kinerja perdagangan semester2 2013

152

Upload: febryana-rizqi-wasilaputri

Post on 28-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kinerja

TRANSCRIPT

Page 1: Kinerja Perdagangan Semester2 2013
Page 2: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN

VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian

2013

ISSN : 2086-4949

Page 3: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Page 4: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)

Jumlah Halaman : 128 halaman

Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc Penyunting : Ir. Sabarella, MSi. Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM. Naskah : Sri Wahyuningsih, S.Si Ir. Wieta B. Komalasari, M.Si. Ir. Efi Respati,MSi Ir. Noviati, M.Si Widyawati Rinawati, SE Design dan Layout : Heri Dwi Martono Heruwaty Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2013 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Page 5: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Page 6: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga publikasi “Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013” telah diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu output dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dalam mengemban visi dan misinya dalam mempublikasikan baik data sektor pertanian maupun hasil analisis datanya.

Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2013 merupakan publikasi lanjutan dari tahun sebelumnya yang secara rutin terdiri dari 2 (dua) nomor publikasi. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013 memuat gambaran umum kinerja perdagangan sektor pertanian secara umum serta analisis kinerja perdagangan komoditas KEDELAI, KENTANG, KENTANG, DAGING SAPI dan KELAPA SAWIT. Publikasi ini menyajikan keragaan data series masing-masing komoditas secara nasional dan internasional selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis indeks spesialisasi perdagangan-analisis daya saing, indeks keunggulan komperatif serta analisis lainnya untuk masing-masing komoditas pertanian.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan analisis kinerja perdagangan masing-masing komoditas strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2013

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. NIP. 19570725.198203.1.002

Page 7: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Page 8: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1

1.2. METODOLOGI ............................................................................... 2

BAB II. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN .............................. 7

2.1. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN ........ 8

2.2. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SUB SEKTOR

PERTANIAN ................................................................................ 10

2.3.GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS

PERTANIAN ................................................................................ 13

BAB III. KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI .......................................... 19

3.1. SENTRA PRODUKSI KEDELAI ..................................................... 19

3.2. KERAGAAN HARGA KEDELAI .. ................................................... 21

3.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI.. ........................... 26

3.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI ............................... 36

BAB IV. KINERJA PERDAGANGAN KENTANG .......................................... 39

4.1. SENTRA PRODUKSI KENTANG .................................................... 39

4.2. KERAGAAN HARGA KENTANG ..................................................... 41

4.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KENTANG .......................... 46

4.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KENTANG.............................. 56

LAMPIRAN ........................................................................................ 59

BAB V. KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................................ 65

5.1. SENTRA PRODUKSI JERUK ......................................................... 65

5.2. KERAGAAN HARGA JERUK ......................................................... 67

Page 9: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

5.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................. 71

5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................... 80

LAMPIRAN ................................................................................ 83

BAB VI. KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT ................................. 85

6.1. SENTRA PRODUKSI KELAPA SAWIT ............................................. 86

6.2. KERAGAAN HARGA KELAPA SAWIT ............................................. 87

6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT .................... 91

6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT ...................... 97

LAMPIRAN .............................................................................. 102

BAB VII. KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI ............................... 107

7.1. SENTRA PRODUKSI DAGING SAPI ............................................. 108

7.2. KERAGAAN HARGA DAGING SAPI .............................................. 110

7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI .................... 115

7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI....................... 124

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 127

Page 10: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas pertanian Indonesia, 2008 - 2012. ................................. 8

Tabel 2.2. Perkembangan neraca perdagangan komdoitas kedelai,

kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia,

2008 - 2012 .............................................................................. 13

Tabel 2.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) komoditas kedelai,

kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia, 2008

- 2012 ...................................................................................... 14

Tabel 2.4. IDR dan SSR komoditas komoditas kedelai, kentang, jeruk,

kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 - 2012 ................... 15

Tabel 2.5. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) komoditas kedelai,

kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia dalam

perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................ 15

Tabel 3.1. Perkembangan produksi kedelai di provinsi sentra di Indonesia,

2008 - 2012 .............................................................................. 20

Tabel 3.2. Perkembangan pola panen kedelai bulanan di Indonesia,

2011 - 2012 .............................................................................. 22

Tabel 3.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen Kedelai

bulanan di Indonesia, 2010 - 2012 .............................................. 23

Tabel 3.4. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas Kedelai, 2008 - 2012 .................................................. 27

Tabel 3.5. Kode HS dan deskripsi Kedelai segar dan olahan .......................... 29

Tabel 3.6. Perkembangan ekspor, impor Kedelai wujud segar dan olahan

berdasarkan kode HS, 2008 - 2012 ............................................. 30

Tabel 3.7. Negara tujuan ekspor Kedelai Indonesia, 2012 ............................. 33

Tabel 3.8. Negara asal impor Kedelai Indonesia, 2012 .................................. 34

Tabel 3.9. Lima negara eksportir Kedelai di dunia, 2007-2011 ....................... 35

Page 11: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 3.10. Sepuluh negara importir Kedelai (total) di dunia, 2007-2011 .......... 35

Tabel 3.11. Indeks spesialisasi perdagangan Kedelai segar, olahan dan

Kedelai total di Indonesia, 2008 – 2012 ....................................... 36

Tabel 3.12. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self

Sufficiency Ratio (SSR) Kedelai Indonesia, 2008 – 2012 ................. 38

Tabel 3.13. Indeks Keunggulan Komparatif (RCA) komoditas Kedelai

Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ........................ 38

Tabel 4.1. Perkembangan Ekspor-Impor dan neraca perdagangan kentang

di Indonesia, 2008 -2012 ............................................................ 46

Tabel 4.2. Kode HS dan deskripsi kentang segar dan olahan ......................... 49

Tabel 4.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Kentang segar, olahan,

dan total Kentang Indonesia, 2008 – 2012 ................................... 57

Tabel 4.4. IDR dan SSR Kentang Indonesia, 2008 – 2012 ............................. 58

Tabel 4.5. Indeks keunggulan komparatif Kentang Indonesia dalam

perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................. 58

Tabel 5.1. Produksi Jeruk di provinsi sentra di Indonesia, 2008-2012 ............. 66

Tabel 5.2. Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin

harga produsen-konsumen Jeruk di Indonesia, 2010 – 2012 .......... 70

Tabel 5.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas Jeruk, 2008 – 2012 .................................................... 72

Tabel 5.4. Kode HS dan deskripsi jeruk segar dan olahan .............................. 74

Tabel 5.5. Perkembangan nilai ekspor, impor Jeruk segar dan olahan

berdasarkan kode HS, 2008 – 2012 ............................................. 75

Tabel 5.6. Negara eksportir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011 ...................... 77

Tabel 5.7. Negara importir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011 ....................... 79

Tabel 5.8. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) Jeruk Indonesia,

2008 - 2012 .............................................................................. 80

Tabel 5.9. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)

Jeruk Indonesia, 2008 - 2012 ..................................................... 81

Page 12: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

Tabel 5.10. Indeks keunggulan komparatif komoditas Jeruk Indonesia

dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ...................................... 82

Tabel 6.1. Perkembangan necara perdagangan kelapa sawit Indonesia,

2008-2012 ................................................................................ 91

Tabel 6.2. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) minyak sawit, minyak inti

sawit dan lain-lain Indonesia, 2008-2012 ..................................... 98

Tabel 6.3. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)

kelapa sawit Indonesia, 2008-2012 ............................................ 99

Tabel 6.4. Indeks keunggulan Komparatif kelapa sawit Indonesia dalam

perdagangan dunia, 2008 - 2011 ............................................... 100

Tabel 7.1. Perkembangan produksi daging sapi di provinsi sentra di

Indonesia, 2008 – 2012 ............................................................ 109

Tabel 7.2. Perkembangan Harga Produsen dan harga konsumen daging

sapi bulanan di Indonesia, 2010 – 2012 .................................... 111

Tabel 7.3. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging

sapi, 2008 – 2012 .................................................................... 112

Tabel 7.4. Perkembangan harga konsumen daging sapi di sentra produksi

daging sapi, 2008 – 2012 .......................................................... 113

Tabel 7.5. Perkembangan harga produsen sapi dan konsumen daging sapi

di Indonesia, 2008 – 2012 ......................................................... 114

Tabel 7.6. Perkembangan ekspor-impor dan neraca perdagangan daging

sapi, 2008 - 2012 ..................................................................... 116

Tabel 7.7. Kode HS dan deskripsi daging sapi segar dan olahan, .................. 118

Tabel 7.8. Ekspor-impor daging sapi wujud segar dan beku serta olahan

berdasarkan kode HS,2012 ....................................................... 118

Tabel 7.9. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012 ...................... 120

Tabel 7.10. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012 ........................... 121

Tabel 7.11. Negara eksportir daging sapi di dunia, 2007 – 2011 ..................... 122

Tabel 7.12. Negara importir daging sapi di dunia, 2007 – 2011 ...................... 123

Page 13: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 7.13. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) daging sapi segar-beku

dan olahan dan daging sapi total Indonesia, 2008 – 2012 .......... 124

Tabel 7.14. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)

Daging Sapi Indonesia, 2008 – 2012......................................... 125

Tabel 7.15. Indeks keunggulan komparatif (RCA) daging sapi Indonesia

dalam perdagangan dunia, 2008-2011 ....................................... 126

Page 14: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas

pertanian, 2008 – 2012 ............................................................ 9

Gambar 2.2. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas pertanian, 2008 – 2012 ........................................... 10

Gambar 2.3. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata nilai

ekspor dan impor, 2008 - 2012 ................................................ 11

Gambar 2.4. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata volume

ekspor dan impor, 2008 – 2012 ............................................... 11

Gambar 2.5. Perkembangan neraca perdagangan sub sektor pertanian,

2008 – 2012 .......................................................................... 12

Gambar 3.1.a. Provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia, 2008 - 2012 ......... 20

Gambar 3.1.b. Kontribusi provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,

2008 - 2012 ........................................................................... 21

Gambar 3.2. Perkembangan pola panen kedelai di Indonesia, 2011 - 2012 ..... 22

Gambar 3.3. Perkembangan harga kedelai di tingkat produsen,

2011 – 2012 .......................................................................... 23

Gambar 3.4. Perkembangan harga konsumen Kedelai, 2011 - 2012 ............... 24

Gambar 3.5. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga

konsumen, 2011 - 2012 .......................................................... 25

Gambar 3.6. Perkembangan harga Kedelai segar, bungkil kedelai dan

minyak kedelai, 2011 - 2012 .................................................... 26

Gambar 3.7. Perkembangan neraca perdagangan Kedelai Indonesia,

2008 - 2012 ........................................................................... 28

Gambar 3.8. Kontribusi nilai ekspor – impor Kedelai segar dan olahan di

Indonesia, 2012 ..................................................................... 28

Gambar 3.9. Kedelai wujud olahan yang diekspor Indonesia, 2012 ................. 31

Gambar 3.10. Kedelai wujud olahan yang diimpor Indonesia, 2012 .................. 31

Page 15: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.11. Negara tujuan ekspor Kedelai Indonesia, 2012 ........................... 32

Gambar 3.12. Negara asal impor Kedelai Indonesia, 2012 ............................... 33

Gambar 3.13. Lima negara pengekspor Kedelai, 2007 – 2011 .......................... 34

Gambar 3.14. Sepuluh negara pengimpor Kedelai, 2007 – 2011 ....................... 36

Gambar 4.1. Provinsi sentra produksi Kentang di Indonesia, 2008 – 2012 ....... 40

Gambar 4.2. Kontribusi provinsi sentra produksi Kentang di Indonesia,

2008 – 2012 ........................................................................... 41

Gambar 4.3. Perkembangan pola panen Kentang di Indonesia, 2010-2012 ...... 42

Gambar 4.4. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen,

2011 - 2012 ........................................................................... 43

Gambar 4.5. Perkembangan harga kentang di tingkat konsumen,

2011 - 2012 ........................................................................... 44

Gambar 4.6. Harga produsen dan konsumen Kentang di provinsi sentra,

2012 ...................................................................................... 45

Gambar 4.7. Perkembangan disparitas harga kentang , 2011 - 2012 ............... 45

Gambar 4.8. Perkembangan neraca perdagangan Kentang Indonesia,

2008 - 2012 ........................................................................... 47

Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor, impor Kentang segar dan olahan, 2012 .... 48

Gambar 4.10. Kentang wujud segar yang diekspor dan di impor Indonesia,

2012 ...................................................................................... 50

Gambar 4.11. Kentang wujud olahan yang diekspor dan di impor Indonesia,

2012 ...................................................................................... 51

Gambar 4.12. Negara tujuan ekspor Kentang Indonesia, 2012 ......................... 52

Gambar 4.13. Negara asal impor Kentang Indonesia, 2012 ............................. .52

Gambar 4.14. Sepuluh negara pengekspor kentang segar, 2007 - 2011 ............ 53

Gambar 4.15. Sepuluh negara pengekspor kentang beku, 2007 - 2011 ............. 54

Gambar 4.16. Negara importir kentang segar terbesar di dunia, 2007 - 2011 .... 55

Gambar 4.17. Negara importir kentang beku terbesar di dunia, 2007 - 2011 ..... 56

Gambar 5.1.a. Provinsi sentra produksi jeruk di Indonesia, 2008 – 2012 ........... 66

Page 16: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv

Gambar 5.1.b. Perkembangan pangsa produksi jeruk di provinsi sentra,

2008 -2012 ............................................................................ 67

Gambar 5.2. Perkembangan luas panen Jeruk Siam per triwulan,

2008 - 2012 ........................................................................... 68

Gambar 5.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen Jeruk di

Indonesia, 2010 - 2012 ........................................................... 69

Gambar 5.4. Perkembangan harga produsen dan luas panen jeruk

siam/keprok di Indonesia, 2012 ............................................... 70

Gambar 5.5. Perkembangan harga internasional jeruk, 2010 - 2012 ............... 71

Gambar 5.6. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan

Jeruk Indonesia, 2008 – 2012 .................................................. 73

Gambar 5.7. Kontribusi nilai ekspor, impor Jeruk segar dan olahan di

Indonesia, 2012 ..................................................................... 73

Gambar 5.8. Negara tujuan ekspor Jeruk Indonesia, 2012 ............................. 76

Gambar 5.9. Negara asal impor Jeruk Indonesia, 2012 ................................. 77

Gambar 5.10. Negara eksportir Jeruk terbesar di dunia, 2007 - 2011 ............... 78

Gambar 5.11. Negara importir Jeruk terbesar di dunia, 2007 - 2011 ................. 80

Gambar 6.1. Provinsi sentra produksi minyak sawit Indonesia, 2008-2012 ...... 86

Gambar 6.2. Perkembangan pangsa produksi minyak sawit di provinsi

sentra, 2008 - 2012 ............................................................... 87

Gambar 6.3. Perkembangan harga produsen TBS bulanan, 2010 - 2012 ....... 88

Gambar 6.4. Perkembangan harga produsen TBS di beberapa provinsi

sentra di Indonesia, 2008 - 2012 ............................................. 88

Gambar 6.5. Perkembangan harga konsumen minyak goreng sawit di

Indonesia, 2008-2012 ............................................................. 89

Gambar 6.6. Margin harga TBS terhadap harga konsumen minyak goreng

sawit di Indonesia, 2008-2012 ................................................. 90

Gambar 6.7. Perkembangan harga minyak sawit dan minyak inti sawit di

pasar internasional, 2011-2012 ................................................ 90

Page 17: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 6.8. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa

sawit Indonesia, 2008-2012 ..................................................... 92

Gambar 6.9. Persentase ekspor dan impor minyak sawit, inti sawit dan

lain-lain di Indonesia, 2012 ...................................................... 92

Gambar 6.10. Persentase ekspor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode

HS, 2012 ................................................................................ 93

Gambar 6.11. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012 .................. 94

Gambar 6.12. Persentase impor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode

HS, 2012 ................................................................................ 95

Gambar 6.13. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2007-2011 .......... 96

Gambar 6.14. Negara Importir minyak sawit terbesar dunia, 2007-2011 ........... 97

Gambar 6.15. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan

Malaysia di Cina, 2009 dan 2012 ............................................ 101

Gambar 6.16. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan

Malaysia di India, 2009 dan 2012 ........................................... 101

Gambar 7.1. Provinsi sentra produksi Daging Sapi kering di Indonesia,

2008-2012 ........................................................................... 108

Gambar 7.2. Kontribusi provinsi sentra produksi daging sapi di Indonesia,

2008-2012 ........................................................................... 109

Gambar 7.3. Perkembangan harga sapi di tingkat produsen, 2010-2012 ........ 110

Gambar 7.4. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging

sapi, 2008 - 2012 .................................................................. 111

Gambar 7.5. Perkembangan harga daging sapi di tingkat konsumen,

2010-2012 ........................................................................... 112

Gambar 7.6. Perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi

sentra, 2008-2012 ................................................................. 113

Gambar 7.7. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga

konsumen, 2008-2012 ........................................................... 114

Gambar 7.8. Perkembangan harga daging sapi di tingkat dunia,

2011 – 2012 ......................................................................... 115

Page 18: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

Gambar 7.9. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi Indonesia,

2008 – 2012 ......................................................................... 117

Gambar 7.10. Kontribusi nilai ekspor - impor daging sapi segar dan olahan

di Indonesia, 2012 ................................................................. 117

Gambar 7.11. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diekspor Indonesia,

2012 .................................................................................... 119

Gambar 7.12. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diimpor Indonesia,

2012 .................................................................................... 119

Gambar 7.13. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012 ................... 120

Gambar 7.14. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012 ........................ 121

Gambar 7.15. Negara eksportir daging sapi terbesar dunia, 2007 - 2011 ......... 122

Gambar 7.16. Negara importir daging sapi dunia, 2007 - 2011 ....................... 123

Page 19: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Page 20: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor sub sektor

Pertanian, 2008 – 2012 ........................................................ 16

Lampiran 2.2. Perkembangan nilai neraca perdagangan sub sektor

Pertanian, 2008 – 2012 ........................................................ 17

Lampiran 4.1. Perkembangan produksi kentang di provinsi sentra di

Indonesia, 2008-2012 .......................................................... 59

Lampiran 4.2. Perkembangan pola panen kentang bulanan di Indonesia,

2010-2012 .......................................................................... 59

Lampiran 4.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen

kentang bulanan di Indonesia, 2010 – 2012 ........................... 59

Lampiran 4.4. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang di

provinsi sentra, 2008-2012 ................................................... 60

Lampiran 4.5. Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan,

2008 - 2012 ........................................................................ 60

Lampiran 4.6. Perkembangan ekspor dan impor kentang wujud segar dan

olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012 ............................. 61

Lampiran 4.7. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia, 2012 ...................... 62

Lampiran 4.8. Negara asal impor kentang Indonesia, 2012 ........................... 62

Lampiran 4.9. Negara eksportir kentang segar dunia, 2007 – 2011 ................ 62

Lampiran 4.10. Negara eksportir kentang beku dunia, 2007 – 2011 ................ 63

Lampiran 4.11. Negara Importir kentang segar dunia, 2007 - 2011 ................. 63

Lampiran 4.12. Negara Importir kentang beku dunia, 2007 - 2011 .................. 64

Lampiran 5.1. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012 .......................... 83

Lampiran 5.2. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012 ............................... 83

Lampiran 5.3. Kode HS enam digit dan deskripsi jeruk di dunia ..................... 84

Page 21: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

xx Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 6.1. Provinsi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia, 2008-

2012 ................................................................................. 102

Lampiran 6.2. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS)

dan harga perdagangan besar minyak sawit, 2000 – 2008 ..... 102

Lampiran 6.3. Perkembangan harga produsen TBS di provinsi sentra

produksi, 2008-2012 ........................................................... 103

Lampiran 6.4. Perkembangan rata-rata harga konsumen minyak goreng

sawit di Indonesia, 2008-2012 ............................................. 103

Lampiran 6.5. Perkembangan harga palm oil dan palm kernel oil di pasar

internasional, 2011-2012 .................................................... 104

Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti

sawit dan lain-lain, 2005 - 2009 ........................................... 104

Lampiran 6.7. Ekspor minyak sawit Indonesia per kode HS, 2012 ................ 105

Lampiran 6.8. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012 ............. 105

Lampiran 6.9. Impor minyak sawit Indonesia per kode HS, 2012 ................. 105

Lampiran 6.10. Negara eksportir minyak sawit dunia, 2007 – 2011 ................ 106

Lampiran 6.11. Negara Importir minyak sawit dunia, 2017 - 2011 ................. 106

Page 22: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. L ATAR BELAKANG

Peranan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomian di Indonesia

dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia tahun 2012 yang cukup besar yaitu 14,44% atau setara Rp

1.190 trilyun (angka sangat sementara, BPS) dan menempati urutan kedua

setelah sektor industri pengolahan. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga

kerja sebesar 33,89 persen tenaga kerja terserap di sektor pertanian dari

total tenaga kerja Indonesia.

Perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan global luar

negeri (internasional) untuk komoditas pertanian yang meliputi sub sektor

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan masih cukup

luas untuk terus dikembangkan. Sektor pertanian sudah terbukti

merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian

nasional, mengingat sektor pertanian terbukti masih dapat memberikan

kontribusi pada perekonomian nasional walaupun pada saat terjadi krisis.

Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian

dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan. Kementerian Pertanian

menetapkan 4 sukses pembangunan pertanian, dimana salah satunya

adalah “Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor”.

Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan perolehan

ekspor berbagai komoditi pertanian di satu sisi, dan menekan impor,

terutama komoditi-komoditi pertanian yang dapat dibudidayakan di dalam

negeri. Pelaksanaan pembangunan pertanian memerlukan dukungan paket

kebijakan komprehensif yang mampu meningkatkan keunggulan kompetitif

berbagai komoditi potensial untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus

menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian nasional di tengah-tengah

percaturan global dan mewujudkan swasembada pangan. Oleh karena itu,

Page 23: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

untuk mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kinerja ekspor

pertanian sebagai salah satu andalan sumber devisa negara, maka

kebijakan dan langkah-langkah terobosan ke depan sangat diperlukan.

Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

(Pusdatin) mulai tahun 2009 telah melakukan analisis mengenai kinerja

perdagangan komoditas pertanian yang dapat digunakan untuk mengetahui

sejauh mana kinerja perdagangan beberapa komoditas unggulan pertanian

serta posisi Indonesia di pasar internasional akan produk pertaniannya.

Analisis ini diterbitkan dalam bentuk Buku Kinerja Perdagangan Komoditas

Pertanian (ISSN No. 2086-4949). Analisis kinerja perdagangan Volume 4

No. 2 Tahun 2013 berisi analisis untuk komoditas kedelai, kentang, jeruk,

daging sapi dan kelapa sawit.

1.2. METODOLOGI

1.2.1. Sumber Data dan Informasi

Analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian tahun 2013

disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder

yang bersumber dari instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian

maupun di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS),

Kementerian Perdagangan, World Bank (www.worldbank.org), Food and

Agriculture Organization (www.FAO.org), Trademap (www.trademap.org)

dan Uncomtrade. (comtrade.un.org).

1.2.2. Cakupan Komoditas

Cakupan komoditas pertanian yang dianalisis pada Buku Kinerja

Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 No. 2 Tahun 2013 antara lain

meliputi komoditas unggulan nasional yaitu kedelai (sub sektor tanaman

pangan), kentang dan jeruk (sub sektor hortikultura), kelapa sawit (sub

sektor perkebunan) dan daging sapi (sub sektor peternakan).

Page 24: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

1.2.3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan analisis kinerja

perdagangan komoditas pertanian adalah sebagai berikut :

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis keragaan, diantaranya dengan

menyajikan nilai rata-rata pertumbuhan per tahun, rata-rata dan persen

kontribusi (share) yang mencakup indikator kinerja perdagangan komoditas

pertanian meliputi :

Produksi dan Luas Panen

Harga produsen, konsumen, dan internasional

Volume dan nilai ekspor-impor, berdasarkan wujud segar/primer

dan olahan/manufaktur, serta berdasarkan kode HS (Harmony

Sistem)

Negara tujuan ekspor dan negara asal impor

Negara eksportir dan importir dunia

B. Analisis Inferensia

Analisis inferensia yang digunakan dalam analisis kinerja perdagangan

komoditas pertanian antara lain :

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan

suatu komoditas. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu

komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau

importir komoditas Pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Page 25: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

iaia

iaia

M X

M - XISP

dimana :

iaX = volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia

iaM = volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia

Nilai ISP adalah

-1 s/d -0,5 : Berarti komoditas tersebut pada tahap pengenalan dalam

perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau negara bersangkutan sebagai pengimpor suatu komoditas

-0,4 s/d 0,0 : Berarti komoditas tersebut pada tahap substitusi impor

dalam perdagangan dunia 0,1 s/d 0,7 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap perluasan ekspor

dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat

0,8 s/d 1,0 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap pematangan

dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang sangat kuat.

Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative

Advantage – RCA) dan RSCA (Revealead Symetric Comparative Advantage)

Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo

yang melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan dari

perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-

produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky

(tanpa perdagangan). Balassa (1965) menemukan suatu pengukuran

terhadap keunggulan komparatif suatu negara secara empiris dengan

melakukan penghitungan matematis terhadap data-data nilai ekspor

suatu negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia. Penghitungan

Balassa ini disebut Revealed Comparative Advantage (RCA) yang

kemudian dikenal dengan Balassa RCA Index :

Page 26: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

w

iw

j

ij

XX

X

X

RCA

dimana:

ijX : Nilai ekspor komoditi i dari negara j (Indonesia)

jX : Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia)

iwX : Nilai ekspor komoditi i dari dunia

wX : Total nilai ekspor non migas dunia

Sebuah produk dinyatakan memiliki daya saing jika RCA>1, dan tidak

berdaya saing jika RCA<1. Berdasarkan hal ini, dapat dipahami bahwa

nilai RCA dimulai dari 0 sampai tidak terhingga.

Menyadari keterbatasan RCA tersebut, maka dikembangkan Revealed

Symmetric Comparative Advantage (RSCA), dengan rumus sebagai

berikut :

1)(RCA

1)-(RCA RSCA

Konsep RSCA membuat perubahan dalam penilaian daya saing, dimana

nilai RSCA dibatasi antara -1 sampai dengan 1. Sebuah produk disebut

memiliki daya saing jika memiliki nilai di atas nol, dan dikatakan tidak

memiliki daya saing jika nilai dibawah nol.

Import Dependency Ratio (IDR)

Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang menyediakan

informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.

Page 27: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh FAO (Food

and Agriculture Organization of the United Nations).

Penghitungan nilai IDR tidak termasuk perubahan stok dikarenakan

besarnya stok (baik dari impor maupun produksi domestik) tidak

diketahui.

100EksporImporProduksi

ImporIDR

Self Sufficiency Ratio (SSR)

Nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam kaitannya dengan

kebutuhan dalam negeri. SSR diformulasikan sbb.:

100EksporImporProduksi

ProduksiSSR

Market Penetration (Penetrasi Pasar)

Market Penetration adalah mengukur perbandingan antara ekspor

produk tertentu (X) dari suatu negara (Y) ke negara lainnya (Z)

terhadap Ekspor produk tertentu (X) dari dunia ke-Z. Market

Penetration bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penetrasi

(perembesan) komoditi tertentu dari suatu negara di negara tujuan

ekspor. Semakin besar nilai penetrasinya dibandingkan nilai penetrasi

dari negara lain maka berarti komoditi dari negara tersebut mempunyai

daya saing yang cukup kuat.

