kesiapan kerja siswa smk kelas xii jurusan …eprints.uny.ac.id/17311/1/skripsi.pdf · kesiapan...
TRANSCRIPT
i
KESIAPAN KERJA SISWA SMK KELAS XII JURUSAN PERIKANAN DI
SMK NEGERI 2 PURBALINGGA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Panggih Nugroho
NIM 07104244061
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
Sebuah sukses terwujud karena diiktiarkan, melalui perencanaan yang matang, keyakinan,
kerja keras, keuletan dan niat baik. (Mario Teguh)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Karya ini saya persembahkan untuk :
1. Almamaterku UNY, Agama, Bangsa dan Negara
2. Ayah dan Ibuku tercinta atas ketulusan, kasih sayang dan pengorbanannya.
3. Kakakku tercinta, Arie Cahyaningsih, Limas Figurawati dan Lenis Ary Sonta.
vii
KESIAPAN KERJA PADA SISWA JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN KELAS
XII SMK N 2 PURBALINGGA
Oleh
Panggih Nugroho
NIM 07104244061
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan kerja siswa
kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan dilihat dari aspek responsibility, flexibility,
skills, communication, self view, heallt & safety.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian
ini 50 siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala, Instrumen yang
digunakan adalah skala kesiapan kerja. Validitas item instrumen dengan
menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan diperoleh 42 item
valid. Angka korelasi validitas item bergerak dari 0,314 sampai 0,470. Reliabilitas
instrumen dengan menggunakan Alpha Cronbach dan diperoleh angka reliabilitas
0,851. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa dalam kategori
siap, yang ditunjukkan dari persentase 58%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa siap untuk memasuki dunia kerjanya. Kesiapan kerja siswa juga dapat
terlihat dari beberapa aspek, yaitu: (1) responsibility, tergolong siap dengan
persentase sebesar 66%, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam tanggung
jawab, (2) flexibility tergolong siap persentase sebesar 56%, yang artinya siswa
memiliki kesiapan dalam kemampuan daya tahan, (3) skills tergolong siap dengan
persentase sebesar 56%, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam kemampuan
dan keahlian yang akan mereka bawa kedalam situasi kerja baru, (4) communication
tergolong tidak siap dengan persentase sebesar 56%, yang artinya siswa masih belum
menguasai kemampuan berkomunikasi guna mendukung terciptanya hubungan
interpersonal di tempat kerja, (5) self view tergolong tidak siap dengan persentase
sebesar 60%, yang artinya siswa belum mampu memandang dirinya dalam situasi
kerja,(6) heallt & safety tergolong siap dengan persentase sebesar 60%, yang artinya
siswa memahami pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.
Kata kunci : kesiapan kerja, jurusan agribisnis perikanan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“KESIAPAN KERJA SISWA SMK KELAS XII JURUSAN PERIKANAN DI SMK
NEGERI 2 PURBALINGGA”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses
penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dengan kerendahan
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memimpin penyelenggaraan
pendidikan dan penelitian di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
berkenan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ijin
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Siti Rohmah Nurhayati, M. Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat, pengarahan, dan bantuan dalam penyusunan skripsi.
ix
5. Ibu Prof. Dr. Siti Partini Suardiman dan Ibu Rosita Endang kusmaryani, M. Si
selaku dosen pembimbing atas waktu dan kesabaran yang telah diberikan pada
saat membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan ilmu dan wawasan selama masa studi penulis.
7. Kedua orang tua saya yang telah mengorbankan tenaga dan waktu untuk tiada
henti mendoakan, membesarkan, mendidik serta membiayai kuliah demi
tercapainya cita-cita dan kesuksesanku.
8. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Purbalingga yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
9. Guru Pembimbing SMK N 2 Purbalingga, atas bimbingan dan bantuan yang
diberikan selama penelitian.
10. Seluruh siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan SMK N 2 Purbalingga, atas
keiklasan dan kesediaan dan segala bantuan selama penelitian.
11. Keluarga dan kakak-kakak tercinta terimakasih atas do’a, kasih sayang dan
semangat yang kalian berikan.
12. Teman-teman mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2007
khususnya kelas C atas semangat dan dukungannya selama ini.
13. Sahabat-sahabat seperjuangan, Udin, Ardi, Hanif, Ranu, Carlos, Haki, Heri, dan
Heru “perjuangan yang indah bersama kalian tak kan terlupakan”.
x
xi
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 9
C. Batasan Masalah........................................................................................... 10
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian........................................................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12
A. Kesiapan Kerja ............................................................................................. 12
1. Pengertian Kesiapan Kerja ...................................................................... 12
2. Faktor-faktor Kesiapan Kerja ................................................................. 17
3. Komponen dan Bentuk Kesiapan Kerja .................................................. 19
B. Soft skills Dalam Kesiapan Kerja .................................................................. 41
xii
C. Jurusan Perikanan ......................................................................................... 44
1. Pengertian Jurusan Perikanan ................................................................. 44
2. Tujuan Jurusan Perikanan ....................................................................... 45
3. Soft Skill pada Jurusan Perikanan ............................................................ 45
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 48
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 48
C. Variabel Penelitian ....................................................................................... 49
D. Definisi Operasional Variabel....................................................................... 50
E. Populasi Penelitian ....................................................................................... 50
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 51
G. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 52
H. Uji Coba Instrumen ...................................................................................... 54
I. Teknik Analisis Data .................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 60
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 60
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................... 60
2. Deskripsi Waktu Penelitian ..................................................................... 61
3. Deskripsi Subyek Penelitian ................................................................... 61
B. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................. 61
C. Pembahasan ................................................................................................. 71
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 75
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................... 77
A. Kesimpulan .................................................................................................. 77
B. Saran ............................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 80
LAMPIRAN ........................................................................................................... 82
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancarara .............................................................. 53
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban instrumen penelitian ........................................... 54
Tabel 3. Kategorisasi Nilai Reliabilitas .................................................................. 57
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 57
Tabel 5. Kelas Interval ........................................................................................... 59
Tabel 6. Subyek Penelitian ..................................................................................... 61
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Relatif ...................................................................... 64
Tabel 8. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan ................................................................................ 63
Tabel 9. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Responsibility .............................................. 64
Tabel 10. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Flexibility .................................................... 65
Tabel 11. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Skills ............................................................ 67
Tabel 12. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Communication ............................................ 68
Tabel 13. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Self View ..................................................... 69
Tabel 14. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Aspek Heallt & Safety ............................................ 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja ........................................................ 63
Gambar 2. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Responsibility....................... 65
Gambar 3. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Flexibility............................. 66
Gambar 4. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Skills .................................... 67
Gambar 5. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Communication .................... 68
Gambar 6. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Self View ............................. 69
Gambar 7. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Aspek Heallt & Safety .................... 70
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Skala Kesiapan Kerja ...........................................................................83
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen .............................................................. 87
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................................... 88
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ............................................................................89
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara maritim yang didalamnya terdapat kekayaan
laut yang melimpah dan sangat bermanfaat untuk membantu kesejahteraan
masyarakatnya. Kekayaan yang dimiliki oleh laut contohnya adalah ikan.
Indonesia memiliki banyak sekali ragam dan jenis ikan yang sudah barang tentu
dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Namun
semua itu tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal apabila tidak diimbangi
dengan SDM masyarakatnya atau dengan kata lain tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang bagaimana cara mengolah sektor perikanan dengan tepat
sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Potensi perikanan tersebut sangat
berpengaruh terhadap laju perkembangan ekonomi di Indonesia, maka dari itu
sangat disayangkan apabila sektor tersebut diambil alih oleh Negara lain dengan
alasan SDM mereka lebih baik.
Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas SDM adalah melalui dunia
pendidikan menengah kejuruan. Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal
2 ayat 4 mengatakan bahwa tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki dunia kerja serta
mengembangkan sikap profesional (Dekdikbud, 1990: 31). Seperti pendidikan
pada umumnya, pendidikan kejuruan juga diharapkan dapat memberi bekal kepada
peserta didik secara utuh yaitu tidak hanya bekal keterampilan (psikomotor) tetapi
2
juga pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif). Untuk mencapai tujuan tersebut,
penyelenggara pendidikan kejuruan tidak dapat dipisahkan dari dunia industri
sebagai institusi penyerap tenaga kerja oleh karena itu, pendidikan kejuruan harus
didesain agar para lulusan dapat mengembangkan keterampilan, kemampuan,
pemahaman, sikap dan kebiasaan kerja yang diperlukan untuk memasuki dunia
kerja agar lebih produktif.
Sehubungan dengan hal di atas, pemerintah menyelengggarakan Sekolah
Menengah Kejuruan dengan jurusan yang lebih spesifik pada bidang perikanan.
Pendidikan kejuruan dengan jurusan perikanan ini harus mengintregrasikan
dengan kebutuhan pasar dunia industri yang berkaitan dengan penyiapan tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia usaha. Hal ini bertujuan untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki SDM berkualitas dan lebih
berkompeten dalam bidangnya ini sehingga dapat meningkatkan mutu produk
perikanan yang optimal.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan Perikanan
dapat dijumpai pada SMK Negeri 2 Purbalingga yang merupakan salah satu SMK
yang menyediakan berbagai program kejuruan. Salah satu kompetensi keahlian
yang dimiliki oleh SMK Negeri 2 Purbalingga adalah perikanan yang bertujuan
untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah di bidang perikanan yang
handal dan mempunyai kompetensi yang baik dan memiliki kesiapan kerja yang
tinggi.
3
Berbanding terbalik dengan harapan dan kenyataan yang ada, masalah yang
timbul di lapangan adalah kesiapan kerja yang dimiliki siswa masih perlu
dipertanyakan terutama pada aspek soft skill karena dampak yang dapat dilihat
adalah ketika lulusan sudah memasuki dunia kerja. Secara keilmuan dan
keterampilan (Hard Skill) mereka adalah pekerja yang siap, tetapi secara mental
mereka belum siap.
Jarang lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusanya untuk cepat
beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki kemampuan bekerja dalam tekanan,
memiliki kreativitas dan inovatif, kemampuan komunikasi interpersonal dan
komunikasi massa, kesiapan menghadapi pimpinan, kesiapan menghadapi ritme
dan volume kerja, kemampuan membaca prosedur kerja, kemampuan menganalisis
situasi kerja, dan berbagai sikap lain (soft skill). Karena lembaga perusahaan
sekarang ini dalam merekrut karyawan atau tenaga kerja lebih mementingkan soft
skill dari pada hard skill. Fakta aktual di lapangan menunjukkan bahwa soft skill
memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam bekerja
(Awaludin Hadi, Kompas, 2011: 5).
Selain hal di atas masalah lain yang timbul adalah adanya beberapa pihak
yang menyatakan bahwa siswa SMK belum memiliki kesiapan kerja yang baik,
seperti dikutip dari Republika (2010: 15) bahwa Kepala Career Development
Center dan Career Expo Universitas Indonesia, Sandra Fikawati, menyatakan
lulusan SMK adalah penyumbang terbesar tenaga kerja yang belum siap karena
banyak perusahaan yang mengeluhkan tenaga kerja dari lulusan SMK yang tidak
4
mampu berpresentasi dan bekerja dalam tim dan menunjukan sikap yang tidak
sopan serta tinggi hati saat diwawancarai, hal tersebut terjadi karena kebanyakan
lembaga pendidikan yang ada hanya memperhatikan aspek hard skill siswa saja
dan mengesampingakan aspek soft skill siswa.
Dari hasil wawancara dengan guru pembimbing di SMK N 2 Purbalingga
yang dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2012 diperoleh informasi bahwa
memang ada beberapa pihak yang masih mempertanyakan kesiapan kerja dari
siswa SMK terutama pada jurusan perikanan. Hal ini karena jurusan ini masih
dianggap sepele atau kurang bermanfaat dan peminatnya sangat sedikit.
Keadaan ini juga dapat dilihat dari jumlah lulusan pada tahun 2010, yaitu
dari seluruh jumlah lulusan (50 siswa) yang langsung bekerja pada bidangnya
hanya 12 siswa, selebihnya ada yang bekerja pada bidang lain dan ada juga yang
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut juga disebabkan karena
fasilitas di sekolah ini khususnya pada bidang perikanan yang kurang memadai,
sehingga pada saat praktikum tidak dapat berjalan secara efektif dan memperoleh
hasil yang kurang optimal yang berakibat hard skill siswa menjadi kurang baik.
Hal ini menjadi acuan bagi guru pembimbing untuk meningkatkan kesiapan kerja
siswa baik dalam segi hard skill maupun soft skill dengan memberikan layanan
bimbingan yang secara optimal.
Berdasarkan fenomena di atas terlihat bahwa kesiapan kerja siswa SMK
sangat penting karena siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya
untuk memasuki dunia kerja. Sehingga lulusan SMK diharapkan dapat menjadi
5
lulusan yang siap kerja dan memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan
mampu untuk menghadapi persaingan era globalisasi dan tantangan masa depan,
serta mencetak tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia
kerja dengan pemenuhan kompetensi di berbagai pengembangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) berjudul “Kesiapan Kerja
untuk Siswa SMK Jurusan Bangunan di Kotamadya Semarang pada Sektor Jasa
Bangunan” menyimpulkan bahwa (1) terdapat hubungan yang signifikan antara
pengalaman kerja dengan kesiapan kerja (2) layanan bimbingan karir disekolah
berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa. Penelitian Hans (2010) dengan judul
“Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri Se-Kabupaten Ende ditinjau Dari
Pelaksanaan Bimbingan Kejuruan, Prestasi Belajar Siswa, dan Pengalaman Praktik
Kerja Industri” menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kesiapan
kerja dengan bimbingan kejuruan, prestasi belajar siswa dan pengalaman praktik
industri. Selanjutnya pada penelitian Winarti (2007) Besarnya hubungan bersama-
sama antara prestasi akademik dan soft skill terhadap kesiapan kerja sebesar 0.541.
Besarnya kontribusi prestasi akademik dan soft skill terhadap kesiapan kerja
adalah r2 yaitu 29,3%, sedangkan sisanya 70,7% dipengaruhi oleh faktor lain di
luar penelitian ini.
Namun penelitian yang sudah ada hanya membahas tentang pengaruh
pengalaman lapangan, bimbingan karir, serta prestasi belajar terhadap kesiapan
kerja siswa SMK. Pada penelitian terdahulu belum ada yang membahas hubungan
6
antara penguasaan komponen kesiapan kerja dengan kesiapan kerja siswa SMK N
2 Purbalingga.
Kesiapan kerja sangat penting bagi siswa menengah kejuruan, yang mana
siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia
kerja. Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi,
seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya
untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk
mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkannya (Brady, 2009:4). Menurut
Brady (2009:2), Kesiapan kerja mengandung enam komponen yaitu:
responsibility, flexibility, skills, communication, self view, dan health & safety.
