kelompok 4. manusia pejuang lingkungan(1)

Upload: farida-aryani

Post on 10-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    1/14

    1

    Manusia Pejuang Lingkungan

    Allah berfirman pada malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan

    seorang khalifah di muka bumi. Malaikat berkata: Mengapa engkau akan

    menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membat kerusakan

    padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

    memuji Engkau dan menyucikan Engkau. Tuhan Berfirman: Sesunguhnya Aku

    Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS Al Baqarah: 30).

    Dari firman diatas menunjukkan bahwa malaikat tidak setuju manusia

    sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi. Hal ini dikarenakan ada dua alasan

    mengapa malaikat terkesan tidak setuju. Pertama, malaikat menganalisis dengan

    nalar, terdapat makhluk hidup sebelum manusia eksis dengan perilaku sosialnya

    membuat malaikat cemas, yakni membuat kerusakan di muka bumi seperti

    menciptakan huru-hara dan saling bunuh, berebut kekuasaan, kekayaan, dan

    merusak semua tatanan di bumi. Oleh karena itu, malaikat skeptis, jangan-jangan

    makhluk baru itu juga akan memiliki kelakuan yang tidak jauh berbeda. Kedua,

    malaikat mendasarkan pada kemampuan berpikir, nalar, logika atau rasio.

    Malaikat sudah mampu meramalkan bahwa manusia itu akhirnya akan membuat

    kerusakan di bumi.

    Allah maha mengetahui, malaikat hanya memandang manusia dari sisi

    negatif saja. Malaikat tidak menyadari bahwa dalam diri manusia juga terdapat

    sisi positif dengan memiliki watak ramah, bersahabat, berpihak pada alam dan

    seisinya. Jika potensi-potensi baik ini bisa diberdayakan, sekalipun jumlahnya

    tidak banyak masih ada sekelompok manusia yang berjuang dengan tujuan

    menyelamatkan dan melakukan konservasi lingkungan.

    Pada firman allah tersebut, munculnya paham-paham pejuang lingkungan.

    Tiga paham yang dikategorikan sebagai para pejuang lingkungan itu, yakni paham

    biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme. Ketiga paham tersebut sama-sama

    memiliki pandangan bahwa manusia sebagai bagian dari alam, bukan sebagai

    dunia terpisah, diatas atau bahkan berlawanan. Ketiganya memiliki satu tujuan,

    yakni penyelamatan lingkungan. Sekalipun, dalam paham-paham tersebut bukan

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    2/14

    2

    murni produk komunitas ilmuwan muslim atau tidak muncul dari sumber-sumber

    utama umat islam, atau tanpa menggunakan simbol-simbol agama tetapi visi

    ketiganya secara substansial benar-benar mengusung ideologi islami, yakni

    menyelamatkan lingkungan demi membangun keselarasan kehidupan makhluk

    Tuhan.

    A. Paham BiosentrismePaham biosentrisme menyatakan bahwa bukan hanya manusia dan

    komunitasnya yang pantas mendapatkan pertimbangan moral, melainkan juga

    dunia binatang. Biosentrisme mendasarkan perhatian dan perlindungan pada

    seluruh spesies, baik mamalia, melata, biota laut maupun unggas.

    Paham Biosentrisme memiliki pokok-pokok pandangan sebagai berikut :

    1. Alam memiliki nilai pada dirinya sendiri (instrik) lepas darikepentingan manusia

    Setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan berharga

    pada diri sendiri, tanpa harus dihubungkan pada persoalan bagaimana

    hubungan makhluk hidup dengan kebutuhan manusia. Misalnya burung-

    burung dihutan, paham biosentrisme tidak berpikiran berapa harga

    burung-burung tersebut jika dijual di pasar atau menghitung uang dari

    hasil penjualan burung itu akan sebanyak apa untuk memenuhi

    kesenangan dan kebutuhan hidup kita.

    2. Alam diperlakukan sebagai moral, terlepas bagi manusia iabermanfaat atau tidak, sebab alam adalah komunitas moral

    Biosentrisme menganjurkan bahwa kehidupan di alam semesta iniakan dihormati seperti manusia menghormati sistem sosial yang terdapat

    dalam kehidupan mereka. Biosentrisme mengajak dan memperluas etika

    manusia yang dihubungkan dengan keadaa alam semesta.

    Menurut Sony Keraf mengatakan bahwa paham biosentrisme

    berpegangan pada pilar-pilar teori sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    3/14

    3

    1. Teori Lingkungan yang Berpusat pada KehidupanTeori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kewajiban moral

    terhadap alam bukan hanya menghargai pada diri sendiri saja, tetapi

    kepada semua bentuk kehidupan.

    Paul Taylor menyatakan bahwa terdapat beberapa pokok pilar

    biosentrisme, yaitu sebagai berikut:

    a. Manusia dengan makhluk-makhluk hidup lainnya memiliki derajat yangsama. Manusia pada dirinya sendiri tidak lebih unggul daripada makhluk

    hidup yang lain.

    b. Spesies manusia bersama spesies lain, membangun sistem yang salingbergantung sehingga keberlangsungan dan keberadaan manusia tidak

    ditentukan oleh lingkungan fisik saja, tetapi lingkungan biologis juga.

    c. Semua organisme merupakan pusat kehidupan yang memiliki dunia dantujuan tersendiri. Ia adalah unik dalam mengejar kepentingannya melalui

    caranya sendiri. Inilah yang sering dinyatakan sebagai komunitas moral.

    Sebagai subjek moral, manusia bisa menghormati moral alam dengan

    beragam cara, seperti kewajiban untuk tidak melakukan sesuatu yang

    merugikan alam dengan segala isinya, kewajiban untuk tidak menghambat

    kebebasan organisme lain untuk berkembang sesuai dengan hakikatnya, dan

    kesediaan untuk tidak menjebak, memperdaya, atau menjerat binatang liar.

    1. Etika BumiBumi dengan segala isinya adalah subjek moral. Oleh karena itu,

    bumi bukan objek dan alat yang bisa digunakan sesuka hati sebab bumi

    memiliki banyak keterbatasan sama dengan manusia. Dengan demikian,

    bumi harus dihargai bernilai pada diri sendiri.

    2. Anti SpesiesismePaham biosentrisme ini menolak adanya spesiesisme sebab ia

    menganggap bahawa spesies manusia lebih unggul dibandingkan spesies

    lainnya bahwa manusia dengan spesies lainnya memiliki sisi yang tidak

    sama, terutama dari sisi biologi maupun kemampuan menciptakan

    kebudayaan-kebudayaan. Saat menemukan perbedaan antara manusia

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    4/14

    4

    dengan makhluk hidup yang lain harus mengandung prinsip moral

    perlakuan yang sama, yakni sikap yang membela kepentingan dan

    kelangsungan hidup semua spesies di bumi, sebab masing-masing

    memiliki hak hidup yang sama.

    Paham biosentrisme belum diketahui dengan baik, sosialisasi

    biosentrisme harus dilakukan sebagai upaya menciptakan para pejuang

    lingkungan. Hingga mereka meyakini paham biosentrisme dan merasakan

    penghormatan moral atas alam sesungguhnya adalah tindakan yang paling

    beradab dan bermoral yang dilakukan oleh manusia atas makhluk hidup lain.

    B. Paham Ekosentrisme (The Deep Ecology): MemperjuangkanKeseimbangan

    Sebagai paham yang peduli terhadap lingkungan, kemunculan

    ekosentrisme tidak lepas dari dua latar belakang. Kemunculan paham ini

    merupakan tanggapan atas pandangan filsafat antroposentrisme yang terbukti

    tidak bijak mengatur hubungan manusia dengan alam. Gerakan penyelamatan

    lingkungan yang menjadikan ekosentrisme sebagai landasan gerakan,

    merupakan cara hidup orang-orang primitif seluruh dunia. Ini merupakan

    salah satu gerakan dari the deep ecology. Membicarakan the deep ecology

    sama dengan mengkaji filsafat ekosentrisme.

    The deep ecology sebagai sebuah gerakan adalah antithesis dari

    paradigma antroposentrisme yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

    Komponen-komponen Pertumbuhan dan Paradigma Lingkungan

    NoParadigma Dominan Sosial

    (Pendukung Antroposentrisme)Paradigma The Deep Ecology

    1.

    2.

    3.

    4.

    Dominan melawan alam

    Lingkungan alam sebagai sumber

    Tujuan material/ pertumbuhan

    ekonomi

    Cadangan banyak/ bahan pengganti

    Harmonis dengan alam

    Nilai-nilai di alam/ Biosfer yang

    tidak memihak

    Tujuan nonmaterial /

    keberlanjutan ekologis

    Cadangan terbatas

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    5/14

    5

    5.

    6.

    7.

    8.

    yang sempurna

    Teknologi tinggi/ penyelesaian

    ilmu pengetahuan

    Konsumerisme

    Tersentral/ skala besar

    Otoriter/ struktur yang memaksa

    Penyelesaian teknologi yang

    sesuai

    Kebutuhan dasar/ daur ulang

    Desentralisasi/ skala kecil

    Partisipatoris/ system yang

    demokratis

    Pengembangan biosentrisme tidak hanya berhenti pada dunia tumbuh-

    tumbuhan atau binatang, tetapi diperluas dengan memberikan cakupan

    komunitas ekologis secara keseluruhan. Karenanya, banyak kalangan

    menyatakan bahwa ekosentrisme adalah paham lingkungan yang holistic.

    Makhluk hidup dengan benda-benda abiotis memiliki hubungan saling terkait.

    Tanggung jawab moral berlaku bagi semua realita ekologis.

    Deep ecology, sebagai bagian ekosentrisme adalah etika yang berpusat

    pada makhluk hidup secara keseluruhan dalam kaitan memberikan

    penghormatan terhadap semua spesies. Ekosentrisme memandang hubungan

    antara alam dan kehidupan sosial dengan pokok-pokok gagasan sebagai

    berikut:

    1. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi sesuatu yang lain. Iatidak hanya melihat spesies manusia saja, tetapi juga memandang spesies

    lain.

    2. Pandangan tentang lingkungan harus bersifat praktis. Artinya, etika inimenuntut suatu pemahaman baru tentang relasi yang etis dalam alam

    semesta (terutama antara manusia dengan makhluk yang lain) disertai

    prinsip-prinsip yang bisa diterjemahkan dalam gerakan lingkungan.

    Adapun di bawah ini prinsip-prinsip gerakan the deep ecology diantaranya:

    1. Kesejahteraan dan kemajuan kehidupan manusia dan nonmanusia di bumimemiliki nilai dalam diri mereka.

    2. Kekayaan dan keragaman bentuk-bentuk hidup memberikan sumbanganpada realisasi nilai-nilai ekologis dan juga nilai-nilai dalam diri mereka.

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    6/14

    6

    3. Kebudayaan dan kesejahteraan manusia adalah berbanding lurus denganpenurunan kualitas dari populasi. Akibatnya, kesejahteraan kehidupan

    nonmanusia turun pula.

    4. Campur tangan manusia atas dunia nonmanusia terlalu banyak dan situasiini dengan cepat mengarah kepada kualitas lingkungan yang semakin

    buruk.

    5. Oleh karena itu, kebijakan harus diubah. Kebijakan harus menyentuhstruktur ideology, ekonomi dan dasar-dasar teknologi.

    6. Perubahan ideology adalah penting guna mengapresiasikan kualitas hiduplebih daripada melekat dalam standar hidup yang lebih tinggi. Hal ini

    akan berakibat pada kesadaran atas perbedaan besar (big) dan besar

    (great), yaitu kemewahan dan keseimbangan lingkungan.

    Sony Keraf menyatakan bahwa the deep ecologybisa dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Teori normative, artinya the deep ecology bisa dikatakan sebagai carapandang normatif yang melihat alam semesta dengan segala isinya pada

    dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa pandangan the deep ecology

    memiliki keberpihakan pada nilai dan norma yang dimiliki oleh alam dan

    lingkungan.

    2. Teori kebijakan, yakni cara pandang yang tidak semata-mata diarahkanpada individu tetapi pada setiap kebijakan publik tentang gerakan

    lingkungan.

    3. Teori gaya hidup, yakni cara pandang dan norma-norma yangdikampanyekan harus memengaruhi setiap orang., kelompok masyarakat

    dan seluruh individu sebagai gaya hidup baru. Banyak yang menyatakan

    bahwa kerusakan lingkungan terjadi tidak terlepas dari perubahan gaya

    hidup manusia.

    The deep ecology bertindak dalam dua ranah, yakni ranah praktis dan

    ranah filosofis. Bill Deval meletakan komitmen deep ecology dalam tindakan

    praktis. Ia mempraktikan hidup dalam tempat tinggal (living in place)

    dengan entropi dan gaya hidup mengonsumsi yang sangat sedikit. Sedangkan

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    7/14

    7

    dalam ranah filosofis, the deep ecology bisa juga disebut sebagai ecosophy

    (eikos = rumah tangga, sophy = kearifan). Ecosophy adalah kearifan yang

    mengatur kehidupan selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam

    arti luas. Bisa disimpulkan bahwa the deep ecology adalah penggabungan

    antara pendekatan ekologi sebagai ilmu dengan filsafat sebagai studi

    pencarian kearifan.

    Pertama, realisasi diri manusia berlangsung dalam komunitas ekologis.

    Manusia tidak hanya memiliki hubungan-hubungan dengan manusia saja.

    Kedua, realisasi manusia seharusnya memerhatikan dirinya sebagai

    ecological self. Dalam artian bahwa manusia harus menyadari, ia akan

    berhasil menjadi manusia yang sempurna hanya dalam kesatuan asasi dengan

    alam atau melalui interaksi positif manusia dengannya secara keseluruhan dan

    dengan bagian lain dari alam.

    C. Paham Ekofeminisme: Melawan AndrosentrismeEkofeminisme merupakan tahapan bagian yang tidak lepas dari

    perkembangan ideologi feminisme. Definisi ekofeminisme menurut Ariel

    Salleh ialah sebagai berikut.

    Eco-feminisme adalah pengembangan kini dalam pemkiran

    feminisme yang menyatakan bahwa krisis lingkungan global akhir-

    akhir ini adalah diramalkan hasil dari kebudayaan patriarkhal

    (Salleh, 1988).

    Ekofeminisme bukan gerakan atau filsafat feminisme umum, tetapi

    feminisme yang membatasi diri khusus fokus kepada isu-isu lingkungan. Cara

    berpikir ekofeminisme tidak bisa lepaskan dari karakter para pendukungnya

    yang heterogen. Sekalipun pandangan masing-masing masih bisa

    dikategorikan sama-sama melihat hubungan antara nasib perempuan dan

    alam, titik pijakan antara satu dengan yang lain tidak sama.

    Sherry B. Ortner menyatakan bahwa tidak mudah bagi perempuan untuk

    memutuskan kedekatannya dengan alam sebab praktis hampir semua

    kebudayaan menunjukan bahwa, dibanding dengan laki-laki, perempuan lebih

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    8/14

    8

    dekat dengan alam. Ada tiga alasan untuk menjelaskan mengapa demikian.

    Pertama, fisiologi perempuan lebih terlibat dalam waktu yang lebih lama

    dengan spesies kehidupan adalah tubuh perempuan yang merawat masa depan

    kemanusiaan. Kedua, tempat perempuan adalah domestik, yakni tempat

    bayi-bayi serupa binatang perlahan-lahan ditransformasi menjadi makhluk

    kultural. Ketiga, Psikologi perempuan yang dibentuk sesuai dengan fungsi

    ibu melalui sosialisasi dirinya sendiri yang condong berpikir konkret,

    relasional, dan lebih khusus dibandingkan laki-laki.

    Mary Daly lebih menyoroti pada sampah-sampah dari budaya

    patriarki. Sebelum tegaknya budaya patriarki, tatanan awal yang ada adalah

    matriarki, dimana perempuan mengendalikan diri sendiri. Budaya patriarki

    tidak hanya menolak alam, tetapi juga merusak hal-hal yang bersifat alamiah.

    Sementara itu, Susan Grifin menyatakan bahwa dibanding laki-laki,

    perempuan mempunyai cara khusus untuk mengetahui dan melihat realitas,

    sebab perempuan memiliki modal pengalaman hubungan antara dirinya

    dengan alam. Dunia perempuan cenderung bersifat subjektif, penuh gairah,

    dan bertubuh, sedangkan dunia laki-laki bersifat datar, objektif, dan tidak

    bertubuh.

    Starhawk menjelaskan paham feminisme dalam kerangka spiritual.

    Sebagai seorang penganut spiritual tertentu, ia tidak mau menyalahkan

    semata-mata pada laki-laki sebagai biang kerok dari persoalan kerusakan

    lingkungan. Ia sangat ingin mendekatkan antara alam dengan perempuan,

    bahkan dinyatakan bahwa alam dan perempuan adalah menyatu.

    Ekofeminisme menjadi semakin populer tidak lepas dari kenyataan

    bahwa dampak kerusakan lingkungan lebih banyak diterima dan dirasakan

    oleh kaum laki-laki, alam lebih dekat kepada perempuan. Dalam kenyataan,

    berhubungan kegiatan-kegiatan melakukan penyelamatan dan konservasi

    lingkungan, tidak jarang kaum perempuan sebagai pelopor atau sebagai pionir

    yang berdiri pada barisan terdepan. Ekofeminisme tidak lepas dari adanya

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    9/14

    9

    ketidakadilan di masyarakat yang diterima oleh perempuan. Ketidakadilan

    yang diterima oleh perempuan pertama-tama berangkat dari pengertian

    ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia atas non-manusia (alam) oleh

    karena perempuan dikaitkan dengan alam, secara konseptual, linguistik,

    maupun simbolik sesungguhnya terdapat keterkaitan antara isu feminisme

    dengan isu ekologis.

    Cikal bakal ekosentrisme adalah bentuk penggabungan antara ekologi

    (ilmu lingkungan) dengan filsafat, ekofeminisme merupakan produk

    penggabungan antara feminisme dengan ekologi. Kedua pandangan tersebut

    memungkinkan untuk disatukan sebab memiliki visi sama dalam melihat

    mesyarakat dan lingkungan yang sama-sama sedang mengalami krisis.

    Baik feminisme maupun ekologi memiliki satu visi yakni hendak

    membangun pandangan dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan pada

    model dominasi jika ekologi memperlakukan baik makhluk hidup maupun

    yang tidak hidup sama dan sederajat, sama halnya dengan itu, feminisme pun

    memperjuangkan relasi sosial atau hubungan kesetaraan antara laki-laki

    dengan perempuan. Baik laki-laki atau perempuan tidak ada yang berposisi

    dominan maupun subordinan.

    D. Arti Penting Gerakan Politik dalam Perjuangan LingkunganDalam pembahasan terakhir ini dijelaskan mengenai pentingnya

    mambahas dimensi-dimensi politik yang idealnya turut mewarnai perjuangan

    lingkungan. Dimensi-dimensi politik ini memiliki relevansi erat dengan

    kajian the deep ecology.

    Dari pembahasan the deep ecology, persoalan lingkungan otomatis

    persoalan kebijakan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persoalan

    lingkungan termasuk juga persoalan politik. Dalam hal ini, membicarakan

    politik sama dengan membicarakan kekuasaan (power) dan kewenangan

    (authority). Jika membicarakan keduanya akan sangat terkait erat dengan apa

    yang dimaksud kebijakan (policy).

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    10/14

    10

    Charles F. Andrain menyatakan bahwa kekuasaan didefinisikan sebagai

    penggunaan sejumlah sumber daya (aset, kemampuan) untuk memperoleh

    kepatuhan (tingkah laku menyesuaikan) dari pihak lain.

    Tipe-tipe Sumber Daya Politik:

    No. Tipe Sumber Daya Contoh Sumber Daya

    1. Fisik Senjata: senapan, rudal, dan bom

    2. Ekonomi Kekayaan, pendapatan, barang dan jasa,

    sumber daya, dan alam

    3. Normatif Moralitas, kebenaran, tradisi religius,

    legitimasi, kewenangan

    4. Personal Karisma pribadi, daya tarik, kepribadian,

    popularitas

    5. Keahlian Informasi, pengetahuan, IQ, keahlian teknis

    Jika melihat pada sumber daya ekonomi yang dimaksudkan adalah

    penguasaan: kekayaan, pendapatan, barang, jasa, dan sumber daya alam lain.

    Siapapun mampu menguasai atau memiliki kewenangan mengatur sumber

    daya alam, ia akan memiliki kekuasaan yang lebih. Dari batasan kekuasaan

    tersebut, sebenarnya tampak jelas bagi kita bahwa ada pertautan politik antara

    politik dengan lingkungan.

    Kekayaan diciptakan untuk melayani kekuasaan dan meningkatkan

    kekayaan itu selaras dengan tujuan meningkatkan kekuasaan. Ini berarti

    hampir tidak bisa dibedakan antara kekuasaan dengan kekayaan (Smelser,

    1987:14, Green & Soetrisno, 1994:32). Kaum merkantilis menyebutkan

    bahwa kekayaan suatu negara diukur dengan jumlah uang yang dimiliki. Oleh

    karena itu, negara-negara yang kaya akan diukur dari seberapa banyak

    mereka mengakumulasi kekayaan. Demi kepentingan ini sah saja jika suatu

    negara menjajah dan mengekspansi wilayah atau negara lain.

    Dari hal diatas dapat terlihat bahwa ada hubungan kuat antara sumber

    daya alam dengan politik suatu negara. Ketika sumber daya dikuasai dan

    dikontrol oleh negara, berarti persoalan sumber daya telah masuk dalam

    wilayah politik.

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    11/14

    11

    Persoalan politik disini adalah persoalan lingkungan, perjuangan dan

    perdebatan tentang lingkunngan menjadi masalah atau tidak sangat

    bergantung dari bentuk interaksi antara kekuatan politik dengan momen

    historis tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

    Membicarakan persoalan lingkungan bukanlah sekedar persoalan

    tertentu, sebab akan berkembang sebagai isu politik karena hasil interaksi

    antara ilmu pengetahuan, teknis, kondisi psikologis, dan kondisi ekonomi

    masyarakat. (George Junus Aditjondro, 2003: 158).

    Perjuangan politik selalu dikaitkan oleh kemunculan dan perkembangan

    ideologi politik hijau. Politik hijau adalah ideologi penyelamat lingkungan

    dimana kedudukannya bisa disejajarkan dengan ideologi-ideologi besar lain

    seperti komunisme maupun kapitalisme. Hal yang paling spesifik tentang

    politik hijau adalah meletakan pencapaian perjuangan politik dengan

    mengangkat isu-isu penyelamatan lingkungan dibandingkan isu-isu lainnya.

    Partai politik nasional yang pertama, bernama values party dibentuk di

    Selandia Baru tahun 1972.

    Partai hijau di Inggris dibentuk pada tahun berikutnya. Di inggris partai

    ini pada awalnya bernama PEOPLE, yang kemudian diganti nama menjadi

    Ecological Party dan akhirnya tahun 1985 berubah menjadi Green Party.

    Diantara partai-partai hijau yang berhasil memenangkan pemilu adalah Partai

    Hijau Jerman, yang didirikan pada tahun 1981. Sekalipun belum menjadi

    partai dominan sesungguhnya terdapat jasa yang diberikannya terutama

    mendesak pesoalan lingkungan menjadi agenda global. Demikian yang

    dinyatakan oleh Ian Adams dalam buku Ideologi Politik Mutakhir (Ian

    Adams, 1993: 409-411).

    E. Kasus di IndonesiaMasih menggunakan pengertian the deep ecology, realitas menunjukan

    pada kita bahwa dalam memperjuangkan lingkungan rata-rata partai politik

    masih dalam tataran wacana saja. Bukti menunjukan, sekalipun persoalan

    lingkungan sesekali dilontarkan mereka kemudian menjadi isu publik, akan

    tetapi itu baru sebatas instrumen demi mencari simpati.

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    12/14

    12

    Emil Salim dan Nabiel Makarim, kedua-duanya mantan Menteri Negara

    Lingkungan Hidup suatu hari pernah menyesalkan, sekalipun telah dua kali

    mengadakan pemilu yang demokratis (1999 dan 2004), namun tidak banyak

    partai politik yang mengusung isu lingkungan sebagai tujuan perjuangan.

    Terjadinya keadaan ini sebenarnya tidak lepas dari dua persoalan.

    Pertama, kebanyakan partai politik kita masih berorientasi pada kekuasaan

    semata. Kedua, hampir setiap perubahan kondisi lingkungan mau tidak mau

    menghadirkan konflik dan konsekuensi. Konflik dalam bidang lingkungan

    terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:

    a. Perbedaan pengetahuan dan pemahaman tentang rusak tidaknya suatulingkungan.

    b. Perbedaan nilai tentang pemanfaatan lingkungan.c. Perbedaan kepentingan yang disebabkan oleh ketidaksamaan

    posisi/jabatan.

    d. Pesoalan pribadi, latar belakang sejarah, dan motivasi balas dendam(Bruce Mitchell dkk, 2002:23)

    Berdasarkan faktor-faktor ini, memperjuangkan isu lingkungan pada

    dasarnya mau tidak mau harus siap bertentangan dengan kekuatan politik

    yang mengharuskan terjadinya konflik. Kalaupun terjadi konflik, kebanyakan

    demi mengejar kekuasaan, tidak terkait dengan penyelamatan lingkungan.

    Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sementara ini sangat

    mustahil mengharapkan partai-partai politik menjadi inisiator perjuangan

    diskursus lingkungan. Terlebih, memang belum ada partai politik di Indonesia

    yang benar-benar mengusung ideiologi hjau. Bila melihat keadaan ini,

    dibandingkan melewati jalur partai politik, perjuangan lingkungan akan lebih

    bagus dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan potensial yang tumbuh dari

    masyarakat. Alternatif ini bisa dipilih sebab hampir semua persoalan

    lingkungan, masyarakat sekitar pasti menjadi korban langsung.

    George Junus Aditjondro menyatakan bahwa perjuangan lingkungan bisa

    dilakukan dengan memberdayakan keterkaitan (linkages) komponen-

    komponen gerakan lingkungan strategis yang ada di masyarakat. Komponen-

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    13/14

    13

    komponen lingkungan bisa diperinci sebagai berikut: pertama, penyelamatan

    lingkungan publik (Public Environmentalist), yaitu warga sekitar lokasi

    kerusakan lingkungan yang berkepentingan penyelamatan lingkungan dengan

    menggunakan sikap dan tindakan mereka.

    Kedua, penyelamat lingkungan terorganisasi (organized

    environmentalist), yaitu kelompok yang bergerak melalui organisasi-

    organisasi yang khusus didirikan untuk mengartikulasi isu-isu lingkungan.

    Ketiga, organisasi gerak lingkungan institusional (Institutional Environmental

    Movement organization), yakni mereka yang bergerak melalui birokrasi-

    birokrasi resmi yang memiliki kewenangan dan kepedulian atas masalah-

    masalah lingkungan.

    Sebagai bentuk gerakan lingkungan, penolakan warga Porsea, Toba

    Samosir, Sumatera Utara atas beroperasinya PT Inti Indorayon Utama

    merupakan wujud nyatanya. Gerakan perlawanan ini lebih banyak

    mengedepankan aktivitas organisatoris berupa aksi-aksi demostrasi di

    lapangan, lobi-lobi dengan para pejabat negara maupun informasi dan opini

    ke berbagai kalangan.

    Sejak era orde baru sampai era Megawati Soekarno Putri, pemerintah

    sempat melakukan buka tutup pabrik. Kebijakan ini dilakukan karena

    menghadapi tekanan dari aktivis-aktivis gerakan lingkungan. Hanya saja kini

    gerakan lingkungan politik ini belum menunjukan keberhasilan, sekalipun

    perjuangan untuk menutup PT Indorayon yang telah berjalan selama 14

    tahun.

    Sama halnya dengan kasus Indorayon, ketegangan pun pernah terjadi

    antara Walhi dengan PT NMR (Newmont Minahasa Raya) dan lambatnya

    pemerintah menangani persoalan sosial semburan lumpur panas PT Lapindo

    di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

    Dalam persoalan ganti rugi PT Lapindo Brantas atas kelalaian mereka

    melakukan ekplorasi, hingga lumpur panas menyembur dan memaksa ribuan

    manusia hengkang dari tanah kelahirannya. Banyak terjadi benturan antara

    PT Lapindo, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan waraga korban lumpur

  • 7/22/2019 Kelompok 4. Manusia Pejuang Lingkungan(1)

    14/14

    14

    dalam menangani persoalan ini. Demonstrasi mereka pun telah sampai

    kepada Presiden dan Wakil Presiden, tetapi pemerintah pun tidak bisa

    menembus barikade korporasi yang menjadi salah satu anak perusahaan

    Bakrie tersebut. Ketika perjuangan menuntut hak dan perjuangan lingkungan

    mulai memanas, pihak PT Lapindo cerdik memainkan trik dengan

    memberikan janji-janji tertentu yang sebenarnya bertujuan untuk mengelabui

    korban.

    Dari berbagai kasus tersebut, menunjukan bahwa menyelamatkan

    lingkungan dengan memberdayakan kekuatan-kekuatan politik bukanlah

    pekerjaan yang mudah.

    Jeff Haynes dalam Demokrasi & Mayarakat Sipil di Dunia ke-3

    (YOI,2000) menegaskan bahwa kelompok aksi adalah mereka yang berjuang

    tidak terlembaga, tidak mempunyai kekuasaan (miskin, perempuan, kaum

    muda, dan minoritas etnis/ agama tertentu). Secara lebih rinci kelompok aksi

    memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

    a. Tujuan untuk menggerak penduduk setempat guna mempertahankanlingkungan setempat terhadap kepentingan pihak luar.

    b. Berbasis di wilayah pedesaan.c. Perempuan merupakan inti keanggotaan.d. Sementara itu, beberapa kelompok memiliki focus pelestarian yang

    sempit, banyak kelompok lain memiliki kepentingan sosial, ekonomi,

    politik yang luas.

    e. Mungkin sekali berhasi mencapai keberhasilan dalam tujuannya jikamereka dapat menggunakan salurasn demonstrasi dan hukum.

    f. Ada gunanya untuk mencatat sekutu mereka di luar negeri yang penting.g. Seringkali tidak memperoleh kemenangan alam perjuangannya atau

    kegagalan lebih besar dibandingan keberhasilannya.

    Dalam hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya, karena persoalan

    lingkungan mengarah menjadi persoalan politik, sangat dibutuhkan

    keberanian dari siapa pun kelompok pro lingkungan untuk mengambil

    keputusan semacam ini.