Rumus:

Export produk X dari negara Y ke negara Z x 100% Ekspor produk X dari dunia ke Z

Atau

Page 28: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7

Impor produk X negara Z dari Y x 100% Impor produk X negara Z dari dunia

Page 29: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

II. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN

Globalisasi secara teoretis penuh dengan tuntutan atas negara-

negara yang ingin (dipaksa harus) terlibat, seperti mengendurkan bea

masuk, mengendurkan proteksi, mengurangi subsidi, memangkas regulasi

ekspor-impor, perburuhan, investasi, dan harga, serta melakukan privatisasi

atas perusahaan milik negara. Kondisi tersebut tidak akan banyak

membawa produk-produk lokal ke pasar internasional. Syarat-syarat yang

ditetapkan sesungguhnya merupakan perangkap yang sulit ditembus oleh

negara dunia ketiga. Kecenderungannya akan mempercepat proses

penurunan daya saing produk lokal. Pada perkembangnnya, segala sesuatu

yang berbau lokal akan melemah dan hilang.

Sementara itu dalam organisasi APEC (ASIA-Pacific Economic

Cooperation) Indonesia telah berperan aktif dalam mencetuskan Bogor

Goals, yaitu mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas

dan terbuka tahun 2010 untuk negara maju serta 2020 untuk negara

berkembang. Anggota APEC saat ini merepresentasikan sepertiga populasi

dunia dan hampir 50% kekuatan perekonomian global. Dengan kata lain,

potensi pasar global dan gravitasi aktivitas ekonomi dunia berada di

kawasan ini. Masalahnya kini, seberapa jauh manfaat dan efektivitas forum

APEC bagi perdagangan dan investasi Indonesia.

Disisi lain pemasaran antar wilayah (perdagangan domestik)

komoditas pertanian pada umumnya terjadi karena adanya perbedaan

tingkat penawaran dan permintaan yang mempengaruhi keragaman harga

komoditas di setiap wilayah, aliran komoditas akan terjadi dari sentra

produsen yang harganya lebih rendah ke daerah konsumen yang harganya

lebih tinggi.

Page 30: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

2.1. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN

Gambaran umum kinerja perdagangan komoditas pertanian dilihat

dari neraca perdagangan luar negeri (ekspor dikurangi impor) yang meliputi

sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan

selama tahun 2008 - 2012 terlihat mengalami surplus baik dari sisi volume

maupun nilai, sepertibyang tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas pertanian Indonesia, 2008 – 2012

Pertumb. (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2013

1 Ekspor

- Volume (Ton) 27.154.761 29.572.229 28.768.085 29.959.656 30.672.967 3,18

- Nilai (000 US$) 29.300.337 23.037.582 32.522.974 43.365.004 33.690.927 7,71

2 Impor

- Volume (Ton) 12.593.233 13.401.150 16.874.998 22.917.892 19.352.756 13,15

- Nilai (000 US$) 11.341.139 9.897.316 13.983.327 20.598.660 13.930.495 10,87

3 Neraca Perdagangan

- Volume (Ton) 14.561.528 16.171.080 11.893.087 7.041.764 11.320.211 1,14

- Nilai (000 US$) 17.959.198 13.140.266 18.539.647 22.766.344 19.760.432 5,96

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Keterangan : -Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 & 2013 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama

wujud olahan/manufaktur

TahunNo. Uraian

Berdasarkan Tabel 2.1, surplus neraca perdagangan komoditas

pertanian dari tahun 2008 – 2012 relatif berfluktuasi. Pada tahun 2008

mencapai US$ 17,96 milyar namun pada tahun 2009 mengalami penurunan

menjadi sebesar US$ 13,14 milyar walaupun volumenya meningkat menjadi

16,17 juta ton. Surplus neraca perdagangan ini terus meningkat hingga

tahun 2012 menjadi US$ 19,76 milyar dengan volume sebesar 11,32 juta

ton.

Surplus neraca perdagangan dari sisi volume tahun 2008 - 2012

terlihat mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 1,14% per tahun.

Demikian pula bila dilihat dari sisi nilai neraca perdagangan menunjukkan

peningkatan surplus dengan rata-rata sebesar 5,96% per tahun. Volume

Page 31: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

ekspor dan impor komoditas pertanian ini secara lebih jelas dapat dilihat

pada Gambar 2.1, yang secara umum menunjukkan volume ekspor selalu

lebih tinggi dibandingkan volume impornya atau mengalami surplus dalam

neraca perdagangan pertanian.

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2008 2009 2010 2011 2012

(00

0 T

on

)

Volume Ekspor Volume impor

Gambar 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas pertanian,

2008 – 2012

Neraca nilai perdagangan komoditas pertanian secara rinci tersaji

pada Gambar 2.2. Surplus neraca nilai perdagangan terbesar selama

periode tahun 2008 – 2012 dicapai pada tahun 2011 sebesar US$ 22,77

milyar, dengan nilai ekspor sebesar US$ 43,37 milyar dan nilai impor

sebesar US$ 20,60 milyar. Pada tahun 2012, nilai ekspor dan impor

mengalami penurunan sehingga neraca nilai perdagangannya lebih rendah

dibandingkan tahun 2011.

Page 32: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

2008 2009 2010 2011 2012

(Ju

ta U

S$)

Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca Perdagangan

Gambar 2.2. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas pertanian, 2008 – 2012

2.2. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SUB SEKTOR

PERTANIAN

Sub sektor perkebunan merupakan andalan nasional dalam neraca

perdagangan sektor pertanian. Hal ini karena sub sektor perkebunan selalu

mengalami surplus dan dapat menutupi defisit yang dialami oleh sub sektor

lainnya. Neraca perdagangan sub sektor pertanian secara rinci disajikan

pada Lampiran 2.2. Surplus neraca perdagangan sektor pertanian terjadi

karena lebih dari 90% berasal dari nilai ekspor komoditas perkebunan

dengan persentase impor yang lebih kecil, sebaliknya untuk sub sektor

lainnya persentase nilai impor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspornya

(Gambar 2.3).

Page 33: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

tanaman pangan, 1,17% hortikultura;

1,39%

perkebunan; 94,35%

peternakan,3,09%

Nilai Eksportanaman pangan; 33,20%

hortikultura; 9,90%

perkebunan; 37,66%

peternakan; 19,25%

Nilai Impor

Gambar 2.3. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata nilai

ekspor dan impor, 2008 - 2012

Demikian pula halnya dari sisi volume ekspor seperti tersaji pada

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan merupakan sub

sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor

pertanian. Lebih dari 90% volume ekspor komoditas pertanian berasal dari

komoditas perkebunan dan bila dilihat kontribusi volume impornya hanya

sebesar 18,31% dari total volume impor komoditas pertanian. Sementara

persentase impor untuk sub sektor lainnya justru lebih tinggi dibandingkan

ekspornya. Volume impor yang terbesar adalah sub sektor tanaman

pangan mencapai 64,18% dari volume impor total pertanian. Volume

ekspor dan impor pertanian menurut sub sektor tahun 2008 – 2012 secara

rinci tersaji pada Lampiran 2.1.

tanaman pangan; 2,44%

hortikultura; 1,48%

perkebunan; 94,22%

peternakan; 1,86%

Volume Ekspor

tanaman pangan; 64,18%

hortikultura; 10,40%

perkebunan; 18,31%

peternakan; 7,11%

Volume Impor

Gambar 2.4. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata volume

ekspor dan impor, 2008 – 2012

Page 34: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

Surplus neraca nilai perdagangan sub sektor perkebunan pada tahun

2008 mencapai US$ 22,83 milyar dan mengalami penurunan pada tahun

2009 menjadi US$ 17,63 milyar, namun pada tahun-tahun berikutnya

surplus neraca nilai perdagangan sub sektor perkebunan terus mengalami

peningkatan hingga menjadi US$ 29,37 milyar di tahun 2012 dengan rata-

rata pertumbuhan per tahun meningkat sebesar 9,61%. Sementara neraca

nilai perdagangan sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan

selalu mengalami defisit. Selama periode 2008 – 2012 besarnya defisit sub

sektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan cenderung meningkat

dengan rata-rata masing-masing sebesar 25,37%, 28,27% dan 18,50% per

tahun seperti tersaji pada Gambar 2.5 dan lampiran 2.2.

(10.000)

(5.000)

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

2008 2009 2010 2011 2012

(00

0 T

on

)

Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan

Gambar 2.5. Perkembangan neraca perdagangan sub sektor pertanian,

2008 – 2012

Page 35: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

2.3. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN

Kinerja perdagangan suatu komoditas dapat dilihat dari besarnya

ekspor, impor dan neraca perdagangan. Selama periode tahun 2008 –

2012, nilai neraca perdagangan komoditas kedelai, kentang, jeruk, dan

daging sapi selalu mengalami defisit, sementara untuk komoditas kelapa

sawit selalu mengalami surplus yang berarti volume dan nilai ekspor kelapa

sawit lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai impornya.

Selama periode tahun 2008-2012, defisit neraca perdagangan kedelai,

kentang, jeruk dan daging sapi mengalami peningkatan dari sisi nilai

masing-masing sebesar 18,35%, 28,51%, 22,03% dan 14,62% pertahun.

Sedangkan pertumbuhan neraca perdagangan kelapa sawit dari sisi nilai

mengalami peningkatan surplus sebesar 10,44% per tahun.

Tabel 2.2. Perkembangan neraca perdagangan komoditas kedelai, kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Kedelai -724.470 -639.672 -861.194 -1.278.689 -1.304.085 18,35

Kentang -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064 28,51

Jeruk -122.448 -190.986 -182.089 -211.610 -255.158 22,03

Kelapa Sawit 14.097.123 11.712.318 15.370.205 19.722.984 19.552.196 10,44

Daging sapi -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420 14,62

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

KomoditasNeraca Perdagangan (000 US $)

Rata-rata

Pertumb.

(%)

Nilai ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan

perkembangan perdagangan suatu komoditas. Nilai ISP komoditas kedelai

pada tahun 2008 - 2012 mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -

0,95 hingga -0,98 yang berarti bahwa komoditas kedelai Indonesia

mempunyai daya saing yang sangat rendah. Komoditas lainnya yaitu

kentang, jeruk dan daging sapi juga bernilai negatif yang cukup besar. Hal

ini menunjukkan bahwa kentang, jeruk dan daging sapi Indonesia dalam

perdagangan masih dalam tahap pengenalan. Sementara untuk komoditas

Page 36: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

kelapa sawit Indonesia mempunyai daya saing yang sangat kuat atau pada

tahap pematangan dalam perdagangan dunia. Nilai ISP kedelai, kentang,

jeruk, kelapa sawit dan daging sapi selama periode tahun 2008 – 2012

secara rinci tersaji pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) komoditas kedelai,

kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Kedelai -0,978 -0,976 -0,977 -0,982 -0,948

Kentang -0,839 -0,870 -0,878 -0,890 -0,921

Jeruk -0,974 -0,975 -0,978 -0,987 -0,993

Kelapa Sawit 0,998 0,997 0,994 0,997 0,999

Daging sapi -0,999 -0,999 -0,999 -0,999 -0,999

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

KomoditasISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan)

Nilai IDR menyediakan informasi ketergantungan suatu negara

terhadap impor suatu komoditas. Sementara nilai SSR menunjukkan

besarnya produksi dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam negeri. Nilai

IDR kedelai Indonesia pada periode tahun 2008 – 2012 menunjukkan

bahwa supply kedelai Indonesia tergantung pada kedelai impor berkisar

antara 57,44% sampai 71,46%. Ketergantungan pada kedelai impor ini

utamanya adalah pada jenis kedelai segar. Nilai SSR komoditas kedelai

Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 kurang dari 50%, yang berarti

bahwa hanya sebagian kecil kebutuhan kedelai dipenuhi dari produksi

dalam negeri. Untuk komoditas kentang, jeruk dan daging sapi nilai SSR

juga bernilai positif yang menunjukkan bahwa Indonesia sudah bisa

mencukupi kebutuhan komoditas tersebut dalam negeri dengan proporsi

yang cukup besar dari produksi sendiri. Sementara kemampuan produksi

kelapa sawit dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian besar

untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR tahun 2008 sampai

2012 yang menunjukkan angka positif dan cukup besar.

Page 37: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 2.4. IDR dan SSR komoditas kedelai, kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Kedelai 60,06 57,44 65,75 71,06 71,46

Kentang 3,77 4,22 5,74 11,28 9,65

Jeruk 5,50 9,24 9,15 11,32 13,83

Minyak Sawit 0,27 0,99 0,82 0,35 0,04

Daging sapi 10,85 7,57 13,73 13,10 18,45

2008 2009 2010 2011 2012

Kedelai 39,99 42,58 34,26 28,96 28,62

Kentang 97,22 96,54 95,10 89,50 90,93

Jeruk 94,55 90,81 90,91 88,73 86,24

Minyak Sawit 538,37 902,25 384,35 345,57 502,93

Daging sapi 89,18 92,43 86,29 86,92 81,55

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

KomoditasImport Dependency Ratio (%)

KomoditasSelf Sufficiency Ratio (%)

Nilai RSCA menggambarkan besarnya daya saing suatu komoditas di

perdagangan dunia. Hasil perhitungan nilai RSCA menunjukkan bahwa

komoditas kedelai Indonesia secara umum tidak mempunyai daya saing di

pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RSCA yang negatif bahkan

hingga -0,97% pada tahun 2010 dan 2011. Untuk komoditas kentang,

jeruk dan daging sapi juga menunjukkan bahwa komoditas tersebut tidak

memiliki keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Sementara,

komoditas kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang

cukup besar di pasar dunia, hal ini ditunjukkan nilai RSCA tahun 2008 -

2011 mendekati nilai 1 dan relatif stabil selama periode tersebut.

Tabel 2.5. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) komoditas kedelai,

kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 – 2011

2008 2009 2010 2011

Kedelai -0,961 -0,962 -0,964 -0,968

Kentang -0,924 -0,936 -0,942 -0,922

Jeruk -0,977 -0,968 -0,977 -0,987

Kelapa Sawit 0,961 0,960 0,956 0,949

Daging sapi -0,999 -0,999 -0,999 -0,999

Sumber: BPS dan UNComtrade diolah Pusdatin

Revealead Symetric Comparative Advantage (RSCA)Komoditas

Page 38: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

Lampiran 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor sub sektor

Pertanian, 2008 - 2012

Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2012

1 Volume Ekspor

- Tanaman Pangan 812.290 786.627 892.454 807.265 234.274 706.582 -17,56

- Hortikultura 524.485 447.609 364.139 381.648 426.576 428.891 -4,18

- Perkebunan 25.182.681 27.864.811 27.017.306 27.863.746 29.826.443 27.550.997 4,45

- Peternakan 635.304 473.182 494.186 906.997 185.675 539.069 -4,27

Pertanian 27.154.760 29.572.229 28.768.085 29.959.656 30.672.968 29.225.540 3,18

2 Volume Impor

- Tanaman Pangan 7.414.293 7.788.215 10.504.604 15.363.009 14.440.737 11.102.172 20,04

- Hortikultura 1.429.967 1.524.666 1.560.808 2.052.271 2.138.802 1.741.303 11,17

- Perkebunan 2.683.739 2.963.532 3.578.061 4.311.982 1.571.475 3.021.758 -2,97

- Peternakan 1.065.235 1.124.737 1.231.525 1.190.630 1.201.742 1.162.774 3,17

Pertanian 12.593.234 13.401.150 16.874.998 22.917.892 19.352.756 16.164.851 13,15

3 Volume Ekspor

- Tanaman Pangan 2,99 2,66 3,10 2,69 0,76 2,44

- Hortikultura 1,93 1,51 1,27 1,27 1,39 1,48

- Perkebunan 92,74 94,23 93,91 93,00 97,24 94,22

- Peternakan 2,34 1,60 1,72 3,03 0,61 1,86

4 Volume Impor

- Tanaman Pangan 58,88 58,12 62,25 67,04 74,62 64,18

- Hortikultura 11,36 11,38 9,25 8,95 11,05 10,40

- Perkebunan 21,31 22,11 21,20 18,81 8,12 18,31

- Peternakan 8,46 8,39 7,30 5,20 6,21 7,11

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Keterangan : Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan/manufaktur

Pertumb. (%)

2008 - 2012

Tahun (Ton)

% terhadap Pertanian

No. Uraian

Page 39: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 2.2. Perkembangan nilai neraca perdagangan sub sektor pertanian, 2008 - 2012

Rata-rata

2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2012

1 Nilai Ekspor

- Tanaman Pangan 348.883 321.261 477.708 584.861 150.705 376.684 -2,76

- Hortikultura 433.921 379.739 390.740 491.304 504.538 440.048 4,71

- Perkebunan 27.369.363 21.581.669 30.702.864 40.689.768 32.479.157 30.564.564 8,37

- Peternakan 1.148.170 754.913 951.662 1.599.071 556.527 1.002.069 -1,34

Pertanian 29.300.337 23.037.582 32.522.974 43.365.004 33.690.927 32.383.365 7,71

2 Nilai Impor

- Tanaman Pangan 3.526.957 2.737.862 3.893.840 7.023.936 6.306.808 4.697.881 22,51

- Hortikultura 926.045 1.077.463 1.292.988 1.686.131 1.813.405 1.359.206 18,58

- Perkebunan 4.535.918 3.949.191 6.028.160 8.843.792 3.112.181 5.293.848 5,40

- Peternakan 2.352.219 2.132.800 2.768.339 3.044.801 2.698.100 2.599.252 4,77

Pertanian 11.341.139 9.897.316 13.983.327 20.598.660 13.930.494 13.950.187 10,87

3 Neraca Perdagangan

- Tanaman Pangan -3.178.074 -2.416.601 -3.416.132 -6.439.075 -6.156.103 -4.321.197 25,37

- Hortikultura -492.124 -697.724 -902.248 -1.194.827 -1.308.867 -919.158 28,27

- Perkebunan 22.833.445 17.632.478 24.674.704 31.845.976 29.366.976 25.270.716 9,61

- Peternakan -1.204.049 -1.377.887 -1.816.677 -1.445.730 -2.141.573 -1.597.183 18,50

Pertanian 17.959.198 13.140.266 18.539.647 22.766.344 19.760.433 18.433.178 5,96

4 Nilai Ekspor

- Tanaman Pangan 1,19 1,39 1,47 1,35 0,45 1,17

- Hortikultura 1,48 1,65 1,20 1,13 1,50 1,39

- Perkebunan 93,41 93,68 94,40 93,83 96,40 94,35

- Peternakan 3,92 3,28 2,93 3,69 1,65 3,09

5 Nilai Impor

- Tanaman Pangan 31,10 27,66 27,85 34,10 45,27 33,20

- Hortikultura 8,17 10,89 9,25 8,19 13,02 9,90

- Perkebunan 40,00 39,90 43,11 42,93 22,34 37,66

- Peternakan 20,74 21,55 19,80 14,78 19,37 19,25

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Keterangan : Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan/manufaktur

Pertumb. (%)

2008 - 2012

Tahun (000 US$)No. Uraian

% terhadap Pertanian

Page 40: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Page 41: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

III. KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga

setelah kedelai dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman

palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri

pangan dan pakan. Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang

cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat

maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di

dalam negeri untuk menekan laju impor. Produk kedelai sebagai bahan

olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan

industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.

Produksi kedelai di dalam negeri saat ini hanya mampu memenuhi

sekitar 30 persen konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus diperoleh

melalui impor. Impor kedelai diperkirakan akan makin besar pada tahun-

tahun mendatang, karena adanya kemudahan tataniaga impor di antaranya

berupa dihapusnya monopoli Bulog sebagai importir tunggal serta

dibebaskannya bea masuk dan pajak pertambahan nilai (PPN) kedelai.

Disamping itu, negara eksportir kedelai terbesar dunia, seperti Amerika

Serikat, juga menyediakan subsidi ekspor sehingga merangsang importir

kedelai di Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas itu.

Kinerja perdagangan komoditas kedelai ini disusun untuk memenuhi

kebutuhan akan informasi mengenai situasi global komoditas kedelai. Data

yang digunakan dalam kajian ini adalah bersumber dari Badan Pusat

Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan Kementan, FAO, USDA dan Uncomtrade.

3.1. SENTRA PRODUKSI KEDELAI

Kedelai selama ini dibudidayakan hampir di semua provinsi di

Indonesia sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Penanaman kedelai

Page 42: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

biasanya dilakukan bergantian dengan jagung setelah panen padi selesai.

Berdasarkan data produksi rata-rata 5 tahun terakhir pada periode 2008 –

2012, sebesar 90,08% produksi kedelai di Indonesia disumbang oleh 9

provinsi sentra. Provinsi sentra produksi kedelai didominasi oleh Jawa

Timur, Jawa Tengah dan NTB yang masing-masing memberikan kontribusi

sebesar 39,09% (setara 340,20 ribu ton), 18,27% (159,04 ribu ton), dan

10,26% (89,27 ribu ton). Sementara, provinsi-provinsi lainnya hanya

berkontribusi dibawah 10% (Gambar 3.1.a dan Tabel 3.1). Produksi kedelai

Indonesia tahun 2012 adalah 843,15 ribu ton.

Jatim39.09%

Jateng18.27%

NTB10.26%Aceh

6.03%

Jabar5.80%

DIY4.19%

Sulsel3.90%

Sumsel1.35%

Sumut1.20%

Lainnya9.92%

Gambar 3.1.a Provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,

2008 – 2012

Tabel 3.1. Perkembangan produksi kedelai di provinsi sentra di Indonesia,

2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jawa Timur 277,281 355,260 339,491 366,999 361,986 340,203 39.09 39.09

2 Jawa Tengah 167,345 175,156 187,992 112,273 152,416 159,036 18.27 57.36

3 NTB 95,106 95,846 93,122 88,099 74,156 89,266 10.26 67.62

4 Aceh 43,885 63,538 53,347 50,006 51,439 52,443 6.03 73.64

5 Jawa Barat 32,921 60,257 55,823 56,166 47,426 50,519 5.80 79.45

6 DI Yogyakarta 34,998 40,278 38,244 32,795 36,033 36,470 4.19 83.64

7 Sulawesi Selatan 29,125 41,279 35,711 33,716 29,938 33,954 3.90 87.54

8 Sumatera Selatan 7,305 13,702 11,664 13,710 12,162 11,709 1.35 88.88

9 Sumatera Utara 11,647 14,206 9,439 11,426 5,419 10,427 1.20 90.08

10 Lainnya 76,097 114,990 82,198 86,096 72,178 86,312 9.92 100.00

Indonesia 775,710 974,512 907,031 851,286 843,153 870,338 100.00

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Share (%)

Share

kumulatif

(%)

No ProvinsiProduksi (Ton) Rata-rata

(Ton)

Page 43: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi kedelai Indonesia

selama 5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 3.1.b di bawah ini.

Secara umum dapat dilihat kontribusi produksi di provinsi sentra tidak

terlalu berfluktuasi. Jawa Timur di tahun 2011 terlihat mengalami

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya Jawa Tengah

sedikit menurun pada periode waktu yang sama. Provinsi-provinsi lainnya

relatif stabil selama periode 2008 – 2012 (Gambar 3.1.b)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

2008 2009 2010 2011 2012

(%)

Jawa Timur Jawa Tengah NTB Aceh

Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Sumatera Selatan

Sumatera Utara Lainnya

Gambar 3.1.b Kontribusi provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,

2008 – 2012

3.2. KERAGAAN HARGA KEDELAI

Kedelai merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan sepanjang

tahun tanpa mengenal musim. Pola panen bulanan kedelai di Indonesia

dapat dilihat pada Gambar 3.2, dimana realisasi panen kedelai di Indonesia

terjadi sepanjang tahun. Secara umum terlihat pada tahun 2011-2012,

puncak panen kedelai di Indonesia terjadi di bulan September - Oktober.

Puncak panen di bulan September tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu

sebesar 126,16 ribu ha. Selain pada bulan tersebut, walaupun ada realisasi

Page 44: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

panen kedelai namun terjadi penurunan yang cukup signifikan. Bulan

Januari tercatat merupakan bulan dimana panen merupakan yang terendah

setiap tahunnya. (Tabel 3.2).

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

( Ha)

2011 2012

Gambar 3.2. Perkembangan pola panen kedelai di Indonesia, 2011 - 2012

Kedelai merupakan komoditas palawija yang biasa ditanam setelah

petani menanam padi. Hampir di semua wilayah di Indonesia palawija

ditanam sekali setahun baik pada pertanaman kedua atau ketiga. Hal ini

dapat dilihat pada Gambar 3.2 dimana puncak panen terjadi pada periode

Subround III September – Desember. Keragaan komoditas kedelai di

Indonesia kurang begitu menggembirakan karena komoditas ini masih

harus bersaing dengan jagung dalam hal pergiliran masa tanam.

Tabel 3.2. Perkembangan pola panen kedelai bulanan di Indonesia, 2011 –

2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

2011 34.466 50.800 54.598 48.027 57.481 48.290 34.642 50.585 126.159 80.254 20.999 15.993 622.294

2012 51.450 51.837 25.234 19.965 50.919 53.033 44.315 43.013 78.764 96.689 26.935 25.470 567.624

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Luas Panen (Ha)TotalTahun

Page 45: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Pergerakan harga kedelai di tingkat produsen secara detil dapat

dilihat pada Gambar 3.3. Harga kedelai di tingkat produsen cenderung

terus meningkat setiap tahunnya. Pada grafik terlihat harga kedelai tahun

2012 berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Pada tahun 2012, harga kedelai di tingkat petani berkisar

antara Rp. 7.300,- sampai Rp. 7.700,-. Harga tersebut meningkat dari

harga ditahun 2010 yaitu pada kisaran Rp. 6.500,- sampai Rp. 6.800,-.

(Tabel 3.3). Harga kedelai di tingkat produsen ini terlihat tidak terlalu

berfluktuasi setiap bulannya.

Tabel 3.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen kedelai bulanan di Indonesia, 2010 – 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1

2010 6,648 6,616 6,531 6,571 6,557 6,585 6,599 6,728 6,741 6,782 6,761 6,853

2011 7,071 7,148 7,209 7,243 7,273 7,261 7,215 7,223 7,306 7,304 7,285 7,289

2012 7,377 7,414 7,394 7,414 7,422 7,443 7,492 7,596 7,592 7,602 7,687 7,731

2

2010 8,716 8,712 8,788 8,833 8,870 8,875 8,964 8,988 8,991 9,020 9,006 9,160

2011 9,293 9,602 9,656 9,764 9,697 9,744 9,796 9,895 9,923 9,941 9,968 10,070

2012 10,019 10,032 10,063 10,132 10,131 10,157 10,205 10,553 10,599 10,643 10,613 10,648

Sumber: 1) BPS, diolah Pusdatin

Harga konsumen (Rp/kg)

No TahunBulan

Harga produsen (Rp/kg)

6,300

6,500

6,700

6,900

7,100

7,300

7,500

7,700

7,900

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Harga Produsen

2010 2011 2012

Gambar 3.3. Perkembangan harga kedelai di tingkat produsen, 2011 – 2012

Page 46: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25

Perkembangan harga kedelai tingkat konsumen tahun 2010 – 2012

dapat dilihat pada Gambar 3.4. Harga tingkat konsumen ini juga tidak

banyak berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.

Pada grafik terlihat harga kedelai tahun 2012 berada pada level yang lebih

tinggi dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, harga

kedelai berkisar antara Rp. 8.700,- sampai Rp. 9.100,-. Tahun 2011 kisaran

harga meningkat cukup tinggi menjadi Rp. 9.300,- sampai Rp. 10.000,-.

Kisaran harga di tahun 2012 kembali meningkat lebih tinggi yaitu menjadi

Rp. 10.000,- sampai Rp. 10.600,-.

8,300

8,800

9,300

9,800

10,300

10,800

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Harga Konsumen

2010 2011 2012

Gambar 3.4. Perkembangan harga konsumen kedelai, 2011 - 2012

Marjin harga kedelai adalah kesenjangan antara harga produsen

dan harga konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar disparitas

harga yang terjadi. Pada Gambar 3.5 terlihat Rata-rata harga produsen

berada pada kisaran Rp. 7.000,-/kg sampai Rp. 7.700,-/kg sementara harga

konsumen mencapai kisaran Rp. 9.200,-/kg sampai Rp. 10.600,-/kg pada

periode 2011-2012. Kesenjangan atau „gap‟ yang terjadi relatif stabil. Hal

ini menunjukkan daya beli petani yang juga relatif stabil. Kenaikan harga

Page 47: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

produsen dan konsumen relatif seiring walaupun cenderung meningkat

pada periode waktu tersebut.