Komponen kesiapan kerja tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri dalam
pengaruhnya terhadap kesiapan kerja, akan tetapi saling terkait satu dengan yang
lain. komponen tersebut juga berpengaruh terhadap kesiapan memasuki dunia
kerja siswa SMK kelas XII yang nantinya dapat memberikan petunjuk yang
berharga guna memberi perlakuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan
kerja siswa itu sendiri. Ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki
kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan
baik, tidak mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan
tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak
nyaman.
Terlepas dari pernyataan tersebut sebenarnya keunggulan SMK adalah
mereka lebih memiliki keterampilan kerja karena Sekolah Menengah Kejuruan
7
merupakan salah satu lembaga yang diberi kewajiban oleh pemerintah untuk
mempersiapkan lulusannya dalam memasuki dunia kerja (Hans 2010:181). Pada
jenjang ini siswa diharapkan memiliki skill agar lulusan siap pakai dan siap
berkompetisi dalam memasuki dunia kerja. Dalam undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dalam bidang tertentu dengan demikian, pendidikan kejuruan berfungsi
sebagai sarana persiapan untuk memasuki dunia kerja. (Depdiknas: 2003).
Salah satu cara untuk mengatasi masalah kesiapan kerja pada siswa adalah
dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus
diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan
belajar dan bimbingan karir, dalam hal ini bimbingan karir dan bimbingan pribadi
sosial perlu lebih ditekankan karena masalah kesiapan kerja yang terjadi adalah
menyangkut aspek soft skill.
Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan
melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi
yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir. Untuk mengantar
siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan,
program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang
tepat untuk itu. Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih
dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana
8
merencanakan masa depan. Artinya siswa mulai dari kelas satu sampai tamat SMK
dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana
merencanakan karir sepanjang hidup sehingga pada akhirnya mereka menjadi
tenaga kerja yang siap pakai dan berkualitas. Bimbingan pribadi sosial perlu
diberikan untuk melatih keterampilan intrapersonal dan interpersonal siswa.
Sehubungan dengan kenyataan di atas peneliti bertujuan untuk meneliti
bagaimanakah kesiapan kerja siswa SMK jurusan perikanan, mengingat terdapat
kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada di lapangan tentang
kesiapan kerja siswa. Dalam penelitian ini peneliti lebih spesifik ingin meneliti
kesiapan kerja siswa SMK jurusan perikanan khususnya kelas XII.
Peneliti memilih jurusan perikanan karena bila dilihat di lapangan Indonesia
adalah negara kelautan yang pada tiap daerah pasti memiliki sumber kekayaan
laut, sementara tidak semua daerah memiliki SMK yang menyelenggarakan
program pendidikan jurusan perikanan. Dengan kata lain masih sedikit SMK yang
menyediakan jurusan ini bahkan dengan jumlah siswa yang sedikit pula, sehingga
memungkinkan terjadinya persaingan dalam dunia kerja yang sangat ketat dengan
keadaan yang seperti ini diperlukan output yang benar-benar siap untuk
memajukan dan mengelola hasil laut tersebut secara optimal.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas XII karena pada tahap ini siswa sudah
banyak mendapatkan bekal materi pelajaran tentang jurusannya. Selain itu mereka
telah mengikuti praktek kerja lapangan sehingga mereka sudah lebih menguasai
tentang jurusan perikanan dibandingkan dengan kelas X dan XI yang belum
9
mendapatkan seluruh materi. Pentingnya penelitian ini dalam layanan bimbingan
konseling adalah dapat digunakan sebagai media informasi bagi guru pembimbing
tentang bagaimana kesiapan kerja para siswa, sehingga membantu para guru
pembimbing untuk mengadakan penanganan tindak lanjut tentang kesiapan kerja
siswa tersebut.
Tempat penelitian dilaksanakan di SMK N 2 Purbalingga karena SMK
tesebut merupakan satu-satunya sekolah menengah kejuruan yang ada di
Kabupaten purbalingga yang menyelenggarakan program pendidikan dengan
jurusan perikanan sehingga sekolah ini harus bekerja keras mencetak calon pekerja
yang benar-benar siap untuk bekerja dalam bidangnya. Kesiapan kerja tersebut
dapat terwujud apabila siswa dibekali hard skill dan soft skill yang seimbang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Kesiapan kerja siswa SMK masih di pertanyakan
2. Secara keilmuan dan keterampilan (hard skill) lulusan SMK adalah pekerja
yang siap, tetapi secara mental (soft skills) mereka belum siap.
3. lembaga perusahaan sekarang ini dalam merekrut karyawan atau
tenaga kerja lebih mementingkan soft skill dari pada hard skill.
4. Masih sedikit sekali lulusan jurusan perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga yang
langsung bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusannya.
10
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan pada identifikasi masalah yang ada dan
keterbatasan peneliti maka penelitian ini perlu diberi batasan pada pembahasan
sehingga permasalahan penelitian akan menjadi jelas. Pembahasan dibatasi pada
kesiapan kerja siswa SMK. Kesiapan kerja siswa SMK dapat terukur dari
penguasaan siswa terhadap komponen – komponen kesiapan kerja yaitu
responsibility, flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety. Peneliti
memfokuskan masalah pada siswa SMK Negeri 2 Purbalingga Jurusan Agribisnis
Perikanan kelas XII karena pada tahap ini siswa sudah banyak mendapatkan bekal
materi pelajaran tentang jurusannya, selain itu Siswa kelas XII dalam waktu dekat
akan menyelesaikan studinya sehingga mereka akan menjadi calon tenaga kerja
tingkat menengah dengan bidang keahlian yang dimilikinya
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah kesiapan kerja pada siswa
Jurusan Agribisnis Perikanan kelas XII SMK N 2 Purbalingga ditinjau dari
responsibility, flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan
masalah yang telah dikemukakan. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah
11
untuk mengetahui gambaran bagaimanakah kesiapan kerja pada siswa Jurusan
Agribisnis Perikanan kelas XII SMK N 2 Purbalingga ditinjau dari responsibility,
flexibility, skills, communication, self view, heallt & safety.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian secara teoritis,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian yang
telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai kesiapan kerja pada siswa
SMK jurusan perikanan.
2. Manfaat penelitian secara praktis
a. Bagi sekolah sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan
sarana dan prasarana yang bisa meningkatkan kesiapan kerja siswa SMK.
b. Bagi guru pembimbing di sekolah sebagai bahan informasi yang bermanfaat
untuk memberikan layanan bimbingan karir dan mengadakan penanganan
tindak lanjut untuk lebih mematangkan kesiapan kerja para siswa SMK.
c. Bagi dunia usaha atau dunia industry untuk bahan informasi sebagai
konsumen tenaga kerja yang sudah tentu mengharapkan memperoleh calon
tenaga kerja yang cukup terdidik, terlatih dan siap memasuki dunia kerja.
d. Bagi siswa untuk memberi pengetahuan tentang keadaan dunia kerja yang
banyak di pengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan bila memasuki dunia kerja.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kesiapan Kerja
1. Pengertian Kesiapan Kerja
I Wayan Sukita (2002: 10), “the mayor goal vocational instruction is to
prepare students for successful employment in the labor market” artinya tujuan
utama pembelajaran kejuruan adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi
pekerja yang sukses didunia kerja. Oleh karena itu, lulusan sekolah menengah
kejuruan diharapkan mampu dan siap untuk menjadi pekerja yang sukses
didunia kerja, baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai wirausahawan.
Customer Service Institute of Australia (I Wayan Sukita 2005: 11),
menyatakan bahwa:
Work readiness can be viewed as both a process and a goal that
involves developing a student’s workplace-related attitudes, values,
knowledge and skill. This enables students to become increasingly aware
and confident of their role and responsibilities.
Artinya kesiapan kerja dapat dilihat sebagai suatu proses dan tujuan yang
melibatkan pengembangan kerja siswa yang berhubungan dengan sikap, nilai,
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjadi
semakin sadar dan yakin akan peran dan tanggung jawab mereka. Oleh karena
itu, proses pengembangannya perlu dilakukan secara sistematik dan terencana
yang tertuang dalam program kesiapan kerja.
Kesiapan (readiness) menurut kamus psikologi adalah “tingkat
perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk
13
mempraktikan sesuatu” (Chaplin, 2006: 419). Dan juga dikemukakan bahwa
kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika akan
melakukan serangkaian gerakan yang berkaitan dengan mental dan jasmani. Hal
ini sesuai yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 113) mendefinisikan
kesiapan sebagai berikut: Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban didalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan perpengaruh
pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak-
tidaknya 3 aspek, yaitu: (a) kondisi fisik, mental dan emosional; (b) kebutuhan-
kebutuhan, motif dan tujuan; keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang
lain yang telah dipelajari.
Hal diatas juga menunjukkan bahwa kondisi fisik yang temporer misal
lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain serta kondisi fisik yang permanen misal
cacat tubuh tidak termasuk pada kondisi fisik yang mempengaruhi kematangan.
kondisi mental yang menyangkut kecerdasan, sedangkan kondisi emosional
berhubungan dengan motif atau dorongan yang akan mempengaruhi kesiapan.
Kebutuhan yang disadari akan mendorong usaha atau membuat seseorang siap
untuk berbuat. Mempelajari keterampilan, pengetahuan dan pengertian
permulaan juga akan mempengaruhi kesiapan. Jika dijabarkan maka kesiapan
kerja terbagi dalam dua aspek: aspek teknis yang berhubungan dengan latar
belakang keilmuan yang dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja,
yang kemudian disebut technical skills atau hard skills; dan aspek non teknis
14
yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama tim, problem
solving, manajemen stres, kepemimpinan yang kemudian disebut soft skills.
Hartati (2006: 13) menyatakan kesiapan terhadap sesuatu akan terbentuk
jika telah tercapai perpaduan antara tingkat kemasakan, pengalaman-
pengalaman yang diperlukan, serta keadaan mental dan emosi yang serasi.
Berdasarkan batasan-batasan ini, maka kesiapan dapat diartikan sebagai
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sesuai
dengan tingkat kematangan, pengalaman masa lalu, keadaan mental dan emosi
orang yang bersangkutan. Sedangkan kesiapan kerja menurut Sugihartono
(1991:15) diartikan sebagai berikut : Kesiapan kerja adalah kondisi yang
menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, mental serta
pengalaman belajar, dan dengan adanya keserasian tersebut individu
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam
hubungannya dengan pekerjaan.
Disamping itu untuk mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan,
diperlukan kemampuan yang dapat menunjang pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan tersebut. Pekerja yang baik dan produktif adalah pekerja yang
memenuhi syarat yaitu pekerja yang mempunyai sifat dan kemampuan jasmani
yang diperlukan, memiliki kecerdasan dan mempunyai pengetahuan yang
cukup guna melakukan pekerjaan dengan memenuhi prestasi standar yang
memuaskan, dan memperhatikan aspek keamanan, kuantitas dan kualitas.
Dalam hal ini prestasi standar yang dimaksud adalah tingkat hasil yang harus
15
dicapai oleh pekerja yang memenuhi syarat, tanpa harus berusaha terlalu keras
sewaktu bekerja, karena telah mengetahui, memahami prosedur, dan memiliki
kemampuan. Pekerja yang baik dan produktif tersebut merupakan pekerja yang
telah memiliki kesiapan kerja.
Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dapat digolongkan
menjadi 2 komponen, yaitu: 1) kemampuan yang terdiri dari mental dan
kemampuan fisik, 2) pengetahuan yaitu petunjuk koqnitif bagi calon tenaga
kerja. Arnold dan Feldman (I Wayan Sukita, 2002: 15) mengungkapkan bahwa
Kemampuan fisik dapat diidentifikasi menjadi 9 aspek yaitu: 1) semangat yang
kuat, 2) menggunakan kekuatan otot, 3) mempertahankan tenaga, 4) mampu
melakukan tindakan sewaktu-waktu diperlukan, 5) memiliki kelenturan tubuh,
6) melakukan gerakan tubuh secara dinamis, 7) mampu mengkoordinasi secara
serentak gerakan anggota tubuh, 8) memelihara keseimbangan tubuh, 9)
mempertahankan stamina.
Brady (2009: 4), kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi, seperti
sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan
suatu pekerjaan. Pada kesiapan kerja tersebut mencakup segala sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang baik kemampuan maupun perilaku yang diperlukan
pada setiap pekerjaan.
Pada pengertian ini kesiapan kerja lebih merujuk pada faktor-faktor
pribadi seseorang bukan pada faktor luar atau lingkungannya. Berdasarkan
16
pendapat ini pula, dapat diketahui bahwa orang yang memiliki kesiapan kerja
tidak hanya orang yang sudah bekerja saja tetapi seseorang yang belum bekerja
juga dapat dikatakan memiliki kesiapan kerja jika faktor-faktor pribadi itu
terdapat pada orang tersebut. Jadi, orang-orang yang telah memiliki seperangkat
kemampuan dan perilaku diri yang diperlukan pada setiap pekerjaan tersebut
bisa dikatakan mampu untuk bekerja.
Mengenai kemampuan kerja, Wagner (2006:1) mengungkapkan bahwa
kemampuan untuk menyesuaikan suatu pekerjaan dapat pula diartikan sebagai
ketrampilan kesiapan kerja: Work readiness skills are a set of skills and
behaviors that are necessary for any job. Work readiness skills are sometimes
called soft skills, employability skills, or job readiness skills.
Kemampuan kesiapan kerja ini umumnya disebut dengan soft skill. Dari
pengertian diatas dapat diketahui bahwa kemampuan kesiapan kerja (soft skills)
adalah seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang untuk
setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku yang diperlukan seseorang
untuk setiap pekerjaan. Seperangkat keahlian dan perilaku tersebut meliputi
keterampilan transisi, komunikasi, kualitas diri, dan ketrampilan terhadap
teknologi (Wagner, 2006: 2-4).
Hal ini sejalan dengan pendapat Brady yang menyatakan bahwa kesiapan
kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi yang menggambarkan kesiapan kerja.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, terdapat kesamaan unsur yang
mencirikan seperangkat kemampuanya terhadap kesiapan kerja yaitu
17
komunikasi, keterampilan terhadap teknologi yang pada pendapat Brady hanya
menyebutnya dengan keterampilan, kemudian kualitas diri. Brady lebih
menfokuskan pada tanggung jawab, fleksibilitas, dan pandangan terhadap diri
serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan
kematangan psikis serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai
kemampuan dan sikap positif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
dengan ketentuan tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil
maksimal.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja
Kesiapan kerja seseorang berhubungan dengan banyak faktor, baik dalam
diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).Keberhasilan setiap
individu didunia kerja selain ditentukan oleh penguasaan bidang kompetensinya
juga ditentukan oleh bakat, minat, tekad serta kepercayaan diri sendiri. Sikap,
tekad, semangat dan komitmen akan muncul seiring dengan kematangan
pribadi seseorang.
