kesuksesan taman bacaan masyarakat rumah ......tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk...
TRANSCRIPT
KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH
DUNIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI
PROGRAM LITERASI INFORMASI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Gita Rizki Hastari
NIM : 1111025100009
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2015
i
ABSTRAK
Gita Rizki Hastari (NIM: 1111025100009).
Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan
Masyarakat melalui Program Literasi Informasi. Dibawah bimbingan Pungki
Purnomo, MLIS, Program Studi Ilmu Perpustaaan Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui penyebab usaha taman
bacaan masyarakat Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat
melalui program literasi informasi. Kedua, untuk mengetahui solusi mengatasi
kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam
pemberdayaan masyarakat yaitu karena dua faktor. Pertama, faktor dari program
Rumah Dunianya sendiri, yaitu program-program literasi informasi. Kedua, nama
besar Gol A Gong juga tidak dapat terlepas dari suksesnya Rumah Dunia.
Sedangkan usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui
program literasi informasi ada enam usaha, yaitu: kelas menulis Rumah Dunia,
jurnalisme warga, Gong travelling, pertunjukkan teater, bedah buku dan ode
kampung. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Rumah Dunia, yaitu
karakter yang berbeda-beda dari masyarakat yang dating ke Rumah Dunia. Solusi
untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengubah karakter masyarakat yang
kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, Gol A
Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya mencari dana untuk memperbaiki
sarana dan prasarana di Rumah Dunia, caranya dengan menerbitkan buku dan
membuat film layar lebar. Hasil dari royalti tersebut akan disumbangkan untuk
memperbaiki fasilitas di Rumah Dunia.
Kata Kunci: Kesuksesan, Taman Bacaan Masyarakat, Rumah Dunia,
Pemberdayaan Masyarakat, Literasi Informasi
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntut kita dari zaman kegelapan
hingga zaman terang benderang, serta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
dan dosen pembimbing. Terima kasih atas saran-saran dan bimbingan
yang diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku pembimbing akademik IP A 2011
dan penguji dua, terima kasih atas waktu dan saran yang diberikan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
iv
5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku dosen penguji satu. Terima kasih untuk
kesediaan waktu dan sarannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mengajar dan memberikan ilmu kepada penulis semasa perkuliahan.
7. Pendiri TBM Rumah Dunia, Gol A Gong beserta istrinya, Tias Tatanka
yang telah memberikan waktunya selama penulis berada di Rumah Dunia.
8. Presiden TBM Rumah Dunia, Ahmad Wayang, beserta relawan Rumah
Dunia: Abdul Salam, Muhzen Den, Suni Ahwa dan relawan Rumah Dunia
lainnya, yang telah direpotkan dan memberikan bantuan, motivasi dan
kesediaan waktunya untuk wawancara serta saran-saran yang telah
diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga penulis, Kedua orang tua, Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd
yang sangat teristimewa dan selalu melantunkan doa-doa untuk penulis
demi kesuksesan masa depan penulis. Kedua kakak penulis Yogi Satya
Hardi dan Rheza Prima Yoga serta keluarga besar penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan JIPers 2011, khususnya IP A. Terima kasih
atas kebersamaannya selama ini. Kalian tidak akan terlupakan.
11. Teman-teman Forum Lingkar Pena cabang Ciputat: Kak Amal, Akma,
Kiki, Azmi, Belda, Rifki, Oliq, Said, Ocol, Andik dan teman-teman yang
lainnya, tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi
v
keluarga baru selama penulis berada di Ciputat, bantuan dan saran dari
teman-teman selama ini sangat membantu penulis.
12. Teman-teman dan kakak-kakak di tim MOTION FLP Ciputat, terima kasih
atas dukungannya dan maaf belum bisa menjadi manager yang baik untuk
kalian. Terus berkarya!
13. Teman-teman peserta Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan 25. Terima
kasih untuk waktu dan kebersamaan selama penulis belajar di Rumah
Dunia.
14. Teman-teman BPH HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-2014, Rizca
Amelia Akbar, Imroatus Solihah, Muthia Fariza, Eko Raharjo dan Al-
Maliki serta segenap pengurus HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-
2014.
15. Teman-teman KKN Momentum 78, terima kasih untuk kebersamaannya
selama ini.
16. Teman-teman University Day Out Banten, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Titin, Ikna, Aji, Shinta, Tika dan yang lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Terima kasih, kalian yang terindah.
17. Teman-teman di Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA) dan Ibu Murti
Bunanta, SS., MA, terima kasih telah memberikan ilmu baru bagi penulis.
18. Sahabat seperjuangan dari SMP dan SMA: Ratna, Veni, Fauziah, Tiara,
Tria, Diesty, Siti, Pida Afif, Pras dan Qochar. Terima kasih untuk
persahabatan yang sampai detik ini masih terjaga.
19. Untuk orang-orang terdekat penulis selama masa kuliah: Dini Hafidzah,
Linna Lathifah, Astrid Brenda Maharani dan Firman Faturrahman. Terima
vi
kasih atas kesediannya mendengarkan keluh kesah, serta dukungan dan
sarannya selama ini, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.
Serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ketulusan dan kebaikan hati
kalian, semoga Allah membalasnya. Penulis tahu, dalam penulisan skripsi ini
masih ada kekurangan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran penulis
terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan.
Waalaikumsalam Wr. Wb
Jakarta, Juni 2015
Gita Rizki Hastari
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 7
D. Definisi Istilah ................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan .................................................... 9
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Kesuksesan
1. Definisi Kesuksesan ................................................. 11
2. Faktor Pendukung Kesuksesan ................................ 12
B. Taman Bacaan Masyarakat
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat .................... 14
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarkat ............................ 18
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat .......................... 19
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat ........................ 22
C. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 24
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 25
3. Kendala dalam Pemberdayaan Masyarakat ............. 27
D. Literasi Informasi
1. Definisi Literasi Informasi ....................................... 29
2. Manfaat Literasi Informasi ...................................... 32
3. Karakteristik Orang Literat Informasi ...................... 34
4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat .... 36
E. Penelitian Terdahulu ...................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 42
B. Sumber Data ................................................................... 42
C. Pemilihan Informan ........................................................ 43
D. Teknik Pengolahan Data ................................................ 44
E. Teknik Analisis Data ...................................................... 46
F. Jadwal Penelitian ............................................................ 48
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
1. Sejarah Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat
Rumah Dunia ............................................................ 49
2. Visi dan Misi ............................................................ 51
3. Personalia ................................................................. 52
4. Susunan Pengurus .................................................... 52
5. Koleksi Buku ........................................................... 53
6. Sarana dan Prasarana ............................................... 54
7. Program Kegiatan .................................................... 59
B. Hasil Penelitian .............................................................. 61
C. Pembahasan .................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 85
B. Saran .............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Jadwal Penelitian ................................................................... 48
2. Tabel 2 Sarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ............ 54
3. Tabel 3 Prasarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ........ 55
4. Tabel 4 Kegiatan Reguler di TBM Rumah Dunia .............................. 59
5. Tabel 5 Kegiatan Unggulan di TBM Rumah Dunia ........................... 60
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
2. Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
3. Lampiran 3 Surat Pergantian Judul Skripsi
4. Lampiran 4 Pedoman Wawancara
5. Lampiran 5 Transkrip Wawancara
6. Lampiran 6 Transkrip Obrolan Non-Formal
7. Lampiran 7 Transkrip Obrolan Lewat Facebook Messenger
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan berkembangnya zaman, kemudahan dan penyebaran informasi
menjadi lebih pesat. Hal ini disebabkan karena melimpahnya informasi yang
tersedia, baik informasi tercetak, terekam maupun digital yang setiap harinya
terus bertambah.
Masyarakat pun dituntut untuk berubah menjadi masyarakat informasi, di
mana setiap individu harus memperlakukan informasi dan pengetahuan
sebagai sumber yang penting. Agar masyarakat dapat hidup lebih unggul,
maka setiap individu harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus
belajar. Hal ini bertujuan agar pengetahuan yang dimilikinya tidak usang
terlindas kemajuan.
Orang-orang yang memiliki keterampilan literasi informasi, pasti memiliki
karaktersitik lainnya. Selain mampu mengakses, mengevaluasi dan
menggunakan informasi dengan bijak, mereka juga belajar tentang hal-hal
yang baru. Mampu mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
menghormati hukum hak cipta dan kebebasan intelektual, menggunakan
wawasan untuk memprediksi hasil atau membuat keputusan.1 Apabila hal-hal
1 Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting
National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.
3.
2
tersebut sudah kita miliki, pastinya kita sudah mampu menjadi masyarakat
literasi informasi.
Dalam dunia nyata, apabila kita mampu memiliki kompetensi literasi
informasi, maka kita bisa menjadi seseorang yang dapat sukses dalam menjadi
masyarakat informasi dan secara khusus dalam penerapan kurikulum berbasis
kompetensi di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai contoh, apabila kita
dihadapkan dalam dua pilihan ketika ingin membeli barang, maka kita
memerlukan informasi mengenai kedua merek tersebut. Disini kita
membutuhkan informasi. Setelah tahu produk mana yang bagus, kita membeli,
menggunakan informasi dan memakai sabun tersebut sambil memikirkan
apakah kita akan kembali membeli produk itu atau tidak-mengevaluasi hasil.
Literasi informasi sendiri memiliki arti bagaimana kita belajar, mencari
informasi, mengevaluasi, dan menggunakannya dengan bijak dan efektif.2
Selain itu, literasi informasi dapat juga berarti kemampuan seseorang untuk
memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.3
Dengan kata lain, literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk
belajar, mencari informasi, mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif.
Penguasaan literasi informasi dipandang penting sebagai proses pembelajaran,
sehingga menjadi sebagai sebuah kebutuhan di masyarakat. Dalam hal yang
2 Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting
National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h.
1. 3 Diao Ai Lein dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:
Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.
3
lebih luas, program literasi informasi sebenarnya adalah program
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang informasi.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud disini yaitu sebagai upaya
memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah
organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar
dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.4 Bila kita telusuri lebih lanjut
lagi, sebenarnya konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih mengacu pada
kepedulian seseorang, komunitas atau lembaga dalam memerangi kebodohan,
kemiskinan, pengangguran serta keterbelakangan masyarakat. Cara yang
dilakukan bisa berupa menindaklanjuti dan memberdayakan masyarakat, hal
ini ditujukan agar masyarakat bisa berkembang serta mempunyai semangat
kerja untuk kelangsungan hidup mereka.
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan yaitu dengan
cara membangun sebuah taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat
dengan TBM). TBM merupakan sebuah wadah atau tempat pembelajaran
nonformal, dimana masyarakat dapat belajar atau hanya sekedar mencari
sebuah informasi yang mereka butuhkan. Sebenarnya TBM dan perpustakaan
sama-sama merupakan tempat mencari informasi, hanya saja yang
membedakannya yaitu TBM bisa menjadi tempat pemberdayaan masyarakat,
dimana masyarakat dapat mengembangan kreatifitas mereka melalui program-
program yang diadakan oleh pihak pengurus TBM.
4 Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam
Pembangunan,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com
4
Menjamurnya TBM pada saat ini juga perlu diperhatikan. Hal ini
membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam mencari kebutuhan
informasi sudah mulai berkembang. Sehingga bukan hanya perpustakaan saja
yang bisa menyediakan kebutuhan informasi, namun dari masyarakat sendiri
pun ingin menyediakan fasilitas yang sama guna memenuhi kebutuhan
informasi khayalak maka dibangunlah TBM yang pendiriannya berada di
lingkungan masyarakat.
TBM berperan penting membantu masyarakat dengan menyediakan sumber
informasi dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan, berupa; buku,
majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lainnya, juga dilengkapi
dengan ruangan untuk membaca. Taman bacaan tidak hanya menyediakan
layanan bacaan saja, melainkan juga menyediakan layanan baca di tempat,
layanan peminjaman buku, layanan pembelajaran, layanan praktik
keteramplilan, melaksanakan berbagai macam perlombaan dan mengadakan
kegiatan literasi.
Dalam hal ini, TBM dapat dijadikan sebagai sarana untuk pemberdayaan
masyarakat sekaligus mempelajari kegiatan-kegiatan literasi infomasi.
Pemberdayaan masyarakat di TBM bisa berupa kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan menurut visi dan misi TBM sendiri, misalnya mengadakan
kegiatan daur ulang kertas, budidaya lele, mengajari anak-anak menggambar
dan sebagainya. Sedangkan kegiatan literasi informasi yang dimaksud pada
5
TBM yaitu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti;
bedah buku, diskusi mengenai isu yang sedang berkembang, workshop
kepenulisan, temu penulis dan belajar menulis cerpen atau puisi.5
Salah satu TBM yang menggabungkan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan kegiatan literasi informasi adalah taman bacaan masyarakat Rumah
Dunia. Taman bacaan masyarakat ini terletak di Komp. Hegar Alam 40,
Ciloang, Serang Banten 42118. TBM ini dibangun atas kegelisahan Gol A
Gong yang merasa bahwa di Banten tidak ada tempat yang bisa memacu
kreatifitas masyarakat.6 Kemudian atas kegelisahannya itu, Gol A Gong dan
istrinya; Tias Tatanka beserta sahabat mereka Toto ST Radik dan (alm) Rys
Revolta, Maulana Wahid Fauzi dan Andi ST Trisnahadi mendirikan taman
bacaan masyarakat Rumah Dunia.7
Rumah Dunia merupakan “lerarning centre”; pusat belajar jurnalistik, sastra,
menggambar, teater, musik, dongeng dan film bagi anak-anak, pelajar,
mahasiswa bahkan umum yang digulirkan sejak 2002.8 Banyak anak-anak di
lingkungan sekitar yang memanfaatkan fasilitas Rumah Dunia sebagai sarana
belajar. Rumah Dunia sendiri tidak memungut biaya untuk anak-anak yang
ingin belajar menggambar, menonton film dan wisata dongeng.
5 Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informasl, 2012), h. 4. 6 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang., Serang, Pada 16 November 2014.
7 Gol A Gong, “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari rumahdunia.com/isi/profil-
rumah-dunia 8 Gol A Gong, “Redaksi,” diakses pada 20 Desember 2014 dari rumahdunia.com/isi/about
6
Rumah Dunia mempunyai program unggulan yaitu kelas menulis. Dimana
kelas menulis ini sudah sampai pada angkatan 25 dan sudah banyak mencetak
penulis-penulis yang mampu menggetarkan dunia literasi. Salah satunya
adalah Endang Rukmana. Dia adalah seorang anak dari kuli bangunan dan
tukang cuci yang mempunyai hobi gemar membaca sejak anak-anak. Endang
Rukmana sendiri merupakan angkatan pertama kelas menulis Rumah Dunia
dan hingga sekarang dia telah melahirkan sepuluh novelnya yang diterbitkan
oleh Gagas Media dan Bentang Pustaka. Beberapa novelnya yang diterbitkan
oleh GagasMedia yaitu; sakit ½ Jiwa, Gotcha, Pahe Telecinta, Blackforest
Blossom dan masih banyak lagi. Selain itu, Gol A Gong yang mempunyai
misi untuk terus menggerakkan taman bacaan masyarakat sebagai wadah
masyarakat untuk terus berkarya dan menggetarkan dunia literasi.
Bagi penulis, hal ini sangat menarik, karena taman bacaan masyarakat yang
lain belum begitu terlihat kesuksesannya dalam pemberdayaan masyarakat.
Bahkan cendrung TBM Rumah Dunia ini dijadikan acuan oleh TBM yang lain
dalam program kegiatan atau yang lainnya. Hal tersebut yang membuat
penulis tertarik untuk mengajukan judul penelitian Kesuksesan Taman
Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat
melalui Program Literasi Informasi.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah pada usaha yang
dilakukan dan solusi untuk mengatasi hambatan dalam melakukan
program pemberdayaan melalui literasi informasi.
2. Perumusan Masalah
Setelah objek penelitian difokuskan pada pemberdayaan masyarakat
melalui program literasi informasi saja dan agar penelitian ini lebih
terorganisir serta terarah, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam
pemberdayaaan masyarakat melalui program literasi informasi?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses
dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.
b. Untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat.
8
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Taman Bacaan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti
untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi pihak
taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Dengan adanya saran dan
masukan dari peneliti, diharapkan pihak taman bacaan masyarakat
dapat dijadikan saran dan masukan untuk dijadikan bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam menjadikan taman bacaan
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi
informasi.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman peneliti mengenai kesukseksesan taman bacaan
masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayakan masyarakat melalui
program literasi informasi.
D. Definisi Istilah
Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran
membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang
bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan
multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan membaca, diskusi, bedah
buku, menulis dan kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pengelola
yang berperan sebagai motivator.9
9 Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat.
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal., 2012) h. 4
9
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya memberikan
wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi,
serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat
menyelesaikan tugas mereka dengan baik.10
literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen
pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.11
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana
tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima
bab itu adalah :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, manfaat penelitian, definisi istilah dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Literatur
Bab ini membahas teori-teori yang berasal dari kajian
kepustakaan. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi
taman bacaan masyarakat, tujuan taman bacaan masyarakat,
fungsi taman bacaan masyarakat, manfaat taman bacaan
masyarakat, definisi pemberdayaan masyarkaat, strategi
10
Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam
Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com 11
Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:
Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.
10
pemberdayaan masyarakat, kendala dalam pemberdayaan
masyarakat, definisi literasi informasi, manfaat literasi informasi,
karakteristik orang yang literat informasi dan literasi informasi di
taman bacaan masyarakat.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini akan membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik
analisis data dan jadwal penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini dibagi menjadi dua pembahasan, yang pertama
terdiri dari; sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat, visi
dan misi taman bacaan masyarakat, personalia, susunan
pengurus, koleksi buku, sarana dan prasarana dan program
kegiatan. Selain itu, pada bab ini juga akan membahas tentang
hasil penelitian yang terdiri dari usaha yang dilakukan dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi
dan solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan program
pemberdayaan masyarakat.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan
dengan pelaksanaan penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. KESUKSESAN
1. Definisi Kesuksesan
Bila kita memikirkan makna „sukses‟ tentulah banyak definisi yang
terlintas dipikiran. Banyaknya definisi mengenai kesuksesan, membuat
orang semakin bingung dengan arti kesuksesan. Merujuk pada salah satu
buku, Percy mendefinisikan sukses sebagai pencapaian akan hal-hal yang
telah didambakan, direncanakan, atau diusahakan; Pencapaian ketenaran
dan kemakmuran atau hal-hal semacamnya; hasil yang sudah lama
diharapkan.12
Sedangkan, Ralph Waldo Emerson dalam buku success, menjelaskan
bahwa kesuksesan itu sebagai sebuah simbol untuk tertawa, untuk
mendapatkan penghargaan dari orang-orang terhormat dan kasih sayang
dari anak-anak, untuk mendapatkan kritik yang jujur dan mengatasi teman
yang berkhianat, untuk menghargai keindahan, untuk dapat melihat sisi
baik orang lain, untuk melihat dunia menjadi tempat yang lebih baik, baik
dengan adanya generasi yang sehat, kebun yang terawat atau lingkungan
yang aman dan untuk mengetahui bahwa kehidupan orang lain menjadi
lebih mudah karena kehadiran anda.13
12
Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila anda pantang menyerah. Penerjemah
Isma Noor Anggraini (Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008) h. 19 13
J. Pincott, Success. Penerjemah Ratih Purnamasari (Bandung: Salamadani, 2008) h. 2-3
12
Lain lagi dengan Deepak Chopra dalam success, dia mendefinisikan
kesuksesan sebagai kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan
perhatian. Kesuksesan adalah kapasitas untuk merasakan kebahagiaan dan
menyebarkannya kepada orang lain. Kesuksesan adalah rasa aman untuk
mengetahui bahwa hidup ini berharga dan memiliki tujuan. Kesuksesan
adalah rasa terhubung dengan kekuatan besar yang ada di alam.
Kesuksesan kemampuan untuk memenuhi tujuan2 hidup. Kesuksesan
berarti realisasi progresif atas tujuan-tujuan yang berharga. Kesuksesan
berarti pula perluasan kebahagiaan. Ketika semua itu telah dimiliki,
keuntungan berupa materi, kenyamanan, dan kemewahan akan
mengikuti.14
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, kesuksesan dapat diartikan
sebagai sebuah keberhasilan dari hal-hal yang telah direncanakan atau
didampakan. Bukan hanya itu saja, dapat bermanfaat bagi orang lain,
membuat orang lain tertawa, melihat sisi baik orang lain juga dapat
dikatakan sukses. Sehingga kesuksesan bukan hanya diri sendiri saja yang
merasakan, melainkan orang disekitar kita ikut merasakan kesuksesan
yang kita capai.
14
Success h. 4
13
2. Faktor Pendukung Kesuksesan
Banyak hal yang menyebabkan seseorang sukses atau berhasil. Salah satu
yang menyebabkan seseorang sukses adalah dukungan dari orang lain.
Berikut merupakan faktor kesuksesan menurut Relcky Saragih:15
a. Bekerja dengan hati
Yang dimaksud dengan‟bekerja dengan hati‟ yaitu bukan hanya
bekerja berdasarkan perintah atau SOP. Tapi berikan yang terbaik
terhadap apa yang kita kerjakan, bahkan kalau bisa lakukan melebihi
apa yang diharapkan oleh orang lain.
b. Selalu mengandalkan Tuhan di setiap kesempatan
Dalam melakukan kegiatan apapun dan sebagai makhluk ciptaan-Nya,
sebaiknya disertai dengan doa. Karena segala usaha dan hasil yang
diperoleh merupakan izin dari Tuhan. Dengan begitu, jalur menuju
pintu kesuksesan akan terbuka semakin lebar.
c. Menggali pengalaman sedalam-dalamnya
Dalam hal ini, yang dicari bukanlah pengalaman yang sebanyak-
banyaknya. Sedalam-dalamnya yang dimaksud yaitu fokus dan asah
kemampuan yang ada pada diri sendiri sehingga bukan hanya sekedar
tahu atau bisa, melainkan menjadi ahli.
d. Disiplin waktu, tempat dan pekerjaan
Salah satu hal yang membedakan karyawan teladan dengan yang tidak
teladan adalah soal disiplin. Karyawan yang teladan umumnya masuk
kantor tepat waktu, tidak pernah terlambat jika mengatur janji, dan dia
akan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.
e. Percaya terhadap diri sendiri
Percaya diri yang dimaksud adalah ketika seseorang telah dapat
mengenal diri dengan baik, maka akan dapat mengetahui batas
kemampuan saat ini. Jadi, jika seseorang dapat menempatkan diri di
tempat yang tepat dengan percaya diri karena sudah tahu bahwa dia
mampu melakukan itu.
15
Relecky Saragih. What Is Success (Jakarta: Grasindo, 2015) h. 128
14
f. Mampu bersosialisasi dengan baik
Jika seseorang mampu bersosialisasi dengan baik, itu artinya dia dapat
membuat networking atau jaringan yang lebih luas lagi.
g. Mengenal batas kemampuan diri sendiri
Kalau seseorang telah mampu mengenal diri dengan baik, tentunya dia
akan tahu batas kemampuannya sampai di mana, kelebihan dan
kekurangannya. Misalnya, si A pandai dalam matematika tetapi tidak
paham Bahasa Indonesia. Suatu saat si adik meminta untuk
mengerjakan PR Bahasa Indonesia, tetapi si A tidak dapat membantu
karena kurang paham. Daripada salah, lebih baik minta tolong kepada
teman atau orang yang paham tentang Bahasa Indonesia. Jangan hanya
karena masalah gengsi atau malu, jadi memaksakan.
h. Rendah hati
Hal yang terakhir ini merupakan yang paling penting untuk menuju
pintu kesuksesan. Sebagai makluk ciptaan-Nya, manusia tidak boleh
sombong. Hal itu disebabkan karena segala bentuk kegiatan atau
keberhasilan yang kita capai, ada peran orang lain yang turut
membantu. Jika seseorang sombong, maka akan hancurlah segala hal
yang telah dicapai.
B. TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa antara perpustakaan dengan
taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM) sebenarnya
sama saja, sama-sama menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Tapi apabila ditelusur lebih dalam lagi, sebenarnya antara
perpustakaan dengan TBM mempunyai perbedaan, walaupun tidak terlihat
signifikan.
15
Taman bacaan masyarakat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan
TBM, sebenarnya bukanlah sebuah perpustakaan pada umumnya yang
harus memenuhi standar koleksi, sarana dan prasarana, layanan dan tenaga
perpustakaan nasioal. TBM merupakan fasilitas membaca yang berada di
tengah-tengah masyarakat dan komunitas yang dikelola secara sederhana
oleh masyarakat yang bersangkutan.16
Perbedaan antara perpustakaan dengan TBM terdapat dari segi
pengelolaanya. Jika perpustakaan dikelola oleh pemerintah dan diatur
dengan sistem pelayanan yang baku, mulai dari pengunjung sampai
pengelolaan bahan pustaka. Sedangkan TBM merupakan lembaga non
formal yang dikelola secara swasembada oleh masyarakat, sistem
pengelolaan bahan pustaka dan pengunjungnya pun kadang tidak diatur.
Namun, karena pengelolaan bahan pustaka tidak diatur itulah sering terjadi
kehilangan buku di TBM.
Dari kedua perbedaan tersebut, dapat didefinisikan bahwa TBM
merupakan sebuah lembaga yang berdiri di lingkungan masyarakat guna
melayani kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dalam bentuk bacaan
atau bahan pustaka lainnya.17
Dengan disediakannya bahan bacaan oleh
TBM, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat sekitar tentang
pentingnya membaca serta diharapkan mampu menjadikan membaca
sebagai sebuah kebiasaan.
16
Sutarno NS, Membina Perpustakaan Desa (Jakarta: Sagung Seto, 2008), h. 127. 17
Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif (Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012), h. 3.
16
Taman bacaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai sebuah
perpustakaan yang posisinya sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini
disebabkan karena sasaran utama TBM adalah masyarakat di lingkungan
sekitar, bahkan TBM sering tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di
daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum.18
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, TBM merupakan sebuah
lembaga atau tempat yang digunakan untuk mengelola bahan kepustakaan,
seperti buku dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan oleh
masyarakat. TBM juga dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan
program pembinaan kemampuan membaca dan belajar sekaligus sebagai
tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
sekitar.19
Sedangkan menurut Kemendikbud, TBM merupakan lembaga
pembudayaan gemar membaca yang menyediakan dan memberikan bahan
bacaan kepada masyarakat. Bahan bacaan tersebut bisa berupa buku,
majalah, koran, komik serta bahan bacaan lainnya. Selain itu TBM juga
dilengkapi dengan ruangan atau pendopo untuk membaca dan diskusi,
18
Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan
Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 29. 19
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h. 1.
17
bedah buku, kegiatan menulis serta berbagai kegiatan literasi lainnya yang
didukung oleh pihak pengelola yang berperan sebagai motivator.20
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TBM
merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang didirikan oleh
masyarakat, untuk para pembelajar dan masyarakat sekitar guna
menyediakan kebutuhan informasi dan bahan bacaan yang mereka
butuhkan. TBM juga dilengkapi dengan fasiltas-fasilitas lainnya seperti
ruangan untuk membaca, menulis, diskusi, bedah buku dan kegiatan
literasi lainnya.
Taman bacaan masyarakat didirikan bersama masyarakat di lingkungan
sekitar. Masyarakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar
secara formal dapat belajar di TBM. Sebagaimana layaknya sebuah
perpustakaan, TBM juga merupakan sebuah tempat belajar untuk
masyarakat sepanjang hayat. TBM didirikan untuk siapa saja tanpa
membedakan golongan, ras, agama serta kelompok masyarakat tertentu.21
Hal ini disebabkan karena TBM merupakan sebuah lembaga non-profit,
dimana masyarakat dibebaskan untuk membaca dan mencari kebutuhan
informasi.
20
Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Tahun 2012 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal,
2012), h. 4 E-book diunduh pada 28 Februari 2015 www.paudni.kemdikbud.go.id 21
Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,” artikel
diakses pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id/
18
Taman bacaan masyarakat dibangun atas kerjasama masyarakat sekitar
yang sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Diharapakan dengan adanya TBM, masyarakat sekitar dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan minat baca. Selain itu,
TBM juga bisa dikatakan sebagai pendidikan non formal, dimana
masyarakat yang tidak sempat mendapatakan pendidikan formal di
sekolah, dapat belajar di TBM, tentunya didukung dengan program-
program literasi yang diadakan oleh pihak pengelola.
2. Tujuan didirikannya Taman Bacaan Masyarakat
Dengan didirikannya taman bacaan masyarakat, diharapkan baik kaum
pembelajar atau masyarakat sekitar bisa mendapatkan informasi secara
mudah. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan didirikannya taman
bacaan masyarakat yaitu untuk menyediakan berbagai jenis bahan bacaan.
Tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat menurut Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:22
a. Mencerdaskan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan daya
kreasi, prakarsa dan swadaya masyarakat melalui peningkatan
b. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan bersemangat dalam
belajar.
c. Menunjang pelaksanaan wajib belajar dan program-program
pendidikan keterampilan masyarakat
22
Republika Indonesia, “Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun
2009, Pasal II, Bab 2.” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://bpadjakarta.net
19
d. Menyediakan sarana edukasi, rekreasi, penerangan, informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Sedangkan menurut Kemendikbud dalam Petunjuk Teknis Pengajuan
Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012, Tujuan taman bacaan masyarakat
adalah untuk:23
a. Meningkatkan kemampuan membaca dengan tujuan agar tidak ada
lagi masyarakat yang buta aksara.
b. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar.
c. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca untuk
masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas.
d. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang
mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, berbudaya maju dan
beradab.
e. Mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas sepanjang hayat.
Dengan kata lain, tujuan didirikannya TBM yaitu untuk meminimalisir
masyarakat yang buta aksara. Caranya dengan menjadikan masyarakat
yang gemar membaca, supaya tercipta masyarakat yang cerdas. Selain itu,
TBM dapat juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi.
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Pada dasarnya, antara taman bacaan masyarakat dan perpustakaan
memiliki fungsi yang hampir sama. Dari segi persamaannya, keduanya
23
Kemendikbud, h. 1
20
mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan
informasi, baik untuk memupuk kegemaran membaca maupun berbagai
fungsi seperti pendidikan hingga rekreasi. Akan tetapi, keduanya pasti
mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaannya
terdapat pada segi pengelolaannya. Kalau perpustakaan tenaga
pengelolanya orang yang profesional dan mengelola dengan sistem yang
baku. Sedangkan taman bacaan masyarakat tenaga pengelolanya hanya
berperan sebagai motivator dengan menyediakan koleksi maupun kegiatan
literasi lainnya.24
Berikut ini merupakan fungsi taman bacaan masyarakat
atau People Reading Park menurut Manifesto UNESCO:25
a. Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi secara
aktif. Dengan arti lain, Taman Bacaan Masyarakat tersebut
mempunyai kegiatan secara terus-menerus untuk mengumpulkan
sumber informasi untuk di koleksi.
b. Sebagai tempat mengola semua bahan pustaka dengan metode
tertentu, seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi serta
kelengkapan lainnya dengan maksud agar koleksi mudah
digunakan.
c. Menjadi tempat memelihara dan menyimpan bahan bacaan.
Artinya, ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata,
memelihara dan merawat koleksi agar tidak mudah rusak dan
hilang.
24
Ratih Rahmawati h. 29-30 25
Alexandra Landmann “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat
Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://wiwitan.org
21
d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian serta
kegiatan lainnya.
e. Membangun tempat informasi yang up to date bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Sedangkan menurut Kemendikbud, fungsi taman bacaan masyarakat
adalah sebagai berikut:26
a. Sebagai sumber belajar. Taman bacaan masyarakat menyediakan
buku sebagai bahan bacaan utama yang mendukung masyarakat
pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan sebagai
penambahan wawasan, juga beberapa keterampilan praktis yang
bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak,
budidaya ikan dan sebagainya.
b. Sebagai sumber informasi. Taman bacaan masyarakat juga
menyediakan bahan bacaan lainnya seperti koran, tabloid,
referensi, booklet atau leaflet dan akses internet yang digunakan
untuk mencari berbagai informasi.
c. Sebagai tempat rekreasi-edukasi. Dengan buku-buku fiksi dan non-
fiksi yang disediakan oleh pihak TBM, diharapkan dapat
memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan.
Secara garis besar, fungsi taman bacaan masyarakat dengan perpustakaan
nyaris sama. Hanya saja, pada TBM pengunjung bebas datang kapan saja
26
Kemendikbud. h. 2
22
dia mau, bahkan hari libur pun masyarakat bisa datang ke TBM.
Sedangkan perpustakaan, jam kunjung dibatasi oleh jam kerja rata-rata.
Selain itu, TBM juga bisa dijadikan sebagai tempat sarana belajar, dimana
setelah masyarakat membaca buku mengenai budidaya lele, cara menanam
cabai dan sebagainya, mereka bisa langsung mempraktekkannya, tentu
dengan pengawasan para motivator di taman bacaan masyarakat
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
Taman bacaan masyarakat selain memiliki tujuan dan fungsi, tentunya
mempunyai manfaat tersendiri, baik itu manfaat untuk masyarakat sekitar
ataupun manfaat untuk pengelola TBM sendiri.
Menurut direktorat pendidikan masyarakat, TBM dapat memberikan
manfaat bagi warga sekitar maupun masyarakat luar, diantaranya:27
a. Taman bacaan masyarakat dapat menumbuhkan minat baca serta
kecintaan terhadap budaya membaca.
b. Memperkaya kegemaran membaca bagi masyarakat.
c. Menumbuhkembangkan kegiatan belajar mandiri.
d. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca bagi masyarakat
yang ingin belajar membaca.
e. Membantu pengembangan masyarakat dalam hal kecakapan
membaca.
27
Departemen Pendidikan Nasional. h. 2
23
f. Menambah dan membuka wawasan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
g. Membantu kelancaran dalam hal penyelesaian tugas sekolah atau
kuliah melalui diskusi bersama pengurus TBM atau sesama
anggota TBM.
h. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang.
Sedangkan menurut Gol A Gong, manfaat taman bacaan masyarakat bagi
pihak pengelola atau bisa juga disebut sebagai pihak motivator yaitu TBM
bisa dijadikan sebagai sarana untuk belajar dan mengembangkan bakat
yang dimiliki oleh masing-masing pengelola TBM. Seperti pada TBM
Rumah Dunia yang didirikan oleh Gol A Gong, selain memberikan ilmu
bagaimana mengelola TBM, beliau juga memberikan beasiswa untuk
pengelola yang ingin kuliah di perguruan tinggi negeri. Sudah ada
beberapa pengelola TBM Rumah Dunia yang berhasil dikuliahkan TBM
Rumah Dunia melalui program beasiswa.28
Jika dipahami lebih dalam lagi, manfaat TBM bisa lebih terlihat langsung
pada diri masyarakat daripada perpustakaan. TBM bukan hanya dijadikan
sebagai tempat rak dan buku-buku yang dipajang begitu saja, bukan juga
sebagai tempat untuk penelitian seperti perpustakaan. TBM dapat
dijadikan sebagai tempat mengembangkan kemampuan diri untuk
28
Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara
(Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), h. 288.
24
masyarakat sekaligus pihak pengelolanya melalui berbagai program
kegiatan yang diadakan di TBM.
C. Pemberdayaan Masyarakat
1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat, dimana kondisi masyarakat tersebut
apabila mengandalkan dirinya sendiri mereka tidak mampu untuk keluar
dari perangkap kemiskinan.29
Dengan adanya program pemberdayaan
masyarakat, masyarakat yang tergolong kurang mampu baik secara
ekonomi, sosial maupun ilmu pengetahuan, mereka dapat dibantu untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing.
Menurut Ife dalam Rafi Ramadhan, pemberdayaan masyarakat berarti
menyiapkan sumber daya, ilmu pengetahuan serta keahlian untuk
meningkatkan kualitas diri dalam menentukan masa depan. Selain itu,
dapat mengarahkan masyarakat untuk berpartisipasi dan mempengaruhi
kehidupan mereka agar lebih terarah dan maju.30
Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta
29
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran
Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 1. 30
Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat
Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
25
meningkatkan keahlian individu masing-masing agar menjadi masyarakat
yang kreatif dan bisa terbebas dari perangkap kemiskinan.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan pengertian mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat
diambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat
yaitu untuk memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar,
keterbelakangan ilmu pengetahuan dan kesenjangan sosial.
Dari situ, dapat diciptakan strategi atau cara yang dapat diterapkan dalam
pemberdayaan masyarakat, diantaranya:31
a. Menciptakan suasana, memperkuat potensi dan melindungi
Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah menciptakan suasana
bagaimana masyarakat menyadari bahwa setiap individu memiliki
potensi yang dapat dikembangakan.
Selanjutnya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki dalam
masyarakat. Perlu diketahui, bahwa pemberdayaan masyarakat bukan
hanya pada individunya saja, melainkan pada sarana dan prasarana
dasar, misalnya pembuatan jalan, irigasi, listrik maupun sekolah atau
fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Selain itu,
perlu juga menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras,
hemat, keterbukaan dan tanggung jawab. Itu semua merupakan bagian
31
Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat,” artikel diakses pada 6 April 2015 dari
staff.uny.ac.id
26
pokok dalam pemberdayaan. Yang terpenting adalah partisipasi rakyat
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan
masyarakat.
Terakhir, melindungi. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, harus
ada pencegahan kaum yang lemah agar bisa menghadapi kaum yang
kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan terhadap kaum
yang lemah sifatnya sangat mendasar dalam pemberdayaan
masyarakat.
b. Program pembangunan desa
Pemerintah di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia telah
merencanakan program pembangunan desa, diantaranya pembangunan
pertanian, industrialisasi pedesaan, pembangunan masyarakat desa
terpadu dan strategi pusat pertumbuhan.
Dalam program pembangunan pertanian, merupakan program untuk
meningkatkan output dan pendapatan para petani. Selain itu
diharapkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan
rumah tangga.
Tujuan program industrialisasi pedesaan yaitu untuk mengembangkan
industri kecil dan kerajinan. Program ini merupakan jalan alternatif
untuk menjawab persoalan mengenai sempitnya pemilikan dan
penguasaan lahan dan lapangan kerja di pedesaan.
27
Sedangkan tujuan program pembangunan masyarakat terpadu untuk
memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.
Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat, diharapkan
masyarakat dapat tersadarkan bahwa dirinya mempunyai potensi yang
dapat dikembangkan. Hal itu disadarkan melalui strategi-strategi
pemberdayaan masyarakat seperti membuat rasa nyaman pada setiap
individu, menyiapkan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan,
melindungi dari ketertindasan serta mengadakan program
pembangunan desa.
3. Kendala dalam pemberdayaan masyarakat
Lowe menyampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Harbridge
Consulting Grup mengenai “individu dalam organisasi atau komunitas
merasa terancam oleh proses perubahan.” Ternyata hasil dari penelitian
tersebut muncul pandangan tentang pemberdayaan sebagai suatu ancaman
(personality threatening) yang muncul dalam bentuk sebagai berikut:32
a. Ketakutan (fear)
Merupakan sebuah bentuk pemberdayaan yang lebih menunjukkan
rasa takut. Bentuk ketakutan ini diperlihatkan oleh:
1. Individu pada level menengah dan yunior. Ditunjukkan ketika
mereka takut akan hukuman jika melakukan kesalahan. Selain itu
32
A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran Keberdayaan
Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 16 Mei 2015 dari file.upi.edu
28
juga menghalangi atau secara penuh memblok kemajuan
pemberdayaan yang menekankan pada kebebasan untuk
mengambil resiko.
2. Jika terjadi kesalahan, individu takut apabila tidak mendapatkan
dukungan atau perlindungan yang dijanjikan atasannya.
3. Takut akan kehilangan pekerjaan.
4. Takut kegagalan, hal ini bukan disebabkan karena hukuman,
namun karena secara nyata nampak „kebodohannya.‟
b. Kejelasan peran (role clarity)
Muncul ketika seseorang merasakan ketidaknyamanan dalam
pekerjaan dan kebingungan atas rasa kurang senangnya terhadap peran
baru setelah pemberdayaan. Pada aspek ini pun, ditunjukkan hasil
penelitian yang dilakukan olrh Harbridge Consulting Grup,
menyatakan bahwa:
1. Masyarakat merasa dilangkahi oleh suatu kebijakan pemberdayaan.
Apabila ada penyerahaan kekuasan dari tingkat di atas mereka
kepada tingkat di bawah mereka dan ditambah dengan tidak
membebankan sesuatu apapun kepada mereka.
2. Masyarakat merasa kurang memiliki pemahaman untuk mengenal
sesuatu hal yang diperlukan mereka dengan penerapan sistem baru.
3. Masyarakat yang merasa tidak mempunyai apa-apa untuk
menggantikan kewenangan, merasa bahwa mereka sudah kalah.
29
4. Masyarakat merasa sulit menerima suatu perubahan dalam peran
sebagai „polisi‟ dan cendrung berkeinginan untuk melawan dengan
tetap mempertahankan metode control mereka sendiri.
c. Kecendrungan untuk memilih
Disini munculnya kecendrungan yang terlihat pada beberapa organisasi
baik pada pemimpin atau masyarakat untuk mempertahankan apa yang
sudah dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, organisasi
atau komunitas yang lebih menekankan pada manajemen kerja
daripada manajemen perorangan, maka yang berorientasi pada
manajemen orang tidak diperlukan.
Dalam sebuah organisasi atau komunitas, jika ada sesuatu hal yang
terlihat baru, sering disikapi dengan rasa takut dan tidak akan ada
pengecualian, sehingga muncul anggapan bahwa pemberdayaan
merupakan perubahan yang tidak serius. Yang lebih di khawatirkan
masyarakat curiga bahwa kebijakan pemberdayaan yang didukung
adalah yang dirancang untuk membuatnya terlihat berlebihan.
D. Literasi Informasi
1. Definisi Literasi Informasi
Kata literasi berasal dari Bahasa Inggris literacy yang berarti kemampuan
untuk membaca dan menulis. Sedangkan literacy berasal dari kata latin
littera yang berarti huruf, sehingga literacy sering diterjemahkan sebagai
30
melek huruf. Karena huruf sama artinya dengan dengan aksara, maka
diperkenalkan istilah melek huruf. Selain itu, literate juga dapat diartikan
sebagai educate yang berarti terdidik atau berpendidikan. Hal ini
dikarenakan untuk bisa membaca dan menulis, seseorang perlu
mendapatkan pendidikan dari orang lain.33
Pengertian yang luas tentang
literasi sebagai terdidik mengakibatkan kata literasi banyak digunakan
untuk berbagai istilah, termasuk istilah literasi informasi.
Dalam Rosa Widyawan, literasi informasi pertama kali dilaporkan oleh
Paul G Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan
kepada The National Commission on Libraries and Information Science
(NCLIS). Zurkowski mengungkapkan bahwa literasi informasi merupakan
keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang yang literat
informasi untuk memanfaatkan sejumlah sarana informasi yang juga
sebagai sumber utama dalam membuat solusi informasi terhadap masalah
mereka.34
Sedangkan menurut Burchinal pada tahun 1976, dalam makalah
presentasinya di Perpustakaan Universitas Texas A&M menjelaskan
bahwa untuk menjadi seseorang yang literat informasi harus memiliki satu
paket keterampilan. Termasuk bagaimana menemukan dan menggunakan
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan mengambil
33
Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan Literasi
Informasi sebagai Amanat Konstitusi,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id 34
Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. (Bandung: CV. Bahtera
Ilmu, 2012), h. 166-167
31
keputusan secara efektif dan efisien.35
Melihat perkembangan zaman yang
semakin maju dan banyaknya informasi yang dikemas dalam berbagai
macam bentuk yang bisa diakses secara mudah, masyarakat diharuskan
memiliki kemampuan literasi informasi agar mampu mengikuti
perkembangan informasi.
Sedangkan menurut Chartered Institution for Library and Information
Professional (CILIP) dalam Rhoni Rodin, literasi informasi merupakan
cara mengetahui kapan dan bagaimana membutuhkan informasi, di mana
menemukannya, dan bagaimana menyaring informasi yang didapat, juga
menggunakan dan berkomunikasi dengan cara yang baik.36
Merujuk pada salah satu definisi yang diberikan oleh UNESCO dalam
Diao Ai Lein, maka literasi informasi dapat berarti sebagai kemampuan
untuk menyadari kebutuhan informasi saat informasi tersebut diperlukan,
mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan,
mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan
mengintegrasikan informasi dalam pengetahuan yang sudah ada,
memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal dan
etis.37
35
Michael B Eisenbe.rg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the information Age.
(Libraries Unlimited: Westpost, 2004), h. 3. 36
Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media Pustakawan,
Vol. 20 No. 4 (2013), h. 41. 37
Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta:
Universitas Atma Jaya, 2010), h. 2.
32
Berbeda dengan UNESCO, ODLIS (Online Dictionary for Library and
Information Science) menjelaskan bahwa literasi informasi merupakan
keterampilan dalam mencari satu kebutuhan, termasuk pemahaman
tentang bagaimana mengorganisasian, pemahaman tentang sumber daya
informasi yang mereka berikan (termasuk format informasi dan alat
pencarian otomatis), dan pengetahuan teknik penelitian yang umum
digunakan. Konsep ini juga mencakup keterampilan yang diperlukan
untuk mengevaluasi secara kritis konten informasi dan menggunakannya
secara efektif.38
Apabila kita telusuri lebih lanjut, kata literasi sebenarnya dapat diartikan
sebagai kemampuan membaca dengan memaknai dan memahami bacaan.
Namun, memaknai bacaan disini bukan hanya sekedar membaca teks,
tetapi juga memahami isi dari bacaan tersebut.
Dengan kata lain, literasi informasi dapat diartikan sebagai keterampilan
dan kemampuan seseorang untuk belajar terus-menerus dalam mencari
kebutuhan informasi, mengevaluasi informasi yang ada serta
menggunakan informasi dalam memecahkan masalah. Apabila seseorang
telah berhasil menjadi orang yang literat informasi, tentunya bisa
menghadapi ledakan informasi yang semakin cepat.
2. Manfaat Literasi Informasi
38
Rhoni Rodin, h. 41
33
Kehidupan saat ini merupakan sebagai proses belajar mengajar. Dimana
kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menuntut kita untuk
memahami lingkungan. Meskipun kita tidak suka pada keadaan tersebut,
tetapi setidaknya kita harus mencoba memahaminya, karena pasti disetiap
kejadian mengandung pelajaran yang dapat dipetik.
Pada saat seperti itulah literasi informasi diperlukan untuk membantu kita
menemukan masalah utama dan merumuskannya, serta memecahkannya.
Dalam setiap sisi kehidupan, kita harus memutuskan suatu pilihan.
Sebelum memutuskan suatu pilihan ada beberapa tahap yang perlu dikaji,
yaitu merumuskan masalahnya, mengumpulkan informasi dan
menggunakan informasi.39
Menurut Adam, bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi40
yaitu:
a. Membantu mengambil keputusan
Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu
permasalahan. Kita harus mengambil suatu keputusan ketika
memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut
seseorang harus memiliki informasi yang cukup.
b. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan
39
Diao Ai Lein dkk., h. 2. 40
Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan
American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association Of
College and Research Library” artikel diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id
34
Kemampuan literasi informasi berperan penting dalam membantu
meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar.
Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu
melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.
c. Menciptakan pengetahuan baru
Suatu negara dapat dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan
pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan
mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah.
Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh.
3. Karakteristik Orang Literat Informasi
Biasanya, seseorang yang literat informasi atau sudah mempunyai
kemampuan literasi informasi dia dapat memecahkan masalah dan
menyampaikan masalah tersebut kembali dengan baik. Dalam hal
penyampaian ide tersebut, biasanya orang yang literat informasi akan
mempertahankan argumentasinya dengan alasan-alasan yang logis. Selain
itu, orang yang literat informasi apabila ada suatu hal yang baru, dia akan
mempelajarinya dengan baik. Apabila ada pendapat yang salah, dia tentu
akan menolaknya.
Menurut American Library Association Presidential Committee on
Information Literacy, untuk menjadi seorang yang literat informasi,
35
seseorang harus dapat bisa sanggup untuk mengakui ketika informasi
diperlukan dan harus mempunyai kemampuan untuk menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang diperlukan secara
efektif.41
Pada tahun 1992, Doyle menerbitkan hasil penelitiannya bahwa ciri-ciri
orang yang literat informasi adalah sebagai berikut:42
a. Mengakui bahwa informasi yang akurat dan lengkap adalah dasar
pengambilan keputusan yang tepat.
b. Mengenali kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan secara tepat.
c. Merumuskan pertanyaan berdasarkan kebutuhuhan informasi.
d. Mengidentifikasi secara potensial mengenai sumber informasi yang
sudah didapatkan.
e. Mengembangkan strategi pencarian dengan sukses.
f. Mengakses sumber-sumber informasi yang ada, termasuk sumber
informasi berbasis komputer dan teknologi lainnya.
g. Mengevaluasi informasi yang sudah didapat.
h. Mengatur informasi untuk diterapkan dan disebarkan kembali.
i. Mengintegrasikan informasi yang baru ke dalam ilmu pengetahuan
yang sudah ada.
j. Menggunakan informasi dengan cara berpikir secara kritis untuk
memecahkan masalah yang ada.
41
Michael B. Eisenberg, dkk. h.4 42
Michael B. Eisenberg, dkk. h.4
36
Sedangkan Australian and New Zealand Information Framework (2004)
menyatakan bahwa orang yang melek informasi adalah mereka yang dapat
mengenal akan informasi yang dibutuhkan dan dapat menentukan
informasi mana yang bisa disampaikan kembali, bisa menggunakan
informasi secara efektif dan efisien, dapat mencari informasi dan
mengevaluasi informasi secara kritis, bisa menggunakan informasi yang
baru terlebih dahulu untuk memulai ide yang baru atau ide yang suda ada,
serta dapat menggunakan informasi dengan pemahaman ilmu
pengetahuan, budaya, ekonomi dan isu sosial.43
Dari beberapa pendapat para ahli terhadap karakteristik orang yang literat
informasi, dapat disimpulkan bahwa orang yang literat informasi yaitu
orang yang dapat mengenali informasi di sekelilingnya dengan baik,
kemudian informasi yang telah didapat bisa di evaluasi kembali agar bisa
disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, orang yang literat informasi
juga menggunakan informasi yang baru kemudian diintegrasikan ke dalam
ilmu pengetahuan yang sudah ada.
4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat
Tidak hanya perpustakaan, perguruan tinggi atau sekolah saja yang
mempunyai literasi informasi. Taman bacaan masyarakat juga memiliki
43
Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,”
Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)
37
program-program yang mendukung kegiatan literasi informasi,
diantaranya:44
a. Membaca bersama
Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan
membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang
terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi
informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan bisa dengan membaca bersama
mengenai satu buku yang sama. Minta pengunjung untuk menuliskan
komentar sekitar empat sampai enam paragraf tentang buku yang
dibacanya, lalu tempel didinding.
Kegiatan seperti ini, secara tidak langsung dapat merangsang
pengunjung atas rasa keingintahuan mereka terhadap apa yang
dibacanya dan juga dapat memberanikan pengunjung untuk mulai
mengajukan pendapatnya.
b. Menulis bersama penulis
Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan
menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi,
karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk
tulisan.
44
Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif (Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional, 2010) h. 49
38
Kegiatannya bisa dimulai dengan menulis resensi, berita, cerita, esay,
opini dan sebagainya. Bila tak mampu mengundang penulis, carilah
guru atau orang yang setidaknya mengerti bagaimana teknik menulis.
Lalu ajaklah mereka untuk menulis satu hal mengenai peristiwa yang
mereka lihat, atau bisa juga dengan menulis satu hal yang sudah
diketahui. Dengan begitu, keterampilan dalam hal penyebaran
informasi sudah berhasil dikuasai.
c. Pertunjukkan teater
Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja.
Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam
bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan
teater.
Bentuk kegiatannya seperti meminta beberapa orang anak-anak atau
pengunjung yang ada di TBM untuk memerankan tokoh favorit yang
ada dalam buku bacaan yang mereka sukai, memakai kostum dan
mengucapkan beberapa dialog pendek di depan penonton.
d. Bedah buku
Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan
literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali
informasi apa saja yang ada pada buku tersebut.
39
Pihak pengelola TBM baiknya dapat mengundang penulisnya
langsung. Namun apabila hal ini tidak memungkinkan, bisa juga
dilakukan share sesama pembaca untuk mengulas isi satu buku
tersebut.
e. Belajar jurnalisme warga
Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen
journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan
literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar
menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari
yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.
Dengan adanya citizen journalism, masyarakat bisa belajar mencari
informasi, kemudian disampaikan lagi kepada masyarakat lain,
tentunya setelah ditelusuri, apakah berita itu benar-benar ada.
Pada TBM, kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara melatih beberapa
orang warga yang tertarik pada dunia jurnalistik untuk menjadi
wartawan kampung. Setelah itu, masyarakat diajari untuk mendalami
informasi yang disampaikan oleh masyarakat lain apabila informasi
yang pertama kali didapat belum terasa valid. Perlu diingatkan juga,
agar masyarakat hati-hati dengan sebuah isu atau gosip. Disinilah,
diperlukan keterampilan literasi informasi.
40
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa literasi informasi bukan
hanya sekedar proses mencari dan menelusur informasi saja. Melainkan
literasi informasi dapat juga menjadikan seseorang mempunyai skill untuk
mengevaluasi, mengelola dan menyebarluaskan informasi yang telah
diperoleh. Hal ini diperkuat dengan teori model empowering 8, disebutkan
bahwa salah satu kemampuan literasi informasi yaitu dapat menciptakan
informasi menggunakan kata-kata sendiri, kemudian informasi yang telah
dihasilkan dapat dipresentasikan dan disebarluaskan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu studi tentang pemberdayaan masyarakat
disebuah komunitas atau TBM. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan
yang diharapakan dapat memberikan gambaran tentang pemberdayaan
masyarakat melalui program literasi informasi.
1. Jurnal
Rafi Ramadhan pada tahun 2013. “Penelitian ini berjudul “Analisis
Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca
pada Komunitas Insan Baca.” Tipe penelitian yang digunakan pada artikel
ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang aktivitas yang dilakukan oleh
komunitas Insan Baca dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan
masyarakat.45
45
Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat
Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
41
2. Skripsi
Syamsul Bahri (2013) jurusan Pengembangan Masyarakat Islam fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Penelitiannya berjudul “Peran TBM Cakruk Pintar dalam
Pemberdayaan Masyarakat Nologaten Caturtunggal Sleman, Yogyakarta.”
Dalam skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif,
menggunakan metode deskriptif yang sumber datanya berasal dari teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang membedakan pada
penelitian ini terletak diperumusan masalahnya. Peneliti membahas skripsi
tentang upaya TBM dan solusi mengatasi hambatan dalam pemberdayaan
masyarakat melalui program literasi informasi. Sedangkan Syamsul Bahri
memfokuskan pada peran dan perubahan masyarakat setelah mengikuti
program pemberdayaan masyarakat.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis peneliti deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat yang berhubungan antara fenomena yang di teliti.46
Dalam
penelitian ini, peneliti menggambarkan permasalahan yang ada dengan
menganalisis objek yang akan diteliti dan memaparkannya secara
detail.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang akan diamati.47
Pada penelitian ini,
instrument utama dalam pengumpulan data adalah wawancara. Selain
itu, teknik pendukung lainnya berupa observasi dan dokumentasi.
46
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. 47
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 30.
43
B. Sumber Data
Sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam
mengumpulkan data. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
tanpa perantara. Sumber yang dimaksud disini adalah benda, situs atau
manusia.48
Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
langsung kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan
informasi yang relevan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya, biasanya data diambil dari dokumen-dokumen seperti
laporan, karya tulis, majalah dan koran.49
Pada penelitian ini, sumber
data yang diambil yaitu dari bahan pustaka seperti buku, majalah,
koran, artikel dari internet dan sebagainya yang berkaitan dengan
penulisan penelitian ini.
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang diwawancari dan dijadikan sebagai
narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih beberapa narasumber yang dapat
memberikan informasi untuk membantu peneliti dalam mendapatkan data
48
Prasetya Irawan h. 86 49
Prasetya Irawan h. 87
44
yang diperlukan. Informan pertama dalam penelitian ini adalah Gol A
Gong (Heri Hendrayana Harris) selaku pendiri TBM Rumah Dunia, kedua;
Ahmad Wayang (Sobirin) selaku presiden TBM Rumah Dunia.
Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan cara purposive
sampling, yaitu salah satu strategi penentuan sampel dengan
mempertimbangkan kriteria pengumpulan data berdasarkan maksud dan
tujuan penelitian.50
Informan yang dimaksud merupakan orang yang
terlibat dengan objek yang di teliti dan mengerti dengan permasalahan
yang terkait dengan objek penelitian.
D. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang sering digunakan. Wawancara pada penelitian
kualitatif tidak seperti percakapan pada umumnya, melainkan
ditujukan untuk menggali pertanyaan-pertanyaan lebih mendalam
untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Wawancara adalah suatu percakapan yang dengan sengaja diarahkan
pada satu permasalahan tertentu, ini merupakan proses tanya jawab
secara lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
50
Sari Wahyuni, Qualitative Research Method (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 32.
45
fisik.51
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai
teknik pengeumpulan data utama. Wawancara dalam penelitian ini
peneliti lakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
langsung kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang
ada di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.
Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan
dua tipe. Pertama wawancara tersturktur, dimana wawancara ini
dilakukan secara sistematis menggunakan pedoman wawancara yang
sudah terstruktur dan pertanyaan-pertanyaannya sudah tidak dapat
diganggu gugat lagi. Kedua, wawancara tidak terstruktur, yaitu
wawancara yang dilakukan seacara ilmiah untuk menggali idea tau
gagasan baru secara alamiah dan tidak perlu mengacu pada pedoman
wawancara.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang melakukan
kegiatan memperhatikan atau mengamati dan mencatat fenomena yang
sedang terjadi secara langsung.52
Dari pengamatan secara langsung
itulah, dapat memberikan manfaat dan pengalaman langsung di
lapangan. Serta memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan
maupun pengetahuan yang berasal dari data.
51
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 160. 52
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 69.
46
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung fenomena tentang pemberdayaan masyarakat melalui
program literasi informasi yang ada pada TBM Rumah Dunia yang
berlokasi di Serang, Banten. Dalam observasi, peneliti melakukan
pengamatan secara langsung dari Januari 2015. Peneliti telah
mencermati berbagai kegiatan di TBM Rumah Dunia yang
berhubungan dengan program literasi informasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung dilakukan pada objek penelitian. Teknik ini dimaksudkan
untuk melengkapi data-data penelitian, baik itu data beruba tulisan,
film, gambar dan karya-karya lainnya yang dapat memberikan
informasi dalam proses penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti
mengumpulkan data melalui dokumen, foto dan catatan yang terkait
dengan penelitian di TBM Rumah Dunia.
E. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan teknik pengolahan data, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Analisis data adalah menguarai dan mengolah data
mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih
spesifik serta diakui dalam perspektif yang sama. Data-data yang didapat
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi akan diteliti dan
dianalisis terlebih dahulu, kemudian baru diolah dan disajikan dalam
47
bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan
dalam penelitian serta menemukan solusinya. Analisis data yang dilakukan
dengan:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah kegiatan pemilihan hal-hal pokok, merangkum
serta memfokuskan pada hal yang penting saja. Pada tahap ini, hal
yang harus dilakukan adalah pemilihan kerelevanan antara data dengan
tujuan penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas untuk memudahkan penyajian data. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
semuanya akan peneliti gunakan, namun akan direduksi terlebih
dahulu.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data merupakan pemaparan data yang telah disusun sebagai
kumpulan informasi. Penyajian data dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman dan acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pada
pemahaman. Penyajian data pada penelitian ini akan dipaparkan dalam
bentuk teks yang bersifat narasi.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah reduksi data selesai, hal yang dilakukan selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari
penelitian yang menjawab dan menyimpulkan hasil penelitian
berdasarkan wawancara dan observasi. Setelah data-data terakum dan
48
dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat
sebelumnya.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, yang
terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118
penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2014 2015
Desember Maret April Mei Juni Juli
1 Penyusunan
Proposal
2 Pengajuan
Proposal
3 Bimbingan
Skripsi
4 Penelitian
5 Penyusunan
Skripsi
6 Pengajuan Sidang
7 Sidang Skripsi
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
1. Sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat Rumah Dunia
Rumah Dunia bukanlah keinginan satu malam. Rumah Dunia sudah
menjadi obsesi Gol A Gong di usia SMA (1982). Kehendak itu
dikolaborasikan dengan teman-teman SMA-nya: Toto ST Radik dan Rys
Revolta (alm). Kemudian dia mendapat penyaluran obsesinya dengan
mendirikan organisasi sosial dan kepemudaan bernama Cipta Muda
Banten (1989) bersama Roni Chaeroni, Toni Bule, Edi Setiady, Reni
Arifin, Romli Taufik Rohman, Andi T. Trisnahdi, Maulana Wahid Fauzi
dan Mhaex Rangkuti. Tapi itu ternyata tidak memuaskan Gol A Gong.
Kemudian, pada 6 Februari 1998, Gol A Gong menunggui istrinya, Tias
Tatanka yang baru melahirkan anak pertama mereka, Nabila Nurkhalishah
Harris, di sebuah klinik bersalin di Neglasari, Serang. Saat itu Gong
terinspirasi ketika melihat banyak ibu yang melahirkan “Klinik ini tempat
di mana manusia pertama kali melihat dunia. Berarti ini adalah „Rumah
Dunia‟ tempat para bayi pertama kali melihat dunia.” Begitu Gong
beranalogi.
Sejak saat itu, Gong sudah mereka-reka nama yang akan disematkan di
gelanggang remaja idamannya. Kemudian pada tahun 2000 Gol A Gong
50
bersama istrinya, Tias Tatanka mendirikan Rumah Dunia. Toto, Rys,
Andi, Uzi dan Abdul Malik mendukung. Dengan visi “membentuk dan
mencerdaskan generasi baru” yang kreatif dan kritis di Banten lewat dunia
baca tulis. Rumah Dunia terus menyebarkan semangat literasi untuk
warga sekitar. Pada awal berdiri, Rumah Dunia menempati area seluas
1000 (milik pribadi di halaman belakang Gol A Gong).
Rumah Dunia diresmikan tiga tahun berikutnya, ketika struktur organisasi
pertama Rumah Dunia terbentuk pada 3 Maret 2002. Sampai akhirnya
sekarang Rumah Dunia berlindung di lini sosial Yayasan Pena Dunia,
berakta notaris Fachrul Kesuma Dharma, SH, nomor 006 pada 12 Juni
2006.
