kista rongga mulut

27
KISTA Kista merupakan suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian dalam dilapisi oleh epitelium, dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Tandanya, bila epitelium tumbuh dalam suatu masa sel, bagian pusat kehilangan sumber nutrisi dari jaringan periferal. Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat suatu kavitas terbentuk, dan terciptalah suatu kista. Kista rongga mulut dapat diklasifikasinkan kedalam dua kelas yaitu kista odontogenik dan kista non odontogenik. Selain itu kista odontogenik juga dapat terjadi selama proses perkembangan maupun karena inflamasi. Kista dirawat dengan prosedur pembedahan enukleasi maupun dengan marsupialisasi. Dalam melakukan prosedur pembedahan seorang klinisi juga harus mempertimbangkan kondisi kesehatan umum pasien yang nantinya dapat mempengaruhi kesuksesan perawatan. 2.3 KISTA RONGGA MULUT 2.3.1 Definisi Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi diantara tulang atau jaringan lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan pembengkakan. Pada umumnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Mayoritas kista beukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan

Upload: tantiacdf

Post on 15-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

macam macam kista rongga mulut

TRANSCRIPT

Page 1: KISTA rongga mulut

KISTA

Kista merupakan suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian dalam dilapisi oleh

epitelium, dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Tandanya, bila epitelium

tumbuh dalam suatu masa sel, bagian pusat kehilangan sumber nutrisi dari jaringan

periferal. Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat suatu kavitas terbentuk, dan

terciptalah suatu kista. Kista rongga mulut dapat diklasifikasinkan kedalam dua kelas yaitu

kista odontogenik dan kista non odontogenik. Selain itu kista odontogenik juga dapat

terjadi selama proses perkembangan maupun karena inflamasi. 

Kista dirawat dengan prosedur pembedahan enukleasi maupun dengan marsupialisasi.

Dalam melakukan prosedur pembedahan seorang klinisi juga harus mempertimbangkan

kondisi kesehatan umum pasien yang nantinya dapat mempengaruhi kesuksesan

perawatan. 

2.3 KISTA RONGGA MULUT

2.3.1 Definisi

Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas yang

bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi diantara tulang atau

jaringan lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan

pembengkakan. Pada umumnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas.

Mayoritas kista beukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan

jaringan. Apabila tidak ada infeksi, maka secara klinis pembesarannya minimal dan

berbatas jelas. Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi yang

terlibat, hilangnya gigi yang berhubungan atau gigi tetangga.

Dilihat dari gambaran radiograf, terlihat radiolusen yang dikelilingi lapisan radioopak tipis,

dapat berbentuk unilokular atau multilokular.

2.3.2 Klasifikasi

I. Odontogenik

A. Developmental

a. Dental lamina cyst (gingival cyst of infant)

b. Odontogenic cyst (primordial cyst)

Page 2: KISTA rongga mulut

c. Dentigerous cyst (follicular cyst)

d. Eruption cyst

e. Lateral periodontal cyst

f. Botryoid odotogenic cyst

g. Glandular odotogenic cyst

h. Gingival cyst of adults

i. Calcifying odontogenic cyst

B. Inflamatory

a. Radicular cyst ( periapical cyst)

b. Residual cyst

c. Paradental cyst

d. Buccal bifurcation cyst

II. Non-odontogenik

a. Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)

b. Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)

c. Palatal cyst of infant

d. Lymphoepithelial cyst

e. Gastric heterotropic cyst

f. Tryglosal duct cyst

g. Salivary duct cyst

h. Maxillary antrum associated cyst

i. Soft tissue cyst

j. Pseudo cyst

k. Congenital cys

l. Parasitic cyst

2.3.3 Patogenesis Kista

1. Inisiasi kista

Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan pembentukan suatu kavitas

kecil. Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal dari epithelium odontogenic.

Bagaimanapun rangsangan yang mengawali proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang

terlibat dalam pembentukan suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan

Page 3: KISTA rongga mulut

dalam kavitas kista dan resorpsi tulang.

2. Pembesaran kista

Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas epithelium. Tahap

pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan kista, peningkatan area

permukaan kantung kista, pergeseran jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang. 

a. Peningkatan volume kandungan kista

Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada membran periodontal

periapikal untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi

granuloma periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi

foramen apikal dan diisi oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur. 

Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan vaskular jaringan penghubung

sehingga membentuk suatu kapsul kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan

percabangan lapisan basal sehingga kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang

yang padat dengan mengeluarkan faktor-faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang

menstimulasi pembentukan osteoclast. 

b. Proliferasi epitel

Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah salah satu dari proses

penting peningkatan permukaan area kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola

mulrisentrik pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis

mengakibatkan ekspansi kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis.

Pertumbuhan tidak mengurangi batas epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi

merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi dan membentuk jalur

penutup. Jumlah lapisan epitel ditentukan oleh periode viabilitas tiap sel dan tingkat

maturasi serta deskuamasinya. 

c. Resorpsi tulang

Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang

yang padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang

fungsi osteoklas (PGE2). Perbedaan ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran

prostaglandin dan faktor-faktor lain yang meresorpsi tulang. 

Page 4: KISTA rongga mulut

Kista Odontogenik

Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi

(epithelium odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang

berasal dari developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang tidak

diketahui penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi. Sedangkan

inflammatory merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.

Etilogi

Ada tiga macam sisa jaringan yang masing-masing berperan sebagai asal kista odontogenik.

1. The epithelial rest or glands of Serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina.

Odontogenik keratosis dapat berasal dari jarinagn ini, dan beberapa kista lain seperti kista

gingival. 

2. Email epithelium tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum

erupsi namun telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous dan kista erupsi berasal dari

jaringan ini.

3. The rests of Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari epithelium root selubung

Hertwig.

a. Kista Radikular

Definisi

Kista radikular adalah suatu kista yang berasal dari sisa-sisa epitel Malassez yang berada di

ligamen periodontal, karena suatu infeksi gigi (gangren pulpa, gangren radik) ataupun

trauma yang menyebabkan gigi nekrosis.

Etiologi

Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi ataupun bakterial yang

menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya

dijumpai pada ligamen periodontal.

Gejala-gejala

Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang

kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara

nyata menjadi pembengkakan.

Page 5: KISTA rongga mulut

Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan oleh

timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang bersangkutan

menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat menjadi

goyang. Bila dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan

rahang atas atau rahang bawah. 

Diagnosis

Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal, dan

hasil tes klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiografik. Pasien mungkin melaporkan

suatu riwayat sakit sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak

adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu daerah rerefaksi. Daerah radiolusen

biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam

kasus ini dapat mendatar atau mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar dari

pada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi, baik ukuran maupun bentuk

daerah rerefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.

Diagnosis Banding

Gambaran radiografik kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dari gambaran

granuloma. Meskipun suatu perbedaan positif antara suatu kista dan granuloma tidak

dapat dibuat dari radiograf saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu

kista. Suatu kista biasanya lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar

berdekatan merenggang karena tekanan terus-menerus dari akumulasi cairan kista.

Bakteriologi

Suatu kista mungkin atau tidak mungkin terinfeksi. Sebagai suatu granuloma, suatu kista

menunjukkan suatu reaksi defensif jaringan terhadap iritan ringan. Organisme

actinomyces pernah diisolasi dari kista periapikal.

Histopatologi

Kista radikular terdiri dari suatu kavitas yang dilapisi oleh epitelium skuamus berasal dari

sisa sel Malassez yang terdapat didalam ligamen periodontal. Suatu teori pembentukan

kista adalah bahwa perubahan inflamatori periradikular menyebabkan epitelium

berpoliferasi. Bila epitelium tumbuh dalam suatu massa sel, bagian pusat kehilangan

Page 6: KISTA rongga mulut

sumber nutrisi dari jaringan periferal. Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat, suatu

kavitas terbentuk, dan tercipta suatu kista.

Perawatan

Pengambilan secara bedah seluruh kista radikular sehingga bersih tidak perlu dilakukan

pada semua kasus. Kista di jumpai pada sekitar 42% atau kurang pada daerah rerefaksi

akar gigi. Resolusi (hilangnya inflamasi) daerah rerefaksi ini terjadi setelah terapi saluran

akar pada 80 sampai 98% kasus. Drainase juga bisa mengurangi tekanan kista pada

dinding kavitas tulang dan merangsang fibroplasia dan perbaikan dari perifer lesi.

Prognosis

Prognosis tergantung pada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak, dan mudah

dicapainya perawatan.

Gambaran RO

• Lokasinya

Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada

pembukaan canal aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.

• Batas dan Bentuk

Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi

disekitar tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah

menjadi lebih banyak pinggiran sklerotik.

• Struktur internal

Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang

kalsifikasi distrofik bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti

penyebaran tipis, radioopasitas kecil.

2. Kista residual

Gambaran klinis

• Asymtomatik

• Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous

• Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan infeksi sekunder

Gambaran RO

• Lokasi

Page 7: KISTA rongga mulut

Terjadi pada kedua rahang

Lebih sering pada mandibula

Epicenter terletak pada lokasi periapikal

Pada mandibula ; epicenter selalu diatas canal inferior alveolar nerve

• Batas dan Bentuk

Memiliki garis tepi cortical kecuali jika menjadi infeksi sekunder. Bentuk kista residual ini

adalah oval atau bulat.

• Struktur Internal

Radiolusen, kalsifikasi bisa terdapat pada kista lama.

Kista residual dapat menyebabkan displacement gigi atau resorbsi. Kista bisa invaginasi

pada antrum maxilla atau menekan saluran inferior alveolar nerve.

3. Kista Dentigerous

Gambaran Klinis

• Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi/ gigi supernumerary

• Pemeriksaan klinis menunjukkan suatu missing, pembengkakan yang keras (hard

swelling) dan biasanya mengakibatkan asimetri wajah.

• Khasnya pasien tidak merasakan nyeri dan ketidaknyamanan

Gambaran RO

• Lokasi

Epicenter kista tepat diatas mahkota gigi yang bersangkutan, biasanya M3 maxilla atau

mandibula, atau yang paling sering terjadi adalah C maxilla. Kista melekat pada CEJ.

Terkadang kista berkembang dari aspek lateral follicle, menempati area disamping

mahkota.

• Batas Luar dan Bentuk

Secara khas memiliki batas luar yang tegas (well-defined cortex) dengan garis berkurva

atau sirkular. 

• Struktur Internal

Bagian internal radiolusen secara menyeluruh kecuali mahkota gigi.

• Pengaruh pada struktur sekitar

Page 8: KISTA rongga mulut

Kista ini cenderung memindahkan (menggerakkan) dan meresorbsi gigi geligi tetangganya.

Biasanya pada direksi apical. Contohnya : M3 mandibula dapat digerakkan pada region

condilar atau coronoid/ hingga cortex inferior dr mandibula.

4. Buccal Bifurcation Cyst (BBC)

Gambaran klinis

• Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula

• Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa abnormal

menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.

• Gigi geligi selalu vital

• Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder, pasien

bisa merasakan nyeri.

Gambaran RO

• Lokasi

Paling sering terjadi pada m1 mandibula

Terkadang terjadi secara bilateral

Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan

• Batas Luar dan Bentuk

Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen

berlapis pada gambaran akar molar.

Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tegas

• Struktur Internal

Radiolusen 

5. Odontogenik Keratocyst (OKC)

Gambaran klinis

• Terkadang terbentuk disekitar gigi yang tidak erupsi

• Biasanya asymtomatik walaupun terdapat pembengkakan ringan

Page 9: KISTA rongga mulut

• Nyeri bisa terjadi dengan infeksi sekunder

• Aspirasi menunjukkan suatu material tebal, kuning dan cheesy material (keratin)

• Kista ini cenderung berulang

Gambaran RO

• Lokasi

Badan posterior mandibula dan ramus mandibula

Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve canal

• Batas luar dan bentuk

Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika terjadi infeksi sekunder,

smooth round atau berbentuk oval atau scalloped outline.

• Struktur internal

Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan radioopasitas.

Pada beberapa kasus dapat menunjukkan septa internal berkurang, memberikan

gambaran lesi multilocular.

6. Basal Cell Nevus Syndrome

Gambaran klinis

Mulai terlihat pada awal-awal kehidupan, biasanya setelah umur 5 tahun dan sebelum 3

tahun, dengan perkembangan kista rahang dan karsinoma sel basal kulit. Lesi terjadi

sebagai OKC multiple pada rahang, biasanya pada beberapa kuadran. Lesi kulit kecil, flat,

berwarna daging atau papul-papul coklat yang dapat terjadi dimana saja pada tubuh

khususnya pada muka dan leher.

