konsep sosio-ekonomi syĀh walĪyullĀh ad dihlawĪ

164
KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD-DIHLAWĪ Sofyan Sulaiman Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri Email: [email protected] Najamuddin Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri Abstract Islam memberikan kontribusi yang begitu besar dalam perkembangan pemikiran ekonomi modern. Namun dalam penulisan sejarah pemikiran ekonomi, kontribusi ekonom muslim tidak pernah dilibatkan. Salah satu tokoh yang memberikan kontribusi yang besar adalah Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī. Seorang ulama asal Delhi, India. Salah satu sumbangan pemikirannya adalah kosep Sosio-Ekonomi yang disebut dengan konsep irtifāq. Ada empat tahap perkembangan masyarakat, yaitu dimulai dengan (1) Kehidupan masyararakat dengan sistem ekonomi subsisten. (2) irtifaq kedua tentang bagaimana masyarakat mendapatkan kehidupan yang pantas, (3) irtifaq ketiga tentang negara perkotaan, (4) dan irtifaq keempat adalah bagaimana manusia mencapai tahap peradaban puncak yaitu dengan adanya sistemp pemerintahan Islam atau yang disebut dengan khilafah. Keyword: Sejarah, Pemikiran Ekonomi Islam, Sosio- Ekonomi, Syāh Walīyullāh Ad-Dihlawī, Tokoh Ekonomi Islam

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

KONSEP SOSIO-EKONOMI

SYĀH WALĪYULLĀH AD-DIHLAWĪ

Sofyan Sulaiman

Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri

Email: [email protected]

Najamuddin

Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri

Abstract

Islam memberikan kontribusi yang begitu besar dalam

perkembangan pemikiran ekonomi modern. Namun dalam

penulisan sejarah pemikiran ekonomi, kontribusi ekonom

muslim tidak pernah dilibatkan. Salah satu tokoh yang

memberikan kontribusi yang besar adalah Syāh Walīyullāh

ad-Dihlawī. Seorang ulama asal Delhi, India. Salah satu

sumbangan pemikirannya adalah kosep Sosio-Ekonomi

yang disebut dengan konsep irtifāq. Ada empat tahap

perkembangan masyarakat, yaitu dimulai dengan (1)

Kehidupan masyararakat dengan sistem ekonomi

subsisten. (2) irtifaq kedua tentang bagaimana masyarakat

mendapatkan kehidupan yang pantas, (3) irtifaq ketiga

tentang negara perkotaan, (4) dan irtifaq keempat adalah

bagaimana manusia mencapai tahap peradaban puncak

yaitu dengan adanya sistemp pemerintahan Islam atau

yang disebut dengan khilafah.

Keyword: Sejarah, Pemikiran Ekonomi Islam, Sosio-

Ekonomi, Syāh Walīyullāh Ad-Dihlawī, Tokoh

Ekonomi Islam

Page 2: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

2 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

A. Pendahuluan

Pemikiran ekonomi Islam sama tuanya dengan Islam itu sendiri.

Pada awal Islam, ekonomi Islam belum sebagai sebuah disiplin ilmu,

namun hanya ditampilkan dalam bentuk norma-norma dan nilai-nilai

ekonomi Islam.1 Sejak awal norma-norma dan nilai-nilai ekonomi

Islam terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah dan dipraktikkan oleh

umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Seperti larangan memakan

riba, larangan memakan harta dengan cara yang bathil, perintah untuk

mencari karunia Allah dimuka bumi, perintah berinfaq, perintah

berusaha, larangan menimbun barang dengan maksud melangkakan

barang, pengaturan kepemilikan publik dan individu, larangan

pengaturan harga oleh negara, perintah pengaturan dan pengawasan

pasar, manajemen krisis, hingga pengaturan sumber pendapatan dan

belanja negara.

Sepeninggal Rasulullah, ekonomi Islam mulai didiskusikan

dalam berbagai disiplin ilmu. Pertama, ekonomi Islam didiskusikan

dalam berbagai kitab tafsir sebagai penjelasan kandungan al-Qur’an.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ekonomi dijelaskan oleh

mufaṣirīn secara rinci maksud dan tujuan ayat tersebut. Misalnya, tafsir

mengenai ayat-ayat larangan riba, perintah untuk mecari harta dengan

cara yang baik, dll.2

Kedua, ekonomi Islam ditemukan dalam disiplin ilmu fiqh

(Islamic jurisprudence). Aspek legal dalam masalah ekonomi hingga

1 Abul Hasan M. Sadeq, “Indtrodution: Islamic Economic Thought”, dalam

Abul Hasan M. Sadeq dan Adit Ghazali (ed.) Reading Islamic Economic Thought,

(Selangor Darul Ehsan: Longman Malaysia, 1992), h. 1. 2 Ibid.

Page 3: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 3

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

masalah hukum Islam yang lainnya dibahas dalam ilmu fiqh. Misalnya,

aturan-aturan jual beli, aturan berserikat, hutang-piutang, hingga

masalah jaminan dijelaskan secara detail dalam ilmu fiqh. Ketiga,

akhlak Islam dibahas dalam masalah-masalah ekonomi dalam sistem

etika Islam untuk pengembangan moral, hal ini dilakukan untuk

membimbing manusia menuju prilaku ekonomi yang paling

diinginkan.3

Keempat, sejumlah tulisan, yang berhubungan dengan ilmu

ekonomi, yang telah ditulis oleh beberapa ulama besar sebagai respon

atas kebutuhan pada masa mereka terhadap pemerintahan. Tulisan-

tulisan tersebut berhubungan dengan keuangan publik, terutama

mengenai pemasukan pemerintah, pajak atas tanah, pengeluaran dan

belanja negara, dll. Dan kelima, beberapa ulama dan filosof muslim

membahas dan mengalisis tema-tema ekonomi. Sebagai contoh, Ibnu

Khaldun dan Ibnu Taymiyah yang membahas masalah ekonomi mikro,

yaitu pengaruh permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap

harga.4

Namun, dalam penulisan sejarah pemikiran ekonomi, pemikiran

ekonomi dalam Islam tidak mendapat pengakuan. Joseph A.

Schumpeter dalam bukunya History of Economic Analysis

menyebutkan, bahwa pemikiran ekonomi muncul pada ke 4 SM pada

zaman Yunani Kuno kemudian muncul kembali pada abad ke 13 M

pada masa St. Thomas Aquinas (1225-1274, era Skolastik),5 artinya,

3 Ibid., h. 2. 4 Ibid. 5 Joseph A. Schumpeter, History of Economic Analysis, (Inggris: Routledge,

2006), h. 70.

Page 4: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

4 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

dalam periode ini ada kevakuman dalam rentang yang begitu panjang

(The Great Gap) dalam pemikiran ekonomi. Adalah sesuatu yang tidak

mungkin ilmu ekonomi muncul kembali tanpa ada proses transisi ilmu

dari pemikir sebelumnya. Pada periode inilah ada ketidakjujuran dalam

penulisan sejarah pemikiran ekonomi, padahal Islam pada masa itu

dalam masa keemasan (Golde Ages) sementera Barat (Eropa) sedang

mengalami masa kegelapan (Dark Ages). Para pemikir Islam

memberikan sumbangan yang begitu besar dalam pemikiran ekonomi,

bahkan menjadi rujukan para pemikir Barat, namun sejarah ini berusaha

Gambar 1

Interaksi dan pengaruh

ekonomi Islam terhadap

ekonomi modern

Page 5: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 5

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

ditutup-tutupi sejarahnya sehingga tidak ada pengakuan terhadap

sumbangsih Islam dalam pemikiran ekonomi.

Yang menjadi pertanyaan, kenapa kontribusi para ulama tidak

diakui dalam proses transisi pemikiran dari Islam ke Skolastik? Alasan

pertama dan tepenting adalah, Skolastik memandang rendah Islam dan

Muslim, mereka bahkan menyebutkan bahwa pemikiran mereka

merupakan warisan langsung dari Yunani dan Romawi. Pada abad ke

14 banyak sarjana-sarjana Eropa mempelajari penerjemahan buku-buku

Arab, kemudian mereka mepersiapkan terjemahan tersebut dalam

beberapa jilid atau ringkasan tanpa menyebutkan bahwa buku-buku

tersebut karya Muslim, bahkan menyebutkan sebagai karya sarjana

Yunani.6 Kedua, menghilangkan serta mengabaikan kutipan dari

sarjana muslim menjadi motivasi mereka, lalu diganti dengan nama

mereka, hal ini merupakan sesuatu yang umum dikalangan skolastik.7

Sepanjang peradaban Islam, Islam telah melahirkan pemikir-

pemikir ekonomi Islam yang dimulai dari masa khulafau Rasyidin dan

sahabat, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali

bin Abi Thalib, Abu Dzar al-Ghifari, dan Abdurrahman bin Auf,

kemudian dimasa kekhilafahan Islam, seperti Zaid Bin Ali, Abu

Hanifah, Abdur Rahman al-Auzai, Malik bin Anas, Abu Yusuf, Asy-

Syaibani, Abu Ubaid, Abdullah Harits bin As’ad al-Muhassabi, Abu al-

Hasan al-Mawardi, Ar-Raghib al-Asfahani, Abu Hamid al-Ghazali,

Ja’far ad-Dimasyqi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, al-Maqrizi, Alamgir

Aurangzeb, Syah Waliyullah ad-Dihlawi, hingga masa transisi setelah

6 Islahi, Contributions…., h. 99. 7 Ibid., h. 101.

Page 6: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

6 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

kekhilafahan runtuh seperti Jalaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh,

dan Sir Syed Ahmad Khan.8 Salah seorang ulama yang memberikan

kontribusi cukup besar dalam pemikiran ekonomi Islam adalah Syah

Waliyullah ad-Dihlawi, ulama yang berasal dari India yang hidup pada

abad ke 18.

B. Biografi Singkat Syāh Walīyullah ad-Dihlawī

Pada awal abad ke 18, imperium Mughal mulai ambruk, kaum

Sikh, Maratha, dan lain-lain, bertambah jumlahnya. Pada waktu yang

bersamaan, banyak provinsi membatalkan kesetiaan mereka kepada

pemerintahan pusat di Delhi. Dalam kehidupan sosial dan agama, ketiak

adilan dan ketidakdisiplinan merajalela. Melihat hal ini, orang-orang

yang tercerahkan mulai menyadarkan umat Islam dengan menawarkan

kepada nilai-nilai Islam melalui pendidikan Islam dan perjuangan

politik dengan menunjukkan kebenran al-Qur’an dan Sunnah.

Pemimpin gerakan ini adalah Syaikh al-Hind Mawlana Syāh

Walīyullah ad-Dihlawī.9

Dilahirkan di Delhi pada 1703 M, dari keluarga bangsawangan

Muslim, ia adalah keturuan dari Mujaddid Alf-i-Sani Syaikh Ahmad

Sirhindi. Banyak orang cerdas yang lahir dari keluarga itu dan menjadi

sufi atau ulama besar yang berpengaruh dalam sejarah islam di India.

Kakeknya Syaikh Wajihuddin, adalah penasehat Alamgir Awrangzeb.

8 Abdul Azim Islahi, History of Economic Thought In Islam: A Bibliographiy,

(Jeddah: Center for Research of Islamic Economcs-King Abdul Aziz University,

1997), h. xi-xii. 9 M. Atiqul Haque, Wajah Peradaban, Wajah Peradaban, alih bahasa Budi

Rahmat, dkk., Cet. 1, (Bandung: Zaman Wacana Mulia) h. 116.

Page 7: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 7

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

Ayahnya, Syah Abdurrahim membantu Alamgir menyuting Fatwa-i-

Alamgiri.

Waliyullah adalah orang yang cerdas. Dia mempelajari aqidah,

sejarah Islam, filsafat, hukum, dan logika. Dia sangat tertarik pada ilmu

sosial dan serius mempelajari buku-buku Ibnu Khaldun. Analisis

politiknya tajam dengan wawasan dan pemahaman yang luas terhadap

persoalan-persoalan politik India dan dunia Muslim umumnya. Pada

usia 16 atau 17, Syāh Waliyullah menjadi ahli hadits di Madrasah

Rahimiyah yang didirikan ayahnya. Beliau menjadikan madraah itu

institusi ideal melalui pengabdian dan perubahan-perubahan sistem

pendidikan yang dilakukannya. Setelah itu ia pergi melakukan ibadah

haji dan menimba ilmu di Makkah di bawah bimbingan Syaikh Abū

Tahir, seorang ulama dengan reputasi tinggi sekembalinya dari Makkah

pada tahun 1730, usianya saat itu 27 tahun, ia mulai mengajar lagi.

Pada tahun 1837 M ia menerjemahkan al-Qur’an kedalam bahasa

Persia. Terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Persia di India. Sebagian

kaum ulama di Delhi menentang pekerjaan ini dan ia untuk sementara

waktu terpaksa meninggalkan Delhi. Anaknya, Abdul Qadir,

menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Urdu di India.

Syah Waliyullah menyaksikan munculnya kekuatan-kekuatan

asing seperti Prancis dan Inggris di negerinya. Ia merasa prihatin

menyaksikan keruntuhan politik, agama, dan kehidupan sosial kaum

Muslim. Ia membangkitkan semagat umat Islam untuk melakukan

jihad. Dua dari buku-buku pentingya adalah Fuyuz al-Haramayn dan

Tafhimah al-Ilahiyah yang mempelihatkan kecerdasan dan ketajaman

pemikirannya. Ia membeikan penjelasan tentang kebenaran jihad dan

Page 8: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

8 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

menyeru umat Islam India untuk berperang melawan kolonial dan para

penindas. Syah Waliyullah yang pertama kali menaburkan dan

menanam benih negara Islam merdeka di kalangan umat Islam India

dan memberi mereka inspirasi jihad menegakkan kebenaran.

Syah Waliyullah Ad-Dihlawi hidup pada sebuah masa dimana

terjadi krisis dan kekacauan yang disebabkan kaum Maratha, Jats,

Sikhs, Ruhullas dan beberapa gubernur di beberapa provinsi yang

ambisius. Adapun penyebab mundurnya Kerajaan Mughal,

sebagaimana yang disimpulakn oleh Syah Waliyullah Ad-Dihlawi,

adalah sebagai berikut:

Pada awal abad ke 18, imperium Mughal mulai ambruk, kaum

Sikh, Maratha, dan lain-lain, bertambah jumlahnya. Pada waktu yang

bersamaan, banyak provinsi membatalkan kesetiaan mereka kepada

pemerintahan pusat di Delhi. Dalam kehidupan sosial dan agama,

ketidakadilan dan ketidakdisiplinan merajalela. Melihat hal ini, Syāh

Walīyullāh ad-Dihlawī menyeru dan memimpin untuk menyadarkan

umat Islam dengan menawarkan kepada nilai-nilai Islam melalui

pendidikan Islam dan perjuangan politik dengan menunjukkan

kebenaran al-Qur’an dan Sunnah.10

Ia mencoba menawarkan pemikiran yang baru pada

zamannya, yakni menyelaraskan akal dan wahyu. Upaya sang pemikir

besar untuk kembali menyatukan umat Islam itu pun berhasil.

Keberhasilan ini melindungi kerajaan Islam dari kehancuran. Syāh

Walî Allāh telah memelopori gerakan Tajdīd wa al-Iṣlāh yaitu gerakan

10 Ibid., h. 116.

Page 9: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 9

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

pembaharuan pada masyarakat Islam agar mereka kembali kepada

sumber-sumber ajaran Islam. Syāh Walî Allāh menyadari bahwa

umat Islam tengah dihadapkan pada jaman modern yang di dalamnya

ada tantangan serius mengenai masalah pemahaman Islam.

C. Pemikiran Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī

Pemikiran ekonomi Syāh Walīyullāh Ad-Dihlawī terdapat dalam

buku Hujjah Allah al-Balighah (Argumen Puncak Allah), dalam buku

tersebut ad-Dihlawiī merumuskan konsep al-Irtifāqāt. Al-irtifāqāt

berasal dari akta rafaqa (رفق) yang berarti manfaat, menolong,

mengokohkan, dan bersandar.11 Makna irtifāqāt adalah berkenaan

dengan bagaimana mencapai hidup yang lebih baik dengan

menggunakan sumberdaya yang ada disekitarnya sehingga seseorang

mencapai kepada puncak perabadan.

Syāh Walīyullāh mengatakan, bahwa sifat dan keadaan

seseoarang pada dasarnya sama, ia membutuhkan makanan, minuman,

hubungan seksual, membutuhkan tempat berlindung. Diantara bentuk

perlindungan yang Allah berikan adalah bahwa manusia diberi ilham

sehingga manusia dapat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.12

Setiap sepies (termasuk hewan) Allah beri ilham untuk bisa memenuhi

kebutuhannya, namun berikan keunggulan pada manusia dari pada

sepesies lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

11 A. W. Munawawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,

1997), h. 518. 12 Syah Waliyullah ad-Dihlawi, Argumen Puncak Allah: Kearifan dan Dimensi

Batin Syariat, (Jakarta: Serambi, 2005), h. 161.

Page 10: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

10 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

1. Setiap manusia terdorong untuk melakukan sesuat karena

pandangan berasama (ar-ra’yu al-kulli). Manusia tidak saja

memenuhi dorongan yang timpul dari kodrat alamiah seperti

rasa lapar, haus, dan nafsu. Namun juga manusia mengabdikan

diri kepada keuntungan rasional yang tidak saja fisik, seperti

mewujudkan tatanan yang adil di dalam kota, menyempurnakan

moral, memperhalus jiwa, atau mendapatkan tempat khusus di

hati masyarakat.13

2. Manusia menggabungkan rasa estestis (zharāfah) dengan

sarana-sarana pendukungan lainnya. Manusia selain ingin

memenuhi kebutuhan dasarnya, merasa senang dan tentram

dengan hal-hal yang indah dan menyenangkan. Karena itulah

mereka berusaha mencari istri yang cantik, makan yang enak,

pakaian yang mewah, dan tempat tinggal yang bagus.14

3. Diantara manusia terdapat orang-orang yang cerdas dan

terampil menemukan pendukung-pendukung peradaban

(irtifāqāt) yang baik, sementara yang lain membutuhkan

penemuan-penemuan cerdas tersebut. 15

Jadi, selain kebutuhan-kebutuhan dasar diilhamkan kepada

manusia, manusia juga diberi ilham berupaka akal untuk berinovasi

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti, budidaya

pertanian, peternakan hewan, pengolahan makanan, dll.16

13 Ibid., h. 162. 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid., h. 163.

Page 11: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 11

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

Pencapaian atas tiga hal tersebut berbeda-beda pada tiap

masyarakat, menurut Syāh Walīyullāh ada empat tingkatan pencapaian

peradaban (irtifāqāt) masyarakat.

1. Irtifaq Pertama: Kehidupan Primitif (Ekonomi Subsisten)

Tingkatan pertama ini masyarakat masih bersifat primitif.

Aspek irtifāq pertama adalah bahasa. Bahasa menciptakan intereksi

dan kedekatan sesama manusia. Masyarakat juga bercocok tanam,

membuat sumur-sumur, membuat alat-alat masak sederhana,

memelihara binatang dan menjinakkannya, serta memanfaatkan

daging, kulit serta susunya. Selain itu membuat tempat tinggal digua

atau gubuk, dan membuat pakaian dari kulit hewan dan

pepohonan.17

Dalam ilmu ekonomi, irtifāq pertama dikenal dengan

perekonomian subsisten. Dimana unit-unit produksi terutama dari

keluarga tradisional, dengan menggunakan cara dan alat-alat

bercocok tanam yang sederhana. Pola produksi relatif rendah sehing

jarang sekali terjadi surplus (kelebihan) produksi yang dilempar ke

pasar. Kalaupun surplus, barang dilempar ke pasar dengan pola jual-

beli barter.18

2. Irtifaq Kedua: Seni Mengenai Cara Kehidupan yang Pantas

Irtifaq kedua dicapai ketika sebuah masyarakat telah

sempurna pada irtifaq pertama, yaitu ketika (1) masyarakat telah

memiliki pengalaman yang benar dalam berbagai kehidupan, bisa

17 Ibid., h. 167-168. 18 Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers:

2005), h. 32-33.

Page 12: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

12 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

memilih mana yang baik dan yang tidak baik. (2) masyarakat

mencapai akhlak-akhlak yang unggul, sehinggal segala sesuatu

dipilih berdasarkan ahklak, jika tidak baik maka akan mereka

tinggalkan. (3) dan memiliki hubungan persahabatan dan pergaulan

yang baik di antara sesama manusia.19

Pada irtifāq yang kedua, masyarakat sudah memilih mana

yang pantas dan yang tidak pantas. Seperti, antara makanan yang

pantas, mereka tidak akan memakan bangkai karena berbahaya.

Masyarkat akan membuat tempat tinggal atau hunian yang pantas,

memelihara kebersihan tempat dan tubuh, berhias, dan meperindah

tubuh.20

Dalam irtifaq kedua ini paling tidak ada beberapa hal yang

dicapai oleh masyarakat:

Pertama, Pengaturan Rumah Tangga. Untuk membentuk

keluarga yang baik maka dimulai dengan adanya pernikahan,

sehingga seorang laki-laki bisa memilikinya secara eksklusif, yang

dikukuhkan dengan kehadiran para saksi, dan pernikahan tidak

dilakukan dengan sepertalian darah, kemudian pernikahan

dilangsungkan ditengah kehadiran orang-orang, dan disertai

pemberian mahar.21 para orang tua member contoh, sementara

anak-anak mendapatkan kebutuhan mereka dari para orang tua.

Setiap masyarkat saling mencintai dan membantu, bahkan empati.22

19 Ad-Dihlawi, Argumen…., h. 170. 20 Ibid., h. 171-172. 21 Ibid., h. 174-175. 22 Ibid., h. 176-177.

Page 13: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 13

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

Kedua, Seni Bertransaksi Ekonomi (Mu’amalah). Pada

tahap irtifaq kedua ini, masyarakat mencapai pada pola kegiatan

ekonomi dalam perekenomian uang. Ada beberap konsep ekonomi

yang dijabarkan oleh Syah Waliyullah, yaitu:

a. Kebutuhan (need) menciptakan permintaan (demand)

dan penawaran (supply)

Syah Waliyullah mengatakan:

“ada sebagian orang yang mendapatkan makanan melebihi

kebutuhan mereka, namun tidak mendapatkan air, dan yang

lain mendapatkan air berlebih namun tidak mempunyai

makanan. Jadi masing-masing menginkan apa yang dimiliki

orang, sehingga pertukaran tampaknya menjadi satu-satunya

jalan keluar. Dengan demikian, proses pertukaran muncul

karena adanya keperluan, setiap pihak bersepakat bahwa

masing-masing akan menjamin terpenuhinya kebutuhan orang

lain dengan imbalan yang sepadan.”23

Dalam Istilah ekonomi, konsep Syāh Walīyullāh ini

disebut dengan Perekonomian Dua Sektor, disebut juga

perekonomian sederhana, karena hanya terdiri atas dua pelaku,

yaitu rumah tangga konsumsi dan rumah tangga produksi.

Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta

uang antara rumah tangga dengan perusahaan dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

23 Ibid., h. 179.

Page 14: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

14 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Gambar 2 | Perekonomian Dua Sektor

b. Kebutuhan terhadap alat tukar (uang)

Syāh Walīyullāh mengatakan:

“Karena banyak orang yang menginginkan benda tertentu atau

tidak menyukai benda lainnya, dan tidak dapat menemukan

orang yang mau menukarnya, maka mereka terpaksa

menetapkan cara untuk memesan benda-benda yang mereka

ingingkan, sehingga benda-benda itu telah dipersiapkan jauh-

jauh hari sebelumnya. Kemudian mereka juga bersepakat

untuk menciptakan satu bentuk alat pertukaran terbuat dari

barang tambang yang bisa bertahan untuk jangka waktu yang

cukup lama.”24

Dalam perekonomian subsisten uang tidaklah terlalu

penting peranannya karena kegiatan perdagangan sangat

terbatas.25 Namun seiring dengan pertumbuhan masyarkat, dan

tingginya tingkat kebutuhan serta adanya spesialisasi produksi

maka uang sangat dibutuhkan sebagai media pertukaran

(medium of exchange). Dalam perekonomian subsisten,

perdagangan sangat terbatas karena produksi hanya untuk

24 Ibid., h. 180. 25 Sukirno, Mikro…., h. 33.

Page 15: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 15

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

memenuhi kebutuhan sendiri. Penggunaan uang telah

memungkinkan melakukan spesialisasi, yaitu setiap orang tidak

lagi menghasilkan semua barang dan jasa yang diperlukan tetapi

mengkhususkan kepada menghasilkan barang atau jasa yang

dapat disediakan dengan lebih efisien.26 Kemudian dengan

adanya uang, “kesesuain ganda dari keinginan” tidaklah

merupakan syarat untuk melakukan tukar-menukar dan

perdagangan.27

c. Penggunaan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang

Syāh Walīyullāh menyarankan untuk penggunaan uang

dengan emas dan perak karena nilainya yang tinggi namun

memiliki volume yang kecil, lebih lanjut ia mengatakan:

“Barang tambang yang dianggap paling cocok adalah emas

dan perak karena volumnya yang kecil, keseragamannya,

tidak berbahaya bagi tubuh manusia, dan dijadikan karena

keduanya dapat dijadikan perhiasan, sehingga keduanya

menjadi mata uang umum, dan benda-benda lainnya dilekati

nilai moneter yang disepakati.”28

d. Spesialisasi Profesi

Karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi maka

akan semakin tinggi pula tingkat spesialisasi. Menurut Syāh

Walīyullāh kondisi alam dan kebutuhan aktual masyarakat akan

menciptkan spesialisasi yang berbeda-beda. Pada awalnya

spesialiasi itu di bidang pertanian, peternakan, dan ekploistasi

benda-benda didarat dan di laut. Lalu muncul spesialisasi lain

26 Ibid., h. 34. 27 Ibid., h. 35. 28 Ad-Dihlawi, Argumen…., h. 180.

Page 16: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

16 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

yang meliputi bidang industri, seperti pertukangan, pandai besi,

dan pengelolaan SDA. Hingga pada akhirnya perdagangan

hingga mengatur dan mengelola pemerintahan juga menjadi

sebuah profesi.29 Kemudian beliau melanjutkan:

“semakin banyak orang yang berperadaban dan

mementingkan kesenangan dan kemewahan, maka cabang-

cabang profesi (spesialisasi) pun semakin banyak. Setiap

orang mengkhususkan diri dalam satu profesi karena satu atau

dua alasan. Seseorang itu menekuni profesi itu karena sifat

dan kekuatannya, seperti sesorang yang pemberani merasa

cocok menjadi tentara, seseorang yang pandai dan memilik

daya ingat yang baik merasa nyaman dengan pekerjaan

menghitung…. Alasan yang kedua adalah karea tuntunan

keadaan, seperti seorang anak atau tentangga pandai besi

merasa lebih cocok menekuni profesi pandai besi dibanding

profesi lainnya. Penduduk pantai lebih suka menjadi

nelayan….”30

Spesialisasi ini penting untuk perkembangan ekonomi

disebabkan oleh beberapa sumbangannya sebagai berikut:

1) Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor produksi.

Dengan adanya spesialisasi orang akan melakukan

sesuatu sesuai dengan keahliannya, orang tidak lagi

perlu melakukan semuanya untuk memenuhi

kebutuhannya karena spesialisasi setiap orang saling

melengkapi.31

29 Ibid. 30 Ibid., h. 180-181. 31 Sukirno, Mikro…., h. 35.

Page 17: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 17

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

2) Mempertinggi efisiensi produksi. Dengan adanya

spesialisasi tiap orang bisa fokus dengan keahliannya

sehingga tingkat produksi bisa semakin tinggi.32

3) Mendorong perkembangan tekonologi. Dengan tingkat

produksi yang tingga maka ia kan menciptakan inovasi-

inovas dalam bidang teknologi produksi.33

e. Aturan-aturan dalam bertransaksi

Dalam kehidupan perkotaan, transaksi lebih kompleks,

ada transaski yang berbentuk jual beli atau barter, ada sewa

menyewa, dan juga hutang piutang. Hal ini muncul karena sifat

manusia yang suka tolong menolong, dan juga dengan tujuan

mencari keuntungan. Namun, tidak semua manusia bersifat

jujur dan amanah, maka diperlukan kontrak untuk mengikat

kerjasama tersebut agar rasa aman dan saling percaya tetap

terjaga, dan apa bila ada pelangggaran maka akan ada kena

sanksi bagi pelanggar kontrak.34

3. Irtifaq ketiga: Pengelolaan Negara-Kota

Menurut Syāh Walīyullāh, kota (madinah) adalah sebuah

kelompok masyaraka yang hidup saling berdekatan satu sama lain,

yang saling berinteraksi satu sama lain, dan yang tinggal di rumah-

rumah yang terpisah. Prinsip-prinsip mendasar dalam hal ini adalah

bahwa ikatan tersebut tersusun dari beberapa (anggota) bagian dan

(menghimpun) suatu sikap bersama.35

32 Ibid. 33 Ibid., h. 26. 34 Ad-Dihlawi, Argumen…, h. 181 35 Ibid., h. 183.

Page 18: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

18 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

a. Perlunya Hukum dan Kekuasaan

Pada dasarnya dalam anggota masyarakat sepakat untuk

menciptakan keadilan, rasa aman dan nyaman dilingkungannya.

Namun, dari anggota masyarkat tersebut pasti ada beberapa

orang yang melanggar dan melampaui batas hak-hak yang

lainnya. Maka untuk menjaga rasa aman ini diperlukanlah

sebuah otoritas yang mengawasinya. Lebih lanjut Syāh

Walīyullāh mengatakan:

“…. dan sebagian dari mereka tidak mungkin bisa menegur

atau menghukum sebagian yang lain jika ia tidak memiliki

wewenang, karena teguran yang tidak didasari wewenang

hanya akan mengakibatkan terjadinya perkelahian dan

peperangan. Urusan-urusan kota tidak akan teratur kecuali

kebanyakan orang yang berpengaruh di antara mereka

bersepakat untuk memathi seseorang yang didukung oleh para

pendukungnya sendiri dan memiliki kekuasaan; siapa pun dari

anggota masyakat itu yang lebih rakus, kejam, mudah

membunuh dan mudah marah, perlu mendapat perhatian lebih

dari penguasa kota dibanding lainnya.

b. Penyebab kemunduran

Petama, penyelewengan wewang dan tidak profesional.

Menurut Syāh Walīyullāh ada dua bentuk ketidak-profesional-

an (1) defisit anggaran yang disebabkan oleh orang yang

mempunyai kedekatan dengan penguasa, sehingga mereka

dengan mudahnya memanfaatkan keuangan negara, bahkan

orang-orang tersebut mendapatkan keuangan tersebut dengan

cara yang tidak profesional (2) kecenderungan penguasa untuk

bermewah-mewahan atau berfoya-foya. Dua hal tersebut

Page 19: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 19

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

menyengsarakan kehidupan orang lain serta menjadi beban bagi

negara.36

Kedua, Pajak yang tinggi. Pajak yang terlalu

memberatkan petani, pedagang, dan kalangan profesional

membuat yang patuh menjadi jatuh dan hancur, dan orang yang

cukup kuat akan menolak pajak itu dan membangkang kepada

penguasa.37

4. Irtifāq keempat: Khilafah

Irtifāq keempat merupakan tahap sempurna dari peradaban.

Negara dibentuk untuk melindungi rakyatnya serta kekayaan

alamnya. Makanya diperlukan seorang kepala negara (khalifah)

untuk memimpin sebuah negara. Dengan dipilihnya khalifah

diharapkan kualitas masyarakat dan wilayahnya meningkat terjamin

keamanan masyarkatnya sehingga kepuasan masyarkat tercapai.38

D. Kesimpulan

Dari uraian di atas, jelas bahwa Islam memberikan sumbangan

yang begitu besar bagi peradaban dunia, dalam pembahasan ini di

bidang ilmu ekonomi. Hal ini tampak pada konsep Sosio-Ekonomi yang

Syāh Walīyullā jabarkan dengan irtifāq selaras dengan teori sains

ekonomi modern.

Meminjam perkataan Prof. Raghib as-Sirjani, “...., tapi

sumbangan kaum muslimin dalam roda perjalanan sejarah kemanusiaan

36 Ibid., h. 187. 37 Ibid. 38 Ibid., h. 196-197.

Page 20: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

20 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

begitu banyak dan signifikan. Mustahil bagi kita bisa menggapai apa

yang dicapai manusia sekarang untuk dapat maju di bidang kehidupan

apapun tanpa mempelajari peradaban Islam, dengan kekhususannya

lalu mendalaminya, sejak masa nabi Muhammad hingga sekarang.”39

Wallahu A’lam

39 Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, alih bahasa

Sonif, dkk. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 1.

Page 21: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 21

Sofyan Sulaiman & Najamuddin

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Dihlawi, Syah Waliyullah. 2005. Argumen Puncak Allah: Kearifan

dan Dimensi Batin Syariat, Jakarta: Serambi.

Haque, M. Atiqul. 1995. Wajah Peradaban, alih bahasa Budi Rahmat,

dkk., Cet. 1, Bandung: Zaman Wacana Mulia.

Islahi, Abdul Azim. 2005. Contributions of Muslim Scholars To

Economic Thought and Analysis: 11-905 A.H./632-1500 A.D.,

Jeddah: King Abdulaziz University.

_______. 1997. History of Economic Thought In Islam: A

Bibliographiy, Jeddah: Center for Research of Islamic

Economcs-King Abdul Aziz University.

_______. 1989. “Stages of Socio-Economic Development: Shah Wali-

Allah’s Concept of al-Irtifaqat.” MPRA Paper No. 29628.

Khatoon, Afsana. 2016. “Socio-Economic Ideas Of Shah Waliullah,”

Ph.D Thesis Aligarh: Aligarh Muslim University.

Munawwir, A. W. 1997. Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka

Progresif.

Sadeq, Abul Hasan M. 1992. “Indtrodution: Islamic Economic

Thought”, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Adit Ghazali (ed.)

Reading Islamic Economic Thought, Selangor Darul Ehsan:

Longman Malaysia.

Schumpeter, Joseph A. 2006. Schumpeter, History of Economic

Analysis, Inggris: Routledge.

As-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia,

alih bahasa Sonif, dkk., Jakarta: Pustaka al-Kautsar.

Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar, Jakarta:

Rajawali Pers.

Page 22: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

22 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Page 23: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

KONSEP KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

Studi atas Pemikiran Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Sulistiawati

Mahasiswi Program Studi Ekonomi Syariah

Universitas Islam Indragiri

Ahmad Fuad

Dosen Program Studi Ekonomi Syariah

Universitas Islam Indragiri

Abstrak

Dalam perekonomian kapitalis, kepemilikan dibagi dalam

dua bentuk yaitu kepemilikan swasta (private property) dan

kepemilikan umum (public property). Namun kepemilikan

tersebut tidak diatur secara tetap, karena pribadi bisa

memiliki sesuatu yang bersifat kepemilikan umum selama

ia bisa membelinya, sehingga jika seseorang mempunyai

modal besar ia bisa memiliki apapun sebanyak-banyaknya.

Hal ini yang menyebab distribusi ekonomi yang tidak

merata yang menghasilkan ketimpangan dan ketidak adilan

ekonomi. Berbeda dengan kapitalis, sosialis menghapus

kepemilikan pribadi, hal yang sangat bertentangan dengan

sifat dasar manusia yang mempunyai keinginan untuk

memiliki sesuatu secara pribadi. Dalam sosialis

kepemilikan diatur oleh negara, sehingga negara

cenderung totalitarian. Melihat hal ini, Syaikh Taqiyuddin

mencoba menjelaskan bahwa kepemilikan dalam Islam

berbeda dengan kapitalis dan sosialis. Menurt beliau,

secara umum semua yang ada di alam ini adalah milik

Allah, kemudian Allah menyerahkannya kepada manusia

untuk mengelolanya. Ketika sampai kepada manusia Allah

mentetapkan kepemilikan itu menjadi kepemilikan pribadi,

kepemilikan umum, dan kepemilikan pemerintah.

Page 24: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

24 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Keyword: Konsep Kepemilikan, Kepemilikan dalam Islam,

Taqiyuddin an-Nabhani

A. Pendahuluan

Tujuan utama syari'ah adalah memelihara kesejahteraan manusia

yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan akal, keturunan dan

harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindunginya perkara

ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki.1 Tiap-tiap orang

mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga timbullah antara

hak dan kewajiban yang wajib selalu diperhatikan orang lain dan dalam

waktu yang sama pula manusia memikul kewajiban yang harus

ditunaikan terhadap orang lain.2

Islam dengan kesempurnaan ajarannya telah menerangkan

tentang aturan berekonomi termasuk membolehkan hak individu

terhadap harta benda dan membenarkan pemilikan semua jenis harta

benda yang mampu diperoleh menurut cara yang halal.3

Kekhasan konsep Islam mengenai hak milik pribadi terletak pada

kenyataan bahwa dalam Islam legitimasi hak milik tergantung pada

moral yang dikaitkan padanya. Dalam hal ini Islam berbeda dengan

kapitalisme, karena tidak satupun dari keduanya itu berhasil dalam

menempatkan individu selaras dalam suatu mozaik sosial. Hak milik

pribadi merupakan dasar kapitalisme, penghapusannya merupakan

1 Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Syari'ah, (Jakarta: PT. Bank

Muamalat dan Tazkia Institut, 2002), h. 96. 2 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam,

(Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 11. 3 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti

Wakaf, 1995), h. 95.

Page 25: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 25

Sulistiawati & Ahmad Fuad

sasaran pokok ajaran sosial. Penelitian kekayaan yang tidak terbatas

dalam kapitalisme tidak akan luput dari kecaman bahwa ia turut

bertanggung jawab akan kesenjangan pembagian kekayaan dan

pendapatan secara mencolok, karena dalam perkembangan ekonomi

sesungguhnya hampir dimana saja ia telah meningkatkan kekuasaan

dan pengaruh perusahaan yang memonopoli hak milik yang tidak ada

batasannya ini telah membuat si kaya menjadi lebih kaya dan si miskin

menjadi miskin.4

Islam menganggap kepemilikan dan penguasaan harta benda

pembagian dari naluri alami yang ada dalam diri setiap orang. Oleh

karena itu, Islam menganggap bahwa tidaklah baik atau adil untuk

menekan atau menghapuskannya. Islam menganggap tidak ada bahaya

dalam hak milik perseorangan bahkan sebaliknya ia menggalakkan

setiap orang supaya berusaha untuk mendapatkan harta sehingga dapat

memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat. Dengan demikian

jelas bahwa kebenaran untuk memiliki harta benda merupakan suatu

perkara yang dapat mendorong individu dalam berusaha memperoleh

lebih banyak harta kekayaan.

Pada dasarnya Islam melarang memberantas kepemilikan dengan

cara perampasan, karena akan membatasi usaha manusia untuk

memperoleh kekayaan dan jelas bertentangan dengan fitrah manusia

serta akan memerangi kebebasan kepemilikan, kemudian Islam hadir

dengan membolehkan kepemilikan individu serta membatasi

kepemilikan tersebut dengan mekanisme tersebut, bukan dengan

4 Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Wakaf, 1995), h. 64.

Page 26: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

26 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

pemberangusan (perampasan). Sehingga dengan begitu cara

(mekanisme) tersebut sesuai dengan fitrah manusia serta mampu

mengatur hubungan-hubungan antar personal diantara mereka.5

Taqiyuddin an-Nabhani melihat persoalan krusial dalam sistem

ekonomi adalah konsep tentang kepemilikan sebab semua aktivitas

pengaturan harta kekayaan baik berkenaan dengan pemanfaatan,

pembelajaran, pengembangan, pengalihan, atau pendistribusiannya

terkait erat dengan konsep kepemilikan. Menurut Taqiyuddin an-

Nabhani, Islam memiliki konsep yang khas dan unik yang sangat

berbeda dengan sistem ekonomi lainnya.

Dalam pandangan Taqiyyudin an-Nabhani, karena semua harta

kekayaan merupakan milik Allah SWT, maka hanya Dia pula yang

berhak dan memiliki otoritas penuh menyerahkan kekayaan tersebut

kepada siapa yang dikehendaki-Nya, siapapun yang telah mendapatkan

izin dari Allah SWT memiliki suatu harta, berarti dia adalah pemilik

sah harta tersebut, sebaliknya siapapun yang tidak mendapatkan izin

dari-Nya untuk memiliki suatu harta, dia bukan sebagai pemilik sah

tersebut, sekalipun secara fakta harta itu berada ditangannya atau

dibawah kekuasaannya dengan demikian, sebuah kepemilikan atas

harta kekayaan oleh manusia baru dapat dipandang sah manakala telah

mendapatkan izin dari Allah SWT untuk memilikinya.6

5Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Perspektif

Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 60. 6 Ibid,. h. 61.

Page 27: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 27

Sulistiawati & Ahmad Fuad

B. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

1. Nama Syekh Taqiyuddin An-Nhabani dan Nasab

Beliau adalah Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim

bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Nama An Nabhani

dinisbahkan kepada kabilah Bani Nabhan, satu kabilah Arab

penghuni padang sahara di Palestina. Mereka bermukim di daerah

Ijzim, wilayah Haifa, Palestina Utara, dilahirkan di daerah Ijzim

pada tahun 1909

Nasab keluarga beliau kembali pada keluarga besar (trah) an-

Nabhani dari Kabilah al-Hanajirah di Bi'r as-Sab'a. Banu

(keturunan) Nabhan merupakan orang kepercayaan Bani Samak

dari keturunan Lakhm yang tersebar di wilayah-wilayah Palestina.

Sedang Lakhm adalah Malik bin Adiy. Mereka memiliki bangsa

dan suku yang banyak. Pada akhir abad ke-2 Masehi sekelompok

dari Bani Lakhm tiba di Palestina bagian selatan. Bani Lakhm

memiliki kebanggaan-kebanggaan yang teragung, dan di antaranya

yang terkenal adalah Tamin ad-Dariy ash-Shahabiy.7

2. Perjalanan Intelektual Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Syaikh Taqiyuddin An Nabhani. Beliau mendapat didikan

ilmu dan agama di rumah dari ayah beliau sendiri, seorang syaikh

yang faqih fid din. Ayah beliau seorang pengajar ilmu-ilmu syariah

di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibu beliau juga menguasai

beberapa cabang ilmu syariah, yang diperolehnya dari ayahnya,

Syaikh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani, salah seorang

7 Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam

Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah, (Indonesia: Al-Izzah, 2008), h. 59.

Page 28: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

28 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyah. Di usia 13 tahun

Syaikh Taqiyuddin sudah menghafal al-Qur’an, dan belajar dasar-

dasar ilmu syariah dari ayah dan kakeknya.8 Guna merealisasikan

keinginan kakeknya, Syekh Yusuf an-Nabhani, yang telah

menyakinkan ayahnya tentang pentingnya mengirim Syekh

Taqiyuddin An-Nabhani ke al-Azhar untuk melanjutkan pendidikan

agamanya. Kemudian, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani meneruskan

pendidikan tingkat menengahnya di al-Azhar pada tahun 1928.

Pada tahun yang sama beliau lulus dan memperoleh ijazah dengan

predikat sangat memuaskan.

Syekh Taqiyuddin An-Nabhani selesai kuliahnya di Fakultas

Darul Ulum tahun 1932 M. Pada tahun yang sama, beliau juga

selesai kuliahnya di Al-Azhar sesuai dengan sistem yang lama.

Meskipun Syekh Taqiyuddin An-Nabhanai menghimpun sistem Al-

Azhar yang lama dengan Darul Ulum, namun beliau tetap

menampakkan keunggulan dan keistimewaannya dalam hal

kesungguhan dan ketekunannya dalam belajar.

Setelah selesai studinya, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani

kembali ke Palestina untuk bekerja di Kementrian Pendidikan

Palestina sebagai tenaga pengajar pada sekolah menengah an-

Nidzomiyah di Haifa, di samping beliau juga mengajar di sekolah

al-Islamiyah yang juga di Haifa. Beliau berpindah-pindah lebih dari

satu kota dan sekolah sejak tahun 1932 M. Hingga tahun 1938 M

8 Ibid., h. 61.

Page 29: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 29

Sulistiawati & Ahmad Fuad

dimana beliau mengajukan permohonan untuk bekerja di

Mahkamah Syariah.

Kemudian, pada tahun 1951, Asy-Syeikh Taqiyuddin an-

Nabhani datang ke Amman, dan bekerja sebagai tenaga pengajar di

Fakultas al-Ilmiyah al-Islamiyah. Beliau rahimahullah dipilih

untuk mengajar materi tsaqofah Islam bagi para mahasiawa tingkat

dua di Fakultas tersebut. Aktivitasnya ini terus berlangsung hingga

awal tahun 1953, dimana beliau mulai sibuk dengan aktivitas

Hizbut Tahrir yang telah beliau rintis antara tahun 1949 hingga

tahun 1953.

3. Karya-Karya Yang Ditulis Syekh Taqiyuddin An-Nhabani

Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani meninggalkan banyak

buku-buku penting, yang dianggap sebagai peninggalan intelektual

yang luar biasa dan tak ternilai harganya. Beliaulah yang menulis

setiap pemikiran dan konsep Hizbut Tahrir, baik yang terkait

hukum-hukum syara' maupun yang terkait masalah-masalah

pemikiran, politik, ekonomi dan sosial. Dan inilah yang mendorong

sebagian peneliti untuk mengatakan bahwa Hizbut Tahrir itu adalah

Taqiyuddin an-Nabhani.9

Karya-karya Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani kebanyak

berupa buku-buku yang sifatnya pembentukan teori (tanzhiriyah)

dan pembuatan rencana (tanzhimiyah), atau buku-buku yang isinya

dimaksudkan sebagai seruan untuk melanjutkan kembali kehidupan

9 Ibid., h. 68.

Page 30: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

30 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

yang Islami (sesuai syariat Islam), dengan terlebih dahulu

menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam).

Karya-karya Asy-Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani yang

paling terkenal menonjol yang berisiskan pemikiran-pemikiran dan

ijtihad-ijtihad beliau, yaitu: Nizham al-Islam (Peraturan Hidup

Islam), at-Takattul al-Hizbiy (Pembentukan Partai Politik),

Mafahim Hizb at-Tahrir (Konsepsi-Konsepsi Hizbut Tahrir),

Nizham al-Iqtishad fi al-Islam (Sistem Ekonomi Islam), Nizham al-

Ijtima‘i fi al-Islam (Sistem Pergaulan Islam), Nizham al-Hukmi fi

al-Islam (Sistem Pemerintahan Islam), ad-Dustur (Konstitusi),

Muqaddimah ad-Dustur (Pengantar Konstitusi), ad-Dawlah al-

Islamiyah (Negara Islam), asy-Syakhshiyah al-Islamiyah

(Kepribadian/Jati Diri Islam) tiga juz, Mafahim Siyasiyah li Hizb at-

Tahrir (Konsepsi-Konsepsi Politik Hizbut Tahrir), Nazharat

Siyasiyah (Pandangan-Pandangan Politik), Nida’ Har (Seruan

Hangat). al-Khilafah (Khilafah), at-Tafkir (Hakikat Berpikir),

Sur‘ah al-Badihah (Kecepatan Berpikir), Nuqthah al-Inthilaq (Titik

Tolak), Dukhul al-Mujtama’ (Terjun ke Masyarakat), Tasalluh

Mishra (Peningkatan Kekuatan Senjata Mesir), al-Ittifaqiyat ats-

Tsina’iyah al-Mishriyah as-Suriyah wa al-Yamaniyah

(Kesepakatan-kesepakatan Bilateral Mesir-Suriah dan Mesir-

Yaman). Hall Qadhiyah Filisthin ’ala ath-Thariqah al-Amirikiyah

wa al-Inkiliziyah (Solusi Masalah Palestina ‘ala Amerika dan

Inggris). Nazhariyah al-Firagh as-Siyasi Hawla Masyru

‘Ayzinhawir (Pandangan Kevakuman Politis Seputar Proyek

Izenhouwer).

Page 31: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 31

Sulistiawati & Ahmad Fuad

Semua ini tidak termasuk ribuan selebaran-selebaran

(nasyrah) mengenai pemikiran, politik, dan ekonomi serta beberapa

kitab yang dikeluarkan oleh Taqiyuddin An Nabhani atas nama

anggota Hizbut Tahrir dengan maksud agar kitab-kitab itu mudah ia

sebarluaskan setelah adanya undang-undang yang melarang

peredaran kitab-kitab karyanya.

4. Wafatnya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani

Di awal-awal dekade tujuh puluhan Asy-Syeikh Taqiyuddin

an- Nabhani pergi ke Irak. Beliau ditahan tidak lama setelah adanya

kampanye besar-besaran penangkapan terhadap para anggota

Hizbut Tahrir di Irak. Namun para penguasa tidak mengetahui

bahwa beliau adalah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani pemimpin

Hizbut Tahrir. Beliau disiksa dengan siksaan yang keras hingga

beliau tidak mampu lagi berdiri karena banyaknya siksaan. Beliau

terus-menerus mendapatkan siksaan hingga beliau mengalami

kelumpuhan setengah badan (hemiplegia). Kemudian beliau

dibebaskan dan segera ke Lebanon. Di Lebanon beliau mengalami

kelumpuhan pada otak. Tidak lama kemudian beliau dilarikan ke

rumah sakit dengan menggunakan nama samaran. Dan di rumah

sakit inilah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullahu wa

ta'ala wafat. Beliau dikebumikan di pekuburan asy-Syuhada di

Hirsy Beirut di bawah pengawasan yang sangat ketat, dan dihadiri

hanya sedikit orang di antara keluarganya.10

10 Ibid,. h. 81.

Page 32: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

32 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Tentang tanggal wafatnya masih simpang siur. Sebagian

peneliti menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani

wafat pada tanggal 25 Rajab 1397 H/20 Juni 1977 M. Pernyataan

ini masih perlu dipertanyakan, sebab tanggal 25 Rajab 1397 H tidak

bertepatan dengan tanggal 20 Juni 1977 M melainkan tanggal 30

Juni. Sedang koran ad-Dustur menyebutkan bahwa Asy-Syeikh

Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada hari Kamis 19 Muharram 1398

H / 29 Desember 1977 M. Mungkin saja tanggal ini bukan tanggal

wafatnya beliau, melainkan tanggal dipublikasikannya

pengumuman kematian di koran, sebab Hizbut Tahrir

mengumumkan kematian beliau dalam bayan (penjelasan) bahwa

Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tanggal 1

Muharram 1398 H. atau tanggal 11 Desember 1977 M. Dan ini yang

lebih dipercaya untuk dijadikan pegangan.

C. Konsep Kepemilikan dalam Islam Menurut Syaikh Taqiyuddin

an-Nabhani

Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah pemilik

mutlak segala sesuatu di dunia ini. Manusia di ciptakan sebagai khalifah

di muka bumi, Allah menciptakan segala sesuatu itu untuk

diserahgunakan kepada manusia sebagai sarana menjalankan perannya

sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi. Melalui sebab-sebab

tertentu yang ditetapkan Allah sebagaimana yang telah dijelaskan

dimuka bumi, setiap manusia diizinkan untuk memiliki dan menikmati

kekayaan yang berada dalam penguasaannya, mengembangkan atau

Page 33: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 33

Sulistiawati & Ahmad Fuad

memindah tangankan kepada orang lain baik jalan transaksi ekonomi

maupun tidak.

Kepemilikan adalah hukum syara’ yang berlaku pada (fisik

barang) atau hanya manfaat saja. Izin Allah SWT kepada seseorang

untuk memiliki harta kekayaan juga berarti memberi hak kepada

pemiliknya untuk memanfaatkan dan mengelolanya sesuai dengan

keinginannya selama memenuhi ketentuan-ketentuan syariah. Meski

status kepemilikan harta ada pada seseorang, ketentuan syariah tetap

mengikuti orang tersebut dalam memanfaatkan harta itu serta

memberikan implikasi hukum atas pelanggaran yang dilakukan. Untuk

mencegah pelanggaran yang pasti akan menimbulkan dampak buruk

terhadap yang bersangkutan dan mungkin juga orang lain, negara akan

mengawasi pelaksanaan pemanfaatan harta oleh warga negara. Negara

berhak mencegah pemanfaatan harta yang tidak sesuai syari’ah, bahkan

berhak mengambil kembali wewenang pemanfaatan atas harta

seseorang jika terbukti terdapat pelanggaran dalam cara memiliki dan

memanfaatkannya.11 Allah berfirman:

ال .... ن م وءاتوهم م ي ٱلل ٣٣ .... كم ءاتى ٱل“....Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta

Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu....” (QS. An-Nur:

33).

Dari penjelasan diatas, bahwa hak milik atau kepemilikan

terhadap kekayaan seluruhnya adalah milik Allah SWT. Allah-lah yang

memiliki hak penuh bukan manusia. Hanya saja Allah telah

11 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor:

Al-Azhar Press, 2012), h. 147.

Page 34: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

34 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

memberikan hak kepemilikan tersebut kepada manusia dalam bentuk

penguasaan (istikhlaf) terhadap zat atau manfaat harta kekayaan

tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya dalam surah Al-

Hadid ayat 7:

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan

nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah

menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang

beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari

hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid: 7)

Penguasa (istikhlaf) ini umum bagi semua manusia. Semua

manusia mempunyai hak pemilikan, tetapi bukan pemilikan aktual

(yang sebenarnya). Mereka diberi kekuasaan dalam hak pemilikan.

Adapun pemilikan aktual bagi individu tertentu, maka Islam

mensyaratkan adanya izin dari Allah SWT. Bagi individu itu untuk

memilikinya. Oleh sebab itu, harta dimiliki secara aktual berdasarkan

izin dari pembuat syara’ untuk memilikinya. Oleh karena itu Islam

membagi kepemilikan berdasarkan izin dari pembuat syara’ menjadi

tiga, yaitu (1) kepemilikan individu (private property/milkiyyah

fardhiyah,) (2) kepemilikan umum (collective property/milkiyyah

‘amma) dan (3) kepemilikan negara (state property/milkiyyah

daulah).12

12 Zulhelmy bin Mohd. Hatta, Isu-isu Kontemporer Ekonomi dan Keuangan

Islam, (Bogor: Al-Azhar Freshzone Publising, 2013), h. 11-13.

Page 35: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 35

Sulistiawati & Ahmad Fuad

1. Kepemilikan individu (al-milkiyat alfardiyah/private

property).

Kepemilikan individu (private property) adalah hukum

syara’ yang ditentukan pada zat ataupun kegunaan (utility) tertentu,

yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk

memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi baik

karena barangnya diambil kegunaan (utility) nya oleh orang lain

seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya

seperti dibeli dari barang tersebut.

Kepemilikan individu (private property) tersebut adalah

semisal hak milik seseorang atas roti dan rumah. Maka, orang

tersebut bisa saja memiliki roti untuk dimakan, dijual serta diambil

keuntungan dari harganya. Orang tersebut juga boleh memiliki

rumah untuk dihuni, dijual serta diambil keuntungan dari harganya.

Dimana masing-masing roti dan rumah tersebut adalah zat.

Sementara hukum syara’ yang ditentukan untuk keduanya adalah

izin al-Syari’ kepada manusia untuk memanfaatkannya dengan cara

dipakai langsung habis, dimanfaatkan ataupun ditukar. Izin untuk

memanfaatkan ini telah menjadikan pemilik barang dimana dia

merupakan orang yang mendapatkan izin bisa memakan roti dan

menempati rumah tersebut, sebagaimana dia diperbolehkan juga

untuk menjualnya. Hukum syara’ yang berhubungan dengan roti

tersebut, adalah hukum syara’ yang ditentukan pada zatnya, yaitu

izin untuk menghabiskannya. Sedangkan hukum syara’ yang

berhubungan dengan rumah, adalah hukum syara’ yang ditentukan

pada kegunaan (utility) nya, yaitu izin menempatinya. Atas dasar

Page 36: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

36 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

inilah, maka kepemilikan itu merupakan izin al-Syari’ untuk

memanfaatkan zat tertentu.

Allah memberikan izin untuk memiliki beberapa zat dan

melarang memiliki zat-zat yang lain. Allah juga telah memberikan

izin terhadap beberapa transaksi serta melarang bentuk-bentuk

transaksi yang lain. Sebagai contoh, Allah melarang seorang

muslim untuk memiliki minuman keras dan babi, sebagaimana

Allah melarang siapapun yang menjadi warga negara Islam untuk

memiliki harta hasil riba dan perjudian. Tetapi Allah memberi izin

untuk melakukan jual beli, bahkan menghalalkannya, disamping

melarang dan mengharamkan riba.

Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 275:

حل .... وأ ي ع ٱلل ا وحرم ٱل بو ٢٧٥..... ٱلر

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba” (QS. Al-Baqarah ayat 275)

Kepemilikan atas suatu zat itu berarti kepemilikan atas zat

barangnya sekaligus kegunaan (utility) zatnya, bukan hanya sekedar

kepemilikan atas kegunaan (utility)-nya saja. Karena tujuan yang

esensi dari adanya kepemilikan tersebut adalah pemanfaatan atas

suatu zat dengan cara pemanfaatan tertentu yang telah dijelaskan

oleh syara’. Dengan demikian jelaslah, bahwa makna kepemilikan

individu (private property) itu adalah mewujudkan kekuasaan pada

seseorang terhadap kekayaan yang dimilikinya dengan

menggunakan mekanisme tertentu, sehingga menjadikan

kepemilikan tersebut sebagai hak syara’ yang diberikan kepada

Page 37: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 37

Sulistiawati & Ahmad Fuad

seseorang. Dimana, undang-undang telah menjadikan pemeliharaan

hak milik individu tersebut sebagai kewajiban negara. Hak milik

tersebut juga harus dihormati, dijaga serta tidak boleh diciderai.

Oleh karena itu, dibuatlah sanksi-sanksi hukum yang bersifat

preventif yang diberlakukan kepada siapa saja yang menciderai hak

tersebut, baik karena mencuri, merampok, atau karena cara-cara lain

yang tidak dibenarkan oleh syara’. Undang-undang ini juga

menerapkan sanksi-sanksi hukum yang bersifat preventif kepada

orang yang bersangkutan, serta dibuatlah pembinaan-pembinaan

yang bersifat mendidik, untuk mencegah munculnya hal-hal yang

bisa mendorong untuk memiliki salah satu hak milik yang bukan

menjadi haknya, serta munculnya dorongan untuk memiliki hak

milik orang lain. Sehingga, harta yang halal adalah harta yang

diperoleh sesuai dengan makna kepemilikan tersebut.

Sedangkan harta yang haram, adalah harta yang diperoleh

tidak sesuai dengan makna kepemilikan tersebut, serta tidak layak

disebut dengan makna milik. Dalam Islam kepemilikan pribadi

merupakan suatu hal yang sudah dikenal dan diperbolehkan.

Karenanya ketika menjelaskan asal kepemilikan, Allah

menisbatkan harta kepada Diri-Nya: maal Allah (harta Allah). Lalu

ketika menjelaskan perpindahan kepemilikan kepada manusia,

Allah menisbatkan harta kepada manusia:

a. Amwaalihim (harta mereka)

إن خذ علي هم ها وصل يهم ب

رهم وتزك هم صدقة تطه و ل م من أ

و هم تك سكن ل صلو ١٠٣سميع عليم ٱلل

Page 38: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

38 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka”. (QS. At-Taubah: 103).

b. Amwaalikum (harta kalian)

ن فإن ر ب م ذنوا ب علوا فأ لم تف ٱلل وإن تب تم فلكم ۦ ورسول

لمون لمون ول تظ و لكم ل تظ م ٢٧٩رءوس أ

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan

memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan

riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya

dan tidak (pula) dianiaya.”(QS. Al-Baqarah: 279).

c. Maaluhu (hartanya)

١١إذا تردى ۥ وما يغ ن عن ه مال “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah

binasa.”(QS. Al-Lail ayat 11)

Di dalam al-Qur’an diterangkan bahwa jiwa manusia secara

fitrah mempunyai kecintaan terhadap harta. Allah berfirman:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan

kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-

anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,

binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah

kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali-Imran: 14)

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang

berlebihan” (QS. Al-Fajr: 20)

Ini menunjukkan bahwa setiap orang bisa memiliki kekayaan

dengan cara-cara kepemilikan tertentu (seperti telah disebut pada

Page 39: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 39

Sulistiawati & Ahmad Fuad

bagian terdahulu), karena yang demikian merupakan suatu yang

alami. Seandainya kepemilikan pribadi ini tidak diperbolehkan,

maka seseorang tidak akan dapat memiliki hasil usahanya. Untuk

menetapkan kepemilikan pribadi tersebut, ada bebarapa hal yang

diatur Islam, yaitu:

a. Mengatur tentang barang atau jasa yang diizinkan

(dibolehkan) untuk dimiliki dan yang tidak. Dalam hal ini,

Allah telah menentukan sesuatu dengan halal dan haram.

b. Mengatur tentang tata cara memperoleh harta yang

diizinkan (dibolehkan) dan yang tidak. Perolehan harta itu

bisa melalui tata cara bagaimana memperoleh harta dan tata

cara mengembangkan harta kepemilikan di dalam Islam

tidak hanya mengenai kepemilikan mata uang semata, tetapi

lebih dari itu seperti harta perolehan, harta perdagangan,

modal produksi, dan harta lainya yang termasuk harta

pribadi, berbeda dengan harta-harta negara maupun harta

umum, maka tidak diperbolehkan bagi seseorang

umpamanya memiliki tanah yang diwakafkan, atau

memiliki sungai yang besar atau lautan. Tanah-tanah yang

dapat dimiliki secara pribadi antara lain seperti; tanah yang

diserahkan kepada seseorang dari pemiliknya, tanah sulh,

tanah ihya al-mawat, tanah iqtha (lahan kosong yang

digarap seseeorang).

2. Kepemilikan Umum (al-milkiyyat al-’ammah/public property)

Kepemilikan umum adalah izin al-syari’ kepada suatu

komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda atau barang.

Page 40: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

40 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Sedangkan benda-benda yang tergolong kategori kepemilikan

umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh al-Syari’

sebagai benda-benda yang dimiliki suatu komunitas secara

bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang saja.

Karena milik umum, maka setiap individu dapat memanfaatkannya,

namun dilarang memilikinya. Setidak-tidaknya, benda-benda yang

dapat dikelompokkan ke dalam kepemilikan umum ini, ada tiga

jenis, yaitu:

a. Fasilitas dan Sarana Umum

Maksud fasilitas atau sarana umum adalah apa saja yang

dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum. Benda ini

tergolong ke dalam jenis kepemilikan umum karena menjadi

kebutuhan pokok masyarakat, dan jika tidak terpenuhi dapat

menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Jenis harta ini

dijelaskan dalam hadits Nabi Saw. yang berkaitan dengan

sarana umum: “Manusia berserikat (bersama-sama memiliki)

dalam tiga hal: air, padang rumput dan api” (HR. Abu Daud).

Dalam hal ini diakui bahwa manusia memang sama-sama

membutuhkan air, padang dan api. Air yang dimaksudkan dalam

hadits di atas adalah air yang masih belum diambil, baik yang

keluar dari mata air, sumur, maupun yang mengalir di sungai

atau danau bukan air yang dimiliki oleh perorangan di

rumahnya. Oleh karena itu, pembahasan para fuqaha’ mengenai

air sebagai kepemilikan umum difokuskan pada air-air yang

belum diambil tersebut. Adapun al-kala’ adalah padang rumput,

baik rumput basah atau hijau (al-khala) maupun rumput kering

Page 41: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 41

Sulistiawati & Ahmad Fuad

(al-hashish) yang tumbuh di tanah, gunung atau aliran sungai

yang tidak ada pemiliknya. Sedangkan yang dimaksud al-nar

(api) adalah bahan bakar dan segala sesuatu yang terkait

dengannya, termasuk didalamnya adalah kayu bakar. Bentuk

kepemilikan umum, tidak hanya terbatas pada tiga macam

benda tersebut saja, melainkan juga mencakup segala sesuatu

yang diperlukan oleh masyarakat dan jika tidak terpenuhi, dapat

menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Hal ini,

disebabkan karena adanya indikasi al-Syari’ yang terkait dengan

masalah ini memandang bahwa benda-benda tersebut

dikategorikan sebagai kepemilikan umum karena sifat tertentu

yang terdapat di dalamnya sehingga dikategorikan sebagai

kepemilikan umum (pubilc facilities).

b. Sumber daya alam yang tabiat pembentukannya

menghalangi untuk dimiliki oleh individu secara perorangan.

Meski sama-sama sebagai sarana umum sebagaimana

kepemilikan umum jenis pertama, akan tetapi terdapat

perbedaan antara keduanya. Jika kepemilikan jenis pertama,

tabiat dan asal pembentukannya tidak menghalangi seseorang

untuk memilikinya, maka jenis kedua ini, secara tabiat dan asal

pembentukannya, menghalangi seseorang untuk memilikinya

secara pribadi. Sebagaimana hadits Nabi Saw: “Kota Mina

menjadi tempat mukim siapa saja yang lebih dahulu (sampai

kepadanya)” Mina adalah sebuah nama tempat yang terletak di

luar kota Makkah al-Mukarramah sebagai tempat singgah

jama’ah haji setelah menyelesaikan wukuf di padang Arafah

Page 42: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

42 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

dengan tujuan melaksanakan syi’ar ibadah haji yang waktunya

sudah ditentukan, seperti melempar jumrah, menyembelih

hewan hadd, memotong qurban, dan bermalam di sana. Makna

“munakh man sabaq” (tempat mukim orang yang lebih dahulu

sampai) dalam lafad hadits tersebut adalah bahwa Mina

merupakan tempat seluruh kaum muslimin. Barang siapa yang

lebih dahulu sampai di bagian tempat di Mina dan ia

menempatinya, maka bagian itu adalah bagiannya dan bukan

merupakan milik perorangan, sehingga orang lain tidak boleh

memilikinya (menempatinya).

Demikian juga jalan umum, manusia berhak lalu lalang

di atasnya. Oleh karenanya, penggunaan jalan yang dapat

merugikan orang lain yang membutuhkan, tidak boleh diizinkan

oleh penguasa. Hal tersebut juga berlaku untuk Masjid.

Termasuk dalam kategori ini adalah kereta api, instalasi air dan

listrik, tiang-tiang penyangga listrik, saluran air dan pipa-

pipanya, semuanya adalah milik umum sesuai dengan status

jalan umum itu sendiri sebagai milik umum, sehingga ia tidak

boleh dimiliki secara pribadi.

c. Barang tambang yang depositnya tidak terbatas.

Dalil yang digunakan dasar untuk jenis barang yang

depositnya tidak terbatas ini adalah hadits Nabi Muhammad

riwayat Abu Dawud tentang Abyadh ibn Hamal yang meminta

kepada Rasulullah agar dia diizinkan mengelola tambang garam

di daerah Ma’rab: “Bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw.

meminta (tambang) garam, maka beliaupun memberikannya.

Page 43: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 43

Sulistiawati & Ahmad Fuad

Setelah ia pergi, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada

beliau: “Wahai Rasulullah, tahukah apa yang engkau berikan

kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu

yang bagaikan air mengalir”. Lalu ia berkata: Kemudian

Rasulullah pun menarik kembali tambang itu darinya” Larangan

tersebut tidak hanya terbatas pada tambang garam saja,

melainkan meliputi seluruh barang tambang yang jumlah

depositnya banyak (laksana air mengalir) atau tidak terbatas.

Ini juga mencakup kepemilikan semua jenis tambang, baik yang

tampak di permukaan bumi seperti garam, batu mulia atau

tambang yang berada dalam perut bumi seperti tambang emas,

perak, besi, tembaga, minyak, timah dan sejenisnya.

Barang tambang semacam ini menjadi milik umum

sehingga tidak boleh dimiliki oleh perorangan atau beberapa

orang. Demikian juga tidak boleh hukumnya, memberikan

keistimewaan kepada seseorang atau lembaga tertentu untuk

mengeksploitasinya tetapi penguasa wajib membiarkannya

sebagai milik umum bagi seluruh rakyat. Negaralah yang wajib

menggalinya, memisahkannya dari benda-benda lain, menjual

dan menyimpan hasilnya di baitul mal. Sedangkan barang

tambang yang depositnya tergolong kecil atau sangat terbatas,

dapat dimiliki oleh perseorangan atau perserikatan. Hal ini

didasarkan kepada hadits Nabi Muhammad Saw “Yang

mengizinkan kepada Bilal ibn Harits al-Muzani memiliki

barang tambang yang sudah ada dibagian Najd dan Tihamah.

Page 44: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

44 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Hanya saja mereka wajib membayar khumus (seperlima) dari

yang diproduksinya kepada baitul mal.”

3. Kepemilikan Negara (al-Milkiyyat al-Dawlah/ State property)

Kepemilikan Negara adalah harta yang ditetapkan Allah

menjadi hak seluruh kaum muslimin/rakyat, dan pengelolaannya

menjadi wewenang khalifah/negara, dimana khalifah/negara berhak

memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian kaum

muslim/rakyat sesuai dengan ijtihad/kebijakannya. Makna

pengelolaan oleh khalifah/pemerintah ini adalah adanya kekuasaan

yang dimiliki khalifah/pemerintah untuk mengelolanya.

Kepemilikan negara ini meliputi semua jenis harta benda

yang tidak dapat digolongkan ke dalam jenis harta milik umum (al-

milkiyyat al-’ammah/public property), namun terkadang bisa

tergolong dalam jenis harta kepemilikan individu (al-milkiyyat al-

fardiyyah). Maksudnya kepemilikan Negara (al-Milkiyyat al-

Dawlah/State property) pada dasarnya juga merupakan hak milik

umum, tetapi hak pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung

jawab pemerintah. Meskipun demikian, cakupan kepemilikan

umum dapat dikuasai oleh pemerintah, karena ia merupakan hak

seluruh rakyat dalam suatu negara, yang wewenang pengelolaannya

ada pada tangan pemerintah.

Dengan demikian, pemerintah dalam hal ini memiliki hak

untuk mengelola hak milik ini, karena ia merupakan representasi

kepentingan rakyat, mengemban amanah masyarakat, atau bahkan

pemerintah merupakan institusi kekhalifahan Allah di muka bumi.

Memang diakui bahwa hak milik negara berbeda dengan hak milik

Page 45: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 45

Sulistiawati & Ahmad Fuad

umum. Hak milik negara ini dapat dialihkan menjadi hak milik

individu jika memang kebijakan negara menghendaki demikian.

Akan tetapi, hak milik umum tidak dapat dialihkan menjadi hak

milik individu, meskipun ia dikelola oleh pemerintah. Dalam

kaitannya dengan hak milik umum pada dasarnya pemerintah

hanyalah pengorganisir dan pelaksana amanah dari masyarakat,

sementara berkaitan dengan hak milik negara pemerintah memiliki

otoritas sepenuhnya.

Berikut ada beberapa harta yang dapat dikategorikan ke

dalam jenis kepemilikan negara menurut al-Syari’, dan

khalifah/pemerintah berhak mengelolanya dengan pandangan

ijtihadnya, yaitu:

a. Harta ghanimah, anfal (harta yang diperoleh dari rampasan

perang dengan orang kafir), fay’ (harta yang diperoleh dari

musuh tanpa peperangan) dan khumus.

b. Harta yang berasal dari kharaj (hak kaum muslim atas tanah

yang diperoleh dari orang kafir, baik melalui peperangan

atau tidak).

c. Harta yang berasal dari jizyah (hak yang diberikan Allah

kepada kaum muslim dari orang kafir sebagai tunduknya

mereka kepada Islam).

d. Harta yang berasal dari hibah (pajak).

e. Harta yang berasal dari ushur (pajak penjualan yang diambil

pemerintah dari pedagang yang melewati batas wilayahnya

dengan pungutan yang diklasifikasikan berdasarkan

agamanya).

Page 46: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

46 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

f. Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari

sisa waris (amwal al-fadla).

g. Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad.

h. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa,

pegawai negara, harta yang didapat tidak sejalan dengan

syara’.

i. Harta lain milik negara yang diperoleh dari badan usaha

milik negara (di Indonesia disebut BUMN) semisal; padang

pasir, gunung, pantai, laut dan tanah mati yang tidak ada

pemiliknya, dan semua bangunan yang didirikan oleh negara

dengan menggunakan harta baitul mal.

Terhadap kepemilikan negara ini, Allah telah memberikan

kepada pemerintah kewenangan untuk mengatur urusan kaum

muslimin, meraih kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan, sesuai

dengan ijtihadnya dalam meraih kebaikan dan kemaslahatan. Maka

pemerintah harus mengelola harta-harta milik negara semaksimal

mungkin agar pendapatan baitul mal bertambah, dan dapat

dimanfaatkan kaum muslim, sehingga milik negara tidak sia-sia,

hilang manfaatnya dan pendapatannya terputus. Pengaturan Islam

terhadap semua jenis kepemilikan seperti mana disebut di atas,

bertujuan untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi dua

persoalan mendasar, berikut:

a. Penguasaan harta oleh seseorang secara berlebihan dan

menjadikannya tak terbatas. Allah berfirman:

نس ن كل إن غ ٱل ن ٦لط

ن رءاه أ تغ ٧ ٱس

Page 47: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 47

Sulistiawati & Ahmad Fuad

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui

batas, karena dia melihat dirinya serba cukup

b. Munculnya kemiskinan dan efek-efek nagatif lainnya, baik

dalam ukuran individu maupun sosial. Untuk itu, harta itu

menjadi tanggung jawab negara yang diwakili oleh pejabat

atau pemerintahan untuk merawat, mengelola dan

memanfaatkannya untuk kepentingan rakyatnya, seperti

keperluan perang, menggaji pegawai pemerintah,

penyelenggaraan pendidikan, penyediaan fasilitas publik,

memelihara hukum dan keadilan, menyantuni fakir-miskin,

dan hal-hal lain yang terkait dengan kepentingan dan

kemaslahatan rakyatnya.

Di bawah ini, akan digambarkan pembagian kepemilikan (al-

milkiyyat) sebagai berikut:

Page 48: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

48 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

4. Nasionalisme Bukanlah Kepemilikan Umum Ataupun

Kepemilikan Negara

Nasionalisasi adalah salah satu bentuk tambal-sulam dari

sistem ekonomi kapitalis. Nasionalisasi adalah kebijakan

memindahkan kepemilikan individu kepemilikan negara jika

dipandang disana ada kemaslahatan umum yang mengharuskan

kepemilikan atas kepemilikan individu ini. Dalam hal ini, Negara

tidak memaksa untuk melakukan nasionalisasi hanya pilihan.

Artinya, jika Negara mau, Negara akan melakukan nasionalisasi

jika tidak harta kekayaan dibiyarkan tanpa dinasionalisasi.

Ini berbeda statusnya dengan kepemilikan umum dengan

kepemilikan negara, keduannya ditentukan berdasarkan hukum-

hukum Islam yang tetap terkait dengan karakter harta dan sifat-

sifatnya, tanpa memperhatikan cara pandang/kebijakan negara.

Karena itu, fakta harta akan dilihat jika dalam harta terdapat hak

kaum muslim maka harta itu termasuk milik negara yang wajib ia

miliki. Jika dalam harta itu tidak ada hak kaum muslim maka harta

itu milik individu sehingga tidak layak dimiliki oleh negara

(dinasionalisasi). Jika harta itu termasuk bagian fasilitas umum,

atau sember alam (yang menguasai hajat hidup orang banyak), atau

karakternya memang tidak bisa dimiliki oleh individu, maka secara

alami harta tersebut merupakan milik umum, negara tidak

selayaknya menetapkannya sebagai milik individu, jika harta tetap

tidak termasuk kedalam kepemilikan umum maka negara tidak

layak melakukan nasionalisasi atas harta tersebut, tidak boleh

Page 49: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 49

Sulistiawati & Ahmad Fuad

secara mutlak merampasnya dari pemiliknya, kecuali pemiliknya

rela menjualnya kepada negara, sebagaimana halnya ia rela

menjualnya kepada orang lain. Dalam kondisi demikian, negara

bisa membelinya, sebagaimana halnya individu-individu yang lain

juga bisa membelinya.

Dengan demikian, negara tidak boleh memiliki kepemilikan

individu dengan alasan demi kemaslahatan umat, selama

kepemilikan individu tersebut tetap demikian keadaanya, meskipun

negara membelinya dengan membayar harganya. Sebab,

kepemilikan individu dihormati dan dilindungi (oleh syari’ah),

tidak boleh dilanggar oleh siapapun, bahkan oleh negara sekalipun.

Setiap pelanggaran atas kepemilikan individu dipandang sebagai

tindakan zalim yang bisa diajukan pemiliknya kepada mahkamah

mazhalim, atau kepada penguasa/hakim, jika memang terjadi, agar

kezaliman tersebut bisa dihilangkan. Pasalnya, khalifah tidak

memiliki kewenangan sama sekali mencabut sesuatu dari

seseorang, kecuali dengan cara yang dibenarkan syari’ah dan

dengan cara makruf.

Negara pun tidak boleh menetapkan suatu harta kekayaan

yang termasuk milik umum atau milik negara sebagai milik pribadi

dengan alasan demi kemaslahatan. Pasalnya, kemaslahatan, dalam

konteks harta semacam ini, telah ditetapkan penjelasannya oleh

syari’ah, baik terkait dengan kepemilikan umum, kepemilikan

negara ataupun kepemilikan individu.

Dengan demikian, tampak jelas bahwa nasionalisasi berbeda

dengan kepemilikan umum maupun kepemilikan negara.

Page 50: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

50 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Nasionalisasi bukan termasuk bagian dari ketetapan hukum

syari’ah, tetapi merupakan bagian dari bentuk tanbal sulam sistem

ekonomi kapitalis.13

D. Kesimpulan

Islam memiliki konsep yang khas dan unik, yang berbeda dengan

semua sistem ekonomi lainnya. Dalam pandangan Islam, pemilik asal

semua harta dengan segala macamnya adalah Allah SWT, sebab Dialah

pencipta, pengatur, dan pemilik segala yang ada di alam semesta ini,

sedangkan manusia adalah pihak yang mendapatkan kuasa dari Allah

SWT untuk memiliki harta tersebut, berkaitan dengan kepemilikan ini

ada tiga macam, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan

kepemilikan Negara dan kejelasan konsep kepemilikan dalam

pandangan Taqiyuddin an-Nabhani sangat berpengaruh terhadap

konsep mekanisme pengelolaan harta dan aplikasinya, sebab

kepemilikan atas suatu harta memberikan hak kepada pemiliknya untuk

memanfaatkan, mengelola, membelanjakan, dan mengembangkannya.

Ketika konsep kepemilikan didasarkan izin syara’, demikian juga

konsep pengelolaan kepemilikan juga harus terikat dengan izin syara’

dan tidak bebas mengelola secara mutlak.

Sistem ekonomi Islam adalah bagian dari sistem syari’ah Islam

dan menurut Taqiyuddin an-Nabhani Negara adalah Institusi yang

berwenang menerapkannya, merupakan kewajiban bagi Negara untuk

mengatur pelaksanaan sistem ekonomi Islam di tengah-tengah

13 An-Nabhani, Sistem Ekonomi…, h. 310.

Page 51: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 51

Sulistiawati & Ahmad Fuad

masyarakat, sehingga aplikasi kepemilikan individu, umum, dan

Negara bisa terjamin. Jadi peran Negara dalam ekonomi merupakan

bagian dari sistem ekonomi Islam dan ditentukan serta dibatasi oleh

hukum-hukum syara’.

Page 52: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

52 | Jurnal Syariah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Syari'ah, Jakarta: PT.

Bank Muamalat dan Tazkia Institut.

Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum

Perdata Islam, Yogyakarta: UII Press.

Hatta, Zulhelmy bin Mohd. 2012. Isu-isu Kontemporer Ekonomi dan

Keuangan Islam, Bogor: Al-Azhar Freshzone Publising.

Manan, Abdul. 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:

PT. Dana Bhakti Wakaf.

An-Nabhani, Taqiyuddin, 1996, Membangun Sistem Ekonomi

Alternatif, Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti.

_______, 2001, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Hizbut Tahrir

Indonesia.

Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Wakaf.

Rodhi, Muhammad Muhsin. 2008. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir

dalam Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah, Indonesia: Al-

Izzah.

Yusanto, M. Ismail, dan M. Arif Yunus. 2012. Pengantar Ekonomi

Islam, Bogor: Al-Azhar Press.

Page 53: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

ASURANSI TAKAFUL; SEBUAH ALTERNATIF

Konsep, Mekanisme Dan Sistem Operasional

Qusthoniah

Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Indragiri

Abstrak

Dalam dunia ekonomi modern, usaha asuransi menduduki

tempat utama. Karena secara esensial, asuransi

merupakan sistem yang tercermin dalam berbagai cara dan

bentuk dengan tujuan untuk menjaga manusia dalam

menghadapi berbagai resiko masa depan dalam hidup atau

dalam perjalanan aktivitas ekonomi. Resiko itu meliputi

kejadian yang pasti, seperti proses kematian alami,

tenggelam, kebakaran, sakit kronis, dan hilangnya

sebagian anggota penting dalam suatu pekerjaan atau juga

kejadian bukan alami semisal pencurian, pembunuhan dan

kecelakaan. Selain diakibatkan karena musibah asuransi

juga memberikan pertanggungan bagi pendidikan anak

yang lebih dikenal dengan asuransi beasiswa. Di Indonesia

ada bermacam-macam nama perusahaan asuransi baik

yang menggunakan mekanisme konvensional maupun

mekanisme syar’i. Semua macam asuransi tersebut sama

didalam hal yang ditanggung hanya berbeda didalam

sistem kerja, terutama antara asuransi konvensional dan

asuransi syari’ah. Salah satu asuransi syari’ah yang ada di

Indonesia adalah asuransi takaful. Sistem yang digunakan

adalah mudharabah (bagi hasil). Asuransi takaful dapat

berfungsi sebagai lembaga yang memperhatikan

kepentingan masyarakat dalam masalah pertanggungan

terhadap harta, jiwa, pendidikan, kesehatan, haji dan

umroh. Asuransi takaful dikelolah oleh suatu lembaga

dengan menggabungkan antara tabarru’ dengan tabungan

dalam kelompok al’aqilah dengan sistem mudharabah.

Dalam pelaksanaan asuransi takaful tidak mengandung

Page 54: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

54 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

unsur yang diharamkan seperti gharar, maisir dan riba.

Sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional.

Keyword: Asuransi, Takaful, Mudharabah dan Tabarru’

A. Pendahuluan

Setiap manusia yang hidup normal, diberi Allah SWT naluri

untuk mempertahankan keselamatan diri dan melakukan antisipasi

terhadap berbagai malapetaka atau musibah yang akan timbul.

Antisipasi dan menyelamatkan diri tersebut akan dilakukan secara

bervariasi tergantung kondisi mereka masing-masing. Berbagai bentuk

kemungkinan musibah atau malapetaka yang akan muncul, seperti

kematian, kecelakaan, musnah atau hilangnya harta akibat kebakaran

dan lain sebagainya adalah sesuatu yang mungkin terjadi dalam

kehidupan manusia.

Bencana atau musibah pada umumnya terjadi di luar kehendak

mereka yang tertimpa. Pada dasarnya semua orang tidak menginginkan

tertimpa musibah. Manusia sebenarnya ingin hidup dengan tenang,

selamat dan bahagia, karena itu mereka akan berusaha untuk

mendapatkannya, walaupun ada saja kemungkinan peristiwa buruk

akan datang menimpa mereka.

Usaha yang akan ditempuh manusia adalah menolak

kemungkinan timbulnya bahaya atau meminimalisir efek pasca bahaya

itu. Manusia baru mampu berbuat hal tersebut jika mereka

melakukannya secara bersama-sama. Artinya, usaha tolong-menolong

(al-ta’awuniyah) diantara mereka sangat menentukan keberhasilan

Page 55: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 55

Qusthoniah

mereka dalam menanggulangi bahaya atau mudharat yang timbul oleh

bahaya tersebut.

Al-Qur’an dan sunnah memerintahkan umat Islam agar saling

berinteraksi positif baik antara sesama mereka maupun dengan pihak di

luar Islam. Dengan berinteraksi positif yang dikenal dengan istilah

muamalah mereka akan mendapatkan manfaaat yang berguna bagi

kehidupan mereka dan sekaligus dapat menolak atau mengurangi efek

mudharat yang akan timbul. Salah satu cara manusia menolak atau

mengurangi efek dari musibah yang mungkin mereka alami adalah

dengan menciptakan suatu bentuk mu’amalah, yaitu asuransi atau

jaminan pertanggungan atas kerugian dan musibah. Dalam konsep

Ekonomi Islam Kontemporer, jaminan pertanggungan tersebut dikenal

dengan istilah Takaful.

Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Asuransi

Takaful tersebut yang meliputi; pengertian, konsep dan mekanismenya,

aturan-aturan tentang premi dan ganti rugi,

pengelolaan/pengoperasiannya serta analisa penulis terhadap

operasional Asuransi Takaful tersebut dengan mengemukakan telaah

ayat-ayat al-Qur’an, hadits dan kaedah-kaedah hukum yang berkaitan

dengan hal itu.

B. Pengertian Asuransi Takaful

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris; insurance yang berarti

jaminan, seperti yang terdapat kalimat : It’s insurance to prepare for

any emergency (adalah jaminan yang baik untuk siap sedia terhadap

Page 56: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

56 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

tiap-tiap keadaan darurat).1 Sedangkan dalam bahasa Arab ia sepadan

dengan kata ta’min atau dhammah.2

Munir al-Ba’albakiy dalam al-Mawrid memberikan defenisi

tentang asuransi sebagai berikut: “Jaminan pertanggungan dengan

didasari akad antara dua pihak, bahwa salah satu pihak akan

menanggung kerugian yang diderita pihak lain jika kerugian itu

timbul”.3

Defenisi asuransi seperti diungkapkan dalam Ensiklopedi Hukum

Islam adalah: “Transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu

berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban

memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi

sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang

dibuat”.4

Pengertian asuransi diatas masih bersifat umum tanpa dikaitkan

dengan tuntunan syara’ dan tidak terikat dengan kemestian bebas dari

unsur riba, gharar (kemungkinan ada unsur penipuan, ketidakpastian)

1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet xxl,

(Jakarta : PT. Gramedia, 1995), h. 326. 2Munir al-Ba'albakiy, al-Mawrid, Qamus Inkliziy 'Arabiy, Cet.xx, (Beirut :

Dar al-'Ilm li al-Malayin, 1986), h. 472. 3Ibid, terjemahan dari, ضما ن بعقد يتعهد فىه ا حدالفريقين بان

يعودعلىالاخر)اويكفله(عنداصابته با دئ معين4Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 1, (Jakarta :

Ichtiar Baru Van Hoee. 1996), h. 138. Lihat juga: Jalal Muhammad Ibrahim, al-

Ta'min, (TK: Dar al-Nahdhah, 1994), h. 29-35, yang menerangkan tentang defenisi,

al-Ta'min dengan beberapa perbandingan, di antarannya sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bilaniul, "suatu perjanjian antara pihak penanggung yang

berkewajiban untuk memberikan ganti rugi terhadap sitertanggung, atas kerugian

yang mungkin akan timbul kemudian, sebagai ganti dari uang yang disetorkan kepada

penanggung (premi) oleh sitertanggung".

Page 57: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 57

Qusthoniah

dan maisir (untungan-untungan/perjudian). Ada empat pendapat

tentang Hukum asuransi konvensional.5

Terlepas dari empat pendapat tersebut, kebutuhan masyarakat

terhadap asuransi baik muslim maupun non muslim tetap ada, baik

masa sekarang maupun yang akan datang. Terutama dunia usaha yang

5Lihat, Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-

Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke 2, (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 1997). Diterangkan bahwa para ulama Islam berbeda pendapat

dalam menetapkan hukum asuransi konvensional (nama untuk asuransi yang tidak memakai sistem syari'ah. Pen). Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan kepada

empat :

(a) Yang berpendapat bahwa asuransi konvensional tersebut, hukumnya haram

secara mutlak. Dengan alasan mengandung unsure perjudian, (maisir),

merupakan tukar-menukar mata uang secara tidak tunai ('akad sharf) dan suatu

bisnis yang digantungkan kepada hidup atau matinnya seseorang. Pendapat ini

dipegang oleh; Sayid Sabiq, Yusuf al-Qardhawi,

(b) Pendapat yang menghalalkan secara mutlak, dengan alasan bahwa tidak ada

ketentuan nash al-Qur’an dan hadits Nabi SAW yang melarangnnya, antara fihak

penanggung dan tertanggung ada kerelaan, maslahahnya lebih besar dari

mudharatnya dan termasuk kategori koperasi. Pendapat ini didukung oleh Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa, Musthafa Zarqa' dan Muhammad Najetullah

Siddiqi.

(c) Kelompok yang berpendapat bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi

yang bersifat sosial, sedangkan yang bersifat komersial tidak dibolehkan.

Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah.

(d) Kelompok yang berpendapat bahwa hukum asuransi termasuk hukum yang

subhat.

Lihat juga, al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 3, Beirut: Dar al-Fikr, 1992), h.

302-303, tampak secara tegas menolak keberadaan praktek asuransi dan

menggolongkan kepada mudharabah fasidah, serta lihat juga pembahasan yang

dikemukakan oleh: Hamzah Ya'qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam,

(Bandung : CV. Diponegoro, 1994), h. 289-315, mengutip pendapat Siddhiq Muhammad Amin al-Dhariri: bahwa tidak ada kemungkinan yang membenarkan

menggunakan hukum dharurat untuk asuransi konvensional. Jalan keluar yang

semestinya ditempuh ialah dengan jalan mengeluarkan asuransi dari bentuk

persetujuan yang komersial dan memasukkan dalam persetujuan yang bersifat

sosial (tabarru'). Sebagai jalannya ialah menjauhkan segala sarana yang menunju

kepada laba dan menjadikan asuransi seluruhnya sebagai pertanggungan yang

bersifat tolong-menolong (koperatif) yang digilirkan diantara para peserta

asuransi itu sendiri, sedangkan karyawannya digaji oleh pemerintah seperti

pegawai negeri lainnya.

Page 58: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

58 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

sangat membutuhkan jaminan untuk menanggung kerugian akibat

faktor-faktor di luar batas kemampuan manusia. Namun kalangan

ulama Islam khususnya, tidak dapat menerima jika di dalam asuransi

terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh syari’at Islam. Maka dibentuk

asuransi dengan sistem takaful, yang berusaha untuk menghindari

unsur-unsur riba, gharar, maisir dan dharar.

Lafal takaful berasal dari kata : kafala berarti mencukupi nafkah,

menanggung atau memelihara. Kemudian di mazidkan dengan pola bab

tafa’ul, menjadi : takafala-yatakafalu-takafulan, yang berarti

pertanggungang berbalasan atau saling menanggung.6 Di dalam Al-

Qur’an terpakai kata kafala dalam beberapa ayat, surah Ali Imran : 37

dan 44, Thaha : 40, al-Qashash : 12 bermakna, memelihara, begitu juga

dalam surah Shad: 32, Hud: 28, dan Nuh: 91.7

Sedangkan pengertiannya sebagai suatu konsep usaha mu’amalah

dapat dilihat kepada apa yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i

Antonio. Menurutnya pengertian takaful adalah sebagai: konsep

perlindungan (asuransi) yang dijalankan sesuai dengan syari’ah Islam,

yang pada hakikatnya merupakan perjanjian kesepakatan bersama

antara sekumpulan orang untuk saling menjamin antara satu dengan

lainnya dalam menghadapi kemungkinan terjadinnya bencana atau

malapetaka.8

6A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, edisi ke-2,

(Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), h. 1220. 7Faidhullah al-Husna al-Muqaddasiy, Fath al-Rahman li Thalib Ayat al-

Qur'an,(Beirut: al-Mathba'ah al-Aliyah, 1322 H), h. 391 8 Muhammad Syafi'i Antoni, Asuransi dalam Perspektif Islam, makalah

disampaikan dalam seminar Nasional tentang Asuransi Takaful tanggal 6 Januari

2001 di Padang, h.11.

Page 59: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 59

Qusthoniah

Dengan demikian kata takaful di sini mempunyai dua pengertian,

yaitu yang pertama sebagai konsep dasar dari sistem yang dipakai

dalam asuransi syari’ah (Islamiy), dan yang kedua dipergunakan juga

sekaligus sebagai nama dari perusahaan atau syarikat usaha itu sendiri.

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami

bahwa takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling

melindungi dan menolong antara anggota masyarakat dalam

menghadapi kemungkinan mala petaka dan bencana. Seiring dengan

perkembangan dan kemajuan zaman, bentuk kerja sama tersebut

ditumbuhkembangkan sedemikian rupa menjadi perusahaan asuransi

takaful yang profesional.9 Itulah sebabnya Takaful kemudian juga

dikenal sebagai suatu lembaga keuangan berdasarkan syari’at Islam

yang bergerak dibidang asuransi. Untuk dapat melibatkan umat Islam

secara optimal terhadap usaha asuransi maka pada tanggal 25 Agustus

1994 di bentuklah Asuransi Takaful Keluarga, yang beroperasi dibawah

anak perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia. Selain PT. Takaful, di

Indonesia sekarang berdiri lagi asuransi yang berdasarkan syari’ah

dengan nama Asuransi Syari’ah Mubarakah, Divisi Syari’ah Great

Eastern Life Insurance dan Divisi Syari’ah MAA Insurance.10

PT. Syarikat Takaful Indonesia dalam operasionalnya

menyediakan dua bentuk perlindungannya, a) Takaful Keluarga; yang

memberikan perlindungan finansial terhadap diri atau jiwa peserta. b)

Takaful Umum; yang memberikan perlindungan finansial terhadap

9Ibid., h. 5 10Muhammad Syafi'I Antoni, Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah, dalam

Republika, tanggal 29 April 2002, h. 1 dan 11.

Page 60: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

60 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

harta benda milik peserta. masing-masing punya jenis-jenis

perlindungan sebagai berikut :

1. Takaful Keluarga, yang ditawarkan adalah :

a. Takaful Berencana, yaitu program yang dipergunakan bagi yang

bermaksud untuk menyiapkan dana baik sebagai bekal persiapan

dihari tua maupun untuk ahli warisnya.

b. Takaful Pembiayaan, yaitu penjaminan atas sisa hutang

seseorang jika dia meninggal sebelum dilunasi.

c. Takaful Pendidikan, yaitu diperuntukan bagi mereka yang ingin

mempersiapkan dana pendidikan untuk masa depan putra-

putrinya.

d. Takaful Berjangka, yaitu diperuntukan untuk perusahaan yang

bermaksud menyiapkan dana untuk ahli waris karyawan/anggota

apabila yang bersangkutan meninggal dunia.

e. Takaful Dana Haji, yaitu untuk persiapan dana bagi mereka yang

akan melaksanakan ibadah haji.

f. Takaful Kesehata, yaitu program yang ditujukan untuk keluarga

atau perusahan yang bermaksud menyiapkan dana kesehatan

untuk anggota keluarga atau karyawannya.

2. Takaful Umum, yang ditawarkan adalah:

a. Takaful Kebakaran (Fire Insurance), yaitu berupa pemberian

perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai

akibat terjadinnya kebakaran yang disebabkan percikan api,

sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut

resiko yang ditimbulkannya.

b. Takaful Kendaraan Bermotor, (Motor Vehicle Insurance), yaitu

perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan secara

sebagian (partial Loss) atau maupun secara keseluruhan (Total

Page 61: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 61

Qusthoniah

Loss) akibat kecelakaan atau tindak pencurian serta tanggung

jawab hokum kepada pihak ketiga.

c. Takaful Pengangkutan, (Cargi Insurance), yaitu perlindungan

terhadap kerugian dan atau kerusakan pada barang-barang atau

pengiriman uang sebagai akibat alat pengangkutannya

mengalami musibah atau kecelakaan selama dalam perjalanan

melaui laut, udara dan darat.

d. Takaful Rekayasa, (Enginering Insurance), yaitu perlindungan

terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat yang

berkaitan dengan perkerjaan pembangunan beserta alat-alat

berat, pemasangan kontruksi baja/mesin dan akibat

beroperasinya mesin produksi secara tanggung jjawab hukum

kepada pihak ketiga.

e. Takaful Aneka (General Accident Insurance), yaitu

perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai

akibat resiko-resiko yang tidak dapat ditutup pada polis-polis

yang sudah ada.11

C. Konsep Takaful

1. Konsep Dasar Asuransi Takaful

Keberadaan Asuransi Takaful dilandasi oleh tiga konsep

dasar, yaitu; Adanya saling bertanggung jawab, adanya saling

11Sumito, op.cit., h. 172-173. Bentuk-bentuk di atas hanyalah sebagian dari

produk Asuransi Takaful yang dikemukakan sebagai contoh, masih ada produk lain

yang tidak dicantumkan dan tidak menolak kemungkinan dibuat produk baru sesuai

dengan kebutuhan dan pemasaran Takaful. Lihat pada lampiran makalah; Profil

Perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia.

Page 62: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

62 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

berkerjasama dan adanya saling melindungi antara sesama

muslim.12

a. Tuntunan agar umat Islam mewujudkan bentuk saling bertanggung

jawab antara satu dengan yang lain, dapat ditemukan di dalam al-

Qur’an maupun Hadits Nabi SAW, antara lain:

وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:

سئ كلكم ر كلكم م عيته....)رواهالبخاري(ول ع ن اع و ر 13

Dari Abdullah Ibn ‘Umar ra. Dari Nabi SAW, beliau

bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap

pemimpin bertanggungjawab terhadap orang-orang yang

dipimpinnya..."(HR al-Bukhari)

عن النعمابن بشيرقال : رسول الله ص م : مثل المؤمنين في تراحمهم

وتواددهم وتعاطفهم كمثل الجسدادااشتكى عضوتداعى

14لهسالرالجسد)رواهالبخاريومسلم(

Dari al-Nu'man ibn Basyir: "Telah bersabda Rasulullah SAW:

Bahwa perumpamaan orang-orang muslim dalam hubungan

persaudaraan dan kasih sayang, saling rasa cinta mereka ibarat

satu tubuh yang jika salah satu anggotanya sakit, maka

sakitlah seluruh badan". (HR. al-Bukhari Muslim).

Dengan menjadi peserta asuransi takaful berarti masing-

masing anggota telah sama-sama terikat perjanjian untuk saling

bertanggung jawab dalam kesepakatan dan akad yang terjadi

antara peserta dengan perusahaan asuransi takaful maupun

12Lihat; Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang: IAIN IB

Press, 1999). H. 140-143. 13Imam Muhammad ibn Ismail ibn al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-

Bukhari, jilid IX (Beirut : Dar al-Fikr,tt), h. 77 14Imam Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid 5, (Beirut: Dar al-Kutub

al-'Ilmiyah, 1983), h. 44

Page 63: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 63

Qusthoniah

antara peserta satu dengan yang lainnya. Perusahaan

bertanggung jawab mengelola premi sedangkan peserta

bertanggung jawab untuk membayar premi. Kedua pihak satu

dengan yang lainnya harus memenuhi akad yang telah dibuat.

Perusahaan juga berkewajiban untuk membayarkan manfaat

takaful jika seandainnya ada klaim dari peserta yang tertimpa

musibah.

b. Adanya tuntunan agar saling berkerja sama dan membantu

antara sesama manusia, berdasarkan firman Allah SWT, surah

al-Maidah ayat 2 :

ر وتعاونوا عل ٢ ٱلتقوى و ٱلبر "Hendaklah kamu saling tolong-menolong dalam kebaikan

dan ketakwaan"

Dengan sistem takaful dapat diwujudkan kerja sama yang

saling menguntungkan antara sesama peserta dan antara peserta

dengan perusahaan Asuransi Takaful. Kerja sama saling

menguntungkan itu dilaksanakan dalam sistem yang memenuhi

unsur kebijakan dan ketakwaan, yang direalisasikan dalam

bentuk pemberian dan santunan kepada peserta yang mendapat

musibah dan kerjasama dalam bentuk investasi dengan sistem

bagi hasil yang menghindarkan segala usaha dari unsur riba,

maisir, gharar dan dharar.

c. Adanya tuntunan untuk saling melindungi. Hal ini terungkap

dalam sabda Rasulullah SAW :

Page 64: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

64 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

عن عبدالله بن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: المسلم من سلم

لمهاجر من هاجر ما نهى الله عنه )رواه البخا المسلمون من لسانه ويده وا

15ري(

Dari Abdullah Ibn ‘Amr dari nabi SAW bersabda:”Orang

muslim adalah orang yang menyelamatkan orang-orang

muslim lainnya dari bahaya lidah dan perbuatan tangannya,

sedangkan orang yang berhijrah itu adalah orang yang

meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah”. (HR. al-

Bukhari)

Antara sesama peserta saling melindungi dan saling

menyelamatkan atas kebutuhan dan kepentingan peserta lainnya

sesuai dengan perjanjian. Jika seorang peserta meninggal dunia

maka anak, isteri atau ahli warisnya akan mendapatkan bantuan

derma (bersifat hibah) berupa sejumlah dana. Dengan dana

tersebut diharapkan kebutuhan anak yatim atau ahli warisnya

yang tinggal akan dapat terpenuhi.

2. Bentuk Perjanjian/kontrak

Bentuk kontrak yang dipakai oleh Asuransi Takaful dengan

peserta, didasari kepada nilai-nilai syari’ah, yaitu al-takaful (konsep

saling melindungi) dan al-mudharabah (konsep usaha atas dasar

bagi hasil).

a. Konsep saling melindungi atau saling menjamin antara

sesama peserta yang disebut dengan (al-takaful). Konsep ini

15Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah

al-Bukhari, Shahih al- bukhari, Jilid I. (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),

h.11

Page 65: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 65

Qusthoniah

dapat dirujuk kepada konsep lembaga al-aqilah16 yang

terdapat dalam praktek hukum Islam. Pada masa Rasulullah

SAW, bila terjadi pembunuhan yang tidak sengaja atau

perlukaan fisik maka si pelaku akan dijatuhi denda dengan

membayar diyat kepada sikorban atau keluargannya. Konsep

saling menjamin dan melindungi dapat terealisasi melalui

mekanisme tabarru’. Dana tabarru’ yakni uang yang

dibayarkan sebagai infak (yang termasuk kedalam premi),

digunakan untuk saling melindungi dengan cara memberikan

bantuan kepada peserta yang mendapat musibah. Dana

tabarru’ sesuai dengan akad perjanjian yang ditandatangani

oleh peserta diawal pendaftaran sebagai peserta, yang

diniatkan untuk infak semata-mata. Karena telah diniatkan

sebagai infak maka dana ini tidak dikembalikan lagi kepada

peserta. Sebagaimana terdapat dalam akad yang berbunyi :

“Berdasarkan prinsip takaful maka dengan ini saya setuju

membayar kepada PT Asuransi Takaful Keluarga sebanyak

…% dari angsuransi Premi Takaful untuk dikreditkan dalam

Rekening Khusus sebagai tabarru’ untuk tujuan pembayaran

Manfaat Takaful bila ada Peserta Takaful yang meninggal

dunia dan sebanyak …% dikreditkan ke dalam Rekening

Peserta sebagai tabungan untuk tujuan pelaksanaan berbagai

program usaha yang dijalankan oleh PT Asuransi Takaful

Keluarga dalam rangka investasi. Karena itu berdasarkan

prinsip al-Mudharabah saya berhak mendapat keuntungan

16Lihat pengertian dan keterangan tentang al-'aqilah ini pada catatan kaki

no:36

Page 66: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

66 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

dari hasil investasi dengan pembagian 60% untuk saya dan

40% untuk PT Asuransi Takaful Keluarga”.17

b. Konsep usaha atas dasar bagi hasil (al-Mudharabah)

direalisasikan dalam pengelolaan premi peserta (dana

tabungan ditambah dengan dana tabarru’ yang disatukan)

dengan menginvestasikan oleh perusahaan (Syarikat

Takaful). Hasil kauntungan dari investasi tersebut akan dibagi

sebagaian untuk peserta dan sebagiannya untuk perusahaan.

Besar bagi hasil telah ditetapkan pada awal seperti 60% untuk

peserta dan 40% untuk perusahaan, atau sebagaimana

terdapat dalam perjanjian.

D. Mekanisme Premi Takaful

Di dalam mekanisme pengoperasiannya, terdapat dua bentuk

pelayanan terhadap peserta yang disebut dengan produk, yaitu :18

1. Premi dengan Unsur Tabungan,

a. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan

milik peserta dan dibayarkan bila :

- Perjanjian berakhir

- Peserta mengundurkan diri

- Peserta meninggal dunia

17Perjanjian ini tercantum dalam Aplikasi Takaful yang diterbitkan oleh PT.

Asuransi Takaful Keluarga dan mesti diisi sebelum seseorang diterima menjadi

peserta. 18Tim Penyusun Basic Training, Modul 20021, (TK: Diklat Deperteman PT.

Asuransi Takaful Keluarga, 2001), h. 36

Page 67: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 67

Qusthoniah

b. Rekening Khusus, yaitu kumpulan dana ynag diniatkan oleh

peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan

dibayarkan bila :

- Peserta meninggal dunia

- Perjanjian berakhir, jika ada surplus dana.

Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan

prinsip syari’ah. Hasil investasi dibagikan menurut

sistem bagi hasil (al-Mudharabah) 60% untuk peserta

dan 40% untuk perusahaan.

2. Premi Tanpa Unsur Tabungan

a. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi

biaya pengelolaan dimasukkan kedalam rekening khusus

(kumpulan dana).

b. Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip

syari’ah.

c. Hasil investasi dimasukkan kedalam dana peserta kemudian

dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi

reasuransi).

d. Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan sistem bagi

hasil (al-Mudharabah), 40% untuk peserta dan 60% untuk

perusahaan.19

Besar jumlah pembagian dari premi untuk tabarru’ dan

tabungan dicantumkan berdasarkan persentase seluruh premi dari

seorang peserta. Jumlahnya telah ditentukan oleh perusahaan

19Ibid., h. 37

Page 68: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

68 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

berdasarkan jenis produk yang diambil peserta, misalnya, untuk

produk Takaful Dana Siswa, tabarru’nya 7,5% dari seluruh jumlah

premi. Namun jika peserta, berdasarkan keterangan dokter

menginap penyakit berindikasi berbahaya, maka dana tabarru’nya

akan dinaikkan, misalnya akan menjadi 8 % dari seluruh preminya.

Dalam keadaan biasa, yaitu peserta sehat tidak terindikasai sakit;

jumlah premi setahun adalah Rp. 1.000.000,00 maka tabarru’nya

Rp. 75,000,00 dan tabungannya Rp. 925.000,00 sedangkan asumsi

investasi diperkirakan 12% pertahunnya. Dengan masa perjanjian

berlangsung 17 tahun maka jumlah seluruh premi adalah

Rp.17.000,000,00 yang terbagi kepada :20

a. Dipotong 30% dari premi tahun pertama (30% x

Rp.1.000,000,00) sebagai biaya pengelolaan untuk

perusahaan21= Rp. 300.000,00

b. Tabarru’ 7,5% dari Rp. 17.000,000,00=Rp. 1.275.000,00

c. Tabungan uang murni dari peserta adalah [Rp. 17.000,000,00

– (300.000,00 + 1.275.000,00)] = Rp. 15.425.000,00

Karena dana tersebut diinvestasikan maka peserta

mendapatkan bagi hasil keuntungan tiap tahunnya. Pembagian

keuntungan ditetapkan berdasarkan premi yang ada pada tahun

tersebut. Peserta pada tahun ke 5 (anak masuk SD) mendapat

pengembalian dana premi (yang disebut Tahapan Dana Pendidikan,

sebanyak 10% dan MT (Manfaat Takaful Awal) = Rp.

20Diambil dari contoh yang terdapat dalam : Tim Penyusun Basic Training,

op.cit, h. 49 21Tercantum dalam pernyataan pada Aplikasi Keluarga, op.cit.

Page 69: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 69

Qusthoniah

1.700.000,00. Tahun ke 11 (masuk anak SMP) mendapat 15% dari

MT = Rp. 2.550.000,00. Tahun ke 14 (anak masuk SLTA)

mendapat 20% dari MT = Rp. 3.400.000,00. Tahun ke 17 (anak

masuk ke PT) mendapat 40% dari MT = Rp. 6.800.000,00.

Dengan demikian jumlah seluruh dana Tahapan Pendidikan

yang diterima sebanyak 4 kali berjumlah Rp. 14.450.000,00.

Pada tahun ke 18 sampai 21 peserta tidak lagi membayar

premi, namun tetap menerima Thapan Dana Pendidikan lagi 4 kali

yang diambil dari saldo Rekening Tabungan (SRT). Saldo

Rekening Tabungan adalah jumlah akhir saldo tabungan tahun

tersebut di tambah dengan bagi hasil mudharabahnya. Diberikan

berturut-turut; tahun ke 18 sebanyak 25% x SRT = Rp. 3.050.60,00.

Tahun ke 19 menerima lagi sebesar 35% x SRT = Rp. 3.433.710,00.

Tahun ke 20 sebanyak 50% x SRT = Rp. 3.664.110,00. Jumlah

semua Rp. 13.556.393,00.

[Bila dana Tahapan Pendidikan dijumlahkan seluruh

sebanyak yang diterima 8 kali tersebut maka berjumlah sebesar Rp.

28.016392,00].

Page 70: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

70 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

Namun jika peserta meninggal dunia pada tahun ke empat

maka jumlah yang akan diterima oleh ahli waris peserta sebagai

berikut:

Rp. 28.016.392,00 (hubah untuk “tahapan dana pendidikan”, dibayar

bertahap).

Rp. 17.019.516,00 (dana kebajikan untuk ahli waris/tabarru’).

Rp. 3.400.000,00 (jumlah tabungan yang terkumpul).

Rp. 619.516,00 (bagi hasil laba mudharabah). +

Rp. 49.055.424,00 (jumlah total manfaat takaful yang diterima)

Dana tabarru’ dari seluruh peserta yang dihimpun

(kumpulan tabarru’) oleh perusahaan diinvestasikan dan keluarkan

bila terjadi klaim manfaat takaful. Dana ini akan diambil sesuai

dengan besar manfaat takaful peserta yang bersangkutan. Karena

bagi setiap peserta, sesuai dengan jenis produk takaful yang

diambilnya dan jumlah tahun pembayaran preminya, akan

mendapatkan sejumlah dana bantuan yang disebut “manfaat

takaful” dengan jumlah yang sudah ditetapkan secara rinci dan

jelas.22

Dana yang diberikan dalam bentuk tabarru’ dan tahapan

dana pendidikan diatas, pada kasus telah meninggalnya si peserta

tersebut diberikan sebagai hibah, yaitu pemberian semata-mata

dengan dasar kerelaan tanpa mengharap imbalan dari pihak yang

diberi.23 Dana ini diperoleh dari kumpulan tabarru’ dan hasil

22Lihat pada lampiran, Profil Perusahaan, 23Nazih Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-

Fuqaha : Cet. Ke 3, (Riyadh : al-dar al-'Ilmiyah Li al-Kutub Al-Islamiyah,

1995/1415), h. 343

Page 71: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 71

Qusthoniah

investasinya. Sedangkan pada produk yang memakai tabungan,

andai kata peserta sampai habis masa perjanjian tidak mengajukan

klaim manfaat takaful, maka uang tabungannya dikembalikan

ditambah dengan bagi hasil keuntungan. Seandainnya dana tabarru’

yang diinvestasikan dalam keadaan surplus maka bagi hasil dari

tabarru’ juga diberikan. Kalau dana tabarru’ tidak mengalami

surplus maka bagi hasilnya tidak diberikan, karena dana ini semula

sudah diniatkan semata-mata sebagai sumbangan.

E. Skema Pengelolaan Dana Premi Takaful24

1. Premi dengan Unsur Tabungan

24Lihat: Tim Penyusun Basic Traning, op.cit, h.36-37

Page 72: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

72 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

2. Premi Tanpa Unsur Tabungan

Mekanisme pengelolaan dana secara rinci dapat diuraikan

sebagai berikut:25

Pertama, Pengelolaan Dana Takaful Keluarga

a) Premi Takaful yang diterima dimasukan kedalam “Rekening

Tabungan” yaitu rekening tabungan peserta dan “Rekening

Khusus (tabarru’)” yaitu rekening yang khusus disediakan untuk

kebaikan berupa pembayaran klaim (manfaat takaful) kepada

ahli waris jika di antara peserta ada yang ditakdirkan meninggal

dunia atau mengalami musibah lainnya.

b) Premi Takaful tersebut disatukan dalam kumpulan dana peserta,

kemudian dikembangkan melalui investasi proyek yang

dibenarkan Islam, dengan menerapkan prinsip al-mudharabah

sesuai dengan kesepakatan misalnya 60% untuk peserta dan 40%

umtuk perusahaan.

25Warkum Sumito, op.cit,. h 173-175

Page 73: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 73

Qusthoniah

c) Dari keuntungan peserta yang 60% itu dimasukkan dalam

rekening tabungan dan rekening khusus secara propesional.

Sedangkan keuntungan perusahaan sebesar 40% dipergunakan

untuk pembiyaan operasional perusahaan.

Kedua, Pengolaan Dana Takaful Umum

a) Premi yang diterima dimasukkan ke dalam rekening khusus

(Tabarru') yaitu rekening yang khusus disediakan utuk

pembayaran klaim kepada peserta jika sewaktu-waktu tertimpa

musibah baik terhadap harta maupun diri sendiri.

b) Premi Takaful tersebut dimasukkan ke dalam "Kumpulan Dana

Peserta", kemudian dikembangkan melalui investasi proyek

yang dibenarkan Islam.

c) Keuntungan investasi yang diperoleh dimasukkan ke dalam

"Kumpulan Dana Peserta".

d) Setelah dikurangi beban asuransi (klaim, premi reasuransi) dan

jika masih terdapat kelebihan, maka kelebihan itu akan dibagi

menurut prinsip al-mudharabah.

e) Keuntungan peserta akan dikembalikan kepada peserta yang

tidak mengalami musibah. Sedangkan keuntungan perusahaan

akan digunakan untuk pembiyaan operasional perusahaan.

Realisai dari pengelolaan dana premi peserta terkumpul

diinvestasikan oleh perusahaan kepada empat cara yaitu dengan

sistem al-mudharabah, al-murabahah, al-musyarakah dan al-

wadhiah.26 Investasi dari premi (tabungan dan tabarru') oleh PT.

26 Lihat, Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang : IAIN IB

Press, 1999), h. 150-151.

Page 74: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

74 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

Syarikat Takaful disalurkan kepada pihak lain yang dapat

mengelola dana sebagai modal usaha. Kontrak investasi dilandasi

prinsip-prinsip mu’amalah dalam Islam.

Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan maka PT.

Syarikat Takaful diawasi oleh Dewan Pengawas Syari'ah yang

terdiri dari para ulma yang ahli dalam ekonomi dan Hukum Islam,

yaitu: Prof. KH. Ali Yafie, Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML (alm),

H.M. Syafi'i Antonio M.Ec, KH. Dr. Didin Hafiduddin dan Prof.

Madya Dr. Ahmad Shabari. Dewan pengawas inilah yang

berkewajiban untuk mengarahkan agar semua jenis produk dan

usaha investasi dijalankan sesuai dengan ketentuan mu'amalah

Islamiyah. Seluruh bentuk produk dan bentuk investasi terlebih

dahulu melalui persetujuan mereka. Setelah dikaji terlebih dahulu

secara mendalam menurut hukum Islam, jika memenuhi syarat,

maka barulah produk dan bentuk pengelolaan tersebut

dilaksanakan.

Apabila terjadi musibah besar-besaran pada satu Asuransi

Takaful tersebut maka akan ditanggung secara bersama-sama

dengan Asuransi Takaful yang ada diseluruh dunia. Sebab setiap

Asuransi Takaful adalah peserta dari re-takaful, yakni himpunan

dari seluruh Asuransi Syari'ah di dunia. Bila terjadi kekurangan atas

sebuah Asuransi Takaful atau banyaknya terjadi klaim atas manfaat

Takaful maka kekurangan dana akan ditanggung oleh Re-Takaful

dunia. Dengan demikian para peserta tidak perlu merasa khawatir

atas premi yang disetorkan jika terjadi klaim besar-besaran. Di sini

tampak adanya upaya penjaminan bertingkat sebagai upaya

Page 75: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 75

Qusthoniah

antisipasi atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, termasuk

untuk PT. Syarikat Takaful sendiri.

F. Analisis Penulis

Melihat kepada kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan

Asuransi Takaful, maka keberadaan tersebut dapat digolongkan kepada

kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah, yaitu sesuatu yang keberadaanya

dibutuhkan untuk memperoleh tercapainya kebutuhan yang

keberadaanya dibutuhkan unyuk mempermudah tercapainya kebutuhan

pokok (al-dharuriyah). Karena asuransi takaful mempermuah dan

meringankan beban hidup para pesertanya ketika mendapat musibah (Li

Raf'i al-Musyaqqah wa daf'i al-haraj)27. Pada saat terkena musibah,

seseorang sangat membutuhkan bantuan dari pihak lain, apalagi bagi

mereka yang menjadi dengan tanggungan beberapa orang anak yang

masih kecil-kecil sementara dia tidak punya pekerjaan. Begitu juga

dengan seorang pengusaha yang pabriknya terbakar, tidak hanya

terdapat untuk diri dan keluarganya saja tetapi juga untuk seluruh

karyawannya dan keluarga mereka. Dengan menjadi peserta asuransi

Takaful semua hal tersebut dapat ditanggulangi secara bersama-sama

yang dananya di ambil dari kumpulan tabarru' seluruh peserta. Kalau

melihat kepada faktor-faktor ini keberadaan Asuransi Takaful dapat

dikolomkan kepada kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah.

Peserta lain, yang tidak mendapat musibah atau meninggal dunia

walaupun mereka tidak memperoleh "manfaat takaful" atas dasar klaim

27 Ali Hasaballah, Ushul al-Tasri' al-Islami, Cet. Ke 4, (Mesir : Dar al-

Ma'arif, 1991/1391), h. 297.

Page 76: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

76 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

karena musibah, namun mereka tetap mendapatkan keuntungan pahala

disisi Allah SWT, karena dana yang mereka berikan sebagai tabarru'

berdimensi sedekah. Sebab pada awal menyetorkan dana tabarru'

memang sudah diniatkan sebagai sedekah untuk kebajikan serta tidak

diniatkan untuk diterima kembali. Firman Allah SWT, Surah al-

Baqarah; 265:

ٱلرينر إركراه فر لا ي ن مر ٱلرشد قد تبي ر ر ٱلغ وتر ٱلط غ فمن يكفر بر ر ويؤمرن ب ر ٱستمسك فقدر ٱلل لها و ٱنفرصام ل لوثق ٱ ٱلعروةر ب ٱلل

٢٥٦سمريع علريم “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan

hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk

keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di

dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu

menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak

menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah

Maha melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah:

265).

Sesuai sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan perbuatan baik

yang memberikan bantuan konsumtif ataupun perlindungan terhadap

orang yang dikenal maupun tidak dikenal:

قال عبدالله عمرو : ان رجلا سال رسول الله صلعم : اى اسلام خىر

؟ قال : تطعم الطعام وتقراالسلا م على من عر فت و من لم تعرف

28ه البخارى()روا Abdullah ibn 'Amr berkata, ada seorang laki-laki bertanya

kepada Rasulullah SAW: "perbuatan apa yang terbaik

didalam Islam?" : beliau bersabda: "Engkau memberi makan

28Ibid,. h. 15

Page 77: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 77

Qusthoniah

dan mengucapkan salam, kepada siapa saja yang engkau kenal

maupun yang engkau tidak kenal". (HR. al-Bukhari)

Inti dari member makan dan salam terhadap orang lain baik yang

dikenal maupun yang tidak dikenal adalah suatu perlindungan dan

pertolongan. Hal ini muncul didalam asuransi takaful, maksudnya para

peserta tidak mungkin akan saling kenal-mengenal secara menyeluruh

satu dengan yang lain. Walaupun demikian tidak menghalangi untuk

memberikan bantuan. Dalam hal ini Asuransi Takaful adalah bertindak

sebagai penghubung sekaligus ' amil untuk tabarru', disamping itu juga

sebagai mudharib untuk menginvestasikan dana kumpulan tabarru' dan

kumpulan tabungan.

Dana yang dibayarkan untuk tabarru' adalah semata-mata untuk

sedekah, dan berdimensi ibadah. Setiap sedekah yang di keluarkan

sejak semula tidak dimaksudkan untuk diterima kembali. Dari sistem

yang dipakai dalam tingkatan jumlah penanggungan atas dana

kematian, dibuat secara terbalik, tidak sesuai dengan setoran tabarru'

dengan jumlah dana yang akan diterima.29 Misalnya, untuk takaful dana

haji, pada tahun ke 2 preminya sudah berjumlah sebanyak Rp.10.

000.000,00 yang terbagi kepada; tabarru' Rp.175.000,00, + tabungan

Rp. 8.325.000,00 + jumlah bagi hasil Rp. 892.790. (sudah termasuk

potongan sebanya Rp. 1.500.000,00 pada tahun ke 1 untuk biayaan

pengelolaan perusahaan) maka nilai tunai premi peserta tersebut adalah

Rp. 9.187.790,00. Dana kematian yang disediakan adalah sebanyak Rp.

40.000.000,00. Jika peserta meninggal pada tahun ke 2 tersebut maka

29 Lihat pada contoh grafik Manfaat Takaful Dana Haji, hal. 11 makalah ini.

Page 78: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

78 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

ia akan memperoleh manfaat Takaful (klaim) sebanyak Rp.

49.187.790,00. Pada tahun ke 3 dengan jumlah tunai premi Rp.

15.115.511,00 sedangkan dana kematian turun menjadi

Rp.35.000.000,00. Demikian seterusnya, dana kematian akan turun dari

tahun ketahun 3 seingga pada tahun ke 10 dengan jumlah premi Rp.

50.000.000,00 (yang terdiri dari; tabarru' Rp.875.000,00 + tabungan

Rp.47.625.000,000.00 – Rp. 1.500.000,00 untuk uang pengelolaan pada

tahun ke 1) + jumlah bagi hasil Rp. 22.819.808,00, dana kematiaannya

nihil (Rp. 0). Andaikata peserta meninggal pada tahun ke 10 tersebut,

maka dia tidak lagi menerima dana kematian, tetapi jumlah klaim tetap

lebih besar diterimanya yaitu Rp. 70.444.808,00. Yaitu menyebabkan

jumlahnya besar adalah karena jumlah bagi hasilnya pada tahun ke 10

telah mencapai Rp. 22. 819. 808, 00. Walaupun terjadi penyusutan atas

dana kematian seseorang peserta tahun demi tahun, namun jumlah

klaim tetap bertambah besar, akibat adanya bagi hasil dari tabungan

yang terus bertambah. Mereka yang meninggal tahun ke 1 dapat klaim

sebanyak Rp. 48. 658. 200,00, bagi yang meninggal pada tahun ke 2

klaimnya sebesar Rp. 49. 187.790,00, yang tahun ke 6 sebesar Rp.

55.584.579,00.

Tidak sesuainya dana kematian dengan jumlah premi adalah

karena ia diambil dari sedekah, tidak terikat kepada jumlah premi.

Sebab pada tahun ke 10 itupun tabarru' peserta baru sejmlah Rp.

875.000,00 sebagai jumlah tertinggi untuk pengumpulan selama 10

tahun. Jadi tidak releven kalau jumlah tabarru' disangkutkan dengan

jumlah dana kematian peserta. Hal ini baru terjawab, kalau difahami

bahwa tabarru' adalah sedekah yang diberikan melaui 'amil (Asuransi

Page 79: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 79

Qusthoniah

Takaful) untuk disalurkan atas dasar tinggi rendahnya manfaat dana itu

atas seseorang.

Menurut penulis, Asuransi Takaful sebagai badan yang dipercaya

mengelola kumpulan sedekah tersebut dapat disamakan dengan 'amil

(pengelola) pada zakat atau nazir pada harta wakaf sekaligus mudharib

terhadap dana tabarru' yang tertangguh (yang belum diberikan kepada

mustahiqnya, yaitu peserta yang kena musibah). Dalam hal ini tidak ada

masalah jika si pembayar premi tidak mnerima lagi uang dari tabarru'

nya karena ia sedekah. Sedangkan pemberian manfaat takaful kepada

peserta yang tertimpa musibah dapat digolongkan sebagai hibah atau

sedekah. Tidak ada larang agama terhadap hal ini, bahkan yang ada

justru anjuran untuk saling berbuat baik.

Bagi mereka yang menerima tabarru' tidak dapat dikatakan

meminta kembali hibah atau infak yang telah diberikan. Karena apa

yang diterimanya jauh lebih besar ketimbang apa yang diberikannya

jika dia terkena musibah pada tahun sebelum habis perjanjian. Bagi

mereka yang telah sampai pada tahun terakhir perjanjian justru tidak

lagi mendapat porsi dana tabarru' kalau dia meninggal pada tahun

terakhir.

Konsekwensi dari pemberian berupa sedekah atau infak ialah,

bahwa sipemberi tidak boleh lagi meminta apa yang telah diberikan,

sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.

وعن بن عباس رزض قال:قال رسول الله صلعم : العا ئدفى هبته كالكب

30يقيس ثم يعودفي قيسه )متفق عليه(

30Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani al-Shan'ani, Subul

al-Salam, Jilid 3, (Indonesia: Maktabah Dahlan, TT), h. 90

Page 80: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

80 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

"Dari ibn 'Abbas r.a dia berkata: telah bersabda Rasulullah

SAW: "orang yang minta kembali apa yang telah

dihibahkannya laksana seekor anjing yang memakan kembali

apa yang telah dimuntahkan" (HR. Muttafaq 'alaih)

Hadist diatas menjadi dalil atas haramnya meminta kembali harta

yang telah dihibahkan atau diinfakkan. Perbuatan tersebut sangat

tercela sekali, sehingga disamakan dengan perangai binatang (anjing)

yang memakan kembali sesuatu yang telah dimuntahkannya, yang

dalam kenyataan anjing pun jarang melakukannya.

Sehubungan dengan niat awalnya tidak ditentukan/terikat sebagai

jenis infak tertentu, maka ada kebebasan perusahaan untuk

mengelolanya. Karena itu dana tabarru' tidak sama dengan zakat yang

terikat penggunanya. Pada tabaru' ada kemungkinan yang

memperolehya adalah orang yang miskin, tetapi orang yang tergolong

menengah atau bahkan kaya. Misalnya Ahmad, seorang pengusaha

yang sukses, mempunyai harta kekayaan yang cukup banyak, ikut

dalam Asurani Takaful dana siswa. Jika dia meninggal maka ahli

warisnya mendapat hibah berupa tahapan tanah pendidikan dan

tabarru'. Sedangkan tanpa hibah dan tabarru' tersebut istrinya mampu

untuk membiayai anak-anak yang ditinggalkan dengan warisan yang

ada. Keadaan seperti ini dapat dijangkau dengan hibah dan tabarru',

tetapi tidak bisa dijangkau dengan dana zakat. Luasnya kemungkinan

penggunaan dana tabarru' tersebut membuat dimensinya bervariasi. Ia

akan berfungsi sebagai sedekah untuk orang yang miskin, atau hibah

untuk orang kaya. Mungkin inilah alasan mengapa dipakai istilah

tabarru' yang berarti sumbangan untuk dana kebaikan timbal-balik.

Page 81: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 81

Qusthoniah

Banyak sekali ayat yang menganjurkan umat Islam untuk

berinfak demi kepentingan agama, kerabat dan masyarakat. Namun

semua infak tersebut harus diniatkan untuk kebaikan demi mematuhi

perintah Allah dan memperoleh keridhoan-Nya. Karena dengan dasar

niat yang benar maka infak tersebut baru dinilai di sisi Allah SWT,

Sabda Rasulullah SAW:

قال عمربن الخطاب سمعت رسول صزم يقول : انماالاعمال بالنيات

وانمالكل امرئ مانوي فمن كانت هجرته الى دنيايصيبهااوالى امراه

31ه الى ماهجراليه)رواه البخاري(ينكحهافهجرت

"Sesungguhnya suatu perbuatan itu dinilai berdasarkan niat

pelakunya. Bagi setiap pelaku perbuatan memperoleh balasan

sesuai dengan niatnya, siapa yang berhijrah untuk maksud

harta dunia atau ingin menikahi seorang perempuan maka

nilai hijrahnya hanya untuk yang ia dapatkan itu saja." (HR.

al-Bukhari).

Kumpulan premi seluruh peserta dikelola dalam bentuk usaha

yang disesuaikan dengan aturan Mu'amalah Islamiyah, sehingga tidak

ada dana yang diperoleh dengan cara riba. Berdasarkan kesepakatan

para fuqaha' Islam, bahwa bermu'amalah dengan cara; al-Mudharabah,

al-Musayarakah, al-Murabahah, dan al-Wadi'ah dapat dibenarkan

karena tidak mengandung unsur yang dilarang syara'. Bahkan tergolong

pada ‘umur al-Hajjiyah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.

Berpijak pada kaidah :

31 Imam Abi 'Abdillah Muhammad Ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh

al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),

h.5

Page 82: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

82 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

الاصل في الاشياالاباحتى يدل الدليل على تحريمها32

"Seluruh bentuk mu'amalah pada dasarnya boleh, sampai

datang ketentuan yang jelas melarangnya".

Untuk menentukan hukum atas suatu bentuk mu'amalah, yang

belum ada aturannya dalam nash secara tegas, maka prinsip diataslah

yang dipakai. Sebab sifat dasar dari syari'ah bukanlah untuk

menyempitkan kehidupan masyarakat, akan tetapi mengaturnya untuk

menghasilkan kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi. Allah SWT

berfirman didalam surah al-Baqarah: 185

يرريد ركم ٱلل ركم ٱليس ب لعس ٱول يرريد ب“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu”.

Agar manusia tidak terlalu terkekang dengan peraturan yang

terlalu rinci terutama dalam persoalan mu'amalah, Allah sendiri telah

menegur orang yang terlalu banyak Tanya kepada Nabi Muhammad

SAW tentang persoalan-persoalan yang tidak pokok. Firman Allah

SWT dalam surah al-Maidah ayat 101 :

ها يأ رين ي ل تس ء ٱل اء إرن تبد لكم امنوا شيا

عن أ لوا

تسؤكم "Hai orang-orang yang beiman, Janganlah kamu

mempertanyakan hukum atas sesuatu yang tidak diterangkan,

32 Al-Imamah Jalaludin, 'Abdurrahman al-Suyuthi, al-Asbah wa al-Nazha'ir,

(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1983), h.60

Page 83: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 83

Qusthoniah

jika nanti ditetapkan hukumnya, maka akan menjadikan kamu

memikul beban yang berat".

Ayat tersebut sangat memberikan peluang manusia untuk

berinovasi, berusaha menciptakan kreasi baru dalam dinamika

mu'amalah yang dapt memenuhi kebutuhan hidup namun punya fungsi

ibadah sosial (al-'ubudiyah al-Ijtima'iyah). Tujuan agam tidaklah untuk

memberatkan manusia, tetapi untu mamberikan pedoman agar manusia

dapat memperoleh kebahagiaan hidup dengan cara yang benar dan

terhindar dari berbuat zalim. Berkaitan dengan Asuransi Takaful,

karena tidak mempunyai sifat riba, maisir, dan dharar maka tidak ada

persoalan yang menjadikan terlarang menurut syara', kecuali kalau

dalam prakteknya terdapat penyimpangan dari aturan dan prinsip-

prinsip yang telah digariskan syari'ah.

Prinsip yang dipegang dalam pengelolaan dana ialah al-

Mudharabah33. Hal ini ditandai dengan: tidak berakibat hilangnya

(hangus) uang peserta ketika peserta menghentikan kontrak perjanjian

sebelum masa jatuh tempo berakhir, atau setelah jatuh tempo berakhir

tanpa ada klaim, sebagaimana terdapat dalam asuransi konvensional.

Dengan demikian tidak terapat unsur judi: yakni satu pihak dirugikan

karena menanggung keuntungan untuk pihak lain yang didasari faktor

33 Al-Mudharabah adalah sistem bagi hasil atas keuntungan dan resiko

anatara pemilik modal dengan pelaksana usaha. Bila dalam usaha investasi tersebt

menghasilkan keuntungan, maka keuntungan itu dibagi dua antara pemilik modal

dengan pengelola yang besarnya masing-masing ditetapkan seauai dengan

kesepakatan kedua pihak demikian juga jika mengalami kerugian yang bukan

disebabkan oleh semata-mata kelalaian si pengelola. Lihat: Whbah al-Zuhaili, al-Fiqh

al-Islami wa Adillatuh, jus 4, (Damsiq : Dar al- Fikr 1989/1409), dan lihat juga: Nazih

Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-Fuqaha', Cet. Ke 3,

(Riyadh : al-Dar al-'Ilmiyah li al-Kutub al-Islamiy, 1995/1415), h. 312

Page 84: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

84 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

untung-untungan. Di sini letak perbedaan antara asuransi konvensional

yang mencari keuntungan semata dengan takaful yang bersifat tolong-

menolong dan bagi hasil.

Perlu pula diperhatikan bahwa ketika terjadi kontrak, para peserta

membayar premi, selama belum ada klaim peserta tidak menerima

“keuntungan material" dari dana tabarru', namun tentu dapat pahala,

jika niatnya sesuai dengan arahan awal yang diberikan oleh pihak

Takaful yaitu untuk sedekah/ibadah. Di sisi lain peserta mendapatkan

jaminan akan adanya penanggungan kerugian atau musibah oleh pihak

takaful terhadap peserta ketika diajukannya klaim. Walaupun peserta

tidak pernah nantinya menerima uang atas dirinya, namun selama

berlangsungnya perjanjian tersebut peserta telah mendapatkan

"jaminan".

Menurut penulis, "jaminan" ini harus dipandang sebagai jasa dari

Asuransi Takaful. Jaminan tersebut dapat memberikan ketenangan

kepada pesertanya, menghilangkan kecemasan, bahkan dapat

meningkatkan nilai produktifitas bekerja mereka. Jadi dari sisi ini

sebenarnya peserta telah menerima suatu jasa penjaminan yang

menumbuhkan perasaan aman karena diri dan keluaraga mereka

ditanggung oleh pihak Asuransi Takaful jika nanti timbul musibah.

Sedangkan musibah tersebut tidak diharapkan munculnya.

Dapat dibandingkan, andaikata peserta menabung secara mandiri

rasa ketergantungan tersebut tidaklah sama besarnya dengan yang

diperoleh melalui jasa takaful. Sebab takaful akan memberikan bantuan

menghimpunkan dana dari seluruh peserta, yang diambil dari kumpulan

dana tabarru'' seluruh peserta. Dalam hal ini Asuransi Takaful telah

Page 85: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 85

Qusthoniah

berfungsi seperti sebagai 'amil pada zakat atau nazir pada harta wakaf.

Atas jasa tersebut Asuransi Takaful yang bertindak sebagai 'amil

tabarru' berhak mendapat imbalan jasa yang diperoleh dari penarikan

uang operasional dari premi tahun pertama sebanyak 30%. Sedangkan

dari sisi mudharabah dia memperoleh bagi hasil.

Dana tabarru' semenjak awalnya telah diniatkan untuk amal

kebajikan untuk sesama peserta, yang dapat digolongkan kepada dana

hibah, atau sedekah yang berpahala di sisi Allah SWT. Di sinilah titik

tolak ketika menyoroti unsur dana tabarru' yang dipergunakan dalam

sistem takaful dimaksud. Niat saling memberikan bantuan atas dasar

iman terhadap ketentuan Allah SWT, berbeda dengan motif yang

muncul pada asuransi konvensional, yang semata-mata hanya

mempertaruhkan nasib seseorang untuk mencari keuntungan.

Sistem Asuransi Takaful diatur dengan meniadakan unsur

gharar, maisir dan riba yang terdapat dalam asuransi konvensional.34

Pada asuransi konvensional dana premi yang terkumpul di samping di

reasuransikan kepada berbagai jenis usaha tanpa memandang halal atau

haram. Titik tolaknya hanyalah semata-mata untuk memperoleh

keuntungan. Karena itu investasi sarat dengan unsure riba. Dari

keuntungan yang diperoleh tersebut, dibagikan kepada nasabah yang

mengajukan klaim asuransi. Jika tidak terjadi pengajuan klaim tersebut

selam masa kontrak maka dana akan hangus dengan sendirinya. Atau

bagi yang uang pertanggungannya dikembalikan tidak mengalami

34Lihat, PT. Syarikat Takaful Indonesia, Profil Perusahaan.

Page 86: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

86 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

pertambahan, tanpa adanya bagi hasil, pada hal perusahaan telah

menginvestasikannya dan memperoleh untung dari investasi tersebut.

Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan

qadha dan qadar Allah SWT yang terealisasi berdasarkan sunnatullah.

Oleh karena itu manusia wajib berikhtiar memperkecil mudharat/resiko

yang akan timbul dari suatu musibah yang menimpa. Sesuai dengan

firman Allah SWT, dalam surah al-Hasyr : 18:

ها يأ رين ي ٱل ءامنوا ٱتقوا مت ٱلل ا قد ولتنظر نفس م

لرغد و ي ٱتقوا إرن ٱلل رما تعملون ٱلل ١٨خبري ب"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian

memeperhatikan untuk kehidupannya yang akan datang, dan

senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT…"

Salah satu carany adalah dengan menabug. tetapi upaya tersebut

seringkali tidak memadai, karena ada kemungkinan resiko yang harus

ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Namun resiko yang

besar sekalipun –biasanya- bila ditanggung secara bersama-sama dalam

bentuk saling tolong-menolong akan dapat meringankan beban dengan

lebih baik dan tuntas.

Bahkan sebuah generasi harus memperhitungkan generasi

sesudah mereka, agar generasi mendatang tersebut tidak menjadi lemah

akibat pendahulunya lalai melakukan persiapan yang dibutuhkan untuk

membangun generasi penerus yang kuat dan berkualitas.

Firman Allah SWT, Surah An-Nisa' : 9 :

Page 87: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 87

Qusthoniah

رين ولخش ع فا خافوا لو ٱل تركوا مرن خلفرهرم ذررية ضر عليهرم فليتقوا يدا ٱلل ٩ولقولوا قول سدر

"Hendaklah semua orang merasa takut kepada Allah SWT

seandainnya mereka akan meninggalkan generasi mereka

sebagai generasi yang lemah"

Seseorang mungkin sulit mendapatkan bantuan dari orang lain

jika tidak hidup secara bersama dalam suatu ikatan kelompok tertentu,

baik nasab, suku, kedaerahan, senasib, pekerjaan ataupun berbentuk

perhimpunan lainnya yang punya perikatan untuk kebaikan, firman

Allah SWT, surah Ali 'Imran: 103 :

ر رعمة الل ر جريعا ول تفرقوا واذكروا ن بلر الل موا بر واعتصررنرعمترهر صبحتم ب

لف بي قلوبركم فأ

عداء فأ

عليكم إرذ كنتم أ

نقذكم مرنه رك إرخوانا وكنتم عل شفا حفرة مرن النارر فأ ا كذل

رهر لعلكم تهتدون لكم آيات الل (١٠٣)يبير"Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat

Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)

bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu

menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang

bersaudara…"

Yang dimaksudkan dengan tali (agama) Allah, tentulah juga

mencakup seluruh upaya yang dapat menjadikan umat Islam mampu

merealisasikan terciptanya kehidupan yang saling tolong menolong atas

rasa persaudaraan yang dilandasi oleh niat ikhlas dan dengan cara

Page 88: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

88 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

bermu'amalah yang memenuhi aturan syara'. Sesuai dengan kaedah :

"Sesuatu yang dengan ketidakadaannya menyebabkan tidak terwujud

suatu yang wajib maka keberadaanya juga menjadi wajib".

Bersatu dalam keadaan seperti ini adalah aplikasi (tathbiqiyah)

dari perintah Allah SWT tersebut. Sehingga ayat di atas bukan saja

sekedar nilai yang tertidur tetapi menjadi nyata dalam kehidupan

manusia. Di sinilah tedapat sisi pentingnya keberadaan Asuransi

Syari'ah (Takaful) sebagai suatu kumpulan jama'ah yang

berta'awuniyah. Persekutuan seperti ini dapat dipandang sebagai

sebuah al-'aqilah. Walaupun pada awalnya al-'aqilah hanyalah semata

al-'ashabah pada suatu keluarga, namun pada masa Khalifah Umar ibn

al-Khattab maknanya meluas menjadi persekutuan dalam keanggotaan

lembaga negara tertentu, yang disebut dengan al-diwan.

Dengan adanya persekutuan antara sesama manusia akan

terwujud budaya tolong-menolong karena adannya saling

berkepentingan satu dengan yang lain. Hal ini hakikatnya termasuk

sunatullah, yang telah ada semenjak manusia ada. Rasulullah SAW

pernah bersabda dalam hal ini:

عن النعابن بشيرقال النبي صلعم على المنبر : من لم يشكر القليل لم

كفروا تركها و شكر الله بنمة يشكرالله التحدثكر الكثيرومن لم يش

35)رواه احمد( عداب والفرقة رحمة لجماعة

"Dalam berjamaah (kebersamaan) itu terdapat rasa kasih

sayang (rahmah) dan dalam pepecahan terdapat /akan muncul

azab (kepedihan)"

35Al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, Jilid 4, (TK: Dar

al- Fikr. TT), H. 278

Page 89: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 89

Qusthoniah

Tentunya hadis ini bermaksud bahwa di dalam jama'ah harus

diciptakan rasa kasih sayang yang mampu melahirkan sikap kesediaan

untuk saling berbagi rasa suka, duka dan derita, di samping itu juga

berbagi keuntungan dan kebaikan. Sabda Nabi SAW:

الترمدي(ارحموامن في الارض يرحمكم من في السما )رواه

"Sayangilah olehmu apa yang ada di bumi maka yang dilangit

akan menyayangimu"

Takaful sebagai asuransi bertumpu pada konsep tolong-menolong

dalam kebaikan dan ketakwaan (ta'awanu 'ala al-birr wa al-taqwa)

serta perlindungan (al-ta'min), dengan menjadikan semua peserta

sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain, yang

dalam konsep hukum Islam dikenal dengan lembaga al-'aqilah.36

Persamaan antara kumpulan peserta Takaful dengan al-Aqilah dapat

dilihat dari segi saling tanggung-menanggung atas suatu musibah yang

menimpa anggotanya. Hal ini terjadi dalam persoalan pembayaran

diyat, baik sebagai hukuman pengganti maupun sebagai hukuman

pokok. Seorang yang secara tidak sengaja menciderai orang lain atau

36Pengertian dari lembaga al-'aqilah yaitu adannya saling tanggung

menanggung dalam persekutuan setali darah (al-'ashabah), dengan kewajiban

menanggung pembayaran diyat bagi pembunuh tersalah atau perlukaan yang

dilakukan oleh salah seorang dari mereka. Untuk tindakan seperti ini si terpidana tidak

menanggung sendiri pembayaran diyat nya, tetapi dibayarkan secara bergotong-royong oleh seluruh persekutuannya yang disebut dengan al-'aqilah. Pemakaian

makna al-'aqilah hanya untuk sesama saudara setali darah atau kerabat dekat tersebut,

oleh Khalifah Umar ibn al-Khatab dikembangkan kepada persekutuan sekarya, atau

persekutuan pada adannya kesamaan pekerjaan dan senasib. Pada masanya telah

dipergunakan kepada pengertian dewan-dewan yang ada masa itu, seperti sesama

anggota militer saling menjadi sebagai satu al-aqilah. Lihat : Nasron Haroen, op.cit.,

h. 172. Lihat juga keterangan lengkap pada: 'Abd al-Qadir 'Audah, al-Tasyri' al-Jima'I

al-Islami Muqaranan bi al-Qanan al-Wadi'i. Jus 2. Cet. Ke 11. (Bairut : Mu'asasah

al-Risalah, 1992/1412), h. 195-200, lihat juga pada : Nazih Hammad, lo.cit.

Page 90: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

90 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

menyebabkan orang lain meninggal dunia dijatuhi hukuman (al-

'uqubah): membayar diyat kepada keluarga atau ahli waris korban. Jika

hakim menetapkan hukuman dengan diyat penuh, maka si terhukum

harus membayar sebanyak 100 ekor unta (dengan asumsi harga @ Rp.

7.500.000,00 jika dikalikan dengan 100 ekor unta, maka seharga Rp.

750.000.000,00). Harga ini jelas sangat besar dan sulit dibayar oleh

seseorang. Karena umumnya masyarakat memiliki harta kekayaan jauh

di bawah harga tersebut. Untuk itu diyat dibayarkan oleh seluruh

anggota al-aqilah dari si terpidana (al-jani).

Menurut penulis tanpa diqiyaskan kepada lembaga al-'aqilah

sebenarnya konsep takaful dengan cara tabarru' dapat berdiri sendiri

sebagai suatu bentuk tolong-menolong sekaligus bermu'amalah yang

selaras dengan tuntunan syara'. Pada dasarnya ada perbedaan antara

persekutuan takaful dengan al-'aqilah, yaitu: al-'aqilah keberadaanya

adalah berkaitan dengan akibat hukum dari sebuah peristiwa jinayah

yang mengharuskan seseorang yang termasuk bagian al-'aqilah

membayar diyat kepada pihak lain (bukan untuk dirinya). Sedangkan

persekutuan pada Asuransi Takaful timbul dari kesepakatan untuk

berbuat baik dengan cara mengeluarkan sedekah atau infak kebaikan

untuk sesama anggota yang ditimpa musibah pada dasarnya bukan

suatu kewajiban, tetapi menjadi diwajibkan akibat perjanjian. Ditambah

dengan adanya unsur bermua'amalah antara peserta dengan Asuransi

Takaful.

Page 91: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 91

Qusthoniah

PERBEDAAN ASURANSI TAKAFUL DENGAN ASURANSI

KONVENSIONAL

NO TAKAFUL KONVENSIONAL

1 Sistem pengelolaan dana

berdasarkan syari'at Islam

Tidak berdasarkan

syari'at Islam

2 Tidak mengandung unsur yang

diharamkan: gharar, maisir dan

riba

Mengandung unsur yang

diharamkan

3 Tahun pertama nilai tunai sudah

terbentuk

Nilai tunai tahun

pertama tidak ada

4 Bila peserta mengundurkan diri

uang kembali

Mengundurkan diri uang

hangus atau hilang

5 Uang pertanggungan semakin besar Uang pertanggungan

tetap

6 Ada Dewan Pengawas Syari'ah Tidak ada Dewan

Pengawas Syari'ah

7 Ada dana infak untuk tolong-

menolong

Tidak ada dana infak

8 Akad Berdasarkan Takaful (tolong-

menolong)

Akad berdasarkan

Tabaduli (Jual Beli)

9 Investasi ke usaha yang sesuai

dengan tuntunan syari'ah

Investasi ditentukan oleh

perusahaan/bebas

10 Tujuan untuk meninggkatkan

kesejahteraan umat

Profit oriented semata

11 Gaji karyawan disisihkan untuk

zakat (Bazis)

Belum tentu

12 Untuk term insurance, jika tidak

ada klaim, ada bagi hasil

Untuk term insurance,

jika tidak terjadi klaim

uang hangus

Page 92: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

92 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

G. Kesimpulan

Dari bahasan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam konsep-

konsep dan operasional PT. Syarikat Takaful, dengan produk-

produknya, ternyata tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan

dengan syari’at Islam. Yang ditemukan justru Asuransi Takaful dapat

berfungsi sebagai lembaga yang menyatukan kepentingan masyarakat

untuk terbentuknya sistem al-‘aqilah dalam pertanggungan modern.

Terdapatnya penggabungan antara tabarru’ dengan tabungan dalam

kelompok al-‘aqilah yang dikelolah oleh suatu lembaga keuangan

sebagai ‘amil dengan sistem mudharabah, serta persentuhannya dengan

dunia investasi, amatlah unik. Sistem ini menghilangkan unsur

“komersialisme semata-mata”, namun tidak sampai mengahapus sama

sekali unsur komersial yang bersifat sosial.

Sisi lain yang perlu diperkuat adalah hendaknya antara para

peserta asuransi juga punya kemungkinan untuk saling mengenal, agar

amal tabarru’ mereka punya daya rekat dalam kehidupan sosial

muslim. Untuk itu fihak takaful perlu merancang sistem yang dapat

mewujudkan nilai al-‘aqilah, yaitu saling mengenal secara dekat,

terwujud dalam hubungan sesama peserta. sehingga konsep al-‘aqilah

bukan sekedar lambang saja namun juga menjadi nyata dalam

hubungan antara sesama peserta dalam kehidupan bermasyarakat,

walaupun tidak seluruh peserta akan dapat mengenal dengan dekat

seluruh peserta lainnya sesuai dengan kaidah (ma la yudraku kulluh la

yutraku kulluh).

Page 93: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 93

Qusthoniah

DAFTAR PUSTAKA

'Audah, 'Abd al-Qadir. 1992. al-Tasyri' al-Jima'I al-Islami Muqaranan

bi al-Qanan al-Wadi'i. Juz 2. Cet. Ke 11. Bairut: Mu'asasah al-

Risalah.

Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. “Asuransi dalam Perspektif Islam.”

Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional tentang

Asuransi Takaful tanggal 6 Januari 2001 di Padang.

_______, 2002 “Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah dalam.” Dalam

Republika (29 April)

Al-Bukhari. Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn

al-Mughirah. 1999. Shahih al- Bukhari. Jilid I. Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah.

Dahlan, Abdul Aziz (et.al). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 1.

Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Al-Hajjaj, Imam Muslim ibn. 1983. Shahih Muslim. Jilid 5. Beirut:

Dar al-Kutub al-'Ilmiyah.

Hammad, Nazih. 1995. Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi

Lughah al-Fuqaha. Cet. Ke 3. Riyadh: al-Dar al-'Ilmiyah Li al-

Kutub Al-Islamiyah. 1995/1415.

Hanbal, Al-Imam Ahmad ibn. Tt. Musnad al-Imam Ahmad. Jilid 4.

TK: Dar al- Fikr.

Haroen, Nasrun. 1999. Asuransi Menurut Hukum Islam. Padang: IAIN

IB Press.

Hasaballah, Ali. 1991 Ushul al-Tasri' al-Islami. Cet. Ke 4. Mesir: Dar

al-Ma'arif.

Page 94: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

94 | Jurnal Syariah

Vol. IV, No. 2, Oktober 2017

Ibrahim, Jalal Muhammad. 1994. al-Ta'min. TK: Dar al-Nahdhah.

Jalaludin, Al-Imamah. Al-Suyuthi 'Abdurrahman. 1983. al-Asbah wa

al-Nazha'ir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Al-Muqaddasiy, Faidhullah Al-Husna. 1322 H. Fath al-Rahman li

Thalib Ayat al-Qur'an. Beirut: Al-Mathba'ah al-Aliyah.

M. Echols, John dan Hasan Shadily. 1995. Kamus Inggris Indonesia.

Cet XXL. Jakarta: PT. Gramedia.

Al-Mawrid, Munir al-Ba'albakiy. 1985. Qamus Inkliziy 'Arabiy. Cet.

XX. Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin.

Munawwir, A.W. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia. Edisi

ke-2. Surabaya: Pustaka Progresif.

Al-Shan'ani, Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani.

Tt. Subul al-Salam. Jilid 3. Indonesia: Maktabah Dahlan.

Sumitro, Warkum. 1997. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-

Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke

2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sabiq, Sayid. 1992 Fiqh al-Sunnah, Jilid 3. Beirut: Dar al-Fikr.

Tim Penyusun Basic Training. 2001. Modul 20021. TK: Diklat

Deperteman PT. Asuransi Takaful Keluarga.

Ya'qub, Hamzah. 1994. Kode Etik Dagang Menurut Islam. Bandung:

CV. Diponegoro.

Al-Zuhaili, Wahbah.1989. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Juz 4.

Damsiq: Dar al- Fikr.

Page 95: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

UPAH TENAGA KERJA LEPAS

KEBUN SAWIT DALAM PANDANGAN ISLAM

Studi Kasus Desa Pasar Kembang Kab. Indragiri Hilir

Novi Ayu Lestari Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syari’ah

Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri

Siti Aisyah Dosen Ekonom Syari’ah Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indragiri

Abstrak

Artikel ini mencoba menganalisis konsep upah yang

berlaku di perkebunan sawit Desa Pasar Kembang

Kabupaten Indragiri Hilir dalam pandangan Islam.

Berdasarkan temuan, tenaga kerja diupah berdasarkan

kesepakatan antara kedua pihak, pihak pekerja dan pemilik

kebun tanpa ada kontrak tertulis. Kemudian upah juga

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga dari buah kelapa

sawit. Hasilnya, upah yang dilakukan di Desa Pasar

Kembang Kabupaten Indragiri Hilir telah sesuai dengan

syariat Islam karen terpenuhinya rukun syarat ujrah.

Keyword: Upah, Ujrah, Buruh Sawit, Perkebunan Sawit

A. Pendahuluan

Upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan

kompensasi yang diterima pekerja. Kompensasi sendiri merupakan

bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas

hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah upah ini merupakan masalah

yang penting karena menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan

hidup mereka. Tak heran bila dari buruh hingga direktur sebuah

Page 96: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

96 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

perusahaan, tidak ada topik yang lebih menarik dan lebih sensitif

daripada masalah gaji. Isu diskriminasi dan kesenjangan sosial bisa

muncul karena adanya perbedaan gaji. Buruh seringkali berunjuk rasa

menuntut kenaikan gaji atau menuntut bonus yang belum keluar.

Bahkan sering terjadi, karyawan-karyawan dengan potensi baik pindah

ke tempat lain karena merasa kurang dihargai secara finansial.

Dalam proses produksi maupun disrtibusi tersebut tidak lepas dari

kinerja para buruh atau pekerja. Dengan memperhatikan kinerja akan

diketahui bagaimana hasil produksi maupun distribusi itu berlangsung.

Kinerja yang baik dipengaruhi salah satunya oleh seberapa besar tingkat

motivasi kerja yang dimiliki para buruh atau pekerja tersebut. Salah satu

faktor yang mempngaruhi motivasi kerja itu adalah upah.

Upah adalah segala sesuatu yang diterima karyawan atau buruh

sebagai balas jasa atas kerja yang telah dilakukan. Upah juga bisa

dikatakan sebagai imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja

langsung yang hasil kerjanya dapat diukur dengan satuan tertentu

(jumlah fisik barang yang dihasilkan atau masa atas jasa pekerjaan yang

diserahkan).

Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata

pencaharian sebagai petani dan didukung dengan kondisi kesuburan

tanah dan iklim tropis yang dapat menumbuhskan berbagai jenis

tanaman. Pertanian di Indonesia terbagi dua yaitu pertanian tanaman

keras dan pertanian tanaman pangan. Pertanian tanaman keras seperti

tanaman kakao, sawit, dan lainnya sedangkan pertanian tanaman

pangan seperti jagung, padi, sayur mayur, buah-buahan dan lainnya.

Page 97: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 97

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Keberadaan sektor pertanian tanaman pangan dalam

perekonomian di Indonesia saat ini tidak diprioritaskan karena strategi

pembangunan yang dilakukan lebih memprioritaskan sektor

perkebunan kelapa sawit disamping disebabkan oleh faktor-faktor

lainnya. Perkebunan kelapa sawit dianggap lebih penting sehingga

pembangunan di sektor pertanian pangan khususnya padi menjadi

lambat dan terjadi penyusutan atau penyempitan luas lahan pertanian

padi. Kecendrungan yang terjadi adalah menyempitnya skala usaha

tani. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan petani yang hanya

memiliki tanah sempit terpaksa harus menyewa tanah untuk lahan

pertanian, dan mereka sendiri memilih menjadi buruh tani atau petani

penggarap, yang tentu saja tidak memberi penghasilan yang

mencukupi.1

Hubungan kerja antara petani dan buruh tani terdapat hubungan

pertukaran di dalamnya. Buruh tani bekerja dan petani memberikan

upah. Buruh tani memberikan jasanya dan petani memberikan

imbalannya berupa upah. Namun, manusia merupakan makhluk sosial

yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Manusia tidak dapat

hidup sendirian dan membutuhkan orang lain untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, karena itu manusia bermasyarakat. Dalam suatu

masyarakat pasti tercipta suatu relasi sosial. Begitu juga relasi petani

dan buruh tani yang tidak sebatas pada hubungan kerja namun meluas

pada hubungan sosial atau relasi sosial seperti saling tolong menolong

terhadap sesama dalam menyelesaikan pekerjaan. Tidak jarang relasi

1 J. Payama Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

(Jakarta: FEUI, 1985), h. 45.

Page 98: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

98 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

atau hubungan tersebut berkembang menjadi hubungan kerjasama,

kekerabatan, persaudaraan, dan bahkan dalam waktu yang relatif lama

relasi tersebut juga membentuk relasi patronase. Relasi-relasi tersebut

sering terjadi pada struktur masyarakat pertanian. Salah satu di

Kecamatang Keritang yang memiliki struktur masyarakat pertanian

yaitu Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri

Hilir.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengupahan tenaga kerja lepas kebun sawit di

Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri

Hilir.

2. Bagaimana pandangan hukum Islam pada pengupahan tenaga kerja

lepas kebun sawit di Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang

Kabupaten Indragiri Hilir.

B. Landasan Teori

1. Pengetian dan landasan hukum Ujrah (upah)

Upah dalam bahasa Arab disebut al-ujrah. Dari segi bahasa

al-ajru yang berarti ‘iwa’du (ganti), oleh sebab itu al-sawa’b

(pahala) dinamai juga al-ajru atau al-ujrah (upah). Pembalasan atas

jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat suatu pekerjaan.2

2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia

terlengkep, (Surabaya: Pustaka Progressif , 1994), h . 9.

Page 99: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 99

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Upah (ujrah) tidak bisa di pisahkan dari sewa menyewa

(ijarah) karena memang upah merupakan bagian dari sewa

menyewa (ijarah), ijarah berlaku umum atas setiap akad yang

berwujud pemberian imbalan atas sesuatu manfaat yang diambil.

Banyak al-Qur’an dan hadist yang dijadikan argumen oleh

para ulama’ untuk kebolehan al-ujrah.

Firman Allah dalam sebagai berikut:

بت ٱست أ إن ئقالت إحدىهما ي جرت ٱلقوي ئخي من ٱست جره

مين ٱل

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya.” (QS. Al-Qashas: 26)

Hadith yang diriwayatkan dari Ummul Mu’minin Aisyah r.a.

“Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra. Istri

Nabi SAW berkata: Rasulullah SAW dan Abu Bakar

menyewa seorang laki-laki dari suku Bani-Ad-Dayl,

penunujuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama

orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian

menyerahkan kepadanya kendaraan mereka, dan mereka

berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di gua tsaur

dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari

selasa.” (HR. Al-Bukhari).

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda,

“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Nabi SAW berbekam dan

beliau memberikan kepada tukang bekam itu upahnya.” (HR.

Al-Bukhari)

Page 100: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

100 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Landasan ijma ‘nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada

seorang ulama pun yang menambah kesepakatan (ijma’) ini,

sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda

pendapat, tetapi hal ini tidak dianggap.3

2. Rukun dan Syarat Ujrah

Rukun ujrah adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu,

sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut

yang membentuknya. misalnya rumah, terbentuk karena adanya

unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,

dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur

yang membentuk sesuatu itu disebut rukun.4

Ahli-ahli hukum madzab Hanafi, menyatakan bahwa rukun

akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka mengakui bahwa tidak

mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang membuatnya dan

tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan madzab Syafi’i hanya

terletak dalam cara pandang saja, tidak menyangkut substansi akad.

Syarat ujrah ialah:

a. Mu’jir dan musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad

ijarah. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang

menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah

untuk melakukan sesuatu.

3 Suhendri Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada,

2010), h. 166. 4 Samsul. Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad

Dalam Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 95.

Page 101: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 101

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

b. Shighat (akad). Syarat ijab qabul antara ajir dan musta’jir

sama dengan ijab qabul yang dilakukan dalam jual beli.

c. Ujrah (upah). Dasar yang digunakan untuk penetapan upah

adalah besarnya manfaat yang diberikan oleh pekerja

(ajiir) tersebut. Bukan didasarkan pada taraf hidup,

kebutuhan fisik minimum ataupun harga barang yang

dihasilkan. Upah yang diterima dari jasa yang haram,

menjadi rizki yang haram.

d. Ma’qud alaihi (barang yang menjadi Obyek). Sesuatu yang

dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada

pekerjaan yang dikerjakan dengan beberapa syarat. Adapun

salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah bahwa

jasa yang diberikan adalah jasa yang halal. Dilarang

memberikan jasa yang haram seperti keahlian membuat

minuman keras atau membuat iklan miras dan sebagainya.

Asal pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan

aqad atau transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila

pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh orang non

muslim juga tetap tidak diperbolehkan.5

3. Pengertian Upah Secara Umum

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, upah adalah uang dan

sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai

pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan

5 Qomarul. Huda, fiqh muamalah, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h.

80.

Page 102: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

102 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

sesuatu.6 Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari

pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

talah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang

yang di teteapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan

perundang-undang serta dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja

antara perusaha denga kaaryawan termasuk tunjangan, baik

karyawan itu sendiri maupun untuk kluarga.7

Upah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap

peningkatan cara kerja buruh sawit. Seorang pekerja yang

mempunyai upah tinggi atau sesuai dengan yang diharapakan akan

memotivasi pekerja lainnya sehinnga dapat tercapainya maksud dan

tujuannya.

Menurut Pasal 1 Ayat 30 Undang-undang ketenaga kerjaan

tahun 2003, upah adalah hak pekerja/buruh yang telah diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahan atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau

peraturan perundang-undang, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaa dan atau jasa

yang telah atau akan dilakukan.8

4. Perinsip Pemberian Upah dalam Islam

Prinsip pemberian upah dalam islam terdiri dari dua yaitu:

Pertama, Adil dalam memberi upah. Adil bermakna jelas dan

6 Ibid., Team, Kamus,...., h. 947.

7 Sumarsono Sonny, Teori dn Kebiajakan Publik Ekonomi Sumber Daya

Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 181.

8 Djumialdji. Perjanjian Kerja, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), h. 26.

Page 103: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 103

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

transparan. Perinsip utama keadilan terletak pada kejelasan akad

(transaksi) dan komitmen melakukannya. Akad dalam perubahan

adalah akad yang terjadi antara pekerja dan pengusaha. Artinya

sebelum pekerja dikerjakan, harus jelas dahulu bagaimana upah

yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya

upah dan tata cara pembayaran upah.

Sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya

jika ia telah menunaikan pekerjanya dengan semestinya dan sesuai

dengan kesepakatan, karena umat islam terkaitan dengan syarat-

syarat antar mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal

atau menghalalkannya yang haram. Selama ia mendapatkan upah

secara penuh maka kewajibannya juga terus dipenuhi. Sepatutnya

hal ini dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja” yang

menjelaskan masing-masing hakdan kewajiban kedua belah pihak,

keterlambatan membayar upah dikatagorikan sebagai perbuatan

zalim dan orang yang tidak membayar upah para pekerjanya

termasuk orang yang dimusuhi oleh Nabi Muhammad saw pada hari

kiamat.9

Kedua, Kelayakan dalam Pengupahan. Kelayakan pemberian

upah yang diberikan juga menjadi perhatian dalam islam, kelayakan

tersebut berhubungan dengan besaran yang diterima. Layak terdiri

dari:

a. Layak bermakna cukup pangan,sandang dan papan.

9 Ibid., Shilihin, Buku,...., h. 874.

Page 104: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

104 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Kelayakan upah yang diterima oleh pekerja dilihat dari 3

aspek yaitu: Pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan

(tempat tinggal). Bahkan bagi pegawai atau karyawan yang

masih belum menikah, menjadi tugas majikan yang

memperkerjakannya untuk mencarikannya jodohnya. Artinya,

hubungan antara majikan dengan pekerja bukan hanya sebatas

hubungan pekerjaan formal, tetapi karyawan sudah dianggap

merupakan keluarga majikan. Konsep menganggap karyawan

sebagai keluarga majiakan merupakan konsep Islam yang lebih

14 abad yang lalu dicetuskan. Konsep ini dipakai oleh

pengusaha-pengusaha Arab pada masa lalu, dimana mereka

(pengusaha muslim) sering kali memperhatikan kehidupan

karyawannya diluar lingkungan kerjanya.

b. Layak bermakna sesuai dengan pesanan

Upah dalam konsep syariah memeiliki dua dimensi, yaitu

dimensi dan dimensi akhirat. Untuk menerapkan upah dalam

dimensi dunia, konsep moral merupakan hal yang sangat

penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi akhirat dari

upah tersebut. Jika moral diabaikan, dimensi akhirat tidak akan

tercapai. Oleh karena itulah konsep moral diletakkan pada kotak

paling luar, yang artinya konsep moral diperlukan untuk

menerapkan upah dimensi akhirat dapat tercapai.10

10 Rivai Veithzal, Islamic Human Capital Dari Teori ke Praktik

Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Tugu Publisher, 2007), h. 805.

Page 105: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 105

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

5. Mekanisme Penetapan Upah dalam Islam

Pada masa Rasulullah, penetapan upah bagi para

pengawainya sesuai dengan kondisi, tanggung jawab dan jenis

pekerjaan. Proses penetapan gaji yang pertama kali dalam Islam

bisa dilihat dari kebijakan Rasulullah untuk memberikan gaji satu

dirham setiap hari kepada Itab bin Usaid yang diangkat Gubenur

Mekkah.

Tenaga kerja seperti yang telah disebutkan adalah faktor

produksi yang sangat penting, dan imbalannya disebut upah. Istilah

upah digunakan dalam penegertian sempit maupun luas. Berbagai

teori dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern mengenai

penentuan upah ini. Menurut subsistence theory, upah cendrung

mengarah kesuatu tingkat yang hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan minimum pekerjan dan keluarga. Menurut marginal

productivity theory, dalam kondisi persaingan sempurna, setiap

pekerja yang memiliki skill dan efisiensi yang sama dalam suatu

kategori akan menerima upah yang sama dengan VMP (value of

margainal product) jenis pekerjaan yang bersangkutan. Artinya

tidak ada kesepakatan diantara para ahli ekonomi mengenai

masalah bagaimana upah untuk ditetapkan.

Islam menawarkan sebuah solusi yang amat masuk akal

mengenai ini, didasarkan pada keadilan dan jujur serta melindungi

kepentingan baik majiakan maupun pekerja. Menurut Islam, upah

harus ditetapkan dengan cara yang layak, patut, tanpa merugikan

kepentingan pihak yang mana pun, dengan tetap mengingat ajaran

Islam.

Page 106: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

106 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Abu Dzar manyatakan bahwa Nabi SAW bersabdah: “mereka

(budak atau pembantumu) adalah saudara-saudara kalaian.

Allah telah menempatkan mereka di bawah kekuasaanmu,

berilah mereka makan seperti makananmu, berpakaian seperti

pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani dengan

pekerjaan yang berat”

6. Dasar Penentuan Upah

Upah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan, ini merupakan

asa pemberian upah sebagai mana ketentuan yang diberikan Allah

dalam firmannya:

يه ا عملوا ولوفل م درجت ملعولكل

لهم وهم ل يظلمون م م أ

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang

telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi

mereka (balasa) pekerjaan-pekerjaan yang mereka sedang

mereka tidak dirugikan.” (Al-Ahqaf ayat 19)

Untuk itu, upah yang dibayarkan kepada masing-masing

pegawai bisa berbeda berdasarkan jenis pekerjaan dan tanggung

jawab yang dipikulnya. Tanggung jawab nafkah keluarga bisa

menentukan jumlah gaji yang diterima pegawai. Bagi yang sudah

berkeluarga, gajinya 2 kali lebih besar dari pegawai yang masih

lajang, karena mereka harus menaggung nafkah orang-orang yang

bertanggung jawabnya, agar mereka tetap bisa memenuhi

kebutuhan dan hidup dengan layak. Rasulullah Bersabdah:

Barang siapa mempekerjakan seseorang, sedang ia tidak

memiliki rumah, maka ia harus diberi rumah, dan jika ia tidak

memiliki istri, maka nikahkanlah, dan jika ia tidak memiliki

kendaraan, maka berikan lah kendaraan.

Page 107: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 107

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

7. Penggolongan Upah dalam Islam

Ada beberapa pengolongan upah sebagai berikut:

a. Upah Sistem Waktu. Dalam sistem waktu, besarnya upah

ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, hari,

minggu atau bulan. Besarnya upah sistem waktu hanya di

dasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan dengan

prestasi kerjanya.

b. Upah Sistem Hasil. Dalam sistem hasil, besarnya upah

ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja,

seperti per potong, meter, dan kologram. Besarnya upah

yang dibayar selalu berdasrkan kepada banyaknya hasil

yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu

mengerjakannya.

c. Upah Sistem Borongan. Sistem borongan adalah suatu cara

pengupahan yang meneteapkan besanya jasa dibesarkan atas

volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan

besarnya balasa jasa berdasarkan sistem borongan cukup

rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang

diperlukan untuk menyelesaikannya.11

C. Sekilas Desa Pasar Kembang

Secarah Administratif Desa Pasar Kembang termasuk Wilayah

Kecamatan Keritang Kabupaten Indra Giri Hilir Provinsi Riau dan

terletak dibagian Selatan Merupakan salah satu Desa yang memiliki

11 Ibid., Rivai, Islam,...., h. 807.

Page 108: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

108 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

pontensi ekonomi berkembangan didukung oleh infranstruktur Desa

Pasar Kembang yang dilihat secara umum keadaannya merupakan

daerah dataran dengan Lahan Pertanian, Perkebunan dan Persawahan

luas yang dialiri oleh sungai yaitu sungai Gansal dengan beberapa anak

sungai.

Pertumbuhan ekonomi msyarakat Desa Pasar Kembang secara

umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai bertambahnya

jumlah penduduk yang memeiliki usaha atau pekerjaan walau pun jenis

pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat di pastikan bersumber

dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman

modal usah dari pemerintah.

Yang menarik perhatian, penduduk Desa Pasar Kembang masih

banyak yang memiliki usaha atau mata pencarian tetap dibidang

pertanian dan perkebunan, hal ini dapat diindikasikan bahwa msyarakat

Desa Pasar Kembang terbebasnya dalam ilmu penegtahuan dibidang

pertanian dan perkebunan kelapa dan kelapa sawit oleh karna itu tidak

adanya tenaga ahli yang mendampingi mereka dalam hal ini, bagaimana

masyarakat berbuat untuk menjadi petani yang baik dan hasil maksimal

untuk didapatkan, masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di

bidang pertanian dan perkebunan hanya lah dari mulut petani ke mulut

petani serta penyaluran pupuk bersubsidi tidak tepat waktu sehingga

berpengaruh pada hasil produksi pertanian dan perkebunan, meskipun

ada tenaga kerja yang dinamakan PPL di Desa Pasar Kembang tidak

berkerja sebagaimana yang diharapkan pemerintah yang

menugaskannya. Ini yang menyebabkan belum terlepas dari

kemiskinan, padahal potensi ada.

Page 109: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 109

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Berikut ini tabel mata pencarian penduduk Desa Pasar Kembang

dari tahun 2014 hingga sekarang.

No Mata Pencarian Jumlah

(Orang)

Persentase dari jumlah

penduduk

1 Petani 1.657 orang 49 %

2 Buruh Tani 64 orang 7 %

3 Pedagang 33 orang 6 %

4 Perternak 5 orang 3 %

5 Perabot 10 orang 2 %

6 PNS/TNI/POLRI 38 orang 5 %

7 Tenaga Honor 96 orang 8 %

8 Buruh Bangunan 20 orang 12 %

9 Bengkel 39 orang 1 %

10 Belum Bekerja 200 orang 15 %

11 Tidak Bekerja 31 orang 5 %

D. Deskripsi Umum Responden

1. Usia

Adapun data mengenai usia responden pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Komposisi Usia Responden

No Usia Responden Responden

1 >53 Tahun 1

2 41-45 Tahun 5

3 30-34 Tahun 9

4 24-29 Tatun 5

Jumlah 20

Page 110: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

110 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

2. Pendidikan

Adapun data mengenai pendidikan responden pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Komposisi Pendididikan Responden

No Pendidikan Responden Responden

1 SD 3

2 SMP 11

3 SMA 6

Jumlah 20

3. Luas Kebun

Ada pun luas kebun yang di miliki oleh pemilik kebun,

berdasar kan yang telah saya wawancarai ialah sebagai berikut :

Tabel 4

Komposisi Luas Kebun Responden

NO Nama Pemilik Kebun Luas Kebun

1 Aming 3

2 Bujang Logo 4

3 Andi 3

4 Galih 3

5 Giding 2

6 Amir 2

7 Delel 3

8 Jalal 4

9 Eko 3

10 Edi 4

Page 111: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 111

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

E. Pokok-Pokok Temuan

1. Perekrutan Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja adalah serangkaian aktivitas mencari

dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan yang

diperlukati guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam

perencanaan kepegawaian.12

Dalam pengrekrutan yang dilakukan di Desa Pasar

Kembang, hanya bertanya kepada orang yang bersangkutan atau

langsung bertanya kepada buruh kepala sawit apakah ia ingin

mengerjakan atau menggarap kebun orang yang pemilik kebun

kelapa sawit atau orang yang ingin mengupahkan kebunnya kepada

buruh kelapa sawit.

Cara pengrekrutan buruh kebun kelapa sawit di Desa Pasar

Kembang, tidak serumit dengan pengrekrutan karyawan-karyawan

yang berkerja di sebuah perusahaan. Apabila kedua belah pihak

sudah menyetujui dengan apa yang di sepakati, maka buruh kebun

kelapa sawit bisa langsung menggarap atau mengerjakan kebun

kelapa sawit.

2. Perjanjian Kerja

Di dalam perjanjian kerja, para pekerja hanya melakukan

perjanjian dengan bertemu langsung atau bertatap muka, tidak ada

perjanjian tertulis yang dilkaukan. Adapun peroses perjanjian

penggarapan kebun kelapa sawit di Desa Pasar Kembang adalah

sebagai berikut:

12Hendiy Simamura,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta :STIE

YKPN, 1999). h. 212.

Page 112: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

112 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Awalnya pemilik kebun menginformasikan bahwa sedang

mencari petani yang bersedia menggarap kebun kelapa sawit

miliknya. Setelah ada buruh tani yang tertarik dengan informasi

yang diperoleh, kedua belah pihak mengadakan pertemuan baik itu

atas inisiatif pemilik kebun maupun atas kehendak buruh tani yang

tujuannya mengadakan akad baik tertulis maupun lisan. Dalam

kasus yang berbeda, adakalanya petani penggarap yang mencari

kebun garapan, dengan menemui pemilik kebun yang memiliki

banyak kebun yang belum tergarap. Setelah menemukan pemilik

kebun yang mengizinkan kebunnya untuk digarap, maka kedua

belah pihak mengadakan pertemuan untuk mengadakan akad. Pada

perjanjian kerjasama penggarapan kebun sawit di Desa Pasar

Kembang kebanyakan kedua belah pihak melakukan akad dengan

cara lisan.

Setelah kedua pihak melakukan akad, kedua belah pihak

bermusyawarah menentukan cara penggarapan. Penggarapan yang

dilakukan selama sistem upah kebun sawit ini dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Pengelolahan lahan atau kebun

Didalam pengelolahan lahan yang ada di Desa Pasar

Kembang, si pengupah atau buruh kebun kelapa sawit

melakukan perawatan pada kebun kelapa sawit. Perawatan yang

biasanya yang pengupah lakukan seperti membersikan kebun

kelapa sawit, memupuk dan merawat kebun sesuai dengan

keadaan atau kebutuhan kebun kelapa sawit agar hasil akhirnya

Page 113: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 113

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

memuasakan atau saat pemanenaan buah nya sesuai dengan

keinginan.

b. Pemanenan atau pendodosan

Pemanenana atau yang sering di sebut dengan

pendodosan yang biasanya di lakukan di Desa Pasar Kembang

ada tingkat pemanenan atau pendodosan adalah: Pertama,

tingkatan yang paling cepat hanya bisa dilakukan selama 1

bulan 2 kali melakukan pemanenan atau pendodosan, dan di

dalam pemanenan 1 bulan 2 kali ada juga pemanenan yang

dilakukan selama 15 hari sekali pemanenan atau pendodosan.

Tingakat yang Kedua pemanenan yang terbilang lama atau

lambat dikarnakan pemanenan atau pendodosan dilakukan

disaat hari yang ke 20 pada 1 bulan itu dan bisa dikatakan 1

bulan sekali baru memanen. Karna penanenan tersebut sesuai

dengan kaadaan buahnya walaupun keadaan kebunnya sudah di

rawat dengan baik, tetapi pemanenan atau pendodosan

dilakukan sesuai dengan buah.

c. Tingkat upah

Tingkat upah yang terjadi di penggarapan sawit di Desa

Pasar Kembang berbeda-beda, hal ini dikarnakan setiap

pekerjaan yang di lakukan berbeda-beda pula. Seperti

pengelolahan lahan, pemanenan dan sebagainya. Pekerjaan itu

semua berbeda upahnya, maka di setiap pekerjaan terjadi

tingkatan upah semua pekerjaan di bayar atau di upah sesuai

dengan apa yang di kerjakannya.

Page 114: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

114 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Penyebab lain terjadinya perbedaan tinggkat upah adalah

perubahan harga dari sawit itu sendiri. Karena semua upah

buruh kebun kelapa sawit di Desa Pasar Kembang semuanya

tergantung pada harga yang ada di Desa Pasar Kembang, apa

bila harga kelapa sawit naik atau mahal maka upah buruh kebun

kelapa sawit pun ikut naik atau lebih mahal. Dan sebaliknya apa

bila harga kelapa sawit menurun atau lebih murah makan upah

buruh kebun kelapa sawit pun ikut murah, upah buruh kepala

sawit di Desa Pasar Kembang ikut harga kelapa sawit yang ada

di Desa Pasar Kembang.

d. Masa kerja dan jam kerja

Masa kerja atau jam kerja buruh kebun sawit di Desa

Pasar Kembang tidak tergantung pada masa kerja atau jam

kerjanya, kecuali di saat pemanenan atau pendodosan kelapa

sawit karena pemanenan memang sudah ada jadwalnya.

Berdasarkan temuan penulis masa kerja memang tidak ada, jika

pun ada itu semua tergantung pada kesepakatan kedua belah

pihak. Jika ingin lahan perkebunan lebih bagus maka

perawatannya pun ditingakat lagi, dan semua itu tergantung

pada upah apa bilh upah menambah dari biasanya maka

pekerjaannya pun lebih di tingkat kan begitu seterusnya dengan

pekerjaan lainnya.

e. Jaminan keselamatan

Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang tentang

keselamatan kerja pada pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja

ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak

Page 115: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 115

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

atau tetap, dimana tenaga kerja atau sering dimasuki tenaga

kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapt sumber-

sumber bahaya, temasuk tempat kerja ialah semua ruangan,

halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau

yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Setiap tempat kerja mengandung bebagai potensi bahaya

yang dapat mempengaruhi keselamatan tenaga kerja atau dapat

menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahay

adalah segala sesuatu yang berpotensi meyebabkan terjadinya

kerugian, kerusakan, cidera, sakit,, kecelakaan atau bahkan

mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja.

Jaminan keselamatan untuk keselamatan buruh kebun

sawit yang ada di Desa Pasar Kembang, tidak memiliki jaminan

keselamatan. Kerena kecilnya hasil yang di dapatkan dan tidak

setabilnya harga kelapa sawit, maka dari itulah jaminan

keselamatan buruh kebun kelapa sawit tidak ada dan tidak

pernah ada khusus nya di Desa Pasar Kembang.

F. Tinjauan Islam Terhadap Sistem Upah Tenga Kerja Kebun

Sawit Di Desa Pasar Kembang

1. Terpenuhnya rukun dan syarat

Rukun Ujrah adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu,

sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut

yang membentuknya. misalnya rumah, terbentuk karena adanya

unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,

Page 116: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

116 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur

yang membentuk sesuatu itu disebut rukun.13

Ahli-ahli hukum madzab Hanafi, menyatakan bahwa rukun

akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka mengakui bahwa tidak

mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang membuatnya dan

tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan madzab Shafi’i hanya

terletak dalam cara pandang saja, tidak menyangkut substansi akad.

Syarat ujrah ialah:

a. Hendaknya upah tersebut harta yang bernilai dan diketahui

b. Upah tidak berbentuk manfaat yang sejenis dengan

Ma’quud Alaih (Objek akad).14

c. Mu’jir dan musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad

ijarah. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang

menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah

untuk melakukan sesuatu.

d. Shighat (akad). Syarat ijab qabul antara ajir dan musta’jir

sama dengan ijab qabul yang dilakukan dalam jual beli.

e. Ujrah (upah). Dasar yang digunakan untuk penetapan upah

adalah besarnya manfaat yang diberikan oleh pekerja

(ajiir) tersebut. Bukan didasarkan pada taraf hidup,

kebutuhan fisik minimum ataupun harga barang yang

dihasilkan. Upah yang diterima dari jasa yang haram,

menjadi rizki yang haram.

13Ibid,…Samsul. Studi, h. 98 14Wahab Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,

2011), h. 404.

Page 117: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 117

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

f. Ma’qud alaihi (barang yang menjadi Obyek). Sesuatu yang

dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada

pekerjaan yang dikerjakan dengan beberapa syarat. Adapun

salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah

bahwa jasa yang diberikan adalah jasa yang halal. Dilarang

memberikan jasa yang haram seperti keahlian membuat

minuman keras atau membuat iklan miras dan sebagainya.

