kerangka acuandisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/bab... · web viewdari 8 tujuan...

78
3.1. ANALISIS LINGKUNGAN EKTERNAL Kepariwisataan banyak memiliki keterkaitan dengan berbagai isu yang populer di dunia.Sebagai salah satu sektor yang bergerak pada bidang jasa, isu – isu yang ada memiliki pengaruh besar terhadap keyakinan konsumen, yaitu wisatawan terutama dalam kaitannya dengan motivasi perjalanan pada suatu destinasi. Isu yang negatif akan cenderung berakibat negatif terhadap penilaian konsumen, sementara isu-isu yang positif juga akan berdampak pada penilai yang positif dari wisatawan. Beberapa isu pariwisata internasional yang diperkirakan cukup mempengaruhi industri kepariwisataan dunia, antara lain adalah: Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 1 3 BAB ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KEPARIWISTAAN MALUKU UTARA

Upload: lyque

Post on 21-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.1. ANALISIS LINGKUNGAN EKTERNAL

Kepariwisataan banyak memiliki keterkaitan dengan berbagai isu yang populer di

dunia.Sebagai salah satu sektor yang bergerak pada bidang jasa, isu – isu yang

ada memiliki pengaruh besar terhadap keyakinan konsumen, yaitu wisatawan

terutama dalam kaitannya dengan motivasi perjalanan pada suatu destinasi. Isu

yang negatif akan cenderung berakibat negatif terhadap penilaian konsumen,

sementara isu-isu yang positif juga akan berdampak pada penilai yang positif dari

wisatawan. Beberapa isu pariwisata internasional yang diperkirakan cukup

mempengaruhi industri kepariwisataan dunia, antara lain adalah:

3.1.1. Globalisasi

Keterbukaan dalam era globalisasi mengakibatkan ketidakmungkinan bagi negara

manapun untuk mengisolasi diri dari perkembangan dunia yang semakin cepat. Hal

ini semakin dipicu oleh perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi

seperti satelit, internet, dan High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA) yang

mampu menembus batas-batas negara, sehingga dunia terasa semakin sempit

dan jarak terasa semakin “dekat”, karena komunikasi di dunia maya berlangsung

dalam “real time”. Kecanggihan teknologi tersebut membuat perubahan situasi dan

kondisi sosial masyarakat dunia semakin cepat dan berlangsung secara terus-

menerus sehingga perubahan menjadi keniscayaan di dunia.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 1

3BABANALISIS LINGKUNGAN

STRATEGIS PENGEMBANGAN KEPARIWISTAAN MALUKU

UTARA

Page 2: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Di era globalisasi, kepariwisataan bukan lagi merupakan ranah terpisah yang bisa

dilaksanakan tanpa pertimbangan atas perkembangan yang terjadi di ranah lain.

Adanya kejadian pandemi SARS, flu burung, flu babi, terorisme, keselamatan

penerbangan, terjadinya iklim ekstrim, dan krisis ekonomi global tak dapat

dimungkiri telah ikut memerosotkan merosotnya kepariwisataan dunia. Hal ini

menjadi bukti bahwa peristiwa atau masalah yang terjadi di satu negara dapat

menyebar dengan cepat dan menjadi tidak terpisahkan dari masalah di negara lain,

sehingga mengharuskan semua negara bekerjasama untuk menanggulanginya.

Oleh karena itu, pembangunan sistem kepariwisataan dunia, mau tidak mau harus

melebar dan “merangkul” sistem-sistem lain agar kepariwisataan itu sendiri bisa

bertahan dan berkembang.

Walaupun dunia sedang berada dalam krisis ekonomi global yang diperkirakan

akan berlanjut sampai dengan tahun 2010, tetapi diperkirakan bahwa pasca krisis,

kepariwisataan dunia akan meningkat lagi, namun dengan kebutuhan, profil, dan

keinginan yang berbeda. Menghadapi tahun 2020, UNWTO memprediksi bahwa

jumlah wisatawan dunia akan mencapai 1,6 milyar, dengan sebagian besar (1,2

milyar) merupakan wisatawan regional dan sisanya (378 juta) adalah wisatawan

jarak jauh. Secara regional, jumlah wisatawan terbanyak akan terdapat di Eropa

(717 juta wisatawan), selanjutnya ke Asia Timur dan Pasifik (397 juta) dan Amerika

Utara dan Selatan (282 juta), kemudian baru disusul oleh Afrika, Timur Tengah,

dan Asia Selatan.

Implikasi dari globalisasi bagi kepariwisataan Maluku Utara yang berkelanjutan

menghasilkan tiga buah kata kunci pembangunan kepariwisataan yang

berkelanjutan yaitu:

a. Ketahanan kepariwisataan

b. Peningkatan daya saing taraf regional dan internasional

c. Perencanaan dan manajemen destinasi (nasional, provinsi, daerah otonom)

yang terintegrasi.

Disamping itu, terjadinya liberalisasi sektor ekonomi di berbagai negara, sejalan

dengan globalisasi merupakan tantangan besar bagi segenap negara di dunia pada

abad 21 ini. Liberalisasi dan globalisasi tentu saja menempatkan negara-negara

berkembang di dunia pada posisi yang harus menghadapi tantangan semakin

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 2

Page 3: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

kompleks untuk menuju pada langkah kompetitif dan tetap dapat berpartisipasi

dalam persaingan global. Pariwisata seperti halnya sektor perekonomian lainnya,

memiliki peluang semakin berkembang yang cukup besar, dengan adanya

liberalisasi. Hal tersebut disebabkan oleh karena semakin terbukanya sektor

perjalanan luar negeri, perdagangan, dan investasi.

3.1.2. Pemanasan Global (Global Warming)

Iklim global telah mengalami perubahan drastis dibandingkan dengan sebelum era

pra-industri dan diperkirakan akan terus berubah sampai akhir abad ke-21 dan

masih akan terus berlanjut. Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC)

menyimpulkan bahwa peningkatan rerata suhu di bumi ini hampir 90% merupakan

hasil dari aktivitas manusia yang menambahkan konsentrasi gas efek rumah kaca

(GHGs) ke atmosfer. Bila hal ini terus berlanjut, Badan Energi Internasional (IEA)

memprediksi gas efek rumah kaca akan meningkat 57% pada 2030 dan

mengakibatkan suhu bumi meningkat paling sedikit 3 °C.

Peningkatan suhu ini menjadi penyebab utama mencairnya glasier dan bongkahan

es kutub yang berakibat naiknya permukaan air laut global sebesar 1,8 mm per

tahun (1961-1993) dan sekitar 3,1 mm per tahun (1993-2003). Akibatnya, terjadi

kemunduran garis pantai yang cukup signifikan. Hal ini merupakan ancaman serius

bagi eksistensi pulau-pulau kecil baik yang berpopulasi maupun yang tidak

berpopulasi di seluruh dunia. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia (DKP-RI) mencatat bahwa 24 dari sekitar 17.000 buah pulau yang

dimiliki Indonesia telah tenggelam. Padahal, pulau-pulau kecil di Indonesia sangat

kaya akan sumber daya kelautan sebagai salah satu aset kepariwisataan bangsa.

Di samping itu, peningkatan suhu ini juga menyebabkan bertambahnya frekuensi

dan besarnya gangguan iklim yang cukup ekstrim seperti gelombang panas,

kekeringan, banjir, dan badai tropis.

Dari gambaran di atas dapat diketahui sejumlah tantangan atas fenomena

pemanasan global bagi kepariwisataan Indonesia dapat dijabarkan dalam butir-

butir berikut ini:

a. Diperlukan berbagai kebijakan dan strategi bagi segenap pelaku usaha sektor

pariwisata untuk menerapkan berbagai praktek manajemen dan

pengembangan yang berasaskan pada prinsip ramah lingkungan (e.g.:

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 3

Page 4: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

sosialisasi program-program Green Tourism secara luas)

b. Diperlukan guidelines pengembangan destinasi-destinasi rawan bencana dan

kerusakan alam (e.g: resor-resor di sepanjang pantai yang rawan bencana

tsunami dan ancaman abrasi)

c. Diperlukan rencana aksi strategi dan mitigasi bencana alam dan proses

evakuasi yang bersifat ”quick response” pada destinasi wisata rawan bencana.

d. Diperlukan keseimbangan antardimensi dalam pembangunan pulau-pulau kecil

secara berkelanjutan.

Diperlukan pengembangan Destination Management Organization (DMO) yang

mampu mendorong pengembangan green tourism (green economy).

3.1.3. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals)

Di awal millennium ketiga, Sekretariat Jenderal PBB telah mengeluarkan Deklarasi

Millennium, berupa Tujuan Pembangunan Millenium atau Millennium Development Goals (MDGs) yang berisi 8 tujuan dengan 18 target dan 48 indikator. Dari 8 tujuan

tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan

pemberdayan perempuan. Kedelapan tujuan MDGs tersebut adalah (1)

menghapuskan kemiskinan dan kelaparan, (2) mewujudkan pendidikan dasar yang

berlaku secara universal, (3) mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan

kaum perempuan, (4) menurunkan angka kematian anak, (5) meningkatkan

kesehatan ibu, (6) memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit

menular lainnya, (7) menjamin pelestarian lingkungan dan (8) membangun suatu

kemitraan global untuk pembangunan. Dalam sektor pariwisata terdapat 4 tujuan

MDGs yang harus menjadi fokus pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu:

a. Tujuan (1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

b. Tujuan (3) mendorong kesetaran gender dan pemberdayaan perempuan

c. Tujuan (7) memastikan kelestarian lingkungan hidup

d. Tujuan (8) membangun kemitran global untuk pembangunan

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 4

Page 5: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Dalam rangka mencapai 4 tujuan tersebut, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dalam pengentasan

kemiskinan, yaitu:

a. Penyediaan lapangan pekerjaan oleh perusahaan-perusahaan pariwisata

untuk penduduk lokal dengan upah yang layak dan memberikan pelatihan.

b. Pengembangan pengembangan usaha kecil melalui dukungan teknis,

dukungan marketing, dan akses pada kredit.

c. Pengembangan ekonomi lokal dengan sumber daya lokal untuk memproduksi

makanan, barang-barang lain, dan pelayanan.

d. Menciptakan sumber pendapatan bagi masyarakat lokal dalam bentuk biaya

kontrak tanah atau perjanjian-perjanjian dagang yang lain dengan

masyarakat; mengedepankan kemitraan yang setara; sumbangan ke proyek

masyarakat lokal, dan sebagainya.

e. Pembagian pelayanan dilakukan dengan pemberian kesempatan penduduk

lokal untuk mengakses pelayanan yang dibangun untuk wisatawan termasuk

infrastruktur, keamanan, komunikasi, kesehatan, dan sebagainya.

f. Merawat akses ke sumber daya alam sebagai bentuk jaminan bahwa

pariwisata tidak akan menyebabkan dislokasi penduduk lokal dari habitatnya

dan menutup akses pada sumber daya utama seperti air dan sebagainya.

g. Memperkecil dampak negatif terhadap kebudayaan dengan mempromosikan

tradisi kebudayaan dengan penuh kehormatan, bukan dengan cara

eksploitatif, dan memastikan bahwa wisatawan telah diberi nasehat agar

berperilaku dan berpakaian dalam batas-batas yang sopan.

h. Meningkatkan ketahanan masyarakat, menghindari ketergantungan yang

berlebihan kepada pariwisata melalui keanekaragaman produk dan pasar,

hubungan ekonomi, dan sebagainya.

i. Partisipasi dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan,

memberikan kebijakan yang cocok dan lingkungan kelembagaan yang

mendukung keterlibatan penduduk lokal secara siginifikan serta

menghidupkan dialog antarstakeholder.

