konseling behavioral

15

Upload: pancasakti-university

Post on 21-Jan-2017

86 views

Category:

Software


0 download

TRANSCRIPT

Teor

i-Teo

ri

Kons

eling

IPENDEKATAN

KONSELING

BEHAVIORAL

Nama Anggota : Logmal. Aliandra Rosalina. Subekti Santika. Mei. P

A. Pendiri Pendekatan Konseling Behavioral

B. Konsep Dasar

C. Asumsi Perilaku bermasalah

D. Tujuan Konseling

E. Peran Konselor

F. Deskripsi Proses Konseor

G. Teknik Konseling

H. Kelebihan dan Keterbatasan

I . Contoh Penerapan

MENU

IvanPavlov

Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada Stimulus (rangasangan).

Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.

Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.

B.F Skinner

Istilah behavioral conseling pertama sekali dikemukakan oleh Krumboltz. Ciri-ciri utama behavioral conseling ini adalah:

1.Proses pendidikan : Konseling membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya.

2.Teknik rakit secara individual: Dalam proses konseling, menentukan tujuan konseling, proses asesmen,dan teknik-teknik dibangun oleh klien dengan bantuan konselor.

3. Metodologi ilmiah: Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan assesmen dan evaluasi konseling.

. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a)pembiasaan klasik(b)pembiasaan operan(c)peniruan.

. Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Tingkah laku Cara belajar atau Lingkungan(berupa koneksi-koneksi yangDiperagakan)Dapat berupa pembiasaan kla-Sik, operant, peniruan.

seorang anak yang tidak mengerjakan soal-soal mata pelajaran matematika, bagi siswa lain tentu keadaan ini merugikan, karena tidak boleh mengikuti mata pelajaran. Namun bagi siswa tersebut merasa puas karena ia tidak senang dengan mata pelajaran matematika sebagai pekerjaan rumah. Guru menyuruhnya keluar tidak mengikuti pelajaran matematika, ia merasa puas karena dapat memberikan reinforcement yang diharapkan.

Negatif Positif

Punishement atau Reinforcement

Tujuan konseling behavioral adalah membantu klien untuk mendapatkan tingkah laku baru.

Sub tujuan yang lebih konkrit yaitu:1.Membantu klien untuk menjadi asertif dan mengekspresikan

pemikiran-pemikiran dan hasrat-hasrat ke dalam situasi yang membangkitkan tingkah laku asertif (mempunyai ketegasan dalam bertingkah laku).

2.Membantu klien menghapus ketakutan-ketakutan yang tidak realistis yang menghambat dirinya dari keterlibatan peristiwa-peristiwa sosial.

3.Membantu untuk menyelesaikan konflik batin yang menghambat klien dari pembuatan pemutusan yang penting bagi hidupnya.

Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah membantu klien menolong diri sendiri, mengembalikan klien ke dalam masyarakat, meningkatkan keterampilan sosial, memperbaiki tingkah laku yang menyimpang, membantu klien mengembangkan sistem self management dan self control.

Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling kelompok ini, antara lain adalah :

1. Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang ditunjukan oleh konseli.

2. Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.

3. Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.

4. Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk melakukan perubahan.

5. Konselor harus memberikan reinforcement.6. Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah

lakunya dalam kehidupan nyata.

Konselor aktif :1.Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak2.Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling3.Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

Deskripsi langkah-langkah konseling :

Goal settingAssesment Technique implementation Evaluation termination Feedback

Teknik-teknik Konseling Behavioral

Latihan Asertif (perainan peran dengan bimbingan konseling)

Desensitisasi Sistematis (menggunakan teknik relaksasi)

Pengkondisian Aversi (Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki)

Pembentukan Tingkah Laku Model (menggunakan gambaran / sarana model apabila berhasil dicontoh maka akan mendapat ganjaran berupa pujian)

1. Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling2. Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur3. Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang.

Kelebihan :

1. Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena 4. Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri5. Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam interaksinya dengan konselor.6. Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang memiliki permasalahan yang tidak dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang jelas.7. Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.

Kelemahan

Teknik Latihan Asertif : Sinta adalah klien yang mengalami kesulitan dalam memilih tindakan, dia tersinggung namun, dia hanya diam tanpa bertindak apapun dia hanya melampiaskan amarah pada perasaannya sendiri. Maka cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini agar siswa atau klien mau memahami tindakan yang akan ia lakukan benar atau tidak.

Teknik Pengkondisian Aversif : Lisa memiliki kebiasaan yang buruk dia senang mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemilik dan yang di ambil adalah penghapus. Dia mengumpulkan barang-barang tersebut karena hobi mengumpulkannya menurutnya itu adalah hal wajar baginya. Dengan Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya.

Teknik Desensitisasi Sistematis : Dina merasa dirinya selalu cemas saat akan menghadapi presentasi dia selalu gemetar di depan audien yang ada di hadapannya dia merasa dirinya tidak layak dan tidak berwawasan luas untuk dapat presentasi depan banyak orang. Dalam kasus ini digunakannya Desensitisasi Sistematis dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan

Teknik Pembentukan Tingkah laku Model : Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.