kelompok 11

42
1. Annisa Noor A 030.13.022 2. Carla Octavani 030.13.044 3. Ikbal Ramadhan 030.13.096 4. Melly Saktika 030.13.122 5. Nur Muhammad Lutfi 030.13.150 6. Sarah Shadiqa 030.13.178 7. Vina Amalia 030.13.202 8. Sandi Kurniawan 030.13.174 9. Herawati 030.13.228 10.Putri Hidayah 030.13.252 11.Fathia Larasati 030.13.072 KELOMPOK 11

Upload: sandisandra

Post on 09-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 11

1. Annisa Noor A 030.13.022

2. Carla Octavani 030.13.044

3. Ikbal Ramadhan 030.13.096

4. Melly Saktika 030.13.122

5. Nur Muhammad Lutfi 030.13.150

6. Sarah Shadiqa 030.13.178

7. Vina Amalia 030.13.202

8. Sandi Kurniawan 030.13.174

9. Herawati 030.13.228

10. Putri Hidayah 030.13.252

11. Fathia Larasati 030.13.072

KELOMPOK 11

Page 2: Kelompok 11

KASUS 1

• Tanggal 7 November 1991, Earvin “Magic” Johnson, seorang pemain basket profesional dari Los Angeles mengumumkan secara resmi bahwa dirinya telah tertular HIV melalui hubungan heteroseksual.

• Ia masih terus memimpin regu bola basket Amerika “The Dream Team” pada olimpiade Barcelona 1992.

• Hal ini mendorong banyak orang untuk memeriksakan dirinya terhadap kemungkinan terinfeksi HIV.

• Kata kunci : HIV, Heteroseksual

Page 3: Kelompok 11

KLARIFIKASI ISTILAH

• HIV : Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

• AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.

• Heteroseksual : Ketertarikan terhadap lawan jenis, misalnya ketertarikan laki-laki terhadap perempuan

• Sel CD4 : Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting darisistem kekebalan tubuh kita.

Page 4: Kelompok 11

PENETAPAN MASALAH

1. Earvin “magic” Johnson telah tertular HIV melalui hubungan heteroseksual

Page 5: Kelompok 11

HIPOTESIS

Earvin “magic” Johnson mengalami defisiensi sistem imun karena terinfesksi HIV

Page 6: Kelompok 11

ANALISIS MASALAH

HIV

Definisi

Epidemiologi

Transmisi

Patogenesis

Diagnosis dan

Pemantauan Laboratorium

Manifestasi Klinik

Terapi Antiretroviral

Page 7: Kelompok 11

TUJUAN PEMBELAJARAN• Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi HIV-AIDS

• Mahasiswa mampu menjelaskan kasus HIV pertama di Indonesia

• Mahasiswa mampu menjelaskan definisi HIV AIDS

• Mahasiswa mampu menjelaskan klarifikasi HIV AIDS pada remaja dan dewasa

• Mahasiswa mampu menjelaskan klarifikasi HIV AIDS pada anak usia <13 tahun

• Mahasiswa mampu menjelaskan morfologi dan siklus replikasi HIV

• Mahasiswa mampu menjelaskan transmisi HIV secara horizontal dan vertikal

• Mahasiswa mampu memahami perjalanan infeksi HIV

• Mahasiswa mampu memahami sindrom pulih imun pada ODHA

• Mahasiswa mampu memahami window period pada infeksi HIV

• Mahasiswa mampu menjelaskan stadium klinis HIV-AIDS menurut WHO

• Mahasiswa mampu memahami prinsip utama tatalaksana HIV-AIDS

• Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja obat Antiretroviral

• Mahasiswa mampu menyebutkan obat Antiretroviral yang tersedia di Indonesia

Page 8: Kelompok 11

PEMBAHASAN

Page 9: Kelompok 11

KLASIFIKASI HIV PADA REMAJA DAN DEWASA

Kategori klinis dari infeksi HIV pada remaja dan dewasa dibedakan dalam 3 kategori :

1. Kategori klinis AMeliputi infeksi HIV tanpa gejala ( asimtomatik ), limfadenopati generalisata yang menetap

dan infeksi akut primer dengan penyakit penyerta.

