komunitas tarekat dan politik wkal di era orde baru

8
Sunyoto Usman Ko7ll1l1litasTarelcot don Politik Lo1caI di Era Orde Baru 0leh: Sunyoto Usman' memberi landasan yang bat bagi berkembangnya orien~i sufistik,yaituketika kehadirannya diawali o1ehproses rohani Nabi MnhammCldber-kbalwatdan ber-tannuts di Gua Hira. Orientasi yang lebih syar'i atau lebih sunni di sini sebenarnya barn teIbentuk setelah sebagian dari elit agama mennnai1can ibadah haji dan menimba ilmu ke Mekkah. Ketika penetrasi modernisasi semakin deras, sebagian umat Islam merasakan kehilangan rub keagamaan yang memberikan ker1a]('Iman moral- spiritual. Islam yang dibingkai oleh aturan 5gb, mereka rasakan hanyamampu memenuhi sisi pengalaman eksoterik, dan kurang memadai bagi upaya menyiram kegersangan rahani. Karena itu banyak orang dari berbagai latar belakangsosialkemudianmenjadibagiandarikomunitastarekat. I Bersamaan dengan itu di kalangan komunitas tarekat terjadi upaya merumuskan kembali ajaran sufi,terutama dimaksudkan agarpeD1ahamankeagamaan merekatetap menapak pada jalan yang benar atau tidak bertentangan dengan syari'ah. Untuk kepentingan ini, mereka kemudian membangun institusi yang mensahkan apakah suatu tarekat dapat dinyatakan layak, syah (mu'tabarah) atau tidak. 2 Praktek intervensi negara pada masa Orde Barn menyentuh pula pada basis sosial komunitas tarekat. Dengan da1ih legitimasi modernisasi, negara tidak hanya melakukan intervensi pada pilihan-pilihan politik dan sikapparti- san para elit agama, me1ainhn juga menyentuh sendi-sendi dasar komunitas keagamaan. Intervensi negara semasa Orbe Barn ini ditengarai memiliki implikasi yang cukup kuat terhadap ajaran mqIid, ajaran yang menjadi sendi interaksi antara guru dengan murid, yang diekspresikan pada keharusan mu- rid untuk ber-mqIid atau patuh kepada guru. Sebagai akibat dari intervensi negara, pandangan politik komunitas tarekat teIbelah menjadi dua. Di satu pihak diketemukan komunitas tarekat yang mqIid penuh kepada guru, baik dalam urusan agama maupun urusan politik, termasuk afiliasinyapada partai politik. Di lain pihak, ada komunitas tarekat yang menangkap kepemimpinan kiyaihanya dalam urusan yang berkaitan dengan agama saja dan tidak dalam urusan politik. Bagi )c('l1('1ngan ini, pandangan politik guru tidak hams menjadi referensipemikiran politik mood. Mengapa pandangan politik komunitas KOMUNITASTAREKATDANPOLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU PeneHtian di Kudos, Jawa Tengah Pengantar T ntervensi negara pada masa Orde Barn merasuki hampir semua relung lkehidupan,termasukdidalamnyakehidupankomunitaskeagamaan.Begitu kuatnya posisinegara sehinggaintervensiyang dipraktekkanbukan hanya mempengaruhisikappolitikkomunitaskeagamaantertentu,melainkanjuga menyentuhsubstansiajaranyang menjadibasissosialkomunitastersebut. Tulisan ini memfokuskankajianpada komunitastarekat, salah satu dari komunitaskeagamaanyangmengalamipengaruhlangsungintervensinegara . tersebut. Bahan tulisan ini merupakan bagian laporan penelitian tentang dinamika pandangan politik komunitas tarekat dalam pergulatannya beradaptasi dengan intervensinegarapada era Orde Baru, yang mengambil lokasipenelitiandi Kudus,JawaTengah. Tarekat, MUTSyid, dan Ajaran Taqlid Tarekat merepresentasikan sebuah komunitas yang mengembangkan orientasi keagamaannya dalam eorak sufistik, tidak terlalu kental dengan suasana 5gb atau ketentuan yang lebih formal. Keberadaan dan perkembangan komunitas tarekat berkait erat dengan awal mula perkembangan agama Islam di Jawa yang sarat diwamai oleh eorak sufistik atau penuh warna mistik. Di samping itu, tumbuhnya tarekat juga dikarenakan Islam sendiri yang sebenarnya * Staf pengajar pada jurusan Sosiologi, Fisipol, Universitas Gadjah Mada. Abdurrahman, Moeslim, 'Kesyahduan Sufi dalam Transformasi Sosial, Suatu pengamatan Perkembangan Tarekat' dalam Pes8.l1tTm, No.3 Vol. n, P3MJakarta, hlm. 49 Bruinessen, Martin van, 1are.katNaqsyab8.l1diyahdiIndonesia, Mizan, Bandung, 1992 26 JSP · Vol. 2, No. I, Juli 1998 JSP. Vol. 2, No. I, Juli 1998 27

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Sunyoto Usman Ko7ll1l1litasTarelcot don Politik Lo1caIdi Era Orde Baru

0leh: Sunyoto Usman'

memberi landasan yang bat bagiberkembangnyaorien~i sufistik,yaituketikakehadirannya diawali o1ehproses rohani Nabi MnhammCldber-kbalwatdanber-tannuts di Gua Hira. Orientasi yang lebih syar'i atau lebih sunnidi sinisebenarnya barn teIbentuk setelahsebagiandari elit agama mennnai1canibadahhaji dan menimba ilmu ke Mekkah.

Ketika penetrasi modernisasi semakin deras, sebagian umat Islammerasakan kehilangan rub keagamaan yang memberikan ker1a]('Imanmoral-spiritual. Islam yang dibingkai oleh aturan 5gb, mereka rasakan hanyamampumemenuhi sisi pengalaman eksoterik, dan kurang memadai bagi upayamenyiram kegersangan rahani. Karena itu banyak orang dari berbagai latarbelakangsosialkemudianmenjadibagiandarikomunitastarekat.I Bersamaandengan itu di kalangan komunitas tarekat terjadi upaya merumuskan kembaliajaran sufi,terutama dimaksudkan agarpeD1ahamankeagamaan merekatetapmenapak pada jalan yang benar atau tidak bertentangan dengan syari'ah.Untuk kepentingan ini, mereka kemudian membangun institusi yangmensahkan apakah suatu tarekat dapat dinyatakan layak, syah (mu'tabarah)atau tidak. 2

Praktek intervensi negara pada masa Orde Barn menyentuh pula padabasis sosial komunitas tarekat. Dengan da1ihlegitimasi modernisasi, negaratidak hanya melakukan intervensi pada pilihan-pilihan politik dan sikapparti-san para elit agama, me1ainhn juga menyentuh sendi-sendi dasar komunitaskeagamaan. Intervensi negara semasa Orbe Barn ini ditengarai memilikiimplikasi yang cukup kuat terhadap ajaran mqIid, ajaran yang menjadi sendiinteraksi antara guru dengan murid, yang diekspresikan pada keharusan mu-rid untuk ber-mqIid atau patuh kepada guru. Sebagai akibat dari intervensinegara, pandangan politik komunitas tarekat teIbelah menjadi dua. Di satupihak diketemukan komunitas tarekat yang mqIid penuh kepada guru, baikdalam urusan agama maupun urusan politik, termasuk afiliasinyapada partaipolitik. Di lain pihak, ada komunitas tarekat yang menangkap kepemimpinankiyaihanya dalam urusan yang berkaitan dengan agama saja dan tidak dalamurusan politik. Bagi )c('l1('1nganini, pandangan politik guru tidak hams menjadireferensipemikiran politik mood. Mengapa pandangan politikkomunitas

KOMUNITASTAREKATDANPOLITIK WKALDI ERA ORDEBARU

PeneHtian di Kudos, Jawa Tengah

Pengantar

Tntervensi negara pada masa Orde Barn merasuki hampir semua relunglkehidupan, termasukdidalamnyakehidupankomunitaskeagamaan.Begitukuatnya posisinegara sehinggaintervensiyang dipraktekkanbukan hanyamempengaruhisikappolitikkomunitaskeagamaantertentu,melainkanjugamenyentuhsubstansiajaranyangmenjadibasissosialkomunitastersebut.

Tulisan ini memfokuskankajianpada komunitastarekat, salah satu darikomunitaskeagamaanyangmengalamipengaruhlangsungintervensinegara

. tersebut. Bahan tulisan ini merupakan bagian laporan penelitian tentangdinamika pandangan politik komunitas tarekat dalam pergulatannyaberadaptasidenganintervensinegarapada era Orde Baru, yangmengambillokasipenelitiandi Kudus,JawaTengah.

Tarekat, MUTSyid,dan Ajaran Taqlid

Tarekat merepresentasikan sebuah komunitas yang mengembangkan orientasikeagamaannya dalam eorak sufistik, tidak terlalu kental dengan suasana 5gbatau ketentuan yang lebih formal. Keberadaan dan perkembangan komunitastarekat berkait erat dengan awal mula perkembangan agama Islam di Jawayang sarat diwamai oleh eorak sufistikatau penuh warna mistik. Di sampingitu, tumbuhnya tarekat juga dikarenakan Islam sendiri yang sebenarnya

* Staf pengajar pada jurusan Sosiologi, Fisipol, Universitas Gadjah Mada.

Abdurrahman, Moeslim, 'Kesyahduan Sufi dalam Transformasi Sosial, Suatu pengamatanPerkembangan Tarekat' dalam Pes8.l1tTm,No.3 Vol.n, P3MJakarta, hlm. 49

Bruinessen, Martin van, 1are.katNaqsyab8.l1diyahdi Indonesia, Mizan, Bandung, 1992

26 JSP· Vol. 2, No. I, Juli 1998 JSP. Vol. 2, No. I, Juli 1998 27

Page 2: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Ko1TUl1litaSTarekoJ don PolitiJ: Lokol di Era Orde Baru Sunyoto Usman Sunyoto Usman Konwnilas TarekoJ don PolitiJ: Lokol di Era Orde Baru

tarekat terbelah dua semacam itu. Bagaimana proses terbelahnya panclangantersebut clan faktor-faktor sosial apa saja yang determinan menentukannya?

Fenomena tersebut secara sosiologis menarik dikaji, bukan hanya karenaberkaitan dengan telah bergesernya pemahaman doktrin taqIid di kalangankomunitas tarekat, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan terhadapperilaku politik mereka. Penafsiran barn ajaran taqIiddalam tata hubunganguru-murid tarekatte1ah dirintisme1aluikajianWahidclan Dhofier di Jombang,Jawa Timur pada awal taboo 198O-an3.Dalam kajian tersebut antara lainditunjukkan bahwa dalam hat berpartai politik. pilihan mU13')'idternyatabisaberbeda dengan pilihan mood, clan sebaliknya pilihan murid tarekat tidakselamanya atas restu gurunya. Usaha serupa perlu diperluas di wilayah lainpada komunitas tarekat yang berbeda.

Obyek kajian yang dibahas dalam penelitian ini adalah tarekat Qadiriyahwa Naqsyabandiyah clan tarekat Naqsabandiyah KhoIidiyah. Kedua jeniskomunitas tarekat tersebut terletak di kabupaten Kudus, sebuah daerah yangmenggambarkan besarnya komitmen clanperan yang dimainkan oleh paraguru/ mU13')'iddalamkancah percaturan politik di tingkat regional. Panclanganpolitikmerekajuga cukupberagam.Sebagianguru memberidukunganpadaPartai Persatuan Pembangunan,clansebagianyanglain ketika itu menjadipendukungsetiaGolonganKarya.

Pada penelitianini, telah diwawancarai15 elit tarekat (mursyid,badal,atau kalifah) dan 50 orang murid tarekat. Data yang digali antara lainmencakup (1)panclanganpara mursyid, badalclankaIifahtarekat tentangumara; (2) hubungansosialyangterjalinantara elit tarekatclanelit birokratlokal;(3) ragam dukunganatau pilihanpartaipolitikdi kalangankomunitas;serta (4)derajat taqIidmOOdterhadap mursyiddalam hat yangberkaitan denganma~lah politik.

Ketja lapangan diawali dengan melakukan observasi langsung terhadappelbagaikegiatan dua komunitas tarekat tersebut.Hasilobservasidipergunakanuntuk merumuskan konsep dan menyusun pelbagi indikator tentangbergesernya pemahaman doktrin taqIid di kalangan komunitas tarekat,terutama yang berkaitan dengan masalah politik. Dalam penelitian ini jugadilakukan wawancara mendalam dengan mursyid, badalclankalifah tarekat

diseputarpersepsimerekatentangkeberadaanclankualitasparabirokratlokal.Kemudian dilakukan survai dengan instrumen kuesioner yang disusunberdasaarkan kerja lapangan tersebut.Analisisdata di samping dilakukandenganlogikaverbal,juga melaluianalisistaksonomisdalambentukmatriksatau tabelsilang.

Komunitas Tarekat di Kudos

Wahid,Abdurrahman,MuslimdiThDgab~ulan, lnnbagaPenunjang PembangunanNasional,Jakarta

Kudus terletak di pesisirutara Jawa,kira-kira60 km di sebelahtimur kotaSemarang. Dalam perbincangan perkembangan Islam di Jawa, Kudusmemperolehtempat khususkarena dari daerah ini1ahseorangu1amabesarbernama Ja'far Sodiq (yang kemudian dikenal dengan Sunan Kudus)menegakkansyiarIslam. Sebagaisalahsatupusat pengembanganIslam, disana diketemukanbeberapapeninggalan. Salah satu di antaranya adalahsebuahmasjidtua yangdikenaldengansebutanmasjidMenoro.Sooan Ku-dus dimakamkandi bagianbelakangmasjidini, clanmenjaditempat ziarahyangdikunjungiumat dariberbagaidaerah.

Berdasarkancatatanyangdiperoleh(1994)jumlah pendudukKabupatenKudus sebanyak620.725jiwa, terdiridari 303.560laki-lakiserta 317.165wanita,terhimpoodalam135.030kepalakeluargaclantersebardisembilankecamatan.AnggotamasyarakatdaerahinimayoritasberagamaIslam,clansebagianbesartergolongkategorisangattaatmenjalankansyariat.Perkembanganperolehansuara pada Pemilu tahun 1982, 1987 dan 1992 di kabupaten Kudusmemperlihatkandinamikayangmenarik.GolonganKarya(Golkar)danPartaiPersatuanPembangunan(PPP) mengalamipasang-surut,sedangkanPartaiDemokrasiIndonesia(PDI) lamban-Iaunmengalamikenaikanyangcukupberarti.PDI yangpadapemilu 1987memperoleh17.184suara,naikmenjadi57.223suarapadapemilu1992.Sebaliknya,perolehansuaraPPP mengalamipasang-surut.Hal ini berkaitdengansikappolitikNU yangdidasarkanatasbasilkeputusanMuktamarNahdlatulUlamauntukkembalike khitah 1926.Perolehansuara PPP pada pemilu 1987mengalamipenurunan, meskipunkemudiankembalinaikpadapemilutahoo 1992.

DiKudusterdapatbeberapakelompokperguruantarekatyangyangmasing-masing memilikiguru atau mursyidsendiri-sendiri.Kelompokperguruantarekat tersebut adalah tarekat Naqsabandiyah-KhaIidiyah,Qadiriyah waNaqsyabandiyah dan Sadzaliyah. Perguruan tarekat Qadiriyah wa

28 JSp. Vol. 2, No.1, Jull 1998JSP. Vol. 2, No.1, Jull 1998 29

Page 3: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Komunitas Tareko1 don Politik LokaI di Era Orde Baru Sunyoto Usman Sunyoto Usman Komunitas Tarekol don Politik Lokal di Era Orde Raru

Naqsyabandiyahberpusat di desa Piji, kecamatanDawe dan berdiri tahoo1970.Perguruan tarekatNaqsyabandiyah-Khalidiyahberpusatdidua tempatyaitUdi desa Kwanaran(kecamatan KudusKota)dan di desaUndaan (Ku-dus bagian timur), sedangkantarekat Sadzaliyah,sebenarnyaberpusat diPekalongan.Tarekatini lebihbanyakdiminatiolehkalanganmuda usiadanpara pedagang.

Dari segi keagamaan, perbedaandi antara kelompok-kelompoktarekattersebutadalah pada praktekdzilcirdanurut-urutansanaddariguru terakhirhingga sumber utama Nabi Muhammad dan Allah. Dalam dunia tarekatdikenaldua sebutanyaitu:(1)tarekatmu 'mbarohatautarekatyangdisepakatikeabsahannya dari segi agama oleh para ulama, dan (2) tarekat ghoirumu 'mbarahatau tarekatyangtidakdisepakatikeabsahannyaolehpara u1amakarenaam(l1an-ama1antidaksesuaidengansyari'ahIslamdandiragukanurut-urutan sanad-nyahinggaNabi Muhammad dan Allah.

Berkenaandenganperkembangantarekatyangcukupmajemuktersebut,Nahdlatul Ulama kemudian merasa perIu ootuk organisasitersendiriyangmenghimpun tarekat-tarekatyang hidup di bawah bimbingannya,sepertimisalnyaJam 'iyyahAI-TariqahAI-Mu'TabarahAI-Nahdliyyah.

Dalam tradisi tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah setiap muriddiwajibkankumpul ber-khalwatsetahuntigakali (masing-masingselama 10hari)yaitu dari tanggall sampai 10bulanMuharram,bulanRajabdan bulanRamadhan. Mereka juga diwajibkanmengikutipengajianatau pengajarantarekat seminggu sekali. Oleh karena bagi sebagian murid ketentuan itudirasakan terlalu berat, maka mursyid tarekat tersebut kewajiban itudisederhanakan.Setiapmuridtarekatdiwajibkanber-khalwatselama10harihanya di awal bulan Ramadhan saja dan kegiatanlainnya diganti denganwajibberkumpulseminggusekali.

Tarekat Naqsyabandiyah-KhalidiyahUndaan sebenarnyasudah berdirisebelumtarebt Naqsyabandiyah-KhalidiyahKwanaran.Kegiatankeagamaantarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah Kwanaran hampir sama denganQadiriyah wa Naqsyabandiyah yang ada di daerah Piji. Hanya saja diperguruan ini aktivitasditerapkansecarapenUh,yaitu setiap murid tarekatdiharuskanber-khalwattigakalisetahunmasing-masing10hari,yaitutanggal1sampai 10bulanRamadhan,bulan MUharramdanbulanRajab.SementarauntUkpengajarantarekatdiadakan setiaphari Kamis.Mengingatbesamyajumlah murid dan tersebardi banyak daerah yang cukupjaUh,tarekat ini

membentuk semacam perkumpulan pengajian tarekat di beberapa daerah diKudus. Hal ini juga dimaksudkan ootuk melayani para murid tarekat yangsudah lanjut usia dan tidak memiliki biaya untuk datang di Kwanaran.Sedangkan kegiatan keagamaan tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah diUndaan serupa dengan tarekat Naqsyabandiyah-KhalidiyahKwanaran dilihatdari segi ama1annya.Di samping itu, merekajuga menerapkanjadwal khalwattiga kali setahun secara penUhdan ditambah dengan pengajaran tarekat setiapSelasa.

Tidak seperti dua perguruan tarekat sebelumnya, tarekat Sadzaliyah tidakmemiliki waktu resmi untuk amalan secara kolektif.Amalannya lebihbersifatindividual dan setiap murid diberi amalan wirid tertentu menurutkemampuannya. Oleh karena itu dalam tarekat ini masing-masing mood bisamemiliki bentUkamalan yangberbeda. Amalan itubisa meningkat setiap saat.Sistim pengajaran tarekat ini dilakukan secara individual, sedangkan sistimpengajaran tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah dan Qadiriyah waNaqsyabandiyah dilakukan secara kolektif.

Guru Tarekat dan Politik

Seperti te1ahdiungkapkan di depan bahwa penelitian ini telah mewawancarai15 orang elit, termasUk di dalamnya mursyid, khalifah dan badal dari tigaperguruan tarekat tersebut. Ketika kepada para responden ditanyakanbagaimana pandangan mereka tentangumara, hampirsemuanya menyatakanbahwa umara adalah penerima amanah yang dalam menjalankanpekerjaannya bereferensipada syari'at Islam atau sesuai dengan prinsip-prinsipahlussunnah waljamaah. Umara yang paling ideal adalah seperti pada zamanNabi Muhammad dan empat khuJafaur rasyidin. Pada saat itu seluruhkeputusan pemerintah mengacu kepada ajaran Islam dan seluruh keputusantersebut sekaligus sebagai realisasi syari'ah Islam itu sendiri.

Penelitian ini memang tidak memperoleh keterangan yangjelas di sekitarpersepsi para guru tarekat tentang apakah aparat pemerintah yang sekarangtermasuk dalam konsep umara sepertiyangmerekabayangkan. Hanya terlintaskesan bahwa pandangan para guru tarekat tersebut terbelah dua. Kalanganpertama menyatakan pemerintah sekarangkurang begitudekat dengan konseptersebut. Beberapa ha1yang menjadi kritik tajam dari para guru tarekat tersebut

30 JSp. Vol. 2, No. I, Jull 1998 JSP. Vol. 2, No.1, Jull 1998 31

Page 4: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Ko11UJ1litasTarekoJ don Politik Ida1l di Era Ortk Baru Sunyoto UsmanSunyoto Usman Ko1Tl1lllitasTarekoJ don Politik Lokal di Era Ortk Baru

terhadap kebijaksan;lanpemerintahada1ahmasih adanya praktekkorupsi,pe1aksanaanhukum yang sewenang-wenang,masih diijinkannyaprostitusidan perjudian, kurang diIibatkannyauIama dalam pengambilankeputusanyangmenyangIaitkepentinganpublik,sertakecenderunganpemerintahootukmencampurimasalahibadahkeagtlm;l3nmurni sepertipenentuanhari rayaldul Fitri. Menurut mereka, sikap dan perilaku sebagian besar pejabatpemerintah lokal masih belum mementingkankepentingan rakyat sesuaidengan sumpahjabatan yangpernah merekaikrarkan.Pejabatpemerintahlokalmenurutmerekabisadinilaidarisisiyaitu:sikapdanperilakupejabatnya(sebagaiaktor) dan pelbagi kebijaksanaanyang dihasilkannya.Kedua ha1termasuk da1amkatagoriyang tidak harus ditaati kecualijika menapak dijalanyangdiridhaiAllah,sebagaimanadisebutkanda1amsebuahhaOObahwatidakwajibtaat kepadamahlukyangmaksiatkepadaAllah.

Sementaraitu,basilpene1itianinimemperlihatkanbahwakalangankeduaagaklebihpositifmenilaikeberadaanpemerintah.Menurutmerekasikapdanperilaku pejabat pemerintah serta pelbagaikebijaksanaanyang dihasilkanmemang masih belum utuh mencerminkan ciri dan sifat yang pernahditeladankanoleh para umara Islam. Tetapimenurut merekapara pejabatpemerintah tersebutsecaraumum memilikikomitmenmembangunmoral,khususnyayangterkaitdenganupayapeningkatanimandan taqwa.Kegiatanpengajiandi daerahininampaksemarak,meskipunbolehjadi sebagianyangdatang dan mengikutipengajiankarena ada kepentingan,atau karena rasaenggan dengan atasannya. Satu hal yang positif adalah ada upaya untukmeningkatkankeimanan,ketaqwaandanpendidikanmoralsegenapanggotamasyarakat.Kendatipundemikian,merekapada umumnyasepakatbahwaselamapemerintahtidakmenganjurkanmasyarakatuntukberbuatmaksiat,dan tidak melarang umat Islam menjalankan syariat-syariatnya, makapemerintah harus didukung. Tetapijika pemerintah menyerukan kepadamasyarakatuntukmelanggarsyariatIsIam,makapemerintahwajibditentang.

Dua panrumeantersebutmemilikiimplikasipactahubunganmerekadenganpejabatpemerintahlokal. Kalanganpertamapactaumumnyakurangbegituakrab denganaparatpemerintah,meskipoobukanberarti ada permusuhan.Mereka masih menjalinkontak dengan aparat pemerintah,bahkan masihmerasaperlumemberinasehatagarsegalabentukkebijaksanaanpemerintahlokal yang diambildapat mendatangkanmanfaatbagi umat. Dalam benakmereka aparat pemerintah lokal seharusnya lebih mau mengerti dan

memahami kehendak kiyai atau ulama. Sementara itu kalangan keduakebanyakanmenyatakanbahwa huboogan antara mereka dengan pejabatpemenntah lokal dalam beberapa tahoo terakhir ini semakinbaik. Ada diantara mereka yang menjadipenasehat spiritualpejabat pemerintahlokal.Jalinan hubungan di antara mereka telah melahirkanpelbagaikerjasama,termasukdalamprosespengambilankeputusanpolitikyangtergolongkrusial.Salah satu contoh kerjasama itu adalah keberhasilan kiyai meyakinkanpemerintah lokal ootuk mengangkatseorangcamat di Kudus yang benar-benar memilikikomitmenkuatbagipengembangansyariatIslam.

Hal pentingyang layakdicatat dari hasilpenelitiantersebutadalah paraguru tarekatkelihatannyamemeliharaapayanglazimOOebutdengancollec-tivist culture' atau budayapolitikyang mengedepankankebersamaanataukonsensus,denganditandaiolehsikapdanperi1akuyangcukuployalkepadapemerintahlokal.Dalam budayapolitiksemacamini orangberusaha kerasmenghindari kemungkinan terjadi konflik, menjauhi disagreement,dansenantiasaberusahamemeliharaharmoni.Itulahsebabnyameskipoosebagianbesardariparaulamaataugurutarekat(mursyid,badaJdankalifah)sebenarnyakurangbisamenerimapelbagaikebijaksanaanaparatpemerintahlokal,namunjarangsekalimuncu1kepermukaanmenjadiisupublik.Perbedaan-perbedaanpandangandan keinginandi antaramerekadiusahakandiredamsedemikianrupa sehinggatidakmenimbulkangejolakpolitik.Pertanyaannyakemudianadalah mengapacollectiveculturelebihterlihatdibandingkandengankulturpolitiklain? Bukankahpara guru tarekattersebut adalahelitagamayangriilmemiliki kekuatan politik ootuk melakukan tawar-menawarkekuasaan dengane1itbirokrat? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Alternatif jawabannyabarangkali bisa ditelusuri dari strategi politik Orde Barn. Seperti telah banyakdiOOkusikanbahwa pemerintah Orde Barn dengan sukses mengembangkansistim pemerintahan yang sentralistis, memonopoli sumber-sumber ekonomidan politik, sehingga mampu melakukan tindakan-tindakan yang represif danotoritarian. Karena itu menjadi mudah dipahami apabila posisi e1itagamaadalah marginal, mereka berada di pinggiran, dan tidak cukup kuatmempengaruhi prosespeD8Clmbilankeputusan-keputusanpolitikdi tingkatlokal.

Woshinsky, Oliver H., CuJ~ and Politics,An Introduction to Mass and Elite Political Behavior,Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey, 1995. haI.65.

32 JSP· Vol. 2, No.1, Jull 1998JSP. Vol. 2, No. I, Jull 1998 33

Page 5: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Komunitas Tarekal don Politile LokDl di Em Ortk Baru Sunyoto Usman

Hasil penelitianinijuga menunjukkanbahwa persepsipara guru tarekattentangpejabatpemerintahlokal,serta intensitashubunganmerekadenganpejabatpemerintahloka!,memilikikaitanyangsignifikandengandukungannyapadapartaipolitik.ParagurutarekatkategoripertamapadaumumnyaadalahpendukungPPP.BagikalanganiniPPP adalahpartaipolitikyangberasaskanIslam dan secara tegasberjuang dalam bingkaiakidah dan syariat Islam.Respondenyang kebetulankader partai ini menyatakanbahwa komunitastarekat tidak bisa dilepaskandari tradisipesantren dan Nahdlatul Ulama.Pesantrendan Nahdlatul Ulama inilahyangketikaterjadi fusipartai IslammenjadipilarpentingbagiPPP.

.SementaraituparagurutarekatkategorikeduapadaumumnyamendukungGolkar.Bagisebagianmerekadukunganterhadappartai politiktidak harusdikaitkandenganperguruan tarekat.Kegiatantarekatadalah bagian usahadari makhlukAllahuntukmembersihanhatidan sebuahlakuspiritualdalamrangkamendekatkandirikepadaAllah,karenaitu harusdipisahkandenganmasalahpolitikyangdalam kenyataannyalebihmementingkanpemenuhankebutuhan duniawi.Kepentinganserta arah dua kegiatantersebutberbedadan harus dipisahkan. Seorang responden menyatakan usaha pemisahansemacamitupernah dilakukanolehAbuHurairah.KetikateIjadipergolakanperebutankekuasaanantaraAlidanMu'awiyah(yangkemudiandimenangkanMu'awiyah), Abu Hurairah menyatakan bahwa sebagai berikut: "sayamengikuti A1idalam hal agama, dan mengikuti Mu'awiyah dalam halkenegaraan".Selanjutnya,menurutmereka,GolkarmemangtidakberasaskanIslam,tetapisebenarnyacukupseriusikutmemikirkanberkembangnyasyiarIslamdi daerah ini.

Satu hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah hampir semuarespondenmenyatakanbahwa ketikaorang menjadibagiandari komunitastarekatseharusnyamenjauhkandirikegiatanpolitikpraktis.Komunitastarekatadalah jamiah yang mengutam;thn masalah ilmu hakekat dan ma'rifat,sedangkan politik adalah termasuk wilayah syariah yang menguruskeduniwian. Kedua hat ini berbeda, dan seharusnya dipisahkan. Itulahsebabnya para guru tarekattersebuttidakpernah merasaperlumemberikanpenjelasansecaraterbukaterhadapparamuridmengenaihat-hatyangberkaitandenganpolitik. Meskipundemikian,hampir semuarespondenmenyatakanbahwasetiapmenjelangPemiluselaluadamuridyangbertanyatantangpartaipolitik yang seharusnya didukungnya.Para guru tarekat pada umumnya

34 JSp. Vol. 2, No. I, Jull 1998

Sunyoto Usman Komunitas TarekaJ don Polilik LoJwl di Era Ord£ Baru

menolak memberi petunjuk atau fatwa politik, terutama karena kegiatantarekat tidak terkait dengan politik. Kalaupun kemudian harus memberijawaban,keteranganyangmerekaberikanbiasanyabersifatumum.Meskipundemikiansatuhal yangsulitdihindariadalah informasidi seputardukunganpolitik para guru tarekat terhadap partai politik tertentu ternyata secaragetok-tular sampai juga kepada para murid. Bagi sebagian responden, dukunganpara murid tarekat terhadap partai politik tertentu (baik Golkar dan PPP)tidak harus sarna dengan pilihan guru tarekatnya. Hasil penelitian tersebutmemperlihatkan betapa pemerintah Orde Barn telah suksesmemasang strategipolitik dengan memisahkan agama dan politik. Pemerintah Orde Barukelihatannya cukup jeli melihat ketika agama erat terkait dengan politik, akanmelahirkan gerakan politik dengan referensi agama yang dalam sejarah politikbangsa ini terbukti melahirkan kekuatari yang bisa merepotkan pusatkekuasaan.5

Murid Tarekat dan Politik

Uraian berikut diawali dengan pembahasan tentang pandangan para muridtarekat terhadap status dan peran umara. Hasil penelitian ini memperlihatkanbahwa pandangan para murid dalam masalah tersebut tidak jauh berbedadengan pandangan guru. Tendensi demikian mudah dimengerti karena guruadalah figur panutan yang pandangannya ditempatkan sebagai acuan dalammelihat berbagai persoalan yang berkembang dalam masyarakat. Penelitianini telah mewawancarai 50 orang murid tarekat, terdiri dari 29 murid tarekatNaqsyabandiyah-Kholidiyah dan 21 murid tarekat Qodiriyah waNaqsyabandiyah.

Sebagian besar responden menyatakan bahwa tarekat adalah ilmukasepuhanatau lebihcocokdenganorangyangsudahberusiatua.Pemyataanini nampaknya berkaitan dengan kecenderungan bahwa murid tarekatkebanyakanberusiatua. Pada usia itu orangmulailebihbanyakmemikirkanbekal menghadapi hidup akherat. Ketika kepada responden ditanyakanbagaimana pandangannya tentang umara, jawaban mereka kebanyakan

5 Soebardi, 5., 'Islam di Indonesia' dalam Prisma, No. Ekstra, LP3ES, Jakarta, hlm.65-80

JSp. Vol. 2., No.1, Juli 1998 35

Page 6: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Komunilas Tarelwt don Politik Lokal di Era Orde Baru Sunyoto Usman Sunyoto UsmanKomunitas Tareiwt don Politik Lokal di Era Orde Baru

menyatakanbahwaumara adaJahpejabatpemerintahyangmau mehoatkansecaraaktifu1amadalamprosespembuatankebijakanataukeputusanpenting.Apabilaumara dan ulamadapatbekeIjasama,makabukanmustahil sebuahnegara yang aman, tenteram dan makmur, 'baldatunthoyibatunwarobunghoJiJur~akan dapat diwujudkan.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pandangan responden terhadapperencanaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat ternyatajuga terbelahdua. Sebagian responden menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh aparatpemerintah lokal di daerah inikurang sesuai dengan syariat yang dikehendakioleh ajaran Islam. Mereka sadar bahwa sejumlah program pembangunansudah direncanakan dan diimplementasikan dengan mempertimbangkanpeIbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Namun mereka melihatmasih banyak langkah-Iangkah pemerintah lokal kurang menapak padaketentuan syariat Islam. Mereka kecewa ketika pemerintah lokal masihmemberi ijin peredaran minuman keras, lokalisasi pelacuran dan peIjudian.Sementara itu, sebagian responden yang lain menyatakan bahwa memangbenaryang dilakukan oleh aparat pemerintah di daerah inibelum sesuaidengansyariat yang dikehendaki oleh ajaran Islam. Tetapi secara umum sebenarnyasudah banyakmenguntungkan umat Islam. Kemudian ketika mereka dimintamenilai hubungan antara pejabat pemerintah lokal dan ulama di daerah,kebanyakan responden menyatakan bahwa hubungan tersebut cukup akrab.Hal ini antara lain ditunjukkan oleh: (1) pemerintah lokal telah memberisumbangan finansial bagi sebagian kegiatan tarekat, (2) kunjungan pejabatpemerintah dalam kegiatan tarekat, dan (3) selalu ada kemudahan ijin bagitarekat yang hendak met::!k~n::!bn kegiatan yang ingin menghadirkan banyakorang.

Selanjutnya ketika kepada responden ditanyakan partai politik apa yangmereka dukung pada Pemilu 1992yang lalu,jawaban respondenjuga terbelahdua. Responden dari perguruan tarekat Qodiriyah waNaqsyabandiyah yangberpusat di desa Piji sebagian memberi dukungan Golkar dan sebagian yanglain memberi dukungan PPP. Sedangkan murid perguruan tare katNaqsyabandiyah-Kholidiyah, baik yang berpusat di desa Kwanaran maupunyang berpusat di Undaan, lebih mendukung PPP. Meskipun keterlibatanresponden dalam partai politik pada umumnya terbatas hanya sebagaisimpatisan (khususnya pada saat berlangsung pemilu saja) namun satu hallayak dicatat adalah pilihan partai politik mereka tidak selamanya harus

mengikuti pilihanguru. Seperti te1ahdiUngkapkanpada terdahulu bahwa gurutarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang berpusat di desa Piji adalahpendukung atau simpatisan Golkar. Kecenderungan ini tidak nampak dikalangan murid, karena ternyata tidak sedikit di antara murid tarekat inimenjadi pendukung atau simpatisan PPP. Pertanyaan yang relevan diajukanadalah mengapa mood tarekattersebut tidak seutuhnya patuh kepada gurunyadalam urusan politik? Mereka bisa memiliki pilihan sendiri yang berbedadengan gurunya? Tendensi semacam itu nampaknya berakar dari cirikepemimpinan yangsekarngdisandang olehpara guru tarekat. Kepemimpinanguru tarekat kelihatannya tidak lagibersifatpolymorphicatau da1ambanyakbidang, tetapi telah bergesermenjadi bersifatmonomorphicatau dalam bidangtertentu saja (bidang keagamaan). Dalam bidangpolitik, pengikut tarekat mulaimencari referensilain sesuaidengan perkembangan aspirasipolitikmasyarakat.

Ketika kepada mereka diminta menilai keberadaan partai-partai politik didaerahnya, sebagian responden menganggap bahwa Golkar adalah organisasipolitik yang soot dipisahkan dengan pemerintah yang berkuasa. Tokoh-tokohGolkar kebanyakan adalah pejabat pemerintah, bahkan hampir semua adalahpejabat teras yang determinan dalam mengambil keputusan politik yangberkaitan dengan kepentingan publik. Pandangan demikian ternyata ikutmempengaruhi mereka ketika memberi dukungan partai politik. Bagimereka,setiap muslim seyogyanya mendukungkemauan pemerintah, dan oleh karenaitu seyogyanya juga memberi dukungan organisasi politiknya. Sementaraitu, sebagian responden yang lain bertentangan dengan pandangan semacamitu. Kalangan ini melihat Golkar adaJah organisasi politik dan keberadaannyaberbeda dengan pemerintah. Pemerintah adalah lembagayang mengatur hidupbermasyarakat, terutama dalam memberi pelayanan segalabentuk kebutuhananggota masyarakat. Karena itu tidak ada kewajiban bagi seorang muslimmemberi dukungan Golkar. Bagikalangan ini kedudukan Golkar adalah sarnadengan PPP atau PDI. Bagi sebagian murid, meskipun PPP berasaskanPancasila, namun partai ini tetap dianggap sebagai partai yang Islami danyang paling potensial menyalurkan aspirasi umat Islam. Kendatipun begitumenurut mereka tidak ada lagi keharusan bagi warga Nahdlatul Ulamamendukung PPP. Mereka merasa tidak keberatan andaikata ada wargaNahdlatul Ulama yang menjadi simpatisan atau memberi dukungan Golkaratau bahkan mungkin PPP. Dukungan warga Nahdlatul U1ama terhadapPDI hampir tidak mungkin teIjadi pada taboo 1970an, karena pada saat ituPDI masih identik dengan PNI.

36 JSP·Vol. 2, No.1, Jull 1998 JSP. Vol. 2, No.1, Jull 1998 37

Page 7: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Komunitas Tareko1 don Politilc LokoJ di Era Orde Baru Sunyoto Usman Sunyoto Usman Komunitas Tare1wJdon Politilc Lokol di Era Orde Baru

SebagctiJ1)~n~telah diungkapkan di depan bahwa tarekat diyakini oleh parapengikutnyasebagaipaguyubanyangmampumendekatkandirikejalan Al-lah. Dalam dunia tarekat memangterdapat pe1bagaipeIbedaanritual ataukegiatan,namun semuamenujupada satuharapanyaitumembersihkanbatidari godaanduniawi.Dalam kegiatantarekatsepertipengajian,khalwatdantawajuhanseringkaliterjadiinteraksiintensifantaragurudanmood rnaupundiantaramood.Karenaitukegiatansemacamitudimungkinkandipergunakansebagaisaluran menyampaikanberbagaiinformasiyangberkaitan dengankebijaksanaan pemerintah, atau sebagai sarana mobilisasi massa bagikepentingan politik. Sebagian murid tarekat menyatakan bahwa dalamkegiatansemacamitubolehsajapemerintahmenyampaikaninformasitentangkebijaksanaan pembangunan, selama tidak mengganggu ibadah. HasHpenelitian menunjukkan bahwa sejumlah responden pernah mendengarinformasitentangKeluargaBerencanadan kebersihanlingkungan.

Namunhampirsebagianbesarmerekamenolakketikatarekatdipergunakansebagaisarana memobilasimassauntuk kepentinganpolitikterutama yangterkaitdenganpemi1ih~numum.Merekamenegaskanbahwakegiatantarekatseharusnya tidak dikaitkan dengan urusan politik. Perguruan tarekatseharusnya tidak boleh mengembangkandiskriminasiperlakuan terhadapmuridberdasarafiliasipolitiknya.Berpolitikada1ahhak dan urusan pribadi,sehinggabisa sajaseorangpengikuttarekataktifatau bahkanmenjadikaderPPp, Golkar,dan PDI.

dalam kegiatan politik praktis, namu masih mengikuti perkembangan politik.Dalam hal ini mereka terbelah dua: sebagian memberi dukungan partaipemerintah, dan sebagianyanglain tidak. Di kalangan yangdisebutkanterakhirini kelihatannya masih tetap dilandasi pemikiran politik bahwa umat Islamharus berafiliasi dengan partai yang Islami.

Ketiga, fenomena taqlid di kalangan kelompok tarekat sangat diutamakan.Meskipun begitu dalam kaitannya dengan afiliasi politik terbelah duapandangan. Sebagianmenyatakanpilihanguru seharusnyadiikutiolehmu-rid dan sebagianyanglain menyatakanpilihanguru tidakharns diikutiolehmurid. Kecenderungandemikianterjadipalingtidakberakarpada dua halyaitu:(I) keberhasilanpemerintahGrdeBarnmemisahkanagamadan poli-tik,dan (2)kepemimpinangurutarekatyangsemakinbersifatmonomorphicatau hanyaberkonsentrasipada satubidangyaitubidangkeagamaan.

Daftar Bacaan

Kesimpulan

Berikutdisampaikanbeberapakesimpulanpentingdari basilpenelitianini.Pertama,dikalanganparagurutarekatterdapatperbedaanpandangantentangkeberadaanpemerintahsekarang.Sebagianmenganggapagakjauhdarikonsepumara karena itu perlu dikoreksidan tidakhams ditaati,dan sebagianyanglainmenganggapkuranglebihsarnadengandengankonsepumarakarenaituperlu didukung. Penyimpangan-penyimpanyang terjadi adalah sebuahkelemahandan ada kemungkinanbisadiperbaiki.

Kedua,meskipunparagurutarekatsama-samaberanggapanbahwatarekatadalah kegiatanmembersihkandiri, namunbukanberarti merekalalu tidakpedulidengankegiatanpolitik.Merekamemangtidakberkecimpunglangsung

Abdurrahman, Moeslim, 'Kesyahduan Sufidalam Transformasi Sosial,SuatuPengamatan Perkembangan Tarekat' dalam Pesantren, No.3 Vol.IT,Jakarta: P3M.

Bruinessen, Martin van, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung:Mizan, 1992.

Soebardi, S., 'Islam di Indonesia' dalam PnSma,nomor ekstra,jakarta: LP3ES.

Wahid, Abdurrahman, Mush'm di Tengah PergumuJan, Jakarta: LembagaPenunjang Pembangunan Nasional.

Woshinsky, Oliver H., Culture and Politics,An Introduction to Mass and ElitePolitical Behavior, New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs, ,1995.

38 JSp. Vol. 2, No.1, Juli 1998 JSP · Vol. 2, No.1, Juli 1998 39

Page 8: KOMUNITAS TAREKAT DAN POLITIK WKAL DI ERA ORDE BARU

Komunitas Tarela11don PolitiJc LokJ1Jdi Era Orde Baru Sunyoto Usman

Seb(\eaim~n~telahdiungkapkandidepanbahwatarekatdiyakiniolehparapengikutnyasebagaipaguyubanyangmampumendekatkandirikejalan Al-lah. Dalam dunia tarekat memangterdapatpe1bagaipetbedaa.nritual ataukegiatan,namun semuamenujupadasatuharapanyaitumembersihkanhatidari godaanduniawi.Dalam kegiatantarekatsepertipengajian,khalwatdantawajuhanseringkaliteIjadiinteraksiintensifantaraguru danmood maupundiantaramurid.Karenaitukegiatansemacamitudimungkinkandipergunakansebagai salman menyampaikanberbagaiinformasiyang berkaitandengankebijaksanaan pemerintah, atau sebagai sarana mobilisasi massa bagikepentingan politik. Sebagian murid tarekat menyatakan bahwa dalamkegiatansemacamitubolehsajapemerintahmenyampaikaninformasitentangkebijaksanaan pembangunan, selama tidak mengganggu ibadah. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa sejumlah responden pernah mendengarinformasitentangKeluargaBerencanadan kebersihanlingkungan.

Namunhampirsebagianbesarmerekamenolakketikatarekatdipergunakansebagaisarana memobilasimassauntuk kepentinganpolitikterotama yangterkaitdenganpemi1ih~numum.Merekamenegaskanbahwakegiatantarekatseharusnya tidak dikaitkan dengan urusan politik. Perguruan tarekatseharusnya tidak boleh mengembangkandiskriminasiperlakuan terhadapmuridberdasarafiliasipolitiknya.Berpolitikada1ahhak dan urosan pribadi,sehinggabisasaja seorangpengikuttarekataktifatau bahkan menjadikaderPPP,Golkar,dan PDI.

Kesimpulan

Berikutdisampaikanbeberapakesimpulanpentingdari basilpenelitianini.Pertama,dikalanganparagurutarekatterdapatperbedaanpandangantentangkeberadaanpemerintahsekarang.Sebagianmenganggapagakjauhdarikonsepumara karena itu perlu dikoreksidan tidakharus ditaati,dan sebagianyanglainmenganggapkuranglebihsarnadengandengankonsepumarakarenaituperlu didukung. Penyimpangan-penyimpanyang terjadi adalah sebuahkelemahandan ada kemungkinanbisadiperbaiki.

Kedua,meskipunparagurutarekatsama-samaberanggapanbahwatarekatadalah kegiatanmembersihkandiri, namunbukanberarti merekalalutidakpedulidengankegiatanpolitik.Merekamemangtidakberkecimpunglangsung

38 JSP· Vol. 2, No. I, Juli 1998 1-

Sunyoto Usman Komunitas Tareka1 don PolitiJc Lo/wl di Era Ordi! Baru

dalam kegiatan politik praktis, namu masih mengikuti perkembangan politik.Dalam hat ini mereka terbelah dua: sebagian memberi dukungan partaipemerintah, dan sebagianyanglain tidak. Di kalanganyangdisebutkanterakhirini kelihatannya masih tetap dilandasi pemikiran politik bahwa umat Islamharus berafiliasi dengan partai yang Islami.

Ketiga, fenomena taqlid di kalangan kelompok tarekat sangat diutamakan.Meskipun begitu dalam kaitannya dengan afiliasi politik terbelah duapandangan. Sebagian menyatakan pilihan guru seharusnya diikuti oleh mu-rid dan sebagian yang lain menyatakan pilihan guru tidak harns diikuti olehmurid. Kecenderongan demilcian terjadi paling tidak berakar pada dua hatyaitu: (1) keberhasilan pemerintah Orde Barn memi~hhn agama dan poli-tik, dan (2) kepemimpinan guru tarekat yang semakin bersifat monomorphicatau hanya berkonsentrasi pada satu bidang yaitu bidang keagamaan.

Daftar Bacaan

Abdurralunan, Moeslim, 'Kesyahduan Sufida1amTransformasi Sosial, SuatuPengamatan Perkembangan Tarekat' da1am Pesantren, No.3 Vol.II, Jakarta: P3M.

Bruinessen, Martin van, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung:Mizan, 1992.

Soebardi, S., 'Islam di Indonesia' dalam.fhSma, nomorekstra,jakarta: LP3ES.

Wahid, Abdurralunan, Muslim di Tengah PergumuJan, Jakarta: LembagaPenunjang Pembangunan Nasional.

Woshinsky, Oliver H., Cultureand Politics,An Introduction to Mass and ElitePolitical Behavior, New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs, ,1995.

JSP · Vol. 2, No. I, Juli 1998 39