konsep pajak sebagai kebijakan fiskal pada zaman
TRANSCRIPT
1
KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN
RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN
Oleh: Rahmat Hidayat
(STES Manna Wa Salwa Panyalaian Tanah datar)
Abstrak
Zakat adalah pembayaran wajib dan tidak ada quid pro quo, namun ia
dipungut dari warga negara Muslim saja, sedangkan non-Muslim bebas dari
pembayaran tersebut. Karena itu zakat bukanlah pajak dalam arti istilah
sebenarnya. Zakat sama dengan shalat atau haji sebagai suatu bentuk ibadah
atau kewajiban agama yang didasarkan atas alasan psikologis yang sama sekali
berbeda dengan alasan-alasan pajak biasa. Pajak itu sampai sekarang tidak
memiliki nilai-nilai khusus yang dapat memberikan jaminan sosial, padahal
tujuan pokok pajak adalah menanggulangi masalah sosial kemasyarakatan.
Zakat dapat memenuhi tuntutan sebagai pajak. Tetapi pajak tidak mungkin dapat
memenuhi tuntutan zakat.
Kata Kunci : Pajak sebagai kebijakan fiskal di masa Rasul dan
Khulafaturrasyidin
A. Pendahuluan
Untuk mencapai tujuan pemerataan kekayaan nasional, Islam menetapkan
sejumlah aturan yang mencakup sedekah dan zakat1 serta infak dan pajak.
apabila زكا الزرع menurut bahasa adalah tumbuh dan bertambah dikatakanالزكاة
tumbuh dan bertambah. Bisa juga berarti bersih, seperti dalam QS. asy-Syam: 9,
bisa juga berarti pujian seperti dalam QS. An-Najm: 32, bisa juga berarti baik
dikatakan رجل زكي yaitu selalu bertambah kebaikan dari kaum yang baik.
Dinamakan harta yang dikeluarkan secara syareat zakat karena bertambah ketika
dikeluarkan2.
Sedangkan Zakat menurut istilah syara’ adalah bagian yang ditentukan
dari harta yang Allah wajibkan bagi orang-orang yang berhak3.
menurut bahasa adalah pemberian yang mengharapkan pahala dari صدقة
Allah. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah memilikkan kepada orang lain
tanpa pengganti karena ingin mendekatkan diri pada Allah.
Sodaqah dalam istilah Fuqaha ada lima arti”
1 Afzalurrahman, Muhammad: Encyklopedia of Seerah. Terj. Dewi Nurjulianti, et. al.
Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000), hlm. 119 2 Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr
al-muashir, TT, Jil III), hlm. 1788 3 Dr. Najih Hammad,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi Lughatil
Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm. 237
2
1. Zakat
2. Sodaqah tathowwu
3. Waqaf
4. Pemberian seseorang karena haknya
5. Kebaikan4
menurut bahasa artinya habis. menurut istilah syara’ adalah الإنفاق
mengeluarkan harta yang dimiliki. Menurut ar-Raghib al-Asfahani infak itu
bisa berupa harta bisa juga yang lainnya, bisa wajib bisa sunnah5.
Sekarang timbul suatu pertanyaan apakah zakat itu merupakan suatu pajak
umum ataukah merupakan kewajiban kaum muslimin saja? Sebagian ekononom
Muslim menganggapnya sebagai jenis pajak, sebab ia mendapat memenuhi
sebagian ketentuan dari pajak. Biasanya suatu pungutan yang memenuhi syarat-
syarat di bawah ini oleh para pakar ekonomi dianggap sebagai suatu pajak:
pertama, merupakan suatu pembayaran wajib. Kedua tidak adanya quid pro quo.
Dan ketiga dipungut dari semua penduduk pada suatu negara6.
Zakat merupakan instrumen fiskal pertama dalam Islam selain zakat yang
menjadi instrument fiskal dalam Islam adalah pajak.
Menurut Nicholas P. Aghnides dalam karyanya Muhammedan Theories of
Finance sebagaimana yang dikutip oleh M.A Mannan mengatakan bahwa fiskal
dalam masa Islam periode awal masuk kedalam golongan penerimaan religius dan
sekular.
Tentang hal tersebut M.A Mannan mengatakan kenyataan sesungguhnya
bahwa zakat dipungut dari kaum muslimin dan jizyah dari kalangan non-Muslim
tidak berarti bahwa Zakat adalah pajak religius sedangkan jizyah dan kharaz
adalah pajak sekular, karena negara Islam bukan lah suatu negara sekular. Kedua,
Negara Islam menjadikan agama sebagai dasar untuk mengenakan pajak bagi
masyarakat. Jadi adalah jelas bahwa perintah membayar pajak-pajak tersebut
merupakan tindakan religius. Terakhir, perbedaan dalam hal pelaksanaan
pengumpulan pendapatan dalam negara Islam merupakan persoalan yang besifat
4 Ibid., 276
5 Ibid., 87
6 Afzalurrahman, Muhammad . . . 149
3
artifisial. Dengan kata lain, tujuan yang yang berada dibalik kegiatan perpajakan
di dalam negara Islam adalah satu dan sama, yaitu didorong untuk menciptakan
kesejahteraan ummat7.
Kemudian juga menurut Aghnides jizyah dikenakan oleh Imam atas
penduduk suatu wilayah (daerah) yang ditaklukan dengan kekuatan senjata8.
Kemudian banyak sekali kontroversi tentang dikenakannya jizyah atas
kalangan non-Muslim. Ada orang yang berkata bahwa jizyah yang dipungut atas
dzimmi adalah sebagai sewa untuk tinggal di negara Muslim. Dan ada pula yang
berkata bahwa jizyah untuk menghina mereka sebagai hukuman akan anutan
keyakinan mereka9
Akan tetapi menurut M.A Mannan adalah tidak wajar untuk mengangap
sebagai sewa dari kalangan pihak dzimmi untuk berdiam diri di negara Muslim.