Gambaran RO

• Lokasi

Multiple keratosis dapat berkembang secara bilateral dan dapat berukuran macam-macam

mulai dari 1mm-beberapa cm diameternya.

7. Lateral Periodontal Cyst

Gambaran klinis

• Lesi biasanya asymtomatik dan diameternya kurang dari 1cm. jika kista terinfeksi

Page 10: KISTA rongga mulut

sekunder, maka lesi ini akan menunjukkan suatu abses lateral periodontal.

Gambaran RO

• Lokasi

50-75% berkembang pada mandibula, umumnya pada I1-P2, pada maxilla I1-C’

• Batas luar dan bentuk

Radiolusensi berbatas tegas dengan kortical boundary dan berbentuk bulat oval.

• Struktur internal

Aspek internal biasanya radiolusen

• Pengaruh pada struktur sekitar

Kista kecil bisa mempengaruhi lamina dura gigi tetangga. Kista yang berukuran besar dapat

menggeser gigi-gigi tetangga dan mengakibatkan ekspasi.

Kista Non odontogenik

1. Kista duktus nasopalatin

Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga pembuluh

darah dan serabut saraf dari area nasopalatin. 

Gambaran klinis

• Asimtomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam jangka waktu yang

lama.

• Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior papila

palatin.

• Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di permukaan.

• Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan pembengkakan

dibawah frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat meliputi rongga hidung dan

merusak septum nasal. 

• Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen

Gambaran Radiograf

• Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk melibatkan

palatum durum.

• Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose yang

Page 11: KISTA rongga mulut

mengakibatkan kista berbentuk seperti hati.

• Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik interna

yang mengakibatkan radioopasitis menyebar.

• Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi akar serta

pergeseran dari nasal fosa ke arah superior. 

2. Kista Nasolabial

Asal dari kista ini bisa jadi suatu kista fisural yang muncul dari suatu sisa epitel dalam garis

fusi globular, lateral nasal, dan prosesus maksila.

Gambaran klinis

• Pembengkakan unilateral pada pembungkus nasolabial dan dapat menyebabkan nyeri

atau ketidaknyamanan jika kista berukuran kecil.

• Jika kista berukuran besar dapat masuk ke dalam kavitas nasal yang dapat menyebabkan

obstruksi, pengembangan alae hidung, distorsi nostril hidung da pembesaran bibir atas

Gambaran Radiograf

• Lokasinya dekat prosesus alveolaris diatas apeks insisif karena kista ini merupakan lesi

jaringan lunak sehingga radiograf tidak cukup jelas.

• Lesi berbentuk sirkular atau oval dengan peninggian ringan jaringan lunak pada tepi

kista.

• Struktur internal radiolusensi homogen 

• Mengakibatkan erosi tulang , peningkatan prosesus alveolar dibawah kista dan apikal

insisif, distorsi border inferior fosa nasal.

3. Kista Dermoid

Suatu kista yang berasal dari sel-sel embrionik yang terperangkap. Kista dibatasi oleh

epidermis dan diisi dengan keratin atau material sebasea.

Gambaran klinis

• Pembengkakan, nyeri dan dapat berkembang hingga diameternya bertambah besar

beberapa senti meter.

• Jika terdapat pada leher atau lidah maka dapat mengganggu pernapasan, bicara dan

makan

Page 12: KISTA rongga mulut

• Pada palpasi kista bisa fluktuan

Gambaran Radiograf

• Kista ini merupakan kista jaringan lunak sehingga di gunakan CT atau MRI. 

• Kista ini memiliki batas yang jelas dan jaringan lunak disekitarnya lebih radioopak.

• Struktur internalnya radiolusen

2.4 PENATALAKSANAAN KISTA

2.4.1 Enukleasi

Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada kista.

Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara komponen

epitelial (melapisi aspek anterior kista) dan dinding kista yang bertulang pada rongga

mulut. Lapisan ini akan lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses

enukleasi sama dengan pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista

seharusnya dilakukan secara hati – hati untuk mencegah terjadinya lesi rekuren.

