kelompok 4. manusia pejuang lingkungan(1)
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
1/14
1
Manusia Pejuang Lingkungan
Allah berfirman pada malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. Malaikat berkata: Mengapa engkau akan
menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan menyucikan Engkau. Tuhan Berfirman: Sesunguhnya Aku
Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS Al Baqarah: 30).
Dari firman diatas menunjukkan bahwa malaikat tidak setuju manusia
sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi. Hal ini dikarenakan ada dua alasan
mengapa malaikat terkesan tidak setuju. Pertama, malaikat menganalisis dengan
nalar, terdapat makhluk hidup sebelum manusia eksis dengan perilaku sosialnya
membuat malaikat cemas, yakni membuat kerusakan di muka bumi seperti
menciptakan huru-hara dan saling bunuh, berebut kekuasaan, kekayaan, dan
merusak semua tatanan di bumi. Oleh karena itu, malaikat skeptis, jangan-jangan
makhluk baru itu juga akan memiliki kelakuan yang tidak jauh berbeda. Kedua,
malaikat mendasarkan pada kemampuan berpikir, nalar, logika atau rasio.
Malaikat sudah mampu meramalkan bahwa manusia itu akhirnya akan membuat
kerusakan di bumi.
Allah maha mengetahui, malaikat hanya memandang manusia dari sisi
negatif saja. Malaikat tidak menyadari bahwa dalam diri manusia juga terdapat
sisi positif dengan memiliki watak ramah, bersahabat, berpihak pada alam dan
seisinya. Jika potensi-potensi baik ini bisa diberdayakan, sekalipun jumlahnya
tidak banyak masih ada sekelompok manusia yang berjuang dengan tujuan
menyelamatkan dan melakukan konservasi lingkungan.
Pada firman allah tersebut, munculnya paham-paham pejuang lingkungan.
Tiga paham yang dikategorikan sebagai para pejuang lingkungan itu, yakni paham
biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme. Ketiga paham tersebut sama-sama
memiliki pandangan bahwa manusia sebagai bagian dari alam, bukan sebagai
dunia terpisah, diatas atau bahkan berlawanan. Ketiganya memiliki satu tujuan,
yakni penyelamatan lingkungan. Sekalipun, dalam paham-paham tersebut bukan
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
2/14
2
murni produk komunitas ilmuwan muslim atau tidak muncul dari sumber-sumber
utama umat islam, atau tanpa menggunakan simbol-simbol agama tetapi visi
ketiganya secara substansial benar-benar mengusung ideologi islami, yakni
menyelamatkan lingkungan demi membangun keselarasan kehidupan makhluk
Tuhan.
A. Paham BiosentrismePaham biosentrisme menyatakan bahwa bukan hanya manusia dan
komunitasnya yang pantas mendapatkan pertimbangan moral, melainkan juga
dunia binatang. Biosentrisme mendasarkan perhatian dan perlindungan pada
seluruh spesies, baik mamalia, melata, biota laut maupun unggas.
Paham Biosentrisme memiliki pokok-pokok pandangan sebagai berikut :
1. Alam memiliki nilai pada dirinya sendiri (instrik) lepas darikepentingan manusia
Setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga
pada diri sendiri, tanpa harus dihubungkan pada persoalan bagaimana
hubungan makhluk hidup dengan kebutuhan manusia. Misalnya burung-
burung dihutan, paham biosentrisme tidak berpikiran berapa harga
burung-burung tersebut jika dijual di pasar atau menghitung uang dari
hasil penjualan burung itu akan sebanyak apa untuk memenuhi
kesenangan dan kebutuhan hidup kita.
2. Alam diperlakukan sebagai moral, terlepas bagi manusia iabermanfaat atau tidak, sebab alam adalah komunitas moral
Biosentrisme menganjurkan bahwa kehidupan di alam semesta iniakan dihormati seperti manusia menghormati sistem sosial yang terdapat
dalam kehidupan mereka. Biosentrisme mengajak dan memperluas etika
manusia yang dihubungkan dengan keadaa alam semesta.
Menurut Sony Keraf mengatakan bahwa paham biosentrisme
berpegangan pada pilar-pilar teori sebagai berikut :
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
3/14
3
1. Teori Lingkungan yang Berpusat pada KehidupanTeori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kewajiban moral
terhadap alam bukan hanya menghargai pada diri sendiri saja, tetapi
kepada semua bentuk kehidupan.