Asal pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan

aqad atau transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila

pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh orang non

muslim juga tetap tidak diperbolehkan.15

2. Tingkat upah uang adil

Kerja merupakan salah satu kegiatan penting bagi kehidupan

manusia, bahkan terkadang menjadi sangat dominan dibanding

dengan aktifitas-aktifitas lainnya terutama dalam pemenuhan

kebutuhan hidup. Kerja dapat diartikan secara umum maupun

khusus. Secara umum, kerja mencakup semua bentuk usaha yang

dilakukan oleh manusia, baik dalam mencari materi maupun non

materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan

masalah keduniaan atau keakhiratan. Dengan demikian, semua

bentuk aktifitas manusia dimaknai kerja. Dalam pengertian

semacam ini kerja tidak selalu berkaitan dengan kompensasi,

terutama kompensasi materi atau uang. Sementara dalam pengertian

khusus, kerja dimaknai secara aktifitas manusia yang bertujuan

15Qomarul. Huda, fiqh muamalah, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h.

80.

Page 118: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

118 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

untuk mendapat-kan kompensasi material yang sering dengan upah

atau gaji.

Memang, sangat berkaitan antara istilah harga yang adil dan

upah yang adil. Soal upah ini, Aquinas hanya menyatakan, atas

subyek ini berlaku aturan yang sama dengan keadilan atas harga.16

Penulis dalam hal ini tidak menemukan keterangan lebih rinci

tentang subyek ini, berkaitan dengan doktrin ekonomi yang berlaku

di zaman pertengahan. Ringkasnya, penulis bisa menyatakan bahwa

upah yang adil itu, di mata para fisuf abad pertengahan, berarti dasar

pengupahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan pekerja itu

hidup layak pada kondisi dan situasi di mana ia hidup.

Menurut Dewan Penelitian Perupahan Nasional, upah adalah

suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima

kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan,

berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi

kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk

uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang

dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pemberi dan penerima kerja.

Dalam hal perbedaan pengertian upah dan gaji menurut

konsep Barat di atas, maka Islam menggariskan upah dan gaji lebih

komprehensif dari pada Barat. Allah menegaskan tentang imbalan

ini dalam al-Qur’an sebagai berikut :

16Aquinas, ST. T., Summa Theologica II, Petanyaan kedua LXXVII, Artikel

1. Disadur oleh Dr. A.A. Islahi dalam, Konsepsi Ekonomi Fiqh Islam, (Surabaya:

PT. Bina Ilmu, 1997), h. 98

Page 119: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 119

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-

Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,

dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang

Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-

Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(At-

Tawbah:105)

Ayat di atas menjelasakan berkerjalah dengan sungguh-

sungguh karna Allah dan Rasul-Nya melihat apa yang kamu kerja

kan.

Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia, memberikan

penghargaan dan apresiasi sangat positif terhadap kerja, baik dalam

pengertian umum maupun khusus. Ajaran Islam mendorong

umatnya untuk giat bekerja, sebab bekerja itu merupakan salah satu

misi utama manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Ibadah merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah subhanahu wa

ta’ala dan merupakan wujud syukur kepada Allah subhanahu wa

ta’ala, sekaligus untuk menegakkan perintah Allah subhanahu wa

ta’ala.

Pada dasarnya setiap transaksi kerja akan menimbulkan

kompensasi. Dalam terminologi fiqh mu’amalah, kompensasi

dalam transaksi uang dengan tenaga kerja manusia disebut dengan

ujrah (upah). Berbicara tentang kompensasi dari hasil kerja yaitu

upah dalam pandangan Islam, ia merupakan hak dari orang yang

telah bekerja dan kewajiban bagi orang yang mempekerjakan.

Page 120: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

120 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Allah SWT menghalalkan upah, sebab upah (ujrah) adalah

kompensasi atas jasa yang telah diberikan seorang tenaga kerja.

Perampasan terhadap upah adalah suatu perbuatan buruk yang akan

mendapat ancaman dan siksaan dari Allah SWT.17 Pada kenyataan,

dalam pola suatu masyarakat Islam, upah yang layak bukan

merupakan suatu konsepsi, tetapi suatu hak asasi, yang dapat

dipaksakan oleh seluruh kekuasaan negara. Meskipun tujuan dari

penetapan upah yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

memberikan keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi

masyarakat terutama kaum buruh, namun dalam dunia usaha nasib

para pekerja tidak lebih baik.

Tingkat upah yang adil merupakan tujuan kebijakan

pengupahan dalam Islam sehingga tidak dibenarkan pemerintah

menetapkan suatu upah hanya semata-mata karena ingin

meningkatkan kesejahteraan kaum buruh (ajir) di satu sisi, tetapi

menimbulkan kedzaliman kepada produsen disisi lain (musta’jir).

Akan tetapi, seandainya terdapat terdapat hal-hal yang sedemikian

rupa sehinga mendistorsi mekanisme pasar yang normal maka

pemerintah justru harus melakukan kebijakan penetapan upah.

Sebab, dalam keadaan ini tingkat upah di pasar tidak mencerminkan

keadilan.18

Berdasarkan temuan peneliti, tingkat upah yang ada di Desa

Pasar Kembang sudah adil. Dikaranakan sudah sesuainya dengan

17Rachmat Syafe’i, Fiqih Mu’amalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h.

124 18A.A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Fiqh Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1997), h. 98

Page 121: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 121

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

perjanjian kedua belah pihak, dan disaat pembagian upah atau

pemberian upah kepada buruh kebun sawit sesuai dengan tingkat

harga kelapa sawit yang ada di Desa Pasar Kembang. Jika harga

kelapa sawit menaik maka upah pun menaik dan jiak harga kelapa

sawit menurun maka upah buruh kebun kelapa sawit pun ikut

menurun. Semua itu seudah di sepakati dari awal, sebelum

terjadinya sistem upah.

3. Perbedaan tingkat upah

Perbedaan tingkat upah terletak dari satu sektor ke sektor

industri lainnya maupun antar daerah. Perbedaan ini pada dasarnya

disebabkan oleh satu atau lebih dari sembilan alasan dibawah ini.

Perbedaan tingkat upah tersebut terjadi pertama karena pada

dasarnya pasar kerja itu sendiri, terdiri dari beberapa pasar kerja

yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Disatu pihak, pekerjaan

yang berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang

berbeda. Produktivitas kerja seeorang berbeda menurut pendidikan

dan latihan yang diperolehnya. Perbedaan tingkat upah dapat terjadi

karena perbedaan tingkat pendidikan, latihan dan pengalaman.

Kedua, tingkat upah di tiap perusahaan berbeda menurut

persentase biaya pekerja terhadap seluruh biaya produksi. Semakin

kecil proporsi biaya pekerja terhadap biaya keseluruhan, semakin

tinggi tingkat upah. Misalnya pada perusahaan-perusahaan yang

padat modal seperti perusahaan minyak, pertambangan, industri

berat.

Ketiga, perbedaan tingkat upah antara beberapa perusahaan

dapat pula terjadi menurut perbedaan proporsi keuntungan

Page 122: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

122 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

perusahaan terhadap penjualannya. Semakin besar proporsi

keuntungan terhadap penjualan dan semakin besar jumlah absolute

keuntungan, semakin tinggi nilai upah.

Keempat, perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat

berbeda karena perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan

dalam menentukan harga. Perusahaan-perusahaan monopoli dapat

menaikkan harga tanpa takut akan kompetisi. Pengusaha-pengusaha

oligopoli lebih mudah untuk bersama-sama berunding menentukan

harga, sehingga tidak perlu berkompetisi satu sama lain. Dalam

perusahaan-perusahaan tersebut lebih mudah untuk menimpakan

kenaikan upah kepada harga jual barang.

Kelima, tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya

perusahaan. Perusahaan yang besar dapat memperoleh

kemanfaatan. Dan oleh sebab itu dapat menurunkan harga, sehingga

mendominasi pasar. Dengan demikian perusahaan yang besar

cenderung lebih mampu memberikan tingkat upah yang tingggi

daripada perusahaan kecil.

Keenam, tingkat upah dapat berbeda menurut tingkat

efisiensi dan manajemen perusahaan. Semakin efektif manajemen

perusahaan, semakin efisien cara-cara penggunaan faktor produksi,

dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan kepada para pekerja.

Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat

pekerja dapat mengakibatkan perbedaan tingkat upah. Serikat

pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan alasan-alasan yang

wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan upah.

Page 123: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 123

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Kedelapan, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktor

kelangkaan. Semakin langka tenaga kerja dengan ketrampilan

tertentu, semakin tinggi upah yang ditawarkan pengusaha.

Kesembilan, tingkat upah dapat berbeda sehubungan dengan

besar kecilnya resiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di

lingkungan pekerjaan. Semakin tinggi mendapat resiko, semakin

tinggi tingkat upah. Dan yang terakhir, perbedaan tingkat upah

dapat terjadi karena pemerintah campur tangan seperti dalam

menentukan upah minimum yang berbeda.

4. Beban kerja

Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja

dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap

beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang

terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang

menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban

kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat

berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,

mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh

mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu

dengan individu lainnya.

Pengertian beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus

dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali

antara volume kerja dan norma waktu.

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah

kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau

pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban

Page 124: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

124 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi

tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau

pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan

menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja

atau teknik manajemen lainnya.

Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban

kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan

informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang

dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan

agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur

baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya

manusia.19

Beban kerja yang buruh kebun kelapa sawit sudah di ketahui

oleh buruh kebun kelapa sawit sejak dimulainya perjanjian kedua

belah pihak, didalam sistem pengupahan kebun sawit yang ada di

Desa Pasar Kembang tidak memiliki beban kerja yang berat. Hanya

saja pekerjaanya semua tergantung pada waktu yang sesuai untuk

dikerjakan.

5. Jaminan keselamatan

Setiap tempat kerja mengandung bebagai potensi bahaya

yang dapat mempengaruhi keselamatan tenaga kerja atau dapat

menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahay

adalah segala sesuatu yang berpotensi meyebabkan terjadinya

19Utomo, “ definisi beban kerja” diambil http://islamic.ac.id/beban kerja-

sistem upah.html pada hari senin 24 April 2017, Pukul 09:15 WIB.

Page 125: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 125

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

kerugian, kerusakan, cidera, sakit,, kecelakaan atau bahkan

mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja.

Jaminan keselamatan untuk keselamatan buruh kebun sawit

yang ada di Desa Pasar Kembang, tidak memiliki jaminan

keselamatan. Kerena kecilnya hasil yang di dapatkan dan tidak

setabilnya harga kelapa sawit, maka dari itulah jaminan

keselamatan buruh kebun kelapa sawit tidak ada dan tidak pernah

ada khusus nya di Desa Pasar Kembang.

G. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan Ujrah yang

dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003,

maka penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan dari penelitian ini,

diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Pelaksanaan Ujrah dalam pengelolaan perkebunan

sawit di Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 bila di lihat dari segi

perjanjiannya tidak dilakukan secara tertulis melainkan hanya secara

lisan saja. Sehingga apabila dikemudian hari terjadi penyimpangan

dalam kerja maka kedua belah pihak tidak mempunyai landasan untuk

bukti. Dalam perjanjian di awal juga tidak menentukan batas waktu

pelaksanaan sehingga sewaktu-waktu salah satu pihak dapat

memutuskan kerja secara sepihak. Dalam hal perawatan kebun semua

dana di tanggung oleh pemilik kebun tugas si penggarap hanya bekerja

sesuai yang di butuhkan oleh tanaman, seperti pengendalian

pemupukan, pemangkasan, pemanenan dan lain-lain. Untuk upah

Page 126: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

126 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

bagian tergantung dari apa yang kita kerjakan dari hasil kebun. Untuk

upah pemangkasan, pengendalian pemupukan, pembuatan saluran air

dan lain-lain telah di tentukan berdasarkan yang telah kita kerjakan.

Pemilik kebun dalam mempekerjakan si penggarap kurang melakukan

pengawasan sehingga bagi pekerja yang kurang amanah memanfaatkan

untuk pengambilan keuntungan sendiri.

Kedua, Dalam pelaksanaan kerjasama Ujrah yang diterapkan

masyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 mempunyai tujuan

yang baik untuk kelangsungan hidup petani sawit, akan tetapi dalam

pelaksanaannya masih belum sesuai dengan ketentuan hukum Islam, di

karnakan dalam pelaksanaannya pemilik kebun memberikan kebunnya

kepada sipekerja kebun untuk digarap dan di ambil hasil kebunnya

dengan prinsip kepercayaan tanpa dilakukan pengawasan, sehingga

memberikan peluang kepada sipekerja kebun untuk melakukan hal-hal

yang menyimpang dari kesepakatan kerja dan tidak sesuai dengan

prinsip pekerja muslim seperti tidak jujur, tidak amanah, tidak menepati

janji dan tidak berlaku adil dalam bekerja. Dalam hal perjanjiannya juga

belum menerapkan perjanjian secara tertulis, hal ini bertujuan untuk

sebagai bukti dasar apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.

Dalampelaksanannya juga tidak menentukan batas waktu pelaksanaan,

sifat, dan tugas si penggarap secara rinci, yang kesemuanya itu menjadi

syarat dan rukun dalam Ujrah. Ujah dalam pengelolaan perkebunan

sawit saat ini yaitu dibuktikan dengan adanya kerjasama yang dilakukan

olehmasyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 dalam bentuk

pemeliharaan kebun kelapa sawit hingga saat ini.

Page 127: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 127

Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah

Setelah penulis melakukan penelitian di Desa Pasar Kembang RT

004 RW 003 ternyata sistem pengupahan tenaga kerja kebun sawit

sudah sesuai dengan syariah Islam, sudah sesuai dengan rukun dan

sayarat Ujrah.

Page 128: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

128 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Samsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori

Akad Dalam Fiqih Muamalat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ahmad Ifham, Sholihin. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Ahmad Warson, Munawwir. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-

Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif.

Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djumialdji. 2006. Perjanjian Kerja. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Hendi, Suhendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Grasindo Persada.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia prespektip

Pembangunan. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Team Pustaka, Phoenix. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Baru. Medi Jakarta: Pustaka Phoenix.

Simanjuntak, Payama, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia. Jakarta :FEUI

Sonny, Sumarsono.2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber

Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Verithzal, Rivai. 2009. Islamic Human Capital Dari Teori ke Praktik

Manajemen Sumber Daya Islam. Jakarta: PT Raja Granfindo

Persada.

Qomarul, Huda, Qomarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Sukses

Offset

Page 129: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

ANALISIS TEKNIK PENGGUNAAN MOVING

AVARAGE, RELATIVE STRANGTH INDEX DAN

BOLLINGER BANDS DALAM MENGHASILKAN

RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG

TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

Mellya Embun Baining

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

M. Syarif Fadhillah

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Abstrak

Agar seorang investor mendapatkan sebuah pengembalian

(return) investasi saham yang tinggi, ada beberapa

pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang investor

salah satunya adalah analisis teknikal.Dalam

menggunakan pendekatan analisis teknikal para investor

dapat menggunakan berbagai macam indikator yang

memiliki keunggulannya masing-masing untuk memperoleh

sebuah return. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

kefektifan dari beberapa indikator teknikal yaitu, Moving

Avarage, Relative Strangth Index (RSI), dan Bollinger

Bands. Dari perbandingan return indikator Moving

Avarage, RSI, dan Bollinger Bands. dapat dilihat bahwa

indikator Bollinger Bands memiliki hasil yang lebih

optimal dibandingkan dengan indikator Moving Average

dan RSI. Selain itu, Indikator Bollinger Bands terbukti

optimal dalam penggunaannya untuk melihat sinyal

transaksi. untuk hasil yang diberikan indikator teknikal

lebih tinggi dibandingkan dengan indikator moving

average dan RSI, khususnya pada saham-saham yang

memiliki tingkat range dan volatilitas yang cukup

banyak.sehingga pada penggunaanya indikator ini dapat

menentukan adanya batas atas dan batas bawah yang

Page 130: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

130 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

cukup baik agar tidak terjadi pembelian saham dengan

harga yang terlalu tinggi atau penjualan saham pada harga

yang terlalu rendah.

Keywords: Return, Indikator Teknikal, Moving Avarage,

Relative Strangth Index (RSI), Bollinger Bands.

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat dominan

berprilaku konsumtif dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,

sehingga masih sangat sedikit masyarakat yang memiliki minat untuk

berinvestasi. Investasi pada dasarnya adalah penggunaan atau

pengeluaran dana yang dilakukan pada waktu sekarang dengan tujuan

untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar dimasa yang akan datang.

Masyarakat saat ini memang dapat dikatakan cukup sulit untuk

mengendalikan keinginan mereka dalam memenuhi kehidupannya,

sehingga perilaku seperti inilah yang membuat masyarakat saat ini

masih sedikit memiliki minat yang kecil untuk melakukan suatu

kegiatan investasi.

Di Indonesia ada berbagai macam alternatif yang diberikan

kepada masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan investasi, salah

satunya ialah berinvestasi pada instrumen pasar modal. Pasar modal

menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 3 adalah

kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan

efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Selanjutnya, dalam ayat 15 disebutkan juga bahwa penawaran umum

yang dimaksud diatas adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan

Page 131: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 131

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata

cara yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan

pelaksanaannya.1

Di era globalisasi sekarang ini, modal dan uang tidak lagi

memiliki negara domisili dan kewarganegaraan. Modal dan uang

dengan bebas akan mengalir dari suatu negara ke negara lainnya

berdasarkan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh pemiliknya.

Sehubungan dengan itu, setiap Negara dipermukaan bumi ini akan

selalu berusaha untuk menyehatkan perekonomiannya dan memajukan

pasar modalnya. Upaya itu diharapkan akan mendorong perkembangan

sektor riil domestiknya dan pada saat yang sama akan menggairahkan

pasar modalnya, sehingga investor domestik maupun investor asing

akan bertransaksi. Dengan demikian, masyarakat akan memperoleh

kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui jual beli

efek dan perusahaan publik berkesempatan untuk memperoleh dana

dari pasar modal yang ada di negara yang bersangkutan.2

Pasar modal dalam beberapa tahun belakangan ini telah menjadi

perhatian banyak pihak, khusunya masyarakat bisnis. Hal ini

disebabkan oleh semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk mengedukasi masyarakat baik dari kalangan praktisi maupun dari

kalangan mahasiswa. Secara umum dilihat dari sisi lain, para pembisnis

juga melihat prospek yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup

dan pengembangan suatu perusahaan dengan kemudahan untuk

1 Ojk.go.id/peraturan-pasar-modal Diakses pada tanggal 15 Januari 2018 2Murdifin dan Salim, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis, (Jakarta,

PT Bumi Aksara, 2010), h.355.

Page 132: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

132 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

memperoleh dana pengembangan usaha dan sebagai daya dorong untuk

mengelola perusahaan secara lebih professional, transparan, efisien,

profit oriented, dan beretika dengan penerapan Good Corporate

Governance karena anjuran otoritas pasar modal dan pengawasan

publik, khususnya para investor.3

Investasi saham dapat dikatakan sedang booming di Indonesia,

perkembangan pasar modal dan pasar modal syariah di Indonesia

menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan, namun untuk saat

ini masih banyak masyarakat yang belum paham tentang keilmuan

pasar modal. Rendahnya tingkat literasi masyarakat terhadap pasar

modal (data terakhir pada tahun 2016 menunjukkan sebanyak 83,91%

masyarakat Indonesia masih awam terhadap pasar modal) berimbas

pada rendahnya supply & demand produk syariah di pasar modal. Bursa

Efek Indonesia mencatat jumlah investor saham lewat Single Investor

Identification (SID) telah mencapai 622.011 dengan pertumbuhan

sebesar +45,64% per November 2017. Angka investor tersebut

mengalami kenaikan tiap bulannya. Namun jumlah investor yang aktif

dan tercatat di Indonesia perbulannya hanya mendapai 98.746 (27,72%)

dan per tahunnya hanya mencapai 223.236 (25,02%) perNovember

2017. Angka tersebut masih tergolong kecil dan harus ditambah. Dari

kedua hal tersebut diperlukan adanya kegiatan sosialisasi dan edukasi

pasar modal secara berkelanjutan guna mengatasi permasalahan

tersebut.4

3Budi harsono, Efektif Bermain Saham, (Jakarta, Kompas Gramedia, 2013),

h.4. 4 Bursa Efek Indonesia, idx.go.id

Page 133: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 133

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

Bagi para investor saham, keberadaan pasar modal dapat

memberikan banyak manfaat, seperti penyebaran kepemilikan

perusahaan secara luas ke pada masyarakat dan memberikan

keuntungan atau return dengan kemungkinan risiko yang ada pada

masing-masing instrument investasi yang dipilihnya. Return yang

dimaksud tersebut dapat berupa Deviden dan Capital Gain. Deviden

adalah sejumlah uang ataupun saham yang diberikan kepada para

pemegang saham yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah

saham yang dimiliki oleh para pemegang saham perusahaan tersebut.

Sementara itu Capital Gain merupakan keuntungan yang didapatkan

oleh investor yang diperoleh dari selisish transaksi jual beli saham.5

Perdagangan saham di Pasar Modal memang dapat menjadi

pilihan bagi masyarakat karena tingkat pengembalian yang cukup

tinggi. Mengenai instrument investasi yang umum terdapat di pasar

modal yang dapat memberikan fungsi intermediasi secara efektif,

bermanfaat, dan memberikan alternatif pilihan yang menguntungkan

bagi investor, emiten/perusahaan, dan sistem ekonomi yang ada. Oleh

karena itu, tidak salah instrument saham ini banyak diminati oleh

masyarakat. Namun, selain saham dapat meberikan pengembalian yang

tinggi, masyarakat jangan lupa bahwa resiko yang dihadapi oleh

investor juga terbilang tinggi. Kondisi inilah yang sering disebut

dengan “High Risk, High Return”.6 Tingginya tingkat pengembalian

investasi saham dikarenakan sifat saham yang fluktuatif, dari sifatnya

5Rusdin, PasarModal: Teori, Masalah dan kebijakan dalam praktik,

(Bandung, 2008), h. 73. 6Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media

Nusantara, 2013), h. 1-2.

Page 134: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

134 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

yang fluktuatif itulah yang menyebabkan tingkat pengembalian

investasi saham tinggi. Adanya harga saham yang naik dan kembali

turun sudah sering terjadi karena transaksi saham memiliki nilai

ekonomis yang sesuai dengan teori hukum permintaan dan penawaran

dalam ekonomi.7

Untuk bisa mendapatkan saham yang memberikan tingkat

pengembalian yang tinggi, maka investor harus memperhatikan saham

tersebut. Menurut Adler Haymans, agar seorang investor mendapatkan

sebuah pengembalian (return) yang tinggi, ada beberapa pendekatan

yang dapat digunakan oleh seorang investor salah satunya adalah

analisis teknikal. Analisis teknikal adalah pendekatan yang

menggunakan volume transaksi dan harga saham pada masa lalu untuk

menentukan harga saham dimasa yang akan datang. Biasanya harga

saham dibuat dalam bentuk gambar (chart).8

Dalam menggunakan pendekatan analisis teknikal para investor

dapat menggunakan berbagai macam indikator yang memiliki

keunggulannya masing-masing untuk memperoleh sebuah return.

Karena banyak indikator yang dapat digunakan oleh investor untuk

melakukan sebuah pendekatan analisis teknikal. Penggunaan analisis

teknikal bagi para investor selain hanya untuk mendapatkan return yang

juga digunakan agar mengurangi indikasi spekulasi dalam transaksi

saham tersebut. Namun kenyataan yang terjadi pada saat ini dari sekian

banyaknya investor saham, masih banyak investor yang melakukan

sebuah transaksi saham hanya beracuan pada berita yang banyak

7 Harsono, Efektif...., h. 11. 8 Haymans, Berani..., h. 4.

Page 135: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 135

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

diperbincangkan di media serta rekomendasi-rekomendasi dari broker

tanpa ada analisa dari investor itu sendiri dikarenakan ketidak pahaman

investor dalam melakukan sebuah analisa saham.

Melihat fenomena dalam berinvestasi di atas, maka penulis ingin

melakukan sebuah penelitian yang berkaitan dengan penggunaan

indikator teknikal agar kedepannya para investor memiliki salah satu

acuan dari banyaknya indikator yang ada saat ini. Dari banyaknya

indikator yang ada dalam penggunaan analisis teknikal, penulis

memilih indikator Moving Avarage, Relative Strangth Index, dan

Bollinger Bands dalam penelitian ini, karena indikator-indikator

tersebut merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh

seluruh kalangan investor dalam melakukan analisis teknikal. Selain

itu, dari banyaknya indikator yang ada dalam analisis teknikal, indikator

tersebut merupakan indikator yang cukup mudah dipahami dan cukup

popular digunakan oleh investor. Serta dalam indikator teknikal

terdapat beberapa macam kategori dan fungsi dalam penggunaan

masing-masing indikator, seperti : Indikator Trend Following, Indikator

Momentum dan Indikator Volatility. Penulis memilih Indikator Moving

Avarage, Relative Strangth Index (RSI), dan Bollinger Bands ini karena

pada umumnya indikator-indikator tersebut telah mewakili dari

masing-masing kategori diatas.

Peneliti akan menggunakan saham-saham yang terdaftar di JII

(Jakarta Islamic Index) sebagai objek penelitian karena saham-saham

yang terdaftar pada JII merupakan saham-saham syariah unggulan dari

masing-masing sektor industri dan memiliki likuiditas yang tinggi

sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtutan waktu.

Page 136: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

136 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Selain itu juga saham JII memiliki tingkat pengembalian yang cukup

tinggi di tiap tahunnya dibandingkan indeks-indeks lainnya. Peneliti

nantinya akan melihat return yang dihasilkan dari masing-masing

emiten diatas dengan menggunakan beberapa indikator teknikal,

Sehingga nantinya dapat terlihat seberapa optimal kinerja indikator-

indikator tersebut dalam menghasilkan return.

Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian terkait penggunaan indikator teknikal

tersebut dengan judul “Analisis Teknik Penggunaan Moving

Avarage, Relative Strangth Index dan Bollinger Bands Dalam

Menghasilkan Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII)”. Sehingga hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada para investor dalam

penggunaan analisis teknikal sebagai acuan untuk mengambil

keputusan dalam melakukan transaksi saham.

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana ketepatan kinerja ketiga indikator teknikal tersebut

dalam pemilihan saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index

(JII) ?

2. Bagaimana tingkat return yang dihasilkan dari masing-masing

indikator teknikal tersebut pada saham yang terdaftar di

Jakarta Islamic Index (JII) ?

3. Kenapa terjadi perbedaan hasil yang diperoleh dari masing-

masing kinerja ketiga indikator teknikal tersebut ?

B. Kerangka Teori

Page 137: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 137

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

1. Pasar Modal

Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,

pengertian pasar modal dijelaskan sebagai kegiatan yang berkaitan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memberikan

peranan penting bagi perekonomian suatu Negara yang memiliki

dua fungsi pokok, yaitu sebagai fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Pasar modal dikatakan sebagai fungsi ekonomi, karena

pasar modal sendiri menyediakan fasilitas ataupun wahana yang

mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki

kelebihan dana dan membutuhkan sarana investasi dengan pihak

yang membutuhkan dana. Dengan adanya pasar modal maka

perusahaan publik dapat memperoleh dana segar dari masyarakat

melalui prosedur Initial Public Offering (IPO). Sedangkan pasar

modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal

dapat memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh

imbal hasil (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik

investasi yang dipilih.9

2. Return Saham

Menurut Fahmi dan Hadi dalam skripsi Kurniyati, return

adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan

institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya.

Sedangkan menurut Hartono, return merupakan hasil yang

9 Rusdin, Pasar..., h. 1.

Page 138: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

138 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian

(realized return) atau return ekspektasian (expected return). return

realisasian adalah return yang telah terjadi yang dihitung

menggunakan data historis. Return realisasian penting karena

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan

juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan

risiko di masa mendatang. beberapa pengukuran return realisasian

yang banyak digunakan adalah return total, relatif return,

kumulatifreturn dan retur disesuaikan. Returnekspektasian adalah

return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa

mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa

cara yaitu berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai

returnhistoris dan model return ekspektasian yang ada.10

Menurut Usman, komponen return terdiri dari dua jenis:

current income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan

selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang

diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti:

pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan

sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar,

karena keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas,

sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau jasa giro,

dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus atau

dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham

dan dapat dikonversikan menjadi uang kas. Komponen kedua dari

10 Kurniyati, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham LQ-

45 Tahun 2007-2011,” Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro , 2011)

Page 139: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 139

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena

adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu

instrumen investasi.11

3. Analisis Teknikal

Analisis teknikal digunakan sebagai alat untuk memprediksi

harga dimasa yang akan datang. Analisis ini menggunakan harga

saham dari harian yang dibuat gambarnya dan dikenal dengan

charts, sehingga analisis teknis disebut juga chartist. Menurut

Rotella dalam buku Adler Haymans “Berani Bermain Saham”

menyatakan bahwa analisis teknis adalah studi tentang tingkah laku

pasar pada masa lalu untuk menentukan status saat sekarang ini atau

kondisi pasar sekarang ini. Sedangkan menurut Madlem, analisis

teknis menceritakan waktu beli atau jual dan juga mengukur

bagaimana kekuatan pasar dari segi penawaran dan permintaan

yang mempengaruhi harga saham. Dari kedua definisi diatas dapat

saya simpulkan, analisis teknikal (technical analysis) adalah analisa

untuk memprediksi pergerakan harga saham dimasa yang akan

datang atas dasar pola pergerakan harga dan volume yang telah

terjadi sebelumnya.12

Menurut Budi Harsono, penggunaan metode analisis teknikal

yang antara lain menyatakan bahwa :13

11Frento Suharto, Investasi secara benar : mengungkap rahasia forex, (Jakarta,

Kompas Gramedia, 2013), h. 16. 12 Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media

Nusantara, 2013), h.32. 13 Harsono, Efektif..., h. 42.

Page 140: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

140 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

a. Banyak investor yang mengharapkan keuntungan (return)

berdasarkan performance di masa lampau, sehingga

ekspektasi berdasarkan harapan yang tinggi atas performance

masa lalu tersebut dapat dengan kuat mempengaruhi harga di

masa depan

b. Kenyataan-kenyataan yang ada, bahwa para pelaku pasar

sering bertindak tidak rasional, terkadang rakus, sangat

ketakutan terhadap resiko investasi, dan lain-lain, serta

kenyataan bahwa dipasar juga terdapat pelaku pasar lain yang

opportunis/spekulan, sehingga harga saham sangat sering

sudah tidak terkait dengan fundamental perusahaan. Dalam hal

ini, gambaran dengan analisis teknikal akan lebih cepat

memberikan masukan untuk pertimbangan dalam melakukan

eksekusi.

c. Cepat dan mudah dilaksanakan tanpa harus mempelajari

kondisi ekonomi, data-data, perhitungan akuntansi dan lain-

lain sebagainya.

C. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam menganalisis data penulis menggunakan penelitian

kualitatif deskriptif research. Pendekatan penelitian ini merupakan

salah satu cara untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian,

karena peneliti nantinya akan mendiskripsikan kondisi dan

keefektifan kinerja dari indikator Moving Avarage, Relative

Strangth Index (RSI) dan Bollinger Bands dalam memprediksi trend

Page 141: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 141

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

suatu saham untuk mendapatkan return dari pembelian saham

tersebut. Dengan menggunakan pendekatan penelitian ini nantinya

diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis ataupun lisan dari data-data yang diamati.14

2. Jenis Dan Sumber Data

Secara umum jenis dan sumber data dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang

diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun lokasi objek

penelitian atau keseluruhan data hasil penelitia yang diperoleh di

lapangan. Data primer tidak diperoleh melalui sember perantara

atau pihak kedua dan seterusnya. Adapun data sekunder adalah data

atau sejumlah keterangan yan diperoleh secara tidak langsung atau

melalui sumber perantara.data ini diperoleh dengan cara mengutip

dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah

diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh menggunakan data

sekunder yang bersumber dari data-data perusahaan Jakarta Islamic

Index (JII) yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari data-

data perusahaan tersebut akan diperoleh data-data historis

pergerakan harga saham dari bulan Januari 2017– Desember 2017

yang terdiri dari nilai penutupan harian.15

3. Teknik Pengumpulan Data

14 Sugiono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung,

Alfabeta 2016), h.7-8. 15Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 104.

Page 142: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

142 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang diangkat, maka

dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data, yaitu:

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dan mengolah

data. Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan pengkajian data

yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan dan

kesediaan data. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk

menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu

memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen

tersebut sehingga tidak sekedar barang yang tidak bermakna.

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan

data yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Pelaksanaannya

dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang

diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti

memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan

lain. Metode wawancara ini juga berguna bagi penulis untuk

mendapatkan informasi mengenai penggunaan indikator

teknikal secara mendalam agar nantinya dapat mepermudah

dalam melakukan penelitian.

b. Observasi

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, penulis

melihat perlu adanya pengamatan baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap objek yang akan diteliti. Karena objek

yang akan diteliti merupakan pergerakan harga saham, dimana

Page 143: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 143

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

harga saham tersebut dapat bergerak cukup cepat dalam tiap

harinya.16

c. Teknis Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya dalam

penelitian ini adalah menganalisis data.

1) Reduksi Data. Data yang diperoleh dilapangan cukup

banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Seperti dikemukakan, semakin lama penelitian

dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,

komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera analisis data

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya.

2) Penyajian Data. Setelah data di reduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bisa disajikan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

3) Penarikan Kesimpulan. Langkah ketiga dalam analisis

data kualitatif adalah penarikan kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

16 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta PT.

Rajagrafindo Persada, 2014), h. 49-51.

Page 144: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

144 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

dalam mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya.

Tapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat penelitian kembali kelapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.17

D. Pembahasan Dan Hasilpenelitian.

1. Hasil Kinerja Dari Pergerakan Harga Emiten Yang

Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Dengan

Menggunakan Metode Analisis Teknikal

Kinerja penggunaan dari masing-masing indikator teknikal

tentunya berbeda-beda, karena pada dasarnya setiap indikator

memiliki fungsi yang berbeda pula. Namun, pada umumnya

pergerakan dari setiap saham juga hampir memiliki kesamaan satu

sama lain yang dilihat dari pola pergerakan naik dan turunnya

pergerakan harga pada masing-masing saham tersebut. Pada

penelitian ini untuk menilai kinerja dari indikator teknikal dilihat

dari banyaknya sinyal beli maupun jual yang diberikan dari masing-

masing indikator.

Pada kali ini simulasi transaksi yang akan dilakukan

menggunakan planning transaksi yang sesuai dengan fungsi dari

masing-masing indikator, sehingga nantinya dapat terlihat kinerja

dari penggunaan indikator teknikal tersebut. Planning dalam

17Sugiono, Metode..., h. 247-252.

Page 145: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 145

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

bertransaksi dengan menggunakan indikator Moving Avarage

dilakukan dengan melihat dari pergerakan harga saham yang

memotong keatas pada garis Moving Avarage sebagai sinyal beli,

sementara pergerakan harga yang memotong kebawah pada garis

Moving Avarage menunjukan sinyal jual.18

Selain itu, pada indikator RSI planning transaksi yang

digunakan dengan melihat indikasi top and bottoms atau juga sering

disebut dengan kondisi overbought dan oversold, yang juga

dinyatakan oleh J. Welles Wilder dalam bukunya, dimana ia

menyebutkan planning seperti ini sebagai Failure Swing. Kondisi

ini nantinya akan melihat pergerakan harga bawah RSI yang

menyentuh level 30 yang berarti pasar sudah kelebihan jual

sehingga investor sebaiknya melakukan pembelian kembali. Serta

ketika level RSI sudah mencapai level 70 yang berarti pasar sudah

kelebihan beli sehingga investor sebaiknya melakukan penjualan

saham. dalam suatu gerakan yang memiliki trend.19

Sementara, untuk Planning bertransaksi yang dilakukan

menggunakan indikator Bollinger Bands ini yaitu dengan

menggunakan Counter Trend. Menurut Frento, Counter Trend

adalah keputusan transaksi diambil ketika harga berhasil mencapai

titik-titik tahanan yang disediakan oleh Bollinger Bands. Dengan

maksud bahwa posisi beli diambil ketika harga mencapai support,

dan posisi jual diambil ketika harga mencapai titik resisten. Strategi

18Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui

trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h.69-74. 19Edianto Ong, Technical Analysis for Mega Profit, (Jakarta, PT Gramedia

Pustaka Utama, 2016), h. 304-210.

Page 146: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

146 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

ini banyak digunakan akibat perilaku unik yang diperlihatkan oleh

Bollinger Bands terhadap perubahan harga. Harga sering kembali

ke area middle band setelah berhasil mencapai bahkan menembus

upper band atau lower band, terutama pada masa konsolidasi.

Dengan menggunakan planning tersebut, indikator Bollinger Bands

ini mampu memberikan gambaran trend, seperti halnya yang

dilakukan oleh Moving Avarage. Serta dalam aplikasiannya

Bollinger Bands akan bergerak menyempit dan mengembang sesuai

dengan volatilitas harga, sehinnga memberikan level support dan

resistence yang lebih dinamis.20

Hasil dari penilaian kinerja dari masing-masing indikator

dapat dilihat pada tabel 1

Dari tabel hasil kinerja tersebut, dapat dilihat bahwa selama

kurun waktu satu tahun, dengan menggunakan 30 saham JII

diperoleh hasil yang berbeda-beda. Kinerja dengan indikator

Moving Avarage terbukti menghasilkan rata-rata 8,97 tingkat

transaksi selama satu tahun, sementara pada indikator RSI

menghasilkan 6,47 tingkat transaksi selama 1 tahun, serta pada

indikator Bollinger Bands menghasilkan 10,13 tingkat transaksi

selama satu tahun. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa

indikator Bollinger Bands lebih dominan dalam memberikan sinyal

transaksi dibandingkan dengan indikator Moving Avarage dan RSI.

Serta pada pergerakan harga saham ASII, indikator Bollinger Bands

memberikan sinyal transaksi yang paling banyak, yakni sebesar 18

20 Suharto, Investasi..., h. 128.

Page 147: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 147

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

kali sinyal transaksi selama periode 1 tahun. Tingkat transaksi yang

cukup tinggi dihasilkan oleh indikator Bollinger Bands pada

pergerakan harga saham ASII. dimana pada saham ini, indikator

Bollinger Bands memberikan sinyal transaksi sebanyak 18 kali.21

2. Hasil Return Dari Pergerakan Harga Emiten Yang

Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Dengan

Menggunakan Metode Analisis Teknikal

Pada pembahasan sebelumnya dapat terlihat sebuah sinyal

beli dan jual yang dihasilkan oleh masing-masing indikator teknikal

dari pergerakan harga 30 saham yang terdaftar di JII, dari sinyal beli

dan jual tersebut maka akan diperoleh nilai return yang didapat dari

selisih harga beli dengan harga jual. Dalam hal ini ada 2 jenis return

yang diperoleh dalam bertransaksi saham yaitu, harga jual lebih

tinggi dari harga beli (capital gain) dan harga jual lebih rendah dari

harga beli (capital loss).

Dalam hal ini planning transaksi yang dilakukan untuk

mendapatkan nilai return masih sama dengan pembahasan

sebelumnya yang memberikan sinyal transaksi. Dimana pada

Moving Avarage menggunakan planning perpotongan garis Moving

Avarage, sementara RSI menggunakan planning top and bottoms

atau juga disebut dengan failure swings, serta pada indikator

Bollinger Bands menggunakan planning counter trend. Sementara,

21 Harsono, Efektif..., h. 46-55.

Page 148: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

148 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

nilai return yang didapatkan nantinya berasal dari perhitungan harga

penutupan beli dengan jual.22

Hasil dari penilaian kinerja dari masing-masing indikator

dapat dilihat pada tabel 2

Dari tabel diatas, dapat dilihat hasil simulasi transaksi dengan

menggunakan indikator Moving Avarage dari bulan januari 2017 –

desember 2017 menghasilkan return dengan rata-rata sebesar

12,19% yang terdiri dari 8 loss dan 22 profit pada seluruh saham

yang terdaftar di JII. Transaksi dengan menggunakan indikator

Moving Avarage pada saham INCO merupakan transaksi yang

paling menguntungkan dibandingkan dengan saham-saham lainnya,

yang terbukti dapat menghasilkan tingkat return rata-rata sebesar

74% selama satu tahun. Indikator Moving Avarage akan sangat

efektif jika digunakan untuk saham-saham yang pergerakan

harganya berada dalam sebuah tren yang kuat dengan jangka waktu

yang cukup panjang. Pada Indikator Moving Avarage sebagian

transaksi pada saham-saham yang mengalami kerugian karena

saham-saham tersebut pada tahun 2017 ini sedang berada pada trend

sideways ataupun downtrend, sehingga transaksi yang terjadi

terindikasi pada sinyal jual yang terlambat. Serta pada tren seperti

ini sinyal jual dan beli terjadi begitu cepat yang mengakibatkan

tingkat perubahan arah pada pergerakan harga saham juga terjadi

dengan cepat. Apabila harga telah di eksekusi dan trend yang sedang

22Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media

Nusantara, 2013), h. 46-52.

Page 149: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 149

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

berlangsung cenderung akan berubah dan berbalik arah, maka

transaksi tersebut kemungkinan akan berhenti pada titik stop loss.23

Sementara hasil dari simulasi transaksi yang dilakukan

dengan menggunakan indikator RSI dari bulan januari 2017 –

desember 2017 lebih kecil jika dibandingkan dengan indikator

Moving Average dan Bollinger Bands, dimana pada indikator ini

menghasilkan return rata-rata sebesar 23,07% yang terdiri dari 30

profit pada seluruh saham yang terdaftar di JII. Transaksi dengan

menggunakan RSI pada emiten INCO dan PTBA menghasilkan

return yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan emiten lainnya.

Dimana return yang dihasilkan dari masing-masing emiten ini rata-

rata sebesar 58% selama satu tahun. Pergerakan harga pada kedua

emiten tersebut dalam beberapa periode memang terlihat memiliki

pergerakan perbandingan antara tingkat perubahan kenaikan dan

penurunan harga yang terjadi dalam rentang waktu tertentu cukup

tunggi. dari pergerakan harga tersebut dapat terlihat batas tertinggi

dan terendah yang cukup signifikan, sehingga dalam

penggunaannya indikator ini dapat memberikan sinyal jual/beli

yang cukup banyak. Namun, dari penggunaan indikator RSI ini

memang juga dapat terlihat beberapa false signal, seperti yang

terjadi pada beberapa emiten yang memiliki pergerakan sideways

dan downtrend. Dimana pergerakan harga seperti ini terjadi pada

emiten ANTM. pergerakan harga pada emiten tersebut lebih terlihat

pada posisi trend sideways. Dapat dilihat dari hal yang terjadi pada

23Djoko dan Agus, Analisis Teknikal di Bursa Efek, edisi ke-2, (Yogyakarta,

Unit Penerbit & Percetakan STIM YKPN, 2010), h.145-151.

Page 150: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

150 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

emiten ini, ketika RSI telah memasuki area oversold ataupun

overbought bukan berarti pergerakan harga pasti akan menunjukan

potensi berbalik arah, karena dalam beberapa periode harga masih

akan bergerak pada area yang sedang berlangsung seperti yang

terjadi pada emiten-emiten yang memiliki pergerakan trend yang

kuat.24

Serta pada simulasi dengan menggunakan indikator

Bollinger Bands dari bulan januari 2017 – desember 2017

menghasilkan return rata-rata sebesar 40,77% yang terdiri dari 30

profit pada seluruh saham yang terdaftar di JII. Tingkat transaksi

serta return yang didapat dari penggunaan indikator Bollinger

Bands lebih tinggi dibandindangkan dengan penggunaan indilator

Moving Avarage dan RSI. Karena, indikator Bollinger Bands

banyak memberikan sinyal transaksi pada tingkat fluktuasi yang

terjadi pada masing-masing pergerakan harga saham. Transaksi

dengan menggunakan indikator Bollinger Bands pada emiten PTPP

merupakan transaksi yang paling menguntukan dibanding dengan

saham lainnya, yang terbukti menghasilkan tingkat return rata-rata

sebesar 73% selama satu tahun. Tingkat return yang akan

didapatkan Bollinger Bands akan lebih besar jika tingkat volatilitas

yang dihasilkan dari pergerakan harga juga besar dan diikuti dengan

tingkat fluktuasi yang tinggi. Namun, hal perlu diingat dari strategi

counter trend diatas bahwa banyak dari pergerakan harga yang

bergerak menyentuh garis upper/lower menghasilkan sinyal palsu.

24 Ong, Technical..., h. 289-304.

Page 151: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 151

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

Pada hal ini sebenarnya bukanlah berarti apapun karena harga dapat

melanjutkan pergerakannya dan menyentuh upper/lowerband

secara terus-menerus tanpa sempat mengalami koreksi terlebih

dahulu, hal tersebut sering terjadi pada saat melakukan sebuah

kegiatan trading. Untuk meminimalkan terjadinya transaksi ketika

terdapat sinyal palsu, sebaiknya perlu menambahkan syarat

tambahan agar tidak seluruh pergerakan harga yang menyentuh

garis upper/lower dijadikan sebagai senyal beli. Salah satu hal

sederhana yang bisa dilakukan yaitu membuka posisi beli/jual

setelah sehari sebelumnya harga berhasil ditutup dibawah

upper/lower band dan pada hari selanjutnya harga mulai berbalik

arah dari garis Upper/lower band.25

3. Analisi Perbedaan Hasil pada Kinerja Indikator Moving

Avarage, Relative Strangth Index (RSI) dan Bollinger Bands

Dari pembahasan diatas, dapat terlihat adanya perbedaan

hasil dari masing-masing indikator teknikal yang digunakan, baik

itu dari sinyal transaksi maupun tingkat return yang dihasilkan.

a. Pola Pergerakan Harga Mempengaruhi Kinerja

Indikator

Dari ketiga indikator diatas dapat dilihat bahwa indikator

Bollinger Bands menghasilkan return yang tinggi dibandingkan

Moving Avarage dan RSI. Sinyal transaksi yang dihasilkan oleh

indikator Bollinger Bands juga lebih banyak muncul karena

memang indikator ini akan selalu memberikan sinyal pada harga

25 Suharto, Investasi..., h. 132-138.

Page 152: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

152 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

yang bergerak di setiap trend, baik itu uptrend, downtrend

maupun sideways. Selagi harga masih bergerak dalam tingkat

volatility yang cukup tinggi maka indikator ini akan lebih sering

memberikan sinyal transaksi dibandingkan dengan indikator

Moving Average dan RSI.

Pergerakan harga saham PTPP dapat dilihat pada Grafik 1

Seperti yang terlihat pada Grafik 1tersebut diatas dari

salah satu emiten PTPP, indikator Bollinger Band memang lebih

dominan memberikan return. Terbukti indikator Bollinger

Bands memberikan return sebesar 73%, lebih besar

dibandingkan indikator Moving Average dan RSI yang hanya

dapat memberikan return sebesar -25% dan 33%. Terlebih lagi

pada indikator Moving Avarage menghasilkan capital loss pada

saham PTPP ini. Pada grafik diatas dapat terlihat bahwa sering

kali terjadi False Signal pada indikator Moving Avarage RSI,

dimana pada garis Moving Avarage sering sekali memberikan

sinyal beli dan jual, diakibatkan pergerakan harga yang dalam

posisi down trend dan sinyal jual selalu muncul terlambat yang

berada dibawah harga beli. Sementara pada indikator RSI sering

sekali memberikan sinyal beli yang tidak diikuti dengan sinyal

jual, sehingga titik resistence yang seharusnya menjadi posisi

jual pada indikator tersebut tidak muncul.26

Pergerakan harga saham INCO dapat dilihat pada Grafik 2

26Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui

trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h.79-82.

Sumber : Chart Nexus

Page 153: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 153

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

Seperti yang terlihat pada grafik pergerakan harga dari

emiten INCO diatas, indikator Moving average akan lebih

efektif digunakan pada pola pergerakan harga tersebut, dimana

pola pergerakan harga cenderung berada pada tren yang kuat.

Terbukti pada pergerakan harga ini indikator Moving Average

dapat menghasilkan 8 sinyal transaksi dengan return sebesar

74% selama satu tahun. Jika dalam beberapa periode pergerakan

harga masih dalam tren turun, tentunya garis rata-rata dari

indikator Moving Avarage ini juga bergerak turun pula, sesuai

dengan pergerakan harga dalam periode tersebut. Dalam hal ini

dapat dipastikan indikator Moving Average belum memberikan

sinyal transaksi. namun, ketika harga sudah mulai membentuk

tren baru,

rata-rata dari harga penutupan Moving Avarage tentunya

juga akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Pada posisi

inilah ketika harga telah naik dan nilainya melebihi atau sama

dengan nilai rata-rata dari Moving Avarage, barulah indikator

tersebut memberikan sinyal transaksi. inilah yang menyebabkan

indikator Moving Avarage kurang akurat jika digunakan pada

pergerakan harga yang terlalu banyak tingkat perubahan arah

dan mengakibatkan keterlambatan dan nantinya akan

berdampak kepada terlalu sering indikator tersebut dalam waktu

yang singkat memberikan sinyal transaksi sehingga akan

Page 154: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

154 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

mengurangi keoptimalan dalam menghasilkan return

dibandingkan dengan indikator Bollinger Bands dan RSI.27

b. Timing dan Akurasi dari Setiap Indikator

Mempengaruhi Kinerja dan Hasil

Dari suatu pergerakan harga, setiap indikator teknikal

pastinya selalu memberikan sinyal jual dan sinyal beli sesuai

dengan fungsi dari masing-masing indikator tersebut. Jika

dilihat lebih teliti dari pembahasan sebelumnya, setiap indikator

memiliki timingnya tersendiri dalam memberikan sinyal jual

dan sinyal beli. Sehingga dari perbedaan timing itu juga masing-

masing indikator dapat memberikan return yang berbeda. Selain

itu, kecenderungan terjadinya false sinyal dari masing-masing

indikator juga akan mempengaruhi keefektifan dari indikator itu

sendiri.

Sinyal transaksi pada pergerakan harga saham PTPP

dapat dilihat padaGrafik 3

Seperti yang terlihat pada grafik pergerakan harga diatas

dapat terlihat indikator Bollinger Bands cukup agresif dalam

memberikan sinyal transaksi. walaupun dalam hal ini pola

pergerakan harga yang terjadi lebih cenderung pada pola down

tren. Indikator Bollinger Bands sendiri lebih cepat memberikan

sinyal transaksi dibandingkan indikator Moving Avarage dan

RSI. jika dilihat dari sinyal beli pada pergerakan harga diatas,

indikator Bollinger Bands lebih dahulu dalam beberapa bar dari

27 Suharto, Investasi..., h. 146-150.

Page 155: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 155

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

indikator RSI. Sementara jika Bollinger Bands dibandingkan

dengan indikator Moving Avarage, perbedaan sinyal beli cukup

jauh terjadi pada indikator Moving Avarage, dimana indikator

Moving Avarage sendiri memberikan sinyal beli ketika harga

telah bergerak keatas menjauhi garis bawah Bollinger Bands.

Sehingga dari hal tersebut dapat dipahami bahwa indikator

secara akurasi dan timing lebih akurat dibandingkan dengan

indikator Moving Avarage dan RSI.

Sementara itu, dari pergerakan harga diatas juga dapat

terlihat penggunaan dari indikator Moving Average cukup

terlambat beberapa bar dalam memberikan sinyal beli maupun

sinyal jual. Karena pada dasarnya Moving Avarage termasuk

pada bagian leaging indicator, dimana Indikator Moving

Avarage ini terbetuk dari rata-rata pergerakan harga penutupan

yang lalu. ketika harga sudah mulai membentuk tren baru, rata-

rata dari harga penutupan Moving Avarage tentunya juga akan

menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Pada posisi inilah ketika

harga telah naik dan nilainya melebihi atau sama dengan nilai

rata-rata dari Moving Avarage, barulah indikator tersebut

memberikan sinyal transaksi. Selain itu, dalam pergerakan

harga diatas garis Moving Avarage bergerak mendatar

mendekati pergerakan harga, sehingga mengakibatkan sinyal

transaksi yang muncul berulang-ulang.28

28Djoko, Analisis...., h. 102-105.

Page 156: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

156 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Sementara pada indikator RSI terkadang dalam situasi

tertentu sering memberikan false sinyal. Dimana indikator RSI

ini sering memberikan sinyal beli, tetapi terkadang tidak diikuti

dengan adanya sinyal jual. Sehingga dalam waktu tertentu

sebelum ada sinyal jual, pergerakan harga kembali turun dan

memberikan sinyal beli lagi pada harga yang tidak jauh berbeda

dengan sinyal beli sebelumnya. Pada kondisi seperti inilah dapat

terlihat kekurangan dari penggunaan indikator RSI.

Pada grafik diatas juga dapat terlihat, indikator rsi juga

belum maksimal dalam memberikan return investasi. Dalam

hal transaksi, RSI dapat memecahkan masalah apabila terdapat

pergerakan harga yang tidak menentu, dalam arti pergerakan

harga yang terlalu tajam. Dengan demikian dalam kondisi ini

investor perlu menentukan adanya batas atas dan batas bawah

yang konstan agar tidak terjadi pembelian saham dengan harga

yang terlalu tinggi atau penjualan saham pada harga yang terlalu

rendah. Sehingga dalam penggunaanya, indikator RSI ini

digunakan sebagai perbandingan dakam menentukan siyal

transaksi, dimana ketika harga telah bergerak naik ataupun

turun, apakah masih masih layak untuk beli ataukah harus jual.29

29Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui

trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h. 78-80.

Page 157: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 157

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

E. Penutup

1. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebuah

perbandingan kinerja penggunaan indikator teknikal dalam

pengambilan keputusan bertransaksi saham, yang terlihat dari

seberapa optimal kinerja indikator Moving Average, RSI, dan

Bollinger Bands dalam menghasilkan return. Berdasarkan data

yang telah didapatkan dan hasil dari sebuah analisis pengujian data

secara deskriptif dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut.

a. Dari hasil pembahasan diatas dapat dilihat bahwa indikator

Bollinger Bands terbukti optimal dalam penggunaannya

untuk melihat sinyal transaksi. untuk hasil yang diberikan

oleh indikator Bollinger Bands lebih tinggi dibandingkan

dengan indikator Moving Average dan RSI, khususnya pada

saham-saham yang memiliki tingkat range dan volatilitas

yang cukup banyak.

b. Dari hasil pembahasan diatas juga dapat dilihat bahwa

indikator Bollinger Bands memiliki hasil return yang lebih

optimal dibandingkan dengan indikator Moving Average

dan RSI. Dimana pada indikator Bollinger Bands

menghasilkan rata-rata return sebesar 40,77% lebih tinggi

dibandingkan dengan indikator Moving Average dan RSI.

Dimana masing-masing indikator tersebut hanya

menghasilkan rata-rata return sebesar 12,19% dan 23,07%.

Page 158: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

158 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

c. Secara keseluruhan Indikator Bollinger Bands lebih optimal

dalam menghasilkan return dan sinyal transaksi. Dalam

penggunaanya indikator Bollinger Bands mampu

memberikan sinyal transaksi yang cukup cepat. Dalam hal

inilah tingkat return yang dihasilkan dari indikator Bollinger

Bands berbeda dengan indikator Moving Average dan RSI.

Sama halnya dengan indikator RSI, dimana indikator ini

juga dapat memberikan sinyal transaksi dengan harga yang

tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Namun jika

dibandingkan dengan RSI, false sinyal dari indikator

Bollinger Bands lebih sedikit terjadi dari pada RSI.

2. Saran

Berkenaan dengan hal yang berhubungan pada penelitian ini,

penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dianggap perlu,

yakni:

a. Untuk para investor saham, dalam pemilihan suatu saham

yang akan ditransaksikan selain hanya menggunakan sebuah

analisis teknikal diperlukan beberapa metode tambahan lain

agar tingkat kesalahan dan resiko yang diperoleh dalam

pemilihan saham dapat diminimalisir.

b. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar mencoba

menggunakan indikator teknikal yang umumnya jarang

digunakan oleh para investor saham. Selain itu, untuk

peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penggabungan

penggunaan dari salah satu dari ketiga indikator diatas

dengan beberapa indikator teknikal lainnya, agar nantinya

Page 159: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 159

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

dapat mengurangi sebuah false signal dalam melakukan

sebuah aksi beli maupun jual. Serta juga diharapkan untuk

mencoba melakukan sebuah penggabungan dari metode

analisis teknikal dengan metode-metode lainnya, agar suatu

analisa dalam keputusan berinvestasi saham menjadi lebih

optimal.

Daftar Tabel dan Grafik

Tabel 1

Tingkat Transaksi dari Masing-masing Indikator

NO EMITE

N

SINYAL

BELI/JUALMOVIN

G AVARAGE

SINYAL

BELI/JUAL

RSI

SINYAL

BELI/JUALBOLLINGE

R BANDS

1 AALI 10 5 12

2 ADRO 8 7 12

3 AKRA 14 5 8

4 ANTM 8 8 11

5 ASII 12 4 18

6 BSDE 8 6 13

7 CTRA 12 8 15

8 EXCL 8 8 11

9 ICBP 12 8 11

10 INCO 8 8 12

11 INDF 13 8 12

12 KLBF 8 4 10

13 LPKR 8 10 10

14 LPPF 6 4 4

15 LSIP 9 8 10

16 MYRX 4 4 6

17 PGAS 8 6 6

18 PPRO 6 8 10

19 PTBA 8 8 8

20 PTPP 10 11 10

21 PWON 16 6 10

22 SMGR 8 6 10

23 SMRA 10 7 12

24 SSMS 8 8 14

25 TLKM 10 5 8

26 TPIA 8 4 8

27 UNTR 8 3 4

28 UNVR 8 4 6

29 WIKA 6 6 9

30 WSKT 7 7 14

Rata-rata 8,97 6,47 10,13

Page 160: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

160 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Tabel 2

Tingkat Return dari Masing-masing Indikator

NO EMITEN

RETURN

MOVING

AVARAGE

%

RETURN

RSI

%

RETURN

BOLLINGER

BANDS

%

1 AALI -0,19 1 20

2 ADRO 65 35 45

3 AKRA -2 17 34

4 ANTM -10 34 50

5 ASII 3 9 32

6 BSDE 7 13 30

7 CTRA -1 31 38

8 EXCL 15 47 53

9 ICBP 2 19 21

10 INCO 74 58 65

11 INDF 5 13 25

12 KLBF 15 2 18

13 LPKR 6 20 39

14 LPPF 12 32 37

15 LSIP 5 19 29

16 MYRX 5 24 29

17 PGAS 10 23 45

18 PPRO -1 10 44

19 PTBA 29 58 59

20 PTPP -25 33 73

21 PWON -2 17 66

22 SMGR 4 16 44

23 SMRA -13 27 61

24 SSMS 10 19 48

25 TLKM 12 20 44

26 TPIA 32 21 52

27 UNTR 43 25 28

28 UNVR 13 4 14

29 WIKA 47 17 26

30 WSKT 6 28 54

Rata-rata 12,19 23,07 40,77

Page 161: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 161

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

Grafik 1

Pergerakan Harga Saham PTPP

Grafik 2

Pergerakan Harga Saham INCO

Sumber : Chart Nexus

Page 162: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

162 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Grafik 3

Sinyal Transaksi pada Pergerakan Harga Saham PTPP

Sumber : Chart Nexus

Page 163: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 163

Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah

DAFTAR PUSTAKA

Djoko dan Agus, 2010. Analisis Teknikal di Bursa Efek, edisi ke-2,

Yogyakarta, Unit Penerbit & Percetakan STIM YKPN.

Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metode Penelitian & Teknik Penyusunan

Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta.

Filbert, Ryan. 2016. Trading vs Investing: Strategi meraih keuntungan

melalui trading dan investasi secara bersamaan, Jakarta,

Gramedia.

Harsono, Budi. 2013. Efektif Bermain Saham. Jakarta, Kompas

Gramedia.

Haymas, Adley. 2013. Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas

Media Nusantara, 2013.

Kurniyati. 2011. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return

Saham LQ-45 Tahun 2007-2011,” Skripsi.

Murdifin dan Salim. 2010. Studi Kelayakan Investasi Proyek dan

Bisnis. Jakarta, PT Bumi Aksara.

Rusdin. 2008. PasarModal: Teori, Masalah dan kebijakan dalam

praktik, Bandung: Alfabeta.

Suharto, Frento. 2013. Investasi secara benar: mengungkap rahasia

forex, Jakarta, Kompas Gramedia.

Sugiono, 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D,

Bandung, Alfabeta.

Umar, Husein. 2014. Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis

Bisnis, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada.

Ong, Edianto. 2016. Technical Analysis for Mega Profit, (Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama.

Page 164: KONSEP SOSIO-EKONOMI SYĀH WALĪYULLĀH AD DIHLAWĪ

164 | Jurnal Syari’ah

Vol. V, No. 2, Oktober 2017