konsep dan teori belajar dalam proses belajar mengajar2

61
1 KONSEP DAN TEORI BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR I. HAKEKAT DAN PROSES BELAJAR A. Hakekat belajar Sebagian orang berpendapat bahwa belajar merupakan aktivitas yang hanya merupakan kegiatan dilakukan oleh pelajar. Baik yang bersangkutan berstatus siswa di Sekolah Dasar, siswa di Sekolah Menengah maupun mahasiswa di Perguruan Tinggi. Atau setidaknya oleh seseorang yang sedang mengikuti kursus, penataran, pendidikan dan latihan, bimbingan tes, les privat dan sejenisnya. Pendapat demikian sebenarnya kurang tepat karena belajar itu merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui latihan- latihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian tampak jelas bahwa belajar dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Kita lihat seorang petani mendengarkan “temu wicara” , kegiatan ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan setelah selesai mengikuti acara ini petani tersebut berubah pengetahuannya. Seorang pedagang berdialog dengan temannya

Upload: pramitawidyarummiyat

Post on 13-May-2017

252 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

1

KONSEP DAN TEORI BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

I. HAKEKAT DAN PROSES BELAJAR

A. Hakekat belajar

Sebagian orang berpendapat bahwa belajar merupakan aktivitas yang hanya

merupakan kegiatan dilakukan oleh pelajar. Baik yang bersangkutan berstatus siswa di

Sekolah Dasar, siswa di Sekolah Menengah maupun mahasiswa di Perguruan Tinggi.

Atau setidaknya oleh seseorang yang sedang mengikuti kursus, penataran, pendidikan

dan latihan, bimbingan tes, les privat dan sejenisnya.

Pendapat demikian sebenarnya kurang tepat karena belajar itu merupakan

aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya

melalui latihan-latihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian tampak jelas

bahwa belajar dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Kita lihat seorang petani

mendengarkan “temu wicara” , kegiatan ini dilakukan dengan penuh kesadaran dan

setelah selesai mengikuti acara ini petani tersebut berubah pengetahuannya. Seorang

pedagang berdialog dengan temannya mengenai cara-cara memasarkan barang

dagangannya. Setelah selesai berdialog pedagang tersebut juga berubah

pengetahuannya. Ibu rumah tangga yang mengikuti acara peragaan atau demonstrasi

cara memasak kue pastel, juga berubah pengetahuannya setelah mengikuti acara itu.

Agung dan Anam keduanya mencoba-coba mengendarai sepeda dengan jatuh bangun,

setelah beberapa kali jatuh ia dapat berubah ketrampilannya yakni menjadi agak bisa

mengendarai sepeda BMX-nya. Dari contoh-contoh di atas jelas bagi kita bahwa belajar

Page 2: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

2

itu bukan hanya dilakukan oleh individu yang memiliki predikat atau status pelajar saja.

Petani, pedagang, ibu rumah tangga dan si Agung dan Anam kesemuanya melakukan

belajar meskipun mereka bukan tergolong berpredikat pelajar atau mahasiswa. Mereka

semuanya melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan kedalam aktivitas belajar.

Melalui aktivitas belajar memungkinkan seseorang dapat memperoleh suatu

perrubahan dalam dirinya baik perubahan itu berupa perubahan pengetahuan

(kogniitif), sikap (afektif), maupun perubahan ketrampilan (psikomotor). Dengan

perubahan-perunbahan itu manusia dapat memenuhi kebutuhannya, menyesuaikan

dirinya dengan lingkungannya serta mampu memecahkan persoalan-persoalan dalam

hidupnya, dapat memenuhi cita-citanya. Atau dengan kata lain seseorang dapat survive

dalam hidupnya hanya melalui belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada

manusia sebagai akibat belajar bisa perubahan ke arah positif tetapi bisa pula

perrubahan kea rah yang negatif.

1. Pengertian dan ciri-ciri belajar

Terdapat banyak definisi tentang belajar (learning) yang telah dikemukakan oleh para

ahli. Sekalipun mereka tidak sama persis dalam memberikan batasan akan tetapi

diantara mereka tetap ada kesamaan dalam hal-hal yang prinsip tentang belajar. Belajar

seringkali diartikan sebagai aktivias yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk

memperoleh perubahan melalui latihan-latihan maupun pengalaman-pengalaman

belajar lainnya.

Page 3: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

3

Dari batasan di atas setidaknya ada tiga kata kunci yang menjadi prinsip dalam

belajar itu. Pertama, belajar itu dilakukan dengan sengaja. Hal ini berarti bahwa belajar

selalu dilakukan oleh seseorang dengan kesadaran atau dengan kesengajaan. Pada

individu yang sedang belajar ada target maupun sasaran tertentu yang ingin dicapainya.

Target atau sasaran itu mungkin bersifat eksplisit artinya dinyatakan secara terang-

terangan bahkan sampai berupa tujuan tertulis tetapi mungkin juga tidak secara terang-

terangan dan mungkin hanya tersirat dalam hati (implicit). Kedua, terjadi perubahan

pada individu yang belajar atau pebelajar (learner) dalam hal ini berarti bahwa dengan

aktivitas yang dilakukan itu akan diperoleh perubahan, baik perubahan dalam bentuk

pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Ketiga, belajar dilakukan melalui latihan-

latihan maupun melalui pengalaman belajar lainnya. Latihan-latihan itu bisa berupa

mencoba-coba mengendarai sepeda seperti yang dilakukan Agung dan Anam seperti

dicontohkan di atas, latihan mengetik dengan program MS , latihan mengucapkan lafal

dalam bahasa Inggris. Sedangkan pengalaman belajar lainnya membaca media cetak,

berdiskusi atau dialog seperti yang dilakukan oleh pedagang dalam contoh di atas.

Mengamati demonstrasi memasak, mengikuti “temu wicara” juga tergolong aktivitas

belajar.

Atas dasar pengertian belajar seperrti diuraikan di atas maka dapat dikatakan ciri-ciri

aktivitas belajar ialah:

1. Belajar adalah aktivitas yang dilakukan manusia dengan sengaja. Setiap individu yang

belajar selalu memiliki target, sasaran bahkan tujuan tertentu. Tujuan-tujuan itu

Page 4: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

4

kadang-kadang bersifat eksplisit atau tersurat namun adakalanya hanya bersifat

tersirat dalam benak saja (implicit). Tujuan belajar para pelajar di sekolah lebih

terencana dan tertentu sifatnya akan tetapi belajar yang dilakukan oleh manusia

awam (di luar pelajar) seringkali bersifat umum kurang spesifik.

2. Belajar ditandai oleh adanya perubahan-perubahan pada individu. Perubahan itu

adakalanya berupa perubahan pengetahuan, sikap dan bisa juga perubahan

ketrampilan. Perubahan-perubahan itu misalnya dari tidak tahu manfaat reboisasi

menjadi tahu manfaat reboisasi setelah individu itu mengikuti “temu wicara”.

Perubahan sikap yang terjadi misalnya dari acuh takacuh terhadap reboisasi menjadi

peduli (concern) terhadap reboisasi setelah mengikuti panel diskusi. Perubahan

ketrampilan misalnya dari tidak bisa mengendarai sepeda menjadi bisa mengendarai

sepeda setelah mencoba beberapa kali.

3. Belajar dilakukan melalui latihan-latihan atau pengalaman-pengalaman lainnya.

Bentuk belajar itu ialah berupa aktivitas latihan misalnya latihan mengetik computer

dengan program MS, latihan bercakap dalam bahasa Inggris, latihan mengoprasikan

rumus-rumus matematika. Sedangkan belajar melalui pengalaman belajar lainnya

misalnya berdiskusi, membaca buku/majalah, mengamati cara kerja mesin

penggiling padi, tanya-jawab dengan teman.

4. Perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) yang ada pada seseorang

relatif bersifat permanen. Hal ini berarti perubahan itu tidak akan cepat hilang

karena perubahan itu didapat melalui latihan, namun demikian pengetahuan, sikap

Page 5: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

5

dan ketrampilan itu juga tidak menetap selamanya pada seseorang tersebut. Pada

saat tertentu atau dalam keadaan tertentu bisa juga perubahan yang telah dimiliki

menjadi hilang. Misalnya karena lama tidak dipergunakan atau telah lama tidak

dipelajarinya lagi, karena lupa atau sebab adanya gangguan-gangguan lainnya.

Perubahan yang bukan hasil belajar dipastikan hanya bersifat sementara saja

misalnya perubahan akibat kematangan, pengaruh obat, kelelahan maupun karena

sakit.

5. Perubahan perilaku tidak selalu segera tampak begitu selesai melangsungkan

kegiatan belajar. Kadang-kadang perubahan itu baru kelihatan setelah beberapa kal

ibelajar atau setelah beberpa lama belajar. Hal ini biasanya terjadi pada perubahan

sikap dan ketrampilan, sedangkan perubahan pengetahuan umumnya lebih cepat

kelihatan hasilnya. Perubahan itu dikatakan terjadi dapat teramati bila perubahanan

itu sudah cukup banyak, namun bila perubahan itu baru sedikit belum bisa diamati.

Misalnya belajar bahasa Inggris biasanya baru tampak perubahannya setelah belajar

berkali-kali dan setelah sekian lama belajar. Individu yang baru sekali belajar selama

90 menit belajar bahasa Inggris mustahil telah tampak berubah. Perubahan yang

masih sedikit seringkali belum dapat diamati sehingga seolah-olah tidak ada

perubahan.

2. Beberapa aktivitas belajar

Manusia melakukan kegiatan belajar melalui pengamatannya. Oleh karena itu

maka untuk melakukan belajar persyaratan-persyaratan dalam pengamatan berlaku.

Page 6: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

6

Diantara aktivitas pengamatan yang banyak berfungsi untuk belajar ialah melihat dan

mendengar, meskipun aktivitas pengamatan yang lain seringkali juga tampak digunakan,

seperti meraba, mencium dan mencecap.

Belajar melalui melihat, seperti membaca buku/majalah maupun media cetak

lainnya, melihat peragaan cara membuat pupuk kompos, melihat bagian-bagian yang

ada pada sepeda pada saat anak belajar mengendarai sepeda, melihat cara kerja mesin

penggiling padi. Dalam belajar melalui melihat stimulus pokok yang diperlukan ialah

cahaya, warna dan bentuk. Sedangkan organ yang diperlukan ialah mata, urat syaraf

sensoris-motoris dan otak.

Aktivitas mendengar sebagai saran a belajar, misalnya mendengarkan ceramah,

penjelasan, panel diskusi, tanya jawab, seminar dan sejenisnya. Stimulus yang

diperlukan dalam mendengarkan ialah suara, baik suara manusia secara langsung

maupun berupa rekaman elektronik. Organ yang diperlukan ialah telinga, urat syaraf

sensoris-motoris dan otak.

Pengamatan lain seperti meraba, mencium, dan mencecap bisa juga digunakan

belajar misalnya seorang tuna netra membaca huruf Braille, seseorang mencium bau

sedap-tak sedap, dan mencecap rasa pahit-manis. Dari aktivitas meraba, mencium dan

mencecap itu seseorang dapat memperoleh perubahan seperti melakukan pengamatan

lainnya.

Belajar melalui pengamatan seperti disebutkan di atas tidak selalu hanya

pengamatan tunggal misalnya hanya melalui melihat, mendengar, meraba, mencium,

Page 7: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

7

dan mencecap saja. Bisa juga pengamatan itu secara bersama misalnya melihat bersama

dengan mendengar, melihat bersama meraba dan seterusnya. Belajar yang dilakukan

melalui berbagai aktivitas pengamatan akan membuat penguasaan pengetahuan, sikap

maupun ketrampilan menjadi lebih kuat tidak mudah hilang dibandingkan belajar hanya

melalui satu macam pengamatan.

Khusus mengenai aktivitas belajar di sekolah yang dilakukan siswa Sardiman

(2000) menggolongkannya sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambardemonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanyamemberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, music, piano.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

Page 8: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

8

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dengan memperhatikan berbagai aktivitas belajar yang dilakukan siswa di

sekolah itu nampak jelas bahwa aktivitas belajar disekolah itu begitu komplek. Hal ini

menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para guru menciptakan pembelajaran yang

dapat memenuhi kebutuhan belajar para siswanya. Jika para guru mampu menciptakan

pembelajaran yang bervariasi maka dipastikan situasi belajar dan mengajar akan lebih

dinamis. Sebaliknya jika kebutuhan belajar siswa tidak terpenuhi karena guru

menggunakan pembelajaran yang monoton maka siswa akan bosan dan kurang tertarik

terhadap proses belajar mengajar di kelas.

B. Proses Belajar

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang diduga terjadi pada diri

seseorang dalam pusat urat syaraf saat individu belajar. Proses belajar belangsung

secara abstrak karena terjadi secara mental dan tidak bisa diamati. Karena itulah maka

disini digunakan istilah “diduga” karena secara konkrit memang tidak bisa diketahui.

Proses belajar terutama proses belajar yang terjadi di kelas melalui tahap-tahap

atau fase-fase motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali (1) menggali (2),

Page 9: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

9

prestasi, dan fase umpan balik. Fase-fase ini terjadi secara berurutan antara yang satu

dengan lainnya.

Fase motivasi, ialah saat siswa bangkit motivasi dan keinginnya untuk melakukan

kegiatan belajar. Misalnya siswa tertarik untuk memperhatikan apa yang akan

dipelajarinya, melihat gurunya datang, melihat apa yang ditunjukkan guru (buku, alat

peraga), mendengarkan apa yang diucapkan guru, pendeknya memperhatikan semua

hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan berlangsung.

Fase konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian yang telah

muncul pada fase motivasiuntuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang

akan dipelajari. Pada fase ini mungkin perhatian siswa tertuju kepada penampilan guru

(pakaian, sisiran rambutnya, sepatu yang dipakainya), tas atau map yang di bawa guru,

semua buku yang dibawa guru tetapi dalam fase konsentrasi perhatian siswa tidak

demikian lagi. Perhatian sudah spesifik tertuju kepada hal-hal yang relevan dengan apa

yang akan dipelajari. Memperhatiakan alat peraga yang ditunjukkan guru,

mendengarkan penjelasan guru tentang pelajaran yang akan diberikan.

Fase mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam Short

Term Memory (STM) atau gudang ingatan jangka pendek kemudian mengolah informasi-

informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai dengan

penangkapannya masing-masing. Hasil olahan itu berupa simbol-simbol khusus yang

antara satu siswa dengan yang lainnya berbeda. Simbol hasil olahan bergantung dari

pengetahuan dan pengalaman sebelumnya serta kejelasanan penangkapan siswa.

Page 10: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

10

Karena itu tidaklah merupakan hal yang aneh jika setiap siswa akan berbeda

penangkapannya terhadap hal yang sama meskipun diberikan oleh seorang guru yang

sama.

Fase menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol-simbol hasil olahan yang telah

diberi makna ke dalam Long Term Meory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang.

Pada fase ini hasil belajar sudah diperoleh baik baru sebagian maupun keseluruhan.

Perubahan-perubahan sudah terhadi baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun

ketrampilan. Namun harus diakui memang perubahan pengetahuan lebih segera

kelihatan dibandingkan perubahan sikap dan ketrampilan. Untuk perubahan sikap dan

ketrampilan seringkali diperlukan belajar yang tidak hanya sekali saja melainkan harus

beberapa kali baru tampak perubahannya. Setelah fase menyimpan kegiatan belajar

berhenti mungkin dilanjutkan esok atau lusa.

