konsep pajak sebagai kebijakan fiskal pada zaman

24
1 KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN Oleh: Rahmat Hidayat (STES Manna Wa Salwa Panyalaian Tanah datar) Abstrak Zakat adalah pembayaran wajib dan tidak ada quid pro quo, namun ia dipungut dari warga negara Muslim saja, sedangkan non-Muslim bebas dari pembayaran tersebut. Karena itu zakat bukanlah pajak dalam arti istilah sebenarnya. Zakat sama dengan shalat atau haji sebagai suatu bentuk ibadah atau kewajiban agama yang didasarkan atas alasan psikologis yang sama sekali berbeda dengan alasan-alasan pajak biasa. Pajak itu sampai sekarang tidak memiliki nilai-nilai khusus yang dapat memberikan jaminan sosial, padahal tujuan pokok pajak adalah menanggulangi masalah sosial kemasyarakatan. Zakat dapat memenuhi tuntutan sebagai pajak. Tetapi pajak tidak mungkin dapat memenuhi tuntutan zakat. Kata Kunci : Pajak sebagai kebijakan fiskal di masa Rasul dan Khulafaturrasyidin A. Pendahuluan Untuk mencapai tujuan pemerataan kekayaan nasional, Islam menetapkan sejumlah aturan yang mencakup sedekah dan zakat 1 serta infak dan pajak. لزكاةاmenurut bahasa adalah tumbuh dan bertambah dikatakan الزرع زكاapabila tumbuh dan bertambah. Bisa juga berarti bersih, seperti dalam QS. asy-Syam: 9, bisa juga berarti pujian seperti dalam QS. An-Najm: 32, bisa juga berarti baik dikatakan رجل زكيyaitu selalu bertambah kebaikan dari kaum yang baik. Dinamakan harta yang dikeluarkan secara syareat zakat karena bertambah ketika dikeluarkan 2 . Sedangkan Zakat menurut istilah syara’ adalah bagian yang ditentukan dari harta yang Allah wajibkan bagi orang-orang yang berhak 3 . صدقةmenurut bahasa adalah pemberian yang mengharapkan pahala dari Allah. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah memilikkan kepada orang lain tanpa pengganti karena ingin mendekatkan diri pada Allah. Sodaqah dalam istilah Fuqaha ada lima arti” 1 Afzalurrahman, Muhammad: Encyklopedia of Seerah. Terj. Dewi Nurjulianti, et. al. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000), hlm. 119 2 Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr al-muashir, TT, Jil III), hlm. 1788 3 Dr. Najih Hammad,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi Lughatil Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm. 237

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

1

KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

RASULULLAH SAW DAN KHULAFAUR RASYIDIN

Oleh: Rahmat Hidayat

(STES Manna Wa Salwa Panyalaian Tanah datar)

Abstrak

Zakat adalah pembayaran wajib dan tidak ada quid pro quo, namun ia

dipungut dari warga negara Muslim saja, sedangkan non-Muslim bebas dari

pembayaran tersebut. Karena itu zakat bukanlah pajak dalam arti istilah

sebenarnya. Zakat sama dengan shalat atau haji sebagai suatu bentuk ibadah

atau kewajiban agama yang didasarkan atas alasan psikologis yang sama sekali

berbeda dengan alasan-alasan pajak biasa. Pajak itu sampai sekarang tidak

memiliki nilai-nilai khusus yang dapat memberikan jaminan sosial, padahal

tujuan pokok pajak adalah menanggulangi masalah sosial kemasyarakatan.

Zakat dapat memenuhi tuntutan sebagai pajak. Tetapi pajak tidak mungkin dapat

memenuhi tuntutan zakat.

Kata Kunci : Pajak sebagai kebijakan fiskal di masa Rasul dan

Khulafaturrasyidin

A. Pendahuluan

Untuk mencapai tujuan pemerataan kekayaan nasional, Islam menetapkan

sejumlah aturan yang mencakup sedekah dan zakat1 serta infak dan pajak.

apabila زكا الزرع menurut bahasa adalah tumbuh dan bertambah dikatakanالزكاة

tumbuh dan bertambah. Bisa juga berarti bersih, seperti dalam QS. asy-Syam: 9,

bisa juga berarti pujian seperti dalam QS. An-Najm: 32, bisa juga berarti baik

dikatakan رجل زكي yaitu selalu bertambah kebaikan dari kaum yang baik.

Dinamakan harta yang dikeluarkan secara syareat zakat karena bertambah ketika

dikeluarkan2.

Sedangkan Zakat menurut istilah syara’ adalah bagian yang ditentukan

dari harta yang Allah wajibkan bagi orang-orang yang berhak3.

menurut bahasa adalah pemberian yang mengharapkan pahala dari صدقة

Allah. Sedangkan menurut istilah syara’ adalah memilikkan kepada orang lain

tanpa pengganti karena ingin mendekatkan diri pada Allah.

Sodaqah dalam istilah Fuqaha ada lima arti”

1 Afzalurrahman, Muhammad: Encyklopedia of Seerah. Terj. Dewi Nurjulianti, et. al.

Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000), hlm. 119 2 Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, Fiqhul Islam wa Adillatuhu, (Damaskus: Darul Fikr

al-muashir, TT, Jil III), hlm. 1788 3 Dr. Najih Hammad,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi Lughatil

Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm. 237

Page 2: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

2

1. Zakat

2. Sodaqah tathowwu

3. Waqaf

4. Pemberian seseorang karena haknya

5. Kebaikan4

menurut bahasa artinya habis. menurut istilah syara’ adalah الإنفاق

mengeluarkan harta yang dimiliki. Menurut ar-Raghib al-Asfahani infak itu

bisa berupa harta bisa juga yang lainnya, bisa wajib bisa sunnah5.

Sekarang timbul suatu pertanyaan apakah zakat itu merupakan suatu pajak

umum ataukah merupakan kewajiban kaum muslimin saja? Sebagian ekononom

Muslim menganggapnya sebagai jenis pajak, sebab ia mendapat memenuhi

sebagian ketentuan dari pajak. Biasanya suatu pungutan yang memenuhi syarat-

syarat di bawah ini oleh para pakar ekonomi dianggap sebagai suatu pajak:

pertama, merupakan suatu pembayaran wajib. Kedua tidak adanya quid pro quo.

Dan ketiga dipungut dari semua penduduk pada suatu negara6.

Zakat merupakan instrumen fiskal pertama dalam Islam selain zakat yang

menjadi instrument fiskal dalam Islam adalah pajak.

Menurut Nicholas P. Aghnides dalam karyanya Muhammedan Theories of

Finance sebagaimana yang dikutip oleh M.A Mannan mengatakan bahwa fiskal

dalam masa Islam periode awal masuk kedalam golongan penerimaan religius dan

sekular.

Tentang hal tersebut M.A Mannan mengatakan kenyataan sesungguhnya

bahwa zakat dipungut dari kaum muslimin dan jizyah dari kalangan non-Muslim

tidak berarti bahwa Zakat adalah pajak religius sedangkan jizyah dan kharaz

adalah pajak sekular, karena negara Islam bukan lah suatu negara sekular. Kedua,

Negara Islam menjadikan agama sebagai dasar untuk mengenakan pajak bagi

masyarakat. Jadi adalah jelas bahwa perintah membayar pajak-pajak tersebut

merupakan tindakan religius. Terakhir, perbedaan dalam hal pelaksanaan

pengumpulan pendapatan dalam negara Islam merupakan persoalan yang besifat

4 Ibid., 276

5 Ibid., 87

6 Afzalurrahman, Muhammad . . . 149

Page 3: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

3

artifisial. Dengan kata lain, tujuan yang yang berada dibalik kegiatan perpajakan

di dalam negara Islam adalah satu dan sama, yaitu didorong untuk menciptakan

kesejahteraan ummat7.

Kemudian juga menurut Aghnides jizyah dikenakan oleh Imam atas

penduduk suatu wilayah (daerah) yang ditaklukan dengan kekuatan senjata8.

Kemudian banyak sekali kontroversi tentang dikenakannya jizyah atas

kalangan non-Muslim. Ada orang yang berkata bahwa jizyah yang dipungut atas

dzimmi adalah sebagai sewa untuk tinggal di negara Muslim. Dan ada pula yang

berkata bahwa jizyah untuk menghina mereka sebagai hukuman akan anutan

keyakinan mereka9

Akan tetapi menurut M.A Mannan adalah tidak wajar untuk mengangap

sebagai sewa dari kalangan pihak dzimmi untuk berdiam diri di negara Muslim.

Seandainya hal itu benar maka wanita, anak-anak orang sakit ingatan dan orang

tua juga akan dikenakan pajak tersebut, mereka tidak diharuskan membayar pajak

ini. Maka berarti bahwa kesejahteraan rakyatlah yang menjadi dasar pertimbangan

bagi dikenakannya jizyah atas kalangan non-Muslim.

Selain itu tidak benar untuk mengatakan bahwa jizyah merupakan sebuah

bentuk hukuman. Secara jelas konsep jizyah didasarkan pada QS at-Taubah 29

Menurut MA Mannan kata shagirun dalam ayat tersebut secara sederhana

diartikan kepatuhan “submission”. Pengertian ini didasarkan pada dua alasan.

Pertama karena semua orang baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak

dibebaskan dari membayar jizyah. Kedua penggunaan kekuatan (kekerasan) untuk

memaksa keyakinan agama kepada orang lain adalah jelas dilarang oleh al-Quran.

Saya sependapat dengan Imam Syafi’i kepatuhan (ketundukan) yang dimaksud

dalm al-Quran adalah bentuk kepatuhan orang kafir kepada aturan orang Islam

(hukum Islam), sehingga orang tidak boleh digolongkan dzimmi kecuali dengan

syarat tunduk kepada hukum Islam.10

Selain Madhab Syafi’i, Ibn al-Qayyim dan

7 M.A Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice. Terj. M. Nastangin, Ekonomi

Islam: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1993), hlm. 247 8 Ibid.

9 Ibid. hlm. 249

10 Ibid.

Page 4: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

4

Wahbah Zuhaili juga berpendapat bahwa shagirun disana adalah melaksanakan

hukum Islam bukan kehinaan11

Adanya hal-hal atau permasalahan di atas adalah merupakan bukti penting

perlunya kita memahami bagaimana pajak pada Masa Islam Periode Klasik: Pada

Masa Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin.

B. Pembahasan

1. Pengertian Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mempengaruhi Anggaran

Pendapatan dan Belanja suatu Negara (APBN)12

.

Bisa dikatakan, kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam sistem

ekonomi Islam bila dibandingkan kebijakan moneter. Adanya larangan riba serta

kewajiban zakat menyiratkan tentang pentingnya kedudukan kebijakan fiskal

dibandingkan kebijakan moneter.13

Adapun Tujuan kebijakan fiskal adalah:

– Alokasi

– Distribusi, dan

– Stabilisasi Ekonomi

2. Pengertian Pajak

Dalam bahasa Indonesia pajak diartikan sebagai pungutan wajib–biasanya

berupa uang –yang harus dibayar penduduk sebagai sumbangan wajib kepada

negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli

barang dan sebagainya. Dalam kaitan ini pajak dibagi dua- pajak langsung dan

pajak tidak langsung. Pajak langsung ialah pajak yang dibebankan secara

langsung kepada wajib pajak, seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan dan lain-

11

Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir, (Damaskus: Darul Fikr al-

Muashir, TT, Juz 10), hlm. 176 12

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2006), hlm. 203 13

Ibid. hlm. 204

Page 5: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

5

lain. Adapun pajak tidak langsung adalah pajak yang secara tidak langsung

dikenakan kepada wajib pajak, seperti cukai rokok dan sebagainya14

.

Dalam istilah fikih terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan pajak:

a. Dharibah

menurut bahasa adalah pajak yang ditetapkan dan ditentukan. Yang ضريبة

diambilnya disebut dharibah bentuk jamaknya adalah ضرائب . Menurut istilah

adalah yang ditentukan dari harta yang diwajibkan oleh negara kepada individu-

individu yang diserahkan kenegara untuk menutupi pembelanjaan umum negara

tanpa ada balasan bagi yang mengeluarkannya. istilah ini sedikit sekali digunakan

oleh fuqaha15

b. Nawaib

menurut bahasa adalah musibah. Sedangkan menurut istilah adalah النائب

apa yang dikenakan kepada masyrakat oleh sulthan/raja/presiden dari harta-harta

mereka untuk kemaslahatan mereka, seperti untuk membangun jembatan. Bentuk

jamaknya adalah نوائب 16

c. Maks

menurut bahasa artinya yang ditarik. Dirham-dirham yang diambil مكس

dari jual beli dipasar pada masa jahiliyyah disebut مكس. Maks disebut juga dirham

yang diambil setelah sodakoh.

