proposal kkw marunda.docx

65
STUDY PELEDAKAN DENGAN PENGEBORAN TEGAK DAN MIRING DI PT. MARUNDA GRAHA MINERAL USULAN KERTAS KERJA WAJIB OLEH NAMA MAHASISWA : KUS MARGONO NIM : 551318 JURUSAN : TEKNIK UMUM PROGRAM STUDI : KEINSPEKTURAN DIPLOMA : III ( TIGA ) 1

Upload: innun

Post on 18-Sep-2015

296 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

STUDY PELEDAKAN DENGAN PENGEBORAN TEGAK DAN MIRING DI PT. MARUNDA GRAHA MINERAL

USULAN KERTAS KERJA WAJIB

OLEH

NAMA MAHASISWA: KUS MARGONONIM:551318JURUSAN: TEKNIK UMUMPROGRAM STUDI:KEINSPEKTURANDIPLOMA:III ( TIGA )

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALBADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALPERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEMPTK STEM - AKAMIGASCepu, Oktober 2013BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPT. Marunda Graha Mineral (MGM) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan Batubara dengan luas daerah sekitar 23.999 Ha, dan luas daerah yang diteliti yaitu Pit 8 Blok North Kawi (NK) seluas 69.93 Ha yang berada di Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan penambangan pada PT. Marundha Graha Mineral dilakukan dengan cara tambang terbuka, dengan metode Open Cut sehingga seluruh rangkaian kerja penambangan sangat dipengaruhi langsung oleh iklim dan cuaca. Saat ini Marunda Grahamineral menerapkan sistem penambangan terbuka (surface open-cut mining) yang kegiatan penambangannya meliputi : pembukaan lokasi tambang dan pembersihan lahan, pengupasan lapisan penutup, penggalian dan pengangkutan batubara. Salah satu kegiatan penambangan adalah pengupasan lapisan penutup dengan cara pengeboran dan peledakan. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji langkah-langkah apa yang ditempuh oleh PT. Marunda Grahamineral dan sejauh mana keberhasilan dalam mengatasi permasalahan Pengeboran dan Peledakan.1.2 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulis melakukan kajian study peledakan dengan pengeboran tegak dan miring yaitu :1. Sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada kaitannya Dengan permasalahan pengeboran dan peledakan. 2. Sebagai bahan masukan untuk melakukan perencanaan kegiatan pemboran dan peledakan selanjutnya yang sesuai dengan kondisi dilapangan.1.3 Perumusan MasalahAdapun permasalahan yang akan di analisis adalah :1. Mengetahui peledakan dengan pengeboran tegak dan miring 2. Mengetahui Pola peledakan dengan pengeoboran tegak dan miring1.4 Batasan MasalahPembatasan masalah pada kajian mengenai pengeboran dan peledakan ini meliputi:1. Lokasi penelitian terletak pada area tambang terbuka. 2. Pembahasan dan pemecahan masalah dibatasi pada penggunaan teknik / pola pemboran tegak dan miring.3. Penelitian hanya membahas mengenai pengaruh peledakan dengan pengeboran tegak dan miring pada tambang batubara.

1.5 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT. Marunda Graha Mineral terletak di Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Secara astronomis terletak pada 114 37 48" BT 114 51 0 BT dan 0 10 48 LS 0 37 0 LS. Lokasi tambang dapat ditempuh dari Kota Palangkaraya, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah menuju Kota Puruk Cahu melewati perjalanan darat selama kurang lebih 10 jam. Kemudian perjalanan dapat dilanjutkan melalui jalur air menyusuri sungai Barito menuju Desa Belange dengan menggunakan speed boat selama kurang lebih 1,5 jam. Setelah itu untuk menuju ke lokasi penilitian di pit 8 Blok North Kawi selama kurang lebih 1 jam melalui jalan angkut batubara.

Gambar 1.1Peta Lokasi Penambangan PT. Marunda Graha Mineral

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Tujuan utama kegiatan pemboran dan peledakan adalah untuk membongkar lapisan tanah penutup (overburden), sehingga target produksi pembongkaran overburden dapat tercapai. Dalam memilih rancangan suatu peledakan agar tujuan dari kegiatan pemboran dan peledakan tercapai, perlu ditinjau karakteristik massa batuan dan peledakan yang selama ini diterapkan.Salah satu metode pembongkaran pada batuan adalah metode pemboran dan peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk membongkar batuan dari keadaan aslinya ke dalam ukuran ukuran tertentu, guna memenuhi target produksi dan memperlancar proses pemuatan dan pengangkutan. Salah satu indikator untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan peledakan adalah tingkat fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kegiatan pemboran dan peledakan tersebut. Diharapkan ukuran fragmentasi batuan yangdihasilkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan selanjutnya. Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada kegiatan penambangan apabila : Target produksi terpenuhi (dinyatakan dalam ton/hari atau ton/bulan). Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan yang berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak (disebut powder factor). Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit bongkah (kurang dari 15 % dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan). Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak, overhang, retakan-retakan). Aman Dampak terhadap lingkungan (flyrock, getaran, kebisingan, gas beracun, debu) minimal. Untuk memenuhi kriteria-kriteria di atas, diperlukan kontrol dan pengawasan terhadap teknis pemboran guna mempersiapkan lubang ledak dalam suatu operasi peledakan. Pada lapisan penutup dilakukan dua macam peledakan, yaitu peledakan untuk produksi dan peledakan untuk jenjang akhir. Peledakan produksi bertujuan untuk membongkar lapisan penutup yang berada di atas lapisan batubara sebanyak mungkin. Peledakan untuk jenjang akhir lebih diperhatikan, karena peledakan ini bertujuan untuk membuat suatu jenjang (lereng akhir) yang relatif aman dan stabil. tersebut merupakan batas dari suatu pit. Pada batas tersebut secara teknis kegiatan penambangan masih dapat dilakukan dan dari segi ekonomis masih menguntungkan. Untuk dapat mencapai tujuan di atas, diperlukan kontrol dan pengawasan terhadap faktor yang dapat mempengaruhi suatu operasi peledakan :