Tampaklah dengan jelas bahwaMDGs menempatkan manusia sebagai fokus

utama pembangunan yang harus memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 5

Page 6: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

terukur. MDGs didasarkan atas konsensus dan kemitraan global, sambil

menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan

rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.

MDGs sesungguhnya bukan hal baru bagi Indonesia. Sebagai suatu bentuk

orientasi pembangunan, implementasi MDGs telah dipraktekkan oleh Pemerintah

Indonesia sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno dalam berbagai bentuk

kebijakan dan program yang sesuai dengan kondisi masa itu. Sampai saat ini

MDGs telah menjadi salah satu bahan masukan penting dalam penyusunan

Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Pelaksanaan berbagai kebijakan

pembangunan selama 40 tahun terakhir menunjukkan bahwa Indonesia telah

konsisten dengan tujuan MDGs, meskipun MDGs sendiri saat itu belum menjadi

agenda pembangunan global..

Dengan berdasar pada MDGs, Pemerintah memposisikan agenda meningkatkan

kesejahteraan rakyat menjadi titik prioritas pembangunan bangsa yang arah

kebijakannya menuju penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Dalam

konteks ini, kepariwisataan dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang

dapat mendukung akselerasi program penanggulangan kemiskinan.

3.1.4. Kecenderungan dan Perkembangan Pariwisata Global

Identifikasi beberapa kekuatan penggerak yang diperkirakan banyak memberikan

pengaruh terhadap tren pergerakan wisatawan internasional pada umumnya, dan

wisatawan nasional pada khususnya menurut data WTO, antara lain adalah:

A. Pertumbuhan Ekonomi tinggi di berbagai negara di dunia yang berdampak

pada meningkatnya kesejahteraan.

B. Meningkatnya Disposable Income yang berakibat pada meningkatkan pola

pembelanjaan.

C. Kelonggaran-kelonggaran atas Travel Restrictions yang berdampak pada

meningkatkan tren outbound baik pada level regional maupun internasional

D. Intensitas dan keberhasilan promosi pariwisata di tiap-tiap negara seperti

yang terjadi di Thailand dan Malaysia yang sukses dalam pemulihan industri

pariwisatanya.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 6

Page 7: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

E. Meningkatnya Frekuensi, Dari Durasi Perjalanan Pendek (Short Trip).

Meningkatnya durasi perjalanan pendek diperkirakan akan memberikan

dampak positif khususnya dalam hal pembelanjaan. Jenis wisatawan yang

berminat pada tipe perjalanan pendek pada umumnya memiliki minat belanja

yang tinggi.

Berdasarkan data statistik WTO dapat digambarkan bahwa ada proporsi perjalanan

regional, intra regional, dan domestik yang tinggi di mana lebih dari 50% - 60%

perjalanan dilakukan diantara negara-negara maju dalam satu kawasan Eropa

Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur. Hal ini mengindikasikan adanya

kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam satu kawasan

(regional) yang disebabkan antara lain oleh faktor-faktor berikut:

A. Adanya kemudahan dalam aksesibilitas dari negara ke negara tujuan

B. Biaya perjalanan yang relatif terjangkau

C. Waktu perjalanan yang relatif singkat, sehingga wisatawan dapat lebih lama

menikmati wisatanya

D. Kemiripan selera terhadap makanan dan minuman

E. Kemiripan budaya/ kebiasaan hidup masyarakatnya memudahkan

melakukan komunikasi/ mengikuti adat istiadat setempat

F. Kecenderungan Kebutuhan manusia berwisata yang semakin meningkat

Dalam beberapa dekade terakhir industri pariwisata telah menjadi pusat perhatian

dunia, karena berbagai faktor keberhasilannya, bahkan untuk Indonesia pariwisata

sempat menjadi primadona dengan posisinya sebagai salah satu sumber devisa

negara non migas. Namun demikian, akibat dinamika gejolak ekonomi, sosial,

politik, dan keamanan, harus diakui pula bahwa pariwisata di Indonesia menjadi

sangat tidak menentu, bahkan sempat mengalami degradasi ketika terjadi krisis.

Sementara itu, terhadap kecenderungan pertumbuhan kedatangan wisatawan,

secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat penerimaan (receipts)

dunia.

Annualy Growth Rate menunjukkan bahwa World Visitor Arrivals: 4,32%, dan

Receipts: 6,24%

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 7

Page 8: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Gambar 3.1. Forecast Jumlah Wisatawan Internasional berdasarkan data Direktorat Pemasaran Kemenbudpar 2009

Berdasarkan data kedatangan wisatawan internasional (ITA) dan perolehan market share (MS) yaitu perolehan pasar dari masing-masing kawasan, Eropa merupakan

kawasan yang paling mendominasi dengan kedatangan wisatawan 403,2 Juta dan

market share 56,6%. Sementara itu, dilihat dari prospek pertumbuhannya, kawasan

Asia pasifik diprediksikan akan menjadi kawasan paling progressif dengan rata

pertumbuhan per tahun mencapai 7,6%.

Gambar 3.2. Kedatangan Wisatawan Internasional Dirinci Berdasarkan Kawasan, Sumber: WTO,

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 8

Page 9: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Gambar 3.3. International tourism forcast 2009

Sumber: WTO, 2009

Aspek-aspek eksternal yang diperkirakan akan menjadi pendorong dalam

perkembangan industri pariwisata global diantaranya meliputi:

A. Pertumbuhan Ekonomi tinggi di berbagai negara di dunia yang berdampak

pada meningkatnya kesejahteraan.

B. Meningkatnya Disposable Income yang berakibat pada meningkatkan pola

pembelanjaan.

C. Kelonggaran-kelonggaran atas Travel Restrictions yang berdampak pada

meningkatkan tren outbound baik pada level regional maupun internasional

D. Intensitas dan keberhasilan promosi pariwisata di tiap-tiap negara seperti

yang terjadi di Thailand dan Malaysia yang sukse s dalam pemulihan industri

pariwisatanya.

E. Meningkatnya Frekuensi, Dari Durasi Perjalanan Pendek (Short Trip).

Meningkatnya durasi perjalanan pendek diperkirakan akan memberikan

dampak positif khususnya dalam hal pembelanjaan. Jenis wisatawan yang

berminat pada tipe perjalanan pendek pada umumnya memiliki minat belanja

yang tinggi.

Berdasarkan data statistik WTO dapat digambarkan bahwa ada proporsi perjalanan

regional, intra regional, dan domestik yang tinggi di mana lebih dari 50% - 60%

perjalanan dilakukan diantara negara-negara maju dalam satu kawasan Eropa

Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur. Hal ini mengindikasikan adanya

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 9

Page 10: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam satu kawasan

(regional in bound) yang disebabkan antara lain oleh faktor-faktor berikut:

A. Adanya kemudahan dalam aksesibilitas dari negara ke negara tujuan

B. Biaya perjalanan yang relatif terjangkau

C. Waktu perjalanan yang relatif singkat, sehingga wisatawan dapat lebih lama

menikmati wisatanya

D. Kemiripan selera terhadap makanan dan minuman

E. Kemiripan budaya/ kebiasaan hidup masyarakatnya memudahkan

melakukan komunikasi/ mengikuti adat istiadat setempat

Di samping itu, masih ada beberapa aspek lainnya yang diindikasikan juga akan

berpengaruh pada pariwisata dunia, termasuk Indonesia didalamnya adalah:

A. Kemajuan teknologi informasi yang telah menyebabkan terjadinya perubahan

kecenderungan konsumen yang lebih bersifat point to point,

B. Perubahan pola konsumsi (customer behaviour pattern) yang tidak lagi

terfokus pada 3S (sun, sea, and sand).,

C. Tuntutan wisatawan atas produk-produk yang memiliki nilai tinggi (smart customer),

D. Tanggungjawab terhadap kondisi pelestarian lingkungan (responsible tourism) dan keterlibatan masyarakat setempat (local people participation) yang besar,

E. Berbagai kebijakan regional (misal ASEAN Campaign, AFTA (Asean Free Trade Agreement), AFAS (Asean Framework Agreement on Service), dan

GATTs).

3.1.5. Kode Etik Pariwisata Global (Global Code of Ethics Tourism)

United Nations World Tourism Development (UNWTO) mencanangkan 10 prinsip

dasar pengembangan pariwisata yang terangkum dalam Kode Etik Global

Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism), yaitu:

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 10

Page 11: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

a. Kontribusi pariwisata bagi pemahaman saling pengertian dan saling

menghargai antara manusia dan komunitasnya, (Tourism’s contribution to mutual understanding and respect between peoples and societies),

b. Pariwisata sebagai wahana/kendaraan bagi pemenuhan kebutuhan, baik

bagi individu maupun kelompok (Tourism as a vehicle for individual and collective fulfilment),

c. Pariwisata sebagai salah satu faktor dalam pembangunan berkelanjutan

(Tourism, a factor of sustainable development),

d. Sebagai pengguna atau pengambil manfaat atas keberadaan benda-benda

peninggalan budaya, pariwisata harus member kontribusi bagi

pengembangan benda peninggalan budaya (Tourism, a user of the cultural heritage of mankind and a contributor to its enhancement),

e. Pariwisata harus merupakan aktivitas yang menguntungkan bagi negara tuan

rumah dan komunitasnya (Tourism, a beneficial activity for host countries and communities),

f. Pembangunan pariwisata merupakan tanggung jawab para stakeholdernya

(Obligations of stakeholders in tourism development),

g. Menjunjung tinggi hak-hak kepariwisataan (Rights to tourism),

h. Menjunjung tinggi kebebasan bagi pergerakan wisatawan (Liberty of tourist movements),

i. Menjunjung tinggi hak-hak para pekerja dan wirausahawan dalam industri

pariwisata (Rights of the workers and entrepreuners in the tourism industry),

j. Penerapan prinsip-prinsip Kode Etik Global bagi pariwisata (Implementation of the principles of the Global Code of Ethics for Tourism).