Indikasi :

• Pengangkatan kista pada rahang

• Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan struktur jaringan yang berdekatan

Keuntungan :

• Pemeriksaan patologi dari seluruh kista dapat dilakukan 

• Pasien tidak dilakukan perawatan untuk kavitas marsupialisasi dengan irigasi konstan 

• Jika akses flap mucoperiosteal sudah sembuh, pasien tidak merasa terganggu lebih lama

oleh kavitas kista yang ada

Kerugian :

Jika beberapa kondisi diindikasikan untuk marsupialisasi, enukleasi bersifat merugikan

seperti :

• Fraktur rahang

• Devitalisasi pada gigi

• Impaksi gigi

Page 13: KISTA rongga mulut

• Banyak jaringan normal yang terlibat

Teknik :

• Insisi

• Flap mucoperiosteal

• Pembuangan tulang pada aspek labial dari lesi

• Osseous window untuk membuka bagian lesi

• Pengangkatan kista dari kavitas menggunakan hemostate & kuret 

• Menjahit daerah pembedahan

• Penyembuhan mukosa & remodelling tulang, dimana terbentuk jaringan granulasi pada

dinding kavitas yang bertulang dalam waktu 3-4 hari. Dan remodelling tulang akan terjadi

selama 6 – 12 bulan.

2.4.2 Marsupialisasi

Merupakan metode pembedahan yang menghasilkan surgical window pada dinding kista,

mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus

maksilary atau rongga nasal. Proses ini mengurangi tekanan inrakista dan meningkatkan

pengerutan pada kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga terapi tunggal atau sebagai

tahap preeliminary dalam perawatan dengan enukleasi.

Indikasi :

• Jumlah jaringan yang terluka

Dekatnya kista dengan struktur vital berarti keterlibatan jaringan tidak baik jika dilakukan

enukleasi. 

Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka pada struktur neurovaskular mayor

atau devitalisasi gigi sehat, sebaiknya diindikasikan metode marsupialisasi.

• Akses pembedahan

Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya dilakukan marsupialisasi untuk

mencegah lesi rekuren.

Page 14: KISTA rongga mulut

• Bantuan erupsi gigi

Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst), marsupialisasi dapat memberikan jalur erupsi ke

rongga mulut.

• Luas pembedahan

Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang baik, marsupialisasi merupakan alternatif

yang tepat dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya yang sederhana dan sedikit

tekanan untuk pasien.

• Ukuran kista

Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur rahang selama enukleasi. Ini lebih baik

dilakukan marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat dilakukan enukleasi.

Keuntungan :

• Prosedur yang dilakukan sederhana

• Memisahkan struktur vital dari kerusakan akibat pembedahan

Kerugian :

• Jaringan patologi kemungkinan masih tertinggal di dalam kavitas 

• Tidak dapat dilakukan pemeriksaan histologi secara teliti 

• Terselip debris makanan akibat adanya kavitas 

• Pasien harus irigasi kavitas beberapa kali setiap hari

Teknik :

• Diberikan antibiotik sistemik, untuk pasien dengan kondisi yang tidak sehat

• Pemberian anastesi lokal

• Aspirasi kista, jika aspirasi dapat memperkuat diagnosis kista, prosedur marsupialisasi

dapat dilakukan

• Insisi awal, biasanya sirkular / ellips dan menghasilkan saluran yang besar (1 cm atau

lebih besar) di dalam kavitas kista.

• Jika lapisan atas tulang tebal, osseous window dibelah secara hati – hati dengan round

Page 15: KISTA rongga mulut

bur atau rongeurs

• Pengambilan isi kista

• Menjahit tepi luka hingga membentuk sseperti kantung

• Irigasi kavitas kista untuk menghilangkan beberapa fragmen residual debris

• Masukkan iodoform gauze ke dalam kavitas kista

• Irigasi kavitas rutin selama 2 minggu

• Menjahit daerah pembedahan

2.4.3 Enukleasi dengan kuretase

Dimana setelah dilakukan enukleasi, dilakukan kuretase untuk mengangkat 1 – 2 mm

tulang sekitar periphery kavitas kista. Ini dilakukan untuk membuang beberapa sel

epitelial yang tersisa pada dinding kavitas.

Indikasi :

• Jika dokter melakukan pengangkatan keratosis odontogenik, dimana keratosis

odontogenik memiliki potensi yang tinggi untuk rekuren.

• Jika terdapat beberapa kista rekuren setelah dilakukan pengangkatan kista

Keuntungan :

Jika enukleasi meninggalkan sel – sel epitelium, kuretase dapat mengangkat sisa – sisa

epitelium tersebut, sehingga kemungkinan untuk rekuren minimal.