6,000

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

9,500

10,000

10,500

11,000

Jan

11

Pe

b1

1

Mar

11

Ap

r11

Me

i11

Jun

11

Jul1

1

Agt

11

Sep

11

Okt

11

No

p1

1

De

s11

Jan

12

Pe

b1

2

Mar

12

Ap

r12

Me

i12

Jun

12

Jul1

2

Agt

12

Sep

12

Okt

12

No

p1

2

De

s12

Harga produsen Harga konsumen

Gambar 3.5. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga

konsumen, 2011 - 2012

Perkembangan harga kedelai impor dapat dilihat pada Gambar 3.6

di bawah ini. Kedelai yang dimaksud adalah kedelai segar, bungkil kedelai

dan minyak kedelai. Secara umum dapat dilihat bahwa harga minyak

kedelai jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai segar dan bungkil kedelai.

Namun demikian harga minyak kedelai cenderung menurun, sebaliknya

harga biji kedelai dan bungkil cenderung meningkat terutama pada tahun

2012. Harga minyak kedelai tertinggi tercatat US$ 1.374/mt di bulan

Januari 2011 dan terus menurun menjadi US$ 1.163/mt di akhir 2012.

Sementara harga biji kedelai tertinggi tercatat US$ 684/mt di bulan Agustus

2012 dan untuk bungkil kedelai US$ 646/mt di bulan September 2012

(Gambar 3.6).

Page 48: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

300.00

500.00

700.00

900.00

1100.00

1300.00

1500.00

Jan11 Apr11 Jul11 Okt11 Jan12 Apr12 Jul12 Okt12

($/m

T)

biji kedelai minyak kedelai bungkil kedelai

Gambar 3.6. Perkembangan harga kedelai segar, bungkil kedelai dan

minyak kedelai, 2011 - 2012

3.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI

3.3.1. Keragaan Ekspor Impor Kedelai Indonesia

Indonesia bukan merupakan negara produsen kedelai dunia, bahkan

merupakan negara pengimpor kedelai yang cukup tinggi. Produksi kedelai

Indonesia sebagian besar ditujukan untuk pemenuhan konsumsi dalam

negeri. Namun saat ini Indonesia telah menjadi negara pengimpor kedelai

untuk pemenuhan kebutuhan dalam negerinya. Kinerja perdagangan

kedelai terkait aktifitas ekspor impornya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini. Tabel 3.4 memuat perkembangan volume dan nilai ekspor impor total

kedelai Indonesia beserta neracanya untuk periode tahun 2008 – 2012.

Selama periode tahun 2008-2012, ekspor total kedelai Indonesia

mengalami peningkatan volume dan nilai dengan rata-rata sebesar 71,59%

dan 62,68%. Peningkatan ekspor ini lebih disebabkan karena peningkatan

ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2012. Sementara tahun 2010

Page 49: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

terjadi penurunan ekspor dari sisi volume sebaliknya meningkat dari sisi

nilainya.

Realisasi impor kedelai Indonesia jauh lebih besar dibandingkan

ekspornya dan terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar

15,92% (volume) dan 18,71% (nilai). Hal ini menyebabkan neraca

perdagangan kedelai Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit neraca

perdagangan kedelai Indonesia dari tahun 2008 – 2012 cenderung

mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 15,73% (volume) dan

18,35% (nilai). Defisit neraca perdagangan terbesar pada periode ini terjadi

pada tahun 2011 yang mencapai 2,12 juta ton atau setara dengan US$ 1,28

milyar. (Tabel 3.4 dan Gambar 3.7).

Tabel 3.4. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas kedelai, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Ekspor

-Volume (Ton) 9,014 9,724 8,652 8,738 33,950 71.59

- Nilai (000 US$) 8,252 8,030 9,979 11,390 35,879 62.68

2 Impor

-Volume (Ton) 1,203,035 1,343,009 1,772,663 2,125,511 2,128,763 15.92

- Nilai (000 US$) 732,722 647,703 871,173 1,290,079 1,339,964 18.71

3 Neraca

-Volume (Ton) -1,194,021 -1,333,285 -1,764,011 -2,116,773 -2,094,814 15.73

- Nilai (000 US$) -724,470 -639,672 -861,194 -1,278,689 -1,304,085 18.35

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan: Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan

terutama wujud olahan

No UraianPertumb.

(%)

Page 50: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

(1,500,000)

(1,000,000)

(500,000)

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2008 2009 2010 2011 2012(00

0 U

S$)

Ekspor Impor Neraca

Gambar 3.7. Perkembangan neraca perdagangan kedelai Indonesia,

2008 – 2012

Ekspor impor kedelai Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan

olahan. Jika dilihat pada tahun 2012, nilai ekspor kedelai Indonesia cukup

didominasi oleh kedelai olahan 95,56%. Sementara kedelai segar hanya

4,44%. Sementara wujud kedelai yang diimpor Indonesia didominasi oleh

wujud segar. Tahun 2012, Indonesia mengimpor sebesar 97,89% kedelai

wujud segar dan hanya 2,11% saja dalam bentuk kedelai olahan.

segar4.44%

olahan95.56%

Nilai Ekspor

segar97.89%

olahan2.11%

Nilai Impor

Gambar 3.8. Kontribusi nilai ekspor – impor kedelai segar dan olahan di Indonesia, 2012

Page 51: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kode HS serta deskripsi untuk kedelai dalam wujud segar dan

olahan dalam perdagangan kedelai Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Wujud kedelai segar yang dominan diekspor oleh Indonesia ada 2 kode HS,

yaitu kedelai untuk benih dan kedelai lain-lain. Sementara kedelai wujud

olahan adalah tepung, minyak dan lemah, kecap serta minuman dari

kedelai. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.5. Kode HS dan deskripsi kedelai segar dan olahan

Kode HS

1201100000

1201900000

1208100000

1516201100

1516202110 Dari kacang tanah, kacang kedelai minyak kelapa sawit atau kelapa

1518001400 Minyak kacang tanah, kacang kedelai, kelapa sawit atau kelapa

2103100000

2202902000

Minyak dan lemak dari kacang kedelai

Minuman susu kedelai

Kecap

Kacang kedelai benih

Lain-lain

Tepung halus dan kasar Dari kacang kedelai

Olahan

Segar

Deskripsi

Secara umum, wujud segar yang banyak diekspor tahun 2012 adalah

kedelai segar selain untuk benih. Proporsi ekspor kedelai segar ini terhadap

total nilai ekspor kedelai segar adalah mencapai 99,97%. Sementara

kedelai untuk benih hanya sebesar 0,03% saja. Diperkirakan kedelai segar

yang diekspor merupakan kedelai hitam. Demikian juga halnya keragaan

impor kedelai menurut bentuknya, dimana bentuk segar yang dominan

banyak diimpor adalah kedelai segar selain untuk benih yang persentasenya

mencapai 100%.

Page 52: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

Tabel 3.6. Perkembangan ekspor, impor kedelai wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Volume Ekspor (Ton)

Segar

1201100000 0.17 13 20 24 8

1201900000 1,025 429 365 523 2,315

Olahan

1208100000 14 56 51 59 89

2103100000 7,238 7,593 8,121 8,038 10,290

Kode HS lainnya 737 1,634 95 94 21,247

2 Nilai Ekspor (000 US$)

Segar

1201100000 0.07 2 3 26 0.47

1201900000 1,405 347 339 411 1,593

Olahan

1208100000 17 54 53 66 120

2103100000 6,657 7,491 9,522 10,841 13,760

Kode HS lainnya 173 137 62 45 20,407

3 Volume Impor (Ton)

Segar

1201100000 0.08 49,438 2,977 630 716

1201900000 1,164,934 1,265,182 1,737,528 2,087,986 2,104,913

Olahan

1208100000 11,318 6,122 4,333 4,815 2,163

2103100000 5,301 6,779 8,778 12,314 13,281

Kode HS lainnya 21,482 15,489 19,047 19,767 7,690

4 - Nilai Impor (000 US$)

Segar

1201100000 0.98 22,209 2,073 298 382

1201900000 691,508 599,072 837,964 1,245,665 1,311,311

Olahan

1208100000 6,247 3,597 2,237 2,622 4,819

2103100000 4,047 5,521 6,909 10,959 12,270

Kode HS lainnya 30,919 17,304 21,990 30,535 11,182

Sumber: BPS diolah Pusdatin

Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan

klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi

BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan

No UraianTahun

Page 53: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tepung kedelai0,35%

Kecap40,13%

Kode HS lainnya59,52%

Gambar 3.9. Kedelai wujud olahan yang diekspor Indonesia, 2012

Kedelai wujud olahan yang banyak diekspor berdasarkan nilai

ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa kecap, yaitu sekitar 40,13%.

Sementara bentuk kedelai olahan lainnya adalah tepung kedelai 0,35%

serta bentuk olahan lainnya sebesar 59,52% (Gambar 3.9). Demikian juga

bentuk olahan yang banyak diimpor adalah kecap. Tahun 2012, kecap

yang diimpor sebesar 43,40% dari total nilai impor kedelai wujud olahan.

Bentuk olahan lainnya adalah tepung kedelai dan bentuk olahan lainnya dari

kedelai masing-masing sebesar 17,05% dan 39,55% (Gambar 3.10).

Tepung kedelai17,05%

Kecap43,40%

Kode HS lainnya39,55%

Gambar 3.10. Kedelai wujud olahan yang diimpor Indonesia, 2012

Page 54: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33

3.3.2. NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN NEGARA ASAL IMPOR

KEDELAI INDONESIA

Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia pada tahun 2012 sebagian

besar adalah ke Kolombia dan Afrika Selatan, masing-masing senilai US$

9,89 juta dan US$ 6,44 juta. Kontribusi ekspor tujuan kedua negara dari

total nilai ekspor kedelai Indonesia adalah masing-masing 27,59% dan

17,95%. Negara tujuan ekspor lainnya yang cukup besar adalah Brazil

9,04% (US$ 3,25 juta), Saudi Arabia 7,97% (US$ 2,86 juta) dan Australia

sebesar 7,61% (US$ 2,73 juta). Sementara negara lainnya berkontribusi

kurang dari 5% sebagai tujuan ekspor kedelai Indonesia (Gambar 3.11 dan

Tabel 3.7).

Kolombia27.59%

Afrika Selatan17.95%

Brazil9.04%

Saudi Arabia7.97%

Australia7.61%

Belanda4.34%

India3.96%

Malaysia3.41%

Amerika2.82%

Singapura2.34%

Lainnya12.97%

Gambar 3.11. Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia, 2012

Page 55: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 3.7. Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia, 2012

Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai

1 Kolombia 9,998 9,898 29.45 27.59

2 Afrika Selatan 6,893 6,439 20.30 17.95

3 Brazil 3,500 3,245 10.31 9.04

4 Saudi Arabia 2,328 2,860 6.86 7.97

5 Australia 1,821 2,729 5.36 7.61

6 Belanda 1,694 1,558 4.99 4.34

7 India 1,743 1,422 5.14 3.96

8 Malaysia 844 1,224 2.49 3.41

9 Amerika 627 1,011 1.85 2.82

10 Singapura 614 838 1.81 2.34

11 Lainnya 3,888 4,654 11.45 12.97

Total 33,950 35,879

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)

Impor kedelai Indonesia utamanya adalah kedelai dari Amerika

yaitu 91,87%. Impor kedelai dari Amerika ini adalah dalam bentuk segar.

Negara lainnya yang merupakan negara asal impor kedelai Indonesia

adalah Malaysia (4,35%), Afrika Selatan (1,29%) dan Cina (0,57%)

(Gambar 3.12 dan Tabel 3.8).

Amerika91.87%

Malaysia4.35%

Afrika Selatan1.29%

China0.57% Lainnya

1.92%

Page 56: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

Gambar 3.12. Negara asal impor kedelai Indonesia, 2012

Tabel 3.8. Negara asal impor kedelai Indonesia, 2012

Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai

1 Amerika 1,989,252 1,231,084 93.45 91.87

2 Malaysia 66,866 58,240 3.14 4.35

3 Afrika Selatan 31,526 17,313 1.48 1.29

4 China 7,595 7,659 0.36 0.57

5 Lainnya 33,524 25,667 1.57 1.92

Total 2,128,763 1,339,964

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No Negara asalTotal impor Kontribusi (%)

3.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kedelai Dunia

Amerika44.45%

Brazil32.10%

Argentina11.45%

Paraguay3.55%

Kanada3.00%

Negara lainnya5.46%

Gambar 3.13. Lima negara pengekspor kedelai, 2007 – 2011

5 (lima) negara besar pengekspor kedelai menurut data FAO adalah

seperti pada Gambar 3.13. Kontribusi rata-rata nilai ekspor kelima negara

ini selama tahun 2007 – 2011 mencapai 94,54% dari total nilai ekspor

dunia. Rata-rata nilai ekspor Amerika sebagai eksportir terbesar selama

periode 2007 – 2011 adalah sekitar 15,64 milyar US$, sementara Brazil,

Argentina, Paraguay dan Kanada rata-rata nilai ekspornya sekitar 11,29

Page 57: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

milyar US$, 4,03 milyar US$, 1,25 milyar US$ dan 1,05 milyar US$ (Tabel

3.9). Indonesia hanya menduduki posisi ke-45 dengan kontribusi 0,003%.

Tabel 3.9 Lima negara eksportir kedelai di dunia, 2007-2011

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

Amerika 10,016,225 15,537,191 16,475,855 18,586,268 17,563,868 15,635,881 44.45 44.45

Brazil 6,709,381 10,952,197 11,424,283 11,042,996 16,327,287 11,291,229 32.10 76.54

Argentina 3,435,061 4,583,263 1,675,156 4,986,277 5,457,164 4,027,384 11.45 87.99

Paraguay 890,283 1,485,312 787,159 1,489,903 1,600,000 1,250,531 3.55 91.54

Kanada 633,907 857,548 965,290 1,367,642 1,445,843 1,054,046 3.00 94.54

Negara lainnya 1,250,850 1,717,845 1,779,866 2,221,031 2,633,359 1,920,590 5.46 100.00

Dunia 22,935,707 35,133,356 33,107,609 39,694,117 45,027,521 35,179,662

Sumber: FAO diolah Pusdatin

Share KumulatifNegaraTahun

Rata2

Sedikit berbeda pada keragaan impor dunia, rata-rata nilai impor

dari 10 (sepuluh) negara importir kedelai dunia mencakup 81,14% dari total

nilai impor dunia selama kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.14). China

merupakan negara pengimpor terbesar dengan kontribusi nilai impor

52,99% dari total dunia atau rata-rata sekitar 21,38 milyar US$. Besarnya

nilai impor dan kontribusi 10 negara terhadap total nilai impor dunia secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 3.10. Untuk nilai impor kedelai global,

Indonesia menempati urutan ke-9 dengan kontribusi sebesar 1,93%

terhadap total volume impor dunia selama kurun waktu 2007-2011.

Tabel 3.10. Sepuluh negara importir kedelai (total) di dunia, 2007-2011

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

China 11,473,281 21,815,276 18,787,278 25,093,469 29,726,067 21,379,074 52.99 52.99

Jepang 1,664,355 2,374,207 1,747,466 1,832,225 1,809,748 1,885,600 4.67 57.66

Belanda 1,378,196 1,969,272 1,281,872 1,563,714 1,626,237 1,563,858 3.88 61.54

Meksiko 1,176,992 1,800,950 1,419,117 1,591,500 1,762,084 1,550,129 3.84 65.38

Jerman 1,228,375 1,853,200 1,453,719 1,489,770 1,719,775 1,548,968 3.84 69.22

Spanyol 945,078 1,711,087 1,282,523 1,389,082 1,758,877 1,417,329 3.51 72.73

Taiwan 878,545 1,165,179 1,032,716 1,188,053 1,305,980 1,114,095 2.76 75.49

Thailand 559,096 968,695 692,033 813,034 1,125,776 831,727 2.06 77.55

Indonesia 479,428 697,985 621,281 840,037 1,245,963 776,939 1.93 79.48

Italia 539,145 871,473 611,609 679,324 646,429 669,596 1.66 81.14

Negara lainnya 6,131,866 8,762,944 7,138,628 7,344,872 8,676,389 7,610,940 18.86 100.00

Dunia 26,454,357 43,990,268 36,068,242 43,825,080 51,403,325 40,348,254

Sumber: FAO diolah Pusdatin

Share KumulatifNegaraTahun

Rata2

Page 58: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

China52.99%

Jepang4.67%

Belanda3.88%

Meksiko3.84%

Jerman3.84%

Spanyol3.51%

Taiwan2.76%

Thailand2.06%

Indonesia1.93%

Italia1.66%

Negara lainnya18.86%

Gambar 3.14. Sepuluh negara pengimpor kedelai, 2007 – 2011

3.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) adalah indikator yang

digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu

komoditas terkait kinerja perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP

kedelai segar, kedelai olahan dan kedelai total di Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 3.11 di bawah ini.

Tabel 3.11. Indeks spesialisasi perdagangan kedelai segar, olahan dan

kedelai total di Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Kedelai Segar

Ekspor - Impor -690,104 -620,933 -839,694 -1,245,525 -1,310,100

Ekspor + Impor 692,915 621,630 840,380 1,246,401 1,313,286

ISP -0.9959 -0.9989 -0.9992 -0.9993 -0.9976

Kedelai Olahan

Ekspor - Impor -34,366 -18,740 -21,500 -33,164 6,015

Ekspor + Impor 48,059 34,104 40,772 55,068 62,556

ISP -0.7151 -0.5495 -0.5273 -0.6022 0.0962

Total Kedelai

Ekspor - Impor -724,470 -639,672 -861,194 -1,278,689 -1,304,085

Ekspor + Impor 740,974 655,733 881,152 1,301,469 1,375,843

ISP -0.9777 -0.9755 -0.9774 -0.9825 -0.9478

Sumber: BPS diolah Pusdatin

UraianTahun

(US$ 000)

(US$ 000)

(US$ 000)

Page 59: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Hasil perhitungan nilai ISP seperti tercantum pada Tabel 3.11

cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ISP komoditas kedelai

secara total mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -0,94 hingga -

0,98 yang berarti bahwa komoditas kedelai Indonesia mempunyai daya

saing yang sangat rendah. Komoditas kedelai berada pada tahap

pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah

atau Indonesia merupakan negara pengimpor kedelai. Kontribusi ekspor

kedelai Indonesia berada pada tingkatan yang rendah.

Jika dirinci berdasarkan wujudnya, perdagangan kedelai dalam

bentuk olahan terlihat lebih baik dari wujud segar. Hal ini dapat dilihat dari

nilai ISP yang cenderung meningkat setiap tahunnya, bahkan di tahun 2012

bernilai positif yang artinya komoditas tersebut pada tahap substitusi impor

dalam perdagangan dunia. Tahun 2012 daya saing kedelai olahan berada

pada posisi terkuat selama periode 2008 – 2012, dimana nilai ISP-nya

mencapai 0,096.

Berdasarkan perhitungan nilai IDR kedelai Indonesia seperti tersaji

pada Tabel 3.12 terlihat bahwa pada periode tahun 2008 – 2012 supply

kedelai Indonesia tergantung pada kedelai impor berkisar antara 57,44%

sampai 71,46%. Kondisi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun dan pada tahun

2012 merupakan yang tertinggi. Ketergantungan pada kedelai impor ini

utamanya adalah pada jenis kedelai segar. Nilai SSR komoditas kedelai

Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 kurang dari 50%, yang berarti

bahwa hampir sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi

oleh pengadaan impor.

Page 60: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

Tabel 3.12. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) kedelai Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Produksi (Ton) 775,710 974,512 907,031 851,286 843,153

2 Ekspor (Ton) 1,025 442 385 547 2,323

3 Impor (Ton) 1,164,934 1,314,620 1,740,505 2,088,616 2,105,629

4 Produksi + Impor - Ekspor 1,939,619 2,288,690 2,647,151 2,939,355 2,946,459

5 IDR (%) 60.06 57.44 65.75 71.06 71.46

6 SSR (%) 39.99 42.58 34.26 28.96 28.62

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No UraianTahun

Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel

3.13 menunjukkan bahwa komoditas kedelai Indonesia secara umum tidak

mempunyai daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

RSCA yang negatif bahkan hingga -0,97% pada tahun 2011.

Tabel 3.13. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas kedelai

Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011

2008 2009 2010 2011

1 Kedelai

Dunia 50.744.434 45.314.377 53.595.674 63.378.416

Indonesia 8.252 8.030 9.979 11.390

2 Non Migas

Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803

Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600

3 Proporsi

Dunia 0,00386 0,00429 0,00421 0,00429

Indonesia 0,00008 0,00008 0,00008 0,00007

RCA 0,020 0,019 0,018 0,016

RSCA -0,96 -0,96 -0,96 -0,97

Sumber: BPS, UNComtrade diolah Pusdatin

No UraianNilai ekspor (000 US$)

Page 61: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

IV. KINERJA PERDAGANGAN KENTANG

Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih

tinggi dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti beras, jagung atau

gandum. Hal tersebut menjadikan kentang sebagai prioritas alternatif yang

mampu mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Bahkan untuk

kalangan tertentu (misalnya penderita diabetes), kentang merupakan

makanan pokok untuk diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah

sehingga kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu

berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Mengingat pola konsumsi

masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang

sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan

ayam goreng. Restoran fast food dan berbagai jenis panganan juga

menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya. Berbagai kenyataan

tersebut semakin menegaskan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap

kentang.

Konsumsi kentang periode 2008-2012 cenderung menurun, pada

tahun 2008, konsumsi kentang perkapita 2.028 kg/kapita, kemudian pada

tahun 2012 menjadi 1.460 kg/kapita (data Susenas, BPS). Apabila jumlah

penduduk Indonesia pada tahun 2012 sebesar 244.926 juta jiwa maka

kebutuhan akan kentang dalam negeri sebesar 358 ribu ton. Kebutuhan

masyarakat yang semakin banyak dan beragam ini terutama kentang french

fries, Indonesia masih tergantung pada produk impor.

4.1 SENTRA PRODUKSI KENTANG

Berdasarkan data rata-rata produksi kentang nasional tahun 2008-

2012, sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di 6 (enam) provinsi

dengan share kumulatif produksi terhadap nasional sebesar 92,81%. Jawa

Barat merupakan sentra utama produksi kentang di Indonesia dengan share

Page 62: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

sebesar 25,57% diikuti oleh Jawa Tengah dengan share 24,63%, Sulawesi

Utara sebesar 11,91%, Sumatera Utara sebesar 11,91%, Jawa Timur

sebesar 11,08% dan Jambi sebesar 7,70%. Sementara provinsi lainnya

hanya berkontribusi 7,19 %. Secara lebih rinci sentra produksi kentang

dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan pada Lampiran 4.1.

Jabar25,57%

Jateng24,63%

Sulut11,91%

Sumut11,91%

Jatim11,08%

Jambi7,70%

Lainnya7,19%

Gambar 4.1. Provinsi sentra produksi kentang di Indonesia, 2008-2012.

Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi kentang Indonesia

selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.2. Secara

umum dapat dilihat kontribusi produksi di provinsi sentra tidak terlalu

berfluktuasi. Jawa Timur di tahun 2011 terlihat mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya, demikian pula Jambi mengalami

peningkatan di tahun 2009 dan 2012. Sedangkan di provinsi lainnya sedikit

menurun selama periode 2008-2012.

Page 63: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2008 2009 2010 2011 2012

(%)

Jabar Jateng Sulut Sumut Jatim Jambi Lainnya

Gambar 4.2. Kontribusi provinsi sentra produksi kentang di Indonesia, 2008 – 2012

4.2. KERAGAAN HARGA KENTANG

Selama tiga tahun terakhir (2010-2012), pola panen bulanan kentang

di Indonesia cenderung menurun, seperti terlihat pada Gambar 4.2. Pada

tahun 2010, luas panen kentang tercatat sebesar 5.544 Ha, selanjutnya

pada tahun 2011 turun sebesar 10,00% menjadi 4.990 Ha dan pada tahun

2012 meningkat sebesar 7,74%. Apabila ditinjau pola panen bulanan maka

pada tahun 2010 san 2011, puncak panen kentang Indonesia terjadi pada

bulan Maret dan terendah terjadi pada bulan Desember setiap tahunnya.

Pola panen kentang bulanan tahun 2010 – 2012 secara rinci tersaji pada

Lampiran 4.2.

Page 64: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

(Ha)

2010 2011 2012

Gambar 4.3. Perkembangan pola panen kentang di Indonesia, 2010-2012

Untuk mengkaji perdagangan kentang dalam negeri yaitu dengan

melihat perkembangan harga nasional kentang di tingkat produsen,

konsumen dan di sentra produksi. Perkembangan rata-rata harga kentang

di tingkat produsen dan konsumen selama 3 tahun terakhir (2010-2012)

berfluktuasi. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen tahun 2011

menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun

sebesar 0,92%, sedangkan harga kentang di tingkat produsen tahun 2012

terlihat berfluktuasi dengan kecenderungan menurun sebesar 0,004%.

Pada gambar 4.4 terlihat bahwa harga produsen kentang bulan Januari

hingga Agustus tahun 2012 berada pada level yang lebih tinggi

dibandingkan tahun 2011, dan kemudian berada pada level yang lebih

rendah pada bulan September hingga Desember. Harga produsen kentang

bulan Agustus 2011 mengalami penurunan sebesar 3,65% dari bulan

sebelumnya, sebaliknya bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan

sebesar 1,71%. Demikian pula untuk bulan berikutnya September 2011

mengalami peningkatan sebesar 6,15% dan bulan September 2012 turun

sebesar 0,71%. Sementara di bulan Oktober berada pada tingkat harga

Page 65: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

yang sama sebesar Rp.6.730,-/kg. Secara lebih rinci dapat dilihat pada

Gambar 4.4 dan pada Lampiran 4.3.

6.200

6.300

6.400

6.500

6.600

6.700

6.800

6.900

7.000

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

(Rp

/k

g)

Harga di tingkat produsen

2011 2012

Gambar 4.4. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen,

2011 2012

Perkembangan harga konsumen kentang tahun 2011-2012 memiliki

pola yang berfluktuasi cenderung sama. Pada gambar 4.5 terlihat harga

kentang tahun 2012 berada pada level yang lebih rendah dibandingkan

tahun 2011. Harga kentang tahun 2011 cenderung naik dengan

pertumbuhan sebesar 0,64%, sedangkan tahun 2012 mengalami

penurunan sebesar 0,10%. Pada tahun 2011, harga kentang berkisar

antara Rp. 10.799,- sampai Rp.11.618,- dan pada tahun 2012 kisaran

harga kentang turun menjadi Rp. 10.832,- sampai Rp.11.318,-.

Perkembangan harga konsumen kentang tahun 2011-2012 secara rinci

disajikan pada Gambar 4.5. dan Lampiran 4.3.

Page 66: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

10.500

10.750

11.000

11.250

11.500

11.750

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

(Rp

/k

g)

Harga di tingkat konsumen

2011 2012

Gambar 4.5. Perkembangan harga kentang di tingkat konsumen, 2011-2012

Apabila dilihat harga konsumen dan harga produsen kentang di

provinsi sentra tahun 2012, maka harga tertinggi terdapat di provinsi

Sumatera Utara baik harga di tingkat konsumen mencapai Rp.7.931,-/kg

maupun harga di tingkat produsen sebesar Rp. 4.421. Harga terendah di

tingkat konsumen terdapat di provinsi Jambi yaitu sebesar Rp,5.451/kg,

sedangkan harga terendah di tingkat produsen terdapat di provinsi Sulawesi

Utara dengan harga Rp. 3.398,-/kg (Gambar 4.6).

Perkembangan harga rata-rata kentang baik di tingkat produsen

maupun ditingkat konsumen di provinsi sentra selama kurun waktu tahun

2008-2012 menunjukan kecenderungan meningkat, sementara di provinsi

Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jambi untuk harga konsumen mengalami

penurunan masing-masing sebesar 2,24%, 4,69% dan 4,95% (Lampiran

4.4).

Page 67: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Jabar Jateng Sulut Sumut Jatim Jambi

7261 7276 73277931

7227

5451

4195 40333398

44213985

3408

(Rp/kg)

harga konsumen Harga produsen

Gambar 4.6. Harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra,

2012

Marjin harga kentang adalah selisih antara harga produsen dan

konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar disparitas harga

yang terjadi sampai ke tangan konsumen. Pada Gambar 4.4 telihat

disparitas harga kentang relatif besar, dimana rata-rata harga produsen

hanya sekitar Rp.6.670,-/kg, sedangkan harga harga konsumen mencapai

Rp. 11.087,-/kg pada periode 2011-2012. Fluktuasai harga produsen dan

konsumen selama kurun waktu tersebut relatif sama dengan

kecenderungan meningkat.

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop

2011 2012

(Rp

./K

g)

Harga produsen Harga konsumen

Gambar 4.7. Perkembangan disparitas harga kentang, 2011-2012

Page 68: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47

4.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KENTANG

4.3.1. Keragaan Ekspor Impor Kentang Indonesia

Untuk mengkaji kinerja perdagangan kentang luar negeri yaitu

dengan melihat neraca perdagangan kentang yang merupakan selisih

antara volume/nilai ekspor dengan volume/nilai impor kentang baik segar

dan olahan. Pada periode tahun 2008-2012, baik volume maupun nilai

perdagangan kentang terus mengalami defisit yang berarti bahwa volume

impor kentang lebih besar bila dibandingkan dengan volume ekspornya.

Defisit kentang terbesar dari sisi volume terjadi pada tahun 2011 yang

mencapai 112 ribu ton dengan nilai sebesar 90,30 juta. Keragaan ekspor,

impor, dan neraca perdagangan kentang Indonesia disajikan pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kentang di Indonesia, 2008-2012

Pertumb. (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2008-2012

1 Ekspor

- Volume (Ton) 10.979 9.225 9.376 8.366 6.922 -10,59

- Nilai (000 US$) 3.590 3.255 3.460 5.555 3.942 7,12

2 Impor

- Volume (Ton) 41.601 51.418 63.987 120.412 116.081 33,16

- Nilai (000 US$) 41.008 46.770 53.229 95.856 96.006 27,02

3 Neraca

- Volume (Ton) -30.622 -42.193 -54.611 -112.046 -109.158 42,45

- Nilai (000 US$) -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064 28,51

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : - Data 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama

wujud olahan

No. UraianTahun

Berdasarkan Tabel 4.1., defisit neraca perdagangan kentang

cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Defisit neraca perdagangan dari

sisi volume naik sebesar sebesar 42,45% per tahun, dimana pertumbuhan

volume ekspornya turun sebesar 10,59% per tahun, sedangkan volume

Page 69: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

impornya naik sebesar 33,16% per tahun. Sementara itu, defisit neraca

perdagangan dari sisi nilai juga semakin naik dari tahun ke tahun dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 28,51% per tahun dimana pertumbuhan

nilai ekspor dan nilai impornya masing-masing naik sebesar 7,12% dan

27,02% per tahun.

Defisit neraca perdagangan kentang terbesar pada periode ini

terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 112,05 ribu ton atau setara dengan

US$ 90,30 juta. Hal ini disebabkan karena rendahnya nilai ekspor kentang

yang hanya sebesar US$ 5,56 juta dengan volume sebesar 8,37 ribu ton,

sementara nilai impornya mencapai US$ 120,41 juta dan volume impornya

sebesar 95,86 ribu ton. Perkembangan neraca perdagangan kentang

disajikan pada Gambar 4.8.

-100.000

-80.000

-60.000

-40.000

-20.000

0

20.000

40.000

60.000

2008 2009 2010 2011 2012

(000US$)

ekspor Impor Neraca Perdagangan

Gambar 4.8. Perkembangan neraca perdagangan kentang Indonesia, 2008-2012

Ekspor impor kentang Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan

olahan. Nilai ekspor kentang Indonesia pada tahun 2012 didominasi oleh

kentang olahan sebesar 76,20%, sedangkan kentang segar sebesar

23,80%. Sementara wujud kentang yang diimpor Indonesia didominasi

oleh wujud segar. Tahun 2012, Indonesia mengimpor sebesar 88,91%

kentang dalam wujud segar dan 11,09% dalam bentuk kentang olahan

Page 70: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49

(Gambar 4.9). Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan

Indonesia tahun 2008 - 2012 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.5.

segar76,20%

olahan23,80%

nilai ekspor

segar88,91%

olahan11,09%

nilai impor

Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor, impor kentang segar dan olahan, 2012

Kode HS serta deskripsi untuk kentang dalam wujud segar dan

olahan dalam perdagangan kentang Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Wujud kentang segar yang dominan diekspor oleh Indonesia ada 3 (tiga)

kode HS, yaitu kentang benih, kentang segar, dingin dan kentang beku.

Sementara kentang wujud olahan adalah tepung, tepung kasar dan bubuk

dari kentang, serpih, butir dan pelet dari kentang, pati kentang, kentang

olahan diawetkan dengan cuka, kentang irisan dan potongan dalam

kemasan kedap udara, kentang irisan dan potongan lain-lain, kentang selain

irisan dalam kemasan kedap udara dan kentang selain irisan, selain dikemas

kedap udara. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini

secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.6.

Page 71: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 4.2. Kode HS dan deskripsi kentang segar dan olahan

Kode HS Deskripsi

0701100000 Kentang Benih

0701900000 Kentang segar, dingin

0710100000 Kentang beku

1105100000 Tepung, tepung kasar dan bubuk dari kentang

1105200000 Serpih, butir dan pelet dari kentang

1108130000 Pati kentang

2004100000 Kentang olahan, diawetkan dengan cuka

2005201100 Kentang Irisan dan potongan dalam kemasan kedap udara

2005201900 Kentang Irisan dan potongan lain-lain

2005209100 Kentang selain irisan dalam kemasan kedap udara

2005209900 Kentang selain irisan, selain dikemas kedap udara

Segar

Olahan

Bila dilihat lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmony Sistem) ekspor

kentang segar tahun 2012 sebagian besar dalam wujud kentang segar,

dingin dengan kode HS 0701900000 sebesar 74,47% dari total nilai ekspor

kentang segar atau US$ 2,24 juta. Sementara kentang beku (HS

0701100000) sebesar 25,53% dan kentang benih (HS 070110000) hanya

sebesar 0,002%. Demikian pula dari sisi nilai impor, Indonesia lebih banyak

mengimpor kentang dalam wujud segar, dingin (HS 0701900000), pada

tahun 2012 nilai impor kentang segar, dingin mencapai 79,37% atau US$

31,16 juta, sedangkan kentang beku dan kentang untuk benih masing-

masing sebesar 15,15% dan 5,48% (Gambar 4.10).

Page 72: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51

Kentang

Benih0,002%

Kentang

segar, dingin74,47%

Kentang beku

25,53%

Nilai Ekspor Kentang SegarKentang

Benih

5,48%

Kentang

segar, dingin79,37%

Kentang beku

15,15%

Nilai Impor Kentang Segar

Gambar 4.10. Kentang wujud segar yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012

Kentang wujud olahan yang banyak diekspor berdasarkan nilai

ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa tepung, tepung kasar dan bubuk

dari kentang dan kentang olahan, diawetkan dengan cuka masing-masing

sebesar 56,18% dan 34,99% dari total ekspor kentang olahan. Sedangkan

bentuk kentang olahan lainnya adalah serpih, butir dan pelet dari kentang

sebesar 6,66%, pati kentang sebesar 1,88% serta bentuk kentang olahan

lainnya sebesar 0,30%. Sebaliknya impor kentang olahan sebagian besar

dalam bentuk kentang 2, diawetkan dengan cuka yaitu sebesar 43,55% dari

total nilai impor kentang wujud olahan. Bentuk olahan lainnya adalah Pati

kentang dan serpih, butir dan pelet dari kentang masing-masing sebesar

27,14% dan 15,92%. (Gambar 4.11). Perkembangan ekspor, impor

kentang wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS tahun 2008 – 2012

secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.6.

Page 73: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tepung, tepung kasar dan

bubuk dari kentang

56,18%

Serpih, butir dan pelet dari

kentang6,66%

Pati kentang1,88%

Kentang 2, diawetkan

dengan cuka34,99%

Kode HS lainnya

0,30%

Nilai Ekspor Kentang OlahanTepung, tepung

kasar dan

bubuk dari kentang

0,82%

Serpih, butir dan pelet dari

kentang15,92%

Pati kentang27,14%

Kentang 2, diawetkan

dengan cuka43,55%

Kode HS lainnya

12,58%

Nilai Impor Kentang Olahan

Gambar 4.11. Kentang wujud olahan yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012

4.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Kentang Indonesia.

Ekspor kentang baik kentang segar maupun olahan pada tahun 2012

tercatat sebesar volume 6,922 ton atau senilai US$ 3,94 juta. Sebagian

besar ekspor kentang tersebut ditujukan ke Singapura dengan nilai

mencapai 51,81% atau senilai US$ 2,04 juta disusul kemudian Malaysia

sebesar 9,14% atau US$ 360 ribu, Bangladesh 8,54% atau US$ 337 ribu

dan Jepang 8,34% atau US$ 329 ribu. Sementara negara lainnya

berkontribusi kurang dari 6% sebagai tujuan ekspor kentang Indonesia

(Gambar 4.12). Negara tujuan ekspor kentang Indonesia tahun 2012

secara rinci disajikan pada Lampiran 4.7.

Page 74: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53

Singapore51,81%

Malaysia9,14%

Bangladesh8,54%

Jepang8,34%

Lainnya22,17%

Gambar 4.12. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia, 2012

Sementara, berdasarkan negara asal impor kentang Indonesia

tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.13. Kontribusi nilai ekspor keenam

negara asal impor terbesar kentang Indonesia yaitu Amerika sebesar

21,35% dari total nilai impor kentang Indonesia, kemudian diikuti oleh

Belanda sebesar 17,02%, Australia sebesar 11,71 %, Belanda sebesar

11,77%, Kanada sebesar 11,29%, Jerman sebesar10,14%, Cina sebesar

6,93% dan negara lainnya sebesar 21,50%. Negara asal impor kentang

Indonesia tahun 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 4.8.

Amerika21,35%

Belanda17,02%

Australia11,77%

Kanada11,29%

Jerman10,14%

Cina6,93%

Lainnya21,50%

Gambar 4.13. Negara asal impor kentang Indonesia, 2012

Page 75: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kentang Dunia Berdasarkan data dari FAO, terdapat 10 (sepuluh) negara besar

pengekspor kentang segar dan kentang beku di dunia, seperti pada Gambar

4.14. dan Gambar 4.15.

Belanda21,40%

Perancis16,65%

Jerman8,51%

Kanada5,28%

Amerika4,61%

Belgia4,51%

Mesir4,49%

Inggris4,35%

Spanyol3,06%

Cina3,05%

Negara lainnya24,10%

Negara Eksportir Kentang Segar

Gambar 4.14. Sepuluh negara pengekspor kentang segar,

2007 - 2011

Kontribusi rata-rata nilai ekspor kentang segar kesepuluh negara ini

selama tahun 2007-2011 mencapai 75,90% dari total nilai ekspor dunia.

Belanda merupakan negara eksportir kentang segar terbesar di dunia

dengan kontribusi sebesar 21,40% terhadap total nilai ekspor kentang

segar dunia yang diikuti oleh negara Perancis dengan kontribusi 16,65%,

Jerman sebesar 8,51%, Kanada sebesar 5,28%, Amerika sebesar 4,61%

dan Belgia sebesar 4,51% dan untuk negara eksportir lainnya dapat dilihat

lebih rinci pada Lampiran 4.9. Indonesia merupakan negara eksportir

kentang segar dengan urutan ke-52 dengan kontribusi hanya 0,07%

terhadap total nilai ekspor kentang dunia.

Page 76: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55

Belanda26,83%

Belgia20,01%

Kanada16,47%

Amerika15,04%

Perancis6,43%

Jerman3,81%

Argentina2,40%

Polandia1,95%

Inggris1,16%

Selandia Baru1,03% Negara Lainnya

4,88%

Negara Eksportir Kentang Beku

Gambar 4.15. sepuluh negara pengekspor kentang beku, 2007-2011

Sementara itu 10 (sepuluh) negara besar pengekspor kentang beku

menurut data FAO adalah seperti pada Gambar 4.15. Kontribusi rata-rata

nilai ekspor kesepuluh negara ini selama tahun 2007-2011 mencapai

95,12% dari total nilai ekspor dunia. Bahkan kontribusi rata-rata nilai

ekspor 5 (lima) negara terbesar mencapai 84,78%. Belanda merupakan

negara eksportir kentang beku terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar

26,83% terhadap total nilai ekspor kentang beku dunia. Kontribusi nilai

ekspor kentang beku lainnya diberikan oleh Belgia, Kanada, Amerika dan

Perancis dengan kontribusi masing-masing sebesar 20,01%, 16,47%,

15,04% dan 6,43%, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.10. Posisi

Indonesia pada kelompok negara eksportir kentang beku hanya menempati

urutan ke-50 dengan kontribusi hanya 0,01%.

Sementara itu, impor kentang dilakukan oleh hampir semua negara di

dunia, terdapat 10 (sepuluh) negara importir kentang segar terbesar di

dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi 55,78% terhadap total

nilai impor kentang segar dunia, seperti terlihat pada Gambar 4.16.

Page 77: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Belgia8,03% Rusia

7,60%

Spanyol7,12%

Jerman6,49%

Belanda6,38%

Itali5,68%

Inggris4,31%

Amerika4,24%

Perancis3,32%

Portugal2,61%

Negara Lainnya44,22%

Negara Importir Kentang Segar

Gambar 4.16. Negara importir kentang segar terbesar di dunia,

2007-2011

Belgia berada diperingkat pertama dengan rata-rata nilai impor

kentang segar sebesar US$ 312,89 juta pertahun atau memberikan

kontribusi sebesar 8.03%, kemudian diikuti Rusia dengan rata-rata nilai

impornya US$ 296,17 juta atau 7,60%. Spanyol merupakan importir

terbesar ketiga dengan rata-rata nilai impornya US$ 277,50 juta atau

7,12%, kemudian disusul oleh Jerman, Belanda, Itali, Inggris, Amerika,

Perancis dan Portugal masing-masing berkontribusi kurang dari 7%. seperti

terlihat pada Gambar 4.16. Sementara Indoensia hanya menduduki posisi

ke 41 dengan kontribusi sebesar 0,42%. Negara importir kentang segar

dunia tahun 2007-2011 secara rinci disajikan pada Lampiran 4.11.

Rata-rata nilai impor 10 (sepuluh) negara importir kentang beku

terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar

63,93% dari total nilai impor dunia tahun 2007-2011. Amerika merupakan

negara pengimpor kentang beku terbesar di dunia dengan kontribusi nilai

impor sebesar US$ 668,21 juta dari total nilai impor dunia atau 13,53%,

yang diikuti oleh negara Inggris dengan kontribusi nilai impor US$ 468,63

juta atau 9,49% dan Perancis sebesar US$ 444,675 juta atau 9,00%.

Page 78: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57

Sementara negara lainnya memberikan kontribusi sebesar 67,99% (Gambar

4.17). Negara importir kentang beku dunia tahun 2007-2011 secara rinci

disajikan pada Lampiran 4.12. Indonesia merupakan negara importir

urutan ke 40 dengan kontribusi sebesar US$ 17,76 juta atau 0,36%.

Amerika13,53%

Inggris9,49%

Perancis9,00%

Jepang7,93%

Jerman5,27%

Itali5,11%

Spanyol4,10%

Belanda3,99%

Brasil3.07%

Meksiko2,44%

Negara Lainnya36,07%

Negara Importir Kentang Beku

Gambar 4.17. Negara importir kentang beku terbesar di dunia,

2007-2011

4.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KENTANG

Untuk mengetahui posisi atau tahapan perkembangan kentang

Indonesia dalam perdagangan dunia maka diantaranya dilakukan analisis

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Hasil perhitungan nilai ISP kentang

segar, kentang olahan dan total kentang berdasarkan volume dan nilai

ekspor dan impor kentang Indonesia tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel

4.3.

Page 79: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 4.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kentang segar, olahan dan total kentang Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Kentang Segar

Ekspor - Impor -7.092 -10.806 -19.400 -54.929 -36.257

Ekspor + Impor 12.233 15.757 24.606 60.798 42.264

ISP -0,58 -0,69 -0,79 -0,90 -0,86

Kentang Olahan

Ekspor - Impor -30.326 -32.708 -30.369 -35.371 -55.808

Ekspor + Impor 32.365 34.268 32.084 40.614 57.684

ISP -0,94 -0,95 -0,95 -0,87 -0,97

Total Kentang

Ekspor - Impor -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064

Ekspor + Impor 44.598 50.025 56.689 101.412 99.948

ISP -0,84 -0,87 -0,88 -0,89 -0,92

Sumber: BPS diolah Pusdatin

UraianTahun

(US$ 000)

(US$ 000)

(US$ 000)

Dari Tabel 4.3. diatas terlihat nilai ISP kentang Indonesia secara

total mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -0,84 hingga -0,92 yang

berarti bahwa komoditas kentang Indonesia mempunyai daya saing yang

sangat rendah. Komoditas kentang berada pada tahap pengenalan dalam

perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau Indonesia

merupakan negara pengimpor kentang.

Bila dilihat dari ratio ketergantungan terhadap impor kentang untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia termasuk dalam katagori

yang rendah ketergantungnnya terhadap impor kentang, hal ini terlihat dari

nilai IDR tahun 2008 -2012 yang berkisar antara 3,77% hingga 11,28%.

Demikian pula bila dilihat dari sisi kemampuan produksi kentang dalam

negeri terlihat cukup baik, hal ini dapat dilihat dari SSR sekitar 90%, yang

berarti Indonesia mempunyai kemampuan untuk mememenuhi kebutuhan

kentang dalam negeri yang diandalkan dari produksi dalam negeri sebesar

90%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Page 80: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59

Tabel 4.4. IDR (Import Dependency Ratio) dan SSR (Self Sufficiency Ratio) kentang indonesia, 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Produksi (Ton) 1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232

2 Ekspor (Ton) 10.979 9.225 9.376 8.366 6.922

3 Impor (Ton) 41.601 51.418 63.987 120.412 116.081

4 Produksi + Impor - Ekspor 1.102.165 1.218.497 1.115.416 1.067.534 1.203.390

5 IDR (%) 3,77 4,22 5,74 11,28 9,65

6 SSR (%) 97,22 96,54 95,10 89,50 90,93

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No UraianTahun

Dari sisi nilai ekspor, kinerja ekspor kentang Indoensia pada tahun

2008-2012 msih sangat rendah. Hal ini dinyatakan dengan nilai RSCA

(Revealead Symmetric Comparative Advantage) yang masih negatif pada

kisaran nilai -0,92% hingga 0,94% untuk periode 2008-2012, artinya

komoditas kentang Indonesia tidak memiliki daya saing di pasar dunia,

seperti tersaji pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Indeks keunggulan komparatif kentang Indonesia dalam

perdagangan dunia , 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011

1 Kentang

Dunia 11.023.161 10.637.589 11.428.015 12.385.961

Indonesia 3.590 3.255 3.460 5.555

2 Non Migas

Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803

Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600

3 Proporsi

Dunia 0,00084 0,00101 0,00090 0,00084

Indonesia 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003

RCA 0,040 0,033 0,030 0,041

RSCA -0,92 -0,94 -0,94 -0,92

Sumber: BPS, UNComtrade diolah Pusdatin

No UraianNilai ekspor (000 US$)

Page 81: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 4.1. Perkembangan produksi kentang di provinsi sentra di Indonesia, 2008-2012

Share

2008 2009 2010 2011 2012 (%)

1 Jawa Barat 292.253 320.542 275.101 220.155 261.967 274.004 25,57 25,57

2 JawaTengah 263.147 288.654 265.123 250.404 252.607 263.987 24,63 50,20

3 Sulawesi Utara 139.018 142.109 126.210 114.548 116.415 127.660 11,91 62,11

4 Sumatera Utara 130.296 129.587 126.203 123.078 128.965 127.626 11,91 74,02

5 JawaTimur 105.058 125.886 115.423 85.521 162.039 118.785 11,08 85,11

6 Jambi 58.905 94.368 84.794 89.102 85.535 82.541 7,70 92,81

7 Lainnya 82.866 75.158 67.951 72.680 86.705 77.072 7,19 100,00

1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232 1.071.674 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin

Indonesia

Share

Kumulatif

(%)

No. ProvinsiProduksi (Ton)

Rata-rata

Lampiran 4.2. Perkembangan pola panen kentang bulanan di Indonesia, 2010-2012

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2010 5.781 7.035 7.552 5.601 7.361 5.465 5.745 5.212 5.498 4.816 4.195 2.271 5.544

2011 6.469 5.422 4.916 4.820 5.762 6.614 5.208 4.763 4.539 4.013 4.416 2.940 4.990

2012 5.808 6.853 6.281 5.140 6.188 5.885 6.201 5.291 4.954 4.427 4.715 2.776 5.377

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

TahunLuas Panen (Ha)

Total

Lampiran 4.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang bulanan di Indonesia, 2010-2012

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1

2010 6.101 6.036 6.013 6.007 6.063 6.105 6.346 6.340 6.342 6.152 6.166 6.065 -0,04

2011 6.265 6.498 6.566 6.498 6.541 6.540 6.659 6.417 6.811 6.732 6.863 6.905 0,92

2012 6.849 6.759 6.722 6.648 6.620 6.598 6.707 6.822 6.782 6.735 6.709 6.842 0,00

2

2010 8.239 8.079 7.739 6.839 8.214 7.243 8.729 9.055 9.810 9.346 8.269 8.679 1,07

2011 10.799 10.925 10.958 10.968 10.851 10.890 11.131 11.344 11.523 11.340 11.618 11.572 0,64

2012 11.318 11.076 10.879 10.836 10.832 10.840 11.012 11.121 11.119 10.946 11.003 11.179 -0,10

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Harga konsumen (Rp/Kg)

Rata-rata

Pertumbuhan

(%)

No. TahunBulan

Harga produsen (Rp/Kg)

Page 82: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61

Lampiran 4.4. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra, 2008-2012

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Lampiran 4.5. Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan, 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Volume ekspor (Ton)

- Segar 8,430 6,751 6,981 5,270 5,217 -10.51

- Olahan 2,549 2,473 2,395 3,096 1,705 -5.44

Persentase thd total (%)

- Segar 76.79 73.19 74.46 62.99 75.37

- Olahan 23.21 26.81 25.54 37.01 24.63

2 Nilai ekspor (US$ 000)

- Segar 2,570 2,475 2,603 2,934 3,004 4.14

- Olahan 1,020 780 857 2,621 938 31.98

Persentase thd total (%)

- Segar 71.60 76.04 75.22 52.82 76.20

- Olahan 28.40 23.96 24.78 47.18 23.80

3 Volume impor (Ton)

- Segar 13,114 18,776 32,084 92,864 58,141 66.53

- Olahan 28,486 32,642 31,903 27,548 57,940 27.25

Persentase thd total (%)

- Segar 31.52 36.52 50.14 77.12 50.09

- Olahan 68.48 63.48 49.86 22.88 49.91

4 Nilai impor (US$ 000)

- Segar 9,663 13,282 22,003 57,863 39,260 58.49

- Olahan 31,345 33,488 31,226 37,993 56,746 17.78

Persentase thd total (%)

- Segar 23.56 28.40 41.34 60.36 40.89

- Olahan 76.44 71.60 58.66 39.64 59.11

No UraianTahun Pertumb. (%)

2008-2012

Sumber BPS diolah Pusdatin

Pertumbuhan Harga

2008 2009 2010 2011 2012 (%) Rata-rata

1 Jawa Barat 3,444 4,105 3,826 4,266 4,195 4.92 3,967

2 JawaTengah 3,283 4,010 3,784 4,057 4,033 3.31 3,833

3 Sulawesi Utara 3,011 3,463 3,110 3,365 3,398 4.59 3,269

4 Sumatera Utara 3,122 4,333 4,630 4,641 4,421 -2.24 4,229

5 JawaTimur 3,652 4,464 4,407 4,479 3,985 -4.69 4,197

6 Jambi 3,659 4,574 3,779 3,750 3,408 -4.95 3,834

Indonesia 4,737 5,759 9,157 6,622 6,733 -13.01 6,601

Pertumbuhan Harga

2008 2009 2010 2011 2012 (%) Rata-rata

1 Jawa Barat 4,402 5,354 6,290 8,086 7,261 9.18 6,279

2 JawaTengah 4,172 5,047 5,887 8,097 7,276 13.70 6,096

3 Sulawesi Utara 4,777 4,571 5,936 7,228 7,327 11.57 5,968

4 Sumatera Utara 4,335 6,055 7,350 9,563 7,931 6.52 7,047

5 JawaTimur 4,451 5,311 6,193 8,241 7,227 10.38 6,285

6 Jambi 4,146 5,233 5,061 6,102 5,451 4.95 5,199

Indonesia 6,761 7,906 9,468 11,160 11,014 8.28 9,262

No. ProvinsiHarga Produsen (Rp/Kg)

Harga Konsumenn (Rp/Kg)

Page 83: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 4.6. Perkembangan ekspor, impor kentang wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012

Page 84: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63

2008 2009 2010 2011 2012

Segar

0701100000 55,09 108 99 5 0,7

0701900000 7.958 6.320 6.772 5.117 4.936

0710100000 417 324 110 147 281

Olahan

1105100000 2.342 2.324 2.324 2.351 1.548

1105200000 52 0,4 10 0 28

1108130000 0 2 0 641 18

2004100000 4 0,1 21 58 78

Kode HS lainnya 150 147 40 46 32

Segar

0701100000 48 108 97 11 0,075

0701900000 2.340 2.160 2.426 2.579 2.237

0710100000 183 207 80 344 767

Olahan

1105100000 592 492 647 786 527

1105200000 106 1 14 0 62

1108130000 0 3 0 1.285 18

2004100000 7 0 65 304 328

Kode HS lainnya 315 283 132 247 3

Segar

0701100000 2.944 2.280 2.726 2.457 1.862

0701900000 5.345 11.727 24.204 78.419 50.190

0710100000 4.825 4.768 5.154 11.988 6.089

Olahan

1105100000 986 1.060 822 180 243

1105200000 2.973 3.995 4.761 3.540 6.041

1108130000 10.548 14.071 14.296 8.873 27.708

2004100000 11.161 10.653 11.203 13.911 22.785

Kode HS lainnya 2.819 2.864 822 1.044 1.163

Segar

0701100000 2.015 1.613 2.485 2.374 2.152

0701900000 2.880 6.689 14.591 46.412 31.159

0710100000 4.768 4.980 4.926 9.077 5.949

Olahan

1105100000 1.450 1.287 761 346 465

1105200000 4.053 5.564 6.347 5.214 9.033

1108130000 9.365 7.701 8.512 10.016 15.399

2004100000 11.788 11.065 10.940 15.788 24.711

Kode HS lainnya 4.689 7.871 4.666 6.629 7.138

Sumber: BPS diolah Pusdatin

Keterangan : - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan

klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi

BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan

Volume Ekspor (Ton)

Volume Impor (Ton)

Nilai Impor (000 US$)

Nilai Ekspor (000 US$)

