kerangka acuan ksi 2015
TRANSCRIPT
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 1/28
1 | K S I 2 0 1 5
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 2/28
2 | K S I 2 0 1 5
PP R R OO PP OO SS AA LL
K K OONNGGR R EESS SSUUNNGG A AII II NN DD OO NN EE SS II A A 22 00 11 55
"Sungai Sebagai Pusat Peradaban
bagi Kelangsungan Hidup dan Kesejahteraan Bersama"
LATAR BELAKANG
“ ….Kebangkitan peradaban maritim bukan saja d itandai dengan eksisnya
industri kelautan, tetapi juga tumbuh kembangnya kebudayaan dan
kesejahteraan manusia pesisir serta sungai sebagai wilayah penyangga antara
daratan dan lautan…. ”.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan 70%
wilayahnya terdiri dari perairan. Sebagai Negara kepulauan, pulau-
pulau merupakan bagian dari wilayah perairan yang dijalin oleh
sungai-sungai menjadi satu kesatuan entitas Tanah Air.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat sungai berada di ruang depan,
sehingga terpelihara dan diagungkan, sebab sungai adalah kehidupan
yang menjamin kelangsungan dan kesejahteraan hidup. Sriwijaya,
Majapahit, Gowa, Bonne, Ternate-Tidore, Banten dan masih banyak
lagi situs-situs sejarah lebih tua maupun lebih muda, menunjukkan
keterikatan historis bangsa-bangsa Indonesia dengan sungai dan
perairan, kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, industri olahan
rakyat, perdagangan, perhubungan dan permukiman serta lainnya
memastikan keterkaitan tersebut.
Limapuluh tahun terakhir ini terdapat kenyataan memburuknya
kondisi sungai, dan tentu juga perairan di Indonesia. Sungai-sungai
hampir pada keseluruhannya berubah menjadi penampung limbah atau
tempat membuang berbagai-bagai kotoran. Belum lagi dengan
keberadaan banjir dan longsor, sungai juga dituduh dan dipandang
sebagai sumber bencana. Gejala umum menunjukkan hidup keseharian
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 3/28
3 | K S I 2 0 1 5
masyarakat menjadikan sungai sebagai halaman belakang, sehingga
sungai mengalami degradasi dan mengarah kepada proses
penghancuran, tidak lagi diperlakukan sebagai sentrifugal kehidupan
yang harus dirawat dan dilestarikan. Sungai pada keseluruhan
kawasan Daerah Aliran Sungai, Badan Sungai dari hulu, tengah, hilir
sampai dengan muara, dan wilayah pesisir dan perairan dipinggirkan
dari perspektif pembangunan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara.
Sungai, dari hulu menuju hilir adalah keniscayaan alam. Penggundulan
hutan akibat praktek bisnis HPH (hak pengelolaan hutan), perluasan
perkebunan, perluasan lahan pertanian, perluasan lahan permukiman,
perluasan dan pembangunan kawasan industri dan perpabrikan, lahan
layanan kepariwisataan dan sebagainya sampai pertambangan dan
eksploitasi air untuk industri air minum mencitrakan kesemena-
menaan terhadap sungai.
Sungai mengalami defisit air akibat dari siklus hidrologi yang tak
berjalan normal (alamiah), ancaman nyata didepan mata,
ketersediaan sumber air olahan untuk penyediaan air bersih menipis.
Pergeseran paradigma akibat desakan modal juga menambah
permasalahan akses rakyat terhadap air, yang semula air sebagai
public goods berubah menjadi economic goods, sehingga untuk
mendapatkan air sebagai kebutuhan utama hidup harus membeli atau
membayar. Hal tersebut diperparah dengan terabaikannya Tata Ruang
dan Kawasan sebagai sistem kelola serta praktek Penegakan Hukum
yang lemah.
Kerumitan dan keruwetan permasalahan sungai mendesak untuk
dijawab dengan segenap daya upaya dan langkah kerja. Tidak dapat
hanya mengedepankan kepentingan-kepentingan lokal dan sektoral
semata. Penting dan sangat diperlukan kesediaan dan kesanggupan
bersama berbagai pihak dan kalangan dari berbagai disiplin keilmuan,
ragam keahlian teknis maupun lintas kepentingan untuk duduk
bersama, berdialog bertukar pikiran dan pengalaman, menemukan
solusi dan merancang laku kerja bersama. Kongres Sungai Indonesia
digagas dan dirancang dalam kerangka temu bersama tersebut dan
dimaksudkan dapat menyusun rumusan kerja bersama di aras basis,
aras intelektual dan aras regulasi.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 4/28
4 | K S I 2 0 1 5
Lebih lanjut, Kongres Sungai Indonesia dilakukan untuk menegaskan
eksistensi Negara Indonesia sebagai Negara Laut, Negeri Nusantara
sebagai Negeri Air, Manusia Indonesia sebagai Manusia Air, serta
bangsa Indonesia sebagai Bangsa Maritim. Penegasan ini memastikan
spiritualitas rakyat, bangsa dan negara Indonesia, serta memposisikan
sungai sebagai pusat peradaban bagi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan bersama.