Al-Khawajimi mengatakan maks itu adalah pajak yang diambil dari

pedagang. Abu Hilal al-Asykari mengatakan maks adalah pajak yang diambil dari

pasar. Dalam istilah fikih maks adalah pajak-pajak yang tidak syar’i. al-Haitsami

mengatakan menarik maks adalah dosa besar karena diambil tanpa hak,

digunakan tanpa hak dan diserahkan kepada yang bukan berhak. Menurut para

Fuqaha itulah yang disebut dalam hadits Nabi saw17

:

14

Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT

Ichtiar Baru van Hoeve, 2006, Jil.IV), hlm. 1365 15

Dr. Najih Hammad, Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi

Lughatil Fuqaha, (Damaskus: Darul Qalam, 2008), hlm 289 16

Ibid., hlm. 454 17

Ibid., hlm. 438

Page 6: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

6

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ل يدخل ن عامر قال عن عقبة ب الجنة صاحب مكس

Dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata; saya mendengar Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Tidak akan masuk surga orang

yang mengambil pajak secara zhalim .18

d. Jizyah

-Menurt al .الجزاء و المجازاة menurut bahasa adalah derivasi dari kata الجزية

Anbari jizyah adalah penghasilan yang dibebankan kepada ahlu dzimmah.

Menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali jizyah adalah harta yang diambil

secara sukarela karena tinggalnya ahlu dzimmah di negara Islam, atau melindungi

darah dan anak cucu mereka, atau untuk menahan kau muslimin dari membunuh

mereka. Dinamakan jizyah karena itu adalah balasan untuk keamanan mereka

serta menjaga darah, keluarga dan harta mereka atau tinggalnya mereka di darul

Islam.

Sedangkan Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa jizyah itu

lebih umum dari hal diatas, yang dimaksud jizyah adalah baik itu yang

kewajibannya memaksa atau kemenangan atau penaklukan tanah secara paksa

atau aqad dzimmah yang terjadi karena sukarela 19

.

e. Kharaj

menurut bahasa adalah penghasilan. Menurut istilah fikih adalah الخراج

yang dijatuhkan atas tanah selain dari sepersepuluh dari hak yang diserahkan ke

baitul mal. Hubungannnya dengan jizyah adalah keduanya merupakan kewajiban

yang dibebankan kepada ahlu dzimmah dan ditsharufkan kepada fai’.

Perbedannnya jizyah dibebankan kepada kepala-kepala sedangkan kharaj atas

tanah. Jizyah itu gugur apabila orang kafir masuk Islam sedangkan kharaj tidak.

f. ‘Usyur

yaitu mengambil العشرة menurut bahasa adalah bentuk jamak dari العشور

sepersepuluh. ‘Usyur dikalangan fuqaha ada dua yaitu usyur zakat yaitu yang

18

Abu Daud dalam sunannya, Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai’ Bab: Pengumpul

sedekah (zakat) No. Hadist : 2548 19

Dr. Najih Hammad, Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi

Lughatil Fuqaha, hlm 289164

Page 7: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

7

diambil dari zakat pertanian dan buah-buahan. Sedangkan ‘usyur yang kedua

adalah kewajiban orang kafir atas perdagangan mereka apabila mereka berpindah

dari satu negeri kenegeri lain di Darul Islam20

. Dengan kata lain istilah sekarang

bea cukai impor.

Pada dasarnya pajak baik bagi kaum muslimin adalah tidak dianjurkan.

Prof. Muhammad Tahir Mansoori mengatakan:

as a general rule taxation was not recommended in shariah. but

when the financial resources of the government proved insufficient to

carry out public welfare works, such as construction of roads and

hospital, or to meet the needs of poor an needy people the shariah

scholars, due to maslahah mursalah, allowed to goverment allowed

to goverment to levy tax

Secara umum pajak tidak dianjurkan menurut syariah. Akan tetapi

ketika sumber daya keuangan pemerintah terbukti tidak cukup untuk

melaksanakan kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan

jalan dan rumah sakit atau untuk memenuhi kebutuhan orang miskin

yang membutuhkan. Para Ulama Syaria’h, karena maslahah

mursalah, diizinkan untuk pemerintah untuk memungut pajak21

.

Begitu juga menurut Wahbah Zuhaili pajak diperbolehkan jika

dalam keadaan dharurat, berdasarkan kaidah:

الحاجة تنزل منزلة الضرورة عامة كانت أو خاصة Hajat itu dapat menduduki tempat madharat baik keadaannya

umum atau khusus.

Dengan kaidah ini beliau mengambil istinbat bolehnya mewajibkan

pajak kepada orang kaya22

ketika dibutuhkan.

3. Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin artinya pemimpim-pemimpin ummat Islam yang

mendapat petunjuk. Mereka ada empat khalifah, yaitu: 1. Abu Bakar 2.

Umar bin Khattab 3. Utsman bin Affan dan 4. Ali bin Abu Thalib.

Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita untuk berpegang dengan

20

Ibid., hlm. 317 21

Muhammad Tahir Mansoori, Shari’ah Maxims Modern Aplication In Islamic Finance,

(Islamabad: International Islamic University, 2007), hlm. 89 22 Wahbah Zuhaili, al-Wajiz Fi Ushul Fiqh, (Beirut: Darul Fikr Mu’ashir, 1994), hlm. 231

Page 8: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

8

sunnahnya dan sunnah para Khulafaur Rasyidin, sebagaimana dalam sabda

Nabi saw.:

عليكم بسنت وسنة اللفاء الراشدين المهديين Hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para

Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk23

4. Pajak Sebelum Islam

Sebelum Rasul saw. lahir dan Islam datang pajak sudah ada, jizyah

telah dikenal sejak zaman kuno pada zaman pemerintahan Yunani, Romawi,

Parsi dan Bizantium.

Pada zaman Yunani dikenakan kepada penduduk kawasan pesisir

Asia kecil di sekitar abad kelima SM sebagai bayaran perlindungan oleh

pihak Yunani dari pada ancaman orang-orang Fenicia. Jizyah pada zaman

Romawi atas bangsa-bangsa yang ditaklukinya dan jumlah zijyah itu lebih

besar dari pada kadar jizyah yang dikutip oleh kaum Muslimin. Jizyah

dibawah kerajaan Romawi dikutip dari laki-laki merdeka dan juga hamba

sahaya mulai dari umur empat belas tahun dan dari perempuan mulai dari

umur dua belas tahun hingga umur lima puluh lima tahun untuk semua laki-

laki dan perempuan. Jizyah dibawah kerajaaan Bizantium tidak berubah

dengan kutipan pada zaman Romawi, pungutan itu dilakukan dengan cara

paksa. Jizyah merupakan suatu sumber penghasilan yang penting di bawah

pemerintahan kerajaan Parsi24

.

Begitu juga dengan pajak perdagangan sudah ada sejak zaman

Jahiliyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ubaid:

23

Imam Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab: Ilmu Bab: Mengikuti sunnah menyingkiri

bid'ah No. Hadist: 2600, Ibnu Majah dalam Sunannya Mukadimah Bab: mengikuti sunah khulafa`

Ar Rasyidin No. Hadist: 42 dan Ahmad dalam Musnadnya Kitab: Musnad penduduk Syam Bab:

Hadits Al 'Irbadl bin Sariyah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam No. Hadist : 16521,

semuanya dari sahabat ‘Irbadh bin Sariyah 24

Dr. Muhammad Abdul Munim, Islam and economic –encyclopedias. Ter. Salahuddin

Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000), hlm.

274-275

Page 9: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

9

غليظ فيه وجوه هذه الحاديث التي ذكرنا فيها العاشر، وكراهة المكس، والت أنه قد كان له أصل في الجاهلية، ي فعله ملوك العرب والعجم جميعا، فكانت

ار عشر أموالهم إذا مروا بها عليهم.سنت هم أن يأخذوا من التجفأبطل الله ذلك برسوله صلى الله عليه وسلم، وجاءت فريضة الزكاة بربع

العشر

Hadits-hadist tentang pengumpulan cukai dan dibenciya maks

menunjukkan itu merupakan kebiasaan pada zaman jahiliah, telah

dilakukan oleh para raja bangsa Arab dan non Arab semunay.

Maka kebiasaan mereka adalah memungut usyur (cukai) barang

dagangan impor atas harta mereka, apabila lewat ke dalam negeri

mereka. Kemudian Allah membatalkan sistem cukai tersebut dengan

pengutusan Rasulullah saw. Lalu datanglah kewajiban membayar

zakat sebanyak seperempat dari ‘usyur25

.

Peraturan mengutip cukai ‘usyur telah berlaku dikalangan Yunani dan

Rumawi. Keadaan yang serupa juga berlaku dikalangan orang Parsi dan Mesir26

Begitu juga kharaj sudah ada sebelum Islam, pada zaman kerajaan Persia.

Dalam riwayat lain dikatakan yang memulainya adalah Kaisar Qabaz bin Fairuz27

5. Pajak Pada Zaman Rasul

Adapun jizyah dalam Islam baru disyariatkan pada tahun sembilan

hijrah28

dan yang pertama kali memberikan jizyah adalah kalangan nashrani

Najran29

.

Kewajiban jizyah terhadap non-Muslim yang ada diwilayah Islam dan

tidak mau memeluk Islam baru disyariatkan pada tahun 9 H dengan turunnya QS.

At-Taubah: 29,

25

Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah al-Baghdadi, al-Amwal, (Beirut: Darul

Fikr, 9968), hlm. 838 26

Muhammad Abdul Munim, Ensiklopedia . . . hlm. 307 27

Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil

Kharaj, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 1985), hlm. 15 28

Abul Fida Ismail bin Amer bin Katsir ad-Damsyiki, Tafsir al-Quranil ‘Adzim, (Beirut:

Darul Kutub ilmiyyah, 1419 H, Jil. IV) hlm. 116 29

Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin as-Suyuti, ad-Duraru al-Mantsur, (Beirut:

Darul Fikr, Tt, Jil. IV), hlm. 167

Page 10: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

10

قاتلوا الذين ل ي ؤمنون بالله ول بالي وم الخر ول يحرمون ما حرم الله ورسوله ول يدينون دين الحق من الذين أوتوا الكتاب حتى ي عطوا الجزية عن يد وهم

صاغرون Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak

(pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa

yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama

dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang

diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah

dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.

Rasulullah saw. telah memberikan rambu-rambu dalam memungut jizyah,

rambu-rambu tersebut adalah:

1. Tidak boleh dengan paksaan harus dari kerelaan dan sesuai

kemampuan

ة من أب ناء أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم عن آبائهم دن ية عن عدعن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أل من ظلم معاهدا أو ان ت قصه أو

اقته أو أخذ منه شيئا بغير طيب ن فس فأنا حجيجه ي وم القيامة كلفه ف وق ط Dari beberapa anak para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam, dari bapak-bapak mereka dari Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam, beliau berkata: "Ketahuilah bahwa orang yang

menzhalimi orang kafir yang menjalin perjanjian dengan Islam atau

mengurangi haknya atau membebaninya di atas kemampuannya

atau mengambil darinya sesuatu yang tidak ia relakan maka aku

adalah orang yang akan membelanya pada Hari Kiamat.30

بون في الجزية بفلسطين قال عن هشام بن حكيم بن حزام قال مر بقوم ي عذب ف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ي قول إن الله عز وجل ي عذ

ن ياي وم القيامة الذين ي ع بون الناس في الد ذDari Hisyam bin Hakim bin Hizam berkata; dia melewati suatu

kaum yang sedang disiksa karena masalah jizyah di Palestina. Dia

berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam

30

Abu Daud dalam sunannya Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai Bab: Mengambil

pajak dari ahli dzimmah jika mereka menyelisihi dalam jual beli No. Hadist : 2654

Page 11: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

11

bersabda: " Pada Hari Kiamat Allah Azzawajalla menyiksa orang-

orang yang menyiksa manusia di dunia".31

2. Hanya dari laki-laki dan bukan dari perempuan serta anak-anak

ب عثه النبي صلى الله عليه وسلم إلى اليمن فأمره أن عن معاذ بن جبل قال ن كل ثلثين من الب قر تبيعا أو تبيعة ومن كل أربعين مسنة ومن كل يأخذ م

حالم دينارا أو عدله معافر Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam

mengutusnya ke Yaman kemudian memerintahkannya untuk

memungut zakat satu tabi' atau tabi'ah untuk setiap tigapuluh ekor

sapi, satu musinnah untuk setiap empat puluh ekor sapi dan satu

dinar untuk setiap orang yang sudah baligh atau senilai baju

Ma'afir.32

Diwajibkannya jizyah hanya kepada laki-laki dan bukan kepada

perempuan serta anak-anak adalah karena apabila tidak mau membayarnya maka

ia boleh dibunuh, sedangkan anak-anak dan perempuan adalah orang yang tidak

boleh dibunuh.

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ب عث سرية ي وم عن السود بن سريع ا جاءوا قال رسول رية ف لم حن ين ف قات لوا المشركين فأفضى بهم القتل إلى الذ

رية قالوا يا رسول الله إنما الله صلى الله عليه وسلم ما حملكم على ق تل الذكانوا أولد المشركين قال أوهل خياركم إل أولد المشركين والذي ن فس

د بيده ما من نسمة تولد إل على ها لسان هامحم الفطرة حتى ي عرب عن Dari Al Hasan dari Al Aswad bin Sari' Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam mengutus sebuah satuan perang pada

Perang Hunain, lalu mereka memerangi orang-orang musyrik dan

mereka berlebihan dalam membunuh sampai kepada para wanita

dan anak-anak. Tatkala mereka datang, Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Apa yang membuat kalian

31

Imam Ahmad dalam musnadnya Kitab: Musnad penduduk Makkah Bab: Hadits

Hisyam bin Hakim bin Hizam Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 15285 32

Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya, Musnad sahabat Anshar Bab: Hadits

Mu'adz bin Jabal Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 21005

Page 12: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

12

membunuh kaum wanita dan anak-anak?. Mereka menjawab,

Wahai Rasulullah, mereka hanyalah anak-anak orang-orang

musyrik. (Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam) bersabda:

"Bukankah orang-orang pilihan kalian sebenarnya juga anak-

anakorang musyrik?. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di

tangan-Nya tidaklah setiap ruh yang dilahirkan kecuali di atas

fitrah Islam, sehingga lidahnya yang mengikrarkannya ".33

3. Hanya untuk non-Muslim

لتان في عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ل تصلح قب أرض واحدة وليس على المسلمين جزية

Dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Tidak dibenarkan adanya dua kiblat pada satu

daerah dan kewajiban membayar jizyah tidak dikenakan atas kaum

muslimin".34

4. Jumlahnya minimal satu dinar dan dipungut satu tahun sekali

ب عثه النبي صلى الله عليه وسلم إلى اليمن فأمره أن عن معاذ بن جبل قال يأخذ من كل ثلثين من الب قر تبيعا أو تبيعة ومن كل أربعين مسنة ومن كل

حالم دينارا أو عدله معافر Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam

mengutusnya ke Yaman kemudian memerintahkannya untuk

memungut zakat satu tabi' atau tabi'ah untuk setiap tigapuluh ekor

sapi, satu musinnah untuk setiap empatpuluh ekor sapi dan satu

dinar untuk setiap orang yang sudah baligh atau senilai baju

Ma'afir.35

6. Pajak pada Masa Khulafaur Rasyidin

33

Imam Ahmad dalam Musnadnya Kitab: Musnad penduduk Makkah Bab: Hadits Al

Aswad bin Suraih Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 15036 34

Imam Tirmidz dalam sunannya Kitab: Zakat Bab: Muslimin tidak membayar jizyah

(pajak, upeti) No. Hadist: 574, Abu Daud dalam sunannya Kitab: Pajak, Kepemimpinan dan Fai’

Bab: Ahli dzimmah masuk Islam disebagian tahun, apakah mereka wajib memberikan jizyah No.

Hadist : 2655 35

Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya, Musnad sahabat Anshar Bab: Hadits Mu'adz

bin Jabal Radliyallahu ta'ala 'anhu No. Hadist : 21005

Page 13: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

13

1. Pada Masa Abu Bakar

Abu Bakar menjadi Khalifah pada hari selasa, hari kedua setelah Rasullah

saw wafat dan Abu Bakar wafat pada hari senin pada malam 17 Jumadil akhir,

beliau menjadi khalifah selama dua tahun tiga bulan dua puluh dua hari36

Abu Bakar tidak merubah kebijakan Rasulullah saw dalam masalah

jizyah, ia tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah.37

.

2. Pada Masa Umar bin Khattab

Umar bin Khattab menjadi khalifah pada hari kedua setelah Abu Bakar

As-Shidik wafat, Umar menjadi Khalifah selama sepuluh tahun enam bulan dan

empat hari.

Umar dalam menarik jizyah mempunyai ukuran yang berbeda dengan

Rasulullah saw. Rasul dalam memungut jizyah dari orang Yaman sebanyak satu

dinar sedangkan Umar memungut jizyah dari penduduk Kufah 24 dirham (sama

dengan 2 Dinar, pen), sedangkan kepada penduduk Syam sebagai berikut:

الجزية على أهل ضرب عن أسلم مولى عمر بن الخطاب أن عمر بن الخطاب هب أرب عة دنانير وعلى أهل الورق أربعين درهما مع ذلك أرزاق المسلمين الذ

وضيافة ثلثة أيام

Dari Aslam mantan budak 'Umar bin al Khattab, bahwa Umar bin

Khattab mewajibkan jizyah pada warga penghasil emas sebesar

empat Dinar, dan para penghasil perak sebesar empat puluh dirham.

Selain itu mereka harus memberi sedekah kepada kaum muslimin dan

menjamu selama tiga hari."38

Rasulullah saw. memungut jizyah dari kaum Yaman sebanyak satu dinar

adalah supaya tidak memberatkan mereka karena mereka orang biasa/lemah.

36

Muhamammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban, Sahih Ibn Hibban, (Beirut:

Muassasah ar-Risalah, 1993, Jil. XV), hlm. 38 37

Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam, (Jakarta:

Cicero Publising, 2008), hlm. 66 38

Imam Malik dalam al-Muwaththa, Kitab: Zakat Bab: Pajak (Upeti) ahli kitab dan

kaum majusi No. Hadist: 545

Page 14: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

14

Berbeda dengan penduduk Syam kebanyakan orang Syam dan Kufah

kaya/mampu dan bukan orang lemah.

Namun dari segi waktu dan siapa yang diwajibkan membayar jizyah Umar

tidak merubahnya, yaitu satu tahun sekali dan hanya kepada laki-laki yang sudah

baligh.

كتب إلى أمراء الجناد: "أن -رضي الله عنه-عن نافع عن أسلم أن عمر يقاتلوا في سبيل الله، ول يقاتلوا إل من قات لهم، ول يقتلوا النساء والصبيان،

ت عليه الموسى، وكتب إلى أمراء الجناد: أن يضربوا ول يقتلوا إل من جر الجزية، ول يضربوها على النساء والصبيان، ول يضربوها إل على من جرت

عليه الموسى"

Dari Nafi dari Aslam bahwa Umar menulis surat kepada pemimpin

pasukan supaya mereka berperang dijalan Allah dan tidak

memerangi kecuali orang yang memerangi mereka dan tidak boleh

membunuh/memerangi perempuan dan anak-anak serta tidak boleh

membunuh kecuali orang yang telah ditetapkan. Dia juga

menuliskan kepada komandan pasukan untuk mengambil jizyah dan

tidak mengambilnya dari perempuan dan anak anak serta tidak

mengambilnya kecuali atas orang yang telah menggunakan pisau

cukur untuk memotong kumisnya39

Kemudian setelah dilimpahkan kekhalifahan pada Umar dan bertambah

kemenangan Islam, meluas keuasaan dan bertambah pembiayaan, Umar

memandang/berijtihad bahwa tanah yang ditaklukan secara paksa untuk tidak

dibagi akan tetapi menjadikannya wakaf bagi kaum Muslimin dan menetapkan

kharaj bagi yang mengurusnya, sebagian sahabat menyetujuinya dan yang lainnya

pada awalnya menentangnya40

. Sebelum Umar tidak ada kharaj dalam Islam,

Umar adalah orang yang pertama kali menetapkan Kharaj41

. Umar memungutnya

satu tahun sekali42

.

39

Abu Ubaid, al-Amwal . . . .hlm. 102-103 40

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, (Kuwait :Kementerian Urusan Waqaf dan

Agama, 9441 H, Jil. 19), hlm. 54 41

Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil

Kharaj, hlm. 16 42

Al-Mausuah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, hlm. 89

Page 15: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

15

Adapun kadar kharaj yang ditetapkan Umar pada zamannya adalah

sebagai berikut:

، أن عبي ثني عفان، عن مسلمة بن علقمة، عن داود بن أبي هند، عن الش حدعير واد فطرز الخراج، ف وضع على جريب الش عمر ب عث ابن حن يف إلى الس

رب عة دراهم، وعلى جريب القصب ستة دراهم، درهمين، وعلى جريب الحنطة أ وعلى جريب النخل ثمانية، وعلى جريب الكرم عشرة، وعلى جريب الزي تون

رهمين ف هر والد رهم في الش هر اث نا عشر، ووضع على الرجل الد ي الشTelah menceritakan kepadaku Affan dari Salamah bin ‘Alqamah dari

Dawud bin Abi Hind dari as-Sya’bi bahwa Umar mengutus Ibn

Hunaif ke Sawad untuk mewajibkan kharaj lalu ia menetapkan

kepada setiap satu jarib (luas tanah) gandum dua dirham, jarib (luas

tanah) biji gandum empat dirham, atas jarib (luas tanah) tebu enam

dirham, setiap satu jarib (luas tanah) kurma delapan dirham, atas

jarib (luas tanah) anggur sepuluh dinar, atas jarib (luas tanah)

zaitun dua belas dirham dan menetapkan atas laki-laki satu dirham

untuk satu bulan dan dua bulan untuk dua dirham. 43

، قال: وضع د بن عب يد الله الث قفي ، عن محم يباني ث نا أبو معاوية، عن الش حدواد على كل جريب عامر أو غامر عمر بن الخطاب رحمه الله على أهل الس

يب الرطبة خمسة دراهم وخمسة أقفزة، وعلى جريب درهما وقفيزا، وعلى جر جرة عشرة دراهم وعشرة أقفزة، وعلى جريب الكرم عشرة دراهم وعشرة الش

ثمانية وأربعين، وأرب عة أقفزة. قال: ولم يذكر النخل، وعلى رءوس الرجال وعشرين، واث ني عشر

Telah menceritakkan kepada kami Abu Muawiyah dari asy-syaibani

dari Muhammad bin Ubaidillah ast-Tsaqafi ia berkata Umar

menetapkan atas tanah Sawad atas setiap jarib (luas tanah) yang

makmur satu dirham dan satu qafiz dan jarib (luas tanah) pohon

sepuluh dirham dan sepuluh aqfizah, atas jarib (luas tanah) anggur

sepuluh dirham dan sepuluh aqfizah dan kewajiban setiap ketua

mereka 48 dirham, 24 dirham dan 12 dirham44

.

43

Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah al-Baghdadi, al-Amwal, (Beirut: Darul

Fikr, 9968), hlm. 88 44

Ibid.,

Page 16: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

16

Dalam memungut kharaj tidak boleh memberatkan dan menyusahkan,

sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut ini:

ث نا هشيم، عن حصين، عن عمرو بن ميمون، قال: رأيت عمر ق بل ق تله حدبأربع ليال واقفا على بعير ي قول لحذي فة بن اليمان، وعثمان بن حن يف: انظرا

لتما أهل الرض ما ل يطيقون أل ت »ما لديكما، انظرا: ، ف قال « كونا حمعثمان: وضعت عليهم شيئا لو أضعفته عليهم لكانوا مطيقين لذلك، وقال

حذي فة: وضعت عليهم شيئا ما فيه كثير فضل Telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Hushain dari Amer

bin Maimun ia berkata aku melihat Umar bin khatab sebelum empat

hari menjelang dibunuhnya berdiri di atas unta ia berkata kepada

Hudaifah bin al-Yaman dan Utsman bin Hunaif, lihatlah apa yang

ada pada kalian berdua, lihatlah apakaha kalian berdua telah

menetapkan kepada orang-orang apa yang tidak mereka sanggupi,

maka berkata Ustman aku menetapkan kepada mereka sesuatu kalau

aku melipatgandakannya kepada mereka pasti mereka sanggup

untuk melaksanakannya, sedangkan Khudaifah berkata aku

mentapkan kepada mereka sesuatu yang tidak berlebih-lebihan.45

Selain itu Umar bin Khatab menetapkan ‘usyur. Usyur adalah apa yang

diambil oleh petugas negara dari harta yang dipersiapkan untuk dagang ketika

melintasi daerah Islam; sehingga usyur ini lebih serupa denga apa yang dikenal

pada masa sekarang dengan Istilah “bea cukai”.

Penetapan usyur ini tidak terdapat dalil dalam al-Quran ataupun as-

Sunnah, namun merupakan Ijtihad Umar dihadapan para sahabat dan tidak

terdapat seorang pun yang menyanggahnya, sehingga merupakan ijma

(konsesus). Dengan demikian Umar adalah orang yang pertama menetapkan

usyur di dalam Islam, bahkan telah merincikan banyak hukumnya, memebuat

petunjuk teknis pelaksanaannya, mengangkat para pegawai yang menanganinya46

.

Usyur belum dikutip pada zaman Rasulullah saw. dan zaman Abu Bakar47

45

Abu Ubaid, al-Amwal, hlm. 55 46

Dr.Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibn al-

Khaththab. Terj, H. Asmuni Solihin Zamakhsyari, Lc, Fikih ekonomi Umar bin al-Khatab,

(Jakarta: Khalifa, 2008), hlm. 571 47

Muhammad Abdul Mun’im, Eensiklopedia . . . hlm. 308

Page 17: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

17

Sesungguhnya, dilaksanakannya bea impor dan pungutan disebabkan dari

bersikerasnya tetangga yang beurusan dagang dengan Negara Islam untuk

memungut bea dari pedagang Muslim. Ketika Abu Musha al-Asy’ari

menyampaikan hal ini kepada khalifah Umar, sebagai tindakan balasan, maka ia

memerintahkan agar golongan harbi juga dikenakan tariff yang sama seperti

yang dipungut dari kaum muslimin, yaitu 10 %; bila bea yang dipungut oleh

kalangan harbi tidak diketahui, diterapkan tariff 10 %. Sedangkan kalangan

dzimmi dikenakan pungutan 5 %48

. diambil sekali dalam setahun49

Jumlah usyur adalah fleksibel, sesuai dengan kemaslahatan, jika

barangnya dibutuhkan maka presentase usyur diturunkan, Umar mengambil dari

pedagang kaum Nabthi sebanyak 5 % dari gandum dan zaitun karena beliau

bermaksud agar banyak barang yang dibawa ke Madinah; sedangkan terhadap

katun diambil pajak 10 %. Jika mukim selama enam bulan diambil 10 % dan jika

mukim setahun diambil 5%.50

Dan jika negara kafir tidak menerapkan pajak

perdagangan pada pedagang Islam maka negara Islam pun tidak menerapkan

pajak perdagangan kepada mereka.

3. Pajak pada masa Utsman bin Affan

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah setelah wafatnya Umar dan

ia menjadi khalifah selama 12 tahun kurang 12 hari51

.

Utsman selain mengambil jizyah dari orang majusi juga mengambil dari

orang barbar.

ثني يحيى عن مالك عن ابن شهاب قال ب لغني أن رسول الله صلى الله حدوأن عمر بن الخطاب أخذها من وسلم أخذ الجزية من مجوس البحرين عليه

مجوس فارس وأن عثمان بن عفان أخذها من الب ربر Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab ia

berkata; telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam mengambil jizyah dari orang-orang Majusi Bahrain. Umar

48 M.A Mannan, Islamic Economics: Theory and Practice, hlm. 297

49 Dr.Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al-Iqtishadi . . ., hlm. 579

50 Ibid. Hlm. 576-577

51 Ibn Hiban, Sahih Ibn Hibban, hlm 38

Page 18: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

18

bin al Khatthab mengambil jizyah dari orang-orang Majusi Persia.

Dan Utsman bin Affan mengambil jizyah dari bangsa Barbar."52

Pada zaman pemerintahan para Khalifah ar-Rasyidin, dalam tahun 30

Hijrah, yaitu semasa pemerintahan Utsman bin Affan satu bancian (sensus, pen)

telah dibuat tentang hasil kutipan cukai kharaz dari pada wilayah-wilayah Iraq,

Barqah, Afrika dan Cyprus, yang hasilnya dalah sebagi berikut:

Wilayah Kharaj dalam jumlah

dirham

Iraq 135 000 000

Mesir 40 000 000

Barqah 130 000

Afrika 27 000 000

Cyprus 27 000

Jumlah 202 202 000

Yaitu sejumlah 202 juta dirham. Ini tidak termasuk kharaj dari Syam, al-

Jazirah, Armenia, Azarbaijan dan negeri Parsi. Pendapatan ini merupakan suatu

penghasilan negara yang cukup besar pada zaman pertama Islam, yaitu zaman para

Khulafaur Rasyidin53

4. Pajak pada masa Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah menggantikan Utsman bin Affan, ia

menjadi Khalifah selama lima tahun dan tiga bulan54

Adapun ketentuan baru Ali tentang kharaj adalah sebagai berikut:

عن مصعب بن بريدة النصاري عن أبيه قال: بعثني علي بن أبي طالب رضي على كل جريب فذكر أرض الزرع الله عنه على ما سقي الفرات وأمرني أن أضع

52 Malik dalam al-Muwattha Kitab: ZakatBab: Pajak (Upeti) ahli kitab dan kaum majusi

No. Hadist : 543 53

Muhammad Abdullah Mun’im, Ensiklopedia . . .hlm. 309 54

Ibn Hiban, Sahih Ibn Hibban, hlm 38

Page 19: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

19

ثم قال وأمرني أن أضع على البساتين التي تجمع النخل والشجر على كل جريب عشرة دراهم وعلى كل جريب الكرم إذا مضى عليه ثلث سنين ودخل في الرابعة عشرة دراهم وأمرني أن الفيء كل نخل شاذ عن القرى يأكله من

قربه

Dari Mus’ab bin Buraidah al-Anshari dari ayahnya (Buraidah) ia

berkata: Ali bin Abi Thalib mengutusku atas yang diair air sungai

Euphart dan memrintahkan ku untuk menetapkan pada satu jarib

(ukuran luas tanah), maka ia menyebutkan tanah pertanian,

kemudian Buraidah berkata dan ia memerintahkan kepadaku untuk

kebun-kebun yang manyatukan kurma dan pohon atas setiap satu

jarib sepuluh dirham dan atas satu jarib kurma apabila telah lebih

dari tiga tahun dan masuk tahun ke empat sepuluh dirham dan

meemerintahkanku bahwa fai’ setiap kurma yang ganjil dari sebuah

kampung untuk dimakan oleh orang yang terdekat.55

Dalam masalah pajak Ali mendistribusikan pendapatan pajak tahunan

sesuai dengan yang telah ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab.56

7. Alokasi Dan Distribusi Pajak Dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas

Ekonomi

Jizyah, Usyur, dan 5 % dari pajak perdagangan buat Ahli dzimmah serta

kharaj masuk kedalam kelompok harta fai’57

.

Adapun alokasi dan distribusi harta fai’ adalah sebagaimana dalam QS. al-

Hasyr:7-10 :

ما أفاء الله على رسوله من أهل القرى فلله وللرسول ولذي القربى واليتامى بيل كي ل يكون دولة ب ين الغنياء منكم وما آتاكم والمساكين وابن الس

( 7عنه فان ت هوا وات قوا الله إن الله شديد العقاب ) الرسول فخذوه وما ن هاكم للفقراء المهاجرين الذين أخرجوا من ديارهم وأموالهم ي بت غون فضل من الله

ار 8لصادقون )ورضوانا وي نصرون الله ورسوله أولئك هم ا ءوا الد ( والذين ت ب و

55

Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, al-Istikhraj li Ahkamil

Kharaj, hlm. 62 56

Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam, hlm. 85 57

Husain bin Audah al-Uwaisyah, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah, (Beirut:

Dar Ibn Hazm, 1429, Jil. VII), hlm. 454

Page 20: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

20

ا يمان من ق بلهم يحبون من هاجر إليهم ول يجدون في صدورهم حاجة مم والسه فأولئك أوتوا وي ؤثرون على أن فسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح ن ف

خواننا ( 9)هم المفلحون والذين جاءوا من ب عدهم ي قولون رب نا اغفر لنا وليمان ول تجعل في ق لوبنا غلا للذين آمنوا رب نا إنك رءوف الذين سب قونا بال

(01رحيم )Apa saja harta rampasan (fai’) yang diberikan Allah kepada Rasul-

Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka

adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,

supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di

antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.

Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras

hukumannya (7) Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir

dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena)

mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka

menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang

benar (8) Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan

telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),

mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka

(Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam

hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka

(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin),

atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan

siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang

orang yang beruntung (9) Dan orang-orang yang datang sesudah

mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami,

beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman

lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian

dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami,

Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (10).

Alokasinya bisa untuk gajih tentara muslim atau untuk memberi makan

yang mebutuhkan atau untuk membangun dan merawat sarana prasarana umum

seperti jalan raya/ jembatan dan yang lainnya.

Kemudian dari segi stabilitas ekonomi, pajak yang diterapkan oleh Islam

tidak menghambat perekonomian masyarakat bahkan membuat ekonomi stabil,

jizyah dan kharaj yang diterapkan dan dilaksanakan adalah bersipat sukarela,

Page 21: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

21

berdasarkan kemampuan, mudah dan tidak memberatkan serta dipungut setahun

sekali.

قال أبو عب يد: وهذا عندنا مذهب الجزية والخراج، إنما هما على قدر الطاقة مة، بل حمل عليهم، ول إضرار بفيء المسل مين، ليس فيه حد من أهل الذ

مؤقت Abu Ubaid berkata berkata Madzhab Islam dalam jizyah dan kharaj

berdasarkan kemampuan dari ahli dzimmah, tanpa memberatkan

mereka sama sekali, juga tidak merusak keselamatan kaum

muslimin, dan tidak ada waktu tertentu di dalamnya.58

Begitu juga dengan pajak perdagangan terhadap barang yang dibutuhkan

oleh masyarakat, pemerintahan Islam mengurangi pajaknya, tidak sama dengan

yang kurang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka pajak perdagangan dalam Islam

tidak akan menghambat perekonomian bahkan menjaga stabilitas perekonomian.

C. Penutup

Konsep pajak sebelum Islam sudah ada kemudian dalam Islam dihapus

oleh zakat, pajak dalam Islam diwajibkan hanya untuk orang non-Muslim saja,

dan diberlakukan pada tahun 9 hijrah dengan turunnya ayat jizyah. Pajak

perdagangan dan kharaj diberlakukan atas dasar ijtihad Umar bin Khattab. Tujuan

Islam dalam menetapkan pajak adalah kemaslahatan dengan asas sukarela.

Daftar Pustaka

58

Abu Ubaid, al-Amwal ... hlm. 55

Page 22: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

22

Afzalurrahman, Muhammad: Encyklopedia of Seerah. Terj. Dewi Nurjulianti, et.

al. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta: Yayasan

Swarna Bhumy, 2000

Al-Baghdadi, Abu Ubaid bin Qasim bin Sallam bin Abdillah, al-Amwal, Beirut:

Darul Fikr, 9968

Hammad, Najih,Mujam al-Musthalahat al-Maliyyah wa a-Iqtishadiyyah fi

Lughatil Fuqaha, Damaskus: Darul Qalam, 2008

Al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, al-Fiqh al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibn

al-Khaththab. Terj, H. Asmuni Solihin Zamakhsyari, Lc, Fikih

ekonomi Umar bin al-Khatab, Jakarta: Khalifa, 2008

Al-Hanbali, Abul Faraz Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab, al-Istikhraj li

Ahkamil Kharaj, Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 1985

Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyyah: Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000

Ibn Katsir, Abul Fida Ismail bin Amer Ad-Damsyiki, Tafsir al-Quranil ‘Adzim,

Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah, 1419

Ibn Hibban, Muhamammad bin Hibban bin Ahmad, Sahih Ibn Hibban, Beirut:

Muassasah ar-Risalah, 1993

Mannan, M.A, Islamic Economic: Theory and Practice. Terj. M. Nastangin,

Ekonomi Islam: Teori dan Parktek, (Yogyakarta: Dana Bakti

Wakaf, 1993), hlm. 247

Mansoori, Muhammad Tahir, Shari’ah Maxims Modern Aplication In Islamic

Finance, Islamabad: International Islamic University, 2007

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait :Kementerian Urusan Waqaf

dan Agama, 9441 H

Munim, Muhammad Abdul, Islam and economic –encyclopedias. Ter. Salahuddin

Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 2000

Nasution, Mustafa Edwin, et.al, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2006

Page 23: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

23

Perwataatmadja, Karnaen A. dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islam,

(Jakarta: Cicero Publising, 2008

As-Suyuti, Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin, ad-Duraru al-Mantsur, Beirut:

Darul Fikr, TT

Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta:

PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2006, Jil.IV), hlm. 1365

al-Uwaisyah, Husain bin Audah, Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah,

Beirut: Dar Ibn Hazm, 1429

Zuhaili,Wahbah bin Musthafa, al-Wajiz Fi Ushul Fiqh, Beirut: Darul Fikr

Mu’ashir, 1994

_______________, at-Tafsir al-Munir, Damaskus: Darul Fikr al-Muashir, TT

_______________ Fiqhul Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Darul Fikr al-muashir,

TT,

Page 24: KONSEP PAJAK SEBAGAI KEBIJAKAN FISKAL PADA ZAMAN

24