kesejahteraan psikologis (psychological well …eprints.ums.ac.id/52426/11/naskah publikasi fix yg...
TRANSCRIPT
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING)
PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh:
Annisaa Nur Rahmawati
F.100130154
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
ii
i
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ii
4
iii
1
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING)
PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada KSR PMI Kota
Surakarta dalam menangani bencana. Informan pada penelitian ini memiliki
karateristik yaitu a)Menjadi anggota KSR PMI minimal 1 tahun dan b) Pernah
menangani bencana. Informan dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang
terdiri dari KSR PMI Unit Markas dan Unit UNS. Penelitian ini menggunakan
metode kuesioner terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KSR PMI Kota
Surakarta memiliki psychological well-being yang cukup tinggi. Secara umum,
para anggota KSR PMI merasa senang dengan teman-teman sesama rekan KSR
PMI karena dapat bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda. Tujuan
hidup para KSR PMI juga ingin bermanfaat untuk orang lain, sehingga para
anggota KSR PMI lebih merasakan adanya afek positif daripada afek negatif.
Kata Kunci : kesejahteraan psikologis, relawan, KSR PMI
ABSTRACT
This study aims to understand and describe the psychological well-being
of the PMI Surakarta in dealing with the disaster. Informants in this study have
characteristics that are a) Become a member of KSR PMI at least 1 year and b)
Never handle disaster. Informants in this study amounted to 50 people consisting
of KSR PMI Unit Headquarters and Unit UNS. This research uses open
questionnaire method. The result of the research shows that KSR PMI Surakarta
has high psychological well-being. In general, the KSR PMI members are happy
with their peer partner KSR PMI because they can socialize with different
individuals. The life goals of KSR PMI also want to benefit others, so that PMI
KSR members feel more positive than positive affects.
Keywords :psychological well-being, volunteers, KSR PMI
1. PENDAHULUAN
Setiap manusia memiliki kehidupan yang berbeda-beda yang dimana
tingkat kesejahteraannya pun berbeda-beda pula. Salah satu kesejahteraan yang
harus diperhatikan adalah kesejahteraan psikologis. Menurut Raudatussalamah
& Susanti (2014) kesejahteraan psikologis atau psychological well-being
adalah suatu kondisi dimana individu menjadi sejahtera dengan menerima diri,
memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain,
menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus
2
bertumbuh secara personal. Sejahtera secara psikologis bukan hal yang mudah
untuk dicapai, individu tidak hanya sehat secara fisik akan tetapi harus sehat
secara psikologis.
Bencana alam di wilayah Kota Surakarta semakin meluas, terutama ketika
hujan deras tiba, bantaran sungai Bengawan Solo meluap dan menenggelamkan
rumah-rumah warga. Bencana yang terjadi terkadang hingga menyeret korban.
Baru-baru ini, ada seorang anak berusia 6 tahun yang hanyut terbawa arus di
got karena hujan deras (Bunnews, 2016). Hal ini membuat relawan
kemanusiaan harus turun tangan untuk membantu, salah satunya adalah Korps
Sukarela Palang Merah Indonesia (yang selanjutnya disebut KSR PMI) yang
berada di Kota Surakarta. Syarat menjadi anggota KSR PMI adalah berusia 18
– 35 tahun (Susilo dkk, 2008).
Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh para relawan yaitu
mengevakuasi korban bencana dan memberikan support baik fisik maupun
psikologis pada para korban bencana, sehingga kondisi psikologis relawan
ketika turun ke medan bencana sangatlah penting. Tanggung jawab sosial para
relawan tidaklah sebatas mengevakuasi korban, tetapi juga bagaimana
ketrampilan relawan dalam bertindak mengevakuasi korban bencana.
Berdasarkan data yang di dapat oleh Subjek SA bahwa KSR PMI Kota
Surakarta telah ikut membantu menangani bencana yang ada di wilayah
karesidenan Surakarta bahkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Untuk
wilayah lain di Indonesia salah satunya adalah gempa bumi yang terjadi di
Jogja dan saat gunung Merapi meletus. Beberapa KSR PMI Kota Surakarta
beserta tim medis ikut menjaga posko yang berada di Magelang, Klaten, dan
Boyolali dan tiap satu minggu berganti orang yang menjaga posko. Untuk
bencana yang terjadi di Surakarta, KSR PMI sering menangani bencana banjir,
angin puting beliung, dan kebakaran. Daerah langganan banjir di daerah
Surakarta adalah Semanggi, Sangkrah, Sewu, Pucang Sawit, Jagalan,
Joyotakan, dan Kentingan Wetan. Terakhir banjir yang ditangani oleh KSR
PMI di wilayah Surakarta yaitu sekitar pada bulan Januari 2017, sebelumnya
pada tahun 2016 yaitu sekitar pada tanggal 26-27 November dan sekitar pada
bulan Juli atau Agustus yang merupakan bencana banjir yang lumayan besar.