N A M A KEGIATAN
Kongres Sungai Indonesia 2015
T E M A“Sungai sebagai Pusat Peradaban bagi Kelangsungan Hidup dan
Kesejahteraan Bersama”
MAKSUD, TUJUAN DAN KELUARAN
1. Maksud :Kongres Sungai Indonesia dimaksudkan untuk ruang temu para pihakguna membahas realitas, mengkonsolidasi pikiran dan menyusunrancang strategis kerja bersama untuk pewujudan sungai sebagai
pusat peradaban bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraanbersama.
2. Tujuan: Mengkaji peta masalah dan tantangan pengelolaan sungai;
Mengkonsolidasikan pengalaman kerja praktik di tingkat basis,konsepsi dan regulasi;
Merumuskan peradaban sungai sebagai sendi dasar kemaritiman;
Membangun jejaring kerja masyarakat sungai indonesia dansistem dukungannya;
Meneguhkan sinergitas kerja rakyat, pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya.
3. Keluaran:
Rumusan konsep dasar, strategi dan rencana aksi;
Maklumat, kesepakatan aksi & jejaring kerja sungai dankelembagaan Kongres Sungai Indonesia;
Rekomendasi pembentukan pusat data dan sistem informasisungai dan perairan;
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 5/28
5 | K S I 2 0 1 5
Rekomendasi pembentukan museum dan balai pembelajaransungai.
Rekomendasi pewujudan Gerakan Kedaulatan Air, Sungai danPerairan bagi Kelangsungan Hidup dan Kesejahteraan Bersama
K E G I A T A N
1. Kegiatan Pendahuluan (PraKongres)
a. Gelar program kegiatan (launching) Kongresb. Penggalangan dukungan penyelenggaraan Kongresc. Pengarus utamaan isu dan penggalangan aspirasi dan inisiatifd. Pengorganisasi dan pendaftaran calon pesertae. Pengundangan pesertaf.
Persiapan teknis pelaksanaan program kegiatan Kongres
2. Kegiatan Utama
a. Pembukaan Kongres Sungai Indonesia oleh Presiden RepublikIndonesia Joko Widodo
b. Persidangan Kongres Sungai Indonesia, mencakup sub-kegiatan :
Kajian Umum ( Studium General) dengan tema “Sungaisebagai Pusat Peradaban bagi Kelangsungan Hidup danKesejahteraan Bersama.”
Sidang Komisi (Isu Tematik)
Sidang Plenoc. Festival Sungai :
Pameran Sungai Indonesia
Gelar Seni dan Budaya: “Ekspresi Sungai”
Banjarnegara Expod. Aksi Hijau, konservasi sungai Serayu dengan penanaman pohon
secara massal diikutiseluruh peserta Kongres Sungai Indonesiadan masyarakat Banjarnegara
e. Prosesi Serayu :
Banjarnegara Banjir Dawet
Prosesi Budaya Serayu Prosesi Parak Iwak
f. Lingkar Diskusi Topikal, berupa tukar pengalaman antarpartisipan sesuai dengan topik dan minat yang sama
g. Penutupan Kongres :
Pidato Kebudayaan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Pembacaan Deklarasi Serayu
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 6/28
6 | K S I 2 0 1 5
3. Kegiatan Akhir (Pelaporan dan Pertanggungjawaban)a. Penyusunan dan penulisan laporan proses dan hasil program
kegiatan Kongresb. Audit kegiatan dan keuangan Kongresc. Laporan dan pertanggungjawaban public
STRATEGI DAN PENDEKATANPenyelenggaraan Kongres Sungai Indonesia ini merupakan kegiatanyang pertama dilakukan dan diharapkan terlembaga serta selanjutnyamenjadi agenda kegiatan nasional. Pada penyelenggaraannya yangpertama kali ini, kegiatan Kongres di inisiasi oleh Pemerintah ProvinsiJawa Tengah bekerjasama dengan Pemerintah KabupatenBanjarnegara yang memiliki agenda tahunan Festival Serayu.
Secara prinsip, penyelenggaraan dan pelaksanaan program kegiatanKongres Sungai Indonesia dilakukan secara GOTONGROYONG dan
bertumpu pada kesediaan, kesanggupan serta kesungguhan parapihak untuk terlibat aktif, saling dukung dan kerja bersama.
1. Strategi Pelibatan Peserta untuk seluruh rangkaian kegiatanKongres Sungai Indonesia 2015 dilakukan dengan pendekatan :
a. Langsung, mengirimkan undangan dan ajakan kerjasamakepada berbagai pihak baik Kementerian terkait di Pemerintahserta para pihak yang peduli dari berbagai elemen pemerintah,non-pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan (BUMN, BUMDmaupun swasta) serta pemerintahan provinsi, pemerintahankabupaten/kota maupun kelembagaan teknis/sektoral terkait.
b. Tidak langsung, melalui Forum dan Jaringan Masyarakat atauOrganisasi Pemerintah dan Non-Pemerintah yang terait denganisu sungai.
2. Strategi dan Metode Pembahasan Tema dan Isu Tematik :
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 7/28
7 | K S I 2 0 1 5
a. Diagram Tema Kongres dan Isu Tematik Kongres SungaiIndonesia :
Pembahasan Tema utama didalami melalui 6 (enam) Isu Tematikdan konteks kewilayahan Indonesia, seluruh Isu Tematik dibahasmelalui pendekatan kewilayahan sebagai berikut : Wilayah 1(Papua & Maluku); Wilayah 2 (Sulawesi); Wilayah 3 (NTT,NTB&Bali); Wilayah 4 (Kalimantan); Wilayah 5 (Jawa); danWilayah 6 (Sumatera).
b. Merancang Alur dan Metode Forum Diskusi yang Efektif danTerstruktur sebagai berikut :
c. Mendorong Inisiatif para pihak yang berkaitan dengan isu
sungai untuk melakukan Diskusi-diskusi Mandiri di berbagai
tempat sesuai dengan 6 (enam) Isu Tematik untuk diperdalamdan dirumuskan menjadi Isu Bersama dalam Kongres Sungai
Indonesia.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 8/28
8 | K S I 2 0 1 5
P E S E R T A
1. Kelompok Peserta Kongres Sungai Indonesiaa. Persidangan Kongres
Peserta Sidang Kongres;
Narasumber Kongres;
Pengamat/Peninjau Kongres (undangan dari negara sahabat,
lembaga internasional, wartawan).
b. Pameran Sungai Indonesia:
Dewan Sumber Daya Air dan lembaga sektoral pengelolaan
sungai dari tingkat nasional, daerah maupun unit teknis dan
kewilayahan; Sektoral terkait Pengendalian Daerah Aliran Sungai dari
tingkat nasional, daerah maupun unit teknis dan kewilayahan;
Sektoral pantai, pesisir dan laut dari tingkat nasional, daerah
maupun unit teknis dan kewilayahan;
Sektoral pemanfaat sungai, air dan perairan dari tingkat
nasional, daerah maupun unit teknis dan kewilayahan;
Organisasi non-pemerintah maupun komunitas masyarakat
peduli sungai, air dan perairan;
Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota; Perusahaan (BUMN, BUMD maupun Swasta);
Lainnya.
c. Gelar Seni dan Budaya: “Ekspresi Sungai”
Komunitas Seni dan Budaya Banjarnegara;
Komunitas Seni dan Budaya kawasan Serayu dan Jawa Tengah;
Komunitas Seni dan Budaya Masyarakat dari berbagai
daerah/provinsi;
Kreator Seni dan Budaya: Bunyi, Swara, Tulis, Gerak, Rupa
dan Multi Media.d. Banjarnegara Expo
Karya dan usaha produktif rakyat Banjarnegara;
Karya dan usaha produktif rakyat daerah lain;
Kuliner.
e. Lingkar Diskusi Topikal
Berdasarkan Minat dan bersifat terbuka.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 9/28
9 | K S I 2 0 1 5
2. Lembaga yang Terlibat dalam Kongres Sungai Indonesia
a. Organisasi Pemerintah;
b.
Perguruan Tinggi;
c. Organisasi Non-Pemerintah;
d. Organisasi Rakyat;
e. Organisasi Profesi, Perusahaan dan Asosiasi Usaha.
PENYELENGGARA
Panitia Kongres Sungai Indonesia, Struktur Organisasi (terlampir )
Lampiran II.
WAKTU DAN LOKASI PENYELENGGARAAN KEGIATAN1. Waktu : 26 – 30 Agustus 2015.
2. Lokasi : Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah.
3. Rancangan Jadwal dan Agenda Kerja Kongres Sungai Indonesia
(terlampir )
P E M B I A Y A A N
Pembiayaan pelaksanaan Kongres Sungai Indonesia 2015 diharapkan
mendapatkan dukungan dari para pihak. Dukungan pembiayaan dapat
diberikan dalam bentuk material kebutuhan kegiatan (in-natura),
paket pembiayaan kegiatan tertentu maupun finansial. Sistem dan
mekanisme hubungan dukungan pembiayaan dapat berupa : kerjasama
program/kegiatan, penautan program kegiatan, donasi kelembagaan
maupun perorangan, sponsor komersial dan lainnya. Prinsip dari setiap
dukungan pembiayaan adalah tidak mengikat dalam pengertian tidak
memaksakan kepentingan dan mempengaruhi proses dan substansi
Kongres Sungai Indonesia 2015.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 10/28
10 | K S I 2 0 1 5
P E N U T U P
Kongres Sungai Indonesia 2015 dengan tema “Sungai sebagai PusatPeradaban bagi Kelangsungan Hidup dan Kesejahteraan Bersama”
adalah upaya konsolidatif segenap elemen masyarakat, bangsa dan
negara untuk menata dan berbenah diri untuk merawat sungai tidak
hanya sebagai sarana hidup manusia namun juga meawat KEHIDUPAN
SUNGAI itu sendiri.
Kongres Sungai Indonesia 2015 di dedikasikan untuk Kebangkitan dan
Kejayaan Poros Maritim Nusantara agar menjamin kehidupan
peradaban manusia.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 11/28
11 | K S I 2 0 1 5
LL A AMMP P I I RR A AN N I I ::
IISSUU TTEEMMAATTIIKK 11 UUNNTTUUKK KKOONNGGRREESS SSUUNNGGAAII IINNDDOONNEESSIIAA
“Satuan Ekologi Sungai Sebagai Daya Dukung Peradaban Bangsa”
Latar Belakang
Sungai pada keseluruhannya adalah habitat hidup dan sumber penghidupan,
luruh dalam kesatuan ekosistem dari unsur hayati, nir-hayati dan manusia.
Namun, sungai tak hanya berarus tenang. Seringkali ia juga bergejolak danmenunjukkan hukum alamnya kala manusia lalai.
Keberadaan sungai tidak terpisahkan dengan gunung, hutan dan daratan lebih
luas lagi sebagai wilayah tangkapan air hujan dan pemasok mata air,
rembesan dan aliran. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan, gunung, lereng
dan perbukitan masyarakat pemangku sungai dan hutan secara tradisional
menerapkan budaya kelola dengan memelihara sistem pewilayahan
tutupan/larangan, lindung, kelola dan budidaya atau serupa dengan itu, serta
memagarinya dengan norma, nilai dan adat-istiadat.
Untuk pengelolaan lahan pertanian sawah yang memerlukan sistem
pengairan, tata kelola air dan sungai diimplementasikan dalam sistem subak
(Bali), ulu-ulu (Jawa Tengah), jagatirta (Jawa Timur), mapag cai (Jawa Barat),
serta mungkin masih banyak lainnya sampai pada tata kelola air bagi kawasan
permukiman, perladangan dan tentu juga perikanan, perhubungan serta
industri dan energi. Tata kelola air dalam keprograman, menyusul hancurnya
sistem tata kelola tradisional, kemudian dikembangkan dengan konsep
keprograman dan dikelola komunitas masyarakat dalam P3A (Perkumpulan
Petani Pemakai Air), P3AT (Perkumpulan Petani Pemakai Air Tanah), Mitra Cai,HIPPA sampai juga perusahaan air minum milik daerah ataupun perusahaan
air minum kemasan.
Degradasi dan ancaman terhadap sungai adalah ancaman terhadap ekologi
dan ekosistem air yang, pada hakekatnya, mewujud sebagai ancaman bagi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama. Tetap memperhatikan
dengan sungguh-sungguh situasi kawasan Daerah Aliran Sungai, Badan Sungai
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 12/28
12 | K S I 2 0 1 5
dari hulu, tengah, hilir sampai muara, serta pantai, laut dan pesisiran dari
sungai-sungai besar seperti Barito, Kapuas, Mahakam, Musi, Batanghari,
Kampar, Brantas, Solo maupun sungai Ajkwa (pembuangan tailing tambang
emas freeport di Papua); masalah yang dihadapi Sungai Citarum, Kali Ciliwung,
Kali Semarang dan Kali Surabaya (Kali Mas) sekurangnya menunjuk betapa
parah dan rumitnya masalah yang dihadapi ekosistem sungai kita.Tak
teringkari bahwa tata kelola sungai memiliki kekhususan baik berkaitan
dengan kawasan hulu dan hilir. Berbicara tentang upaya pelestarian sistim
ekologi sungai adalah berbicara tentang satuan kawasan Daerah Aliran Sungai
(DAS).
Batasan kawasan DAS dan pemahaman DAS yang dipandang sebagai satuansistem hidrologi serta DAS sebagai kesatuan bio-region harus dipahami secara
holistik dan komprehensif oleh semua stakeholders yang terlibat dalam
pengelolaan DAS. Prinsip dasar dari DAS sebagai bio-region dimana adanya
keterkaitan berbagai komponen dalam DAS secara spasial (ruang), fungsional,
dan temporal (waktu). Perubahan salah satu salah satu bagian dari bio-region
akan mempengaruhi bagian lainnya, sehingga dampak dari perubahan bagian
bio-region tidak hanya akan dirasakan oleh kawasan itu sendiri (on site)
namun juga di luar kawasan (off site).
Masalah kelembagaan pengelolaan DAS dan lemahnya kebijakan publik,
khususnya menyangkut lemahnya pertanggung-gugatan (accountability)
pengelolaan DAS dan sumberdaya air yang merupakan sumberdaya publik
sering kali merupakan penyebab utama kegagalan pengelolaan DAS. Selain
itu, pendekatan teknis yang telah dan akan dilakukan belum menggunakan
DAS sebagai unit analisis, tetapi cenderung bersifat parsial, sektoral atau
terkait dengan kewenangan wilayah administratif tertentu.
Menurunnya kualitas sungai berarti, rusak dan rapuhnya satuan ekologi
Daerah Aliran Sungai. Pertanyaan reflektif tentang atas kenyataan yangpantas kita sampaikan untuk memandu mengkaji persoalan tersebut adalah
sebagai berikut ;
Mengapa sungai-sungai makin menyempit dan seperti comberan
(kasus sungai-sungai di Jawa) ?
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 13/28
13 | K S I 2 0 1 5
Mengapa sungai-sungai besar yang mestinya menjadi sumber
kehidupan justru menjadi musibah bagi manusia (kasus sungai-sungai
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua) ?
Adakah manusia dan perabadannya telah lalai bahkan mengabaikan
fungsi sungai ?
Apakah perubahan dan perusakan system ekologi sungai akibat dari
tak terkendalinya eksploitasi sumberdaya alam termasuk sungai?
Tujuan
1. Melakukan Kajian dan Evaluasi secara umum terhadap Sistem Ekologi
Sungai di Indonesia dalam perspektif Keberlanjutan Dayadukung.
2. Mengkaji Efektifitas Aturan dan Perundang-undangan yang
menyangkut kelestarian ekologi sungai.
3. Menginventarisir inisiatif-inisiatif masyarakat dan akademisi dalam
upaya pelestarian ekologi sungai.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 14/28
14 | K S I 2 0 1 5
IISSUU TTEEMMAATTIIKK 22 UUNNTTUUKK KKOONNGGRREESS SSUUNNGGAAII IINNDDOONNEESSIIAA “ Peran Sungai Dalam Mensejahterakan Masyarakat ”
Sungai sangat vital bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang sekitar 70%
wilayahnya terdiri dari perairan, pulau-pulau mewujud sebagai bagian dari
perairan yang dijalin sebagai satu kesatuan oleh sungai-sungai. Jalinan sungai
dapatlah dimaknai sebagai pewujud satu entitas: Tanah-Air. Dalam sejarah
hidup dan penghidupan masyarakat yang diwarnai berbagai olah kreatifitas
budaya dan pengembangan peradaban, sungai berada di ruang depan:
terpelihara dan diagungkan, sebab sungai adalah kehidupan yang menjamin
kelangsungan hidup dan kesejahteraan. Sriwijaya, Majapahit, Gowa, Bonne,
Ternate-Tidore, Banten dan masih banyak lagi situs-situs sejarah lebih tua
maupun lebih muda, menunjukkan ketakterpisahan historis bangsa-bangsa
Indonesia dengan sungai dan perairan. Pada skala hidup sehari-hari, kegiatan
pertanian, peternakan, perikanan, industri olahan rakyat, perdagangan,
perhubungan dan permukiman serta lainnya memastikan ketakterpisahan
tersebut.
Sungai pada keseluruhannya adalah habitat hidup dan sumber penghidupan,luruh dalam kesatuan ekosistem dari unsur hayati, nir-hayati dan manusia.
Namun, sungai tak hanya berarus tenang. Seringkali ia juga bergejolak dan
menunjukkan hukum alamnya kala manusia lalai.
Sungai merupakan jalur transportasi utama yang digunakan sebagian
masyarakat di daerah Kalimantan, nisalanya di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah (Kalimantan Selatan), hal ini di karenakan pola pemukiman mengikuti
aliran sungai. Hal ini diindikasikan oleh keberadaan desa-desa tua selalu
berada dipinggiran sungai, dan pusat perekonomian selalu berada di pinggiran
sungai.
Pola pemukiman ini kemudian mengalami perubahan yang sangat besar, saat
pemerintahan Belanda yang menghapuskan Kerajaan Banjar dan melakukan
administratif mulai membangun jalan raya dari Banjarmasin ke Hulu Sungai.
Pemukiman yang sebelumnya yang berada di sepanjang aliran sungai mulai
digeser untuk berada di sepanjang jalan raya untuk lebih mudah dalam
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 15/28
15 | K S I 2 0 1 5
melakukan kontrol atas aktivitas penduduk. Pasar Barabai yang terletak di tepi
sungai Benawa menunjukan bahwa posisi Barabai mempunyai daya tarik
secara ekonomi dan lokasi pemerintahan. Hal ini menunjang daerah ini
berkembang lebih maju dari daerah lain yang juga menjadi sentra ekonomi
dan pemerintahan (Pantai Hambawang dan Birayang)
Contoh yang lain di Kalimantan Timur, pola penyebaran penduduk sebagian
besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan
jalur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Mahakam dan cabang-
cabangnya.
Daerah-daerah yang agak jauh dari tepi sungai dimana belum terdapat
prasarana jalan darat relatif kurang terisi dengan pemukiman penduduk,
namun seiring dengan perkembangan dan akselerasi pembangunan
penggunaan jalur sungai sebagai sarana transportasi dan perdagangan
nampaknya mengalami kemunduran yang sangat besar terutama dengan
mulai ramainya lalu lintas darat.
Selain peranan sungai sebagai sarana transportasi, sungai juga bisa
memberikan peran sebagai sumber air bersih, budi daya perikanan dan dapat
dijadikan sumberdaya buatan untuk mengahasilkan suplai listrik tenaga air.
Sejalan dengan kebijakan Pemerintah pada masa sekarang dengan tekad
untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kemaritiman dunia, maka peran
sungai menjadi sangat vital untuk urat nadi perekonomian dari wilayah
pedalaman menuju pesisiran.
Melalui Kongres Sungai Indonesia, beberapa pertanyaan reflektif pantas kita
sampaikan untuk melakukan “elaborasi” tentang Peran Sungai Dalam
Mengembangkan Kesejahteraan Bangsa ;
Sungai Sebagai Urat Nadi Perekonomian, Peta Potensi dan Masalahnya?
Peran Pemangku Kepentingan Dalam Menjaga Keberlangsungan
Sungai Sebagai Sumberdaya Ekonomi ?
Efektifitas Kebijakan dan Payung Hukum Untuk Memastikan Peran
Sungai Dalam Kesejahteraan Masyarakat ?
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 16/28
16 | K S I 2 0 1 5
Tujuan
1.
Melakukan Kajian dan Evaluasi secara umum tentang peran Sungai diIndonesia dengan perspektif dalam mendukung perekonomian.
2. Memetakan aktifitas dan pelaku ekonomi yang menjadikan sungai
sebagai sarana kehidupan dan penghidupannya.
3. Memastikan pentingnya aturan dan payung hukum untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat dan pemangku kepentingan yang berkaitan
dengan sumberdaya sungai.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 17/28
17 | K S I 2 0 1 5
IISSUU TTEEMMAATTIIKK 33 UUNNTTUUKK KKOONNGGRREESS SSUUNNGGAAII IINNDDOONNEESSIIAA “Aliran Air Sungai Sebagai Energi Terbarukan Dari Anugerah Hingga
Musibah”
Keberadaan sungai tidak terpisahkan dengan gunung, hutan dan daratan lebih
luas lagi sebagai wilayah tangkapan air hujan dan pemasok mata air,
rembesan dan aliran. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan, gunung, lereng
dan perbukitan masyarakat pemangku sungai dan hutan secara tradisional
menerapkan budaya kelola dengan memelihara sistem pewilayahan
tutupan/larangan, lindung, kelola dan budidaya atau serupa dengan itu, serta
memagarinya dengan norma, nilai dan adat-istiadat.
Degradasi dan ancaman terhadap sungai adalah ancaman terhadap ekologi
dan ekosistem air yang, pada hakekatnya, mewujud sebagai ancaman bagikelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama. Tetap memperhatikan
dengan sungguh-sungguh situasi kawasan Daerah Aliran Sungai, Badan Sungai
dari hulu, tengah, hilir sampai muara, serta pantai, laut dan pesisiran dari
sungai-sungai besar seperti Barito, Kapuas, Mahakam, Musi, Batanghari,
Kampar, Brantas, Solo maupun sungai Ajkwa (pembuangan tailing tambang
emas freeport di Papua); masalah yang dihadapi Sungai Citarum, Kali Ciliwung,
Kali Semarang dan Kali Surabaya (Kali Mas) sekurangnya menunjuk betapa
parah dan rumitnya masalah yang dihadapi ekosistem sungai kita.Tak
teringkari bahwa tata kelola sungai memiliki kekhususan karena ia
menyangkut kawasan hulu dan hilir.
Sungai juga menyimpan potensi yang luar biasa sebagai sumber energi,
ratusan bahkan mungkin ribuan pembangkit listrik skala kecil (Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro) maupun skala besar (Pembangkit Listrik Tenaga
Air) telah memberikan pasokan catu daya kelistrikan di berbagai wilayah di
negeri seribu sungai ini. Kelangkaan energy konvensional fosil akan menjadi
musibah umat manusia dan pemanfaatan aliran air sungai sebagai
sumberdaya energy adalah anugerah yang secepatnya harus dimanaatkan
secara optimal bagi kesejahteraan manusia.
Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA adalah pembangkit yangmengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi
listrik yang biasa disebut hidroelectrik. Bentuk utama pembangkit listrik jenis
ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga
kinetik dari air, namun secara luas PLTA tidak hanya terbatas pada air dari
sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrìk yang
menggunakan tenaga air dalam bentuk lain, seperti tenaga ombak.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 18/28
18 | K S I 2 0 1 5
Energi terbarukan adalah sumber energy yang dihasilkan dari sumberdaya
energy yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanutan jika
dikelola dengan baik, antara lain : panas bumi, biofuel, aliran air sungai, panassurya, angina, biomassa, biogas, ombak laut dan suhu kedalaman laut.
Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan diperlukan karena :
Cadangan energy konvensional fosil semakin menipis, sehingga energy
konvensional semakin mahal.
Penggunaan energy terbarukan adalah upaya mitigasi dampak emisi
karbon yang menyebabkan pemanasan global.
Penggunaan energy terbarukan sebagai upaya mitigasi resiko gejolak
kenaikan harga minyak dunia. Pengembangan energy terbarukan adalah sebagai upaya untuk
pengamanan penyediaan listrik bagi generasi mendatang.
Yang pasti energi terbarukan memberikan keamanan dan lebih tingi jaminan
keberlanutan lingkungan pada saat sekarang dan masa yang akan datang.
Potensi aliran air sungai sebagai pilihan energy terbarukan akan memberikan
multiplier effect terhadap upaya-upaya pelestarian kawasan dan lingkungan,
karena hanya dengan kawasan dan lingkungan yang terjaga kellestariannya,
maka akan memberikan jaminan keberlanjutan daya dukung.
Pertanyaan reflektif untuk membangun gerakan percepatan energyterbarukan dengan sumberdaya aliran air sungai adalah sebagai berikut :
Adakah pemahaman dan kesadaran atas krisis energy fosil menjadi
kepedulian kolektif seluruh masyarakat ?
Seberapa besar dan dimana saja potensi sumberdaya aliran air sungai yang
mampu didaya gunakan untuk energy terbarukan ?
Bagaimana mewujudkan upaya bersama untuk mengatasi kelangkaan
energy dimasa yang akan datang ?
Tujuan
1. Membangun gerakan percepatan energy terbarukan dengan memahami
Kebjikan Nasional Energi serta aturan dan perundangannya.
2. Mengiventarisir potensi potensi sumberdaya aliran air sungai yang
mampu didaya gunakan untuk energy terbarukan.
3. Mendorong dan mengapresiasi inisiatif-inisiatif masyarakat untuk
mengembangkan alternative-alternatif penyediaan energy terbarukan.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 19/28
19 | K S I 2 0 1 5
IISSUU TTEEMMAATTIIKK 44 UUNNTTUUKK KKOONNGGRREESS SSUUNNGGAAII IINNDDOONNEESSIIAA “Ekowisata Sebagai Upaya Konservasi Budaya dan Konservasi Daerah Aliran
Sungai ”
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism Society (1990) sebagai berikut :
“Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat”.
Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan
daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Dalam perkembangannya
ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh
wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. “Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai
bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata” (Eplerwood,
1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah
berkembang sangat pesat.
Semula Ekowisata dikembangkan dengan memanfaatkan Kawasan Taman
Nasional sebagai destinasi, dan pada saat ini praktek ekowisata adalah wisata
berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi
terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan
kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait
tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat
dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest
tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam. Ekowisata merupakan
bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi .
Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau
muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang
harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 20/28
20 | K S I 2 0 1 5
areal alam. Sungai pada keseluruhannya adalah habitat hidup dan sumber
penghidupan, luruh dalam kesatuan ekosistem dari unsur hayati, nir-hayati
dan manusia.
Keberadaan sungai tidak terpisahkan dengan gunung, hutan dan daratan lebih
luas lagi sebagai wilayah tangkapan air hujan dan pemasok mata air,
rembesan dan aliran. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan, gunung, lereng
dan perbukitan masyarakat pemangku sungai dan hutan secara tradisional
menerapkan budaya kelola dengan memelihara sistem pewilayahan
tutupan/larangan, lindung, kelola dan budidaya atau serupa dengan itu, serta
memagarinya dengan norma, nilai dan adat-istiadat.
Degradasi dan ancaman terhadap sungai adalah ancaman terhadap ekologi
dan ekosistem air yang, pada hakekatnya, mewujud sebagai ancaman bagi
kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama. Tetap memperhatikan
dengan sungguh-sungguh situasi kawasan Daerah Aliran Sungai, Badan Sungai
dari hulu, tengah, hilir sampai muara, serta pantai, laut dan pesisiran dari
sungai-sungai besar seperti Barito, Kapuas, Mahakam, Musi, Batanghari,
Kampar, Brantas, Solo maupun sungai Ajkwa (pembuangan tailing tambang
emas freeport di Papua); masalah yang dihadapi Sungai Citarum, Kali Ciliwung,
Kali Semarang dan Kali Surabaya (Kali Mas) sekurangnya menunjuk betapa
parah dan rumitnya masalah yang dihadapi ekosistem sungai kita.Tak
teringkari bahwa tata kelola sungai memiliki kekhususan karena ia
menyangkut kawasan hulu dan hilir. Apa yang terjadi di hulu terendap dan
teraliri hingga ke muara. Sungai juga menyimpan kekhususan karena ia
berkelindan dengan ekosistem disekitarnya.
Melestarikan fungsi dan daya dukung sungai sekaligus menjadikannya sebagai
wilayah konservasi budaya dan mengembangkannya sebagai potensi
ekowisata merupakan tantangan sekaligus peluang bagi kita. Pertanyaannya
kemudian adalah :
Apakah gerakan konservasi DAS sekaligus mengembangkannya
menjadi wilayah tujuan Ekowisata sudah dipahami oleh kita semua ?
Seberapa besar peluang dan potensi mengembangkan Ekowisata
berbasis Daerah aliran Sungai ?
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 21/28
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 22/28
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 23/28
23 | K S I 2 0 1 5
mengabaikan bahkan “memunggunginya”. Tidak mengherankan bila sampai
saat ini, negara-negara lainnya yang justru menangguk keuntungan dari
semua kekayaan laut kita.
Sampai saat ini, pencapaian hasil pembangunan maritim Indonesia masih
menyisakan begitu banyak persoalan dan pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Salah satu buktinya adalah hingga kini kontribusi seluruh sektor maritim
terhadap PDB hanya sekitar 20%. Padahal, pada Negara-negara dengan
potensi kekayaan laut yang lebih kecil ketimbang Indonesia, seperti Islandia,
Norwegia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok dan Thailand, kontribusi bidang
maritimnya rata-rata telah mencapai di atas 30% dari PDB.
Hal lain yang perlu diingat, peradaban sungai adalah peradaban yang
menyangga teritori daratan dan laut. Peradaban yang menjadi pintu keluar
masuk bagi pertukaran budaya daratan dan budaya pesisir . Artinya, jika
upaya mewujudkan poros maritim hanya bertumpu pada paradigm “kelautan”
semata, maka sudah bisa dipastikan kesenjangan atau ketimpangan
pembangunan pasti akan terjadi seperti pada masa Orde Baru, namun dalam
wujud yang berbeda. Untuk itu diperlukan sebuah cara berpikir dan bertindak
baru untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kesiapan untuk menyongsong era baru, era Negara Maritim yang kuat danmampu mensejahterakan warganya kita akan sama-sama menggalinya
melalui pertanyaan –pertanyaan reflektif berikut ini :
Apa saja bentuk peradaban sungai yang harus dipelihara dan
dikembangkan untuk mewujudkan poros maritim dunia ?
Mengapa peradaban sungai tersebut penting untuk terus
dikembangkan ?
Bagaimana cara dan strategi untuk mentautkan peradaban sungai-
daratan-pesisiran agar melahirkan sebuah kemajuan dan
kesejahteraan bersama ?
Hal-hal apa saja dari aspek regulasi-konsepsi-basis yang harus
disiapkan untuk memperkuat perwujudan Negara poros maritim ?
Sektor maritim yang demikian berpotensi mengangkat harkat, martabat dan
kesejahteraan rakyat harus dikelola dengan bercermin pada konstitusi kita
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 24/28
24 | K S I 2 0 1 5
tentang “bumi, air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Tujuan
1. Menemu kenali dan memetakan bentuk-bentuk peradaban sungai
untuk mendukung perwujudan poros maritim, Apa, Siapa, Dimana dan
Melakukan Apa.
2. Merumuskan strategi bersama untuk mengembangkan peradan sungai
yang mendukung poros maritim.
3. Menginventarisir kebutuhan peraturan dan payung hukum untuk
memastikan berjalanan tujuan bersama mewujudkan poros maritimyang ditunjang dengan peradaban sungai.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 25/28
25 | K S I 2 0 1 5
IISSUU TTEEMMAATTIIKK 66 UUNNTTUUKK KKOONNGGRREESS SSUUNNGGAAII IINNDDOONNEESSIIAA “Sungai Sebagai Kesatuan Sistim Politik dan Ketahanan Negara Maritim”
"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah
daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian
daripada perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah
kedaulatan Negara Republik Indonesia” (Deklarasi Djoeanda 13 Desember
1957).
Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang
merupakan satu kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata
secara unik, menampilkan ciri-ciri negara dengan karakteristik sendiri yang
menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.
Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara
untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa
Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan
konsepsi negara maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan
kemampuan bangsa kita menjadi bangsa yang modern dan mandiri dalam
teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagi kesejahteraan bangsa dan Negara.
Dalam konteks pertahanan negara maritim, sungai juga memilki peran
penting. Adapun lingkungan laut atau maritim sesungguhnya memiliki lima
dimensi strategi Militer yang saling berhubungan, yaitu:
a. Dimensi Ekonomi , Penggunaan laut sebagai media perhubungan,
transportasi dan perdagangan telah dimanfaatkan sejak dahulu hinga
sekarang, dan hampir 99,5 % pergerakan roda perekonomian di dunia
adalah melewati jalur laut, volume muatan meningkat delapan kali
sejak tahun 1945 dan kecenderungan semakin meningkat sampai
sekarang.
b. Dimensi Politik, Perubahan dimensi politik dari lingkungan maritim
berkembang sangat tajam semenjak tahun 1970-an. Bagi sejumlah
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 26/28
26 | K S I 2 0 1 5
besar Negara pantai, khususnya bagi dunia ketiga, perairan yang
berbatasan dengan pantai memberikan prospek satu-satunya untuk
perluasan wilayah negara. Selain itu, seringkali terjadi perselisihan atas
perbatasan laut, dan hal ini dimotivasi oleh kepentingan politik dan
kalkulasi biaya dan manfaat yang didapat bila menguasai wilayah laut.
c. DimensiHukum, Basis dimensi hukum dalam lingkungan maritim
adalah Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS
1982). Dimensi hukum sekarang difokuskan pada masalah perikanan
ilegal dan perdagangan narkoba secara ilegal melalui jalur laut.
d.
Dimensi Militer , Di laut dimensi militer selalu berkembang mengikutiperkembangan teknologi, sehingga profesionalisme Angkatan Laut
suatu Negara selalu dikaitkan dengan penguasaan dan penggunaan
teknologi yang mutakhir.
e. Dimensi Fisik , Pemahaman terhadap lingkungan fisik adalah kekuatan
maritim akan berfungsi sangat penting tergantung pada kondisi
geografi, dan hidroseanografi. Daerah Operasi kekuatan maritim mulai
dari perairan dalam laut bebas (Blue Waters) ke perairan yang lebih
dangkal (Green Waters) sampai ke perairan pedalaman, muara dan
sungai (Brown Waters). Ada juga wilayah laut strategis yang
berbatasan atau dimiliki oleh negara-negara pantai yang berdekatan.
Seperti selat Malaka, dimiliki oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Oleh karena itu konsep "Joint Security" akan mudah diterima dan
diterapkan di antara negara-negara pantai tersebut.
Penegasan terhadap peran sungai sebagai satuan pertahanan Negara
penting untuk dilakukan. Karenanya pada Kongres Sungai Indonesia ini
diskusi mendalam tentang sungai dan pertahanan keamanan serta politik
menjadi salah satu isu tematik.
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 27/28
27 | K S I 2 0 1 5
LAMPIRAN II:
8/20/2019 Kerangka Acuan KSI 2015
http://slidepdf.com/reader/full/kerangka-acuan-ksi-2015 28/28