kloramfenikol

3
Kloramfenikol (kemicetin) Antibiotikum broadspektrum ini berkhasiat terhadap hampir semua kuman Gram-positif dan sejumlah Gram-negatif, juga terhadap spirokhaeta, chlamydia trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadap suku Psedeomonas, Proteus dan Enterobacter Khsiatnya bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan staph. Aureus berdasarkan pertintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol bekerja bakterisid terhadap Str. pneumoniae, Neiss. meningitides dan H. influenzae. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus (Salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae), juga pada infeksi anerob yang sukar dicapai obat, khususnya abces otak oleh B. fragilis. Untuk infeksi tersebut juaga tersedia antibiotika yang lebih amandengan efektivitas sama. Penggunaan topikal . kloramfenikol digunakan sebagai salep 3% dan tetes/salep mata 0,25-1% sebagai pilihan kedua, jika fusidat dan tetrasiklin tidak efektif. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap, dengan BA 75-90%. Difusi kedalam jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu. Kadar dalam CSS tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain, juga bila tidak terdapat meningitis. PP-nya lebih kurang 50% plasma t1/2-nya rata-rata 3 jam. Dalam hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukuronida inaktif. Bayi yang baru dilahirkan belum meiliki sistem perombakan secukupnya, sehingga mudah mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama berupa metabolit inaktif dan lebih kurang 10% secara utuh.

Upload: renaldi-mcjimmy

Post on 04-Jul-2015

420 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kloramfenikol

Kloramfenikol (kemicetin)

Antibiotikum broadspektrum ini berkhasiat terhadap hampir semua kuman Gram-

positif dan sejumlah Gram-negatif, juga terhadap spirokhaeta, chlamydia trachomatis dan

Mycoplasma. Tidak aktif terhadap suku Psedeomonas, Proteus dan Enterobacter

Khsiatnya bersifat bakteriostatis terhadap Enterobacter dan staph. Aureus berdasarkan

pertintangan sintesa polipeptida kuman. Kloramfenikol bekerja bakterisid terhadap Str.

pneumoniae, Neiss. meningitides dan H. influenzae.

Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain,

yaitu pada infeksi tifus (Salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae), juga

pada infeksi anerob yang sukar dicapai obat, khususnya abces otak oleh B. fragilis. Untuk

infeksi tersebut juaga tersedia antibiotika yang lebih amandengan efektivitas sama.

Penggunaan topikal . kloramfenikol digunakan sebagai salep 3% dan tetes/salep mata 0,25-

1% sebagai pilihan kedua, jika fusidat dan tetrasiklin tidak efektif.

Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap, dengan BA 75-90%. Difusi kedalam

jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu. Kadar dalam CSS

tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain, juga bila tidak terdapat meningitis. PP-nya

lebih kurang 50% plasma t1/2-nya rata-rata 3 jam. Dalam hati, zat ini dirombak 90% menjadi

glukuronida inaktif. Bayi yang baru dilahirkan belum meiliki sistem perombakan

secukupnya, sehingga mudah mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui

ginjal, terutama berupa metabolit inaktif dan lebih kurang 10% secara utuh.

Rasa esternya (palmitat dan stearat) tidak pahit berlainan dengan kloramfenikol sebagai

basa, maka sering digunakan untuk sediaan suspensi. Ester inaktif ini dalam usus dihidrolisa

oleh enzim lipase dan menghasilkan basa aktif kembali. Syarat penting untuk dihidrolisa

lengkap adalah paticle size serbuk yang digunakan untuk membuat suspensi, yaitu harus

berbentuk micro-fine (= 1-5 mikron). Untuk injeksi dipergunakan garam-Na dari ester

suksenat yang mudah larut dan dalam jaringan dirombak menjadi kloramfenikol aktif.

Efek samping : umum berupa antara lain angguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer,

radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang

(myelodepresi) yang dapat tampak dalam dua bentuk anemia, yakni :

a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit dan granulosit) yang

timbul dalam waktu 5 hari sesudah dimulai terapi. Gangguan ini tergantung dari dosis

serta lamanya terapi dan bersifat reversibel.

Page 2: Kloramfenikol

b. Anemia aplastis, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan

pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes matatidak boleh digunakan

lebih dari 10 hari. Myelodepresi ini tidak reversibel dan terjadi agak jarang (1 : 4.000-

50.000), tetapi sering kali bersifat fatal.

Perhatian : pada pengobatan lama dengan dosis tinggi sebagaimana halnya pada terapi tifus,

gambaran darah perlu dimonitor. Resistensi dapat timbul dengan agak lambat (tipe banyak

tingkat), tetapi resistensi ekstra-kromosomal melalui plasmid juga terdapat, antara lain

terhadap basil tifus perut.

Kehamilan dan laktasi. Penggunaannya tidak dianjurkan, terutama pada minggu-minggu

terakhir dari kehamilan, karena dapat menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neopati.

Berhubung melintasi plasenta dan mencapai air susu ibu, maka tidak boleh diberikan selam

laktasi.

Dosis : pada tifus permulaan 1-2 g (palmitat), lalu 4 dd 500-750 mg p.c. Neonati maksimum

25 mg/kg/hari dalam 4 dosis, anak-anak diatas 2 minggu 25-50 mg/kg/hari dalam dosis 2-3

dosis. Pada infeksi parah (meningitis, abces otak) i.v 4 dd 500-1.500 mg (Na-suksinat).