ketegasan presiden bakal didukung publik - gelora45.com filekeberagaman, dan ingin menghancurkan...

1
[JAKARTA] Peringatan keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada pihak-pihak yang hendak bertindak inkon- stitusional, hendaknya ditin- daklanjuti dengan tindakan tegas sebagai langkah konkret menegakkan Konstitusi. Langkah tegas Presiden akan didukung penuh masyarakat, karena mayoritas rakyat masih percaya pada pemerintahan Jokowi. “Masyarakat menilai apa yang disampaikan Presiden Jokowi akan ‘menggebuk’ pihak-pihak yang bertindak inkonstitusional, merupakan wujud keprihatinannya ter- hadap situasi bangsa ini. Tindakan yang dilakukan Presiden adalah untuk menye- lamatkan bangsa Indonesia dari pihak-pihak yang mau menghancurkan NKRI dan Pancasila,” ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, di Jakarta, Jumat (19/5). Istilah “menggebuk” yang dilontarkan Presiden Jokowi saat pertemuan dengan pim- pinan media massa, Rabu (17/5), menurut Syamsuddin, ditujukan kepada pihak-pihak yang dinilai memanfaafkan situasi sekarang untuk men- jatuhkan pemerintahan yang sah. Mereka itu berlatar belakang berbeda, seperti kelompok yang ingin meng- ubah NKRI dengan bentuk negara yang lain, menggan- ti ideologi Pancasila, kelom- pok yang kepentingan bis- nisnya terganggu, dan para politisi yang haus kekuasaan. “Dengan latar belakang berbeda, tetapi tujuan sama, mereka bersatu dan meman- faatkan momentum sekarang ini untuk menjatuhkan Jokowi dan menghancurkan NKRI. Jadi, sudah tepat yang dika- takan Jokowi,” tandasnya. Selain itu, Presiden Jokowi, lanjutnya, mengajak semua elemen bangsa kem- bali ke cita-cita yang sudah diletakkan para pendiri negara, yakni tegaknya NKRI dengan fondasi keberagam- an sebagaimana diamanatkan Pancasila. “Presiden Jokowi juga mengajak rakyat Indonesia kembali ke Konstitusi, di mana ada jaminan kebebas- an, persamaan hak di hadap- an hukum dan politik, per- lindungan terhadap warga negara dan nilai-nilai lain- nya,” ujarnya. Pandangan senada disam- paikan Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang. Menurutnya, pemerintah perlu menegakkan Konstitusi dan hukum untuk menyelamatkan bangsa yang berada di ambang perpecahan. Pemerintah jangan mentol- erir berbagai tindakan baik oleh individu atau kelompok tertentu yang ingin meng- gantikan ideologi Pancasila, UUD 1945, mengganggu keberagaman, dan ingin menghancurkan NKRI. “Di dalam negara demo- kratis memang ada kebebasan, namun kebebasan tersebut dibatasi oleh keberadaan orang lain dan hukum sehingga kebebasannya bisa dipertang- gungjawabkan. Karena itu, wajib menjamin kebebasan bertanggung jawab ini dengan penegakan hukum. Siapapun yang melawan atau melanggar perlu ditindak, atau istilah Presiden Jokowi ‘digebuk’ secara hukum,” ujarnya. Dia mengingatkan, terla- lu mahal harganya jika bangsa Indonesia dibiarkan pecah oleh para pengganggu NKRI, dan pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Para pejuang, kata dia telah berdarah-darah mendirikan dan mempertahankan NKRI dari para penjajah. “Lalu sekarang kita membiarkan kelompok ter- tentu untuk menghancurkan NKRI. Ini tidak bisa dibiar- kan. Pemerintah harus tegas, dan rakyat harus mendukung- nya. Kita sudah ratusan tahun dijajah, sehingga jangan beri ruang kepada pengganggu NKRI mengobok-obok kita,” tegas dia. Para pengganggu tersebut tidak semata mereka yang ingin mengubah NKRI dan Pancasila, tetapi juga mere- ka yang menghambat jalan- nya pemerintahan karena kepentingan politik dan bisnisnya terganggu oleh kebijakan pemerintah. Kelompok dimaksud di antaranya mafia pangan, mafia migas, dan pelaku praktik ekonomi ilegal lainnya. Provokasi Sebastian meminta rak- yat jeli melihat situasi sekarang, bahwa ada politi- si yang memanfaatkan atau memprovokasi untuk menga- caukan situasi seperti seka- rang ini. Dia meminta rakyat menghukum mereka dengan tidak memilih yang bersang- kutan atau parpolnya di Pilkada Serentak 2018 atau Pemilu 2019 yang akan datang. “Ini adalah hukum- an politik bagi mereka,” tutur dia. Sementara itu, peneliti senior CSIS J Kristiadi mengingatkan, negara gagal jika institusi-institusi nega- ra menjadi bobrok karena perilaku para elite atau pejabatnya. Pasalnya, para elite atau pejabat di institu- si negara tersebut tidak memikirkan kepentingan rakyat lagi, tetapi lebih memikirkan kekuasaan dan upaya mempertahankan kekuasaannya. “Kepala negara dan pemerintah harus bertindak. Jika tidak, NKRI akan hancur. Sekarang saja sudah tercium bau kematian NKRI. Jadi, perlu tindakan tegas dan cepat Presiden Jokowi untuk menyelamatkan kematian NKRI. Negara punya segala instrumen untuk menegakkan hukum, mensejahterakan, dan melindungi rakyat,” tandasnya. Secara terpisah, sosiolog Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Sigit Rochadi mengi- lai, penggunaan istilah “menggebuk”, bagi orang Jawa sangat keras maknanya. Penggunaan kata itu menun- jukkan kemarahan Presiden Jokowi melihat kondisi kebangsaan yang terjadi saat ini. “Ini cermin kemarahan Presiden,” jelasnya. Dia menjelaskan, kete- gasan yang ditunjukkan Presiden lantaran merasakan kekuasaannya diganggu terus oleh kelompok, baik dari dalam pemerintahan maupun dari luar pemerintahan. [YUS/FAT/A-17] Utama 2 Suara Pembaruan Jumat, 19 Mei 2017 K egoncangan politik di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) seper- tinya bakal kembali terjadi. Selama ini, partai berlam- bang Kabah itu sudah terbe- lah menjadi dua kubu, yakni kubu Ketua PPP versi Muktamar Jakarta Djan Faridz dan Ketua PPP versi Muktamar Surabaya Romahurmuziy atau biasa disapa Romi. Sudah tiga tahun konflik di internal PPP itu belum juga tuntas, bahkan persoalannya sudah dibawa sampai ke Mahkamah Agung (MA). Kapal PPP pun terancam mendapatkan goncangan yang kuat. Segala cara sudah diambil untuk mela- kukan rekonsiliasi, namun belum juga membuahkan hasil. Konflik internal malah semakin tajam. “Jujur saja. Kondisi ini mengkhawatir- kan. Sudah akut. Bagaimana lagi menyelesai- kannya. Ya, kami sudah mengusulkan untuk digelar musyawarah nasional (munas),” kata sumber SP di Jakarta, Kamis (18/5) malam. Sumber itu mengung- kapkan, Majelis Penyelamat Partai (MPP), yang anggo- tanya terdiri atas anggota PPP dari kubu Romi dan Djan Faridz sepakat untuk menggelar muna) dengan para alim ulama pen- diri partai. Tujuannya satu, yakni menyelesai- kan masalah inter- nal PPP. Rencananya, munas akan digelar 23-24 Mei 2017. Apakah setelah munas lantas persoalan PPP akan selesai? Siapa tokoh yang akan menyatakan dan malah menjadi ketua umum? Menjawab itu, sumber ter- sebut tersenyum. “Sudah ada (calon ketua umum, Red). Dia adalah tokoh yang dicopot dari salah satu kubu,” katanya. Sumber itu mengatakan, pihaknya telah mendapat amanah dari para sesepuh PPP untuk mencari dukung- an agar mantan kader PPP itu bisa menjadi ketua umum. “Ada tiga hal yang akan dibahas dalam munas nanti. Yang utama adalah soal pertanggungjawaban Romi dan Djan Faridz seba- gai ketua umum masing-ma- sing kubu dan kaitannya dengan konflik yang terjadi selama tiga tahun itu,” tam- bahnya. [W-12] Incar Ketua Umum, Munas PPP Didorong Ketegasan Presiden Bakal Didukung Publik Penggunaan kata "menggebuk" menunjukkan kemarahan Presiden Jokowi melihat kondisi kebangsaan yang terjadi saat ini. ANTARA/PUSPA PERWITASAR Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kelima kanan), Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (keempat kanan) dan tokoh-tokoh lintas agama menyampaikan keterangan pers usai pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/5). Presiden meminta semua pihak untuk menghentikan gesekan yang membuat dinamika kehidupan berbangsa memanas dan memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI untuk tidak ragu-ragu menindak tegas segala bentuk ucapan serta tindakan yang mengganggu persatuan dan persaudaraan.

Upload: ngokhanh

Post on 15-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ketegasan Presiden Bakal Didukung Publik - gelora45.com filekeberagaman, dan ingin menghancurkan NKRI. “Di dalam negara demo-kratis memang ada kebebasan, ... NKRI, dan pihak yang

[JAKARTA] Peringatan keras Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada pihak-pihak yang hendak bertindak inkon-stitusional, hendaknya ditin-daklanjuti dengan tindakan tegas sebagai langkah konkret menegakkan Konstitusi. Langkah tegas Presiden akan didukung penuh masyarakat, karena mayoritas rakyat masih percaya pada pemerintahan Jokowi.

“Masyarakat menilai apa yang disampaikan Presiden Jokowi akan ‘menggebuk’ pihak-pihak yang bertindak inkonstitusional, merupakan wujud keprihatinannya ter-hadap situasi bangsa ini. Tindakan yang dilakukan Presiden adalah untuk menye-lamatkan bangsa Indonesia dari pihak-pihak yang mau menghancurkan NKRI dan Pancasila,” ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris, di Jakarta, Jumat (19/5).

Istilah “menggebuk” yang dilontarkan Presiden Jokowi saat pertemuan dengan pim-pinan media massa, Rabu (17/5), menurut Syamsuddin, ditujukan kepada pihak-pihak yang dinilai memanfaafkan situasi sekarang untuk men-jatuhkan pemerintahan yang sah. Mereka itu berlatar belakang berbeda, seperti kelompok yang ingin meng-ubah NKRI dengan bentuk negara yang lain, menggan-

ti ideologi Pancasila, kelom-pok yang kepentingan bis-nisnya terganggu, dan para politisi yang haus kekuasaan.

“Dengan latar belakang berbeda, tetapi tujuan sama, mereka bersatu dan meman-faatkan momentum sekarang ini untuk menjatuhkan Jokowi dan menghancurkan NKRI. Jadi, sudah tepat yang dika-takan Jokowi,” tandasnya.

Selain itu, Presiden Jokowi, lanjutnya, mengajak semua elemen bangsa kem-bali ke cita-cita yang sudah diletakkan para pendiri negara, yakni tegaknya NKRI dengan fondasi keberagam-an sebagaimana diamanatkan Pancasila.

“Presiden Jokowi juga mengajak rakyat Indonesia kembali ke Konstitusi, di mana ada jaminan kebebas-an, persamaan hak di hadap-an hukum dan politik, per-lindungan terhadap warga negara dan nilai-nilai lain-nya,” ujarnya.

Pandangan senada disam-paikan Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) Sebastian Salang. Menurutnya, pemerintah perlu menegakkan Konstitusi dan hukum untuk menyelamatkan bangsa yang berada di a m b a n g p e r p e c a h a n . Pemerintah jangan mentol-erir berbagai tindakan baik oleh individu atau kelompok tertentu yang ingin meng-gantikan ideologi Pancasila, UUD 1945, mengganggu keberagaman, dan ingin menghancurkan NKRI.

“Di dalam negara demo-kratis memang ada kebebasan, namun kebebasan tersebut dibatasi oleh keberadaan orang lain dan hukum sehingga kebebasannya bisa dipertang-gungjawabkan. Karena itu, wajib menjamin kebebasan bertanggung jawab ini dengan penegakan hukum. Siapapun yang melawan atau melanggar perlu ditindak, atau istilah Presiden Jokowi ‘digebuk’

secara hukum,” ujarnya.Dia mengingatkan, terla-

lu mahal harganya jika bangsa Indonesia dibiarkan pecah oleh para pengganggu NKRI, dan pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Para pejuang, kata dia telah berdarah-darah mendirikan dan mempertahankan NKRI dari para penjajah.

“Lalu sekarang kita membiarkan kelompok ter-tentu untuk menghancurkan NKRI. Ini tidak bisa dibiar-kan. Pemerintah harus tegas, dan rakyat harus mendukung-nya. Kita sudah ratusan tahun dijajah, sehingga jangan beri ruang kepada pengganggu NKRI mengobok-obok kita,” tegas dia.

Para pengganggu tersebut tidak semata mereka yang ingin mengubah NKRI dan

Pancasila, tetapi juga mere-ka yang menghambat jalan-nya pemerintahan karena kepentingan politik dan bisnisnya terganggu oleh kebijakan pemerintah. Kelompok dimaksud di antaranya mafia pangan, mafia migas, dan pelaku praktik ekonomi ilegal lainnya.

ProvokasiSebastian meminta rak-

yat jeli melihat situasi sekarang, bahwa ada politi-si yang memanfaatkan atau memprovokasi untuk menga-caukan situasi seperti seka-rang ini. Dia meminta rakyat menghukum mereka dengan tidak memilih yang bersang-kutan atau parpolnya di Pilkada Serentak 2018 atau Pemilu 2019 yang akan

datang. “Ini adalah hukum-an politik bagi mereka,” tutur dia.

Sementara itu, peneliti senior CSIS J Kristiadi mengingatkan, negara gagal jika institusi-institusi nega-ra menjadi bobrok karena perilaku para elite atau pejabatnya. Pasalnya, para elite atau pejabat di institu-si negara tersebut tidak memikirkan kepentingan rakyat lagi, tetapi lebih memikirkan kekuasaan dan upaya mempertahankan kekuasaannya.

“Kepala negara dan pemerintah harus bertindak. Jika tidak, NKRI akan hancur. Sekarang saja sudah tercium bau kematian NKRI. Jadi, perlu tindakan tegas dan cepat Presiden Jokowi untuk menyelamatkan kematian

NKRI. Negara punya segala instrumen untuk menegakkan hukum, mensejahterakan, dan melindungi rakyat,” tandasnya.

Secara terpisah, sosiolog Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Sigit Rochadi mengi-lai, penggunaan istilah “menggebuk”, bagi orang Jawa sangat keras maknanya. Penggunaan kata itu menun-jukkan kemarahan Presiden Jokowi melihat kondisi kebangsaan yang terjadi saat ini. “Ini cermin kemarahan Presiden,” jelasnya.

Dia menjelaskan, kete-gasan yang ditunjukkan Presiden lantaran merasakan kekuasaannya diganggu terus oleh kelompok, baik dari dalam pemerintahan maupun dari luar pemerintahan. [YUS/FAT/A-17]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Jumat, 19 Mei 2017

Kegoncangan politik di tubuh Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) seper-tinya bakal kembali terjadi. Selama ini, partai berlam-bang Kabah itu sudah terbe-lah menjadi dua kubu, yakni kubu Ketua PPP versi Muktamar Jakarta Djan Faridz dan Ketua PPP versi Muktamar Surabaya Romahurmuziy atau biasa disapa Romi. Sudah tiga tahun konflik di internal PPP itu belum juga tuntas, bahkan persoalannya sudah dibawa sampai ke Mahkamah Agung (MA).

Kapal PPP pun terancam

mendapatkan goncangan yang kuat. Segala cara sudah diambil untuk mela-kukan rekonsiliasi, namun belum juga membuahkan hasil. Konflik internal malah semakin tajam. “Jujur saja. Kondisi ini mengkhawatir-kan. Sudah akut. Bagaimana lagi menyelesai-kannya. Ya, kami sudah mengusulkan untuk digelar musyawarah nasional (munas),” kata sumber SP di Jakarta, Kamis (18/5) malam.

Sumber itu mengung-kapkan, Majelis Penyelamat

Partai (MPP), yang anggo-tanya terdiri atas anggota PPP dari kubu Romi dan Djan Faridz sepakat untuk menggelar muna) dengan

para alim ulama pen-diri partai. Tujuannya satu, yakni menyelesai-kan masalah inter-

nal PPP. Rencananya, munas akan digelar 23-24 Mei 2017.

Apakah setelah munas lantas persoalan PPP akan selesai? Siapa tokoh yang akan menyatakan dan malah menjadi ketua umum? Menjawab itu, sumber ter-sebut tersenyum. “Sudah

ada (calon ketua umum, Red). Dia adalah tokoh yang dicopot dari salah satu kubu,” katanya.

Sumber itu mengatakan, pihaknya telah mendapat amanah dari para sesepuh PPP untuk mencari dukung-an agar mantan kader PPP itu bisa menjadi ketua umum. “Ada tiga hal yang akan dibahas dalam munas nanti. Yang utama adalah soal pertanggungjawaban Romi dan Djan Faridz seba-gai ketua umum masing-ma-sing kubu dan kaitannya dengan konflik yang terjadi selama tiga tahun itu,” tam-bahnya. [W-12]

Incar Ketua Umum, Munas PPP Didorong

Ketegasan Presiden Bakal Didukung Publik

Penggunaan kata "menggebuk"

menunjukkan kemarahan

Presiden Jokowi melihat kondisi

kebangsaan yang terjadi

saat ini.

“ANTARA/PusPA PeRwiTAsAR

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Panglima TNi Jenderal TNi Gatot Nurmantyo (kelima kanan), Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (keempat kanan) dan tokoh-tokoh lintas agama menyampaikan keterangan pers usai pertemuan di istana Merdeka, Jakarta, selasa (16/5). Presiden meminta semua pihak untuk menghentikan gesekan yang membuat dinamika kehidupan berbangsa memanas dan memerintahkan Kapolri dan Panglima TNi untuk tidak ragu-ragu menindak tegas segala bentuk ucapan serta tindakan yang mengganggu persatuan dan persaudaraan.