kesling (stbm) baru okey
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH : KESEHATAN LINGKUNGAN
ANALISIS DAMPAK STBM (SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT) TERHADAP PRILAKU KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN PENGAJAR : dr. YUNIAR LESTARI, M.Kes
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1DINAS KESEHATAN/ PUSKESMAS
1. Eva Yenita 152032202. Riskiyah 15203220363. Hartiseni 1520322004
PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk mencapai Derajat Kesehatan yang optimal dalam rangka memperkuat pembudayaan
hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan, perlu disusun strategi nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah suatu pendekatan partisipatif yang
mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan,
sehingga masyarakat dapat berfikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang
air besar mereka yang masih ditempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan
dalam STBM menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya.
Melalui pendekatan ini kesadaran akan kondisi yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman
ditimbulkan. Dari pendekatan ini juga ditimbulkan kesadaran bahwa sanitasi (kebiasaan BAB
disembarang tempat) adalah masalah bersama karena dapat berimplikasi kepada semua
masyarakat sehingga pemecahannya juga harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama.
Program STBM tergolong program yang baru dibidang kesehatan. Hal ini berdasarkan pada
masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat yang
berbasis lingkungan. Hal ini dapat kita lihat dari data 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat,
maka penyakit berbasis lingkungan masuk kedalam kelompok 10 penyakit terbanyak tersebut
(Diare, DBD, Ispa,dll).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Program STBM bertujuan untuk memicu masyarakat agar memiliki kesadaran sendiri untuk
menghentikan kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Membiasakan diri untuk
selalu mencuci tangan pakai sabun (CTPS), mengelola Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
(PAMM-RT) secara saniter, Mampu mengelola sampah Rumah Tangga (PS-RT) dan Limbah Cair
Rumah Tangga (PLC-RT) dengan baik.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali masalah kesehatan di lingkungannya sendiri.
b. Menganalisis masalah kesehatan yang ada dilingkungan mereka
c. Mampu memecahkan permasalahan kesehatan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri
1.3 MANFAAT
1.3.1 Timbulnya kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat yang berbasis
lingkungan.
1.3.2 Tersedianya sumber air bersih dan jamban sehat di masyarakat dan meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk selalu menggunakan air bersih dan jamban sehat.
1.3.3 Terlaksananya pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga secara mandiri oleh masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.1.1 Definisi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan strategis dan program untuk
merubah prilaku hygienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan.
2.1.2 Definisi Prilaku
Prilaku adalah Keseuruhan (Totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara faktor internal dan aksternal.
2.1.3 Kesehatan Masyarakat adalah Ilmu dan Seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:
a. Perbaikan sanitasi lingkungan.
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
d. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu)
dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut winslow
mengusulkan cara yang efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
2.1.4 Masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang dari suatu tempat tertentu yang menunjukkan
adanya pemilikan norma-norma hidup bersama walaupun di dalamnya terdapat berbagai lapisan
atau lingkungan sosial.
2.1.5 Pemberdayaan masyarakat dalam dimensi kesehatan merupakan proses yang dilakukan oleh
masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan,
sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam
kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan prilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
3
keluarga mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
2.2. PILAR DAN PENDEKATAN STBM
2.2.1 Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Dilihat dari segi Kesehatan Masyarakat, pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang
pokok untuk sedini mungkin diatasi. Kotoran manusia (Feces) merupakan sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks.
Gambar 2.1Skema tinja sebagai penyebar penyakit
Dari skema tersebut tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar.
Benda dan makanan yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang sudah menderita
suatu penyakit tertentu, maka akan menjadi penyebab penyakit bagi orang lain. Oleh karena itu
pembuangan kotoran manusia harus sesuai dengan prinsip kesehatan lingkungan yaitu melalui
jamban sehat. Perilaku Stop BABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan yaitu:
4
Tinja
air
Makanan, minuman dan sayuran
tangan
Lalat
tanah
mati
Penjamu (host)
Sakit
a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi
manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada manusia dan lingkungan
sekitarnya.
Gambar 2.2 Contoh Perubahan Prilaku Stop BABS
Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan
(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar dan
persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan
gangguan lainnya.
5
Gambar 2.3Contoh Bangunan Atas Jamban
b) Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher
angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,
tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan
air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
Gambar 2.4Contoh Bangunan Tengah Jamban
c) Bangunan Bawah Jamban
Bangunan bawah jamban merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui
vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran
manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,
6
sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang
masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.
Gambar 2.5Contoh Bangunan Bawah Jamban
2.2.2 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Beberapa alasan mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS) , yakni sebagai berikut :
1. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu
anak meninggal setiap tahunnya.
2. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.
3. CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost effective” jika dibanding
dengan hasil yang diperolehnya.
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
a) Langkah-langkah CTPS yang benar :
1. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok kedua punggung
tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.
3. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.
4. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang.
5. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-
ibaskan kedua tangan sampai kering. 7
b) Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
1. sebelum makan
2. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
3. sebelum menyusui
4. sebelum memberi makan bayi/balita
5. sesudah buang air besar/kecil
6. sesudah memegang hewan/unggas
c) Kriteria Utama Sarana CTPS
1. Air bersih yang dapat dialirkan
2. Sabun
3. Penampungan atau saluran air limbah yang aman
Gambar 2.6Contoh Sarana CTPS
2.2.3 Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
A. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar ¾ bagian
tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidupp lebih dari 4-5 hari tanpa
minum air. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badan dan volume
tersebut masing-masing orang bervariasi bahkan juga bervariasi untuk tiap-tiap organ tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
8
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut
waterborne disease. Contoh penyakit yang penularannya melaui air adalah kolera, disentri, diare,
typoid, ascariasis, dll.
Syarat air minum yang sehat adalah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik air minum adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu
udara diluarnya.
2. Syarat Bakteriologis
Persyaratan air minum adalah bebas dari bakteri, terutama bakteri patogen dengan cara
memeriksa sampel air sebanyak 100 cc air, dan bila hasil pemeriksaan hanya mengandung
kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut memenuhi syarat kesehatan.
3. Syarat Kimia
Persyaratan air minum adalah mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu pula.
Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air akan menyebabkan gangguan
fisiologis pada manusia.
Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal adalah pada tabel berikut ini
Tabel 2.1Kandungan Bahan Kimia Dalam Air
JENIS BAHAN KADAR YANG DIBENARKAN
Flour (F) 1-1,5
Chlor (CI) 250
Arsen (As) 0,05
Tembaga (Cu) 1,0
Besi (Fe) 0,3
Zat Organik 10
Ph (Keasaman) 6,5-9,0
Co2 0
9
Sumber-sumber air minum adalah:
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Adapun sumber air minum
sebagai berikut:
1. Air Hujan
2. Air Sungai dan Danau
3. Mata air
4. Air Sumur Dangkal
5. Air Sumur Dalam
Pengolahan air untuk rumah tangga
a. Air Sumur
Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah memenuhi persyaratan
kesehatan, sedangkan air sumur pompa dangkal (sumur pompa gali) cenderung untuk
tercemar dari kotoran sekitarnya. Oleh karena itu harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Ada bibir sumur
2. Bagian atas ± 3 meter dari permukaan tanah dan harus ditembok
3. Diberi lapisan kerikil atau tawas pada bagian bawah sumur
b. Air Hujan
Air hujan ditampung melalui penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui
aliran talang, namun penggunaan air hujan sebagai sumber air minum kurang dianjurkan
karena kandungan zat tertentu dalam air hujan tidak memenuhi standar kesehatan yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Air Minum Rumah Tangga adalah:
1. Wadah Penyimpanan Air Minum
2. Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk
keperluan sehari-hari, dengan cara:
- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
- Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.
- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup.
- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung
mengenai mulut/wadah kran.
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh
binatang. 10
- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah
sebagai air bilasan terakhir.
B. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan
bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene
dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala
rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.
Prinsip higiene sanitasi makanan :
1) Pemilihan bahan makanan
Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu
untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak
mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk
bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas,
terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
2) Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus
memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu
penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya
kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun.
Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih
dahulu.
3) Pengolahan makanan
Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena
itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :
- Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk
mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang
pengerat, vektor dan hewan lainnya.
- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan
bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan
mudah dibersihkan.
11
- Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil
olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
- Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan
berperilaku hidup bersih dan sehat.
4) Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan
dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku
maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan
matang.
5) Pengangkutan makanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal
yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas
pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun
bakteriologis.
6) Penyajian makanan
Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji
laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud
dengan:
- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera
manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar
(bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam
tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba.
Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar
dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu
penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses
pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari
4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi,
kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan
berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
12
Makanan merupakan salah satu bagian penting untuk kesehatan manusia. Mengingat manusia
bertahan hidup membutuhkan makanan, disisi lain setiap saat dapat saja terjadi penyakit yang diakibatkan
oleh makanan.
Beberapa tipe penyakit yang menyerang manusia berkaiatan dengan makanan:
1. Foodborne Disease
Foodborne disease (penyakit bawaan makanan) adalah suatu gejala penyakit yang terjadi
akibat mengonsumsi makanan yang mengandung mikroorganisme atau toksin baik yang
berasal dari tumbuhan, bahan kimia, kuman maupun binatang.
2. Food Infection
Food infection adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat masuk dan
berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tubuh (usus) manusia melalui makanan yang
dikonsumsinya.
3. Food Intoxication
Food intoxication adalah suatu gejala penyakit yang muncul akibat mengonsumsi makanan
yang mengandung racun atau mengonsumsi racun yang ada dalam makanan.
Kasus penyakit yang disebabkan oleh makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, kebiasaan pengolahan makanan secara tidak benar, penyimpanan dan
penyajian makanan yang tidak bersih dan tidak mempunyai persyaratan yang memenuhi sanitasi. Untuk
itu perlu dilakukan sanitasi makanan yaitu upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan
makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia.
2.2.4 Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan lagi , tidak dipakai, tidak disenangi lalu dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sunber-sumber sampah :
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes).
Biasanya berupa bahan padat hasil kegiatan rumah tangga seperti sisa makanan baik yang
sudah dimasak atau belum, kemudian bekas pembungkus baik kertas atau plastik, daun dan
sebagainya.
b. Sampah yang berasal dari tempat umum.
Sampah ini berasal dari pasar, tempat-tempat hiburan,terminal dan stasiun yang berupa kertas,
plastik, botol dan sebagainya.
13
c. Sampah yang berasal dari perkantoran baik instansi maupun perusahaan berupa kertas, plastik,
karbon, klip dan lainnya. Umumnya bersifat kering dan mudah terbakar.
d. Sampah yang berasal dari jalan raya.
Sampah umumnya berupa kertas, kardus, debu, batru-batuan, onderdil kendaraaan, plastik
dan daun-daun yang berguguran
e. Sampah yang berasal dari industri
Sampah umumnya sebagai hasil sisa dari proses produksi dan pengepakan berupa logam,
plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.
f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah umumnya sebagai hasil sisa dari pertanian berupa jerami, sisa sayur mayur, batang
padi, batang jagung, ranting kayu dan sebagainya
g. Sampah dari pertambangan
Umumnya berupa hasil sisa dari kegiatan pertambangan misalnya batu-batuan, tanah atau
cadas, pasir, sisa pembakaran (arang) dan sebagainya.
h. Sampah yang berasal dari peternakan/perikanan
Umumnya berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai binatang dan sebagainya.
Sampah Rumah Tangga merupakan salah satu jenis sampah yang sangat banyak ditemukan. Tujuan
Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah
dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:
a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu
dibutuhkan. Contoh:
- Mengurangi pemakaian kantong plastik.
- Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan
atau sekali seminggu.
- Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.
- Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
- Membeli produk atau barang yang tahan lama.
b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh:
14
- Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah
sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah
menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.
- Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan
bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.
- Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.
c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:
- Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan kompos atau dengan
pembuatan lubang biopori.
- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya mendaur
ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis,
bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
- Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.
Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :
a) sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari
b) pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah,
dan/atau sifat sampah.
c) pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik dan nonorganik. Untuk
itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat
sampah harus tertutup rapat.
d) pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah
tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
e) Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan
hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) dan juga binatang serangga
sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan
baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.
2.2.5 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
Air limbah adalah sisa air yang dibuang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat
umum lainnya yang mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Volume air limbah ini lebih kurang 80% 15
dari air yang digunakan dalam bentuk air kotor (tercemar) yang bisa menimbulkan penyakit bagi
manusia dan merusak lingkungan. Oleh karena itu air limbah harus dikelola secara baik.
Karakteristik air limbah :
a. Karakteristik fisik.
Umumnya berwarna suram, sedikit berbau
Contoh : larutan sabun cucian, air sisa cucian beras dan sayur dan lain-lain
b. Karakteristik kimia
Umumnya mengandung campuran kimia an organik dan organik bersifat basah, cendrung
asam, dan membusuk
Contoh : urin, lemak sabun dan lain-lain
c. Karakteristik bakteriologis
Mengandung bakteri patogen serta organisme golongan coli
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari
terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk
menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan
ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas
yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran
pembuangan air limbah.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:
a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban
b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
2.3 TATA CARA PEMICUAN STBM
2.3.1 SASARAN PEMICUAN
Sasaran Pemicuan adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa), bukan perorangan/keluarga, yaitu :
1. Semua keluarga yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM.
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan.
16
2.3.2 PESAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA MASYARAKAT
a. Stop Buang air besar Sembarangan
Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sumber penyakit.
Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat dan martabat diri dan
lingkungan.
Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan orang lain dan diri sendiri.
Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang aman dan sehat berarti
menjaga generasi untuk tetap sehat.
b. Cuci Tangan Pakai Sabun
Ingin sehat dan terbebas dari pencemaran kuman lakukan Cuci Tangan Pakai Sabun sebelum
makan dan setelah melakukan pekerjaan.
Banyak penyakit yang dapat dihindari cukup dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.
Cukup 20 detik untuk menghindari penyakit dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Memastikan air dan makanan yang akan dikonsumsi adalah air dan makanan yang memenuhi
syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.
Melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi misalnya dengan
merebus sampai mendidih, klorinasi, penjernihan dan cara-cara lain yang sesuai. Begitu juga
dengan pengolahan makanan yang sehat.
Menutup air minum dan makanan sebelum dikonsumsi.
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Sampah akan menjadi sumber petaka apabila tidak dikelola dengan baik
Jangan buang sampah di sembarang tempat
Pilahkan sampah kering dan sampah basah
Sudahkan rumah anda dilengkapi tembuat pembuangan sampah yang aman?
Sampah dapat dikelola dan menghasilkan uang dengan cara pemilahan, komposting dan
pemanfaatan sampah kering menjadi kerajinan.
Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Genangan air limbah menjadi tempat bersarangnya penyakit.
17
Jagalah kebersihan lingkungan dan hindari pencemaran dengan mengelola air limbah dengan aman
dan sehat.
Banyak penyakit yang dapat dihindari dengan cara membersihkan lingkungan dari pencemaran air
limbah rumah tangga.
Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing
Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai macam media seperti brosur, leaflet,
baliho, papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan sendiri oleh desa. Setiap
desa dapat mengembangkan sesuai dengan kondisi desanya masing-masing tergantung masing-masing
desa untuk mencari pesan yang paling efektif untuk disampaikan.
2.3.3 PRINSIP DASAR PEMICUAN
Boleh dilakukan: Tidak Boleh dilakukan:
Memfasilitasi proses, meminta pendapat dan mendengarkan
Menggurui
Membiarkan individu menyadari sendiri Mengatakan apa yang baik dan buruk (mengajari)
Biarkanlah orang-orang menyampaikan inovasi jamban-jamban/kakus yang sederhana.
Mempromosikan rancangan/desain jamban/kakus khusus
Tanpa subsidi Menawarkan subsidi
2.3.4 PELAKU PEMICUAN
a) Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya relawan, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dengan dukungan kepala desa, dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam
ataupun dari luar Desa tersebut.
b) Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan
masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan evaluasi.
c) Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada di masyarakat yang
akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan
alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi.
d) Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan
di desa.
e) Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa untuk keberlanjutan
STBM.
18
2.3.5 LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN
Dalam program STBM terdapat 3 langkah pemicuan yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan
pemicuan dan tahap pasca pemicuan. Pentahapan tersebut tidak berarti ada pembagian atau pembatasan
waktu, tetapi merupakan suatu proses yang mengalir dengan teratur dan berkesinambungan, sebagai
suatu kesatuan proses yang utuh dan dinamis.
2.3.5.1 Tahap Pra Pemicuan
a. Pengenalan/identifikasi Lingkungan
Kondisi lingkungan, suatu daerah yang akan dipicu harus benar-benar dikenal dan dicermati
terlebih dahulu oleh seorang fasilitator. Silaturahmi dan menjelajah desa merupakan salah cara untuk
mengidentifikasi dan menganalasis kondisi lingkungan suatu desa.Untuk memahami dan mengenal kondisi
lingkungan suatu daerah, seorang Fasiliator Kesehatan harus sudah tinggal atau berada dalam kurun
waktu yang relatif cukup lama, dan
lebih baik kalau seorang Fasilitator telah tinggal menetap di daerah atau desa yang akan dipicu tersebut.
Apabila seorang Fasilitator sudah tinggal atau menetap disuatu desa, maka
fasilitator akan dianggap sudah sebagai keluarga atau kerabat sendiri, dan bukan dianggap sebagai orang
asing, yang masuk desa dan hanya akan membuat masalah atau mengganggu
ketenangan desa. Kondisi lingkungan suatu daerah yang harus dikenali meliputi lingkungan geofisik
maupun sosial budaya, karena kondisi kedua aspek tersebut nantinya akan sangat berpengaruh dalam
proses pemicuan dan tingkat keberhasilannya. Dari hasil pengenalan atau identifikasi lingkungan geofisik
dan sosial-budaya yang ada dimasyarakat maka akan dapat ditarik kesimpulan unsur-unsur mana yang
masuk dalam kategori sebagai Kekuatan/Peluang atau sebagai Kendala/Tantangan, yang selanjutnya dapat
dijadikan sebagai suatu acuan atau pijakan untuk kegiatan pemicuan.
Aspek Sosial-budaya yang perlu diidentifikasi misalnya tokoh masyarakat, tokoh pemuda Organisasi PKK,
Organisasi kemasyarakatan , Pramuka, Kelompok pengajian, nilai sosial-budaya, kebiasaan orang
berkumpul, kondisi lingkungan.
b. Koordinasi dengan Puskemas dan Tim Kecamatan lainnya
Sebelum pelaksaan pemicuan dilaksanakan, Fasilitator harus sudah melakukan kontak dengan unit
lain yang terkait, terutama PUSKESMAS setempat, agar unit tersebut dapat berdampingan dengan
Fasilitator dalam pelaksanaan pemicuan. Untuk itu seorang Fasilitator harus sudah memberi informasi
kepada Puskesmas kapan dan dimana proses pemicuan akan dilakukan. Selain unsur dari Puskesmas, unit
19
lain yang seyogyanya ikut bergabung dalam proses pemicuan adalah unsur Kecmatan (Camat), PKK dan
tokoh masyarakat setempat ( msl tokoh agama, pemuda, dll).
c. Peran masyarakat sekolah
Sekolah merupakan suatu “laboratorium” yang dapat dijadikan obyek vital sekaligus subyek dalam
penerapan STBM. Dalam lingkup sekolah, rantai pemicuan akan berlangsung secara berjenjang dan
berkesinambungan, yaitu dari guru ke murid dan kemudian murid dapat berperan ganda dalam proses
pemicuan lanjutan, yaitu dari murid ke murid lainnya, dari murid ke orang tua dan dari murid ke
masyarakat sebagai suatu group presure. Effek pemicuan pun dapat diharapkan lebih dahsyat, mengingat
anak usia sekolah pada umumnya
lebih antusias dalam mengadopsi ide-ide baru. Guru dapat mengajak anak murid untuk menciptakan dan
meneriakan yel-yel hidup sehat, dapat menciptakan lagu-lagu bernuansa PHBS khususnya dalam kaitanya
dengan STOP BABS dan CTPS.
d. Pelaksanaan Pemicuan
1. Pengantar pertemuan
Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun hubungan setara dengan
masyarakat yang akan dipicu. - Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator.
Tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan.
Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan
masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk memberikan bantuan
dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan untuk belajar.
2. Pencairan suasana dengan permainan
Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat.
3. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi
Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya “Siapa yang melihat
atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?” “Siapa saja yang BAB di tempat terbuka
pada hari ini?”
Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan
bahasa setempat yang kasar, misal “berak” untuk BAB dan “tai” untuk kotoran manusia.
Gunakan kata-kata ini selama proses analisis. 20
4. Pemetaan sanitasi
Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan
sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka
yang cukup lapang.
Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang kayu, dan lain-lain)
untuk membuat peta.
Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi Pemicuan, lokasi
kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang tidak punya
jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).
Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan
limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah
tangga.
Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta untuk berdiri
berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang
paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya. Catat hasil diskusi di kertas dan
bacakan.
Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchat atau kertas manila karton,
karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan perilaku
masyarakat.
5. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)
Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan pengamatan,
bertanya dan mendengar.
Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dan kunjungi
rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan
saluran pembuangan limbah cair.
Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga
dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.
6. Diskusi
a. Alur kontaminasi
Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi penyakit.
21
Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di piring anda?
Di wajah dan bibir anak kita?
Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?
Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan kotorannya sebagai akibat
dari BAB di sembarang tempat?
Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka berfikir dan ingatkan
kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.
b. Simulasi air yang terkontaminasi
Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk
minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut
memang layak diminum.
Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke
tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.
Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi dicelup
rambut bertinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa
tidak yang ada berani minum?
Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki
yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang
dicelupkan ke air tadi?
7. Menyusun rencana program sanitasi
Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka untuk mengadakan
pertemuan untuk membuat rencana aksi.
Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul menjadi natural leader.
Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok, memicu orang lain
untuk mengubah perilaku.
Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan, untuk menjamin
keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus
menerus.
22
Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana aksi dan
perubahan perilaku terus berlanjut dan setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM
(minimal pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan
pengumuman. Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat
perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di
tempat terbuka dan mendorong masyarakat untuk hidup hygiene.
23
2.4. STRATEGI DAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN STBM
Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan
yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan
penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses
pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.
2.4.1. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif
Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku
kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan
sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan menghasilkan:
a. Komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan program
STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.
b. Kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti Keputusan Bupati,
peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Strategis (Renstra), dan lain-lain.
c. Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, yang menghasilkan
peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari Pemerintah maupun
non Pemerintah.
d. Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan kapasitas.
e. Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan pembelajaran.
2.4.2 Peningkatan Kebutuhan Sanitasi
Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan
perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:
a. Pemicuan perubahan perilaku; promosi
b. Kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;
c. Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;
d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
e. Memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan
f. Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.
2.4.3 Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan
mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka
membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu : 24
a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau;
b. menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan
c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.
Setelah 3 (tiga) komponen strategi tersebut di atas dipenuhi, maka penyelenggaraan STBM dapat
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
25
BAB III
PEMBAHASAN/ ANALISIS MASALAH
3.1 Hasil Penelitian STBM Sebelumnya
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak melakukan studi kasus tetapi hanya berupa studi
literatur dari berbagai sumber hasil penelitian tentang STBM. Dari literature yang kami temukan terdapat
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian di Kabupaten Ogan Ilir
a. Judul : Pengaruh Metode Pemicuan Terhadap Perubahan Perilaku Stop BABS di Desa
Senuro Timur Kabupaten Ogan Ilir
b. Tahun : 2010
c. Nama Penulis : Nur Alam Fajar, Hamzah Hasyim, Asmaripa Ainy
d. Hasil Penelitian: Aspek pengetahuan, masyarakat mengalami perubahan positif tentang
buang air besar, dan tidak mengalami perubahan ke arah negatif. Aspek sikap masyarakat
pun mengalami hal yang sama, yaitu perubahan ke arah yang positif setelah
dilaksanakannya pemicuan. Namun, untuk aspek perilaku masyarakat, hanya sebanyak 70%
responden yang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, dan sisanya mengalami
perubahan ke arah yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik, hal ini berarti bahwa tidak
ada pengaruh pemicuan terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam hal buang air
besar sembarangan.
e. Kesimpulan dari penelitian ini adalah program STBM telah berhasil mengubah pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap buang air besar sembarangan, namun belum berhasil dalam
mengubah perilaku masyarakat secara menyeluruh. Hal ini disebabkan karena perubahan
perilaku masyarakat membutuhkan waktu yang lama.
2. Penelitian di Kota Tasikmalaya
a. Judul : Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) di Kota Tasikmalaya
b. Tahun : 2014
c. Nama Penulis : Teguh Priatno, Soesilo Zauhar, Imam Hanafi
27
d. Hasil Penelitian : responden memperhatikan variabel lingkungan dalam melakukan
perencanaan Program STBM. Lingkungan yang dimaksud pun termasuk lingkungan politik
dan sosial, baik antara masyarakat dengan petugas lingkungan, maupun dengan Program
STBM. Lingkungan politik yang sering disebutkan oleh responden adalah dukungan dari
stakeholder lain. Variabel SDM dipertimbangkan oleh 95% responden. Variabel regulasi
dipertimbangkan oleh sebagian besar responden. Variabel iptek cukup dipertimbangkan
oleh responden dalam melakukan perencanaan program, yaitu sebanyak 70%. Variabel
pendanaan menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh 95% responden dalam perencanaan
program. Keberhasilan Program STBM, sebanyak 15% puskesmas berhasil, sebanyak 30%
puskesmas tidak berhasil, dan sisanya dikategorikan cukup berhasil. Rendahnya tingkat
keberhasilan program disebabkan oleh rendahnya komitmen pemerintah daerah Kota
Tasikmalaya. Selain itu, fokus pembangunan yang dilakukan adalah yang bersifat fisik
walaupun tidak menghasilkan keberhasilan yang maksimal. Kepedulian masyarakat bukan
menjadi fokus utama dalam meningkatkan level sanitasi. Penelitian ini menghasilkan analisa
bahwa semakin tinggi pertimbangan terhadap variabel lingkungan, SDM, regulasi, IPTEK,
dan variabel pendanaan, maka keberhasilan Program STBM akan semakin tinggi. Variabel
yang paling memiliki pengaruh besar adalah variabel lingkungan, dan yang paling kecil
adalah variabel SDM.
e. Kesimpulan ini adalah Keberhasilan program STBM secara umum belum sesuai dengan
target, namun jika dilihat dari kriteria pencapaian yang ada, program STBM dikategorikan
cukup berhasil. Terdapat hubungan antara seluruh variabel dengan keberhasilan program,
baik secara masing-masing maupun bersama, dengan variabel lingkungan sebagai variabel
yang paling dominan menentukan keberhasilan.
3. Penelitian di Desa Lumajang
a. Judul : Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Desa
Gucialit Kabupaten Lumajang
b. Tahun : 2013
c. Nama Penulis: Moh. Fajar Nugraha
28
d. Hasil Penelitian :
Tabel 3.1Dampak Perubahan Sebelum dan Setelah STBM
DAMPAK SEBELUM STBM SETELAH STBM
Dampak Fisik Kondisi fisik jamban yang dimiliki
masyarakat sebagian besar masih
menggunakan jamban cemplung yang
merupakan jamban tidak sehat karena
tidak memiliki bangunan (penopang)
yang kokoh (terbuat dari bambu/ tanpa
penopang samasekali), tidak memiliki
atap untuk melindungi dari cuaca, tidak
ada air.
Kondisi fisik jamban yang dimiliki
masyarakat sudah menggunakan
jamban kloset. Jamban jenis ini
memiliki bangunan yang lebih kokoh
(terbuat dari beton), memiliki ruangan
dan atap yang melindungi dari cuaca
sehingga tidak mengkontaminasi
lingkungan sekitar, dilengkapi dengan
air.
Dampak Lingkungan Lingkungan sekitar masih kotor, masih
ada pencemaran yang disebabkan oleh
kotoran manusia (bau tidak sedap),
beberapa daerah belum mendapat akses
air dengan mudah.
Lingkungan sekitar sudah terlihat
bersih, sudah tidak ditemukan
pencemaran akibat kotoran manusia,
beberapa daerah yang semula sulit
mendapatkan akses air saat ini sudah
menjadi lebih mudah
Dampak Kesehatan Masih banyapenyakit yang disebabkan
oleh pencemaran lingkungan, misalnya
diare dan penyakit kulit
Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran lingkungan sudah
berkurang
Dampak Budaya Masih ada sebagian masyarakat yang
memiliki kebiasaan BAB (Buang Air
Besar) sembarangan seperti dikebun,
pekarangan dan sebagainya, budaya BAB
dijamban cemplung yang kurang sehat,
belum memiliki kesadaran bahwa
kebiasaan tersebut dpat memicu
berbagai peniyakit.
Sudah tidak ditemukan masyarakat
yang BAB sembarangan , kebiasaan
BAB sembarangan berubah menjadi
budaya BAB hanya pada jamban sehat,
dan masyarakat menjadi lebih sadar
bahwa hal tersebut dapat
menghindarkan mereka dari resiko
terserang penyakit.
e. Kesimpulan :29
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) membawa beberapa perubahan bagi
masyarakat sasaran khususnya perubahan positif yakni menjadikan masyarakat lebih baik
dalam berbagai bidang seperti lingkungan, sosial, kesehatan maupun budaya. Secara
umum, melalui program STBM ini masyarakat mendapatkan banyak manfaat bagi
kelangsungan hidup mereka terutama dalam hal penggunaan jamban sehat.
4. Penelitian di Kabupaten Bojonegoro
a. Judul : Hubungan Pelaksanaan Program ODF (Open Defecation Free) dengan Perubahan
Perilaku Masyarakat dalam Buang Air Besar di Luar Jamban di Desa Kemiri Kecamatan Malo
Kabupaten Bojonegoro
b. Tahun: 2012
c. Nama Penulis : Siti Solikhah
d. Hasil Penelitian: Diketahui bahwa dari pelaksanaan Program ODF, lebih dari sebagian
responden telah memiliki jamban, sebagai wujud dari terlaksananya program dengan baik.
Hal tersebut dipengaruhi oleh pendidikan masyarakat tentang pentingnya BAB pada
tempatnya. Perubahan perilaku masyarakat dalam BAB yang pada awalnya masih di luar
jamban terjadi pada sebanyak 75,4% responden. Sebagian besar dari responden telah
memiliki jamban. Selain responden yang telah berubah perilaku tersebut, responden
lainnya masih melakukan BAB sembarangan, yaitu di Sungai Bengawan Solo, karena
masyarakat menganggap BAB di sungai lebih praktis. Penelitian pun menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara pelaksanaan Program ODF terhadap perubahan perilaku
masyarakat dalam buang air besar di luar jamban.
e. Kesimpulan: Lebih dari sebagian responden telah memiliki jamban. Rata-rata responden
telah BAB pada jamban yaitu 139 responden. Sebanyak 40 responden tidak BAB pada
jamban.
5. Penelitian di Kelurahan Turen Kecamatan Turen Kabupaten Malang
a. Judul : Dampak Program Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
Terhadap Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Masyarakat
b. Nama Penulis : Rizky Pratama Putra, Soesilo Zauhar, Abdullah Said
c. Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini dilihat dari beberapa hal. Pertama adalah dari
pelaksanaan program, yang dilihat dari kondisi umum permasalahan sanitasi lingkungan pada
kelompok swadaya masyarakat Tirto Utomo dan dari mekanisme pelaksanaannya. Kondisi 30
umum pelaksanaan umum dilihat dari awal mula inisiasi program, yang datangnya dari
masyarakat sendiri dan didukung oleh pemerintahan Kelurahan Turen. Mekanisme
pelaksanaan program dianalisis dari urutan tahap pelaksanaan, dan mengacu pada petunjuk
pelaksanaan penggunaan dana alokasi khusus bidang infrastruktur sub bidang sanitasi dan
petunjuk teknis pelaksanaan program dana alokasi khusus bidang infrastruktur sub bidang
sanitasi.
Kedua adalah dari perubahan kondisi sanitasi lingkungan. Dilihat dari perubahan pada bidang
fisik atau lingkungan, adanya bangunan MCK untuk masyarakat di sekitar Pasar LOR yang dekat
dengan pemukiman warga, adanya jamban bagi warga yang sebelumnya belum memiliki
jamban, dibangunnya Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), dan keadaan sungai yang sudah
tidak tercemar seperti dulu. Ketiga dilihat dari dampak program sanitasi lingkungan berbasis
masyarakat. Dampak yang dilihat dari aspek ekonomi, diketahui bahwa setelah program
dilaksanakan pengeluaran masyarakat menurun karena tingkat masyarakat terserang diare
menurun. Hal tersebut menyebabkan produktivitas masyarakat semakin meningkat. Dilihat dari
aspek sosial, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat, kebiasaan buang
air besar dan kecil sembarangan sudah hilang, masyarakat semakin memahami pentingnya
menjaga lingkungan, adanya wadah untuk masyarakat berkumpul dan diskusi tentang
lingkungan. Program berjalan dengan baik karena pengelolaannya dikerjakan dan dievaluasi
oleh masyarakat sendiri.
d. Kesimpulan penelitian ini adalah pelaksanaan program berjalan dengan baik karena dalam
prosesnya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Kondisi fisik setelah program
berjalan pun mengalami perubahan yang cukup baik, dilihat dari terbangunnya berbagai
fasilitas sanitasi seperti MCK dan IPAL yang sangat bermanfaat. Setelah program berjalan,
pengeluaran secara finansial untuk pengobatan anggota keluarga yang terserang diare pun
menurun karena peluang masyarakat terjangkit diare telah menurun pasca perbaikan sarana
sanitasi. Dampak yang ditimbulkan oleh program ini terasa hingga aspek ekonomi dan sosial.
3.2 Analisis Dampak STBM Terhadap Prilaku Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan STBM
berdampak sebagai berikut:
31
DAMPAK SEBELUM STBM SETELAH STBM
Dampak Fisik Kondisi fisik jamban yang dimiliki
masyarakat sebagian besar masih
menggunakan jamban cemplung
yang merupakan jamban tidak sehat
karena tidak memiliki bangunan
(penopang) yang kokoh (terbuat dari
bambu/ tanpa penopang
samasekali), tidak memiliki atap
untuk melindungi dari cuaca, tidak
ada air.
Kondisi fisik jamban yang dimiliki
masyarakat sudah menggunakan
jamban kloset. Jamban jenis ini
memiliki bangunan yang lebih kokoh
(terbuat dari beton), memiliki ruangan
dan atap yang melindungi dari cuaca
sehingga tidak mengkontaminasi
lingkungan sekitar, dilengkapi dengan
air.
Dampak Lingkungan Lingkungan sekitar masih kotor,
masih ada pencemaran yang
disebabkan oleh kotoran manusia
(bau tidak sedap), beberapa daerah
belum mendapat akses air dengan
mudah.
Lingkungan sekitar sudah terlihat
bersih, sudah tidak ditemukan
pencemaran akibat kotoran manusia,
beberapa daerah yang semula sulit
mendapatkan akses air saat ini sudah
menjadi lebih mudah
Dampak Kesehatan Masih banyapenyakit yang
disebabkan oleh pencemaran
lingkungan, misalnya diare dan
penyakit kulit
Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran lingkungan sudah
berkurang
Dampak Budaya Masih ada sebagian masyarakat
yang memiliki kebiasaan BAB (Buang
Air Besar) sembarangan seperti
dikebun, pekarangan dan
sebagainya, budaya BAB dijamban
cemplung yang kurang sehat, belum
memiliki kesadaran bahwa
kebiasaan tersebut dpat memicu
berbagai peniyakit.
Sudah tidak ditemukan masyarakat
yang BAB sembarangan , kebiasaan
BAB sembarangan berubah menjadi
budaya BAB hanya pada jamban sehat,
dan masyarakat menjadi lebih sadar
bahwa hal tersebut dapat
menghindarkan mereka dari resiko
terserang penyakit.
32
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pelaksanaan STBM dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu:
1. Pengetahuan masyarakat yang bisa ditingkatkan melalui proses pemicuan yang dilakukan secara
berkesinambungan.
2. Prilaku masyarakat setelah diadakan proses pemicuan belum menjamin sepenuhnya perubahan
prilaku sesuai dengan 5 pilar STBM, hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti budaya
setempat yang memiliki kebiasaan BAB disungai, kepedulian Stakeholder terutama dalam
pengambilan kebijakan untuk BAB sembarangan, ketersediaan dana untuk pemantauan dan
pengawasan terhadap tindak lanjut hasil kesepakatan yang diambil saat proses pemicuan.
Setelah proses pemicuan diharapkan terjadinya perubahan total prilaku masyarakat sesuai dengan 5
pilar STBM yaitu:
1. Stop BABS (Stop Buang Air Besar Sembarangan)
Masyarakat menyadari akan bahayanya BAB sembarangan dan pentingnya memiliki jamban
dirumah masing-masing dan memanfaatkannya sehingga terwujudnya Desa ODF(Open Defecation
Free). Hal ini bisa terwujud apabila pemicuan dilakukan secara berkesinambungan serta adanya
monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader yang terdiri dari Timpfasilitator STBM (relawan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa dan dapat dibantu oleh orang lain
yang berasal dari dalam ataupun dari luar desa tersebut)
2. CTPS ( CuciTangan Pakai Sabun
Masyarakat menyadari akan bahaya tidak mencuci tangan pakai sabun terutama sebelum makan
dan setelah BAB. Sehingga masyarakat menjadikan CTPS sebagai budaya keseharian mereka. Agar
hal ini bisa terwujud apabila pemicuan dilakukan secara berkesinambungan serta adanya
monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader yang terdiri dari Tim fasilitator STBM (relawan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa dan dapat dibantu oleh orang lain
yang berasal dari dalam ataupun dari luar desa tersebut).
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Masyarakat harus menyadari bahaya penyakit yang akan timbul dari mengkonsumsi air dan
makanan yang tidak sehat. Sehingga masyarakat menggunakan air bersih untuk aktivitas sehari-
hari dan mengonsumsi makanan yang memenuhi sayarat kesehatan. Untuk mndapatkan air bersih
masyarakat dapat melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi
misalnya dengan merebus air sampai mendidih, khlorinasi, penjernihan dan cara-cara lain yang
sesuai. Begitu juga dengan mengonsumsi makanan yang sehat yang dimulai dari pemilihan bahan
33
makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan matang,
pengangkutan makanan dan penyajian makanan.
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Masyarakat menyadari bahwa sampah akan menjadi sumber penyakit dan malapetaka apabila
tidak dikelola dengan baik. Sehingga masyarakat mampu mengelola sampah rumah tangganya
masing-masing yang dimulai dari penyediaan tempat sampah, memilah jenis sampah sesuai
dengan jenisnya sampai pada pemanfaatan sampah dengan proses composting dan daur ulang
sampah.
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Masyarakat menyadari bahwa genangan air limbah akan menjadi tempat bersarangnya penyakit.
Sehingga masyarakat mengelola limbah cair rumah tangga secara benar dengan cara membuat
sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah umah tangga yang
berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septic yang dilengkapi dengan sumur resapan.
Sedangkan limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari ruangan dapur,
kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
34
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pembangunan kesehatan khususnya hygiene dan sanitasi dengan menggunakan pendekatan
sanitasi nasional dari pendekatan sektoral berupa penyediaan subsidi perangkat keras belum
memberikan daya ungkit yang lebih terhadap perubahan prilaku hygiene dan peningkatan akses
sanitasi masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 2008 dicanangkan program STBM yang dianggap
mampu memberikan daya ungkit yang lebih perubahan prilaku hygienis dan peningkatan akses
sanitasi masyarakat.
b. Strategi Penyelenggaraan STBM meliputi 3 komponen yang saling mendukung yaitu penciptaan
lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi dan peningkatan penyediaan akses
sanitasi untuk mewujudkan 5 pilar STBM yaitu: Stop BAB, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan
Limbah Cair Rumah Tangga. Kelima pilar ini bisa terwujud melalui proses pemicuan secara
berkesinambungan yang disertai dengan monitoring dan pengawasan oleh Natural Leader.
c. Apabila STBM telah terlaksana dengan baik, maka akan memberi dampak pada perubahan prilaku
masyarakat baik berupa pengetahuan maupun sikap. Masyarakat menyadari akan pentingnya
memiliki dan memanfaatkan jamban di rumah masing-masing, menjadikan CTPS sebagai budaya
keseharian masyarakat, menggunakan air bersih untuk kegaiatan sehari-hari, mengkonsumsi air
dan makanan yang sehat mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajiannya,
membuang sampah pada tempatnya menjadi budaya keseharian serta mampu mengelola sampah
dengan baik melalui proses composting dan daur ulang, dan masyarakat mampu mengamankan
limbah cair rumah tangga dengan cara membuat sumur resapan dan saluran pembuangan air
limbah.
d. Keberhasilan pelaksanaan STBM sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : budaya
setempat, stakeholder sebagai pengambil kebijakan, ketersediaan dana untuk proses pemicuan,
monitoring dan pengawasan oleh pelaku pemicuan (natural leader)
35
2. Saran
a. STBM merupakan perubahan perilaku total masyarakat yang membutuhkan proses dan waktu
yang panjang sehingga diharapkan semua pihak yang terlibat dalam pelaku pemicuan (natural
leader) mempunyai kepedulian yang tinggi untuk memonitor dan mengawasi pelaksanaan hasil
dari pemicuan yang telah disepakati
b. Untuk kelancaran monitoring dan pengawasan STBM (5 pilar STBM) membutuhkan dukungan
dana, oleh karena itu diharapkan para stakeholder mempunyai kepedulian dalam
mengalokasikan dana untuk kegiatan tersebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta. Rineka Cipta
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta. Rineka Cipta3. Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. EGC4. Kholid Ahmad.2012.Promosi Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada5. Maryuni, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta. CV. Transmedia Infomedia6. Permenkes RI No.3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat7. Nugraha, Fajar.2015. Dampak Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di
Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang. Jurnal Volume 3 No. 2. Kebijakan dan Manjemen Publik. Universitas Airlangga
8. Solikhah, Siti. 2012. Hubungan Pelaksanaan Program Odf (Open Defecation Free) Dengan
Perubahan Perilaku Masyarakat Dalam Buang Air Besar Di Luar Jamban Di Desa Kemiri Kecamatan
Malo Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012. Jurnal Vol 02, No.XVIII, Juni 2014.
37