2. Kategori klinis B

Kondisi simptomatik yang berkaitan dengan infeksi HIV atau defek imunitas seluler, antara lain : Angiomastosis, Kandidiasis orofaringeal, kandidiasis vulvovaginal, Displasia leher rahim, Demam 38,5oC atau diare lebih dari 1 bulan, Oral hairly leukoplakia, herpes Zoster, Purpura idiopatik trombositopenik, Listeriosis, Penyakit radang panggul dan neuropati perifer.

3. Kategori klinis C

Kategori ini tercantum dalam AIDS surveillence case definition seperti Kandidiasis bronki,trakea dan paru; kandidiasis esofagus; kanker leher rahim invasif; Coccidiodomycosi menyebar atau diparu; Kriptokokosis diluar paru; Retinistis virus sitomegalo; ensefalopati yang berhubungan dengan HIV, Herpes simpleks atau ulkus kronik lebih dari sebulan lamanya; Bronkhitis,esofagitis atau pneumonia; histoplasmosis menyebar atau diluar paru; Isosporiasis intestinal kronik lebih dari sebulan lamanya; Sarkoma kaposi; Limfoma burkit ( atau istilah lain menunjukkan lesi yang mirip ); Linfoma imuno blastik,L.primer diotak;Micobacterium Avium Complex atau M.Lansii tersebar di luar patu;M.tuberkolosis dimana saja ( paru atau luar paru )

Page 10: Kelompok 11

KLASIFIKASI HIV AIDS PADA ANAK USIA <13 TAHUNPada bayi dan anak usia 13 tahun, sistem klasifikasi HIV menurut CDC, didasarkan

pada 2 parameter seperti pada remaja dan dewasa, yaitu kondisi klinis dan beratnya kegagalan sistem imun. Dan terdapat 4 kategori, yaitu :

1. Kategori N : pasien-pasien asimptomatik. Tidak ditemukan tanda maupun gejala yang menunjukkan adanya infeksi HIV, atau pasien hanya dapat ditemukan satu bentuk kelainan berdasarkan kategori A.

2. Kategori A : Pada pasien dapat ditemukan dua atau lebih kelainan, tetapi tidak termasuk kategori B atau C :Lymphadenopathy (≥ 0.5 cm pada dua tempat atau lebih, dua KGB yang bilateral dianggap sebagai satu kesatuan), Hepatomegali Splenomegali, Dermatitis, Parotitis dan URTI berulang atau persisten

3. Kategori B (moderately symptomatic) : Pasien menunjukkan gejala-gejala yang tidak termasuk ke dalam keadaan-keadaan pada kategori A maupun C, dan gejala-gejala yang terjadi merupakan akibat dari terjadinya infeksi HIV seperti Anemia, Meningitis bakterial, pneumonia, atau sepsis (terjadi dalam satu episode), Candidiasis orofaring yang terjadi lebih dari dua bulan pada anak-anak berusia enam bulan atau kurangmmo Kardiomiopati.

4. Kategori C : Pasien-pasien dengan gejala-gejala penyakit yang parah dan ditemukan pada pasien AIDS, biasanya ditandai dengan infeksi oportunistik seperi Kandidiasis pada esofagus, bronki, trakea, dan paru; pneumocysistis pneumonia, cerebral toxoplasmosis dan infeksi Cytomegalovirus (CMV). Selain itu juga ditandai dengan penurunan berat badan yang drastis.

Page 11: Kelompok 11

EPIDEMIOLOGI

• UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.

• Afrika sub-sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.

• Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan Acquired Immune DeficiencySyndrome (AIDS) merupakan permasalahan global. Di dunia terdapat 34 juta orang terinfeksi HIV. Sebanyak 2,5 juta orang terinfeksi tiap tahunnya dansebanyak 1,7 juta orang telah meninggal akibat AIDS. Tren kasus HIV dan AIDSmenurun di kebanyakan negara di dunia tetapi Indonesia termasuk satu dalam 9 negara yang memiliki peningkatan kasus infeksi HIV pada usia 15-49 tahun lebih dari 25 persen (IBCA, 2013)

Page 12: Kelompok 11

KASUS HIV PERTAMA DI INDONESIA

• Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987, terjadi pada orang berkebangsaan Belanda. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan tahun 2011, kasus HIV/AIDS tersebar di 368 (73,9%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Secara signifikan kasus HIV/AIDS terus meningkat.

• Kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun terutama dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam. Hal ini disebabkan sudah semakin baiknya teknologi informasi sehingga pencatatan dan pelaporan kasus HIV/AIDS yang terjadi di masyarakat sudah semakin baik, serta kerjasama yang baik dari pemerintah dan masyarakat sehingga populasi komunitas yang berisiko dapat dijangkau dan diketahui.

Page 13: Kelompok 11

STRUKTUR HIV

• Envelop • gp 120

• gp41

• Enzym• Reverse transcriptase

• Integrase

• Protease

• Inti• P17 (matrix)

• P24 (kapsid)

• P7/P9 (nucleocapsid)

Page 14: Kelompok 11

SIKLUS REPLIKASI

HIV

Page 15: Kelompok 11

TRANSIMISI HIV

• Transmisi SeksualHIV ditemukan di dalam cairan semen, baik sebagai materi yang bebas maupun di dalam sel mononuklear yang terinfeksi. HIV juga ditemukan pada apusan serviks dan cairan vagina.• Transmisi ParenteralTransmisi terjadi secara intravenous, intramuscular, subcutane. Misalnya pada luka tusuk kulit oleh jarum. Saat ini, trauma tusuk kulit pada membran mukosa diberikan pencegahan cART. • Transmisi Ibu-AnakTransmini ini bisa dari ASI ibu, maupun ibu yang mengidap HIV dan melahirkan anak sehingga anaknya terinfeksi HIVFaktor yang berperan pada transmisi ini adalah tingkat rendahnya jumlah sel CD4

Page 16: Kelompok 11

SEL RESEPTOR UTK HIV

• CD4 merupakan reseptor HIV

• Dikenali oleh HIV melalui gp120

• Berfungsi untuk mengikat tetapi tidak cukup untuk masuk dalm sel

• Membutuhkan chemokine reseptor CXCR4 atau CCRs untuk entry

Page 17: Kelompok 11

PATOGENESIS • HIV akan menyerang target utamanya yaitu sel CD4+, secara langsung maupun tidak

langsung

• Secara langsung, sampul HIV akan menghambat fungsi sel T

• Tidak langsung, lapisan luar protein HIV yaitu gp120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang akan menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen

• Setelah HIV menginfeksi seseorang, kemudian terjadi sindrom retroviral akut semacam flu disertai viremia hebat, yang hilang dengan sendirinya setelah 1-3 minggu perubahan antibodi negatif jadi positif,yang terjadi 1-3 bulan setelah infeksi, pada masa ini tidak ditemukan tanda-tanda khusus, pendeita HIV tampak sehat

• Mulai terjadi infeksi asimptomatik, yaitu masa tanpa gejala, dan penurunan sel CD4+ secara bertahap

• Tanpa pengobatan, HIV akan menjadi AIDS

Page 18: Kelompok 11

HIV MASUK KEDALAM TUBUH PADA AWAL INFEKSI

• HIV masuk kedalam host melalui imun sistem yang ada dalam mucosa epithelium

• Terjadi dalam 2 hari pertama infeksi

Page 19: Kelompok 11

• Infeksi menjalar ke seluruh jaringan dalam 3 hari

• Infeksi menyebar ke macrofag jaringan mengaktifkan CD4 sel dalam lymph node

• Masuk dalam peredaran darah

• Masuk kedalam orgam

Page 20: Kelompok 11

SINDROM PULIH IMUN (SPI - IMMUNE RECONSTITUTION SYNDROME = IRIS)

• Sindrom Pulih Imun (SPI) atau Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS) adalah perburukan kondisi klinis sebagai akibat respons inflamasi berlebihan pada saat pemulihanrespons imun setelah pemberian terapi antiretroviral.

