kista rongga mulut

5
Kista Rongga Mulut 1. Definisi Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi dianatara tulang atau jaringan lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan pembengkakan. Pada umumnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Mayoritas kista berukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan. Apabila tidak ada infeksi, maka secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya gigi yang berhubungan atau gigi tetangga. Dilihat dari gambaran radiograf, terlihat radiolusen yang dikelilingi lapisan radiopak tipis, dapat berbentuk unilokular atau multilokular. 2. Klasifikasi a. Odontogenik Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epitelium pembentuk gigi (epitelium odontogenik). Seperti kista lainnya, kista odontogenik dapat mengandung cairan, gas atau material semisolid. Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari developmental atau inflammatory. Kista developmental yakni kista yang tidak diketahui penyebabnya, namun tidak terlihat sebagai hasil reaksi inflamasi.

Upload: nastiti-diwanti-putri

Post on 13-Apr-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kista

TRANSCRIPT

Page 1: Kista Rongga Mulut

Kista Rongga Mulut

1.      Definisi

Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas

yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi dianatara tulang

atau jaringan lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan

pembengkakan. Pada umumnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Mayoritas

kista berukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan. Apabila

tidak ada infeksi, maka secara klinis pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Pembesaran

kista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya gigi yang

berhubungan atau gigi tetangga. Dilihat dari gambaran radiograf, terlihat radiolusen yang

dikelilingi lapisan radiopak tipis, dapat berbentuk unilokular atau multilokular.

2.      Klasifikasi

a.       Odontogenik

Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epitelium pembentuk gigi

(epitelium odontogenik). Seperti kista lainnya, kista odontogenik dapat mengandung

cairan, gas atau material semisolid.

Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari

developmental atau inflammatory. Kista developmental yakni kista yang tidak diketahui

penyebabnya, namun tidak terlihat sebagai hasil reaksi inflamasi. Sedangkan kista

inflammatory merupakan kista yang terjadi karena inflamasi.

1)   Developmental

   Dental lamina cyst (gingival cyst of infant)

   Odontogenic cyst (primordial cyst)

   Dentigerous cyst (follicular cyst)

   Eruption cyst

   Lateral periodontal cyst

   Botryoid odotogenic cyst

   Glandular odotogenic cyst

   Gingival cyst of adults

   Calcifying odontogenic cyst

2)   Inflamatory

   Radicular cyst ( periapical cyst)

   Residual cyst

Page 2: Kista Rongga Mulut

   Paradental cyst

   Buccal bifurcation cyst

b.      Non-odontogenik

         Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)

         Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)

         Palatal cyst of infant

         Lymphoepithelial cyst

         Gastric heterotropic cyst

         Tryglosal duct cyst

         Salivary duct cyst

         Maxillary antrum associated cyst

         Soft tissue cyst

         Pseudo cyst

         Congenital cyst

         Parasitic cyst

3.      Patogenesis Kista

a.       Inisiasi kista

Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan pembentukan suatu kavitas kecil.

Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal dari epithelium odontogenic. Bagaimanapun

rangsangan yang mengawali proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang terlibat dalam

pembentukan suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan dalam kavitas kista

dan resorpsi tulang.

b.      Pembesaran kista

Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas epithelium. Tahap

pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan kista, peningkatan area

permukaan kantung kista, pergeseran jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang.

1)   Peningkatan volume kandungan kista

Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada membran periodontal

periapikal untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi

granuloma periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen

apikal dan diisi oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur. Sel-sel berproliferasi dalam

lapisan dari permukaan vaskular jaringan penghubung sehingga membentuk suatu kapsul

kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan percabangan lapisan basal sehingga

Page 3: Kista Rongga Mulut

kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang yang padat dengan mengeluarkan faktor-

faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang menstimulasi pembentukan osteoclast.

2)   Proliferasi epitel

Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah salah satu dari proses

penting peningkatan permukaan area kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola

mulrisentrik pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis

mengakibatkan ekspansi kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis.

Pertumbuhan tidak mengurangi batas epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi

merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez untuk berploriferasi dan membentuk jalur

penutup. Jumlah lapisan epitel ditentukan oleh periode viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi

serta deskuamasinya.

3)   Resorpsi tulang

Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang

yang padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang fungsi

osteoklas (PGE2). Perbedaan ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran

prostaglandin dan faktor-faktor lain yang meresorpsi tulang.

4.      Gambaran Secara Umum

Menurut Cawson (2002) kista dentigerous merupakan kista kedua yang paling

banyak terjadi setelah kista radikular, yakni dengan jumlah 15-18%. Pada tahun 2006,

dengan jumlah kasus 695 ditemukan bahwa persentase kista odontogenik yang terdapat

di Pitie-salpetriere University Hospital, Paris, Prancis yaitu :

1.   Kista periodontal 53,5%

2.   Kista dentigerous 22,3%

3.   Keratosis odontogenik 19,1%

4.   Residual cyst 4,6%

5.   Kista lateral periodontal 0,3%

6.   Kista glandular odontogenik 0,2%

Kista tumbuh secara ekspansi hidrolik dan dilihat dari gambar radiografik

biasanya menunjukkan lapisan tipis radioopak yang mengelilingi radiolusensi. Adanya

proses kortikasi yang terlihat secara radiografik adalah merupakan hasil dari kemampuan

tulang disekitarnya untuk membentuk tulang baru lebih cepat dibandin