Kerugian :

Kuretase lebih merusak tulang dan jaringan yang berdekatan. Pulpa gigi kemungkinan akan

hilang suplai neurovaskularnya ketika kuretase dilakukan dekat dengan ujung akar.

Kuretase harus dilakukan dengan ketelitian yang baik untuk mencegah terjadinya resiko

ini.

Teknik :

Page 16: KISTA rongga mulut

• Kista dienukleasi atau diangkat

• Memeriksa kavitas serta stryktur yang berdekatan dengannya

• Melakukan kuretase dengan rigasi steril untuk mengangkat lapisan tulang 1 – 2 mm

sekitar kavitas kista

• Dibersihkan dan ditutup

2.4.4 Marsupialisasi disertai enukleasi

Dilakukan jika terjadi penyembuhan awal setelah dilakukan marsupialisasi tetapi ukuran

kavitas tidak berkurang.

Teknik :

• Kista pertama kali dimarsupialisasi

• Menunggu penyembuhan tulang, untuk mencegah terjadinga fraktur rahang saat

melakukan enukleasi

• Terjadi penurunan ukuran kista

• Dilakukan enukleasi

2.5 PERTIMBANGAN PENATALAKSANAAN KISTA PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

JANTUNG

2.5.1 Penyakit jantung Aterosklerotik/angina.

Penyakit jantung aterosklerotik termasuk dalam golongan penyakit yang mengakibatkan

kematian dan sering ditemukan pada pasien lanjut usia. Penyakit jantung iskemik akan

mengarah ke aritmia, gangguan konduksi, gagal jantung, angina pectoris dan infark

miokardial. Gejala subyektif yang paling nyata adalah angina pectoris, suatu proksimal

sakit retrosternum yang melilit, yang sering menyebar ke pundak kiri, lengan atau

mandibula. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi stress sebelum operasi dengan

menggunakan sedative, pengontrol rasa sakit yang memadai dengan menggunakan

anastesi local dan kadang-kadang dilakukan pemberian senyawa nitrat profilaktik

[nitrogliserin, 0,03 mg (1/200 gr) sublingual] 5-10 menit sebelum memulai tindakan

bedah.

Penatalaksanaan angina pectoris yang terjadi ketika dilakukan perawatan adalah

Page 17: KISTA rongga mulut

menghentikan operasi, mengatur posisi pasien agak tegak atau sedikit condong,

memberikan nitrogliserin sublingual (diulangi 5 menit apabila tidak efektif), dan oksigen.

Apabila sakitnya tetap atau bertambah parah, maka harus diperkirakan terjadinya infark

kardiak. Segera member tahu dokter yang bersangkutan dan membawa pasien ke unit

perawatan yang peralatannya memadai untuk kasus tersebut, resusitasi jantung-paru

(CPR) harus dilakukan sesegera mungkin.

2.5.2 Gagal Jantung

Gagal jantungh kongestif disebabkan oleh proses jantung yang menyimpang, dan oleh

karena itu dipertimbangkan kemungkinannya padas emua pasien lanjut usia dan pada

pasien yang mempunyai riwayat tanda-tanda kelainan jantung. Keadaan ini ditandai

dengan adanya dispnea, napas pendek, ortopnea, batuk kronis, sianosis, edema dependen

dan kadang-kadang bronkopasme. Pasien ini juga didefinisikan berdasarkan pengobatan

yang dialaminya yang biasanya berupa obat-obatan digitalis atau diuretic.

2.5.3 Hipertensi

Hipertensi sering teridentifikasi dari riwayat kesehatan rutin yang diperiksa sebelum

operasi. Pasien hipertensi yang terkontrol dengan baik tidak banyak menimbulkan

masalah. Pasien yang tidak terkontrol dengan baik dan menderita penyakit jangka panjang

dengan gejala seperti pusing-pusing, sakit kepala, perdarahan hidung atau gejala seperti

stroke, harus dievaluasi secara cermat. Penatalaksanaan untuk pasien hipertensi

dimodifikasi berdasarkan kebutuhan individual, dengan mempertimbangkanhasil

pemeriksaan tekanan darah pra bedah, usia, riwayat kesehatan dan riwayat pengobatan

dibandingkan dengan urgensi dan sifat pembedahan yang akan dilakukan.

Pasien yang menderita hipertensi sedang atau ringan dengan tekanan darah yang

distabilisir dengan pengobatan, boleh dirawat melalui kerja sama dengan dokter

pribadinya. Biasanya anestesi yang afektif untuk bedah dentoalveolar diperoleh dengan

pemberian mepivacaine 3% (carbocaine). Meskipun peranan hipertensi essential masih

dipertanyakan dalam meningkatkan perdarahan, tetapi tidak adanya vasokonstriktor

benar-benar meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan intraoperatif. Jika

epinefrin digunakan, dosis totalnya dibatasi hanya sampai 0,2 mg (setara dengan 10

Carpules dari epinefrin 1:100.00). prinsip penggunaan anestesi local minimal yang efektif

dapat diterapkan pada pasien hipertensi seperti yang biasanya diperlakukan terhadap

Page 18: KISTA rongga mulut

pasien yang lain. Mungkin diperlakukan sedative ringan pra bedah, tetapi harus

sepengetahuan dokternya. Karena banyak pasien hipertensi menderita hipotensi ortostatik

(postural), akibat pengobatan antihipertensi (baik diuretic atau inhibitor adrenergic),

maka menaikkan tinggi kursi unit sebaiknya dilakukan perlahan-lahan, dan diperlakukan

seseorang untuk membantu pada waktu pasien berdiri. 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kasus:

“Seorang Ibu usia 47 tahun dating ke Poliklinik Bedah Mulut. Ia mengeluh terdapat

benjolan rahang bawah kanan sejak ± 2tahun yang lalu. Ia merasakan benjolan tersebut

bertambah besar dan wajah semakin asimetris. Ia tidak pernah mengeluh sakit, tetapi ia

merasakan gigi rahang bawah kanannya semakin bergeser dan goyang. Gigi 47 dan 48

tidak erupsi. Dan terjadi pembesaran rahang ke arah bukal. Ibu ini mempunyai riwayat

kelainan jantung.

Pembahasan kasus:

1. Diagnosis kasus: Kista Dentigerous (kista follikular)

2. Definisi kista dentigerous: suatu rongga patologi yang mengelilingi suatu gigi yang belum

erupsi.

3. Etiologi : kista dentigerous disebabkan karena penumpukan atau akumulasi cairan

antara sisa- sisa organa email dan mahkota gigi dan kadang- kadang didalam organa email

itu sendiri.

4. Gambaran klinis:

• Berkembang disekitar makota gigi yang belum erupsi atau gigi supernumerary

• Pemeriksaan klinis menunjukkan tidak tumbuhnya gigi pada region yang membengkak,

adanya pergeseran letak gigi yang ekstri, dan pemebengkakan wajah yang menyebabkan

keasimetrisan wajah 

• Khasnya pasien tidak merasakan nyeri atau sakit bila terjadi infeksi. Kista ini dapat

Page 19: KISTA rongga mulut

terinfeksi secxara hematogen.

5. Gambaran radiograf: daerah radiolusensi yang mengelilingi gigi yang tidak erupsi

6. Diagnosis banding: ameloblastoma, odontogenik keratosis dan tumor odontogenik

7. Rencana perawatannya:

• rujuk pasien dikarenakan ada riwayat kelainan jantung

• anamnesis

• pemeriksaan ektraoral dan intraoral

• pemeriksaan detail pembengkakan dan nyeri (jika ada)

• pemeriksaan selanjutnya untuk penegakan diagnosis( radiograf dan biopsy secara

aspirasi)

• kurangi tingkat stress dan kecemasan pasien sebelum perawatan

• Anastesi menggunakan vasokonstriktor yang nonadrenalin

• Kista dentigerous mudah diangkat dengan cara enukleasi, gigi yang berhubungan juga

dilakukan ekstraksi. Untuk kista yang lebih besar harus dilakukan dengan cara

marsupialisasi karena jika dilakukan enukleasi dan ekstraksi gigi dapat merusak saraf dan

pembuluh darah terhadap gigi

8. Prognosis: prognosis baik jika manajemen perwatannya dilakukan dengan benar dan

memperhatikan keadaan pasien yang mempunyai kelainan penyakit jantung. Kista

dentigerous jarang terjadi rekurensi jika pengankatan kistanya dilakukan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA