kkw pengelolaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (doni kkw 2012)

Upload: nami-nugraha

Post on 18-Jul-2015

1.632 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Coba Masukin KKW aneee

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sumber daya energi merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat hidup masyarakat terutama dalam peningkatan kegiatan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan kesempatan kerja. Oleh karena itu pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan penguasaannya harus dilakukan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, dan terpadu guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah. Provinsi Sulawesi Selatan termasuk daerah yang mengalami tingkat pertumbuhan kebutuhan energi yang cukup besar dengan elastisitas energinya lebih dari rata-rata nasional. Khusus energi listrik, jumlah Rumah Tangga yang dapat dilayani oleh PLN pada Tahun 2011 baru 1.288.000 Rumah tangga dari 1.752.704 Rumah tangga (ratio elektrifikas 71,94 %), dan masih ada sekitar 420 desa dari 2.946 desa/kelurahan yang ada di Sulawesi Selatan yang belum menikmati listrik (ratio desa berlistrik 85,5 %), pada sisi lain pertumbuhan permintaan akan

kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik belum dapat dipenuhi oleh PLN Provinsi Sul-Sel. Demikian pula, tarif yang ada sekarang masih jauh dibawah keekonomiannya, sehingga PLN tidak bisa lagi menyisihkan dana untuk melakukan investasi guna menambah kapasitas pembangkitnya. Sebagai penjabaran pelaksanaan program pembangunan jangka menengah (RPJM) Nasional tahun 2010 - 2015. Arah kebijakan pembangunan ketenagalistrikan berupa pemulihan pemenuhan kebutuhan tenaga listrik untuk menjamin 1

ketersediaan pasokan tenaga listrik serta kendalanya terutama di daerah krisis listrik serta daerah terpencil dan perdesaan dengan program diversifikasi energi berupa pemanfaatan energi, baik yang terbarukan (tenaga bayu/angin, tenaga surya)

maupun yang tidak terbarukan, sehingga dicapai optimasi penyediaan energi regional/rasional. Demikian pula Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi BAB V pasal 20 ayat 2 disebutkan Penyediaan energi oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah pedesaan dengan menggunakan sumber energi setempat khususnya sumber energi terbarukan. Oleh karena itu sebagai salah satu program pemerintah dalam pengembangan desa melalui pemenuhan kebutuhan energi dengan cara mengintervensi dan investasi tekhnologi untuk memproduksi energi dari sumber daya lokal yang dapat diperbarui, yang akan membawa perubahan dan kemajuan masyarakat desa dalam

memanfaatkan energi dalam memenuhi kebutuhannya baik untuk penerangan, memasak, maupun untuk kegiatan ekonomi produktifnya maka pemerintah setempat dalam hal ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan khususnya pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan konservasi-konservasi sumber energi baru dan terbarukan dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan desa berlistrik di Sulawesi Selatan yang memicu di lakukannya konservasi-konservasi energi baru terbarukan antara lain: 1. Keterbatasan PT PLN Persero dalam melayani kebutuhan energi listrik masyarakat perdesaan, kepulauan, dan daerah terpencil..

2

2.

Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan yang berbeda-beda sehingga menyulitkan pelayanan listrik kepada masyarakat.

3.

Belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya energi lokal (energi terbarukan) untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus mengalami peningkatan.

4.

Khusus pada daerah-daerah terpencil, umumnya pola pemukiman masyarakat terpencar-pencar, sehingga agak sukar dalam pengadaan jaringan dan memerlukan biaya yang cukup tinggi.

5.

Kebutuhan masyarakat akan energi listrik di pedesaan yang akan mendorong kegiatan masyarakat dalam meningkatkan pengembangan ekonomi.

Berdasarkan dari permasalahan tersebutlah, hingga Penulis berinisiatif untuk mengambil judul KKW Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan Di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2 Tujuan Adapun tujuan penulis mengambil judul ini adalah : a. Agar Penulis dapat mengetahui potensi energi baru terbarukan yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. b. Agar Penulis dapat mengetahui pemanfaatan dari energi baru terbarukan bagi masyarakat pedesaan.

3

c.

Agar Penulis dapat mengetahui penanganan energi baru dan terbarukan dalam hal izin, pengawasan, evaluasi dan pelaporan.

d.

Sebagai bahan pembelajaran pada penulis tentang energi baru dan terbarukan yang ada di Sulawesi Selatan.

e.

Sebagai bahan untuk pengembangan energi baru terbarukan di daerah pedesaan yang tidak dapat di aliri jaringan listrik dari PLN.

1.3 Batasan Masalah Dari hasil identifikasi permasalahan di atas, maka penulis membatasi pembahasan mengenai : a. b. Mendata potensi energi baru terbarukan di Provinsi Sulawesi Selatan. Mengklasifikasikan energi yang termasuk energi baru ter barukan di Sulawesi Selatan. c. Bagaimana memberikan izin pada pembangunan pembangkit listrik (energi baru terbarukan) di wilayah Sulawesi Selatan. d. Bagaimana melakukan pengawasan, evaluasi dan pelaporan tentang energi baru terbarukan.

1.4. Sistematika Penulisan Dalam menulis Kertas Kerja Wajib ini, Penulis menggunakan beberapa sumber antara lain : 1.4.1 Jenis dan Sumber Data

4

a.

Data Primer Data primer adalah data yang di dapatkan melalui penelitian langsung dilapangan. Data ini dapat berupa kondisi operasi unit, lokasi unit beroperasi dan waktu operasi unit selama sehari.

b.

Data Sekunder Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber aslinya seperti laporan dari operator atau dari pengawas operasional.

c.

Sumber Data 1. Penelitian lapangan (Field Research) adalah data yang diperoleh langsung melalui pengamatan secara cermat di lokasi penelitian kemudian melakukan wawancara dengan operator atau pengawas lapangan. 2. Data yang didapat melalui studi kepustakaan (Library Research) dengan membaca dan menelaah buku-buku rujukan.

1.4.2. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Teknik wawancara dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung pada pihak operator yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5

b.

Study Dokumentasi Study dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang telah diperoleh berupa buku harian, laporan dan catatan khusus yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

c.

Observasi Observasi (tinjauan lapangan) yaitu penulis melakukan pengamatan langsung pada masalah yang sedang diteliti.

Sistematika pada penulisan ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan. Menguraikan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan. Bab II : Orientasi Umum. Menguraikan mengenai sejarah singkat Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, tugas dan fungsi, visi dan misi, struktur organisasi serta sarana dan fasilitas. Bab III : Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini dibahas pengertian Energi, Pengertian Pengelolaan dan Pemanfaatan, Pengertian Energi Baru, Pengertian Energi Baru Terbarukan, Klasifikasi Energi, dasar hukum pengelolaan energi dan ketenagalistrikan, tentang Izin Usaha, Pengawasan, Inspeksi dan Pelaporan. 6

Bab IV

: Pembahasan. Dalam bab ini diuraikan mengenai Potensi Energi Baru Terbarukan yang adan di Provinsi Sulawesi Selatan, pengelolaan energi baru dan terbarukan, dampak energi baru dan terbarukan bagi masyarakat dan pemerintah.

Bab V

: Penutup. Merupakan kesimpulan dan saransaran untuk pemecahan masalah yang mungkin dapat dipergunakan sebagai usaha perbaikan.

7

II. ORIENTASI UMUM

2.1

Sejarah Singkat Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan Sebelum menjadi Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral seperti

sekarang ini, sejak kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan-perubahan di dalam sistem pemerintahan dan perubahan di dalam kabinet. Perubahan tersebut secara kronologis atau berurutan sebagai berikut : 1. Masa 1945-1949 : Jawatan Pertambangan dibawahi Kementerian Kemakmuran. 2. Masa 1949-1950 : Kementerian Kemakmuran diubah menjadi

Perekonomian. Jawatan Pertambangan diubah menjadi Dinas Pertambangan. 3. Masa 1950-1955 : Kementerian Perekonomian diubah menjadi

Kementerian Perindustrian dan Pertambangan menjadi Jawatan Pertambangan. 4. Masa 1955- 1961 : Kementerian Kementerian diubah menjadi Departemen. menjadi

Perekonomian

diubah

8

Departemen Pertambangan, Jawatan dan

Perindustrian yang Biro,

Dasar

dan

membawahi

beberapa Biro

diantaranya

Pertambangan dan Biro Minyak dan Gas Bumi 5. Masa 1961-1964 : Departemen Pertambangan Departemen Pertambangan 6. Masa 1964-1966 : Departemen Pertambangan dipecah 2 (dua) menjadi Departemen Pertambangan dan Perindustrian dipecah Perindustrian 2 Dasar (dua) dan dan menjadi

Departemen

Departemen Minyak dan Gas Bumi. 7. Masa 1966-1978 : Departemen Minyak dan Gas Bumi di satukan kembali menjadi Departemen Pertambangan yang membawahi Minyak dan Gas bumi dan

Direktorat Jenderal Pertambangan. 8. Masa 1978-1997 : Departemen Pertambangan menjadi Departemen Pertambangan dan Energi. 9. Masa 1997-2000 : Departemen Pertambangan dan Energi menjadi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 10. Masa 2001-sekarang : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal ini Kantor Wilayah Energi dan Sumber

9

Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan berubah menjadi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Adapun landasan hukum pembentukan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2001 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan.

2.2 Struktur Organisasi Dinas ESDM Provinsi Sul-Sel

Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan pekerjaan untuk mencapai tujuan dan sarana organisasi serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi pada setiap pekerjaan. Selain itu struktur organisasi sering disebut bagan atau skema organisasi dengan ini gambaran skematis tentang hubungan pekerjaan antara orang yang terdapat dalam satu badan untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga struktur organisasi dibuat secara sederhana, efektif untuk dapat bekerja secara efisien. Struktur organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

10

Struktur

organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi

Sulawesi Selatan diuraikan sebagai berikut : 1. 2. Kepala Dinas Sekretariat, terdiri atas : a. b. c. 3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Program Sub Bagian Keuangan

Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral, terdiri atas : a. b. c. Seksi Air Tanah, Air Permukaan dan Panas Bumi Seksi Geologi dan Tata Lingkungan Seksi Sunber Daya Mineral dan Batubara

4.

Bidang Pertambangan, terdiri atas : a. b. c. Seksi Pengusahaan Pertambangan Seksi Bimbinbgan Teknis Pertambangan Seksi Konsevasi Lingkungan Pertambangan

5.

Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi, terdiri atas : a. b. c. Seksi Pengusahaan Ketenagalistrikan dan Pemanfaatan Energi Seksi Bimbingan Usaha Ketenagalistrikan Seksi Konservasi dan Lingkungan Ketenagalistrikan

6.

Bidang Minyak dan Gas Bumi, terdiri atas : a. b. c. Seksi Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi Seksi Bimbingan Teknis Minyak dan Gas Bumi Seksi Konservasi dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi

11

7.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Jasa Laboratorium Energi dan Sumber Daya Mineral, terdiri atas : a. b. c. Sub Bagian Tata Usaha Seksi Jasa Laboratoris Seksi Jasa Data dan Sistem Geografis

1.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Jasa Eksplorasi dan Sumber Daya Mineral, terdiri atas : a. b. c. Sub Bagian Tata Usaha Seksi Data Peralatan Pemboran dan Eksplorasi Seksi Jasa Teknis dan Produksi

2.

Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari Pejabat Inspektur Tambang, Inspektur Ketenagalistrikan, Inspektur Migas dan Penyelidik Bumi.

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas ESDM Provinsi Sul-Sel Berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 45 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan maka Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dengan rincian dari Tugas dan Fungsi Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:

12

a.

Melaksanakan kewenangan desentralisasi, dekonstrasi, dan tugas pembantuan serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota dibidang pertambangan dan energi.

b.

Merumuskan kebijakan operasional pada bidang geologi, air bawah tanah, air permukaan, sumber daya mineral, dan teknologi mineral, pertambangan, listrik dan energi.

c.

Koordinasi pelaksanaan pada bidang geologi, air bawah tanah, air permukaan, sumber daya mineral dan teknologi mineral,pertambangan, listrik dan energi.

d.

Pengembangan program kelembagaan dan peningkatan pada bidang geologi, air bawah tanah, air permukaaan, sumber daya mineral dan teknologi

mineral,pertambangan, listri dan energi. e. Pelaksanaan pembinaan teknis pada bidang geologi, air bawah tanah, air permukaan, sumber daya mineral dan teknologi mineral, pertambangan, Listrik dan energi. f. Pelaksanaan pengawasan pada bidang geologi, air bawah tanah, air permukaan, sumber daya mineral dan teknologi mineral, pertambangan, listrik dan energi.