Paul Taylor menyatakan bahwa terdapat beberapa pokok pilar
biosentrisme, yaitu sebagai berikut:
a. Manusia dengan makhluk-makhluk hidup lainnya memiliki derajat yangsama. Manusia pada dirinya sendiri tidak lebih unggul daripada makhluk
hidup yang lain.
b. Spesies manusia bersama spesies lain, membangun sistem yang salingbergantung sehingga keberlangsungan dan keberadaan manusia tidak
ditentukan oleh lingkungan fisik saja, tetapi lingkungan biologis juga.
c. Semua organisme merupakan pusat kehidupan yang memiliki dunia dantujuan tersendiri. Ia adalah unik dalam mengejar kepentingannya melalui
caranya sendiri. Inilah yang sering dinyatakan sebagai komunitas moral.
Sebagai subjek moral, manusia bisa menghormati moral alam dengan
beragam cara, seperti kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu yang
merugikan alam dengan segala isinya, kewajiban untuk tidak menghambat
kebebasan organisme lain untuk berkembang sesuai dengan hakikatnya, dan
kesediaan untuk tidak menjebak, memperdaya, atau menjerat binatang liar.
1. Etika BumiBumi dengan segala isinya adalah subjek moral. Oleh karena itu,
bumi bukan objek dan alat yang bisa digunakan sesuka hati sebab bumi
memiliki banyak keterbatasan sama dengan manusia. Dengan demikian,
bumi harus dihargai bernilai pada diri sendiri.
2. Anti SpesiesismePaham biosentrisme ini menolak adanya spesiesisme sebab ia
menganggap bahawa spesies manusia lebih unggul dibandingkan spesies
lainnya bahwa manusia dengan spesies lainnya memiliki sisi yang tidak
sama, terutama dari sisi biologi maupun kemampuan menciptakan
kebudayaan-kebudayaan. Saat menemukan perbedaan antara manusia
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
4/14
4
dengan makhluk hidup yang lain harus mengandung prinsip moral
perlakuan yang sama, yakni sikap yang membela kepentingan dan
kelangsungan hidup semua spesies di bumi, sebab masing-masing
memiliki hak hidup yang sama.
Paham biosentrisme belum diketahui dengan baik, sosialisasi
biosentrisme harus dilakukan sebagai upaya menciptakan para pejuang
lingkungan. Hingga mereka meyakini paham biosentrisme dan merasakan
penghormatan moral atas alam sesungguhnya adalah tindakan yang paling
beradab dan bermoral yang dilakukan oleh manusia atas makhluk hidup lain.
B. Paham Ekosentrisme (The Deep Ecology): MemperjuangkanKeseimbangan
Sebagai paham yang peduli terhadap lingkungan, kemunculan
ekosentrisme tidak lepas dari dua latar belakang. Kemunculan paham ini
merupakan tanggapan atas pandangan filsafat antroposentrisme yang terbukti
tidak bijak mengatur hubungan manusia dengan alam. Gerakan penyelamatan
lingkungan yang menjadikan ekosentrisme sebagai landasan gerakan,
merupakan cara hidup orang-orang primitif seluruh dunia. Ini merupakan
salah satu gerakan dari the deep ecology. Membicarakan the deep ecology
sama dengan mengkaji filsafat ekosentrisme.
The deep ecology sebagai sebuah gerakan adalah antithesis dari
paradigma antroposentrisme yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Komponen-komponen Pertumbuhan dan Paradigma Lingkungan
NoParadigma Dominan Sosial
(Pendukung Antroposentrisme)Paradigma The Deep Ecology
1.
2.
3.
4.
Dominan melawan alam
Lingkungan alam sebagai sumber
Tujuan material/ pertumbuhan
ekonomi
Cadangan banyak/ bahan pengganti
Harmonis dengan alam
Nilai-nilai di alam/ Biosfer yang
tidak memihak
Tujuan nonmaterial /
keberlanjutan ekologis
Cadangan terbatas
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
5/14
5
5.
6.
7.
8.
yang sempurna
Teknologi tinggi/ penyelesaian
ilmu pengetahuan
Konsumerisme
Tersentral/ skala besar
Otoriter/ struktur yang memaksa
Penyelesaian teknologi yang
sesuai
Kebutuhan dasar/ daur ulang
Desentralisasi/ skala kecil
Partisipatoris/ system yang
demokratis
Pengembangan biosentrisme tidak hanya berhenti pada dunia tumbuh-
tumbuhan atau binatang, tetapi diperluas dengan memberikan cakupan
komunitas ekologis secara keseluruhan. Karenanya, banyak kalangan
menyatakan bahwa ekosentrisme adalah paham lingkungan yang holistic.
Makhluk hidup dengan benda-benda abiotis memiliki hubungan saling terkait.
Tanggung jawab moral berlaku bagi semua realita ekologis.
Deep ecology, sebagai bagian ekosentrisme adalah etika yang berpusat
pada makhluk hidup secara keseluruhan dalam kaitan memberikan
penghormatan terhadap semua spesies. Ekosentrisme memandang hubungan
antara alam dan kehidupan sosial dengan pokok-pokok gagasan sebagai
berikut:
1. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi sesuatu yang lain. Iatidak hanya melihat spesies manusia saja, tetapi juga memandang spesies
lain.
2. Pandangan tentang lingkungan harus bersifat praktis. Artinya, etika inimenuntut suatu pemahaman baru tentang relasi yang etis dalam alam
semesta (terutama antara manusia dengan makhluk yang lain) disertai
prinsip-prinsip yang bisa diterjemahkan dalam gerakan lingkungan.
Adapun di bawah ini prinsip-prinsip gerakan the deep ecology diantaranya:
1. Kesejahteraan dan kemajuan kehidupan manusia dan nonmanusia di bumimemiliki nilai dalam diri mereka.
2. Kekayaan dan keragaman bentuk-bentuk hidup memberikan sumbanganpada realisasi nilai-nilai ekologis dan juga nilai-nilai dalam diri mereka.
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
6/14
6
3. Kebudayaan dan kesejahteraan manusia adalah berbanding lurus denganpenurunan kualitas dari populasi. Akibatnya, kesejahteraan kehidupan
nonmanusia turun pula.
4. Campur tangan manusia atas dunia nonmanusia terlalu banyak dan situasiini dengan cepat mengarah kepada kualitas lingkungan yang semakin
buruk.
5. Oleh karena itu, kebijakan harus diubah. Kebijakan harus menyentuhstruktur ideology, ekonomi dan dasar-dasar teknologi.
6. Perubahan ideology adalah penting guna mengapresiasikan kualitas hiduplebih daripada melekat dalam standar hidup yang lebih tinggi. Hal ini
akan berakibat pada kesadaran atas perbedaan besar (big) dan besar
(great), yaitu kemewahan dan keseimbangan lingkungan.
Sony Keraf menyatakan bahwa the deep ecologybisa dijelaskan sebagai
berikut:
1. Teori normative, artinya the deep ecology bisa dikatakan sebagai carapandang normatif yang melihat alam semesta dengan segala isinya pada
dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa pandangan the deep ecology
memiliki keberpihakan pada nilai dan norma yang dimiliki oleh alam dan
lingkungan.
2. Teori kebijakan, yakni cara pandang yang tidak semata-mata diarahkanpada individu tetapi pada setiap kebijakan publik tentang gerakan
lingkungan.
3. Teori gaya hidup, yakni cara pandang dan norma-norma yangdikampanyekan harus memengaruhi setiap orang., kelompok masyarakat
dan seluruh individu sebagai gaya hidup baru. Banyak yang menyatakan
bahwa kerusakan lingkungan terjadi tidak terlepas dari perubahan gaya
hidup manusia.
The deep ecology bertindak dalam dua ranah, yakni ranah praktis dan
ranah filosofis. Bill Deval meletakan komitmen deep ecology dalam tindakan
praktis. Ia mempraktikan hidup dalam tempat tinggal (living in place)
dengan entropi dan gaya hidup mengonsumsi yang sangat sedikit. Sedangkan
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
7/14
7
dalam ranah filosofis, the deep ecology bisa juga disebut sebagai ecosophy
(eikos = rumah tangga, sophy = kearifan). Ecosophy adalah kearifan yang
mengatur kehidupan selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam
arti luas. Bisa disimpulkan bahwa the deep ecology adalah penggabungan
antara pendekatan ekologi sebagai ilmu dengan filsafat sebagai studi
pencarian kearifan.
Pertama, realisasi diri manusia berlangsung dalam komunitas ekologis.
Manusia tidak hanya memiliki hubungan-hubungan dengan manusia saja.
Kedua, realisasi manusia seharusnya memerhatikan dirinya sebagai
ecological self. Dalam artian bahwa manusia harus menyadari, ia akan
berhasil menjadi manusia yang sempurna hanya dalam kesatuan asasi dengan
alam atau melalui interaksi positif manusia dengannya secara keseluruhan dan
dengan bagian lain dari alam.
C. Paham Ekofeminisme: Melawan AndrosentrismeEkofeminisme merupakan tahapan bagian yang tidak lepas dari
perkembangan ideologi feminisme. Definisi ekofeminisme menurut Ariel
Salleh ialah sebagai berikut.
Eco-feminisme adalah pengembangan kini dalam pemkiran
feminisme yang menyatakan bahwa krisis lingkungan global akhir-
akhir ini adalah diramalkan hasil dari kebudayaan patriarkhal
(Salleh, 1988).
Ekofeminisme bukan gerakan atau filsafat feminisme umum, tetapi
feminisme yang membatasi diri khusus fokus kepada isu-isu lingkungan. Cara
berpikir ekofeminisme tidak bisa lepaskan dari karakter para pendukungnya
yang heterogen. Sekalipun pandangan masing-masing masih bisa
dikategorikan sama-sama melihat hubungan antara nasib perempuan dan
alam, titik pijakan antara satu dengan yang lain tidak sama.
Sherry B. Ortner menyatakan bahwa tidak mudah bagi perempuan untuk
memutuskan kedekatannya dengan alam sebab praktis hampir semua
kebudayaan menunjukan bahwa, dibanding dengan laki-laki, perempuan lebih
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
8/14
8
dekat dengan alam. Ada tiga alasan untuk menjelaskan mengapa demikian.
Pertama, fisiologi perempuan lebih terlibat dalam waktu yang lebih lama
dengan spesies kehidupan adalah tubuh perempuan yang merawat masa depan
kemanusiaan. Kedua, tempat perempuan adalah domestik, yakni tempat
bayi-bayi serupa binatang perlahan-lahan ditransformasi menjadi makhluk
kultural. Ketiga, Psikologi perempuan yang dibentuk sesuai dengan fungsi
ibu melalui sosialisasi dirinya sendiri yang condong berpikir konkret,
relasional, dan lebih khusus dibandingkan laki-laki.
Mary Daly lebih menyoroti pada sampah-sampah dari budaya
patriarki. Sebelum tegaknya budaya patriarki, tatanan awal yang ada adalah
matriarki, dimana perempuan mengendalikan diri sendiri. Budaya patriarki
tidak hanya menolak alam, tetapi juga merusak hal-hal yang bersifat alamiah.
Sementara itu, Susan Grifin menyatakan bahwa dibanding laki-laki,
perempuan mempunyai cara khusus untuk mengetahui dan melihat realitas,
sebab perempuan memiliki modal pengalaman hubungan antara dirinya
dengan alam. Dunia perempuan cenderung bersifat subjektif, penuh gairah,
dan bertubuh, sedangkan dunia laki-laki bersifat datar, objektif, dan tidak
bertubuh.
Starhawk menjelaskan paham feminisme dalam kerangka spiritual.
Sebagai seorang penganut spiritual tertentu, ia tidak mau menyalahkan
semata-mata pada laki-laki sebagai biang kerok dari persoalan kerusakan
lingkungan. Ia sangat ingin mendekatkan antara alam dengan perempuan,
bahkan dinyatakan bahwa alam dan perempuan adalah menyatu.
Ekofeminisme menjadi semakin populer tidak lepas dari kenyataan
bahwa dampak kerusakan lingkungan lebih banyak diterima dan dirasakan
oleh kaum laki-laki, alam lebih dekat kepada perempuan. Dalam kenyataan,
berhubungan kegiatan-kegiatan melakukan penyelamatan dan konservasi
lingkungan, tidak jarang kaum perempuan sebagai pelopor atau sebagai pionir
yang berdiri pada barisan terdepan. Ekofeminisme tidak lepas dari adanya
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
9/14
9
ketidakadilan di masyarakat yang diterima oleh perempuan. Ketidakadilan
yang diterima oleh perempuan pertama-tama berangkat dari pengertian
ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia atas non-manusia (alam) oleh
karena perempuan dikaitkan dengan alam, secara konseptual, linguistik,
maupun simbolik sesungguhnya terdapat keterkaitan antara isu feminisme
dengan isu ekologis.
Cikal bakal ekosentrisme adalah bentuk penggabungan antara ekologi
(ilmu lingkungan) dengan filsafat, ekofeminisme merupakan produk
penggabungan antara feminisme dengan ekologi. Kedua pandangan tersebut
memungkinkan untuk disatukan sebab memiliki visi sama dalam melihat
mesyarakat dan lingkungan yang sama-sama sedang mengalami krisis.
Baik feminisme maupun ekologi memiliki satu visi yakni hendak
membangun pandangan dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan pada
model dominasi jika ekologi memperlakukan baik makhluk hidup maupun
yang tidak hidup sama dan sederajat, sama halnya dengan itu, feminisme pun
memperjuangkan relasi sosial atau hubungan kesetaraan antara laki-laki
dengan perempuan. Baik laki-laki atau perempuan tidak ada yang berposisi
dominan maupun subordinan.
D. Arti Penting Gerakan Politik dalam Perjuangan LingkunganDalam pembahasan terakhir ini dijelaskan mengenai pentingnya
mambahas dimensi-dimensi politik yang idealnya turut mewarnai perjuangan
lingkungan. Dimensi-dimensi politik ini memiliki relevansi erat dengan
kajian the deep ecology.
Dari pembahasan the deep ecology, persoalan lingkungan otomatis
persoalan kebijakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persoalan
lingkungan termasuk juga persoalan politik. Dalam hal ini, membicarakan
politik sama dengan membicarakan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority). Jika membicarakan keduanya akan sangat terkait erat dengan apa
yang dimaksud kebijakan (policy).
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
10/14
10
Charles F. Andrain menyatakan bahwa kekuasaan didefinisikan sebagai
penggunaan sejumlah sumber daya (aset, kemampuan) untuk memperoleh
kepatuhan (tingkah laku menyesuaikan) dari pihak lain.
Tipe-tipe Sumber Daya Politik:
No. Tipe Sumber Daya Contoh Sumber Daya
1. Fisik Senjata: senapan, rudal, dan bom
2. Ekonomi Kekayaan, pendapatan, barang dan jasa,
sumber daya, dan alam
3. Normatif Moralitas, kebenaran, tradisi religius,
legitimasi, kewenangan
4. Personal Karisma pribadi, daya tarik, kepribadian,
popularitas
5. Keahlian Informasi, pengetahuan, IQ, keahlian teknis
Jika melihat pada sumber daya ekonomi yang dimaksudkan adalah
penguasaan: kekayaan, pendapatan, barang, jasa, dan sumber daya alam lain.
Siapapun mampu menguasai atau memiliki kewenangan mengatur sumber
daya alam, ia akan memiliki kekuasaan yang lebih. Dari batasan kekuasaan
tersebut, sebenarnya tampak jelas bagi kita bahwa ada pertautan politik antara
politik dengan lingkungan.
Kekayaan diciptakan untuk melayani kekuasaan dan meningkatkan
kekayaan itu selaras dengan tujuan meningkatkan kekuasaan. Ini berarti
hampir tidak bisa dibedakan antara kekuasaan dengan kekayaan (Smelser,
1987:14, Green & Soetrisno, 1994:32). Kaum merkantilis menyebutkan
bahwa kekayaan suatu negara diukur dengan jumlah uang yang dimiliki. Oleh
karena itu, negara-negara yang kaya akan diukur dari seberapa banyak
mereka mengakumulasi kekayaan. Demi kepentingan ini sah saja jika suatu
negara menjajah dan mengekspansi wilayah atau negara lain.
Dari hal diatas dapat terlihat bahwa ada hubungan kuat antara sumber
daya alam dengan politik suatu negara. Ketika sumber daya dikuasai dan
dikontrol oleh negara, berarti persoalan sumber daya telah masuk dalam
wilayah politik.
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
11/14
11
Persoalan politik disini adalah persoalan lingkungan, perjuangan dan
perdebatan tentang lingkunngan menjadi masalah atau tidak sangat
bergantung dari bentuk interaksi antara kekuatan politik dengan momen
historis tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Membicarakan persoalan lingkungan bukanlah sekedar persoalan
tertentu, sebab akan berkembang sebagai isu politik karena hasil interaksi
antara ilmu pengetahuan, teknis, kondisi psikologis, dan kondisi ekonomi
masyarakat. (George Junus Aditjondro, 2003: 158).
Perjuangan politik selalu dikaitkan oleh kemunculan dan perkembangan
ideologi politik hijau. Politik hijau adalah ideologi penyelamat lingkungan
dimana kedudukannya bisa disejajarkan dengan ideologi-ideologi besar lain
seperti komunisme maupun kapitalisme. Hal yang paling spesifik tentang
politik hijau adalah meletakan pencapaian perjuangan politik dengan
mengangkat isu-isu penyelamatan lingkungan dibandingkan isu-isu lainnya.
Partai politik nasional yang pertama, bernama values party dibentuk di
Selandia Baru tahun 1972.
Partai hijau di Inggris dibentuk pada tahun berikutnya. Di inggris partai
ini pada awalnya bernama PEOPLE, yang kemudian diganti nama menjadi
Ecological Party dan akhirnya tahun 1985 berubah menjadi Green Party.
Diantara partai-partai hijau yang berhasil memenangkan pemilu adalah Partai
Hijau Jerman, yang didirikan pada tahun 1981. Sekalipun belum menjadi
partai dominan sesungguhnya terdapat jasa yang diberikannya terutama
mendesak pesoalan lingkungan menjadi agenda global. Demikian yang
dinyatakan oleh Ian Adams dalam buku Ideologi Politik Mutakhir (Ian
Adams, 1993: 409-411).
E. Kasus di IndonesiaMasih menggunakan pengertian the deep ecology, realitas menunjukan
pada kita bahwa dalam memperjuangkan lingkungan rata-rata partai politik
masih dalam tataran wacana saja. Bukti menunjukan, sekalipun persoalan
lingkungan sesekali dilontarkan mereka kemudian menjadi isu publik, akan
tetapi itu baru sebatas instrumen demi mencari simpati.
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
12/14
12
Emil Salim dan Nabiel Makarim, kedua-duanya mantan Menteri Negara
Lingkungan Hidup suatu hari pernah menyesalkan, sekalipun telah dua kali
mengadakan pemilu yang demokratis (1999 dan 2004), namun tidak banyak
partai politik yang mengusung isu lingkungan sebagai tujuan perjuangan.
Terjadinya keadaan ini sebenarnya tidak lepas dari dua persoalan.
Pertama, kebanyakan partai politik kita masih berorientasi pada kekuasaan
semata. Kedua, hampir setiap perubahan kondisi lingkungan mau tidak mau
menghadirkan konflik dan konsekuensi. Konflik dalam bidang lingkungan
terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:
a. Perbedaan pengetahuan dan pemahaman tentang rusak tidaknya suatulingkungan.
b. Perbedaan nilai tentang pemanfaatan lingkungan.c. Perbedaan kepentingan yang disebabkan oleh ketidaksamaan
posisi/jabatan.
d. Pesoalan pribadi, latar belakang sejarah, dan motivasi balas dendam(Bruce Mitchell dkk, 2002:23)
Berdasarkan faktor-faktor ini, memperjuangkan isu lingkungan pada
dasarnya mau tidak mau harus siap bertentangan dengan kekuatan politik
yang mengharuskan terjadinya konflik. Kalaupun terjadi konflik, kebanyakan
demi mengejar kekuasaan, tidak terkait dengan penyelamatan lingkungan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sementara ini sangat
mustahil mengharapkan partai-partai politik menjadi inisiator perjuangan
diskursus lingkungan. Terlebih, memang belum ada partai politik di Indonesia
yang benar-benar mengusung ideiologi hjau. Bila melihat keadaan ini,
dibandingkan melewati jalur partai politik, perjuangan lingkungan akan lebih
bagus dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan potensial yang tumbuh dari
masyarakat. Alternatif ini bisa dipilih sebab hampir semua persoalan
lingkungan, masyarakat sekitar pasti menjadi korban langsung.
George Junus Aditjondro menyatakan bahwa perjuangan lingkungan bisa
dilakukan dengan memberdayakan keterkaitan (linkages) komponen-
komponen gerakan lingkungan strategis yang ada di masyarakat. Komponen-
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
13/14
13
komponen lingkungan bisa diperinci sebagai berikut: pertama, penyelamatan
lingkungan publik (Public Environmentalist), yaitu warga sekitar lokasi
kerusakan lingkungan yang berkepentingan penyelamatan lingkungan dengan
menggunakan sikap dan tindakan mereka.
Kedua, penyelamat lingkungan terorganisasi (organized
environmentalist), yaitu kelompok yang bergerak melalui organisasi-
organisasi yang khusus didirikan untuk mengartikulasi isu-isu lingkungan.
Ketiga, organisasi gerak lingkungan institusional (Institutional Environmental
Movement organization), yakni mereka yang bergerak melalui birokrasi-
birokrasi resmi yang memiliki kewenangan dan kepedulian atas masalah-
masalah lingkungan.
Sebagai bentuk gerakan lingkungan, penolakan warga Porsea, Toba
Samosir, Sumatera Utara atas beroperasinya PT Inti Indorayon Utama
merupakan wujud nyatanya. Gerakan perlawanan ini lebih banyak
mengedepankan aktivitas organisatoris berupa aksi-aksi demostrasi di
lapangan, lobi-lobi dengan para pejabat negara maupun informasi dan opini
ke berbagai kalangan.
Sejak era orde baru sampai era Megawati Soekarno Putri, pemerintah
sempat melakukan buka tutup pabrik. Kebijakan ini dilakukan karena
menghadapi tekanan dari aktivis-aktivis gerakan lingkungan. Hanya saja kini
gerakan lingkungan politik ini belum menunjukan keberhasilan, sekalipun
perjuangan untuk menutup PT Indorayon yang telah berjalan selama 14
tahun.
Sama halnya dengan kasus Indorayon, ketegangan pun pernah terjadi
antara Walhi dengan PT NMR (Newmont Minahasa Raya) dan lambatnya
pemerintah menangani persoalan sosial semburan lumpur panas PT Lapindo
di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Dalam persoalan ganti rugi PT Lapindo Brantas atas kelalaian mereka
melakukan ekplorasi, hingga lumpur panas menyembur dan memaksa ribuan
manusia hengkang dari tanah kelahirannya. Banyak terjadi benturan antara
PT Lapindo, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan waraga korban lumpur
-
7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)
14/14
14
dalam menangani persoalan ini. Demonstrasi mereka pun telah sampai
kepada Presiden dan Wakil Presiden, tetapi pemerintah pun tidak bisa
menembus barikade korporasi yang menjadi salah satu anak perusahaan
Bakrie tersebut. Ketika perjuangan menuntut hak dan perjuangan lingkungan
mulai memanas, pihak PT Lapindo cerdik memainkan trik dengan
memberikan janji-janji tertentu yang sebenarnya bertujuan untuk mengelabui
korban.
Dari berbagai kasus tersebut, menunjukan bahwa menyelamatkan
lingkungan dengan memberdayakan kekuatan-kekuatan politik bukanlah
pekerjaan yang mudah.
Jeff Haynes dalam Demokrasi & Mayarakat Sipil di Dunia ke-3
(YOI,2000) menegaskan bahwa kelompok aksi adalah mereka yang berjuang
tidak terlembaga, tidak mempunyai kekuasaan (miskin, perempuan, kaum
muda, dan minoritas etnis/ agama tertentu). Secara lebih rinci kelompok aksi
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Tujuan untuk menggerak penduduk setempat guna mempertahankanlingkungan setempat terhadap kepentingan pihak luar.
b. Berbasis di wilayah pedesaan.c. Perempuan merupakan inti keanggotaan.d. Sementara itu, beberapa kelompok memiliki focus pelestarian yang
sempit, banyak kelompok lain memiliki kepentingan sosial, ekonomi,
politik yang luas.
e. Mungkin sekali berhasi mencapai keberhasilan dalam tujuannya jikamereka dapat menggunakan salurasn demonstrasi dan hukum.
f. Ada gunanya untuk mencatat sekutu mereka di luar negeri yang penting.g. Seringkali tidak memperoleh kemenangan alam perjuangannya atau
kegagalan lebih besar dibandingan keberhasilannya.
Dalam hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya, karena persoalan
lingkungan mengarah menjadi persoalan politik, sangat dibutuhkan
keberanian dari siapa pun kelompok pro lingkungan untuk mengambil
keputusan semacam ini.