• Mekanisme SPI belum diketahui dengan jelas, diperkirakan hal ini merupakan respon imun berlebihan dari pulihnya sistem imun terhadap rangsangan antigen tertentu setelah pemberian ARV

Page 21: Kelompok 11

1. Menunjukkan respons terhadap terapi ARV dengan

a. mendapat terapi ARV

b. penurunan viral load 1 & log kopi2ml (jika tersedia)

2. Perburukan ge$ala klinis infeksi atau timbul reaksi inflamasi yang terkait dengan inisiasi terapi ARV.

3. Gejala klinis tersebut bukan disebabkan oleh :

a. Gejala klinis dari infeksi yang diketahui sebelumnya yang telah berhasil disembuhkanb. Efek samping obat atau toksisitas

c. Kegagalan terapi

d. Ketidakpatuhan menggunakan ARV

INTERNATIONAL NETWORK STUDY OF HIV-ASSOCIATED IRIS MEMBUAT KONSENSUS UNTUK KRITERIA DIAGNOSIS SINDROM PULIH IMUN SEBAGAI BERIKUT :

Page 22: Kelompok 11

FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI TIMBUL IRIS

1. Jumlah sel CD4 yang rendah saat memulai terapi ARV

2. Jumlah virus atau HIV RNA yang tinggi saat memulai terapi ARV

3. Banyak dan beratnya infeksi oportunistik

4. Penurunan jumlah virus/HIV-RNA yang cepat selama terapi

5. Belum pernah mendapat ARV saat diagnosis infeksi oportunisktik

6. Pendeknya rentang waktu antara mulainya terapi infeksi oprtunistik dan mulainya terapi ARV

Page 23: Kelompok 11

WINDOW PERIOD

• Waktu yang menggambarkan masa jeda antara seseorang mulai terinfeksi HIV sampai menunjukkan hasil pemeriksaan darah HIV positif.

• Saat window period ini biarpun seseorang hasil pemeriksaan darahnya negatif tetapi sudah berpotensi untuk menularkan HIV ke orang lain. Lamanya window period ini bisa 2 -6 minggu, bahkan 8 bulan.

• Memahami periode jendela (windows period) padainfeksi HIV sangat penting. Karena pada periode jendela ini, pemeriksaan HIV seperti TesELISA, Tes Western Blot, Tes IFA dan pemeriksaan lain yang mendeteksi antibodi anti HIV,menunjukkan hasil tes negatif. Walaupun begitu, pada periode jendela, di dalam tubuh penderita telah bersemayam virus HIV dan mampu menularkan virus HIV pada orang lain.

Page 24: Kelompok 11
Page 25: Kelompok 11

STADIUM WHO UNTUK PENYAKIT HIV PADA ORANG DEWASA DAN REMAJA

Stadium Klinis 1

• Tanpa gejala (asimtomatis)

• Limfadenopati generalisata persisten

Stadium Klinis 2

• Kehilangan berat badan yang sedang tanpa alasanii (<10% berat badan diperkirakan atau diukur)

• Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang (sinusitis, tonsilitis, ototis media dan faringitis)

• Herpes zoster, Kheilitis angularis, Ulkus di mulut yang berulang, Erupsi papular pruritis, Dermatitis seboroik dan Infeksi jamur di kuku

Page 26: Kelompok 11

Stadium Klinis 3

• Kehilangan berat badan yang parah tanpa alasan (>10% berat badan diperkirakan atau diukur)

• Diare kronis tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan

• Demam berkepanjangan tanpa alasan (di atas 37,5°C, sementara atau terus-menerus, lebih dari 1 bulan)

• Kandidiasis mulut berkepanjangan

• Oral hairy leukoplakia

• Tuberkulosis paruInfeksi bakteri yang berat (mis. pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang atau sendi,meningitis atau bakteremia)

• Stomatitis, gingivitis atau periodontitis nekrotising berulkus yang akut

• Anemia (<8g/dl), neutropenia (<0,5 × 109/l) dan/atau trombositopenia kronis (<50 × 109/l) tanpa alasan

Page 27: Kelompok 11

Stadium Klinis 4

• Sindrom wasting HIV

• Pneumonia Pneumocystis

• Pneumonia bakteri parah yang berulang

• Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, kelamin, atau rektum/anus lebih dari 1 bulan atauviskeral pada tempat apa pun)

• Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)

• Tuberkulosis di luar paru

• Sarkoma Kaposi (KS)

• Infeksi sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain)

• Toksoplasmosis sistem saraf pusat

• Ensefalopati HIV

• Kriptokokosis di luar paru termasuk meningitis

• Infeksi mikobakteri non-TB diseminata

Page 28: Kelompok 11

PENATALAKSANAANPerawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:

1. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat danmencegah kemungkinan terjadi infeksi

2. Menanggulangi infeksi oportunistik atau infeksi lain serta keganasan yangada

3. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan NRTI, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim Reverse Transcriptase dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV

4. Mengatasi dampak psikososial

5. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, danprosedur yang dilakukan oleh tenaga medis

6. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)

Page 29: Kelompok 11

DIAGNOSIS DAN MONITORING LABORATORIUM

Page 30: Kelompok 11

DIAGNOSIS• Test laboratorium menjadi sangat penting karena gejala penyakit sering tidak terditeksi.

• Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan secara sukarela terlebih dahulu dilakukan konseling.

• Prosedur pemeriksaan laboratorium anti-HIV menggunakan strategi 3. ketiga test tersebut menggunakan reagen tes cepat atau dengan metode ELISA.

Page 31: Kelompok 11

• Rapid Test umumnya digunakan untuk mendeteksi dini yang akurat dan mudah digunakan dan dapat dilakukan pada tempat terpencil.

• ELISA (enzyme-link immunosorbent assay) atau EIA (enzyme immunoassay) biasanya menjadi test standart untuk pemeriksaan penyaring terhadap HIV, dengan sensitivitas yang sangat tinggi

• Hasil test EIA dapat juga menimbulkan positif palsu atau negatif palsu.

• Pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil test EIA yang positif ialah Western blot.

Page 32: Kelompok 11

MONITORING• Untuk memantau terapi ARV dilakukan pemeriksaan sel CD4 dan HIV-RNA.

• Jumlah sel CD4 menunjukan tingkat kompetensi imunologik.

Page 33: Kelompok 11

TERAPI ANTIRETROVIRAL

Cara kerja obat antiretroviral ada 4 yaitu :

1. Entry Inhibitor

2. Reverse Transcriptase Inhibitor

3. Integrase Inhibitor

4. Protease Inhibitor

Page 34: Kelompok 11
Page 35: Kelompok 11

ENTRY INHIBITOR• Bekerja dengan mencegah masuknya virus ke dalam sel.

• Ada 2 jenis obat yaitu Enfuvirtide dan Macroviroc

• Enfuvirtide sebagai fusion inhibitor, berikatan dengan gp41, sehingga bentuk envelope virus tidak dapat menyatu dengan sel target

• Maraviroc sebagai CCR-5 co-receptor antagonost, memblok perlekatan virus dengan sel CD4

Page 36: Kelompok 11

REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR

Menghambat virus untuk mengubah kode genetiknya dari RNA menjadi DNA

1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI )

Untuk dapat bekerja , semua obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Contoh : Zidovudine, Stavudine

2. NON –NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NNRTI )

Untuk bekerja NNRTI tidak perlu mengalami fosforilasi. Contoh : Nevirapine, Delavirdine, Efavirenz

Page 37: Kelompok 11

INTEGRASE INHIBITOR• ARV yang paling baru, bekerja memblok kerja enzim integrase yaitu enzim yang

mengkatalisis inkorporasi viral genome ke DNA pejamu.

• Contoh : Raltegravir dan Elvitegravir

Page 38: Kelompok 11

PROTEASE INHIBITOR ( PI )

• Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs aktif HIV- protease.

• HIV-protease sangat penting untuk infektifitas virus dan pelepasan poliprotein virus .Ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim protease sehingga menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak virulen.

• Contoh : Saquinavir, Indinavir, Retonavir, Nelfinavir

Page 39: Kelompok 11
Page 40: Kelompok 11

Tujuan terapi ARV1. Menghentikan progresifitas penyakit HIV dengan menekan viral load

2. Memulihkan sistem immun, dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik 3. Memperbaiki kuailitas hidup4. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

Kegagalan terapi ARV• Tidak patuh minum obat• Efek samping ARV• Toksisitas ARV

TERAPI ANTIRETROVIRAL

Page 41: Kelompok 11

KESIMPULAN

Infeksi HIV menyerang sel CD4 dan pada akhirnya, pada stadium akhir, imunitas tubuh akan mengalamin defisiensi

Page 42: Kelompok 11

DAFTAR PUSTAKA

• Wiradharma D, Rusli I, Wiradharma K, Aspek Imunologi HIV AIDS. Penrbit Universitas Trisakti. 2013

• Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrison’s Manual of Medicine. Mcgraw- Hill; 2012.

• Helbert, M. Flesh and Bones of Immunology Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006.