2.1. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan Pada prinsipnya, pecahnya batuan akibat energi peledakan dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu : dynamic loading, quasi-static loading, dan release of loading. (gambar 2.1). 1. Proses pemecahan batuan tingkat I (dynamic loading) Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka terbentuk temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di sekitar lubang ledak serta timbulnya gelombang kejut (shock wave) yang merambat menjauhi lubang ledak dengan kecepatan antara 3000 5000 m/detik, sehingga menimbulkan tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya rekahan menjari mengarah keluar di sekitar lubang ledak.2. Proses pemecahan batuan tingkat II (quasi-static loading) Tekanan yang meninggalkan lubang ledak pada proses pemecahan tingkat II adalah positif. Apabila shock wave mencapai bidang bebas (free face) akan dipantulkan kemudian berubah menjadi negatif sehingga menimbulkan gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini lebih besar darikekuatan tarik batuan, maka batuan akan pecah dan terlepas dari batuan induknya (spalling) yang dimulai dari tepi bidang bebasnya. 3. Proses pemecahan batuan tingkat III (release of loading) Karena pengaruh tekanan dan temperatur gas yang tinggi maka retakan menjari yang terjadi pada proses awal akan meluas secara cepat yang diakibatkan oleh kekuatan gelombang tarik dan retakan menjari. Massa batuan yang ada di depan lubang ledak akan terdorong oleh terlepasnya kekuatan gelombang tekan yang tinggi dari dalam lubang ledak, sehingga pemecahan batuan yang sebenarnya akan terjadi. Umumnya batuan akan pecah secara alamiah mengikuti bidang bidang yang lemah, seperti kekar dan bidang perlapisan.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Peledakan Kegiatan peledakan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor rancangan yang tidak dapat dikendalikan dan faktor rancangan yang dapat dikendalikan. 2.2.1 Faktor Rancangan yang tidak dapat dikendalikanAdalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia, hal ini disebabkan karena prosesnya terjadi secara alamiah. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah :2.2.1.2 Karakteristik Massa Batuan Dalam kegiatan pemboran dan peledakan, karakteristik massa batuan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan fragmentasi batuan yaitu kekerasan batuan, kekuatan batuan, elastisitas batuan, abrasivitas batuan, dan kecepatan perambatan gelombang pada batuan, serta kuat tekan dan kuat tarik batuan yang akan diledakkan. Semakin tinggi tingkat kekerasan batuan, maka akan semakin sukar batuan tersebut untuk dihancurkan demikian juga dengan batuan yang memiliki kerapatan tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin berat massa suatu batuan,maka bahan peledak yang dibutuhkan untuk membongkar atau menghancurkan batuan tersebut akan lebih banyak. Elastisitas batuan adalah sifat yang dimiliki batuan untuk kembali ke bentuk atau keadaan semula setelah gaya yang diberikan kepada batuan tersebut dihilangkan. Secara umum batuan memiliki sifat ElastisFragile yaitu batuan dapat dihancurkan apabila mengalami regangan yangmelewati batas elastisitasnya. Abrasivitas batuan merupakan suatu parameter batuan yang mempengaruhi keausan (umur) dari mata bor yang digunakan untukmelakukan pemboran pada suatu batuan. Abrasivitas batuan tergantung kepada mineral penyusun batuan. Semakin keras mineral penyusun batuan maka tingkat abrasivitasnya akan semakin tinggi pula. Kecepatan perambatan gelombang pada setiap batuan berbeda. Batuan yang keras mempunyai kecepatan rambat gelombang yang tinggi, secara teoritisbatuan yang memiliki kecepatan rambat gelombang yang tinggi akan hancur apabila diledakkan dengan menggunakan bahan peledak yang memiliki kekuatan yang tinggi Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan juga digunakan dalam penggolongan terhadap mudah atau tidaknya batuan untuk dibongkar. Batuan akan hancur atau lepas dari batuan induknya apabila bahan peledak yang digunakan memiliki tegangan tarik yang lebih besar daripada kuat tarik batuan itusendiri. 2.2.1.2 Struktur Geologi Struktur geologi yang berpengaruh pada kegiatan peledakan adalah struktur rekahan (kekar) dan struktur perlapisan batuan. Kekar merupakan rekahan rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang disebabkan oleh gaya gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau penguranganbahkan kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap sama sekali tidak ada. Dengan adanya struktur rekahan ini maka energi gelombang tekan dari bahan peledak akan mengalami penurunan yang disebabkan adanya gas-gas hasil reaksipeledakan yang menerobos melalui rekahan, sehingga mengakibatkan penurunan daya tekan terhadap batuan yang akan diledakkan. Penurunan daya tekan ini akan berdampak terhadap batuan yang diledakkan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya bongkah pada batuan hasil peledakan bahkan batuan hanya mengalami keretakan. Berkaitan dengan struktur kekar ini penentuan arah peledakanmenurut R.L. Ash (1963) adalah:1. Pada batuan sedimen bidang kekar berpotongan satu dengan yang lain, suduthorizontal yang dibentuk oleh bidang kekar vertikal biasanya membentuksudut tumpul dan pada bagian lain akan membentuk sudut lancip. 2. Fragmentasi yang dihasilkan umumnya mengikuti bentuk perpotongan bidang kekar. Apabila peledakan diarahkan pada sudut runcing akan menghasilkan pecahan melebihi batas (over break) dan retakan-retakan pada jenjang.Peledakan selanjutnya menghasilkan bongkah, getaran tanah (groundvibration), ledakan udara (air blast) dan batu terbang (fly rock). Untukmenghindari hal tersebut peledakan diarahkan keluar dari sudut tumpul. 3. Jika dijumpai kemiringan kekar horizontal atau miring maka lubang ledak miring akan memberikan keuntungan karena energi peledakan berfungsisecara efisien. Jika kemiringan vertikal fragmentasi lebih seragam dapatdicapai bila peledakan dilakukan sejajar dengan kemiringan kekar. Struktur perlapisan batuan juga mempengaruhi hasil peledakan. Apabila lubang ledak yang dibuat berlawanan dengan arah perlapisan, maka akan menghasilkan fragmentasi yang lebih seragam dan kestabilan lereng yang lebih baik bila dibandingkan dengan lubang ledak yang dibuat searah dengan bidang perlapisan. Secara teoritis, bila lubang ledak arahnya berlawanan dengan arah kemiringan bidang pelapisan, maka pada posisi demikian kemungkinan terjadinya backbreak akan sedikit, lantai jenjang tidak rata, tetapi fragmentasi hasil peledakan akan seragam dan arah lemparan batuan tidak terlalu jauh. Sedang jika arah lubang ledak searah dengan arah kemiringan bidang perlapisan, maka kemungkinan yang terjadi adalah timbul backbreak lebih besar, lantai jenjang rata, fragmentasi batuan tidak seragam dan batu akan terlempar jauh sertakemungkinan terhadap terjadinya longsoran akan lebih besar .2.2.1.3 Pengaruh AirKandungan air dalam jumlah yang cukup banyak dapat mempengaruhi stabilitas kimia bahan peledak yang sudah diisikan kedalam lubang ledak. Kerusakan sebagian isian bahan peledak dapat mengurangi kecepatan reaksibahan peledak sehingga akan mengurangi energi peledakan, atau bahkan isian akan gagal meledak (missfire). Untuk mengatasi pengaruh air, digunakan bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air. Contoh bahan peledak yang tahan terhadap pengaruh air adalah Powergel. Powergel mempunyai komposisi Amonium nitrate, Fuel oil, Parafin oil, Chemical gassing, Microballons, Emulsifier. Powergel mampu bertahan didalam lubang ledak berair selama 21 hari dengan syarat batuan unreaktif. Apabila lubang ledak berada pada batuan yang reaktif maka powergel hanya mampu bertahan 12 jam (load and shoot).2.2.1. Kondisi cuaca Kondisi cuaca mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan peledakan, terutama untuk kondisi hujan. Dengan kondisi hujan maka akan sering terjadi petir, yang akan membahayakan proses peledakan, terutama untuk peledakan yang menggunakan metode listrik. 2.2.2. Faktor Rancangan yang Dapat Dikendalikan Adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh kemampuan manusiadalam merancang suatu peledakan untuk memperoleh hasil peledakan yang diharapkan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :2.2.2.1 Diameter Lubang Ledak Pemilihan diameter lubang ledak tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan. Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat sangat penting untuk memperoleh hasil fragmentasi secara maksimal dengan biaya rendah. Diameter lubang ledak berpengaruh pada penentuan jarak burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya (Gambar 2.2) Faktor faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak antara lain : Volume massa batuan yang akan dibongkar Tinggi jenjang dan konfigurasi isian Fragmentasi yang diinginkan Mesin bor yang tersedia (hubungannya dengan biaya pemboran) Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan Diameter lubang ledak berpengaruh terhadap panjang stemming. Untuk menghindari getaran tanah dan batuan terbang (flyrock), maka lubang ledak yang berdiameter besar harus mempunyai stemming yang panjang. Sedangkan jika lubang ledak berdiameter kecil maka stemming yang digunakan menjadi lebih pendek, agar tidak terjadi bongkah pada hasil peledakan. Jika stemming terlalu panjang, maka energi ledakan tidak mampu menghancurkan batuan pada daerah di sekitar stemming tersebut. Diameter lubang ledak juga dibatasi oleh tinggi jenjang. Untuk tinggi jenjang tertentu terdapat batas minimum diameter lubang ledak tertentu pula, apabila batas minimum ini tidak tercapai maka akan terjadi penyimpangan berlebihan yang bersifat merusak, yaitu pemecahan yang tidak merata di sepanjang lantai jenjang serta akan menyebabkan getaran tanah.

2.2.2.2 Kedalaman Lubang Ledak Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang diterapkan. Untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya kedalaman lubang ledak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut subdrilling.2.2.2.3 Kemiringan lubang ledak Kemiringan pemboran secara teoritis ada dua, yaitu pemboran tegak da pemboran miring. Menurut Mc Gregor K. (1967), kemiringan lubang ledak antara 10 20 dari bidang vertikal yang biasanya digunakan pada tambang terbuka telah memberikan hasil yang baik. Adapun arah pemboran dalam membuat lubang bor pada sistem jenjang ada dua macam, yaitu : 1. Pemboran dengan lubang ledak miring a. Keuntungan dari lubang ledak miring adalah : - Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relative lebih rata. - Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris lubang Ledak bagian belakang (back break). - Fragmentasi dari hasil tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik, karena ukuran burden sepanjang lubang yang dihasilkan relative lebih rata. - Powder faktor lebih rendah, ketika gelombang kejut yang dipantulkan untuk menghancurkan batuan pada lantai jenjang lebih efisien.

b. Kerugian dari lubang ledak miring adalah : - Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antar lubang ledak serta dibutuhkan lebih banyak ketelitian dalam pembuatan lubang ledak,sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat. - Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak. 2. Pemboran dengan lubang ledak tegak a. Keuntungan dari lubang ledak tegak adalah : - Pemboran dapat dilakukan dengan lebih baik dan akurat. - Kelurusan lubang bor yang seragam dapat terkontrol, karena merupakanfaktor yang penting dalam mengurang biaya pemboran dan peledakan. - Perbedaan burden dan spacing sesuai desain pada bagian bawah lubang dapat terkontrol (tidak mengalami perubahan). b. Kerugian dari lubang ledak tegak adalah : - kemungkinan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang (toe) besar. - Pada bagian atas jenjang kurang bagus karena ada back break. - Fragmentasi kurang dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak Biasa sepenuhnya tersalurkan.

2.2.2.4 Pola Pemboran Dalam penambangan suatu bahan galian yang keras dan kompak, pemberaiannya dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Keberhasilan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang bebas (free face) yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas (free face) yang harus ada pada peledakan.Peledakan dengan hanya ada satu bidang bebas (free face), disebut crater blasting, akan menghasilkan kawah dengan lemparan fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dibuat 2 bidang bebas, yaitu :a.Dinding bidang bebas, dan b.Puncak jenjang (top bench).

Selanjutnya terdapat tiga pola pemboran ya mungkin dibuat teratur, yaitu :1. Pola bujursangkar (square patterm), yaitu jarak burden dan spasi yangsama

2. Pola persegipanjang (rectangular patterm), yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih besar dibandingkan dengan burden

3. Pola zigzag (staggered patterm), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yangberasal dari pola bujursangkar maupun pola persegipanjang

Menurut hasil penelitian di lapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi peledakan yang bekerja dalam batuan (Gambar 2.8).

Baik buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh mutu lubang bor :1. Keteraturan tata letak lubang bor.Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada posisiyang sudah direncanakan. Setiap batuan akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap peledakan. Reaksi ini bervariasi sangat luas dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, perlapisan, struktur geologidan lain-lain yang selalu berubah dari titik ke titik. Tidaklah mungkin untuk menyusun suatu pola peledakan yang dapamengakomodasi semua variasi itu. Untuk itu, didalam prakteknya, lubang-lubang bor dirancang dengan pola yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi secara merata dan dengan demikian setiap kolom bahan peledak akan mempunyai beban yang sama

2. Penyimpangan arah dan sudut pemboran Hal ini perlu dicermati terutama dalam pemboran miring, pada pemboran miring maka posisi alat bor akan sangat menentukan. Walaupun tata letak lubang bor dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi altidak benar-benar sejajar dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnyamaka dasar lubang bor akan menjadi tidak teratur. Hal yang sama akandihasilkan bila sudut kemiringan batang bor juga tidak sama. Penyimpangan arah dan sudut pemboran dipengaruhi oleh :a. Struktur batuan b. Keteguhan batang bor c. Kesalahan collaring (awal pemboran)d. Kesalahan posisi alat bor

3. Kedalaman dan kebersihan lubang borLantai (permukaan) bor biasanya tidak rata dan datar sehinggakedalaman lubang bor juga tidak akan seluruhnya sama. Untuk itu areayang akan di bor sebaiknya akan disurvey dulu agar kedalaman masing-masing lubang bor dapat ditentukan. Setelah dilakukan pemboran materialbisa masuk kedalam lubang yang mengakibatkan kedangkalan lubang bor

2.2.2.5 Pola Peledakan Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubangbor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antar lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya.Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :1. Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk kotak. 2. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalahsatu sudut dari bidang bebasnya.3. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf V.

Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :1.Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak untuk semua lubang ledak. 2.Pola peledakan berurutan, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan 2.2.2.6 Waktu tunda ( delay time )Dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lainnya.Secara umum pola peledakan menunjukan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang ledak yang disebut dengan waktu tunda atau delay time. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda (delay time) pada sistem peledakan antara lain adalah:1.Mengurangi getaran 2.Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)3.Mengurangi getaran dan suara4.Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan5.Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang ledak diledakkan sekaligus. Maka akan terjadinya sebaliknya yang merugikan, yaitu peledakan yang mengganggu lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien. Mengingat area peledakan pada tambang terbuka (quarry) cukup luas. Maka peranan pola peledakan menjadi penting jangan sampai urutan peledakannya tidak logis. Urutan peledakan tidak logis biasa disebabkan oleh 1.penentuan waktu terlalu dekat2.penentuan urutan ledakannya yang salah 3.dimensi geometri peledakan tidak tepat4.bahan peledaknya kurang atau tidak sesuai dengan perhitungan.Tujuan penyalaan dengan waktu tunda adalah untuk mengurangi jumlah batuan yang meledak dalam waktu yang bersamaan, dan memberikan tenggang waktu pada material yang dekat dengan bidang bebas untuk dapat meledak secara sempurna serta untuk menyediakan ruang atau bidang bebas baru bagi baris lubang ledak berikutnya.

1. Waktu tunda antar baris Detonator tunda digunakan untuk peledakan beruntun antar baris lubang ledak, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan waktu tunda adalah sebagai berikut :tr = T x B Dimana : t R = waktu tunda (ms) T= konstanta waktu antar baris. B = Burden (m) R Konstanta waktu tunda didasarkan pada hasil peledakan yang diinginkan. Nilai konstanta waktu tunda dapat dilihat pada tabel ( 2.14 )

2. Waktu tunda antar lubang ledak Untuk menghitung besarnya waktu tunda dalam lubang ledak yang berada dalam satu baris, dapat digunakan persamaan berikut sesuai dengan Tabel 2.3.

tH = TH x S Dimana : tH = Waktu tunda antar lubang ledak (ms) TH = Konstanta waktu tunda S = Spasi (m)

2.2.2.7 Geometri Peledakan Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu suatu perencanaan peledakan dengan memperhatikan besaran-besaran geometri peledakan. Dan salah satunya dengan menggunakan teori coba-coba atau yang sering disebut dengan Geometri Peledakan Rules of Thumb (Dyno Nobel). Dasar dari penggunaan Teori Rules of Thumb adalah dari percobaan para praktisi di lapangan maupun dari produsen bahan peledak yang tujuannya ingin mempermudah dalam menentukan geometri peledakan karena geometri yang selama ini digunakan seperti R.L. Ash (1963) dan C.J. Konya (1972) menyajikan batasan range/konstanta untuk menentukan dan menghitung geometri peledakan, terutama menentukan ukuran burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan peledak., sehingga para praktisi dilapangan mencetuskan pendesainan geometri Rules of Thumb yang penggunaannya lebih simpel dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. 1. Diameter Lubang Ledak / Blast Hole Diametre Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil. Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga, dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan batuan. Begitu pula sebaliknya.Pemilihan diameter lubang ledak di didalam teori Rules of Thumb dipengaruhi oleh besarnya tinggi jenjang / bench height . Namun dalam pengamatan saya kali ini pemilihan diameter lubang ledaknya berdasarkan laju produksi yang direncanakan. Karena makin besar diameter lubang akan diperoleh laju produksi yang besar pula dengan persyaratan alat bor dan kondisi lapangan yang baik. Berikut adalah formula dari teori Rules of Thumb dalam penentuan diameter lubang ledak :Blast Hole Diametre (mm) = 15 x Bench Height (m) 2. Burden Burden dapat didefinisikan sebagai jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan jumlah baris (row) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru. Burden juga berpengaruh pada fragmentasi dan efek peledakan Burden merupakan variabel yang sangat penting dan kritis dalam mendesain peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan jenis batuan yang dihadapi, terdapat jarak maksimum burden agar hasil ledakan menjadi baik. Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecilnya lubang bor yang digunakan, secara garis besar jarak burden optimum adalah: Burden = (25 40) x Blast Hole Diameter

3. Spacing Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row). Spacing merupakan fungsi daripada burden dan dihitung setelah burden ditetapkan terlebih dahulu. Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan menyebabkan banyak terjadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stump) diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Pada Geometri Rules of Thumb menerapkan peledakan dengan pola equilateral (segitiga sama sisi) dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris yang sama.4. Subdrilling Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan pada lantai (toe), karena dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang yang akan bekerja secara maksimum. Panjang subdilling dipengaruhi oleh struktur geologi, tinggi jenjang dan kemiringan lubang ledak. Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3.

J = Kj . BHubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan : J = Subdrilling (m) Kj = Subrdilling ratio (0,2 0,4) B = Burden (m) 5. Stemming Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting), Fungsi stemming adalah : Meningkatkan confinning pressure dari gas hasil peledakan. Menyeimbangkan tekanan di daerah stemming. Mengontrol kemungkinan terjadinya airblast dan flyrock Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu stemming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden. Biasanya Kt standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock dan stress balance. Apabila Kt < 1 maka akan terjadi. Untuk menghitung stemming dipakai persamaan : T = Kt . B Keterangan : T = Stemming (m) Kt = Stemming ratio (0,7 1,0) B = Burden (m) Dimana stemming yang terlalu panjang dapat mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan menjadi lebih kecil.Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari peledakan, jika stemming terlalu panjang, maka : a. Ground vibration tinggi (getar tinggi) b. Lemparan kurang c. Fragmentasi area jelek d. Suara kurang Jika stemming terlalu pendek : Fragmentasi diarea bawah jelek Terdapat toe di floor (tonjolan di floor) Terjadi flying rock (batu terbang) d.Suara keras (noise) or (airblast) 6. Bench Height/Tinggi Jenjang Tinggi jenjang berhubungan erat dengan parameter geometri peledakan kainnya dan ditentukan terlebih dahulu atau terkadang ditentukan kemudian setelah parameter atau aspek-aspek lainnya diketahui. Tinggi jenjang maksimum biasanya dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan ukuran mangkok serta tinggi jangkauan alat muat.Umumnya peledakan pada tambang terbuka dengan diameter lubang besar, tinggi jenjang berkisar antara 10 -15 m. pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah kestabilan jenjang jangan sampai runtuh, baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan. Dapat disimpulkan bahwa dengan jenjang yang pendek memerlukan diameter lubang bor yang kecil, sementara untuk diameter lubang bor yang besar dapat diterapkan pada jenjang yang lebih tinggi. 7. Blast Hole Depth / Kedalaman Lubang Ledak Kedalaman lubang ledak sangat berhubungan erat dengan ketinggian jenjang, burden dan arah pemboran. Kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari besarnya stemming dan panjang kolom isian bahan peledak. Kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Blast Hole Depth = Bench Height + Subdrilling 8. Charge Length / Panjang Kolom Isian Bahan Peladak Bagian dari lubang tembak yang berisikan bahan peledak dan juga primer. Dalam perhitungan besarnya kolom isian bahan peledak menggunakan rumus sebagai berikut : Charge Length = = 20 x Blast Hole Diametre9. Powder Factor (PF) Powder factor adalah perbandingan antara jumlah bahan peledak dengan berat batuan yang diledakkan. Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut: PF = 0.5 1 Kg per Square Meter of Face

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Metodiologi PenulisanMetode penelitian berdasarkan hasil kegiatan selama penelitian di PT.MARUNDA GRAHA MINERAL yaitu : 1. Studi literatureDengan mengumpulkan data-data yang ada kaitannya dengan kegiatan peledakan maupun hasil pengamatan selama dilapangan. 2. Pengumpulan data Data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini dikumpulkan dengan cara :1. Pengambilan data primer (pengamatan lapangan), dilakukan dengan cara mengamati secara langsung kegiatan pemboran dan peledakan dilapangan.2. Pengambilan data sekunder :a. Literaturb. Kesampaian Daerah c. Peta Geologid. Curah Hujane. Data Produks3. Interview (Wawancara)Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada operator dilapangan dan Group Leader yang menangani kegiatan pemboran dan peledakan pada PT. MARUNDA GRAHA MINERAL beserta staf dan kontraktornya3.2 KERANGKA PEMIKIRANKerangka kegiatan yang dimaksudkan agar dapat mencapai tujuan dan manfaat yang diinginkan selama KKW ini adalah : Orientasi umum kegiatan, yaitu pengenalan tahap tahap kegiatan dalam proses pengeboran dan peledakan. Pemilihan dan pengenalan peralatan, yaitu pemilihan peralatan dan pengenalan tehadap peralatan peralatan yang akan digunakan. Pengamatan geologi lapangan, yaitu pengenalan dan pengambilan data geologi lapangan/lokasi yang akan diledakkan. Tahapan tahapan dalam peledakan, yaitu tahapan tahapan yang akan diikuti secara langsung di lapangan slama melaksanakan KKW. Diskusi materi, yaitu proses tanya jawab yang dilakukan kepada instruktur di lapangan mengenai data data yang diperoleh selama Praktek di lapangan sebagai bahan dalam penyusunan laporan. Diantaranya ; Evaluasi data yang diperoleh selama praktek, mulai dari pengambilan data geologi lapangan sampai dengan tahap akhir. Factor factor rencana dalam pelaksanaan pemboran dan peledakan. Estimasi biaya digunakan dalam proses pemboran dan peledakan Perhitungan produksi batuan yang dihasilkan dari hasil peledakan. Penyusunan laporan, yaitu penyusunan dan pengolahan data yang diperoleh selama praktek lapangan sebagai syarat dalam pelaksanaan KKW.

7

Penelitian SelesaiHasil PenelitianData PrimerPengeboran TegakDiameter Lubang LedakTinggi JenjangBurdenSpacingStemingKolom Isian HandakKemiringanKegiatan PenambanganPembongkaran PeledakanPemuatanPengangkutanPertambangan BatubaraGambar1. Kerangka PemikiranPengolahan DataPengeboran MiringDiameter Lubang LedakTinggi JenjangBurdenSpacingStemingKolom Isian HandakKemiringanLiteraturKesampaian Daerah Peta GeologiCurah HujanData ProduksiData Sekunder

DATA DATA YANG DIPERLUKANNODATAPEMBORAN TEGAKPEMBORAN MIRING

1.2.3.4.5.6.7.8.9.

DIAMETERLUBANG LEDAKTINGGI JENJANGBURDENSPACINGSTEMINGKOLOM ISIAN HANDAKKEDALAMANKEMIRINGANPOLA PEMBORAN

1. PERBANDINGAN PEMBORAN TEGAK DAN MIRING

2. PENYAJIAN HASIL PENELITIANNOURAIANPEMBORAN TEGAKPEMBORAN MIRING

1.2.3.4.

PRODUKSIFLY ROCKBACK BREAKFRAGMENTASI

3.3 JADWAL KEGIATANJadwal kegiatan yang direncanakan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah :

No

Uraian KegiatanTahun 2013

Desember

Minggu IMinggu IIMinggu III

123456123456123456

1Orientasi umum kegiatan

2Pengenalan peralatan

3Pengamatan geologi lapangan

4Tahapan tahapan kegiatan dalam pengeboran dan peledakan

5Diskusi materi

6Penyusunan laporan

7Persiapan pulang

Keterangan :: Sedang melaksanakan kegiatan(disesuaikan dengan jadwal pada Perusahaan)

BAB IVPENUTUPDalam rangka menyelesaikan Kertas Kerja Wajib (KKW), maka besar harapan saya untuk dapat diberikan izin untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja ini di PT. MARUNDA GRAHA MINERAL KALIMANTAN TENGAH, khusus pada Tambang Terbuka.Bersama dengan ini, maka penyusun melampirkan beberapa persyaratan sebagai bahan pertimbangan, antara lain sebagai berikut :1. Riwayat Penyusun2. Surat Pengantar Dari Kampus (STEM AKAMIGAS)3. Lembar persetujuan Proposal KKW

Demikian proposal KKW ini dibuat, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

RIWAYAT MAHASISWA

A. BIODATANama Lengkap: KUS MARGONONIM: 551318Tempat/Tanggal Lahir: Pemalang,29 Juli 1973Alamat: Asrama Cepu, Jln Ngareng No. 1 Blora Jawa TengahAgama: IslamFakultas/Jurusan : Teknik/Pertambangan UmumSemester/Angkatan: I/2013Jenjang : Inspektur Pertambangan (ISP)Stasus Kemahasiswaan : Tugas Belajar

B. RIWAYAT PENDIDIKAN1. Sekolah DasarNama: SD Negeri I Randudongkal PemalangAlamat: Randudongkal - PemalangLulus : Tahun 19862. SLTPNama: SLTP N 3 Randudongkal - PemalangAlamat: Jln Raya Warungpring - PemalangLulus: Tahun 19893. SLTANama: SMU PGRI Randudongkal - PemalangJurusan: IPAAlamat: Jln. Lapangan Randudongkal - PemalangLulus: Tahun 19924. Perguruan TinggiNama: Sekolah Tinggi Energi dan Mineral (STEM) AKAMIGASJurusan: Teknik Pertambangan Umum (ISP)Alamat: Jln. Gajah Mada Nomor. 38 Cepu Blora - JatengDiterima: Tahun 2011/2012

LAMPIRANPROGRAM STUDI KEINSPEKTURAN TAMBANG III

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

1.Pelaksana / Penyusun

a)Nama :KUS MARGONO

b)Prodi:Keinspekturan Tambang

c)Perguruan Tinggi:Perguruan Tinggi Kedinasan Sekolah Tinggi Energi Dan Mineral-AkamigasPTK STEM-AKAMIGAS

e) unit asalDinas Pekerjaan Umum bidang SDAM & E Pemerintah Kabupaten Pemalang Prop.Jawa Tengah

2.Tempat Pelaksanaan

a) Tempat:PT.MARUNDAGRAHA MINERAL

3.Waktu Pelaksanaan

a) Waktu:

Cepu,....................2013Mengetahui,Ka.Prodi,Hormat Saya

.................................... KUS MARGONO

DAFTAR PUSTAKA

1. Ash. R.L. (1963), The Mechanics of Rock Breakage, Pit and Quarry Magazine. 2. Doddy Syahrial, (2010), Analisa Geometri Peledakan 3. Dyno Nobel, (1995), Efficient Blasting Techniques, Blast Dynamics. 4. Hustrulid W., (1999), Blasting Principles For Open Pit Mining. Colorado School of Mines, Golden, Colorado, USA. 5. Jimeno C.L. and Jimeno E.L., (1995), Drilling and Blasting of Rocks, Balkema/ Rotterdam/ Brookfield. 6. J Naapuri., (1988), Tamrock, Surface Drilling And Blasting, Norway. 7. Koesnaryo.S. (1988), Rancangan Peledakan Batuan, Jurusan Teknik 8. Mc Gregor K. (1967), The Drilling Of Rock, CR Books Ltd, A Maclaren Company, London. 9. Singgih Saptono, (2006), Teknik Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta. 10. Yulian Haribowo (2006), Skripsi, Penggunaan Lubang Bor Miring Pada Daerah Floor Batubara Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta.