keteguhan ibrahim

11
Keteguhan Ibrahim ‘alaihissallam Dalam Mendakwahkan Tauhid Kepada Ayahnya Unsur terpenting dalam proses penyucian jiwa ialah dengan menegakkan tauhidullah, menjadikannya sebagai pilar utama sehingga mempengaruhi unsur- unsur lain dalam jiwa. Apabila tauhid seseorang baik, maka baik pula unsur lainnya. Demikian sebaliknya, apabila tauhid seseorang buruk, hal itupun akan sangat berpengaruh dalam setiap gerak langkah kehidupannya. Dan kita berharap semoga AllahSubhanahu wa Ta’ala selalu memberikan taufik dan petunjuk-Nya. Dalam mempelajari perjalanan hidup Nabi Ibrahim ‘alaihissallam, kita akan mendapatkan diri beliau sebagai insan yang sangat teguh dan gigih dalam menegakkan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang agung, yakni tauhid. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa moment, di antaranya: 1. Dakwah Tuhid Kepada Ayah Beliau ‘Alaihissallan Dengan Sabar Dan Penuh Santun. Al-Hafihz Ibnu Katsiir rahimahullah berkata, “Penduduk negeri Harran adalah kaum musyrikin penyembah bintang dan berhala. Seluruh penduduk bumi adalah orang- orang kafir kecuali Ibrahim ‘alaihissallam, isterinya, dan kemenakannya, yaitu Nabi Luth ‘alaihissallam. Ibrahim ‘alaihissallam terpilih menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menghapus kesyirikan tersebut dan menghilangkan kebatilan-kabatilan yang sesat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan kepadanya kegigihan sejak masa kecilnya. Beliau diangkat menjadi Rasul, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala pada masa berikutnya. Awal dakwah tauhid yang beliau ‘alaihissallam tegakkan, ialah diarahkan kepada ayahnya, karena ia seorang penyembah berhala dan yang paling berhak untuk diberi nasihat (Al-Bidayah wan-Nihayah, juz 1, hal: 326). Syaikh as-Sa`di rahimahullah berkata,”Ibrahim ‘alaihissallam adalah sebaik-baik para nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, … yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan kenabian pada anak keturunnya. Dan kepada mereka diturunkan kitab-kitab suci. Dia telah mengajak manusia menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, bersabar terhadap siksa yang ia dapatkan (dalam perjalanan dakwahnya), ia mengajak orang-orang yang dekat (dengannya) dan orang-orang yang jauh, ia bersungguh-sungguh dalam berdakwah terhadap ayahnya bagaimanapun caranya…” (Tafsir as-Sa`di, hal: 443.) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Upload: chalista

Post on 18-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kisah

TRANSCRIPT

Keteguhan IbrahimalaihissallamDalam Mendakwahkan Tauhid Kepada AyahnyaUnsur terpenting dalam proses penyucian jiwa ialah dengan menegakkan tauhidullah, menjadikannya sebagai pilar utama sehingga mempengaruhi unsur-unsur lain dalam jiwa. Apabila tauhid seseorang baik, maka baik pula unsur lainnya. Demikian sebaliknya, apabila tauhid seseorang buruk, hal itupun akan sangat berpengaruh dalam setiap gerak langkah kehidupannya. Dan kita berharap semoga AllahSubhanahu wa Taalaselalu memberikan taufik dan petunjuk-Nya.Dalam mempelajari perjalanan hidup Nabi Ibrahimalaihissallam, kita akan mendapatkan diri beliau sebagai insan yang sangat teguh dan gigih dalam menegakkan hak AllahSubhanahu wa Taalayang agung, yakni tauhid. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa moment, di antaranya:1. Dakwah Tuhid Kepada Ayah Beliau Alaihissallan Dengan Sabar Dan Penuh Santun.Al-Hafihz Ibnu Katsiirrahimahullahberkata, Penduduk negeri Harran adalah kaum musyrikin penyembah bintang dan berhala. Seluruh penduduk bumi adalah orang-orang kafir kecuali Ibrahimalaihissallam, isterinya, dan kemenakannya, yaitu Nabi Luthalaihissallam. Ibrahimalaihissallamterpilih menjadi hamba AllahSubhanahu wa Taalayang menghapus kesyirikan tersebut dan menghilangkan kebatilan-kabatilan yang sesat. AllahSubhanahu wa Taalatelah menganugerahkan kepadanya kegigihan sejak masa kecilnya. Beliau diangkat menjadi Rasul, dan AllahSubhanahu wa Taalamemilihnya sebagai kekasih AllahSubhanahu wa Taalapada masa berikutnya.Awal dakwah tauhid yang beliaualaihissallamtegakkan, ialah diarahkan kepada ayahnya, karena ia seorang penyembah berhala dan yang paling berhak untuk diberi nasihat (Al-Bidayah wan-Nihayah, juz 1, hal: 326).Syaikh as-Sa`dirahimahullahberkata,Ibrahimalaihissallamadalah sebaik-baik para nabi setelah Nabi Muhammadshallallahu alaihi wa sallam, yang telah AllahSubhanahu wa Taalajadikan kenabian pada anak keturunnya. Dan kepada mereka diturunkan kitab-kitab suci. Dia telah mengajak manusia menuju AllahSubhanahu wa Taala, bersabar terhadap siksa yang ia dapatkan (dalam perjalanan dakwahnya), ia mengajak orang-orang yang dekat (dengannya) dan orang-orang yang jauh, ia bersungguh-sungguh dalam berdakwah terhadap ayahnya bagaimanapun caranya (Tafsir as-Sa`di, hal: 443.)AllahSubhanahu wa Taalaberfirman, Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya; Wahai Ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun?. (QS. Maryam:42).Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahimalaihissallammendakwahkan tauhid kepada ayahnya dengan ungkapan sangat lembut dan ucapan yang baik untuk menjelaskan kebatilan dalam perbuatan syirik yang dilakukannya?! (Tafsir as-Sa`di, hal: 444). Penolakan ayahnya terhadap dakwah itu tidak menyurutkan semangat serta sikap sayang terhadap ayahnya dengan tetap akan memintakan ampunan, sekalipun permohonan ampun itu tidak dibenarkan oleh AllahSubhanahu wa Taala. Disebutkan dalam firman-Nya, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk ayahnya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkan kepada ayahnya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya adalah musuh AllahSubhanahu wa Taala, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At-Taubah: 114).Dalam usaha yang lain, Ibrahim berdialog dengan ayahnya: Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar. Layakkah engkau menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kekeliruan yang nyata. (QS. Al-Anam: 74).Syaikh as-Sadi berkata,Dan ingatlah (terhadap) kisah Ibrahimalaihissallammanakala AllahSubhanahu wa Taalamemuji dan memuliakannya saat ia berdakwah mengajak kepada tauhid dan melarang dari berbuat syirik. (Tafsir as-Sa`di, hal: 224).Demikian, perjuangan dakwah tauhid yang disampaikan Nabi Ibrahimalaihissallamkepada kaumnya. AllahSubhanahu wa Taalamenjadikannya sebagai bagian dari ayat-ayat Alquran yang akan selalu dibaca dan dipelajari secara seksama.AllahSubhanahu wa Taalaberfirman, Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya, yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. (QS. Al-Ankabut: 16).Ibnu Katsirrahimahullahberkata dalam menafsirkan ayat ini: AllahSubhanahu wa Taalamengkabarkan tentang hamba-Nya, Rasul dan kekasih-Nya, yaitu Ibrahimalaihissallamsang imam para hunafa`, bahwa iaalaihissallamberdakwah mengajak kaumnya untuk beribadah kepada AllahSubhanahu wa Taalasemata dan tidak ada sekutu bagi-Nya, mengikhlaskan-Nya dalam ketakwaan, memohon rezeki hanya kepada-Nya, dan mengesakan-Nya dalam bersyukur. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hal: 536).Keteguhan dakwah tauhid yang diperjuangkan Nabi Ibrahimalaihissallamjuga termaktub dalam firman AllahSubhanahu wa Taalasurat al-Anbiya` ayat 51-56. Dan dalam beberapa ayat disebutkan, bahwa dakwah tauhid kepada ayah dan kaumnya dilakukan secara bersamaan, seperti tersebut dalam surat asy-Syu`ara ayat 69, dan ash-Shaffat ayat 84.2. Nabi IbrahimalaihissallamTegar Dan Tabah Menghadapi Ujian Dan Siksaan.Sikap ini tercermin dalam kisah beliaualaihissallamsaat berdakwah mengajak manusia untuk bertauhid dan mengesakan AllahSubhanahu wa Taala, namun kebanyakan menolaknya dengan penuh kenistaan. Ketabahan Nabi Ibrahimalaihissallamini menjadi teladan bagi setiap dai dalam mengajak manusia menuju jalan yang diridhai AllahSubhanahu wa Taala. Kisah ketabahan Nabi Ibrahimalaihissallamdiabadikan dalam Alquran melalui firman-firman-Nya. Meskipun kaumnya dengan kuatnya untuk membakar dirinya, namun Nabi Ibrahimalaihissallamtetap tabah dan menyerahkan segala perkara kepada AllahSubhanahu wa Taala. Sebagaimana firman Allah Taala, . . . Ibrahim berkata: Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. Mereka berkata: Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu. Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. (QS. Ash-Shaffat: 95-98).As-Suddirahimahullahberkata: Mereka menahannya dalam sebuah rumah. Mereka mengumpulkan kayu bakar, bahkan hingga seorang wanita yang sedang sakit bernadzar dengan mengatakan sungguh jika AllahSubhanahu wa Taalatelah memberikan bagiku kesembuhan, maka aku akan mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Ibrahim. Setelah kayu bakar terkumpul menjulang tinggi, mereka mulai membakar setiap ujung tepian dari tumpukkan itu, sehingga apabila ada seekor burung yang terbang di atasnya niscaya ia akan hangus terbakar. Mereka mendatangi Nabi Ibrahimalaihissallamkemudian mengusungnya sampai di puncak tumpukan tinggi kayu bakar tersebut. Riwayat lain menyebutkan, ia diletakkan dalam ujung manjaniq.Nabi Ibrahimalaihissallammengangkat kepalanya menghadap langit, maka langit, bumi, gunung-gunung dan para malaikat berkata: Wahai, Rabb! Sesungguhnya Ibrahim akan dibakar karena (memperjuangkan hak-Mu)Nabi Ibrahim berkata, Ya, Allah, Engkau Maha Esa di atas langit, dan aku sendiri di bumi ini. Tiada seorang pun yang menyembah-Mu di atas muka bumi ini selainku. Cukuplah bagiku Engkau sebaik-baik Penolong. (Fathul-Bari, Juz 6, hal: 483).Mereka lantas melemparkan Nabi Ibrahimalaihissallamke dalam tumpukan kayu bakar yang tinggi, kemudian diserukanlah (oleh AllahSubhanahu wa Taala): Wahai api, jadilah dingin dan selamat bagi Ibrahim. (Tafsir ath-Thabari, Juz 9, hal: 43).Ibnu Abbas dan Abu al-Aliyah, keduanya berkata: Jika AllahSubhanahu wa Taalatidak mengatakan dan selamat bagi Ibrahim, niscaya api itu akan membinasakan Ibrahimalaihissallamdengan dinginnya. (Tafsir ath-Thabari, Juz 9, hal: 43).3. Yakin Terhadap Kebesaran AllahAzza wa JallaPada saat Nabi Ibrahim diletakkan di ujung manjaniq, ia dalam keadaan terbelenggu dengan tangan di belakang. Kemudian kaumnya melemparkan Nabi Ibrahimalaihissallamke dalam api, dan ia pun berkata: Cukuplah AllahAzza wa Jallabagi kami, dan Dia sebaik-baik Penolong.Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sahabat Ibnu Abbasradhiyallahu anhuma, ia berkata: (cukuplah AllahAzza wa Jallabagi kami dan Dia sebaik-baik penolong) telah diucapkan Nabi Ibrahimalaihissallamtatkala ia dilemparkan ke dalam api (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari, Juz 8, hal: 288, no. 4563).Demikianlah, Nabi Ibrahimalaihissallamsangat yakin dengan kebesaran, pertolongan dan perlindungan AllahAzza wa Jalla, karena beliau sedang memperjuangkan hak AllahAzza wa Jallayang terbesar, yakni tauhid dalam beribadah kepada-NyaSubhanahu wa Taala.Perintah AllahSubhanahu wa TaalaBerada Di Atas Segalanya1. Kisah dalam hijrah bersama Hajar dan Ismail (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari, Juz 6, hal: 478, no. 3364).Ketika Ismail baru saja dilahirkan dan dalam penyusuan ibunya (Hajar), Nabi Ibrahimalaihissallammembawa keduanya menuju Baitullah pada dauhah (sebuah pohon rindang) di atas zam-zam. Saat itu, tidak ada seorangpun di Makkah, dan juga tidak ada sumber air.Nabi Ibrahimalaihissallammeninggalkan jirab, yaitu kantung yang biasa dipakai untuk menyimpan makanan. Kantung itu berisi kurma untuk keduanya. Juga meninggalkan siqa` (wadah air) yang berisi air minum. Kemudian Nabi Ibrahimalaihissallamberpaling dan pergi. Hajar mengikutinya sembari berkata: Wahai, Ibrahim! Kemana engkau akan pergi meninggalkan kami di lembah yang sunyi dan tak berpenghuni ini? Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh, tak pula menghiraukannya. Kemudian Hajar pun bertanya: Apakah AllahSubhanahu wa Taalayang telah memerintahkan engkau dengan ini?Ibrahim menjawab,Ya.Mendengar jawaban itu, maka Hajar berkata: Jika demikian, AllahSubhanahu wa Taalatidak akan meninggalkan kami. Lantas Hajar kembali menuju tempatnya semula. Adapun Ibrahim, ia terus berjalan meninggalkan mereka, sehingga sampai di sebuah tempat yang ia tak dapat lagi melihat isteri dan anaknya. Ibrahim pun menghadapkan wajah ke arah Baitullah seraya menengadahkan tangan dan berdoa: Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [QS. Ibrahim ayat 37).2. Kisah Penyembelihan Ismail.Nabi Ibrahimalaihissallamberdoa: Wahai Rabb-ku, karuniakanlah untukku anak yang shalih, maka AllahSubhanahu wa Taalamemberikan kabar gembira kepadanya dengan kehadiran seorang anak yang mulia lagi penyabar. Dan tatkala anak itu saat mulai beranjak dewasa berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya: Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?Ismail menjawab: Wahai Ayahandaku, lakukanlah apa yang diperintahkan oleh AllahSubhanahu wa Taalakepadamu; insya Allah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar.Saat keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Setelah itu AllahSubhanahu wa Taalamemanggilnya: Wahai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) Kesejahteraan yang dilimpahkan kepada Ibrahim. Demikianlah AllahSubhanahu wa Taalamemberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba AllahSubhanahu wa Taalayang mukminin. Kisah ini dijelaskan di dalam Alquran dalam surat ash-Shaffat ayat 99-111.Dalam Tafsir al-Qurthubi, Juz 18, hal: 69 dan Tafsir al-Baghawi, Juz 4, hal: 33, Ibnu Abbas berkata:Ibrahim dan Ismail keduanya taat, tunduk patuh terhadap perintah AllahSubhanahu wa Taala. Ingatlah, renungkanlah kisah itu ketika keduanya akan melaksanakan perintah AllahSubhanahu wa Taala, dengan tulus dan tabah sang anak berkata: .Wahai Ayahku, kencangkanlah ikatanku agar aku tak lagi bergerak. .Wahai Ayahku, singsingkanlah baju engkau agar darahku tidak mengotori bajumu, maka akan berkurang pahalaku, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya beliau akan bersedih. .Dan tajamkanlah pisau Ayah serta percepatlah gerakan pisau itu di leherku agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu amat dahsyat. . .Wahai Ayah, apabila engkau telah kembali maka sampaikan salam (kasih)ku kepada ibunda, dan apabila bajuku ini Ayah pandang baik untuk dibawa pulang maka lakukanlah. : .(Saat itu, dengan penuh haru) Ibrahim berkata: Wahai anakku, sungguh engkau adalah anak yang sangat membantu dalam menjalankan perintah AllahSubhanahu wa Taala.Dalam Shahih Qashashil-Anbiya Ibnu Katsirrahimahullahberkata, Ini adalah ujian AllahSubhanahu wa Taalaatas kekasih-Nya (yakni Ibrahimalaihissallam) untuk menyembelih putranya yang mulia dan baru terlahir setelah beliau berumur senja. (Ujian ini terjadi) setelah Allah memerintahkannya untuk meninggalkan Hajar saat Ismail masih menyusui di tempat yang gersang, sunyi tanpa tumbuhan (yang dimakan buahnya), tanpa air dan tanpa penghuni. Ia taati perintah AllahSubhanahu wa Taalaitu, meninggalkan isteri dan putranya yang masih kecil dengan keyakinan yang tinggi dan tawakal kepada AllahSubhanahu wa Taala. Maka AllahSubhanahu wa Taalamemberikan kepada mereka kemudahan, jalan keluar, serta limpahan rezeki dari arah yang tiada disangka. Setelah semua ujian itu terlampaui, Allah menguji lagi dengan perintah-Nya untuk menyembelih putranya sendiri, yaitu Ismailalaihissallam. Dan tanpa ragu, Ibrahim menyambut perintah AllahSubhanahu wa Taalaitu dan segera mentaatinya. Beliaualaihissallammenyampaikan terlebih dahulu ujian AllahSubhanahu wa Taalatersebut kepada putranya, agar hati Ismail menjadi lapang serta dapat menerimanya, sehingga ujian itu tidak harus dijalankan dengan cara paksa dan menyakitkan. Subhanallah3. Perintah AllahSubhanahu wa Taalakepada Ibrahim untuk Berkhitan.Pada saat Ibrahimalaihissallamtelah mencapai umur senja (delapan puluh tahun), ia diuji oleh AllahSubhanahu wa Taaladengan beberapa perintah, di antaranya agar beliau berkhitan. Sebagaimana hadits Abi Hurairahradhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullahshallallahu alaihi wa sallambersabda: Ibrahimalaihissallamberkhitan di usia beliau delapan puluh tahun. (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari (Juz 6, hal: 468, no. 3356)).Beliaualaihissallamberkhitan dengan pisau besar (semisal kampak). Meskipun terasa sangat berat bagi diri beliaualaihissallam, namun hal itu tidak pernah membuatnya merasa ragu terhadap segala kebaikan perintah AllahSubhanahu wa Taala. Bahkan dalam sebuah riwayat, Ali bin Rabahradhiyallahu anhumenyebutkan bahwa : Beliau (Ibrahimalaihissallam) diperintah untuk berkhitan, kemudian beliau melakukannya dengan qadum. Maka AllahSubhanahu wa Taalamewahyukan Engkau terburu-buru sebelum Kami tentukan alatnya. Beliau mengatakan: Wahai Rabb, sungguh aku tidak suka jika harus menunda perintah-Mu. (Shahih Bukhari dan Fathul-Bari, Juz 6, hal: 472)4. Perintah AllahSubhanahu wa TaalaUntuk Membangun Ka`bah. Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj: 26-27).Dalam Shahih Bukhari disebutkan, bahwasanya Ibrahimalaihissallamberkata: Wahai anakku, sesungguhnya AllahSubhanahu wa Taalamemerintahkan aku sesuatu.Ismailalaihissallammenjawab: Lakukanlah perintah AllahSubhanahu wa Taalakepada engkau.Ibrahimalaihissallambertanya: Apakah engkau (akan) membantuku?Ismailalaihissallammenjawab: Ya, aku akan membantu engkau.Ibrahimalaihissallamberkata lagi: Sesungguhnya AllahSubhanahu wa Taalatelah memerintahkan aku untuk membangun disini sebuah rumah. (Nabi Ibrahimalaihissallammengisyaratkan tanah yang sedikit tinggi dibandingkan dengan yang ada di sekelilingnya). Saat itulah keduanya membangun pondasi-pondasi. Dan Ismailalaihissallammembawa kepada ayahnya batu-batu dan Ibrahimalaihissallammenyusunnya. Sehingga, ketika telah mulai tinggi, ia mengambil batu dan diletakkan agar Ibrahimalaihissallamdapat naik di atasnya. Demikian, dilakukan oleh keduanya, dan mereka berkata: Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 127).Dari pemaparan kisah-kisah di atas, banyak pelajaran penting dan berharga yang dapat dipetik, di antaranya:1. Nabi Ibrahimalaihissallamadalah hamba AllahSubhanahu wa Taaladan Rasul-NyaSubhanahu wa Taalayang amat taat kepada-NyaSubhanahu wa Taala, sehingga AllahSubhanahu wa Taalamenjadikannya sebagai hamba yang sangat disayangi.2. Pilar utama upaya tazkiyyatun-nufus adalah dalam hal tauhid. Dan berdakwah menyeru kepada tauhid merupakan amanat yang dipikul para nabi, dan sekaligus menjadi panutan bagi setiap dai.3. Kesabaran dalam mendakwahkan tauhid dan ketabahan dalam menghadapi ujian di jalan itu, harus dilakukan sesuai dengan cara yang dicontohkan oleh para rasulalaihissallam.4. Yakin terhadap AllahSubhanahu wa Taalamerupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengarungi kehidupan.5. Perintah AllahSubhanahu wa Taalamerupakan hal terpenting di atas segalanya. Ketulusan hati dalam melaksanakan segala perintah AllahSubhanahu wa Taalaadalah kebahagiaan. Maka selayaknya kita berupaya secara maksimal untuk melaksanakannya diiringi doa memohon taufik serta kemudahan dari AllahSubhanahu wa Taala.6. Segala contoh kebaikan telah ada pada diri para Rasulalaihissallamyang harus selalu menjadi suri tauladan bagi kita dalam setiap hal. Wallahul Musta`an..