Tigkat kematangan seseorang merupakan suatu saat dalam proses
perkembangan yang sempurna dalam arti siap digunakan. Sedangkan
pengalaman yang mempengaruhi keiapan mental dalam bekerja dapat diperoleh
dari lingkungan pendidikan dan keluarga. Oleh sebab itu, pada saat seseorang
18
memilih pekerjaan hendaknya terjadi suatu proses yang selaras antara diri,
pekerjaan dan lingkungan keluarga (A. Muri Yusuf, 2002: 86)
Herminanto (Marsono, 2010: 53) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
kesiapan kerja antara lain:
a. Tingkat kemasakan
Menunjukan pada proses perkembangan atau pertumbuhan yang
sempurna dalam arti siap digunakan, kesiapan dibedakan menjadi kesiapan
fisik yang berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan kesiapan mental yang
berhubungan dengan kejiwaan.
b. Pengalaman sebelumnya
Merupakan pengalaman-pengalaman tertentu yang diperoleh yang
mempunyai kaitan dengan lingkungan, kesempatan yang tersedia, pengaruh
dari luar yang tidak disengaja. Pengalaman merupakan salah satu faktor
penentu karena dapat menciptakan suatu lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan kesiapan seseorang.
c. Keadaan mental dan emosional yang serasi
Keadaan ini meliputi keadaan kritis, memiliki pertimbangan yang logis
dan obyektif, bersikap dewasa dan emosi yang terkendali, mempunyai
kemampuan untuk menerima, kemampuan untuk maju serta
mengembangkan keahliannya.
19
Dalyono (2009: 53) menyatakan bahwa kesiapan berkaitan dengan
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis.
Ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti
tubuh pada umumnya, alat-alat indra dan kapasitas intelektual.
b. Motivasi
Menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk
mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan
sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang meliputi faktor dari diri
siswa (intern) dan faktor yang berasal dari luar siswa (ekstern). Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri siswa yaitu kematangan fisik maupun psikis,
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan keluarga
dan pengalaman praktek kerja lapangan.
3. Komponen dan Bentuk Kesiapan Kerja
a. Komponen Kesiapan kerja
Komponen kesiapan kerja pada penelitian ini mengacu pada
komponen yang digunakan oleh Brady di Amerika. Penulis menggunakan
komponen kesiapan kerja Brady dengan alasan komponen-komponen
tersebut sudah melalui proses penelitian dan pengembangan-pengembangan.
Kesiapan kerja sangat penting bagi siswa menengah kejuruan, yang mana
20
siswa menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki
dunia kerja. Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat
pribadi, seperti sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan,
bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu
untuk mempertahankan pekerjaan yang sudah didapatkannya (Brady,
2009:4). Menurut Brady (2009:2), Kesiapan kerja mengandung enam
komponen yaitu: responsibility, flexibility, skills, communication, self view,
dan health & safety. Komponen tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Responsibility ( Tanggung Jawab )
Gardner (Brady, 2009: 5), tanggung jawab melibatkan integritas
pribadi, kejujuran, dan kepercayaan. Dalam karya rintisannya, Kohlberg
(Brady, 2009: 5) menteorikan tahapan penilaian yang dimulai dengan
perilaku-perilaku ekternal yang dimonitor hinnga tahapan yang lebih
formal, ketika seseorang menerima tanggung jawab untuk tindakan
mereka tanpa menghiraukan pengawasan dari orang lain, yaitu tanggung
jawab yang diberlakukan terhadap diri sendiri demi kode etik dan demi
melakukan hal yang benar. Dalam studi Good Work mereka, Gardner dan
rekan-rekannya (2001) menemukan bahwa lebih dari dua pertiga pekerja
diindustri mengerti bahwa tanggung jawab terhadap tempat kerja
merupakan hal yang penting. Penelitian ini lebih lanjut melaporkan
bahwa bekerja tidak hanya mengharuskan pekerja untuk memikul
tanggung jawab untuk diri mereka sendiri, tetapi juga tanggung jawab
21
terhadap rekan kerja, terhadap tempat kerja, dan terhadap pemenuhan
tujuan kerja (Brady, 2009: 5). Menurut Parker (Brady, 2009: 5), definisi
yang lebih luas dari tanggung jawab ini dianggap sebagai unsur utama
yang diperlukan bagi pekerja diabad ke-21.
Pekerja yang bertanggung jawab berangkat bekerja tepat waktu dan
berhenti bekerja pada waktunya. Mereka menghargai perkakas dan
peralatan, memenuhi standar kualitas kerja, mengendalikan pemborosan
dan kerugian, dan menjaga privasi serta kebijakan rahasia organisasi.
Mereka bekerja selama sehari dan mendapatkan upah dari hasil kerja
seharinya tersebut (Brady, 2009:2). Dengan kata lain, seseorang yang
memiliki tanggung jawab, mereka akan berangkat bekerja tepat waktu
dan berhenti bekerja tepat pada waktunya, memenuhi standar kualitas
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, tidak boros, menghargai dan
berhati-hati dalam menggunakan peralatan, dan dapat menjaga rahasia
organisasi.
Tanggung jawab berarti kewajiban pekerja untuk melakukan fungsi
yang diberikan kepadanya sesuai dengan kemampuan dan arahan.
Tanggung jawab tercakup didalamnya dapat diandalkan, menurut Ros Jay
(Brady, 2009: 11), dapat diandalkan yaitu dalam hal menjaga ketepatan
waktu dalam bekerja dan apabila pekerja diberi tugas maka dilakukan
tanpa harus diingatkan. Lebih dari itu, pekerja yang bertanggung jawab
akan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dan berupaya untuk
22
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Tanggung jawab
berhubungan erat dengan kedisiplinan. Menurut Ros Jay (Brady: 2009:
13), kedisiplinan ini berhubungan dengan mengerjakan pekerjaan dengan
baik dan tidak hadir terlambat. Pekerja yang disiplin akan berfokus
terhadap pekerjaan daripada terlalu banyak menghabiskan waktu untuk
istirahat, atau mengobrol dengan rekan kerja. Pekerja yang berasumsi
terhadap pekerjaan termasuk pekerja yang bertanggung jawab.
Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab berarti dapat diandalkan dan dapat dipercaya, hal tersebut
meliputi:
1) Disiplin kerja
2) Memenuhi standar kualitas kerja
3) Berfokus terhadap pekerjaan
4) Pemeliharaan peralatan-peralatan kerja
5) Menjaga rahasia.
b) Flexibility (Fleksibilitas)
Moorhouse & Caltabiano (Brady, 2009: 5), fleksibilitas adalah
faktor daya tahan yang memungkinkan individu / pekerja untuk
beradaptasi dengan perubahan dan menerima kenyataan di tempat
kerjanya yang baru. Jangka hidup (life span), teori perkembangan karir
ruang kerja (life space) berpendapat bahwa proses hidup dan kerja adalah
23
fenomena yang dinamis dan statis, dan bahwa konteks atau ruang dimana
hidup dan kerja terjadi, juga dinamis.
Savickas (Brady, 2009: 5), pada saat ini memiliki fleksibilitas untuk
beradaptasi dengan perubahan dilihat sebagai komponen yang penting
dalam teori jangka hidup (life span), dan teori ruang-hidup (life space).
Dalam hal ini, leksibilitas diperlukan bila kita sedang menyesuaikan diri
dengan peran dan situasi kerja baru yang berubah-ubah.
Hayes, dkk (Brady, 2009: 5), model-model teoritis lainnya
menghubungkan fleksibilitas dengan proses kognitif-perilaku, yaitu
pikiran serta keyakinan mengarah pada perilaku. Teori kognitif perilaku
ACT menyatakan bahwa ketaatan dan keterikatan terhadap masa lalu yang
terkonsep dan ketakutan terhadap masa depan yang sangat dominan,
menyebabkan penghindaran dan kekakuan, dan hanya melalui proses
mengalami dunia yang lebih langsunglah akan dapat dicapai sikap hati-
hati, penerimaan terhadap kenyataan, mengatasi keyakinan yang kaku
tentang realitas dan ketakutan terhadap masa depan dan kemudian
beromitmen terhadap tindakan pro fleksibilitas.
Pekerja fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan dan
tuntutan di tempat kerja. Pekerja percaya bahwa situasi kerja berubah-
ubah dan bahwa perubahan dlam lingkungan kerja adalah hasil yang
dapat diprediksi dari pertumbuhan atau pengurangan tenaga kerja, tidak
tetapnya permintaan untuk suatu produk atau jasa, dan kekuatan pasar.
24
Pekerja sadar bahwa mereka mungkin perlu lebih aktif dan siap
beradaptasi dengan perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja,
dan jam kerja (Brady, 2009: 2). Artinya, kehidupan kerja yang dinamis
menuntut pekerja untuk lebih aktif dan siap beradaptasi dengan
perubahan jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja, dan jam kerja. Untuk
itu, pekerja yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja dan perubahan-perubahannya.
Fleksibilitas merupakan upaya seseorang untuk menyesuaikan diri
secara mudah dan cepat. Pekerja tidak canggung dan kaku dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan dengan
pekerjaan. Ros Jay (Brady: 2009: 13) mengatakan bahwa fleksibilitas
sama halnya dengan mampu beradaptasi atau mampu menyesuaikan diri.
Beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif menurut Ros Jay
(Brady: 14), yaitu :
1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang
mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup
menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan disamping
kelebihan-kelebihannya. Orang tersebut mampu menghayati kepuasan
terhadap keadaan dirinya sendiri, dan tidak suka apalagi merusak
keadaan dirinya walaupun menurut penilaiannya, dirinya kurang
memuaskan. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan
25
yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan
mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk
menyesuaikan dengan lingkungan.
2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan diluar
dirinya secara obyektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan
perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki
ketajaman dalam memandang kenyataan, dan mampu memperlakukan
kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Mereka mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula mau
menerima kritik, saran dan masukan dari orang lain.
3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada
pada dirinya dan kenyataan obyektif di luar dirinya. Karakteristik ini
ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan
kekuatan yang ada pada dirinya. Terjadi perimbangan yang rasional
antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya,
sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai. Pada karakteristik ini,
seseorang tidak memiliki rasa cemas ataupun ketakutan dalam
hidupnya khususnya dalam dunia kerja serta tidak mudah dikecewakan
oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa
orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa
26
terancam dirinya oleh lingkungan dimana dia berada, dapat menaruh
kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menrima kenyataan
terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dalam
lingkungannya.
5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik
ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan diluar
dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau
keinginanya.
6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Karakteristik ini
ditandai oleh kemampuan bersiakp dan berbicara atas dasar kenyataan
sebenarnya, ada kemampuan belajar dari keadaan sekitarnya,
khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya
dan berlapang dada dalam menrima masukan dari orang lain.
7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Hal ini
tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni
tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempuyai pengertian
yang dalam, dan bersikap wajar.
8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras
dengan hak dan kewajibannya. Karakteristik ini bermakna bahwa
seseorang mampu memenuhi dan melaksanakan norma yang berlaku
tanpa adanya paksaan dalam seiap perilakunya. Sikap dan perilakunya
27
selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas
kesadaran diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa fleksibilitas
merupakan ketahanan pekerja untuk beradaptasi dengan perubahan-
perubahan dan tuntutan yang ada di tempat kerja. Fleksibiltas tersebut
meliputi :
1) Kemampuan untuk lebih aktif dengan tuntutan kerja
2) Kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda
3) Kemampuan untuk menerima berbagai perubahan lingkungan kerja
4) Kemampuan untuk mengikuti aturan yang berlaku
5) Kemampuan untuk bekerja lembur.
c) Skills ( Keterampilan )
Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian
yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu
mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka
bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan
turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang
berkelanjutan (Brady, 2009: 2).
Friedman (Brady, 2009: 5), keterampilan yang berhubungan dengan
pekerjaan, asset intelektual, dan keahlian akan mendominasi
perekonomian millennium baru yang didorong oleh pengetahuan.
28
Menurut Parker (Brady, 2009: 5), keterampilan ini tidak hanya mencakup
keterampilan mikro yang khusus untuk sebuah pekerjaan atau profesi,
tetapi juga keterampilan makro seperti belajar bagaimana cara belajar.
Teori penentuan diri (self determination theory) mengidentifikasi
kompetensi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dasar dan usaha untuk
belajar serta penguasaan keterampilan baru yang diperlukan untuk
kesejahteraan individu. Menurut Luyckx (Brady, 2009: 5), kepuasan
terhadap kompetensi mendorong optimalnya fungsi dan kecenderungan
terhadap pertumbuhan dan penguasaan yang berkelanjutan.
Seseorang yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian
yang mereka bawa ke dalam situasi kerja baru. Mereka mampu
mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa telah memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama, mereka
bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan
turut serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang
berkelanjutan (Brady, 2009: 2). Dengan kata lain, keterampilan disini
adalah kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang dan dibawa ke
dalam situasi kerja baru, mampu mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan sehingga merasa telah memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan tersebut, usaha untuk belajar keterampilan baru sebagai
tuntutan pekerjaan dengan mengikuti pelatihan atau pendidikan yang
berkelanjutan.
29
Mengenai keterampilan yang lebih khusus, A. Muri Yusuf (2002:
68), mengungkapkan bahwa keterampilan lebih merujuk pada
kemampuan yang lebih spesifik dengan cepat, akurat, efisien, dan adaptif
dengan melibatkan gerakan tubuh dan atau dengan memakai alat. Hal ini
lebih merujuk pada kemampuan menggunakan alat-alat sesuai dengan
prosedur penggunaan, kemampuan merawat alat-alat, dan kemampuan
memperbaiki alat kerja dengan kerusakan ringan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
tidak hanya mencakup keterampilan yang khusus melainkan juga
keterampilan yang lebih umum dalam pekerjaan. Keterampilan tersebut
mencakup:
1) Kemampuan menyediakan sarana produksi bidang perikanan
2) Kemampuan memproduksi pakan
3) Kemampuan menguasai ketrampilan produksi
4) Kemampuan memasarkan hasil produksi
5) Usaha untuk belajar keterampilan baru.
d) Communication (Komunikasi)
Homans (Brady, 2009: 6), teori komunikasi pertukaran social/social
exchange digunakan untuk mendukung dimasukkanya sebuah ukuran
untuk mengatasi masalah hubungan interpersonal ditempat kerja. Menurut
Porath & Bateman (Brady, 2009: 6), kompetensi social telah terbukti
dapat memprediksi kinerja secara positif.
30
Studi yang telah dilakukan oleh Kambur dan Van Dyne (2007)
mengenai hubungan pertukaran sosial ditempat kerja, ditemukan bahwa
hubungan kerja yang berkualitas tinggi tidak hanya terkait dengan kinerja
tugas, tetapi juga terkait dengan para pekerja yang membantu pengawas
dan rekan kerja mereka. Dalam studi lain, dukungan tugas (task support)
adalah tipe dukungan yang paling dapat memprediksi kepuasan kerja.
Selain kinerja, kekuatan hubungan kerja juga dikaitkan dengan perilaku
interpersonal warga negara yang lebih baik, dan dukungan sosial di
tempat kerja (workplace social support) juga telah diketahui dapat
memprediksi masa kerja (Brady, 2009: 6).
Dalam hal ini komunikasi yang dimaksud terkait dengan hubungan
interpersonal. Menurut Jalaludin Rakhmat (2007: 129), terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu percaya, sikap
suportif, dan sikap terbuka. Kualitas komunikasi yang baik tidaklah
diukur dari keseringan seseorang melakukan komunikasi interpersonal,
tetapi bagaimana komunikasi tersebut dilakukan (Jalaludin Rakhmat,
2007: 129). Artinya komunikasi berkualitas baik bukan diukur dari berapa
kali melakukan komunikasi, tetapi cara yang dilakukan tersebut dapat
efektif.
Seseorang yang siap bekerja memiliki kemampuan komunikasi
yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan secara interpersonal
ditempat kerja. Pekerja mampu mengikuti petunjuk, meminta bantuan,
31
dan menerima umpan balik serta kritik. Pekerja juga saling menghormati
dan berhubungan baik dengan rekan kerja (Brady, 2009: 2).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi
merupakan kemampuan yang memungkinkan pekerja untuk berhubungan
secara interpersonal di tempat kerja yang dipengaruhi oleh faktor percaya,
sikap sportif dan sikap terbuka sehingga tidak akan timbul perselisihan-
perselisihan yang akan menghambat pekerjaan. Komunikasi tersebut
meliputi:
1) Kemampuan untuk memiliki sifat suportif
2) Kemampuan untuk bisa bekerjasama dengan oranglain
3) Kemampuan untuk percaya terhadap orang lain
4) Kemampuan untuk menerima umpan balik serta kritik dari oranglain
5) Kemampuan mengikuti petunjuk kerja
e) Self View (Pandangan Terhadap Diri)
Swamn, Chang-Schneider, & Mc Clarty (Brady, 2009: 6),
dimasukkannya pandangan terhadap diri ke dalam Kesiapan Kerja
mencerminkan peran penting yang dimainkan teori-diri dalam
pemahaman terhadap individu dan bagaimana setiap orang memandang
dirinya dalam hidup dan situasi kerja. Di sini, pandangan terhadap diri
digunakan secara umum untuk mencakup konseptualisasi diri, yang
meliputi konsep teori Roger, kekuatan ego teori Freud, identitas
32
keberhasilan teori Glasser, identitas diri teori Erikson, dan self efficacy
teori Bandura (Brady, 2009: 6).
Dalam bidang pengembangan karir dan psikologi kejuruan, teori
konsep diri dari Donald E. Super dan self efficacy dari Betz, terus
menerus mempengaruhi perencanaan karir dan pengambilan keputusan.
Teori konsep diri dan self efficacy secara terus menerus mempengaruhi
perncanaan karir dan pengambilan keputusan, dalam bidang
pengembangan karir dan psikologi kejuruan. Sosiolog Victor Gecas
(Brady, 2009: 6), mendefinisikan konsep diri (self concept) sebagai
konsep yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri sebagai suatu
makhluk fisik, social, dan spiritual atau norma. Dengan kata lain, konsep
diri merupakan persepsi diri seseorang sebagai makhluk fisik, social, dan
spiritual. Konsep diri mencakup penghargaan diri (self esteem),
kemanjuran diri (self efficacy), dan pemantauan diri (self monitoring).
Adapun self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai
peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu. Dengan kata lain, self
efficacy adalah kepercayaan terhadap kemampuan seseorang untuk
menjalankan tugas. Cukup dengan mengatakan bahwa keyakinan
seseorang tentang dia atau dirinya sendiri dan kemampuannya untuk
mengatasi, beradaptasi, dan tampil didunia kerja sangatlah penting. Self
efficacy umum yang tinggi dikaitkan dengan individu yang berkinerja
kuat di dalam organisasi dan self efficacy khusus dikaitkan dengan
33
kesuksesan dalam ranah tertentu, sperti tugas kerja dan peran kerja (Betz
dalam Brady, 2009: 6).
Markus & Nurius (Brady, 2009: 6), konsep-konsep seperti possible
self juga telah diketahui dalam membantu individu mempertimbangkan
situasi kerja dan peran kerja dimasa depan. Pandangan terhadap diri
terkait dengan proses-proses intrapersonal seseorang yaitu kepercayaan
terhadap diri dan pekerjaan mereka sendiri. Pekerja yang siap sadar akan
pengakuan diri yang mencakup rasa cukup, penerimaan, dan rasa percaya
terhadap diri serta kemampuan mereka sendiri atau self efficacy.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan
terhadap diri merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang
berhubungan dengan kepercayaan terhadap dirinya bahwa mampu atau
tidaknya dalam menjalankan tugas. Pandangan terhadap diri tersebut
meliputi :
1) Kemampuan untuk memahami diri sendiri
2) Kemampuan untuk menghargai diri sendiri
3) Kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol diri sendiri
4) Kemampuan untuk mengevaluasi diri
5) Kemampuan untuk percaya terhadap kemampuan yang dimiliki.
f) Healt & Safety (Kesehatan dan Keselamatan)
Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan masalah dunia.
Markas Perserikatan Buruh Internasional memperkirakan bahwa setiap
34
tahun terdapat 337 juta kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan dan 2
juta orang diseluruh dunia menderita penyakit yang terkait dengan kerja.
Dalam beberapa kasus, praktik-praktik kesehatan dan keselamatan kerja
telah disiapkan akan tetapi kepatuhan pekerja kurang (Brady, 2009: 6).
Menurut teori Bandura (Dalyono, 2009: 6), kepercayaan individu
terhadap kemampuan diri untuk berperilaku dan bertindak pada tingkat
tertentu adalah prinsip dasar teori efektifitas diri (self efficacy). Efektifitas
Diri Khusus Untuk Kesehatan (Health-Specific-Self-efficacy) menerapkan
teori ini untuk kemampuan kesehatan dan keselamatan seperti nutrisi,
latihan fisik, berhenti merokok, serta penolakan terhadap alkohol, dan
beberapa penelitian yang disebutkan menandakan bahwa self efficacy
yang nyata merupakan pemrediksi perilaku kesehatan dan keselamatan
(Schwarzer & Renner, dalam Brady, 2009: 6). kontrol sosial yang terkait
dengan kesehatan positif juga telah diketahui dapat berpengaruh terhadap
perilaku-perilaku kesehatan dan keselamatan, dan kemauannya untuk
mengikuti kebijakan-kebijakan di tempat kerjanya serta larangan-larangan
yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan.
Oleh karena itu, seseorang yang siap bekerja menjaga kebersihan
dan kerapihan pribadi. Pekerja tetap siaga untuk sehat secara fisik dan
mental. Mereka menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk
mengangkat dan membengkokkan serta mengikuti prosedur keselamatan
saat menggunakan alat atau mengoperasikan peralatan dan mesin. Bila
35
diperlukan, pekerja memakai peralatan untuk keselamatan atau pakaian
yang tepat. Pekerja juga mematuhi peraturan larangan merokok dan
larangan menggunakan obat-obatan terlarang di tempat kerja.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
komponen kesehatan dan keselamatan kerja meliputi:
1) Kemampuan untuk mengikuti peraturan di tempat kerja
2) Mempraktikkan perilaku kesehatan dan keselamatan
3) Menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang ada
4) Menjaga kebersihan dan kerapihan pribadi
5) Kemampuan mengendalikan stress dan kelelahan kerja.
b. Bentuk Kesiapan Kerja
Dalam uraian diatas terlihat bahwa dalam kesiapan kerja terdapat dua
bentuk yang hendaknya saling berkesinambungan. Kedua bentuk tersebut
adalah Soft Skill dan hard skill.
1) Soft Skills
Kemampuan psikis atau keterampilan yang menyangkut soft skill,
Skills adalah kemampuan/keterampilan/kecakapan seseorang untuk
melakukan sesuatu hal dengan baik, seperti yang diungkapkan Greene
and Burleson (Marsono, 2010: 27), “Skills refers to an individual’s or a
group’s ability to carry out processes that promote perceptions of
competence”. Hopson dan Scally (Hartati, 2006: 20) menyatakan bahwa,
kecakapan yang diperlukan seseorang untuk dapat tumbuh dan mampu
36
hidup diperlukan antara lain kecakapan membaca, menulis dan berhitung,
kecakapan mencari informasi, kecakapan berfikir dan memecahkan
masalah secara konstruktif, kecakapan mengeksplorasi potensi dirinya
dan mengembangkannya, kecakapan mengatur waktu, kecakapan
mengembangkan minat, nilai dan keyakinan diri, kecakapan merumuskan
tujuan yang akan dicapai, dan kecakapan untuk mengatur stress.
Kecakapan yang diperlukan untuk berhubungan secara efektif
dengan seseorang antara lain kecakapan berkomunikasi secara efektif,
kecakapan memelihara persahabatan, kecakapan mendapatkan bantuan
orang lain, kecakapan mengendalikan konflik, kecakapan berempati,
kecakapan kemampuan menyampaikan saran dan mendapatkan masukan.
Sedangkan kecakapan yang diperlukan untuk mampu berhubungan
dengan masyarakat secara efektif antara lain memiliki kepercayaan diri,
kecakapan mempengaruhi orang lain dan system, bagaimana kerja dalam
kelompok, bagaimana mengekspresikan perasaan secara konstruktif,
bagaimana bernegoisasi, kompromi dan membuat kontrak, dan kecakapan
membangun kekuatan bersama orang lain.
Sementara itu, Anwar (2006: 25) mengungkapkan bahwa, karakter
dan keterampilan afektif yang mendukung seseorang untuk berhasil
dalam pekerjaannya sebagai berikut: (1) tanggung jawab, (2) sikap positif
terhadap pekerjaan, (3) jujur, hati-hati, teliti, dan efisien, (4) hubungan
antar pribadi, kerja sama, dan bekerja dalam tim, (5) percaya diri dan
37
memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, (6) penuh antusias dan
motivasi, (7) disiplin dan penguasaan diri, (8) berdandan dan
berpenampilan menarik, (9) memiliki integritas pribadi; dan (10) mampu
bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain.
Tripathy (Marsono, 2010: 28) mengemukakan: “soft skilss is the
human intangible, the initiative, the attitude, and the character. It
represents what people feel, what they tend to do, in contrast to what they
can do”. Soft skills adalah sifat manusia, insiatif, sikap, dan karakter, serta
mewakili apa yang orang rasakan, apa yang cenderung mereka lakukan,
berbeda dengan apa yang bisa mereka lakukan.
Tyas Catur Pramudi (Marsono, 2010: 29) menyatakan bahwa, Soft
skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri).
Atribut soft skills meliputi nilai, motivasi, perilaku, karakter dan sikap”.
Sejalan dengan hal tersebut, Paul (1991: 29) menyatakan bahwa, sikap
terhadap diri sendiri dapat ditinjau dari beberapa sikap: (1) sikap jujur,
terbuka, harga diri, (2) disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri;
(3) daya juang, penguasaan diri, (4) kebebasan dan tanggung jawab.
Konsep dari soft skills merupakan pengembangan dari konsep yang
selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Soft skills sendiri
diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis,
yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Hal ini
38
sesuai dengan pernyataan Poppy Yuniawati (2009: 34) yang mengatakan
bahwa, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk
kerja secara maksimal.
Lebih lanjut, Parson (Marsono, 2010: 30) menyatakan bahwa, ”soft
skills are personal attributes that enhance an individual’s interactions,
job performance and career propects”. Soft skills adalah sifat seseorang
yang menambah pengaruh seseorang, etos kerja dan prospek karir. Ia
menggolongkan soft skills menjadi dua yaitu personal attributes dan
interpersonal abilities. (1) personal attributes meliputi: (a) optimism; (b)
common; (c) sense; (d) responsibility; (e) a sense of humor; (f) integrity;
(g) time-management; dan (h) motivation.(2) interpersonal abilities
meliputi: (a) empathy; (b) leadership; (c) communication; (d) good
manners; (e) sociability; dan (f) the ability to teach.
Hidayatno (Marsono, 2010: 31) berpendapat bahwa, secara garis
besar soft skills bisa digolongkan kedalam dua kategori:
personal/intrapersonal skills dan interpersonal skills. Personal skills
merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri
menjadi lebih baik (self development) yang mencakup: (1) personal time
management; (2) problem solving skills; (3) research skills; (4)
kreativitas; (5) learning capability; dan (6) team thinks (kemampuan
39
untuk berfikir sebagai bagian dari tim). Interpersonal skills merupakan
kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik
oranglain secara individu (one to one) atau sebagai audiens (one to many)
yang mencakup: (1) negosiasi; (2) interview; (3) sikap dan penampilan
sesuai dengan situasi; (4) listening skills; (5) public speaking and
presentation; (6) affective meetings; (7) writing reports and proposals;
(8) project management; (9) working with teams.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan
soft skills adalah sikap dasar perilaku, yakni keterampilan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan
berhubungan dengan dirinya sendiri (Intrapersonal skills). Secara garis
besar soft skills bisa digolongkan kedalam tiga kategori:, ketiga kategori
tersebut yaitu, (1) personal/intrapersonal skills meliputi: (a) percaya diri,
(b) jujur, (c) Mengendalikan emosi (d) Mempunyai ambisi untuk maju
dan berusaha. (2) interpersonal skills yang meliputi: (a) empati , (b)
kepemimpinan, (c) hubungan antar pribadi, (d) pergaulan dimasyarakat.
(3) Profesional, meliputi: (a) manajemen waktu, (b) keterampilan
memecahkan masalah, (c) tanggung jawab, (d) Memiliki sikap kritis.
2) Hard skills
Menurut Finch dan Crunkilton (I Wayan Sukita, 2002: 24)
menyatakan hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
40
ilmunya serta sebagai kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang
meliputi semua tugas-tugas kecakapan, sikap nilai sebagai sesuatu yang
penting untuk menunjang keberhasilannya dalam menyelesaikan suatu
tugas. Menurut Helmut Noken dan Eber (I Wayan Sukita, 2002: 25) hard
skill dinyatakan sebagai keahlian menggunakan pengetahuan dalam
melakukan pekerjaan.
Menurut Mardi Rasyid (I Wayan Sukita, 2002: 25) menyatakan
bahwa Hard skill sebagai suatu penampilan yang ekonomis dalam
mencapai tujuan dalam arti hemat dalam menggunakan bahan, waktu dan
tenaga yang dikeluarkan atau dapat diartikan bahwa Hard skill adalah
kecekatan, kecakapan dan kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan
dengan baik dan benar.
Menurut Leghbody (I Wayan Sukita, 2002:25) Hard skill
mempunyai tiga sifat, yaitu:
a. Hard skill pada dasarnya terdiri dari gabungan aktual yang diatur dan
diselaraskan menurut situasi dengan melibatkan nilai indra.
b. Hard skill dipelajari sedemikian rupa sehingga pengertian tentang
obyek atau situasi dan sikap kerja dapat dipelajari dalam suatu
program latihan kerja yang berulang-ulang.
c. Hard skill adalah suatu rangkaian seluruh pola keterampilan yang
didalamnya terdapat banyak proses kerja yang diatur dan diselaraskan
menurut urutan waktu.
41
Hard skill siswa dapat diberikan selama proses belajar berlangsung.
Pembentukan keterampilan psikomotor pada Sekolah Menengah
Kejuruan dengan adanya kegiatan praktek di sekolah hal ini dimaksudkan
untuk melatih keterampilan kerja siswa secara langsung karena seorang
dapat dikatakan memiliki hard skill yang baik setelah melalui serangkaian
latihan yang terencana, bertahap dan terlatih.
Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada masalah
kemampuan psikis atau keterampilan yang menyangkut soft skill karena
sesuai dengan data di lapangan masalah yang ada pada kesiapan kerja
terletak pada aspek soft skill.
B. Soft skills Dalam Kesiapan Kerja.
Soft skill merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap siswa, apabila soft
skillnya baik maka dapat dipastikan siswa tersebut telah memiliki kesiapan kerja
yang baik pula. Karena Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu pekerjaan,
seseorang perlu memiliki kesiapan akan segala sesuatu yang diperlukan oleh
lapangan pekerjaan tersebut, baik itu kesiapan dalam bentuk keterampilan secara
pengetahuan (hard skill) maupun mental (soft skill).
Dalam hal ini soft skill sangat penting dimiliki oleh seseorang karena hampir
semua perusahaan dewasa ini walaupun mensyaratkan adanya kombinasi yang
sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya namun di
kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah
42
ditinggalkan. Percuma jika hard skill baik, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa
dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga
mensyaratkan kemampuan soft skill, seperti team work, kemampuan komunikasi,
dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi
karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih
baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana, memberikan
pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan
kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi “Recruit for Attitude, Train for
Skill“. Hal tersebut menunjukkan bahwa, hard skill merupakan faktor penting
dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih
ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama
keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi,
kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain yang tak lain dan tak
bukan merupakan soft skill. Dengan demikian soft skill yang baik memang sangat
penting dimiliki oleh tenaga kerja saat ini.
Salah satu cara melatih kemampuan soft skill siswa adalah dengan
memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan
kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan
bimbingan karir, dalam hal ini bimbingan karir dan bimbingan pribadi sosial perlu
43
lebih ditekankan karena masalah kesiapan kerja yang terjadi adalah menyangkut
aspek soft skill.
Program bimbingan karir salah satu program yang dicanangkan sekolah
untuk membantu peserta didik untuk merencanakan masa depan karirnya dengan
baik. Dengan adanya bimbingan karir juga diharapkan bisa membantu siswa untuk
nantinya dapat mempersiapkan dirinya memasuki dunia kerja dengan kata lain
bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan
penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja
(Prayitno, 2004: 259). Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses
membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua
memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja sedangkan bimbingan pribadi
sosial perlu diberikan untuk melatih keterampilan intrapersonal dan interpersonal
siswa.
Memasuki abad 21, banyak paradigma baru bermunculan dan memerlukan
pertimbangan serta perhatian yang seksama. Lingkungan bisnis global akan
menjadi semakin kompleks, dinamis, dan bermunculan berbagai konflik
kepentingan. Hard skills seperti pemahaman tentang bidang pekerjaan fungsional
atau area tertentu , tidak lagi mencukupi bagi seorang dalam meraih kesuksesan di
dunia kerja. Saat ini diperlukan seseorang yang dididik secara liberal, memiliki
pemikiran yang terintegrasi, komunikator yang handal, cerdas emosional, mampu
bekerja dalam tim dan beretika, yang semuanya itu bersifat soft skills.
44
Pendidikan tradisional yang menekankan bahwa dalam bekerja, seseorang
harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang bidang pekerjaannya, sekarang
tidak lagi mencukupi. Kenyataannya masih sangat sedikit pandangan bahwa
seorang pekerja harus memiliki soft skill. Pembicaraan tentang soft skill. tidak
dapat dilepaskan dari pengertian kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai
motif, sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku atau karakteristik pribadi lain
yang penting untuk melaksanakan pekerjaan atau yang membedakan antara kinerja
rata-rata dengan kinerja superior.
C. Jurusan Perikanan
1. Pengertian Jurusan Perikanan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Perikanan merupakan salah
satu SMK yang dikelola oleh pemerintah atau Direktorat Jendral Pendidikan
Menengah Kejuruan yang lebih banyak ditunjukan untuk menunjang sektor
Perikanan dan kelautan. Bidang keahlian perikanan adalah bidang yang
diharapkan menghasilkan tamatan yang professional dibidang perikanan dan
memiliki kompetensi unggul dalam prestasi dan berwawasan global. Metode
pengajaran yang diterapkan pun bervariasi dengan system classical untuk teori,
praktek di sekolah dan praktek kerja industri. (Modul Jurusan perikanan SMK
Negeri 2 Purbalingga 2004: 1).
45
2. Tujuan Jurusan Perikanan
Tujuan pendidikan SMK Negeri 2 Purbalingga khususnya jurusan
Perikanan adalah memberi bekal kepada siswa untuk siap kerja secara
professional pada sektor perikanan, sehingga output yang dihasilkan nantinya
benar-benar berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri kerja saat ini.
(Modul Jurusan perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga 2004: 1).
3. Soft Skill pada Jurusan Perikanan
Berikut adalah Soft Skills yang harus miliki oleh setiap siswa SMK
jurusan Perikanan, sesuai dengan kebutuhan industri perikanan. (Modul Jurusan
perikanan SMK Negeri 2 Purbalingga 2004: 1).
a. Bekerja dengan teman kerja dan pelanggan,
1). Mampu berkomunikasi secara efektif dengan teman kerja dan pelanggan
2). Memberikan bantuan kepada teman kerja dan pelanggan sesuai standar
pelayanan
3). Mampu menerapkan prinsip-prinsip bekerja dalam tim
b. Mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di tempat kerja
1). Memahami tanda-tanda peringatan bahaya di tempat kerja.
2). Menerapkan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja ditempat
kerja
3). Mampu menangani situasi darurat sesuai standar operasional prosedur.
c. Mengembangkan dan memperbaharui pengetahuan industri Perikanan
1). Memahami sektor-sektor industri Perikanan.
46
2). Memahami hubungan antara industri Perikanan dengan industri lain yang
terkait.
3). Memahami peraturan yang berlaku di industri.
4. Dimensi dan Indikator Kesiapan Kerja Jurusan Perikanan
Dari berbagai uraian di atas pada dasarnya bentuk kesiapan kerja terdiri
dari dua bentuk yaitu soft skill dan hard skill. Namun dalam penelitian ini
dimensi dari kesiapan kerja ditinjau dari bentuk soft skill , dimana kesiapan
kerja dilihat dari aspek psikis, hal itu sesuai dengan data di lapangan masalah
yang ada pada kesiapan kerja terletak pada aspek soft skill. Hal ini juga
dikarenakan keterbatasan peneliti dalam menilai kesiapan kerja siswa dalam
aspek hard skill. Peneliti merasa kurang berkompeten bila meneliti pada bidang
ketrampilan perikanan siswa.
Mengacu pada pandangan di atas seperti yang telah dikutip, maka
komponen kesiapan kerja terinci atas enam komponen sesuai dengan teori
Brady, yang bisa dijadikan indikator kesiapan kerja, yaitu:
(1) Responsibility ( Tanggung Jawab )
(2) Flexibility (Fleksibilitas)
(3) Skills ( Keterampilan )
(4) Communication ( Komunikasi )
(5) Self View ( Pandangan Terhadap Diri )
(6) Healt & Safety (Kesehatan dan Keselamatan)
47
D. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah kesiapan kerja siswa jurusan Agribisnis Perikanan SMK
Negeri 2 Purbalingga berdasarkan indikator responsibility, flexibility, skills,
communication, self view, heallt & safety?
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Marzuki (2005: 14) “Penelitian Deskriptif (descriptive research)
ditunjukkan hanya untuk melukiskan keadaan obyek atau persoalannya. Dalam
penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif. “ Data kuantitatif
adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan “(
Sugiyono, 2010 : 23 ).
Menurut jenis datanya penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan instrumen berupa angket / kuesioner tertutup ( closed ended questionnaire
). Angket tertutup, yaitu angket yang dibuat berdasarkan alternatif jawaban yang
tersedia. Responden tinggal memilih jawaban – jawaban yang sesuai dengan
keadaan responden itu sendiri.
Dengan demikian bentuk penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif
Kuantitatif. Penelitian ini bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan tentang
Kesiapan Kerja siswa kelas XII SMK Negeri 2 Purbalingga Jurusan Perikanan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Purbalingga, Jl. Selaganggeng,
Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah pada siswa kelas XII Jurusan Perikanan Tahun
Ajaran 2014/2015. SMK N 2 Purbalingga memiliki sarana penunjang
49
pembelajaran pada jurusan perikanan yang berupa lahan kolam untuk praktek
secara langsung dan bekerjasama dengan dinas perikanan setempat dalam rangka
peningkatan keterampilan siswa agar nantinya siswa setelah dinyatakan lulus dapat
memiliki kesiapan kerja yang tinggi.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Peneliti
memilih tempat di SMK N 2 Purbalingga karena SMK tersebut merupakan satu-
satunya sekolah menengah kejuruan yang ada di Kabupaten purbalingga yang
menyelenggarakan program pendidikan dengan jurusan perikanan sehingga
sekolah ini harus bekerja keras mencetak calon pekerja yang benar-benar siap
untuk bekerja dalam bidangnya.
C. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118) “Variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Saifuddin Azwar (2010)
menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang dipelajari.
Variabel juga diartikan sebagai semua faktor yang bervariasi. Dari beberapa
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah gejala-
gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya yang
menjadi titik perhatian dalam penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel mandiri dimana variabel tersebut
berdiri sendiri tanpa ada pengaruh dari variabel yang lain, variable tersebut yaitu
Kesiapan Kerja. Kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan kematangan
50
psikis serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan dan
sikap positif untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan tanpa
mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal.
D. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah penafsiran pada penelitian ini maka berikut akan
dikemukakan definisi operasional penelitian ini. Peneliti mendefinisikan kesiapan
kerja adalah kondisi yang menunjukkan kematangan psikis serta pengalaman
belajar sehingga individu mempunyai kemampuan dan sikap positif untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan tanpa mengalami
kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal. Tinggi rendahnya tingkat
kesiapan kerja diukur dengan skala kesiapan kerja. Semakin tinggi skor yang
diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kesiapan kerja tinggi dan sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh menunjukan bahwa kesiapan kerja rendah.
Dalam penelitian ini skala kesiapan kerja siswa ditunjukkan melalui skor
jawaban pada angket tertutup, dengan indikator : 1) Responsibility, 2) Flexibility,
3) Skills, 4) Communication, 5) Self View, 6) Healt & Safety.
E. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan anggota dalam suatu tempat yang akan diteliti.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Jurusan Perikanan Kelas XII di
SMK Negeri 2 Purbalingga yang berjumlah 50 siswa dari 2 kelas. Oleh karena
51
jumlah subyek atau responden kurang dari 100 maka subyek dalam penelitian ini
diambil secara keseluruhan, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. XII API 1 : 25 siswa
2. XII API 2 : 25 siswa
Pemilihan kelas XII sebagai subyek penelitian didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut :
1. Siswa kelas XII dianggap lebih dewasa dibandingkan kelas XI karena mereka
telah memiliki mental dan fisik yang telah mencapai tingkat cukup matang serta
telah mencapai taraf perkrmbangan yang relatif stabil.
2. Siswa kelas XII telah menyelesaikan praktik kerja lapangan sehingga mereka
memiliki bekal pengalaman dari kegiatan tersebut.
3. Siswa kelas XII dalam waktu dekat akan menyelesaikan studinya sehingga
mereka akan menjadi calon tenaga kerja tingkat menengah dengan bidang
keahlian yang dimilikinya
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun suatu karya ilmiah membutuhkan suatu metode ilmiah.
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam metode ilmiah.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan
berbagai cara dalam upaya mengumpulkan data. Metode pengumpulan data adalah
52
cara yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode skala.
Skala atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Bentuk angket yang
digunakan pada penelitian ini yaitu jenis angket tertutup dan langsung. Yang
dimaksud angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih (Suharsimi Arikunto, 2006: 151).
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan angket dalam
bentuk skala yang mempunyai empat alternatif jawaban. Keempat alternatif
jawaban tersebut, yaitu : sangat siap (SS), siap (S), tidak siap (TS), dan sangat
tidak siap (STS). Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian
untuk pernyataan Favorable / positif yaitu : SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1,
sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan Unfavorable / negatif yaitu : SS = 1,
S = 2, TS = 3, dan STS = 4. Alasan menggunakan empat alternatif jawaban yaitu
untuk menghindari kecenderungan subyek dalam menjawab pada posisi aman
yaitu tengah-tengah jawaban dengan tidak memiliki pendapat pada jawaban.
G. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu angket
(kuesioner). Guna memperoleh data yang akurat diperlukan alat pengungumpul
data yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu alat ukur yang valid dan reliabel.
53
Valid menunjukkan kepastian, ketelitian atau ketepatan alat ukur, sedangkan
reliabel menunjukkan konsistensi jika alat ukur itu dipergunakan. Validitas dan
reliabilitas suatu alat ukur harus ditetapkan kriterianya lebih dahulu sebelum alat
ukur digunakan. Hal ini penting karena validitas dan reliabilitas alat ukur akan
menunjukkan mutu dari proses pengumpulan data dalam penelitian.
Dalam kajian instrumen penelitian ini disajikan kisi-kisi yang diperoleh dari
kajian teori yang kemudian dirangkum dalam dimensi dan indikator kesiapan
kerja. Dalam kajian instrumen penelitian ini disajikan kisi-kisi variabel yaitu:
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Skala Kesiapan Kerja sebelum Uji Coba
Variabel Sub Variabel
Indikator Nomer item
∑ Positif Negatif
Kesiapan
kerja
Responsibility Memenuhi standar kualitas produksi
perikanan
1,2 3,4 4
Berfokus dalam penanganan dan
pengolahan produksi perikanan
5,6 7,8 4
Menjaga dan merawat peralatan
produksi perikanan
9,10 11,12 4
Flexibility Mampu untuk lebih aktif dalam
proses produksi bidang perikanan
13,14 15,16 4
Mampu untuk beradaptasi dan menerima berbagai perubahan
dalam proses produksi bidang
perikanan
17,18 19,20 4
Skills Menguasai ketrampilan produksi
berbagai jenis bidang perikanan
21,22 23,24 4
Mampu memperbaharui diri /
menyerap ketrampilan dan teknologi
baru di bidang perikanan.
25,26 27,28 4
Communication Mampu bekerjasama dengan baik
sesama pekerja bidang perikanan
29,30 31,32 4
Memiliki rasa percaya terhadap rekan kerja
33,34 35,36 4
Memiliki sifat terbuka dan bisa
menerima umpan balik baik kritik
ataupun saran dari sesama pekerja
perikanan
37,38 39,40 4
Self View Mampu mengevaluasi hasil
produksi perikanan sendiri
41,42 43,44 4
54
Mampu untuk percaya terhadap
kemampuan yang dimiliki dalam
proses produksi bidang perikanan
45,46 47,48 4
Healt & Safety Patuh dalam mengikuti peraturan –
peraturan yang ada di lingkungan
kerja bidang perikanan
49,50 51,52 4
Mempraktikkan perilaku kesehatan
dan keselamatan kerja di bidang
perikanan
53,54 55,56 4
Total 28 28 56
Untuk penyekoran jawaban skala kesiapan kerja peneliti menjabarkan ke dalam
empat alternatif jawaban, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Skor Alternatif Jawaban Instrumen Penelitian
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat Siap (SS) 4 1
Siap (S) 3 2
Tidak Siap (KS) 2 3
Sangat Tidak Siap (STS) 1 4
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, terlebih dahulu
dilakukan uji coba (try out) guna pembakuannya, yakni dengan melakukan uji
validitas dan uji reliabilitas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji coba
terpakai, dikarenakan subyek penelitian yang terbatas.
Instrumen yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) yaitu harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Sementara menurut
Sugiyono (2007: 122) dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel
dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid
55
dan reliabel. Untuk mengetahui sebuah instrumen yang akan digunakan adalah
valid dan reliabel diketahui melalui uji validitas dan uji reliabilitas instrumen.
1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 167) validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid dan sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya
instrumen yang kurang valid dan sahih mempunyai validitas yang rendah
(Suharsimi Arikunto, 2006: 168).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis item atau uji
keterkaitan, dimana suatu item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada
item memiliki kesejajaran dengan skor total. Perhitungan validitas dilakukan
dengan rumus Korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Rumusnya yaitu:
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +
Keterangan:
= koefisien korelasi X dan Y
N = jumlah subyek ∑ = jumlah perkalian skor item dengan skor total ∑ = jumlah skor pertanyaan item ∑ = jumlah skor total
(∑ ) = jumlah kuadrat skor item (∑ ) = jumlah kuadrat total
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Kaidah kesiapan kerja dalam uji validitas adalah apabila r hitung > r tabel
pada taraf signifikan 5%, maka instrumen dikatakan valid dan layak digunakan
dalam pengambilan data. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel pada taraf
56
signifikan 5%, maka instrumen dikatakan tidak valid dan tidak layak digunakan
untuk pengambilan data.
Pada skala kesiapan kerja didapatkan 42 item yang valid dari 56 item
yang diujicobakan. Angka korelasi Validitas item bergerak dari 0,314 sampai
0,470. Dari uji validitas ternyata butir-butir yang valid masih mewakili
indikator atau aspek yang ada, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengambil data.
2. Uji Realibilitas
Suharsimi Arikunto (2010: 221), reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Saifuddin Azwar
(2007: 83) menyatakan bahwa reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas
yang angkanya berkisar antara 0 sampai 1.00. semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya
jika koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah
reliabilitasnya.
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen pengumpulan
data menggunakan rumus koefisien alpha. Rumus ini digunakan untuk
menghitung data yang skalanya bertingkat (rating-scala). Perhitungan
statistiknya dilakukan dengan menggunakan komputer program software
komputer program SPS 2005-BL dan SPSS for Windows .Adapun rumus
koefisien alpha adalah sebagai berikut:
57
Keterangan :
k = jumlah butir
= jumlah varian butir
= varian total
= reliabilitas instrumen
(Suharsimi Arikunto, 2010: 223)
Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh kemudian di
konsultasikan dengan r tabel. Apabila > r tabel, maka instrumen reliabel.
Koefisien reliabilitas alpha (α) pada kesiapan kerja, diperoleh nilai koefisien
alpha (α) sebesar 0,851. Hal ini menunjukan bahwa instrumen memiliki
realibilitas tinggi karena mendekati 1.00. Tinggi rendahnya reliabilitas
dikategorisasikan sebagai berikut:
Tabel 3. Kategorisasi Nilai Reliabilitas
Kategorisasi Interval
Sangat Tinggi α > 0,9
Tinggi α > 0,8
Cukup Tinggi α > 0,7
Rendah α > 0,6
Sangat rendah α > 0,05
Berikut hasil uji reliabilitas dengan menggunkaan SPSS ver. 20:
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
.851 42
58
Berdasarkan tabel di atas, diketahui α =0,851 > 0,05 jadi data
dinyatakan reliabel. Tingkat reliabilitas termasuk dalam kategori tinggi karena
0,851 > 0,8
H. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah dengan menghitung
skor tertinggi dan terendah dari nilai skor skala kesiapan kerja serta menghitung
skor masing-masing objek. Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data sehingga data-data tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
data deskriptif kuantitatif. Penghitungan statistik deskriptif menggunakan statistik
deskriptif persentase, karena yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, lingkaran, piktogram, perhitungan
mean, modus, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data
perhitungan rata-rata, standar devisiasi, dan persentase (Sugiyono, 2007: 112).
Cara perhitungan analisis data mencari besarnya frekuensi relatif persentase
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentase yang dicari (Frekuensi Relatif)
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
(Anas Sudjono, 2006: 40)
59
Untuk memperjelas proses analisis maka dilakukan pengkategorian.
Kategori tersebut terdiri atas empat kriteria, yaitu: Sangat Siap (SS), Siap (S),
Tidak Siap (TS), Sangat Tidak Siap (STS). Dasar penentuan kemampuan tersebut
adalah menjaga tingkat konsistensi dalam penelitian.
Penentuan kriteria skor dengan menggunakan Penilaian Acuan Norma
(PAN) dalam skala yang dimodifikasi sebagai berikut:
Tabel 5. Kelas Interval
No Interval Kategori
1 X > M + 1,5 SD Sangat Siap (SS)
2 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Siap (CS)
3 M − 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Tidak Siap (KS)
4 M − 1,5 SD < X ≤ M − 0,5 SD Sangat Tidak Siap (TS)
Keterangan:
M : Nilai rata-rata (Mean)
X : Skor
SD : Standar Deviasi
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMK Negeri 2 Purbalingga terletak di Jalan Raya Selaganggeng, Mrebet,
Purbalingga , Jawa Tengah ( 53352 ) . SMK ini terdiri dari 24 kelas dengan
kelas X, XI dan XII masing-masing terbagi menjadi 8 kelas dan 4 jurusan, yaitu
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Agribisnis Ternak Unggas, Agribisnis
Perikanan dan Teknik Otomotif. Setiap kelas maksimal berjumlah 25 siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa di SMK N 2 Purbalingga jurusan
Agribisnis Perikanan kelas XII yang terdiri dari 2 kelas. Jumlah siswa dari
kedua kelas tersebut adalah 50 siswa.SMK N 2 Purbalingga memiliki 3 guru
pembimbing yang masing-masing guru mengampu satu tingkatan kelas. Salah
satu layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling adalah
memberikan pengarahan kepada siswa agar dapat memahami kemampuan dan
identitas diri siswa sendiri. Khusus untuk kelas XII, siswa mulai diberikan
layanan bimbingan untuk menyiapkan kesiapan guna menghadapi dunia kerja
secara soft skill karena calon lulusan yang akan menghadapi dunia kerja harus
mempunyai kesiapan kerja baik secara hard skil maupun soft skill.
SMK N 2 Purbalingga jurusan Agribisnis Perikanan memiliki fasilitas
laboratorium perikanan, yang dapat digunakan oleh para siswa sebagai sarana
61
untuk mempraktikkan secara langsung keterampilan tentang ilmu perikanan
yang telah didapat baik yang bersifat hard skill maupun soft skill meskipun
fasilitas laboratorium tersebut masih tergolong kurang lengkap. Selain itu di
SMK ini juga mempunyai dua kolam praktek, yaitu satu kolam berukuran kecil
dan satu kolam berukuran sedang akan tetapi keberadaan kolam tersebut kurang
terawat dan kurang dimaksimalkan fungsi kegunaannya.
2. Deskripsi Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 Minggu, yaitu pada tanggal 29
Desember 2014-9 Januari 2015.
3. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Purbalingga
Jurusan Agribisnis Perikanan kelas XII, karena jumlah subyek kurang dari 100
maka subyeknya diambil secara keseluruhan, sehingga penelitian ini disebut
penelitian populasi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Subyek Penelitian
No Kelas Jumlah
1 XII API I 25
2 XII API II 25
Jumlah 50 Sumber: Dokumentasi
B. Deskripsi Data Penelitian
Data pada penelitian ini diambil dengan instrumen berupa angket kesiapan
kerja dan dilakukan penskoran, sehingga data yang diperoleh merupakan data
62
kuantitatif, demikian juga analisis datanya digunakan deskriptif kuantitatif dengan
prosentase. Skala pengukuran pada penelitian ini digunakan skala dengan
rentangan skor antara 1 sampai dengan 4.
Kesiapan kerja pada penelitian ini diukur dengan instrumen yang berjumlah
42 item yang valid pada ujicoba instrumen penelitian (uji validitas dan
reliabilitas), dengan skor 1 sampai dengan 4. Penskoran akhir pada penelitian ini
adalah jumlah skor dibagi dengan jumlah pernyataan, sehingga semua
aspek/indikator mempunyai rentang yang sama, yaitu 1 sampai dengan 4. Skor
akhir merupakan rata-rata skor pada 6 aspek (responsibility, flexibility, skills,
communication, self view, heallt & safety), hal ini ditempuh untuk memudahkan
dalam menginterpretasikan hasil penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil analisis angket yang
telah diisi oleh siswa kelas XI SMK Negeri Purbalingga. Angket yang disebarkan
yaitu angket kesiapan kerja. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
APII 1 dan XII 2 dengan jumlah 50 siswa. Data yang telah diperoleh peneliti
selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
Angket kesiapan kerja terdiri dari 42 item pernyataan dengan skor jawaban
terendah 1 dan tertinggi 4, sehingga skor terendah yaitu 1 x 42 = 42 dan skor
tertinggi yaitu 4 x 42 = 168. Berdasarkan data hasil penyebaran angket kesiapan
kerja, skor terendah adalah 96 dan skor tertinggi adalah 160. Hasil analisis
deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 113,48 ; median 121,00 ; mode 127.
63
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Relatif N Valid 42
Missing 0
Mean 113.48
Median 121.00
Mode 127
Sum 5674
Skor Maksimal 168
Skor Minimal 42
Interfal 32
Tingkat kesiapan kerja pada siswa SMK Jurusan Agribisnis Perikanan SMK
N 2 Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 140 - 168 0 0%
2 Siap 107 - 139 29 58%
3 Tidak Siap 74 – 106 21 42%
4 Sangat Tidak Siap 42 – 74 0 0%
Jumlah 50 100%
Gambar 1. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan
0
5
10
15
20
25
30
140 - 168 107 - 139 74 - 106 42 - 74
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
0
29
21
0
64
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 1, kesiapan kerja siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap,
58% atau sebanyak 29 siswa termasuk dalam kategori siap, 42% atau sebanyak
21 siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa yang
tergolong dalam kategori sangat tidak siap.Jadi kesiapan kerja siswa SMK N 2
Purbalingga secara garis besar tergolong pada kategori siap.
Secara rinci hasil untuk masing-masing aspek kesiapan kerja dapat di
jelaskan sebagai berikut :
a. Responsibility
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Responsibility dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 9. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga Jurusan
Agribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Responsibility
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 37 - 40 0 0%
2 Siap 28 - 36 33 66%
3 Tidak Siap 19 - 27 17 34%
4 Sangat Tidak
Siap 10 - 18 0 0%
Jumlah 50 100%
65
Gambar 2. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Responsibility
Berdasarkan tabel 7 dan gambar 2, Responsibility siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap,
66% atau sebanyak 33 siswa termasuk dalam kategori siap, 34% atau
sebanyak 17 siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa
yang tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi kesiapan kerja siswa
SMK N 2 Purbalingga secara aspek Responsibility berada pada kategori siap.
b. Flexibility
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Flexibility dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Flexibility
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 29 - 32 0 0%
2 Siap 22 - 28 28 56%
3 Tidak Siap 15 - 21 22 44%
4 Sangat Tidak Siap 8 - 14 0 0%
Jumlah 50 100%
0
20
40
37 - 40 28 - 36 19 - 27 10 - 18
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Responsibility
66
Gambar 3. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Flexibility
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 3, Flexibility siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap, 56%
atau sebanyak 28 siswa termasuk dalam kategori siap, 44% atau sebanyak 22
siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa yang
tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi Flexibility berada pada
kategori siap, yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam kemampuan daya
tahan yang memungkinkan individu untuk beradaptasi dan menerima
kenyataan di tempat kerjanya yang baru.
c. Skills
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Skills dapat dilihat pada tabel berikut ini:
05
1015202530
29 - 32 22 - 28 15 - 21 8 - 14
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Flexibility
67
Tabel 11. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Skills
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 24 0 0%
2 Siap 18 - 23 28 56%
3 Tidak Siap 12 - 17 22 44%
4 Sangat Tidak
Siap 6 - 11 0 0%
Jumlah 50 100%
Gambar 4. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Skills
Berdasarkan tabel 9 dan gambar 4, Skills siswa SMK N 2 Purbalingga
diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap, 56% atau
sebanyak 28 siswa termasuk dalam kategori siap, 44% atau sebanyak 22
siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa yang
tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi Skills berada pada kategori
siap yang artinya siswa memiliki kesiapan dalam kemampuan dan keahlian
yang akan mereka bawa kedalam situasi kerja baru.
05
1015202530
24 18 - 23 12 - 17 6 - 11
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Axi
s Ti
tle
Skills
68
d. Communication
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Communicationdapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.
Tabel 12. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Communication
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 24 0 0%
2 Siap 18 - 23 22 44%
3 Tidak Siap 12 - 17 28 56%
4 Sangat Tidak Siap 6 - 11 0 0%
Jumlah 50 100%
Gambar 5. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Communication
Berdasarkan tabel 10 dan gambar 5, Communication siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap,
44% atau sebanyak 22 siswa termasuk dalam kategori siap, 56% atau
sebanyak 28 siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa
yang tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi Communication berada
dalam kategori tidak siap yang artinya siswa masih kurang menguasai
05
1015202530
24 18 - 23 12 - 17 6 - 11
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Axi
s Ti
tle
Communications
69
kemampuan berkomunikasi guna mendukung terciptanya hubungan
interpersonal ditempat kerja.
e. Self view
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Self viewdapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Self view
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 20 0 0%
2 Siap 15 - 19 20 40%
3 Tidak Siap 10 - 14 30 60%
4 Sangat Tidak Siap 5 - 9 0 0%
Jumlah 50 100%
Gambar 6. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Self view
Berdasarkan tabel 11 dan gambar 6, Self view siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap,
40% atau sebanyak 20 siswa termasuk dalam kategori siap, 60% atau
sebanyak 30 siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa
0
10
20
30
20 15 - 19 10 - 14 5 - 9
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Self view
70
yang tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi Self View berada dalam
kondisi tidak siap yang artinya siswa kurang mampu memandang dirinya
dalam situasi kerja.Di sisni, pandangan terhadap diri digunakan secara umum
untuk mencakup konseptualisasi diri.
f. Health & Safety
Berdasarkan hasil penelitian, kesiapan kerja siswa SMK N 2 Purbalingga
berdasarkan Health & service dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Health & Safety
No Kategori Interval f %
1 Sangat Siap 28 0 0%
2 Siap 21 - 27 30 60%
3 Tidak Siap 13 - 20 20 40%
4 Sangat Tidak Siap 7 - 12 0 0%
Jumlah 50 100%
Gambar 7. Grafik Kategorisasi Kesiapan Kerja Siswa SMK N 2 Purbalingga
JurusanAgribisnis Perikanan Berdasarkan Aspek Health & Safety
05
1015202530
28 21 - 27 13 - 20 7 - 12
Sangat Siap Siap Tidak Siap Sangat TidakSiap
Healt & Safety
71
Berdasarkan tabel 12 dan gambar 7, Health & Safety siswa SMK N 2
Purbalingga diketahui bahwa tidak ada siswa memiliki kategori sangat siap,
60% atau sebanyak 30 siswa termasuk dalam kategori siap, 40% atau
sebanyak 20 siswa termasuk dalam kategori tidak siap, dan tidak ada siswa
yang tergolong dalam kategori sangat tidak siap. Jadi Healt & Safety berada
pada kondisi siap yang artinya siswa memahami pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kesiapan kerja
siswa jurusan Agribisnis Perikanan kelas XII SMK Negeri 2 Purbalingga.
Kesiapan kerja sangat penting bagi siswa menengah kejuruan, yang mana siswa
menengah kejuruan sedang mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia kerja.
Karena pada konteks ini, kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat pribadi, seperti
sifat pekerja dan mekanisme pertahanan yang dibutuhkan, bukan hanya untuk
mendapatkan pekerjaan, tetapi juga lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan
pekerjaan yang sudah didapatkannya (Brady, 2009:4).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan komponen kesiapan kerja yang
di kemukakan oleh Brady sebagai indikator kesiapan kerja. Penulis menggunakan
komponen kesiapan kerja Brady dengan alasan komponen-komponen tersebut
sudah melalui proses penelitian dan pengembangan-pengembangan. Menurut
72
Brady (2009:2), Kesiapan kerja mengandung enam komponen yaitu:
responsibility, flexibility, skills, communication, self view, dan health & safety.
Dalam penelitian ini pengambilan data diambil dengan menggunakan
instrumen berupa angket kesiapan kerja dan dilakukan penskoran, sehingga data
yang diperoleh merupakan data kuantitatif, demikian juga analisis datanya
digunakan deskriptif kuantitatif dengan persentase. Skala pengukuran pada
penelitian ini digunakan skala kesiapan kerja, dengan rentangan skor antara 1
sampai dengan 4.
Kesiapan kerja pada penelitian ini diukur dengan instrumen yang berjumlah
42 item yang valid pada ujicoba instrumen penelitian (uji validitas dan
reliabilitas), dengan skor 1 sampai dengan 4. Penskoran akhir pada penelitian ini
adalah jumlah skor dibagi dengan jumlah pernyataan, sehingga semua
aspek/indikator mempunyai rentang yang sama, yaitu 1 sampai dengan 4. Skor
akhir merupakan jumlah skor pada 6 aspek (responsibility, flexibility, skills,
communication, self view, heallt & safety), hal ini ditempuh untuk memudahkan
dalam menginterpretasikan hasil penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil analisis angket yang
telah diisi oleh siswa kelas XI SMK Negeri Purbalingga. Angket yang disebarkan
yaitu angket kesiapan kerja. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
APII 1 dan XII 2 dengan jumlah 50 siswa. Data yang telah diperoleh peneliti
selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
73
Angket kesiapan kerja terdiri dari 42 item pernyataan dengan skor jawaban
terendah 1 dan tertinggi 4, sehingga skor terendah yaitu 1 x 42 = 42 dan skor
tertinggi yaitu 4 x 42 = 168. Berdasarkan data hasil penyebaran angket kesiapan
kerja, skor terendah adalah 96 dan skor tertinggi adalah 160. Hasil analisis
deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 113,48 ; median 121,00 ; mode 127.
Berdasarkan analisis data yang telah disajikan di atas, maka dapat diperoleh
hasil penelitian bahwa siswa kelas XII SMK Negeri 2 Purbalingga jurusan
Agribisnis Perikanan memiliki kesiapan kerjadalam kategori siap. Hal tersebut
terlihat dari tercapainya komponen kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Brady
(2009: 22) yang menyatakan bahwa kesiapan kerja berfokus pada sifat-sifat
pribadi yang dapat menggambarkan kesiapan kerja, komponen tersebut yaitu
keterampilan, pandangan terhadap diri, tanggung jawab, fleksibilitas, komunikasi
serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Sebagian besar siswa SMK Negeri 2 Purbalingga masih memiliki kesiapan
kerja siap karena terlihat siswa sebagian besar telah menguasai komponen-
komponen yang di kemukakan oleh Brady. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Slameto (2003: 59) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu
terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan perpengaruh pada
atau kecenderungan untuk memberi respon.
Dari hasil penelitian dapat diperoleh bahwa kesiapan kerja siswa dalam
kategori siap, yang ditunjukkan dari persentase siswa yang termasuk dalam
74
kategori siap mencapai 58% (29 siswa), 42% (21 siswa) dalam kategori tidak siap,
hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa siap untuk memasuki dunia
kerjanya. Dalam hal ini juga terlihat pada tiap aspek kesiapan kerja yaitu sebagai
berikut:
1. Responsibility ; berada pada kategori siap dengan persentase skor sebesar 66%,
yang artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam tanggung jawab. Dalam hal
ini tanggung jawab melibatkan integritas pribadi, kejujuran dan kepercayaan.
2. Flexibility ; berada pada kategori siap persentase skor sebesar 56%, yang
artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam kemampuan daya tahan yang
memungkinkan individu untuk beradaptasi dan menerima kenyataan di tempat
kerjanya yang baru.
3. Skills ; berada pada kategori siap dengan persentase skor sebesar 56%, yang
artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam kemampuan dan keahlian yang
akan mereka bawa kedalam situasi kerja baru.
4. Communication ; berada dalam kategori tidak siap persentase skor sebesar 56%,
yang artinya siswa masih belum menguasai kemampuan berkomunikasi guna
mendukung terciptanya hubungan interpersonal ditempat kerja.
5. Self View ; berada dalam kondisi tidak siap dengan persentase skor sebesar
60%, yang artinya siswa belum mampu memandang dirinya dalam situasi kerja.
Di sisni, pandangan terhadap diri digunakan secara umum untuk mencakup
konseptualisasi diri.
75
6. Healt &Safety ; berada pada kondisi siap dengan prosentase skor sebesar 60%,
yang artinya siswa sudah memahami pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukan siswa
telah memiliki kesiapan kerja walaupun hanya terdapat selisih 16% dengan
siswa yang tidak siap untuk kerja. Hal itu selaras dengan keadaan di lapangan
yang menunjukan masih terdapat beberpa kekurangantersedianya
fasilitas/sarana pendukung pembelajaran khususnya jurusan Agribisnis
Perikanan yang memadai seperti laboratorium perikanan yang kurang terawat
dan kurang lengkap serta minimnya dan kurang terjaganya kolam-kolam
praktik perikanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai
tingkat rasa tanggung jawab, fleksibilitas, komunikasi, dalam bekerja yang
cukupsedangkan pandangan terhadap diri serta kesehatan dan keselamatan
masih tergolong kurang. Komponen-komponen tersebut merupakan kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa kelas XII SMK Negeri 2 Purbalingga khususnya
jurusan Agribisnis Perikanan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak luput dari adanya hambatan atau
keterbatasan.Hambatan yang dialami peneliti selama penelitian dilakukan adalah
peneliti menggunakan teknik uji coba terpakai karena subyek penelitian yang
76
terbatas. Penelitian yang telah dilakukan ini juga baru pada tingkat awal untuk
memahami tentang kesiapan kerja siswa. Dalam penelitian ini dimensi dari
kesiapan kerja ditinjau dari bentuk soft skill , dimana kesiapan kerja dilihat dari
aspek psikis, hal itu sesuai dengan data di lapangan masalah yang ada pada
kesiapan kerja terletak pada aspek soft skill. Hal ini juga dikarenakan keterbatasan
peneliti dalam menilai kesiapan kerja siswa dalam aspek hard skill. Peneliti merasa
kurang berkompeten bila meneliti pada bidang ketrampilan (hard skill) perikanan
siswa.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Secara umum kesiapan kerja pada siswa kelas XII jurusan Agribisnis Perikanan
SMK N 2 Purbalingga termasuk dalam Kategori siap dengan pencapaian
persentase sebesar 58% atau sebanyak 29 siswa.
2. Secara rinci kesiapan kerja siswa kelas XII Jurusan Agribisnis Perikanan SMK
Negeri 2 Purbalingga termasuk dalam kategori siap. Hal itu dapat dilihat pada
tiap aspek kesiapan kerja yaitu sebagai berikut:
a. Responsibility ; berada pada kategori siap dengan persentase skor sebesar
66%, yang artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam tanggung jawab.
Dalam hal ini tanggung jawab melibatkan integritas pribadi, kejujuran dan
kepercayaan.
b. Flexibility ; berada pada kategori siap persentase skor sebesar 56%, yang
artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam kemampuan daya tahan yang
memungkinkan individu untuk beradaptasi dan menerima kenyataan di
tempat kerjanya yang baru.
78
c. Skills ; berada pada kategori siap dengan persentase skor sebesar 56%, yang
artinya siswa sudah memiliki kesiapan dalam kemampuan dan keahlian yang
akan mereka bawa kedalam situasi kerja baru.
d. Communication ; berada dalam kategori tidak siap persentase skor sebesar
56%, yang artinya siswa tidak menguasai kemampuan berkomunikasi guna
mendukung terciptanya hubungan interpersonal ditempat kerja.
e. Self View ; berada dalam kondisi tidak siap dengan persentase skor sebesar
60%, yang artinya siswa tidak mampu memandang dirinya dalam situasi
kerja. Di sisni, pandangan terhadap diri digunakan secara umum untuk
mencakup konseptualisasi diri.
f. Healt &Safety ; berada pada kondisi siap dengan persentase skor sebesar
60%, yang artinya siswa sudah memahami pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja.
B. Saran
Mengacu pada hasil penelitian dan kesimpulan, serta berdasarkan tujuan dan
kegunaan penelitian, saran yang dapat disampaikan untuk guru pembimbing, guru
mata pelajaran, siswa dan pihak sekolah adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada guru
pembimbing dan guru mata pelajaran bahwa siswa Jurusan Agribisnis
Perikanan kelas XII merupakan calon tenaga kerja yang termasuk dalam
kategori siap, hal ini dapat menjadi acuan bagi guru BK beserta guru mata
79
pelajaran untuk mengasah kemampuan siswa baik secara soft skill maupun hard
skill siswa secara lebih lagi dengan memberikan materi pelajaran maupun
layanan bimbingan yang berkaitan dengan keterampilan soft skill yaitu
bagaimana siswa memahami diri dan sikap siswa ketika berhubungan dengan
orang lain, agar siswa menjadi tenaga kerja yang sangat siap.
2. Guru BK perlu memberikan bimbingan yang lebih optimal untuk siswa
khususnya siswa yang masuk dalam kategori tidak siap melalui pelayanan
bimbingan karir maupun pribadi sosial agar mereka memiliki kesiapan kerja
terutama pada aspek soft skill yang siap.
3. Bagi siswa yang masuk dalam kategori tidak siap hendaknya meningkatkan
kemampuan soft skill & hard skill yang mencakup (responsibility, flexibility,
skills, communication, self view, dan healt & safety) sehingga mereka bisa
menjadi calon tenaga kerja yang siap.
4. Bagi pihak sekolah hasil penelitian ini bisa di jadikan masukan guna
memperbaiki dan menambah sarana dan fasilitas pembelajaran, khususnya
jurusan Agribisnis Perikanan untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa.
80
DAFTAR PUSTAKA
A. Muri Yusuf. (2002). Kiat sukses dalam karir. Jakarta: Ghalia Indonesia
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) Konsep dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta
Awaludin Hadi. (2011). Kompas. Wajah Soft Skill Pada Siswa SMK. Kompas (5
Januari 2011). Hlm.5.
Brady, R.P. (2009). “Work Readness Inventory Administrator’s Guide”. Jurnal.
Diakses dari http://www.list.com/shop/web/Work.Readiness inventory
administrator guide. Pdf, diakses tanggal 30 Maret 2011, Jam 11.30 WIB.
Chaplin, J. P. (2006) Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan Kartini Kartono).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. (1990). Undang-undang Nomor 29 Tentang Tujuan Pendidikan
Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Hans. (2010). Kesiapan Kerja Siswa SMK Negeri Se-Kabupaten Ende Ditinjau Dari
Pelaksanaan Bimbingan Kejuruan, Prestasi Belajar Siswa, dan Pengalaman
Praktik Kerja Industri. Tesis. UNY.
Hartati W. (2006). Pengembangan Instrumen Evaluasi Kesiapan Kerja Mahasiswa
Program Diploma III Manajemen Divisi Kamar Sekolah Tinggi Pariwisata
Bali. Tesis. UNY.
I Wayan Sukita. (2002). Kesiapan Kerja Akademi Pariwisata Jurusan Perhotelan di
Propinsi Bali Sektor Pariwisata. Tesis, UNY.
.
Marzuki. (2005). Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisa.
Paul. Apllied Behaviour Analysis For Student. New York: Macmilan Publishing
Company
81
Poppy Yuniawati. (2009). Soft Skills Dalam Dunia Pendidikan. Diakses dari
http://www.ahmadheryawan.com/opinimedia/penddkn. pada tanggal 5 Juni
2011, jam 12.40 WIB.
Republika. (2010). SMK 30% Penyumbang Pengangguran. (6 Agustus 2010).
Hlm.15.
Saifuddin Azwar. (2007). Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
. (2010). Penyusun Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugihartono. (1991). Aspirasi Siswa Terhadap Pekerjaan dan Prestasi Akademik
Kaitannya dengan Kesiapan Memasuki Kerja pada Siswa Sekolah Kejuruan
di DIY. Laporan Penelitian. IKIP Yogyakarta.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
(2010). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
(2010). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun Jurusan Perikanan. (2004). Modul Jurusan perikanan SMK Negeri 2
purbalingga. SMK Negeri 2 Purbalingga: Purbalingga.
Waghner, J. (2006). Youthwork Information Breaf, Work Readiness Skills. Jurnal.
Diakses dari http://www.learningworkconnection.org, pada tanggal 20 April
2011, Jam 15.12 WIB
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Skala Kesiapan Kerja
I. PETUNJUK MENGERJAKAN
a) Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti, kemudian berilah jawaban
anda pada lembar jawab yang telah disediakan, yaitu disamping pernyataan pada
angket ini.
b) Jawablah semua pernyataan dengan seteliti mungkin dan jangan sampai ada yang
terlewatkan.
c) Setiap pernyataan dalam skala ini ada empat pilihan jawaban : sangat sesuai (SS),
sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
d) Jawablah setiap pernyataan pada angket ini dengan memberikan tanda cek (√)
pada jawaban yang anda pilih.
Contoh :
No Pernyataan SS S R TS STS
1. Saya mempunyai cita-cita yang sangat
tinggi.
√
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
84
II. Identitas Responden
Nama : ………………………………….
Kelas : ………………………………….
No Pernyataan SS S TS STS
1 Standar kualitas produksi perikanan telah saya pahami
2 Standar kualitas produksi perikanan mampu saya laksanakan
3 Standar kualitas produksi perikanan harus selalu di laksanakan dalam
pelaksanaan proses produksi perikanan
4 Saya mempelajari penanganan dan pengolahan produksi perikanan
5 Saya mampu mengolah hasil produksi perikanan
6 Cara pengolahan produksi perikanan kurang saya pahami
7 Perawatan peeralata produksi perikanan mampu saya laksanakan
8 Saya paham cara merawat peralatan produksi perikanan
9 Cara merawat peralatan produksi perikanan belum saya kuasai
10 Saya siap untuk lebih aktif dalam proses produksi
11 Saya bisa bekerja semaksimal mungkin
12 Penanganan produksi perikanan belum saya kuasai
13 Menurut saya sangat sulit belajar cara penanganan dan pengolahan produksi
perikanan
14 Saya bisa aktif dalam proses produksi perikanan
15 Jika saya aktif dalam produksi perikanan pasti hasilnya akan memuaskan
16 Saya kurang aktif dalam produksi perikanan
17 Saya masih bingung mengelola waktu sehingga saya kurang maksimal dalam
memproduksi perikanan
18 Saya mampu beradaptasi dan menerima berbagai perubahan dalam proses
produksi perikanan
19 Saya mampu menghadapi berbagai rintangan dalam produkksi dibidang
perikanan
20 Saya mampu menerima perubahan dibidang produksi perikanan
21 Saya kurang bisa beradaptasi dalam prose produksi dibidang perikanan
85
22 Saya masih belum paham apakah saya bisa menerima berbagai perubahan
dibidang produksi perikanan
23 Saya bisa menguasai ketrampilan berbagai jenis produksi dibidang perikanan
24 Ketrampilan jenis produksi bidang perikanan telah saya kuasai
25 Ketrampilan produksi berbagai jenis perikanan belum saya pahami
26 Saya kurang yakin dengan kemampuan saya apakah saya bisa menguasai
ketrampilan dibidang perikanan
27 Ilmu baru dibidang perikanan bisa saya serap
28 Saya harus yakin bisa paham tentang teknologi dibidang perikanan
29 Saya kurang bisa menyerap ilmu dibidang perikanan
30 Saya kurang bisa memperbaharui diri dibidang perikanan
31 Saya bisa bekerja secara tim
32 Saya bisa bekerja menyesuaikan diri dengan teman kerja
33 Saya kurang percaya dengan kerja tim
34 Bekerja secara tim hanya akan memperlambat kinerja saya
35 Saya merasa kurang mampu berkomunikasi dengan orang lain
36 Saya memiliki sifat terbuka serta harus bisa menerima kritik dan saran dari
orang lain
37 Semakin banyak rekan kerja hanya akan memperlambat kinerja saya
38 Sifat keterbukaan sangatlah penting bagi saya
39 Saya mampu megendalikan / mengontrol diri dalam pelaksanaan proses
produksi perikanan
40 Saya kurang mampu mengontrol diri dalam pelaksanaan proses produksi
perikanan
41 Evaluasi hasil produksi perikanan sudah saya pahami
42 Saya mampu mengambil tindakan terhadap evaluasi dari hasil produksi yang
telah dilakukan
43 Hasil produksi perikanan yang telah dilaksanakan bisa saya evaluasi sendiri
44 Saya perlu evaluasi dari orang lain terhadap hasil produksi saya
45 Saya yakin dengan kemampuan saya jika saya sanggup melakukan proses
produksi perikanan
86
46 Saya percaya terhadap kemampuan saya dibidang perikanan
47 Saya masih kurang yakin dengan kemampuan saya dibidang produksi
perikanan
48 Saya masih kurang percaya dengan kemampuan teman saya karena saya hanya
percaya dengan kemampuan saya
49 Semua peraturan di lingkungan kerja bisa saya patuhi
50 Saya setuju dengan peraturan – peraturan yang ada di lingkungan kerja saya
karena akan membuat pekerja jadi teratur
51 Saya kurang disiplin dalam mengikuti peraturan-peraturan yang ada
dilingkungan kerja
52 Peraturan yang dibuat dilingkungan kerja akan saya laksanakan
53 Prilaku kesehatan dan keselamatan kerja di bidang perikanan bisa saya terapkan
54 perilaku kesehatan dan keselamatan kerja dalam proses produksi dibidang
perikanan sudah saya pahami
55 Saya akan melaksanakan perilaku kesehatan dan keselamatan kerja dalam
proses produksi dibidang perikanan
56 Perilaku kesehatan dan keselamatan kerja dalam proses produksi dibidang
perikanan kurang saya pahami
87
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Instrumen
No Butir r tabel r hitung Ket
No Butir r tabel r hitung Ket
No Butir r tabel r hitung Ket
1 Butir 1 0,279 .376** VALID
26 Butir 26 0,279 -.028 TIDAK VALID
51 Butir 51 0,279 .356* VALID
2 butir 2 0,279 .124 TIDAK VALID
27 Butir 27 0,279 .375** VALID
52 Butir 52 0,279 .368** VALID
3 Butir 3 0,279 .388** VALID
28 Butir 28 0,279 .385** VALID
53 Butir 53 0,279 -.012 TIDAK VALID
4 Butir 4 0,279 .391** VALID
29 Butir 29 0,279 .022 TIDAK VALID
54 Butir 54 0,279 .406** VALID
5 Butir 5 0,279 .326* VALID
30 Butir 30 0,279 .470** VALID
55 Butir 55 0,279 .345* VALID
6 Butir 6 0,279 .412** VALID
31 Butir 31 0,279 -.052 TIDAK VALID
56 Butir 56 0,279 .427** VALID
7 Butir 7 0,279 .320* VALID
32 Butir 32 0,279 .048 TIDAK VALID
8 Butir 8 0,279 .366** VALID
33 Butir 33 0,279 .349* VALID
VALID 42
9 Butir 9 0,279 -.070 TIDAK VALID
34 Butir 34 0,279 .341* VALID
TIDAK VALID 14
10 Butir 10 0,279 .401** VALID
35 Butir 35 0,279 .328* VALID
JUMLAH 56
11 Butir 11 0,279 .333* VALID
36 Butir 36 0,279 -.142 TIDAK VALID
12 Butir 12 0,279 .417** VALID
37 Butir 37 0,279 -.002 TIDAK VALID
13 Butir 13 0,279 .360* VALID
38 Butir 38 0,279 .332* VALID
14 Butir 14 0,279 .314* VALID
39 Butir 39 0,279 -.119 TIDAK VALID
15 Butir 15 0,279 .343* VALID
40 Butir 40 0,279 .337* VALID
16 Butir 16 0,279 .370** VALID
41 Butir 41 0,279 .358* VALID
17 Butir 17 0,279 .409** VALID
42 Butir 42 0,279 -.039 TIDAK VALID
18 Butir 18 0,279 .439** VALID
43 Butir 43 0,279 .345* VALID
19 Butir 19 0,279 .407** VALID
44 Butir 44 0,279 .523** VALID
20 Butir 20 0,279 .345* VALID
45 Butir 45 0,279 .328* VALID
21 Butir 21 0,279 .347* VALID
46 Butir 46 0,279 -.142 TIDAK VALID
22 Butir 22 0,279 -.097 TIDAK VALID
47 Butir 47 0,279 .418** VALID
23 Butir 23 0,279 .337* VALID
48 Butir 48 0,279 -.041 TIDAK VALID
24 Butir 24 0,279 .393** VALID
49 Butir 49 0,279 .387** VALID
25 Butir 25 0,279 .328* VALID
50 Butir 50 0,279 .332* VALID
88
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 86.82 192.640 .380 .846
VAR00002 87.04 192.937 .351 .847
VAR00003 87.08 193.096 .393 .846
VAR00004 87.14 195.715 .258 .849
VAR00005 87.12 193.047 .369 .847
VAR00006 86.90 194.214 .293 .848
VAR00007 86.92 192.973 .319 .848
VAR00008 86.74 192.360 .383 .846
VAR00009 87.02 194.347 .299 .848
VAR00010 87.10 193.847 .365 .847
VAR00011 87.08 193.300 .316 .848
VAR00012 86.94 194.547 .247 .849
VAR00013 87.08 194.810 .265 .849
VAR00014 87.00 194.204 .275 .849
VAR00015 87.00 193.265 .320 .848
VAR00016 86.88 190.026 .415 .845
VAR00017 86.74 193.707 .298 .848
VAR00018 86.80 193.102 .326 .847
VAR00019 86.78 194.502 .287 .848
VAR00020 87.06 193.894 .307 .848
VAR00021 86.78 189.481 .374 .846
VAR00022 86.92 194.279 .269 .849
VAR00023 86.92 192.728 .328 .847
VAR00024 87.02 191.816 .362 .847
VAR00025 87.06 190.507 .433 .845
VAR00026 86.84 193.484 .290 .848
VAR00027 86.96 194.733 .257 .849
VAR00028 87.02 193.734 .324 .847
VAR00029 86.72 192.655 .329 .847
VAR00030 87.08 195.340 .302 .848
VAR00031 86.94 195.160 .289 .848
VAR00032 86.98 194.020 .296 .848
VAR00033 86.90 188.990 .481 .844
VAR00034 87.02 202.102 -.014 .854
VAR00035 87.04 192.692 .362 .847
VAR00036 87.16 194.096 .377 .847
VAR00037 87.18 194.967 .328 .848
VAR00038 87.00 193.918 .323 .848
VAR00039 86.98 195.000 .293 .848
VAR00040 87.04 193.468 .294 .848
VAR00041 87.22 194.624 .289 .848
VAR00042 87.08 192.728 .349 .847
89
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Responden 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 127
Responden 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 124
Responden 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 126
Responden 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 127
Responden 5 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 127
Responden 6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 124
Responden 7 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 131
Responden 8 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 128
Responden 9 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 125
Responden 10 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 125
Responden 11 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 125
Responden 12 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 127
Responden 13 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 127
Responden 14 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 120
Responden 15 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 121
Responden 16 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 124
Responden 17 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 121
Responden 18 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 122
Responden 19 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 124
Responden 20 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 99
Responden 21 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 99
Responden 22 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 102
Responden 23 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 133
Responden 24 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 134
Responden 25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 133
Responden 26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 126
Responden 27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 128
Responden 28 3 3 3 3 3 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 95
Responden 29 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 99
Responden 30 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 97
Responden 31 3 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 114
Responden 32 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 98
Responden 33 3 3 3 3 3 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 103
Responden 34 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 95
Responden 35 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 94
Responden 36 4 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 3 3 100
Responden 37 3 3 4 4 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 4 3 3 115
Responden 38 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 94
Responden 39 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 95
Responden 40 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 93
Responden 41 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 93
Responden 42 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 93
Responden 43 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 93
Responden 44 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 97
Responden 45 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 94
Responden 46 4 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 98
Responden 47 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 93
Responden 48 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 128
Responden 49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 127
Responden 50 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 137
153 153 152 152 153 135 136 122 114 130 133 134 130 132 132 133 135 135 135 129 142 133 135 134 134 137 135 132 137 121 122 126 127 121 134 136 133 136 132 134 152 153 113.48
FlexibilityResponsibilityResponden JML
Pertanyaan/ Peryataan
Health & SafetySelf ViewCommunicationSkill
90
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
91
92
93
94
95
96