Nilai penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan semakin menguat sejak

dikeluarkannya Kode Etik Global bagi Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) oleh World Tourism Organization yang berisikan 10 prinsip dasar

pengembangan pariwisata. Pada dasarnya, isi kode etik ini terfokus pada

menghormati dan menghargai nilai budaya lokal dengan rekomendasi yang jelas

untuk melindungi warisan artistik, produk budaya tradisional, kerajinan dan

legenda, dan pelestarian aset-aset alam. Meskipun demikian, di dalamnya terdapat

referensi untuk memberi keuntungan pada masyarakat lokal, dan referensi bagi

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 11

Page 12: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

perusahaan multinasional untuk ikut menyumbang pembangunan, terutama di

kawasan destinasi pariwisata. Hak bekerja bagi tenaga lokal juga dimunculkan

meskipun tidak disertai keharusan kegiatan pelatihan yang memastikan penduduk

lokal mendapat posisi yang cukup berarti dalam pekerjaan dan bukan sekadar

menjadi buruh belaka.

Implikasi dari Global Code of Ethics for Tourism bagi kepariwisataan Indonesia

dapat dijabarkan berikut:

a. Adanya kebijakan yang menjamin kesejahteraan masyarakat dan

perlindungan hak-hak wisatawan.

b. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat lokal di bidang

pariwisata.

c. Standardisasi dan pengembangan remunerasi SDM pariwisata.

d. Penegakan hukum (law enforcement) yang kuat dan konsisten untuk

mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional ”Penghapusan Eksploitasi

Seksual Komersial Anak”.

Penipuan terhadap wisatawan, dan berbagai tindak kriminal tidak bertanggung

jawab yang terjadi pada wisatawan telah memunculkan serangkain protes

khususnya dari wisatawan sendiri selaku pihak yang merasa dirugikan. Beberapa

kesalahan yang banyak terjadi dalam dunia pemasaran, akibat strategi pemasaran

yang tidak bertanggungjawab (unresponsible marketing) berakibat pada munculnya

serangkaian keluhan maupun rasa ketidakpuasan konsumen (termasuk wisatawan)

terhadap jasa maupun produk yang diterimanya.

Kondisi ini kemudian mulai ditanggapi oleh pihak pemerintah untuk memberikan

secara khusus terhadap konsumen dengan diberlakukannya undang-undang

perlindungan konsumen, seperti halnya terjadi di Indonesia. Dengan adanya

perlindungan terhadap hak-hak konsumen secara tidak langsung memiliki

konsekuensi terhadap jasa maupun produk yang akan dipasarkan atau ditawarkan

terhadap konsumen untuk dapat dilakukan menurut standar atau prosedur yang

benar.

3.1.6. Perkembangan Kawasan Asia Pasifik dan ASEAN

a. Kawasan Asia Pasifik

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 12

Page 13: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Kawasan Asia Pasifik juga memiliki tren perkembangan pariwisata yang

cukup cerah. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan penerimaan dan

kedatangan wisatawan dalam tiga (3) tahun terakhir. Dalam prediksi

terhadap prospek regional terhadap kepariwisataan internasional oleh

WTO, berdasarkan data pertumbuhan pariwisata di kawasan ini

dinyatakan sebagai kawasan (region) dengan average annual growth rate tertinggi di bandingkan dengan kawasan lain (Eropa, Asia, Afrika,

dan Amerika) yaitu dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 7,6%.

Kawasan ini dapat dikatakan memiliki keterkaitan yang erat dengan

Indonesia. Di samping keterkaitan dengan beberapa sumber pasar

utama, Indonesia juga memiliki banyak peluang melihat perkembangan

kepariwisataan di kawasan ini. Bahkan informasi harian Kompas menyebutkanbahwa wisatawan ‘outbound’ Asia Pasifik diprediksikan

akan terus meningkat. Dalam hal ini peningkatan yang signifikan

wisatawan Cina akan memimpin pemulihan industri pariwisata regional

sepanjang tahun. Secara nasional diprediksikan bahwa Indonesia akan

menikmati peningkatan travel outbound sebesar 8% dengan jumlah

wisatawan mencapai 1,15 Juta.

b. Perkembangan Kawasan ASEAN

Kawasan ASEAN merupakan kawasan dengan karakteristik

perkembangan pariwisata yang sangat dinamis sepanjang tahun.

Berdasarkan data kunjungan wisatawan pada masing-masing kawasan

terlihat pada tahun 2000 terjadi perubahan yang sangat signifikan

terhadap jumlah kunjungan, dimana masing-masing negara mengalami

kenaikan secara pesat seperti terjadi di Malaysia yang meningkat dari

jumlah 1.932.149 wisatawan menjadi 10.221.582 wisatawan di tahun

2000.

Dalam hal ini dilihat dari komposisi market share, Malaysia adalah

market leadernya. Dalam hubungannya dengan Indonesia Negara-

negara Asean merupakan negara-negara yang menjadi pesaing utama

sekaligus sumber pasar utama (40% dari total market) pariwisata

Indonesia.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 13

Page 14: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Indonesia juga banyak memiliki berbagai faktor keterkaitan lain dengan

kawasan Asean, khususnya dengan Singapura. Seperti dalam hal

aksesibilitas, dimana pada jalur-jalur penerbangan internasional

Indonesia masih belum memiliki akses langsung, masih sangat

bergantung dengan Singapura, karena selama ini Singapura yang

memiliki infrastruktur terbaik di antara negara-negara ASEAN.

3.1.7. Dari Pariwisata Masal Menuju Pariwisata Minat Khusus (Mass Tourism to Special Interest)

Perubahan kecederungan dari pariwisata masal ke arah pariwisata individual

memunculkan serangkaiankecederungan lain yangberkaitan dengan kecederungan

pariwisata secara keseluruhan, yaitu:

a. Munculnya specialty market yang diperkirakan akan terbentuk akibat

pergeseran dari mass market. Jenis pasar ini akan semakin mempersempit

perluasan pasar pariwisata yang sebenarnya jauh lebih beragam. Seperti

halnya dengan pasar pariwisata Indonesia yang tidak hanya terdiri dari pasar

minat khusus (specialty market) tetapi juga memiliki segmen pasar yang

berminat pada budaya dan alam.

b. Pergeseran mass market diperkirakan juga akan membentuk karakter pasar

wisatawan internasional ke arah pasar yang lebih terfragmentasi (fragmented market) yaitu berkembangnya individual tourism. Segmen pasar ini pada

umumnya memiliki lebih banyak preferensi dan ekspektasi, sehingga tipe

segmen seperti ini sering disebut sebagai ‘smart market’ di mana wisatawan

akan cenderung memiliki penilaian (preference values) yang lebih, terhadap

segala sesuatu yang dijumpainya dalam perjalanan, baik terhadap jasa

pelayanan maupun produk.

3.1.8. Kelonggaran Terhadap Pergerakan dan Arus Wisatawan di beberapa Wilayah (Tourism Restriction Allowance)

Berkembangnya tren outbound di beberapa kawasan, cukup positif direspon oleh

pemerintah setempat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kelonggaran-

kelonggaran bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri,

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 14

Page 15: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

seperti terjadi di Cina. Cina merupakan salah satu negara yang cukup keras

melakukan restriksi-restriksi baik terhadap masuknya warga asing, maupun urusan

warga negaranya yang akan bepergian ke luar negeri.

3.1.9. Kebangkitan Ekonomi Kreatif sebagai Ekonomi Gelombang Keempat

Ekonomi Kreatif diprediksikan akan menjadi ekonomi gelombang ke-4 (fourth wave industry) dalam perkembangan ekonomi global setelah era ekonomi pertanian,

ekonomi industri, dan ekonomi informasi. Negara-negara maju mulai menyadari

bahwa supremasi industri manufaktur sudah tidak dapat diandalkan lagi. Pada

tahun 1990-an, mereka mulai mengintensifkan kegiatan ekonomi yang berbasis

teknologi informasi dan kreativitas SDMnya. Perekonomian seperti ini, untuk

pertama kalinya diberi nama ekonomi kreatif oleh John Howkins (2002). Pada

dasarnya ekonomi kreatif merupakan wujud upaya pencarian model pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan melalui kreativitas yang dianggap sebagai suatu

sumber daya yang terbarukan dan bahkan tidak terbatas. Ekonomi kreatif di

berbagai negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi

perekonomian bangsanya asalkan setiap negara membangun kompetensi ekonomi

kreatif sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing.

Komponen industri kreatif

Komponen industri kreatif meliputi (1) Arsitektur, (2) Desain, (3) Pasar Seni dan

Barang Antik, (4) Kerajinan, (5) Fashion, (6) Periklanan, (7) Video, Film, dan

Fotografi, (8) Permainan Interaktif, (9) Musik, (10) Seni Pertunjukan, (11)

Penerbitan & Percetakan, (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, (13) Televisi

& Radio, dan (14) Riset dan Pengembangan

3.1.10. Revolusi Teknologi dan Informasi

Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi sangat menuntut sikap yang proaktif

semua pihak baik stakeholder maupun enterprenur, dimana perkembangan E –

Business telah menjadi bagian inti strategi. Dalam beberapa hal E- Business

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 15

Page 16: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

mampu memberikan banyak kemudahan, baik dalam hubungan business to business (B to B), maupun business to customer (B to C). Sebagai salah satu

strategi, e-business akan sangat mendukung pelaksanaan rencana-recana bisnis

masa depan yang tidak lagi boros (high cost economy) tetapi merupakan rangkaian

strategi yang lebih afektif dengan jangkauan yang jauh lebih luas, tanpa batas.

3.1.11. Pergeseran Kebijakan Pembangunan Nasional

Pergeseran peran pemerintah pada era otonomi saat ini telah turut merubah sistem

dan tatanan pembangunan tidak terkecuali di bidang pariwisata, dimana

pemerintah diarahkan untuk menjalankan fungsi fasilitasi dan koordinasi

pembangunan. Peran ini menuntut pemerintah untuk menghasilkan berbagai

perangkat yang mampu mengakomodasikan tugasnya sebagai pengarah (directing) dan pengkoordinasi (coordinating) melalui kebijakan-kebijakan strategis, yang

selanjutnya dapat dijadikan panduan dan acuan oleh instansi teknis di pusat dan

daerah melalui berbagai program pembangunan.

Di sisi lain perubahan paradigma pembangunan dari upaya untuk mengejar

pertumbuhan (growth) ke arah pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang lebih mengutamakan keberlanjutan dari pembangunan itu

sendiri baik dari aspek ekonomi, lingkungan, sosial-budaya dan teknologinya.

Model pembangunan berkelanjutan akan banyak memberi warna baru pada

seluruh proses pembangunan di tanah air, tidak terkecuali bidang pariwisata, yang

dari model ini mengisyaratkan adanya perubahan peran pemerintah dari initiatior

dan developer ke arah fasilitator, membuka akses masyarakat dalam

pembangunan, tuntutan atas pemerintahan yang baik, peningkatan

entrepreunership dan tuntutan standar global (ecolabeling, gender, human rights,

dan sebagainya).

3.1.12. Pembangunan yang berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat (People Oriented & Community Based Development)

Suatu kegiatan pengembangan yang mendasarkan pada nilai-nilai kerakyatan dan

komunitas setempat sebagai sumber daya utama. Masyarakat lokal adalah orang-

orang yang paling tahu kondisi setempat dan setiap kegiatan pembangunan harus

memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh karena itu setiap

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 16

Page 17: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

langkah keputusan perencanaan harus mencerminkan masyarakat lokal yang

secara aktif ikut terlibat di dalamnya.

Dengan pelibatan masyarakat akan lebih menjamin kesesuaian program

pengembangan dan pengelolaan dengan aspirasi masyarakat setempat,

kesesuaian dengan kapasitas yang ada, serta menjamin adanya komitmen

masyarakat karena adanya rasa memiliki yang kuat. Pembangunan yang bertumpu

pada masyarakat dalam jangka panjang akan memungkinkan tingkat kontinuitas

yang tinggi.

Adapun kriteria pembangunan yang berorientasi pada masyarakat adalah sebagai

berikut:

a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas

budaya dan tradisi lokal.

b. Meningkatkan pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan

secara merata pada penduduk lokal

c. Memanfaatkan segala aspek yang berkaitan dengan kesenian yang ada di

dalam suatu masyarakat untuk dikelola dan dikembangkan guna memberikan

nilai tambah kepada masyarakat itu sendiri.

3.2. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

Selain Isu-isu strategis eksternal, isu internal pun sangat berpengaruh dalam

pembangunan Kepariwisataan Maluku Utara ke depan. Analisis lisngkungan

internal tersebut dapat dibagi dalam beberapa aspek sebagai berikut:

3.2.1. DESTINASI PARIWISATA

3.2.1.1. Keterbatasan Aspek Daya Saing dan Pengembangan Produk Wisata

A. Rendahnya daya saing pariwisata Provinsi Maluku Utara

Sejalan dengan perkembangan industri pariwisata yang semakin

kompetitif dan tren pasar dunia yang semakin dinamis, maka

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 17

Page 18: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

peningkatan daya saing destinasi pariwisata merupakan prasyarat

mendasar yang diperlukan untuk mendorong pengembangan Indonesia

sebagai destinasi pariwisata yang mampu mendapat tempat penting

dalam peta kepariwisataan Internasional. Untuk itu tingkat

perkembangan kepariwisataan dan daya saing destinasi pariwisata

Indonesia harus dipetakan dan diidentifikasi kebutuhan

pengembangannya.

Keberhasilan sejumlah daerah dalam membangun sektor

kepariwisataannya terutama didukung oleh pengembangan destinasi

pariwisata secara profesional, terpadu secara sektoral dan kewilayahan,

memiliki konsep yang jelas, didukung oleh sistem jasa, infrastruktur dan

layanan yang handal serta diperkuat oleh strategi pemasaran yang aktif,

intensif dan terfokus. Dalam konteks Indonesia, pengembangan

Destinasi pariwisata masih mengalami sejumlah kendala dan hambatan.

Hambatan dan kendala tersebut tidak saja dalam merespon

perkembangan industri pariwisata yang sangat dinamik serta isu-isu

strategis pariwisata global, namun juga secara internal dalam hal

manajemen produk wisata yang dikembangkan didalamnya, maupun

koordinasi dan dukungan sektoral yang masih terbatas serta koordinasi

lintas wilayah/daerah yang belum bisa berjalan efektif karena

ego/semangat kedaerahan.

B. Menurunnya daya dukung lingkungan dan kualitas daya tarik wisata

Daya dukung lingkungan dan kualitas sebagian besar daya tarik wisata

unggulan Maluku Utara yang tersebar di berbagai kabupaten cenderung

menunjukkan kondisi penurunan yang diakibatkan oleh berbagai faktor,

antara lain: penurunan kualitas alam, lemahnya manajemen, konflik

pemanfaatan lahan, dan sebagainya.

Langkah-langkah penting yang harus diambil atas penurunan daya

dukung lingkungan dan kualitas daya tarik wisata bagi kepariwisataan

Maluku Utara dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Pengembangan Sadar Wisata di kalangan masyarakat secara luas.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 18

Page 19: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

b) Pengembangan program-program Ecotourism dan sosialisasinya.

c) Rekonstruksi dan revitalisasi produk wisata di kawasan-kawasan

pariwisata unggulan provinsi.

d) Optimalisasi implementasi kebijakan ketataruangan kepariwisataan

yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

C. Lemahnya inovasi pengembangan produk wisata

Jika dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya, Indonesia

tergolong lemah program-program peremajaan(rejuvenation) produk-

produk wisata dan pengemasannya. Di samping itu, pembaharuan

destinasi sumber daya alam dan budaya di Maluku Utara cenderung

lamban. Hal ini terlihat dari banyaknya objek wisata yang tidak

berkembang. Sebagai contoh, jika dibandingkan dengan Bali, yang

penuh dengan inovasi, megah, dan mempesona, pengembangan wisata

pantai di Maluku Utara masih jauh tertinggal.

3.2.1.2. Perkembangan Destinasi Sejenis yang Berdekatan

UNITED Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau badan dunia di

bidang pariwisata memprediksikan wisata bahari dan wisata yang berkenaan

dengan warisan budaya menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia.

Mengantisipasi tren wisata dunia ini Indonesia sebagai bagian dari negara yang

akan mendapatkan limpahan kunjungan wisatawan dunia menetapkan "Marine and

Heritage" sebagai tema pariwisata Indonesia tahun 2010. Ditargetkan tujuh juta

wisatawan asing akan mengunjungi Indonesia dan wisatawan domestik sebanyak

223 juta orang. Para wisatawan ini akan selalu bergerak, tak hanya di satu lokasi

wisata.

UNWTO memprediksikan sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat dunia, tren

berwisata ke pantai dan laut akan terjadi di sejumlah belahan dunia. Hal ini menjadi

peluang sangat besar bagai Indonesia yang memiliki tidak kurang dari 17.000 pulau

dan banyak potensi wisatawa laut yang dapat digali. Berkenaan dengan tema yang

diangkat, untuk marine, keindahan laut mulai dari gugusan kepulauan di timur

hingga barat dapat menjadi daya tarik wisatawan asing ataupun domestik. Selain

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 19

Page 20: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

itu, sejumlah olahraga laut yang kini mulai banyak diminati dapat menjadi nilai

tambah bagi wisata bahari Indonesia.

Tren perkembangan kepariwisataan akhir-akhir ini memunculkan wisata bahari

sebagai salah satu wisata yang paling diminati para wisatawan, baik domestik

maupun mancanegara. Perkembangan wisata bahari di Indonesia, khususnya di

kawasan Indonesia bagian Timur sangatlah pesat. Hal ini ditandai dengan promosi

dari pemerintah dalam even-even bahari di Indonesia Timur. Even sail Bunaken

2009 dan Sail Banda 2010 merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan

Kawasan Indonesia Timur sebagai destinasi wisata bahari.

Takabonerate Raja Ampat WakatobiGambar 3.4. Destinasi Bahari Sejenis Yang Berdekatan

Perkembangan destinasi wisata bahari di Indonesia Timur, seperti Raja Ampat,

Wakatobi, Ternate, Selayar, dan Alor mulai menunjukkan eksistensinya dalam

merebut minat wisatawan, khususnya wisatawan minat khusus bahari. Sebagai

salah satu destinasi bahari di kawasan Indonesia Timur, Maluku Utara perlu

merencanakan pengembangan pariwisata dengan terpadu dan terstruktur. Dalam

persaingan dengan destinasi sekitar yang juga menawarkan daya tarik wisata yang

hampir sama, Maluku Utara harus menawarkan suatu ciri khas yang dapat

memberikan pilihan yang menarik dari pada detinasi pariwisata sekitar.

3.2.1.3. Keterbatasan Jalur Pelayaran Cruise di Maluku Utara

Maluku Utara merupakan kawasan yang didominasi oleh wilayah kepulauan dan

mempunyai potensi wisata bahari yang cukup bersaing dengan kawasan sejenis

lainnya. Dari potensi ini, cruise merupakan salah satu posensi yang sangat

potensial di lakukan di Maluku Utara. Berikut adalah gambar jalur cruise yang

melewati Indonesia

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 20

Page 21: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Gambar 3.5. Jalur Pelayaran Cruise di Indonesia

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Maluku Utara sebagai kawasan wisata

bahari belum di lalui oleh jalur pelayaran cruise. Dengan adanya even internasional

Sail Indonesia 2012 di Morotai, Maluku Utara dapat memperkenalkan Maluku Utara

sebagai destinasi wisata bahari yang layak disinggahi oleh kapal-kapal cruise.

Namun dilihat dari segi kesiapan Provinsi Maluku Utara untuk disinggahi kapal-

kapal cruise dan menerima para wisatawan yang cukup banyak masih perlu

ditingkatkan. Baik dari segi peningkatan fasilitas penunjang kegiatan yang di

sebabkan oleh adanya kapal cruise yang singgah dan juga dari segi SDM

pariwisata yang akan menerima wisatawan kapal cruise.

3.2.1.4. Keterbatasan Aksesibilitas dan Fasilitas Kepariwisataan

Provinsi Maluku Utara mempunyai wilayah yang sebagian besar adalah wilayah

kepulauan, sehingga transportasi antar daerah sebagian besar melalui laut. Dalam

pariwisata, transportasi juga merupakan hal yang sangat penting. Sehingga tulang

punggung aksesibilitas kepariwisataan Maluku Utara adalah melalui jalur laut.

Transportasi air di Maluku Utara sudah cukup mewadahi, mulai dari kondisi dan

jumlah kapal yang beroperasi sekaligus prasarana transportasinya seperti dermaga

dan kelengkapannya. Namun sarana dan prasarana transportasi tersebut masih

terbatas untuk kepentingan komersil saja, bukan sebagai transportasi pariwisata

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 21

Page 22: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

yang lebih menekankan pada kenyamanan dan dapat menikmati perjalanan. Selain

keterbatasan akan transportasi pariwisata, jadwal perjalanan speedboat atau feri

masih belum dijalankan secara reguler sehingga wisatawan masih harus menyewa

boat dengan harga tinggi untuk mencapai suatu kawasan pariwisata tertentu.

Dalam transportasi darat, untuk menuju kawasan-kawasan wisata atau hotel dari

bandara atau dermaga, wisatawan juga belum menemukan angkutan umum yang

secara reguler dan nyaman untuk berkeliling, namun di kawasan Maluku Utara

terdapat banyak sekali mobil-mobil sewaan yang ditawarkan, namun dengan harga

yang relatif masih tinggi.

Fasilitas kepariwisataan juga belum berkembang di kawasan-kawasan pariwisata.

Misalnya di kawasan danau Tolire yang merupakan salah satu wisata andalan di

Maluku Utara. Kondisi Danau Tolire masih jauh dari pengembangan fasilitas

kepariwisataan, belum benar-benar ada perencanaan fasilitas di sana. Hanya

beberapa gazebo-gazebo yang telah rusak.

Terbatasnya infrastruktur transportasi dan fasilitas di Provinsi Kepulauan Maluku

Utara menyebabkan rendahnya aksesibilitas dan kunjungan wisatawan di wilayah

tersebut. Hal ini antara lain tercermin dari tingginya biaya transportasi antar wilayah

sehingga investor kurang berminat untuk menanamkan modalnya di wilayah yang

sebenarnya memilki potensi sumberdaya yang besar.

Gambar 3.6. Ilustrasi sarana transportasi laut, darat dan fasilitas di Maluku Utara

Selain itu, jika dilihat dari sisi kualitas infrastruktur jalan, terdapat sejumlah tujuan

wisata yang relatif berada di daerah terpencil, kondisi jalan menuju objek wisata tersebut

kebanyakan rusak parah dan sulit untuk dilalui. Kesulitan itu, masih ditambah lagi dengan

ketidaktersedian angkutan umum yang langsung menuju kawasan/objek wisata tersebut.

Semua itu merupakan faktor yang dapat menghambat perkembangan pariwisata di

Indonesia karena menimbulkan kesan yang buruk bagi wisatawan sehingga menurunkan

minat wisatawan untuk berkunjung kembali.

Keterbatasan dan Kenyamanan Penerbangan Menuju Maluku Utara

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 22

Page 23: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Maluku Utara mempunyai sebuah bandara yang cukup memadai untuk didarati

pesawat Boeing 737 atau yang lebih kecil yaitu Bandara kelas 2B Sultan

Baabullaah. Untuk menuju Bandara Sultan Baabullaah, Tenate terdapat beberapa

maskapai yang melayani, antara lain Garuda Indonesia, Batavia Air, Lion Air dan

Ekspress Air.

Dalam penerbangan menuju Ternate terdapat beberapa kendala yang masih sering

terjadi, yang dalam hal ini berpengaruh pada akses wisatawan yang ingin

mengunjungi Maluku Utara. Kendala yang pertama adalah minimnya frekuensi

penerbangan menuju Ternate sehingga wisatawan tidak dapat setiap saat menuju

ke Ternate. Hal ini tentunya menyebabkan minimnya jumlah wisatawan yang

berkunjung.

Gambar 3.7. Ilustrasi Sarana Transportasi udara

Permasalahan yang kedua adalah jadwal penerbangan menuju Ternate yang

kurang nyaman bagi para wisatawan, misalnya pada penerbangan mengunakan

Batavia Air yang berangkat dari Jakarta dengan jadwal pukul 01.30 WIB sehingga

para penumpang harus menunggu sampai dini hari di Bandara Soekarno Hatta,

tanpa ruang tunggu yang mewadahi.

Dengan kedua permasalahan yang terpapar di atas, dapat disimpulkan bahwa

frekuensi penerbangan, jadwal penerbangan dan tingkat kenyamanan

penerbangan menuju Ternate masih perlu direncanakan dengan lebih baik lagi,

sehingga kenyamanan dan tingkat kunjungan wisatawan ke Maluku Utara dapat

meningkat.

Implikasi atas berbagai isu aksesibilitas pada destinasi kepariwisataan Maluku

Utara dapat dijabarkan dalam butir-butir berikut ini:

1) Perlu pengembangan rute penerbangan ke destinasi sekunder

2) Perlu penambahan seat capacity

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 23

Page 24: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3) Perlu peningkatan kualitas pelayanan penerbangan (e-ticket, standar keamanan penerbangan, dsb)

4) Perlu peningkatan kualitas akses dan moda transportasi darat

3.2.1.5. Lokasi Geografis Yang Berada Di Wilayah Perbatasan

Terdapatnya bagian wilayah Provinsi Maluku Utara yang berada di Kawasan

Perbatasan dengan Negara Palau. Paradigma saat ini berpegang pada peran

strategis yang dimiliki kawasan perbatasan antar Negara. Peran stratgis tersebut

berkaitan dengan aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun pertahanan

keamanan. Kawasan perbatasan merupakan kawasan yang rentan terhadap

infiltrasi ideologi, ekonomi, maupun sosial budaya dari negara lain.

Dengan wilayah laut yang luas, terletak di wilayah perbatasan dengan negara

tetangga, serta terbatasnya sarana dan prasarana aparat penegak hukum di laut

menyebabkan kegiatan-kegiatan illegal (illegal fishing, illegal logging, illegal trading,

illegal minning, dan lain-lain).

Gambar 3.8. Peta Maluku Utara yang Berbatasan dengan Filipina

3.2.1.6. Keterbatasan Investasi Pariwisata

Prospek dan peluang investasi bidang pariwisata di Maluku Utara masih sangat

menjanjikan karena kondisi bisnis dan ekonomi nasional yang terus membaik

pasca krisis ekonomi global sehingga kepercayaan dunia internasional terhadap

Maluku Utara semakin bagus. Namun demikian, investasi kepariwisataan di

Indonesdia saat ini sebagian besar masih terkonsentrasi di Bali, Jakarta, dan

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 24

Page 25: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Batam dengan dominasi jenis usaha di bidang perhotelan, restoran, dan

tranportasi.

Di sisi lain, minimnya investasi pariwisata di luar Bali disebabkan oleh kemampuan

Daerah dalam melakukan pemasaran dan promosi masih sangat terbatas.

Beberapa Daerah yang berpotensi wisata ternyata kurang bisa 'menjual' potensi

daerah wisatanya kepada pemilik modal, bahkan masih banyak daerah yang belum

siap dan tidak tahu bagaimana cara menawarkan potensi daerahnya agar sesuai

keinginan dan harapan para investor. Oleh karena itu, pemerintah telah berussaha

memfasilitasi daerah-daerah yang cukup aktif menawarkan pariwisatanya kepada

investor dengan memberikan semacam pendampingan dan melakukan road show

ke luar negeri untuk menawarkan potensi investasi pariwisata daerah tersebut.

3.2.1.7. Belum Optimalnya Pelibatan dan Peran Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Pariwisata

Tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata sangat berbeda,

tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian yang dimiliki

oleh masyarakat lokal tersebut. Dalam hal ini potensi dan posisi masyarakat lokal

sebagai pelaku atau subjek penting dalam pengembangan pariwisata masih belum

terwujud secara nyata dan optimal. Keterlibatan masyarakat lokal belum optiomal.

Hal ini dapat diihat dari sejumlah fenomena, antara lain: (1) operator pariwisata di

daerah tertentu bukanlah penduduk lokal, (2) penduduk lokal menjual tanah

mereka kepada operator untuk dijadikan objek dan daya tarik pariwisata (3)

masyarakat lokal hanya menjadi penonton dan tidak berperan dalam kegiatan

pariwisata bahkan tidak dapat ikut mengawasi dampak-dampak yang ditimbulkan

oleh kegiatan pariwisdata itu, (4) masyarakat lokal tidak dipekerjakan sebagai

karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan operator pariwisata tersebut, (5)

tidak terdapat hubungan antara pihak operator pariwisata dan masyarakat lokal,

seperti usaha patungan (joint venture) antara masyarakat lokal dan pihak swasta,

ataupun pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat.

Pengelolaan pariwisata harus menggunakan konsep pengembangan pariwisata

berbasis masyarakat melalui program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam

merencanakan, memutuskan, dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki

melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 25

Page 26: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Dalam

pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan proses fasilitasi

untuk mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional

dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk

mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Lebih

jauh, pariwisata juga diharapkan dapat memberikan peluang dan akses kepada

masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti toko

kerajinan, toko cinderamata (souvenir), warung makan, dan lain-lain agar

masyarakat lokal mendapat manfaat ekonomi yang lebih baik dan diperoleh secara

langsung dari wisatawan untuk meningkatkan kesejastraan dan taraf hidupnya.

3.2.1.8. Aktualisasi Konsep Sadar Wisata Di Destinasi Pariwisata Belum Optimal

Masyarakat sebagai bagian penting dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan,

memiliki peran strategis tidak hanya sebagai penerima manfaat pembangunan,

namun sekaligus menjadi pelaku bagi keberhasilan pembangunan kepariwisataan

di wilayahnya masing-masing. Salah satu aspek penting dan mendasar bagi

keberhasilan pengembangan pariwisata adalah terciptanya iklim yang kondusif

bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu kawasan

tertentu. Hal tersebut menjadi mungkin jika mendapat dukungan, penerimaan, dan

partisipasi masyarakat setempat.

Dalam konteks dukungan dan partisipasi tersebut, Kementerian Pariwisata telah

memperkenalkan konsep Sadar Wisata yang didefinisikan sebagai “suatu konsep

yang menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong

terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan

kepariwisataan di suatu tempat/wilayah”. Definisi ini memposisikan masyarakat

sebagai tuan rumah (host). Disamping sebagai tuan rumah, masyarakat juga

berperan sebagai wisatawan (guest). Di sini peran masyarakat diharapkan dapat

mengenali potensi kepariwisataan Indonesia, sekaligus menggerakkan mata rantai

kepariwisataan di suatu tempat/wilayah.

Sadar wisata sebagai bentuk komitmen dukungan terhadap pengembangan

pariwisata, ternyata masih belum mengakar, dipahami, dan disikapi secara tepat

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 26

Page 27: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

dan konkret oleh masyarakat. Beberapa hal yang mengindikasikan hal tersebut

antara lain adalah terbatasnya pemahaman masyarakat terhadap pariwisata

maupun sadar wisata (termasuk sapta pesona) yang berakibat pada sikap dan

perilaku masyarakat yang kurang peduli dengan pariwisata. Hal itu tampak pada

sikap dan perilaku masyarakat yang ofensif/agresif terhadap wisatawan dalam

menawarkan produk dan jasa, lingkungan ODTW yang kotor, kurang tertata, dan

kurang memberikan atmosfer yang nyaman bagi wisatawan. Di samping itu,

dukungan insentif dan kemudahan baik dari instansi pemerintah maupun swasta

bagi masyarakat yang akan berwisata masih terbatas. Akibatnya, animo

masyarakat yang hendak melakukan perjalanan wisata untuk mengenali potensi

kepariwisataan Maluku Utara, yang berarti sekaligus juga menggerakkan mata

rantai perekonomian kepariwisataan di suatu tempat/wilayah, masih rendah.

3.2.2. PEMASARAN PARIWISATA

3.2.2.1. Persaingan Pencitraan Destinasi Sekitar

Salah satu upaya dalam mereposisi pasar pariwisata Maluku Utara adalah dengan

meninjau kembali brand equity Maluku Utara, apakah sudah sesuai dan dapat

diterima oleh pasar atau belum.

Sejauh ini Maluku Utara telah memposisikan dirinya sebagai Destinasi kepulauan

yang mempunyai potesi kelautan dan perikanaan yang sangat potensial. Hal ini

juga dialami oleh destinasi sekitar seperti Raja Ampat dan Bunaken, yang tentunya

lebih dikenal di kalangan wisatawan nusantara dan domestik. Sehingga Maluku

Utara perlu mempromosikan dirinya lebih khas dan lebih menonjokan potensi lain

yang tidak dimiliki oleh kawasan lain, seperti potensi wisata heritage perang dunia

II yang tersebar luas di Provinsi Maluku Utara dan juga sebagai Kepulauan

penghasil rempah-rempah terbaik di seluruh dunia.

3.2.2.2. Belum Optimalnya Promosi dan Pemasaran Pariwisata

Pada saat ini Maluku Utara melakukan beberapa hal dalam usaha untuk

mempromosikan dan memasarkan produk-produk wisata mereka melalui beberapa

hal, misalnya brosur dan website. Promosi ini selain dilakukan oleh dinas

pariwisata Provinsi Maluku Utara juga dilakukan secara independen oleh dinas-

dinas pariwisata masing-masing kabupaten dan kota.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 27

Page 28: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Cara ini dirasa masih belum optimal karena belum dapat menyentuh langsung

kepada wisatawan-wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Hal ini

disebabkan karena masih lemahnya pengelolaan kawasan pariwisata yang

dipasarkan dan sistem promosi yang masih terbatas pada kalangan tertentu saja.

Sehingga masih diperlukan beberapa cara lain yang dapat secara interaktif

menyentuh kebutuhan para calon wisatawsan ke Maluku Utara.

3.2.3. INDUSTRI PARIWISATA

3.2.3.1. Keterbatasan Kualitas dan Efisiensi Sistem Pelayanan Wisata

Pariwisata merupakan sektor yang tidak hanya menjual daya tarik berupa fisik saja,

melainkan juga merupakan sektor yang menjual jasa atau pelayanan. Saat ini

pelayanan baik yang diberikan di sejumlah pengelola objek wisata maupun usaha

pariwisata lainnya di Maluku Utara dinilai masih kurang memuaskan. Rendahnya

kualitas dan efisiensi sistem pelayanan wisata juga terlihat dari keluhan wisatawan

yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan atau

pemberian jasa trasportasi yang tidak memuaskan dan kurang profesional juga

didapati pada layanan taxi, dengan banyaknya sopir taksi yang tidak dapat

berbahasa Inggris. Akibatnya, sopir taksi sulit berkomunikasi dengan wisatawan

mancanegara, sehingga tidak dapat menjadi pemandu yang baik bagi wisatawan

yang menggunakan jasanya.

3.2.3.2. Kemitraan Pemerintah dan Swasta yang Belum Optimal

Jumlah penduduk Maluku Utara yang semakin membesar, arus globalisasi, dan

liberalisasi yang menguat menjadikan perubahan situasi dan kondisi ekonomi,

sosial, dan politik juga semakin cepat dan dinamis. Permasalahan-permasalahan

yang dihadapi Pemerintah pun semakin kompleks, sehingga diperlukan kecepatan,

ketepatan, dan keefektifan pengelolaan bangsa dan negara agar tidak tertinggal

dari bangsa lain.

Sampai saat ini, Pemerintah masih mendominasi peran sebagai regulator tunggal

dalam pembangunan kepariwisataan di Maluku Utara. Pemikiran tentang kegiatan

kepariwisataan belum mengarah pada kerja sama dengan badan-badan

kepariwisataan nasional, non-pemerintahan, dan pihak-pihak swasta lainnya

3.2.4. KELEMBAGAAN DAN SDM PARIWISATA

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 28

Page 29: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.2.4.1. Koordinasi/Sinergi Lintas Sektor dan Daerah yang Belum Efektif

Pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki saling hubungan dan keterkaitan

yang tinggi dengan bidang atau sektor lain baik secara lintas sektoral maupun

lintas regional (kewilayahan). Hubungan dalam konteks lintas sektor, antara lain

terkait dengan sektor kehutanan, kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan

perdagangan, telekomunikasi, perhubungan, kimpraswil, lingkungan, kebudayaan,

pendidikan, imigrasi dan hubungan luar negeri, dan sektor atau bidang terkait

lainnya. Hubungan tersebut mencakup aspek pemanfaatan sumber daya,

dukungan sarana prasarana dan infrastruktur, dukungan SDM, dukungan kebijakan

kemudahan perizinan, investasi, serta bentuk-bentuk regulasi lainnya.

Sebagai sektor yang memiliki keterkaitan sangat tinggi, maka pengembangan

pariwisata memerlukan koordinasi dan integrasi kebijakan yang sangat intensif

untuk mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan pariwisata sebagai

sektor andalan pembangunan nasional, baik dalam rangka mendorong percepatan

peningkatan kunjungan wisatawan untuk meningkatkan penerimaan devisa

maupun kontribusi ekonomi bagi daerah dalam mendorong usaha-usaha

pemberdayaan masyarakat.

Isu koordinasi dan kerjasama antara pusat dan daerah muncul sebagai

konsekuensi dari implementasi otonomi daerah yang tidak dilandasi dengan

prinsip-prinsip Good Governance. Dengan adanya UU Otonomi Daerah maka

kewenangan pengembangan produk pariwisata berada di Daerah, sedangkan

kewenangan pemasarannya berada di Pusat. Pengaturan kewenangan ini

menimbulkan arogansi Daerah untuk menentukan arah pembangunan dan

pengelolaan sumber daya dan wilayah administratifnya masing-masing, sehingga

mengakibatkan pengembangan kegiatan kepariwisataan antara Pusat dan Daerah

kurang terkoordinasi dengan baik. Begitu pula koordinasi antara pemerintah dan

swasta. Hal ini dapat memicu kecenderungan orientasi pembangunan yang hanya

mengejar peningkatan PAD yang mendorong masing-masing daerah berkompetisi

secara kurang sehat untuk menarik pasar wisatawan ke daerahnya dengan

kebijakan-kebijakan tertentu yang tidak memberikan kenyamanan kunjungan

wisatawan dan bahkan mengarah pada eksploitasi berlebihan terhadap objek

wisata yang berdampak pada penurunan daya dukung dan kualitas objek tersebut.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 29

Page 30: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

Selain itu, ancaman yang paling serius atas implementasi otonomi daerah adalah

munculnya paradigma sektoral yang menggilas peran lintas sektoral pariwisata,

yang selanjutnya berpengaruh besar terhadap pembangunan faktor pendukung

pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, atraksi, dan promosi. Padahal,

pembangunan kepariwisataan bersifat borderless, yang berarti pembangunan dan

pengelolaannya berlangsung lintas batas administratif dan lintas sektor. Oleh

karena itu, hendaknya setiap pemegang kewenangan otonom dan pemangku

kepentingan pariwisata harus berpikir nasional (Indonesia) dan bertindak lokal

(daerah). Dengan konsep ini, berarti para pemegang kewenangan daerah otonom

tidak menutup diri bagi kebijakan pariwisata secara nasional untuk kepentingan

kemajuan daerahnya.

3.2.4.2. Pariwisata Masih Menjadi Kewenangan Pilihan Di dalam Pemerintahan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah

memiliki kewenangan seluas-luasnya untuk menentukan prioritas kebijakan sektor

atau bidang pembangunan yang dikehendakinya. Sementara itu, pariwisata bukan

merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, melainkan merupakan

urusan pilihan. Akibatnya, bagi daerah yang kurang menyadari pentingnya sektor

pariwisata cenderung mengabaikan pembangunan sektor ini.

Pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, khususnya di sektor

kepariwisataan akan berjalan efektif jika didukung grand strategy yang menjadi

acuan pelaksanaan kebijakannya. Oleh karena itu, percepatan penyelesaian grand

strategy, termasuk penjabaran rencana aslinya menjadi hal signifikan yang harus

dilakukan dalam jangka pendek. Efektivitas pelaksanaan kebijakan desentralisasi

dan otonomi daerah disektor kepariwisataan perlu ditopang pula oleh komunikasi

dan koordinasi yang konstruktif antar lembaga/instansi pemerintah di pusat, dalam

usaha menciptakan harmonisasi peraturan perundangan di bidang kepariwisataan.

Demikian pula diperlukan harmonisasi di daerah dan antarpemerintah daerah,

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 30

Page 31: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

terutama untuk menetapkan peraturan perundangan kepariwisataan yang dapat

menjamin kepastian hukum pelaksanaan program-program pembangunan

kepariwisataan yang mempunyai sifat yang lintas wilayah dan lintas sektor.

Persoalan penting yang masih menjadi agenda penting untuk mendapatkan

perhatian oleh segenap pihak yang terkait dengan desentralisasi disektor

kepariwisataan ini adalah klaster III didalam struktur kementrian di Indonesia. Ini

membawa konsekuensi urusan kepariwisataan telah menjadi urusan pilihan bagi

daerah.

Gambar 3.9. Pariwisata sebagai urusan pilihan

Mendasarkan pada struktur urusan pemerintah seperti yang ada dalam gambar

diatas ; persoalan-persoalan koordinasi dan sinkronisasi program pariwisata yang

sangat bersifat lintas sektor dan lintas wilayah menjadi agak sulit untuk dilakukan.

Oleh karena itu penambahan satuan kerja baru di kementerian yang berfungsi

meningkatkan hubungan, koordinasi, dan sinkronisasi lintas sektor dan lintas

daerah dan lintas pelaku mutlak untuk dilakukan.

Diperlukan penyadaran bagi para pengambil kebijakan di daerah atas pentingnya

pariwisata sebagai motor penggerak perekonomian yang berjenjang dan berpadu,

karena kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang bersifat multisektora. Selain

itu, pariwisata juga mampu mempertahankan keberlanjutan kegiatan

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 31

Page 32: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

perekonomian. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota perlu menggali dan mengembangkan potensi pariwisata

yang dimilikinya.

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 32

Page 33: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.3. ANALISIS SWOT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA

3.3.1. Analisis SWOT Provinsi Maluku Utara

KEKUATAN KELEMAHAN

1. Memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia khususnya Ternate dan Tidore

2. Maluku Utara merupakan penghasil rempah paling potensial di Asia Tenggara3. Maluku Utara masuk dalam jalur perdagangan rempah dunia4. Maluku utara memiliki peranan penting dalam sejarah PD II terutama di Morotai5. Jalur transportasi umum laut sudah sangat berkambang dengan baik6. Memiliki peninggalan sejarah bawah laut yang sangat beragam dan potensial7. Memiliki serangkaian bangunan peninggalan bangsa Portugis, Spanyol dan

Belanda8. Memiliki keragaman adat tradisi, budaya, kuliner, dan kehidupan suku asli

pedalaman9. Memiliki potensi sumberdaya laut berupa ikan, sebaran terumbu karang dan

diving spot di hampir seluruh wilayah Maluku Utara10. Sudah adanya festival budaya tahunan (festival Teluk Jailolo, festival Guraici)11. Memiliki keragaman potensi alam yang tinggi berupa gunung, pantai, goa,

hutan (taman nasional), dan hutan mangrove

1. Masih rendahnya manajemen pengelolaan daya tarik wisata2. Masih terbatasnya kualitas SDM kepariwisataan3. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas cinderapata khas Maluku

Utara4. Keterbatasan akses udara (seat capacity, jalur penerbangan

langsung) dari dan ke kota-kota besar nasional, serta sarana bandara yang masih kurang terawat

5. Keterbatasan sarana akses laut bagi wisatawan (kapal wisata)6. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas fasilitas kepariwisataan (TIC,

souvenir shop, restaurant)7. Kurang meratanya ketersediaan hotel dan penginapan di seluruh

Maluku Utara8. Masih terbatasnya jalur Cruise yang melewati Maluku Utara9. Belum optimalnya kemitraan antara pemerintah dan swasta

PELUANG ANCAMAN

1. Dipilihnya maluku utara sebagai tuan rumah Sail Indonesia 20122. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata masal ke minat khusus3. Dipilihnya Marine and Heritage sebagai tema pariwisata Indonesia 20104. Menjadi salah satu kawasan tujuan bagi diving club dunia

1. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku Utara (Sulut, Raja Ampat)

2. Maluku utara termasuk dalam jalur vulkanis yang masih aktif3. Masih adanya penangkapan ikan dengan cara menggunakan bom4. Makin berkurangnya kuantitas sisa – sisa peninggalan PD II,5. Kerawanan terhadap bencana alam seperti gempa bumi tektonik dan

tsunami (pertemuan tiga lempeng, Australia, Eurasia, dan Pasifik)

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 33

Page 34: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

S – O STRATEGIES W – O STRATEGIES

1. Penataan kawasan kota Ternate sebagai Hub Maluku Utara2. Pengembangan wisata minat khusus (water sport, diving, jungle trekking, eco

village tourism, pilgrim tourism, underwater heritage, tribe tourism, cave )3. Pengembangan wisata berbasis festival budaya dan tradisi secara rutin

1. Pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan di bidang kepariwisataan

2. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas cinderamata dan makanan tradisional

3. Penambahan dan pengembangan jalur penerbangan dan seat capacity dari dan ke Maluku Utara

4. Pemfokusan pada pasar wuisatawan minat khusus5. Penambahan dan pengembangan jalur penerbangan cruise ke

Maluku Utara6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana transportasi wisata laut

dan darat7. Pengembangan falisitas akomodasi berbasis marine eco-resort8. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta

S – T STRATEGIES W – T STRATEGIES

1. Pengembangan data tarik wisata yang mewakili kekhasan Maluku Utara2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan yang

tanggap bencana4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi laut5. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah

1. Pengembangan “early warning system” untuk bencana alam2. Pengembangan sarana penunjang cruise3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Maluku Utara4. Pengembangan paket wisata sejarah (sejarah 4 kerajaan dan sejarah

PD II)5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana pariwisata yang

menonjolkan keunikan Maluku Utara

3.3.2. Analisis SWOT Per Kabupaten Kota di Provinsi Maluku Utara

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 34

Page 35: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.3.2.1. Kota Ternate

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai bandara yang representatif2. Mempunyai Infrastruktur yang lengkap3. Swering sebagai embrio kawasan waterfront4. Mempunyai sebaran potensi wisata heritage5. Memiliki aktivitas kehidupan kota 24 jam6. Tranportasi laut dan darat yang cukup memadai7. Memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah

perkembangan bangsa Indonesia

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang membelakangi pantai

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata

PELUANG1. Kota Ternate sebagai hub Provinsi Maluku Utara2. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara

khususnya pada wisata minat khusus (diving, WW II pilgrim)

3. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata masal ke minat khusus

4. Mulai adanya kunjungan Curise ke Ternate

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata minat khusus (diving,

snorkeling, pilgrimage)2. Pengembangan urban tourism yang berpusat di

kawasan Swering sebagai kawasan watertfront3. Pengembangan heritage peninggalan Portugis

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses3. Pengaturan pendirian bangunan di kawasan pantai

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Memiliki kerawanan tinggi terhadap bencan gempa3. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)4. Makin berkurangnya kuantitas bangunan bersejarah.5. Minat investor dibidang penerbangan masih kecil

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi

laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap kawasan

pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Ternate4. Pengembangan paket wisata sejarah (sejarah 4

kerajaan dan sejarah PD II)5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Maluku Utara

3.3.2.2. Kota Tidore Kepulauan

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 35

Page 36: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai sebaran potensi wisata heritage2. Tranportasi laut dan darat yang cukup memadahi3. Memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah

perkembangan bangsa Indonesia4. Sebagai penghasil rempah paling potensial di Asia

Tenggara

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang kurang berkembang

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata4. Daerah yang masih terisolasi bagi pengembangan

pariwisata

PELUANG1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara

khususnya pada wisata minat khusus (diving, WW II pilgrim)

2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata masal ke minat khusus

3. Mempunyai kedekatan geografis dengan Ternate sebagai hub utama Maluku Utara (10 menit dengan boat)

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata heritage peninggalan

bangsa Spanyol2. Pengembangan wisata kuliner tepi pantai3. Pemanfaatan potensi rempah-rempah sebagai

daya tarik wisata minat khusus

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia jasa,

pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta kenyamanan

dan kemudahan akses3. Pengaturan pendirian bangunan di kawasan pantai4. Soisialisasi nilai positif pariwisata bagi perkembangan

daerah

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Memiliki kerawanan tinggi terhadap bencan gempa3. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)4. Makin berkurangnya kuantitas sisa – sisa

peninggalan PD II.5. Minat investor dibidang penerbangan masih kecil

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda

sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan

potensi laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk bencana

alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap kawasan

pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Maluku Utara4. Pengembangan paket wisata sejarah (sejarah 4

kerajaan dan sejarah PD II)5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Maluku Utara

3.3.2.3. Kabupaten Halmahera Barat

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 36

Page 37: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai sebaran potensi wisata heritage2. Tranportasi laut dan darat yang cukup memadahi3. Sudah adanya festival budaya tahunan (festival

Teluk Jailolo)4. Mempunyai potensi pantai yang indah dan pasir

putih

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang membelakangi pantai

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata4. Peninggalan Kasultanan Jailolo yang mulai memudar

PELUANG1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus2. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata

Indonesia 20103. Mempunyai kedekatan geografis dengan Ternate

sebagai hub utama Maluku Utara (60 menit dengan boat)

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata minat khusus2. Pengembangan urban tourism yang berpusat di kota

Jailolo3. Pengembangan heritage peninggalan Kasultanan

Jailolo4. Pengembangan wisata tepi pantai

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses3. Pengaturan pendirian bangunan di kawasan pantai

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi

laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap kawasan

pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Halbar4. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Halbar

3.3.2.4. Kabupaten Halmahera Tengah

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 37

Page 38: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai kawasan goa bokimanuru2. Mempunyai potensi pantai

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang membelakangi pantai

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata4. Jauh dari hub Maluku Utara

PELUANG1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus2. Perkembangan tren wisatawan minat khusus (cave

tubing)

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata susur goa2. Pengembangan wisata cave tubing

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil4. Penambangan batu bara yang meluas

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi

laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap kawasan

pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Halteng4. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Halteng

3.3.2.5. Kabupaten Halmahera Utara

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 38

Page 39: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai beragam potensi wisata (bahari,

heritage, pantai, alam)2. Mempunyai titik diving yang potensial3. Mempunyai potensi pantai yang indah4. Kehidupan kota 24 jam5. Tranportasi laut dan darat yang cukup memadahi6. Mempunyai pulau-pulau kecil yang berpotensi

(Kakara, Tagalaya dll)

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata3. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas fasilitas

kepariwisataan (TIC, souvenir shop, restaurant)

PELUANG1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara

khususnya pada wisata minat khusus2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus3. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata

Indonesia 2010

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata minat khusus (diving,

snorkeling, pilgrimage)2. Pengembangan wisata jelajah hutan bakau3. Pengembangan wisata perkotaan dan night life4. Pengembangan wisata heritage PD II

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses3. Pembangunan fasilitas kepariwisataan yang

mewadahi dan berstandart internasional

ANCAMAN1. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)2. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil3. Masih adanya penangkapan ikan dengan cara

menggunakan bom4. Kerusakan atraksi wisata yang berupa bangkai

kapal dan peninggalan PD II

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan

potensi laut5. Perawatan atraksi wisata yang berupa bangkai

kapal dan peninggalan PD II

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap

kawasan pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Maluku

Utara4. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Maluku Utara

5. Pengembangan kerajinan souvenir khas Halut

3.3.2.6. Kabupaten Halmahera Selatan

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 39

Page 40: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai titik diving yang potensial2. Mempunyai potensi pantai yang indah3. Guraici sebagai kawasan yang cukup berkembang

dan mempunyai resort4. Mempunyai potensi kuliner yang khas di daerah

Bacan5. Sudah adanya festival budaya tahunan (festival

Guraici)

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata3. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas fasilitas

kepariwisataan (TIC, souvenir shop, restaurant)

PELUANG1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara

khususnya pada wisata minat khusus2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus3. Guraici sebagai salah satu daya tarik wisata di

Maluku Utara yang sudah cukup terkenal

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata minat khusus (diving,

snorkeling, pilgrimage)2. Pengembangan produk wisata alam Halmahera

Selatan sebagai Eco-Village Resort khususnya di Pulau Guraici

3. Pengembangan wisata kuliner yang menonjolkan kekhasan

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses3. Pembangunan fasilitas kepariwisataan yang

mewadahi dan berstandart internasional

ANCAMAN1. Memiliki kerawanan tinggi terhadap bencan gempa2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil4. Masih adanya penangkapan ikan dengan cara

menggunakan bom

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan

potensi laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap

kawasan pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Maluku

Utara4. Pengembangan paket wisata sejarah (sejarah 4

kerajaan dan sejarah PD II)5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Maluku Utara

3.3.2.7. Kabupaten Halmahera Timur

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 40

Page 41: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Suku-suku asli pedalaman (Togutil) dengan cara

hidup yang masih lestari hingga sekarang2. Mempunyai kawasan taman nasional3. Mempunyai species burung yang langka di Taman

Nasionalnya (burung Bidadari)4. Mempunyai potensi pantai

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang membelakangi pantai

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata4. Jauh dan sulit dijangkau dari hub Maluku Utara

PELUANG1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus2. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata

Indonesia 2010

S - O STRATEGIES1. Pengembangan village tourism2. Pengembangan wisata jelajah hutan dan bird

watching3. Pengembangan wisata pantai

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Minat investor dibidang penerbangan masih kecil

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda

sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan

potensi laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap

kawasan pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Haltim4. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Haltim

3.3.2.8. Kabupaten Kepulauan Sula

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 41

Page 42: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai potensi pantai yang cukup beragam2. Mempunyai peninggalan sejarah bangsa Portugis

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur, fasilitas

penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Pembangunan kawasan pesisir yang membelakangi pantai

3. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata4. Jauh dan sulit dijangkau dari hub Maluku Utara

PELUANG1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata pantai2. Pengembangan wisata heritage3. Pengembangan wisata perkotaan

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai penyedia

jasa, pengembangan sarana & prasarana2. Pengembangan sarana & prasarana serta

kenyamanan dan kemudahan akses

ANCAMAN1. Termasuk pada area pulau – pulau vulkanis yang

masih aktif2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil4. Jarak daerah (sphere of space), jarak waktu

(sphere of time), jarak pejabat (sphere of functionary), jarak pelayanan masyarakat (sphere of services) serta jarak pengawasan (sphere of control).

5. Daerah yang belum terlalu dikenal oleh wisatawan

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda

sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan

potensi laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap

kawasan pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Sula4. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Sula

3.3.2.9. Kabupaten Morotai

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 42

Page 43: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN1. Mempunyai bandar udara perintis2. Mempunyai sebaran potensi wisata

heritage,khususnya underwater heritage3. Merupakan daerah bekas markas sekutu dalam PD II

sehingga mempunyai sebaran peninggalan sejarah yang cukup banyak

4. Mempunyai titik diving yang potensial5. Memiliki potensi perikanan tuna, mutiara dan besi

putih

KELEMAHAN1. Terbatasnya superstruktur & Infrastruktur,

fasilitas penunjang kepariwisataan, struktur perencanaan pada area pesisir pantai

2. Terbatasnya kualitas SDM pariwisata3. Akses yang cukup jauh dari hub utama Maluku

Utara

PELUANG1. Special event – Sail Indonesia 2012,2. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata

Indonesia 20103. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara

khususnya pada wisata minat khusus4. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata

masal ke minat khusus5. Diresmikan sebagai KTM minapolitan

S - O STRATEGIES1. Pengembangan wisata minat khusus (diving,

snorkeling, pilgrimage)2. Pengembangan underwater heritage tourim3. Pengembangan wisata ziarah khususnya bagi

wisatawan mancanegara4. Pengembangan cinderamata khas berupa mutiara

dan besi putih5. Pemanfaatan potensi perikanan sebagai daya tarik

W - O STRATEGIES1. Pengembangan SDM pariwisata sebagai

penyedia jasa, pengembangan sarana & prasarana

2. Pengembangan sarana & prasarana serta kenyamanan dan kemudahan akses

3. Pengaturan pendirian bangunan di kawasan pantai

ANCAMAN1. Memiliki kerawanan tinggi terhadap bencan gempa2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku

Utara (Sulut, Raja Ampat)3. Makin berkurangnya kuantitas sisa – sisa

peninggalan PD II.4. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil

S - T STRATEGIES1. Memberlakukan konsep sustainable development

dalam pengembangan serta pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan

2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi

laut

W - T STRATEGIES1. Pengembangan “early warning system” untuk

bencana alam2. Membentuk unit pelaksana teknis di setiap

kawasan pengembangan3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Morotai4. Pengembangan paket wisata sejarah (sejarah 4

kerajaan dan sejarah PD II)5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana

pariwisata yang menonjolkan keunikan Morotai

Laporan Akhir RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 43

Page 44: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.1. ANALISIS LINGKUNGAN EKTERNAL 13.1.1. Globalisasi 13.1.2. Pemanasan Global (Global Warming) 33.1.3. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) 43.1.4. Kecenderungan dan Perkembangan Pariwisata Global 63.1.5. Kode Etik Pariwisata Global (Global Code of Ethics Tourism) 113.1.6. Perkembangan Kawasan Asia Pasifik dan ASEAN 133.1.7. Dari Pariwisata Masal Menuju Pariwisata Minat Khusus (Mass Tourism to

Special Interest) 153.1.8. Kelonggaran Terhadap Pergerakan dan Arus Wisatawan di beberapa

Wilayah (Tourism Restriction Allowance) 153.1.9. Kebangkitan Ekonomi Kreatif sebagai Ekonomi Gelombang Keempat 163.1.10. Revolusi Teknologi dan Informasi 163.1.11. Pergeseran Kebijakan Pembangunan Nasional 173.1.12. Pembangunan yang berbasis pada Pemberdayaan Masyarakat (People

Oriented & Community Based Development) 173.2. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL 183.2.1. DESTINASI PARIWISATA 183.2.1.1. Keterbatasan Aspek Daya Saing dan Pengembangan Produk Wisata 183.2.1.2. Perkembangan Destinasi Sejenis Yang Berdekatan 203.2.1.3. Keterbatasan Jalur Pelayaran Cruise di Maluku Utara 213.2.1.4. Keterbatasan Aksesibilitas dan Fasilitas Kepariwisataan 223.2.1.5. Lokasi Geografis Yang Berada Di Wilayah Perbatasan 253.2.1.6. Keterbatasan Investasi Pariwisata 263.2.1.7. Belum optimalnya pelibatan dan peran masyarakat lokal dalam pengembangan

pariwisata 263.2.1.8. Aktualisasi konsep sadar wisata di destinasi pariwisata belum optimal 273.2.2. PEMASARAN PARIWISATA 283.2.2.1. Persaingan Pencitraan Destinasi Sekitar 283.2.2.2. Belum Optimalnya Promosi dan Pemasaran Pariwisata 293.2.3. INDUSTRI PARIWISATA 293.2.3.1. Keterbatasan Kualitas dan Efisiensi Sistem Pelayanan Wisata 293.2.3.2. Kemitraan pemerintah dan swasta yang belum optimal 303.2.4. KELEMBAGAAN DAN SDM PARIWISATA 303.2.4.1. Koordinasi/sinergi lintas sektor dan daerah yang belum efektif 303.2.4.2. Pariwisata Masih Menjadi Kewenangan Pilihan Di Dalam Pemerintahan 323.3. ANALISIS SWOT PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA 343.3.1. Analisis SWOT Provinsi Maluku Utara 343.3.2. Analisis SWOT Per Kabupaten Kota di Provinsi Maluku Utara 363.3.2.1. Kota Ternate 363.3.2.2. Kota Tidore Kepulauan 373.3.2.3. Kabupaten Halmahera Barat 383.3.2.4. Kabupaten Halmahera Tengah 393.3.2.5. Kabupaten Halmahera Utara 403.3.2.6. Kabupaten Halmahera Selatan 413.3.2.7. Kabupaten Halmahera Timur 423.3.2.8. Kabupaten Kepulauan Sula 43

Laporan KemajuanRIPPARDA Provinsi Maluku Utara IV - 44

Page 45: KERANGKA ACUANdisbudpar.malutprov.go.id/wp-content/uploads/2015/11/BAB... · Web viewDari 8 tujuan tersebut terdapat tujuan yang tegas untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayan

3.3.2.9. Kabupaten Morotai 44

GAMBAR 3.1. FORECAST JUMLAH WISATAWAN INTERNASIONAL BERDASARKAN DATA DIREKTORAT PEMASARAN KEMENBUDPAR 2009 8

GAMBAR 3.2. KEDATANGAN WISATAWAN INTERNASIONAL DIRINCI BERDASARKAN KAWASAN, SUMBER: WTO, 9

GAMBAR 3.3. INTERNATIONAL TOURISM FORCAST 2009 9GAMBAR 3.4. DESTINASI BAHARI SEJENIS YANG BERDEKATAN 21GAMBAR 3.5. JALUR PELAYARAN CRUISE DI INDONESIA 22GAMBAR 3.6. ILUSTRASI SARANA TRANSPORTASI LAUT, DARAT

DAN FASILITAS DI MALUKU UTARA 23GAMBAR 3.7. ILUSTRASI SARANA TRANSPORTASI UDARA 24GAMBAR 3.8. PETA MALUKU UTARA YANG BERBATASAN DENGAN

FILIPINA 25GAMBAR 3.9. PARIWISATA SEBAGAI URUSAN PILIHAN 33

Laporan Kemajuan RIPPARDA Provinsi Maluku Utara III - 45