Untuk bidang listrik dan pemanfaatan energi mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi kebijakan bidang listrik dan pemanfaatan energi dengan rincian tugas pokok sebagai berikut : a. Menyusun rencana kegiatan bidang listrik dan pemanfaatan energi bsebagai pedoman dan pelaksanaan tugas.

13

b.

Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar.

c.

Memantau, mengawasi, mengevaluasi dan pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas yang telah dan belum dilaksanakan.

d.

Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani naskah dinas.

e. f. g.

Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tuigasnya. Melaksanakan perumusan kebijakan bidang listrik dan pemanfaatan energi. Menyusun sasaran program dinas pertambangan dan energi yang berhubungan dengan ketenagalistrikan dan pemanfaatan energi meliputi : perumusan rencana umum energi daerah dan rencana umum ketenagalistrikan daerah.

h.

Melakukan bimbingan teknis pengembangan energi, penyediaan listrik pedesaan pemanfaatan energi, konservasi, diversifikasi, inventarisasi sumber energi baru dan terbarukan.

i.

Melakukan pembinaan dan pengawasan usaha ketenagalistrikan, layanan perijinan, serta layanan informasi ketenagalistrikan dan pemanfaatan energi.

j.

Mengoordinasikan dan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data bidang listrik dan pemanfaatan energi.

k.

Mengoordinasikan dan melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi tentang listrik dan pemanfaatan energi.

l.

Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang listrik dan pemanfaatan energi dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan.

14

m.

Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atsan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung klelancaran pelaksanaan tugas.

Tugas pokok Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom adalah : 1. Penyediaan dokumen pengembangan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan energi serta air bawah tanah. 2. Pemberian izin usaha inti pertambangan umum lintas kabupaten yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi. 3. Pemberian izin usaha inti listrik dan distribusi lintas kabupaten/kota yang tidak disambung ke Grid Nasional 4. Pengelolaan sumber daya mineral dan energi non migas kecuali bahan radio aktif pada wilayah laut dari 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil. 5. Pelatihan dan penelitian di bidang pertambangan dan energi di wilayah provinsi.

Bidang Tugas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pertambangan Air bawah tanah dan air permukaan Geologi lingkungan dan geowisata Energi dan tenaga listrikan Minyak bumi dan gas alam Pengkajian sumber daya mineral dan energi Pelatihan dan pengembangan teknologi mineral dan energi.

15

Visi Visi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral yaitu : Terwujudnya sektor energi dan sumber daya mineral yang menghasilkan nilai tambah menjadi salah satu sumber kemakmuran rakyat Sulawesi Selatan sebagai 10 provinsi terkemuka di Indonesia.

Misi Meningkatkan profesionalisme dan kinerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Meningkatkan kepastian hukum usaha sektor energi dan sumber daya. Meningkatkan peran serta masyarakat desa memenuhi energinya secara mandiri. Meningkatkan usaha pertambangan menjadi usaha strategis yang ramah lingkungan dan memberi nilai tambah bagi masyarakat sekitar. Meningkatkan kesejahteraan melalui dengan peraturan yang berlaku. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik yang menunjang pertumbuhan industri. Meningkatkan rasio elektrifikasi desa terutama di daerah terpencil dan terkebelakang. Meningkatkan koordinasi pembinaan dan pengawasan distribusi migas sehingga merata ke seluruh masyarakat. pertambangan rakyat yang sesuai

16

Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber daya mineral, batubara, air tanah dan panas bumi yang berkelanjutan.

Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan kebutuhan dasar air bersih dari air tanah.

2.4

Kondisi Geografis Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 2.1 Peta Sulawesi Selatan Secara administratif Provinsi Sulsel meliputi 20 kabupaten dan 3 kota, yaitu Kota Makassar, Palopo dan Parepare, dengan jumlah kecamatan sebanyak 279 kecamatan, dan 2.661 kelurahan/desa, dan 142 kelurahan/desa persiapan.

17

Kabupaten Luwu Utara adalah kabupaten terluas dengan luas 750,258 hektar atau 18% dari luas keseluruhan Sulsel, disusul Luwu Timur dengan luas 694,488 hektar atau 16% dari luas Sulsel. Sebelum pemekaran Luwu Timur luas Kabupaten Luwu Utara mencapai 1,479 hektar atau 32.5% dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

2.4.1 Luas Wilayah

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kabupaten/Kota Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Tana Toraja Enerekang Pinrang Luwu Luwu Utara Luwu Timur Bone Luas Wilayah (hektar) 90,966 115,167 39,583 73,784 56,651 188,332 81,996 161,912 111,229 147,471 320,557 178,604 196,177 324,777 750,258 694,488 455,900

18

18 19 20 21 22 23

Wajo Soppeng Sidrap Makassar Parepare Palopo

250,619 135,944 188,332 17,577 9,933 24,752

Luas wilayah Provinsi Sulsel sebelum pemekaran Provinsi Sulawesi Barat (sulbar) mencapai 6,336,171 hektar atau sekitar 42% dari luas wilayah Sulawesi. Namun setelah pemekaran, luas wilayah Provinsi Sulsel tinggal 4,666,453 hektar atau sekitar 31% dari luas wilayah Sulawesi, dan sekitar 3% dari luas wilayah Indonesia. Perubahan luas wilayah tersebut ditandai dengan pemisahan lima kabupaten yang masuk dalam wilayah Provinsi Sulbar yaitu Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mandar dengan dasar Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004 maka terjadi perubahan luas Sulsel yang berkurang ssekitar 1,678,718 hektar.

2.4.2 Letak Geografis

Dalam peta geografi digambarkan Provinsi Sulsel terletak Sulsel pada 0o12 LS dan 8o LS, dan antara 116o48BT 122o36 BT.

19

2.4.3 Batas Wilayah

Wilayah Provinsi Sulsel berbatasan dengan Sulawesi Barat di sebelah utara, Selat Makassar di sebelah barat, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di sebelah timur, dan Laut Flores di sebelah selatan.

2.4.4

Topografi

Sulawesi Selatan memiliki 4 danau yakni Danau Tempe di Kab. Wajo, Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap, Danau Matana dan Towoti di Kabupaten Luwu. Adapun jumlah gunung tercatat 7 gunung yang mana gunung tertinggi adalah Gunung Rantemario dengan ketinggian 3,470 meter di atas permukaan air laut. Gunung ini terletak di daerah perbatasan antara Kabupaten Luwu dan Enrekang. Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulsel tercatat sekitar 65 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Saddang yang mengalir meliputi Kabupaten tator, Enrekang, Pinrang dan Polewali (Sulawesi Barat) dengan panjang sungai 150 km.

2.5

Sarana dan Fasilitas di Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan

Sarana dan fasilitas yang tersedia pada Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan sebagai pendukung kegiatan dalam kelangsungan dan kelancaran pekerjaan kantor. Adapun sarana dan fasilitas itu adalah : 20

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.

Tanah dan bangunan Ruangan kerja Ruangan pertemuan / Ruangan rapat Inventaris/Peralatan kantor Kendaraan operasional kantor Peralatan Survey/Eksplorasi Laboratorium Peralatan pembuatan peta wilayah atau Sistem Informasi Georafis (SIG) Bengkel pemeliharaan mesin Alat Pemadam Api Ringan Fasilitas Penunjang seperti perpustakaan, gedung terbuka untuk lapangan tennis dan lain-lain.

21

III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Pengertian Energi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang

Energi menjelaskan bahwa Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi. Sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi.

3.2

Klasifikasi Energi Di dunia ini tersedia berbagai sumber daya alam : antara lain angin, air, batu

bara, minyak bumi, hutan, panas matahari dan lain-lain. Di antara sumber daya alam tersebut ada yang bisa menjadi sumber energi, sehingga disebut sumber daya energi. Berdasarkan defenisi dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Bab I Pasal I, sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi. Sedangkan sumber daya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi. Berdasarkan ketersediaanya sumber daya alam ada yang sifatnya terbarukan (renewable resource) dan ada yang tidak terbarukan (Non Renewable Resource) demikian pula halnya dengan sumber energi, maka energi terdiri atas : 22

a.

Energi yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resource); Non-renewable resource merupakan sumber daya yang persediannya sebagai

input produksi sangat terbatas dalam jangka waktu tertentu, antara lain: Minyak Bumi; Gas Bumi; Batubara; dan lain-lain

b.

Energi yang dapat diperbaharui (renewable resource). Renewable Resource merupakan sumber daya yang dapat terus-menerus

tersedia sebagai input produksi dengan batas waktu tak terhingga, antara lain Panas Bumi Tenaga Air Tenaga Surya Tenaga Angin Biofuel Biogas dan lain-lain Bila dilihat dari nilai komersial, energi bisa diklasifikasikan sebagai energi komersial, non komersial, dan energi baru. Energi komersial adalah energi yang sudah dapat dipakai dan dapat diperdagangkan dalam skala ekonomis. Energi non komersial adalah energi yang sudah dapat dipakai dan dapat diperdagangkan tetapi belum mencapai skala ekonomis. Sedangkan energi baru adalah energi yang

23

pemanfaatannya masih sangat terbatas dan sedang dalam tahap pengembangan (pilot project). Energi ini belum dapat diperdagangkan karena belum mencapai skala ekonomis. Klasifikasi berdasarkan nilai ekonomi ini bisa berbeda-beda berdasarkan waktu dan tempat. Energi non komersial atau energi baru bisa saja suatu saat menjadi energi komersial. Berdasarkan asal-muasalnya sumber daya energi bisa diklasifikasikan sebagai energi fossil dan non fossil. Minyak bumi, gas bumi dan batu bara disebut sebagai sumber energi fosil karena menurut teori yang berlaku hingga saat ini berasal dari jasad-jasad organik (makhluk hidup) yang mengalami proses sedimentasi selama jutaan tahun. Sedangkan energi non fosil adalah sumber energi yang

pembentukannya bukan berasal dari jasad organik. Seperti sinar matahari, air, angin dan panas bumi. Dari segi pemakaian sumber energi terdiri atas energi primer dan energi skunder. Energi yang langsung diberikan oleh alam dalam wujud aslinya dan belum mengalami perubahan (konveksi) disebut sebagai energi primer. Sementara energi sekunder adalah energi primer yang telah mengalami proses lebih lanjut.

3.3

Pengertian Pengelolaan dan Pemanfaatan

3.3.1 Pengertian Pengelolaan Tidak sedikit orang yang mengartikan pengelolaan sama dengan arti manajemen. Karena antara manajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga. Pengelolaan merupakan sebuah bentuk bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi tercapainya tujuan

24

organisasi lembaga. satu yang perlu diingat bahwa pengelolaan berbeda dengan kepemimpinan. Bila pengelolaan terjadi bila terdapat kerjasama dengan orang pribadi maupun kelompok, maka seorang pemimpin bisa mencapai tujuan yang diharapkan tanpa perlu menjadi seorang manajer yang efektif. Berikut ini adalah pengertian dan definisi pengelolaan:a.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Proses, cara, perbuatan mengelola; Proses melakukan kegiatan tertentu dng menggerakkan tenaga orang lain; Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan;

b.

Robert T. Kiyosaki & Sharon L Pengelolaan adalah sebuah kata yang besar sekali, yang mencakup pengelolaan uang, waktu, orang, sumber daya, dan terutama pengelolaan informasi.

c.

Jazim Hamidi & Mustafa Lutfi Pengelolaan merupakan pengertian yang lebih sempit daripada kepemimpinan.

d.

PGRI Pengelolaan adalah suatu keahlian yang diperlukan untuk memimpin, mengatur, menggerakkan waktu, ruang, manusia, dan dana untuk mencapai tujuan tertentu.

e.

AA Dani Saliswijaya Pengelolaan merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup berupa terjadinya pencemaran atau perusakan

25

lingkungan hidup, mengingat bahan berbahaya dan beracun mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan efek negative.f.

Perreault / Mcvharty Pengelolaan merupakan tugas-tugas dasar seorang manajer. Tapi disini kami akan lebih menekankan arti dari tugas-tugas tersebut bagi manajer pemasaran.

g.

Kamus Dewan (1994) Pengelolaan merupakan pengarahan dan pengawalan atau pengurusan dan penyelenggaraan.

h.

Murniati A. R Pengelolaan adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua sumber daya, baik manusia maupun teknikal, untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan dalam suatu organisasi.

i.

Wollenberg Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi antar manusia.

j.

Ibrahim Mamat Pengelolaan adalah pengaturan, penyusunan dan pelaksanaan perancangan yang dibuat dan melibatkan penggemblengan semua elemen yang ada di sekolah

3.3.2 Pengertian Pemanfaatan Sedangkan pemanfaatan menurut kamus besar bahasa indonesia, Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan: misalkan pemanfaatan sumber energi

26

baru dan terbarukan bagi kepentingan masyarakat pedesaan yang belum di aliri listrik dari PLN.

3.4

Pengertian Energi Baru dan Terbarukan Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh

teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir, hidrogen, gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (Liquified coal), dan batu bara tergaskan (gasified coal). Energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelala dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisar, laut. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan.

3.5

Dasar Hukum tentang Energi dan Ketenagalistrikan Yang menjadi pedoman bagi kegiatan ketenagalistrikan di Provinsi

Sulawesi Selatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya antara lain : a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

27

b.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;

c.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik;

d. e.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional; Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0045 Tahun 2005 tentang Instalasi Ketenagalistrikan;

f. g.

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000; Peraturan gubernur Sulawesi Selatan Nomor 45 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan;

h.

Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 271 Tahun 2001 tentang Tata Cara Permohonan dan Pemberian Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik;

i.

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 140 Tahun 2009 tentang Tarif Biaya Pemasangan Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik untuk Konsumen Tegangan Rendah;

3.6

Izin, Pembinaan dan Pengawasan, Penyidikan, Evaluasi dan Pelaporan

3.6.1 Izin Usaha Permohonan izin usaha penunjang tenaga listrik diajukan kepada Gubernur Sulawesi Selatan cc. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut :

28

a. b. c. d. e. f.

Akte pendirian perusahaan; Nomor Pokok Wajib Pajak; Sertifikat registrasi perusahaan yang di terbitkan oleh lembaga yang berwenang; Daftar riwayat hidup pemimpin badan usaha; Daftar riwayat hidup penanggung jawab teknik; Sertifikat penanggung jawab teknik yang sesuai denganj jenis dan

penggolongannya; g. h. Daftar tenaga kerja tetap; Daftar peralatan kerja dan alat ukur yang berfungsi dengan baik.

Badan Usaha

Pengajuan Permohonan

7 Jam Dinas ESDM 6 Jam

Tidak Memenuhi Persyaratan

4 Jam Penerbitan IUJPTL

Ya

Gambar 3.1 Bagan Alir Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik (IUJPTL)

29

3.6.2 Pembinaan dan Pengawasan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, bahwa Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyediaan tenaga listrik dalarn hal: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Penyediaan dan pemanfaatan sumber energi untukpernbangkit tenaga listrik; Pemenuhan kecukupan pasokan tenaga listrik; Pemenuhan persyaratan keteknikan; Pemenuhan aspek perlindungan lingkungan hidup ; Pengutamaan pernanfaatan barang dan jasa dalarnnegeri; Penggunaan tenaga kerja asing; Pemenuhan tingkat mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik; Pemenuhan persyaratalz perizinan; Penerapan tarif tenaga listrik; dan Pemenuhan mutu jasa yang diberikan oleh usahapenunjang tenaga listrik. Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud, Pemerintah dan pemerintah daerah dapat: a. b. c. Melakukan inspeksi pengawasan di lapangan; Meminta laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan; Melakukan penelitian dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan; dan d. Memberikan sanksi administratif terhadap pelanggaran ketentuan perizinan.

30

3.6.3 Penyidikan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berwenang dalam hal melakukan penyidikan di bidang ketenagalistrikan yakni inspektur ketenagalistrikan berwenang melakukan kegiatan : a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan; b. Melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan; c. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan; d. Menggeledah tempat yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan; e. Melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan usaha ketenagalistrikan dan menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana; f. Menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha ketenagalistrikan yang digunakan untuk melakukan tindak p- idana sebagai alat bukti; g. Mendatangkan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan; dan h. Menangkap dan menahan pelaku tindak pidana di bidang ketenagalistrikan berdasarkan peraturanperundang-undangan.

31

3.6.4 Evaluasi Dalam melaksanakan evaluasi, penyidik dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil yang berwenang untuk mengawasi dan mengevaluasi pembangkit tenaga listrik yang ada, baik itu pembangkit tenaga listrik untuk energi baru dan terbarukan maupun pembangkit non terbarukan berkoordinasi dengan komponen-komponen yang terkait untuk bersama-sama mengevaluasi keadaan yang terjadi pada unit pembangkit yang ada. Evaluasi dilakukan dengan cara membaca laporan yang ada, baik laporan harian, bulanan maupun tahunan, selanjutnya dilaksanakan evaluasi dengan melaksanakan pengukuran pada peralatan-peralatan yang harus sesuai dengan standar kelistrikan yang ada serta dengan evaluasi secara visual pada peralatan-peralatan yang ada dan dipakai seperti contoh di bawah ini.

Gambar 3.2 lampu indikator fasa T (hijau) & kipas panel kontrol tidak berfungsi

3.6.5 Pelaporan Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh tim di lapangan, maka penyidik melaporkan hasil yang di dapatkan dari kegiatan pengawasan dan evaluasi

32

dilapangan, kemudian dilaporkan ke Gubernur melalui kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan, dari hasil evaluasi tersebut seorang penyidik dapat merekomendasikan apakah suatu pembangkit dapat laik operasi atau tidak, kemudian memberikan saran-saran agar pembangkit yang selama ini tidak sesuai standar dan tidak laik operasi dapat membenahi pembangkit yang bermasalah.

33

IV PEMBAHASAN

4.1

Potensi Sumber Daya Energi yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan Keberadaan sumber daya energi di Sulawesi Selatan menyebar tidak merata,

di mana pada beberapa daerah ditemukan dalam jumlah yang relatif banyak sementara di tempat lain sangat kurang. Sumber daya energi yang sudah diidentifikasikan potensinya antara lain tenaga air, batubara, panas bumi, gas alam, biodiesel, biogas dan biofuel. Potensi sumber daya energi seperti energi pasang surut, gelombang dan energi bio belum ada data yang valid untuk dikemukakan, begitu pula teknologi yang dapat dipakai masih sulit dan mahal. Eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi, sementara ini masih berlangsung, khususnya di lepas pantai Selat Makassar dan di perairan Kabupaten Takalar. Sedangkan pengolahan minyak mentah (oil refinery) direncanakan di Kabupaten Selayar dan Kota Parepare masih menunggu realisasinya. Sehingga suplai yang ada masih dari Pulau Jawa dan Kalimantan. Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan, cadangan batubara yang ditemukan di berbagai daerah diperkirakan 36.391.000 ton. Potensi tenaga air dapat dijumpai pada 10 kabupaten, dengan jumlah lokasi 19 dan potensi listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 2,947 MW. Untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) terdapat di 15

34

kabupaten pada 20 lokasi dengan potensi sebesar 74,372 kW. Sumber daya air untuk pengembangan kelistrikan yang dapat digunakan pada pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), terdapat di 14 kabupaten pada 165 lokasi dengan potensi sebesar 7,363 kW. Cadangan gas alam antara lain di lapangan Sengkang sebesar 414 BSCF (cadangan terukur) dan sebesar 199 BSCF (cadangan potensial). Jumlah cadangan total sebesar 613 BSCF. Potensi sumber daya panas bumi ditemukan pada 9 (sembilan) kabupaten, dengan kapasitas ratarata antara 100250 MW, dan satu kabupaten di antaranya yaitu Kabupaten Bantaeng dengan kapasitas 500 MW.

4.2

Pengelolaan Sumber Energi Baru dan Terbarukan di Prov. Sul-Sel Pengelolaan Energi Nasional adalah terjaminnya penyediaan energi dengan

harga wajar untuk kepentingan nasional, dengan demikian pengelolaan energi nasional khususnya di daerah Sulawesi Selatan dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan energi terutama di Sulawesi Selatan, mengelola energi secara etis dan berkelanjutan termasuk memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan, menyediakan energi yang terjangkau untuk rakyat pedesaan yang belum terjangkau energi dan untuk daerah yang belum berkembang, meningkatkan peran energi alternatif. Untuk di Provinsi Sulawesi Selatan, adapaun sumber-sumber energi baru dan terbarukan antara lain :

35

4.2.1 Potensi Tenaga Air Tenaga air merupakan salah satu potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar, tetapi pemanfaatannya masih jauh di bawah potensinya. Potensi tenaga air di daerah Sulawesi Selatan berdasarkan hasil pendataan dibagi dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: Potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA), potensi pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM), dan potensi listrik tenaga mikro hidro (PLMH). secara umum PLTA mempunyai kapasitas di atas 10 MW, PLTM berkapasitas 200 kW sampai 10 MW, dan PLTMH berkapasitas sampai 200 kW. a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Potensi tenaga air untuk PLTA diperkirakan sekitar 2,947 MW yang tersebar di 10 Kabupaten berlokasi pada 19 tempat. Dari potensi tersebut telah di kebangkan sebagai PLTA yang kapasitas total 518 MW. Adapun potensi PLTA tersebut terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Potensi PLTA Sulawesi Selatan Kabupaten Pinrang Tana Toraja Enrekang Maros Gowa Luwu Daya terpasang (MW) 443 360 656 17.3 20 240.8 Jumlah lokasi PLTA 3 2 5 1 1 2

36

Sidrap Soppeng Jeneponto Luwu Timur Jumlah

494.1 227.4 13.2 475 2,946.8

1 2 1 1 19

b.

Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTM)

Potensi tenaga air untuk PLTM diperkirakan sekitar 74,372 kW yang tersebar di 15 Kabupaten berlokasi pada 20 tempat. Dari potensi tersebut telah di kembangkan sebagai PLTM yang kapasitas total 1,820 kW. Adapun potensi PLTM tersebut terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Potensi PLTM Sulawesi Selatan Daya terpasang (kW) 6,950 17,200 1,337 250 5,000 8,700 Jumlah lokasi PLTM 3 2 1 1 2 3

Kabupaten Enrekang Soppeng Luwu Bulukumba Sinjai Tana Toraja

37

Bone Gowa Maros Barru Wajo Jeneponto Bantaeng Luwu Timur Pinrang Jumlah

1090 9200 6000 315 2700 8700 330 8000 600 74,372

1 1 1 1 1 1 1 2 1 20

c.

Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) Potensi tenaga air untuk PLTMH diperkirakan sekitar 7,362.9 kW yang

tersebar di 14 Kabupaten berlokasi pada 165 tempat. Dari potensi tersebut telah di kembangkan sebagai PLTMH yang kapasitas total 700 kW. Tabel 4.3 Potensi PLTMH Sulawesi Selatan Kabupaten Enrekang Soppeng Bulukumba Potensi (kW) 458.4 222.3 236 Jumlah lokasi PLMH 18 2 6

38

Sinjai Tana Toraja Gowa Luwu Luwu Utara Bantaeng Luwu Timur Pinrang Sidrap Bone Maros Jumlah

914 2,124.8 629.4 249 1,487.7 275 373 101.5 123 64 104.8 7,362.9

11 108 11 5 3 2 4 2 2 1 1 165

4.2.2 Potensi Tenaga Angin

Berdasarkan pengukuran energi angin yang dilaksanakan oleh BMG dan LAPAN sejak tahun 1979 didapatkan hasil pengukuran kecepatan angin di Indonesia secara umum tergolong rendah yaitu rata-rata antara 3-5 m/detik (Notosujono, 1993). Tetapi di beberapa daerah tertentu khususnya di Kawasan Timur Indonesia, kecepatan anginnya lebih dari 5 m/detik. Walaupun kecepatan angin rendah, namun sudah memadai untuk pembangkit listrik skala kecil. Sedangkan untuk daerah yang

39

kecepatan anginnya tinggi, pembangkit listrik skala besar sangat mungkin untuk dikembangkan. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin saat ini relatif masih kecil dibandingkan dengan potensi yang ada. Diperkirakan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin saat ini kira- kira 0,5 MW khususnya untuk listrik pedesaan.

Gambar 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) Skala pemanfaatan energi angin pada umumnya dikelompokkan dalam skala kecil, menengah dan besar sebagai berikut: Tabel 4.4 Skala Kapasitas Potensi Tenaga Angin Kelas Kapasitas Kelas (kW) Skala Kecil Skala Menengah Skala Besar s/d 10 10 100 > 100 Angin(m/det) 2.5 - 4.0 4.0 5.0 > 50 Spesifik(W/m ) < 75 150 >150 Kecepatan Daya

40

Dari hasil survei yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan di daerah pesisir bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Jeneponto dan Bulukumba) menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata angin di daerah-daerah tersebut berkisar antara 2 6 meter/detik. Potensi ini menunjukkan bahwa daerah ini dapat dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin mengingat kecepatan angin sampai 2,5 - 4 m/det dapat membangkitkan tenaga listrik sampai 10 kW. Data hasil survei tentang kecepatan angin di kedua Kabupaten tersebut oleh Dinas Pertambangan dan Energi seperti ditunjukkan pada Tabel berikut. Tabel 4.5 Potensi Tenaga Angin di Sulawesi Selatan Kabupaten Takalar Bulukumba Selayar Jeneponto Daya (Watt) 500 500 500 1000

4.2.3 Potensi Tenaga Surya

Dibandingkan dengan pembangkit konvensional seperti genset-diesel, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mempunyai beberapa keunggulan antara lain: a. Tidak memerlukan biaya energi dan bahan bakar, karena radiasi matahari dapat diperoleh secara cuma-cuma.

41

b.

Dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia dengan ketersediaan radiasi surya yang merata sepanjang tahun.

c.

Tidak menimbulkan polusi suara berupa kebisingan atau polusi buangan seperti asap.

d. e. f. g.

Memiliki faktor keamanan yang tinggi. Bersifat modular sehingga mudah dipasang dan dirancang sesuai kebutuhan. Mudah dioperasikan dan biaya perawatan rendah. Umur teknis dapat mencapai 20 tahun. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di

Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut untuk kawasan Barat dan Timur Indonesia dengan distribusi penyinaran : a. b. c. Kawasan Barat Indonesia (KBI) = 4.5 kWh/m2 hari, variasi bulanan sekitar 10% Kawasan Timur Indonesia (KTI) = 5.1 kWh/m2 hari, variasi bulanan sekitar 9% Rata-rata Indonesia = 4.8 kWh/m2 hari, variasi bulanan sekitar 9%. Potensi energi surya yang terdapat di daerah-daerah di Sulawesi Selatan dianggap merata sepanjang tahun. Dengan mengambil harga radiasi surya rata-rata sebesar 4,5 kWh/m2 sehari, maka modul fotovoltaik kapasitas 50 Wp (modul ASE50-DGF) akan memberikan keluaran energi sekitar 170 (Wh).

42

Data dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan pemanfaatan PLTS di Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah terpasang sampai tahun 2006 lebih dari 525 unit dengan kapasitas sekitar 152.2 kW. Walaupun kapasitasnya kecil dan harganya relatif mahal, pemanfaatan PLTS di masa mendatang masih sangat prospektif terutama di daerah-daerah terpencil yang tidak banyak terdapat potensi sumber energi terbarukan. Tabel 4.6. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Provinsi Sulawesi Selatan Daya/Unit Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2003 2005 2006 Total Jumlah Unit (Watt/Unit) 50 40 Sistem Hibrid 120 75 60 80 100 50 50 125.000 55 55 50 50 50 (Watt) 2,500 2,000 125,000 6,600 4,125 3,000 4,000 5,000 152,225 Total Daya

43

Gambar 4.2 Panel Surya untuk PLTS 4.2.4. Potensi Tenaga Panas Bumi

Potensi sumberdaya energi terbarukan yang juga memiliki prospek untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan adalah tenaga panas bumi atau geothermal. Berdasarkan survei Departemen Pertambangan dan Energi ditemukan potensi panas bumi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan kapasitas sekitar 800 2450 MW yang tersebar di 9 lokasi dengan kapasitas ratarata antara 100250 MW, dan satu potensi yang cukup besar di Kabupaten Bantaeng dengan kapasitas 500 MW. Dari survei yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi, diperoleh informasi mengenai daerah-daerah yang berpotensi mengandung energi panas bumi tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel. Pada daerah-daerah ini ditemukan sumber-sumber air panas bumi yang berpotensi dimanfaatkan untuk pembangkit listrik adalah panas bumi yang pada kondisi reservoar bertemperatur 200-320 oC (reservoar liquid dominated dan vavor dominated).

44

Tabel 4.7 Lokasi potensi dan kapasitas panas bumi Provinsi Sulawesi Selatan No. 1 2 3 4 5 6 7 Lokasi Luwu/Luwu Utara Kab. Tanatoraja Kab. Pinrang Kab. Sidrap Kab. Wajo Kab. Sinjai Kab. Bantaeng Total Daya Kapasitas (MW) 100-200 100-250 100-250 100-250 100-250 100-250 500 600 1950

4.2.5 Potensi Energi Bioenergi Bioenergi diturunkan dari biomassa, yaitu material yang dihasilkan oelh makhluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Provinsi Sulawesi Selatan memiliki banyak sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi. Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternative sangat sesuai diaplikasikan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang mencukupi untuk membudidayakan tanaman penghasil bioenergi a. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar nabati yang dibaut dari minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi,

45

esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternative pengganati BBM untuk motor diesel. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu, seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar. Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan. Apalagi biodiesel memliki kelebihan lain dibandingkan dengan solar, yakni: Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik, sesuai dengan isu-isu global Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai Merupakan renewable energi karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara local

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang. Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembutan

46

biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (mencapai 95%).

b.

Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi

bahan-bahan organic oleh bakteri-bakteri anaerob. Pada umumnya, semua jenis bahan organic bias diproses untuk menghasilkan biogas, tetapi hanya bahan organic (padat, cair) homogeny, seperti kotoran dan urine hewan ternak yang sesuai untuk system biogas sederhana. Sebagai bahan baku biogas, ketersediaan kotoran hewan di Provinsi Sulawesi Selatan cukup melimpah. Hewa-hewan tersebut dipelihara baik dalam jumlah besar di peternakan maupun dipelihara secara individu dalam jumlah kecil oleh rumah tangga. Berdasarkan hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat menghasilkan kotoran kering sebanyak 23.59 kg, dan seekor babi dewasa dapat memproduksi kotoran 2.72 kg/hari. Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa setiap 1 kg kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan energi sebesar 0.16 MJoule dan 1 kg kotoran babi dewasa bisa menghasilkan energi sebesar 0.31 MJoule. Tabel 4.8 Estimasi Konversi Energi Biogas No 1 Hewan Sapi Kotoran kering(kg/hari/ekor) 23.59 Nilai Kalori (MJ/kg) 0.16

47

2

Babi

2.72

0.31

Gambar 4.3 Pengumpulan kotoran hewan sebagai sumber energi biogas

4.3

Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan

Sumber energi baru dan terbarukan yang ada di sulawesi selatan berupa energi air, angin, surya, kotoran hewan dan yang lainnya dipergunakan dan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat dan pemerintah sulawesi selatan, misalnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang untuk skala besar dan masuk ke grid nasional, Pembangkit Listrik Mini dan Mikro Hidro (PLTM/PLTMH) yang di manfaatkan untuk masyarakat pedesaan yang belum terjangkau oleh listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga dibangun dan dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan yang beklum terjangkau listrik PLN dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

48

Untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi, sampai saat ini masih sebatas potensi dan eksplorasi pendahuluan yang ada dan tersebar di beberapa daerah, dan belum sampai pada tahap pembangunan pembangkit listriknya.

