kompilasi sken 3.docx
TRANSCRIPT
RESUME KOMPILASI
SKENARIO 3 BLOK 3
“GENETIKA DAN HEMOPOIESIS”
ELIXIR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
SKENARIO
Sepasang calon pengantin datang ke dokter keluarga untuk melakukan konsultasi
kesehatan pranikah. Hasil pemeriksaan sebelumnya dinyatakan bahwa kedua
pasangan tersebut merupakan carrier penyakit thalasemia yang bersifat autosomal-
linked. Dokter yang memeriksa sebelumnya hanya menjelaskan bahwa penyakit
ini menyebabkan tidak efektifnya eritropoeisis, berkurangnya produksi
hemoglobin, dan terjadi hemolisis berlebihan. Kedua pasangan ini bingung
apakan mereka harus berpisah karena konsekuensi penyakit tersebut. Mereka juga
ingin menanyakan informasi yang mereka dengar bahwa kemajuan ilmu
kedokteran telah menemukan terapi gen untuk pengobatan penyakit ini.
2
POHON TOPIK
Genetika dan Hemopoiesis
Genetika
Manfaat
Penurunan sifat secara mendelian dan non mendelian
Perbedaan homozigot dan heterozigot
Analisis nomenclature dan sitogenetik
Hukum Hardy-Weinberg
Kelainan Genetik
Jumlah dan struktur kromosom
Kelainan gen tunggal autosom dominan
Kelainan gen tunggal autosom resesif
Hemopoiesis
Farmakogenetik
Metabolisme obat
Variasi respon obat
Teratogenik
Diiagnosis dan terapi genetik
Konsultasi dan identifikasi genetik
Deteksi carrier
Diagnosis presimptomatik
Pemeriksaan keayahan
Etik genetika dan sosial budaya
3
I. KLARIFIKASI ISTILAH
Thalasemia
Suatu penyakit kelainan darah bawaan yang ditandai dengan
kondisi sel eritrosit yang mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari
sel eritrosit normal (120 hari) yang disebabkan oleh kegagalan
pembentukan rantai hemoglobin sebagaimana mestinya.
Kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai
oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin
atau lebih, diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (α,β,γ).
(Dorland)
Hemopoiesis
Proses pembentukan sel-sel darah di dalam tubuh, meliputi
perkembangan sel darah tersebut mulai dari bentuk mudanya hingga
menjadi sel dewasa dan beredar dalam tubuh.
Konsultasi Kesehatan Pranikah
Suatu pemeriksaan yang dilakukan pasangan yang akan menikah
untuk mendeteksi adanya kelainan gen dan penyakit menular untuk
mencegah risiko penularan atau diturunkan kelainan pada anak.
Carrier
Individu dengan genotipe heterozigot di mana alel resesifnya tidak
menunjukkan fenotipe karena tertutup oleh alel dominan.
Seseorang yang memiliki bibit penyakit tapi tidak menunjukkan
gejala karena gen yang dibawa resesif sehingga tidak dapat
mengekspresikan fenotipe resesif dan dapat mewariskan pada
keturunannya.
Autosomal-linked
Tipe pewarisan sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom, sehingga dapat dijumpai pada jantan maupun betina karena
keduanya memeiliki autosom. Sifat keturunan ini terpaut pada sel
tubuh.
Eritropoiesis
4
Proses pembentukan sel darah merah, baik secara intramedular
maupun ekstramedular, yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon
eritropoietin. Pada janin dan bayi proses ini berlangsung di limpa dan
sumsum tulang, namun pada individu yang lebih tua proses ini terbatas
berlangsung di sumsum tulang saja. Pembetukan dimulai dari se yang
paling muda (rubiblast) sampai terbentuk eritrosit matang.Eritropoesis
dipengaruhi oleh eritroprotein, suatu protein yang diproduksipada
korteks ginjal.
Hemoglobin
Molekul yang terdiri dari kandungan heme dan globin yang kaya
akan zat besi dan berada di dalam eritrosit, berperan untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Pigemen pembawa oksigen pda
eritrosit dibentuk oleh eritrosit yang sedang berkembang didalam
sumsum tulang.Sebuahhemoprotein tersusun atas 4 rantai polipeptid
globin yang berbeda dan mengandng sekitar 41 hinga 146 asam
amino.Hb A merupaka hemoglobin dewasa dan Hb F merupakan
hemoglobin feta
Hemolisis
Peristiwa kerusakan atau penghancuran eritrosit karena adanya
gangguan integritas membran sel darah merah yang menyebabkan
pelepasan hemoglobin menuju cairan di sekelilingnya hingga berada
dalam plasma.
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin sebelum waktunya.
Hemolisis Berlebihan
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan
integritas membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan
hemoglobin sebelum waktunya secara berlebihan.
Terapi Gen
5
Suatu teknik terapi yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen
mutan, yang bersifat abnormal atau cacat, yang dapat berpengaruh
terhadap terjadinya suatu penyakit pada individu.
Suatu terapi dalam ilmu kedokteran yang bertujuan untuk mengganti
gen yang bermutasi atau yang hilang dengan gen yang benar agar dapat
berfungsi dengan baik lagi (Patofisiologi Sylvia)
Pengobatan/pencegahan penyakit melalui transfer bahan genetik ke
tubuh pasien. Melalui terapi gen bukan gejala yang diobati tetapi
penyebab munculnya penyakit.
II. TUJUAN BELAJAR
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar genetika
2. Menjelaskan genetika populasi
3. Menjelaskan tentang kelainan genetic
4. Menjelaskan tentang farmakogenetik
5. Menjelaskan tentang konsultasi & identifikasi genetic
6. Menjelaskan proses hemopoiesis
7. Etika dalam genetika serta aspek sosial budaya
III. PEMBAHASAN TUJUAN BELAJAR
A. Prinsip Dasar Genetika
Genetika berasal dari Bahasa Latin GENOS yang berarti suku bangsa atau
asal usul. Dengan demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari
bagaimana sifat keturunan ( hereditas ) yang diwariskan kepada anak cucu,
serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya.
Menurut sumber lainnya, Genetika berasal dari Bahasa Yunani GENNO
yang berarti melahirkan.Dengan demikian genetika adalah ilmu yang
mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat
pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
1. Terminologi Genetika
6
Gen adalah suatu unit transkriptional, suatu bagian dari DNA yang
akan ditranskripsikan untuk menghasilkan RNA. Gen-gen yang
akhirnya ditranslasikan menjadi protein disebut gen fungsional.
Alel adalah anggota dari sepasang gen.. Seseorang yang memiliki alel
yang sama pada sepanjang kromosom disebut homozigot. Seseorang
yang memiliki alel yang berbeda disebut heterozigot.
Lokus adalah tempat khusus bagi gen dan tempat pasangannya pada
kromosom
Genotip adalah sifat dasar yang tak tampak dan tetap (tidak berubah-
ubah karena lingkungan)
Fenotip adalah sifat keturunan yang dapat kita amati /lihat. Misalnya:
warna, bentuk, ukuran. Fenotip merupakan resultan dari genotip dan
lingkungan.
Kromosom adalah benang kromatin yang memendek dan menebal.
Kromosom manusia dibedakan atas 2 tipe :
a. Autosom, ialah kromosom biasa, yang tidak berperan menentukan
dalam mengatur jenis kelamin. Dari 46 krmosom di dalam nucleus
sel tubuh manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan
autosom.
b. Gonosom, ialah seks kromosom (kromosom kelamin), yang
berperan dalam menentukan jenis kelamin. Biasanya terdapat
sepasang kromosom. Melihat macamnya dapat dibedakan atas
Kromosom X dan Kromosom Y.
Benang kromatin merupakan benang fibril yang terdiri atas DNA dan
protein
Kariotip adalah set lengkap kromosom di dalam sel somatic. Pasangan-
pasangan kromosom diurutkan berdasarkan tinggi, dari yang terbesar
hingga terkecil.
2. Manfaat Ilmu Genetika
a. Dapat menjelaskan penurunan/pewarisan sifat antargenerasi
7
b. Memungkinkan manipulasi genetic dengan persilangan/perkawinan
selektif atau perubahan artifisial pada materi genetic untuk
menghasilkan makhluk dengan karakter yang diinginkan
3. Pewarisan Sifat Mendelian
3.1. Hukum Mendel 1 (Hukum Segregasi)
Hukum Mendel I (The Law of Segregation of Allelic Gene (Hukum
Pemisahan Gen yang Sealel)): “Pada waktu pembentukan gamet, terjadi
segregasi atau pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid menjadi
haploid, sehingga tiap gamet hanya menerima sebuah gen atau satu alel
saja.”
Hukum Mendel I hanya berlaku untuk persilangan monohibrid,
yaitu persilangan individu dengan satu sifat beda, seperti pada kasus bunga
ungu (UU) disilangkan dengan bunga putih (uu) yang akan menghasilkan
keturunan F1 berupa bunga ungu dengan genotip (Uu) 100%.
Contoh :
Generasi 1
P1 Fenotip : tanaman berbunga ungu >< tanaman berbunga putih Genotip : UU uu
Gamet : U u
F1 100 % Uu
(Tanaman anakan berbunga ungu)
Generasi 2
P1 Fenotip : tanaman berbunga ungu >< tanaman berbunga ungu
Genotip : Uu Uu
Gamet : U, u U, u
F2 : UU, Uu, Uu, uu.
75% Uu tanaman anakan berbunga ungu
25% uu tanaman anakan berbunga putih
3.2. Hukum Mendel 2
8
Hukum Mendel II (The Law of Independent Assortment of Genes
(Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas)): “Pengelompokan alel secara
bebas terjadi pada saat meiosis berlangsung.”
Hukum Mendel II berlaku untuk persilangan dihibrid, yaitu
persilangan individu dengan lebih dari satu sifat beda sehingga
menghasilkan dua karakter yang berlainan, penurunan sifat yang satu tidak
tergantung pada sifat lainnya.
Contoh :
Generasi 1
P1 Fenotip : tanaman berbiji bulat, >< tanaman berbiji keriput,
berwarna kuning berwarna hijau
Genotip : BBKK bbkk
Gamet : B, K b,k
F1 100 % BbKk
(Tanaman berbiji bulat, berwarna kuning)
Generasi 2
P1 Fenotip : tanaman berbiji bulat, >< tanaman berbiji keriput,
berwarna kuning berwarna kuning
Genotip : BbKk BbKk
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
Berdasarkaan diagram perkawinan dihibrid tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perbandingan fenotip anakan F2 dari
persalingan dihibrid adalah sebagai berikut.
9/16 adalah bulat kuning
3/16 adalah bulat hijau
3/16 adalah keriput kuning
1/16 adalah keriput hijau
Diperoleh perbandingan : 9 : 3 : 3 : 1
9
3.3. Pola Pewarisan Non-Mendelian
3.3.1. Pewarisan Mitokondria
Mitokondria mengandung suatu kromosom melingkar yang terdiri
dari DNA mitokondria (mtDNA). Sejumlah kecil gen terletak di
mtDNA. Silsilah pada penyakit-penyakit genetic mitokondria secara
eksklusif memperlihatkan pewarisan maternal. Contoh:
Penyakit Leber (neuropati optikus herediter Leber)
Ditandai dengan gangguan pengliahtan sentral bilateral akibat
kematian saraf optikus.
Sindrom Kearns-Sayre
Ditandaii dengan degenerasi retina, blok jantung, dan kelemahan
otot.
3.3.2. Genomic Imprinting
Didefinisikan sebagai ekspresi suatu alel, bergantung pada dari
orang tua mana alel tersebut berasal. Contoh: Sindrom Angelman dan
Sindrom Prader-Willi. Pewarisan delesi kromosom 15 parental ayah
menyebabkan sindrom Prader-Willi, sedangkan pewarisan delesi dari
ibu menyebabkan sindrom Angelman.
3.3.3. Ekspansi Pengulangan Triplet
Ditandai dengan peningkatan pengulangan triplet nukleotida.
Contoh:
Penyakit Huntington (PH)
Terletak pada kromosom 4. Mutasi gen ini menyebabkan
peningkatan jumlah pengulangan CAG sebanyak 11 hingga 25 kali.
3.3.4. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
a. Tautan gen
Tautan gen terjadi jika gen-gen yang terletak pada kromosom
yang sama tidak memisahkan diri pada saat pembelahan meiosis.
Hal ini merupakan salah satu penyebab penyimpangan hukum
Mendel. Contoh jika individu bergenotip AaBb mengalami tautan,
maka gamet yang terbentuk hanya AB dan ab.
10
b. Pindah Silang
Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa bertukarnya
gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya saat
meiosis I. Crossing over menghasilkan kombinasi baru dari sifat
parentalnya.
c. Determinasi seks
Penentuan jenis kelamin berdasarkan tipe kromoom:
1. Tipe XX (betina) dan XY (jantan), contoh manusia, mamalia,
Drosophila
2. Tipe XX (betina) dan XO (jantan),contoh belalang, jangkrik,
kecoa
3. Tipe ZW (betina) dan ZZ (jantan), contoh kupu, ikan, unggas
4. Tipe diploid (betina) dan haploid (jantan), contoh lebah dan
semut
d. Tautan seks
Tautan seks (sex-linked) adalah tergabungnya suatu sifat pada
kromosom seks, biasanya kromosom X. Contoh pada sifat buta
warna dan hemofilia.
e. Gen letal
Gen yang dalam keadaan homozigot dapat menyebabkan
kematian. Ada dominan ayam creeper (tubuh normal kaki
pendek), dan resesif letal contohnya ichtyosis congenita (kulit
tebal, banyak luka).
f. Backcross
Backcross adalah mengawinkan F1 dengan salah satu
induknya (P) baik induk homozigot dominan maupun resesif.
Tujuannya adalah untuk mengetahui genotipe induknya. Biasanya
genotipe induk belum diketahui dan baru dapat diketahui setelah
dilakukan backcross.
Contoh :
F1 (Kk) >< Induk (?)
11
(kuning) (putih)
Gamet K k
K k
Hasil Kk kk
(kuning) (putih)
Karena hasilnya kuning : putih = 1 : 1, berarti induknya bergenotipe kk
F1 (Kk) >< Induk (?)
(kuning) (kuning)
Gamet K K
K K
Hasil KK Kk
(kuning) (kuning)
Karena hasilnya kuning 100% berarti induknya bergenotipe KK
g. Testcross
Testcross adalah mengawinkan suatu individu hasil persilangan
yang belum diketahui genotipenya dengan salah satu induknnya yang
homozigot resesif. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
individu yang diuji tersebut homozigot atau heterozigot.
Contoh :
(?) >< bb
(bulat) (keriput)
Gamet B b
B b
Hasil Bb bb
(50% bulat) (50% keriput)
Jika hasil keturunannya bulat : keriput = 1 : 1 maka individu tersebut
heterozigot
(?) >< bb
(bulat) (keriput)
12
Gamet B b
Hasil Bb
(bulat = 100%)
Jika hasil keturunannya bulat 100% (berfenotipe sama) maka individu
tersebut homozigot.
3.4. Perbedaan Homozigotik dengan Heterozigotik
Homozigot, merupakan suatu sifat individu yang genotipnya terdiri
dari gen yang sama dari tiap jenis gen, seperti AA, bb, CCdd, dan lain-
lain.
Heterozigot, merupakan suatu sifat individu yang genotipnya terdiri
dari gen-gen yang berlainan dari tiap jenis gen, seperti Aa atau AaBb.
4. Analisis Sitogenik
Analisis sitogenetik adalah analisis untuk menilai jumlah dan
integritas suatu kromosom. Menggunakan sel yang sedang membelah dan
dihentikan pada saat metaphase menggunakan high resolution metaphase
banding untuk mendiagnosis delesi kecil. Karena pada saat metaphase dapat
dilihat jumlah kromosom dan beberapa kelainan seperti delesi.
5. Genetika Populasi
Genetika Populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari
gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari
keturunan pada tingkat populasi
Hukum Hardy-Weinberg adalah suatu rumus yang dapat menjelaskan
mengenai mekanika evolusi dalam populasi. Hukum ini dapat
menggambarkan perimbangan genotipe yang berbeda akan tetap sama
sepanjang waktu.
5.1 Syarat Berlakunya hukum Hardy-Weinberg
1. Jumlah anggota yang besar dalam suatu populasi. Karena
penyimpangan genetika tidak terlalu berpengaruh terhadap anggota
populasi dalam jumlah yang besar.
2. Perkawinan secara acak. Hal tersebut karena perkawinan acak
dapat menghasilkan variasi genotipe yang lebih besar. Perkawinan
13
tidak acak hanya akan menghasilkan genotipe tertentu saja yang
bertahan.
3. Tidak ada pilihan/pengaturan atau faktor lain yang dapat merubah
frekuensi gen (contoh: mutasi, seleksi alam, aliran gen)
5.2. Frekuensi Alel
Persamaan Hukum Hardy-Weinberg adalah :
Bila frekuensi alel A = p, frekuensi alel a = q
Maka frekuensi genotip AA = p2
frekuensi genotip Aa = 2pq
frekuensi genotip aa = q2
Maka susunan dari ketiga frekuensi genotip di atas adalah (p + q)2 = p2 +
2pq + q2 = 1
5.2.1. Frekuensi Alel Ganda
Persamaan p+q = 1 hanya berlaku apabila terdapat 2 alel pada suatu lokus
tertentu pada autosom di dalam suatu populasi. Apabila lebih banyak alel
terlibat maka dalam persamaan harus ditambahkan lebih banyak symbol.
Misalnya pada golongan darah sistem ABO dikenal 3 alel yaitu IA, IB, I0.
Andaikan p menyatakan IA, q menyatakan IB, dan r menyatakan I0, maka
persamaannya menjadi: p+q+r=1. Alel ganda mengadakan equilibrium
dengan cara yang sama seperti yang berlaku untuk sepasang alel. Hukum
Hardy-Weinberg untuk golongan darah sistem ABO berbentuk sebagai
berikut:
p2IAIA + 2prIAI0 +q2IBIB + 2qrIBI0 +2pqIAIB +r2I0I0
5.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Gen
a. Mekanisme Pemisahan
Berupa :
Letak geografis /fisis( jarak yang berjauhan/terpisahnya populasi
oleh samudra/pegunungan)
Mekanisme lain yang menghalangi penukaran gen antarapopulasi
dalam daerah yang sama
14
Bercampurnya gen-gen dalam populasi lain dapat menyebabkan
bahw afrekuensi gen dalam satu populasi dapat berubah
b. Mutasi
Perubahan dalam genotype suatu individu yang terjad isecara tiba-
tiba dan secara random
Menyangkut perubahan yang terjadi pada bahan genetic
T bemutasi menjadi t maka jika terjadi berulang-ulang T besar akan
musnah dari populasi
t bermutasi menjadi T maka dapat memperlamabt hilangnya T dari
populasi
c. Seleksi Alam
Populasi mengadakan perkawinan secara random
d. Random Genetic Drift
Perubahan frekuensi gen dalam populasi
Generasi ke generasi jumlah individu yang memiliki alel
tertentu( homozigot/heterozigot) dapat agak menyimpang sehingga
frekuensi gen dapat naik turun
Penyebab : Tingkah laku dan kemungkinan perkawinan dan kenyataan
p=q=0,5 perbandingan teoritis 3:1 , 1:1 , 2:1 tidak selalu didapatkan
C. Kelainan Genetik
1. Kelainan Jumlah dan Struktur Kromosom
Kelainan jumlah adalah penyakit-penyakit aneuploidi. Penyebab
utama aneuploidi adalah nondisjuction (kelainan pemisahan kromosom)
saat meiosis atau setelah pembuahan sewaktu meiosis. Nondisjuction
dapat mengenai autosomal atau pun kromosom seks. Contoh:
(1) Sindrom Down
Sindrom Down (SD) atau trisomi 21 (47,XX, + 21 atau 47,XY,
+21) adalah gangguan kromosom tersering pada kelahiran hidup.
Sekitar 1 dari 800 sampai 1 dari 900 kelahiran hidup mengidap
penyakit ini.
15
Nondisjuction kromosom 21 saat meiosis adalah penyebab SD
pada 95% kasus. Usia ibu adalah suatu faktor risiko yang besar pada
SD. Sebagai contoh, perempuan berusia kurang dari 30 tahun
memiliki risiko 1 dala 1000 mengandung janin dengan trisomi 21
dibandingkan dengan perempuan berusia 40 tahun, yang risikonya
adalah 1 dalam 100.
Pengidap SD memperlihatkan gambaran wajah yang khas,
berupa mata mnyipit ke atas, wajah rata, lipatan epikantus, dan
membesarnya lidah.
(2) Sindrom Turner
Sindrom Turner (45,X atau 45,X0) mengenai sekitar 1 dari
5000 kelahiran hidup perempuan, namun diperkirakan bahwa
sebagian besar (sampai 99%) janin dengan kariotipe ini mengalami
abortus spontan.
Nondisjuction paternal selama spermatogenesis merupakan
penyebab pada sekitar 80% kasus sindrom Turner, yang berarti
bahwa pasien ini tidak menerima satupun kromosom seks dari ayah.
Ciri-ciri:
Perempuan tanpa ovarium dan tidak mengalami perubahan seks
sekunder
Tubuh pendek
Wajah segitiga
Leher bersayap
Umumnya tidak mengalami retardasi mental
Sering mengidap cacat jantung bawaan
(3) Sindrom Klinefelter
Insidensi sindrom Klinefelter (47,XXY) adalah sekitar 1 dari
500 kelahiran hidup laki-laki, sehingga sindrom ini adalah kelainan
diferensiasi seks yang paling sering dijumpai. Ciri-ciri:
Testis kecil
Rambut tubuh jarang
16
Meningkatnya luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH)
Ginekomastia (membesarnya payudara)
Azoospermia dan infertilitas
Defisiensi mental ringan
Kontur tubuh yang feminim
a. Kelainan Struktur Kromosom
(1) Kromosom Philadelphia
Disebabkan oleh translokasi antara kromosom 9 dan 22. Kelainan ini
terdapat pada hampir 90% pasien leukemia mielogenosa kronik.
(2) Sindrom Cri Du Chat
Disebakan oleh delesi sebagian dari lengan pendek kromosom 5.
Usia harapan rata-rata para bayi ini hanya beberapa minggu.
Ditandai dengan:
Mikrosefalus
Hipotonia otot
Retardasi mental berat
Tangisan yang melengking akibat kelainan perkembangan pita
suara posterior.
2. Kelainan Gen Autosomal Dominan
Karakteristik pewarisan kelainan gen tunggal autosomal dominan:
a. Gen adalah sutu autosomal
b. Diekspresikan baik pada heterozigot (Aa) maupun homozigot (AA).
c. Laki-laki dan perempuan sama seringnya terkena
d. Riwayat keluarga vertikal dijumpai pada bagan silsilah (penyakit muncul
di setiap generasi)
e. Dari satu orang tua normal dan satu orang tua heterozigot, setiap anak
memiliki probabilitas 50% mengidap penyakit
f. Usia awitan penyakit sangat lambat
g. Ekspresi klinis sangat bervariasi
h. Sering melibatkan defek protein structural (reseptor membrane, kolagen)
17
i. Sering terjadi mutasi gen baru
j. Cenderung lebih ringan daripada penyakit resesif.
Contoh penyakit:
Akondroplasia
Hiperkolesterolemia familial
Sferositosis herediter
Penyakit Huntington
Sindrom Marfan
Neurofibromatosis tipe I
Osteogenesis imperfekta
Penyakit ginjal polikistik dewasa
Penyakit von Willebrand
3. Kelainan Gen Autosomal Resesif
Karakteristik pewarisan kelainan gen tunggal autosomal resesif:
a. Hanya terekspresikan pada homozigot (aa); heterozigot (Aa) secara
fenotipe adalah pembawa yang normal
b. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama
c. Pola pewarisan horizontal tampak pada bagan sislsilah (muncul pada
saudara kandung tetapi tidak pada orang tua)
d. Apabila kedua orang tua adalah pembawa, amaka setiap anak memiliki
probabilitas 50% menjadi pembawa, 25% mengidap penyakit, dan 25%
normal (bukan pembawa).
e. Penyakit umumnya memiliki awitan dini
f. Defek gen sering menyebabkan defisiensi enzim (kelainan bawaan
metabolisme)
g. Mutasi gen baru jarang terjadi
Contoh penyakit:
Albinisme
Buta warna
Fibrosis Kistik
Galaktosemia
18
Penyakit penimbunan glikogen
Mukopolisakaridosis
Fenilketonuria (PKU)
Anemia sel sabit
Penyakit Tay-Sachs
4. Kelainan Gen Sex-linked
a. Terkait-X
(1) Resesif
Karakteristik:
- Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan
- Ibu pembawa sifat dan ayah normal akan menghasilkan putra
dengan probabilitas 50% mengidap penyakit dan putri dengan
probabilitas 50% menjadi pembawa sifat (secara rata-rata)
- Semua anak perempuan dari ayah pengidap penyakit dan ibu
normal akan menjadi pembawa sifat
- Tidak terjadi pewarisan ayah ke putra
Contoh penyakit:
Hemophilia A
Diabetes Melitus nefrogenik
Sindrom Leseh-Nyhan
Distrofi muscular Duchene
Buta warna
(2) Dominan
Contoh penyakit:
Inkontinentia pigmenti
Hipoplasia dermis lokal
Sindroma orofasiodigitalis
Hiperamonemia karena defisiensi ornitin transkarbamilase
b. Terkait-Y
Contoh penyakit:
Hypertrichosis (tumbuhnya rambut di tepi daun telinga)
19
Disgenesis gonad, tipe XY
Pria berkulit landak
Jari-jari kaki bergelambir (webbed toes)
D. FARMAKOGENETIK DAN TERAPI
1.1 Farmakogenetik
Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan
beranekaragam (bervariasi) dari orang ke orang. Keanekaragaman
ini dipengaruhi oleh berbagai penyebab, baik yang berasal dari obat
maupun dari individu yang bersangkutan. Farmakogenetik
merupakan salah satu bidang dalam farmakologi klinik yang
mempelajari keanekaragaman (respons) obat yang dipengaruhi atau
disebabkan oleh karena faktor genetik. Atau dengan kata lain
merupakan studi pengaruh genetik terhadap respons obat.
Kepentingan dari studi farmakogenetik ini yang paling penting
adalah untuk mengetahui atau mengenali individu- individu tertentu
dalam populasi, yang dikarenakan adanya ciri-ciri genetik tertentu,
akan bereaksi atau mendapatkan pengaruh obat yang tidak
sewajarnya dibandingkan anggota populasi lain pada umumnya.
Sehingga dengan dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan agar
pengaruh yang tidak dikehendaki tidak sampai terjadi, misalnya
dengan menyesuaikan besar dosis atau dengan menghindari
pemakaian obat tertentu pada individu tertentu..
Tujuan dari farmakogenetik untuk meresepkan obat yang tepat
dengan dosis dan waktu yang juga tepat.
Manfaat klinis farmakogenetik
Dapat memprediksi respon seseorang terhadap obat
Mengembangkan pilihan obat dengan dosis yang lebih aman
Mengurangi biaya kesehatan
Dapat memperlajari dan memberikan terapi gen yang sesuai
20
Kendala : Sayangnya, tidak selamanya pedoman ini dapat
diterapkan secara praktis dalam praktek klinis sehari-hari. Hal ini
karena :
Teknik untuk mendiagnosis atau mengenali ciri-ciri genetik
tersebut tidak selalu secara praktis dapat dikerjakan dalam
praktek sehari-hari.
Beberapa bentuk efek samping yang tidak dikehendaki,
termasuk bentuk-bentuk yang berat sekalipun merupakan reaksi
abnormal individu yang bersifat idiosinkratik yang juga tidak
diketahui secara pasti faktor apa yang mempengaruhi.
Bentuk-bentuk keanekaragaman (variasi) pengaruh obat yang
disebabkan faktor genetik, walaupun banyak yang sudah
diketahui, tetapi masih banyak juga yang belum diungkapkan
sehingga selalu diperlukan penelitian-penelitian farmakogenetik
untuk mengungkapkannya.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi farmakogenetik :
1. Metabolisme Obat
Metabolisme obat terjadi di hati, yaitu di membran endoplasmic
reticulu dan cytosol. Tempat lain terjadinya metabolisme obat selain di hati
(ekstrahepatik) adalah pada dinding usus, ginjal, paru-paru, darah, otak,
kulit, dan lumen kolon.
Tujuan metabolisme obat : mengubah obat yang non polar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu.
Proses metabolisme obat akan terganggu dan dapat berkurang hingga
30-50% pada pasien penyakit hati yang parah seperti: sirosis hati, fatty liver,
dan kanker hati.
2. Variasi Respon Obat
Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan
beranekaragam (bervariasi) dari orang ke orang. Keanekaragaman ini
21
dipengaruhi oleh berbagai penyebab, baik yang berasal dari obat maupun
dari individu yang bersangkutan.
Faktor yang mempengaruhi respon obat pada tubuh manusia :
- Jenis kelamin
- Usia
- Body mass (massa tubuh)
- Diet
- Konsumsi obat lain
- Penyakit lain yang diderita
- Bahan kimia atau toksik tertentu
- Genetik
- Variasi Hubungan Dosis-Intensitas Efek Obat
Teori Pendudukan Reseptor :
“intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang
diduduki atau diikat dan intensitas maksimum jika seluruh reseptor diduduki
obat”
Contoh obat dan respon pemakaiannya :
Pada konsumsi isoniazid (obat antituberkulosis) ada perbedaan
kemampuan asetilasi dari masing-masing individu.
- Pada respon kemampuan asetilasi cepat, enzim N-asetilastransferase
kemampuannya lebih besar sehingga lebih cepat dalam bekerja. Waktu
paruh (t1/2) pendek sehingga harus berulang kali diberikan dalam dosis
besar.
- Pada respon kemampuan asetilasi lambat, enzim N-asetilastransferase
tidak sebanyak pada respon yang cepat sehingga lebih lambat dalam
bekerja. Waktu paruh (t1/2) panjang sehingga diberikan dalam dosis
rendah
Keanekaragaman Genetik Dalam Tingkat Farmakodinamika
- Kenaikan tekanan bola mata karena steroid.
22
Pada beberapa individu pemakaian steroid topikal (misalnya
deksametason 0,1%) secara berulang, dapat menyebabkan kenaikan bola
mata. Bentuk keanekaragaman genetik ini ditentukan oleh suatu gen
otosom resesif. Mekanismenya secara pasti tidak diketahui. Obat mata
yang mengandung steroid pada orang-orang dengan genotipe HH dapat
menyebabkan serangan akut glaukoma.
- Hipertermia maligna
Suatu bentuk kelainan genetik yang jarang tetapi pada umumnya
kalau muncul akan berat dan fatal. Obat penyebab adalah obat anestetika
umum, biasanya suksametonium atau halotan. Individu-individu dengan
kelainan genetik ini kalau mendapatkan anestetika tersebut akan
menderita kenaikan suhu badan yang sangat, disertai kekakuan otot
secara menyeluruh, sianosis, takikardia, keringat berlebihan, dan
kenaikan frekuensi pernafasan. gen otosom dominan.
- Ketidakmampuan mengecap feniltiokarbamid (PTC), propiltiourasil
(PTU) atau tiopenton
Ada beberapa individu secara genetik tidak mampu mengecap
pahitnya feniltiokarbamid (PTC). Bentuk keanekaragaman genetik ini
ditentukan oleh gen otosom resesif. Pada orang-orang Kaukasoid
frekuensinya kurang lebih 1/3 dari populasi. Makna klinik dari
keanekaragaman genetik ini tidak jelas benar. Walaupun seringkali
dikaitkan dengan terjadinya goiter toksik.
3. Teratogenik
Obat yang diminum setelah organ tubuh janin terbentuk sempurna,
memiliki peluang yang kecil untuk menyebabkan cacat bawaan yang nyata,
tetapi bisa menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan dan fungsi organ
dan jaringan yang telah terbentuk secara normal.
a. Obat anti kanker
- Jaringan janin tumbuh dengan kecepatan tinggi, karena itu sel-selnya
yang membelah dengan cepat sangat rentan terhadap obat anti-
23
kanker. Banyak obat anti wth retardation, hambatan pertumbuhan di
dalam rahim)
- rahang bawah yang kurang berkembang
- celah langi-langit mulut
- kelainan tulang tengkorak
- kelainan tulang belakang
- kelainan telinga
- clubfoot (kelainan bentuk kaki)
- keterbelakangan mental.
b. Talidomid
Obat ini sudah tidak diberikan lagi kepada wanita hamil karena bisa
menyebabkan cacat bawaan. Talidomid pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1956 di eropa sebagai obat influenza dan obat penenang. Pada
tahun 1962, talidomid yang diminum oleh wanita hamil pada saat organ
tubuh janinnya sedang terbentuk, ternyata menyebabkan cacat bawaan
berupa lengan dan tungkai yang terbentuk secara tidak sempurna,
kelainan usus, jantung dan pembuluh darah.
c. Pengobatan kulit
Isotretinoin yang digunakan untuk mengobati jerawat yang
berat, psoriasis dan kelainan kulit lainnya bisa menyebabkan cacat
bawaan. Yang paling sering terjadi adalah kelainan jantung, telinga yang
kecil dan hidrosefalus (kepala yang besar). Resiko terjadinya cacat
bawaan adalah sebesar 25%. Etretinat juga bisa menyebabkan cacat
bawaan. Obat ini disimpan di dalam lemak dibawah kulit dan dilepaskan
secara perlahan, sehingga efeknya masih bertahan sampai 6 bulan atau
lebih setelah pemakaian obat dihentikan. Karena itu seorang wanita yang
memakai obat ini dan merencanakan untuk hamil, sebaiknya menunggu
paling tidak selama 1 tahun setelah pemakaian obat dihentikan.
d. Hormon Seksual
Hormon androgenik yang digunakan untuk mengobati berbagai
kelainan darah dan progestin sintetis yang diminum pada 12 minggu
24
pertama setelah pembuahan, bisa menyebabkan
terjadinya maskulinisasi pada kelamin janin perempuan. Klitoris bisa
membesar dan labia minora menutup. Efek tersebut tidak ditemukan
pada pemakaian pil KB karena kandungan progestinnya hanya sedikit.
Dietilstilbestrol (des, suatu estrogen sintetis) bisa menyebabkan kanker
pada anak perempuan yang ibunya memakai obat ini selama hamil. anak
perempuan ini di kemudian hari akan:
- memiliki kelainan dalam rongga rahim
- mengalami gangguan menstruasi
- memiliki serviks (leher rahim) yang lemah sehingga bisa mengalami
keguguran
- memiliki resiko menderita kehamilan ektopik
- memiliki bayi yang meninggal sesaat sebelum atau sesaat sesudah
dilahirkan.
- jika ibu hamil yang memakai des melahirkan anak laki-laki, maka
kelak dia akan memiliki kelainan pada penisnya.
e. Meclizin
Meclizin yang sering digunakan untuk mengatasi mabok
perjalanan, mual dan muntah, bisa menyebabkan cacat bawaan pada
hewan percobaan. Tetapi efek seperti ini belum ditemukan pada
manusia.
f. Obat Anti-Kejang
Beberapa obat anti-kejang yang diminum oleh
penderita epilepsi yang sedang hamil, bisa menyebabkan terjadinya celah
langit-langit mulut, kelainan jantung, wajah, tengkorak, tangan dan organ
perut pada bayinya. Bayi yang dilahirkan juga bisa mengalami
keterbelakangan mental. 2 obat anti-kejang yang bisa menyebabkan cacat
bawaan adalah trimetadion (resiko sebesar 70%) dan asam valproat
(resiko sebesar 1%).
g. Vaksin
25
vaksin yang terbuat dari virus yang hidup tidak diberikan kepada
wanita hamil, kecuali jika sangat mendesak. Vaksin rubella (suatu
vaksin dengan virus hidup) bisa menyebabkan infeksi pada plasenta dan
janin. Vaksin virus hidup (misalnya campak, gondongan, polio, cacar air
dan demam kuning) dan vaksin lainnya (misalnya kolera, hepatitis a dan
b, influensa, plag, rabies, tetanus, difteri dan tifoid) diberikan kepada
wanita hamil hanya jika dia memiliki resiko tinggi terinfeksi oleh salah
satu mikroorganismenya.
g. Obat Tiroid
Yodium radioaktif yang diberikan kepada wanita hamil untuk
mengobati hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif) bisa
melewati plasenta dan menghancurkan kelenjar tiroid janin atau
menyebabkan hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang
berat. Propiltiourasil dan metimazol, yang juga digunakan untuk
mengatasi hipertiroidisme, bisa melewati plasenta dan menyebabkan
kelenjar tiroid janin sangat membesar.
h. Obat Hipoglikemik Oral
Obat hipoglikemik oral digunakan untuk menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes, tetapi seringkali gagal mengatasi diabetes
pada wanita hamil dan bisa menyebabkan bayi yang baru lahir memiliki
kadar gula darah yang sangat rendah (hipoglikemia). Karena itu untuk
mengobati diabetes pada wanita hamil lebih baik digunakaninsulin.
i. Narkotika & Obat Anti Peradangan Non-Steroid
Narkotika dan obat anti peradangan non-steroid (misalnya aspirin ),
jika diminum oleh wanita hamil bisa sampai ke janin dalam jumlah yang
cukup signifikan. Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotika bisa
mengalami kecanduan sebelum dilahirkan dan menunjukkan gejala putus
obat dalam waktu 6 jam - 8 hari setelah dilahirkan.
Mengkonsumsi aspirin atau obat anti peradangan non-steroid
lainnya dalam dosis tinggi selama hamil, bisa memperlambat saat
26
persalinan dan juga bisa menyebabkan tertutupnya hubungan
antara aorta dan arteri pulmoner sebelum lahir.
1.2 Terapi Gen
Gen itu terdapat dalam kromosom merupakan dasar fungsional dan
fisik dari keturunan. Perintahnya berupa sandi untuk membuat protein pada
struktur seluler. Bila terjadi perubahan dari gen, maka protein yang terbentuk
tidak lagi dapat melakukan fungsi yang normal, sehingga akan menimbulkan
kelainan genetic.
Selama ini obat dibuat dari tumbuhan, hewan dan dari bahan kimia
Para ilmuwan sekarang sudah dapat menentukan gen yang dapat menimbulkan
penyakit/kelainan . Dan sedang dipelajari pula bagaimana cara memperbaiki
atau mengganti gen tersebut, dengan menggunakan bakteri, virus yang sudah
dimodifikasi secara genetik , dan dipakai sebagai obat bahkan dapat
menggantikan organ tubuh
Usaha para peneliti untuk memperbaiki gen yang cacat
1. Memasukkan gen yang normal kedalam lokasi non spesifik diantara
genom untuk pengganti gen yang tidak berfungsi
2. Gen yang cacat diganti dengan gen yang normal melalui
rekombinasi homolugus
3. Gen yang cacat diperbaiki dengan mutasi balik yang selektif
sehingga gen kembali ke fungsi yang normal
Metode Terapi Gen:
1. Nonviral
Cara ini sering menggunakan liposom (vesikel lemak);
DNA yg mengandung gen yg diinginkan dikomplekskan dengan
liposom sehingga membentuk kompleks DNA-liposom
Kompleks DNA-liposom masuk ke dalam sel dengan endositosis
lalu membentuk vesikel intraseluler (endosom) Liposome
27
degradasi di dalam endosom dan DNA dilepaskan ke sitosol,
masuk ke dalam nucleus dan berintegrasi dengan kromosom sel
target.
Manfaat: tidak menimbulkan respon imun;
Kekurangan: efisiensi transfer gen rendah.
2. Viral
Virus yang sering digunakan: retrovirus; adenovirus dan
parvovirus. Virus yang digunakan telah dimodifikasi secara genetic
supaya tidak replikasi di dalam sel target.
Virus masuk kedalam sel dengan endositosis viral coat
membongkar lalu genom virus dilepaskan ke sitosol. Contoh: Jika
virus yg digunakan merupakan retrovirus (RNA), RNA akan di
reverse-transcribedke DNA DNA virus yang membawa gen
yang diinginkan masuk ke dalam nucleus dan berintegrasi dengan
kromosomsel target.
Manfaat: efisein untuk transfer gen ke berbagai jenis sel manusia;
Kekurangan: bisa menimbulkan reaksi imun yang tidak diinginkan.
Teknik Terapi Gen
Terapi gen adalah tehnik untuk mengoreksi gen yang cacat yang
bertanggung jawab terhadap suatu penyakit, misalnya untuk
mencegah kematian dengan penyakit kanker
Pengobatan dengan gen terapi meliputi
IMUNOTERAPI
Menggunakan sel yang telah dimodifikasi secara genetik dari
partikel virus untuk menstimulir sistem imun tubuh sehingga
mampu mengalahkan keganasan sel kanker
VIRO ONKOLITIK
Menggunakan partikel sel virus yang bereplikasi didalam sel
kanker dan menyebabkan sel kanker menjadi mati.
TRANSFER GEN
28
Tehnik ini relatif baru, dengan cara memperkenalkan gen 2 baru
yang dimasukan kedalam sel kanker atau mengelilingi jaringan
kanker sehingga dapat menghentikan pertumbuhan dan
menghancurkan sel kanker
Mekanisme Kerja Terapi Gen
Dalam terapi gen ini kita memerlukan satu molekul yang berfungsi
sebagai karier disebut sebagai vektor . Vektor inilah yang
membawa gen /DNA yang normal ke sel target pasien , dan yang
biasa dipakai sebagai vektor adalah virus yang telah diubah secara
genetik.
Virus Untuk Terapi Gen
1. Retro virus
Golongan virus yang dapat membuat rantai ganda DNA dari
genomnya dan disatukan dengan kromosom sel inangnya mis: HIV
(human defisiensi virus)
2. Adeno virus
Golongan virus dengan rantai DNA gandanya dapat menyebabkan
infeksi pada saluran pernapasan, saluran pencenaan dan
menimbulkan kematian. Misal : virus influenza
3.Adeno-assosiated virus.
Virusnya kecil mempunyai single strandid DNA dan dapat
memasukan material genetik di tempat spesifik pada kromosom 19.
4.Herpes simpleks
Golongan virus dengan rantai ganda DNA yang menginfeksi
sebagian dari sel seperti sel neuron
Kendala Terapi Gen
1. Terapi gen akan efektif bila gangguan terjadi pada gen tunggal
2. Virus yang berfungsi sebagai vektor , dalam tubuh manusia bisa
berubah sifatnya sehingga menimbulkan penyakit
29
3. Masih banyak terapi gen yang keberhasilannya pendek sehingga
perlu diulang
4. Sistem imun tubuh akan mengurangi efek terapi gen . Begitu pula
terapi gen yang berulang akan menyebabkan sistem imun tubuh
akan meningkat daya tolaknya
Aplikasi Terapi Gen
a. Target Penyakit Terapi Gen
Bagian ini menyoroti penggunaan terapi gen untuk pengobatan
berbagai kondisi turunan yang memengaruhi system imun, system
hematopoietik, hati, paru dan otot rangka.
b. Kelainan Imunodefisiensi
Terapi gen untuk pengobatan kelainan imunodefisiensi bawaan
menggambarkan penggunaan transfer gen ex vivo ke dalam sel
stem hematopoietik. Tiga macam sindrom imunodefisiensi
berbeda, yaitu defisiensi adenosine deaminase (ADA),
imunodefisiensi terkait kromosom X, dan penyakit granuloma
kronis (CGD)
c. Penyakit Hati
Hati dapat diserang berbagai macam penyakit meliputi penyakit
metabolisme, infeksi, dan neoplastic yang pada penyakit-penyakit
tersebut dapat dilakukan intervensi molecular spesifik. Penerapan
potensialnya menjadi lebih memungkinkan dengan adanya
berbagai macam metode untuk mengaktifkan transfer gen in vivo
ke hati. Penyakit-penyakit ini meliputi Hiperkolesterolemia
Familial, Hemofilia A, dan hemoglobinopati. Pada
hemoglobinopati untuk penyakit talasemia khusunya, telah
dilakukan pendekatan secara in vivo dengan menggunakan vektor
retrovirus yang membawa gen beta globin dengan berbagai segmen
daerah pengatur lokusnya (LCR) yaitu tombol utama pengatur
transkripsi seluruh kelompok gen beta globin.
d. Penyakit Paru
30
Pada penyakit paru dilakukan terapi gen dengan cara vector
transfer gen yang sangat spesifik ke epitel organ pernapasan
melalui jalan napas bronkus. Vektor yang tepat untuk penyakit
paru adalah vector adenovirus karena tropisme alamiahnya untuk
epitel organ pernapasan.Penyakit paru ini meliputi fibrosis sistik
dan defisiensi alfaR antitrypsin.
e. Otot rangka
Berbagai kelainan pada otot termasuk distrofi otot Duchenne dan
distrofi otot melingkar (limb girdle) merupakan target utama
pengembangan terapi berbasis gen. Jaringan ini dapat ditransduksi
secara local dengan penyuntikan langsung DNA plasmid polos atau
DNA yang dibawa oleh vector virus dan nonvirus. Selain metode-
metode transfer gen in vivo ini, transfer gen ex vivo yang
diperantarai mioblas juga sangat efektif.
Terapi Gen yang Sukses
Pada penderita Hemofilia, telah dilakukan suatu percobaan yang
sukses di mana menggunakan adeno-associated virus sebagai vector dalam
mengantarkan gen untuk faktor IX. Faktor IX sendiri adalah suatu protein
penggumpal darah yang hilang dalam sel hati penderita hemophilia. Hasil
dari terapi tersebut menunjukkan kebanyakan pasien telah berhasil
membuat faktor IX (oleh tubuhnya sendiri) dan mengurangi kejadian
perdarahan.
Pada kasus kelainan metabolism lemak (Lipoprotein Lipase
Disorder/LPLD), di Eropa pada tahun 2012 telah diperkenalkan dan
disetujui perederannya suatu obat bernama Glybera. Dalam obat tersebuat,
terkandung sebuah adeno-associated virus yang berfungsi untuk
mengantarkan salinan aktif dari gen penghasil Lipoprotein Lipase (LPL)
ke dalam sel otot. Gen ini mengkode protein untuk membantu pemecahan
lemak dalam darah sehingga mencegah peningkatan konsentrasi lemak
menjadi racun.
31
Beberapa terapi gen yang menyakinkan masih dikembangkan untuk
mengatasi masalah kanker. Salah satunya adalah penggunaan herpes
simplex 1 virus yang telah dimodifikasi (yang pada kondisi normal dapat
menyebabkan penyakit luka demam). Virus yang termodifikasi ini pada
penelitian tahun 2013 berhasil melawan melanoma (kanker kulit). Perwatan
yang digunakan, T-VEC, membuat virus tersebut tidak menyebabkan luka
demam, hanya membunuh sel kanker, dan membuat sinyal yang menarik
sel imun penderita sehingga dapat mengenali dan melawan sel kanker
dalam tubuh penderita.
E. KONSULTASI DAN IDENTIFIKASI GENETIK
1. Panel premarital adalah merupakan sekumpulan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan status kesehatan kedua calon mempelai,
terutama untuk mendeteksi adanya kelainan gen, penyakit menular,
menahun atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan
maupun kesehatan janin, serta untuk mencegah risiko penularan /
menurunkan pada calon anak. Sehingga sangat diperlukan.
Pemeriksaan yang dilakukan:
1. Hematologi Rutin
Manfaat :
Mengetahui kelainan hematologi (termasuk thalassemia, anemia dan
leukemia) di mana diduga ada kelainan jumlah dan fungsi sel darah
Mengetahui kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang dapat
mempengaruhi sel darah baik bentuk dan fungsinya
Membantu diagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan atau
penurunan jumlah leukosit serta hitung jenisnya
Mendeteksi penyakit perdarahan yang menunjukkan kelainan faal
hemostatis
2. Urine Rutin
Manfaat :
32
Mendiagnosis dan memantau kelainan ginjal atau saluran kemih
Menemukan penyakit metabolik atau sistemik
3. Golongan Darah (A, B, O) dan Rhesus
Manfaat :
Untuk menentukan golongan darah sebelum melakukan transfusi
Melindungi ibu atau pasien yang melakukan operasi obstetrik atau
pendarahan lainnya
4. Glukosa Puasa
Manfaat :
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pengobatan diabetes mellitus
Dapat digunakan dalam diagnosis dan penanganan beberapa gangguan
metabolik tertentu, seperti asidosis (keadaan di mana darah
mengandung terlalu banyak asam), ketosis, dehidrasi dan koma
5. HbsAg
Manfaat :
Mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis
B
Skrining donor darah
Skrining pravaksinasi
Memantau clearance virus
6. VDRL/RPR
Manfaat :
Untuk menentukan sipilis dan untuk mendeteksi antibodi terhadap
kardiolipin, kolesterol dan lesitin.
7. Gambaran Darah Tepi
Manfaat :
Menunjukkan adanya proses hemolitik. Merupakan salah satu
pemeriksaan untuk uji saring thalassemia.
8. Anti Rubella IgG, Anti Toxoplasma IgG, Anti-CMV IgG
Manfaat :
33
Untuk mendeteksi infeksi Rubella, infeksi Toxoplasma dan infeksi
Cytomegalovirus
2. Deteksi Carrier
Mengidentifikasi pembawa penyakit genetik pada keluarga atau masyarakat
yang beresiko merupakan bagian yang penting dalam pencegahan penyakit
genetik. Carrier adalah individu sehat yang membawa gen mutan untuk
penyakit genetik dalam status heterozigot sehingga dapat menurunkan sifat
pada keturunannya.
Deteksi carrier dapat dilakukan dengan cara :
a. Tanda klinis
Pemeriksaan tanda klinis penting untuk penyakit-penyakit dominan
autosom yang pada keadaan biokimiawi yang mendasari penyakit tadi
belum diketahui. Pemeriksaan klinis dapat ditambahkan dengan
penyelidikan lain, misalnya kajian fisiologi, mikroskopi, dan radiologi.
b. Analisis produk gen
Identifikasi pembawa secara biokimia dapat dimungkinkan apabila
produk gen diketahui. Pendekatan ini digunakan untuk penyakit
metabolisme bawaan akibat defisiensi enzim, maupun penyakit yang
disebabkan oleh defek protein struktur, misalnya hemofilia dan
talasemia. Tumpang tindih antara kisaran nilai pada individu heterozigot
dan individu normal akan terjadi apabila produk gen primer dapat
dianalisis dan interpretasi hasilnya biasanya sulit.
c. Kelainan biokimiawi sekunder
Apabila produk gen tidak diketahui atau belum dapat diuji, maka
identifikasi pembawa akan tergantung pada deteksi kelainan biokimiawi
sekunder, misalnya kelainan aktivitas kinase kreatin serum pada distrofi
muskuler Duchenne dan Becker. Tumpang tindih antara kisaran pada
individu normal dan pembawa sering sangat besar dan kepekaan uji jenis
ini adalah sedang-sedang saja.
d. Analisis gen
34
Analisis DNA telah membuat revolusi uji ramalan untuk penyakit-
penyakit genetik. Gen-gen untuk berbagai penyakit Mendel yang paling
penting sekarang telah dibuat petanya dan banyak yang telah dibuat klon.
Analisis mutasi secara langsung dimungkinkan untuk penyakit-penyakit
yang semakin besar jumlahnya, meliputi hemoglobinopatia, fibrosis
kistika, distrofi muskuler Duchenne, penyakit Huntington, distrofi
miotonik, dan sindrom X getas. Uji demikian memberikan hasil yang
pasti untuk uji pembawa, uji presimptomatik, dan diagnosis prenatal.
e. Melihat silsilah keluarga
Dengan melihat silsilah keluarga akan menunjukkan gejala kelainan di
dalam keluarga tersebut dan akan terlihat kemungkinan timbulnya sifat
yang diturunkan.
3. Diagnosis pre-Simptomatik
Diagnosis presimptomatik merupakan diagnosis awal sebelum munculnya
gejala untuk mengetahui sejak awal waktu bayi masih berada dalam
kandungan ibu tentang kemungkinan munculnya aneuploidi pada bayi.
Amniosintesis
Cairan amnio diambil 10-20 cc dengan jarum injeksi (pada usia
kehamilan 14-16 minggu). Kemudian dibiakkan 2-3 minggu. Setelah itu
diperiksa kromosomnya unutk dibuat kariotypenya. Metode ini memiliki
resiko prosedur 0,5%. Dapat dilakukan di trimester kedua dan dapat
diperoleh secara luas. Uji pada cairan amnion biasanya memberikan hasil
dalam 7-10 hari sedangkan yang memerlukan pembiakan sel akan
membutuhkan waktu 3-4 minggu.
USG
Ultrasonografi menggunakan gelombang frekuensi tinggi yang
dipantulkan untuk menciptakan bayangan. Lebih aman dilakukan dan
terutama dilakukan pada trimester kedua.
Pada trimester pertama untuk mengetahui :
- Kepastian kehamilan
35
- Kehamilan intrauterin atau ekstrauterin
- Kehamilan ganda
- Kelainan kongenital
- Kehamilan mola hidatidosa
- Kehamilan dengan komplikasi perdarahan
- Menentukan usia kehamilan
Pada trimester kedua dan ketiga untuk mengetahui :
- Ada tidaknya kelainan kongenital
- Posisi pasti kehamilan dan letak plasenta
- Menentukan usia kehamilan (biparietal, lingkaran perut dan dada,
panjang femur)
- Mengetahui aktivitas janin dalam rahim (ekstrimitas, jantung,
pernapasan janin)
- Mengetahui air ketuban janin dalam rahim
Pengambilan sampel villus corion
Pengambilan sampel vilus korion (chorionic villus sampling, CVS)
dilakukan dengan memasukkan sebuah jarum secara transabdomen dan
transvagina ke dalam massa placenta dan mengaspirasi sekitar 5-30 mg
jaringan vilus. Risiko prosedur ini 2% karena harus menggunakan teknik
khusus. Dilakukan pada trimester pertama pada usia kehamilan 9-12
minggu. Keuntungan metode ini adalah dapat dilakukannya prosedur ini
pada waktu lebih awal yang memungkinkan hasilnya bisa diperoleh kira-
kira pada umur 12 minggu kehamilan.
4. Pemeriksaan Keayahan
Tes DNA adalah analissi terhadap pola DNA (profil genetik)
seseorang. DNA dari tubuh seseorang akan 100% sama di mana pun kita
mengambil sampelnya. Setiap orang memiliki pola DNA yang unik karena
50% dari pola DNA diwariskan dari ibu dan 50% dari ayah.
Tahapan tes DNA :
36
- Pengambilan sampel DNA. Bisa dilakukan di seluruh bagian tubuh.
Pengambilan dilakukan dengan isolasi kimia menggunakan bahan kimia
phenolcloroform unutk sampel darah dan chilex unutk sampel rambut.
- Pemurnian DNA dari kotoran-kotoran atau protein lain yang tidak
diperlukan. Dilakukan dengan teknik sentrifugasi serta metode filtrasi
vakum.
- Memasukkan DNA murni ke mesin PCR (polymerase chain reaction)
yang memungkinkan sejumlah kecil sekuens DNA tertentu disalin untuk
diperbanyak atau dimodifikasi secara tertentu sehingga dapat dianalisis.
Tahap pertama adalah denaturasi cetakan DNA pada temperatur 94-96°C
yaitu pemisahan untai ganda DNA menjadi 2 utas tunggal. Kemudian
dilakukan penurunan temperatur sampai 45-60°C yang memungkinkan
terjadinya penempelan (annealing) atau hibridisasi anatara
oligonukleotida primer dengan utas tunggal cetakan DNA. Tahap terakhir
yaitu tahap ekstensi atau elongasi opada suhu 72°C.
- Hasilnya adalah copy urutan DNA lengkap dari DNA sampel
- Dengan proses elektroforesis didapat pola pita yang kemudian disebut
DNA finger print.
- Tahap typing untuk mendapatkan tipe DNA
- Finishing dengan mencocokkan tipe DNA.
F. HEMOPOIESIS
Hematopoiesis/hemopoeisis merupakan proses pembentukan komponen
sel darah, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi
secara serentak.
Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel,
dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.
Maturasi merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi
menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang
berbeda-beda.
37
Hemopoiesis ini berlangsung terus menerus, seimbang dan mantap
(jumlah sel yang diproduksi sama dengan jumlah sel yang rusak atau keluar).
Bermula dari sel induk hemopoiesis yang bersifat self renewal jadi setiap
pembelahan sel induk hemopoiesis satu hasil untuk diferensiasi menjadi
beberapa sel darah seperti bakal eritrosit, trombosit maupun leukosit dan yang
satu akan menjadi sel induk hemopoiesis baru.
Proses yang terjadi bisa lebih jelas dilihat melalui gambar di bawah ini:
Tempat terjadinya hemopoesis pada manusia :
38
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis
terjadi pada
sumsum tulang.
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi
sel-sel darah, termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga
beberapa sel dalam sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk
yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell. Sel
induk pluripotent mempunyai sifat :
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga
tidak akan pernah habis meskipun terus membelah;
b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi
sel-sel dengan fungsi-fungsi tertentu.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat
dibagi menjadi :
a. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang
mempunyai kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel
darah.
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel
induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel
induk limfoid.
c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi
menjadi hanya beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM (colony
forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang
hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang
menjadi satu jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming
39
uniterythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G (colony
forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi
granulosit.
Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan
sel induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini
meliputi :
a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b) Sel-sel stroma : Sel endotel, Sel lemak, Fibroblast, Makrofag,
Sel reticulum
c) Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin,
kolagen, dan proteoglikan.
Lingkungan mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi
untuk :
a) Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh
peredaran darah mikro dalam sumsum tulang.
b) Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama
ditentukan oleh adanya adhesion molecule.
c) Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic
growth factor, cytokine, dan lain-lain.
Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah :
1. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok
pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain10
Mekanisme regulasi
40
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan
kuantitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari
sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon
kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang
berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan
penyakit.
Organ yang Terlibat Dalam Hemopoiesis
Sum-sum tulang
o Pada anak : tulang panjang dan tulang pipih
o Pada dewasa : tulang pipih
Hati
o Pranatal : sebagai tempat pembentukan sel darah
o Postnatal : sebagai tempat pembentukan sel darah pada saat tertentu
Limpa
o Prenatal : membentuk sel darah
o Postnatal : pembentukan sel plasma dan limfosit
Kelenjar limfe : pembentukan sel plasma dan limfosit
Faktor Pertumbuhan Hemopoeisis
a. asam amino
b. vitamin
c. mineral
d. hormone
e. ketersediaanoksigen
f. transfusidarah
g. faktor- faktorperangsang hematopoietic
1. FASE HEMOPOIESIS :
a. stadium hemopoiesis prenatal
1. Stadium mesoblastik
41
Terjadi di yolk sac janin usia 2 minggu
Didominasi eritroblast primitif (eritrosit berinti) dengan Hb embrio
2. Stadium hepatik
Migrasi SIH ke hati, limpa, dan kelj limfe
Hati: mulai 6 minggu-sebelum lahir, penghasil SD yang utama
(terutama eritrosit tak berinti dengan Hb F), juga SD lain
Limpa: mulai usia10 minggu (mielopoiesis menurun bln ke5,
eritropoiesis menurun sebelum lahir, limfopoiesisseumur
hidup/jaringan limfoid terbesar)
Timus: sejak awal pusat limfopoiesis menghasilkan SIH limfosit T,
jumlah sedikit tapi penting dalam imunologi seluler
3. Stadium myeloid
Mulai usia 5 bulan – seumur hidup (permanen), selalu migrasi ke jar
lain
Disebut hemopoiesis intramedular, granulopoiesis > eritropoiesis
b. Hemopoiesis postnatal
Semua SD (granulopoiesis, eritropoiesis, trombopoiesis) dibentuk di
sutul (intramedular), kecuali limfosit dibentuk di limpa, kelj limfe, dan
timus (ekstramedular)
2. Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :
1. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang
dihasilkan adalah HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
2. Hepatik
42
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada
limpa terjadi pada umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit
dari hati. Disini menghasilkan Hb.
3. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang,
kelenjar limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis
berlangsung seumur hidup terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan
trombosit. Pada kelenjar limfonodi terutama sel-sel limfosit, sedangkan
pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T -kanker yang
bersifat teratogen, yaitu dapat menyebabkan cacat bawaan.
3. Sel-Sel Darah
A. ERITROPOIESIS
Eritrosit sendiri memilii fungsi utama yakni pengangkutan oksigen
dan dengan tingkat yang lebih rendah yaitu karbondioksida, ion
hidrogen dalam darah. oksigen yang didalamnya terdapat hemoglobin.
Hemoglobin didalamnya terdapat dua bagian :
a. globin : suatu protein yang terbentuk dari rantai poplitida yang sangat
berlipat-lipat
b. gugus heme : empat gugus protein yang mengandung besi.
Tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
1. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri
eritrosit. Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter
sekitar 15-20µm. Inti mempunyai pola kromatin yang seragam,
yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta satu
atau dua anak inti yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil
sedang. Setelahmengalami sejumlah pembelahan mitosis,
proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.
2. Basofilik Eritroblas
43
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan
diameternya rata-rata 10µm. Intinya mempunyai heterokromatin
padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas.
Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
3. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah
berkali-kali secara mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang
memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat diperlihatkan di
dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau
Giemsa, sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai
lila atau abu-abu karena adanya hemoglobin terwarna merah muda
yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari
eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin
lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.
4. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis.
Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan
mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat.
Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi aktivitas
mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan
pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan
oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam stroma sumsum tulang
5. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan
inti selnya, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam
sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin. (Child,
J.A, 2010 ; Erslev AJ, 2001) Retikulosit dianggap kehilangan
sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang,
karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari
satu persen dari jumlah eritrosit. Dalam keadaan normal keempat
44
tahap pertama sebelum menjadi retikulosit terdapat pada sumsung
tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun
darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang
lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam
darah. (Bell dan Rodak, 2002)
6. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan
eritropoesis. Sel ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di
sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi
selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki
5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap eritrosit
memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. (Ganong,
William F.1998)
Perkembangan normal eritrosit tergantung pada banyak macam
macam faktor, termasuk adanya substansi asal (terutama globin, hem dan
besi). Faktor-faktor lain, seperti asam askorbat, vitamin B12, dan faktor
intrinsic (normal ada dalam getah lamung), yang berfungsi sebagai
koenzim pada proses sintesis, juga penting untuk pendewasaan normal
eritrosit.(Djunaedi Wibawa, 2011) Pada sistem Eritropoesis dikenal juga
istilah Eritropoiesis inefektif, yang dimaksud Eritropoiesis inefektif adalah
suatu proses penghancuran sel induk eritroid yang prematur disumsum
tulang. Choi, dkk, dalam studinya bahwa pengukuran radio antara
retikulosit di sumsum tulang terhadap retikulosit di darah tepi merupakan
ukuran yang pentng untuk bisa memperkirakan beratnya gangguan
produksi SDM. (Choi JW. 2006)
B. LEUKOPOIESIS
Pembentukan Leukosit :
Pada sel turunan leukosit yaitu, sel induk ploripotenberdiferensiasi
lagi menjadi mioblas(sel kecil berinti besar, kromatin tersebar, tiga
45
atau lebih nucleolus), sel berkembang membesar yang mengandung
granula azurofilik menjadipromielosit (kromatin didalam inti yang
lonjong tampak tersebar dan jelas) lalu promiolosit ini membelah
menjadimielosit yang lebih kecil lalu berdiferensiasi lagi menjadi 3
jenis granulosit yaitu :
Mielosit eosinofilik metamielosit eosinofilik
eosinofilik
Mielosit basofilik metamieolosit basofilik
basofilik
Mielosit neutrofilik metamielosit neutrofilik
neutrofilik
a. Leukosit Granulosit / myelosit
Myelosit terdiri dari 3 jenis yaitu neutrofil, eosinofil dan basofil
yang mengandung granula spesifik yang khas. Tahapan
perkembangan myelosit yaitu :
1) Mieloblas
Mieloblas adalah sel yang paling muda yang dapat dikenali dari
seri granulosit. Diameter berkisar antara 10-15µm. Intinya yang
bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua
anak inti.
2) Promielosit
Sel ini agak lebih besar dari mielobas. Intinya bulat atau lonjong,
serta anak inti yang tak jelas.
3) Mielosit
Promielosit berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi mielosit.
Pada proses diferensiasi timbul grnula spesifik, dengan ukuran
bentuk, dan sifat terhadap pewarnaan yang memungkinkan
seseorang mengenalnya sebagai neutrofil, eosinofil, atau basofil.
Diameter berkisar 10µm, inti mengadakan cekungan dan mulai
berbentuk seperti tapal kuda.
46
4) Metamielosit
Setelah mielosit membelah berulang-ulang, sel menjadi lebih kecil
kemudian berhenti membelah. Sel-sel akhir pembelahan adalah
metamielosit. Metamielosit mengandung granula khas, intinya
berbentuk cekungan. Pada akhir tahap ini, metamielosit dikenal
sebagai sel batang. Karena sel-sel bertambah tua, inti berubah,
membentuk lobus khusus dan jumlah lobi bervariasi dari 3 sampai
5. Sel dewasa (granulosit bersegmen) masuk sinusoid-sinusoid dan
mencapai peredaran darah. Pada masing-masing tahap mielosit
yang tersebut di atas jumlah neutrofil jauh lebih banyak daripada
eosinofil dan basofil.
b. Leukosit non granuler
1) Limfosit
Sel-sel precursor limfosit adalah limfoblas, yang merupakan sel
berukuran relatif besar, berbentuk bulat. Intinya besar dan
mengandung kromatin yang relatif dengan anak inti mencolok.
Sitoplasmanya homogen dan basofil. Ketika limfoblas mengalami
diferensiasi, kromatin intinya menjadi lebih tebal dan padat dan
granula azurofil terlihat dalam sitoplasma. Ukuran selnya
berkurang dan diberi nama prolimfosit. Sel-sel tersebut langsung
menjadi limfosit yang beredar.
2) Monosit
Monosit awalnya adalah monoblas berkembang menjadi
promonosit. Sel ini berkembang menjadi monosit. Monosit
meninggalkan darah lalu masuk ke jaringan, disitu jangka
hidupnya sebagai makrofag mungkin 70 hari.
C. TROMBOPOIESIS
Pembentukan Megakariosit dan Keping-keping darah Megakariosit
adalah sel raksasa (diameter 30-100µm atau lebih). Inti berlobi
secara kompleks dan dihubungkan dengan benang-benang halus
47
dari bahan kromatin. Sitoplasma mengandung banyak granula
azurofil dan memperlihatkan sifat basofil setempat. Megakariosit
membentuk tonjolantonjolan sitoplasma yang akan dilepas sebagai
keping-keping darah. Setelah sitoplasma perifer lepas sebagai
keping-keping darah, megakariosit mengeriput dan intinya hancur.
(Nadjwa Zamalek D, 2002 ; Indranila KS, 1994)
4. Gangguan Hemopoiesis
1. Pada Sel Induk Hemopoiesis (SIH)
- Keganasan, Contoh : leukimia. Terjadi poliferasi berlebihan tetapi sel
darah tidak mature sehingga tidak berfungsi dan akhirnya justru
mendesak sel lain.
- Disfungsi : Jumlah sel darah normal tapi tidak berfungsi
- Defisiensi Jumlah SIH kurang, bisa menimbulkan anemia aplasia,
immunodefficiency.
2. Pada Organ Tempat Hemopoiesis
Terjadi kerusakan pada sumsum tulang belakang (fibrosis, metastase Ca,
infeksi)
3. Pada Bahan untuk Hemopoiesis
- Nutrisi contoh : kurang Fe, K.
- Hormon
Bahan kimia beracun contoh : Pb (timbal)
G. ETIK GENETIKA DAN SOSIAL-BUDAYA
Dalam keputusan Mneteri Kesehatan No.72/Menkes/Per/II/1999
menyatakan bahwa :
1. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies kecuali apabila
fertilisasi trans-spesiesitu diakui sebagai cara untuk mengatasi
atau mendiagnosis infertilitas pada manusia. Setiap hybrid yang
terjadi akibat fertiisasi trans-spesies harus segera diakhiri
pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
48
2. Sel telur manusia yang dibuahi dengan spermatozoamanusia tidak
boleh dibiak in-vitro lebih dari 14 hari (tidak termasuk hari-hari
penyimpanan dalam suhu yang sangat rendah/simpan beku)
3. Dilarang menghasilkan embrio semata-mata untuk penelitian.
4. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun.
Undang –undang Kesehatan No.23 tahun 1992,pasal 16 yaitu :
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakn sebagai upaya terakhir
untuk membantu suami-isteri mendapatkan keturunan.
Namun,etik-etik yang tercantum di atas belum tercantum secara
eksplisit di dalam Buku Kode Etik Kedokteran Indonesia.Namun did dalam
addendum 1,di dalam buku tersebut tentang penjelasan khusus untuk
beberapa pasal dari revisi kodeki Hasil Mukernas Etik Kedokteran III,April
2002,di jelaskan cloning,sebagai adopsi dari hasil Keputusan Muktamar
XXIII IDI 1997,tentang klonasi (cloning) yang pada hakekatnya:
- Menolak dilakukan klonasi pada manusia,karena upaya itu menurunkan
derajat dan martabat manusia sampai setingkat dengan bakteri.
- Menghimbau para ilmuwan khususnya kedokteran,agar tidak
mempromosikan klonasi dalam kaitan dengan reproduksi manusia.
- Mendorong ilmuwan untuk tetap memnfaatkan bio-teknologi klonasi
pada:
1. Sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
melalui pembuatan zat anti atau antigen monodonal,yang dapat
digunakan dalam banyak bidang kedokteran baik aspek diagnostic
maupun aspek pengobatan.
2. Pada sel atau jaringan hewan dalam upaya penelitian kemungkinan
melakukan klonasi organ,serta penelitian lebih lanjut kemungkinan
diaplikasikannya klonasi organ manusia untuk dirinya sendiri.
Menurut FIGO
Ada beberapa ketentuan hal yang tidak etis untuk dilakukan:
49
1. Melakukan penelitian,sperti cloning setelah periode pre-embrio(lebih dari
14 hari pasca fertilisasi)
2. Mendapatkan hybrid dengan fertilisasi inter-spesies
3. Implantasi pre-embrio ke dalam uterus spesies lain
4. Manipulasi genome-pre-embrio,kecuali untuk tujuan pengobatan suatu
penyakit
50