Fase menggali (1), yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam

LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang ia terima. ( Ini terjadi pada

pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya).

Penggalian ini diperlukan agar apa yang telah dikuasai menjadi kesatuan dengan yang

akan diterima, sehingga bukan menjadi informasi yang lepas-lepas satu sama lain.

Setelah penggalian informasi dan dikaitkan dengan informasi baru maka terjadi lagi

pengolahan informasi untuk diberi makna seperti halnya dalam fase mengolah untuk

selanjutnya disimpan dalam LTM lagi.

Page 11: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

11

Fase manggali (2), siswa menggali informasi yang telah tersimpan dalam LTM

untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Fase menggali (2)

diperlukan untuk kepentingan unjuk kerja, menyelesaikan tugas, menjawab soal,

maupun mengerjakan latihan.

Fase prestasi, informasi yang telah tergali dalam fase sebelumnya digunakan

untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil blajar. Hasil belajar itu misalnya

berupa ketrampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal, menyelesaikan

tugas.

Fase umpan balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) yaitu perasaan

puas atas prestasi yang dicapainya. Hal ini terjadi jika pestasinya baik, tetapi sebaliknya

siswa akan tidak senang jika prestasinya jelek. Perasaan puas maupun rasa tidak puas itu

bisa saja diperoleh dari luar yaitu dari gurunya (eksternal) dan bisa pula diperoleh dari

dalam diri siswa sendiri (internal).

Rangkaian fase-fase dalam proses belajar di kelas dapat digambarkan seperti

berikut:

Page 12: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

12

BAGAN PROSES BELAJAR SISWA DI KELAS

(disarikan dari tulisan Winkel W.S. : Psikologi Pengajaran 1989)

Motivasi

Konsentrasi

Mengolah/STM

Menyimpan/LTM

Menggali (2)

Prestasi

Umpan balik

Menggali (1)

Page 13: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

13

C. Tipe-tipe Belajar

Tipe belajar dapat dilihat dari dua segi yakni dari segi proses dan dari segi hasil.

Dari segi proses artinya tipe itu dilihat dari bagaimana proses belajar itu terjadi.

Sedangkan dari segi hasil berarti tipe itu dilihat dari segi bentuk perubahan apa yang

ada setelah individu itu belajar.

Menurut Robert M. Gagne tipe belajar dilihat dari segi proses belajar yakni

bagaimana belajar berlangsung pada individu, tipe belajar dibedakan:

1. Belajar Isyarat (Signal Learning), yakni memberikan respon terhadap stimulus ( S – R).

tipe ini mirip dengan teori Pavlov. Misalnya mendengar bunyi bel – keluar air liur,

melihat kilat – jantung berdebar-debar. Respon berujud keluar air liur dan jantung

berdebar-debar merupakan respon yang telah dikondisi terhadap stimulus bunyi bel dan

kilat.

2. Belajar Stimulus – Respons dengan Penguatan (Stimulus – Respons Learning). Belajar

tipe ini dilakukan dengan memberikan respon terhadap stimulus disertai dengan

penguatan. Misalnya setiap bertemu gurunya memberikan salam. Memberikan salam

merupakan respon yang diulang-ulang oleh siswa (setiap memberi salam gurunya

tersenyum). Memberi salam merupakan respon yang diulang-ulang karena anak

memperoleh penguatan yakni tersenyum dari gurunya. Demikian juga burung beo selalu

mengucapkan “selamat pagi non” kepada anak tuannya. Ucapan selamat pagi

merupakan respon yang diulang-ulang, karena setiap mengucapkan kata itu si beo

memperoleh penguatan yakni makanan kesukaannya.

Page 14: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

14

3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning). Rangkaian dalam chaining merupakan rangkaian

berbagai S – R yang bersifat segera. Hal ini merupakan rangkaian gerakan motorik.

Misalnya datang dari sekolah: meletakkan tas, membuka sepatu, menaruh sepatu, ganti

baju, membasuh tangan, lalu makan. Rangkaian gerakan motorik ini terjadi secara

otomatis bila satu gerakan selesai dikerjakan.

4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation), yakni memberikan reaksi verbal dalam

bentuk kata, kalimat atau bahasa. Anak ditunjukkan gambar kursi: kemudian kepadanya

diajukan pertanyaan: “gambar apa ini?”, lalu amenjawab: “itu gambar kursi”. Demikian

juga pertanyaan: “Siapa namamu?”, anak menjawab: “nama saya Prima”.

5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning). Tipe belajar ini seseorang membedakan

rangsang yang hampir mirip. Seperti membedakan nama binatang yang berkaki empat,

nama bangun seperrti kubus, limas, balok. Nama-nama itu bisa disebutkan dengan

benar jika seseorang telah dapat membedakan dengan tepat antara yang satu dengan

yang lainnya.

6. Belajar Konsep (Concept Learning), yakni menempatkan obyek ke dalam klasifikasi

tertentu misalnya binatang dikelompokkan menjadi vertebrata, reptilia,”ikan-ikanan”,

amphibia. Seseorang dapat mengklasifikasi demikian setelah mengetahui cirri-ciri yang

ada pada setiap binatang tersebut.

7. Belajar Aturan (Rule Learning). Belajar berdasar kaidah atau dalil yang ada. Misalnya

semua logam dipanasi memuai, besarnya sudut sebuah segitiga 180 derajat, air

mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah.

Page 15: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

15

8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving), yakni memecahkan masalah dilakukan

dengan cara menggabungkan beberapa kaidah, konsep dan aturan-aturan yang telah

dikuasai. Pemecahan masalah memerlukan pemikiran dengan cara melihat unsur-unsur,

menghubungkan beberapa pengalaman.

Tipe-tipe belajar yang diuraikan di atas bersifat hierarkis antara yang satu dengan yang

lainnya. Artinya tipe belajar yang dibawah merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya,

tetapi tidak sebaliknya. Misalnya tipe belajar pemecahan masalah mempersyaratkan

penguasaan tipe belajar aturan, tipe belajar aturan mempersyaratkan tipe belajar konsep.

Sedangkan tipe belajar aturan tidak mempersyaratkan tipe belajar pemecahan masalah.

Tipe belajar bagian bawah seperti belajar isyarat, belajar stimulus-respon, belajar

rangkaian barangkali sepertinya kurang relevan untuk belajar di sekolah namun demikian bukan

berarti tidak dipakai sama sekali. Sedangkan tipe belajar asosiasi verbal, belajar membedakan,

belajar konsep, belajar aturan, dan belajar pemecahan masalah jelas merupakan tipe belajar

yang banyak digunakan untuk belajar di sekolah.

Dilihat dari hasil belajar menurut Bloom tipe belajar dibedakan menjadi tipe belajar

kognitif, afektif, dan tipe belajar psikomotor.

1. Tipe Belajar Kognitif. Bentuk belajar kognitif ialah hasil belajar yang berupa perubahan

segi intelektual. Perubahan itu berupa perubahan pengetahuan hafalan (knowledge),

pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis, sintesis dan evaluasi.

Perubahan-perubahan itu berjenjang artinya yang disebutkan terdahulu lebih rendah

tingkatannya dibandingkanyang disebutkan kemudian. Misalnya perubahan

Page 16: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

16

pengetahuan hafalan lebih rendah tingkatannya dibandingkan denganperubahan

pemahaman, perubahan pemahaman lebih rendah dibandingkan dengan penerapan.

2. Tipe Belajar Afektif, yakni merupakan hasil belajaryang berupa perubahan sikap

seseorang. Misalnya dari sikap masa bodoh tentang reboisasi, setelah belajar tentang

hal itu (mengikuti “temu wicara”) seorang petani sikapnya berubah menjadi peduli

terhadap reboisasi. Perubahan sikap terjadi sudah barang tentu didahului oleh adanya

perubahan pengetahuan.

3. Tipe Belajar Psikomotor, adalah hasil belajar yang berupa perubahan ketrampilan

seseorang. Sama halnya dengan perubahan sikap, perubahan ketrampilan juga lebih

dahulu diawali adanya perubahan pengetahuan, misalnya dari tidak bisa mengendarai

sepeda motor setelah belajar seseorang dapat mengendarai motor. Perubahan

ketrmpilan ini terjadi setelah yang bersangkutan mengetahui cara kerrja motor itu.

Persneleng untuk apa, cara menghidupkan dan mematikan mesin, cara memasukkan

gigi persneleng serta pengetahuan lainnya yang berhubungan dengan motor. Sebelum

ada perubahan itu mustahil dapat mengendarai motor.

D. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima

informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut atau cara yang cenderung

dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi

tersebut. Dengan demikian maka pada dasarnya setiap orang itu akan berbeda dalam

cara belajarnya, cara menangkap informasi, cara mengolah informasi itu untuk diberi

Page 17: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

17

makna sesuai dengan persepsinya masing-masing. Hal ini memperkuat adanya

pandangan bahwa setiap orang itu berbeda dengan lainnya. Tentang gaya belajar ini

lebih lanjut dijelaskan oleh Nasution bahwa gaya belajar merupakan cara yang konsisten

yang dilakukan seseorang dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,

berfikir, dan memecahkan soal. Tidak semua orang mengikuti cara yang sama, masing-

masing menunjukkan perbedaan. Gaya belajar seseorang berkaitan dengan kepribadian

seseorang, pengalaman, pengetahuan yang dimiliki, serta riwayat hidup orang yang

bersangkutan.

Gaya belajar setiap orang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini berarti bahwa

sejumlah siswa akan sejumlah itu juga gaya belajar yang dimilikinya. Namun demikian

dari penelitian yang ada diketemukan adanya pola kesamaan yang dapat dikategorikan

sebagai berikut:

David Kolb (1981) mengemukakan adanya empat kutub kecenderungan

seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub itu ialah:

a. Kutub Perasan/Feeling (Concrete Experience). Anak belajar melalui perasaan,

dengan menekankan segi-segi pengalaman konkrit, lebih mementingkan relasi

dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses

belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu berdaptasi terhadap

perubahan yang dihadapinya.

b. Kutub Pemikiran/Thinking (Abstract Conceptualization). Anak belajar melalui

pemikiran dan lebih terfokus pada analogis dari ide-ide, perencanaan sistematis,

Page 18: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

18

dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam

proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta

mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

c. Kutub Pengamatan/Watching (Reflective Observation). Anak belajar melalui

pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu

perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang

diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya

untuk membentuk opini atau pendapat.

d. Kutub Tindakan/Doing (Active Experimentation). Anak belajar melalui tindakan,

cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mngambil

resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar,

anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan,

pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.

Lebih lanjut Kolb menjelaskan bahwa seseorang dalam proses belajarnya tidak ada

yang murni tunggal mengikuti satu kutub tertentu, akan tetapi fakta yang ada

seseorang itu akan memiliki gaya belajar kombisasi satu kutub dengan kutub lainnya.

Atas dasar itulah maka gaya belajar seseoarang itu diklasifikasi menjadi empat

macam yakni:

a. Gaya Diverger, kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Anak yang memilki

tipe ini unggul dalam melihat situasi konkrit dari banyak sudut pandang yang

berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati dan bukan

Page 19: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

19

bertindak. Anak demikian menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk

menghasilkan die-ide, biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali

mengumpulkan berbagai informasi.

b. Gaya Assimilator, kombinasi dari berfikir dan mengamati. Anak dengan gaya ini

memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta

merangkumnya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak

tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep

yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

c. Gaya Converger, kombinasi dari berfikir dan berbuat. Anak dengan tipe ini

unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya

mereka memiliki kemampuan yang baik dalam memecahkan masalah dan

pengambilan kepurtusan. Mereka juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas

teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.

d. Gaya Accomodator, merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan. Anak

dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman

nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan

dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung

untuk berrtindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada berdasarkan

analisa logis. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka biasanya

mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/inforamasi)

dibanding analisa teknis.

Page 20: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

20

Susilo dalam bukunya Gaya Belajar Menjadikan makin Pintar , mengklasifikasi

gaya belajar yang ada pada seseoang itu sebagi berikut:

1. Kolaboratif – Indipenden. Seseorang yang merasa lebih mudah untuk belajar bisa

dilakukan bersama teman atau kelompok termasuk memiliki gaya kolaboratif, bisa

diterapkan pada mahasiswa yang mengambil jurusan manajemen, sastra, dan

perhotelan. Sebaliknya, gaya indipenden dimiliki oleh mereka yang lebih suka untuk

belajar sendiri, sesuai untuk diterapkan pada jurusan seni, desain, teknik sipil, teknik

asitektur.

2. Tactile – Verbal. Gaya belajar taktil menjadi ciri dari orang-orang yang suka

menggunakan gambar, diagram, hitungan, dan banyak praktek, antara lain menjadi

ciri khas mahasiswa jurusan teknik sipil, teknik arsitektur, desain, teknik mesin,

akutansi, teknik industri. Sedangkan mereka yang lebih suka belajar dengan

membaca atau menulis, mnganut gaya belajar yang bersifat verbal, misalnya terlihat

pada mahasiswa jurusan sastra, manajemen.

3. Persepsi Konkrit – Analisa Abstrak. Ada orang yang merasa lebih mudah

mempelajari sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman yang nyata/konkrit,

disebut sebagai gaya belajar persepsi konkrit, seperti dengan cara menghafal atau

tinggal menerima saja suatu informasi. Sebaliknya adalah mereka yang lebih suka

menggunakan analisis abstrak, meliputi belajar dengan cara menggali sendiri dan

belajar dengan memfokuskan pada pemahaman/pengertian suatu makna.

Page 21: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

21

4. Auditori – Visual. Seorang siswa yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu bila

mendengarkan keterangan-keterangan dari guru, disebut memiliki gaya belajar

auditori. Adapun siswa yang merasa mudah untuk belajar bila dengan cara melihat

atau membaca bahan-bahan pelajaran, disebut memiliki gaya belajar visual.

5. Terstruktur – Tidak Terstruktur. Seseorang dengan gaya belajar terstruktur

cenderung membutuhkan petunjuk dan batasan yang jelas dalam mempelajari

sesuatu hal, misalnya nampak pada mahasiswa dari jurusan akutansi, teknik sipil.

Sebaliknya, mereka yang memiliki gaya belajar tidak terstruktur, lebih suka

menjabarkan dan menggali lebih dalam hal yang dipelajari, misalnya terlihat pada

mahasiswa dari jurusan seni, desain, teknik arsitektur, sastra.

6. Sprinter – Maraton. Gaya belajar sprinter dimiliki oleh orang-orang yang bisa

belajar lebih baik bila berada dalam suatu tekanan. Sebaliknya mereka yang

memerlukan persiapan lebih dahulu jauh-jauh untuk bisa mempelajari suatu

termasuk memiliki gaya belajar yang bersifat maraton.

Penelitian yang dilakukan oleh Witkin tentang Gaya Belajar yang dijelaskan oleh

Nasution, dikemukakan ada tiga klasifikasi gaya belajar yakni: filed dependent – field

independent, Impulsif – Reflektif, dan Preseptif – reseptif - Sistematis – Intuitif

1. Field Dependent – Field Independent. Karakteristik yang ada pada gaya field

dependent sangat dipengaruhi oleh lingkungan , banyak tergantung pendidikan masa

kecil. Dididik untuk selalu memperhatikan orang lain. Mengingat hal-hal dalam konteks

sosial, misalnya gadis, mengenakan rok menurut panjang yang lazim. Bicara lambat

Page 22: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

22

agar dapat dipahami orang lain. Mempunyai hubungan sosial yang luas, cocok untuk

bekerja dalam bidang bimbingan dan konseling, pendidikan, dan sosial, atau lebih

cocok untuk memilih psikologi klinis. Lebih banyak terdapat pada kalangan wanita.

Lebih sukar memastikan bidang mayornya dan sering pindah jurusan. Tidak senang

pelajaran matematika, lebih menyukai bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Guru

yang field dependent cenderung diskusi, demonstrasi. Memerlukan petunjuk yang

lebih banyak untuk memahami sesuatu, bahan hendaknya tersusun langkah demi

langkah. Lebih peka akan kritik dan perlu mendapat dorongan, kritik jangan bersifat

pribadi. Sedangkan gaya belajar field independent memiliki spesifikasi kurang

dipengaruhi oleh lingkungan dan oleh pendidikan di masa lampau. Dididik untuk

berdiri sendiri dan mempunyai otonomi atas tindakannya, tidk peduli akan norma-

norma orang lain. Berbicara cepat tanpa menghiraukan daya tangkap orang lain.

Kurang mementingkan hubungan sosial, sesuai untuk jabatan dalam bidang

mamtematika, sains, teknik. Lebih sesuai memilih psikologi eksperimental. Di dominasi

oleh pria daripada wanita. Lebih mudah memilih bidang mayornya. Dapat juga

menghargai humaniora dan ilmu-ilmu soaial, akan tetapi lebih cenderung kepada

matematika dan ilmu pengetahuan alam. Guru yang field independent cenderung

memberikan kuliah, menyampaikan mata pelajaran dengan cara memberitahukannya.

Tidak memerlukan petunjuk yang rinci. Dapat menerima kritik demi perbaikan.

2. Impulsive – Reflektif. Orang yang impulsive mengambil keputusan dengan cepat

tanpa memikirkan secara mendalam. Sebaliknya orang yang reflektif

mempertimbangkan segala alternative sebelum mengambil keputusan dalam situasi

Page 23: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

23

yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Jadi orng refelktif atau impulsive

bergantung pada kecenderungan untuk merfleksi atau memikirkan alternative-

alternatif kemungkinan pemecahan suatu masalah yang bertentangan dengan

kecenderungan untuk mengambil keputusan yang impulsive dalam menghadapi

masalah-masalah yang sangat tidak pasti jawabanannya.

3. Preseptif – Reseptif – Sistematis – Intuitif. Orang yang preseptif dalam

mengumpulkan informasi mencoba mengadakan organisai dalam hal-hal diterimanya,

ia menyaring informasi yang masuk dan memperhatikan hubungan-hubungan di

antaranya. Ia membentuk aturan yang membantunya dalam menerima informasi yang

sesuai dengan sistem atau konsep yang mereka gunakan agar informasi itu merupakan

kebulatan yang bertalian. Orang yang reseptif lebih memperhatikan detail atau rincian

informasi dan tidak berusaha untuk membulatkan atau mempertalikan informasi yang

satu dengan yang lain. Orang yang reseptif mengumpulkan banyak informasi akan

tetapi tidak melihat atau membentuknya menjadi kebulatan yang bermakna.

Sebaliknya yang preseptif cenderung untuk menyaring data atau informasi, dengan

kemungkinan mengabaikan detail yang mungkin ada maknanya bagi pemecahan suatu

masalah. Orang sistematis mencoba melihat struktur suatu masalah dan bekerja

sistematis dengan data atau informasi untuk memecahkan suatu persoalan. Orang

yang intuitif langsung mengemukakan jawaban tertentu tanpa menggunakan informasi

secara sistematis. Mereka lebih cenderung untuk memecahkan suatu persoalan

dengan jalan trial and error dan mudah melompat-lomapat dari cara penyelesaian

yang satu kepada lainnya. Dengan demikian maka dapat dirangkumkan seperti berikut

Page 24: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

24

ini. Preseptif, (1) memperhatikan aturan, (2) memusatkan perhatian pada hubungan di

antara informasi atau data, (3) melompat dari data yang satu kepada data yang lain

untuk mendapatkan hubungannya. Reseptif, (1) memperhatikan detail, (2) menjauhi

bentuk konsep sebelum memperoleh suatu keterangan, (3) mendesak atau menuntut

segala keterangan sebelum mengambil kesimpulan. Intuitif, (1) memperhatikan

keseluruhan masalah, (2) mempercayai petunjuk atas perasaan, (3) melompat-lompat

jalan pikirannya, (4) sering merumuskan masalah itu kembali, (5) mempertahankan

jawabannya atas dasar cocoknya jawaban itu dengan hal-hal lain, jadi tidak

berdasarkan metode yang digunakannya. Sistematis, (1) mula-mula mencari suatu

metode pendekatan dan pemecahan, (2) menentukan jawaban berdasarkan suatu

metode, (3) segera meniadakan alternative yang tidak sesuai, (4) melakukan penelltian

dengan teratur untuk mendapatkan data yang lebih banyak, (5) menyelesaikan setiap

langkah sebelumnya sebelum meningkat kepada langkah berikutnya.

Cara-cara Mempengaruhi Gaya Belajar Siswa

Pendapat Mahlios dari hasil studinya yang dikemukan oleh Slameto menjelaskan

beberepa temuannya sebagai berikut:

1. Menempatkan siswa di dalam kelas yang berbeda berdasarkan gaya belajar mereka.

Melalui penempatan kelas yang terpisah, guru dapat memberikan pengajaran melalui

metode yang dianggap lebih efektif dan relevan bagi masing-masing gaya belajar. Untuk

tujuan ini, kesadaran guru akan pilihan gaya pengajarannya serta pengetahuannya

mengenai pilihan atau gaya belajar siswa merupakan praktek utama, agar pengajaran yang

Page 25: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

25

lebih sesuai dapat diterapkan pada siswa. Siswa dengan gaya belajar field dependent (FD)

lebih cocok dengan metode pembelajaran discoverey atau proses penemuan, sedangkan

yang bergaya field independent (FDP) lebih sesuai dengan metode ekspository atau

ceramah.

2. Menempatkan siswa-siswa FD dan FDP di dalam kelas yang sama, dengan perbandingan

yang cukup seimbang. Dibandingkan dengan cara pertama, cara kedua ini lebih ekonomis.

Untuk cara ini, kesadaran guru akan gaya pengajaran yang dipilih penting sekali. Teknik

pengajaran yang dipakai harus secara selektif diberikan: (a) sebagai tahap pelaksanaan

pengajaran, pemberian kuliah sebagai metode pengajaran dapat dilakukan kemudian, (b)

diskuis-diskusi kelompok dapat dilakukan.

3. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pengajaran ialah memberikan umpan

balik kepada pengajar sehubungan dengan pola-pola interaksi yang mereka gunakan

dengan siswa tertentu. Informasi atau umpan balik yang diterima diharapkan dapat

membantu pengajar untuk mengetahui bagaimana mereka dalam kenyataannya

berhubungan dengan siswa dalam hal cara pengajaran yang digunakan.

Page 26: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

26

II. TEORI BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR

A. Teori Belajar

Proses belajar yang terjadi pada seseorang dapat dijelaskan menurut teori-teori

tertentu. Teori yang menerangkan bagaimana terjadinya proses belajar pada seseorang

itu disebut teori belajar. Untuk memberi sedikit gambaran tentang teori belajar berikut

disajikan secara singkat beberapa teori belajar yang popular dan sering dijumpai dalam

praktek penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

1. Teori koneksionisme (connectionism theory), teori ini dikemukakan oleh E.L. Thorndike.

Menurut teori ini belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus (S)

dengan respon (R). Hubungan stimulus dengan respon itulah yang menentukan kuat

lemahnya tingkahlaku yang dibentuk. Bila hubungan itu kuat akan menjadi kebiasaan

tetapi jika sebaliknya hubungan itu lemah maka kebiasaan akan hilang. Karena teori ini

menekankan hubungan antara S – R maka teori ini disebut teori koneksionisme atau

teori bond (koneksi=bond=hubungan). Sebelum mengemukakan teori belajarnya

terlebih dahulu ia melakukan percobaan terhadap seekor kucing. Percobaan itu

dilakukan dengan cara memasukkan kucing ke dalam sangkar yang tertutup pintunya. Di

luar sangkar ditaruh daging yang merupakan makanan kesukaan kucing. Daging di sini

merupakan stimulus (S) bagi kucing. Melihat daging yang ada di luar sangkar kucing

berusaha memberi respon yakni dengan cara mencakar dan menubruk sangkar yang

tertutup itu. Respon itu diberikan berkali-kali (perbuatan ini disebut trial and error).

Setelah mencakar dan menubruk berkali-kali akhirnya si kucing dapat menyentuh pintu

Page 27: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

27

dan keluar. Percobaan demikian dilakukan beberapa kali, ternyata trial yang dilakukan

oleh kucing makin lama makin sedikit, hubungan antara stimulus dengan respon

semakin kuat. Atas dasar percobaan itu E.L. Thorndike berkesimpulan, (a) belajar terjadi

pada seseorang dengan tanpa idea atau penalaran melainkan dilakukan dengan respon

instinktif. Kucing memberi respon dengan mencakar, menubruk sesuai dengan insting

naluriah yang dimilikinya. Seekor ayam dengan mematuk atau mencakar bila

memberikan respon, (b) belajar berlangsung secara bertahap (incremental) bukan

sekaligus (cramming). Artinya belajar itu dilakukan berkali-kali melalui trial and error, (c)

semua makhluk mamalia (termasuk manusia) memiliki kecenderungan cara belajar yang

sama. Karena itu dalam belajar berlaku hukum-hukum yang universal, berlaku untuk

semua makhluk mamalia tidak terkecuali juga manusia.

Dalam teori koneksionisme dikenal dengan hukum-hukum belajar yakni suatu

kecenderungan yang ada pada saat individu belajar. Hukum belajar yang utama atau

biasa disebut hukum belajar primer ialah the law of readiness, the law of exercise, dan

the law of effect.

a. The law of readiness, hokum ini menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus

dengan respon akan cepat terjadi dan semakin kuat bila organism telah ada kesiapan

saat stimulus dimunculkan, namun jika organisme belum siap respon sulit terjadi

dan akan lemah. Menurutnya ada tiga suasana yang mungkin terjadi: (1) organisme

siap – diberikan stimulus – anak memberikan respon. Respon tingkahlaku anak akan

sepenuh hati sehingga memberikan kepuasan, (2) organisme siap – tidak diberi

Page 28: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

28

stimulus – anak tidak memberi respon. Karena itu kemudian anak akan

bertingkahlaku lain untuk mengurangi ketidak puasannya, (3) organisme tidak siap –

diberi stimulus – anak memberikan respon dengan terpaksa. Dalam hal ini anak tidak

puas dan akan menampakkan tingkahlaku lain untuk menekan paksaan yang ada.

Suasana yang paling baik untuk keefektifan belajar ialah suasana yang pertama

yakni: anak siap – diberi stimulus –anak memberikan respon.

b. The law of exercise, menjelaskan hubungan antara stimulus dengan respon akan

menjadi kuat bila sering diadakan latihan (the law of use), tetapi sebaliknya akan

lemah jika jarang dilatihkan (the law of disuse). Jadi jika sering diberikan latihan

kepada anak maka respon akan mudah terjadi dan jika jarang dilatihkan maka

respon akan sulit terjadi.

c. The law ofeffect, menjelaskan bahwa efek/pengaruh/akibat ialah kuat tidaknya

hubungan antara stimulus dengan respon tergantung akibat yang dirasakan individu

setelah memberikan respon. Suatu respon yang membuat individu memperoleh

kepuasan maka akan memperkuat hubungan antara stimulus dengan respon, tetapi

jika anak setelah memberi respon menjadi kecewa maka akan memperlemah

hubungan antara stimulus dengan respon.

Hukum-hukum belajar ini akhirnya direvisi sendiri oleh E.L.Thorndike menjadi: the law of

exercise tidak lagi dibenarkan karena ternyata latihan saja tidak cukup membuat

kuatnya hubungan antara stimulus dengan respon. Hukum lain yang juga direvisi ialah

the law ofeffect, menurut penelitian selanjutnya ternyata hanya sebagian yang benar.

Page 29: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

29

Yakni respon yang diikuti perasaan senang akan memperkuat hubungan antara stimulus

dengan respon, sedangkan respon yang diikuti perasaan tidak senang tidak otomatis

memperlemah hubungan antara stimulus dengan respon.

Konep lain yang dikemukakan oleh E.L.Thorndike ialah:

a. Multiple respons, yakni respon yang bermacam-macam atau bervarasi pada saat

permulaan indvidu mengalami proses belajar. Jika seseorang tidak dapat

memecahkan masalah dengan suatu respon maka dia akan mencoba dengan respon

lainnya sampai individu mendapatkan respon yang tepat.

b. Transfer of training, yakni pengalihan hasil belajar kepada pemecahan masalah atau

pnyelesaian tugas lain. Transfer of training akan terjadi jika situasi baru yang

dihadapinya banyak kemiripan dengan apa yang sudah dikuasai. Dengan demikian

respon yang dilakukan berdasarkan kesamaan respon yang pernah dilakukan

sebelumnya. Keadaan ini sering disebut response by analogy. Unsur-unsur yang ada

dalam stimulus baru ada kemiripan dengan unsur-unsur yang ada dalam stimulus

sebelumnya. Kesamaan unsur ini disebut identical elements. Konsep ini

mengisyaratkan bahwa pengajaran di sekolah seharusnya dibuat mirip dengan apa

yang terjadi di masyarakat agar nantinya pada anak mudah terjadi transfer of

training. Anak akan mampu memecahkan masalah-masalah di masyarakat meskipun

hal itu belum pernah dijumpai ketika di sekolah.

c. Associative chifting, konsep ini berhubungan dengan konsep identical elements pada

transfer of training yakni peralihan suatu situasi lama ke situasi baru. Caranya ialah

Page 30: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

30

situasi lama sedikit demi sedikit ditambahkan unsur atau elemen baru maka dengan

demikian akan menimbulkan respon baru yang semula respon itu ditujukan kepada

situasi lama maka setahap demi setahap akan berupa respon baru sama sekali.

d. Prepotency of elements, yakni seseorang akan memberikan respon kepada stimulus

sesuai dengan persepsinya masing-masing. Jadi suatu stimulus tidak akan dilihat

secara keseluruhan malainkan akan dilihat sebagian yang mnjadi perhatiannya,

itulah yang akan diberi respon sedangkan lainnya tidak akan direspon.

e. Set and attitude, yakni situasi dan sikap seseorang mempengaruhi respon yang

diberrikannya. Situasi kejiwaan yang menyenangkan, sikap yang positif

mempengaruhi respon yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang ada.

Pendapat ini menunjukkan bahwa dalam belajar manusia tidak dipandang seperrti

mekanis atau mesin tetapi unsur kejiwaannya tetap mempengaruhi responnya.

2. Teori klasikal conditioning (classical conditioning theory), yakni merupakan teori belajar

yang dipelopori oleh Ivan Pavlov. Tokoh ini lebih dahulu melaksanakan eksperrimen

terhadap keluarnya air liur anjing sebagai respon terhadap stimulus yang diatur atau

dikondisi yaitu suara bel atau cahaya lampu yang disodorkan setelah stimulus daging

diberikan.

Page 31: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

31

Unsur-unsur dalam eksperimen Pavlov ialah:

a. Unconditioned stimulus (UCS), yakni stimulus yang waja menimbulkan respon, dalam

hal ini ialah daging.

b. Unconditioned response (UCR), yaitu respon yang wajar timbul terhadap UCS, dalam

eksperimen ini ialah keluarnya air liur.

c. Conditioned stimulus (CS), yakni stimulus netral yang tidak menimbulkan respon

wajar, dalam eksperimen ini ialah cahaya lampu atau bunyi bel.

Bagan eksperimen Pavlov sebagai berikut:

Bunyi bel ----------------------------->daging---------------------------------------->air liur

(CS) (UCS) (UCR)

Percobaan ini dilakukan dengan cara membunyikan bel – menyodorkan daging – maka

akan keluar air liur. Air liur keluar merupakan respon yang wajar terhadap stimulus

daging. Demikian dilakukan beberapa kali, dan akhirnya setelah bel dibunyikan tidak lagi

disodori daging ternyata air liur tetap keluar. Dalam hal ini air liur ternyata bisa

merupakan respon terhadap bunyi bel (setelah lebih dahulu dikondisi), meskipun bunyi

bel sebenarnya merupakan stimulus yang netral. Jadi air liur merupakan respon

bersyarat terhadap bunyi bel, sehingga kemudian ditemukan:

Bunyi bel ------------------------------------------------------>air liur

(CS) (CR)

Page 32: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

32

Dalam tahap ini air liur selalu keluar jika kepada anjing itu dibunyikan bel. Namun diakui

ternyata respon terhadap stimulus yang dikondisi demikian makin lama juga akan

berhenti juga, artinya air liur tidak lagi keluar meskipun disodorkan bunyi bel. Keadaan

demikian ini disebut experimental exitinction. Jika kemudian experimental exitinction

dihentikan sementara kemudian bunyi bel disodorkan lagi maka respon keluarnya air

liur akan terjadi lagi, hal ini disebut oleh Pavlov spontaneous recovery atau respon

“hidup kembali” secara spontan.

Inti pokok dari ajaran teori klasikal kondotioning ialah bahwa tingkahlaku dapat

dibentuk atau dirubah (merupakan hasil belajar) dengan mengkondisi stimulus. Respon

si belajar dapat diarahkan terhadap stimulus tertentu meskipun semula tidak

menimbulkan respon. Bunyi bel seperti dalam percobaan di atas semula bukan

merupakan stumulus bagi respon keluarnya air liur, tetapi karena dikondisi dengan

daging yang merupakan stimulus yang wajar (UCS) maka air liur menjadi respon bagi

bunyi bel.

Contoh kejadian di sekolah mengenai berlakunya teori klasikal conditioning:

Fisika -----------------------> guru yang ramah ---------------------------------->rasa senang

(CS) (UCS) (UCR)

Fisika ----------------------------------------------------------------------------------->rasa senang

(CS) (CR)

Page 33: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

33

Fisika merupakan stimulus netral tetapi bisa menimbulkan rasa senang karena

telah dikondisi dengan stimulus guru yang ramah. Fisika merupakan CS, guru yang

ramah merupakan UCS dan rasa senang pada siswa semula merupakan UCR. Respon

rasa senang ditujukan kepada guru yang ramah, tetapi setelah itu rasa senang bisa

merupakan respon terhadap pelajaran fisika, disini rasa senang merupakan (CR)

terhadap pelajaran fisika (CS).

3. Teori Belajar Gestalt (Gestalt Theory). Tokoh penting dalam teori ini ialah Kohler, Koffka,

Wertheimer. Teori belajar ini dipengaruhi oleh aliran psikologi gestalt yang menyatakan

bahwa sistem kejiwaan seseorang merupakan kesatuan, unsur-unsur yang ada di

dalamnya tidak memiliki arti apa-apa di luar kesatuan. Jadi unsur-unsur itu baru

memiliki arti jikalau di dalam suatu kesatuan organisasi. Misalnya kita mengamati

manusia, maka kita akan mengamati manusia itu sebagai suatu kesatuan. Bagian-bagian

yang ada didalamnya diamati dalam konsteks kesatuan manusia yang bersangkutan

bukan dilihat secara terpisah-pisah. Dalam gambar berikut ini menunjukkan secara jelas

tentang psikologi gestalt.

Kesatuan unsur-unsur dalam kesatuan

Page 34: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

34

Percobaan terhadap seekor simpanse yang dilakukan oleh Kohler memberi ilham

lahirnya Teori Belajar Gestalt. Seekor simpanse dimasukkan dalam sangkar yang di atasnya

digantungkan pisang, di dalam kandang itu dilengkapi beberapa balok yang dpat disusun ke

atas, serta beberapa tongkat yang juga dapat disambung-sambung. Dlam percobaan itu

simpanse berusaha untuk meraih pisang yang ditaruh di atasnya, untuk mencapainya ia

mengamati hal-hal yang ada di sekitarnya. Simpanse mengambil balok dan secara

bertahapd isusun setelah selesai kemudian dia naik di atas balok ternyata masih belum bisa

meraih pisang. Keadaan ini masih belum bisa memecahkan masalah untuk meraih pisang,

selanjutnya simpanse melihat ada tongkat. Secara bertahap tongkat disambung-sambung

dan pada akhirnya problem untuk meraih pisang dapat terpecahkan.

Prinsip pokok teori belajar Gestalt ialah belajar itu merupakan aktivitas untuk

memecahkan problem. Setiap menghadapi problem individu mengalami ketidak

seimbangan dalam kognisinya yang terus menerus. Keadaan ketidak seimbangan ini akan

menimbulkan motivasi bagi individu yang bersangkutan untuk mencari keseimbangan.

Individu akan mencari dan memikirkan hal-hal apa yang dapat memecahkan problem yang

sedang dihadapinya. Ia akan mencoba berfikir menghubungkan pengalaman-pengalaman

berbagai pengetahuan agar bisa memecahkan problem. Diketemukannya pemecahan

masalah itu secara tiba-tiba sebagai insight (pemahaman). Sebelum menemukan insight

lebih dahulu individu melakukan pra solution, yakni mencoba kemungkinan pemecahan

masalah yang tepat. Mencoba kemungkinan salah satu pemecahan. Jika pemecahan itu

diduga tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan pemecahan masalah lainnya sampai

akhirnya ditemukan pemecahan yang tepat. Dalam tahap ini apa yang dilakukan individu

Page 35: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

35

seolah seperti trial and error dalam teori koneksionisme. Namun perlu diketahui bahwa

trial and error dalam belajar gestalt berlangsung secara mental sedangkan trial and error

dalam teori koneksionisme berlangsung secara instingtif. Misalnya melalui mencakar,

meunubruk seperti yang dilakukan oleh kucing atau mematuk seperti yang dilakukan oleh

ayam.

Belajar di sekolah menurut teori ini tidak ubahnya kepada siswa itu dihadapkan berbagai

problem belajar. Misalnya kepada siswa disodorkan informasi yang belum ia ketahui,

ditanamkan sikap yang belum ia miliki,dilatihkan ketrampilan yang belum ia kuasai.

Informasiyang belum ia ketahui, sikap yang belum ia miliki dan ketrampilan yang belum

dikuasai itu merupakan problem yang harus dipecahkannya. Karena itu kemudian siswa

berusaha memecahkan problem melalui berbagai aktivitas belajar seperti mendengarkan

penjelasan guru, membaca literatur yang disarankan, berdiskusi dengan teman, melakukan

percobaan di laboratorium, berlatih melakukan kegiatan tertentu serta kegiatan-kegiatan

lain yang memungkinkan seseorang memperoleh pemecahan masalah. Belajar secara

gestalt disebut insightful learning.

Insidghtful learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perpindahan dari fase pra solution ke fase solution adalah secara tiba-tiba

dan menyeluruh.

b. Penyelesian problem yang diperoleh melalui insight biasanya lancar dan

tanpa masalah.

Page 36: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

36

c. Penyelesaian problem melalui insight biasanya diingat untuk jangka waktu

yang lama.

d. Prinsip-prinsip yang diperoleh melalui insight akan dengan mudah dikenakan

kepada problem-problem lain atau terjadi transfer of training.

Dalam teori belajar gestalt berlaku prinsip-prinsip belajar seperti berikut:

a. Belajar itu berdasar keseluruhan. Keseluruhan lebih berarti atau bermakna

bila dibandingkan dengan bagian-bagian. Karena bagian akan memiliki

makna bila ada hubungannya dengan keseluruhan. Misalnya kata-kata lepas

tidak mempunyai arti sebelum dirangkai ke dalam kalimat.

b. Si belajar (learner) merupakan keseluruhan. Individu yang belajar juga

merupakan keseluruhan aspek pribadinya, bukan hanya salah satu aspek

saja. Misalnya hanya aspek intelek saja, emosi saja. Hal ini terjadi karena jiwa

merupakan totalitas.

c. Belajar merupakan insight. Seseorang melakukan perbuatan belajar berkat

adanya insight, bukan semata-mata trial and error. Perbuatan belajar benar-

benar didasarkan pada pemahaman yang diperolehnya dengan jalan

menghubung-hubungkan pengalaman ke dalam berbagai situasi.

d. Belajar berdasarkan pengalaman. Insight akan mudah terjadi jika seseorang

memilikibanyak pengalaman yang relevan dengan problem yang dihadapi.

Page 37: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

37

Hal ini terjadi karena makin banyak pengalaman yang relevan maka

memudahkan untuk menghubungkannya dengan situasi dan kondisi baru.

e. Belajar akan lebih berhasil jika dihubungkan dengan minat dan kebutuhan

siswa. Anak-anak akan lebih berhasil belajarnya jika apa yang dipelajari

sesuai dengan minat dan kebutuhan. Hal demikian akan menarik minat dan

perhatian siswa. Karena itu guru harus berusaha untuk selalu

menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa.

B. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar atau learning difficulty ialah kondisi dalam proses belajar yang

ditandai adanya hambatan untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu bisa

datang dari luar siswa bisa juga dari dalam siswa itu sendiri. Di samping itu hambatan

bisa terjadi pada salah satu fase dalam proses belajar. Learning difficulty meliputi

learning disorder, learning disabilities,learning disfunction, under achiever, slow learner

dan sebagainya. Learning disorder memiliki pengertian keacauan dalam belajar, apa

yang dipelajari kacau satu sama lain. Learning diasabilities ialah kurang ada kemampuan

belajar. Learning disfunction ialah kemampuan belajar tidak berfungsi dengan normal.

Under achiever ialah hasil belajar yang ada di bawah kemampuan dasarnya. Sedangkan

slow learner ialah individu yang mengalami kelambatan dalam belajar.

Page 38: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

38

Gejala-gejala kesulitan belajar pada individu dapat dilihat pada tanda-tanda berikut ini:

1. Hasil belajar tidak memuaskan. Prestasi belajar yang dapat dilihat dari nilai yang

diperoleh siswa ketinggalan dari teman-temannya. Makin jauh ketinggalannya maka

menandakan makin parah kesulitannya.

2. Adanya tanda-tanda kelambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Mengumpulkan tugas, pekerjaan rumah, mengerjakan ulangan, melaksanakan perintah

sering terlambat. Kelambatan-kelambatan itu seolah tidak disengaja oleh individu yang

bersangkutan.

3. Adanya tingkahlaku negatif. Tingkah laku seperti sering membolos, menentang

guru,membuat kacau di kelas serta keonaran lainnya. Sifat-sifat negatif seperti itu

menggambarkan adanya kesulitan pada dirinya.

4. Adanya emosi yang tidak terkontrol. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seringkali

menunjukkan tanda-tanda nervus, gelisah, cemas, kurang percaya diri, mudah

tersinggung.

Page 39: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

39

III. APLIKASI TEORI BELAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas pengajar seharusnya berusaha

mengaplikasikan beberapa konsep dan teori belajar. Dengan mengaplikasikan konsep

maupun teori itu maka diharapkan proses belajar mngajar di kelas dapat berlangsung

secara efektif dan dapat mencapai sasaran.

Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar dapat dikategorikan menjadi 5 tingkatan

yaitu: penetapan tujuan, penilaian kemampuan awal siswa, seleksi dan organisasi

pengalaman-pengalaman di dalam kelas, bimbingan pengalaman-pengalaman belajar di

kelas dan terakhir evaluasi.

Berikut ini akan diketengahkan beberapa contoh aplikasi konsep dan teori belajar ke

dalam tahapan proses belajar mengajar di atas.

Penetapan tujuan, dalam tahap ini yang dapat dilakukan guru ialah sedapat mungkin

memperhitungkan keadaan siswa dalam perumusan tujuan pengajaran. Dalam upaya

memperhitungkan kondisi siswa di sini guru haruslah dapat menentukan secara selektif

bagaimana keadaan siswa, kemampuan fisik maupun psikologisnya.

Penentuan kemampuan awal siswa, untuk menyampaikan materi kepada siswa maupun

dalam memberikan tugas-tugas guru harus berusaha mengetahui bagaimana kemampuan

awal yang telah dimiliki oleh siswa. Siswa yang telah memiliki kemampuan yang tinggi

materi maupun tugas yang akan diberikan pasti berbeda jika kemampuan siswa masih

Page 40: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

40

rendah. Usaha pemahaman kemampuan siswa ini jelas memerlukan pengetahuan guru

tentang konsep dan teori psikologi khususnya psikologi belajar.

Seleksi dan organisasi pengalaman-pengalaman di dalam kelas, dalam tahap ini yang

dapat dilakukan oleh guru ialah mencoba mengorganisasikan pengalaman belajar yang

sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, memperhatikan perbedaan individual. Tindakan

lain yang dapat dilakukan ialah pemilihan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan

perhatian siswa.

Bimbingan pengalaman-pengalaman belajar di dalam kelas, tindakan yang dapat

dilakukan guru ialah menyajikan pelajaran sedapat mungkin yang menarik, memberikan

reinforcement positif kepada siswa yang menunjukkan sikap positif, memperhatikan

kemampuan setiap siswa, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar.

Evaluasi, dalam tahap ini guru memberikan evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki

proses. Karena itu maka evaluasi yang kontinyu, menunjukkan hasil pekerjaan siswa,

bersifat obyektif sangatlah penting.

Page 41: Konsep Dan Teori Belajar Dalam Proses Belajar Mengajar2

41

KEPUSTAKAAN

Hilgard E.R. 1948. Theories of Learning, New York: Apppleton Century Crofts.

Nasution, S. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi

Aksara.

Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Susilo, M.J. 2006. Gaya Belajar Menjadikan makin Pintar, Yogyakarta: PT Pinus.

Suryabrata, S. 1987. Psikolgi Pendidikan, Bandung: CV Rajawali.

Utoyo, Sutoyo Imam. 1987. Psikologi Belajar, Malang: FIP IKIP MALANG

Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia