (Yevjevich-1978).

Berikut ini dibahas upaya-upaya penanganan bencana kekeringan, baik upaya non fisik 

maupun upaya fisik darurat dan upaya fisik jangka panjang.

a.  Upaya Non Fisik 

Upaya non fisik merupakan upaya yang bersifat pengaturan, pembinaan dan

 pengawasan, diantaranya adalah:

1) Menyusun neraca air regional secara cermat.

2) Menentukan urutan prioritas alokasi air.

3) Menentukan pola tanam dengan mempertimbangkan ketersediaan air.

4) Menyiapkan pola operasi sarana pengairan.

5) Memasyarakatkan gerakan hemat air dan dampak kekeringan.

6) Menyiapkan cadangan/stok pangan.

7) Menyiapkan lapangan kerja sementara.

8) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan upaya penanganan kekeringan.

 b.  Upaya Fisik Darurat

Upaya penanganan kekeringan yang bersifat fisik darurat/sementara diantaranya

adalah:

1) Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan yang mempunyai

waduk/reservoir , sehingga hujan yang terbentuk airnya dapat ditampung.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 14/2614 

2) Pembuatan sumur pantek, untuk mendapatkan air.

3) Penyediaan pompa yang movable di areal dekat sungai atau danau, sehingga

 pompa tersebut dapat dipergunakan secara bergantian untuk memperoleh air.

4) Operasi penyediaan air minum dengan mobil tangki untuk memasok air pada

daerah-daerah kering dan kritis.

c.  Upaya Fisik Jangka Panjang

Upaya penanganan kekeringan yang bersifat jangka panjang diantaranya adalah:

1) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa,

dll.

2) Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

3) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

4) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

E. Potensi Kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat

Bencana kekeringan mulai melanda sejumlah wilayah di Tanah Air. Ratusan ribu hektare

tanaman pangan, terutama padi, di Pulau Jawa terancam gagal panen ini diakibatkan dengan

curah hujan yang berkurang serta musim kemarau yang panjang. Luas lahan padi yang

  potensial gagal panen terus bertambah seiring dengan musim kemarau yang berubah pola.

Perubahan iklim±para ahli mengaitkannya dengan gejala pemanasan global±menyebabkan

musim hujan dan kemarau di Indonesia bergeser. Musim kemarau yang biasanya terjadi pada

  periode April sampai Oktober, tahun ini baru dimulai pada Juli. Demikian juga dengan

musim hujan yang bergeser dari November sampai Maret ke Februari hingga Juni.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 15/2615 

Daerah Gunungsewu merupakan perbukitan kerucut karst yang berada di zona fisiogafik 

Pegunungan Selatan Jawa Tengah±Jawa Timur, dan secara administratif termasuk wilayah

Kabupaten Gunungkidul, DIY. Daerah ini senantiasa menderita kekeringan di musim

kemarau, karena air permukaan yang langka. Diperkirakan terdapat cukup banyak air di

  bawah tanah, terbukti dari banyak dijumpainya sungai-sungai bawah permukaan.

Geomorfologi Daerah Gunungsewu, berdasarkan morfogenetik dan morfometriknya dapat

dikelompokkan menjadi tiga satuan, yaitu Satuan Geomorfologi Dataran Karst, Satuan

Geomorfologi Perbukitan Kerucut Karst, dan Satuan Geomorfologi Teras Pantai. Secara

umum karstifikasi di daerah ini sudah mencapai tahapan dewasa.

Lapisan paling bawah stratigafi Daerah Gunungsewu berupa endapan vulkanik yang

terdiri dari batupasir tufaan, lava, dan breksi, yang dikenal sebagai Kelompok Besole. Di atas

 batuan basal tersebut, secara setempat-setempat didapatkan napal Formasi Sambipitu, serta

  batugamping tufaan dan batugamping lempungan Formasi Oyo. Di atasnya lagi dijumpai

 batugamping Gunungsewu Formasi Wonosari yang dianggap merupakan lapisan pembawa

air. Di bagian paling atas, berturut-turut terdapat napal Formasi Kepek, endapan aluvial dan

endapan vulkanik Merapi. 

Daerah ini terletak di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta yang merupakan bentukan asal

solusional berupa polye. Daerah ini memiliki relief yang berbukit dengan kandungan

 batugamping yang tebal dengan struktur berlapis dengan batuan dasar (basement ) berupa batu

  breksi dan bagian atas berupa batugamping . Proses pembentukan daerah ini adalah melalui

 pengangkatan dasar laut dangkal ( zona litoral ) karena adanya pengaruh tenaga endogen atau

tektonik. Polye ini sendiri terbentuk karena adanya gua bawah tanah yang runtuh atau ambles

karena tidak mampu menahan bebannya sendiri. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah

ini adalah berupa erosi dan pelapukan pada batugamping sehingga lapies lapuk dan berubah

menjadi tanah mediteran atau terrarosa. Tanah didaerah ini berupa tanah terrarosa atau

mediteran yang bercampur dengan robakan batugamping kasar, perkembangan tanah tidak 

terlalu dominan karena didaerah ini jarang terjadi hujan. Tanah ini sifatnya tidak subur yang

terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur dan memiliki kejenuhan basa lebih dari 50 %,

  bertekstur lempung debuan namun kondisi tanahnya masih dapat diusahakan untuk 

kepentingan pertanian lahan kering.

Kondisi hidrologi daerah ini adalah tidak dijumpainya air permukaan karena sebagian

  besar air yang jatuh ke permukaan langsung masuk kedalam tanah karena batuannya porus,

sehingga hampir sebagian besar tersimpan dalam sungai bawah tanah. Penduduk didaerah ini

menggunakan air dari hasil pemompaan sungai Bribin yang disalurkan melalui pipa-pipa

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 16/2616 

dengan memanfaatkan tenaga gravitasi dan juga menggunakan PAH atau penampung air 

hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jenis flora yang terdapat daerah ini

adalah ketela, jati, kelapa, jagung, kacang tanah dan padi gogo. Jenis tanaman ini ditanam

 pada bagian yang tanahnya sudah berkembang atau pada cekungan-cekungan yang biasanya

terisi oleh tanah terrarosa/mediteran.

Pada gambar tampak bahwa penggunaan lahan didaerah ini didominasi oleh pertanian

lahan kering yaitu sebagai tegalan dan sawah tadah hujan dengan ditanami ketela, jagung dan

 padi. Penggunaan lahan seperti ini biasanya terbatas pada cekungan-cekungan seperti polye

dimana pada cekungan tersebut terdapat material hasil pelapukan batu gamping yang

 berkembang menjadi tanah terrarosa sehingga lahan dapat diusahakan. Penduduk setempat

sudah berusaha menyesuaikan dengan kondisi alam yang kurang mendukung dengan

  berbagai percobaan tanaman yaitu mencari tanaman yang cocok untuk bentuk lahan seperti

ini. 

F. Penyebab, Dampak dan Mitigasi Kekeringan di Jawa Tengah dan Jawa Barat

1. Gambaran Umum Kekeringan di Jawa Tengah

Kondisi iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 5o40'-8

o30' LS dan

antara 108o30'-111

o30' BT menjadikan potensi dan ancaman bencana. Dampak dari

  bahaya iklim tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin.

Kejadian bencana alam karena iklim dalam sepuluh tahun terakhir diantaranya adalah

  banjir di Demak, Semarang, Brebes, Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di

Demak, Grobogan dan Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Merbabu, Merapi,

Sumbing dan Slamet; terjadi pula badai angin terjadi di Kabupaten Karanganyar, Boyolali,

Klaten dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah.

Kondisi fisiografi Jawa Tengah ditinjau dari tingkat kemiringan lahannya terdiri dari:

38% lahan dengan kemiringan 0- 2%, 31% lahan dengan kemiringan 2-15%, 19% lahan

dengan kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan dengan kemiringan lebih dari 40%.

Kawasan pantai utara memiliki dataran rendah yang sempit. Daerah Brebes mempunyai

dataran rendah dengan lebar 40 km dari pantai dan terus menyempit hingga Semarang

mempunyai lebar 4 km yang bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di bagian

timur. Kawasan pantai selatan merupakan dataran rendah yang sempit dengan lebar 10-25

km, kecuali sebagian kecil di daerah Kebumen yang merupakan perbukitan. Rangkaian

utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan

yang dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten

Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Terdapat 6 (enam) gunung berapi aktif di Jawa

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 17/2617 

Tengah, yaitu: Gunung Merapi (di Magelang), Gunung Slamet (di Pemalang), Gunung

Sindoro dan Gunung Sumbing (di Temanggung-Wonosobo), Gunung Lawu (di

Karanganyar) serta pegunungan Dieng (di Banjarnegara). Menurut Lembaga Penelitian

Tanah-Bogor, jenis tanah di Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, aluvial, dan

grumosol sehingga hamparan tanah di daerah ini termasuk tanah yang relatif subur.

Kondisi hidrologis Jawa Tengah dibentuk oleh beberapa aliran sungai. Bengawan Solo

merupakan salah satu sungai terpanjang dan merupakan sumber daya air terpenting. Selain

itu terdapat sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya adalah Kali Pemali, Kali

Comal, dan Kali Bodri serta sungai yang bermuara di Samudera Hindia diantaranya adalah

Luk Ulo dan Cintanduy.

Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata adalah 24,8oC±31,8

oC dan

curah hujan tahunan rata-rata 2.618 mm. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama

terdapat di daerah Kabupaten Kebumen sebesar 3.948 mm/tahun. Daerah dengan curah

hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora,

Rembang, Sebagian Grobogan dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.

Pemanasan global terjadi karena meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan

daratan. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu

 bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang

dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya gas rumah

kaca maka akan menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas Matahari yang

dipancarkan ke Bumi.

Daerah dengan iklim hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah

akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah akan merusak tanaman bahkan menghancurkan

suplai makanan. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Jawa

Tengah. Musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga

menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Daerah

yang sering kali mengalami kekeringan terdapat adalah Kabupaten Blora, Grobogan, Pati,

Rembang, Demak, Wonogiri. Sedangkan Kabupaten lain seperti Sragen, Pemalang,

Pekalongan, Tegal, Kendal, dan Brebes pada kondisi ekstrem akan mengalami kekeringan

cukup parah. Distribusi daerah yang sering mengalami kekeringan untuk wilayah Jawa

Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:

Peta Zona Kekeringan di Provinsi Jawa Tengah

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 18/2618 

Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah

Dampak kekeringan adalah gagal panen, peningkatan kematian vegetasi, percepatan

  pelapukan tanah dan peningkatan penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah.

Berikut adalah data kejadian kekeringan yang pernah terjadi di Provinsi Jawa Tengah dan

dampak yang diakibatkan.

Kejadian Kekeringan Beserta Dampaknya di Jawa Tengah

 No.Waktu

Kejadian

Luas

Daerah

Dampak 

Daerah Terparah

(Kabupaten)

Luas

Daerah

Kering

Dampak 

1 Januari-

Juli 200212 Kab.

Purbalingga,

Sragen, Wonogiri,

Demak 

18.149 

ha

sawah

Seluas 1.690 ha dinyatakan

  puso. Kerugian mencapai Rp

21,07 M. Kabupaten

Purbalingga terparah (6.364 ha),

lalu Sragen (2.281 ha), Wonogiri

(2.279 ha), Kudus (1.083 ha) dan

Demak (1.043 ha)

2Januari-

Juli 2003

24 Kab.

Sragen, Wonogiri,

Demak, Rembang,Cilacap, Grobogan,

Boyolali,Karanganyar 

80.679 ha

sawah

Terdapat puso di Wonogiri

4.647 ha, Sragen 3.929 ha,

Rembang 1.335 ha, Demak 

1.185 ha, Cilacap 858 ha,Grobogan 710 ha, Boyolali 613

ha dan Karanganyar 551 ha

3Juli-Agustus

2004

11 Kab.

Jepara, Sragen,Wonogiri,

Rembang, Boyolali,

Karanganyar,Klaten, Blora,

Sukoharjo,

12.996ha

sawah

12.000 ha sawah puso, 16.617terserang hama penggerek 

 batang, 6.979 ha terserang tikus,

5.513 ha terserang werengcoklat, 946 ha terserang tungo

(daun kuning)

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 19/2619 

Purworejo, Brebes,Pemalang, Batang

4Januari-

Juli 200511 Kab.

Rembang, Boyolali,

Klaten, Sukoharjo,

Purworejo, Brebes,

Pati, Cilacap,

Kebumen,Semarang, Wonogiri

81.660

ha

sawah

Kondisi gagal panen 20,82

 persen atau seluas 16.998 ha

5 Jul-06 17 Kab.

Rembang, Boyolali,

Klaten, Sukoharjo,

Purworejo, Brebes,

Pati, Cilacap,

Kebumen,

Semarang, Wonogiri

19.297

ha

sawah

Puso melanda seluas 6.168 ha

sawah

6 Jul-07 14 Kab.

Sragen, Wonogiri,

Boyolali, Blora,Purworejo, Pati,

Grobogan, Demak,Semarang,

Kebumen,Banjarnegara,

Temanggung,Banyumas, Tegal

>

100.000ha

sawah

Seluas 10% dari lahan keringmengalami puso

Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah

2. Kekeringan di R embang di Jawa Tengah

a.  Penyebab

Setiap tahun kabupaten Rembang diakui mengalami masalah kekeringan, rata-rata

diprediksi setiap tahun hampir 7 sampai 8 bulan tidak terjadi hujan, dan sisanya harihujan rata-rata hanya 3 sampai 4 bulan. Kabupaten Rembang terletak di ujung timur 

laut Propinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura). Laut

Jawa terletak disebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah

dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air 

laut. Adapun batas- batasnya antara lain:

1) Sebelah Utara : Laut Jawa

2) Sebelah Timur : Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur 

3) Sebelah Selatan : Kabupaten Blora

4) Sebelah Barat : Kabupaten Pati

Secara administratif Kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, 287 desa, 7

kelurahan serta memiliki luas wilayah meliputi 101.408 ha. Adapun penyebab

kekeringan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Topografi

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 20/2620

Sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang (46,39%) berada pada ketinggian 25

- 100 meter dari permukaan air laut. Sebesar 30,42 % berada pada ketinggian 100-

500 meter dan sisanya berada pada ketinggian 0-25 m dan 500-1000 m. Dengan

kondisi topografi datar sampai dengan pegunungan dan berbukit-bukit. Kelerangan

yang terdapat di Kabupaten Rembang terdiri dari kelerengan 0-2 % seluas 45.205 Ha

(46,58%), kelerengan 2-15% seluas 33.233 Ha (43,18%), kelerengan 15-40 % seluas

13.980 Ha (14,38 %), dan sisanya 4,86% merupakan kelerengan >40%.

Berdasarkan data dari Analisa USLE Wilayah BPDAS Pemali Jratun tahun 2009 

menyebutkan bahwa, Rembang mengalami erosi tanah dari kuantitas sangat ringan

hingga berat. Penyebab erosi tanah ini ada yang alami karena proses pelapukan dan

sebagian oleh ulah manusia yang tidak memperhatikan cara konservasi lahan. Alih

fungsi lahan

2) Jenis Tanah

Secara umum dapat dikatakan bahwa wilayah Kabupaten Rembang merupakan

daerah pertanian yang cukup berpotensi, kecuali di daerah pegunungan di sebelah

timur yang termasuk pegunungan tandus. Jenis tanah yang ada ermasuk jenis tanah

aluvial meliputi sekitar  10% dari wilayah kabupaten, jenis tanah regosol meliputi

area seluas 5%, jenis tanah andosol meliputi area seluas 8%, tanah grumosol sebesar 

32%, dan tanah mediteran merah kuning seluas 5 % dari seluruh wilayah kabupaten.

Jenis tanah secara umum di jawa tengah adalah jenis tanah aluvial, litosol, dan

grumusol. Aluvial adalah jenis tanah yang berasal dari pengendapan lumpur sungai

yang terdapat di dataran rendah. Tanah ini sangat subur dan sangat baik untuk 

 pertanian padi. Litosol adalah jenis tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama

sekali belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari betuan-batuan

konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok untuk jenis tanaman hutan.

Grumusol adalah jenis tanah ini berwarna abu-abu kehitaman, cocok untuk tanaman

kapas, jagung, keledai, dan tebu. Sama dengan jenis tanah di Jawa Tengah secara

umum, di Rembang pun terdapat ketiga jenis tanah tersebut. Jenis tanah grumusol

merupakan jenis tanah yang akan pecah-pecah saat terjadi musim kemarau, karena

tanah ini tidak dapat menyimpan air.

3) Klimatologi

Wilayah Kabupaten Rembang merupakan dataran rendah di bagian Utara Pulau

Jawa, maka wilayah tersebut memiliki jenis iklim tropis dengan suhu maksimum 33

º C dan suhu rata-rata 23 º C. Dengan bulan basah 4 sampai 5 bulan, sedangkan

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 21/2621

selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering. Terdapat hujan selama 1 

tahun yang tidak menentu, sehingga implikasinya sering terjadi kekeringan di

wilayah Kabupaten Rembang. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya-upaya untuk 

melakukan konservasi sumber daya air dan pengembangan embung-embung kecil

untuk menahan air hujan sangat diperlukan. Upaya ini diharapkan dapat menjaga

kesinambungan sumber daya air terutama pada musim kemarau baik untuk 

kebutuhan pengairan sawah maupun untuk kebutuhan lainnya.

Kepala Kantor Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Rembang Suharso

mengatakan, berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data dari stasiun Klimatalogi

Semarang bahwa prakiraan curah hujan pada bulan Mei 2011 di beberapa wilayah

Jawa Tengah masih terjadi hujan, dengan prakiraan hujan pada umumnya berkisar 

antara 100 mm sampai 400 mm per bulan. Namun ada beberapa daerah curah

hujannya di perkirakan hanya berkisar antara 50 mm-100 mm per bulan, dan ada

  pula beberapa daerah lebih besar 400 mm per bulan. Sedangkan pada bulan Mei

2011 di perkirakan frekwensi dan intensitas curah hujan berkurang mengingat bulan

Mei 2011 sudah memasuki musim kemarau. Lebih lajut dikatakan Suharso, bahwa

sifat hujan di Jawa Tengah pada umumnya normal (N) dan beberapa daerah sifat

hujannya Atas Normal (AN). Sedangkan curah hujan di kabupaten Rembang pada

 bulan Mei 2011 berkisar antara 50-100 mm perbulan dan sifat hujannya Normal (N).

4) Hidrologi

Kabupaten Rembang memiliki curah hujan yang rendah dan memiliki sumber air 

  berupa air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan berupa sungai,

  bendungan dan air laut. Sungai yang melewati wilayah Kabupaten embang antara

lain Sungai Randugunting, Babagan, Karanggeneng, Kening, Telas, Kalipang, Sudo

dan Sungai Patiyan. Di Kabupaten Rembang terdapat 21 bendungan dan 25 daerah

irigasi, tetapi tidak sepanjang tahun dialiri air. Wilayah pantai meliputi sepanjang 7

km.

Rusaknya daerah hulu sungai yang berakibat berkurangnya daerah tangkapan

hujan, sehingga menyebabkan pada musim penghujan air tidak dapat ditampung dan

menyebabkan banjir. Sedangkan pada musim kemarau akibat tidak adanya

tampungan air pada musim hujan maka pada musim ini terjadi kekeringan.

c.  Dampak kekeringan

1) Dampak Perekonomian

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 22/2622 

Kekeringan di Rembang mengakibatkan gagal panen. Sebagian besar lahan

  pertanian adalah lahan tadah hujan, sehingga sangat bergantung dengan musim

  penghujan. Padahal dari data klimatologi rata-rata 50 ± 100 mm per bulan. Di

Rembang rata-rata per tahun terjadi musim kemarau lebih panjang dibanding dengan

musim penghujan, setiap tahunnya rata-rata 4 ± 5 bulan merupakan musim

  penghujan, dan selebihnya adalah musim kemarau. Data menunjukan pada tahun

2003, 4.924 ha tanaman padi mengalami  pu so. Tafsiran kerugian petani mencapai

Rp7,3 milyar lebih.

Hal tersebut di atas tentu akan menimbulkan kerugian terhadap pendapatan

  petani. Selain itu juga akan menyebabkan pengangguran karena sebagian besar 

  petani akan mengurangi produksi pada musim kemarau sehingga tentunya akan

mengurangi konsumsi penggunaan tenaga kerja.

Dengan adanya gagal panen akibat kekeringan juga akan menimbulkan krisis

  pangan. Kekeringan akan mengurangi hasil produktifitas Indonesia secara umum

dan juga akan menyebabkan Rembang kekurangan pangan, seperti padi.

Sektor Perikanan juga akan terpengaruh dengan adanya bencana kekeringan.

Produktifitas akan menurun sehingga akan menurunkan pendapatan penduduk 

 bahkan akan menyebabkan pengangguran.

2) Dampak Sosial

Dampak sosial dari kekeringan dapat terjadi konflik antar pengguna air yang

saling berebut air, khususnya air bersih. Secara tidak langsung kekeringan juga akan

meningkatkan kriminalitas di daerah bencana. Dampak lain adalah meningkatkan

kemungkinan kebakara dan kesehatan memburuk, seperti menyebarnya penyakit

malaria dan demam berdarah.

d.  Penanggulangan

Pra bencana

Penanggulangan pra bencana adalah penanggulangan untuk mencegah atau

mengurangi dampak dari kekeringan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan antara

lain:

1) Menjaga daerah tangkapan hujan, seperti menanami kembali hutan-hutan gundul

dan menjaga agar ilegal logging tidak terjadi lagi sehingga meminimalisir erosi yang

akan mendangkalkan sungai. Pendangkalan sungai di satu sisi dapat menyebabkan

 banjir juga akan menimbulkan kekeringan karena sungai tidak mampu menampung

air dalam jumlah banyak.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 23/2623 

2) Membangun waduk atau DAM di sungai-sungai sehingga akan meningkatkan

cadangan air.

3) Mengurangi pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan.

Dalam hal ini polisi hutan dan pihak terkait harus saling bekerja sama dalam

menjaga kelestarian hutan sebagai daerah tangkapan hujan.

4) Sosialisasi kepada masyarakat agar berhemat dalam menggunakan air dan dalam

menjaga kelestarian alam, khususnya daerah tangkapan hujan.

5) Pemerintah setempat mengetahui daerah rawan bencana kekeringan, sehingga

 pemerintah dapat melakukan pencegahan dini.

6) Pemerintah setempat juga harus menyediakan dana bagi penanggulangan bencana

kekeringan saat terjadi dan pasca terjadinya bencana.

7) Menyiapkan cadangan/ stok pangan.

8) Menyiapkan lapangan kerja sementara

Pada saat terjadi kekeringan

Penanggulangan yang dilakukan saat bencana terjadi, adapun caranya antara lain:

1) Pemberian bantuan air bersih kepada daerah-daerah yang krisis air. Di Rembang

 pada tahun 2009 mengalami kekeringan yang cukup besar, sebanyak 90 desa di 13

kecamatan mengalami kekeringan dan mendapat bantuan dari pemerintah sebanyak 

sekurang-kurangnya 2000 tangki air bersih didistribusikan.

2) Meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat, dan pencegahan penyakit

malaria dan demam berdarah.

3) Mengendalikan konflik masyarakat setempat dalam berebut air bersih.

4) Memberikan bantuan pangan kepada mereka yang mendapat dampak dari gagal

 panen. Atau pemerintah juga dapat membeli hasil panen meskipun dengan kualitas

di bawah standar sehingga para petani tidak terlalu merugi.

Pasca terjadinya kekeringan

Penanggulangan setelah terjadinya kekeringan dan sebagai data lapangan untuk 

menangani bencana kekeringan tahun setelahnya. Adapun caranya adalah sebagai

 berikut:

1) Bantuan sarana produksi pertanian.

2) Bantuan modal kerja dan lapangan kerja.

3) Bantuan pangan dan pelayanan medis.

4) Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran

 pembawa, dan lainnya.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 24/2624 

5) Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

6) Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

7) Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

8) Penertiban penggunaan air.

3.  Gambaran Umum Kekeringan di Jawa Barat

Daerah rawan bencana kekeringan di Jawa Barat adalah Bekasi, Karawang, Subang,

Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Majalengka dan Bandung bagian Timur.

Lalu di provinsi Banten daerah yang rawan kekeringan yaitu Cilegon dan Serang.

Dampak dan penanggulangan kekeringan di Jawa Barat sama dengan di Jawa Tengah.

Akibat kekeringan yang ada di Jawa Barat salah satunya seperti yang ada di Garut.

Kekeringan yang melanda daerah Garut seluas 1.000 ha itu menyebabkan kehilangan

 produksi seberat 5.278,4 ton dengan kerugian para petani mencapai lebih dari sebesar Rp

11,613 miliar. Disebutkan intensitas kekeringan ringan seluas 690 ha, sedang 182,85 ha,

  berat 63,63 ha serta intensitas tanaman padi yang mengalami puso seluas 41 ha maka

kerusakan ringannya mencapai 3.726 ton , kerusakan sedang 987,39 ton, kerusakan berat

343,60 ton dan kerusakan akibat puso 221,4 ton. Kasus kekeringan akibat kemarau

 panjang tersebut cukup parah antara lain terjadi di wilayah Kecamatan Talegong mencapai

124 ha lebih disusul Banjarwangi 176 ha kemudian Singajaya 19 ha, Cihurip 10 ha,

Cilawu 11 ha, Samarang 41 ha dan Kecamatan Kadungora 47 ha. Kemarau panjang juga

mengakibatkan banyak warga Kabupaten Garut kesulitan air bersih untuk memenuhi

kebutuhan minum dan mandi termasuk mencuci pakaian dan piring yang nyaris menyebar 

di wilayah Garut Utara, Tengah dan sebagian wilayah Garut Selatan (Gasela).

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 25/2625 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekeringan adalah kurangnya air bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya

 pada suatu wilayah yang biasanya tidak kekurangan air.

Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan yaitu lapisan tanah tipis, air tanah

dalam, tekstur tanah kasar, topografi, vegetasi, dan iklim.

Dampak kekeringa secara fisik seperti tanah menjadi tidak subur sehingga banyak 

tanaman mati, secara ekonomi mengurangi pendapatan petani karena gagal panen yang

 berpengaruh pada pengangguran dan kriminalitas. Secara sosial budaya kekeringan berakibat

 banyaknya penyakit, kurang pangan dan timbulnya konflik.

Mitigasi bencana kekeringan dapat dilakukan prabencana dengan mempersiapkan segala

cara untuk menyimpan air dan melakukan penghematan penggunaan air. Saat terjadi bencana

kekeringan dapat dilakukan penanggulangan dengan mempertahankan produksi pertanian dan

melakukan penghematan air, juga menjaga sumber air yang tersisa dari limbah. Mitigasi

  pasca bencan dilakukan dengan membuat sanitasi air, pengawasan penggunaan air, dan

 bantuan pangan serta medis bagi korban bencana kekeringan.

Potensi kekeringan di Jawa Tengah terjadi di Demak, Grobogan dan Wonogiri. Dan

kekeringan di Jawa Barat terjadi di Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon,

Kuningan, Sumedang, Majalengka dan Bandung bagian Timur. Lalu di provinsi Banten

daerah yang rawan kekeringan yaitu Cilegon dan Serang.

B. Saran

Perlu adanya kerja sama dai berbagai pihak untuk mencegah dan menanggulangi masalah

kekeringan. Dan perlu adanya sosialisasi tentang menghadapi bencana kekeringan pada saat

 prabencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana.

5/12/2018 Kekeringan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kekeringan 26/2626 

DAFTAR PUSTAKA

Gsianturi. 2002. Akibat Kekeringan Ribuan Hektar Sawah Gagal Panen, (Online), (diakses

 pada http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid103421515536993, pada 25

Mei 2011).

Hermawan, Engkos. 2009. Menabung Air Mencegah Kekeringan, (Online), (diakses dari

http://engkos-hermawan.blogspot.com/2009

/12/menabung-air-mencegah-kekeringan.html, pada 25 Mei 2011).

Prayoga, Dendy. 2011. Untuk mencegah kekeringan di Malang Selatan, PDAM akan

melakukan pengeboran air sumber, (Online), (diakses dari

http://www.masfmonline.com/dinoyo/r_maya.php?nID=11267, pada 25 Mei 2011).

Susilo, Wiwil. 2001. Bencana Kekeringan di Gunung Kidul Semakin Meluas, (Online),

(diakses dari

http://berita.liputan6.com/daerah/200109/19177/bencana_kekeringan_di_gunung_kidul

 _semakin_meluas, pada 25 Mei 2011).

Anonim. 2010. Bentanglahan Karst Gunung Sewu, daerah Panggang, (Online), (diakses dari 

http://younggeomorphologys.wordpress.com/2010/04/07/bentanglahan-karst-gunung-

sewu-daerah-panggang/, pada 25 Mei 2011).

Anonim. Kawasan Karst Pegunungan Sewu, (Online), (diakses dari

http://www.gunungkidulkab.go.id/home.php?mode=content&id=115, pada 25 Mei2011). 

Sekretariat TKPSDA. 2003. Pedoman Teknis Kekeringan.

Djuni. 2009. Diskusi Dampak bencana Kekeringan, (Online), (diakses dari

http://mpbi.org/taxonomy/term/33, pada 25 Mei 2011).