Rumah Dunia disebut sebagai “learning centre” pusat belajar jurnalistik,
sastra, menggambar, teater, musik dan film bagi anak-anak, pelajar
mahasiswa bahkan umum yang didirikan sejak 2002. Di halaman Rumah
Dunia terdapat beberapa fasilitas penunjang segala aktivitas yang terdiri
dari: panggung utama serbaguna (untuk ragam diskusi dan pementasan),
perpustakaan ruang sekretariat, laboratorium kursus komputer gratis, mes
relawan, mushala, pendopo, teater terbuka, audiotorium surosowan, dan
lapangan badminton terbuka.
Melihat persoalan daya tampung yang kerap kali kurang setiap kali
menggelar kegiatan berskala nasional, pada tahun 2008 Rumah Dunia
51
melakukan penggalangan dana baik di dunia nyata maupun di dunia maya
untuk membebaskan tanah seluas 3.000 .
Pada tahun 2010, Rumah Dunia mendapat penghargaan sebagai TBM
Kreatif dari Kementrian Pendidikan Nasional RI sebagai pusat pendidikan
masyarakat nonformal yang bergerak di bidang jurnalistik, sastra, teater,
seni rupa, film bagi masyarakat luas, terutama kalangan pelajar dan
mahasiswa. Hingga pada tahun 2011, Rumah Dunia tidak lagi menempati
areal di halaman belakang rumah Gol A Gong, tapi di areal seluas
3.000 , persis di depan Rumah Dunia.53
2. Visi dan Misi
Visi : Mencerdaskan dan membentuk generasi baru.
Misi : 1. Menyelenggarakan kegiatan literasi seperti bazar buku,
pelatihan menulis, penerbitan buku, peluncuran dan bedah
buku.
2. Menyelenggarakan lomba literasi seperti mengarang cerita
pendek, menggambar dan pembacaan puisi.
3. Mendorong pendirian taman bacaan masyarakat.
53
Jang Ru Dun, “Rumah Dunia: Spirit Banten untuk Dunia,” dalam “Relawan Dunia” Firman
Venayaksa dkk., (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011) h. 178
52
3. Personalia
Isitilah personalia, personel atau kepegawaian mengandung suatu arti
yang berkaitan dengan keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu
organisaasi. Seperti halnya di TBM Rumah Dunia. Namun dalam hal ini
personalia di TBM Rumah Dunia lebih akrab disebut dengan „relawan
Rumah Dunia.‟ Personalia di TBM Rumah terdiri dari:
a. Pendiri TBM Rumah Dunia
b. Dewan Penasihat
c. Presiden TBM Rumah Dunia
d. Sekretaris TBM Rumah Dunia
e. Bendahara TBM Rumah Dunia
f. Penanggung jawab kegiatan
4. Susunan Pengurus
Dewan Penasihat : 1. Gol A Gong
2. Toto ST. Radik
3. Firman Venayaksa
4. Ahmad Mukhlis Yusuf
5. Jay Teroris
6. Agus Setiawan
7. Das Albantani
8. Abdul Hamid
9. Andi Suhus
10. Jaya Komarudin Cholik
53
Presiden Rumah Dunia : Ahmad Wayang
Sekretaris : Hilman Sutedja
Bendaraha : Aeni Asma
Pj. Pudekdok : Jack Alawi
Pj. Kegiatan : Ariep Baehaqi
Pj. Jurnalistik : Ardian Je
Pj. Sastra : Abdul Salam
Pj. Peralatan : Zaenal dan Farhan
5. Koleksi Buku
Koleksi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk
mendapatkan informasi. Selain itu, koleksi dapat dijadikan sebagai daya
tarik sendiri untuk menarik minat baca dan perhatian pengunjung untuk
datang ke perpustakaan atau taman bacaan. Begitu juga dengan taman
bacaan masyarakat Rumah Dunia.
Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia memiliki tiga buah
perpustakaan; yaitu „perpustakaan pink,‟ perpustakaan surosowan dan
perpustakaan keliling. Ketiga perpustakaan tersebut memiliki koleksi
lebih dari 10.000 judul. Terdiri dari berbagai macam jenis buku,
diantaranya: buku sastra, agama, filsafat, sosial politik, cerita anak, novel
remaja sampai dewasa, komik, seri flora dan fauna, cerita berbahasa
inggris, cerita bergambar tentang nabi-nabi, majalah anak dan buku-buku
lainnya yang memacu kreativitas.
54
Ketiga perpustakaan tersebut diperuntukan untuk siapa saja yang ingin
membaca dan mencari informasi. Sistem pengelolaan koleksi pada
perpustakaan Rumah Dunia sama sekali belum menggunakan sistem DDC
atau LC. Mereka hanya mengelompokkan koleksi berdasarkan subjek
bukunya saja. Misalnya buku politik, pada raknya diberi label „politik‟,
buku sastra, pada raknya diberi label „sastra‟, buku agama, diberi label
„agama,‟ Dan buku anak-anak, ada di raknya tersendiri, begitu seterusnya.
6. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Berikut ini beberapa sarana yang terdapat di TBM Rumah Dunia:
Tabel 2.
Sarana di TBM Rumah Dunia
No. Nama Barang Jumlah
1 Rak buku kayu 8 buah
2 Etalase 5 buah
3 Meja lipat 1 buah
4 Papan tulis 1 buah
5 Kursi plastik 2 buah
6 Kulkas 1 buah
7 Dispenser 1 buah
8 Proyektor 1 buah
9 Komputer 1 unit
55
b. Prasarana
Rumah Dunia dibangun di area seluas 3.000 meter persegi di Komp.
Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118. Adapun prasarana
yang disediakan oleh Rumah Dunia sebagai berikut:
Tabel 3
Prasarana TBM Rumah Dunia
No. Keterangan Jumlah
1 Rumah relawan 1 unit
2 Teater terbuka 1 buah
3 Mushola 1 buah
4 Perpustakaan 3 buah
5 Pendopo 1 buah
6 Auditorium Surosowan 1 buah
7 Laboratorium komputer 1 buah
8 Kamar mandi 2 buah
9 Saung 3 buah
Adapun fungsi serta keterangan prasarana di TBM Rumah Dunia sebagai
berikut:
1. Rumah relawan
Rumah relawan, disediakan untuk para relawan Rumah Dunia. Sampai
saat ini ada sepuluh orang yang tinggal di rumah relawan. Namun
tidak semua orang yang ingin tinggal di rumah relawan diizinkan oleh
Gol A Gong. Mereka adalah orang-orang yang dipilih sendiri oleh Gol
A Gong untuk tinggal di rumah relawan dan siap mendedikasikan
dirinya untuk Rumah Dunia.
56
2. Teater terbuka
Letak teater terbuka atau yang biasa disebut sebagai teater terbuka
tasik kardi, letaknya persis di depan gedung „perpustakaan pink‟.
Teater ini berbentuk lingkaran dengan tempat duduk disekelilingnya
yang berbentuk seperti anak tangga. Biasanya digunakan untuk
pementasan teater.
3. Mushola
Dibangun pada tahun 2004 dengan lebar sekitar 5x6 meter. Letak
mushola berada di dalam Rumah Dunia. Biasanya sering digunakan
oleh masyarakat umum apabila di Rumah Dunia sedang ada acara.
4. Perpustakaan
Perpustakaan yang disediakan di TBM Rumah Dunia terdiri dari tiga
macam, yaitu perpustakaan yang kini disebut „perpustakaan pink‟,
perpustakaan surowoswan dan perpustakaan keliling. Untuk
perpustakaan pink diberi nama rintisan balai belajar bersama.
Didirikan pada tahun 2010 dan pernah direnovasi pada tahun 2014.
Perpustakaan ini merupakan perpustakaan istana komik dan
perpustakaan untuk orang dewasa.
Kedua, perpustakaan surosowan yaitu perpustakaan yang ada di
auditorium surosowan. Didirikan dengan tujuan untuk mendekatkan
buku kepada anak-anak di lingkungan sekitar. Koleksi di perpustakaan
ini sebagian besar merupakan koleksi buku anak-anak, namun tidak
57
menutup kemungkinan kalau perpustakaan ini disediakan untuk
umum.
Sedangkan perpustakaan keliling, merupakan hadiah dari Majalah
Ummi pada 31 Mei 2014 sebagai wujud syukur merayakan ulang
tahun yang ke-25. Mobil baca ini kemudian dijadikan sebagai salah
satu program dan diberi nama „Pusling Rumah Dunia‟ (Perpustakaan
Keliling Rumah Dunia). Pusling Rumah Dunia dilaksanakan sebulan
sekali pada Sabtu dan Minggu. Crew dari Pusling Rumah Dunia
berjumlah sepuluh orang, kesepuluh orang tersebut adalah relawan
Rumah Dunia. Mereka nantinya akan merangkap sebagai mentor di
setiap kegiatan di lokasi tempat singgah.
Pusling Rumah Dunia diadakan di kampung-kampung di wilayah
Banten. Tidak sekedar singgah dan membuka layanan peminjaman
buku saja, tapi ada kegiatan lain berupa: rolling buku, eksebishi
menggambar bagi 50 anak, pertunjukkan seni (baca puisi, teater dan
musik), pemutaran film dan pelatihan menulis, teater dan teknologi.
5. Pendopo
Bangunan yang terletak di halaman Rumah Dunia ini didirikan pada
tahun 2013. Pendopo sering digunakan untuk acara diskusi terbuka.
6. Auditorium Surosowan
Auditorium surosowan berada di halaman depan Rumah Dunia.
Didirikan pada tahun 2013. Biasanya auditorium ini digunakan ketika
58
ada acara besar di Rumah Dunia, seperti acara rapat persiapan dan
pembentukan komunitas film banten dan berbagai macam acara
seminar.
7. Laboratorium Komputer Rumah Dunia
Pada Novermber 2008, laboratorium komputer didirikan. Ada sekitar
lima buah komputer sumbangan dari XL dan Yayasan Nurani Dunia
yang disimpan diruangan itu. Adapun tujuan didirikannya
laboratorium komputer tersebut agar masyarakat sekitar tidak gagap
teknologi.
Sedangkan ukuran laboratorium komputer sendiri sekitar 3 x 7 meter
(24 meter persegi). Dinding luarnya ditempeli batu alam, atap asbes,
dua pintu (sisi utara dan selatan) serta 4 jendela. Namun kini
laboratorium komputer sudah jarang digunakan, hal itu disebabkan
karena banyak komputer yang sudah rusak dan tidak diperbaiki.
8. Lapangan Badminton Terbuka
Lapangan badminton biasanya digunakan oleh masyarakat umum,
terutama dipakai oleh anak-anak di sekitar Rumah Dunia untuk
bermain.
59
7. Program Kegiatan
Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, mempunyai beberapa program
kegiatan yang nantinya dibagi menjadi program kegiatan regular dan
kegiatan unggulan. Adapun program kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. Kegiatan Regular
Rumah Dunia mempunyai kegiatan regular, di mana kegiatannya
dilaksanakan hampir setiap hari di Rumah Dunia. Adapun rincian
kegiatannya sebagai berikut:
Tabel. 4
Kegiatan Regular
No. Hari Waktu Kegiatan
1. Senin dan
Selasa
13.00-17.00 WIB Wisata Gambar
2. Rabu 13.00-17.00 WIB Wisata Mengarang
3. Kamis 13.00-17.00 WIB Wisata Lakon
4. Jumat 13.00-17.00 WIB
Wisata Dongeng dan
English on Friday
5. Sabtu Klub Diskusi Rumah
Dunia
6. Minggu Kelas Bahasa Inggris dan
Bahasa Jerman
Kelas Menulis Rumah
Dunia oleh Gol A Gong
dan Majelis Puisi oleh
Toto ST Radik
60
b. Kegiatan Unggulan
Diluar kegiatan regular yang dilaksanakan hampir setiap hari, Rumah
Dunia juga mempunyai kegiatan unggulan. Kegiatan ini diadakan
untuk merayakan hari besar nasional dan program rutin yang
dilaksanakan sebulan sekali atau setahun sekali. Adapun rincian
kegiatannya sebagai berikut:
Tabel. 5
Kegiatan Unggulan
No. Bulan Kegiatan
1 Maret Pesta ulang tahun Rumah Dunia
2. April Hari Kartini
World Book Day
3. Mei Hari Buku Nasional
4. Juli Pesta Anak
5. Agustus Proklamasi RI
Keranda Merah Putih
6. Nyenyore (biasanya diadakan setiap bulan
puasa) dan kado lebaran
Selain itu ada juga kegiatan lainnya seperti:
1. Gong traveling
2. Jambore taman bacaan masyarakat
3. Ode kampung
4. Bazar buku
5. Jumpa pengarang
6. Pelatihan menulis
61
7. Lomba pembacaan puisi
8. Pertunjukan teater
B. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang
penulis peroleh melalui metode wawancara. Adapun hasil penelitian yang
diperoleh sebagai berikut:
1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.
Sebagai salah satu komunitas yang ada di Banten, TBM Rumah Dunia
mempunyai program-program yang di laksanakan setiap hari atau setiap
bulannya untuk pemberdayaan masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh
TBM yaitu dengan melaksanakan program tersebut dengan sebaik-
baiknya. Adapun program pemberdayaan masyarakat yang diterapkan
oleh TBM Rumah Dunia sebagai berikut:54
a. Kelas Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan dan teknik yang dimiliki
oleh seseorang untuk memanfaatkan sarana informasi. Pada TBM
Rumah Dunia, kelas menulis merupakan program unggulan yang
disediakan agar masyarakat mempunyai kemampuan lebih
dibandingkan dengan masyarakat lain. Kelas menulis di Rumah Dunia
diadakan selama enam bulan sekali. Dalam waktu enam bulan itu,
peserta diajarkan teknik menulis, mulai dari menulis feature, essay,
54
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
62
artikel sampai cerpen dan puisi. Sampai saat ini, Kelas Menulis
Rumah Dunia (selanjutnya disingkat KMRD) sudah mencapai pada
angkatan 25.55
Tentunya selama pelatihan enam bulan itu, ada manfaat yang
dirasakan oleh peserta kelas menulis. Salah satunya seperti: peserta
KMRD mempunyai ilmu baru dibidang jurnalistik. Selain jurnalistik,
manfaat lain yang dirasakan oleh peserta KMRD selama mengikuti
pelatihan yaitu bisa menghasilkan beberapa tulisan berbentuk cerpen
atau puisi.
Dari pelatihan menulis itulah, Gol A Gong berharap, bahwa kelas
menulis yang dia selenggarakan bisa bernilai ekonomi jika dijalankan
dengan serius. Selama pelatihan, peserta akan dikasih tugas-tugas, lalu
diuji, kemudian direkomendasikan ke penerbit.56
Manfaat tersebut mulai dirasakan oleh salah satu peserta KMRD
angkatan 25, sebagaimana dalam perbincangan non formal melalui
voice note whatsapp antara penulis dengan salah satu peserta KMRD,
sebagai berikut:
“Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di
Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya melalui
materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai bagaimana cara
menjadi seorang wartawan, cara mewawancari dan bagaimana cara
membuat berita yang baik hingga saya bisa menghasilkan sebuah
55
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah
Dunia. 56
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
63
berita yang kemudian saya publikasikan dan Alhamdulillah mendapat
pujian dari beberapa teman saya. Selain itu, dari materi fiksi saya
mendapatkan banyak hal berupa bagaimana cara membuat cerpen
yang baik, dengan menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat
menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut teman
saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya dapatkan di
kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis Rumah Dunia ini.”57
Jika dikaitkan dengan harapan Gol A Gong terhadap peserta kelas
menulis, Ari Aksara belum mampu menjadikan kemampuan yang dia
miliki agar dapat bernilai ekonomi atau diterbitkan di media masa atau
dalam bentuk buku. Namun Ari Aksara sudah mampu menyerap ilmu
yang disampaikan oleh Gol A Gong selama pelatihan penulis yang
sudah berjalan sekitar lima bulan.
b. Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga
Secara tidak langsung, TBM Rumah Dunia mengajarkan kepada
peserta KMRD untuk melakukan kegiatan citizen journalisme. Seperti
apa yang dituturkan oleh salah satu peserta KMRD sebelumnya,
bahwa dia bisa belajar jurnalistik ketika pelatihan menulis.
Biasanya Gol A Gong mengajarkan kepada peserta KMRD untuk
menuliskan berita tentang apa yang peserta KMRD lihat di lingkungan
tempat tinggalnya. Misalnya saat pertemuan kedua pelatihan
jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong meminta teman-teman
KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid di tempat teman-
57
Karena posisi narasumber berada di Kabupaten Tangerang, sedangkan penulis berada di
Cilegon, maka perbincangan dilakukan melalui voice note whatsapp antara penulis dengan Ari
Aksara, pada 27 April 2015
64
teman KMRD tinggal. Kemudian apabila ada hasil tulisan yang bagus,
tulisan tersebut akan dimuat di www.rumahdunia.com.
Kemudian pada acara-acara selanjutnya, Gol A Gong dan para
relawan Rumah Dunia menekankan pada teman-teman KMRD untuk
terus menuliskan berita di sekitar rumah, sekolah atau kampus mereka.
Hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan menulis teman-
teman KMRD.58
c. Gong Travelling
Kegiatan Gong travelling merupakan sebuah kegiatan yang bukan
sekedar jalan-jalan saja, melainkan jalan-jalan sambil menulis buku.
Nantinya hasil dari jalan-jalan tersebut akan ditulis dalam bentuk
cerita kemudian dijadikan sebuah buku. Saat ini Gong travelling sudah
pergi ke dua negara, yaitu Singapore dan Bangkok. Biasanya acara
Gong travelling diadakan sebulan dua kali.59
Kegiatan Gong travelling bukanlah kegiatan yang menghambur-
hamburkan uang dan senang-senang saja. Selama perjalanan di
Singapore atau Bangkok, Gol A Gong berperan sebagai tour guide
yang akan berbicara dan memperkenalkan tentang sejarah dan
kebudayaan negara yang dituju.60
58
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah
Dunia. 59
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 60
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
65
Dengan adanya program Gong travelling, diharapkan masyarakat
dapat memahami kebudayaan negara yang dituju. Dari situ, nantinya
mereka akan mengungkapkan apa yang mereka cari dan lihat melalui
sebuah tulisan.
Tentunya acara Gong travelling ini memberikan manfaat untuk
masyarakat yang mengikutinya. Seperti apa yang dituturkan oleh salah
satu masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling. Dia jadi
mempunyai cita-cita untuk kuliah di luar negeri. Hal ini dituturkan
ketika terjadi perbincangan non-formal antara penulis dengan
masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling ke Singapore:
Salam menuturkan bahwa setelah dia mengikuti kegiatan Gong
travelling, dia yang berasal dari kampung jadi mempunyai spirit untuk
kuliah di luar negeri. Selain itu, dia mempunyai paradigma baru
tentang Indonesia di luar Bagaimana Indonesia yang secara geografis
lebih besar, ternyata ketika di luar negeri begitu kecil. Selain itu,
Salam bisa membandingkan bagaimana pendidikan di Indonesia
dengan di luar negeri, yang pada akhirnya bermuara pada cita-cita
Salam untuk kuliah di luar negeri.61
61
Hasil perbincangan non-formal antara penulis dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015
66
d. Pertunjukkan teater
Pertunjukkan teater di Rumah Dunia biasanya diadakan setiap sebulan
sampai dua bulan sekali, namun kadang tidak tentu juga. Dulu, Rumah
Dunia aktif dalam melaksanakan pertunjukkan teater, namun sekarang
Rumah Dunia lebih memfokuskan hanya sebagai fasilitator. Misalkan
ada dari komunitas lain yang ingin menampilkan pertunjukan
teaternya, maka pihak Rumah Dunia mengundang mereka untuk
tampil di Rumah Dunia.62
Biasanya mereka tampil di depan pinky
library, tempat yang sengaja disediakan untuk pertunjukkan teater.
Namun kalau dari pihak Rumah Dunia sendiri, ada juga kegiatan
teater. Biasanya yang melatih teater ada Sauni dan teman-teman.
Mereka melatih anak-anak di sekitar kampung Ciloang untuk
berakting. Sedangkan bentuk teater yang ditampilkan dari Rumah
Dunia, biasanya pementasan teater dalam bentuk dramatisasi puisi
atau cerpen. Mereka tampil ketika ada acara besar di Rumah Dunia,
seperti launching dan bedah buku.63
e. Bedah buku
Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga mempunyai program
bedah buku. Dalam hal ini, biasanya buku-buku yang di bedah di
TBM Rumah Dunia merupakan buku populer dan buku baru.
62
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 63
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015
67
Untuk buku populer, biasanya yang di bedah merupakan buku-buku
dari pengarang populer seperti: Helvy Tiana Rosa, Pipit Senja,
Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak lagi. Ada juga buku baru
yang di launching saat itu dan langsung di bedah.
Kegiatan ini biasanya dilakukan supaya pembaca tahu apa kelebihan
buku tersebut, terutama untuk buku yang baru terbit. Waktu
pelaksanaan acara bedah buku yang diadakan oleh Rumah Dunia tidak
tentu, tergantung pada permintaan orang yang ingin bukunya di bedah
di Rumah Dunia atau ada buku populer seperti bukunya
Habiburrahman El Shirazy, maka mereka mendatangkan penulisnya
langsung.64
f. Ode kampung
Ode kampung merupakan agenda paling favorite di Rumah Dunia,
karena skalanya kegiatannya yang tingkat nasional. Bentuk dari
kegiatan ini adalah diskusi tentang sastra dengan mendatangkan
sastrawan-sastrawan se-Indonesia, misalnya seperti Budi Darma, Putu
Wijaya, Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad dan sebagainya.65
Ode kampung berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut,
para sastrawan diinapkan di rumah warga sekitar Rumah Dunia.
Kegiatan ode kampung ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
64
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 65
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015
68
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi regenerasi kesusasteraan
di Indonesia. Selain itu, masing-masing komunitas yang hadir pada
acara ode kampung, diharapkan dapat memacu adrenalin kesustraan
dan menjadi studi banding. Ode kampung bukan hanya sekedar
kegiatan diskusi sastra saja, melainkan ada kegiatan lainnya seperti
workshop menulis dan teater, pertunjukkan, bedah buku dan lain-lain.
Sampai saat ini, kegiatan ode kampung sudah sampai pada ode
kampung ke lima, yaitu dilaksanakan pada 3-5 Desember 2010.
Sebelumnya kegiatan ode kampung ini diadakan hampir setiap tahun,
namun karena keterbatasan dana, maka sampai pada tahun 2015, ode
kampung belum diadakan lagi.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia, baik itu
kegiatan regular atau unggulan, tentunya TBM Rumah Dunia melalukan
kegiatan promosi dalam memperkenalkan atau memberitahu kegiatan yang
akan dilaksanakan. Adapun usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan
kegiatan yang ada di Rumah Dunia melalui media online seperti facebook,
twitter atau rumahdunia dot com. Selain itu, Rumah Dunia juga melakukan
kegiatan promosi dengan cara menyebarkan undangan atau leaflet. Sering juga
Rumah Dunia bekerja sama dengan tv lokal atau nasional. Untuk tv nasional
biasanya acara yang diliput berupa acara talk show tentang profil Rumah
Dunia.66
66
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
69
Antusias masyarakat dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia
cukup banyak. Misalnya dari acara untuk anak-anak, banyak anak-anak yang
datang ke Rumah Dunia. Seperti acara ulang tahun Rumah Dunia yang baru
dilaksanakan sebulan lalu, banyak anak-anak yang ikut serta dalam
perlombaan menggambar dan mewarnai.67
Adapun ditinjau dari segi perubahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar
sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia
sebagai berikut:
a. Segi pendidikan
Sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat sekitar belum begitu peduli
terhadap pendidikan. Anak-anak lebih memilih untuk membantu orang tua
mereka daripada sekolah dan kebanyakan masyarakat sekitar masih
lulusan SD. Para orang tua di kampung Ciloang pun sebagian besar
berprofesi sebagai pedagang, tukang becak, tukang ojeg dan petani.
“Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh
masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung
Ciloang, pola pikir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai
menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai
memperdulikan nasib anak-anak mereka dan mulai menyekolahkan anak-
anak mereka hingga SMA bahkan sampai kuliah.”68
67
Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015 68
Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan
dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 April 2015
70
Seperti apa yang dirasakan oleh salah satu masyarakat kampung Ciloang
yang kini telah sukses setelah belajar di Rumah Dunia.
Muhzen Den, atau yang akrab disapa dengan kang Deden menuturkan
bahwa dia bergabung di Rumah Dunia sejak kelas 2 SMP. Kang Deden
mendedikasikan dirinya ke Rumah Dunia untuk mengubah hidupnya
dengan terus belajar, sehingga dia bisa menikmato pendidikan sampai
perguruan tinggi. Manfaat secara pribadi, dia bisa mengakses buku dengan
mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian perubahan
yang dia rasakan ketika bergabung di Rumah Dunia adalah dia jadi
memiliki keluarga sosial yang sama-sama mempunyai mimpi untuk
berubah. Melihat latar belakang keluarga kang Deden yang sebagai anak
pemulung, sehingga dia terbantu dengan adanya Rumah Dunia. Dengan
begitu, dia mempunyai harapan besar untuk semangat belajar dan bercita-
cita. 69
Muhzen Den ini merupakan generasi pertama di kampung Ciloang yang
pertama kali berhasil mendapatkan gelar sarjana pendidikan dari program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman Muhzen Den
yang mengikuti jejaknya, belajar sampai perguruan tinggi. Kini Muhzen
Den telah menjadi seorang editor di koran Seputar Indonesia.
69
Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan
dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 Mei 2015
71
Jelas sekali, perubahan yang dirasakan oleh masyarakat kampung Ciloang
setelah berdirinya TBM Rumah Dunia. Berkat adanya Rumah Dunia, kini
banyak masyarakat yang melanjutkan pendidikannya sampai perguruan
tinggi.
b. Seni
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebelum adanya Rumah Dunia,
masyarakat cendrung untuk bekerja. Namun setelah adanya Rumah Dunia,
masyarakat mulai kreatif dalam bidang seni. Meskipun belum terlihat
begitu signifikan, namun Rumah Dunia berhasil menjadikan seni sebagai
kegiatan yang menyenangkan.
Adapun kegiatan dalam bidang seni di Rumah Dunia ada dua, yaitu: seni
musik dan seni teater. Untuk seni musik, Rumah Dunia lebih
memfokuskan pada musikalisasi puisi. Bentuk kegiatan ini berupa
menjadikan puisi sebagai sebuah lagu yang nantinya bisa dinyanyikan
dengan diiringi alat musik gitar. Kegiatan ini pertama kali ini rintis oleh
Firman Venayaksa. Kemudian sekarang diteruskan oleh Muhammad Arif
Baehaqi dan teman-teman.70
Selain itu ada juga seni pertunjukkan teater. Seni teater di Rumah Dunia
sudah ada sejak pertama kali Rumah Dunia dibangun, yaitu pada tahun
2002. Yang pertama kali merintis seni teater ini merupakan relawan
70
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa aktivitas di Rumah Dunia
72
Rumah Dunia terdahulu seperti Teh Nazlah, Kak Budi, Kak Peter, Teh
Mut, Kak Dedi dan Teh Ade.71
Setelah ke enam relawan tersebut, barulah
generasi Suni dan Aeni yang meneruskannya.
Rumah Dunia sudah sering menampilkan pertunjukkan teater, baik tampil
di Rumah Dunia, kampus-kampus di Banten dan pernah juga beberapa kali
tampil di Jakarta. Terakhir pentas pada acara jambore TBM se-Indonesia
yang kebetulan acaranya bertempat di Rumah Dunia. Kemudian setelah
acara itu, mereka diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta
Timur, mereka menampilkan pementasan teater yang berjudul “Dampu
Awang Rumah Dunia.”72
2. Solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat, TBM Rumah Dunia sebagai fasilitator
di lingkungan sekitar, tentunya ada berbagai macam kendala yang
dihadapi. Adapun berbagai macam kendala yang dihadapi oleh TBM
Rumah Dunia dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sebagai
berikut:
71
Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak
memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni
Ahwa, pada 4 Mei 2015 72
Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak
memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan
Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015
73
1) Karakter
Karakter merupakan kendala utama yang dihadapi oleh TBM Rumah
Dunia dalam hal pemberdayaan masyarakat. Adanya berbagai sifat
yang datang silih berganti ke Rumah Dunia setiap tahunnya,
merupakan tugas utama Gol A Gong sebagai pendiri sekaligus
penasihat di TBM Rumah Dunia.
Misalnya pada satu kejadian, masyarakat di sekitar Rumah Dunia,
menginginkan Rumah Dunia bisa menyejahterakan masyarakat dalam
hal materi. Namun Rumah Dunia tidak bisa memberikan itu semua.
Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh
Rumah Dunia. Rumah Dunia hanya bisa memberikan ilmunya saja,
lalu mereka yang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasarnya,
Rumah Dunia hanya bisa memberikan umpan, bukan ikan.73
Itu
merupakan salah satu contoh karakter yang ada, jadi tugas Gol A
Gong dan relawan Rumah Dunia yaitu perlahan mengubah karakter
dan pola pikir masyarakat.
Untuk mengatasi masalah perbedaan karakter tersebut, Rumah Dunia
memberikan pengertian kepada masyarakat atau orang luar yang
datang ke Rumah Dunia untuk belajar agar mereka bisa mengubah
karakter yang tidak baik menjadi baik. Karakter yang dibawa dari
73
Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015
74
rumah ke Rumah Dunia didiskusikan bersama sampai akhirnya
masyarakat menyadari bahwa kolektifitas itu penting.74
Selain itu, Gol A Gong terus berupaya untuk memberikan yang
terbaik kepada masyarakat yang ingin belajar. Meskipun tidak dapat
memberikan bantuan secara materi, namun Gol A Gong mengajarkan
kepada relawan untuk memberikan tenaga, pikiran dan waktunya
untuk didedikasikan kepada masyarakat. Menurut Gol A Gong, ini
merupakan jihad di jalan Allah, karena dia sebagai orang yang
dituakan di Rumah Dunia harus mencontohkan bahwa harus total
dalam mengurusi Rumah Dunia, termasuk menghadapi perbedaan
karakter yang ada di masyarakat.75
2) Sarana dan prasarana
Kendala selanjutnya yang dihadapi TBM Rumah Dunia yaitu sarana
dan prasarana. Meskipun jika dilihat sekilas mata, TBM Rumah
Dunia sudah mempunyai gedung yang terlihat mewah, tapi menurut
Gol A Gong gedung tersebut belum selesai. Di dalam gedung
tersebut, ada sarana yang sebenarnya belum lengkap, misalnya audio
visual. Gol A Gong menginginkan di Rumah Dunia bisa memutar
film setiap minggunya, sehingga ada kegiatan nonton bersama di
Rumah Dunia.76
Namun karena karena ketebatasan infocus yang ada
satu buah dan kadang dipakai untuk kegiatan perpustakaan keliling
74
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April, 2015 75
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 76
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang 26 April 2015
75
juga, menyebabkan kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia belum
terlaksana sepenuhnya.
Selain itu, fasilitas seperti komputer dan ruang sekretariat masih apa
adanya. Meskipun dulu Rumah Dunia sempat mendapatkan komputer
beberapa unit dari sponsor, namun untuk saat ini komputer yang ada
di Rumah Dunia hanya tinggal satu buah. Itu pun kadang sering rusak
dan terkena virus. Kemudian, sekretariat yang belum sempurna juga
merupakan salah satu kendala di Rumah Dunia. Gol A Gong
menginginkan ruang sekretariat bisa diperbaiki lagi supaya bisa
digunakan untuk kegiatan rapat pengurus atau hal yang lainnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong berupaya untuk
mencari dana tambahan dari usahanya sendiri. Hal ini disebabkan
karena dari pihak pemerintah kurang mendukung pada komunitas
yang terlalu mengkritik Banten. Gol A Gong beserta Rumah Dunia
memang kurang suka terhadap pemerintah Banten, apalagi terhadap
masalah korupsi.
Oleh karena itu, Gol A Gong lebih senang mencari dana sendiri,
misalnya dengan cara para relawan atau peserta Rumah Dunia
menerbitkan buku, lalu keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut
disumbangkan ke Rumah Dunia untuk membantu acara-acara
selanjutnya. Selain itu, saat ini Gol A Gong sedang merintis film layar
76
lebar, kalau box office sebagian dananya akan disisihkan untuk
memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia.77
Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Rumah Dunia, Gol A
Gong berharap bisa menjadikan Rumah Dunia dan kampung Ciloang
sebagai kampung kreatif. Konsepnya dengan menyediakan kios-kios di
sekitar Rumah Dunia. Dengan adanya kampung kreatif, nantinya orang-
orang yang datang ke Rumah Dunia dan ingin membeli oleh-oleh khas
Banten, Rumah Dunia bisa menyediakannya. Seperti kaos Banten, buku
karya anak-anak Banten dan sebagainya. Tentu semua itu butuh usaha dan
kerja keras, terutama modal yang tidak sedikit.78
Oleh karena itu, Gol A
Gong terus berupaya untuk mengumpulkan dana demi harapannya
tersebut.
C. PEMBAHASAN
1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan
masyarakat melalui program literasi informasi.
Taman bacaan masayarakat (selanjutnya disingkat TBM), dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif dalam memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan secara gratis. TBM dapat lebih berarti apabila dapat
memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar agar lebih maju dan
peduli akan pentingnya pendidikan.
77
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 78
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
77
Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. TBM Rumah Dunia ini merupakan
TBM yang berada di daerah Banten, tepatnya di kampung Ciloang,
Serang, yang bisa dikatakan cukup terkenal sehingga namanya sudah
menyebar ke nasional.
Menurut Gol A Gong, selaku Presiden taman bacaan masyarakat periode
22 April 2010-22 April 2015, menuturkan bahwa salah satu usaha yang
dilakukan TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui
program literasi informasi, yaitu dengan cara memberitahu bahwa kelas
menulis yang ada di Rumah Dunia dapat bernilai ekonomis, jika para
peserta mengikuti silabus dan mengerjakan tugas-tugas yang dikasih,
maka Gol A Gong akan merekomendasikan ke penerbit.79
Berikut ini penjelasan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui
program literasi informasi pada TBM Rumah Dunia, jika dikaitkan
berdasarkan teori mengenai literasi informasi pada TBM yang
diungkapkan oleh Ella Yulaelawati diantaranya:
a. Membaca bersama
Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan
membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang
terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi
informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.
79
Wawancara pribadi dengan Gol A Gong, Serang, 25 April 2015
78
Bentuk kegiatan yang ada pada TBM Rumah Dunia biasanya
dilakukan ketika para relawan menyuruh teman-teman KMRD untuk
membaca satu buah novel atau cerpen. Dari hasil membaca tersebut
kita menuliskannya ke dalam bentuk narasi yang kemudian dibacakan
dan disampaikan kepada teman-teman yang lain.
b. Menulis bersama penulis
Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan
menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi,
karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk
tulisan.
Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. Rumah Dunia mempunyai
program unggulan, yaitu kelas menulis. Kelas menulis di Rumah
Dunia ini diajarkan langsung oleh Gol A Gong.80
Tentunya nama Gol
A Gong sudah cukup dikenal oleh orang-orang penggiat literasi.
Kelas menulis Rumah Dunia diadakan enam bulan sekali, saat ini
sudah mencapai pada angkatan 25. Di kelas menulis inilah, Gol A
Gong mengajarkan peserta KMRD cara menulis, mulai dari menulis
berita, esay, artikel, opini, cerpen, puisi sampai novel.
c. Pertunjukkan teater
80
Penulis Balada si Roy dan telah menulis lebih dari 50 buku.
79
Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja.
Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam
bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan
teater.
Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga memiliki program
teater. Biasanya Rumah Dunia menampilkan teater ke dalam bentuk
dramatisasi puisi atau cerpen. Namun tidak jarang juga Rumah Dunia
menampilkan pertunjukkan teater dalam bentuk bermain peran. Anak-
anak di sekitar Rumah Dunia, biasanya diajarkan oleh relawan Rumah
Dunia untuk beradu akting. Teater Rumah Dunia pernah juga tampil di
berbagai kampus di Serang dan diundang ke Jakarta dalam berbagai
acara.
d. Bedah Buku
Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan
literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali
informasi apa saja yang ada pada buku tersebut. Pihak pengelola TBM
baiknya dapat mengundang penulisnya langsung. Namun apabila hal
ini tidak memungkinkan, bisa juga dilakukan share sesama pembaca
untuk mengulas isi satu buku tersebut.
80
Pada TBM Rumah Dunia, juga memiliki program bedah buku.
Biasanya buku-buku yang dibeda di TBM Rumah Dunia merupakan
buku populer dan buku baru. Untuk buku populer, biasanya yang
dibedah merupakan buku-buku dari pengarang populer seperti Helvy
Tiana Rosa, Pipit Senja, Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak
lagi. Yang lebih menariknya lagi, TBM Rumah Dunia mendatangkan
langsung penulis-penulis ternama tersebut.
e. Belajar Jurnalisme warga
Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen
journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan
literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar
menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari
yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.
Pada TBM Rumah Dunia, Gol A Gong mengajarkan kepada setiap
peserta KMRD untuk menuliskan berita tentang apa yang peserta
KMRD lihat di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya saat
pertemuan ke dua pelatihan jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong
meminta teman-teman KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid
di tempat teman-teman KMRD tinggal. Hasil berita yang bagus akan
dimuat di www.rumahdunia.com.
81
2. Solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat
Menurut Lowe, dalam artikelnya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat
dalam Perspektif Pengukuran Pemberdayaan Masyarakat Komunitas
Lokal, secara umum ada tiga hal yang menjadi kelemahan TBM di
Indonesia, diantaranya: Fear, Role Clarity dan Resistance to Change.81
Dari ke tiga hal tersebut, sevara umum role clarity lah yang menjadi
kendala utama pada TBM Rumah Dunia.
Sebagai wadah untuk mencerdaskan dan membentuk generasi baru, ada
dua hal yang menjadi kendala yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia,
diantaranya: karakter dan sarana. Jika dikaitakan dengan teori,
penjelasannya sebagai berikut:
d. Ketakutan (fear)
Fear atau ketakutan merupakan bentuk pemberdayaan yang lebih
menunjukkan pada rasa takut yang dialami oleh individu. Pada TBM
Rumah Dunia, ditunjukkan pada peserta KMRD yang baru pertama
kali belajar di Rumah Dunia. Gol A Gong sering memberikan tugas
kepada peserta KMRD, ketika seminggu kemudian Gol A Gong atau
relawan Rumah Dunia meminta untuk mengumpulkan tugas, ada
beberapa peserta KMRD yang merasakan ketakutan karena tidak
mengumpulkan tugas.
81
A. Priyanta, Pemberdayaan Masyarakat dalam Persepektif Pengukuran Pemberdayaan
Masyarakat Komunitas Lokal
82
Ada juga, jika peserta KMRD melakukan kesalahan dalam
mengerjakan tugasnya, selanjutnya mereka takut tidak didukung lagi.
Padahal pada kenyataanya, baik Gol A Gong ataupun relawan Rumah
Dunia sangat toleran kepada peserta KMRD. Jika mereka tidak
mengumpulkan tugas, itu terserah mereka. Gol A Gong dan relawan
Rumah Dunia hanya memfasilitasi saja.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hampir setiap
pertemuan Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia selalu memberikan
motivasi kepada peserta KMRD untuk selalu mengerjakan tugas yang
diberikan. Gol A Gong mengatakan jangan takut salah kalau
mengerjakan tugas yang diberikan, di Rumah Dunia ini sama-sama
belajar. Jadi diharapkan kepada peserta KMRD untuk selalu
mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan begitu, keahlian dalam
membaca dan merangkai kata bisa semakin terasah.
e. Kejelasan peran (role clarity)
Role clarity atau kejelasan peran merupakan ketidaknyamanan dan
kebingungan atas rasa kurang senangnya akibat pemberdayaan
masyarakat. Pada TBM Rumah Dunia, ditunjukkan dengan perbedaan
karakter setiap individu yang datang ke Rumah Dunia. Misalnya,
karena masyarakat tahu bahwa nama Rumah Dunia telah
berkumandang secara nasional atau internasional, maka masyarakat
ingin Rumah Dunia mensejahterakan mereka dalam materi.
83
Namun, Rumah Dunia tidak dapat memenuhi itu semua. Rumah Dunia
hanya bisa memberikan ilmunya saja, bukan materi atau uang
kasarnya. Disini masyarakat kurang terhadap pemahaman untuk
mengenal sesuatu hal yang diperlukan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong terus berupaya
mencari dana dengan merintis film box office. Selain itu, para relawan
Rumah Dunia, peserta KMRD atau masyarakat lain apabila mereka
menerbitkan buku, sebagian dananya disisihkan untuk masuk ke kas
Rumah Dunia.
f. Kecendrungan untuk memilih
Resistance to change atau kecendrungan untuk memilih, terlihat pada
beberapa organisasi baik pada pemimpin atau masyarakat untuk
mempertahankan apa yang sudah dimilikinya dalam mengerjakan
sesuatu. Pada masyarakat sekitar TBM Rumah Dunia, dulunya orang
tua tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka.
Orang tua hanya tahu kalau anak-anaknya sekolah, pulang dan
bermain. Tetapi tidak tahu apa yang dilakukan anak-anak ketika
mereka bermain, keinginan mereka dan apa anak-anak mereka sudah
bisa membaca atau belum. Orang tua cendrung memikirkan diri sendiri
dan mencari uang, sehingga anak-anak mereka kurang diperhatikan.
84
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Rumah Dunia ingin
memfokuskan pendidikan kepada anak-anak terlebih dahulu. Setelah
itu, bertahap ke remaja dan dewasa.82
Ada baiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan dalam kegiatan
yang diadakan oleh Rumah Dunia. Karena setelah saya berada di Rumah
Dunia kurang lebih sekitar lima bulan dan mengikuti beberapa kegiatan
yang diadakan oleh Rumah Dunia, kegiatan tersebut sangatlah bagus.
Sangat disayangkan jika pihak pemerintah kurang peduli terhadap kegiatan
yang ada di Rumah Dunia. Kegiatan tersebut sangat membantu
masyarakat, apalagi ketika Rumah Dunia berhasil mengubah pandangan
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan sudah ada masyarakat
yang berhasil melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi bahkan
sekarang sudah ada yang bekerja di koran atau televisi nasional.
Setidaknya, pemerintah sadar dan memberikan dukungannya terhadap
Rumah Dunia.
82
Wawancara dengan Muhzen Den, Cilegon, 18 Mei 2015
85
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kesuksesan
taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui
program literasi informasi, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Sebagai sebuah TBM yang mempunyai visi mencerdaskan dan
membentuk generasi baru, TBM Rumah Dunia telah sukses dalam hal
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program literasi
informasi. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM
Rumah Dunia terdiri dari enam program literasi informasi. Adapun ke
enam program literasi informasi sebagai berikut: kelas menulis Rumah
Dunia, Jurnalisme warga atau citizen journalism, Gong travelling,
pertunjukkan teater, bedah buku dan Ode kampung.
2. Dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat, tentunya TBM
Rumah Dunia memiliki kendala yang dihadapi, diantaranya: karakter
dan sarana dan prasarana. Karakter yang berbeda-beda mengharuskan
Gol A Gong dan para relawan Rumah Dunia untuk mengubah karakter
yang kurang baik menuju karakter yang lebih baik. Sedangkan sarana
dan prasarana, TBM Rumah Dunia masih belum sempurna. Gedung
yang belum selesai serta ruangan sekretariat dan jumlah komputer
86
yang hanya satu buah menjadikan TBM Rumah Dunia belum
maksimal dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarkat.
3. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, TBM Rumah Dunia
melakukan berbagai macam cara, diantaranya: untuk kendala karakter,
TBM Rumah Dunia memberikan pengertian kepada masyarakat atau
orang luar yang datang ke TBM Rumah Dunia untuk bisa mengubah
karakter yang kurang baik menjadi baik. Sedangkan untuk sarana dan
prasarana, Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya untuk
mencari dana tambahan. Yaitu dengan cara menerbitkan buku yang
nantinya royalty dari buku tersebut akan disumbangkan kepada TBM
Rumah Dunia. Selain itu, Gol A Gong juga sedang merintis film layar
lebar, kalau box office, sebagian dananya akan disumbangakan untuk
memperbaiki sarana dan prasarana di TBM Rumah Dunia.
B. Saran
1. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM Rumah Dunia
sudah sangat bagus. Untuk program gong travelling, alangkah baiknya
disediakan secara gratis untuk masyarakat yang berprestasi dan kurang
mampu. Hal itu bisa berguna agar masyarakat yang berprestasi tersebut
bisa mengenal budaya selain Indonesia.
2. Lebih ditingkatkan lagi dalam hal pembentukkan karakter masyarakat.
Misalnya dengan cara membuat program pendidikan karakter, agar
masyarakat bisa berpikir lebih luas lagi.
87
3. Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia harus lebih giat lagi membuat
wirausaha, seperti: memjual kaos Banten, makanan khas Banten atau
kerajinan tangan Banten. Nantinya keuntungan dari usaha tersebut bisa
digunakan untuk menambah kas Rumah Dunia dan bisa memperbaiki
fasilitas yang ada di Rumah Dunia.
88
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. Bandung: Alfabeta,
2007.
Diao Ai Lien dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management.
Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,
2006.
Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010
Firman Venayaksa, dkk., Relawan Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2011.
Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk
Nusantara. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012
89
Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy:
Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report. Colorado:
Teacher Ideas Press, 2000.
Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
J. Pincoot. Success. Penerjemah Ratih Purnamasari. Bandung: Salamadani, 2008.
Kemendikbud. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini, Non Formal dan Informal, 2012.
Michael B Eisenberg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the
information Age. Libraries Unlimited: Westpost, 2004.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011.
Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan
Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012.
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
90
Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila Anda Pantang Menyerah.
Penerjemah Isma Noor Anggraini. Bandung: PT. Salamadani Pustaka
Semesta, 2008.
Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog
Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012.
Relecky Saragih. What Is Success. Jakarta: Grasindo, 2015.
Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. Bandung: CV.
Bahtera Ilmu, 2012.
Sari Wahyuni. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Sutarno, NS. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto, 2008.
ARTIKEL JURNAL
Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi
Mahasiswa,” Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)
Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam
Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net
Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
91
Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media
Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Republika Indonesia, Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No.
169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2, dalam Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
WEB
Agus Purbathin Hadi. “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan
dalam Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari
www.suniscome.50webs.com
Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan
Literasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi.” Artikel diakses pada 1 April
2015 dari www.pnri.go.id
Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan
Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari
http://wiwitan.org
A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran
Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 18 Mei 2015 dari
file.upi.edu
92
Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat.” Artikel diakses pada 6 April 2015 dari
staff.uny.ac.id
Gol A Gong. “Redaksi” diakses pada 20 Desember 2014 dari
rumahdunia.com/isi/about
Gol A Gong. “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari
rumahdunia.com/isi/profil-rumah-dunia
Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,”
artikel diunduh pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id
Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada
Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo
Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel
diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id
HASIL WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 26 April 2015
Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 26 April 2015
Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 30 April 2015
Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 31 Juli 2015
93
OBROLAN NON-FORMAL
Obrolan non formal dengan Ari Aksara melalui voice note whatsapp, Cilegon, 27
April 2015
Obrolan non formal dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015
Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 1
Mei 2015
Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 18
Mei 2015
Obrolan non formal dengan Suni Ahwa melalui facebook messenger, Cilegon 1
Mei 2015
Lampiran
Sarana dan Prasarana
Rak koleksi Ruang baca
Tempat pementasan teater Pinky library
Auditorium Surosowan
Kelas menulis Rumah Dunia
*)
Kunjungan mahasiswa ke Rumah Dunia
Pertunjukkan teater **)
Kegiatan Gong Travelling *)
Musikalisasi Puisi
Perpustakaan keliling Rumah Dunia *)
Launching dan bedah buku
Temu penulis
*)
Ketetangan:
*) Foto diambil dari facebook Gol A Gong dan Tias Tatanka
**) Foto diambil dari facebook Suni Ahwa
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan : Gol A Gong (inisial G)
Jabatan : Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 26 April 2015
Waktu : 09.25-10.00
A. Pertanyaan Umum
Penulis : Bagaimana arti literasi informasi sendiri menurut bapak?
G : Literasi itu kan kalau secara terminologi itu keaksaraan, ya;
keaksaraan difungsikan. Jadi literasi buat saya, satu upaya dari
kita untuk meningkatkan kualitas hidup. Jadi bagaimana, ehem…
literasi itu kita berdayakan memiliki e… daya guna, berdaya
gunalah. Apalagi jika bisa bernilai ekonomi. Nah maka untuk
mencapai nilai ekonomi sebenarnya ada profesi literasi informasi
itu, yaitu wartawan, script writer, eee… apalagi, pengarang ya,
esayes, pokoknya semua pekerjaan yang berhubungan dengan
literasi, copy writer penulis iklan. Kalau tour guide literasi bukan,
Ned? Heh. Tour Guide. Tour guide juga sebenarnya bagian dari
literasi karena ada proses membaca disana. Nah itu yang
sebetulnya yang ingin saya bagikan di Rumah Dunia. Juned salah
satu eee… berbeda dari yang lain. Eee… Selain wartawan dia
meniru jejak saya tuh sebagai tour guide. Hehehe.
Penulis : Jadi dari kemampuan literasi informasi itu dapat meningkatkan
kualitas hidup ya?
G : He.. Eh kualitas hidup. Dengan literasi. Terus apa literasi
informasi, dengan apa ya tadi, keterampilan menulis.
Penulis : Program literasi informasi apa saja yang ada di TBM Rumah
Dunia?
G : Gimana?
Penulis : Program literasi informasi yang ada di TBM Rumah Dunia apa
saja?
G : Di Rumah Dunia maksudnya? Kelas menulis sudah pasti. Wisata
mengarang untuk anak-anak. Eee… Diskusi ya diskusi… Eee…
Merayakan hari-hari besar misalnya kaya world book day hari ini.
Terus ada… yang sifatnya kegiatan regular yang tadi kelas
menulis, majelis puisi, wisata mengarang, ada wisata study. Terus
ada yang sifatnya perayaan. Disitu lebih ke out comenya ya.
Bagaimana manfaatnya dari proses eee… apa stimulus-stimulus
tadi disimulasikan dalam bentuk perayaan, yaitu launching buku,
disitu udah ada manfaatnya, dampaknya, impactnya itu. Launcing
buku, pembacaan puisi terus pementasan teater; bagaimana teks di
eee… teks ditafsirkan lalu dikonfersi menjadi bentuk lain yaitu
pementasan teater. Itu sebenarnya. Seni ya. Jadi berat. Eee… pada
akhirnya bersinggungan dengan seni literasi itu
Penulis : Kalau Gong travelling itu termasuk?
G : He… Eh… Gong travelling itu aaa… betul-betul literasi. Pertama
misalnya yang tadi meningkatkan kualitas hidup. Orang selalu
menganggap jalan-jalan itu menghambur-hamburkan uang.
Dengan 2 juta setengah ke Singapore bisa dapat buku ya, bisa
menulis buku. Disana eee… saya jadi tour guide juga berbeda
bukan hanya sekedar senang-senang tapi bicara soal sejarah,
kebudayaan karakter, eee… ada transformasi eee… apa ya,
transformasi nilailah disana. Itu sebetulnya. Jadi Gong travelling
bagian dari varian produk eee… dari saya ya yang nanti
diupayakan untuk mensubsidi kegiatan literasi tingkat dasar
disini, di Rumah Dunia.
Penulis : Terus kalau selain meningkatkan kualitas hidup ada nggak
tujuan lain dari program literasi informasi ?
G : Program apa?
Penulis : Program literasi informasinya
G : Eee… Sebuah gerakan kebudayaan. Di Rumah Dunia bukan
masjid. Secara konsisten terus menerus memberikan eee…
memberitahu komitmen yang ada di Rumah Dunia bahwa eee…
apa bahwa eee… apa… kita kampanye literasi, berkegiatan di
literasi sesuatu kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika apa,
jika kita mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membalas.
Kaya gitu.
B. Pertanyaan usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam
pemberdayaan masyarakat
Penulis : Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia
dalam memperkenalkan kegiatan yang ada kepada
masyarakat?
G : Eee… pake komunikasi masa tadi, ya. Misalnya publikasi eee…
kita memakai metode tadi ya komunikasi masa dengan leaflet,
dengan eee… online dot com, website ya, faebook, twitter, cara-
cara seperti eee… yang sangat yang konvensional ya leaflet,
nyebar-nyebarin undangan, SMS. Oh iya satu lagi, eee… program
TV, networking. Kita sering bikin program TV lokal, kalau
program tv nasional kita di support dengan cara talk show, eee…
apa feature, mereka membuat feature profil Rumah Dunia. Itu
bagian dari sosialisasi, dokumentasi, publikasi itu, bagian dari
promosinya.
Penulis : Terus kalau dari pemberdayaan masyarakat sendiri?
G : Ya. Ehm. Pemberdayaannya misalnya eee… ketika ada kelas
menulis saya memberitahu bahwa kelas menulis ini bisa bernilai
ekonomi jika serius. Ya, maka ikuti silabus ini, penuhi tugas-
tugasnya nanti tanpa disadari kualitas dari para peserta itu
meningkat. Memiliki keterampilan, lalu diuji, kan, saya
rekomendasikan ke penerbit, selebihnya terserah masing-masing.
Kalau dia, aah ituu! Pemberdayaannya di sana sebenarnya. Saya
hanya membuka pintu-pintu, setelah itu, selebihnya kualitas dari
masing-masing peserta.
Penulis : Itu dari kelas menulisnya ya?
G : Ya, terutama kelas menulis.
Penulis : Bagaimana perubahan yang dirasakan di masyarakat
sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya
TBM Rumah Dunia?
G : Dalam pendidikan, literasi, ada. Mereka mulai menganggap
bahwa pendidikan itu penting dan seni itu ternyata
menyenangkan. Itu yang saya lihat. Pertama, eee… kami,
keberadaan kami didukung, tidak ada masalah, persoalan anak
kecil nakal kaya gitu, soal sampah kaya gitu, itu bagian dari
dinamika lah. Itu semua tempat ada. Itu bagian dari perjuangan
relawan. Itu pembentukkan karakter relawan. Tapi secara
keseluruhan, eee… pola mikir masyarakat bahwa pendidikan yang
waktu awal saya datang ke sini tidak jadi urusan pertama,
sekarang saya lihat mereka eee… mulai mementingkan sekolah,
anak-anak banyak yang sekolah, walaupun kemudian pada
akhirnya masing-masing anak menentukan eee… pilihannya.
Dengan generasi Deden, Sauni si Aeni itu generasi pertama yang
memang mulai mendapatkan apa, manfaat dari literasi yang ada di
Rumah Dunia.
Penulis : Jadi dalam pendidikan ya, yang lebih terasa?
G : He eh… dan tadi dari seni yang tadi yang kata saya seni lebih
menyenangkan. Mereka senang berteater.
Penulis : Bagaimana peran pemerintah dalam menyelenggarakan
kegiatan yang ada?
G : Eee… saya melihat diskriminatif pemerintah itu. Kalau komunitas
itu tukang ngeritik maka tidak perlu diperhatikan. Itu tampak
sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Jadi sulit kalau
saya harus mengubah diri saya agar saya tidak kritis, sulit!
Mendingan saya nggak usah baca buku, nggak usah baca buku
ikut saja. Karena saya suka baca buku sehingga saya kritis, itu
susah. Itu manfaat dari membaca buku. Nah kemudian itu menjadi
karakter saya. Itu yang saya lihat diskriminatif, pemerintah
Banten. Ya, diskriminatif. Eee… ya rasanya tidak masuk akallah
kalau komunitas seperti Rumah Dunia tidak di support ya,
misalnya dalam eee… penganggaran misalnya, tidak… tidak…
mereka tidak berpihak ke gerakan yang kami selenggarakan.
Penulis : Jadi tidak pernah ya, pemerintah ikut serta?
G : Kalau disebut nggak pernah, nggak juga. Pernah misalnya… Tapi
itu lebih ke secara pribadi saja. Misalnya, kepala dinas yang
memahami itu, maka kami diraih, didekati lalu mereka sering
bilang bahwa ini urunan, kaya gitu. Nggak murni dari anggaran.
Karena kami tidak pernah mengajukan proposal. Itu apa… Sering
orang menganggap kalau itu kelemahan kami, ya nggak apa-apa.
Kami tidak… tidak aktif membuat proposal, mengajukan sana
sini, karena itu bahaya buat eee… apa… anak-anak yang belajar
di sini, nanti saya mengajarkan cara modus mendapatkan uang,
jadi programnya enggak. Saya lebih kepada program lalu
meyakini jika program itu bagus, maka rezeki itu akan datang.
Dan itu kamu bisa riset, orang yang sering dapat dana hibah sama
yang tidak seperti Rumah Dunia, Rumah Dunia mah jalan aja
terus sampai dapat gedung. Itu yang… Jadi artinya bukan pada
eee… penting tidaknya hibah, tapi pada SDMnya, relawannya
menjadi kuat, menjadi kreatif, nyetak lah disitu. Nah itu literasi.
Penulis : Berarti kalau dari pemerintahnya langsung nggak ada ya?
G : He…eh nggak. Kecuali di pusat ya. Kebanyakan, kan di pusat tu,
gedung itu dari Menpora, ya bagian dari apresiasi mereka. Mereka
jelas cara kerjanya, ada tim lit… apa… development, input-input
data dari media masa, mereka kelola lalu menjadi… menjadi basic
untuk eee… apa… untuk penyaluran dana. Nah disini nggak ada,
input-input datanya hanya… Itu komunitas itu mendukung nggak,
mendukung nggak.
Penulis : Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil
menerapkan atau melaksanakan dari program literasi
informasi tersebut?
G : Masyarakat atau perorangan? Kalau masyarakat sebetulnya
berhasil, secara keseluruhan. Saya melihat sering kami nih,
menyebut bahwa Rumah Dunia ini episentrum, titik gempa literasi
maka saya lahir buku gempa literasi itu. Indikatornya Rumah
Dunia sering dijadikan tempat berkumpul… tempat berkumpul,
lalu Rumah Dunia sering menginisiasi, mendukung pendirian
taman bacaan-taman bacaan. Jadi… Kelompok… Masyarakat-
masyarakat ini kemudian membuat komunitas mereka terinspirasi
Rumah Dunia, membuatlah itu di kampung-kampung mereka.
Nah kami men-suport, men-suport, membantu, distribusi buku,
saya datang memotivasi mereka ya Rumah Dunia lah ya,
menghibur. Kita membuat pertunjukkan di sana. Bayangkan kalau
misalkan kami dapat… tidak diberlakukan diskriminatif, dapat
dana seperti komunitas lain, apa yang terjadi. Mungkin
programnya bisa lebih dinamis ya, lebih continu, apa… lebih
konsisten.
Penulis : Kalau dari perorangannya sendiri?
G : Perorangan sendiri… eee… juga kurang maksimal. Lebih pada
orang-orang Banten yang sukses di luar. Jadi ciri-ciri, orang yang
mendukung Rumah Dunia tuh biasanya dia sekolah di luar
Banten, sukses di luar. Lalu mereka eee… yakin bahwa Rumah
Dunia steril, membantu. Kalau orang yang tinggal di sininya, saya
lihat begitu kuat muatan politisnya, kaya gitu. Banyak teman-
teman dekat saya sama sekali tidak menggubris apa yang saya
lakukan disini, padahal itu dekatnya luar biasa. Karena berbeda
orientasi politik, kemudian eee… mereka tidak peduli dengan apa
yang kami lakukan disini.
Penulis : Kalau misalkan dari relawannya sendiri, sukses dalam
melaksanakan atau menerapkan program literasi informasi? Kaya
wartawan gitu?
G : Ada-ada, he eh… ada banyak. Tiap angkatan banyak. Bisa…
yang sekarang tadi ya. Hilman sama Wayang masuk ke Banten
Raya, ada Ali Sobri di majalah Hai, Deden di koran Seputar
Indonesia, ada yang di tv lokasl, ada yang mendirikan PH PH,
eee… apa… itu mungkin yang membuat Rumah Dunia bertahan
hingga hari ini, karena banyak orang merasakan manfaatnya. Gitu.
Jadi, apa yang dipelajarin oleh mereka, aplikatif gitu.
C. Solusi untuk mengatasi hambatan
Penulis : Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia dalam
proses pemberdayaan masyarakat?
G : Karakter. Karakter hehehe yang dari rumah itu yang sedang…
yang selalu. Kan tiap, tiap ang… tiap tahun itu datang yang baru
lagi baru lagi, ya itu pekerjaan rumah saya. Tapi so far so good
lah. Jadi selalu harus… nah itu mungkin bagian dari interaksi
eee… apa komunikasi antar relawan. Jadi justru lebih bagus,
banyak ketemunya, dibereskan… kalau ada karakter dari rumah di
bawa ke sini lalu kita… kita diskusikan sampai eee… sampai
mereka menyadari bahwa kolektifitas itu penting.
Penulis : Selain itu?
G : Eee… sarana, sarana mungkin ya disini yang belum maksimal.
Karena tadi dana kurang. Kita banyak di kegiatan-kegiatan
program, ada sarana yang kurang tidak mendukung sebetulnya
Misalnya lab komputer eee… selalu rusak ya di sini, faktor alam.
Terus misalnya…
Penulis : Tapi itu lab komputer masih digunakan?
G : Eee… sekarang udah nggak ada komputernya, udah tinggal
berapa karena rusak tadi, karena kami tidak punya dana rutin jadi
nggak… itu yang sering saya kasih tau. Tapi itu kan karakter, jadi
susah ya. Nah saya salah satunya mengenalkan cara berpikir
modern juga. Dengan kondisi digital ini, serba digital di Rumah
Dunia sekarang masuk ke era digital sebetulnya. Udah mulai
ada… Dulu kita simulasinya bikin… kelas menulis bikin majalah.
Itu… biasanya saya suka dapat rezeki lalu saya eee… apa
modalin. Jadi kenapa Rumah Dunia ini bisa sampai bertahan?
Karena saya yang dituakan ini mencontohkan bahwa harus total
dalam mengurusi Rumah Dunia. Nabi Muhammad aja hartanya
buat perang kan di… apa dikorbankan. Selayaknya begitu di jalan
Allah. Sering orang melupakan bahwa sebetulnya… kami yang
lakukan disini itu sebetulnya di jalan Allah, yang Allah
perintahkan membaca menulis itu. Dua hal itu. Nah saya meyakini
kurang orang, relawan nggak… nggak mampu dalam materi,
tenaga pikirannya, waktunya, dedikasikan. Ini jihad di jalan Allah
ini. Nah alhamdulillah walaupun tidak banyak yang eee… yang
memahami itu, dari yang sedikit itulah Rumah Dunia bisa
bertahan. Apa banyak!
Penulis : Berarti kendalanya selain karakter, sarana yang kurang
mendukung?
G : Bukan sarana yang kurang mendukung kali ya, kurang komplit
kali ya. Karena orang pasti eee… wah gedung udah bagus, bagi
saya gedung itu belum selesai itu. Cuma harusnya disitu eee… ada
yang sarana penunjangnya. Misalnya audio visualnya tuh kurang
apa, kurang komplit. Harusnya bisa muter film tiap minggu
misalnya. Eee… kemudian apa, hmm… apa lagi ya di sini. Ya
tadi sekretariat kita belum punya yang apa… yang representative
lah. Ya sekretariatnya masih… begitu.
Penulis : Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
G : Eee… pertama mensyukuri yang ada sambil berupaya… ya kalau
saya secara pribadi, secara kolektif sebetulnya agak sulit. Karena
eee… kesenjangan ekonomi terutama ya. Tidak semua mapan.
Sambil saya secara pribadi berupaya misalnya membuat film layar
lebar sedang merintis, nanti mudah-mudahan box office, kalau
box office mungkin ya ada yang disisihkan. Nanti diperbaiki
sarana. Ya bagi saya eee… selalu mengatakan bahwa inisiatif itu
harus dimulai dari yang punya ide. Maka yaa… nanti kalau saya
nggak mampu eee… disebarkan ke teman-teman.
Penulis : Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program literasi
informasi?
G : Ehem… eee… saya ingin ke sosial preneur tadi. Misalnya eee…
beberapa orang sudah ada yang memahami bahwa Rumah Dunia
itu arahnya ke sana. Bahwa berbisnis itu pakai ilmu sedekah itu.
Misalnya eee… dulu sebenarnya pernah dicoba memberi modal
ke beberapa apa, penduduk, ada berapa orang, satu dua tiga
empat. Ada e… dimodalin jualan siomay. Ya mungkin bisnis itu
tidak semudah apa yang kita bayangkan. Eee… saya lebih tertarik
sebenarnya mengajak entah bagaimana ya, mengajak ke eee…
menjadikan ini kampung kreatif. Kampung kreatif… Apa, ada
ekonomi kreatifnya di sana. Lalu mereka misalnya kampung
Ciloang ini, saya dari dulu terobsesi ingin menjadikan kampung
Ciloang ini salah satu eee… destinasi wisata eee… ekonomi
budaya atau ekonomi kreatif tadi. Jadi di sini ada… ada unsur
seninya. Orang-orang datang ke Rumah Dunia misalnya, saya
pengen satu blok itu kios buku semua, satu blok itu kaos semuaa...
merchandise. Jadi orang kalau pengen belanja merchandise
Banten, ke sini. Udah ada batik Banten kan? Sudah ada batik
Banten, nanti kaosnya, bukunya. Nah… itu sulit juga kalau
berurusan dengan pemerintah. Karena banyak aturan… nah
otomatis pertama saya harus punya uang sendiri dulu, kedua
mengajak teman-teman. Baru setelah itu pemerintah biasanya
melihat. Jadi seperti Rumah Dunia itu diawali semuanya dari
dalam, setelah itu baru pemerintah melihat. Eh sebentar… Jadi
kampung kreatif. Pernah saya coba ya mungkin… eee… apa…
sesuatu hal yang baru ya, di sini tuh send of art nya kurang,
mereka lebih pada ke pekerjaan-pekerjaan kasar ya. Eee… ke
kinestetis, lebih ke fisik, buruh, sopir ojeg, ketika eee… apa
rasanya itu diajak untuk melakukan sesuatu yang sifatnya seni,
harus… harus… butuh waktu yang banyak. Mudah-mudahan
nanti saya ada rezeki. Harus dimulai dulu. Bikin kios di sana,
sablon. Mengajari anak-anak muda ke sana, membuat kaos. Kaos
Banten misalnya.
Informan : Ahmad Wayang (inisial W)
Jabatan : Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 26 April 2015
Waktu : 12.00-12.25
A. Pertanyaan Umum
Penulis : Bagaimana pemahaman literasi informasi menurut anda?
W : Kenapa, Git?
Penulis : Pemahaman literasi informasi?
W : Eee… Gimana? Untuk?
Penulis : Eee… Bagi Masnya sendiri?
W : Bagi saya? Arti literasi informasi, itu kan kegiatan menulis ya.
Maksudnya lebih pribadi?
Penulis : Ya, pemahaman pribadi dulu?
W : Hmmm… literasi informasi itu kan menulis ya… hmm… teeet…
boleh pas nggak? Hehehe.
Penulis : Engga. Hehehe. Ayo
W : Hmm… Pemahaman literasi informasi ya. Saya suka menulis dan
menulis itu seperti kata Pram itu buat keabadian. Dari situ saya
nggak tahu kenapa tiba-tiba pas baca buku… baca buku cerita
gitu, ya, kaya tertantang aja, kaya pengen bisa. Eee… masa orang
lain bisa saya nggak bisa gitu. Saya ketemu Rumah Dunia dan
belajar dan saya memperdalam ilmu itu, tentang literasi. Jadi
yang suka.
Penulis : Seberapa penting pengaruh TBM Rumah Dunia dalam
proses pemberdayaan masyarakat?
W : Hmm… Sangat penting. Karena di sini, apa ya… Semua
diajarkan. Langsung diposisikan apa ya… sebagai guru sekaligus
sahabat. Jadi kita merasa dekat dan nggak ada sekat gitu ya. Di…
informasi atau ilmu-ilmu yang Mas Gong berikan itu langsung
ya… asik bisa menyerap, cepat diserap pada relawan dan sangat
penting soal peran dunia, khususnya pada relawan. Eee… itu di
sini diajarin salah satunya untuk berani, berani karena benar ya.
Dan… apa ya, mengkritisi sebuah… misalnya pemerintahan
yang kacau, yang salah dengan sebuah tulisan. Tanpa anarki.
Penulis : Terus kalau dilungkangan masyarakat sekitar ini, ada nggak
pengaruhnya Rumah Dunia ini?
W : Hemm… Kalau itu harus tanya ke masyarakatnya.
Penulis : Ya, menurut yang anda lihat, bagaimana?
W : Eee… gitu. Saya rasa, ada. Pasti ada ya. Meskipun sedikit. Nanti
itu kamu harus… langsung tanya ke masyarakatnya. Nanti kalau
ke saya, ke dalamnya, ntar dikira ngarang-ngarang, iya nggak?
Hehe. Atau gimana gitu… Harus dari narasumber di luar, jadi
yang merasakannya langsung.
B. Pertanyaan usaha yang dilakukan TBM Rumah Dunia dalam
pemberdayaan masyarakat
Penulis : Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia
dalam memperkenalkan kegiatan yang ada kepada
masyarakat?
W : Usahanya kita lewat media. Eee… lewat media, nulis, leaflet.
Eee… ini ya perannya?
Penulis : Usahanya dalam memperkenalkan kegiatan yang ada?
W : Hmm… awal-awal kita ada ini… di rubrik salam Rumah Dunia.
Saya waktu belum ke sini, tahunya dari situ. Jadi di media lokal,
teman-teman relawan Rumah Dunia itu nulis tentang kegiatan
kecil apa pun di Rumah Dunia. Itu di koran Radar Banten. Terus
ada juga di media online, di… Rumah Dunia dot net sekarang
jadi dot com sama facebook sama leaflet sama speaker masjid…
Eh nggak, Teh hehe.
Penulis : Bagaimana antusias masyarakat sekitar dalam mengikuti
setiap program literasi informasi yang diadakan oleh TBM
Rumah Dunia?
W : Antusiasnya cukup banyak, cukup baik. Eee… kalau ada acara-
acara kegiatan, kita ini ya tergantung acaranya ya. Karena ada
acara untuk orang dewasa, buat anak-anak. Kalau kegiatan buat
anak-anak, ya rame juga Alhamdulillah. Kaya misalnya nanti
ada… apa, kemarin ulang tahun Rumah Dunia itu kan acaranya
buat anak-anak. Buat anak-anak jadi ada… menggambar dan
sebagainya, mendongeng, nggak. Menggambar, mewarnai itu
lah. Tergantung ininya.
Penulis : Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil
menerapkan atau melaksanakan dari program literasi
informasi tersebut?
W : Hemm… Ada. Itu angkatan pertama di… ada si di facebook, di
apa… di dot com, itu Endang dia angkatan pertama yang udah
nulis puluhan buku, terus… banyak sih ya. Kang Langlang,
lulusan Belanda, Kang Deden.
Penulis : Terus kalau dari masyarakat sekitarnya sendiri, ada nggak sih
yang berhasil?
W : Ya sebenarnya Kang Deden juga dari masyarakat situ ya, hehe.
Nanti bisa ditanyain ke Kang Deden. Kang Deden jadiin sebagai
sampel masyarakat aja yang apa… dapat pendidikan di Rumah
Dunia. Yang tadi itu. Orangnya di depan Rumah Dunia itu, di
seberang.
Penulis : Program unggulan yang ada di Rumah Dunia apa saja?
W : Yang unggulan kita ada… Ode kampung, itu… acara besar.
Awal-awal tiap satu tahun sekali, tapi karena ke sini-sini
membutuhkan dana yang besar ya, jadi dua tahun, tiga tahun
sekali sekarang. Karena itu melibatkan, mengundang kita
sastrawan-sastrawan dari luar, kita inapkan disini dan berdiskusi
dan apa, ngomongin tentang sastra di sini. Semua sastrawan
dimulai dari yang senior-senior bisa di cek di rd com, mudah-
mudahan masih ada. Itu terus jamboree TBM, terus hmm…
Penulis : Kalau jambore TBM itu berapa tahun sekali?
W : Hmm… itu tahunan, setahun sekali. Itu bergilir. Eee… jadi ada
komunitas apa, @TBM ya, Forum Taman Bacaan Masyarakat,
kemarin Rumah Dunia yang menjadi tuan rumah, eee…
besoknya bisa diserahkan ke yang lain, TBM yang lain. Itu
perkumpulan TBM khusus, jadi eee… apa, teman-teman TBM
dibuka stand, ada diskusinya juga, pentas seni sasta gitu. Tadinya
mau ini ni, mau ngadain Mei tapi nggak keburu, dananya juga
belum ada. Jambore TBM dicancel.
Penulis : Selain itu?
W : Selain itu ada nyenyore, terus kado lebaran sama ulang tahun
RD. Salah satunya ini, perayaan world book day sama… kalau
lebaran itu kado lebaran ya.
Penulis : Itu kalau kado lebaran kaya gimana acaranya?
W : Tiap lebaran. Itu… perayaan biasa buat anak. Ada lomba-lomba.
Sama biasanya kita ngasih apa ya, pemenangnya nggak hanya
dikasih hadiah, eee… misalnya buku tulis, tapi ada angpao itu
yang unggulan. Kalau biasanya menggambar sama ini aja, buat
anak-anak. Gambar menulis, bikin-bikin apa tuh, origami kaya
gitulah.
C. Pertanyaan solusi mengatasi hambatan
Penulis : Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia
dalam porses pemberdayaan masyarakat?
W : Kendalanya… masyarakat itu… apa ya. Eee… pengen
maksudnya… adanya Rumah Dunia, Rumah Dunia tuh bisa
mensejahterakan mereka dalam hal… materi ya. Kami tetap
nggak bisa. Jadi… jadi Rumah Dunia, apa, istilahnya. Bisa
ngasih ilmu, eee... di… soal menulis ya buat teman-teman,
intinya ngasih pancing, nggak ngasih ikan ya. Nah masyarakat
pengennya dikasih ikan, itu. Cuma kita nggak bisa, karena kita…
dananya juga dari pribadi, dari donatur, bukan dari pemerintah.
Penulis : Kalau pemerintah memangnya nggak ngasih dana ya?
W : Beberapa ada. Kan ambil dananya buat bangunan, gedung yang
di depan itu.
Penulis : Terus selain itu, kendala yang lain ada nggak?
W : Kendala yang lain. Hmm… ya pasti ya. Apa, masyarakat eee…
nggak semua senang sastra ya, karena kita memperkenalkan
sastra.
Penulis : Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
W : Kalau kita lagi, dapat ada dana, kaya kemarin rintisan balai
belajar bersama ada… apa ya… beuh… ada pos-pos eee… dana
buat pemberdayaan masyarakat di sana. Misalnya dikasih uang
segini, tapi bikin warung, bikin koperasi kaya gitu. Nah kita
kemarin tidak sempat gitu. Tapi akhirnya karena uangnya udah
abis, nggak balik modal, akhirnya berhenti. Dulu di depan. Yang
warung-warung Teh Amal itu dulunya ke sini, nih, ke RD yang
di… yang kita sapu-sapuin itu. Lama-lama ya mereka pengen
terus dibantu ya, ya susah. Ehem…
Penulis : Selain itu, ada nggak lagi nggak solusinya?
W : Solusinya… Ya kita… Ehem… Mencoba apa, yang aktif di
Rumah Dunia menular ke kampung-kampung gitu ya. Ya itu,
apa… kita… Kaya Kang Deden ini kan, yang aktif di sini kita
kasih beasiswa. Kaya si Aen, kan.dari kelas menulis juga itu.
Gitu.
Penulis : Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam
pemberdayaan masyarkat melaui program literasi
informasi?
W : Rumah Dunia ke depan… Pengennya sih jadi pusat apa, belajar,
pusat kebudayaan, pusat literasi di Banten. Dan bukan cuma buat
orang Banten, lebih luasnya buat Indonesia. Jadi intinya Rumah
Dunia ini buat warisan bersama lah. Regenerasi. Saya nanti juga
kalau udah punya istri bisa pulang ke sini kan? Regenerasi, buat
warisan bersama.
Penulis : Planning yang lain?
W : Planningnya ya itu tadi, bisa lebih… apa yaa.. jadi… lebih pusat
literasi atau kegiatan belajar tentang menulis. Ya intinya bisa
bermanfaat buat masyarakat luas.
TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN
Informan : Ahmad Wayang (inisial W)
Jabatan : Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 30 April 2015
Penulis : Pertunjukkan teater biasanya diadainnya kapan?
W : Kalau pertunjukkan teater… pokoknya intinya Rumah Dunia itu
setiap bulan ada aja kegiatannya. Antara dua sampai tiga kegiatan.
Kalau teater… kalau dulu aktif, kalau sekarang kita lebih ke
fasilitator. Jadi… ada teman-teman teater dari mana, datang ke sini,
bentuknya lebih kerja sama. Kalau dulu ada Kang Depi, dia tutor
teater… tutor sekaligus pelaku teater. Jadi aktif tuh dulu kalau sama
Kang Depi yang di Banten TV, sekarang mah udah d Jakarta.
Sekarang mah generasinya Sauni CS itu, Sauni… Aeni… mereka
yang ngajarinnya, setiap minggu sore atau pagi.
Penulis : Kalau pementasnnya bagaimana? Rutin?
W : Rutin. Pokoknya sebulan itu kadang ada, kadang nggak gitu…
Penulis : Kalau yang main anak-anak sini atau orang luar?
W : Kalau acara dari luar, orang luar. Kalau ada acara bedah buku atau
launching… Kaya kemarin ada air mata kopi, kita tampil. Eee…
dramatisasi puisi… apa… dari buku itu.
Penulis : Jadi teaternya bentuknya dalam dramatisasi puisi gitu ya?
W : Kalau dari kita, iya... Pernah juga pementasan teater, tapi udah lama.
Apa itu ya… merah putih atau setengah tiang apa itu ya…
Penulis : Terus kalau launching buku dengan bedah buku satu kegiatan
atau nggak?
W : Launching buku sama bedah buku… eee… beda ini ya… kalau
launching, launching. Kalau bedah, bedah. Biasanya kalau yang
launching tu yang baru, ada buku baru. Terus ada yang di launching
doang, ada yang dibedah. Kalau dibedah, ada pematerinya
Penulis : Kalau launching buku itu kegiatannya bagaimana? Orang
Rumah Dunia yang launching atau dari luar?
W : Orang sini, sama kita dari luar juga…
Penulis : Kalau bedah buku yang dibedah buku-buku populer atau yang
seperti apa?
W : Iya yang populer ada… yang baru ada. Eee… kita menyediakan juga
untuk orang-orang dari luar juga…
Penulis : Itu waktunya kapan?
W : Waktunya setiap sabtu minggu. Antara sabtu dan minggu. Kenapa
sabtu minggu, karena Relawan Rumah Dunia ada yang kerja ada
yang… kebanyakan mahasiswa, jadi ngambil waktu libur.
Penulis : Itu sabtu dan minggu, launching bukunya atau bedah buku?
W : Macam-macam… ada yang… nanti bisa dilihat di jadwal. Itu kan
tergantung… yang dari luar. Gita aja misalnya, dari luar misalnya,
mau… dari misalnya, dari kaya… FLP Ciputat, mau bedah buku
disini… ya tergantung Gitanya… Siapnya kapan gitu… terserah
penulisnya. Tapi kalau nantinya Gitanya siapnya sabtu, eh misalnya
senin. Nah senin itu kita kesulitan masa. Anak-anak pada sekolah,
kuliah. Jadi kita tawarkan pada hari sabtu dan minggu.
Penulis : Kalau diskusi kegiatannya setiap hari minggu atau gimana?
W : Diskusi? Diskusi... yang kemarin diskusi tentang rektor. Terus…
Dulu sempat diskusi perbulan. Perbulan berapa kali ya. Pokoknya
intinya dalam sebulan Rumah Dunia. Eee… kegiatannya yang kita
susun antara dua sampai tiga perbulan. Kebanyakan sih dari luar
yang minta kalau diskusi.
Penulis : Kalau yang ode kampung, lebih detailnya seperti apa sih
kegiatannya?
W : Ode kampung. Ode kampung itu… Agenda yang paling eee…
paling favorit sebenarnya. Itu agenda nasional, cakupannya.
Sekarang udah ode kampung yang ke empat atau lima ya, agak lupa.
Penulis : Yang terakhir kapan?
W : Terakhir dua ribu… lupa, Git. Dua ribu berapa ya. Dua ribu sebelas
atau dua ribu sepuluh. Ntar cari google ya
Penulis : Berarti udah lama ya?
W : He eh. Kenapa? Dulu ode kampung setiap setahun sekali. Terus dua
tahun sekali, sampai sekarang… nggak tahu nih belum… bisa tiga
tahun, bisa mundur ya… Kenapa? Karena ode kampung itu
membutuhkan dana yang besar. Kalau dulu kan mas Gong masih di
RCTI, ya. Terus ada pemasukan, jadi bisa di handle mas Gong. Ode
kampung itu kegiatan besar, eee… melibatkan sastrawan nasional
juga. Kemarin itu kita undang sastrawan senior ke sini. Mulai dari
Budi Darma, terus eee… yang sakit kemarin itu siapa ya. Aduh...
Siapa. Putu Wijaya, Gunawan Muhammad, terus Taufik Ismail. Kita
undang ke sini.
Penulis : Itu dananya dari Rumah Dunia semua?
W : Dari Rumah Dunia. Ada juga yang beberapa kerja sama, kemarin
itu… dari Dindik, atau apa gitu… Tapi kita lebih sering iuran.
Penulis : Itu diskusinya tentang apa? Sastra?
W : Di temain, kan… Setiap moment ada temanya masing-masing. Itu
banyak mengundang apa… teman-teman yang lain dan yang ini…
yang dari luar nginep selama tiga hari. Kita inapkan di rumah warga.
Konsep kita gitu, nggak ke hotel.
Penulis : Nextnya kapan?
W : Eee… belum tentu. Tapi kalau ada suatu perusahaan atau dari mana.
Kaya kemarin… kemarin kita dapat dana rintisan balai belajar
bersama. Kita undang Habiburrahman, bikin buku juga. Jadi acara
besar.
Penulis : Itu tahun kapan?
W : Tahun dua ribu… lupa saya, Git, kalau soal tahun-tahun. Saya sudah
pikun ya ternyata. Nanti sambil cari di buku aja, ya.
Penulis : Lalu yang Gong travelling?
W : Ya. Itu juga Gong travelling salah satu, apa ya… cara Rumah Dunia
ehem… mencari dana tambahan. Berapa persennya disumbangin ke
Rumah Dunia, hasil dari keuntungan itu.
Penulis : Itu ke Singapore dan ke Bangkok aja? Atau ada yang lain?
Perasaan waktu itu ada yang ke ekspedisi anak gunung
Krakatau, benar?
W : Ya. Itu bulan depan kalau nggak salah.
Penulis : Kalau Gong travelling itu berapa bulan sekali diadakannya?
W : Sebulan dua. Sebulan dua kali kayanya. Dulu itu ada website kita
rumah dunia dot net. Tapi di rumah dunia dot com juga ada.
TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN
Informan : Gol A Gong
Jabatan : Pendiri TBM Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015
Waktu : 10.40
Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?
Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan
yang ada di Rumah Dunia?
Gol A Gong (G) : Program yang dibuat oleh pakar-pakar birokrat atau teknokrat di
Indonesia programnya itu programnya bagus-bagus. Misalnya kalau
kita lihat, eee… program pengentasan kemiskinan bagus-bagus. Nah
saya lihat operatornya nih yang kadang kala… K13 gimana nggak
bagus coba. Tapi SDM dari guru-gurunya kadang kala harus di
upgrade lagi, workshop lagi. Nah. Ketika saya membuat Rumah
Dunia, saya merujuk ke Al-Qur’an itu… bahwa sesuatu yang
dilakukan oleh bukan ahlinya maka kehancuran akan tiba. Nah saya
tidak pernah beranjak pada membuat program yang tidak saya
kuasai. Kemudian agar regenerasi jalan, maka saya mendidik aaa…
relawan dengan apa yang saya kuasai. Kemudian untuk
memperkaya maka saya mendatangkan ahlinya. Narasumber
didatangkan. Iya kan? Kemudian saya menjadi fasilitator. Jadi saya
tidak akan mengajarkan seni tari, tapi ahli tari yang datang ke sini.
Eee… tutor menggambar, eh menggambar misalnya yang datang
saya panggil sarjana seni. Nah sekali waktu saya jadi fasilitator atau
memanage itu, sekali waktu saya menjadi mentornya. Saya hati-hati
tidak akan membuat program yang tidak eee… dibarengi SDM
mentornya tadi. Kaya ini bambu, ya… saya datangkan ahlinya. Saya
nggak menyuruh relawan ayo bikin eee… instalasi bambu. Itu
program dan eee… yang kita sebut mentor ya, yang ahli dibidang
tersebut. Harus ada relevansinya.
Informan : Abdul Salam
Jabatan : Relawan TBM Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015
Waktu : 13.15
Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?
Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan
yang ada di Rumah Dunia?
Abdul Salam (A) : Saya menjawab tidak akan langsung, ya. Tapi dengarkan sendiri.
Eee… kalau melihat sekarang kan Rumah Dunia sedang dalam
tahapan proses ya. Kalau dilihat… eee… program-program Rumah
Dunia sudah sukses… tidak begitu kita katakan sukses karena ada
beberapa kawan-kawan yang ikut bergabung juga, bergabung
akhirnya tertarik di depan lebih baik. Tapi kalau kita langsung
mengatakan dengan program Rumah Dunia sukses, dalam tahap ini
sebenarnya Rumah Dunia masih dalam tahap proses. Ya mungkin
sampai akhirnya Rumah Dunia itu sebuah proses. Kalau di program-
program ya berjalan. Tapi kalau dikatakan sukses, tidak bisa diambil
kesimpulan dalam waktu singkat. Pertanyaan ini seperti halnya
lahirnya… Seperti perkataan ini lahir ‘Rumah Dunia itu golnya
apa.’ Karena Rumah Dunia bukan permainan bola, ya otomatis
bukan mencari gol. Tapi ya maksudnya sesuai Mas Gol A Gong
visinya ya khoirunnas … tadi, jadi selama kita hidup, ya berikanlah
kebaikan ya mungkin disitu. Kalau… Tapi kalau kita targetin gol
terus kita berhenti itu tidak baik. Jadi kalau kita golnya kapan, entah
kapan golnya karena proses manusia itu proses lahir dan tidak akan
berhenti sampai nanti pada suatu titik kita kembali. Ceileeeh hahaha
Penulis : Jadi kalau dikatakan sukses, belum ya?
A : Tidak bisa. Apa namanya… Mengatakan sesuatu itulah…
Memunculkan eee… apa ya, statement itu lah untuk mengatakan
sukses. Tapi disatu sisi, program eksis. Tapi kalau dikatakan sukses,
ya belum.
Penulis : Berarti, dikatakan sukses karena programnya ya bukan karena
nama Gol A Gongnya?
A : Iya karena programnya. Kan program Rumah Dunia itu program
kemanusiaan ya. Jadi dimana untuk membentuk generasi bukan
program untuk membikin gerabah. Kalau gerabah bisa dilihat
hasilnya. Kalau generasi kan belum.
Walaupun ketika program tersebut berjalan Mas Gong nggak ada
ditempat itu… tapi tetap jalan. Tapi orang melihat Mas Gol A Gong.
Penulis : Jadi, programnya atau nama Gol A Gongnya nih?
A : Saling berpengaruhanlah. Ada simbosis. Ada saling mendukung.
Eee… Program jalan oke karena nama Mas Gol A Gong ada di
sana. Kalau Mas Gongnya ada juga tapi programnya nggak ada,
eee… kira-kira ketimpangan juga. Jadi jawabannya simbiosis, saling
mendukung antara program dan… Saling support. Dengan adanya
Mas Gol A Gong, program jadi mudah dan berjalan.
Informan : Muhzen Den
Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015
Penulis : Menurut Kang Deden, sukses itu apa?
Muhzen Den (D) : Sukses itu adalah kemampuan menggali potensi diri sehingga dapat
meraih harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dengan begitu
apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran dan pengalaman
bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.
Penulis : Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses?
Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan
yang ada di Rumah Dunia?
D : Figur Mas Gong tidak dapat dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi
kesuksesan Rumah Dunia tidak hanya oleh Mas Gong, tapi juga
konsistensi program kegiatan yang diselenggarakan para relawan.
Keberadaan masyarakat kampung dan para donator juga andil dalam
kesuksesan Rumah Dunia. Kesuksesan Rumah Dunia bukan hanya
karena satu orang, tapi semua orang saling berkaitan.
Informan : Ahmad Wayang
Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015
Penulis : Menurut Kak Wayang, sukses itu apa?
Ahmad Wayang (W) : Sukses ya… bagi saya sukses itu punya banyak karya ratusan,
ribuan dan best seller semua dan di filmin.
TRANSKRIP OBROLAN NON-FORMAL
1. Ari Aksara (inisial A), peserta KMRD angkatan 25
Pada 27 April 2015 melalui voice note whatsapp
Penulis : Apa manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan
kelas menulis Rumah Dunia selama kurang lebih empat
bulan ini?
A : Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di
Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya
melalui materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai
bagaimana cara menjadi seorang wartawan, cara mewawancari
dan bagaimana cara membuat berita yang baik hingga saya bisa
menghasilkan sebuah berita yang kemudian saya publikasikan
dan Alhamdulillah mendapat pujian dari beberapa teman saya.
Selain itu, dari materi fiksi saya mendapatkan banyak hal
berupa bagaimana cara membuat cerpen yang baik, dengan
menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat
menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut
teman saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya
dapatkan di kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis
Rumah Dunia ini.
2. Abdul Salam (inisial S) , peserta Gong travelling
Serang, 30 April 2015
Penulis : Apa manfaat setelah mengikuti kegiatan Gong travelling?
S : Banyak banget manfaat yang saya dapati setelah ikut Gong
travelling. Pertama, karena saya berasal dari kampung saya jadi
mempunyai spirit untuk kuliah di luar negeri. Kedua, saya
mempunyai paradigma Indonesia di luar, bagaimana Indonesia
secara geografis yang lebih besar ternyata ketika di luar negeri
begitu kecil. Selain itu, saya bisa membandingkan bagaimana
pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri. Pada akhirnya
bermuara pada cita-cita saya agar bisa kuliah di luar negeri.
TRANSKRIP OBROLAN LEWAT FACEBOOK MESSENGER
1. Muhzen Den (inisial D), warga kampung Ciloang yang pertama kali
berhasil mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Mengambil prodi di
jurusan bahasa dan sastra Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cilegon, 1 Mei 2015
Penulis : Kalau menurut Kang Deden sendiri, perubahan dan
manfaat yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya
Rumah Dunia bagaimana?
D : Manfaat secara pribadi, saya bisa mengakses buku dengan
mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian
perubahan yang saya rasakan ketika bergabung di Rumah
Dunia adalah saya memiliki keluarga sosial yang sama-sama
mempunyai mimpi untuk berubah. Melihat latar belakang saya
sebagai anak pemulung, sehingga terbantu dengan adanya
Rumah Dunia.
Saya bergabung di Rumah Dunia sejak keals 2 SMP. Saya
mendedikasikan diri ke Rumah Dunia untuk mengubah hidup
saya dengan terus belajar. Sehingga saya bisa menikmati
pendidikan sampai perguruan tinggi.
Penulis : Kalau dari masyarakatnya, sebelum adanya Rumah Dunia,
bagaimana, Kang?
D : Kampung saya itu bisa dikategorikan terbelakang. Meskipun
akses ke kota Serang dekat, tetapi secara pendidikan
masyarakatnya masih lulusan SD. Para orang tua di kampung
saya kebanyakan berprofesi pedagang, tukang becak, tukang
ojek dan petani waktu dulu. Tetapi setelah ada RD, yang
awalnya tidak begitu peduli dengan terhadap pendidikan, mulai
tampak menyekolahkan anak-anaknya hingga SMA bahkan
kuliah. Saya dikatakan pemuda yang pertama kali bergelar
sarjana dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman saya
yang kuliah.
2. Suni Ahwa (inisial S), warga kampung Ciloang yang mengajarkan
seni pertunjukkan teater
Penulis : Kalau teater yang ada di Rumah Dunia itu sejak kapan?
Awalnya yang merintis pertama kali siapa? Bentuk
penampilannya seperti apa? Pernah tampil di mana saja?
S : Sejak saya gabung, berarti dari tahun 2002-an atau 2003-an.
Hmm… relawan Rumah Dunia, misalnya Teh Nazlah, Kak
Budi, Kak Peter, Teh Mut, Kak Dedi dan Teh Ade. Wah nggak
kehitung. Dari pentas di Rumah Dunia, kampus dan di Jakarta.
Lalu setelah mereka, barulah kami yakni Aeni dan saya sendiri
yang mentutori teater.
Penulis : Beberapa pementasan aja, Teh. Yang terakhir aja. Kalau
yang di Jakarta pas acara apa? Oh iya, kalau musik,
biasanya dalam bentuk musikalisasi puisi kan? Yang
pertama kali merintis musikalisasi puisi siapa ya?
S : Yang dibina sama saya terakhir pentas di acara jamboree TBM
dan diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta Timur.
Acara yang di Bulungan itu saya lupa. Tapi kalau yang jambore
TBM se-Indonesia. Firman Venayaksa, yang pertama kali
mengenalkan musikalisasi puisi.
Penulis : Itu bulan apa yang ke Bulungan, Jakarta Timur? Yang
ditampilkan pementasan apa? Judulnya mungkin.
S : Bulan puasa tahun lalu. Ya pementasan teater “Dampu Awang”
Rumah Dunia.
Cuplikan Dari Hasil Wawancara
No. Kategori Sub Kategori Uraian
1. Definisi
Kesuksesan
Banyak karya “Sukses adalah punya banyak karya
ratusan, ribuan dan best seller semua
dan di filmkan”. (Ahmad Wayang)
Mampu menggali
potensi
“Sukses adalah kemampuan
menggali potensi diri sehingga dapat
meraih harapan dan keinginan yang
dicita-citakan. Dengan begitu apa
yang didapatkan dalam proses
pembelajaran dan pengalaman bisa
bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang banyak.” (Muhzen Den)
Pola pikir
masyarakat mulai
berubah
“Sebelum adanya Rumah Dunia,
pola pikir masyarakat mulai berubah.
Masyarakat mulai menganggap
bahwa pendidikan itu penting. Para
orang tua mulai memperdulikan
nasib anak-anaknya dan mulai
menyekolahkan sampai SMA bahkan
kuliah.” (Muhzen Den)
2. Faktor Penyebab
Kesuksesan
Program Rumah
Dunia
“Program yang ada di Rumah Dunia
sudah bagus. Untuk mendukung
kemajuan program, maka saya
mendatangkan para ahli dibidangnya
masing-masing. Jadi kesuksesan
Rumah Dunia ikut dibantu oleh
orang-orang luar.” (Gol A Gong)
Simbiosis
mutualisme antara
program Rumah
Dunia dan nama
besar Gol A Gong
“Kalau dilihat, program-program
yang ada di Rumah Dunia belum
bisa dikatakan sukses. Sebenarnya
Rumah Dunia masih dalam tahapan
proses, karena kita hidup di dunia ini
adalah sebuah proses. Namun jika
dikatakan antara Program dan nama
besar Mas Gong, menghasilkan
simbiosis mutualisme, sama-sama
mendukung untuk kesuksesan
Rumah Dunia.” (Abdul Salam)
Nama Gol A Gong,
relawan, donatur
dan masyarakat
“Figur Mas Gong tidak dapat
dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi
kesuksesan Rumah Dunia tidak
hanya oleh Mas Gong, tapi juga
konsistensi program kegiatan yang
diselenggarakan para relawan.
Keberadaan masyarakat kampung
dan para donator juga andil dalam
kesuksesan Rumah Dunia.
Kesuksesan Rumah Dunia bukan
hanya karena satu orang, tapi semua
orang saling berkaitan.” (Muhzen
Den)
3. Program Kegiatan Kelas menulis,
wisata mengarang
untuk anak-anak,
diskusi, world book
day, majelis puisi,
wisata study,
launching buku,
pementasan teater,
gong travelling.
“Kelas menulis sudah pasti, wisata
mengarang untuk anak-anak, diskusi.
Terus merayakan hari-hari besar
seperti world book day hari ini.
Terus ada kegiatan regular yang kaya
tadi, yaitu kelas menulis, majelis
puisi, wisata study. Ada juga yang
sifatnya perayaan, seperti: launching
buku dan pementasan teater. Ada
juga Gong travelling.” (Gol A Gong)
Ode kampung,
jambore TBM,
nyenyore dan kado
lebaran
“Selain program harian, Rumah
Dunia juga mempunya program
unggulan. Yaitu ode kampung yang
diadakan tiga tahun sekali. Bentuk
acara ini seperti diskusi tentang
sastra. Biasanya kami mendatangkan
sastrawan-sastrawan dari luar dan
kita inapkan di sini. Lalu jamboree
TBM. Dan ketika lebaran ada acara
nyenyore ala Rumah Dunia, biasanya
dilakukan untuk menunggu buka
puasa. Kalau kado lebaran, perayaan
biasa buat anak-anak.” (Ahmad
Wayang)
4. Definisi Literasi
Informasi
Berdaya guna dan
meningkatkan
kualitas hidup
“Literasi informasi itu dapat
berdayaguna dan meningkatkan
kualitas hidup. Selain itu berkegiatan
di literasi merupakan kegiatan yang
diwajibkan oleh Allah dan jika
mengikuti perintah Allah, maka
Allah akan membahas.” (Gol A
Gong)
Kegiatan menulis
“Literasi informasi itu sebagai
kegiatan menulis. Karena dengan
menulis bisa membuat dirinya
abadi.” (Ahmad Wayang)
5. Perubahan yang
dirasakan sebelum
dan sesudah adanya
Rumah Dunia
Dalam pendidikan “Mereka mulai menganggap bahwa
pendidikan itu penting dan seni itu
ternyata menyenangkan. Masyarakat
mulai mementingkan sekolah dan
anak-anak banyak yang sekolah.
Walaupun pada akhirnya masing-
masing anak menentukan
pilihannya.” (Gol A Gong)
Pola pikir
masyarakat mulai
berubah
“Keberadaan Rumah Dunia pada
awalnya sudah didukung oleh
masyarakat sekitar. Sehingga ketika
Rumah Dunia dibangun di kampung
Ciloang, pola pikjir masyarakat
mulai berubah. Masyarakat mulai
menganggap bahwa pendidikan itu
penting. Para orang tua mulai
memperdulikan nasib anal-anak
mereka dan mulai menyekolahkan
anak-anak mereka hingga SMA
bahkan kuliah.” (Muhzen Den)
6. Promosi Kegiatan Promosi secara
online
“Lewat online, seperti: facebook,
twiiter dan website. Melalui leaflet
dan SMS juga. Lalu membuat
networking dengan bikin program
TV.” (Gol A Gong)
Media online “Melalui media online seperti
facebook. Kemudian leaflet. Ada
juga yang nulis di radar banten. Dan
dulu ada rumah dunia dot net dan
rumah dunia dot com.” (Ahmad
Wayang)
7. Peran Pemerintah Pemerintah
diskriminatif
“Kalau komunitas itu tukang
ngeritik, tidak perlu diperhatikan. Itu
tampak sekali, terasa dan saya
rasakan itu sejak SMA. Tapi kalau
dibilang tidak pernah, nggak juga.
Pernah misalnya, tapi itu atas nama
pribadi bukan instansi. Misalnya
kepala dinas yang memahami, maka
memberikan bantuan.” (Gol A Gong)
8. Kendala
Pemberdayaan
Masyarakat
Karakter yang
berbeda-beda
“Karakter yang berbeda-beda dan
sulit untuk diubah menjadi lebih baik
dan sarana dan prasaran yang masih
kurang memadai.” (Gol A Gong)
Pola pikir “Pola pikir masyarakat yang masih
ingin diberikan materi oleh Rumah
Dunia. Padahal Rumah Dunia tidak
mampu memberikan itu. Rumah
Dunia hanya mampu memberikan
ilmunya saja.” (Ahmad Wayang)
9. Planning Rumah
Dunia
Sosial preneur “Saya ingin Rumah Dunia menjadi
sosial preneur. Seperti menjadikan
kampung Ciloang sebagai destinasi
wisata. Dimana ada unsure seninya.
Nantinya disediakan kios-kios untuk
merchandise Banten.” (Gol A Gong)
Pusat belajar, pusat
kebudayaan dan
pusat literasi
“Pengennya Rumah Dunia jadi pusat
belajar, pusat kebudayaan, pusat
literasi di Banten. Dan bukan hanya
untuk orang Banten saja, lebih
luasnya untuk Indonesia. Jadi
intinya, Rumah Dunia ini warisan
bersama lah, regenerasi. Saya nanti
juga kalau udah punya istri bisa
pulang ke sini kan?” (Ahmad
Wayang)
BIODATA PENULIS
Gita Rizki Hastari. Dilahirkan di Serang, 22 April
1993. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga
bersaudara, pasangan Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd.
Penulis beralamat di Lingkungan Tegal Wangi Sambi
Payung RT 04/RW 02 No. 58, Kelurahan Rawa Arum,
Kecamatan Grogol, Cilegon-Banten 42436. Penulis
mempunyai hobi travelling, fotografi dan menulis.
Pada tahun 1998, penulis menempuh pendidikan di
TK Bina Athfal Merak dan lulus pada tahun 1999. SDN
Bujang Gadung pada tahun 1999 dan lulus pada tahun
2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Cilegon dan
lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
N 4 Cilegon, namun pada semester dua, penulis pindah ke SMA N 2 KS Cilegon
dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis sempat diterima di
Politeknik Negeri Media Kreatif prodi konsentrasi penerbitan. Kemudian penulis
ikut tes di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Alhamdulillah diterima dan
memilih untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil
program studi ilmu perpustakaan, fakultas adab dan humaniora (FAH). Selama
kuliah penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Pusat Layanan
Pustaka Universitas Terbuka.
Selama masa sekolah dan kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi,
diantaranya:
1. Pramuka, tahun 2005-2011
2. Kordinator tim ketertiban Karya Ilmiah Remaja (KIR) IPS, tahun 2010-
2011
3. Bendahara umum di HMJ Ilmu Perpustakaan, tahun 2013-2014
4. FLP Ciputat, tahun 2011-2015
5. Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA), tahun 2014-sekarang
6. Kelas menulis Rumah Dunia angkatan 25, tahun 2015-sekarang
Adapun semasa kuliah, penulis pernah menulis cerita atau pun artikel yang
sudah diterbitkan atau dijadikan sebagai antalogi, diantaranya:
1. Antalogi Cerpen: Terpana#2. Judul: Jatuh Cinta Pada Pandangan
Pertama #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011
2. Antalogi Cerpen: Salah. Judul: Bukan Kamu tapi Aku
#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011
3. Antalogi Cerpen: Menari#2 Judul: Happy Anniversary 4 tahun Fitri,
Sayang #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011
4. Antalogi Cerpen: Lagu Pilihan#4. Judul: Aku Pulang, Rosa
#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011
5. Antalogi Cerpen: Cemburu#2. Judul: Aku Menunggumu, Lisa
#11projects11days. nulisbuku.com, November 2011
6. Antalogi Cerpen Gilalova#4: Kado Untuk Ratu
Judul: Mereka yang Terlupakan. Serang: Gong Publishing, 2011
7. Antalogi Cerpen Primadona
Judul: Sesuatu di tanggal satu. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2012
8. Cerpen: Malu. Harian Radar Banten. Minggu, 4 Maret 2012
9. Cerpen: Dua Puluh. Harian Radar Banten: Minggu, 8 September 2013
10. Antalogi Cerpen: Public Transportation Stories Vol. 3
Judul: Sepenggal kisah di 510. Bandung: Ellunar, 2014
11. Motion. Jurus Edan Menaklukkan Ujian Mandiri UIN Jakarta. Bogor:
Herya Media, 2015
12. Artikel: Pemberdayaan Masyarakat Melalui TBM. Harian Radar Banten.
Sabtu, 6 Juni 2015
13. Artikel: Mantan dan Patah Hati. Dimuat di www.jombloo.co pada
Minggu, 14 Juni 2015
14. Artikel: Tiga Alasan Kenapa Mahasiswa Semester Akhir Pantas dijadikan
Pacar. Dimuat di www.jombloo.co pada 3 Juli 2015
15. Gita Rizki Hastari. Dua ekor kambing. Ciputat: Motion Publishing, 2015
Dan masih ada beberapa karya penulis yang akan datang