PLTA, PLTM/PLTMH, PLTS dan PLTB dimanfaatkan oleh masyarakat sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya akan energi,

dipergunakan dalam mendorong perekonomian masyarakat, keperluan keluarga, masyarakat, ibadah dan yang lainnya. Kehadiran energi baru dan terbarukan merupakan angin segar bagi masyarakat untuk lebih menikmati potensi-potensi alam yang ada di daerah mereka sendiri. Tidak hanya itu, energi baru dan terbarukan ini juga dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan identifikasi setiap potensi sumber daya energi terbarukan, seperti air secara lengkap di setiap wilayah, memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan, melatih masyarakat sekitar dalam merawat dan mengoperasikan pembangkit listrik, dengan adanya pembangkit energi untuk tenaga air, masyarakat bisa menggunakan sebagian airnya untuk pengairan, tambak, wisata dan lain-lain.

Kebutuhan-kebutuhan lain dari memanfaatkan energi baru terbarukan ini yaitu untuk mengkonversi dari energi fosil ke energi alternatif seperti ini, mengkonversi minyak tanah atau elpiji ke energi alternatif biogas, untuk keperluan dapur dan lain sebagainya.

49

4.4

Dampak Energi Baru dan Terbarukan. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dewasa ini sangat dianjurkan oleh

pemerintah negara ini dan dunia, dengan tujuan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan energi yang dihasilkan dari energi fosil, yang suatu saat nanti akan habis di gali dan dipergunakan oleh manusia. Untuk itulah energi baru dan terbarukan merupakan energi alternatif untuk manusia saat ini dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Potensi besar yang dimiliki oleh energi baru dan terbarukan di Indonesia dapat dijadikan penyeimbang penggunaan energy fosil yang sudah mengarah kepunahan, ini dikarenakan potensi yang dimiliki energi baru dan terbarukan diantaranya, energi air, energi angin, energi surya, sampah organic, tumbuhtumbuhan, limbah pabrik sawit, dan kotoran-kotoran binatang ternaksangat banyak dan mudah ditemukan di Negara agraris seperti indonesia. Selain itu pemamfaatan energi baru dan terbarukan akan menghasilkan berbagai macam bahan bakar yang dapat dijadikan penyeimbang energy fosil diantaranya briket, biooil, dan biogas serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan pencemaran lingkungan seperti udara, air dan tanah.

Dari pemanfaatan energi baru dan terbarukan tersebut manusia di bumi ini dapat merasakan dampak yang ada, diantaranya : a. b. c. Mengurangi adanya gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global; Melindungi kebersihan air dan tanah; Mengurangi limbah organik;

50

d. e. f. g.

Mengurangi polusi udara; Dapat menghemat pengeluaran; Membuka lapangan kerja baru; Mewujudkan peternakan yang bersih dan mengurangi pencemaran lingkungan untuk pengelolaan biogas; dan lain-lain.

51

V PENUTUP

5.1

Simpulan Energi baru dan terbarukan di Provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini telah di

manfaatkan oleh pemerintah dan masyarakat sulawesi selatan antara lain : a. b. c. d. e. Energi air; Energi surya; Energi bayu; Energi panas bumi; Energi bioenergi. Sumber energi tersebut digunakan dan dimanfaatkan dalam menghasilkan energi baru dan bersih untuk masyarakat, dari energi itulah kemudian di bangun Pembangkit Listrik Tenaga air (PLTA), Pembangkit Listrik Minihidro (PLTM), Pembangkit listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTB), potensi listrik tenaga panas bumi dan biodiesel serta biogas yang dihasilkan dari sumber bioenergi. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan di daerah Sulawesi Selatan khususnya untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil masih di tujukan untuk masyarakat yang berada pada daerah-daerah yang belum terjangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) di daerah-daerah terpencil, namun untuk yang mempunyai skala besar seperti PLTA, pemanfaatannya sudah digunakan dan difungsikan oleh PLN untuk dikelola serta dimasukkan pada grid nasional.

52

5.2

Saran-Saran Dari uraian-uraian pengelolaan dan pemanfaatan beberapa jenis sumber

energi baru dan terbarukan di atas, penulis memberikan saran-saran untuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain: a. Potensi energi baru dan terbarukan khususnya potensi energi panas bumi, penulis sarankan untuk dapat dikembangkan, karena melihat dari kebutuhan masyarakat akan energi yang begitu besar, dan potensi panas bumi ini pun diperkirakan mempunyai sumber yang begitu besar. b. Untuk sumber energi tenaga surya, sebaiknya pengelolaannya dilakukan secara terpusat bukan terpisah, karena pengelolaan secara terpisah memiliki beberapa kekurangan dibanding dengan pengelolaan secara terpusat, diantaranya adalah hasil output yang dihasilkan dari pembangkit kecil, pengawasannya akan mengalami berbagai macam kendala, karena tidak terpusat pada satu tempat, dan lain-lain.

53

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

-------------, Pengertian Definisi Pengelolaan, carapedia.com -------------, 2011, Uji laik Operasi PLTMH Sub Bahasan Elektrical, Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan, 2010, Laporan Akhir Pra Studi Kelayakan PLTMH, CV Abitama Karya Conculindo. Gubernur Sulawesi Selatan, 2001, Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 271 Tahun 2001 tentang Tata Cara Permohonan dan Pemberian Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik, Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan. Gubernur Sulawesi Selatan, 2009, Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 140 Tahun 2009 tentang Tarif Biaya Pemasangan Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik untuk Konsumen Tegangan Rendah, Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Selatan. Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

3.

4.

5.

6.

7.

54