konsep sosio-ekonomi syĀh walĪyullĀh ad dihlawĪ
TRANSCRIPT
KONSEP SOSIO-EKONOMI
SYĀH WALĪYULLĀH AD-DIHLAWĪ
Sofyan Sulaiman
Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri
Email: [email protected]
Najamuddin
Dosen Ekonomi Syariah Universitas Islam Indragiri
Abstract
Islam memberikan kontribusi yang begitu besar dalam
perkembangan pemikiran ekonomi modern. Namun dalam
penulisan sejarah pemikiran ekonomi, kontribusi ekonom
muslim tidak pernah dilibatkan. Salah satu tokoh yang
memberikan kontribusi yang besar adalah Syāh Walīyullāh
ad-Dihlawī. Seorang ulama asal Delhi, India. Salah satu
sumbangan pemikirannya adalah kosep Sosio-Ekonomi
yang disebut dengan konsep irtifāq. Ada empat tahap
perkembangan masyarakat, yaitu dimulai dengan (1)
Kehidupan masyararakat dengan sistem ekonomi
subsisten. (2) irtifaq kedua tentang bagaimana masyarakat
mendapatkan kehidupan yang pantas, (3) irtifaq ketiga
tentang negara perkotaan, (4) dan irtifaq keempat adalah
bagaimana manusia mencapai tahap peradaban puncak
yaitu dengan adanya sistemp pemerintahan Islam atau
yang disebut dengan khilafah.
Keyword: Sejarah, Pemikiran Ekonomi Islam, Sosio-
Ekonomi, Syāh Walīyullāh Ad-Dihlawī, Tokoh
Ekonomi Islam
2 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
A. Pendahuluan
Pemikiran ekonomi Islam sama tuanya dengan Islam itu sendiri.
Pada awal Islam, ekonomi Islam belum sebagai sebuah disiplin ilmu,
namun hanya ditampilkan dalam bentuk norma-norma dan nilai-nilai
ekonomi Islam.1 Sejak awal norma-norma dan nilai-nilai ekonomi
Islam terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah dan dipraktikkan oleh
umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Seperti larangan memakan
riba, larangan memakan harta dengan cara yang bathil, perintah untuk
mencari karunia Allah dimuka bumi, perintah berinfaq, perintah
berusaha, larangan menimbun barang dengan maksud melangkakan
barang, pengaturan kepemilikan publik dan individu, larangan
pengaturan harga oleh negara, perintah pengaturan dan pengawasan
pasar, manajemen krisis, hingga pengaturan sumber pendapatan dan
belanja negara.
Sepeninggal Rasulullah, ekonomi Islam mulai didiskusikan
dalam berbagai disiplin ilmu. Pertama, ekonomi Islam didiskusikan
dalam berbagai kitab tafsir sebagai penjelasan kandungan al-Qur’an.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ekonomi dijelaskan oleh
mufaṣirīn secara rinci maksud dan tujuan ayat tersebut. Misalnya, tafsir
mengenai ayat-ayat larangan riba, perintah untuk mecari harta dengan
cara yang baik, dll.2
Kedua, ekonomi Islam ditemukan dalam disiplin ilmu fiqh
(Islamic jurisprudence). Aspek legal dalam masalah ekonomi hingga
1 Abul Hasan M. Sadeq, “Indtrodution: Islamic Economic Thought”, dalam
Abul Hasan M. Sadeq dan Adit Ghazali (ed.) Reading Islamic Economic Thought,
(Selangor Darul Ehsan: Longman Malaysia, 1992), h. 1. 2 Ibid.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 3
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
masalah hukum Islam yang lainnya dibahas dalam ilmu fiqh. Misalnya,
aturan-aturan jual beli, aturan berserikat, hutang-piutang, hingga
masalah jaminan dijelaskan secara detail dalam ilmu fiqh. Ketiga,
akhlak Islam dibahas dalam masalah-masalah ekonomi dalam sistem
etika Islam untuk pengembangan moral, hal ini dilakukan untuk
membimbing manusia menuju prilaku ekonomi yang paling
diinginkan.3
Keempat, sejumlah tulisan, yang berhubungan dengan ilmu
ekonomi, yang telah ditulis oleh beberapa ulama besar sebagai respon
atas kebutuhan pada masa mereka terhadap pemerintahan. Tulisan-
tulisan tersebut berhubungan dengan keuangan publik, terutama
mengenai pemasukan pemerintah, pajak atas tanah, pengeluaran dan
belanja negara, dll. Dan kelima, beberapa ulama dan filosof muslim
membahas dan mengalisis tema-tema ekonomi. Sebagai contoh, Ibnu
Khaldun dan Ibnu Taymiyah yang membahas masalah ekonomi mikro,
yaitu pengaruh permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap
harga.4
Namun, dalam penulisan sejarah pemikiran ekonomi, pemikiran
ekonomi dalam Islam tidak mendapat pengakuan. Joseph A.
Schumpeter dalam bukunya History of Economic Analysis
menyebutkan, bahwa pemikiran ekonomi muncul pada ke 4 SM pada
zaman Yunani Kuno kemudian muncul kembali pada abad ke 13 M
pada masa St. Thomas Aquinas (1225-1274, era Skolastik),5 artinya,
3 Ibid., h. 2. 4 Ibid. 5 Joseph A. Schumpeter, History of Economic Analysis, (Inggris: Routledge,
2006), h. 70.
4 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
dalam periode ini ada kevakuman dalam rentang yang begitu panjang
(The Great Gap) dalam pemikiran ekonomi. Adalah sesuatu yang tidak
mungkin ilmu ekonomi muncul kembali tanpa ada proses transisi ilmu
dari pemikir sebelumnya. Pada periode inilah ada ketidakjujuran dalam
penulisan sejarah pemikiran ekonomi, padahal Islam pada masa itu
dalam masa keemasan (Golde Ages) sementera Barat (Eropa) sedang
mengalami masa kegelapan (Dark Ages). Para pemikir Islam
memberikan sumbangan yang begitu besar dalam pemikiran ekonomi,
bahkan menjadi rujukan para pemikir Barat, namun sejarah ini berusaha
Gambar 1
Interaksi dan pengaruh
ekonomi Islam terhadap
ekonomi modern
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 5
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
ditutup-tutupi sejarahnya sehingga tidak ada pengakuan terhadap
sumbangsih Islam dalam pemikiran ekonomi.
Yang menjadi pertanyaan, kenapa kontribusi para ulama tidak
diakui dalam proses transisi pemikiran dari Islam ke Skolastik? Alasan
pertama dan tepenting adalah, Skolastik memandang rendah Islam dan
Muslim, mereka bahkan menyebutkan bahwa pemikiran mereka
merupakan warisan langsung dari Yunani dan Romawi. Pada abad ke
14 banyak sarjana-sarjana Eropa mempelajari penerjemahan buku-buku
Arab, kemudian mereka mepersiapkan terjemahan tersebut dalam
beberapa jilid atau ringkasan tanpa menyebutkan bahwa buku-buku
tersebut karya Muslim, bahkan menyebutkan sebagai karya sarjana
Yunani.6 Kedua, menghilangkan serta mengabaikan kutipan dari
sarjana muslim menjadi motivasi mereka, lalu diganti dengan nama
mereka, hal ini merupakan sesuatu yang umum dikalangan skolastik.7
Sepanjang peradaban Islam, Islam telah melahirkan pemikir-
pemikir ekonomi Islam yang dimulai dari masa khulafau Rasyidin dan
sahabat, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Abu Dzar al-Ghifari, dan Abdurrahman bin Auf,
kemudian dimasa kekhilafahan Islam, seperti Zaid Bin Ali, Abu
Hanifah, Abdur Rahman al-Auzai, Malik bin Anas, Abu Yusuf, Asy-
Syaibani, Abu Ubaid, Abdullah Harits bin As’ad al-Muhassabi, Abu al-
Hasan al-Mawardi, Ar-Raghib al-Asfahani, Abu Hamid al-Ghazali,
Ja’far ad-Dimasyqi, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, al-Maqrizi, Alamgir
Aurangzeb, Syah Waliyullah ad-Dihlawi, hingga masa transisi setelah
6 Islahi, Contributions…., h. 99. 7 Ibid., h. 101.
6 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
kekhilafahan runtuh seperti Jalaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh,
dan Sir Syed Ahmad Khan.8 Salah seorang ulama yang memberikan
kontribusi cukup besar dalam pemikiran ekonomi Islam adalah Syah
Waliyullah ad-Dihlawi, ulama yang berasal dari India yang hidup pada
abad ke 18.
B. Biografi Singkat Syāh Walīyullah ad-Dihlawī
Pada awal abad ke 18, imperium Mughal mulai ambruk, kaum
Sikh, Maratha, dan lain-lain, bertambah jumlahnya. Pada waktu yang
bersamaan, banyak provinsi membatalkan kesetiaan mereka kepada
pemerintahan pusat di Delhi. Dalam kehidupan sosial dan agama, ketiak
adilan dan ketidakdisiplinan merajalela. Melihat hal ini, orang-orang
yang tercerahkan mulai menyadarkan umat Islam dengan menawarkan
kepada nilai-nilai Islam melalui pendidikan Islam dan perjuangan
politik dengan menunjukkan kebenran al-Qur’an dan Sunnah.
Pemimpin gerakan ini adalah Syaikh al-Hind Mawlana Syāh
Walīyullah ad-Dihlawī.9
Dilahirkan di Delhi pada 1703 M, dari keluarga bangsawangan
Muslim, ia adalah keturuan dari Mujaddid Alf-i-Sani Syaikh Ahmad
Sirhindi. Banyak orang cerdas yang lahir dari keluarga itu dan menjadi
sufi atau ulama besar yang berpengaruh dalam sejarah islam di India.
Kakeknya Syaikh Wajihuddin, adalah penasehat Alamgir Awrangzeb.
8 Abdul Azim Islahi, History of Economic Thought In Islam: A Bibliographiy,
(Jeddah: Center for Research of Islamic Economcs-King Abdul Aziz University,
1997), h. xi-xii. 9 M. Atiqul Haque, Wajah Peradaban, Wajah Peradaban, alih bahasa Budi
Rahmat, dkk., Cet. 1, (Bandung: Zaman Wacana Mulia) h. 116.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 7
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
Ayahnya, Syah Abdurrahim membantu Alamgir menyuting Fatwa-i-
Alamgiri.
Waliyullah adalah orang yang cerdas. Dia mempelajari aqidah,
sejarah Islam, filsafat, hukum, dan logika. Dia sangat tertarik pada ilmu
sosial dan serius mempelajari buku-buku Ibnu Khaldun. Analisis
politiknya tajam dengan wawasan dan pemahaman yang luas terhadap
persoalan-persoalan politik India dan dunia Muslim umumnya. Pada
usia 16 atau 17, Syāh Waliyullah menjadi ahli hadits di Madrasah
Rahimiyah yang didirikan ayahnya. Beliau menjadikan madraah itu
institusi ideal melalui pengabdian dan perubahan-perubahan sistem
pendidikan yang dilakukannya. Setelah itu ia pergi melakukan ibadah
haji dan menimba ilmu di Makkah di bawah bimbingan Syaikh Abū
Tahir, seorang ulama dengan reputasi tinggi sekembalinya dari Makkah
pada tahun 1730, usianya saat itu 27 tahun, ia mulai mengajar lagi.
Pada tahun 1837 M ia menerjemahkan al-Qur’an kedalam bahasa
Persia. Terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Persia di India. Sebagian
kaum ulama di Delhi menentang pekerjaan ini dan ia untuk sementara
waktu terpaksa meninggalkan Delhi. Anaknya, Abdul Qadir,
menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Urdu di India.
Syah Waliyullah menyaksikan munculnya kekuatan-kekuatan
asing seperti Prancis dan Inggris di negerinya. Ia merasa prihatin
menyaksikan keruntuhan politik, agama, dan kehidupan sosial kaum
Muslim. Ia membangkitkan semagat umat Islam untuk melakukan
jihad. Dua dari buku-buku pentingya adalah Fuyuz al-Haramayn dan
Tafhimah al-Ilahiyah yang mempelihatkan kecerdasan dan ketajaman
pemikirannya. Ia membeikan penjelasan tentang kebenaran jihad dan
8 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
menyeru umat Islam India untuk berperang melawan kolonial dan para
penindas. Syah Waliyullah yang pertama kali menaburkan dan
menanam benih negara Islam merdeka di kalangan umat Islam India
dan memberi mereka inspirasi jihad menegakkan kebenaran.
Syah Waliyullah Ad-Dihlawi hidup pada sebuah masa dimana
terjadi krisis dan kekacauan yang disebabkan kaum Maratha, Jats,
Sikhs, Ruhullas dan beberapa gubernur di beberapa provinsi yang
ambisius. Adapun penyebab mundurnya Kerajaan Mughal,
sebagaimana yang disimpulakn oleh Syah Waliyullah Ad-Dihlawi,
adalah sebagai berikut:
Pada awal abad ke 18, imperium Mughal mulai ambruk, kaum
Sikh, Maratha, dan lain-lain, bertambah jumlahnya. Pada waktu yang
bersamaan, banyak provinsi membatalkan kesetiaan mereka kepada
pemerintahan pusat di Delhi. Dalam kehidupan sosial dan agama,
ketidakadilan dan ketidakdisiplinan merajalela. Melihat hal ini, Syāh
Walīyullāh ad-Dihlawī menyeru dan memimpin untuk menyadarkan
umat Islam dengan menawarkan kepada nilai-nilai Islam melalui
pendidikan Islam dan perjuangan politik dengan menunjukkan
kebenaran al-Qur’an dan Sunnah.10
Ia mencoba menawarkan pemikiran yang baru pada
zamannya, yakni menyelaraskan akal dan wahyu. Upaya sang pemikir
besar untuk kembali menyatukan umat Islam itu pun berhasil.
Keberhasilan ini melindungi kerajaan Islam dari kehancuran. Syāh
Walî Allāh telah memelopori gerakan Tajdīd wa al-Iṣlāh yaitu gerakan
10 Ibid., h. 116.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 9
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
pembaharuan pada masyarakat Islam agar mereka kembali kepada
sumber-sumber ajaran Islam. Syāh Walî Allāh menyadari bahwa
umat Islam tengah dihadapkan pada jaman modern yang di dalamnya
ada tantangan serius mengenai masalah pemahaman Islam.
C. Pemikiran Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī
Pemikiran ekonomi Syāh Walīyullāh Ad-Dihlawī terdapat dalam
buku Hujjah Allah al-Balighah (Argumen Puncak Allah), dalam buku
tersebut ad-Dihlawiī merumuskan konsep al-Irtifāqāt. Al-irtifāqāt
berasal dari akta rafaqa (رفق) yang berarti manfaat, menolong,
mengokohkan, dan bersandar.11 Makna irtifāqāt adalah berkenaan
dengan bagaimana mencapai hidup yang lebih baik dengan
menggunakan sumberdaya yang ada disekitarnya sehingga seseorang
mencapai kepada puncak perabadan.
Syāh Walīyullāh mengatakan, bahwa sifat dan keadaan
seseoarang pada dasarnya sama, ia membutuhkan makanan, minuman,
hubungan seksual, membutuhkan tempat berlindung. Diantara bentuk
perlindungan yang Allah berikan adalah bahwa manusia diberi ilham
sehingga manusia dapat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.12
Setiap sepies (termasuk hewan) Allah beri ilham untuk bisa memenuhi
kebutuhannya, namun berikan keunggulan pada manusia dari pada
sepesies lainnya. Keunggulan tersebut adalah:
11 A. W. Munawawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), h. 518. 12 Syah Waliyullah ad-Dihlawi, Argumen Puncak Allah: Kearifan dan Dimensi
Batin Syariat, (Jakarta: Serambi, 2005), h. 161.
10 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
1. Setiap manusia terdorong untuk melakukan sesuat karena
pandangan berasama (ar-ra’yu al-kulli). Manusia tidak saja
memenuhi dorongan yang timpul dari kodrat alamiah seperti
rasa lapar, haus, dan nafsu. Namun juga manusia mengabdikan
diri kepada keuntungan rasional yang tidak saja fisik, seperti
mewujudkan tatanan yang adil di dalam kota, menyempurnakan
moral, memperhalus jiwa, atau mendapatkan tempat khusus di
hati masyarakat.13
2. Manusia menggabungkan rasa estestis (zharāfah) dengan
sarana-sarana pendukungan lainnya. Manusia selain ingin
memenuhi kebutuhan dasarnya, merasa senang dan tentram
dengan hal-hal yang indah dan menyenangkan. Karena itulah
mereka berusaha mencari istri yang cantik, makan yang enak,
pakaian yang mewah, dan tempat tinggal yang bagus.14
3. Diantara manusia terdapat orang-orang yang cerdas dan
terampil menemukan pendukung-pendukung peradaban
(irtifāqāt) yang baik, sementara yang lain membutuhkan
penemuan-penemuan cerdas tersebut. 15
Jadi, selain kebutuhan-kebutuhan dasar diilhamkan kepada
manusia, manusia juga diberi ilham berupaka akal untuk berinovasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Seperti, budidaya
pertanian, peternakan hewan, pengolahan makanan, dll.16
13 Ibid., h. 162. 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid., h. 163.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 11
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
Pencapaian atas tiga hal tersebut berbeda-beda pada tiap
masyarakat, menurut Syāh Walīyullāh ada empat tingkatan pencapaian
peradaban (irtifāqāt) masyarakat.
1. Irtifaq Pertama: Kehidupan Primitif (Ekonomi Subsisten)
Tingkatan pertama ini masyarakat masih bersifat primitif.
Aspek irtifāq pertama adalah bahasa. Bahasa menciptakan intereksi
dan kedekatan sesama manusia. Masyarakat juga bercocok tanam,
membuat sumur-sumur, membuat alat-alat masak sederhana,
memelihara binatang dan menjinakkannya, serta memanfaatkan
daging, kulit serta susunya. Selain itu membuat tempat tinggal digua
atau gubuk, dan membuat pakaian dari kulit hewan dan
pepohonan.17
Dalam ilmu ekonomi, irtifāq pertama dikenal dengan
perekonomian subsisten. Dimana unit-unit produksi terutama dari
keluarga tradisional, dengan menggunakan cara dan alat-alat
bercocok tanam yang sederhana. Pola produksi relatif rendah sehing
jarang sekali terjadi surplus (kelebihan) produksi yang dilempar ke
pasar. Kalaupun surplus, barang dilempar ke pasar dengan pola jual-
beli barter.18
2. Irtifaq Kedua: Seni Mengenai Cara Kehidupan yang Pantas
Irtifaq kedua dicapai ketika sebuah masyarakat telah
sempurna pada irtifaq pertama, yaitu ketika (1) masyarakat telah
memiliki pengalaman yang benar dalam berbagai kehidupan, bisa
17 Ibid., h. 167-168. 18 Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi: Teori Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers:
2005), h. 32-33.
12 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
memilih mana yang baik dan yang tidak baik. (2) masyarakat
mencapai akhlak-akhlak yang unggul, sehinggal segala sesuatu
dipilih berdasarkan ahklak, jika tidak baik maka akan mereka
tinggalkan. (3) dan memiliki hubungan persahabatan dan pergaulan
yang baik di antara sesama manusia.19
Pada irtifāq yang kedua, masyarakat sudah memilih mana
yang pantas dan yang tidak pantas. Seperti, antara makanan yang
pantas, mereka tidak akan memakan bangkai karena berbahaya.
Masyarkat akan membuat tempat tinggal atau hunian yang pantas,
memelihara kebersihan tempat dan tubuh, berhias, dan meperindah
tubuh.20
Dalam irtifaq kedua ini paling tidak ada beberapa hal yang
dicapai oleh masyarakat:
Pertama, Pengaturan Rumah Tangga. Untuk membentuk
keluarga yang baik maka dimulai dengan adanya pernikahan,
sehingga seorang laki-laki bisa memilikinya secara eksklusif, yang
dikukuhkan dengan kehadiran para saksi, dan pernikahan tidak
dilakukan dengan sepertalian darah, kemudian pernikahan
dilangsungkan ditengah kehadiran orang-orang, dan disertai
pemberian mahar.21 para orang tua member contoh, sementara
anak-anak mendapatkan kebutuhan mereka dari para orang tua.
Setiap masyarkat saling mencintai dan membantu, bahkan empati.22
19 Ad-Dihlawi, Argumen…., h. 170. 20 Ibid., h. 171-172. 21 Ibid., h. 174-175. 22 Ibid., h. 176-177.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 13
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
Kedua, Seni Bertransaksi Ekonomi (Mu’amalah). Pada
tahap irtifaq kedua ini, masyarakat mencapai pada pola kegiatan
ekonomi dalam perekenomian uang. Ada beberap konsep ekonomi
yang dijabarkan oleh Syah Waliyullah, yaitu:
a. Kebutuhan (need) menciptakan permintaan (demand)
dan penawaran (supply)
Syah Waliyullah mengatakan:
“ada sebagian orang yang mendapatkan makanan melebihi
kebutuhan mereka, namun tidak mendapatkan air, dan yang
lain mendapatkan air berlebih namun tidak mempunyai
makanan. Jadi masing-masing menginkan apa yang dimiliki
orang, sehingga pertukaran tampaknya menjadi satu-satunya
jalan keluar. Dengan demikian, proses pertukaran muncul
karena adanya keperluan, setiap pihak bersepakat bahwa
masing-masing akan menjamin terpenuhinya kebutuhan orang
lain dengan imbalan yang sepadan.”23
Dalam Istilah ekonomi, konsep Syāh Walīyullāh ini
disebut dengan Perekonomian Dua Sektor, disebut juga
perekonomian sederhana, karena hanya terdiri atas dua pelaku,
yaitu rumah tangga konsumsi dan rumah tangga produksi.
Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta
uang antara rumah tangga dengan perusahaan dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
23 Ibid., h. 179.
14 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Gambar 2 | Perekonomian Dua Sektor
b. Kebutuhan terhadap alat tukar (uang)
Syāh Walīyullāh mengatakan:
“Karena banyak orang yang menginginkan benda tertentu atau
tidak menyukai benda lainnya, dan tidak dapat menemukan
orang yang mau menukarnya, maka mereka terpaksa
menetapkan cara untuk memesan benda-benda yang mereka
ingingkan, sehingga benda-benda itu telah dipersiapkan jauh-
jauh hari sebelumnya. Kemudian mereka juga bersepakat
untuk menciptakan satu bentuk alat pertukaran terbuat dari
barang tambang yang bisa bertahan untuk jangka waktu yang
cukup lama.”24
Dalam perekonomian subsisten uang tidaklah terlalu
penting peranannya karena kegiatan perdagangan sangat
terbatas.25 Namun seiring dengan pertumbuhan masyarkat, dan
tingginya tingkat kebutuhan serta adanya spesialisasi produksi
maka uang sangat dibutuhkan sebagai media pertukaran
(medium of exchange). Dalam perekonomian subsisten,
perdagangan sangat terbatas karena produksi hanya untuk
24 Ibid., h. 180. 25 Sukirno, Mikro…., h. 33.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 15
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
memenuhi kebutuhan sendiri. Penggunaan uang telah
memungkinkan melakukan spesialisasi, yaitu setiap orang tidak
lagi menghasilkan semua barang dan jasa yang diperlukan tetapi
mengkhususkan kepada menghasilkan barang atau jasa yang
dapat disediakan dengan lebih efisien.26 Kemudian dengan
adanya uang, “kesesuain ganda dari keinginan” tidaklah
merupakan syarat untuk melakukan tukar-menukar dan
perdagangan.27
c. Penggunaan Emas dan Perak Sebagai Mata Uang
Syāh Walīyullāh menyarankan untuk penggunaan uang
dengan emas dan perak karena nilainya yang tinggi namun
memiliki volume yang kecil, lebih lanjut ia mengatakan:
“Barang tambang yang dianggap paling cocok adalah emas
dan perak karena volumnya yang kecil, keseragamannya,
tidak berbahaya bagi tubuh manusia, dan dijadikan karena
keduanya dapat dijadikan perhiasan, sehingga keduanya
menjadi mata uang umum, dan benda-benda lainnya dilekati
nilai moneter yang disepakati.”28
d. Spesialisasi Profesi
Karena pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi maka
akan semakin tinggi pula tingkat spesialisasi. Menurut Syāh
Walīyullāh kondisi alam dan kebutuhan aktual masyarakat akan
menciptkan spesialisasi yang berbeda-beda. Pada awalnya
spesialiasi itu di bidang pertanian, peternakan, dan ekploistasi
benda-benda didarat dan di laut. Lalu muncul spesialisasi lain
26 Ibid., h. 34. 27 Ibid., h. 35. 28 Ad-Dihlawi, Argumen…., h. 180.
16 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
yang meliputi bidang industri, seperti pertukangan, pandai besi,
dan pengelolaan SDA. Hingga pada akhirnya perdagangan
hingga mengatur dan mengelola pemerintahan juga menjadi
sebuah profesi.29 Kemudian beliau melanjutkan:
“semakin banyak orang yang berperadaban dan
mementingkan kesenangan dan kemewahan, maka cabang-
cabang profesi (spesialisasi) pun semakin banyak. Setiap
orang mengkhususkan diri dalam satu profesi karena satu atau
dua alasan. Seseorang itu menekuni profesi itu karena sifat
dan kekuatannya, seperti sesorang yang pemberani merasa
cocok menjadi tentara, seseorang yang pandai dan memilik
daya ingat yang baik merasa nyaman dengan pekerjaan
menghitung…. Alasan yang kedua adalah karea tuntunan
keadaan, seperti seorang anak atau tentangga pandai besi
merasa lebih cocok menekuni profesi pandai besi dibanding
profesi lainnya. Penduduk pantai lebih suka menjadi
nelayan….”30
Spesialisasi ini penting untuk perkembangan ekonomi
disebabkan oleh beberapa sumbangannya sebagai berikut:
1) Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor produksi.
Dengan adanya spesialisasi orang akan melakukan
sesuatu sesuai dengan keahliannya, orang tidak lagi
perlu melakukan semuanya untuk memenuhi
kebutuhannya karena spesialisasi setiap orang saling
melengkapi.31
29 Ibid. 30 Ibid., h. 180-181. 31 Sukirno, Mikro…., h. 35.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 17
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
2) Mempertinggi efisiensi produksi. Dengan adanya
spesialisasi tiap orang bisa fokus dengan keahliannya
sehingga tingkat produksi bisa semakin tinggi.32
3) Mendorong perkembangan tekonologi. Dengan tingkat
produksi yang tingga maka ia kan menciptakan inovasi-
inovas dalam bidang teknologi produksi.33
e. Aturan-aturan dalam bertransaksi
Dalam kehidupan perkotaan, transaksi lebih kompleks,
ada transaski yang berbentuk jual beli atau barter, ada sewa
menyewa, dan juga hutang piutang. Hal ini muncul karena sifat
manusia yang suka tolong menolong, dan juga dengan tujuan
mencari keuntungan. Namun, tidak semua manusia bersifat
jujur dan amanah, maka diperlukan kontrak untuk mengikat
kerjasama tersebut agar rasa aman dan saling percaya tetap
terjaga, dan apa bila ada pelangggaran maka akan ada kena
sanksi bagi pelanggar kontrak.34
3. Irtifaq ketiga: Pengelolaan Negara-Kota
Menurut Syāh Walīyullāh, kota (madinah) adalah sebuah
kelompok masyaraka yang hidup saling berdekatan satu sama lain,
yang saling berinteraksi satu sama lain, dan yang tinggal di rumah-
rumah yang terpisah. Prinsip-prinsip mendasar dalam hal ini adalah
bahwa ikatan tersebut tersusun dari beberapa (anggota) bagian dan
(menghimpun) suatu sikap bersama.35
32 Ibid. 33 Ibid., h. 26. 34 Ad-Dihlawi, Argumen…, h. 181 35 Ibid., h. 183.
18 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
a. Perlunya Hukum dan Kekuasaan
Pada dasarnya dalam anggota masyarakat sepakat untuk
menciptakan keadilan, rasa aman dan nyaman dilingkungannya.
Namun, dari anggota masyarkat tersebut pasti ada beberapa
orang yang melanggar dan melampaui batas hak-hak yang
lainnya. Maka untuk menjaga rasa aman ini diperlukanlah
sebuah otoritas yang mengawasinya. Lebih lanjut Syāh
Walīyullāh mengatakan:
“…. dan sebagian dari mereka tidak mungkin bisa menegur
atau menghukum sebagian yang lain jika ia tidak memiliki
wewenang, karena teguran yang tidak didasari wewenang
hanya akan mengakibatkan terjadinya perkelahian dan
peperangan. Urusan-urusan kota tidak akan teratur kecuali
kebanyakan orang yang berpengaruh di antara mereka
bersepakat untuk memathi seseorang yang didukung oleh para
pendukungnya sendiri dan memiliki kekuasaan; siapa pun dari
anggota masyakat itu yang lebih rakus, kejam, mudah
membunuh dan mudah marah, perlu mendapat perhatian lebih
dari penguasa kota dibanding lainnya.
b. Penyebab kemunduran
Petama, penyelewengan wewang dan tidak profesional.
Menurut Syāh Walīyullāh ada dua bentuk ketidak-profesional-
an (1) defisit anggaran yang disebabkan oleh orang yang
mempunyai kedekatan dengan penguasa, sehingga mereka
dengan mudahnya memanfaatkan keuangan negara, bahkan
orang-orang tersebut mendapatkan keuangan tersebut dengan
cara yang tidak profesional (2) kecenderungan penguasa untuk
bermewah-mewahan atau berfoya-foya. Dua hal tersebut
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 19
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
menyengsarakan kehidupan orang lain serta menjadi beban bagi
negara.36
Kedua, Pajak yang tinggi. Pajak yang terlalu
memberatkan petani, pedagang, dan kalangan profesional
membuat yang patuh menjadi jatuh dan hancur, dan orang yang
cukup kuat akan menolak pajak itu dan membangkang kepada
penguasa.37
4. Irtifāq keempat: Khilafah
Irtifāq keempat merupakan tahap sempurna dari peradaban.
Negara dibentuk untuk melindungi rakyatnya serta kekayaan
alamnya. Makanya diperlukan seorang kepala negara (khalifah)
untuk memimpin sebuah negara. Dengan dipilihnya khalifah
diharapkan kualitas masyarakat dan wilayahnya meningkat terjamin
keamanan masyarkatnya sehingga kepuasan masyarkat tercapai.38
D. Kesimpulan
Dari uraian di atas, jelas bahwa Islam memberikan sumbangan
yang begitu besar bagi peradaban dunia, dalam pembahasan ini di
bidang ilmu ekonomi. Hal ini tampak pada konsep Sosio-Ekonomi yang
Syāh Walīyullā jabarkan dengan irtifāq selaras dengan teori sains
ekonomi modern.
Meminjam perkataan Prof. Raghib as-Sirjani, “...., tapi
sumbangan kaum muslimin dalam roda perjalanan sejarah kemanusiaan
36 Ibid., h. 187. 37 Ibid. 38 Ibid., h. 196-197.
20 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
begitu banyak dan signifikan. Mustahil bagi kita bisa menggapai apa
yang dicapai manusia sekarang untuk dapat maju di bidang kehidupan
apapun tanpa mempelajari peradaban Islam, dengan kekhususannya
lalu mendalaminya, sejak masa nabi Muhammad hingga sekarang.”39
Wallahu A’lam
39 Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, alih bahasa
Sonif, dkk. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), h. 1.
Konsep Sosio-Ekonomi Syāh Walīyullāh ad-Dihlawī | 21
Sofyan Sulaiman & Najamuddin
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dihlawi, Syah Waliyullah. 2005. Argumen Puncak Allah: Kearifan
dan Dimensi Batin Syariat, Jakarta: Serambi.
Haque, M. Atiqul. 1995. Wajah Peradaban, alih bahasa Budi Rahmat,
dkk., Cet. 1, Bandung: Zaman Wacana Mulia.
Islahi, Abdul Azim. 2005. Contributions of Muslim Scholars To
Economic Thought and Analysis: 11-905 A.H./632-1500 A.D.,
Jeddah: King Abdulaziz University.
_______. 1997. History of Economic Thought In Islam: A
Bibliographiy, Jeddah: Center for Research of Islamic
Economcs-King Abdul Aziz University.
_______. 1989. “Stages of Socio-Economic Development: Shah Wali-
Allah’s Concept of al-Irtifaqat.” MPRA Paper No. 29628.
Khatoon, Afsana. 2016. “Socio-Economic Ideas Of Shah Waliullah,”
Ph.D Thesis Aligarh: Aligarh Muslim University.
Munawwir, A. W. 1997. Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka
Progresif.
Sadeq, Abul Hasan M. 1992. “Indtrodution: Islamic Economic
Thought”, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Adit Ghazali (ed.)
Reading Islamic Economic Thought, Selangor Darul Ehsan:
Longman Malaysia.
Schumpeter, Joseph A. 2006. Schumpeter, History of Economic
Analysis, Inggris: Routledge.
As-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia,
alih bahasa Sonif, dkk., Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar, Jakarta:
Rajawali Pers.
22 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
KONSEP KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
Studi atas Pemikiran Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
Sulistiawati
Mahasiswi Program Studi Ekonomi Syariah
Universitas Islam Indragiri
Ahmad Fuad
Dosen Program Studi Ekonomi Syariah
Universitas Islam Indragiri
Abstrak
Dalam perekonomian kapitalis, kepemilikan dibagi dalam
dua bentuk yaitu kepemilikan swasta (private property) dan
kepemilikan umum (public property). Namun kepemilikan
tersebut tidak diatur secara tetap, karena pribadi bisa
memiliki sesuatu yang bersifat kepemilikan umum selama
ia bisa membelinya, sehingga jika seseorang mempunyai
modal besar ia bisa memiliki apapun sebanyak-banyaknya.
Hal ini yang menyebab distribusi ekonomi yang tidak
merata yang menghasilkan ketimpangan dan ketidak adilan
ekonomi. Berbeda dengan kapitalis, sosialis menghapus
kepemilikan pribadi, hal yang sangat bertentangan dengan
sifat dasar manusia yang mempunyai keinginan untuk
memiliki sesuatu secara pribadi. Dalam sosialis
kepemilikan diatur oleh negara, sehingga negara
cenderung totalitarian. Melihat hal ini, Syaikh Taqiyuddin
mencoba menjelaskan bahwa kepemilikan dalam Islam
berbeda dengan kapitalis dan sosialis. Menurt beliau,
secara umum semua yang ada di alam ini adalah milik
Allah, kemudian Allah menyerahkannya kepada manusia
untuk mengelolanya. Ketika sampai kepada manusia Allah
mentetapkan kepemilikan itu menjadi kepemilikan pribadi,
kepemilikan umum, dan kepemilikan pemerintah.
24 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Keyword: Konsep Kepemilikan, Kepemilikan dalam Islam,
Taqiyuddin an-Nabhani
A. Pendahuluan
Tujuan utama syari'ah adalah memelihara kesejahteraan manusia
yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan akal, keturunan dan
harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindunginya perkara
ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki.1 Tiap-tiap orang
mempunyai kepentingan terhadap orang lain, sehingga timbullah antara
hak dan kewajiban yang wajib selalu diperhatikan orang lain dan dalam
waktu yang sama pula manusia memikul kewajiban yang harus
ditunaikan terhadap orang lain.2
Islam dengan kesempurnaan ajarannya telah menerangkan
tentang aturan berekonomi termasuk membolehkan hak individu
terhadap harta benda dan membenarkan pemilikan semua jenis harta
benda yang mampu diperoleh menurut cara yang halal.3
Kekhasan konsep Islam mengenai hak milik pribadi terletak pada
kenyataan bahwa dalam Islam legitimasi hak milik tergantung pada
moral yang dikaitkan padanya. Dalam hal ini Islam berbeda dengan
kapitalisme, karena tidak satupun dari keduanya itu berhasil dalam
menempatkan individu selaras dalam suatu mozaik sosial. Hak milik
pribadi merupakan dasar kapitalisme, penghapusannya merupakan
1 Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Syari'ah, (Jakarta: PT. Bank
Muamalat dan Tazkia Institut, 2002), h. 96. 2 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 11. 3 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995), h. 95.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 25
Sulistiawati & Ahmad Fuad
sasaran pokok ajaran sosial. Penelitian kekayaan yang tidak terbatas
dalam kapitalisme tidak akan luput dari kecaman bahwa ia turut
bertanggung jawab akan kesenjangan pembagian kekayaan dan
pendapatan secara mencolok, karena dalam perkembangan ekonomi
sesungguhnya hampir dimana saja ia telah meningkatkan kekuasaan
dan pengaruh perusahaan yang memonopoli hak milik yang tidak ada
batasannya ini telah membuat si kaya menjadi lebih kaya dan si miskin
menjadi miskin.4
Islam menganggap kepemilikan dan penguasaan harta benda
pembagian dari naluri alami yang ada dalam diri setiap orang. Oleh
karena itu, Islam menganggap bahwa tidaklah baik atau adil untuk
menekan atau menghapuskannya. Islam menganggap tidak ada bahaya
dalam hak milik perseorangan bahkan sebaliknya ia menggalakkan
setiap orang supaya berusaha untuk mendapatkan harta sehingga dapat
memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat. Dengan demikian
jelas bahwa kebenaran untuk memiliki harta benda merupakan suatu
perkara yang dapat mendorong individu dalam berusaha memperoleh
lebih banyak harta kekayaan.
Pada dasarnya Islam melarang memberantas kepemilikan dengan
cara perampasan, karena akan membatasi usaha manusia untuk
memperoleh kekayaan dan jelas bertentangan dengan fitrah manusia
serta akan memerangi kebebasan kepemilikan, kemudian Islam hadir
dengan membolehkan kepemilikan individu serta membatasi
kepemilikan tersebut dengan mekanisme tersebut, bukan dengan
4 Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf, 1995), h. 64.
26 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
pemberangusan (perampasan). Sehingga dengan begitu cara
(mekanisme) tersebut sesuai dengan fitrah manusia serta mampu
mengatur hubungan-hubungan antar personal diantara mereka.5
Taqiyuddin an-Nabhani melihat persoalan krusial dalam sistem
ekonomi adalah konsep tentang kepemilikan sebab semua aktivitas
pengaturan harta kekayaan baik berkenaan dengan pemanfaatan,
pembelajaran, pengembangan, pengalihan, atau pendistribusiannya
terkait erat dengan konsep kepemilikan. Menurut Taqiyuddin an-
Nabhani, Islam memiliki konsep yang khas dan unik yang sangat
berbeda dengan sistem ekonomi lainnya.
Dalam pandangan Taqiyyudin an-Nabhani, karena semua harta
kekayaan merupakan milik Allah SWT, maka hanya Dia pula yang
berhak dan memiliki otoritas penuh menyerahkan kekayaan tersebut
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, siapapun yang telah mendapatkan
izin dari Allah SWT memiliki suatu harta, berarti dia adalah pemilik
sah harta tersebut, sebaliknya siapapun yang tidak mendapatkan izin
dari-Nya untuk memiliki suatu harta, dia bukan sebagai pemilik sah
tersebut, sekalipun secara fakta harta itu berada ditangannya atau
dibawah kekuasaannya dengan demikian, sebuah kepemilikan atas
harta kekayaan oleh manusia baru dapat dipandang sah manakala telah
mendapatkan izin dari Allah SWT untuk memilikinya.6
5Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, Perspektif
Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 60. 6 Ibid,. h. 61.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 27
Sulistiawati & Ahmad Fuad
B. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
1. Nama Syekh Taqiyuddin An-Nhabani dan Nasab
Beliau adalah Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim
bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Nama An Nabhani
dinisbahkan kepada kabilah Bani Nabhan, satu kabilah Arab
penghuni padang sahara di Palestina. Mereka bermukim di daerah
Ijzim, wilayah Haifa, Palestina Utara, dilahirkan di daerah Ijzim
pada tahun 1909
Nasab keluarga beliau kembali pada keluarga besar (trah) an-
Nabhani dari Kabilah al-Hanajirah di Bi'r as-Sab'a. Banu
(keturunan) Nabhan merupakan orang kepercayaan Bani Samak
dari keturunan Lakhm yang tersebar di wilayah-wilayah Palestina.
Sedang Lakhm adalah Malik bin Adiy. Mereka memiliki bangsa
dan suku yang banyak. Pada akhir abad ke-2 Masehi sekelompok
dari Bani Lakhm tiba di Palestina bagian selatan. Bani Lakhm
memiliki kebanggaan-kebanggaan yang teragung, dan di antaranya
yang terkenal adalah Tamin ad-Dariy ash-Shahabiy.7
2. Perjalanan Intelektual Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani. Beliau mendapat didikan
ilmu dan agama di rumah dari ayah beliau sendiri, seorang syaikh
yang faqih fid din. Ayah beliau seorang pengajar ilmu-ilmu syariah
di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibu beliau juga menguasai
beberapa cabang ilmu syariah, yang diperolehnya dari ayahnya,
Syaikh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani, salah seorang
7 Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam
Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah, (Indonesia: Al-Izzah, 2008), h. 59.
28 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyah. Di usia 13 tahun
Syaikh Taqiyuddin sudah menghafal al-Qur’an, dan belajar dasar-
dasar ilmu syariah dari ayah dan kakeknya.8 Guna merealisasikan
keinginan kakeknya, Syekh Yusuf an-Nabhani, yang telah
menyakinkan ayahnya tentang pentingnya mengirim Syekh
Taqiyuddin An-Nabhani ke al-Azhar untuk melanjutkan pendidikan
agamanya. Kemudian, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani meneruskan
pendidikan tingkat menengahnya di al-Azhar pada tahun 1928.
Pada tahun yang sama beliau lulus dan memperoleh ijazah dengan
predikat sangat memuaskan.
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani selesai kuliahnya di Fakultas
Darul Ulum tahun 1932 M. Pada tahun yang sama, beliau juga
selesai kuliahnya di Al-Azhar sesuai dengan sistem yang lama.
Meskipun Syekh Taqiyuddin An-Nabhanai menghimpun sistem Al-
Azhar yang lama dengan Darul Ulum, namun beliau tetap
menampakkan keunggulan dan keistimewaannya dalam hal
kesungguhan dan ketekunannya dalam belajar.
Setelah selesai studinya, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani
kembali ke Palestina untuk bekerja di Kementrian Pendidikan
Palestina sebagai tenaga pengajar pada sekolah menengah an-
Nidzomiyah di Haifa, di samping beliau juga mengajar di sekolah
al-Islamiyah yang juga di Haifa. Beliau berpindah-pindah lebih dari
satu kota dan sekolah sejak tahun 1932 M. Hingga tahun 1938 M
8 Ibid., h. 61.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 29
Sulistiawati & Ahmad Fuad
dimana beliau mengajukan permohonan untuk bekerja di
Mahkamah Syariah.
Kemudian, pada tahun 1951, Asy-Syeikh Taqiyuddin an-
Nabhani datang ke Amman, dan bekerja sebagai tenaga pengajar di
Fakultas al-Ilmiyah al-Islamiyah. Beliau rahimahullah dipilih
untuk mengajar materi tsaqofah Islam bagi para mahasiawa tingkat
dua di Fakultas tersebut. Aktivitasnya ini terus berlangsung hingga
awal tahun 1953, dimana beliau mulai sibuk dengan aktivitas
Hizbut Tahrir yang telah beliau rintis antara tahun 1949 hingga
tahun 1953.
3. Karya-Karya Yang Ditulis Syekh Taqiyuddin An-Nhabani
Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani meninggalkan banyak
buku-buku penting, yang dianggap sebagai peninggalan intelektual
yang luar biasa dan tak ternilai harganya. Beliaulah yang menulis
setiap pemikiran dan konsep Hizbut Tahrir, baik yang terkait
hukum-hukum syara' maupun yang terkait masalah-masalah
pemikiran, politik, ekonomi dan sosial. Dan inilah yang mendorong
sebagian peneliti untuk mengatakan bahwa Hizbut Tahrir itu adalah
Taqiyuddin an-Nabhani.9
Karya-karya Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani kebanyak
berupa buku-buku yang sifatnya pembentukan teori (tanzhiriyah)
dan pembuatan rencana (tanzhimiyah), atau buku-buku yang isinya
dimaksudkan sebagai seruan untuk melanjutkan kembali kehidupan
9 Ibid., h. 68.
30 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
yang Islami (sesuai syariat Islam), dengan terlebih dahulu
menegakkan Daulah Islamiyah (Negara Islam).
Karya-karya Asy-Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani yang
paling terkenal menonjol yang berisiskan pemikiran-pemikiran dan
ijtihad-ijtihad beliau, yaitu: Nizham al-Islam (Peraturan Hidup
Islam), at-Takattul al-Hizbiy (Pembentukan Partai Politik),
Mafahim Hizb at-Tahrir (Konsepsi-Konsepsi Hizbut Tahrir),
Nizham al-Iqtishad fi al-Islam (Sistem Ekonomi Islam), Nizham al-
Ijtima‘i fi al-Islam (Sistem Pergaulan Islam), Nizham al-Hukmi fi
al-Islam (Sistem Pemerintahan Islam), ad-Dustur (Konstitusi),
Muqaddimah ad-Dustur (Pengantar Konstitusi), ad-Dawlah al-
Islamiyah (Negara Islam), asy-Syakhshiyah al-Islamiyah
(Kepribadian/Jati Diri Islam) tiga juz, Mafahim Siyasiyah li Hizb at-
Tahrir (Konsepsi-Konsepsi Politik Hizbut Tahrir), Nazharat
Siyasiyah (Pandangan-Pandangan Politik), Nida’ Har (Seruan
Hangat). al-Khilafah (Khilafah), at-Tafkir (Hakikat Berpikir),
Sur‘ah al-Badihah (Kecepatan Berpikir), Nuqthah al-Inthilaq (Titik
Tolak), Dukhul al-Mujtama’ (Terjun ke Masyarakat), Tasalluh
Mishra (Peningkatan Kekuatan Senjata Mesir), al-Ittifaqiyat ats-
Tsina’iyah al-Mishriyah as-Suriyah wa al-Yamaniyah
(Kesepakatan-kesepakatan Bilateral Mesir-Suriah dan Mesir-
Yaman). Hall Qadhiyah Filisthin ’ala ath-Thariqah al-Amirikiyah
wa al-Inkiliziyah (Solusi Masalah Palestina ‘ala Amerika dan
Inggris). Nazhariyah al-Firagh as-Siyasi Hawla Masyru
‘Ayzinhawir (Pandangan Kevakuman Politis Seputar Proyek
Izenhouwer).
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 31
Sulistiawati & Ahmad Fuad
Semua ini tidak termasuk ribuan selebaran-selebaran
(nasyrah) mengenai pemikiran, politik, dan ekonomi serta beberapa
kitab yang dikeluarkan oleh Taqiyuddin An Nabhani atas nama
anggota Hizbut Tahrir dengan maksud agar kitab-kitab itu mudah ia
sebarluaskan setelah adanya undang-undang yang melarang
peredaran kitab-kitab karyanya.
4. Wafatnya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani
Di awal-awal dekade tujuh puluhan Asy-Syeikh Taqiyuddin
an- Nabhani pergi ke Irak. Beliau ditahan tidak lama setelah adanya
kampanye besar-besaran penangkapan terhadap para anggota
Hizbut Tahrir di Irak. Namun para penguasa tidak mengetahui
bahwa beliau adalah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani pemimpin
Hizbut Tahrir. Beliau disiksa dengan siksaan yang keras hingga
beliau tidak mampu lagi berdiri karena banyaknya siksaan. Beliau
terus-menerus mendapatkan siksaan hingga beliau mengalami
kelumpuhan setengah badan (hemiplegia). Kemudian beliau
dibebaskan dan segera ke Lebanon. Di Lebanon beliau mengalami
kelumpuhan pada otak. Tidak lama kemudian beliau dilarikan ke
rumah sakit dengan menggunakan nama samaran. Dan di rumah
sakit inilah Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullahu wa
ta'ala wafat. Beliau dikebumikan di pekuburan asy-Syuhada di
Hirsy Beirut di bawah pengawasan yang sangat ketat, dan dihadiri
hanya sedikit orang di antara keluarganya.10
10 Ibid,. h. 81.
32 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Tentang tanggal wafatnya masih simpang siur. Sebagian
peneliti menyebutkan bahwa Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani
wafat pada tanggal 25 Rajab 1397 H/20 Juni 1977 M. Pernyataan
ini masih perlu dipertanyakan, sebab tanggal 25 Rajab 1397 H tidak
bertepatan dengan tanggal 20 Juni 1977 M melainkan tanggal 30
Juni. Sedang koran ad-Dustur menyebutkan bahwa Asy-Syeikh
Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada hari Kamis 19 Muharram 1398
H / 29 Desember 1977 M. Mungkin saja tanggal ini bukan tanggal
wafatnya beliau, melainkan tanggal dipublikasikannya
pengumuman kematian di koran, sebab Hizbut Tahrir
mengumumkan kematian beliau dalam bayan (penjelasan) bahwa
Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tanggal 1
Muharram 1398 H. atau tanggal 11 Desember 1977 M. Dan ini yang
lebih dipercaya untuk dijadikan pegangan.
C. Konsep Kepemilikan dalam Islam Menurut Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani
Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah pemilik
mutlak segala sesuatu di dunia ini. Manusia di ciptakan sebagai khalifah
di muka bumi, Allah menciptakan segala sesuatu itu untuk
diserahgunakan kepada manusia sebagai sarana menjalankan perannya
sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi. Melalui sebab-sebab
tertentu yang ditetapkan Allah sebagaimana yang telah dijelaskan
dimuka bumi, setiap manusia diizinkan untuk memiliki dan menikmati
kekayaan yang berada dalam penguasaannya, mengembangkan atau
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 33
Sulistiawati & Ahmad Fuad
memindah tangankan kepada orang lain baik jalan transaksi ekonomi
maupun tidak.
Kepemilikan adalah hukum syara’ yang berlaku pada (fisik
barang) atau hanya manfaat saja. Izin Allah SWT kepada seseorang
untuk memiliki harta kekayaan juga berarti memberi hak kepada
pemiliknya untuk memanfaatkan dan mengelolanya sesuai dengan
keinginannya selama memenuhi ketentuan-ketentuan syariah. Meski
status kepemilikan harta ada pada seseorang, ketentuan syariah tetap
mengikuti orang tersebut dalam memanfaatkan harta itu serta
memberikan implikasi hukum atas pelanggaran yang dilakukan. Untuk
mencegah pelanggaran yang pasti akan menimbulkan dampak buruk
terhadap yang bersangkutan dan mungkin juga orang lain, negara akan
mengawasi pelaksanaan pemanfaatan harta oleh warga negara. Negara
berhak mencegah pemanfaatan harta yang tidak sesuai syari’ah, bahkan
berhak mengambil kembali wewenang pemanfaatan atas harta
seseorang jika terbukti terdapat pelanggaran dalam cara memiliki dan
memanfaatkannya.11 Allah berfirman:
ال .... ن م وءاتوهم م ي ٱلل ٣٣ .... كم ءاتى ٱل“....Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu....” (QS. An-Nur:
33).
Dari penjelasan diatas, bahwa hak milik atau kepemilikan
terhadap kekayaan seluruhnya adalah milik Allah SWT. Allah-lah yang
memiliki hak penuh bukan manusia. Hanya saja Allah telah
11 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor:
Al-Azhar Press, 2012), h. 147.
34 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
memberikan hak kepemilikan tersebut kepada manusia dalam bentuk
penguasaan (istikhlaf) terhadap zat atau manfaat harta kekayaan
tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya dalam surah Al-
Hadid ayat 7:
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid: 7)
Penguasa (istikhlaf) ini umum bagi semua manusia. Semua
manusia mempunyai hak pemilikan, tetapi bukan pemilikan aktual
(yang sebenarnya). Mereka diberi kekuasaan dalam hak pemilikan.
Adapun pemilikan aktual bagi individu tertentu, maka Islam
mensyaratkan adanya izin dari Allah SWT. Bagi individu itu untuk
memilikinya. Oleh sebab itu, harta dimiliki secara aktual berdasarkan
izin dari pembuat syara’ untuk memilikinya. Oleh karena itu Islam
membagi kepemilikan berdasarkan izin dari pembuat syara’ menjadi
tiga, yaitu (1) kepemilikan individu (private property/milkiyyah
fardhiyah,) (2) kepemilikan umum (collective property/milkiyyah
‘amma) dan (3) kepemilikan negara (state property/milkiyyah
daulah).12
12 Zulhelmy bin Mohd. Hatta, Isu-isu Kontemporer Ekonomi dan Keuangan
Islam, (Bogor: Al-Azhar Freshzone Publising, 2013), h. 11-13.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 35
Sulistiawati & Ahmad Fuad
1. Kepemilikan individu (al-milkiyat alfardiyah/private
property).
Kepemilikan individu (private property) adalah hukum
syara’ yang ditentukan pada zat ataupun kegunaan (utility) tertentu,
yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk
memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi baik
karena barangnya diambil kegunaan (utility) nya oleh orang lain
seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya
seperti dibeli dari barang tersebut.
Kepemilikan individu (private property) tersebut adalah
semisal hak milik seseorang atas roti dan rumah. Maka, orang
tersebut bisa saja memiliki roti untuk dimakan, dijual serta diambil
keuntungan dari harganya. Orang tersebut juga boleh memiliki
rumah untuk dihuni, dijual serta diambil keuntungan dari harganya.
Dimana masing-masing roti dan rumah tersebut adalah zat.
Sementara hukum syara’ yang ditentukan untuk keduanya adalah
izin al-Syari’ kepada manusia untuk memanfaatkannya dengan cara
dipakai langsung habis, dimanfaatkan ataupun ditukar. Izin untuk
memanfaatkan ini telah menjadikan pemilik barang dimana dia
merupakan orang yang mendapatkan izin bisa memakan roti dan
menempati rumah tersebut, sebagaimana dia diperbolehkan juga
untuk menjualnya. Hukum syara’ yang berhubungan dengan roti
tersebut, adalah hukum syara’ yang ditentukan pada zatnya, yaitu
izin untuk menghabiskannya. Sedangkan hukum syara’ yang
berhubungan dengan rumah, adalah hukum syara’ yang ditentukan
pada kegunaan (utility) nya, yaitu izin menempatinya. Atas dasar
36 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
inilah, maka kepemilikan itu merupakan izin al-Syari’ untuk
memanfaatkan zat tertentu.
Allah memberikan izin untuk memiliki beberapa zat dan
melarang memiliki zat-zat yang lain. Allah juga telah memberikan
izin terhadap beberapa transaksi serta melarang bentuk-bentuk
transaksi yang lain. Sebagai contoh, Allah melarang seorang
muslim untuk memiliki minuman keras dan babi, sebagaimana
Allah melarang siapapun yang menjadi warga negara Islam untuk
memiliki harta hasil riba dan perjudian. Tetapi Allah memberi izin
untuk melakukan jual beli, bahkan menghalalkannya, disamping
melarang dan mengharamkan riba.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 275:
حل .... وأ ي ع ٱلل ا وحرم ٱل بو ٢٧٥..... ٱلر
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba” (QS. Al-Baqarah ayat 275)
Kepemilikan atas suatu zat itu berarti kepemilikan atas zat
barangnya sekaligus kegunaan (utility) zatnya, bukan hanya sekedar
kepemilikan atas kegunaan (utility)-nya saja. Karena tujuan yang
esensi dari adanya kepemilikan tersebut adalah pemanfaatan atas
suatu zat dengan cara pemanfaatan tertentu yang telah dijelaskan
oleh syara’. Dengan demikian jelaslah, bahwa makna kepemilikan
individu (private property) itu adalah mewujudkan kekuasaan pada
seseorang terhadap kekayaan yang dimilikinya dengan
menggunakan mekanisme tertentu, sehingga menjadikan
kepemilikan tersebut sebagai hak syara’ yang diberikan kepada
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 37
Sulistiawati & Ahmad Fuad
seseorang. Dimana, undang-undang telah menjadikan pemeliharaan
hak milik individu tersebut sebagai kewajiban negara. Hak milik
tersebut juga harus dihormati, dijaga serta tidak boleh diciderai.
Oleh karena itu, dibuatlah sanksi-sanksi hukum yang bersifat
preventif yang diberlakukan kepada siapa saja yang menciderai hak
tersebut, baik karena mencuri, merampok, atau karena cara-cara lain
yang tidak dibenarkan oleh syara’. Undang-undang ini juga
menerapkan sanksi-sanksi hukum yang bersifat preventif kepada
orang yang bersangkutan, serta dibuatlah pembinaan-pembinaan
yang bersifat mendidik, untuk mencegah munculnya hal-hal yang
bisa mendorong untuk memiliki salah satu hak milik yang bukan
menjadi haknya, serta munculnya dorongan untuk memiliki hak
milik orang lain. Sehingga, harta yang halal adalah harta yang
diperoleh sesuai dengan makna kepemilikan tersebut.
Sedangkan harta yang haram, adalah harta yang diperoleh
tidak sesuai dengan makna kepemilikan tersebut, serta tidak layak
disebut dengan makna milik. Dalam Islam kepemilikan pribadi
merupakan suatu hal yang sudah dikenal dan diperbolehkan.
Karenanya ketika menjelaskan asal kepemilikan, Allah
menisbatkan harta kepada Diri-Nya: maal Allah (harta Allah). Lalu
ketika menjelaskan perpindahan kepemilikan kepada manusia,
Allah menisbatkan harta kepada manusia:
a. Amwaalihim (harta mereka)
إن خذ علي هم ها وصل يهم ب
رهم وتزك هم صدقة تطه و ل م من أ
و هم تك سكن ل صلو ١٠٣سميع عليم ٱلل
38 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka”. (QS. At-Taubah: 103).
b. Amwaalikum (harta kalian)
ن فإن ر ب م ذنوا ب علوا فأ لم تف ٱلل وإن تب تم فلكم ۦ ورسول
لمون لمون ول تظ و لكم ل تظ م ٢٧٩رءوس أ
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya
dan tidak (pula) dianiaya.”(QS. Al-Baqarah: 279).
c. Maaluhu (hartanya)
١١إذا تردى ۥ وما يغ ن عن ه مال “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah
binasa.”(QS. Al-Lail ayat 11)
Di dalam al-Qur’an diterangkan bahwa jiwa manusia secara
fitrah mempunyai kecintaan terhadap harta. Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali-Imran: 14)
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan” (QS. Al-Fajr: 20)
Ini menunjukkan bahwa setiap orang bisa memiliki kekayaan
dengan cara-cara kepemilikan tertentu (seperti telah disebut pada
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 39
Sulistiawati & Ahmad Fuad
bagian terdahulu), karena yang demikian merupakan suatu yang
alami. Seandainya kepemilikan pribadi ini tidak diperbolehkan,
maka seseorang tidak akan dapat memiliki hasil usahanya. Untuk
menetapkan kepemilikan pribadi tersebut, ada bebarapa hal yang
diatur Islam, yaitu:
a. Mengatur tentang barang atau jasa yang diizinkan
(dibolehkan) untuk dimiliki dan yang tidak. Dalam hal ini,
Allah telah menentukan sesuatu dengan halal dan haram.
b. Mengatur tentang tata cara memperoleh harta yang
diizinkan (dibolehkan) dan yang tidak. Perolehan harta itu
bisa melalui tata cara bagaimana memperoleh harta dan tata
cara mengembangkan harta kepemilikan di dalam Islam
tidak hanya mengenai kepemilikan mata uang semata, tetapi
lebih dari itu seperti harta perolehan, harta perdagangan,
modal produksi, dan harta lainya yang termasuk harta
pribadi, berbeda dengan harta-harta negara maupun harta
umum, maka tidak diperbolehkan bagi seseorang
umpamanya memiliki tanah yang diwakafkan, atau
memiliki sungai yang besar atau lautan. Tanah-tanah yang
dapat dimiliki secara pribadi antara lain seperti; tanah yang
diserahkan kepada seseorang dari pemiliknya, tanah sulh,
tanah ihya al-mawat, tanah iqtha (lahan kosong yang
digarap seseeorang).
2. Kepemilikan Umum (al-milkiyyat al-’ammah/public property)
Kepemilikan umum adalah izin al-syari’ kepada suatu
komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda atau barang.
40 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Sedangkan benda-benda yang tergolong kategori kepemilikan
umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh al-Syari’
sebagai benda-benda yang dimiliki suatu komunitas secara
bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang saja.
Karena milik umum, maka setiap individu dapat memanfaatkannya,
namun dilarang memilikinya. Setidak-tidaknya, benda-benda yang
dapat dikelompokkan ke dalam kepemilikan umum ini, ada tiga
jenis, yaitu:
a. Fasilitas dan Sarana Umum
Maksud fasilitas atau sarana umum adalah apa saja yang
dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum. Benda ini
tergolong ke dalam jenis kepemilikan umum karena menjadi
kebutuhan pokok masyarakat, dan jika tidak terpenuhi dapat
menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Jenis harta ini
dijelaskan dalam hadits Nabi Saw. yang berkaitan dengan
sarana umum: “Manusia berserikat (bersama-sama memiliki)
dalam tiga hal: air, padang rumput dan api” (HR. Abu Daud).
Dalam hal ini diakui bahwa manusia memang sama-sama
membutuhkan air, padang dan api. Air yang dimaksudkan dalam
hadits di atas adalah air yang masih belum diambil, baik yang
keluar dari mata air, sumur, maupun yang mengalir di sungai
atau danau bukan air yang dimiliki oleh perorangan di
rumahnya. Oleh karena itu, pembahasan para fuqaha’ mengenai
air sebagai kepemilikan umum difokuskan pada air-air yang
belum diambil tersebut. Adapun al-kala’ adalah padang rumput,
baik rumput basah atau hijau (al-khala) maupun rumput kering
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 41
Sulistiawati & Ahmad Fuad
(al-hashish) yang tumbuh di tanah, gunung atau aliran sungai
yang tidak ada pemiliknya. Sedangkan yang dimaksud al-nar
(api) adalah bahan bakar dan segala sesuatu yang terkait
dengannya, termasuk didalamnya adalah kayu bakar. Bentuk
kepemilikan umum, tidak hanya terbatas pada tiga macam
benda tersebut saja, melainkan juga mencakup segala sesuatu
yang diperlukan oleh masyarakat dan jika tidak terpenuhi, dapat
menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Hal ini,
disebabkan karena adanya indikasi al-Syari’ yang terkait dengan
masalah ini memandang bahwa benda-benda tersebut
dikategorikan sebagai kepemilikan umum karena sifat tertentu
yang terdapat di dalamnya sehingga dikategorikan sebagai
kepemilikan umum (pubilc facilities).
b. Sumber daya alam yang tabiat pembentukannya
menghalangi untuk dimiliki oleh individu secara perorangan.
Meski sama-sama sebagai sarana umum sebagaimana
kepemilikan umum jenis pertama, akan tetapi terdapat
perbedaan antara keduanya. Jika kepemilikan jenis pertama,
tabiat dan asal pembentukannya tidak menghalangi seseorang
untuk memilikinya, maka jenis kedua ini, secara tabiat dan asal
pembentukannya, menghalangi seseorang untuk memilikinya
secara pribadi. Sebagaimana hadits Nabi Saw: “Kota Mina
menjadi tempat mukim siapa saja yang lebih dahulu (sampai
kepadanya)” Mina adalah sebuah nama tempat yang terletak di
luar kota Makkah al-Mukarramah sebagai tempat singgah
jama’ah haji setelah menyelesaikan wukuf di padang Arafah
42 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
dengan tujuan melaksanakan syi’ar ibadah haji yang waktunya
sudah ditentukan, seperti melempar jumrah, menyembelih
hewan hadd, memotong qurban, dan bermalam di sana. Makna
“munakh man sabaq” (tempat mukim orang yang lebih dahulu
sampai) dalam lafad hadits tersebut adalah bahwa Mina
merupakan tempat seluruh kaum muslimin. Barang siapa yang
lebih dahulu sampai di bagian tempat di Mina dan ia
menempatinya, maka bagian itu adalah bagiannya dan bukan
merupakan milik perorangan, sehingga orang lain tidak boleh
memilikinya (menempatinya).
Demikian juga jalan umum, manusia berhak lalu lalang
di atasnya. Oleh karenanya, penggunaan jalan yang dapat
merugikan orang lain yang membutuhkan, tidak boleh diizinkan
oleh penguasa. Hal tersebut juga berlaku untuk Masjid.
Termasuk dalam kategori ini adalah kereta api, instalasi air dan
listrik, tiang-tiang penyangga listrik, saluran air dan pipa-
pipanya, semuanya adalah milik umum sesuai dengan status
jalan umum itu sendiri sebagai milik umum, sehingga ia tidak
boleh dimiliki secara pribadi.
c. Barang tambang yang depositnya tidak terbatas.
Dalil yang digunakan dasar untuk jenis barang yang
depositnya tidak terbatas ini adalah hadits Nabi Muhammad
riwayat Abu Dawud tentang Abyadh ibn Hamal yang meminta
kepada Rasulullah agar dia diizinkan mengelola tambang garam
di daerah Ma’rab: “Bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw.
meminta (tambang) garam, maka beliaupun memberikannya.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 43
Sulistiawati & Ahmad Fuad
Setelah ia pergi, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada
beliau: “Wahai Rasulullah, tahukah apa yang engkau berikan
kepadanya? Sesungguhnya engkau telah memberikan sesuatu
yang bagaikan air mengalir”. Lalu ia berkata: Kemudian
Rasulullah pun menarik kembali tambang itu darinya” Larangan
tersebut tidak hanya terbatas pada tambang garam saja,
melainkan meliputi seluruh barang tambang yang jumlah
depositnya banyak (laksana air mengalir) atau tidak terbatas.
Ini juga mencakup kepemilikan semua jenis tambang, baik yang
tampak di permukaan bumi seperti garam, batu mulia atau
tambang yang berada dalam perut bumi seperti tambang emas,
perak, besi, tembaga, minyak, timah dan sejenisnya.
Barang tambang semacam ini menjadi milik umum
sehingga tidak boleh dimiliki oleh perorangan atau beberapa
orang. Demikian juga tidak boleh hukumnya, memberikan
keistimewaan kepada seseorang atau lembaga tertentu untuk
mengeksploitasinya tetapi penguasa wajib membiarkannya
sebagai milik umum bagi seluruh rakyat. Negaralah yang wajib
menggalinya, memisahkannya dari benda-benda lain, menjual
dan menyimpan hasilnya di baitul mal. Sedangkan barang
tambang yang depositnya tergolong kecil atau sangat terbatas,
dapat dimiliki oleh perseorangan atau perserikatan. Hal ini
didasarkan kepada hadits Nabi Muhammad Saw “Yang
mengizinkan kepada Bilal ibn Harits al-Muzani memiliki
barang tambang yang sudah ada dibagian Najd dan Tihamah.
44 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Hanya saja mereka wajib membayar khumus (seperlima) dari
yang diproduksinya kepada baitul mal.”
3. Kepemilikan Negara (al-Milkiyyat al-Dawlah/ State property)
Kepemilikan Negara adalah harta yang ditetapkan Allah
menjadi hak seluruh kaum muslimin/rakyat, dan pengelolaannya
menjadi wewenang khalifah/negara, dimana khalifah/negara berhak
memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian kaum
muslim/rakyat sesuai dengan ijtihad/kebijakannya. Makna
pengelolaan oleh khalifah/pemerintah ini adalah adanya kekuasaan
yang dimiliki khalifah/pemerintah untuk mengelolanya.
Kepemilikan negara ini meliputi semua jenis harta benda
yang tidak dapat digolongkan ke dalam jenis harta milik umum (al-
milkiyyat al-’ammah/public property), namun terkadang bisa
tergolong dalam jenis harta kepemilikan individu (al-milkiyyat al-
fardiyyah). Maksudnya kepemilikan Negara (al-Milkiyyat al-
Dawlah/State property) pada dasarnya juga merupakan hak milik
umum, tetapi hak pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah. Meskipun demikian, cakupan kepemilikan
umum dapat dikuasai oleh pemerintah, karena ia merupakan hak
seluruh rakyat dalam suatu negara, yang wewenang pengelolaannya
ada pada tangan pemerintah.
Dengan demikian, pemerintah dalam hal ini memiliki hak
untuk mengelola hak milik ini, karena ia merupakan representasi
kepentingan rakyat, mengemban amanah masyarakat, atau bahkan
pemerintah merupakan institusi kekhalifahan Allah di muka bumi.
Memang diakui bahwa hak milik negara berbeda dengan hak milik
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 45
Sulistiawati & Ahmad Fuad
umum. Hak milik negara ini dapat dialihkan menjadi hak milik
individu jika memang kebijakan negara menghendaki demikian.
Akan tetapi, hak milik umum tidak dapat dialihkan menjadi hak
milik individu, meskipun ia dikelola oleh pemerintah. Dalam
kaitannya dengan hak milik umum pada dasarnya pemerintah
hanyalah pengorganisir dan pelaksana amanah dari masyarakat,
sementara berkaitan dengan hak milik negara pemerintah memiliki
otoritas sepenuhnya.
Berikut ada beberapa harta yang dapat dikategorikan ke
dalam jenis kepemilikan negara menurut al-Syari’, dan
khalifah/pemerintah berhak mengelolanya dengan pandangan
ijtihadnya, yaitu:
a. Harta ghanimah, anfal (harta yang diperoleh dari rampasan
perang dengan orang kafir), fay’ (harta yang diperoleh dari
musuh tanpa peperangan) dan khumus.
b. Harta yang berasal dari kharaj (hak kaum muslim atas tanah
yang diperoleh dari orang kafir, baik melalui peperangan
atau tidak).
c. Harta yang berasal dari jizyah (hak yang diberikan Allah
kepada kaum muslim dari orang kafir sebagai tunduknya
mereka kepada Islam).
d. Harta yang berasal dari hibah (pajak).
e. Harta yang berasal dari ushur (pajak penjualan yang diambil
pemerintah dari pedagang yang melewati batas wilayahnya
dengan pungutan yang diklasifikasikan berdasarkan
agamanya).
46 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
f. Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari
sisa waris (amwal al-fadla).
g. Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad.
h. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa,
pegawai negara, harta yang didapat tidak sejalan dengan
syara’.
i. Harta lain milik negara yang diperoleh dari badan usaha
milik negara (di Indonesia disebut BUMN) semisal; padang
pasir, gunung, pantai, laut dan tanah mati yang tidak ada
pemiliknya, dan semua bangunan yang didirikan oleh negara
dengan menggunakan harta baitul mal.
Terhadap kepemilikan negara ini, Allah telah memberikan
kepada pemerintah kewenangan untuk mengatur urusan kaum
muslimin, meraih kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan, sesuai
dengan ijtihadnya dalam meraih kebaikan dan kemaslahatan. Maka
pemerintah harus mengelola harta-harta milik negara semaksimal
mungkin agar pendapatan baitul mal bertambah, dan dapat
dimanfaatkan kaum muslim, sehingga milik negara tidak sia-sia,
hilang manfaatnya dan pendapatannya terputus. Pengaturan Islam
terhadap semua jenis kepemilikan seperti mana disebut di atas,
bertujuan untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi dua
persoalan mendasar, berikut:
a. Penguasaan harta oleh seseorang secara berlebihan dan
menjadikannya tak terbatas. Allah berfirman:
نس ن كل إن غ ٱل ن ٦لط
ن رءاه أ تغ ٧ ٱس
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 47
Sulistiawati & Ahmad Fuad
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui
batas, karena dia melihat dirinya serba cukup
b. Munculnya kemiskinan dan efek-efek nagatif lainnya, baik
dalam ukuran individu maupun sosial. Untuk itu, harta itu
menjadi tanggung jawab negara yang diwakili oleh pejabat
atau pemerintahan untuk merawat, mengelola dan
memanfaatkannya untuk kepentingan rakyatnya, seperti
keperluan perang, menggaji pegawai pemerintah,
penyelenggaraan pendidikan, penyediaan fasilitas publik,
memelihara hukum dan keadilan, menyantuni fakir-miskin,
dan hal-hal lain yang terkait dengan kepentingan dan
kemaslahatan rakyatnya.
Di bawah ini, akan digambarkan pembagian kepemilikan (al-
milkiyyat) sebagai berikut:
48 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
4. Nasionalisme Bukanlah Kepemilikan Umum Ataupun
Kepemilikan Negara
Nasionalisasi adalah salah satu bentuk tambal-sulam dari
sistem ekonomi kapitalis. Nasionalisasi adalah kebijakan
memindahkan kepemilikan individu kepemilikan negara jika
dipandang disana ada kemaslahatan umum yang mengharuskan
kepemilikan atas kepemilikan individu ini. Dalam hal ini, Negara
tidak memaksa untuk melakukan nasionalisasi hanya pilihan.
Artinya, jika Negara mau, Negara akan melakukan nasionalisasi
jika tidak harta kekayaan dibiyarkan tanpa dinasionalisasi.
Ini berbeda statusnya dengan kepemilikan umum dengan
kepemilikan negara, keduannya ditentukan berdasarkan hukum-
hukum Islam yang tetap terkait dengan karakter harta dan sifat-
sifatnya, tanpa memperhatikan cara pandang/kebijakan negara.
Karena itu, fakta harta akan dilihat jika dalam harta terdapat hak
kaum muslim maka harta itu termasuk milik negara yang wajib ia
miliki. Jika dalam harta itu tidak ada hak kaum muslim maka harta
itu milik individu sehingga tidak layak dimiliki oleh negara
(dinasionalisasi). Jika harta itu termasuk bagian fasilitas umum,
atau sember alam (yang menguasai hajat hidup orang banyak), atau
karakternya memang tidak bisa dimiliki oleh individu, maka secara
alami harta tersebut merupakan milik umum, negara tidak
selayaknya menetapkannya sebagai milik individu, jika harta tetap
tidak termasuk kedalam kepemilikan umum maka negara tidak
layak melakukan nasionalisasi atas harta tersebut, tidak boleh
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 49
Sulistiawati & Ahmad Fuad
secara mutlak merampasnya dari pemiliknya, kecuali pemiliknya
rela menjualnya kepada negara, sebagaimana halnya ia rela
menjualnya kepada orang lain. Dalam kondisi demikian, negara
bisa membelinya, sebagaimana halnya individu-individu yang lain
juga bisa membelinya.
Dengan demikian, negara tidak boleh memiliki kepemilikan
individu dengan alasan demi kemaslahatan umat, selama
kepemilikan individu tersebut tetap demikian keadaanya, meskipun
negara membelinya dengan membayar harganya. Sebab,
kepemilikan individu dihormati dan dilindungi (oleh syari’ah),
tidak boleh dilanggar oleh siapapun, bahkan oleh negara sekalipun.
Setiap pelanggaran atas kepemilikan individu dipandang sebagai
tindakan zalim yang bisa diajukan pemiliknya kepada mahkamah
mazhalim, atau kepada penguasa/hakim, jika memang terjadi, agar
kezaliman tersebut bisa dihilangkan. Pasalnya, khalifah tidak
memiliki kewenangan sama sekali mencabut sesuatu dari
seseorang, kecuali dengan cara yang dibenarkan syari’ah dan
dengan cara makruf.
Negara pun tidak boleh menetapkan suatu harta kekayaan
yang termasuk milik umum atau milik negara sebagai milik pribadi
dengan alasan demi kemaslahatan. Pasalnya, kemaslahatan, dalam
konteks harta semacam ini, telah ditetapkan penjelasannya oleh
syari’ah, baik terkait dengan kepemilikan umum, kepemilikan
negara ataupun kepemilikan individu.
Dengan demikian, tampak jelas bahwa nasionalisasi berbeda
dengan kepemilikan umum maupun kepemilikan negara.
50 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Nasionalisasi bukan termasuk bagian dari ketetapan hukum
syari’ah, tetapi merupakan bagian dari bentuk tanbal sulam sistem
ekonomi kapitalis.13
D. Kesimpulan
Islam memiliki konsep yang khas dan unik, yang berbeda dengan
semua sistem ekonomi lainnya. Dalam pandangan Islam, pemilik asal
semua harta dengan segala macamnya adalah Allah SWT, sebab Dialah
pencipta, pengatur, dan pemilik segala yang ada di alam semesta ini,
sedangkan manusia adalah pihak yang mendapatkan kuasa dari Allah
SWT untuk memiliki harta tersebut, berkaitan dengan kepemilikan ini
ada tiga macam, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan
kepemilikan Negara dan kejelasan konsep kepemilikan dalam
pandangan Taqiyuddin an-Nabhani sangat berpengaruh terhadap
konsep mekanisme pengelolaan harta dan aplikasinya, sebab
kepemilikan atas suatu harta memberikan hak kepada pemiliknya untuk
memanfaatkan, mengelola, membelanjakan, dan mengembangkannya.
Ketika konsep kepemilikan didasarkan izin syara’, demikian juga
konsep pengelolaan kepemilikan juga harus terikat dengan izin syara’
dan tidak bebas mengelola secara mutlak.
Sistem ekonomi Islam adalah bagian dari sistem syari’ah Islam
dan menurut Taqiyuddin an-Nabhani Negara adalah Institusi yang
berwenang menerapkannya, merupakan kewajiban bagi Negara untuk
mengatur pelaksanaan sistem ekonomi Islam di tengah-tengah
13 An-Nabhani, Sistem Ekonomi…, h. 310.
Konsep Kepemilikan dana Islam: Studi Atas Pemikiran …. | 51
Sulistiawati & Ahmad Fuad
masyarakat, sehingga aplikasi kepemilikan individu, umum, dan
Negara bisa terjamin. Jadi peran Negara dalam ekonomi merupakan
bagian dari sistem ekonomi Islam dan ditentukan serta dibatasi oleh
hukum-hukum syara’.
52 | Jurnal Syariah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Syari'ah, Jakarta: PT.
Bank Muamalat dan Tazkia Institut.
Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum
Perdata Islam, Yogyakarta: UII Press.
Hatta, Zulhelmy bin Mohd. 2012. Isu-isu Kontemporer Ekonomi dan
Keuangan Islam, Bogor: Al-Azhar Freshzone Publising.
Manan, Abdul. 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta:
PT. Dana Bhakti Wakaf.
An-Nabhani, Taqiyuddin, 1996, Membangun Sistem Ekonomi
Alternatif, Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti.
_______, 2001, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Hizbut Tahrir
Indonesia.
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Wakaf.
Rodhi, Muhammad Muhsin. 2008. Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir
dalam Mendirikan Negara Khilafah Islamiyah, Indonesia: Al-
Izzah.
Yusanto, M. Ismail, dan M. Arif Yunus. 2012. Pengantar Ekonomi
Islam, Bogor: Al-Azhar Press.
ASURANSI TAKAFUL; SEBUAH ALTERNATIF
Konsep, Mekanisme Dan Sistem Operasional
Qusthoniah
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Indragiri
Abstrak
Dalam dunia ekonomi modern, usaha asuransi menduduki
tempat utama. Karena secara esensial, asuransi
merupakan sistem yang tercermin dalam berbagai cara dan
bentuk dengan tujuan untuk menjaga manusia dalam
menghadapi berbagai resiko masa depan dalam hidup atau
dalam perjalanan aktivitas ekonomi. Resiko itu meliputi
kejadian yang pasti, seperti proses kematian alami,
tenggelam, kebakaran, sakit kronis, dan hilangnya
sebagian anggota penting dalam suatu pekerjaan atau juga
kejadian bukan alami semisal pencurian, pembunuhan dan
kecelakaan. Selain diakibatkan karena musibah asuransi
juga memberikan pertanggungan bagi pendidikan anak
yang lebih dikenal dengan asuransi beasiswa. Di Indonesia
ada bermacam-macam nama perusahaan asuransi baik
yang menggunakan mekanisme konvensional maupun
mekanisme syar’i. Semua macam asuransi tersebut sama
didalam hal yang ditanggung hanya berbeda didalam
sistem kerja, terutama antara asuransi konvensional dan
asuransi syari’ah. Salah satu asuransi syari’ah yang ada di
Indonesia adalah asuransi takaful. Sistem yang digunakan
adalah mudharabah (bagi hasil). Asuransi takaful dapat
berfungsi sebagai lembaga yang memperhatikan
kepentingan masyarakat dalam masalah pertanggungan
terhadap harta, jiwa, pendidikan, kesehatan, haji dan
umroh. Asuransi takaful dikelolah oleh suatu lembaga
dengan menggabungkan antara tabarru’ dengan tabungan
dalam kelompok al’aqilah dengan sistem mudharabah.
Dalam pelaksanaan asuransi takaful tidak mengandung
54 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
unsur yang diharamkan seperti gharar, maisir dan riba.
Sangat jauh berbeda dengan asuransi konvensional.
Keyword: Asuransi, Takaful, Mudharabah dan Tabarru’
A. Pendahuluan
Setiap manusia yang hidup normal, diberi Allah SWT naluri
untuk mempertahankan keselamatan diri dan melakukan antisipasi
terhadap berbagai malapetaka atau musibah yang akan timbul.
Antisipasi dan menyelamatkan diri tersebut akan dilakukan secara
bervariasi tergantung kondisi mereka masing-masing. Berbagai bentuk
kemungkinan musibah atau malapetaka yang akan muncul, seperti
kematian, kecelakaan, musnah atau hilangnya harta akibat kebakaran
dan lain sebagainya adalah sesuatu yang mungkin terjadi dalam
kehidupan manusia.
Bencana atau musibah pada umumnya terjadi di luar kehendak
mereka yang tertimpa. Pada dasarnya semua orang tidak menginginkan
tertimpa musibah. Manusia sebenarnya ingin hidup dengan tenang,
selamat dan bahagia, karena itu mereka akan berusaha untuk
mendapatkannya, walaupun ada saja kemungkinan peristiwa buruk
akan datang menimpa mereka.
Usaha yang akan ditempuh manusia adalah menolak
kemungkinan timbulnya bahaya atau meminimalisir efek pasca bahaya
itu. Manusia baru mampu berbuat hal tersebut jika mereka
melakukannya secara bersama-sama. Artinya, usaha tolong-menolong
(al-ta’awuniyah) diantara mereka sangat menentukan keberhasilan
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 55
Qusthoniah
mereka dalam menanggulangi bahaya atau mudharat yang timbul oleh
bahaya tersebut.
Al-Qur’an dan sunnah memerintahkan umat Islam agar saling
berinteraksi positif baik antara sesama mereka maupun dengan pihak di
luar Islam. Dengan berinteraksi positif yang dikenal dengan istilah
muamalah mereka akan mendapatkan manfaaat yang berguna bagi
kehidupan mereka dan sekaligus dapat menolak atau mengurangi efek
mudharat yang akan timbul. Salah satu cara manusia menolak atau
mengurangi efek dari musibah yang mungkin mereka alami adalah
dengan menciptakan suatu bentuk mu’amalah, yaitu asuransi atau
jaminan pertanggungan atas kerugian dan musibah. Dalam konsep
Ekonomi Islam Kontemporer, jaminan pertanggungan tersebut dikenal
dengan istilah Takaful.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Asuransi
Takaful tersebut yang meliputi; pengertian, konsep dan mekanismenya,
aturan-aturan tentang premi dan ganti rugi,
pengelolaan/pengoperasiannya serta analisa penulis terhadap
operasional Asuransi Takaful tersebut dengan mengemukakan telaah
ayat-ayat al-Qur’an, hadits dan kaedah-kaedah hukum yang berkaitan
dengan hal itu.
B. Pengertian Asuransi Takaful
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris; insurance yang berarti
jaminan, seperti yang terdapat kalimat : It’s insurance to prepare for
any emergency (adalah jaminan yang baik untuk siap sedia terhadap
56 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
tiap-tiap keadaan darurat).1 Sedangkan dalam bahasa Arab ia sepadan
dengan kata ta’min atau dhammah.2
Munir al-Ba’albakiy dalam al-Mawrid memberikan defenisi
tentang asuransi sebagai berikut: “Jaminan pertanggungan dengan
didasari akad antara dua pihak, bahwa salah satu pihak akan
menanggung kerugian yang diderita pihak lain jika kerugian itu
timbul”.3
Defenisi asuransi seperti diungkapkan dalam Ensiklopedi Hukum
Islam adalah: “Transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu
berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang
dibuat”.4
Pengertian asuransi diatas masih bersifat umum tanpa dikaitkan
dengan tuntunan syara’ dan tidak terikat dengan kemestian bebas dari
unsur riba, gharar (kemungkinan ada unsur penipuan, ketidakpastian)
1John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet xxl,
(Jakarta : PT. Gramedia, 1995), h. 326. 2Munir al-Ba'albakiy, al-Mawrid, Qamus Inkliziy 'Arabiy, Cet.xx, (Beirut :
Dar al-'Ilm li al-Malayin, 1986), h. 472. 3Ibid, terjemahan dari, ضما ن بعقد يتعهد فىه ا حدالفريقين بان
يعودعلىالاخر)اويكفله(عنداصابته با دئ معين4Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 1, (Jakarta :
Ichtiar Baru Van Hoee. 1996), h. 138. Lihat juga: Jalal Muhammad Ibrahim, al-
Ta'min, (TK: Dar al-Nahdhah, 1994), h. 29-35, yang menerangkan tentang defenisi,
al-Ta'min dengan beberapa perbandingan, di antarannya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bilaniul, "suatu perjanjian antara pihak penanggung yang
berkewajiban untuk memberikan ganti rugi terhadap sitertanggung, atas kerugian
yang mungkin akan timbul kemudian, sebagai ganti dari uang yang disetorkan kepada
penanggung (premi) oleh sitertanggung".
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 57
Qusthoniah
dan maisir (untungan-untungan/perjudian). Ada empat pendapat
tentang Hukum asuransi konvensional.5
Terlepas dari empat pendapat tersebut, kebutuhan masyarakat
terhadap asuransi baik muslim maupun non muslim tetap ada, baik
masa sekarang maupun yang akan datang. Terutama dunia usaha yang
5Lihat, Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-
Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke 2, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1997). Diterangkan bahwa para ulama Islam berbeda pendapat
dalam menetapkan hukum asuransi konvensional (nama untuk asuransi yang tidak memakai sistem syari'ah. Pen). Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan kepada
empat :
(a) Yang berpendapat bahwa asuransi konvensional tersebut, hukumnya haram
secara mutlak. Dengan alasan mengandung unsure perjudian, (maisir),
merupakan tukar-menukar mata uang secara tidak tunai ('akad sharf) dan suatu
bisnis yang digantungkan kepada hidup atau matinnya seseorang. Pendapat ini
dipegang oleh; Sayid Sabiq, Yusuf al-Qardhawi,
(b) Pendapat yang menghalalkan secara mutlak, dengan alasan bahwa tidak ada
ketentuan nash al-Qur’an dan hadits Nabi SAW yang melarangnnya, antara fihak
penanggung dan tertanggung ada kerelaan, maslahahnya lebih besar dari
mudharatnya dan termasuk kategori koperasi. Pendapat ini didukung oleh Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa, Musthafa Zarqa' dan Muhammad Najetullah
Siddiqi.
(c) Kelompok yang berpendapat bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi
yang bersifat sosial, sedangkan yang bersifat komersial tidak dibolehkan.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah.
(d) Kelompok yang berpendapat bahwa hukum asuransi termasuk hukum yang
subhat.
Lihat juga, al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 3, Beirut: Dar al-Fikr, 1992), h.
302-303, tampak secara tegas menolak keberadaan praktek asuransi dan
menggolongkan kepada mudharabah fasidah, serta lihat juga pembahasan yang
dikemukakan oleh: Hamzah Ya'qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam,
(Bandung : CV. Diponegoro, 1994), h. 289-315, mengutip pendapat Siddhiq Muhammad Amin al-Dhariri: bahwa tidak ada kemungkinan yang membenarkan
menggunakan hukum dharurat untuk asuransi konvensional. Jalan keluar yang
semestinya ditempuh ialah dengan jalan mengeluarkan asuransi dari bentuk
persetujuan yang komersial dan memasukkan dalam persetujuan yang bersifat
sosial (tabarru'). Sebagai jalannya ialah menjauhkan segala sarana yang menunju
kepada laba dan menjadikan asuransi seluruhnya sebagai pertanggungan yang
bersifat tolong-menolong (koperatif) yang digilirkan diantara para peserta
asuransi itu sendiri, sedangkan karyawannya digaji oleh pemerintah seperti
pegawai negeri lainnya.
58 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
sangat membutuhkan jaminan untuk menanggung kerugian akibat
faktor-faktor di luar batas kemampuan manusia. Namun kalangan
ulama Islam khususnya, tidak dapat menerima jika di dalam asuransi
terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh syari’at Islam. Maka dibentuk
asuransi dengan sistem takaful, yang berusaha untuk menghindari
unsur-unsur riba, gharar, maisir dan dharar.
Lafal takaful berasal dari kata : kafala berarti mencukupi nafkah,
menanggung atau memelihara. Kemudian di mazidkan dengan pola bab
tafa’ul, menjadi : takafala-yatakafalu-takafulan, yang berarti
pertanggungang berbalasan atau saling menanggung.6 Di dalam Al-
Qur’an terpakai kata kafala dalam beberapa ayat, surah Ali Imran : 37
dan 44, Thaha : 40, al-Qashash : 12 bermakna, memelihara, begitu juga
dalam surah Shad: 32, Hud: 28, dan Nuh: 91.7
Sedangkan pengertiannya sebagai suatu konsep usaha mu’amalah
dapat dilihat kepada apa yang dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i
Antonio. Menurutnya pengertian takaful adalah sebagai: konsep
perlindungan (asuransi) yang dijalankan sesuai dengan syari’ah Islam,
yang pada hakikatnya merupakan perjanjian kesepakatan bersama
antara sekumpulan orang untuk saling menjamin antara satu dengan
lainnya dalam menghadapi kemungkinan terjadinnya bencana atau
malapetaka.8
6A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, edisi ke-2,
(Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), h. 1220. 7Faidhullah al-Husna al-Muqaddasiy, Fath al-Rahman li Thalib Ayat al-
Qur'an,(Beirut: al-Mathba'ah al-Aliyah, 1322 H), h. 391 8 Muhammad Syafi'i Antoni, Asuransi dalam Perspektif Islam, makalah
disampaikan dalam seminar Nasional tentang Asuransi Takaful tanggal 6 Januari
2001 di Padang, h.11.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 59
Qusthoniah
Dengan demikian kata takaful di sini mempunyai dua pengertian,
yaitu yang pertama sebagai konsep dasar dari sistem yang dipakai
dalam asuransi syari’ah (Islamiy), dan yang kedua dipergunakan juga
sekaligus sebagai nama dari perusahaan atau syarikat usaha itu sendiri.
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami
bahwa takaful pada dasarnya merupakan usaha kerjasama saling
melindungi dan menolong antara anggota masyarakat dalam
menghadapi kemungkinan mala petaka dan bencana. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, bentuk kerja sama tersebut
ditumbuhkembangkan sedemikian rupa menjadi perusahaan asuransi
takaful yang profesional.9 Itulah sebabnya Takaful kemudian juga
dikenal sebagai suatu lembaga keuangan berdasarkan syari’at Islam
yang bergerak dibidang asuransi. Untuk dapat melibatkan umat Islam
secara optimal terhadap usaha asuransi maka pada tanggal 25 Agustus
1994 di bentuklah Asuransi Takaful Keluarga, yang beroperasi dibawah
anak perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia. Selain PT. Takaful, di
Indonesia sekarang berdiri lagi asuransi yang berdasarkan syari’ah
dengan nama Asuransi Syari’ah Mubarakah, Divisi Syari’ah Great
Eastern Life Insurance dan Divisi Syari’ah MAA Insurance.10
PT. Syarikat Takaful Indonesia dalam operasionalnya
menyediakan dua bentuk perlindungannya, a) Takaful Keluarga; yang
memberikan perlindungan finansial terhadap diri atau jiwa peserta. b)
Takaful Umum; yang memberikan perlindungan finansial terhadap
9Ibid., h. 5 10Muhammad Syafi'I Antoni, Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah, dalam
Republika, tanggal 29 April 2002, h. 1 dan 11.
60 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
harta benda milik peserta. masing-masing punya jenis-jenis
perlindungan sebagai berikut :
1. Takaful Keluarga, yang ditawarkan adalah :
a. Takaful Berencana, yaitu program yang dipergunakan bagi yang
bermaksud untuk menyiapkan dana baik sebagai bekal persiapan
dihari tua maupun untuk ahli warisnya.
b. Takaful Pembiayaan, yaitu penjaminan atas sisa hutang
seseorang jika dia meninggal sebelum dilunasi.
c. Takaful Pendidikan, yaitu diperuntukan bagi mereka yang ingin
mempersiapkan dana pendidikan untuk masa depan putra-
putrinya.
d. Takaful Berjangka, yaitu diperuntukan untuk perusahaan yang
bermaksud menyiapkan dana untuk ahli waris karyawan/anggota
apabila yang bersangkutan meninggal dunia.
e. Takaful Dana Haji, yaitu untuk persiapan dana bagi mereka yang
akan melaksanakan ibadah haji.
f. Takaful Kesehata, yaitu program yang ditujukan untuk keluarga
atau perusahan yang bermaksud menyiapkan dana kesehatan
untuk anggota keluarga atau karyawannya.
2. Takaful Umum, yang ditawarkan adalah:
a. Takaful Kebakaran (Fire Insurance), yaitu berupa pemberian
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai
akibat terjadinnya kebakaran yang disebabkan percikan api,
sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut
resiko yang ditimbulkannya.
b. Takaful Kendaraan Bermotor, (Motor Vehicle Insurance), yaitu
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan secara
sebagian (partial Loss) atau maupun secara keseluruhan (Total
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 61
Qusthoniah
Loss) akibat kecelakaan atau tindak pencurian serta tanggung
jawab hokum kepada pihak ketiga.
c. Takaful Pengangkutan, (Cargi Insurance), yaitu perlindungan
terhadap kerugian dan atau kerusakan pada barang-barang atau
pengiriman uang sebagai akibat alat pengangkutannya
mengalami musibah atau kecelakaan selama dalam perjalanan
melaui laut, udara dan darat.
d. Takaful Rekayasa, (Enginering Insurance), yaitu perlindungan
terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat yang
berkaitan dengan perkerjaan pembangunan beserta alat-alat
berat, pemasangan kontruksi baja/mesin dan akibat
beroperasinya mesin produksi secara tanggung jjawab hukum
kepada pihak ketiga.
e. Takaful Aneka (General Accident Insurance), yaitu
perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai
akibat resiko-resiko yang tidak dapat ditutup pada polis-polis
yang sudah ada.11
C. Konsep Takaful
1. Konsep Dasar Asuransi Takaful
Keberadaan Asuransi Takaful dilandasi oleh tiga konsep
dasar, yaitu; Adanya saling bertanggung jawab, adanya saling
11Sumito, op.cit., h. 172-173. Bentuk-bentuk di atas hanyalah sebagian dari
produk Asuransi Takaful yang dikemukakan sebagai contoh, masih ada produk lain
yang tidak dicantumkan dan tidak menolak kemungkinan dibuat produk baru sesuai
dengan kebutuhan dan pemasaran Takaful. Lihat pada lampiran makalah; Profil
Perusahaan PT. Syarikat Takaful Indonesia.
62 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
berkerjasama dan adanya saling melindungi antara sesama
muslim.12
a. Tuntunan agar umat Islam mewujudkan bentuk saling bertanggung
jawab antara satu dengan yang lain, dapat ditemukan di dalam al-
Qur’an maupun Hadits Nabi SAW, antara lain:
وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
سئ كلكم ر كلكم م عيته....)رواهالبخاري(ول ع ن اع و ر 13
Dari Abdullah Ibn ‘Umar ra. Dari Nabi SAW, beliau
bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggungjawab terhadap orang-orang yang
dipimpinnya..."(HR al-Bukhari)
عن النعمابن بشيرقال : رسول الله ص م : مثل المؤمنين في تراحمهم
وتواددهم وتعاطفهم كمثل الجسدادااشتكى عضوتداعى
14لهسالرالجسد)رواهالبخاريومسلم(
Dari al-Nu'man ibn Basyir: "Telah bersabda Rasulullah SAW:
Bahwa perumpamaan orang-orang muslim dalam hubungan
persaudaraan dan kasih sayang, saling rasa cinta mereka ibarat
satu tubuh yang jika salah satu anggotanya sakit, maka
sakitlah seluruh badan". (HR. al-Bukhari Muslim).
Dengan menjadi peserta asuransi takaful berarti masing-
masing anggota telah sama-sama terikat perjanjian untuk saling
bertanggung jawab dalam kesepakatan dan akad yang terjadi
antara peserta dengan perusahaan asuransi takaful maupun
12Lihat; Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang: IAIN IB
Press, 1999). H. 140-143. 13Imam Muhammad ibn Ismail ibn al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-
Bukhari, jilid IX (Beirut : Dar al-Fikr,tt), h. 77 14Imam Muslim ibn al-Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid 5, (Beirut: Dar al-Kutub
al-'Ilmiyah, 1983), h. 44
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 63
Qusthoniah
antara peserta satu dengan yang lainnya. Perusahaan
bertanggung jawab mengelola premi sedangkan peserta
bertanggung jawab untuk membayar premi. Kedua pihak satu
dengan yang lainnya harus memenuhi akad yang telah dibuat.
Perusahaan juga berkewajiban untuk membayarkan manfaat
takaful jika seandainnya ada klaim dari peserta yang tertimpa
musibah.
b. Adanya tuntunan agar saling berkerja sama dan membantu
antara sesama manusia, berdasarkan firman Allah SWT, surah
al-Maidah ayat 2 :
ر وتعاونوا عل ٢ ٱلتقوى و ٱلبر "Hendaklah kamu saling tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan"
Dengan sistem takaful dapat diwujudkan kerja sama yang
saling menguntungkan antara sesama peserta dan antara peserta
dengan perusahaan Asuransi Takaful. Kerja sama saling
menguntungkan itu dilaksanakan dalam sistem yang memenuhi
unsur kebijakan dan ketakwaan, yang direalisasikan dalam
bentuk pemberian dan santunan kepada peserta yang mendapat
musibah dan kerjasama dalam bentuk investasi dengan sistem
bagi hasil yang menghindarkan segala usaha dari unsur riba,
maisir, gharar dan dharar.
c. Adanya tuntunan untuk saling melindungi. Hal ini terungkap
dalam sabda Rasulullah SAW :
64 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
عن عبدالله بن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: المسلم من سلم
لمهاجر من هاجر ما نهى الله عنه )رواه البخا المسلمون من لسانه ويده وا
15ري(
Dari Abdullah Ibn ‘Amr dari nabi SAW bersabda:”Orang
muslim adalah orang yang menyelamatkan orang-orang
muslim lainnya dari bahaya lidah dan perbuatan tangannya,
sedangkan orang yang berhijrah itu adalah orang yang
meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah”. (HR. al-
Bukhari)
Antara sesama peserta saling melindungi dan saling
menyelamatkan atas kebutuhan dan kepentingan peserta lainnya
sesuai dengan perjanjian. Jika seorang peserta meninggal dunia
maka anak, isteri atau ahli warisnya akan mendapatkan bantuan
derma (bersifat hibah) berupa sejumlah dana. Dengan dana
tersebut diharapkan kebutuhan anak yatim atau ahli warisnya
yang tinggal akan dapat terpenuhi.
2. Bentuk Perjanjian/kontrak
Bentuk kontrak yang dipakai oleh Asuransi Takaful dengan
peserta, didasari kepada nilai-nilai syari’ah, yaitu al-takaful (konsep
saling melindungi) dan al-mudharabah (konsep usaha atas dasar
bagi hasil).
a. Konsep saling melindungi atau saling menjamin antara
sesama peserta yang disebut dengan (al-takaful). Konsep ini
15Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah
al-Bukhari, Shahih al- bukhari, Jilid I. (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),
h.11
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 65
Qusthoniah
dapat dirujuk kepada konsep lembaga al-aqilah16 yang
terdapat dalam praktek hukum Islam. Pada masa Rasulullah
SAW, bila terjadi pembunuhan yang tidak sengaja atau
perlukaan fisik maka si pelaku akan dijatuhi denda dengan
membayar diyat kepada sikorban atau keluargannya. Konsep
saling menjamin dan melindungi dapat terealisasi melalui
mekanisme tabarru’. Dana tabarru’ yakni uang yang
dibayarkan sebagai infak (yang termasuk kedalam premi),
digunakan untuk saling melindungi dengan cara memberikan
bantuan kepada peserta yang mendapat musibah. Dana
tabarru’ sesuai dengan akad perjanjian yang ditandatangani
oleh peserta diawal pendaftaran sebagai peserta, yang
diniatkan untuk infak semata-mata. Karena telah diniatkan
sebagai infak maka dana ini tidak dikembalikan lagi kepada
peserta. Sebagaimana terdapat dalam akad yang berbunyi :
“Berdasarkan prinsip takaful maka dengan ini saya setuju
membayar kepada PT Asuransi Takaful Keluarga sebanyak
…% dari angsuransi Premi Takaful untuk dikreditkan dalam
Rekening Khusus sebagai tabarru’ untuk tujuan pembayaran
Manfaat Takaful bila ada Peserta Takaful yang meninggal
dunia dan sebanyak …% dikreditkan ke dalam Rekening
Peserta sebagai tabungan untuk tujuan pelaksanaan berbagai
program usaha yang dijalankan oleh PT Asuransi Takaful
Keluarga dalam rangka investasi. Karena itu berdasarkan
prinsip al-Mudharabah saya berhak mendapat keuntungan
16Lihat pengertian dan keterangan tentang al-'aqilah ini pada catatan kaki
no:36
66 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
dari hasil investasi dengan pembagian 60% untuk saya dan
40% untuk PT Asuransi Takaful Keluarga”.17
b. Konsep usaha atas dasar bagi hasil (al-Mudharabah)
direalisasikan dalam pengelolaan premi peserta (dana
tabungan ditambah dengan dana tabarru’ yang disatukan)
dengan menginvestasikan oleh perusahaan (Syarikat
Takaful). Hasil kauntungan dari investasi tersebut akan dibagi
sebagaian untuk peserta dan sebagiannya untuk perusahaan.
Besar bagi hasil telah ditetapkan pada awal seperti 60% untuk
peserta dan 40% untuk perusahaan, atau sebagaimana
terdapat dalam perjanjian.
D. Mekanisme Premi Takaful
Di dalam mekanisme pengoperasiannya, terdapat dua bentuk
pelayanan terhadap peserta yang disebut dengan produk, yaitu :18
1. Premi dengan Unsur Tabungan,
a. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan
milik peserta dan dibayarkan bila :
- Perjanjian berakhir
- Peserta mengundurkan diri
- Peserta meninggal dunia
17Perjanjian ini tercantum dalam Aplikasi Takaful yang diterbitkan oleh PT.
Asuransi Takaful Keluarga dan mesti diisi sebelum seseorang diterima menjadi
peserta. 18Tim Penyusun Basic Training, Modul 20021, (TK: Diklat Deperteman PT.
Asuransi Takaful Keluarga, 2001), h. 36
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 67
Qusthoniah
b. Rekening Khusus, yaitu kumpulan dana ynag diniatkan oleh
peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan
dibayarkan bila :
- Peserta meninggal dunia
- Perjanjian berakhir, jika ada surplus dana.
Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan
prinsip syari’ah. Hasil investasi dibagikan menurut
sistem bagi hasil (al-Mudharabah) 60% untuk peserta
dan 40% untuk perusahaan.
2. Premi Tanpa Unsur Tabungan
a. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi
biaya pengelolaan dimasukkan kedalam rekening khusus
(kumpulan dana).
b. Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip
syari’ah.
c. Hasil investasi dimasukkan kedalam dana peserta kemudian
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
reasuransi).
d. Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan sistem bagi
hasil (al-Mudharabah), 40% untuk peserta dan 60% untuk
perusahaan.19
Besar jumlah pembagian dari premi untuk tabarru’ dan
tabungan dicantumkan berdasarkan persentase seluruh premi dari
seorang peserta. Jumlahnya telah ditentukan oleh perusahaan
19Ibid., h. 37
68 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
berdasarkan jenis produk yang diambil peserta, misalnya, untuk
produk Takaful Dana Siswa, tabarru’nya 7,5% dari seluruh jumlah
premi. Namun jika peserta, berdasarkan keterangan dokter
menginap penyakit berindikasi berbahaya, maka dana tabarru’nya
akan dinaikkan, misalnya akan menjadi 8 % dari seluruh preminya.
Dalam keadaan biasa, yaitu peserta sehat tidak terindikasai sakit;
jumlah premi setahun adalah Rp. 1.000.000,00 maka tabarru’nya
Rp. 75,000,00 dan tabungannya Rp. 925.000,00 sedangkan asumsi
investasi diperkirakan 12% pertahunnya. Dengan masa perjanjian
berlangsung 17 tahun maka jumlah seluruh premi adalah
Rp.17.000,000,00 yang terbagi kepada :20
a. Dipotong 30% dari premi tahun pertama (30% x
Rp.1.000,000,00) sebagai biaya pengelolaan untuk
perusahaan21= Rp. 300.000,00
b. Tabarru’ 7,5% dari Rp. 17.000,000,00=Rp. 1.275.000,00
c. Tabungan uang murni dari peserta adalah [Rp. 17.000,000,00
– (300.000,00 + 1.275.000,00)] = Rp. 15.425.000,00
Karena dana tersebut diinvestasikan maka peserta
mendapatkan bagi hasil keuntungan tiap tahunnya. Pembagian
keuntungan ditetapkan berdasarkan premi yang ada pada tahun
tersebut. Peserta pada tahun ke 5 (anak masuk SD) mendapat
pengembalian dana premi (yang disebut Tahapan Dana Pendidikan,
sebanyak 10% dan MT (Manfaat Takaful Awal) = Rp.
20Diambil dari contoh yang terdapat dalam : Tim Penyusun Basic Training,
op.cit, h. 49 21Tercantum dalam pernyataan pada Aplikasi Keluarga, op.cit.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 69
Qusthoniah
1.700.000,00. Tahun ke 11 (masuk anak SMP) mendapat 15% dari
MT = Rp. 2.550.000,00. Tahun ke 14 (anak masuk SLTA)
mendapat 20% dari MT = Rp. 3.400.000,00. Tahun ke 17 (anak
masuk ke PT) mendapat 40% dari MT = Rp. 6.800.000,00.
Dengan demikian jumlah seluruh dana Tahapan Pendidikan
yang diterima sebanyak 4 kali berjumlah Rp. 14.450.000,00.
Pada tahun ke 18 sampai 21 peserta tidak lagi membayar
premi, namun tetap menerima Thapan Dana Pendidikan lagi 4 kali
yang diambil dari saldo Rekening Tabungan (SRT). Saldo
Rekening Tabungan adalah jumlah akhir saldo tabungan tahun
tersebut di tambah dengan bagi hasil mudharabahnya. Diberikan
berturut-turut; tahun ke 18 sebanyak 25% x SRT = Rp. 3.050.60,00.
Tahun ke 19 menerima lagi sebesar 35% x SRT = Rp. 3.433.710,00.
Tahun ke 20 sebanyak 50% x SRT = Rp. 3.664.110,00. Jumlah
semua Rp. 13.556.393,00.
[Bila dana Tahapan Pendidikan dijumlahkan seluruh
sebanyak yang diterima 8 kali tersebut maka berjumlah sebesar Rp.
28.016392,00].
70 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Namun jika peserta meninggal dunia pada tahun ke empat
maka jumlah yang akan diterima oleh ahli waris peserta sebagai
berikut:
Rp. 28.016.392,00 (hubah untuk “tahapan dana pendidikan”, dibayar
bertahap).
Rp. 17.019.516,00 (dana kebajikan untuk ahli waris/tabarru’).
Rp. 3.400.000,00 (jumlah tabungan yang terkumpul).
Rp. 619.516,00 (bagi hasil laba mudharabah). +
Rp. 49.055.424,00 (jumlah total manfaat takaful yang diterima)
Dana tabarru’ dari seluruh peserta yang dihimpun
(kumpulan tabarru’) oleh perusahaan diinvestasikan dan keluarkan
bila terjadi klaim manfaat takaful. Dana ini akan diambil sesuai
dengan besar manfaat takaful peserta yang bersangkutan. Karena
bagi setiap peserta, sesuai dengan jenis produk takaful yang
diambilnya dan jumlah tahun pembayaran preminya, akan
mendapatkan sejumlah dana bantuan yang disebut “manfaat
takaful” dengan jumlah yang sudah ditetapkan secara rinci dan
jelas.22
Dana yang diberikan dalam bentuk tabarru’ dan tahapan
dana pendidikan diatas, pada kasus telah meninggalnya si peserta
tersebut diberikan sebagai hibah, yaitu pemberian semata-mata
dengan dasar kerelaan tanpa mengharap imbalan dari pihak yang
diberi.23 Dana ini diperoleh dari kumpulan tabarru’ dan hasil
22Lihat pada lampiran, Profil Perusahaan, 23Nazih Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-
Fuqaha : Cet. Ke 3, (Riyadh : al-dar al-'Ilmiyah Li al-Kutub Al-Islamiyah,
1995/1415), h. 343
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 71
Qusthoniah
investasinya. Sedangkan pada produk yang memakai tabungan,
andai kata peserta sampai habis masa perjanjian tidak mengajukan
klaim manfaat takaful, maka uang tabungannya dikembalikan
ditambah dengan bagi hasil keuntungan. Seandainnya dana tabarru’
yang diinvestasikan dalam keadaan surplus maka bagi hasil dari
tabarru’ juga diberikan. Kalau dana tabarru’ tidak mengalami
surplus maka bagi hasilnya tidak diberikan, karena dana ini semula
sudah diniatkan semata-mata sebagai sumbangan.
E. Skema Pengelolaan Dana Premi Takaful24
1. Premi dengan Unsur Tabungan
24Lihat: Tim Penyusun Basic Traning, op.cit, h.36-37
72 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
2. Premi Tanpa Unsur Tabungan
Mekanisme pengelolaan dana secara rinci dapat diuraikan
sebagai berikut:25
Pertama, Pengelolaan Dana Takaful Keluarga
a) Premi Takaful yang diterima dimasukan kedalam “Rekening
Tabungan” yaitu rekening tabungan peserta dan “Rekening
Khusus (tabarru’)” yaitu rekening yang khusus disediakan untuk
kebaikan berupa pembayaran klaim (manfaat takaful) kepada
ahli waris jika di antara peserta ada yang ditakdirkan meninggal
dunia atau mengalami musibah lainnya.
b) Premi Takaful tersebut disatukan dalam kumpulan dana peserta,
kemudian dikembangkan melalui investasi proyek yang
dibenarkan Islam, dengan menerapkan prinsip al-mudharabah
sesuai dengan kesepakatan misalnya 60% untuk peserta dan 40%
umtuk perusahaan.
25Warkum Sumito, op.cit,. h 173-175
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 73
Qusthoniah
c) Dari keuntungan peserta yang 60% itu dimasukkan dalam
rekening tabungan dan rekening khusus secara propesional.
Sedangkan keuntungan perusahaan sebesar 40% dipergunakan
untuk pembiyaan operasional perusahaan.
Kedua, Pengolaan Dana Takaful Umum
a) Premi yang diterima dimasukkan ke dalam rekening khusus
(Tabarru') yaitu rekening yang khusus disediakan utuk
pembayaran klaim kepada peserta jika sewaktu-waktu tertimpa
musibah baik terhadap harta maupun diri sendiri.
b) Premi Takaful tersebut dimasukkan ke dalam "Kumpulan Dana
Peserta", kemudian dikembangkan melalui investasi proyek
yang dibenarkan Islam.
c) Keuntungan investasi yang diperoleh dimasukkan ke dalam
"Kumpulan Dana Peserta".
d) Setelah dikurangi beban asuransi (klaim, premi reasuransi) dan
jika masih terdapat kelebihan, maka kelebihan itu akan dibagi
menurut prinsip al-mudharabah.
e) Keuntungan peserta akan dikembalikan kepada peserta yang
tidak mengalami musibah. Sedangkan keuntungan perusahaan
akan digunakan untuk pembiyaan operasional perusahaan.
Realisai dari pengelolaan dana premi peserta terkumpul
diinvestasikan oleh perusahaan kepada empat cara yaitu dengan
sistem al-mudharabah, al-murabahah, al-musyarakah dan al-
wadhiah.26 Investasi dari premi (tabungan dan tabarru') oleh PT.
26 Lihat, Nasrun Haroen, Asuransi Menurut Hukum Islam, (Padang : IAIN IB
Press, 1999), h. 150-151.
74 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Syarikat Takaful disalurkan kepada pihak lain yang dapat
mengelola dana sebagai modal usaha. Kontrak investasi dilandasi
prinsip-prinsip mu’amalah dalam Islam.
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan maka PT.
Syarikat Takaful diawasi oleh Dewan Pengawas Syari'ah yang
terdiri dari para ulma yang ahli dalam ekonomi dan Hukum Islam,
yaitu: Prof. KH. Ali Yafie, Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML (alm),
H.M. Syafi'i Antonio M.Ec, KH. Dr. Didin Hafiduddin dan Prof.
Madya Dr. Ahmad Shabari. Dewan pengawas inilah yang
berkewajiban untuk mengarahkan agar semua jenis produk dan
usaha investasi dijalankan sesuai dengan ketentuan mu'amalah
Islamiyah. Seluruh bentuk produk dan bentuk investasi terlebih
dahulu melalui persetujuan mereka. Setelah dikaji terlebih dahulu
secara mendalam menurut hukum Islam, jika memenuhi syarat,
maka barulah produk dan bentuk pengelolaan tersebut
dilaksanakan.
Apabila terjadi musibah besar-besaran pada satu Asuransi
Takaful tersebut maka akan ditanggung secara bersama-sama
dengan Asuransi Takaful yang ada diseluruh dunia. Sebab setiap
Asuransi Takaful adalah peserta dari re-takaful, yakni himpunan
dari seluruh Asuransi Syari'ah di dunia. Bila terjadi kekurangan atas
sebuah Asuransi Takaful atau banyaknya terjadi klaim atas manfaat
Takaful maka kekurangan dana akan ditanggung oleh Re-Takaful
dunia. Dengan demikian para peserta tidak perlu merasa khawatir
atas premi yang disetorkan jika terjadi klaim besar-besaran. Di sini
tampak adanya upaya penjaminan bertingkat sebagai upaya
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 75
Qusthoniah
antisipasi atas kemungkinan buruk yang akan terjadi, termasuk
untuk PT. Syarikat Takaful sendiri.
F. Analisis Penulis
Melihat kepada kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan
Asuransi Takaful, maka keberadaan tersebut dapat digolongkan kepada
kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah, yaitu sesuatu yang keberadaanya
dibutuhkan untuk memperoleh tercapainya kebutuhan yang
keberadaanya dibutuhkan unyuk mempermudah tercapainya kebutuhan
pokok (al-dharuriyah). Karena asuransi takaful mempermuah dan
meringankan beban hidup para pesertanya ketika mendapat musibah (Li
Raf'i al-Musyaqqah wa daf'i al-haraj)27. Pada saat terkena musibah,
seseorang sangat membutuhkan bantuan dari pihak lain, apalagi bagi
mereka yang menjadi dengan tanggungan beberapa orang anak yang
masih kecil-kecil sementara dia tidak punya pekerjaan. Begitu juga
dengan seorang pengusaha yang pabriknya terbakar, tidak hanya
terdapat untuk diri dan keluarganya saja tetapi juga untuk seluruh
karyawannya dan keluarga mereka. Dengan menjadi peserta asuransi
Takaful semua hal tersebut dapat ditanggulangi secara bersama-sama
yang dananya di ambil dari kumpulan tabarru' seluruh peserta. Kalau
melihat kepada faktor-faktor ini keberadaan Asuransi Takaful dapat
dikolomkan kepada kebutuhan yang bersifat al-hajjiyah.
Peserta lain, yang tidak mendapat musibah atau meninggal dunia
walaupun mereka tidak memperoleh "manfaat takaful" atas dasar klaim
27 Ali Hasaballah, Ushul al-Tasri' al-Islami, Cet. Ke 4, (Mesir : Dar al-
Ma'arif, 1991/1391), h. 297.
76 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
karena musibah, namun mereka tetap mendapatkan keuntungan pahala
disisi Allah SWT, karena dana yang mereka berikan sebagai tabarru'
berdimensi sedekah. Sebab pada awal menyetorkan dana tabarru'
memang sudah diniatkan sebagai sedekah untuk kebajikan serta tidak
diniatkan untuk diterima kembali. Firman Allah SWT, Surah al-
Baqarah; 265:
ٱلرينر إركراه فر لا ي ن مر ٱلرشد قد تبي ر ر ٱلغ وتر ٱلط غ فمن يكفر بر ر ويؤمرن ب ر ٱستمسك فقدر ٱلل لها و ٱنفرصام ل لوثق ٱ ٱلعروةر ب ٱلل
٢٥٦سمريع علريم “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak
menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah
Maha melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah:
265).
Sesuai sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan perbuatan baik
yang memberikan bantuan konsumtif ataupun perlindungan terhadap
orang yang dikenal maupun tidak dikenal:
قال عبدالله عمرو : ان رجلا سال رسول الله صلعم : اى اسلام خىر
؟ قال : تطعم الطعام وتقراالسلا م على من عر فت و من لم تعرف
28ه البخارى()روا Abdullah ibn 'Amr berkata, ada seorang laki-laki bertanya
kepada Rasulullah SAW: "perbuatan apa yang terbaik
didalam Islam?" : beliau bersabda: "Engkau memberi makan
28Ibid,. h. 15
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 77
Qusthoniah
dan mengucapkan salam, kepada siapa saja yang engkau kenal
maupun yang engkau tidak kenal". (HR. al-Bukhari)
Inti dari member makan dan salam terhadap orang lain baik yang
dikenal maupun yang tidak dikenal adalah suatu perlindungan dan
pertolongan. Hal ini muncul didalam asuransi takaful, maksudnya para
peserta tidak mungkin akan saling kenal-mengenal secara menyeluruh
satu dengan yang lain. Walaupun demikian tidak menghalangi untuk
memberikan bantuan. Dalam hal ini Asuransi Takaful adalah bertindak
sebagai penghubung sekaligus ' amil untuk tabarru', disamping itu juga
sebagai mudharib untuk menginvestasikan dana kumpulan tabarru' dan
kumpulan tabungan.
Dana yang dibayarkan untuk tabarru' adalah semata-mata untuk
sedekah, dan berdimensi ibadah. Setiap sedekah yang di keluarkan
sejak semula tidak dimaksudkan untuk diterima kembali. Dari sistem
yang dipakai dalam tingkatan jumlah penanggungan atas dana
kematian, dibuat secara terbalik, tidak sesuai dengan setoran tabarru'
dengan jumlah dana yang akan diterima.29 Misalnya, untuk takaful dana
haji, pada tahun ke 2 preminya sudah berjumlah sebanyak Rp.10.
000.000,00 yang terbagi kepada; tabarru' Rp.175.000,00, + tabungan
Rp. 8.325.000,00 + jumlah bagi hasil Rp. 892.790. (sudah termasuk
potongan sebanya Rp. 1.500.000,00 pada tahun ke 1 untuk biayaan
pengelolaan perusahaan) maka nilai tunai premi peserta tersebut adalah
Rp. 9.187.790,00. Dana kematian yang disediakan adalah sebanyak Rp.
40.000.000,00. Jika peserta meninggal pada tahun ke 2 tersebut maka
29 Lihat pada contoh grafik Manfaat Takaful Dana Haji, hal. 11 makalah ini.
78 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
ia akan memperoleh manfaat Takaful (klaim) sebanyak Rp.
49.187.790,00. Pada tahun ke 3 dengan jumlah tunai premi Rp.
15.115.511,00 sedangkan dana kematian turun menjadi
Rp.35.000.000,00. Demikian seterusnya, dana kematian akan turun dari
tahun ketahun 3 seingga pada tahun ke 10 dengan jumlah premi Rp.
50.000.000,00 (yang terdiri dari; tabarru' Rp.875.000,00 + tabungan
Rp.47.625.000,000.00 – Rp. 1.500.000,00 untuk uang pengelolaan pada
tahun ke 1) + jumlah bagi hasil Rp. 22.819.808,00, dana kematiaannya
nihil (Rp. 0). Andaikata peserta meninggal pada tahun ke 10 tersebut,
maka dia tidak lagi menerima dana kematian, tetapi jumlah klaim tetap
lebih besar diterimanya yaitu Rp. 70.444.808,00. Yaitu menyebabkan
jumlahnya besar adalah karena jumlah bagi hasilnya pada tahun ke 10
telah mencapai Rp. 22. 819. 808, 00. Walaupun terjadi penyusutan atas
dana kematian seseorang peserta tahun demi tahun, namun jumlah
klaim tetap bertambah besar, akibat adanya bagi hasil dari tabungan
yang terus bertambah. Mereka yang meninggal tahun ke 1 dapat klaim
sebanyak Rp. 48. 658. 200,00, bagi yang meninggal pada tahun ke 2
klaimnya sebesar Rp. 49. 187.790,00, yang tahun ke 6 sebesar Rp.
55.584.579,00.
Tidak sesuainya dana kematian dengan jumlah premi adalah
karena ia diambil dari sedekah, tidak terikat kepada jumlah premi.
Sebab pada tahun ke 10 itupun tabarru' peserta baru sejmlah Rp.
875.000,00 sebagai jumlah tertinggi untuk pengumpulan selama 10
tahun. Jadi tidak releven kalau jumlah tabarru' disangkutkan dengan
jumlah dana kematian peserta. Hal ini baru terjawab, kalau difahami
bahwa tabarru' adalah sedekah yang diberikan melaui 'amil (Asuransi
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 79
Qusthoniah
Takaful) untuk disalurkan atas dasar tinggi rendahnya manfaat dana itu
atas seseorang.
Menurut penulis, Asuransi Takaful sebagai badan yang dipercaya
mengelola kumpulan sedekah tersebut dapat disamakan dengan 'amil
(pengelola) pada zakat atau nazir pada harta wakaf sekaligus mudharib
terhadap dana tabarru' yang tertangguh (yang belum diberikan kepada
mustahiqnya, yaitu peserta yang kena musibah). Dalam hal ini tidak ada
masalah jika si pembayar premi tidak mnerima lagi uang dari tabarru'
nya karena ia sedekah. Sedangkan pemberian manfaat takaful kepada
peserta yang tertimpa musibah dapat digolongkan sebagai hibah atau
sedekah. Tidak ada larang agama terhadap hal ini, bahkan yang ada
justru anjuran untuk saling berbuat baik.
Bagi mereka yang menerima tabarru' tidak dapat dikatakan
meminta kembali hibah atau infak yang telah diberikan. Karena apa
yang diterimanya jauh lebih besar ketimbang apa yang diberikannya
jika dia terkena musibah pada tahun sebelum habis perjanjian. Bagi
mereka yang telah sampai pada tahun terakhir perjanjian justru tidak
lagi mendapat porsi dana tabarru' kalau dia meninggal pada tahun
terakhir.
Konsekwensi dari pemberian berupa sedekah atau infak ialah,
bahwa sipemberi tidak boleh lagi meminta apa yang telah diberikan,
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
وعن بن عباس رزض قال:قال رسول الله صلعم : العا ئدفى هبته كالكب
30يقيس ثم يعودفي قيسه )متفق عليه(
30Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani al-Shan'ani, Subul
al-Salam, Jilid 3, (Indonesia: Maktabah Dahlan, TT), h. 90
80 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
"Dari ibn 'Abbas r.a dia berkata: telah bersabda Rasulullah
SAW: "orang yang minta kembali apa yang telah
dihibahkannya laksana seekor anjing yang memakan kembali
apa yang telah dimuntahkan" (HR. Muttafaq 'alaih)
Hadist diatas menjadi dalil atas haramnya meminta kembali harta
yang telah dihibahkan atau diinfakkan. Perbuatan tersebut sangat
tercela sekali, sehingga disamakan dengan perangai binatang (anjing)
yang memakan kembali sesuatu yang telah dimuntahkannya, yang
dalam kenyataan anjing pun jarang melakukannya.
Sehubungan dengan niat awalnya tidak ditentukan/terikat sebagai
jenis infak tertentu, maka ada kebebasan perusahaan untuk
mengelolanya. Karena itu dana tabarru' tidak sama dengan zakat yang
terikat penggunanya. Pada tabaru' ada kemungkinan yang
memperolehya adalah orang yang miskin, tetapi orang yang tergolong
menengah atau bahkan kaya. Misalnya Ahmad, seorang pengusaha
yang sukses, mempunyai harta kekayaan yang cukup banyak, ikut
dalam Asurani Takaful dana siswa. Jika dia meninggal maka ahli
warisnya mendapat hibah berupa tahapan tanah pendidikan dan
tabarru'. Sedangkan tanpa hibah dan tabarru' tersebut istrinya mampu
untuk membiayai anak-anak yang ditinggalkan dengan warisan yang
ada. Keadaan seperti ini dapat dijangkau dengan hibah dan tabarru',
tetapi tidak bisa dijangkau dengan dana zakat. Luasnya kemungkinan
penggunaan dana tabarru' tersebut membuat dimensinya bervariasi. Ia
akan berfungsi sebagai sedekah untuk orang yang miskin, atau hibah
untuk orang kaya. Mungkin inilah alasan mengapa dipakai istilah
tabarru' yang berarti sumbangan untuk dana kebaikan timbal-balik.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 81
Qusthoniah
Banyak sekali ayat yang menganjurkan umat Islam untuk
berinfak demi kepentingan agama, kerabat dan masyarakat. Namun
semua infak tersebut harus diniatkan untuk kebaikan demi mematuhi
perintah Allah dan memperoleh keridhoan-Nya. Karena dengan dasar
niat yang benar maka infak tersebut baru dinilai di sisi Allah SWT,
Sabda Rasulullah SAW:
قال عمربن الخطاب سمعت رسول صزم يقول : انماالاعمال بالنيات
وانمالكل امرئ مانوي فمن كانت هجرته الى دنيايصيبهااوالى امراه
31ه الى ماهجراليه)رواه البخاري(ينكحهافهجرت
"Sesungguhnya suatu perbuatan itu dinilai berdasarkan niat
pelakunya. Bagi setiap pelaku perbuatan memperoleh balasan
sesuai dengan niatnya, siapa yang berhijrah untuk maksud
harta dunia atau ingin menikahi seorang perempuan maka
nilai hijrahnya hanya untuk yang ia dapatkan itu saja." (HR.
al-Bukhari).
Kumpulan premi seluruh peserta dikelola dalam bentuk usaha
yang disesuaikan dengan aturan Mu'amalah Islamiyah, sehingga tidak
ada dana yang diperoleh dengan cara riba. Berdasarkan kesepakatan
para fuqaha' Islam, bahwa bermu'amalah dengan cara; al-Mudharabah,
al-Musayarakah, al-Murabahah, dan al-Wadi'ah dapat dibenarkan
karena tidak mengandung unsur yang dilarang syara'. Bahkan tergolong
pada ‘umur al-Hajjiyah yang bertujuan untuk kemaslahatan umat.
Berpijak pada kaidah :
31 Imam Abi 'Abdillah Muhammad Ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughiroh
al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1999/1420),
h.5
82 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
الاصل في الاشياالاباحتى يدل الدليل على تحريمها32
"Seluruh bentuk mu'amalah pada dasarnya boleh, sampai
datang ketentuan yang jelas melarangnya".
Untuk menentukan hukum atas suatu bentuk mu'amalah, yang
belum ada aturannya dalam nash secara tegas, maka prinsip diataslah
yang dipakai. Sebab sifat dasar dari syari'ah bukanlah untuk
menyempitkan kehidupan masyarakat, akan tetapi mengaturnya untuk
menghasilkan kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi. Allah SWT
berfirman didalam surah al-Baqarah: 185
يرريد ركم ٱلل ركم ٱليس ب لعس ٱول يرريد ب“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu”.
Agar manusia tidak terlalu terkekang dengan peraturan yang
terlalu rinci terutama dalam persoalan mu'amalah, Allah sendiri telah
menegur orang yang terlalu banyak Tanya kepada Nabi Muhammad
SAW tentang persoalan-persoalan yang tidak pokok. Firman Allah
SWT dalam surah al-Maidah ayat 101 :
ها يأ رين ي ل تس ء ٱل اء إرن تبد لكم امنوا شيا
عن أ لوا
تسؤكم "Hai orang-orang yang beiman, Janganlah kamu
mempertanyakan hukum atas sesuatu yang tidak diterangkan,
32 Al-Imamah Jalaludin, 'Abdurrahman al-Suyuthi, al-Asbah wa al-Nazha'ir,
(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1983), h.60
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 83
Qusthoniah
jika nanti ditetapkan hukumnya, maka akan menjadikan kamu
memikul beban yang berat".
Ayat tersebut sangat memberikan peluang manusia untuk
berinovasi, berusaha menciptakan kreasi baru dalam dinamika
mu'amalah yang dapt memenuhi kebutuhan hidup namun punya fungsi
ibadah sosial (al-'ubudiyah al-Ijtima'iyah). Tujuan agam tidaklah untuk
memberatkan manusia, tetapi untu mamberikan pedoman agar manusia
dapat memperoleh kebahagiaan hidup dengan cara yang benar dan
terhindar dari berbuat zalim. Berkaitan dengan Asuransi Takaful,
karena tidak mempunyai sifat riba, maisir, dan dharar maka tidak ada
persoalan yang menjadikan terlarang menurut syara', kecuali kalau
dalam prakteknya terdapat penyimpangan dari aturan dan prinsip-
prinsip yang telah digariskan syari'ah.
Prinsip yang dipegang dalam pengelolaan dana ialah al-
Mudharabah33. Hal ini ditandai dengan: tidak berakibat hilangnya
(hangus) uang peserta ketika peserta menghentikan kontrak perjanjian
sebelum masa jatuh tempo berakhir, atau setelah jatuh tempo berakhir
tanpa ada klaim, sebagaimana terdapat dalam asuransi konvensional.
Dengan demikian tidak terapat unsur judi: yakni satu pihak dirugikan
karena menanggung keuntungan untuk pihak lain yang didasari faktor
33 Al-Mudharabah adalah sistem bagi hasil atas keuntungan dan resiko
anatara pemilik modal dengan pelaksana usaha. Bila dalam usaha investasi tersebt
menghasilkan keuntungan, maka keuntungan itu dibagi dua antara pemilik modal
dengan pengelola yang besarnya masing-masing ditetapkan seauai dengan
kesepakatan kedua pihak demikian juga jika mengalami kerugian yang bukan
disebabkan oleh semata-mata kelalaian si pengelola. Lihat: Whbah al-Zuhaili, al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuh, jus 4, (Damsiq : Dar al- Fikr 1989/1409), dan lihat juga: Nazih
Hammad, Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi Lughah al-Fuqaha', Cet. Ke 3,
(Riyadh : al-Dar al-'Ilmiyah li al-Kutub al-Islamiy, 1995/1415), h. 312
84 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
untung-untungan. Di sini letak perbedaan antara asuransi konvensional
yang mencari keuntungan semata dengan takaful yang bersifat tolong-
menolong dan bagi hasil.
Perlu pula diperhatikan bahwa ketika terjadi kontrak, para peserta
membayar premi, selama belum ada klaim peserta tidak menerima
“keuntungan material" dari dana tabarru', namun tentu dapat pahala,
jika niatnya sesuai dengan arahan awal yang diberikan oleh pihak
Takaful yaitu untuk sedekah/ibadah. Di sisi lain peserta mendapatkan
jaminan akan adanya penanggungan kerugian atau musibah oleh pihak
takaful terhadap peserta ketika diajukannya klaim. Walaupun peserta
tidak pernah nantinya menerima uang atas dirinya, namun selama
berlangsungnya perjanjian tersebut peserta telah mendapatkan
"jaminan".
Menurut penulis, "jaminan" ini harus dipandang sebagai jasa dari
Asuransi Takaful. Jaminan tersebut dapat memberikan ketenangan
kepada pesertanya, menghilangkan kecemasan, bahkan dapat
meningkatkan nilai produktifitas bekerja mereka. Jadi dari sisi ini
sebenarnya peserta telah menerima suatu jasa penjaminan yang
menumbuhkan perasaan aman karena diri dan keluaraga mereka
ditanggung oleh pihak Asuransi Takaful jika nanti timbul musibah.
Sedangkan musibah tersebut tidak diharapkan munculnya.
Dapat dibandingkan, andaikata peserta menabung secara mandiri
rasa ketergantungan tersebut tidaklah sama besarnya dengan yang
diperoleh melalui jasa takaful. Sebab takaful akan memberikan bantuan
menghimpunkan dana dari seluruh peserta, yang diambil dari kumpulan
dana tabarru'' seluruh peserta. Dalam hal ini Asuransi Takaful telah
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 85
Qusthoniah
berfungsi seperti sebagai 'amil pada zakat atau nazir pada harta wakaf.
Atas jasa tersebut Asuransi Takaful yang bertindak sebagai 'amil
tabarru' berhak mendapat imbalan jasa yang diperoleh dari penarikan
uang operasional dari premi tahun pertama sebanyak 30%. Sedangkan
dari sisi mudharabah dia memperoleh bagi hasil.
Dana tabarru' semenjak awalnya telah diniatkan untuk amal
kebajikan untuk sesama peserta, yang dapat digolongkan kepada dana
hibah, atau sedekah yang berpahala di sisi Allah SWT. Di sinilah titik
tolak ketika menyoroti unsur dana tabarru' yang dipergunakan dalam
sistem takaful dimaksud. Niat saling memberikan bantuan atas dasar
iman terhadap ketentuan Allah SWT, berbeda dengan motif yang
muncul pada asuransi konvensional, yang semata-mata hanya
mempertaruhkan nasib seseorang untuk mencari keuntungan.
Sistem Asuransi Takaful diatur dengan meniadakan unsur
gharar, maisir dan riba yang terdapat dalam asuransi konvensional.34
Pada asuransi konvensional dana premi yang terkumpul di samping di
reasuransikan kepada berbagai jenis usaha tanpa memandang halal atau
haram. Titik tolaknya hanyalah semata-mata untuk memperoleh
keuntungan. Karena itu investasi sarat dengan unsure riba. Dari
keuntungan yang diperoleh tersebut, dibagikan kepada nasabah yang
mengajukan klaim asuransi. Jika tidak terjadi pengajuan klaim tersebut
selam masa kontrak maka dana akan hangus dengan sendirinya. Atau
bagi yang uang pertanggungannya dikembalikan tidak mengalami
34Lihat, PT. Syarikat Takaful Indonesia, Profil Perusahaan.
86 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
pertambahan, tanpa adanya bagi hasil, pada hal perusahaan telah
menginvestasikannya dan memperoleh untung dari investasi tersebut.
Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia merupakan
qadha dan qadar Allah SWT yang terealisasi berdasarkan sunnatullah.
Oleh karena itu manusia wajib berikhtiar memperkecil mudharat/resiko
yang akan timbul dari suatu musibah yang menimpa. Sesuai dengan
firman Allah SWT, dalam surah al-Hasyr : 18:
ها يأ رين ي ٱل ءامنوا ٱتقوا مت ٱلل ا قد ولتنظر نفس م
لرغد و ي ٱتقوا إرن ٱلل رما تعملون ٱلل ١٨خبري ب"Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian
memeperhatikan untuk kehidupannya yang akan datang, dan
senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT…"
Salah satu carany adalah dengan menabug. tetapi upaya tersebut
seringkali tidak memadai, karena ada kemungkinan resiko yang harus
ditanggung lebih besar dari yang diperkirakan. Namun resiko yang
besar sekalipun –biasanya- bila ditanggung secara bersama-sama dalam
bentuk saling tolong-menolong akan dapat meringankan beban dengan
lebih baik dan tuntas.
Bahkan sebuah generasi harus memperhitungkan generasi
sesudah mereka, agar generasi mendatang tersebut tidak menjadi lemah
akibat pendahulunya lalai melakukan persiapan yang dibutuhkan untuk
membangun generasi penerus yang kuat dan berkualitas.
Firman Allah SWT, Surah An-Nisa' : 9 :
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 87
Qusthoniah
رين ولخش ع فا خافوا لو ٱل تركوا مرن خلفرهرم ذررية ضر عليهرم فليتقوا يدا ٱلل ٩ولقولوا قول سدر
"Hendaklah semua orang merasa takut kepada Allah SWT
seandainnya mereka akan meninggalkan generasi mereka
sebagai generasi yang lemah"
Seseorang mungkin sulit mendapatkan bantuan dari orang lain
jika tidak hidup secara bersama dalam suatu ikatan kelompok tertentu,
baik nasab, suku, kedaerahan, senasib, pekerjaan ataupun berbentuk
perhimpunan lainnya yang punya perikatan untuk kebaikan, firman
Allah SWT, surah Ali 'Imran: 103 :
ر رعمة الل ر جريعا ول تفرقوا واذكروا ن بلر الل موا بر واعتصررنرعمترهر صبحتم ب
لف بي قلوبركم فأ
عداء فأ
عليكم إرذ كنتم أ
نقذكم مرنه رك إرخوانا وكنتم عل شفا حفرة مرن النارر فأ ا كذل
رهر لعلكم تهتدون لكم آيات الل (١٠٣)يبير"Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara…"
Yang dimaksudkan dengan tali (agama) Allah, tentulah juga
mencakup seluruh upaya yang dapat menjadikan umat Islam mampu
merealisasikan terciptanya kehidupan yang saling tolong menolong atas
rasa persaudaraan yang dilandasi oleh niat ikhlas dan dengan cara
88 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
bermu'amalah yang memenuhi aturan syara'. Sesuai dengan kaedah :
"Sesuatu yang dengan ketidakadaannya menyebabkan tidak terwujud
suatu yang wajib maka keberadaanya juga menjadi wajib".
Bersatu dalam keadaan seperti ini adalah aplikasi (tathbiqiyah)
dari perintah Allah SWT tersebut. Sehingga ayat di atas bukan saja
sekedar nilai yang tertidur tetapi menjadi nyata dalam kehidupan
manusia. Di sinilah tedapat sisi pentingnya keberadaan Asuransi
Syari'ah (Takaful) sebagai suatu kumpulan jama'ah yang
berta'awuniyah. Persekutuan seperti ini dapat dipandang sebagai
sebuah al-'aqilah. Walaupun pada awalnya al-'aqilah hanyalah semata
al-'ashabah pada suatu keluarga, namun pada masa Khalifah Umar ibn
al-Khattab maknanya meluas menjadi persekutuan dalam keanggotaan
lembaga negara tertentu, yang disebut dengan al-diwan.
Dengan adanya persekutuan antara sesama manusia akan
terwujud budaya tolong-menolong karena adannya saling
berkepentingan satu dengan yang lain. Hal ini hakikatnya termasuk
sunatullah, yang telah ada semenjak manusia ada. Rasulullah SAW
pernah bersabda dalam hal ini:
عن النعابن بشيرقال النبي صلعم على المنبر : من لم يشكر القليل لم
كفروا تركها و شكر الله بنمة يشكرالله التحدثكر الكثيرومن لم يش
35)رواه احمد( عداب والفرقة رحمة لجماعة
"Dalam berjamaah (kebersamaan) itu terdapat rasa kasih
sayang (rahmah) dan dalam pepecahan terdapat /akan muncul
azab (kepedihan)"
35Al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad, Jilid 4, (TK: Dar
al- Fikr. TT), H. 278
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 89
Qusthoniah
Tentunya hadis ini bermaksud bahwa di dalam jama'ah harus
diciptakan rasa kasih sayang yang mampu melahirkan sikap kesediaan
untuk saling berbagi rasa suka, duka dan derita, di samping itu juga
berbagi keuntungan dan kebaikan. Sabda Nabi SAW:
الترمدي(ارحموامن في الارض يرحمكم من في السما )رواه
"Sayangilah olehmu apa yang ada di bumi maka yang dilangit
akan menyayangimu"
Takaful sebagai asuransi bertumpu pada konsep tolong-menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan (ta'awanu 'ala al-birr wa al-taqwa)
serta perlindungan (al-ta'min), dengan menjadikan semua peserta
sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain, yang
dalam konsep hukum Islam dikenal dengan lembaga al-'aqilah.36
Persamaan antara kumpulan peserta Takaful dengan al-Aqilah dapat
dilihat dari segi saling tanggung-menanggung atas suatu musibah yang
menimpa anggotanya. Hal ini terjadi dalam persoalan pembayaran
diyat, baik sebagai hukuman pengganti maupun sebagai hukuman
pokok. Seorang yang secara tidak sengaja menciderai orang lain atau
36Pengertian dari lembaga al-'aqilah yaitu adannya saling tanggung
menanggung dalam persekutuan setali darah (al-'ashabah), dengan kewajiban
menanggung pembayaran diyat bagi pembunuh tersalah atau perlukaan yang
dilakukan oleh salah seorang dari mereka. Untuk tindakan seperti ini si terpidana tidak
menanggung sendiri pembayaran diyat nya, tetapi dibayarkan secara bergotong-royong oleh seluruh persekutuannya yang disebut dengan al-'aqilah. Pemakaian
makna al-'aqilah hanya untuk sesama saudara setali darah atau kerabat dekat tersebut,
oleh Khalifah Umar ibn al-Khatab dikembangkan kepada persekutuan sekarya, atau
persekutuan pada adannya kesamaan pekerjaan dan senasib. Pada masanya telah
dipergunakan kepada pengertian dewan-dewan yang ada masa itu, seperti sesama
anggota militer saling menjadi sebagai satu al-aqilah. Lihat : Nasron Haroen, op.cit.,
h. 172. Lihat juga keterangan lengkap pada: 'Abd al-Qadir 'Audah, al-Tasyri' al-Jima'I
al-Islami Muqaranan bi al-Qanan al-Wadi'i. Jus 2. Cet. Ke 11. (Bairut : Mu'asasah
al-Risalah, 1992/1412), h. 195-200, lihat juga pada : Nazih Hammad, lo.cit.
90 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
menyebabkan orang lain meninggal dunia dijatuhi hukuman (al-
'uqubah): membayar diyat kepada keluarga atau ahli waris korban. Jika
hakim menetapkan hukuman dengan diyat penuh, maka si terhukum
harus membayar sebanyak 100 ekor unta (dengan asumsi harga @ Rp.
7.500.000,00 jika dikalikan dengan 100 ekor unta, maka seharga Rp.
750.000.000,00). Harga ini jelas sangat besar dan sulit dibayar oleh
seseorang. Karena umumnya masyarakat memiliki harta kekayaan jauh
di bawah harga tersebut. Untuk itu diyat dibayarkan oleh seluruh
anggota al-aqilah dari si terpidana (al-jani).
Menurut penulis tanpa diqiyaskan kepada lembaga al-'aqilah
sebenarnya konsep takaful dengan cara tabarru' dapat berdiri sendiri
sebagai suatu bentuk tolong-menolong sekaligus bermu'amalah yang
selaras dengan tuntunan syara'. Pada dasarnya ada perbedaan antara
persekutuan takaful dengan al-'aqilah, yaitu: al-'aqilah keberadaanya
adalah berkaitan dengan akibat hukum dari sebuah peristiwa jinayah
yang mengharuskan seseorang yang termasuk bagian al-'aqilah
membayar diyat kepada pihak lain (bukan untuk dirinya). Sedangkan
persekutuan pada Asuransi Takaful timbul dari kesepakatan untuk
berbuat baik dengan cara mengeluarkan sedekah atau infak kebaikan
untuk sesama anggota yang ditimpa musibah pada dasarnya bukan
suatu kewajiban, tetapi menjadi diwajibkan akibat perjanjian. Ditambah
dengan adanya unsur bermua'amalah antara peserta dengan Asuransi
Takaful.
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 91
Qusthoniah
PERBEDAAN ASURANSI TAKAFUL DENGAN ASURANSI
KONVENSIONAL
NO TAKAFUL KONVENSIONAL
1 Sistem pengelolaan dana
berdasarkan syari'at Islam
Tidak berdasarkan
syari'at Islam
2 Tidak mengandung unsur yang
diharamkan: gharar, maisir dan
riba
Mengandung unsur yang
diharamkan
3 Tahun pertama nilai tunai sudah
terbentuk
Nilai tunai tahun
pertama tidak ada
4 Bila peserta mengundurkan diri
uang kembali
Mengundurkan diri uang
hangus atau hilang
5 Uang pertanggungan semakin besar Uang pertanggungan
tetap
6 Ada Dewan Pengawas Syari'ah Tidak ada Dewan
Pengawas Syari'ah
7 Ada dana infak untuk tolong-
menolong
Tidak ada dana infak
8 Akad Berdasarkan Takaful (tolong-
menolong)
Akad berdasarkan
Tabaduli (Jual Beli)
9 Investasi ke usaha yang sesuai
dengan tuntunan syari'ah
Investasi ditentukan oleh
perusahaan/bebas
10 Tujuan untuk meninggkatkan
kesejahteraan umat
Profit oriented semata
11 Gaji karyawan disisihkan untuk
zakat (Bazis)
Belum tentu
12 Untuk term insurance, jika tidak
ada klaim, ada bagi hasil
Untuk term insurance,
jika tidak terjadi klaim
uang hangus
92 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
G. Kesimpulan
Dari bahasan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam konsep-
konsep dan operasional PT. Syarikat Takaful, dengan produk-
produknya, ternyata tidak terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan syari’at Islam. Yang ditemukan justru Asuransi Takaful dapat
berfungsi sebagai lembaga yang menyatukan kepentingan masyarakat
untuk terbentuknya sistem al-‘aqilah dalam pertanggungan modern.
Terdapatnya penggabungan antara tabarru’ dengan tabungan dalam
kelompok al-‘aqilah yang dikelolah oleh suatu lembaga keuangan
sebagai ‘amil dengan sistem mudharabah, serta persentuhannya dengan
dunia investasi, amatlah unik. Sistem ini menghilangkan unsur
“komersialisme semata-mata”, namun tidak sampai mengahapus sama
sekali unsur komersial yang bersifat sosial.
Sisi lain yang perlu diperkuat adalah hendaknya antara para
peserta asuransi juga punya kemungkinan untuk saling mengenal, agar
amal tabarru’ mereka punya daya rekat dalam kehidupan sosial
muslim. Untuk itu fihak takaful perlu merancang sistem yang dapat
mewujudkan nilai al-‘aqilah, yaitu saling mengenal secara dekat,
terwujud dalam hubungan sesama peserta. sehingga konsep al-‘aqilah
bukan sekedar lambang saja namun juga menjadi nyata dalam
hubungan antara sesama peserta dalam kehidupan bermasyarakat,
walaupun tidak seluruh peserta akan dapat mengenal dengan dekat
seluruh peserta lainnya sesuai dengan kaidah (ma la yudraku kulluh la
yutraku kulluh).
Asuransi Takaful: Sebuah Alternatif | 93
Qusthoniah
DAFTAR PUSTAKA
'Audah, 'Abd al-Qadir. 1992. al-Tasyri' al-Jima'I al-Islami Muqaranan
bi al-Qanan al-Wadi'i. Juz 2. Cet. Ke 11. Bairut: Mu'asasah al-
Risalah.
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. “Asuransi dalam Perspektif Islam.”
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional tentang
Asuransi Takaful tanggal 6 Januari 2001 di Padang.
_______, 2002 “Urgensi SDM Ekonomi Syari'ah dalam.” Dalam
Republika (29 April)
Al-Bukhari. Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn
al-Mughirah. 1999. Shahih al- Bukhari. Jilid I. Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyah.
Dahlan, Abdul Aziz (et.al). 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jilid 1.
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Hajjaj, Imam Muslim ibn. 1983. Shahih Muslim. Jilid 5. Beirut:
Dar al-Kutub al-'Ilmiyah.
Hammad, Nazih. 1995. Mu'jam al-Mushthalahat al-Iqtishadiyah Fi
Lughah al-Fuqaha. Cet. Ke 3. Riyadh: al-Dar al-'Ilmiyah Li al-
Kutub Al-Islamiyah. 1995/1415.
Hanbal, Al-Imam Ahmad ibn. Tt. Musnad al-Imam Ahmad. Jilid 4.
TK: Dar al- Fikr.
Haroen, Nasrun. 1999. Asuransi Menurut Hukum Islam. Padang: IAIN
IB Press.
Hasaballah, Ali. 1991 Ushul al-Tasri' al-Islami. Cet. Ke 4. Mesir: Dar
al-Ma'arif.
94 | Jurnal Syariah
Vol. IV, No. 2, Oktober 2017
Ibrahim, Jalal Muhammad. 1994. al-Ta'min. TK: Dar al-Nahdhah.
Jalaludin, Al-Imamah. Al-Suyuthi 'Abdurrahman. 1983. al-Asbah wa
al-Nazha'ir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Muqaddasiy, Faidhullah Al-Husna. 1322 H. Fath al-Rahman li
Thalib Ayat al-Qur'an. Beirut: Al-Mathba'ah al-Aliyah.
M. Echols, John dan Hasan Shadily. 1995. Kamus Inggris Indonesia.
Cet XXL. Jakarta: PT. Gramedia.
Al-Mawrid, Munir al-Ba'albakiy. 1985. Qamus Inkliziy 'Arabiy. Cet.
XX. Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin.
Munawwir, A.W. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia. Edisi
ke-2. Surabaya: Pustaka Progresif.
Al-Shan'ani, Muhammad ibn Isma'il ibn Shalah al-Amir al-Kahlani.
Tt. Subul al-Salam. Jilid 3. Indonesia: Maktabah Dahlan.
Sumitro, Warkum. 1997. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-
Lembaga Terkait (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, Cet. Ke
2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sabiq, Sayid. 1992 Fiqh al-Sunnah, Jilid 3. Beirut: Dar al-Fikr.
Tim Penyusun Basic Training. 2001. Modul 20021. TK: Diklat
Deperteman PT. Asuransi Takaful Keluarga.
Ya'qub, Hamzah. 1994. Kode Etik Dagang Menurut Islam. Bandung:
CV. Diponegoro.
Al-Zuhaili, Wahbah.1989. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Juz 4.
Damsiq: Dar al- Fikr.
UPAH TENAGA KERJA LEPAS
KEBUN SAWIT DALAM PANDANGAN ISLAM
Studi Kasus Desa Pasar Kembang Kab. Indragiri Hilir
Novi Ayu Lestari Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syari’ah
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Siti Aisyah Dosen Ekonom Syari’ah Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indragiri
Abstrak
Artikel ini mencoba menganalisis konsep upah yang
berlaku di perkebunan sawit Desa Pasar Kembang
Kabupaten Indragiri Hilir dalam pandangan Islam.
Berdasarkan temuan, tenaga kerja diupah berdasarkan
kesepakatan antara kedua pihak, pihak pekerja dan pemilik
kebun tanpa ada kontrak tertulis. Kemudian upah juga
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga dari buah kelapa
sawit. Hasilnya, upah yang dilakukan di Desa Pasar
Kembang Kabupaten Indragiri Hilir telah sesuai dengan
syariat Islam karen terpenuhinya rukun syarat ujrah.
Keyword: Upah, Ujrah, Buruh Sawit, Perkebunan Sawit
A. Pendahuluan
Upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan
kompensasi yang diterima pekerja. Kompensasi sendiri merupakan
bayaran atau upah yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas
hasil kerja mereka. Bagi pekerja, masalah upah ini merupakan masalah
yang penting karena menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan
hidup mereka. Tak heran bila dari buruh hingga direktur sebuah
96 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
perusahaan, tidak ada topik yang lebih menarik dan lebih sensitif
daripada masalah gaji. Isu diskriminasi dan kesenjangan sosial bisa
muncul karena adanya perbedaan gaji. Buruh seringkali berunjuk rasa
menuntut kenaikan gaji atau menuntut bonus yang belum keluar.
Bahkan sering terjadi, karyawan-karyawan dengan potensi baik pindah
ke tempat lain karena merasa kurang dihargai secara finansial.
Dalam proses produksi maupun disrtibusi tersebut tidak lepas dari
kinerja para buruh atau pekerja. Dengan memperhatikan kinerja akan
diketahui bagaimana hasil produksi maupun distribusi itu berlangsung.
Kinerja yang baik dipengaruhi salah satunya oleh seberapa besar tingkat
motivasi kerja yang dimiliki para buruh atau pekerja tersebut. Salah satu
faktor yang mempngaruhi motivasi kerja itu adalah upah.
Upah adalah segala sesuatu yang diterima karyawan atau buruh
sebagai balas jasa atas kerja yang telah dilakukan. Upah juga bisa
dikatakan sebagai imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja
langsung yang hasil kerjanya dapat diukur dengan satuan tertentu
(jumlah fisik barang yang dihasilkan atau masa atas jasa pekerjaan yang
diserahkan).
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata
pencaharian sebagai petani dan didukung dengan kondisi kesuburan
tanah dan iklim tropis yang dapat menumbuhskan berbagai jenis
tanaman. Pertanian di Indonesia terbagi dua yaitu pertanian tanaman
keras dan pertanian tanaman pangan. Pertanian tanaman keras seperti
tanaman kakao, sawit, dan lainnya sedangkan pertanian tanaman
pangan seperti jagung, padi, sayur mayur, buah-buahan dan lainnya.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 97
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Keberadaan sektor pertanian tanaman pangan dalam
perekonomian di Indonesia saat ini tidak diprioritaskan karena strategi
pembangunan yang dilakukan lebih memprioritaskan sektor
perkebunan kelapa sawit disamping disebabkan oleh faktor-faktor
lainnya. Perkebunan kelapa sawit dianggap lebih penting sehingga
pembangunan di sektor pertanian pangan khususnya padi menjadi
lambat dan terjadi penyusutan atau penyempitan luas lahan pertanian
padi. Kecendrungan yang terjadi adalah menyempitnya skala usaha
tani. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan petani yang hanya
memiliki tanah sempit terpaksa harus menyewa tanah untuk lahan
pertanian, dan mereka sendiri memilih menjadi buruh tani atau petani
penggarap, yang tentu saja tidak memberi penghasilan yang
mencukupi.1
Hubungan kerja antara petani dan buruh tani terdapat hubungan
pertukaran di dalamnya. Buruh tani bekerja dan petani memberikan
upah. Buruh tani memberikan jasanya dan petani memberikan
imbalannya berupa upah. Namun, manusia merupakan makhluk sosial
yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Manusia tidak dapat
hidup sendirian dan membutuhkan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, karena itu manusia bermasyarakat. Dalam suatu
masyarakat pasti tercipta suatu relasi sosial. Begitu juga relasi petani
dan buruh tani yang tidak sebatas pada hubungan kerja namun meluas
pada hubungan sosial atau relasi sosial seperti saling tolong menolong
terhadap sesama dalam menyelesaikan pekerjaan. Tidak jarang relasi
1 J. Payama Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: FEUI, 1985), h. 45.
98 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
atau hubungan tersebut berkembang menjadi hubungan kerjasama,
kekerabatan, persaudaraan, dan bahkan dalam waktu yang relatif lama
relasi tersebut juga membentuk relasi patronase. Relasi-relasi tersebut
sering terjadi pada struktur masyarakat pertanian. Salah satu di
Kecamatang Keritang yang memiliki struktur masyarakat pertanian
yaitu Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Hilir.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengupahan tenaga kerja lepas kebun sawit di
Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Hilir.
2. Bagaimana pandangan hukum Islam pada pengupahan tenaga kerja
lepas kebun sawit di Desa Pasar Kembang Kecamatan Keritang
Kabupaten Indragiri Hilir.
B. Landasan Teori
1. Pengetian dan landasan hukum Ujrah (upah)
Upah dalam bahasa Arab disebut al-ujrah. Dari segi bahasa
al-ajru yang berarti ‘iwa’du (ganti), oleh sebab itu al-sawa’b
(pahala) dinamai juga al-ajru atau al-ujrah (upah). Pembalasan atas
jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat suatu pekerjaan.2
2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia
terlengkep, (Surabaya: Pustaka Progressif , 1994), h . 9.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 99
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Upah (ujrah) tidak bisa di pisahkan dari sewa menyewa
(ijarah) karena memang upah merupakan bagian dari sewa
menyewa (ijarah), ijarah berlaku umum atas setiap akad yang
berwujud pemberian imbalan atas sesuatu manfaat yang diambil.
Banyak al-Qur’an dan hadist yang dijadikan argumen oleh
para ulama’ untuk kebolehan al-ujrah.
Firman Allah dalam sebagai berikut:
بت ٱست أ إن ئقالت إحدىهما ي جرت ٱلقوي ئخي من ٱست جره
مين ٱل
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.” (QS. Al-Qashas: 26)
Hadith yang diriwayatkan dari Ummul Mu’minin Aisyah r.a.
“Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra. Istri
Nabi SAW berkata: Rasulullah SAW dan Abu Bakar
menyewa seorang laki-laki dari suku Bani-Ad-Dayl,
penunujuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama
orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian
menyerahkan kepadanya kendaraan mereka, dan mereka
berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di gua tsaur
dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari
selasa.” (HR. Al-Bukhari).
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda,
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Nabi SAW berbekam dan
beliau memberikan kepada tukang bekam itu upahnya.” (HR.
Al-Bukhari)
100 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Landasan ijma ‘nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada
seorang ulama pun yang menambah kesepakatan (ijma’) ini,
sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda
pendapat, tetapi hal ini tidak dianggap.3
2. Rukun dan Syarat Ujrah
Rukun ujrah adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu,
sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut
yang membentuknya. misalnya rumah, terbentuk karena adanya
unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,
dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur
yang membentuk sesuatu itu disebut rukun.4
Ahli-ahli hukum madzab Hanafi, menyatakan bahwa rukun
akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka mengakui bahwa tidak
mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang membuatnya dan
tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan madzab Syafi’i hanya
terletak dalam cara pandang saja, tidak menyangkut substansi akad.
Syarat ujrah ialah:
a. Mu’jir dan musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad
ijarah. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang
menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah
untuk melakukan sesuatu.
3 Suhendri Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grasindo Persada,
2010), h. 166. 4 Samsul. Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad
Dalam Fiqih Muamalat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 95.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 101
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
b. Shighat (akad). Syarat ijab qabul antara ajir dan musta’jir
sama dengan ijab qabul yang dilakukan dalam jual beli.
c. Ujrah (upah). Dasar yang digunakan untuk penetapan upah
adalah besarnya manfaat yang diberikan oleh pekerja
(ajiir) tersebut. Bukan didasarkan pada taraf hidup,
kebutuhan fisik minimum ataupun harga barang yang
dihasilkan. Upah yang diterima dari jasa yang haram,
menjadi rizki yang haram.
d. Ma’qud alaihi (barang yang menjadi Obyek). Sesuatu yang
dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada
pekerjaan yang dikerjakan dengan beberapa syarat. Adapun
salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah bahwa
jasa yang diberikan adalah jasa yang halal. Dilarang
memberikan jasa yang haram seperti keahlian membuat
minuman keras atau membuat iklan miras dan sebagainya.
Asal pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan
aqad atau transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila
pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh orang non
muslim juga tetap tidak diperbolehkan.5
3. Pengertian Upah Secara Umum
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, upah adalah uang dan
sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai
pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan
5 Qomarul. Huda, fiqh muamalah, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h.
80.
102 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
sesuatu.6 Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari
pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang
talah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
yang di teteapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan
perundang-undang serta dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja
antara perusaha denga kaaryawan termasuk tunjangan, baik
karyawan itu sendiri maupun untuk kluarga.7
Upah adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
peningkatan cara kerja buruh sawit. Seorang pekerja yang
mempunyai upah tinggi atau sesuai dengan yang diharapakan akan
memotivasi pekerja lainnya sehinnga dapat tercapainya maksud dan
tujuannya.
Menurut Pasal 1 Ayat 30 Undang-undang ketenaga kerjaan
tahun 2003, upah adalah hak pekerja/buruh yang telah diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari perusahan atau
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau
peraturan perundang-undang, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaa dan atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.8
4. Perinsip Pemberian Upah dalam Islam
Prinsip pemberian upah dalam islam terdiri dari dua yaitu:
Pertama, Adil dalam memberi upah. Adil bermakna jelas dan
6 Ibid., Team, Kamus,...., h. 947.
7 Sumarsono Sonny, Teori dn Kebiajakan Publik Ekonomi Sumber Daya
Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 181.
8 Djumialdji. Perjanjian Kerja, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), h. 26.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 103
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
transparan. Perinsip utama keadilan terletak pada kejelasan akad
(transaksi) dan komitmen melakukannya. Akad dalam perubahan
adalah akad yang terjadi antara pekerja dan pengusaha. Artinya
sebelum pekerja dikerjakan, harus jelas dahulu bagaimana upah
yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi besarnya
upah dan tata cara pembayaran upah.
Sesungguhnya seorang pekerja hanya berhak atas upahnya
jika ia telah menunaikan pekerjanya dengan semestinya dan sesuai
dengan kesepakatan, karena umat islam terkaitan dengan syarat-
syarat antar mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkannya yang haram. Selama ia mendapatkan upah
secara penuh maka kewajibannya juga terus dipenuhi. Sepatutnya
hal ini dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja” yang
menjelaskan masing-masing hakdan kewajiban kedua belah pihak,
keterlambatan membayar upah dikatagorikan sebagai perbuatan
zalim dan orang yang tidak membayar upah para pekerjanya
termasuk orang yang dimusuhi oleh Nabi Muhammad saw pada hari
kiamat.9
Kedua, Kelayakan dalam Pengupahan. Kelayakan pemberian
upah yang diberikan juga menjadi perhatian dalam islam, kelayakan
tersebut berhubungan dengan besaran yang diterima. Layak terdiri
dari:
a. Layak bermakna cukup pangan,sandang dan papan.
9 Ibid., Shilihin, Buku,...., h. 874.
104 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Kelayakan upah yang diterima oleh pekerja dilihat dari 3
aspek yaitu: Pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan
(tempat tinggal). Bahkan bagi pegawai atau karyawan yang
masih belum menikah, menjadi tugas majikan yang
memperkerjakannya untuk mencarikannya jodohnya. Artinya,
hubungan antara majikan dengan pekerja bukan hanya sebatas
hubungan pekerjaan formal, tetapi karyawan sudah dianggap
merupakan keluarga majikan. Konsep menganggap karyawan
sebagai keluarga majiakan merupakan konsep Islam yang lebih
14 abad yang lalu dicetuskan. Konsep ini dipakai oleh
pengusaha-pengusaha Arab pada masa lalu, dimana mereka
(pengusaha muslim) sering kali memperhatikan kehidupan
karyawannya diluar lingkungan kerjanya.
b. Layak bermakna sesuai dengan pesanan
Upah dalam konsep syariah memeiliki dua dimensi, yaitu
dimensi dan dimensi akhirat. Untuk menerapkan upah dalam
dimensi dunia, konsep moral merupakan hal yang sangat
penting agar pahala dapat diperoleh sebagai dimensi akhirat dari
upah tersebut. Jika moral diabaikan, dimensi akhirat tidak akan
tercapai. Oleh karena itulah konsep moral diletakkan pada kotak
paling luar, yang artinya konsep moral diperlukan untuk
menerapkan upah dimensi akhirat dapat tercapai.10
10 Rivai Veithzal, Islamic Human Capital Dari Teori ke Praktik
Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Tugu Publisher, 2007), h. 805.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 105
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
5. Mekanisme Penetapan Upah dalam Islam
Pada masa Rasulullah, penetapan upah bagi para
pengawainya sesuai dengan kondisi, tanggung jawab dan jenis
pekerjaan. Proses penetapan gaji yang pertama kali dalam Islam
bisa dilihat dari kebijakan Rasulullah untuk memberikan gaji satu
dirham setiap hari kepada Itab bin Usaid yang diangkat Gubenur
Mekkah.
Tenaga kerja seperti yang telah disebutkan adalah faktor
produksi yang sangat penting, dan imbalannya disebut upah. Istilah
upah digunakan dalam penegertian sempit maupun luas. Berbagai
teori dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern mengenai
penentuan upah ini. Menurut subsistence theory, upah cendrung
mengarah kesuatu tingkat yang hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan minimum pekerjan dan keluarga. Menurut marginal
productivity theory, dalam kondisi persaingan sempurna, setiap
pekerja yang memiliki skill dan efisiensi yang sama dalam suatu
kategori akan menerima upah yang sama dengan VMP (value of
margainal product) jenis pekerjaan yang bersangkutan. Artinya
tidak ada kesepakatan diantara para ahli ekonomi mengenai
masalah bagaimana upah untuk ditetapkan.
Islam menawarkan sebuah solusi yang amat masuk akal
mengenai ini, didasarkan pada keadilan dan jujur serta melindungi
kepentingan baik majiakan maupun pekerja. Menurut Islam, upah
harus ditetapkan dengan cara yang layak, patut, tanpa merugikan
kepentingan pihak yang mana pun, dengan tetap mengingat ajaran
Islam.
106 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Abu Dzar manyatakan bahwa Nabi SAW bersabdah: “mereka
(budak atau pembantumu) adalah saudara-saudara kalaian.
Allah telah menempatkan mereka di bawah kekuasaanmu,
berilah mereka makan seperti makananmu, berpakaian seperti
pakaianmu, dan janganlah mereka kalian bebani dengan
pekerjaan yang berat”
6. Dasar Penentuan Upah
Upah ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan, ini merupakan
asa pemberian upah sebagai mana ketentuan yang diberikan Allah
dalam firmannya:
يه ا عملوا ولوفل م درجت ملعولكل
لهم وهم ل يظلمون م م أ
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang
telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi
mereka (balasa) pekerjaan-pekerjaan yang mereka sedang
mereka tidak dirugikan.” (Al-Ahqaf ayat 19)
Untuk itu, upah yang dibayarkan kepada masing-masing
pegawai bisa berbeda berdasarkan jenis pekerjaan dan tanggung
jawab yang dipikulnya. Tanggung jawab nafkah keluarga bisa
menentukan jumlah gaji yang diterima pegawai. Bagi yang sudah
berkeluarga, gajinya 2 kali lebih besar dari pegawai yang masih
lajang, karena mereka harus menaggung nafkah orang-orang yang
bertanggung jawabnya, agar mereka tetap bisa memenuhi
kebutuhan dan hidup dengan layak. Rasulullah Bersabdah:
Barang siapa mempekerjakan seseorang, sedang ia tidak
memiliki rumah, maka ia harus diberi rumah, dan jika ia tidak
memiliki istri, maka nikahkanlah, dan jika ia tidak memiliki
kendaraan, maka berikan lah kendaraan.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 107
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
7. Penggolongan Upah dalam Islam
Ada beberapa pengolongan upah sebagai berikut:
a. Upah Sistem Waktu. Dalam sistem waktu, besarnya upah
ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, hari,
minggu atau bulan. Besarnya upah sistem waktu hanya di
dasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan dengan
prestasi kerjanya.
b. Upah Sistem Hasil. Dalam sistem hasil, besarnya upah
ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja,
seperti per potong, meter, dan kologram. Besarnya upah
yang dibayar selalu berdasrkan kepada banyaknya hasil
yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakannya.
c. Upah Sistem Borongan. Sistem borongan adalah suatu cara
pengupahan yang meneteapkan besanya jasa dibesarkan atas
volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan
besarnya balasa jasa berdasarkan sistem borongan cukup
rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang
diperlukan untuk menyelesaikannya.11
C. Sekilas Desa Pasar Kembang
Secarah Administratif Desa Pasar Kembang termasuk Wilayah
Kecamatan Keritang Kabupaten Indra Giri Hilir Provinsi Riau dan
terletak dibagian Selatan Merupakan salah satu Desa yang memiliki
11 Ibid., Rivai, Islam,...., h. 807.
108 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
pontensi ekonomi berkembangan didukung oleh infranstruktur Desa
Pasar Kembang yang dilihat secara umum keadaannya merupakan
daerah dataran dengan Lahan Pertanian, Perkebunan dan Persawahan
luas yang dialiri oleh sungai yaitu sungai Gansal dengan beberapa anak
sungai.
Pertumbuhan ekonomi msyarakat Desa Pasar Kembang secara
umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai bertambahnya
jumlah penduduk yang memeiliki usaha atau pekerjaan walau pun jenis
pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat di pastikan bersumber
dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman
modal usah dari pemerintah.
Yang menarik perhatian, penduduk Desa Pasar Kembang masih
banyak yang memiliki usaha atau mata pencarian tetap dibidang
pertanian dan perkebunan, hal ini dapat diindikasikan bahwa msyarakat
Desa Pasar Kembang terbebasnya dalam ilmu penegtahuan dibidang
pertanian dan perkebunan kelapa dan kelapa sawit oleh karna itu tidak
adanya tenaga ahli yang mendampingi mereka dalam hal ini, bagaimana
masyarakat berbuat untuk menjadi petani yang baik dan hasil maksimal
untuk didapatkan, masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di
bidang pertanian dan perkebunan hanya lah dari mulut petani ke mulut
petani serta penyaluran pupuk bersubsidi tidak tepat waktu sehingga
berpengaruh pada hasil produksi pertanian dan perkebunan, meskipun
ada tenaga kerja yang dinamakan PPL di Desa Pasar Kembang tidak
berkerja sebagaimana yang diharapkan pemerintah yang
menugaskannya. Ini yang menyebabkan belum terlepas dari
kemiskinan, padahal potensi ada.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 109
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Berikut ini tabel mata pencarian penduduk Desa Pasar Kembang
dari tahun 2014 hingga sekarang.
No Mata Pencarian Jumlah
(Orang)
Persentase dari jumlah
penduduk
1 Petani 1.657 orang 49 %
2 Buruh Tani 64 orang 7 %
3 Pedagang 33 orang 6 %
4 Perternak 5 orang 3 %
5 Perabot 10 orang 2 %
6 PNS/TNI/POLRI 38 orang 5 %
7 Tenaga Honor 96 orang 8 %
8 Buruh Bangunan 20 orang 12 %
9 Bengkel 39 orang 1 %
10 Belum Bekerja 200 orang 15 %
11 Tidak Bekerja 31 orang 5 %
D. Deskripsi Umum Responden
1. Usia
Adapun data mengenai usia responden pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Komposisi Usia Responden
No Usia Responden Responden
1 >53 Tahun 1
2 41-45 Tahun 5
3 30-34 Tahun 9
4 24-29 Tatun 5
Jumlah 20
110 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
2. Pendidikan
Adapun data mengenai pendidikan responden pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Komposisi Pendididikan Responden
No Pendidikan Responden Responden
1 SD 3
2 SMP 11
3 SMA 6
Jumlah 20
3. Luas Kebun
Ada pun luas kebun yang di miliki oleh pemilik kebun,
berdasar kan yang telah saya wawancarai ialah sebagai berikut :
Tabel 4
Komposisi Luas Kebun Responden
NO Nama Pemilik Kebun Luas Kebun
1 Aming 3
2 Bujang Logo 4
3 Andi 3
4 Galih 3
5 Giding 2
6 Amir 2
7 Delel 3
8 Jalal 4
9 Eko 3
10 Edi 4
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 111
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
E. Pokok-Pokok Temuan
1. Perekrutan Tenaga Kerja
Perekrutan tenaga kerja adalah serangkaian aktivitas mencari
dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan yang
diperlukati guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam
perencanaan kepegawaian.12
Dalam pengrekrutan yang dilakukan di Desa Pasar
Kembang, hanya bertanya kepada orang yang bersangkutan atau
langsung bertanya kepada buruh kepala sawit apakah ia ingin
mengerjakan atau menggarap kebun orang yang pemilik kebun
kelapa sawit atau orang yang ingin mengupahkan kebunnya kepada
buruh kelapa sawit.
Cara pengrekrutan buruh kebun kelapa sawit di Desa Pasar
Kembang, tidak serumit dengan pengrekrutan karyawan-karyawan
yang berkerja di sebuah perusahaan. Apabila kedua belah pihak
sudah menyetujui dengan apa yang di sepakati, maka buruh kebun
kelapa sawit bisa langsung menggarap atau mengerjakan kebun
kelapa sawit.
2. Perjanjian Kerja
Di dalam perjanjian kerja, para pekerja hanya melakukan
perjanjian dengan bertemu langsung atau bertatap muka, tidak ada
perjanjian tertulis yang dilkaukan. Adapun peroses perjanjian
penggarapan kebun kelapa sawit di Desa Pasar Kembang adalah
sebagai berikut:
12Hendiy Simamura,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta :STIE
YKPN, 1999). h. 212.
112 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Awalnya pemilik kebun menginformasikan bahwa sedang
mencari petani yang bersedia menggarap kebun kelapa sawit
miliknya. Setelah ada buruh tani yang tertarik dengan informasi
yang diperoleh, kedua belah pihak mengadakan pertemuan baik itu
atas inisiatif pemilik kebun maupun atas kehendak buruh tani yang
tujuannya mengadakan akad baik tertulis maupun lisan. Dalam
kasus yang berbeda, adakalanya petani penggarap yang mencari
kebun garapan, dengan menemui pemilik kebun yang memiliki
banyak kebun yang belum tergarap. Setelah menemukan pemilik
kebun yang mengizinkan kebunnya untuk digarap, maka kedua
belah pihak mengadakan pertemuan untuk mengadakan akad. Pada
perjanjian kerjasama penggarapan kebun sawit di Desa Pasar
Kembang kebanyakan kedua belah pihak melakukan akad dengan
cara lisan.
Setelah kedua pihak melakukan akad, kedua belah pihak
bermusyawarah menentukan cara penggarapan. Penggarapan yang
dilakukan selama sistem upah kebun sawit ini dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Pengelolahan lahan atau kebun
Didalam pengelolahan lahan yang ada di Desa Pasar
Kembang, si pengupah atau buruh kebun kelapa sawit
melakukan perawatan pada kebun kelapa sawit. Perawatan yang
biasanya yang pengupah lakukan seperti membersikan kebun
kelapa sawit, memupuk dan merawat kebun sesuai dengan
keadaan atau kebutuhan kebun kelapa sawit agar hasil akhirnya
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 113
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
memuasakan atau saat pemanenaan buah nya sesuai dengan
keinginan.
b. Pemanenan atau pendodosan
Pemanenana atau yang sering di sebut dengan
pendodosan yang biasanya di lakukan di Desa Pasar Kembang
ada tingkat pemanenan atau pendodosan adalah: Pertama,
tingkatan yang paling cepat hanya bisa dilakukan selama 1
bulan 2 kali melakukan pemanenan atau pendodosan, dan di
dalam pemanenan 1 bulan 2 kali ada juga pemanenan yang
dilakukan selama 15 hari sekali pemanenan atau pendodosan.
Tingakat yang Kedua pemanenan yang terbilang lama atau
lambat dikarnakan pemanenan atau pendodosan dilakukan
disaat hari yang ke 20 pada 1 bulan itu dan bisa dikatakan 1
bulan sekali baru memanen. Karna penanenan tersebut sesuai
dengan kaadaan buahnya walaupun keadaan kebunnya sudah di
rawat dengan baik, tetapi pemanenan atau pendodosan
dilakukan sesuai dengan buah.
c. Tingkat upah
Tingkat upah yang terjadi di penggarapan sawit di Desa
Pasar Kembang berbeda-beda, hal ini dikarnakan setiap
pekerjaan yang di lakukan berbeda-beda pula. Seperti
pengelolahan lahan, pemanenan dan sebagainya. Pekerjaan itu
semua berbeda upahnya, maka di setiap pekerjaan terjadi
tingkatan upah semua pekerjaan di bayar atau di upah sesuai
dengan apa yang di kerjakannya.
