keterampilan menulis2 ...
DESCRIPTION
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDTRANSCRIPT
KETERAMPILAN MENULIS
A. Pengertian Menulis
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari
kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan
sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf,
angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau
perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya
menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan,
serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain
(Syafi’ie, 1998:45). Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda
baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat
kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1-3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Menulis berarti menyampaikan pikiran,
perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang disampaikan kepada
orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai
dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam
klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin
teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang disalurkan
melalui bahasa itu.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa
yang ditulis mudah dipahami pembaca. Kemampuan menulis adalah kemampuan
seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dan perasaan kepada pihak lain
dengan melalui bahasa tulis (Saleh Abbas, 2006:125). Pendapat lainnya menyatakan
bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang.
B. Proses Menulis
Temple dkk. (1988:99) mengidentifikasi adanya lima tahap perkembangan
penulisan yang dialami anak, yaitu : prafonemik, fonemik tahap awal, nama-huruf,
transisi, dan menguasai.
Dalam tahap prafonemik anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf, tetapi
anak belum dapat menggabungkan huruf untuk menulis kata. Selanjutnya dalam tahap
fonemik awal, anak sudah mulai mengenali prinsip-prinsip fonetik, tahu cara kerja
tulisan, tetapi keterampilan mengoperasikan prinsip fonetik masih sangat terbatas. Pada
tahap nama-huruf (menguasai huruf) anak mulai dapat menerapkan prinsip fonetik dia
sudah menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu
kata. Dalam tahap transisi, penguasaan anak terhadap sistem tata tulis semakin lengkap.
Meskipun belum konsisten, dia sudah dapat menggunakakn ejaan dan tanda baca dalam
menulis, khususnya pemberian spasi antar kata.
C. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat
tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca,
mempersuasi pembaca, dan untuk menghasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1. Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik
menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu.
2. Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3. Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan
tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga
pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4. Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi
tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan
tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5. Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan
mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak
D. Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis
mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-
bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4)
menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1. Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak
pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi
(1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke
dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan
kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan
penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki
kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat
menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat
mengingat sampai evaluasi.
2. Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala
sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti
pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3)
pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya
enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3. Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Konsekuensinya, penulis harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4. Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal
yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang
disampaikan itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Penulis tak akan dapat
menyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau
pengetahuan yang memadai tentang apa yang akan dituliskan. Kecuali, kalau memang
apa yang disampaikan hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap
informasi yang diperlukan. Untuk keperluan itu, penulis mungkin akan membaca,
menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemerolehan informasi
itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta
menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Penulis akan berusaha
untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik
mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah
ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat
dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Akhadiah, (1988:1-2) mengungkapkan bahwa menulis banyak memberikan
manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis
berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir,
dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan,
dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan
berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-
mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6)
menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
E. Metode Pengajaran Menulis
1. Pengenalan huruf
Pengenalan huruf dilakukan melalui langkah-langkah : a. Menyajikan gambar, b.
Menyebut dan menulis nama yang terdapat dalam gambar, c. Menggunakan teknik
analisis dan sintesis, dan d. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf.
2. Latihan
Kegiatan yang dilakukan : a. Memegang pensil dan sikap duduk, b. Gerakan tangan
dalam menulis, c. Mengeblat, d. Menghubungkan titik-titik untuk membentuk huruf,
dan e. Menatap huruf/kata.
3. Menyalin tulisan
Kegiatan yang dilakukan : menyalin huruf, menyalin kata, menyalin kalimat, dan
menyalin bacaan sederhana.
4. Menulis halus atau indah
Penekanan diarahkan pada bentuk huruf, ukuran huruf, tebal tipisnya penulisan huruf,
serta kerapian tulisan.
5. Dikte/imlak
Kegiatan yang dilakukan dalam dikte meliputi : anak menyiapkan alat tulis, guru
mengucapkan kalimat, anak menulis kalimat yang diucapkan guru, tulisan anak
dikoreksi oleh temannya, dan anak membetulkan tulisannya titik.
6. Melengkapi
Kegiatan yang disarankan meliputi : melengkapi dengan huruf, melengkapi dengan
suku kata, dan melengkapi dengan kata.
7. Menulis nama
Kegiatan menulis nama difokuskan pada penulisan nama benda atau gambar, nama
orang, nama binatang, dan nama jalan.
8. Mengarang, sederhana berdasarkan gambar seri, cerita sederhana, atau pengalaman
anak.
F. Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing
Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas mneulis.
Rangkaian aktivitas menulis sebagaimana dikemukakan oleh Ellis, dkk (1989) dan
Tompkins (1994) yakni: pramenulis, pendrafan, perbaikan, penyuntingan dan publikasi.
Menurut Rofi’uddin (1997) menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang
bersifat fleksibel. Sedangakn menurut Graves (Saleh Abbas, 2006:137) rangkaian
aktivitas tersebut tidak dilaksanakan secara linear tetapi secara rekursif-simultan. Strategi
menulis terbimbing yang dimaksud adalah menulis terbimbing yang memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memilih dan mengembangkan topik yang
mereka senangi, sehingga ia merasa memiliki dan bertanggung jawab atas tulisannya
(Saleh Abbas, 2006:137).
Bimbingan-bimbingan yang diberikan:
1. Bimbingan pada tahap pra-menulis
a. Siswa mengidentifikasi, memilih dan menentukan topik berdasarkan tema
tertentu.
b. Mengenali bentuk tulisan yang akan dikembangkan melalui pemberian model
teks bacaan.
c. Menyusun kerangka karangan berdasarkan proses pengorganisasian topik.
2. Bimbingan pada tahap pendrafan
a. Siswa mengembnkan kerangka karangan menjadi draft sementara.
b. Siswa mengembangkan gagasan utama dan detail penjelasannya dengan baik.
3. Bimbingan pada tahap perbaikan
a. Siswa membacakan draft awal terhadap teman dengan baik.
b. Melakukan temu pendapat kelompok
c. Merencanakan dan melaksanakan perbaikan draft awal berdasarkan saran atau
tanggapan dari teman dan guru.
4. Bimbingan pada tahap penyuntingan
Bantuan yang diberikan pada tahap ini sama dengan pada tahap perbaikan.
Perbedaannya hanya pada fokus perbaikan. Dalam penyuntingan ini yang diperbaiki
adalah aspek mekanik, pilihan kata, dan penyusunan kalimat.
5. Bimbingan pada tahap pempublikasian
Bantuan yang diberikan pada tahap ini adalah menunjukkan pola penulisan yang
sesuai dengan media yang akan digunakan untuk mempublikasikan karya tulis.
G. Aspek Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh
siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan
suatu karangan. Badudu (Akip Effendy, 2012) mengemukakan yang perlu diperhatikan
dalam menulis, yaitu (1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2)
menggunakan kata dengan bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi
yang tepat, (4) merangkaikan kata dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau
kalimat dengan susunan yang tepat, (6) merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih
besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7) menyusun wacana dari paragraf-paragraf
dengan baik, (8) membuat karangan (wacana) dengan corak tertentu, deskripsi, narasi,
eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat surat (macam-macam surat), (10)
menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan (penelitian, pengalaman,
dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif menjadi pasif dan
sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13) mengubah wacana
( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).
Pelajaran mengarang menurut Moeljono (Akip Effendy, 2012) macamnya adalah
1. Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis.
Perbedaannya dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orang yang
diajak berbicara tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa
dalam surat dapat dikatakan mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat
kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah
surat yang dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian
bahasa dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman
yang tertentu.. sedangkan surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada
jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas
biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis tertentu.
2. Mengarang Cerita Non Fiksi
Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang
ada/terjadi sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang
berhibungan hal-hal yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungannya. Dengan demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja
yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.
3. Mengarang Cerita Fiksi
Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita
berdasarkan atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu
cerita pendek, fragmen, atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu
dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan
untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan yang produktif, (2) menghidupkan
fantasi dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan bakat mengarang.
4. Mengarang Lukisan Keadaan
Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang
menggambarkan suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan
mengarang lukisan keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu
dengan pengamatan secra teliti melalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan
keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean sebagai suatu lukisan, maka
kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu
menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang berupa lukisan
keadaan mengarah kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.
5. Menulis Berita Aktual
Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu
peristiwa dengan cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim
dipergunakan dalam persuratkabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang
penting yang disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan
peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan
(2) mengembangkan bakat kewartawanan.
6. Mengarang Puisi
Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi
ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada umumnya
yang terdapat pada diri masing-masing, (2) memberika latihan mengungkapkan
perasan dengan lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan
berbahasa, (3) mengajar memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu
senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba secara tidak langsung memahami
keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk menolong memecahkan kesulitan
yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan bakat.
7. Mengarang Esai
Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada
suatu saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu
pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial.
Tujuan mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah
yang pada suatu saat menarik perhatian orang.
8. Mengarang Naskah Pidato
Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan
kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato
yang resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis.
Selanjutnya untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang
akan disampaikan. Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1)
pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.
Syarat-syarat menulis
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-
hasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut
adalah (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan terhadap
kondisi pembaca, (3) menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemampuan memeriksa tulisan.
Berikut ini dikemukakan beberapa persyaratan atau kemampuan yang harus dipunyai
oleh seorang penulis.
1. Kemampuan menemukan masalah
Seseorang tidak dapat menulis apabila ia tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Oleh
karena itu, penulis harus mampu menemukan dan memahami masalah yang akan ditulisnya.
2. Kepekaan terhadap kondisi pembaca
Sebagai salah satu bentuk peristiwa komunikasi, menulis pada hakekatnya adalah
menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan kemauan, serta informasi ke dalam
tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain.
3. Menyusun perencanaan penulisan
Menulis memerlukan perencanaan. Oleh karena itu setiap kali seorang penulis akan
menulis suatu karangan ia harus mempunyai perencanaan penulisan.
4.Kemampuan menggunakan bahasa
Penulis harus menguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Ia menulis dalam
bahasa Indonesia dia harus menguasai bahasa Indonesia dan mampu
menggunakannya dengan baik dan benar.
5.Kemampuan memulai tulisan
Memulai menulis sering merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Hal ini dialami
baik oleh penulis yang sudah berpengalaman maupun orang yang baru belajar
menulis.
6.Kemampuan memeriksa naskah karangan sendiri
Menulis bukanlah pekerjaan sekali jadi, melainkan merupakan pekerjaan “lanjut
ulang”.
KESIMPULAN
Menulis sebagai keterampilan berbahasa, yang digunakan sebagai sarana atau media untuk
(1) menuangkam gagasan, ide, buah pikiran ke dalam bentuk tulisan, (2) menceritakan
sesuatu kepada orang lain melalui tulisan, (3) mengungkapkan ekspresi perasaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, (4) berkomunikasi secara tidak langsung
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Saleh. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Haryadi dan Zamzani. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Syafei, Imam. (1988). Retorika Dalam Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Tarigan, H.G. (1987). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Effendy, Akip. (2012). Hakikat Keterampilan Menulis. Diakses dari
http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis/. Pada
tanggal 27 Oktober 2012, jam 21:49 WIB.