UraianTahun

Lampiran 4.7. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia tahun 2012

Page 85: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai

1 Singapore 3.172 2.042 45,82 51,81

2 Malaysia 2.031 360 29,34 9,14

3 Bangladesh 1.008 337 14,56 8,54

4 Jepang 142 329 2,05 8,34

5 Lainnya 570 874 8,23 22,17

Total 6.922 3.942

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No. Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)

Lampiran 4.8. Negara Asal Impor kentang Indonesia tahun 2012

Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai

1 Amerika 18.638 20.500 16,06 21,35

2 Belanda 27.361 16.343 23,57 17,02

3 Australia 15.202 11.302 13,10 11,77

4 Kanada 13.513 10.835 11,64 11,29

5 Jerman 10.102 9.733 8,70 10,14

6 Cina 11.851 6.655 10,21 6,93

9 Lainnya 19.414 20.638 16,72 21,50

Total 116.081 96.006

Sumber: BPS diolah Pusdatin

No. Negara AsalTotal Impor Kontribusi (%)

Lampiran 4.9. Negara eksportir kentang segar dunia tahun 2007 – 2011

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

Belanda 718.850 676.915 670.235 789.735 1.007.472 772.641 21,40 21,40

Perancis 682.552 545.724 478.477 613.074 684.868 600.939 16,65 38,05

Jerman 294.970 266.273 265.869 306.905 402.628 307.329 8,51 46,56

Kanada 169.349 206.895 174.652 172.606 229.488 190.598 5,28 51,84

Amerika 134.024 162.132 148.886 165.005 221.540 166.317 4,61 56,45

Belgia 179.254 155.878 143.541 152.667 183.059 162.880 4,51 60,96

Mesir 108.092 176.148 145.406 129.562 250.654 161.972 4,49 65,44

Inggris 163.192 144.827 126.508 158.290 191.871 156.938 4,35 69,79

Spanyol 108.898 133.810 112.258 98.460 98.798 110.445 3,06 72,85

Cina 80.577 81.698 112.237 104.272 171.435 110.044 3,05 75,90

Negara lainnya 767.165 866.813 679.634 929.347 1.107.578 870.107 24,10 100,00

Dunia 3.406.923 3.417.113 3.057.703 3.619.923 4.549.391 3.610.211

Sumber: FAO diolah Pusdatin

NegaraTahun

Rata2 Share Kumulatif

Lampiran 4.10. Negara eksportir kentang beku dunia tahun 2007 – 2011

Page 86: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

Belanda 1.384.162 1.355.672 1.311.693 1.262.891 1.460.437 1.354.971 26,83 26,83

Belgia 863.225 904.840 977.889 1.034.062 1.273.388 1.010.681 20,01 46,84

Kanada 812.073 848.616 849.279 802.791 847.035 831.959 16,47 63,32

Amerika 599.464 711.864 731.422 820.192 933.618 759.312 15,04 78,35

Perancis 350.221 291.186 284.144 306.325 390.826 324.540 6,43 84,78

Jerman 183.723 187.946 192.322 191.630 205.456 192.215 3,81 88,59

Argentina 89.978 110.996 103.565 134.232 165.978 120.950 2,40 90,98

Polandia 82.921 91.552 89.318 101.921 125.643 98.271 1,95 92,93

Inggris 61.115 77.750 53.372 46.937 54.330 58.701 1,16 94,09

Selandia Baru 50.558 45.905 49.293 60.944 52.975 51.935 1,03 95,12

Negara Lainnya 208.987 203.935 225.317 249.298 345.017 246.511 4,88 100,00

Dunia 4.686.427 4.830.262 4.867.614 5.011.223 5.854.703 5.050.046

Sumber : FAO diolah Pusdatin

Negara Rata-rata Share KumulatifTahun

Lampiran 4.11. Negara Importir kentang segar dunia tahun 2007 - 2011

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

Belgia 335.153 286.145 280.245 298.089 364.821 312.891 8,03 8,03

Rusia 107.197 223.963 147.955 272.861 728.890 296.173 7,60 15,63

Spanyol 298.203 272.285 307.686 248.088 261.228 277.498 7,12 22,75

Jerman 261.642 251.450 230.965 237.133 282.921 252.822 6,49 29,24

Belanda 241.503 252.082 185.772 233.054 330.262 248.535 6,38 35,62

Itali 224.907 209.741 189.579 232.713 249.473 221.283 5,68 41,29

Inggris 207.811 233.761 132.434 119.340 146.628 167.995 4,31 45,61

Amerika 141.017 186.736 155.723 148.046 194.725 165.249 4,24 49,85

Perancis 168.838 160.441 101.701 107.880 107.799 129.332 3,32 53,17

Portugal 117.605 98.546 73.958 99.496 119.856 101.892 2,61 55,78

Mesir 60.889 67.299 106.587 108.283 126.475 93.907 2,41 58,19

Kanada 76.629 91.574 86.813 88.858 123.806 93.536 2,40 60,59

Algeria 115.667 93.631 86.960 74.428 80.511 90.239 2,32 62,91

Yunani 76.236 84.205 93.953 67.565 107.057 85.803 2,20 65,11

Polandia 84.849 42.830 43.527 63.792 103.702 67.740 1,74 66,85

Malaysia 45.738 48.099 52.533 65.046 71.681 56.619 1,45 68,30

Emirate Arab 58.869 52.602 13.058 111.196 14.332 50.011 1,28 69,58

Lebanon 53.572 49.678 41.800 48.313 51.175 48.908 1,26 70,84

Negara Lainnya 1.093.915 1.028.806 953.373 1.134.825 1.471.187 1.136.421 29,16 100,00

Dunia 3.770.240 3.733.874 3.284.622 3.759.006 4.936.529 3.896.854

Sumber : FAO diolah Pusdatin

Share KumulatifNegaraTahun

Rata-rata

Lampiran 4.12. Negara importir kentang beku dunia tahun 2007 - 2011

Page 87: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

(000 US$)

2007 2008 2009 2010 2011

Amerika 631.521 679.587 675.464 654.911 699.573 668.211 13,53 13,53

Inggris 443.091 491.332 441.769 432.877 534.064 468.627 9,49 23,01

Perancis 455.522 419.702 424.154 418.589 505.406 444.675 9,00 32,01

Jepang 310.573 364.201 390.638 427.461 465.131 391.601 7,93 39,94

Jerman 217.086 269.646 287.969 252.822 274.199 260.344 5,27 45,21

Itali 226.382 236.461 239.943 260.504 297.822 252.222 5,11 50,32

Spanyol 193.706 181.269 199.230 205.693 233.946 202.769 4,10 54,42

Belanda 109.594 115.950 240.958 248.559 269.701 196.952 3,99 58,41

Brasil 86.899 120.726 124.415 211.058 215.754 151.770 3,07 61,48

Meksiko 119.261 128.907 109.695 118.001 127.720 120.717 2,44 63,93

Saudi Arabia 93.269 83.181 54.478 109.731 163.685 100.869 2,04 65,97

Kanada 67.122 80.122 80.556 108.853 102.404 87.811 1,78 67,75

Australia 50.350 85.835 69.992 69.620 142.481 83.656 1,69 69,44

Irlandia 88.205 84.804 79.602 68.541 76.590 79.548 1,61 71,05

Yunani 91.123 79.562 76.028 69.161 73.101 77.795 1,57 72,62

Belgia 55.683 70.409 59.270 86.842 116.174 77.676 1,57 74,20

Cina 53.948 57.612 44.825 73.548 104.806 66.948 1,36 75,55

Negara Lainnya 1.063.054 1.152.200 1.153.504 1.230.269 1.439.626 1.207.731 24,45 100,00

Dunia 4356389 4701506 4752490 5047040 5842183 4.939.922

Sumber : FAO diolah Pusdatin

Share KumulatifNegaraTahun

Rata-rata

V. KINERJA PERDAGANGAN JERUK

Page 88: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67

Jeruk merupakan sumber vitamin C yang sangat bermanfaat untuk

kita dan merupakan salah satu komoditas yang banyak disukai masyarakat.

Jeruk selain bisa di konsumsi langsung, namun bisa juga diolah menjadi

berbagai makanan dan minuman. Jenis jeruk lokal yang banyak

dibudidayakan di Indonesia diantaranya adalah jeruk siam.

Buah jeruk mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dan

merupakan salah satu buah unggulan nasional karena banyak dikonsumsi

oleh penduduk baik dalam negeri maupun luar negri dengan harga yang

terjangkau dan baik untuk kesehatan. Potensi jeruk yang cukup bagus perlu

diikuti dengan sistem pemasaran yang baik untuk meningkatkan nilai

tambah produk jeruk itu sendiri.

Analisis berikut akan mengulas kinerja perdagangan komoditas jeruk

berdasarkan atas data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS),

Kementerian Perdagangan, FAO dan Uncomtrade.

5.1 SENTRA PRODUKSI JERUK

Produksi jeruk di Indonesia adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar.

Berdasarkan rata-rata produksi jeruk tahun 2008 – 2012, terdapat lima

provinsi sentra jeruk dengan kontribusi kumulatif mencapai 73,12%

terhadap total produksi jeruk Indonesia. Provinsi Sumatera Utara

merupakan produsen jeruk terbesar dengan persentase kontribusi mencapai

32,98% dari total produksi jeruk Indonesia (Gambar 5.1). Berikutnya adalah

Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Barat yang masing-masing memberikan

kontribusi produksi sebesar 18,97% dan 7,82%. Provinsi Kalimantan Barat

dan Bali berada pada urutan berikutnya yang menyumbang produksi jeruk

Indonesia sebesar 7,78% dan 5,57%. Produksi jeruk Indonesia tahun 2012

adalah 1,61 juta ton, sementara untuk jenis jeruk siam/keprok produksinya

Page 89: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

sebesar 1,50 juta ton. Secara rinci data provinsi sentra produksi jeruk di

Indonesia disajikan pada Tabel 5.1.

32.98%

18.97%

7.82%

7.78%

5.57%

26.88%

Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Barat

Kalimantan Barat Bali Lainnya

Gambar 5.1.a Provinsi sentra produksi jeruk di Indonesia, 2008 – 2012

Tabel 5.1. Produksi jeruk di provinsi sentra di Indonesia, 2008 – 2012

Share

2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%)

1 Sumatera Utara 858,508 728,796 788,748 579,471 362,250 663,555 32.98 32.98

2 Jawa Timur 520,864 378,923 289,592 328,100 390,388 381,573 18.97 51.95

3 Sulawesi Barat 301,483 157,484 115,438 141,682 70,903 157,398 7.82 59.77

4 Kalimantan Barat 181,793 170,201 146,690 110,640 172,944 156,454 7.78 67.55

5 Bali 71,232 162,916 97,524 99,156 129,669 112,099 5.57 73.12

6 Provinsi Lainnya 533,752 533,448 590,912 559,900 485,614 540,725 26.88 100.00

Indonesia 2,467,632 2,131,768 2,028,904 1,818,949 1,611,768 2,011,804 100.00

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin

No. ProvinsiProduksi (Ton) Kumulatif

(%)

Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi jeruk Indonesia selama

5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 5.1.b di bawah ini. Terlihat

bahwa pangsa produksi jeruk di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010

merupakan yang tertinggi, namun mengalami penurunan pada tahun-tahun

berikutnya. Di provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 terlihat mengalami

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara Sulawesi Barat

Page 90: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69

menunjukkan tedensi penurunan pada periode 2008 - 2012. Provinsi-

provinsi lainnya berfluktuasi selama periode 2008 – 2012 (Grafik 5.1.b)

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2008 2009 2010 2011 2012

(%)

Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Barat

Kalimantan Barat Bali Provinsi Lainnya

Gambar 5.1.b Perkembangan pangsa produksi jeruk di provinsi sentra,

2008 – 2012

5.2 KERAGAAN HARGA JERUK

Pergerakan harga jeruk sangat dipengaruhi oleh perkembangan

produksinya. Pola panen triwulanan jeruk di Indonesia dapat dilihat pada

Gambar 5.2. Berdasarkan keragaan data tahun 2008 dan 2012, puncak

panen jeruk pada tahun 2008 cukup tinggi terjadi pada triwulan 2 hampir

sebesar 60.000 ha begitu juga untuk tahun 2012 terjadi pada triwulan 2.

Sementara untuk tahun 2009, pola panen jeruk meningkat setiap triwulan

dan mencapai puncaknya pada triwulan 4 yaitu sebesar 48,68 ribu ha

(Gambar 5.2). Pada tahun 2010 dan 2011 puncak panen jeruk terjadi pada

triwulan 3, dengan masing-masing sebesar 45,58 ribu ha dan 39,54 ribu ha.

Page 91: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

I II III IV

Lua

s P

an

en

(H

a)

2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 5.2. Perkembangan Luas Panen Jeruk Siam Per Triwulan, 2008 -2012

Perkembangan harga produsen jeruk di Indonesia selama periode

2010 – 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun dengan

peningkatan yang kecil. Pada tahun 2010 harga produsen jeruk berfluktuasi

namun menurun dengan rata-rata sebesar 0,17% yakni dari Rp.5.327,-/kg

pada bulan Januari menjadi Rp.5.208,-/kg pada bulan Desember. Untuk

tahun 2011 harga produsen jeruk meningkat 0,33% dari Rp.5.526,-/kg

menjadi Rp.5.730,-/kg. Begitu pula tahun 2012 harga produsen jeruk

meningkat sebesar 0,31% dari Rp.5.769,-/kg bulan Januari menjadi

Rp.5.969,-/kg bulan Desember dan merupakan harga jeruk produsen

tertinggi pada periode 2010-2012 (Gambar 5.3).

Perkembangan harga jeruk tingkat konsumen tahun 2010 – 2012

juga dapat dilihat pada Gambar 5.3. Harga jeruk di tingkat konsumen

terlihat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun

2010, harga rata-rata konsumen jeruk naik sebesar 2,13% yang berkisar

antara Rp. 8.679,-/kg sampai Rp. 10.934,-/kg. Tahun 2011 kisaran harga

jeruk meningkat tidak terlalu tinggi hanya sebesar 1,03%, yakni dari Rp.

Page 92: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71

10.907,-/kg sampai Rp. 12.193,-/kg. Kemudian pada tahun 2012 naik hanya

sebesar 0,49% yakni dari Rp. 12.193,-/kg pada bulan Januari menjadi Rp.

12.864,-/kg pada bulan Desember. Harga jeruk di tingkat konsumen

tertinggi pada periode 2010-2012 adalah pada bulan Nopember tahun 2012

sebesar Rp.12.931,-/kg (Gambar 5.3).

2,500

4,500

6,500

8,500

10,500

12,500

14,500

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

2010 2011 2012

(Rp/kg)

Harga Produsen Harga Konsumen

Gambar 5.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen jeruk di Indonesia, 2010 - 2012

Marjin harga jeruk adalah kesenjangan antara harga produsen dan

harga konsumen. Peningkatan harga jeruk ditingkat konsumen yang lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga di tingkat produsen

menyebabkan margin harga jeruk semakin melebar dari waktu ke waktu.

Pada tahun 2012 terjadi marjin yang semakin lebar antara harga di tingkat

produsen dengan harga di tingkat konsumen. Hal ini mengindikasikan

peningkatan harga jeruk di tingkat konsumen tidak dinikmati oleh petani

sebagi produsen. Perkembangan harga jeruk di tingkat produsen dan

konsumen serta margin harga produsen-konsumen jeruk di Indonesia tahun

2010 – 2012 secara rinci disajikan pada tabel 5.2.

Page 93: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.2. Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin

harga jeruk di Indonesia, 2010 – 2012

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

2010 5,327 5,281 5,298 5,315 5,318 5,349 5,324 5,383 5,408 5,018 5,033 5,208 -0.17

2011 5,526 5,594 5,613 5,645 5,622 5,598 5,638 5,689 5,667 5,689 5,728 5,730 0.33

2012 5,769 5,766 5,747 5,721 5,774 5,810 5,825 5,867 5,933 5,949 5,952 5,969 0.31

2010 8,679 8,711 8,710 8,906 9,068 9,192 9,521 9,702 9,951 10,211 10,551 10,934 2.13

2011 10,907 11,010 11,254 11,121 11,450 11,497 11,844 11,895 11,999 12,215 12,240 12,193 1.03

2012 12,193 12,164 11,972 12,070 12,155 12,204 12,293 12,505 12,647 12,882 12,931 12,864 0.49

2010 3,352 3,430 3,412 3,591 3,750 3,843 4,197 4,319 4,543 5,193 5,519 5,726 5.05

2011 5,382 5,416 5,641 5,476 5,828 5,899 6,206 6,206 6,331 6,526 6,512 6,463 1.71

2012 6,424 6,398 6,226 6,349 6,380 6,394 6,468 6,638 6,714 6,933 6,979 6,895 0.66

Sumber : BPS

Tahun

Bulan Rata-rata

Pertumbuhan

(%)

Harga Produsen (Rp/kg)

Harga Konsumen (Rp/kg)

Margin Harga Produsen - Konsumen (Rp/kg)

Jika dilihat harga produsen jeruk pada tahun 2012 dengan luas panen

jeruk pada tahun yang sama, terlihat bahwa peningkatan harga produsen

jeruk dipengaruhi oleh turunnya luas panen jeruk. Peningkatan harga

produsen jeruk tersebut mulai terlihat pada triwulan III dan triwulan IV

yang dipengaruhi oleh menurunnya luas panen jeruk pada periode tersebut

(Gambar 5.4).

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

5,650

5,700

5,750

5,800

5,850

5,900

5,950

6,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV

(Rp/kg) (Ha)

Luas Panen Harga prod. (Rp/Ton)

Gambar 5.4. Perkembangan harga produsen dan luas panen jeruk siam/keprok di Indonesia, 2012

Page 94: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73

Berdasarkan data dari World Bank, harga jeruk di pasar

internasional merupakan harga eksportir Mediterania atau harga indikator

impor Uni Eropa, cif Paris. Pada periode tahun 2010 – 2012, harga jeruk

terlihat berfluktuasi. Selama periode tahun 2010 harga rata-rata bulanan

jeruk di pasar internasional berfluktuasi namun cenderung menurun dengan

penurunan sebesar 3,02% atau dari US$ 1.089/mt pada bulan Januari

menjadi sebesar US$ 724/mt pada bulan desember. Sementara untuk

periode tahun 2011 dan 2012 harga jeruk di pasar internasional berfluktuasi

namun cenderung mengalami sedikit peningkatan, masing – masing

sebesar 1,62% dan 0,84% (Gambar 5.5).

100

300

500

700

900

1.100

1.300

1.500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

(US$/mt)

2010 2011 2012

Gambar 5.5. Perkembangan harga internasional jeruk, 2010 – 2012

5.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN JERUK

5.3.1. Keragaan Ekspor Impor Jeruk Indonesia

Kinerja perdagangan jeruk pada skala internasional didekati dari

neraca perdagangan ekspor impor jeruk. Keragaan ekspor dan impor jeruk

Page 95: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Indonesia dalam bahasan ini akan diulas dalam bentuk segar dan olahan.

Perkembangan neraca perdagangan jeruk tahun 2008 – 2012 mengalami

defisit yang berarti volume dan nilai impor jeruk lebih besar dibandingkan

dengan volume dan nilai ekspornya. Defisit neraca perdagangan jeruk

terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 255,16 juta dengan

volume sebesar 257,06 ribu ton. Keragaan ekspor-impor jeruk Indonesia

secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan

komoditas jeruk, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1. Ekspor

- Volume (Ton) 1.443,21 1.310,46 1.400,06 1.084,18 1.383,84 0,68

- Nilai (000 US$) 1.610,61 2.398,76 2.087,69 1.365,41 941,14 -7,43

2. Impor

- Volume (Ton) 143.661,06 216.917,60 204.148,91 232.049,19 258.446,35 17,54

- Nilai (000 US$) 124.058,91 193.384,44 184.176,82 212.975,89 256.098,72 21,75

3. Neraca Perdagangan

- Volume (Ton) -142.217,85 -215.607,15 -202.748,85 -230.965,01 -257.062,51 17,71

- Nilai (000 US$) -122.448,29 -190.985,68 -182.089,13 -211.610,48 -255.157,58 22,03

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

No. Uraian

TahunRata-rata

pertumbuhan

2008-2012

(%)

Berdasarkan data pada Tabel 5.3 terlihat bahwa defisit neraca

perdagangan jeruk cenderung semakin tinggi dari tahun ke tahun. Defisit

neraca perdagangan pada sisi volume meningkat sebesar 17,71% per

tahun, dimana pertumbuhan volume ekspor naik sebesar 0,68% per tahun

dan volume impor naik sebesar 17,54% per tahun. Sementara defisit

neraca perdagangan dari sisi nilai naik sebesar 22,03% per tahun, di mana

pertumbuhan nilai ekspornya turun 7,43% per tahun sedangkan nilai

impornya naik 21,75% per tahun. Perkembangan neraca nilai perdagangan

jeruk dapat dilihat pada Gambar 5.6. Pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa

defisit neraca nilai perdagangan terbesar terjadi pada tahun 2012, hal ini

disebabkan karena rendahnya nilai ekspor jeruk yang hanya sebesar US$

941,14 ribu sementara nilai impornya mencapai US$256,10 juta.

Page 96: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75

-300,000

-200,000

-100,000

-

100,000

200,000

300,000

2008 2009 2010 2011 2012

(000 US$)

Nilekspor Nilimpor Neraca Perdagangan

Gambar 5.6. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan jeruk Indonesia, 2008 – 2012

Ekspor dan impor jeruk dilakukan dalam wujud segar dan olahan.

Pada tahun 2012, nilai ekspor jeruk Indonesia didominasi oleh jeruk olahan

sebesar 61,83% sedangkan jeruk segar sebesar 38,17%. Sementara wujud

jeruk yang diimpor Indonesia didominasi oleh wujud segar. Tahun 2012,

Indonesia mengimpor sebesar 92,42% jeruk wujud segar dan hanya 7,58%

saja dalam bentuk jeruk olahan.

38,17%

61,83%

Nilai Ekspor

segar olahan

92,42%

7,58%

Nilai Impor

segar olahan

Gambar 5.7. Kontribusi nilai ekspor – impor jeruk segar dan olahan di

Indonesia, 2012

Page 97: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Kode HS serta deskripsi untuk jeruk dalam wujud segar dan olahan

dalam perdagangan jeruk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.4. Wujud

jeruk segar yang diekspor oleh Indonesia ada 5 kode HS, yaitu Buah jeruk

segar, Mandarin, Grapefruit, lemon/limau dan lain-lain. Sementara jeruk

wujud olahan adalah buah jeruk dikeringkan, selai, jeli serta minuman dari

jeruk. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.4. Kode HS dan deskripsi jeruk segar dan olahan

Kode HS Deskripsi

Segar

0805101000 Buah Jeruk-segar

0805200000 Mandarin (termasuk tangerin dan satsuma): clementine,

0805400000 Grapefruit, termasuk pomelo

0805500000 Lemon dan limau

0805900000 Lain-lain

Olahan

0805102000 Buah Jeruk-dikeringkan

2007910000Selai, jeli, pasta dari buah jeruk

2008301000Mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau

alkohol (buah jeruk)

2008309000 Lain-lain (buah Jeruk)

2009110000 Jus orange beku

2009120000 Jus orange Tidak baku, dengan nilai Brix. Tidak melebihi 20

2009190000 Jus orange lain-lain

2009210000 Jus grapefruit dengan nilai Brix tidak melebihi 20

2009290000 Lain-lain

2009310000 Jus buah jeruk lainnya dengan nilai Brix tidak melebihi 20

2009390000 Jus jeruk lainnya

Wujud jeruk segar yang banyak diekspor tahun 2012 adalah lemon

dan limau. Proporsi ekspor lemon dan limau ini terhadap total nilai ekspor

jeruk segar adalah 87%. Sementara untuk wujud olahannya yang banyak

Page 98: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77

diekspor berdasarkan nilai ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa jus

orange lain (HS: 2009190000) yaitu sebesar 85,76%. Wujud jeruk segar

yang diimpor pada tahun 2012 didominasi oleh jeruk mandarin yang

presentasenya mencapai 86,10%. Sedangkan untuk wujud olahah yang

banyak diimpor adalah selai, jeli, pasta dari buah jeruk. Tahun 2012, selai,

jeli dan pasta dari buah jeruk yang diimpor adalah sebesar 51,88% dari

total nilai impor jeruk wujud olahan. Bentuk olahan lainnya adalah buah

jeruk yang dikeringkan sebesar 22,18%

Tabel 5.5. Perkembangan nilai ekspor, impor Jeruk Segar dan Olahan

berdasarkan kode HS, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1

a Segar 522.582 317.008 285.992 232.556 359.199

0805101000 32.508 26.479 2.048 1.313 790

0805200000 2.378 8.539 86 695 138

0805400000 926 0 0 0 0

0805500000 369.026 138.362 47.907 42.523 312.466

0805900000 117.744 143.628 235.951 188.025 45.805

b Olahan 1.088.032 2.081.752 1.801.693 1.132.857 581.936

2008309000 106.130 25.540 21.988 10 853

2009110000 4.910 2.211 63.583 298.011 318

2009120000 48.047 0 4.891 21.078 8.094

2009190000 795.196 1.625.333 1.579.867 585.947 499.090

2009290000 99.558 418.008 109.296 207.531 63.402

Kode HS lain 34.191 10.660 22.068 20.280 10.179

2

a Segar 117.095.064 183.161.704 168.972.118 192.312.009 236.676.161

0805101000 21.634.090 15.327.574 24.371.004 25.084.956 28.635.637

0805200000 94.353.393 166.834.494 143.392.444 164.787.966 203.779.000

0805400000 421.749 218.322 191.593 331.364 255.734

0805500000 586.300 717.262 868.509 1.922.092 3.863.670

0805900000 99.532 64.052 148.568 185.631 142.120

b Olahan 6.963.842 10.222.733 15.204.698 20.663.883 19.422.558

2008309000 477.161 2.423.174 6.475.320 7.921.058 4.307.658

2009110000 1.802.660 4.355.486 5.098.859 7.414.672 10.077.262

2009120000 683.728 992.620 870.436 785.697 915.112

2009190000 1.289.141 453.295 551.634 751.000 783.010

2009290000 924.732 1.304.308 1.479.763 2.294.895 1.909.364

Kode HS lain 1.786.420 693.850 728.686 1.496.561 1.430.152Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : Data tahun 2009 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007 Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012

serta revisi cakupan terutama wujud olahan

Nilai Ekspor (US$)

Nilai Impor (US$)

No UraianTahun

Page 99: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

5.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Jeruk Indonesia

Pada tahun 2012, total ekspor jeruk baik dalam wujud segar atau

olahan dari Indonesia yang terbesar adalah ke Malaysia sebesar 35,27%

dari total nilai ekspor jeruk Indonesia. Negara kedua terbesar adalah

Hongkong sebesar 13,72% dari total nilai ekspor jeruk Indonesia (Gambar

5.8). Negara tujuan ekspor lainnya untuk jeruk dari Indonesia memiliki

total ekspor dibawah 9% saja. Ekspor jeruk tahun 2012 menurut negara

tujuan secara rinci disajikan pada Lampiran 5.1.

35.27%

13.72%

8.80%

7.05%

6.41%

6.14%

5.31%

5.06%

12.24%

Malaysia Hong Kong Saudi Arabia

United Arab Emirates Papua New Guinea Netherlands

Solomon Islands Afghanistan lainnya

Gambar 5.8. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012

Asal impor jeruk didominasi oleh satu negara asal saja, yaitu Cina.

Pada tahun 2012 realisasi impor jeruk dari Cina mencapai US$ 196,78 juta

atau sebesar 76,84% dari total nilai impor jeruk Indonesia. Negara

pengimpor kedua adalah Australia yang hanya sebesar 4,38% dari total nilai

impor jeruk Indonesia. Negara asal impor jeruk Indonesia lainnya memiliki

total impor di bawah 4% saja (Gambar 5.9). Negara asal impor jeruk

Indonesia tahun 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.2

Page 100: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79

76.84%4.38%

3.56%

3.45%

3.39% 3.20% 5.18%

China Australia Pakistan Argentina United States Brazil Lainnya

Gambar 5.9. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012

5.3.3. Negara Eksportir dan Importir jeruk Dunia

Berdasarkan data FAO perdagangan jeruk dunia pada periode 2007 –

2011, terdapat 9 (sembilan) negara eksportir jeruk terbesar di dunia yang

secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 88,24% terhadap total

nilai ekspor jeruk dunia (Tabel 5.6).

Tabel 5.6. Negara eksportir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1 Spanyol 1.121.818 1.236.921 1.295.716 1.226.581 1.325.456 1.241.298 32,93 32,93

2 Afrika Selatan 390.211 434.848 404.841 598.730 591.732 484.072 12,84 45,77

3 Amerika 271.151 437.537 412.000 545.156 649.551 463.079 12,28 58,05

4 Mesir 99.143 238.935 494.749 397.519 538.156 353.700 9,38 67,44

5 Belanda 262.732 213.184 200.527 249.569 197.426 224.688 5,96 73,40

6 Yunani 138.307 143.026 164.783 198.027 203.013 169.431 4,49 77,89

7 Turki 67.098 95.679 169.097 156.726 262.902 150.300 3,99 81,88

8 Maroko 104.546 195.712 114.786 119.387 123.534 131.593 3,49 85,37

9 Australia 125.924 102.711 113.664 96.953 101.403 108.131 2,87 88,24

… …

104 Indonesia 54 33 - 2 8 19 0,00 88,24

Negara lain 151.311 75.566 440.112 525.724 1.024.063 443.355 11,76 100,00

Dunia 2.732.295 3.174.152 3.810.275 4.114.374 4.529.397 3.769.668 100,00

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

No. NegaraNilai Ekspor (000 US$) Share

(%)

Share

Kumulatif

(%)

Page 101: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

32,93%

12,84%

12,28%

9,38%

5,96%

4,49%

3,99%

3,49%2,87%

11,76%

Spanyol Afrika Selatan Amerika Mesir Belanda

Yunani Turki Maroko Australia Negara Lain

Gambar 5.10. Negara eksportir jeruk terbesar di dunia, 2007 – 2011

Spanyol merupakan negara dengan rata-rata nilai ekspor terbesar

selama periode 2007 – 2011 dengan kontribusi nilai ekspor jeruk sebesar

32,93% terhadap total nilai ekspor jeruk dunia. Negara eksportir kedua dan

ketiga adalah negara Afrika Selatan dan Amerika dengan kontribusi

terhadap total nilai ekspor dunia masing-masing sebesar 12,84% dan

12,28%. Sedangkan enam negara berikutnya hanya menyumbangkan

kurang dari 10% yaitu negara Mesir, Belanda, yunani, turki, Maroko dan

Australia. Indonesia sebagai negara eksportir jeruk menempati urutan 104

dengan rata-rata nilai ekspor pada periode tahun 2007 – 2011 hanya

sebesar US$ 19 ribu per tahun dari total nilai ekspor dunia jeruk. Negara-

negara eksportir terbesar untuk komoditas jeruk selengkapnya disajikan

pada Gambar 5.10.

Bila dilihat nilai impor jeruk dunia tahun 2007 – 2011 terdapat

sepuluh negara importir jeruk terbesar di dunia yang secara kumulatif

memberikan kontribusi sekitar 56,97% terhadap total nilai impor jeruk

dunia. Namun hanya empat negara saja yang mempunyai kontribusi lebih

dari 8% terhadap total nilai impor jeruk dunia. Keempat negara tersebut

Page 102: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81

adalah Perancis, Jerman, Rusia dan Belanda. Perancis merupakan negara

yang berkontribusi terbesar yakni 8,89% terhadap total nilai impor jeruk

dunia. Selanjutnya Jerman, Rusia dan Belanda masing-masing memberikan

kontribusi sebesar 8,88%, 8,82% dan 8,81% (Tabel 5.7). Indonesia sebagai

negara importir jeruk menempati peringkat ke-40 di dunia dengan rata-rata

nilai impor tahun 2007– 2011 sebesar US$ 20,66 juta dengan kontribusi

hanya 0,46 % terhadap total nilai impor jeruk dunia. Negara-negara

importir terbesar komoditas jeruk selengkapnya disajikan pada Tabel 5.7

dan Gambar 5.11.

Tabel 5.7. Negara importir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

1 Perancis 376,495 437,654 390,345 426,486 367,078 399,612 8.89 8.89

2 Jerman 347,443 439,570 409,830 396,886 401,893 399,124 8.88 17.76

3 Rusia 300,146 353,844 380,662 436,389 512,110 396,630 8.82 26.58

4 Belanda 463,201 386,115 383,445 409,566 338,415 396,148 8.81 35.39

5 Inggris 255,598 232,742 199,697 211,458 222,886 224,476 4.99 40.38

6 Saudi Arabia 117,637 168,091 167,859 189,318 199,756 168,532 3.75 44.13

7 Kanada 153,123 146,074 157,183 174,220 175,744 161,269 3.59 47.72

8 Cina, Hongkong 127,303 147,569 141,835 170,364 194,647 156,344 3.48 51.19

9 Belgia 145,550 166,560 140,849 134,996 128,103 143,212 3.18 54.38

10 Korea Selatan 108,014 110,941 79,198 130,944 153,159 116,451 2.59 56.97

...

40 Indonesia 16,915 21,617 15,328 24,374 25,085 20,664 0.46 57.43

Negara lain 1,629,080 1,837,000 1,848,143 1,973,588 2,284,753 1,914,513 42.57 100.00

Dunia 4,040,505 4,447,777 4,314,374 4,678,589 5,003,629 4,496,975 100.00

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

No. NegaraNilai Impor (000 US$) Share

(%)

Share

Kumulatif

(%)

Page 103: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

8,89%8,88%

8,82%

8,81%

4,99%

3,75%3,59%

3,48%3,18%

2,59%

0,46%

42,57%

Perancis Jerman Rusia Belanda

Inggris Saudi Arabia Kanada Cina, Hongkong

Belgia Korea Selatan Indonesia Negara Lain

Gambar 5.11. Negara importir jeruk terbesar di dunia, 2007-2011

5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN JERUK

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis

posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas terkait kinerja

perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP jeruk di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) jeruk Indonesia, 2008 –

2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jeruk segar

Ekspor-Impor -116.572 -182.845 -168.686 -192.079 -236.317

Ekspor+Impor 117.618 183.479 169.258 192.545 237.035

ISP -0,991 -0,997 -0,997 -0,998 -0,997

2 Jeruk olahan

Ekspor-Impor -5.876 -8.141 -13.403 -19.531 -18.841

Ekspor+Impor 8.052 12.304 17.006 21.797 20.004

ISP -0,730 -0,662 -0,788 -0,896 -0,942

3 Total Jeruk

Ekspor-Impor -122.448 -190.986 -182.089 -211.610 -255.158

Ekspor+Impor 125.670 195.783 186.265 214.341 257.040

ISP -0,974 -0,975 -0,978 -0,987 -0,993

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Nilai (000 US$)UraianNo.

Page 104: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83

Dari tabel 5.8, terlihat selama periode 2008 – 2012 komoditas jeruk

memiliki daya saing yang rendah di pasar dunia atau masih pada tahap

pengenalan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai indeks spesialisasi

perdagangan (ISP) jeruk pada periode tersebut bernilai negatif yang

berkisar antara -0,97 hingga -0,99. Hal ini karena Indonesia masih

merupakan negara pengimpor jeruk segar.

Jika dilihat berdasarkan wujudnya, perdagangan jeruk dalam wujud

olahan terlihat lebih baik dari wujud segar. Hal ini dapat dilihat dari nilai

ISP wujud olahan yang lebih kecil dari wujud segar, walaupun nilai ISP-nya

masih di atas -0,5 yang berarti komoditas tersebut tetap masih pada tahap

pengenalan dalam perdagangan dunia. Pada periode 2008 – 2012, daya

saing jeruk olahan posisi terkuat yaitu berada pada tahun 2009, dimana

nilai ISP-nya sebesar -0.662. Sementara pada tahun 2012 untuk total jeruk,

nilai ISP-nya mencapai -0,993.

Hasil analisis IDR jeruk dari tahun 2008 hingga 2012, menunjukkan

bahwa Indonesia hanya bergantung pada Impor jeruk sebesar 5,50%

hingga 13,83%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan

negara net import dalam mencukupi kebutuhan akan komoditas jeruk.

Sementara, kebutuhan jeruk dalam negeri telah terpenuhi dari produksi

dalam negeri sebesar 86,24% hingga 94,55% selama periode 2008 – 2012.

Nilai IDR dan SSR jeruk disajikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) jeruk Indonesia, 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Produksi (Ton) 2,467,632 2,131,768 2,028,904 1,818,949 1,611,768

Volume ekspor (Ton) 1,443 1,310 1,400 1,084 1,384

Volume impor (Ton) 143,661 216,918 204,149 232,049 258,446

Produksi - ekspor + impor 2,609,850 2,347,375 2,231,653 2,049,914 1,868,831

IDR (%) 5.50 9.24 9.15 11.32 13.83

SSR (%) 94.55 90.81 90.91 88.73 86.24

Sumber : Ditjen Hortikultura dan Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

UraianTahun

Page 105: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Indeks Keunggulan Komparatif atau RCA merupakan salah satu

metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu

wilayah. Data dunia yang ada hanya terbatas pada 6 digit kode HS, kode

HS dunia yang digunakan untuk analisis komoditas jeruk ada 12 kode HS

dan dapat dilihat pada lampiran 5.3.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel

5.10 menunjukkan bahwa komoditas jeruk Indonesia tidak memiliki

keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai RSCA yang negatif hingga -0,987% pada tahun 2012. Dengan RSCA

yang bernilai negatif, maka dapat dikatakan bahwa produksi jeruk

Indonesia hanya digunakan untuk keperluan dalam negeri dan tidak

berperan di perdagangan dunia sehingga tidak mempunyai daya saing di

pasar global.

Tabel 5.10. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas jeruk Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011

No. Uraian

2008 2009 2010 2011

1 Jeruk

Dunia 16.981.991 15.879.853 17.324.667 19.571.481

Indonesia 1.611 2.399 2.088 1.365

2 Non Migas

Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803

Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600

3 Dunia 0,00129068 0,00150324 0,00136137 0,00132626

Indonesia 0,00001493 0,00002460 0,00001609 0,00000843

RCA 0,012 0,016 0,012 0,006

RSCA -0,977 -0,968 -0,977 -0,987

Sumber : UNComtrade dan BPS diolah Pusdatin

Nilai Ekspor (000 US$)

Page 106: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

Lampiran 5.1. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012

Volume Nilai

(Ton) (000 US$)

1. Malaysia 830,05 331,91 59,98 35,27

2. Hong Kong 86,81 129,09 6,27 13,72

3. Saudi Arabia 48,07 82,81 3,47 8,80

4. United Arab Emirates 18,01 66,40 1,30 7,05

5. Papua New Guinea 21,18 60,34 1,53 6,41

6. Belanda 16,69 57,83 1,21 6,14

7. Solomon Islands 149,04 49,98 10,77 5,31

8. Afghanistan 20,40 47,60 1,47 5,06

9. Vanuatu 27,60 35,62 1,99 3,79

10. Singapura 19,19 25,68 1,39 2,73

11. Timor Leste 88,55 25,27 6,40 2,68

12. Lainnya 58,26 28,62 4,21 3,04

1.383,84 941,14 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

No. Negara Tujuan

Ekspor 2012 % thd. Total Ekspor

Volume Nilai

Lampiran 5.2. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012

Volume Nilai

(Ton) (000 US$)

1. Cina 198.249 196.776 76,71 76,84

2. Australia 10.633 11.214 4,11 4,38

3. Pakistan 13.319 9.127 5,15 3,56

4. Argentina 11.229 8.824 4,34 3,45

5. Amerika 8.227 8.691 3,18 3,39

6. Brazil 3.668 8.189 1,42 3,20

7. Afrika Selatan 5.133 4.107 1,99 1,60

8. Mesir 4.120 2.875 1,59 1,12

9. Italia 275 1.029 0,11 0,40

10. Spanyol 798 857 0,31 0,33

11. Lainnya 2.794 4.410 1,08 1,72

258.446 256.099 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

No. Negara Asal

Impor 2012 % thd. Total Impor

Volume Nilai

Page 107: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 5.3. kode HS dan deskripsi jeruk di dunia

Kode HS Deskripsi

080510 Oranges, fresh or dried

080520 Mandarins(tang&sats)clementines&wilkgs &sim citrus

080540 Grapefruit, fresh or dried

080550Fresh or dried lemons "Citrus limon, Citrus limonum" and limes

"Citrus

080590 Citrus fruits, fresh or dried

200911Orange juice,unfermentd&not spiritd,whether not sugard

sweet,frozen

200912Orange juice, unfermented, Brix value <= 20 at 20°C, whether or

not

200919Orange juice&nes,unfermentd not spiritd,whether or not sugard

or sweet

200921Grapefruit juice, unfermented, Brix value <= 20 at 20°C, whether

or no

200929Grapefruit juice, unfermented, Brix value > 20 at 20°C, whether or

not

200931Single citrus fruit juice, unfermented, Brix value <= 20 at

20°C

200939Single citrus fruit juice, unfermented, Brix value > 20 at

20°C

Page 108: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87

VI. KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT

Sektor perkebunan telah menjadi sumber penghasil devisa bagi

Indonesia dengan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas andalannya.

Pada tahun 2012, devisa yang dihasilkan dari ekspor kelapa sawit sebesar

US$ 19,55 milyar dari total volume ekspor sebesar 23,8 juta ton. Hal ini

menjadikan kelapa sawit merupakan peringkat pertama pada sektor

perkebunan sebagai penghasil devisa. Disamping itu, komoditas kelapa

sawit juga memberikan kontribusi lapangan kerja bagi keluarga petani,

sektor industri, sektor jasa dan sektor-sektor lainnya dalam jumlah yang

cukup besar.

Isu pemanasan global dan meningkatnya kebutuhan energi dunia

saat ini, memicu penggunaan bahan bakar alternatif selain bahan bakar

fosil yaitu dengan bahan bakar biodiesel, yang tidak terlepas dari minyak

sawit atau CPO sebagai bahan baku utamanya. Selain itu, pasar yang

banyak menyerap produk minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO)

adalah industri fraksinasi/ranifasi (terutama industri minyak goreng), lemak

khusus (cocoa butter substitute), margarin/shortening, oleochemical dan

sabun mandi (BPS, 2005).

Berdasarkan Angka sementara Ditjen Perkebunan, areal kelapa sawit

Indonesia tahun 2012 mencapai 9,07 juta hektar, yang terdiri dari areal

perkebunan rakyat (PR) sebesar 41,58% atau 3,77 juta hektar, perkebunan

besar swasta (PBS) sebesar 50,89% atau 4,62 juta hektar dan perkebunan

besar negara (PBN) hanya sebesar 7,53% atau 683,23 ribu hektar.

Sementara itu, produksi kelapa sawit Indonesia tahun 2012 adalah sebesar

23,52 juta ton minyak sawit mentah. Produksi kelapa sawit tersebut

sebagian besar ditujukan untuk ekspor. Volume ekspor kelapa sawit

Indonesia yang cukup besar tersebut menjadikan Indonesia negara

eksportir kelapa sawit terbesar kedua dunia setelah Malaysia.

Page 109: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

6.1. SENTRA PRODUKSI KELAPA SAWIT

Berdasarkan atas rata-rata produksi kelapa sawit per provinsi tahun

2008 – 2012, terdapat 7 (tujuh) provinsi sentra produksi minyak sawit

yang memberikan kontribusi lebih dari 80% terhadap total produksi minyak

sawit Indonesia, seperti tersaji pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Provinsi sentra produksi minyak sawit Indonesia,

2008 – 2012

Gambar 6.1. menunjukkan bahwa provinsi-provinsi di Pulau

Sumatera mendominasi sentra produksi kelapa sawit Indonesia yakni Riau,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi dan Sumatera Barat dengan

kontribusi masing-masing sebesar 28,10%, 16,33%, 9,92%, 7% dan

4,25% terhadap total produksi minyak sawit Indonesia. Selanjutnya,

provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masing-masing

berkontribusi sebesar 9,2% dan 5,41%. Perkembangan produksi minyak

sawit di provinsi sentra di Indonesia tahun 2005 – 2009 secara rinci

disajikan pada Lampiran 6.1.

Gambar 6.2. menyajikan perkembangan pangsa produksi minyak

sawit di provinsi sentra tahun 2008 – 2012. Pangsa produksi minyak sawit

di provinsi Riau sebagai provinsi sentra terbesar di Indonesia menunjukkan

Page 110: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89

tendesi penurunan. Pangsa produksi tersebut diambil alih oleh provinsi

sentra berikutnya yang menunjukkan tendesi peningkatan.

Gambar 6.2. Perkembangan pangsa produksi minyak sawit di provinsi

sentra, 2008 – 2012

6.2. KERAGAAN HARGA KELAPA SAWIT

Untuk melihat kinerja perdagangan kelapa sawit dalam negeri

diantaranya dengan melihat perkembangan rata-rata harga kelapa sawit di

tingkat petani (harga produsen) dalam wujud Tandan Buah Segar (TBS)

dan harga perdagangan konsumen dalam wujud minyak goreng sawit.

Harga produsen TBS nasional periode bulanan tahun 2010 - 2012 secara

umum menunjukkan pola berfluktuasi, namun cenderung naik pada tahun

2010 sebesar 0,27%, dan tahun 2012 sebesar 0,05%, sedangkan tahun

2011 cenderung turun sebesar 0,07%. Secara umum, pencapaian harga

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Gambar 6.3 dan Lampiran

6.2).

Page 111: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 6.3. Perkembangan harga produsen TBS bulanan, 2010 - 2012

Apabila mengkaitkan provinsi sentra produksi kelapa sawit pada uraian

di atas dengan rata-rata harga produsen Tandan Buah Segar (TBS) periode

2008 - 2012, menunjukkan harga di Provinsi Sumatera Utara yang

merupakan sentra pada urutan kedua memiliki rata-rata harga produsen

tertinggi yang berkisar Rp 1.214,- – 2.005,- per kg. Sedangkan di Sumatera

Barat yang merupakan provinsi sentra urutan ke-7 namun memiliki

pencapaian harga yang cukup tinggi yakni berkisar Rp 1.114,- - Rp. 1.709,-

per kg (Gambar 6.4). Perkembangan harga produsen TBS minyak sawit

Indonesia secara rinci disajikan pada Lampiran 6.3.

Gambar 6.4. Perkembangan harga produsen TBS di beberapa provinsi sentra di Indonesia, 2008 - 2012

Page 112: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91

Sementara, hasil olahan TBS hingga di tingkat konsumen adalah

dalam wujud minyak goreng sawit. Harga minyak goreng sawit bulanan

selama tahun 2008-2012 cenderung berflutuasi dari bulan ke bulan namun

mempunyai tendensi peningkatan. Rata-rata peningkatan harga minyak

goreng sawit pada tahun 2008 sebesar 0,16%, tahun 2009 sebesar 0,07%,

tahun 2010 sebesar 0,65%, tahun 2011 sebesar 0,1% dan tahun 2012

sebesar 0,02%. Pencapaian harga minyak goreng sawit juga mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pencapaian harga pada tahun

2008 (khususnya bulan Maret s/d Agustus) di atas harga tahun 2009 – 2010

pada bulan yang sama (Gambar 6.5 dan Lampiran 6.4).

Gambar 6.5. Perkembangan harga konsumen minyak goreng sawit di

Indonesia, 2008 - 2012

Apabila disejajarkan antara data harga TBS dan minyak goreng

sawit, maka akan diperoleh margin harga dari wujud asal ke wujud

olahannya. Secara umum, perkembangan harga TBS dan minyak goreng

sawit selama periode tahun 2010 – 2012 senantiasa beriringan, sehingga

tidak ada lonjakan margin harga antara ke dua wujud tersebut (Gambar

6.6).

Page 113: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 6.6. Margin harga TBS terhadap harga konsumen minyak goreng

sawit di Indonesia, 2008 – 2012

Gambar 6.7. Perkembangan harga minyak sawit dan minyak inti sawit di pasar internasional, 2011 - 2012

Di tingkat global, data harga yang dikompilasi oleh World Bank adalah

wujud minyak sawit dan minyak kernel sawit asal Malaysia yang masing-

masing dipantau di pelabuhan N.W Eropa dan pelabuhan Rotterdam.

Selama periode tahun 2011 – 2012, baik minyak sawit maupun minyak

kernel sawit cenderung mengalami penurunan harga masing-masing

sebesar 2,04% dan 3,96% (Gambar 6.7). Perkembangan harga

Page 114: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93

internasional minyak sawit dan minyak inti sawit secara rinci disajikan pada

Lampiran 6.5.

6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT

Kinerja perdagangan kelapa sawit Indonesia di tingkat global dapat

didekati diantaranya dengan melihat neraca perdagangan kelapa sawit,

yaitu ekspor dikurangi impor. Perkembangan neraca perdagangan kelapa

sawit tahun 2008 – 2012 terus mengalami surplus yang berarti volume dan

nilai ekspor lebih besar dibandingkan volume dan nilai impornya.

Tabel 6.1. Perkembangan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia, 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Ekspor

- Volume (Ton) 18.141.004 21.669.489 20.394.174 20.972.382 23.811.342 7,48

- Nilai (000 US$) 14.110.229 11.728.840 15.413.639 19.753.190 19.560.136 10,43

2 Impor

- Volume (Ton) 11.721 24.273 48.511 24.984 7.940 28,73

- Nilai (000 US$) 13.106 16.522 43.435 30.206 14.106 21,20

3 Neraca Perdagangan

- Volume (Ton) 18.129.283 21.645.216 20.345.663 20.947.399 23.797.236 7,49

- Nilai (000 US$) 14.097.123 11.712.318 15.370.205 19.722.984 19.552.196 10,44

Sumber : BPS diolah Pusdatin

Pertumbuhan

(%)

2008 - 2012

No. UraianTahun

Tabel 6.1. menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan neraca

volume perdagangan mengalami peningkatan surplus sebesar 7,49% per

tahun dengan pertumbuhan volume ekspor naik sebesar 7,48% dan

volume impor naik sebesar 28,73% per tahun. Demikian pula pada nilai

neraca perdagangan kelapa sawit yang mengalami peningkatan surplus

sebesar 10,44% per tahun yang diikuti oleh peningkatan pertumbuhan

nilai ekspor sebesar 10,43% per tahun dan nilai impor meningkat sebesar

21,20% per tahun. Surplus neraca perdagangan kelapa sawit pada tahun

2012 mencapai US$ 19,55 milyar (Tabel 6.1 dan Gambar 6.8).

Page 115: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 6.8. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa

sawit Indonesia, 2008 – 2012

Gambar 6.9. Persentase ekspor dan impor minyak sawit, inti sawit dan lain-lain di Indonesia, 2012

Wujud kelapa sawit yang diekspor selama tahun 2008 – 2012

sebagian besar atau sekitar 80% (nilai ekspor) adalah dalam bentuk minyak

sawit. Pada tahun 2012 sebesar 79,15% volume ekspor Indonesia dalam

bentuk minyak sawit dengan kontribusi nilai ekspor sebesar 90,01% atau

senilai US$ 17,61 milyar (Gambar 6.9).

Sebaliknya, volume impor kelapa sawit tahun 2012 sebesar 74,71%

adalah dalam wujud minyak inti sawit atau senilai US$ 11,1 juta.

Page 116: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 95

Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti sawit dan lain-

lain di Indonesia tahun 2008 – 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran

6.6.

Apabila dikaji lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmony Sistem)

ekspor kelapa sawit tahun 2012, sebagian besar adalah dalam wujud

minyak kelapa sawit dan fraksinya, dimurnikan maupun tidak, tetapi tidak

dimodifikasi secara kimia, selain minyak mentah (HS 1511909900) sebesar

42,32% dari total nilai ekspor kelapa sawit atau senilai US$ 8,28 milyar dan

34,13% minyak sawit mentah (HS 1511100000) atau senilai US$ 6,68

milyar. Wujud lainnya dalam proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan

kedua wujud tersebut (Gambar 6.10). Ekspor kelapa sawit per kode HS di

Indonesia tahun 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.7.

42,32%34,13%

5,03%

4,07%3,76%3,32%

7,37%

1511909900 1511100000 1511909190 1511909200

1513299500 1513211000 Lainnya

Gambar 6.10. Persentase ekspor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode HS, 2012

Apabila ditinjau negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia pada

tahun 2012, maka dominan ditujukan ke 7 (tujuh) negara tujuan ekspor

utama. India merupakan negara tujuan utama ekspor kelapa sawit

Indonesia tahun 2012 yang mencapai 25,55% dari total ekspor kelapa sawit

Indoensia dengan nilai ekspor sebesar US$ 5 milyar. Berikutnya adalah ke

China dengan total ekspor sebesar 15,24% (US$ 2,98 milyar), 8,85% ke

Page 117: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

96 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Belanda (US$ 1,73 milyar), 7,23% ke Malaysia (US$ 1,64 milyar), 4,67% ke

Singapura (US$ 913,45 juta), ke Pakistan dan Bangladesh masing-masing

sebesar 3,71% (US$ 724,78 juta) dan 3,13% (US$ 709,62 juta) (Gambar

6.11). Negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia tahun 2012 secara rinci

disajikan pada Lampiran 6.8.

25,55%

15,24%

8,85%

8,39%4,67%

3,71%

3,63%

29,96%

India China Belanda Malaysia Singapura Pakistan Bangladesh Negara Lainnya

Gambar 6.11. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012

Sementara, pada tahun 2012, Indonesia masih mengimpor kelapa

sawit walaupun dalam jumlah yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan

angka ekspornya yakni sebagian besar berupa lemak dan minyak dire-

esterifikasi serta fraksinya dari buah kelapa sawit mentah (HS 1516201200)

sebesar 42,89% dari total nilai impor kelapa sawit atau senilai US$ 6,05 juta

dan 25,24% lemak dan minyak dire-esterifikasi serta fraksinya dari buah

kelapa sawit selain mentah (HS 1516201300) atau senilai US$ 3,56 juta

(Gambar 6.12). Impor kelapa sawit Indonesia yang dirinci menurut kode HS

disajikan pada Lampiran 6.9.

Page 118: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 97

Gambar 6.12. Persentase impor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode HS, 2012

Perdagangan minyak sawit di dunia tahun 2007 - 2011, berdasarkan

data FAO, terdapat 4 (empat) negara eksportir minyak sawit terbesar yang

secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 95,52% terhadap total nilai

ekspor minyak sawit di dunia. Malaysia dan Indonesia merupakan negara

eksportir minyak sawit terbesar pertama dan kedua di dunia yang

memberikan kontribusi masing-masing sebesar 45,28% dan 43,92%. Kedua

negara tersebut memang mendominasi pangsa pasar minyak sawit dunia.

Kontribusi negara eksportir berikutnya relatif sangat kecil yaitu Belanda

hanya sebesar 5,13% dan Papau Nugini sebesar 1,19% dari total ekspor

minyak sawit dunia (Gambar 6.13). Negara eksportir minyak sawit dunia

tahun 2003 – 2007 secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.10.