Seandainya hal itu benar maka wanita, anak-anak orang sakit ingatan dan orang
tua juga akan dikenakan pajak tersebut, mereka tidak diharuskan membayar pajak
ini. Maka berarti bahwa kesejahteraan rakyatlah yang menjadi dasar pertimbangan
bagi dikenakannya jizyah atas kalangan non-Muslim.
Selain itu tidak benar untuk mengatakan bahwa jizyah merupakan sebuah
bentuk hukuman. Secara jelas konsep jizyah didasarkan pada QS at-Taubah 29
Menurut MA Mannan kata shagirun dalam ayat tersebut secara sederhana
diartikan kepatuhan “submission”. Pengertian ini didasarkan pada dua alasan.
Pertama karena semua orang baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak
dibebaskan dari membayar jizyah. Kedua penggunaan kekuatan (kekerasan) untuk
memaksa keyakinan agama kepada orang lain adalah jelas dilarang oleh al-Quran.
Saya sependapat dengan Imam Syafi’i kepatuhan (ketundukan) yang dimaksud
dalm al-Quran adalah bentuk kepatuhan orang kafir kepada aturan orang Islam
(hukum Islam), sehingga orang tidak boleh digolongkan dzimmi kecuali dengan
syarat tunduk kepada hukum Islam.10
Selain Madhab Syafi’i, Ibn al-Qayyim dan
7 M.A Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice. Terj. M. Nastangin, Ekonomi
Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1993), hlm. 247 8 Ibid.
9 Ibid. hlm. 249
10 Ibid.
4
Wahbah Zuhaili juga berpendapat bahwa shagirun disana adalah melaksanakan
hukum Islam bukan kehinaan11
Adanya hal-hal atau permasalahan di atas adalah merupakan bukti penting
perlunya kita memahami bagaimana pajak pada Masa Islam Periode Klasik: Pada
Masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin.
B. Pembahasan
1. Pengertian Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mempengaruhi Anggaran
Pendapatan dan Belanja suatu Negara (APBN)12
.
Bisa dikatakan, kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam sistem
ekonomi Islam bila dibandingkan kebijakan moneter. Adanya larangan riba serta
kewajiban zakat menyiratkan tentang pentingnya kedudukan kebijakan fiskal
dibandingkan kebijakan moneter.13
Adapun Tujuan kebijakan fiskal adalah:
– Alokasi
– Distribusi, dan
– Stabilisasi Ekonomi
2. Pengertian Pajak
Dalam bahasa Indonesia pajak diartikan sebagai pungutan wajib–biasanya
berupa uang –yang harus dibayar penduduk sebagai sumbangan wajib kepada
negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli
barang dan sebagainya. Dalam kaitan ini pajak dibagi dua- pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Pajak langsung ialah pajak yang dibebankan secara
langsung kepada wajib pajak, seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan dan lain-
11
Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir, (Damaskus: Darul Fikr al-
Muashir, TT, Juz 10), hlm. 176 12
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2006), hlm. 203 13
Ibid. hlm. 204
5
lain. Adapun pajak tidak langsung adalah pajak yang secara tidak langsung
dikenakan kepada wajib pajak, seperti cukai rokok dan sebagainya14
.
Dalam istilah fikih terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan pajak:
a. Dharibah
menurut bahasa adalah pajak yang ditetapkan dan ditentukan. Yang ضريبة
diambilnya disebut dharibah bentuk jamaknya adalah ضرائب . Menurut istilah
adalah yang ditentukan dari harta yang diwajibkan oleh negara kepada individu-
individu yang diserahkan kenegara untuk menutupi pembelanjaan umum negara
tanpa ada balasan bagi yang mengeluarkannya. istilah ini sedikit sekali digunakan
oleh fuqaha15
b. Nawaib
menurut bahasa adalah musibah. Sedangkan menurut istilah adalah النائب
apa yang dikenakan kepada masyrakat oleh sulthan/raja/presiden dari harta-harta
mereka untuk kemaslahatan mereka, seperti untuk membangun jembatan. Bentuk
jamaknya adalah نوائب 16
c. Maks
menurut bahasa artinya yang ditarik. Dirham-dirham yang diambil مكس
dari jual beli dipasar pada masa jahiliyyah disebut مكس. Maks disebut juga dirham
yang diambil setelah sodakoh.
Al-Khawajimi mengatakan maks itu adalah pajak yang diambil dari
pedagang. Abu Hilal al-Asykari mengatakan maks adalah pajak yang diambil dari
pasar. Dalam istilah fikih maks adalah pajak-pajak yang tidak syar’i. al-Haitsami
mengatakan menarik maks adalah dosa besar karena diambil tanpa hak,
digunakan tanpa hak dan diserahkan kepada yang bukan berhak. Menurut para
Fuqaha itulah yang disebut dalam hadits Nabi saw17
:
14
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve, 2006, Jil.IV), hlm. 1365 15
Dr. Najih Hammad, Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi
Lughatil Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm 289 16
Ibid., hlm. 454 17
Ibid., hlm. 438
6
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ل يدخل ن عامر قال عن عقبة ب الجنة صاحب مكس
Dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata; saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Tidak akan masuk surga orang
yang mengambil pajak secara zhalim .18
d. Jizyah
-Menurt al .الجزاء و المجازاة menurut bahasa adalah derivasi dari kata الجزية
Anbari jizyah adalah penghasilan yang dibebankan kepada ahlu dzimmah.
Menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali jizyah adalah harta yang diambil
secara sukarela karena tinggalnya ahlu dzimmah di negara Islam, atau melindungi
darah dan anak cucu mereka, atau untuk menahan kau muslimin dari membunuh
mereka. Dinamakan jizyah karena itu adalah balasan untuk keamanan mereka
serta menjaga darah, keluarga dan harta mereka atau tinggalnya mereka di darul
Islam.
Sedangkan Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa jizyah itu
lebih umum dari hal diatas, yang dimaksud jizyah adalah baik itu yang
kewajibannya memaksa atau kemenangan atau penaklukan tanah secara paksa
atau aqad dzimmah yang terjadi karena sukarela 19
.
e. Kharaj
menurut bahasa adalah penghasilan. Menurut istilah fikih adalah الخراج
yang dijatuhkan atas tanah selain dari sepersepuluh dari hak yang diserahkan ke
baitul mal. Hubungannnya dengan jizyah adalah keduanya merupakan kewajiban
yang dibebankan kepada ahlu dzimmah dan ditsharufkan kepada fai’.
Perbedannnya jizyah dibebankan kepada kepala-kepala sedangkan kharaj atas
tanah. Jizyah itu gugur apabila orang kafir masuk Islam sedangkan kharaj tidak.
f. ‘Usyur
yaitu mengambil العشرة menurut bahasa adalah bentuk jamak dari العشور
sepersepuluh. ‘Usyur dikalangan fuqaha ada dua yaitu usyur zakat yaitu yang
18
Abu Daud dalam sunannya, Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai’ Bab: Pengumpul
sedekah (zakat) No. Hadist : 2548 19
Dr. Najih Hammad, Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi
Lughatil Fuqaha, hlm 289164
7
diambil dari zakat pertanian dan buah-buahan. Sedangkan ‘usyur yang kedua
adalah kewajiban orang kafir atas perdagangan mereka apabila mereka berpindah
dari satu negeri kenegeri lain di Darul Islam20
. Dengan kata lain istilah sekarang
bea cukai impor.
Pada dasarnya pajak baik bagi kaum muslimin adalah tidak dianjurkan.
Prof. Muhammad Tahir Mansoori mengatakan:
as a general rule taxation was not recommended in shariah. but
when the financial resources of the government proved insufficient to
carry out public welfare works, such as construction of roads and
hospital, or to meet the needs of poor an needy people the shariah
scholars, due to maslahah mursalah, allowed to goverment allowed
to goverment to levy tax
Secara umum pajak tidak dianjurkan menurut syariah. Akan tetapi
ketika sumber daya keuangan pemerintah terbukti tidak cukup untuk
melaksanakan kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan
jalan dan rumah sakit atau untuk memenuhi kebutuhan orang miskin
yang membutuhkan. Para Ulama Syaria’h, karena maslahah
mursalah, diizinkan untuk pemerintah untuk memungut pajak21
.
Begitu juga menurut Wahbah Zuhaili pajak diperbolehkan jika
dalam keadaan dharurat, berdasarkan kaidah:
الحاجة تنزل منزلة الضرورة عامة كانت أو خاصة Hajat itu dapat menduduki tempat madharat baik keadaannya
umum atau khusus.
Dengan kaidah ini beliau mengambil istinbat bolehnya mewajibkan
pajak kepada orang kaya22
ketika dibutuhkan.
3. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin artinya pemimpim-pemimpin ummat Islam yang
mendapat petunjuk. Mereka ada empat khalifah, yaitu: 1. Abu Bakar 2.
Umar bin Khattab 3. Utsman bin Affan dan 4. Ali bin Abu Thalib.
Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita untuk berpegang dengan
20
Ibid., hlm. 317 21
Muhammad Tahir Mansoori, Shari’ah Maxims Modern Aplication In Islamic Finance,
(Islamabad: International Islamic University, 2007), hlm. 89 22 Wahbah Zuhaili, al-Wajiz Fi Ushul Fiqh, (Beirut: Darul Fikr Mu’ashir, 1994), hlm. 231
8
sunnahnya dan sunnah para Khulafaur Rasyidin, sebagaimana dalam sabda
Nabi saw.:
عليكم بسنت وسنة اللفاء الراشدين المهديين Hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para
Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk23
4. Pajak Sebelum Islam
Sebelum Rasul saw. lahir dan Islam datang pajak sudah ada, jizyah
telah dikenal sejak zaman kuno pada zaman pemerintahan Yunani, Romawi,
Parsi dan Bizantium.
Pada zaman Yunani dikenakan kepada penduduk kawasan pesisir
Asia kecil di sekitar abad kelima SM sebagai bayaran perlindungan oleh
pihak Yunani dari pada ancaman orang-orang Fenicia. Jizyah pada zaman
Romawi atas bangsa-bangsa yang ditaklukinya dan jumlah zijyah itu lebih
besar dari pada kadar jizyah yang dikutip oleh kaum Muslimin. Jizyah
dibawah kerajaan Romawi dikutip dari laki-laki merdeka dan juga hamba
sahaya mulai dari umur empat belas tahun dan dari perempuan mulai dari
umur dua belas tahun hingga umur lima puluh lima tahun untuk semua laki-
laki dan perempuan. Jizyah dibawah kerajaaan Bizantium tidak berubah
dengan kutipan pada zaman Romawi, pungutan itu dilakukan dengan cara
paksa. Jizyah merupakan suatu sumber penghasilan yang penting di bawah
pemerintahan kerajaan Parsi24
.
Begitu juga dengan pajak perdagangan sudah ada sejak zaman
Jahiliyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ubaid:
23
Imam Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab: Ilmu Bab: Mengikuti sunnah menyingkiri
bid'ah No. Hadist: 2600, Ibnu Majah dalam Sunannya Mukadimah Bab: mengikuti sunah khulafa`
Ar Rasyidin No. Hadist: 42 dan Ahmad dalam Musnadnya Kitab: Musnad penduduk Syam Bab:
Hadits Al 'Irbadl bin Sariyah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam No. Hadist : 16521,
semuanya dari sahabat ‘Irbadh bin Sariyah 24
Dr. Muhammad Abdul Munim, Islam and economic –encyclopedias. Ter. Salahuddin
Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000), hlm.
274-275
9
غليظ فيه وجوه هذه الحاديث التي ذكرنا فيها العاشر، وكراهة المكس، والت أنه قد كان له أصل في الجاهلية، ي فعله ملوك العرب والعجم جميعا، فكانت
ار عشر أموالهم إذا مروا بها عليهم.سنت هم أن يأخذوا من التجفأبطل الله ذلك برسوله صلى الله عليه وسلم، وجاءت فريضة الزكاة بربع
العشر
Hadits-hadist tentang pengumpulan cukai dan dibenciya maks
menunjukkan itu merupakan kebiasaan pada zaman jahiliah, telah
dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non Arab semunay.
Maka kebiasaan mereka adalah memungut usyur (cukai) barang
dagangan impor atas harta mereka, apabila lewat ke dalam negeri
mereka. Kemudian Allah membatalkan sistem cukai tersebut dengan
pengutusan Rasulullah saw. Lalu datanglah kewajiban membayar
zakat sebanyak seperempat dari ‘usyur25
.
Peraturan mengutip cukai ‘usyur telah berlaku dikalangan Yunani dan
Rumawi. Keadaan yang serupa juga berlaku dikalangan orang Parsi dan Mesir26
Begitu juga kharaj sudah ada sebelum Islam, pada zaman kerajaan Persia.
Dalam riwayat lain dikatakan yang memulainya adalah Kaisar Qabaz bin Fairuz27
5. Pajak Pada Zaman Rasul
Adapun jizyah dalam Islam baru disyariatkan pada tahun sembilan
hijrah28
dan yang pertama kali memberikan jizyah adalah kalangan nashrani
Najran29
.
Kewajiban jizyah terhadap non-Muslim yang ada diwilayah Islam dan
tidak mau memeluk Islam baru disyariatkan pada tahun 9 H dengan turunnya QS.
At-Taubah: 29,
25
Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah al-Baghdadi, al-Amwal, (Beirut: Darul
Fikr, 9968), hlm. 838 26
Muhammad Abdul Munim, Ensiklopedia . . . hlm. 307 27
Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil
Kharaj, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 1985), hlm. 15 28
Abul Fida Ismail bin Amer bin Katsir ad-Damsyiki, Tafsir al-Quranil ‘Adzim, (Beirut:
Darul Kutub ilmiyyah, 1419 H, Jil. IV) hlm. 116 29
Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin as-Suyuti, ad-Duraru al-Mantsur, (Beirut:
Darul Fikr, Tt, Jil. IV), hlm. 167
10
قاتلوا الذين ل ي ؤمنون بالله ول بالي وم الخر ول يحرمون ما حرم الله ورسوله ول يدينون دين الحق من الذين أوتوا الكتاب حتى ي عطوا الجزية عن يد وهم
صاغرون Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang
diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah
dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
Rasulullah saw. telah memberikan rambu-rambu dalam memungut jizyah,
rambu-rambu tersebut adalah:
1. Tidak boleh dengan paksaan harus dari kerelaan dan sesuai
kemampuan
ة من أب ناء أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عن آبائهم دن ية عن عدعن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أل من ظلم معاهدا أو ان ت قصه أو
اقته أو أخذ منه شيئا بغير طيب ن فس فأنا حجيجه ي وم القيامة كلفه ف وق ط Dari beberapa anak para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, dari bapak-bapak mereka dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, beliau berkata: "Ketahuilah bahwa orang yang
menzhalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan Islam atau
mengurangi haknya atau membebaninya di atas kemampuannya
atau mengambil darinya sesuatu yang tidak ia relakan maka aku
adalah orang yang akan membelanya pada Hari Kiamat.30
بون في الجزية بفلسطين قال عن هشام بن حكيم بن حزام قال مر بقوم ي عذب ف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ي قول إن الله عز وجل ي عذ
ن ياي وم القيامة الذين ي ع بون الناس في الد ذDari Hisyam bin Hakim bin Hizam berkata; dia melewati suatu
kaum yang sedang disiksa karena masalah jizyah di Palestina. Dia
berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
30
Abu Daud dalam sunannya Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai Bab: Mengambil
pajak dari ahli dzimmah jika mereka menyelisihi dalam jual beli No. Hadist : 2654
11
bersabda: " Pada Hari Kiamat Allah Azzawajalla menyiksa orang-
orang yang menyiksa manusia di dunia".31
2. Hanya dari laki-laki dan bukan dari perempuan serta anak-anak
ب عثه النبي صلى الله عليه وسلم إلى اليمن فأمره أن عن معاذ بن جبل قال ن كل ثلثين من الب قر تبيعا أو تبيعة ومن كل أربعين مسنة ومن كل يأخذ م
حالم دينارا أو عدله معافر Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
mengutusnya ke Yaman kemudian memerintahkannya untuk
memungut zakat satu tabi' atau tabi'ah untuk setiap tigapuluh ekor
sapi, satu musinnah untuk setiap empat puluh ekor sapi dan satu
dinar untuk setiap orang yang sudah baligh atau senilai baju
Ma'afir.32
Diwajibkannya jizyah hanya kepada laki-laki dan bukan kepada
perempuan serta anak-anak adalah karena apabila tidak mau membayarnya maka
ia boleh dibunuh, sedangkan anak-anak dan perempuan adalah orang yang tidak
boleh dibunuh.
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ب عث سرية ي وم عن السود بن سريع ا جاءوا قال رسول رية ف لم حن ين ف قات لوا المشركين فأفضى بهم القتل إلى الذ
رية قالوا يا رسول الله إنما الله صلى الله عليه وسلم ما حملكم على ق تل الذكانوا أولد المشركين قال أوهل خياركم إل أولد المشركين والذي ن فس
د بيده ما من نسمة تولد إل على ها لسان هامحم الفطرة حتى ي عرب عن Dari Al Hasan dari Al Aswad bin Sari' Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam mengutus sebuah satuan perang pada
Perang Hunain, lalu mereka memerangi orang-orang musyrik dan
mereka berlebihan dalam membunuh sampai kepada para wanita
dan anak-anak. Tatkala mereka datang, Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Apa yang membuat kalian
31
Imam Ahmad dalam musnadnya Kitab: Musnad penduduk Makkah Bab: Hadits
Hisyam bin Hakim bin Hizam Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 15285 32
Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya, Musnad sahabat Anshar Bab: Hadits
Mu'adz bin Jabal Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 21005
12
membunuh kaum wanita dan anak-anak?. Mereka menjawab,
Wahai Rasulullah, mereka hanyalah anak-anak orang-orang
musyrik. (Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam) bersabda:
"Bukankah orang-orang pilihan kalian sebenarnya juga anak-
anakorang musyrik?. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya tidaklah setiap ruh yang dilahirkan kecuali di atas
fitrah Islam, sehingga lidahnya yang mengikrarkannya ".33
3. Hanya untuk non-Muslim
لتان في عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ل تصلح قب أرض واحدة وليس على المسلمين جزية
Dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak dibenarkan adanya dua kiblat pada satu
daerah dan kewajiban membayar jizyah tidak dikenakan atas kaum
muslimin".34
4. Jumlahnya minimal satu dinar dan dipungut satu tahun sekali
ب عثه النبي صلى الله عليه وسلم إلى اليمن فأمره أن عن معاذ بن جبل قال يأخذ من كل ثلثين من الب قر تبيعا أو تبيعة ومن كل أربعين مسنة ومن كل
حالم دينارا أو عدله معافر Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
mengutusnya ke Yaman kemudian memerintahkannya untuk
memungut zakat satu tabi' atau tabi'ah untuk setiap tigapuluh ekor
sapi, satu musinnah untuk setiap empatpuluh ekor sapi dan satu
dinar untuk setiap orang yang sudah baligh atau senilai baju
Ma'afir.35
6. Pajak pada Masa Khulafaur Rasyidin
33
Imam Ahmad dalam Musnadnya Kitab: Musnad penduduk Makkah Bab: Hadits Al
Aswad bin Suraih Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 15036 34
Imam Tirmidz dalam sunannya Kitab: Zakat Bab: Muslimin tidak membayar jizyah
(pajak, upeti) No. Hadist: 574, Abu Daud dalam sunannya Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai’
Bab: Ahli dzimmah masuk Islam disebagian tahun, apakah mereka wajib memberikan jizyah No.
Hadist : 2655 35
Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya, Musnad sahabat Anshar Bab: Hadits Mu'adz
bin Jabal Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 21005
13
1. Pada Masa Abu Bakar
Abu Bakar menjadi Khalifah pada hari selasa, hari kedua setelah Rasullah
saw wafat dan Abu Bakar wafat pada hari senin pada malam 17 Jumadil akhir,
beliau menjadi khalifah selama dua tahun tiga bulan dua puluh dua hari36
Abu Bakar tidak merubah kebijakan Rasulullah saw dalam masalah
jizyah, ia tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah.37
.
2. Pada Masa Umar bin Khattab
Umar bin Khattab menjadi khalifah pada hari kedua setelah Abu Bakar
As-Shidik wafat, Umar menjadi Khalifah selama sepuluh tahun enam bulan dan
empat hari.
Umar dalam menarik jizyah mempunyai ukuran yang berbeda dengan
Rasulullah saw. Rasul dalam memungut jizyah dari orang Yaman sebanyak satu
dinar sedangkan Umar memungut jizyah dari penduduk Kufah 24 dirham (sama
dengan 2 Dinar, pen), sedangkan kepada penduduk Syam sebagai berikut:
الجزية على أهل ضرب عن أسلم مولى عمر بن الخطاب أن عمر بن الخطاب هب أرب عة دنانير وعلى أهل الورق أربعين درهما مع ذلك أرزاق المسلمين الذ
وضيافة ثلثة أيام
Dari Aslam mantan budak 'Umar bin al Khattab, bahwa Umar bin
Khattab mewajibkan jizyah pada warga penghasil emas sebesar
empat Dinar, dan para penghasil perak sebesar empat puluh dirham.
Selain itu mereka harus memberi sedekah kepada kaum muslimin dan
menjamu selama tiga hari."38
Rasulullah saw. memungut jizyah dari kaum Yaman sebanyak satu dinar
adalah supaya tidak memberatkan mereka karena mereka orang biasa/lemah.
36
Muhamammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban, Sahih Ibn Hibban, (Beirut:
Muassasah ar-Risalah, 1993, Jil. XV), hlm. 38 37
Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam, (Jakarta:
Cicero Publising, 2008), hlm. 66 38
Imam Malik dalam al-Muwaththa, Kitab: Zakat Bab: Pajak (Upeti) ahli kitab dan
kaum majusi No. Hadist: 545
14
Berbeda dengan penduduk Syam kebanyakan orang Syam dan Kufah
kaya/mampu dan bukan orang lemah.
Namun dari segi waktu dan siapa yang diwajibkan membayar jizyah Umar
tidak merubahnya, yaitu satu tahun sekali dan hanya kepada laki-laki yang sudah
baligh.
كتب إلى أمراء الجناد: "أن -رضي الله عنه-عن نافع عن أسلم أن عمر يقاتلوا في سبيل الله، ول يقاتلوا إل من قات لهم، ول يقتلوا النساء والصبيان،
ت عليه الموسى، وكتب إلى أمراء الجناد: أن يضربوا ول يقتلوا إل من جر الجزية، ول يضربوها على النساء والصبيان، ول يضربوها إل على من جرت
عليه الموسى"
Dari Nafi dari Aslam bahwa Umar menulis surat kepada pemimpin
pasukan supaya mereka berperang dijalan Allah dan tidak
memerangi kecuali orang yang memerangi mereka dan tidak boleh
membunuh/memerangi perempuan dan anak-anak serta tidak boleh
membunuh kecuali orang yang telah ditetapkan. Dia juga
menuliskan kepada komandan pasukan untuk mengambil jizyah dan
tidak mengambilnya dari perempuan dan anak anak serta tidak
mengambilnya kecuali atas orang yang telah menggunakan pisau
cukur untuk memotong kumisnya39
Kemudian setelah dilimpahkan kekhalifahan pada Umar dan bertambah
kemenangan Islam, meluas keuasaan dan bertambah pembiayaan, Umar
memandang/berijtihad bahwa tanah yang ditaklukan secara paksa untuk tidak
dibagi akan tetapi menjadikannya wakaf bagi kaum Muslimin dan menetapkan
kharaj bagi yang mengurusnya, sebagian sahabat menyetujuinya dan yang lainnya
pada awalnya menentangnya40
. Sebelum Umar tidak ada kharaj dalam Islam,
Umar adalah orang yang pertama kali menetapkan Kharaj41
. Umar memungutnya
satu tahun sekali42
.
39
Abu Ubaid, al-Amwal . . . .hlm. 102-103 40
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, (Kuwait :Kementerian Urusan Waqaf dan
Agama, 9441 H, Jil. 19), hlm. 54 41
Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil
Kharaj, hlm. 16 42
Al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, hlm. 89
15
Adapun kadar kharaj yang ditetapkan Umar pada zamannya adalah
sebagai berikut:
، أن عبي ثني عفان، عن مسلمة بن علقمة، عن داود بن أبي هند، عن الش حدعير واد فطرز الخراج، ف وضع على جريب الش عمر ب عث ابن حن يف إلى الس
رب عة دراهم، وعلى جريب القصب ستة دراهم، درهمين، وعلى جريب الحنطة أ وعلى جريب النخل ثمانية، وعلى جريب الكرم عشرة، وعلى جريب الزي تون
رهمين ف هر والد رهم في الش هر اث نا عشر، ووضع على الرجل الد ي الشTelah menceritakan kepadaku Affan dari Salamah bin ‘Alqamah dari
Dawud bin Abi Hind dari as-Sya’bi bahwa Umar mengutus Ibn
Hunaif ke Sawad untuk mewajibkan kharaj lalu ia menetapkan
kepada setiap satu jarib (luas tanah) gandum dua dirham, jarib (luas
tanah) biji gandum empat dirham, atas jarib (luas tanah) tebu enam
dirham, setiap satu jarib (luas tanah) kurma delapan dirham, atas
jarib (luas tanah) anggur sepuluh dinar, atas jarib (luas tanah)
zaitun dua belas dirham dan menetapkan atas laki-laki satu dirham
untuk satu bulan dan dua bulan untuk dua dirham. 43
، قال: وضع د بن عب يد الله الث قفي ، عن محم يباني ث نا أبو معاوية، عن الش حدواد على كل جريب عامر أو غامر عمر بن الخطاب رحمه الله على أهل الس
يب الرطبة خمسة دراهم وخمسة أقفزة، وعلى جريب درهما وقفيزا، وعلى جر جرة عشرة دراهم وعشرة أقفزة، وعلى جريب الكرم عشرة دراهم وعشرة الش
ثمانية وأربعين، وأرب عة أقفزة. قال: ولم يذكر النخل، وعلى رءوس الرجال وعشرين، واث ني عشر
Telah menceritakkan kepada kami Abu Muawiyah dari asy-syaibani
dari Muhammad bin Ubaidillah ast-Tsaqafi ia berkata Umar
menetapkan atas tanah Sawad atas setiap jarib (luas tanah) yang
makmur satu dirham dan satu qafiz dan jarib (luas tanah) pohon
sepuluh dirham dan sepuluh aqfizah, atas jarib (luas tanah) anggur
sepuluh dirham dan sepuluh aqfizah dan kewajiban setiap ketua
mereka 48 dirham, 24 dirham dan 12 dirham44
.
43
Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah al-Baghdadi, al-Amwal, (Beirut: Darul
Fikr, 9968), hlm. 88 44
Ibid.,
16
Dalam memungut kharaj tidak boleh memberatkan dan menyusahkan,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut ini:
ث نا هشيم، عن حصين، عن عمرو بن ميمون، قال: رأيت عمر ق بل ق تله حدبأربع ليال واقفا على بعير ي قول لحذي فة بن اليمان، وعثمان بن حن يف: انظرا
لتما أهل الرض ما ل يطيقون أل ت »ما لديكما، انظرا: ، ف قال « كونا حمعثمان: وضعت عليهم شيئا لو أضعفته عليهم لكانوا مطيقين لذلك، وقال
حذي فة: وضعت عليهم شيئا ما فيه كثير فضل Telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain dari Amer
bin Maimun ia berkata aku melihat Umar bin khatab sebelum empat
hari menjelang dibunuhnya berdiri di atas unta ia berkata kepada
Hudaifah bin al-Yaman dan Utsman bin Hunaif, lihatlah apa yang
ada pada kalian berdua, lihatlah apakaha kalian berdua telah
menetapkan kepada orang-orang apa yang tidak mereka sanggupi,
maka berkata Ustman aku menetapkan kepada mereka sesuatu kalau
aku melipatgandakannya kepada mereka pasti mereka sanggup
untuk melaksanakannya, sedangkan Khudaifah berkata aku
mentapkan kepada mereka sesuatu yang tidak berlebih-lebihan.45
Selain itu Umar bin Khatab menetapkan ‘usyur. Usyur adalah apa yang
diambil oleh petugas negara dari harta yang dipersiapkan untuk dagang ketika
melintasi daerah Islam; sehingga usyur ini lebih serupa denga apa yang dikenal
pada masa sekarang dengan Istilah “bea cukai”.
Penetapan usyur ini tidak terdapat dalil dalam al-Quran ataupun as-
Sunnah, namun merupakan Ijtihad Umar dihadapan para sahabat dan tidak
terdapat seorang pun yang menyanggahnya, sehingga merupakan ijma
(konsesus). Dengan demikian Umar adalah orang yang pertama menetapkan
usyur di dalam Islam, bahkan telah merincikan banyak hukumnya, memebuat
petunjuk teknis pelaksanaannya, mengangkat para pegawai yang menanganinya46
.
Usyur belum dikutip pada zaman Rasulullah saw. dan zaman Abu Bakar47
45
Abu Ubaid, al-Amwal, hlm. 55 46
Dr.Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibn al-
Khaththab. Terj, H. Asmuni Solihin Zamakhsyari, Lc, Fikih ekonomi Umar bin al-Khatab,
(Jakarta: Khalifa, 2008), hlm. 571 47
Muhammad Abdul Mun’im, Eensiklopedia . . . hlm. 308
17
Sesungguhnya, dilaksanakannya bea impor dan pungutan disebabkan dari
bersikerasnya tetangga yang beurusan dagang dengan Negara Islam untuk
memungut bea dari pedagang Muslim. Ketika Abu Musha al-Asy’ari
menyampaikan hal ini kepada khalifah Umar, sebagai tindakan balasan, maka ia
memerintahkan agar golongan harbi juga dikenakan tariff yang sama seperti
yang dipungut dari kaum muslimin, yaitu 10 %; bila bea yang dipungut oleh
kalangan harbi tidak diketahui, diterapkan tariff 10 %. Sedangkan kalangan
dzimmi dikenakan pungutan 5 %48
. diambil sekali dalam setahun49
Jumlah usyur adalah fleksibel, sesuai dengan kemaslahatan, jika
barangnya dibutuhkan maka presentase usyur diturunkan, Umar mengambil dari
pedagang kaum Nabthi sebanyak 5 % dari gandum dan zaitun karena beliau
bermaksud agar banyak barang yang dibawa ke Madinah; sedangkan terhadap
katun diambil pajak 10 %. Jika mukim selama enam bulan diambil 10 % dan jika
mukim setahun diambil 5%.50
Dan jika negara kafir tidak menerapkan pajak
perdagangan pada pedagang Islam maka negara Islam pun tidak menerapkan
pajak perdagangan kepada mereka.
3. Pajak pada masa Utsman bin Affan
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah setelah wafatnya Umar dan
ia menjadi khalifah selama 12 tahun kurang 12 hari51
.
Utsman selain mengambil jizyah dari orang majusi juga mengambil dari
orang barbar.
ثني يحيى عن مالك عن ابن شهاب قال ب لغني أن رسول الله صلى الله حدوأن عمر بن الخطاب أخذها من وسلم أخذ الجزية من مجوس البحرين عليه
مجوس فارس وأن عثمان بن عفان أخذها من الب ربر Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab ia
berkata; telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengambil jizyah dari orang-orang Majusi Bahrain. Umar
48 M.A Mannan, Islamic Economics: Theory and Practice, hlm. 297
49 Dr.Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al-Iqtishadi . . ., hlm. 579
50 Ibid. Hlm. 576-577
51 Ibn Hiban, Sahih Ibn Hibban, hlm 38
18
bin al Khatthab mengambil jizyah dari orang-orang Majusi Persia.
Dan Utsman bin Affan mengambil jizyah dari bangsa Barbar."52
Pada zaman pemerintahan para Khalifah ar-Rasyidin, dalam tahun 30
Hijrah, yaitu semasa pemerintahan Utsman bin Affan satu bancian (sensus, pen)
telah dibuat tentang hasil kutipan cukai kharaz dari pada wilayah-wilayah Iraq,
Barqah, Afrika dan Cyprus, yang hasilnya dalah sebagi berikut:
Wilayah Kharaj dalam jumlah
dirham
Iraq 135 000 000
Mesir 40 000 000
Barqah 130 000
Afrika 27 000 000
Cyprus 27 000
Jumlah 202 202 000
Yaitu sejumlah 202 juta dirham. Ini tidak termasuk kharaj dari Syam, al-
Jazirah, Armenia, Azarbaijan dan negeri Parsi. Pendapatan ini merupakan suatu
penghasilan negara yang cukup besar pada zaman pertama Islam, yaitu zaman para
Khulafaur Rasyidin53
4. Pajak pada masa Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah menggantikan Utsman bin Affan, ia
menjadi Khalifah selama lima tahun dan tiga bulan54
Adapun ketentuan baru Ali tentang kharaj adalah sebagai berikut:
عن مصعب بن بريدة النصاري عن أبيه قال: بعثني علي بن أبي طالب رضي على كل جريب فذكر أرض الزرع الله عنه على ما سقي الفرات وأمرني أن أضع
52 Malik dalam al-Muwattha Kitab: ZakatBab: Pajak (Upeti) ahli kitab dan kaum majusi
No. Hadist : 543 53
Muhammad Abdullah Mun’im, Ensiklopedia . . .hlm. 309 54
Ibn Hiban, Sahih Ibn Hibban, hlm 38
19
ثم قال وأمرني أن أضع على البساتين التي تجمع النخل والشجر على كل جريب عشرة دراهم وعلى كل جريب الكرم إذا مضى عليه ثلث سنين ودخل في الرابعة عشرة دراهم وأمرني أن الفيء كل نخل شاذ عن القرى يأكله من
قربه
Dari Mus’ab bin Buraidah al-Anshari dari ayahnya (Buraidah) ia
berkata: Ali bin Abi Thalib mengutusku atas yang diair air sungai
Euphart dan memrintahkan ku untuk menetapkan pada satu jarib
(ukuran luas tanah), maka ia menyebutkan tanah pertanian,
kemudian Buraidah berkata dan ia memerintahkan kepadaku untuk
kebun-kebun yang manyatukan kurma dan pohon atas setiap satu
jarib sepuluh dirham dan atas satu jarib kurma apabila telah lebih
dari tiga tahun dan masuk tahun ke empat sepuluh dirham dan
meemerintahkanku bahwa fai’ setiap kurma yang ganjil dari sebuah
kampung untuk dimakan oleh orang yang terdekat.55
Dalam masalah pajak Ali mendistribusikan pendapatan pajak tahunan
sesuai dengan yang telah ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.56
7. Alokasi Dan Distribusi Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas
Ekonomi
Jizyah, Usyur, dan 5 % dari pajak perdagangan buat Ahli dzimmah serta
kharaj masuk kedalam kelompok harta fai’57
.
Adapun alokasi dan distribusi harta fai’ adalah sebagaimana dalam QS. al-
Hasyr:7-10 :
ما أفاء الله على رسوله من أهل القرى فلله وللرسول ولذي القربى واليتامى بيل كي ل يكون دولة ب ين الغنياء منكم وما آتاكم والمساكين وابن الس
( 7عنه فان ت هوا وات قوا الله إن الله شديد العقاب ) الرسول فخذوه وما ن هاكم للفقراء المهاجرين الذين أخرجوا من ديارهم وأموالهم ي بت غون فضل من الله
ار 8لصادقون )ورضوانا وي نصرون الله ورسوله أولئك هم ا ءوا الد ( والذين ت ب و
55
Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil
Kharaj, hlm. 62 56
Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam, hlm. 85 57
Husain bin Audah al-Uwaisyah, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah, (Beirut:
Dar Ibn Hazm, 1429, Jil. VII), hlm. 454
20
ا يمان من ق بلهم يحبون من هاجر إليهم ول يجدون في صدورهم حاجة مم والسه فأولئك أوتوا وي ؤثرون على أن فسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح ن ف
خواننا ( 9)هم المفلحون والذين جاءوا من ب عدهم ي قولون رب نا اغفر لنا وليمان ول تجعل في ق لوبنا غلا للذين آمنوا رب نا إنك رءوف الذين سب قونا بال
(01رحيم )Apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya (7) Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir
dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena)
mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang
benar (8) Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan
telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam
hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin),
atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang
orang yang beruntung (9) Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami,
Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (10).
Alokasinya bisa untuk gajih tentara muslim atau untuk memberi makan
yang mebutuhkan atau untuk membangun dan merawat sarana prasarana umum
seperti jalan raya/ jembatan dan yang lainnya.
Kemudian dari segi stabilitas ekonomi, pajak yang diterapkan oleh Islam
tidak menghambat perekonomian masyarakat bahkan membuat ekonomi stabil,
jizyah dan kharaj yang diterapkan dan dilaksanakan adalah bersipat sukarela,
21
berdasarkan kemampuan, mudah dan tidak memberatkan serta dipungut setahun
sekali.
قال أبو عب يد: وهذا عندنا مذهب الجزية والخراج، إنما هما على قدر الطاقة مة، بل حمل عليهم، ول إضرار بفيء المسل مين، ليس فيه حد من أهل الذ
مؤقت Abu Ubaid berkata berkata Madzhab Islam dalam jizyah dan kharaj
berdasarkan kemampuan dari ahli dzimmah, tanpa memberatkan
mereka sama sekali, juga tidak merusak keselamatan kaum
muslimin, dan tidak ada waktu tertentu di dalamnya.58
Begitu juga dengan pajak perdagangan terhadap barang yang dibutuhkan
oleh masyarakat, pemerintahan Islam mengurangi pajaknya, tidak sama dengan
yang kurang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka pajak perdagangan dalam Islam
tidak akan menghambat perekonomian bahkan menjaga stabilitas perekonomian.
C. Penutup
Konsep pajak sebelum Islam sudah ada kemudian dalam Islam dihapus
oleh zakat, pajak dalam Islam diwajibkan hanya untuk orang non-Muslim saja,
dan diberlakukan pada tahun 9 hijrah dengan turunnya ayat jizyah. Pajak
perdagangan dan kharaj diberlakukan atas dasar ijtihad Umar bin Khattab. Tujuan
Islam dalam menetapkan pajak adalah kemaslahatan dengan asas sukarela.
Daftar Pustaka
58
Abu Ubaid, al-Amwal ... hlm. 55
22
Afzalurrahman, Muhammad: Encyklopedia of Seerah. Terj. Dewi Nurjulianti, et.
al. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta: Yayasan
Swarna Bhumy, 2000
Al-Baghdadi, Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah, al-Amwal, Beirut:
Darul Fikr, 9968
Hammad, Najih,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi
Lughatil Fuqaha, Damaskus: Darul Qalam, 2008
Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, al-Fiqh al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibn
al-Khaththab. Terj, H. Asmuni Solihin Zamakhsyari, Lc, Fikih
ekonomi Umar bin al-Khatab, Jakarta: Khalifa, 2008
Al-Hanbali, Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab, al-Istikhraj li
Ahkamil Kharaj, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 1985
Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyyah: Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
Ibn Katsir, Abul Fida Ismail bin Amer Ad-Damsyiki, Tafsir al-Quranil ‘Adzim,
Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah, 1419
Ibn Hibban, Muhamammad bin Hibban bin Ahmad, Sahih Ibn Hibban, Beirut:
Muassasah ar-Risalah, 1993
Mannan, M.A, Islamic Economic: Theory and Practice. Terj. M. Nastangin,
Ekonomi Islam: Teori dan Parktek, (Yogyakarta: Dana Bakti
Wakaf, 1993), hlm. 247
Mansoori, Muhammad Tahir, Shari’ah Maxims Modern Aplication In Islamic
Finance, Islamabad: International Islamic University, 2007
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait :Kementerian Urusan Waqaf
dan Agama, 9441 H
Munim, Muhammad Abdul, Islam and economic –encyclopedias. Ter. Salahuddin
Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka, 2000
Nasution, Mustafa Edwin, et.al, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2006
23
Perwataatmadja, Karnaen A. dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam,
(Jakarta: Cicero Publising, 2008
As-Suyuti, Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin, ad-Duraru al-Mantsur, Beirut:
Darul Fikr, TT
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta:
PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2006, Jil.IV), hlm. 1365
al-Uwaisyah, Husain bin Audah, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah,
Beirut: Dar Ibn Hazm, 1429
Zuhaili,Wahbah bin Musthafa, al-Wajiz Fi Ushul Fiqh, Beirut: Darul Fikr
Mu’ashir, 1994
_______________, at-Tafsir al-Munir, Damaskus: Darul Fikr al-Muashir, TT
_______________ Fiqhul Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Darul Fikr al-muashir,
TT,
24