Pasca terjadi angin puting beliung pada tanggal 2 Maret 2017, para anggota
KSR PMI langsung terjun membantu pohon yang jatuh di tempat kejadian.
Untuk kebakaran, merupakan bencana yang paling jarang terjadi di wilayah
Surakarta. Terakhir terjadi kebakaran pada tanggal 19 Februari 2017.
Tidak semua orang mau menjadi relawan seperti yang anggota KSR
lakukan, yaitu membantu menangani bencana karena menjadi tim evakuasi
dalam menangani bencana tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga waktu.
Dari data awal yang sudah peneliti dapatkan dari informan G, bahwa sebagian
3
besar anggota KSR merasa kesulitan dalam mengatur waktu antara menangani
bencana dan kuliah. Hal ini yang membuat para anggota KSR ketika
menangani bencana tidak menangani dengan sepenuh hati. Padahal sebenarnya,
pengalaman dalam kehidupan yang beragam dan unik akan memberikan
pengaruh terhadap kondisi kesejahteraan psikologis secara terus-menerus
(Harimukhti & Dewi, 2014). Data awal yang di dapatkan dari informan R
adalah setelah selesai melaksanakan tugas, para anggota KSR merasa bahagia
bisa membantu menangani bencana dan mengevakuasi korban bencana. Seperti
menurut Haworth dan Lewis (2005) bahwa partisipan yang ikut dalam aktivitas
fisik telah terbukti untuk menghasilkan suasana hati yang positif,
meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup.
Menurut studi psychological well-being yang dilakukan oleh Najia (2005)
terhadap para sukarelawan bencana gempa di Pakistan, ditemukan bahwa
dengan menjadi relawan, maka individu merasakan ada perubahan positif dari
dirinya, dimana individu dapat lebih menghargai diri sendiri, orang lain,
kehidupan, merasa dekat dengan Tuhan serta merasakan kepuasan dalam
hidup. Temuan ini konsisten dengan penelitian Thoits & Hewitt (2001) yang
menunjukkan bahwa pekerjaan sukarela memang meningkatkan semua enam
aspek kesejahteraan dan bekerja sebagai relawan memiliki manfaat untuk
memfasilitasi well-being seseorang untuk mencapai tingkat terbaiknya. Dari
temuan ini, peneliti tertarik meneliti KSR PMI terutama pada kesejahteraan
psikologisnya saat menangani bencana.
Berdasarkan fenomena di atas, maka pertanyaan yang muncul yaitu,
Berdasarkan fenomena di atas, maka pertanyaan yang muncul yaitu
kesejahteraan psikologis pada KSR PMI yang meliputi :
a) Bagaimana kemampuan penerimaan dirinya?
b) Bagaimana kemampuan memiliki hubungan positif dengan orang lain?
c) Bagaimana kemampuan dalam menentukan tindakan sendiri?
d) Bagaimana kemampuan dalam penguasaan lingkungan?
e) Bagaimana kemampuan dalam memiliki tujuan hidup?
f) Bagaimana kemampuan dalam pertumbuhan pribadi?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka penelitian ini akan mengulas
lebih lanjut bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis pada KSR PMI Kota
Surakarta dalam menangani bencana.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-
Being) Pada KSR PMI Kota Surakarta Dalam Menangani Bencana”
menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data pada
4
penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka yang berisi 9
pertanyaan.
Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dengan menentukan kriteria informan yang telah ditentukan sesuai dengan
tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2013), purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Kriteria dari informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi anggota KSR PMI Kota Surakarta minimal selama 1 tahun
2. Pernah menangani bencana
Informan penelitian ini juga menggunakan quota sampling dan insidental
yang berjumlah 50 orang dengan rentang usia yang sesuai dengan syarat masuk
anggota KSR PMI yaitu 18 – 35 tahun.
Peneliti menggunakan analisis tematik sebagai salah satu teknik dalam
analisis kualitatif yang memilah dan mengkode informasi dari responden dalam
bentuk tema-tema khusus. Tema tersebut dapat berupa daftar tema, model
tema, atau kualifikasi yang berkaitan dengan tema tersebut. dengan
menggunakan teori dan penelitian sebelumnya.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kesejahteraan Psikologis (psychological well-being) memiliki 6 dimensi
yang secara umum akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti dan kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR PMI
secara umum adalah senang karena dapat bersosialisasi dengan individu yang
berbeda-beda.
1. PenerimaanDiri
Para informan memiliki penerimaan diri dari perbedaan yang dirasakan
setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa sosial, menjadi
mempunyai skill, dan adanya pengembangan diri dibandingkan sebelumnya
dan proses penerimaan diri yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan
karakter, belajar berorganisasi, dan berusaha membagi waktu untuk bias
menerima diri bahwa sudah menjadi anggota KSR PMI.
2. Hubungan Positif dengan Orang Lain
Perasaan yang dimiliki sebagian besar informan kepada rekan-rekan
sesama anggota KSR PMI adalah senang dan memiliki alasan dari perasaan
menjalin hubungan dengan sesama anggota KSR PMI adalah menjadi bias
bersosialisasi dan mendapat pengalaman.
3. Menentukan Tindakan Sendiri
Sebagian besar informan dalam menentukan antara 2 kegiatan yang juga
terkait dengan pelaksanaan tugas sebagai anggota KSR PMI adalah memilih
memprioritaskan 1 kegiatan dahulu.
5
4. Penguasaan Lingkungan
Dalam penguasaan lingkungan, cara yang dilakukan informanuntuk
beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PMI adalah dengan
mengenal organisasi KSR PMI dan menyesuaikan sikap personal. Sedangkan
cara beradaptasi di medan bencana yang dilakukan oleh anggota KSR PMI
adalah banyak berkomunikasi dan menggunakan SOP untuk bertugas. Para
informan memiliki hambatan saat melaksanakan tugas menjadi anggota KSR
PMI adalah dalam menyesuaikan waktu dengan kegiatan lain, ketidaksesuaian
dengan rekan KSR dan dalam pengorganisasian tim. Sedangkan cara
menghadapi hambatan saat melaksanakan tugas sebagai anggota KSR PMI
adalah dengan memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar.
5. Tujuan Hidup
Alasan sebagian besar informan ingin menjadi anggota KSR PMI adalah
tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri, dengan
adanya alasan tersebut memiliki kesesuaian dengan tujuan hidupnya yaitu
ingin bermanfaat untuk orang lain.
6. Pertumbuhan Pribadi
Sebagian besar informan melakukan cara untuk mengembangkan
potensi diri dengan menjadi anggota KSR PMI yaitu dengan bersosialisasi dan
banyak berlatih.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
bagaimana kesejahteraan psikologis pada KSR PMI Kota Surakarta dalam
menangani bencana dengan menggunakan teori 6 dimensi menurut teori Ryff.
Kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR adalah senang karena bisa
bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam dimensi penerimaan diri, perbedaan
yang dirasakan setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa
sosial, menjadi mempunyai skill, dan adanya pengembangan diri
dibandingkan sebelumnya Hal ini sesuai dengan teori volunteer motivation
models yang menjelaskan bahwa individu memberikan pelayanannya dalam
kegiatan sukarelawan karena beberapa alasan, salah satunya adalah untuk
mengembangkan diri (Omoto & Snyder dkk, dalam Thoits & Hewitt, 2001).
Proses penerimaan diri sesaat setelah menjadi anggota KSR PMI, para
informan melakukan cara dengan mengembangkan karakternya, belajar
berorganisasi, dan berusaha membagi waktu untuk bisa menerima diri bahwa
sudah bergabung menjadi anggota KSR PMI. Hal ini sesuai dengan teori Ryff
(1989) bahwa penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan
menerima diri apa adanya yang kemampuan tersebut memungkinkan
seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan
yang dijalani.
6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungan positif dengan
orang lain, dengan adanya teman-teman dari organisasi KSR, tiap individu
merasa senang yang hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Bradburn
(1989) kebahagiaan merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan
merupakan suatu tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap individu.
Sedangkan alasan dari rasa senang tersebut merupakan hal yang juga
mempengaruhi hubungan positif dengan orang lain yaitu bisa bersosialisasi
dengan teman-teman dari organisasi KSR yang berbeda-beda tiap
individunya. Sesuai dengan teori dari Ryff dan Singer (1996)
menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi
menunjukkan individu memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan
disekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, dapat membangun
hubungan personal yang baik dengan orang lain.
Dimensi menentukan tindakan sendiri (otonomi) dalam hal memilih 2
kegiatan yang juga berkaitan dengan tugas sebagai anggota KSR PMI, hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas informan memilih untuk
memprioritaskan 1 kegiatan dan hal ini sesuai dengan pendapat Ryff (1995)
bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi otonomi
digambarkan cenderung bebas dan dapat menentukan nasibnya serta
mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan cara yang tepat.
Dimensi penguasaan lingkungan, baik dalam berkegiatan yang
dilaksanakan oleh PMI ataupun ketika berada di lokasi medan bencana,
anggota KSR PMI dituntut bisa beradaptasi. Untuk beradaptasi di dalam
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PMI, mengenal organisasi KSR dan
menyesuaikan sikap personal adalah cara yang dilakukan oleh para
informan. Sedangkan cara beradaptasi ketika berada di lokasi medan
bencana adalah dengan banyak berkomunikasi dan menggunakan SOP saat
bertugas. Hal ini sesuai dengan pendapat Harimukhti dan Dewi (2014)
bahwa penguasaan lingkungan yang baik ditandai oleh perasaan kompeten
menguasai lingkungan serta dapat memilih atau menciptakan lingkungan
yang cocok dengan dirinya. Selain itu, para anggota KSR PMI juga
memiliki hambatan ketika melaksanakan tugas-tugasnya yaitu untuk
menyesuaikan waktu dengan kegiatan yang lain, ketidaksesuaian dengan
rekan KSR, dan dalam pengorganisasian tim. Dengan hal itu, walaupun
memiliki hambatan, para informan bisa menghadapi hambatan tersebut
dengan cara memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar. Hal ini
sesuai dengan teori dari Ryff (1989) bahwa individu mampu mengontrol
lingkungannya sesuai dengan kondisi psikologisnya dan mamou
memanfaatkan kesemoatan yang ada di lingkungan secara efektif.
7
Tujuan hidup para informan bisa dilihat dari keinginan untuk menjadi
anggota KSR PMI dengan kesesuaian tujuan hidupnya. Sebagian besar
informan tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri
sehingga ingin masuk dalam anggota KSR PMI. Sedangkan untuk tujuan
hidupnya, para informan ingin bisa bermanfaat untuk orang lain. Hasil
penelitian tersebut senada dengan pendapat Nugroho (2011) yaitu bahwa
motif yang menyebabkan orang ingin terlibat menjadi relawan adalah motif
sosial. Hal ini lebih disebabkan karena tujuan utama mereka adalah
dapat memberdayakan masyarakat dan membantu orang lain.
Berdasarkan data yang telah di himpun dari informan, dalam
pertumbuhan pribadi, para informan mengembangkan potensi dirinya
dengan banyak bersosialisasi dan banyak berlatih. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Sheer (2008) bahwa relawan yang mengikuti pelatihan
lebih berpeluang mendapatkan kepuasan dibanding yang tidak.
4. PENUTUP
Kesejahteraan Psikologis (psychological well-being) memiliki 6 dimensi
yang secara umum akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti dan kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR PMI
secara umum adalah senang karena dapat bersosialisasi dengan individu yang
berbeda-beda.
Dimensi penerimaan diri, para informan menjadi memiliki rasa sosial, jadi
mempunyai skill, dan pengembangan diri setelah menjadi anggota KSR dan
dengan proses penerimaan diri sesaat setelah menjadi anggpta KSR PMI, para
informan melakukan cara dengan mengembangkan karakter, berorganisasi, dan
berusaha membagi waktu.
Dimensi hubungan positif dengan orang lain, dengan adanya teman-teman
yang berkumpul di dalam organisasi KSR, para informan merasa senang.
Sedangkan alasan dari rasa senang tersebut yaitu bisa bersosialisasi dan
mendapat pengalaman dengan teman-teman dari organisasi KSR.
Dimensi menentukan tindakan sendiri, dalam hal memilih 2 kegiatan yang
juga berkaitan dengan tugas sebagai anggota KSR PMI, para informan memilih
untuk memprioritaskan 1 kegiatan.
Dimensi penguasaan lingkungan, untuk beradaptasi di dalam kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan PMI, mengenal organisasi KSR dan menyesuaikan
sikap personal adalah cara yang dilakukan para informan. Sedangkan cara
beradaptasi ketika berada di lokasi medan bencana adalah dengan banyak
berkomunikasi dan menggunakan SOP saat bertugas. Selain itu, para anggota
KSR PMI juga memiliki hambatan ketika melaksanakan tugas-tugasnya yaitu
untuk menyesuaikan waktu dengan kegiatan yang lain, ketidaksesuaian dengan
8
rekan KSR, dan perngorganisasian tim. Walaupun memiliki hambatan, para
informan bisa menghadapi hambatan tersebut dengan cara memanajemen
waktu, berkomunikasi, dan terus belajar.
Dimensi tujuan hidup, tujuan hidup para informan dilihat dari keinginan
untuk menjadi anggota KSR PMI dengan kesesuaian tujuan hidupnya. Para
informan tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri
sehingga ingin masuk dalam anggota KSR PMI. Sedangkan untuk tujuan
hidupnya, para informan ingin bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dimensi pertumbuhan pribadi, bersosialisasi dan banyak berlatih
merupakan pengembangan potensi diri yang dilakukan para informan sebagai
anggota KSR PMI dalam aspek pertumbuhan pribadi.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis memberikan
saran kepada :
1. Jajaran pengurus PMI Kota Surakarta
Pentingnya terus memberi pelatihan untuk KSR adalah hal yang perlu
dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa KSR ada yang kurang dalam
pengetahuan materi. Sehingga ketika pelatihan di dapatkan maksimal oleh
KSR, para KSR tidak perlu merasa kekurangan lagi dalam pengetahuan materi.
2. KSR PMI Kota Surakarta
Peneliti memberi saran kepada anggota KSR PMI bahwa tetap terus
menjaga hubungan dengan sesama rekan anggota KSR yang lain, terus mau
mengembangkan karakter maupun potensi, banyak berkomunikasi agar bisa
menjadi tim yang solid saat berkegiatan ataupun menjalani tugas di lokasi
medan bencana, mau selalu belajar membagi waktu, dan selalu menolong
orang lain. Apabila ada rekan KSR yang kurang mengetahui materi, harap
diberikan pengajaran dari anggota KSR yang sudah baik atau mumpuni dalam
materi tersebut. Untuk komando, alangkah baiknya meminta jadwal
kuliah/sehari-hari pada tiap individu agar apabila ada kegiatan, komando tahu
mana saja yang bisa mengikuti tanpa mengorbankan kegiatan lain.
3. Peneliti lain
Peneliti yang berminat meneliti kesejahteraan psikologis pada
relawan, bisa menggunakan sisi yang lain selain dalam menangani bencana,
misalkan dengan ditambah variabel lain seperti pengaruhnya dengan status
gender, membandingkan anggota KSR yang baru dengan yang lama dalam hal
motivasinya, hubungan dengan sesama rekan organisasi, atau dalam hal
pengembangan potensi dirinya, perbedaan antara posko maupun anggota KSR
PMI Unit Markas dengan Unit Perguruan Tinggi yang lain bagaimana
karateristik keunikannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Bradburn, N.F. (1995). The structure of psychological well-being. Chicago:
Aldine PubCo.
Bunnews. (2016, Oktober 1). Breaking News Bermain Saat Hujan Bocah 6 Tahun
di Jagalan Solo hanyut terbawa arus di got. Diunduh dari http://www.bunnews.com
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New well-being measures: Short scales to assess
flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators Research,
39, 97, 143–156. http://dx.doi.org/10.1007/s11205-009-9493-y
Harimukhti, M.T & Dewi, K.S. (2014). Eksplorasi Kesejahteraan Psikologis
Individu Dewasa Awal Penyandang Tunanetra. Jurnal Psikologi Undip,
13(1), 64-67.
Haworth, J. & Lewis,S. (2005). Work, leisure and well-being. British Journal of
Guidance & Counselling, 33 (1), 67-79.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: PT Salemba Humanika.
Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Najia, R. P. (2005). Psychological well-being and coping mechanisms of
volunteers and aid workers in a post-disaster situation. James P Grant :
School of Public Health BRAC University.
Nugroho, Wahyu Ary. (2011). Motif Relawan Kemanusiaan Rumah Zakat
Cabang Depok (Skripsi tidak dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Raudatussalamah., Susanti, R. (2014). Pemaafan(Forgiveness) dan Psychological
Well-Being PadaNarapidanaWanita. Jurnal Marwah, 13(2), 219-234.
Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the
Meaning Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social
Psychological, 57, 1069-1071.
Ryff, C. D. (1995). Psychological Well-Being in Adult Life. Current Directions in
Psychological Science, 4, 99-104.
Ryff, C. D. ve Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being
revisited. Journal of personality and social Psychology, 69(4), 719-727.
10
Ryff, C.D., Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement,
and Implication for Psychoterapy Research, Psychoterapy, Psychosomatic.
Special Article, 65(2), 14-23.
Sheer, Michael, E. (2008). The Five Factors “Why people still volunteering social
work with volunteers.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Susilo, R. U., et, al,. (2008). Pedoman Manajemen Relawan (KSR-TSR). Jakarta:
Edisi 1: Palang Merah Indonesia.
Thoits, P. A., & Hewitt, L. N. (2001). Volunteer work and well-being. Journal of
Health and Social Behavior, 42(6), 115-131 .