Page 119: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

98 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

45,28%

43,92%

5,13%1,19%4,48%

Malaysia Indonesia Belanda Papua Nugini Negara Lainnya

Gambar 6.13. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2007 - 2011

Sementara, negara importir minyak sawit terbesar di dunia selama

periode tahun 2007 – 2011 didominasi oleh sebesar 10 (sepuluh) negara

yang secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 57,64% terhadap total

nilai impor minyak sawit di dunia. Negara-negara tersebut adalah China,

India, Belanda, Pakistan, German, Malaysia, Nigeria, Amerika Serikat, Italia

dan Mesir. China merupakan negara importir minyak sawit terbesar dengan

realisasi impor rata-rata tahun 2007 – 2011 mencapai 16,89% dari total

impor dunia atau senilai US$ 4,89 milyar per tahun, disusul India sebesar

12,75% atau US$ 3,69 milyar. Negara berikutnya mengimpor kelapa sawit

dalam nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan kedua negara sebelumnya,

yakni Belanda ( 4,99%), Pakistan ( 5,08%), Jerman (3,76%), Malaysia

(3,23%), Nigeria (3,05%), Amerika Serikat (3,05%), Italia (2,5%), dan

Mesir (2,33%) (Gambar 6.14). Negara importir minyak sawit dunia tahun

2003 – 2007 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.11.

Page 120: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 99

16,89%

12,75%

4,99%

5,08%

3,76%3,23%3,05%3,05%2,50%2,33%

42,36%

China India Belanda Pakistan

Jerman Malaysia Nigeria Amerika Serikat

Italia Mesir Negara Lainnya

Gambar 6.14. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2007 – 2011

6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis

posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas. ISP minyak sawit,

minyak inti sawit dan lain-lain dan total kelapa sawit Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 menunjukkan bahwa nilai ISP kelapa sawit yang dihitung

berdasarkan nilai ekspor dan impor terlihat bernilai positif berkisar antara

0,994 s/d 1,00. Hal ini berarti bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia

dalam wujud minyak sawit dan minyak inti sawit pada perdagangan dunia

telah berada pada tahap pematangan ekspor atau memiliki daya saing

tinggi atau sebagai negara pengekspor kelapa sawit dunia.

Page 121: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

100 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 6.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) minyak sawit, minyak inti

sawit dan lain-lain Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

Minyak Sawit

Ekspor-Impor 12,370,556 10,445,438 13,431,166 17,236,254 17,602,182

Ekspor+Impor 12,380,584 10,471,691 13,506,767 17,286,241 17,608,179

ISP 0.999 0.997 0.994 0.997 1.000

Minyak Inti Sawit

Ekspor-Impor 1,420,018 1,113,670 1,725,485 2,110,593 1,502,354

Ekspor+Impor 1,427,897 1,116,789 1,729,902 2,117,161 1,524,560

ISP 0.994 0.997 0.997 0.997 0.985

Lain-lain

Ekspor-Impor 306,549 153,211 213,554 376,137 441,494

Ekspor+Impor 314,853 156,882 220,405 379,994 441,503

ISP 0.974 0.977 0.969 0.990 1.000

Total Sawit

Ekspor-Impor 14,097,123 11,712,318 15,370,205 19,722,984 19,546,030

Ekspor+Impor 14,123,335 11,745,363 15,457,074 19,783,396 19,574,242

ISP 0.998 0.997 0.994 0.997 0.999

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Nilai (000 US$)Uraian

Sejalan dengan nilai ISP diatas maka bila dilihat dari kemampuan

produksi kelapa sawit dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian

besar untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR mencapai diatas

300% (Tabel 6.3). Meskipun demikian tetap melakukan impor kelapa sawit

yang sebagian besar dalam wujud minyak kelapa sawit mentah atau

fraksinya yang di-esterifikasi walaupun dalam nilai yang sangat kecil, hal ini

terlihat dari nilai IDR tahun 2008 -2012 hanya berkisar antara 0,04%

sampai dengan 0,18%.

Page 122: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 101

Tabel 6.3. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)

kelapa sawit Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Produksi (Ton) 21,047,746 23,189,152 26,349,744 27,715,849 28,225,285

Minyak sawit 17,539,788 19,324,293 21,958,120 23,096,541 23,521,071

Inti Sawit 3,507,958 3,864,859 4,391,624 4,619,308 4,704,214

2 Ekspor *) (Ton) 15,647,566 18,958,635 17,864,141 17,878,868 20,309,456

Minyak sawit 14,290,685 17,203,650 16,291,856 16,436,202 18,846,229

Inti Sawit 1,356,880 1,754,984 1,572,285 1,442,666 1,463,227

3 Impor *) (Ton) 10,994 22,187 48,082 24,710 7,894

Minyak sawit 8,822 21,138 46,720 23,344 1,962

Inti Sawit 2,172 1,048 1,362 1,366 5,932

4 Prod + Impor-Ekspor (Ton) 5,411,175 4,252,704 8,533,684 9,861,691 7,923,723

Minyak sawit 3,257,925 2,141,781 5,712,984 6,683,683 4,676,804

Inti Sawit 2,153,250 2,110,923 2,820,700 3,178,008 3,246,919

5 IDR (%) 0.20 0.52 0.56 0.25 0.10

Minyak sawit 0.27 0.99 0.82 0.35 0.04

Inti Sawit 0.10 0.05 0.05 0.04 0.18

6 SSR (%) 388.97 545.28 308.77 281.05 356.21

Minyak sawit 538.37 902.25 384.35 345.57 502.93

Inti Sawit 162.91 183.09 155.69 145.35 144.88Sumber : BPS dioah Pusdatin

UraianNoTahun

Indeks Keunggulan Komparatif atau RSCA (Revealed Symmetric

Comparative Advantage) merupakan salah satu metode yang digunakan

untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah, untuk mengukur

keunggulan komparatif kelapa sawit Indonesia dalam perdagangan dunia.

Hasil analisis RSCA kelapa sawit Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia

memiliki keunggulan komperatif yang cukup besar di pasar dunia, hal ini

ditunjukkan nilai RSCA tahun 2008 -2011 diatas 94%.

Page 123: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

102 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 6.4. Indeks keunggulan komparatif kelapa sawit Indonesia dalam

perdagangan dunia, 2008 - 2011

2008 2009 2010 2011

Sawit Dunia 30,239,788 23,162,777 29,818,764 40,898,541

Indonesia*) 12,375,570 10,458,565 13,468,966 17,261,247

Non Migas Dunia 13,157,364,489 10,563,721,834 12,725,891,053 14,756,917,803

Indonesia 107,894,200 97,491,700 129,739,500 162,019,600

Rasio

Dunia 0.00230 0.00219 0.00234 0.00277

Indonesia 0.11470 0.10728 0.10382 0.10654

RCA 49.91 48.92 44.31 38.44

RSCA 0.96 0.96 0.96 0.95

Sumber : BPS, UnComtrade dan Trademap

Uraian LokasiNilai Ekspor (000 US$)

Seperti yang telah diulas sebelumnya, negara importir atau pasar

utama minyak sawit dunia adalah China dan India. Sementara, sebagai

negara eksportir, Indonesia bersaing dengan Malaysia dalam perdagangan

minyak sawit dunia. Berdasarkan Gambar 6.15, pasar minyak sawit di China

pada tahun 2009 dikuasai oleh Malaysia yakni mencapai 68,9% dari total

minyak sawit yang diimpor oleh China. Sementara, Indonesia hanya

menguasai 30,22%. Namun demikian, pada tahun 2012, penetrasi pasar

minyak sawit Indonesia ke China mengalami peningkatan menjadi sebesar

44,17% dari total impor kelapa sawit China, sebaliknya penetrasi pasar

minyak sawit Malaysia mengalami penurunan menjadi sebesar 55,26%. Dari

fakta tersebut, terlihat bahwa pada periode 2009 hingga 2012, Indonesia

dapat meningkatkan penetrasi pasar minyak sawitnya ke China.

Page 124: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 103

Gambar 6.15. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan Malaysia di China, 2009 dan 2012

Sebaliknya, penetrasi pasar minyak sawit Indonesia di India pada tahun

2009 cukup besar yakni mencapai 83,18% namun menurun drastis pada

tahun 2012 hingga menjadi sebesar 65,83%. Menurunnya penetrasi pasar

minyak sawit Indonesia ke India ini karena diambil alih oleh Malaysia yang

mengalami peningkatan penetrasi pasar dari 30,22% pada tahun 2009

menjadi 44,17% pada tahun 2012 (Gambar 6.16).

Gambar 6.16. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan Malaysia di India, 2009 dan 2012

Page 125: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

104 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 6.1. Provinsi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia, 2008 –

2012

2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

1 Riau 5,764,203 5,932,310 6,358,703 5,736,722 5,840,880 5,926,564 28.10 28.10

2 Sumatera Utara 2,738,279 3,158,144 3,113,006 4,071,143 4,142,085 3,444,531 16.33 44.44

3 Sumatera Selatan 1,753,212 2,036,553 2,227,963 2,203,275 2,242,649 2,092,730 9.92 54.36

4 Kalimantan Tengah 1,449,294 1,677,976 2,251,077 2,146,160 2,179,572 1,940,816 9.20 70.56

5 Jambi 1,203,430 1,265,788 1,509,560 1,684,174 1,714,684 1,475,527 7.00 61.36

6 Kalimantan Barat 845,409 862,515 1,102,860 1,434,171 1,459,835 1,140,958 5.41 75.97

7 Sumatera Barat 794,167 833,476 962,782 937,715 953,937 896,415 4.25 80.22

8 Lainnya 2,991,794 3,557,532 4,432,169 4,883,181 4,987,429 4,170,421 19.78 100.00

Indonesia 17,539,788 19,324,294 21,958,120 23,096,541 23,521,071 21,087,963 100.00

Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara

Share

(%)

Share

kumulatif

(%)

No ProvinsiTahun

Lampiran 6.2. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS) dan harga perdagangan besar minyak sawit, 2000 – 2008

2010 2011 2012

1 Januari 1,093 1,198 1,218

2 Pebruari 1,086 1,228 1,230

3 Maret 1,102 1,235 1,244

4 April 1,091 1,215 1,268

5 Mei 1,093 1,220 1,293

6 Juni 1,093 1,219 1,285

7 Juli 1,113 1,207 1,267

8 Agustus 1,109 1,197 1,274

9 September 1,107 1,199 1,269

10 Oktober 1,118 1,186 1,248

11 Nopember 1,126 1,189 1,224

12 Desember 1,126 1,189 1,224

Rata-rata Indonesia 1,105 1,207 1,254

Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara

No BulanTahun

Page 126: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 105

Lampiran 6.3. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS) di provinsi sentra produksi, 2008 - 2012

2008 2009 2010 2011 2012 Rata

1 Riau 1,307 1,163 1,256 1,335 1,376 1,287 1.58

2 Sumatera Utara 1,214 1,356 1,578 1,865 2,005 1,603 13.44

3 Sumatera Selatan 1,083 778 1,050 1,182 1,171 1,053 4.60

4 Kalimantan Tengah 963 1,038 987 951 908 969 -1.33

5 Jambi 1,326 1,109 1,044 1,148 1,226 1,171 -1.37

6 Kalimantan Barat 906 1,032 1,080 1,121 1,165 1,061 6.56

7 Sumatera Barat 1,709 1,114 1,505 1,629 1,660 1,523 2.61

Rata-rata Indonesia 1,198 1,066 1,105 1,208 1,252 1,166 1.40

Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara

No Provinsi

Pertumbuhan

2008 - 2012

(%)

Tahun

Lampiran 6.4. Perkembangan rata-rata harga konsumen minyak goreng

sawit di Indonesia, 2008 - 2012

(Rp/liter)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Januari 12,269 12,422 12,808 14,037 14,197

2 Pebruari 12,464 12,491 12,816 14,238 14,204

3 Maret 13,120 12,538 12,880 14,253 14,286

4 April 13,071 12,639 12,934 14,131 14,400

5 Mei 13,207 12,809 12,923 14,093 14,454

6 Juni 13,394 12,775 12,922 14,113 14,459

7 Juli 13,425 12,716 12,947 14,112 14,507

8 Agustus 13,340 12,671 13,205 14,179 14,574

9 September 13,171 12,735 13,338 14,208 14,522

10 Oktober 12,927 12,624 13,365 14,145 14,461

11 Nopember 12,527 12,558 13,569 14,150 14,387

12 Desember 12,452 12,518 13,752 14,185 14,222

Rata-rata Indonesia 12,947 12,625 13,122 14,154 14,389

Sumber : Kementerian Perdagangan diolah Pusdatin

No BulanTahun

Page 127: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

106 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 6.5. Perkembangan harga palm oil dan palm kernel oil di pasar

internasional, 2011 - 2012

2011 2012 2011 2012

1 Januari 1,281 1,061 2,120 1,366

2 Pebruari 1,292 1,106 2,296 1,362

3 Maret 1,180 1,153 1,977 1,370

4 April 1,149 1,181 1,899 1,395

5 Mei 1,159 1,085 1,958 1,239

6 Juni 1,133 999 1,765 1,093

7 Juli 1,089 1,015 1,371 1,067

8 Agustus 1,083 997 1,375 1,008

9 September 1,065 967 1,268 984

10 Oktober 994 839 1,085 862

11 Nopember 1,053 813 1,298 815

12 Desember 1,027 776 1,367 762

Rata-rata 1,125 999 1,648 1,110

Sumber: Worldbank, diolah Pusdatin

Palm oil (US$/ton) Palm kernel oil (US$/ton)No Bulan

Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti

sawit dan lain-lain, 2005 – 2009

Pertumb. (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2005 - 2009

1 Volume Ekspor (Ton) 18,141,004 21,669,489 20,394,174 20,972,382 23,811,342 7.48

- Minyak Sawit 14,290,685 17,203,650 16,291,856 16,436,202 18,846,229 7.66

- Minyak Inti Sawit 1,356,880 1,754,984 1,572,285 1,442,666 1,463,227 3.03

- Lain-lain 2,493,439 2,710,854 2,530,032 3,093,514 3,501,886 9.38

Persentase Thd total (%)

- Minyak Sawit 78.78 79.39 79.88 78.37 79.15

- Minyak Inti Sawit 7.48 8.10 7.71 6.88 6.15

- Lain-lain 13.74 12.51 12.41 14.75 14.71

2 Nilai Ekspor (000 US$) 14,110,229 11,728,840 15,413,639 19,753,190 19,560,136 10.43

- Minyak Sawit 12,375,570 10,458,565 13,468,966 17,261,247 17,605,180 10.86

- Minyak Inti Sawit 1,423,958 1,115,229 1,727,693 2,113,877 1,513,457 6.80

- Lain-lain 310,701 155,046 216,980 378,066 441,498 20.22

Persentase Thd total (%)

- Minyak Sawit 87.71 89.17 87.38 87.38 90.01

- Minyak Inti Sawit 10.09 9.51 11.21 10.70 7.74

- Lain-lain 2.20 1.32 1.41 1.91 2.26

3 Volume Impor (Ton) 11,721 24,273 48,511 24,984 7,940 22.56

- Minyak Sawit 8,822 21,138 46,720 23,344 1,962 29.75

- Minyak Inti Sawit 2,172 1,048 1,362 1,366 5,932 78.19

- Lain-lain 727 2,086 429 274 46 -2.98

Persentase Thd total (%)

- Minyak Sawit 75.26 87.09 96.31 93.44 24.71

- Minyak Inti Sawit 18.53 4.32 2.81 5.47 74.71

- Lain-lain 6.20 8.59 0.88 1.10 0.58

4 Nilai Impor (000 US$) 13,106 16,522 43,435 30,206 14,106 26.30

- Minyak Sawit 5,014 13,127 37,801 24,993 2,998 56.97

- Minyak Inti Sawit 3,940 1,560 2,208 3,284 11,103 66.99

- Lain-lain 4,152 1,836 3,426 1,929 5 -28.16

Persentase Thd total (%)

- Minyak Sawit 38.26 79.45 87.03 82.74 21.26

- Minyak Inti Sawit 30.06 9.44 5.08 10.87 78.71

- Lain-lain 31.68 11.11 7.89 6.38 0.03

Sumber : BPS diolah Pusdatin

TahunNo. Uraian

Page 128: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 107

Lampiran 6.7. Ekspor minyak sawit Indonesia per kode HS (Harmony Sistem), 2012

Volume (Ton) Nilai

(000 US$)

Volume Nilai

1511909900 Dari minyak kelapa sawit dan fraksinya, lain-lain, lain-lain, lain-lain 8,772,249 8,278,099 36.84 42.32

1511100000 Minyak mentah 7,252,519 6,676,504 30.46 34.13

1511909190 Dari minyak kelapa sawit, fraksi padat, lain-lain 1,110,308 984,523 4.66 5.03

1511909200Dari minyak kelapa sawit, lain-lain, dalam kemasan dengan berat

bersih tidak melebihi 20 kg 747,039 795,420 3.14 4.07

1513299500 Minyak kernel kelapa sawit, RBD 724,958 734,525 3.04 3.76

1513211000 Minyak kernel kelapa sawit 626,021 649,071 2.63 3.32

Lainnya 4,578,248 1,441,994 19.23 7.37

Jumlah 23,811,342 19,560,136 100.00 100.00

Sumber : BPS

Ekspor Share (%)Kode HS Deskripsi

Lampiran 6.8. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012

Volume

(Ton)

Nilai

(000 US$)Volume Nilai Volume Nilai

1 India 5,407,535 4,997,782 22.71 25.55 22.71 25.55

2 China 3,530,618 2,981,562 14.83 15.24 37.54 40.79

3 Belanda 3,300,828 1,731,277 13.86 8.85 51.40 49.64

4 Malaysia 1,722,358 1,641,064 7.23 8.39 58.63 58.03

5 Singapura 959,987 913,446 4.03 4.67 62.66 62.70

6 Pakistan 762,480 724,775 3.20 3.71 65.87 66.41

7 Bangladesh 746,485 709,624 3.13 3.63 69.00 70.04

Negara Lainnya 7,381,050 5,860,607 31.00 29.96 100.00 100.00

Dunia 23,811,342 19,560,136 100.00 100.00

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Share (%) Share kumulatif (%)Tahun 2012

No Negara

Lampiran 6.9. Impor minyak sawit Indonesia per kode HS (Harmony

Sistem), 2012

Volume (Ton) Nilai

(000 US$)

Volume Nilai

1516201200 Dari minyak kelapa sawit, mentah 3,082 6,050 38.82 42.89

1516201300 Dari minyak kelapa sawit, selain mentah 2,070 3,560 26.07 25.24

1513291100 Fraksi padat dari minyak kernel kelapa sawit tidak dimurnikan 660 1,277 8.31 9.05

Lainnya 2,128 3,220 26.81 22.83

Jumlah 7,940 14,106 100.00 100.00

Sumber : BPS

Kode HS DeskripsiEkspor Share (%)

Page 129: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

108 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 6.10. Negara eksportir minyak sawit dunia, 2007 – 2011

2007 2008 2009 2010 2011

1 Malaysia 5,774,145 9,174,588 12,768,620 9,255,985 12,400,052 9,874,678 45.28 45.28

2 Indonesia 4,817,642 6,868,639 12,375,570 10,367,622 13,468,967 9,579,688 43.92 89.20

3 Belanda 637,338 1,005,080 1,616,128 1,170,018 1,161,222 1,117,957 5.13 94.32

4 Papua Nugini 140,729 226,870 290,000 305,000 340,000 260,520 1.19 95.52

5 Negara Lainnya 977,409 977,409 977,409 977,409 977,409 977,409 4.48 100.00

Dunia 12,700,654 19,420,433 30,355,692 23,374,281 29,917,637 21,810,252 100.00

Sumber: FAO, diolah Pusdatin

Rata-rataShare

(%)

Share kumulatif

(%)No Negara

Nilai Ekspor (000 US$)

Lampiran 6.11. Negara importir minyak sawit dunia, 2007 – 2011

2007 2008 2009 2010 2011

1 China 3,683,141 5,212,516 4,219,410 4,710,620 6,634,042 4,891,946 16.89 16.89

2 India 1,626,335 2,744,279 3,950,539 3,372,692 6,765,572 3,691,883 12.75 29.64

3 Belanda 736,589 1,680,456 1,312,015 1,465,890 2,036,064 1,446,203 4.99 34.63

4 Pakistan 914,004 1,464,304 1,334,804 1,290,798 2,355,869 1,471,956 5.08 39.71

5 Jerman 763,634 1,155,217 989,628 1,171,381 1,365,024 1,088,977 3.76 43.47

6 Malaysia 320,029 635,332 706,218 1,082,633 1,938,254 936,493 3.23 46.71

7 Nigeria 671,000 812,000 936,000 1,000,000 1,000,000 883,800 3.05 49.76

8 Amerika Serikat 560,612 1,032,366 714,401 827,168 1,281,840 883,277 3.05 52.81

9 Italia 348,385 676,936 762,442 823,617 1,004,483 723,173 2.50 55.31

10 Mesir 131,643 734,856 452,703 1,195,098 860,420 674,944 2.33 57.64

Negara Lainnya 8,621,530 13,173,111 10,105,791 12,651,056 16,792,705 12,268,839 42.36 100.00

Dunia 18,376,902 29,321,373 25,483,951 29,590,953 42,034,273 28,961,490 100.00

Sumber: FAO, diolah Pusdatin

No Negara Nilai Impor (000 US$)

Rata-rataShare

(%)

Share kumulatif

(%)

Page 130: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 109

VII. KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI

Daging sapi sangat disukai karena mempunyai gizi tinggi dan

rasanya enak serta gurih dan itu diperoleh dari daging yang baik dan sehat.

Untuk mendapatkan daging sapi yang baik dan sehat perlu dilakukan

pengawetan untuk memperlambat atau mencegah kerusakan/pembusukan

sehingga menurunkan mutu/kualistas daging sapi. Salah satu cara

pengawetan daging sapi ini dapat dilakukan dengan pendinginan. Setiap

100 gram daging sapi mengandung protein 18,8 gram protein hewani yang

mempunyai struktur asam amino yang relatif lebih lengkap dan seimbang

serta mempunyai daya cerna lebih baik dibanding protein nabati (Astuti,

Susilo, 2013).

Pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia masih belum

tercukupi oleh produksi dalam negeri sehingga perlu impor. Meskipun

jumlah daging sapi impor hanya sebesar 20% dari total kebutuhan daging

nasional, namun daging sapi impor disukai banyak orang walaupun daging

sapi lokal juga punya keunggulan dan kedua daging sapi tersebut dapat

dengan mudah dibeli di pasaran. Beberapa jenis sapi lokal yang sering

diternakkan adalah sapi Bali, sapi madura dan sapi ongole yang diternakkan

secara alami di pulau Sumba. Sapi lokal banyak dipilih karena ketahanannya

terhadap penyakit dan perubahan cuaca serta mempunyai karakteristik

daging rendah lemak. Sementara sapi impor banyak peminatnya karena

memiliki ukuran daging yang besar, kebanyakan berasal dari Amerika

Serikat, New Zealand, dan Australia dengan jenis sapi brahman cross

atau australian comercial cross. Perbedaan pakan dan lingkungan tumbuh

sapi sangat berpengaruh pada rasa dan tekstur daging selain breeding.

(Hapsari DS, 2013).

Page 131: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

110 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7.1. SENTRA PRODUKSI DAGING SAPI

Berdasarkan data produksi daging sapi rata-rata tahun 2008-2012

terdapat 8 provinsi sentra produksi daging sapi yang mempunyai kontribusi

kumulatif hingga sebesar 71,23%, yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan

dan Sulawesi Selatan (Gambar 7.1).

23,91%

16,28%

11,99%

5,49%4,44% 3,82%

2,90%2,40%

28,77%

Jatim Jabar Jateng Banten Sumbar

Sumut Sumsel Sulsel Lainnya

Gambar 7.1. Provinsi sentra produksi daging sapi, 2008 – 2012 Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi

daging sapi Indonesia yaitu sebesar 23,91%. Peringkat kedua dan

berikutnya adalah provinsi Jawa Tengah yang berkontribusi sebesar

16,28%, Jawa Barat berkontribusi 11,99% dan Banten berkontribusi 5,49%.

Provinsi lainnya hanya memberikan kontribusi kurang dari 5% (Tabel 7.1.).

Melihat provinsi sentra tersebut semuanya ada di Jawa, hal ini tentunya

terkait dengan RPH (rumah pemotongan hewan) yang relatif lebih banyak

berada di wilayah Jawa.

Page 132: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 111

Tabel 7.1. Perkembangan Produksi Daging Sapi di Provinsi Sentra di Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

1 Jawa Timur 4.628 107.768 109.016 112.447 110.762 109.998 23,91 23,91

2 JawaBarat 70.010 70.662 76.066 78.476 74.312 74.879 16,28 40,19

3 Jawa Tengah 25.882 48.340 51.001 60.322 60.893 55.139 11,99 52,18

4 Banten 85.173 18.728 20.326 25.806 36.121 25.245 5,49 57,67

5 Sumatera Barat 16.026 18.322 20.442 20.287 22.638 20.422 4,44 62,11

6 Sumatera Utara 16.261 13.261 14.256 18.299 24.547 17.591 3,82 65,93

7 Sumatera Selatan 3.558 12.482 12.703 13.601 14.649 13.359 2,90 68,83

8 Sulawesi Selatan 9.504 11.323 9.056 11.026 12.725 11.033 2,40 71,23

9 Lainnya 161.469 108.424 123.586 145.069 152.259 132.335 28,77 100,00

Indonesia 392.511 409.310 436.452 485.333 508.906 460.000 100,00

No ProvinsiProduksi Daging Sapi (Ton) Share

(%)

Share

kumulatif

(%)

Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin

Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi daging sapi Indonesia

selama 5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 7.2. di bawah ini. Secara

umum, sejak tahun 2009 kontribusi produksi di provinsi sentra tidak terlalu

berfluktuasi. Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan

kecenderungan menurun, sementara provinsi sentra lainnya meskipun kecil

ada kecenderungan meningkat.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2008 2009 2010 2011 2012

(%)

Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah

Banten Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Lainnya

Gambar 7.2. Kontribusi provinsi sentra produksi daging sapi di Indonesia,

2008 – 2012

Page 133: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

112 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7.2. KERAGAAN HARGA DAGING SAPI

Untuk melihat kinerja perdagangan daging sapi dalam negeri, salah

satu diantaranya dengan melihat perkembangan harga. Pada komoditas

sapi, harga produsen dalam wujud sapi hidup dengan satuan Rp/ekor

sedangkan harga konsumen adalah harga daging sapi dengan satuan

Rp/kg, sehingga untuk membandingkan perlu perhitungan harga produsen

sapi ke satuan Rp/kg berat hidup.

Pergerakan harga sapi di tingkat produsen secara detil dapat dilihat

pada Gambar 7.3. Harga sapi tahun 2010 dan 2011 relatif sama dan terjadi

kenaikan di tahun 2012. Pada tahun 2012, harga sapi per kg berat hidup di

tingkat peternak berkisar antara Rp. 31.860,- sampai Rp. 33.203,-. Harga

tersebut meningkat dari harga ditahun 2010 dan 2011 yaitu pada kisaran

Rp. 29.664,- sampai Rp. 30.665,- (Tabel 7.2).

28.000

29.000

30.000

31.000

32.000

33.000

34.000

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Rp/KgHarga Produsen

2010 2011 2012

Gambar 7.3. Perkembangan harga sapi di tingkat produsen,

2010 – 2012

Page 134: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 113

Tabel 7.2. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen daging sapi bulanan di Indonesia, 2010 – 2012

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 Produsen (Rp/Kg Berat Hidup)

2010 29.664 29.691 29.760 29.794 29.812 29.779 29.967 30.398 30.563 30.565 30.865 30.665

2011 29.664 29.691 29.760 29.794 29.812 29.779 29.967 30.269 30.563 30.565 30.865 30.665

2012 31.861 31.934 31.965 31.979 32.032 32.078 32.278 32.486 32.494 32.760 32.622 33.203

2 Konsumen (Rp/Kg)

2010 62.647 62.599 62.928 63.180 63.035 63.493 64.142 65.784 67.933 66.630 66.995 67.185

2011 67.789 67.849 67.574 67.670 67.609 67.661 68.120 69.661 69.956 69.991 70.574 70.441

2012 71.020 71.931 72.064 72.363 72.245 72.443 73.926 76.379 75.398 75.608 76.070 78.004

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

BulanNo Tahun

Lebih jauh melihat perkembangan harga produsen sapi di provinsi

sentra produksi daging sapi seperti pada Gambar 7.4. Tampak di gambar

tersebut Sumatera Barat memberikan harga tingkat produsen tertinggi dan

Jawa Tengah terendah.

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

2008 2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah

Banten Sumatera Barat Sumatera Utara

Sumatera Selatan Sulawesi Selatan

Gambar 7.4. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging

sapi, 2008 – 2012

Selama 2008-2012 harga rata-rata sapi di Sumatera Barat adalah Rp

36.722,-/kg berat hidup dengan pertumbuhan 12,01% per tahun,

sementara di Jawa Tengah harga rata-rata Rp 26.427,- dengan

pertumbuhan 5,14% per tahun (Tabel 7.4).

Page 135: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

114 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 7.3. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging sapi, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

Harga1 Jawa Timur 24.830 29.656 30.509 29.289 30.549 28.967 5,65

2 JawaBarat 26.243 30.470 34.253 35.854 37.133 32.791 9,19

3 Jawa Tengah 23.202 26.454 27.564 26.750 28.163 26.427 5,14

4 Banten 26.000 29.784 31.235 30.118 31.570 29.742 5,17

5 Sumatera Barat 27.359 32.971 39.132 41.488 42.659 36.722 12,01

6 Sumatera Utara 28.955 30.934 32.298 34.230 35.211 32.326 5,02

7 Sumatera Selatan 25.957 31.726 33.719 34.556 37.134 32.618 9,61

8 Sulawesi Selatan 21.931 26.773 29.145 29.914 31.180 27.789 9,45

Indonesia 23.689 27.991 30.116 30.821 32.308 28.985 8,23

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Rata-rata

Pertumbuhan

(%)

No ProvinsiHarga Produsen Sapi Hidup (Rp/Kg berat hidup)

Perkembangan harga sapi di tingkat konsumen secara detil dapat

dilihat pada Gambar 7.5. Harga daging sapi selama 2010-2012 cenderung

meningkat. Pada grafik terlihat variasi harga daging sapi pada bulan

Agustus sampai Desember cenderung meningkat, tampaknya pada bulan-

bulan tersebut permintaan cukup tinggi seperti hari-hari besar keagamaan

dan tahun baru. Pada tahun 2012, harga sapi per kg berat hidup di tingkat

peternak berkisar antara Rp. 71.020,- sampai Rp. 78.004,-. Harga tersebut

meningkat dari harga ditahun 2011 yaitu pada kisaran Rp. 67.574,- sampai

Rp. 70.574,-. (Tabel 7.2).

55.000

60.000

65.000

70.000

75.000

80.000

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Rp/KgHarga Konsumen

2010 2011 2012

Gambar 7.5. Perkembangan harga daging sapi di tingkat konsumen

2010 – 2012

Page 136: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 115

Dari sisi perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi

sentra produksi daging sapi seperti pada Gambar 7.6. Tampak di gambar

tersebut perkembangan harga konsumen di tiap provinsi sentra bervariasi

dan harga terendah ada di Jawa Timur.

40.000

45.000

50.000

55.000

60.000

65.000

70.000

75.000

80.000

2008 2009 2010 2011 2012

Rp/Kg

Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah

Sumatera Barat Sumatera Utara Sumatera Selatan

Sulawesi Selatan

Gambar 7.6. Perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi

sentra, 2008 - 2012

Selama 2008-2012, harga rata-rata daging sapi tertinggi ada di

provinsi Sumatera Utara yaitu Rp 66.455,-/kg dengan pertumbuhan 5,79%

per tahun, sementara rata-rata harga konsumen terendah ada di Jawa

Timur yaitu Rp 55.467,- dengan pertumbuhan 7,59% per tahun (Tabel 7.4).

Tabel 7.4. Perkembangan harga konsumen daging sapi di sentra produksi

daging sapi, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012Rata-rata

Harga

1 Jawa Timur 46.576 55.144 57.579 56.229 61.782 55.462 7,59

2 JawaBarat 52.724 59.322 60.796 62.530 67.329 60.540 6,38

3 Jawa Tengah 48.998 57.573 59.872 59.819 64.574 58.167 7,34

4 Banten 54.875 61.333 65.351 67.734 73.955 64.650 7,79

5 Sumatera Barat 56.957 61.181 64.565 71.679 76.512 66.179 7,68

6 Sumatera Utara 60.254 65.583 64.385 66.966 75.089 66.455 5,79

7 Sumatera Selatan 54.632 62.280 66.106 71.830 75.975 66.165 8,64

8 Sulawesi Selatan 49.147 58.697 65.738 69.644 68.852 62.416 9,06

Indonesia 54.382 60.910 64.713 68.741 73.954 64.540 8,01

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Rata-rata

Pertb.(%)No Provinsi

Harga Konsumen Daging Sapi (Rp/Kg)

Page 137: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

116 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Marjin harga sapi dan daging sapi adalah kesenjangan antara harga

produsen dan harga konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar

disparitas harga yang terjadi. Pada Gambar 7.7 tampak kesenjangan atau

gap cukup tinggi namun relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini tampaknya

proses di RPH (rumah potong hewan) dan distribusi produksi nilainya cukup

besar.

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

2008 2009 2010 2011 2012

Rp/kg

Harga Produsen Harga Konsumen

Gambar 7.7. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga

konsumen, 2008 - 2012

Selama periode 2008-2012, rata-rata harga produsen berada pada

kisaran Rp. 23.600,-/kg berat hidup sampai Rp. 32.300,-/kg berat hidup

sementara harga konsumen mencapai kisaran Rp. 54.300,-/kg sampai Rp.

73.900,-/kg (Tabel 7.5.).

Tabel 7.5. Perkembangan harga produsen sapi dan konsumen daging sapi

di Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

Harga1 Harga Produsen 23.689 27.991 30.116 30.821 32.308 28.985 8,23

2 Harga Konsumen 54.382 60.910 64.713 68.741 73.954 64.540 8,01

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

No UraianHarga Produsen Sapi Hidup (Rp/Kg berat hidup) Rata-rata

Pertumbuhan

(%)

Sementara perkembangan harga daging sapi (beef) dunia dapat

dilihat pada Gambar 7.8 di bawah ini. Secara umum dapat dilihat bahwa

harga daging sapi dunia selama tahun 2011-2012 berfluktuasi, dalam kurun

Page 138: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 117

waktu tersebut harga daging sapi dunia tertinggi tercatat 432 cent/kg di

bulan Desember 2012 dan terendah tercatat 386 cent/kg di bulan Oktober

2011 (Gambar 7.8).

360

370

380

390

400

410

420

430

440

Jan

11

Peb

11

Mar1

1

Ap

r11

Mei1

1

Ju

n1

1

Ju

l11

Ag

s1

1

Sep

11

Okt1

1

No

p1

1

Des1

1

Jan

12

Peb

12

Mar1

2

Ap

r12

Mei1

2

Ju

n1

2

Ju

l12

Ag

s1

2

Sep

12

Okt1

2

No

p1

2

Des1

2

Cents/Kg

Gambar 7.8. Perkembangan harga daging sapi di tingkat dunia,

2011 - 2012

7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI

7.3.1. Keragaan Ekspor Impor Daging Sapi Indonesia

Kinerja perdagangan daging sapi salah satunya dengan pendekatan

melihat neraca perdagangan daging sapi, yaitu ekspor dikurangi impor

daging sapi. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi tahun 2008–

2012 terlihat selalu mengalami defisit yang berarti volume dan nilai impor

daging sapi selalu lebih besar dibandingkan volume dan nilai ekspornya.

Selama kurun waktu tersebut, defisit daging sapi terbesar terjadi pada

tahun 2010 yaitu sebesar 91,38 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 293,06

juta (Tabel 7.6.).

Page 139: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

118 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 7.6. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas daging sapi, 2008 – 2012

Pertb. (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2008-2012

1 Ekspor

- Volume (Ton) 68 14 11 3 2 -53,02

- Nilai (000 US$) 27 36 16 89 12 85,63

2 Impor

- Volume (Ton) 46.344 68.234 91.386 66.295 42.876 4,60

- Nilai (000 US$) 128.734 190.921 293.077 239.777 179.432 14,62

3 Neraca Perdagangan

- Volume (Ton) -46.276 -68.220 -91.375 -66.291 -42.874 4,65

- Nilai (000 US$) -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420 14,62

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi

cakupan terutama wujud olahan

No UraianTahun

Produksi daging sapi Indonesia hingga saat ini belum mencukupi

kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan

tersebut dilakukan impor. Kinerja perdagangan daging sapi periode 2008-

2012 terkait aktifitas ekspor impornya menunjukkan perkembangan

penurunan volume dengan rata-rata pertumbuhan menurun 53,02% per

tahun namun dari sisi nilai pertumbuhannya meningkat 85,63% per tahun

yang disebabkan meningkatnya nilai ekspor cukup signifikan di tahun 2011.

Realisasi impor daging sapi Indonesia jauh lebih besar dibandingkan

ekspornya dan terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan rata-rata per

tahun volume impor daging sapi selama kurun waktu 2008-2012 sebesar

4,60% dan pertumbuhan rata-rata nilainya sebesar 14,62%. Hal ini

menyebabkan neraca perdagangan daging sapi Indonesia selalu mengalami

defisit yang cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata hampir

sama dengan impornya yaitu meningkat 4,65% pada volume dan 14,62%

pada nilai. (Tabel 7.6 dan Gambar 7.9).

Page 140: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 119

-300.000

-200.000

-100.000

0

100.000

200.000

300.000

2008 2009 2010 2011 2012

(000 US$)

Ekspor Impor Neraca Perdagangan

Gambar 7.9. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi Indonesia,

2008 – 2012

Ekspor impor daging sapi Indonesia dilakukan dalam wujud segar

dan beku serta wujud olahan. Pada tahun 2012, nilai ekspor daging sapi

Indonesia didominasi oleh daging sapi olahan 64,40% dan daging sapi

segar dan beku hanya 35,60%. Berkebalikan pada impornya, wujud daging

sapi yang diimpor Indonesia didominasi oleh wujud segar dan beku. Tahun

2012 Indonesia mengimpor sebesar 97,56% daging sapi wujud segar dan

beku serta 2,44% saja dalam wujud daging sapi olahan (Gambar 7.10.).

Segar-Beku 35,60%

Olahan 64,40%

Nilai Ekspor

Segar & Beku Olahan

Segar-Beku 97,56%

Olahan

2,44%

Nilai Impor

Segar & Beku Olahan

Gambar 7.10. Kontribusi nilai ekspor – impor daging sapi segar dan olahan di Indonesia, 2012

Kode HS serta deskripsi dalam perdagangan daging sapi Indonesia

dibedakan dalam wujud segar dan beku serta olahan (Tabel 7.7.). Wujud

daging sapi segar dan beku ada 6 kode HS, sementara wujud olahan pada

tahun 2012 menjadi 6 kode HS dari sebelumnya 2-3 kode HS.

Page 141: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

120 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 7.7. Kode HS dan deskripsi daging sapi segar dan olahan

Kode HS Deskripsi

Segar dan Beku

0201100000 karkas dan 1/2 karkas segar atau dingin

0201200000 Potongan daging bertulang lainnya

0201300000 Daging sapi segar atau dingin tanpa tulang

0202100000 Daging Sapi, Karkas Beku atau 1/2 karkas

0202200000 Potongan daging bertulang lainnya

0202300000 Daging sapi beku tanpa tulang

Olahan

0210200000 Daging jenis lembu diasinkan, dikeringkan atau diasapi

1602491100 Luncheon meat, dalam kemasan kedap udara

1602491900 Luncheon meat dalam kemasan selain kedap udara

1602499100 Dalam kemasan kedap udara

1602499900 Lain-lain

1602500000 daging & sisanya diawetkan dr binatang jenis lembu

Besarnya ekspor dan impor daging sapi Indonesia berdasarkan kode

HS pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.8. Dari tabel tersebut

tampak bahwa ekspor daging sapi dalam wujud segar dan beku hanya

daging sapi segar atau dingin tanpa tulang, sementara wujud olahan adalah

daging dan sisanya diawetkan serta lain-lain. Berbeda dengan impornya,

wujud segar dan beku serta olahan ada 5 kode HS.

Tabel 7.8. Ekspor-impor daging sapi wujud segar dan beku serta olahan

berdasarkan kode HS, 2012

Kode HS Wujud Produksi Volume Share Nilai Share Volume Share Nilai Share

(Ton) (%) (US$ 000) (%) (Ton) (%) (US$ 000) (%)

1 Segar dan Beku 0,96 49,16 8,76 73,44 40.783 41.350 170.061 94,78

0201100000 karkas dan 1/2 karkas segar atau dingin 0 0 0 0 0 0 0 0

0201200000 Potongan daging bertulang lainnya 0 0 0 0 41 42 156 0,09

0201300000 Daging sapi segar atau dingin tanpa tulang 0,96 49,16 8,755 73,44 2483 2.517 14.116 7,87

0202100000 Daging Sapi, Karkas Beku atau 1/2 karkas 0 0 0,00 0 187 189 823 0,46

0202200000 Potongan daging bertulang lainnya 0 0 0 0 1.023 1.037 3.007 1,68

0202300000 Daging sapi beku tanpa tulang 0 0 0 0 37.050 37.566 151.959 84,69

2 Olahan 1 50,84 3,17 26,56 2.093 2.122 9.371 5,22

0210200000 Daging jenis lembu diasinkan, dikeringkan/diasapi 0 0 0 0 102 103 204 0,11

1602491100 Luncheon meat, dalam kemasan kedap udara 0 0 0 0 260 264 310 0,17

1602491900 Luncheon meat dalam kemasan selain kedap udara 0 0 0 0 6 6 19 0,01

1602499100 Dalam kemasan kedap udara 0 0 0 0 0 0 0 0

1602499900 Lain-lain 0,18 9,25 0,15 1,24 182 185 582 0,32

1602500000 Daging & sisanya diawetkan dr binatang jenis lembu 0,81 41,59 3,018 25,32 1543 1.565 8255 4,60

1,96 100 11,92 100 42.876 43.473 179.432 100

Sumber: BPS diolah Pusdatin

Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007

- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan

No

ImporEkspor

TOTAL

Page 142: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 121

Proporsi ekspor daging sapi terhadap total kelompok wujud (segar-

beku dan olahan) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa ekspor dalam

wujud segar dan beku hanya satu jenis (100%) yaitu kode HS 0201300000,

untuk wujud olahan dengan kode HS 1602500000 mencapai 95,33% dan

kode HS 1602499900 hanya 4,67% (Gambar 7.11.)

100%

Ekspor Daging Sapi Indonesiawujud segar dan beku

HS 0201300000

4,67%

95,33%

Ekspor Daging Sapi Indonesia wujud olahan

HS 1602499900 HS 1602500000

Gambar 7.11. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diekspor Indonesia,

2012

Lain halnya keragaan impor daging sapi menurut kelompok wujud,

karena lebih banyak jenisnya (kode HS) dimana dalam wujud segar dan

beku yang dominan diimpor adalah kode HS 0202300000 sebesar 95,33%.

Sementara untuk wujud olahan dominan diimpor adalah kode HS

1602500000 sebesar 88,10% (Gambar 7.12.).

2,17%

3,31%

0,21%6,21%

88,10%

Impor Daging Sapi Indonesiawujud olahan

0210200000 1602491100 1602491900

1602499900 1602500000

8,30%95,33%

2,34%

Impor Daging Sapi Indonesiawujud segar dan beku

HS 0201300000 HS 0202300000 HS Lainnya

Gambar 7.12. Prpoporsi daging sapi wujud olahan yang diimpor Indonesia,

2012

Page 143: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

122 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7.3.2. NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN NEGARA ASAL IMPOR

DAGING SAPI INDONESIA

Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia pada tahun 2012

sebagian besar adalah ke United Arab Emirates dan Afrika Selatan senilai

US$ 8,66 ribu. Kontribusi ekspor negara tersebut dari total nilai ekspor

daging sapi Indonesia adalah 73%%. Negara tujuan ekspor berikutnya

adalah Singapura 21,91% (US$ 2,60 ribu), Timor Leste 3,84% (US$ 456)

dan Malaysia 1,25% atau US$ 148 (Gambar 7.13. dan Tabel 7.9.).

73,00%

21,91% 3,84%1,25%

United Arab Emirates Singapura

Timor Leste Malaysia

Gambar 7.13. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012

Tabel 7.9. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012

Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai

1 United Arab Emirates 902 8.662 48,57 73,00

2 Singapura 408 2.600 21,97 21,91

3 Timor Leste 366 456 19,71 3,84

4 Malaysia 181 148 9,75 1,25

Total 1.857 11.866 100,00 100,00Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Total ekspor Kontribusi (%)No Negara tujuan

Impor daging sapi Indonesia utamanya adalah dari Australia dan

New Zealand yang memberikan kontribusi 95,69% dengan nilai impor

sebesar US$ 157,78 juta. Negara lainnya yang merupakan negara asal

Page 144: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 123

impor daging sapi Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, China dan

Singapura. Negara-negara tersebut memeberikan kontribusi kurang dari 4%

(Gambar 7.14 dan Tabel 7.10).

72,22%

23,47% 3,84%0,25%

0,17%

0,04%

Australia New Zealand Amerika

Malaysia China Singapura

Gambar 7.14. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012

Tabel 7.10. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012

Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai

1 Australia 28.564.751,00 119.089.511,00 72,46 72,38

2 New Zealand 9.413.150,00 38.694.534,00 23,88 23,52

3 Amerika 1.048.519,00 6.336.731,00 2,66 3,85

4 Malaysia 132.580,00 419.472,00 0,34 0,25

5 China 238.566,00 274.770,00 0,61 0,17

6 Singapura 21.591,00 72.129,00 0,05 0,04

Total 39.419.157 164.540.248 100,00 100,00

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

No Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)

7.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kedelai Dunia

Negara-negara eksportir daging sapi dunia menurut data FAO

adalah seperti pada Gambar 7.15.

Page 145: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

124 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

16,60%

16,08%

13,01%

10,00%

6,90%

6,55%

5,91%

24,94%

Perancis Jerman Belanda

Polandia Amerika Serikat Belgia

Spanyol Lainnya

Gambar 7.15. Negara eksportir daging sapi, 2007 – 2011

Kontribusi rata-rata nilai ekspor dari 7 negara eksportir dunia

selama tahun 2007 – 2011 mencapai 75,06% dari total nilai ekspor dunia.

Perancis sebagai eksportir terbesar selama periode 2007 – 2011 adalah

sekitar 971,40 juta US$ atau berkontribusi 16,60% diikuti peringkat

berikutnya Jerman sekitar US$ 941,22 juta (16,08%), Belanda US$ 761,55

juta (13,04%), Polandia US$ 585,27 juta (10%). Sementara negara lainnya

berkontribusi dibawah 7% (Tabel 7.11). Indonesia hanya menduduki posisi

ke-109 dengan kontribusi 0,00008%.

Tabel 7.11 Negara eksportir daging sapi di dunia, 2007-2011

Share Share

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata (%) Kum (%)

1 Perancis 865.369 991.869 949.357 922.645 1.127.740 971.396 16,60 16,60

2 Jerman 718.417 971.781 927.486 835.799 1.252.605 941.218 16,08 32,68

3 Belanda 663.754 742.463 708.106 676.182 1.017.267 761.554 13,01 45,70

4 Polandia 380.273 534.370 599.680 656.214 755.813 585.270 10,00 55,70

5 Amerika Serikat 170.364 392.297 339.665 525.199 592.649 404.035 6,90 62,60

6 Belgia 369.276 377.730 347.100 352.132 469.115 383.071 6,55 69,15

7 Spanyol 297.501 412.679 326.890 320.961 369.948 345.596 5,91 75,06

8 Lainnya 1.256.263 1.595.799 1.360.954 1.377.314 1.707.901 1.459.646 24,94 100,00

Dunia 4.721.217 6.018.988 5.559.238 5.666.446 7.293.038 5.851.785

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Nilai Ekspor (000$)No Negara

Tidak berbeda jauh dengan ekspor dunia, keragaan negara-negara

importir daging sapi dunia sekitar 6 negara memeberikan kontribusi sebesar

Page 146: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 125

81,28% dari total nilai impor dunia selama kurun waktu 2007-2011

(Gambar 7.16).

31,17%

12,86%

12,54%

9,34%

7,99%

7,37% 18,72%

Italia Rusia Belanda Perancis

Jerman Greece Lainnya

Gambar 7.16. Negara importir daging sapi dunia, 2007 – 2011

Italia merupakan negara importir terbesar dunia dengan kontribusi

nilai impor 31,17% dari total dunia atau rata-rata sekitar US$ 1,65 milyar.

Besarnya nilai impor dan kontribusi negara importir terbesar dunia terhadap

total nilai impor dunia secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.12. Indonesia

sebagai negara importir dunia menempati urutan ke-48 dengan kontribusi

sebesar 0,16% terhadap total nilai impor dunia.

Tabel 7.12. Negara importir daging sapi di dunia, 2007-2011

Share Share

2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata (%) Kum (%)

1 Italia 1.551.322 1.729.738 1.654.217 1.626.994 1.711.956 1.654.845 31,17 31,17

2 Rusia 744.229 708.519 693.723 553.997 713.964 682.886 12,86 44,03

3 Belanda 475.958 624.929 589.648 654.391 985.052 665.996 12,54 56,58

4 Perancis 550.224 538.521 497.782 443.697 448.987 495.842 9,34 65,92

5 Jerman 277.161 357.751 378.951 389.849 717.903 424.323 7,99 73,91

6 Greece 368.275 413.839 418.461 374.961 379.679 391.043 7,37 81,28

7 Lainnya 686.957 1.106.577 740.175 926.803 1.508.540 993.988 18,72 100,00

Dunia 4.654.126 5.479.874 4.972.957 4.970.692 6.466.081 5.308.923

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

No NegaraNilai Ekspor (000$)

Page 147: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

126 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) adalah indikator yang

digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu

komoditas terkait kinerja perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP

daging sapi segar dan beku, daging sapi olahan dan daging sapi total di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.13 di bawah ini.

Tabel 7.13. Indeks spesialisasi perdagangan daging sapi segar-beku dan

olahan, dan daging sapi total di Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Daging Sapi Segar & Beku

Ekspor-Impor -126.135 -188.167 -289.506 -234.263 -170.053

Ekspor+Impor 126.158 188.208 289.506 234.269 170.070

ISP -0,9998 -0,9998 -1,0000 -1,0000 -0,9999

2 Daging Sapi Olahan

Ekspor-Impor -2.572 -2.719 -3.554 -5.426 -9.367

Ekspor+Impor 2.602 2.749 3.586 5.597 9.374

ISP -0,9883 -0,9891 -0,9910 -0,9694 -0,9993

3 Total Daging Sapi

Ekspor-Impor -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420

Ekspor+Impor 128.760 190.957 293.093 239.866 179.444

ISP -0,9996 -0,9996 -0,9999 -0,9993 -0,9999

No UraianTahun

Dari hasil perhitungan nilai ISP dari tahun ke tahun berfluktuasi. Nilai

ISP komoditas daging sapi secara total mempunyai nilai negatif pada

kisaran sebesar -0,9993 hingga -0,9999 yang berarti bahwa komoditas

daging sapi Indonesia daya saingnya sangat rendah. Komoditas daging sapi

berada pada tahap pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki

daya saing rendah atau Indonesia merupakan negara pengimpor daging

sapi. Kontribusi ekspor daging sapi Indonesia berada pada tingkatan yang

rendah.

Jika dirinci berdasarkan wujudnya, perdagangan daging sapi dalam

bentuk olahan terlihat sedikit lebih baik dari wujud segar dan beku. Hal ini

Page 148: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 127

dapat dilihat dari nilai ISP yang masih di bawah -1 dibanding wujud segar

dan beku pada tahun 2010 dan 2011 nilai ISP -1.

Berdasarkan perhitungan nilai IDR daging sapi Indonesia seperti

tersaji pada Tabel 7.14 terlihat bahwa pada periode tahun 2008 – 2012

supply daging sapi Indonesia tergantung pada daging sapi impor berkisar

antara 7,57% sampai 18,45%. Kondisi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun

dan pada tahun 2012 merupakan yang tertinggi. Ketergantungan pada

daging sapi impor ini utamanya adalah pada jenis daging sapi segar dan

beku. Nilai SSR daging sapi Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 lebih

dari 81%, yang berarti bahwa sebagian besar kebutuhan daging sapi dalam

negeri dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Tabel 7.14. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self

Sufficiency Ratio (SSR) kedelai Indonesia, 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

1 Produksi 358.704 316.751 257.941 307.524 301.542

2 Volume Ekspor 113 14 52 68 14

3 Volume Impor 43.646 25.949 41.043 46.344 68.234

4 Produksi-Ekspor+Impor 402.238 342.687 298.931 353.801 369.762

5 IDR 10,85 7,57 13,73 13,10 18,45

6 SSR 89,18 92,43 86,29 86,92 81,55

UraianNoTahun

Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel

7.15 menunjukkan bahwa daging sapi Indonesia secara umum tidak

mempunyai daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

RSCA yang negatif bahkan hingga -0,9999% atau mendekati -1 tiap tahun

tahunnya.

Page 149: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

128 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 7.15. Indeks keunggulan komparatif (RCA) daging sapi Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011

2008 2009 2010 2011

1 Daging Sapi

Dunia 36.997.933 32.938.895 36.625.169 44.142.181

Indonesia 27 36 16 89

2 Non Migas

Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803

Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600

3 Dunia 0,00281 0,00312 0,00288 0,00299

Indonesia 0,00000025 0,00000037 0,00000012 0,00000055

RCA 0,00009 0,00012 0,00004 0,00018

RSCA -0,9998 -0,9998 -0,9999 -0,9996

Sumber : BPS dan UnComtrade diolah Pusdatin

Nilai Ekspor (000 US$)No Uraian

Page 150: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 129

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Susilo H. Manfaat Daging Sapi bagi Tubuh Manusia. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/manfaat-daging-sapi-bagi-tubuh-manusia [terhubung secara berkala, 16 Nopember 2013]

BPS. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jakarta

Departemen Perdagangan. 2008. Kajian Pengembangan Pasar Eskpor Produk Makanan Olahan. Jakarta.

Departemen Perdagangan. 2009. KTT ASEAN ke-14 dan Hasil-hasil Perundingan: Komitmen Bersama untuk Menjawab Situasi Ekonomi Dunia (Siaran Pers). Departemen Perdagangan, Jakarta.

Departemen Pertanian. 2004. Kebijakan kemitraan Gapoktan dengan

lembaga pemasaran lainnya. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Kebijakan Pemasaran Antar Daerah/Wilayah. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP).

Ditjen Hortikultura. 2010. Statistik Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hapsari, Deani Sekar. 2013. Daging Sapi Lokal dan Impor Bersaing Merebut Selera Konsumen. http://food.detik.com/read/2013/12/17/115202/ 2444188/297/daging-sapi-lokal-dan-impor-bersaing-merebut-selera-konsumen [terhubung secara berkala, 17 Desember 2013]

Rachman, H.P.S., S.H. Suhartini dan G.S. Hardono. 2008. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Rosihan Leave a comment Go to comments July 15th, 2007,Terhubung Berkala (Mei, 2011)

Page 151: Kinerja Perdagangan Semester2 2013

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013

130 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

http://www.fao.org

http://www.UNComtrade.org

BPS. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jakarta

Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Kebijakan Pemasaran

Antar Daerah/Wilayah. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP).

Departemen Perdagangan. 2008. Kajian Pengembangan Pasar Eskpor

Produk Makanan Olahan. Jakarta. Ditjen Hortikultura. 2012. Statistik Hortikultura. Kementerian Pertanian.

Jakarta

Page 152: Kinerja Perdagangan Semester2 2013