kkp ok
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 KKP OK
1/16
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
KEKURANGAN KALORI PROTEIN
MAKALAH
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet
Disusun oleh : Kelompok 10
Kelas 1C
Nita Rahmawati (34403515091)
Nisrina Yumna Wardani (34403515090)
Rima Nurima (34403515104)
PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR
AKADEMI KEPERAWATANBADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur
-
8/17/2019 KKP OK
2/16
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Pencegahan
dan Penanganan Kekurangan Kalori Protein”. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi tantangan itu bisa
teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Cianjur, 27 April 2016
Kelompok 10
-
8/17/2019 KKP OK
3/16
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................ii
BAB I: Pendahuluan .........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2C. Tujuan .....................................................................................................2
BAB II: Pencegahan dan Penanganan Kekurangan Kalori Protein............3
A. Pengertian KKP.......................................................................................3
B. Klasifikasi KKP ......................................................................................3
C. Penyebab KKP ........................................................................................4
D. Diagnosa KKP.........................................................................................6
E. Tanda-tanda KKP....................................................................................9
F. Pencegahan KKP.....................................................................................11
G. Penanganan KKP ....................................................................................11
BAB III: Penutup ..............................................................................................12
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................13
-
8/17/2019 KKP OK
4/16
-
8/17/2019 KKP OK
5/16
-
8/17/2019 KKP OK
6/16
3
BAB II
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKURANGAN KALORI
PROTEIN
A. Pengertian KKP
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori
dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama, 1999).
Jadi, Kekurangan Kalori Protein adalah suatu penyakit gangguan gizi
akibat dari defisiensi kalori dan protein dalam waktu yang cukup lama.
B. Klasifikasi KKP
Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
1. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai
oleh adanya hambatan pertumbuhan.
2. KKP berat, meliputi:
a. Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat
sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu
sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan
protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah
penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan
perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori
dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
b. Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang
ekstrem (Sediaoetama, 1999).
c. Marasmus-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan
gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Markum,
-
8/17/2019 KKP OK
7/16
4
1996). Marasmus-kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien
yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%,
penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi
fisiologi (Graham L. Hill, 2000). Marasmus-kwashiorkor merupakan
satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-
cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan dehidrasi.
C. Penyebab KKP
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein
dengan berbagai tekanan sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan
berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus,
marasmus-kwashiorkor).
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini
disebut juga sebagai penyakit dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor
pengertian KKP dan antar hubungannya sudah banyak dianjurkan berbagai
bentuk sistem holistik, yang menggambarkan interelasi antar faktor dan menuju
ke titik pusat KKP tersebut. Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab
multifaktorial menuju ke arah terjadinya KKP:
• Ekonomi negara yang kurang
• Pendidikan umum kurang
• Produksi bahan pangan yang rendah
• Kondisi hygine yang kurang baik
• Jumlah anak yang telalu banyak
• Pekerjaan yang rendah
• Penghasilan yang kurang pasca panen
• Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata.
• Daya beli rendah
• Persediaan pangan kurang
• Penyakit infeksi dan Inventasi cacing
Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang
dan sebab tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat
-
8/17/2019 KKP OK
8/16
5
gizi berbagai hal, misalnya karena penyakit. KKP sebab primer (langsung)
disebut KKP primer dan yang disebabkan faktor tak langsung disebut KKP
sekunder. Penyakit infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan
absorpsi dan hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KKP.
1. Penyebab Kwashiorkor
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat
sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan
memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang
mengandung karbohidrat. Penyebab kwashiorkor yang lain yaitu: Adanya
pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena
alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah
tentang makanan.
Adanya infeksi, misalnya: diare akan mengganggu penyerapan
makanan. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang
menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu
makan, dan kekurangan ASI.
2. Penyebab Marasmus
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan.
Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena
pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.
3. Penyebab Marasmus-kwashiorkor
Penyebab dari marasmus-kwashiorkor sama pada marasmus dan
kwashiorkor.
D. Diagnosa KKP
1. Kwashiorkor
Tanda-tanda dari kwashiorkor berbeda pada masing-masing anak di
berbagai Negara, dan dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Selalu ada
Gejala ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada anak
umur 1-3 tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan yang
mengandung banyak karbohidrat. Biasanya terjadi:
-
8/17/2019 KKP OK
9/16
6
1) Kegagalan pertumbuhan
2) Oedema pada tungkai bawah dan kaki, tangan, punggung bawah,
kadang-kadang muka.
3) Otot-otot menyusut tetapi lemak disimpan di bawah kulit
4) Kesengsaraaan sukar diukur, dengan gejala awal anak menjadi
rewel diikuti dengan perhatian yang kurang.
b. Biasanya ada
Satu atau lebih dari tanda ini biasanya muncul, tetapi tidak satupun
yang betul-betul memerlukan diagnosis. Diantaranya yaitu:
1) Perubahan rambut (warnanya lebih muda (coklat, kemerah-
merahan, mendekati putih lurus, jarang halus, mudah lepas bila
ditarik)
2) Tinja lebih encer (akibat gangguan penyerapan makanan, terutama
gula)
3) Anemia yang tidak berat (jika berat biasanya ada kemungkinan
infeksi cacing atau malaria)
c. Kadang-kadang ada
Satu atau lebih dari gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi tidak
ada satupun yang betul-betul membentuk diagnosis.
1) Ruam/bercak-bercak berserpih
2) Ulkus dan retakan
3) Tanda-tanda vitamin (luka di sudut mulut, lidah berwarna merah
terang karena kekurangan riboflavin)
4) Pembesaran hati (akibat pelemahan hati)
5) Secara umum anak nampak sembab, letargik, cengeng, dan mudahterserang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.
6) Pertumbuhan yang terhambat, berat badan dan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan berat badan baku. Jika ada edema
anasarka maka penurunan berat badan tidak begitu mencolok.
7) Oedema
8) Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan
subkutan tipis dan lembek
-
8/17/2019 KKP OK
10/16
7
9) Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan
diare
10) Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah
dicabut
11) Kelainan kulit: kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam
dan lebar, disertai denitamin B kompleks, defisiensi eritropoetin
dan kerusakan hati.
12) Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare,
bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis)
13) Anak mudah terjangkit infeksi akibat defisiensi imunologik (diare,
bronkopneumonia, faringotonsilitis, tuberkulosis).
2. Marasmus
Tanda-tanda marasmus dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Selalu ada
Tanda-tanda ini selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa:
- Gangguan perkembangan
- Hilangnya lemak di otot dan di bawah kulit.
b. Kadang-kadang ada
- Mencret/diare atau konstipasi.
- Perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor.
- Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.
- Dehidrasi.
- Anak menjadi cengeng, sering bangun tengah malam
- Turgor kulit rendah dan kulitnya nampak keriput
- Pipi terlihat kempot, kurus kering- Vena superfisialis tampak lebih jelas
- Ubun-ubun besar cekung
- Tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol
- Mata tampak besar dan dalam
- Sianosis
- Ekstremitas dingin
- Perut buncit/cekung dengan gambaran usus jelas
-
8/17/2019 KKP OK
11/16
8
- Atrofi otot dan apatis.
3. Marasmus-kwashiorkor
- Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein
- Pertumbuhan terhenti
- Berat badan turun
- Cairan tubuh meningkat
- Sistem hemotopatik
- Mukosa usus
- Selasiner
- Hati
- Otak
- Oedema
- Apatis
Gambaran klinis, biokimiawi, dan fisiologi KKP bervariasi dari orang ke
orang dan bergantung pada:
a. Keparahan KKP
b. Usia penderita
c. Ada atau tidaknya kekurangan zat gizi lain
d. Keberadaan penyakit penyerta
e. Kekurangan yang dominan energi atau kah protein
Keparahan KKP diukur dengan menggunakan parameter Antroprometrik,
Karena tanda dan gejala klinis serta hasil pemeriksaan laboratorium biasannya
tidak menunjukkan perubahan terkecuali jika penyakit ini telah
sedemikian ”parah”.Klasifikasi serta lamanya penyakit yang telah berlangsung juga
ditentukan secara antropometris. Riwayat pangan bermanfaat terutama dalam
mengukur status gizi anan-anak. Defisit energi dan protein derajat ringan
sampai sedang dinilai terutama dengan riwayat dan kebiasan pangan
perorangan atau masyarakat, serta keter sediaan pangan itu sendiri.
Karakeristik klinis dan biokimiawi berguna untuk pemastian diagnosis KKP
-
8/17/2019 KKP OK
12/16
9
berat. Parameter yang wajib di periksa pada pendeita KKP tercantum
dalam ”anamesis dan pemeiksaan fisik KKP pada anak”.
E. Tanda-tanda KKP
1. KKP Ringan
- Pertumbuhan linear terganggu.
- Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.
- Ukuran lingkar lengan atas menurun.
- Maturasi tulang terlambat.
- Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun.
- Anemia ringan atau pucat.
- Aktifitas berkurang.
- Kelainan kulit (kering, kusam).
- Rambut kemerahan.
2. KKP Berat
a. Kwashiorkor
- Kebayakan menyerang anak dibawah lima tahun (balita)
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki
(dorsum pedis), perut dan tangan
- Muka bulat seperti bulan (moonface)
- Pandangan mata sayu
- Rambut menjadi lurus, kusam, halus, tipis, kemerahan seperti
warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan rontok
- Perubahan status mental/gangguan psikomotor, apatis, tidak
gembira, tidak ada nafsu makan dan rewel- Hati membesar dan berlemak
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi
berdiri atau duduk
- Otot-otot berkurang dan melemah
- Kulit mengalami depigmentasi, kering, bersisik, pecah-pecah dan
dermatosis
- Luka sukar sembuh
-
8/17/2019 KKP OK
13/16
10
- Sering disertai : penyakit infeksi (umumnya akut)
- Anemia dan xeroftalmia
- Diare
b. Marasmus
- Umumnya menyerang bayi (dua belas bulan pertama)
- Pertumbuhan terhambat
- Lemak dibawah kulit berkurang
- Otot-otot berkurang dan melemah
- Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
- Apatis dan wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput
- Anak kelihatan waspada dan lapar
- jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Gastroenteritis yang diikuti dehidrasi, infeksi saluran pernapasan,
tuberkulosis, cacingan berat dan penyakit kronis lain
- Diare
c. Marasmus-Kwashiorkor
Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor
- Sangat kurus
- Rambut jagung dan mudah rontok
- Perut buncit- Punggung kaki bengkak
- Rewel
-
8/17/2019 KKP OK
14/16
11
F. Pencegahan KKP
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya KKP antara lain sebagai
berikut :
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah
berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di
atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
G. Penanganan KKP
1. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik
tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
2. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan
diserap.
3. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan
sangat rendah. Protein yang diperlukan 3-4 gr/hari, dan kalori 160-175kalori.
4. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.
5. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi
terhadap keluarga.
-
8/17/2019 KKP OK
15/16
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit gizi kurang, kemungkinan susunan hidangan yang dikonsumsi
masih seimbang, namun kuantum keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan
tubuh. Penyakit gizi salah di Indonesia yang terbanyak termasuk gizi kurang
yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi
keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala subyektif
terutama diderita ialah perasaan lapar, sehingga gizi salah disebut juga
keadaan gizi lapar (undernutrition).
KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana
pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila kebutuhan
zat gizi itu tidak tercapai maka tubuh akan menggunakan cadangan zat
makanan yang ada, dan lama-kelamaan cadangan makanan itu akan habis dan
akan menyebabkan kelainan pada jaringan, dan proses selanjutnya dalam
tubuh akan menyebabkan perubahan dan akhirnya akan menimbulkan
kelainan anatomi.
Sebagian besar kasus penyakit gizi di Indonesia merupakan penyakit
defisiensi, terutama penyakit KKP. Perbaikan pada pola konsumsi merupakan
suatu keharusan, bila dari makanan yang dikonsumsi ternyata menunya tidak
seimbang. Dalam memberikan nasihat perbaikan menu, harus dalam batas-
batas kesanggupan daya beli keluarga penderita. Harus pula dijelaskan,
perbaikan kondisi defisiensi gizi memerlukan waktu, jadi harus lebih bersabar
dalam mengharapkan penyembuhannya.
B. Saran
Sebagai mahasiswa, kami menyarankan kepada pemerintah untuk
memperhatikan dan menanggulangi masalah gizi khususnya di daerah
pedalaman di Indonesia. Kesadaran masyarakatpun turut terlibat dalam
penanggulangan masalah gizi ini, agar pendidikan gizi tidak terasingkan,
mengingat sangat pentingnya gizi untuk tubuh kita.
-
8/17/2019 KKP OK
16/16
13
DAFTAR PUSTAKA
Hull, David. 2008. Dasar-dasar Pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Wulandari, Veni.2009.kekurangan kalori protein. Diambil dari:
http://veniwulandari.blogspot.com/2009/09/kekurangan-kalori-protein.html.
(25 april 2016).