kemiskinan

8
STUDY FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK MATERI KEMISKINAN DOSEN : Dra.Hj.Sri Haryaningsih,M.si DI SUSUN OLEH : RAMASYAFARDI NIM : E01109068

Upload: ramasyafaradi

Post on 20-Nov-2014

1.972 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berbagi bersama

TRANSCRIPT

Page 1: Kemiskinan

STUDY FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

MATERI

KEMISKINAN

DOSEN : Dra.Hj.Sri Haryaningsih,M.si

DI SUSUN OLEH :

RAMASYAFARDINIM : E01109068

ILMI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Page 2: Kemiskinan

BAB I

PENDAHULUAN

 A.Latar Belakang

Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagaimacam aspek

seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan,pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesiadapat menurun diperlukan dukungan dan kerja

sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.Melihat

kondisi negara Indonesia yang masih memiliki angka kemiskinantinggi, penulis tertarik untuk

mengangkat masalah kemiskinan diIndonesia dan penanggulangannya.

Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan

kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terus-menerus, dan terpadu dengan

menekankan pendekatan hak-hak dasar.

Selama tiga dekade, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi

kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan

pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana

bergulir, pembangunan prasarana, dan pendampingan. Berbagai upaya tersebut telah

berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta pada tahun 1976

menjadi 22,5 juta pada tahun 1996.

Krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 1997 membawa dampak negatif bagi

kehidupan masyarakat. Jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 49,5 juta jiwa

pada 1998, jumlah penganggur terbuka meningkat dari 4,2 juta (4,69%) pada

Agustus 1997 menjadi 6,03 juta (6,36%) pada Agustus 1999, melemahnya kegiatan

ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi

prasarana dan sarana umum, menurunnya ketertiban umum dan ketenteraman

Page 3: Kemiskinan

masyarakat, dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian yang diikuti oleh

terkendalinya harga barang dan jasa, dan meningkatnya pendapatan masyarakat,

maka jumlah penduduk miskin secara bertahap menurun menjadi 37,3 juta jiwa

(17,4% dari jumlah penduduk) pada 2003. Dari jumlah penduduk miskin tersebut,

12,2 juta jiwa di daerah perkotaan dan 25,1 juta jiwa berada di perdesaan. Penurunan

ini merupakan dampak dari hasil transfer pendapatan berbagai program

pembangunan termasuk jaring pengaman sosial yang dirancang khusus untuk

mengatasi dampak negatif krisis.

Belum teratasinya masalah kemiskinan mendorong pemikiran akan perlunya

suatu strategi baru penanggulangan kemiskinan yang lebih menyentuh akar

permasalahan kemiskinan dan lebih terpadu. Pandangan konvensional menyebutkan

kemiskinan sebagai kekurangan modal dan menganggap masyarakat miskin sebagai

obyek yang tidak memiliki informasi dan pilihan sehingga tidak perlu terlibat dalam

pengambilan keputusan kebijakan publik. Implikasi dari pendekatan ini adalah

pemerintah mempunyai peran dominan untuk menyediakan modal dan kebutuhan

dasar masyarakat miskin. Pendekatan ini terbukti kurang optimal dalam memecahkan

masalah kemiskinan bukan hanya disebabkan oleh kesulitan anggaran dan lemahnya

rancangan kebijakan, tetapi juga tidak adanya pengakuan dan penghormatan atas

suara dan hak-hak dasar masyarakat miskin.

Page 4: Kemiskinan

2.permasalahan

Dampak kebijakan publik berdasarkan fokus kritik dan teoritisi dan praktisi di Indonesia.

Selain itu fakta empiris implikasi kebijakan khususnya dalam program penanggulangan

kemiskinan yang belum bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sehingga, kemiskinan di

Indonesia masih terjadi terus menerus dari dulu.

1. Masalah kemiskinan

Upaua penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya program

IDT (Inpres Desa Tertinggal), KUK (Kredit Usaha Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja

Permanen) PKT (Program Kawasan Terpadu), GN-OTA dan program wajib belajar.

2. Masalah Keterbelangkangan

Masalah yang dihadapi adalah rerndahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya

pelayanan kesehatan, kurang terpeliharanya fasilitas umum, rendahnya tingkat disiplin

masyarakat, renddahnya tingkat keterampilan, rendahnya tingkat pendidikan formal,

kurangnya modal, produktivitas kerja, lemahnya manajemen usaha. Untuk mengatasi masalah

ini pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM, pertukranan ahli, transper

teknologi dari Negara maju.

3. Masalah pengangguran dan kesempatan kerja

Masalah pengangguran timbul karena terjadinya ketimpangan antara jumlah angkatan kerja

dan kesempatan kerja yang tersedia. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah melakukan

pelatihan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja memeiliki keahlian sesuai dengan lapangan

kerja yang tersedia, pembukaan investasi baru, terutama yang bersifat padat karya, pemberian

informasi yang cepat mengenai lapangan kerja

4. Masalah kekurangan modal

Kekurangan modal adalah suatu cirri penting setiap Negara yang memulai proses

pembangunan. Kekurangan modal disebabkan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah

yang menyebabkan tabungan dan tingkat pembentukan modal sedikit. Cara mengatasinya

memlaui peningkatan kualitas SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif.

Page 5: Kemiskinan

AGENDA GOVERNANCE

Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak teratasi akan

mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Untuk kasus Indonesia, permasalahan krisis

ekonomi ini telah berlarut-larut dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir. Kondisi demikian ini

tidak boleh dibiarkan berlanjut dan harus segera ada percepatan pemulihan ekonomi. Mengingat

begitu banyak permasalahan ekonomi di Indonesia, perlu dilakukan prioritas-priotitas kebijakan.

Prioritas yang paling mendesak untuk pemulihan ekonomi saat ini adalah;

Agenda Ekonomi Teknis

Otonomi Daerah. Pemerintah dan rakyat Indonesia telah membuat keputusan politik untuk

menjalankan otonomi daerah yang esensinya untuk memberikan keadilan, kepastian dan kewenangan

yang optimal dalam pengelolaan sumber daya daerah guna memungkinkan daerah dapat

mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Agar pelaksanaan otonomi daerah ini berjalan

tanpa gejolak dibutuhkan serangkaian persiapan dalam bentuk strategi, kebijakan program dan

persiapan institusi di tingkat pusat dan daerah.

Kemiskinan dan Ekonomi Rakyat. Pemulihan ekonomi harus betul-betul dirasakan oleh

rakyat kebanyakan. Hal ini praktis menjadi prasarat mutlak untuk membantu penguatan legitimasi

pemerintah, yang pada giliranya merupakan bekal berharga bagi percepatan proses pembaharuan yang

komprehensif menuju Indonesia baru.

Kebijakan publik telah kehilangan muatan universal yang berorientasi pada kemanfaatan bagi

kelangsungan hidup manusia dan masyarakat. Akibatnya, kebijakan publik yang terejawantah dalam

proyek-proyek pembangunan bukan hanya dianggap telah gagal, terutama dalam menghapus

kemiskinan yang semakin luas, tetapi teori pembangunan juga telah mengalami kemacetan, terjebak

dalam metanarasinya sendiri dan gagal dalam memahami ragam nilai (values) yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat. Inilah sesungguhnya akar masalah mengapa saat ini terjadi

pengikisan terhadap keberadaan modal sosial di masyarakat Indonesia