114 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Penyebab lain terjadinya perbedaan tinggkat upah adalah
perubahan harga dari sawit itu sendiri. Karena semua upah
buruh kebun kelapa sawit di Desa Pasar Kembang semuanya
tergantung pada harga yang ada di Desa Pasar Kembang, apa
bila harga kelapa sawit naik atau mahal maka upah buruh kebun
kelapa sawit pun ikut naik atau lebih mahal. Dan sebaliknya apa
bila harga kelapa sawit menurun atau lebih murah makan upah
buruh kebun kelapa sawit pun ikut murah, upah buruh kepala
sawit di Desa Pasar Kembang ikut harga kelapa sawit yang ada
di Desa Pasar Kembang.
d. Masa kerja dan jam kerja
Masa kerja atau jam kerja buruh kebun sawit di Desa
Pasar Kembang tidak tergantung pada masa kerja atau jam
kerjanya, kecuali di saat pemanenan atau pendodosan kelapa
sawit karena pemanenan memang sudah ada jadwalnya.
Berdasarkan temuan penulis masa kerja memang tidak ada, jika
pun ada itu semua tergantung pada kesepakatan kedua belah
pihak. Jika ingin lahan perkebunan lebih bagus maka
perawatannya pun ditingakat lagi, dan semua itu tergantung
pada upah apa bilh upah menambah dari biasanya maka
pekerjaannya pun lebih di tingkat kan begitu seterusnya dengan
pekerjaan lainnya.
e. Jaminan keselamatan
Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang tentang
keselamatan kerja pada pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja
ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 115
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
atau tetap, dimana tenaga kerja atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapt sumber-
sumber bahaya, temasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja mengandung bebagai potensi bahaya
yang dapat mempengaruhi keselamatan tenaga kerja atau dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahay
adalah segala sesuatu yang berpotensi meyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit,, kecelakaan atau bahkan
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.
Jaminan keselamatan untuk keselamatan buruh kebun
sawit yang ada di Desa Pasar Kembang, tidak memiliki jaminan
keselamatan. Kerena kecilnya hasil yang di dapatkan dan tidak
setabilnya harga kelapa sawit, maka dari itulah jaminan
keselamatan buruh kebun kelapa sawit tidak ada dan tidak
pernah ada khusus nya di Desa Pasar Kembang.
F. Tinjauan Islam Terhadap Sistem Upah Tenga Kerja Kebun
Sawit Di Desa Pasar Kembang
1. Terpenuhnya rukun dan syarat
Rukun Ujrah adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu,
sehingga sesuatu itu terwujud karena adanya unsur-unsur tersebut
yang membentuknya. misalnya rumah, terbentuk karena adanya
unsur-unsur yang membentuknya, yaitu pondasi, tiang, lantai,
116 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
dinding, atap dan seterusnya. Dalam konsep Islam, unsur-unsur
yang membentuk sesuatu itu disebut rukun.13
Ahli-ahli hukum madzab Hanafi, menyatakan bahwa rukun
akad hanyalah ijab dan qabul saja, mereka mengakui bahwa tidak
mungkin ada akad tanpa adanya para pihak yang membuatnya dan
tanpa adanya obyek akad. Perbedaan dengan madzab Shafi’i hanya
terletak dalam cara pandang saja, tidak menyangkut substansi akad.
Syarat ujrah ialah:
a. Hendaknya upah tersebut harta yang bernilai dan diketahui
b. Upah tidak berbentuk manfaat yang sejenis dengan
Ma’quud Alaih (Objek akad).14
c. Mu’jir dan musta’jir yaitu pihak yang melakukan akad
ijarah. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang
menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah
untuk melakukan sesuatu.
d. Shighat (akad). Syarat ijab qabul antara ajir dan musta’jir
sama dengan ijab qabul yang dilakukan dalam jual beli.
e. Ujrah (upah). Dasar yang digunakan untuk penetapan upah
adalah besarnya manfaat yang diberikan oleh pekerja
(ajiir) tersebut. Bukan didasarkan pada taraf hidup,
kebutuhan fisik minimum ataupun harga barang yang
dihasilkan. Upah yang diterima dari jasa yang haram,
menjadi rizki yang haram.
13Ibid,…Samsul. Studi, h. 98 14Wahab Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2011), h. 404.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 117
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
f. Ma’qud alaihi (barang yang menjadi Obyek). Sesuatu yang
dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada
pekerjaan yang dikerjakan dengan beberapa syarat. Adapun
salah satu syarat terpenting dalam transaksi ini adalah
bahwa jasa yang diberikan adalah jasa yang halal. Dilarang
memberikan jasa yang haram seperti keahlian membuat
minuman keras atau membuat iklan miras dan sebagainya.
Asal pekerjaan yang dilakukan itu dibolehkan Islam dan
aqad atau transaksinya berjalan sesuai aturan Islam. Bila
pekerjaan itu haram, sekalipun dilakukan oleh orang non
muslim juga tetap tidak diperbolehkan.15
2. Tingkat upah uang adil
Kerja merupakan salah satu kegiatan penting bagi kehidupan
manusia, bahkan terkadang menjadi sangat dominan dibanding
dengan aktifitas-aktifitas lainnya terutama dalam pemenuhan
kebutuhan hidup. Kerja dapat diartikan secara umum maupun
khusus. Secara umum, kerja mencakup semua bentuk usaha yang
dilakukan oleh manusia, baik dalam mencari materi maupun non
materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan
masalah keduniaan atau keakhiratan. Dengan demikian, semua
bentuk aktifitas manusia dimaknai kerja. Dalam pengertian
semacam ini kerja tidak selalu berkaitan dengan kompensasi,
terutama kompensasi materi atau uang. Sementara dalam pengertian
khusus, kerja dimaknai secara aktifitas manusia yang bertujuan
15Qomarul. Huda, fiqh muamalah, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h.
80.
118 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
untuk mendapat-kan kompensasi material yang sering dengan upah
atau gaji.
Memang, sangat berkaitan antara istilah harga yang adil dan
upah yang adil. Soal upah ini, Aquinas hanya menyatakan, atas
subyek ini berlaku aturan yang sama dengan keadilan atas harga.16
Penulis dalam hal ini tidak menemukan keterangan lebih rinci
tentang subyek ini, berkaitan dengan doktrin ekonomi yang berlaku
di zaman pertengahan. Ringkasnya, penulis bisa menyatakan bahwa
upah yang adil itu, di mata para fisuf abad pertengahan, berarti dasar
pengupahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan pekerja itu
hidup layak pada kondisi dan situasi di mana ia hidup.
Menurut Dewan Penelitian Perupahan Nasional, upah adalah
suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima
kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan,
berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi
kemanusiaan dan produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk
uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang
dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pemberi dan penerima kerja.
Dalam hal perbedaan pengertian upah dan gaji menurut
konsep Barat di atas, maka Islam menggariskan upah dan gaji lebih
komprehensif dari pada Barat. Allah menegaskan tentang imbalan
ini dalam al-Qur’an sebagai berikut :
16Aquinas, ST. T., Summa Theologica II, Petanyaan kedua LXXVII, Artikel
1. Disadur oleh Dr. A.A. Islahi dalam, Konsepsi Ekonomi Fiqh Islam, (Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 1997), h. 98
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 119
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-
Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(At-
Tawbah:105)
Ayat di atas menjelasakan berkerjalah dengan sungguh-
sungguh karna Allah dan Rasul-Nya melihat apa yang kamu kerja
kan.
Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia, memberikan
penghargaan dan apresiasi sangat positif terhadap kerja, baik dalam
pengertian umum maupun khusus. Ajaran Islam mendorong
umatnya untuk giat bekerja, sebab bekerja itu merupakan salah satu
misi utama manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Ibadah merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala dan merupakan wujud syukur kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, sekaligus untuk menegakkan perintah Allah subhanahu wa
ta’ala.
Pada dasarnya setiap transaksi kerja akan menimbulkan
kompensasi. Dalam terminologi fiqh mu’amalah, kompensasi
dalam transaksi uang dengan tenaga kerja manusia disebut dengan
ujrah (upah). Berbicara tentang kompensasi dari hasil kerja yaitu
upah dalam pandangan Islam, ia merupakan hak dari orang yang
telah bekerja dan kewajiban bagi orang yang mempekerjakan.
120 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Allah SWT menghalalkan upah, sebab upah (ujrah) adalah
kompensasi atas jasa yang telah diberikan seorang tenaga kerja.
Perampasan terhadap upah adalah suatu perbuatan buruk yang akan
mendapat ancaman dan siksaan dari Allah SWT.17 Pada kenyataan,
dalam pola suatu masyarakat Islam, upah yang layak bukan
merupakan suatu konsepsi, tetapi suatu hak asasi, yang dapat
dipaksakan oleh seluruh kekuasaan negara. Meskipun tujuan dari
penetapan upah yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
memberikan keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi
masyarakat terutama kaum buruh, namun dalam dunia usaha nasib
para pekerja tidak lebih baik.
Tingkat upah yang adil merupakan tujuan kebijakan
pengupahan dalam Islam sehingga tidak dibenarkan pemerintah
menetapkan suatu upah hanya semata-mata karena ingin
meningkatkan kesejahteraan kaum buruh (ajir) di satu sisi, tetapi
menimbulkan kedzaliman kepada produsen disisi lain (musta’jir).
Akan tetapi, seandainya terdapat terdapat hal-hal yang sedemikian
rupa sehinga mendistorsi mekanisme pasar yang normal maka
pemerintah justru harus melakukan kebijakan penetapan upah.
Sebab, dalam keadaan ini tingkat upah di pasar tidak mencerminkan
keadilan.18
Berdasarkan temuan peneliti, tingkat upah yang ada di Desa
Pasar Kembang sudah adil. Dikaranakan sudah sesuainya dengan
17Rachmat Syafe’i, Fiqih Mu’amalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h.
124 18A.A. Islahi, Konsepsi Ekonomi Fiqh Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1997), h. 98
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 121
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
perjanjian kedua belah pihak, dan disaat pembagian upah atau
pemberian upah kepada buruh kebun sawit sesuai dengan tingkat
harga kelapa sawit yang ada di Desa Pasar Kembang. Jika harga
kelapa sawit menaik maka upah pun menaik dan jiak harga kelapa
sawit menurun maka upah buruh kebun kelapa sawit pun ikut
menurun. Semua itu seudah di sepakati dari awal, sebelum
terjadinya sistem upah.
3. Perbedaan tingkat upah
Perbedaan tingkat upah terletak dari satu sektor ke sektor
industri lainnya maupun antar daerah. Perbedaan ini pada dasarnya
disebabkan oleh satu atau lebih dari sembilan alasan dibawah ini.
Perbedaan tingkat upah tersebut terjadi pertama karena pada
dasarnya pasar kerja itu sendiri, terdiri dari beberapa pasar kerja
yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Disatu pihak, pekerjaan
yang berbeda memerlukan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang
berbeda. Produktivitas kerja seeorang berbeda menurut pendidikan
dan latihan yang diperolehnya. Perbedaan tingkat upah dapat terjadi
karena perbedaan tingkat pendidikan, latihan dan pengalaman.
Kedua, tingkat upah di tiap perusahaan berbeda menurut
persentase biaya pekerja terhadap seluruh biaya produksi. Semakin
kecil proporsi biaya pekerja terhadap biaya keseluruhan, semakin
tinggi tingkat upah. Misalnya pada perusahaan-perusahaan yang
padat modal seperti perusahaan minyak, pertambangan, industri
berat.
Ketiga, perbedaan tingkat upah antara beberapa perusahaan
dapat pula terjadi menurut perbedaan proporsi keuntungan
122 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
perusahaan terhadap penjualannya. Semakin besar proporsi
keuntungan terhadap penjualan dan semakin besar jumlah absolute
keuntungan, semakin tinggi nilai upah.
Keempat, perbedaan tingkat upah antar perusahaan dapat
berbeda karena perbedaan peranan pengusaha yang bersangkutan
dalam menentukan harga. Perusahaan-perusahaan monopoli dapat
menaikkan harga tanpa takut akan kompetisi. Pengusaha-pengusaha
oligopoli lebih mudah untuk bersama-sama berunding menentukan
harga, sehingga tidak perlu berkompetisi satu sama lain. Dalam
perusahaan-perusahaan tersebut lebih mudah untuk menimpakan
kenaikan upah kepada harga jual barang.
Kelima, tingkat upah dapat berbeda menurut besar kecilnya
perusahaan. Perusahaan yang besar dapat memperoleh
kemanfaatan. Dan oleh sebab itu dapat menurunkan harga, sehingga
mendominasi pasar. Dengan demikian perusahaan yang besar
cenderung lebih mampu memberikan tingkat upah yang tingggi
daripada perusahaan kecil.
Keenam, tingkat upah dapat berbeda menurut tingkat
efisiensi dan manajemen perusahaan. Semakin efektif manajemen
perusahaan, semakin efisien cara-cara penggunaan faktor produksi,
dan semakin besar upah yang dapat dibayarkan kepada para pekerja.
Ketujuh, perbedaan kemampuan atau kekuatan serikat
pekerja dapat mengakibatkan perbedaan tingkat upah. Serikat
pekerja yang kuat dalam arti mengemukakan alasan-alasan yang
wajar biasanya cukup berhasil dalam mengusahakan kenaikan upah.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 123
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Kedelapan, tingkat upah dapat pula berbeda karena faktor
kelangkaan. Semakin langka tenaga kerja dengan ketrampilan
tertentu, semakin tinggi upah yang ditawarkan pengusaha.
Kesembilan, tingkat upah dapat berbeda sehubungan dengan
besar kecilnya resiko atau kemungkinan mendapat kecelakaan di
lingkungan pekerjaan. Semakin tinggi mendapat resiko, semakin
tinggi tingkat upah. Dan yang terakhir, perbedaan tingkat upah
dapat terjadi karena pemerintah campur tangan seperti dalam
menentukan upah minimum yang berbeda.
4. Beban kerja
Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja
dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap
beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang
terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang
menerima beban kerja tersebut. Beban kerja dapat berupa beban
kerja fisik dan beban kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat
berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, merawat,
mendorong. Sedangkan beban kerja psikologis dapat berupa sejauh
mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu
dengan individu lainnya.
Pengertian beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus
dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali
antara volume kerja dan norma waktu.
Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban
124 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi
tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau
pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja
atau teknik manajemen lainnya.
Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban
kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan
informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang
dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan
agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur
baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya
manusia.19
Beban kerja yang buruh kebun kelapa sawit sudah di ketahui
oleh buruh kebun kelapa sawit sejak dimulainya perjanjian kedua
belah pihak, didalam sistem pengupahan kebun sawit yang ada di
Desa Pasar Kembang tidak memiliki beban kerja yang berat. Hanya
saja pekerjaanya semua tergantung pada waktu yang sesuai untuk
dikerjakan.
5. Jaminan keselamatan
Setiap tempat kerja mengandung bebagai potensi bahaya
yang dapat mempengaruhi keselamatan tenaga kerja atau dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahay
adalah segala sesuatu yang berpotensi meyebabkan terjadinya
19Utomo, “ definisi beban kerja” diambil http://islamic.ac.id/beban kerja-
sistem upah.html pada hari senin 24 April 2017, Pukul 09:15 WIB.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 125
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
kerugian, kerusakan, cidera, sakit,, kecelakaan atau bahkan
mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja.
Jaminan keselamatan untuk keselamatan buruh kebun sawit
yang ada di Desa Pasar Kembang, tidak memiliki jaminan
keselamatan. Kerena kecilnya hasil yang di dapatkan dan tidak
setabilnya harga kelapa sawit, maka dari itulah jaminan
keselamatan buruh kebun kelapa sawit tidak ada dan tidak pernah
ada khusus nya di Desa Pasar Kembang.
G. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian terhadap pelaksanaan Ujrah yang
dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003,
maka penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan dari penelitian ini,
diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Pelaksanaan Ujrah dalam pengelolaan perkebunan
sawit di Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 bila di lihat dari segi
perjanjiannya tidak dilakukan secara tertulis melainkan hanya secara
lisan saja. Sehingga apabila dikemudian hari terjadi penyimpangan
dalam kerja maka kedua belah pihak tidak mempunyai landasan untuk
bukti. Dalam perjanjian di awal juga tidak menentukan batas waktu
pelaksanaan sehingga sewaktu-waktu salah satu pihak dapat
memutuskan kerja secara sepihak. Dalam hal perawatan kebun semua
dana di tanggung oleh pemilik kebun tugas si penggarap hanya bekerja
sesuai yang di butuhkan oleh tanaman, seperti pengendalian
pemupukan, pemangkasan, pemanenan dan lain-lain. Untuk upah
126 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
bagian tergantung dari apa yang kita kerjakan dari hasil kebun. Untuk
upah pemangkasan, pengendalian pemupukan, pembuatan saluran air
dan lain-lain telah di tentukan berdasarkan yang telah kita kerjakan.
Pemilik kebun dalam mempekerjakan si penggarap kurang melakukan
pengawasan sehingga bagi pekerja yang kurang amanah memanfaatkan
untuk pengambilan keuntungan sendiri.
Kedua, Dalam pelaksanaan kerjasama Ujrah yang diterapkan
masyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 mempunyai tujuan
yang baik untuk kelangsungan hidup petani sawit, akan tetapi dalam
pelaksanaannya masih belum sesuai dengan ketentuan hukum Islam, di
karnakan dalam pelaksanaannya pemilik kebun memberikan kebunnya
kepada sipekerja kebun untuk digarap dan di ambil hasil kebunnya
dengan prinsip kepercayaan tanpa dilakukan pengawasan, sehingga
memberikan peluang kepada sipekerja kebun untuk melakukan hal-hal
yang menyimpang dari kesepakatan kerja dan tidak sesuai dengan
prinsip pekerja muslim seperti tidak jujur, tidak amanah, tidak menepati
janji dan tidak berlaku adil dalam bekerja. Dalam hal perjanjiannya juga
belum menerapkan perjanjian secara tertulis, hal ini bertujuan untuk
sebagai bukti dasar apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.
Dalampelaksanannya juga tidak menentukan batas waktu pelaksanaan,
sifat, dan tugas si penggarap secara rinci, yang kesemuanya itu menjadi
syarat dan rukun dalam Ujrah. Ujah dalam pengelolaan perkebunan
sawit saat ini yaitu dibuktikan dengan adanya kerjasama yang dilakukan
olehmasyarakat Desa Pasar Kembang RT 004 RW 003 dalam bentuk
pemeliharaan kebun kelapa sawit hingga saat ini.
Pengupahan Tenga Kerja Lepas Kebun Sawit.... | 127
Novi Ayu Lestari & Siti Aisyah
Setelah penulis melakukan penelitian di Desa Pasar Kembang RT
004 RW 003 ternyata sistem pengupahan tenaga kerja kebun sawit
sudah sesuai dengan syariah Islam, sudah sesuai dengan rukun dan
sayarat Ujrah.
128 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Samsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori
Akad Dalam Fiqih Muamalat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ahmad Ifham, Sholihin. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Ahmad Warson, Munawwir. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-
Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif.
Chaudhry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam: Prinsip dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Djumialdji. 2006. Perjanjian Kerja. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Hendi, Suhendi. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Grasindo Persada.
Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia prespektip
Pembangunan. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Team Pustaka, Phoenix. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Baru. Medi Jakarta: Pustaka Phoenix.
Simanjuntak, Payama, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Jakarta :FEUI
Sonny, Sumarsono.2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Verithzal, Rivai. 2009. Islamic Human Capital Dari Teori ke Praktik
Manajemen Sumber Daya Islam. Jakarta: PT Raja Granfindo
Persada.
Qomarul, Huda, Qomarul. 2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Sukses
Offset
ANALISIS TEKNIK PENGGUNAAN MOVING
AVARAGE, RELATIVE STRANGTH INDEX DAN
BOLLINGER BANDS DALAM MENGHASILKAN
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Mellya Embun Baining
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
M. Syarif Fadhillah
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak
Agar seorang investor mendapatkan sebuah pengembalian
(return) investasi saham yang tinggi, ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang investor
salah satunya adalah analisis teknikal.Dalam
menggunakan pendekatan analisis teknikal para investor
dapat menggunakan berbagai macam indikator yang
memiliki keunggulannya masing-masing untuk memperoleh
sebuah return. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kefektifan dari beberapa indikator teknikal yaitu, Moving
Avarage, Relative Strangth Index (RSI), dan Bollinger
Bands. Dari perbandingan return indikator Moving
Avarage, RSI, dan Bollinger Bands. dapat dilihat bahwa
indikator Bollinger Bands memiliki hasil yang lebih
optimal dibandingkan dengan indikator Moving Average
dan RSI. Selain itu, Indikator Bollinger Bands terbukti
optimal dalam penggunaannya untuk melihat sinyal
transaksi. untuk hasil yang diberikan indikator teknikal
lebih tinggi dibandingkan dengan indikator moving
average dan RSI, khususnya pada saham-saham yang
memiliki tingkat range dan volatilitas yang cukup
banyak.sehingga pada penggunaanya indikator ini dapat
menentukan adanya batas atas dan batas bawah yang
130 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
cukup baik agar tidak terjadi pembelian saham dengan
harga yang terlalu tinggi atau penjualan saham pada harga
yang terlalu rendah.
Keywords: Return, Indikator Teknikal, Moving Avarage,
Relative Strangth Index (RSI), Bollinger Bands.
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat dominan
berprilaku konsumtif dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,
sehingga masih sangat sedikit masyarakat yang memiliki minat untuk
berinvestasi. Investasi pada dasarnya adalah penggunaan atau
pengeluaran dana yang dilakukan pada waktu sekarang dengan tujuan
untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar dimasa yang akan datang.
Masyarakat saat ini memang dapat dikatakan cukup sulit untuk
mengendalikan keinginan mereka dalam memenuhi kehidupannya,
sehingga perilaku seperti inilah yang membuat masyarakat saat ini
masih sedikit memiliki minat yang kecil untuk melakukan suatu
kegiatan investasi.
Di Indonesia ada berbagai macam alternatif yang diberikan
kepada masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan investasi, salah
satunya ialah berinvestasi pada instrumen pasar modal. Pasar modal
menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 3 adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Selanjutnya, dalam ayat 15 disebutkan juga bahwa penawaran umum
yang dimaksud diatas adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 131
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya.1
Di era globalisasi sekarang ini, modal dan uang tidak lagi
memiliki negara domisili dan kewarganegaraan. Modal dan uang
dengan bebas akan mengalir dari suatu negara ke negara lainnya
berdasarkan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh pemiliknya.
Sehubungan dengan itu, setiap Negara dipermukaan bumi ini akan
selalu berusaha untuk menyehatkan perekonomiannya dan memajukan
pasar modalnya. Upaya itu diharapkan akan mendorong perkembangan
sektor riil domestiknya dan pada saat yang sama akan menggairahkan
pasar modalnya, sehingga investor domestik maupun investor asing
akan bertransaksi. Dengan demikian, masyarakat akan memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui jual beli
efek dan perusahaan publik berkesempatan untuk memperoleh dana
dari pasar modal yang ada di negara yang bersangkutan.2
Pasar modal dalam beberapa tahun belakangan ini telah menjadi
perhatian banyak pihak, khusunya masyarakat bisnis. Hal ini
disebabkan oleh semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk mengedukasi masyarakat baik dari kalangan praktisi maupun dari
kalangan mahasiswa. Secara umum dilihat dari sisi lain, para pembisnis
juga melihat prospek yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
dan pengembangan suatu perusahaan dengan kemudahan untuk
1 Ojk.go.id/peraturan-pasar-modal Diakses pada tanggal 15 Januari 2018 2Murdifin dan Salim, Studi Kelayakan Investasi Proyek dan Bisnis, (Jakarta,
PT Bumi Aksara, 2010), h.355.
132 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
memperoleh dana pengembangan usaha dan sebagai daya dorong untuk
mengelola perusahaan secara lebih professional, transparan, efisien,
profit oriented, dan beretika dengan penerapan Good Corporate
Governance karena anjuran otoritas pasar modal dan pengawasan
publik, khususnya para investor.3
Investasi saham dapat dikatakan sedang booming di Indonesia,
perkembangan pasar modal dan pasar modal syariah di Indonesia
menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan, namun untuk saat
ini masih banyak masyarakat yang belum paham tentang keilmuan
pasar modal. Rendahnya tingkat literasi masyarakat terhadap pasar
modal (data terakhir pada tahun 2016 menunjukkan sebanyak 83,91%
masyarakat Indonesia masih awam terhadap pasar modal) berimbas
pada rendahnya supply & demand produk syariah di pasar modal. Bursa
Efek Indonesia mencatat jumlah investor saham lewat Single Investor
Identification (SID) telah mencapai 622.011 dengan pertumbuhan
sebesar +45,64% per November 2017. Angka investor tersebut
mengalami kenaikan tiap bulannya. Namun jumlah investor yang aktif
dan tercatat di Indonesia perbulannya hanya mendapai 98.746 (27,72%)
dan per tahunnya hanya mencapai 223.236 (25,02%) perNovember
2017. Angka tersebut masih tergolong kecil dan harus ditambah. Dari
kedua hal tersebut diperlukan adanya kegiatan sosialisasi dan edukasi
pasar modal secara berkelanjutan guna mengatasi permasalahan
tersebut.4
3Budi harsono, Efektif Bermain Saham, (Jakarta, Kompas Gramedia, 2013),
h.4. 4 Bursa Efek Indonesia, idx.go.id
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 133
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
Bagi para investor saham, keberadaan pasar modal dapat
memberikan banyak manfaat, seperti penyebaran kepemilikan
perusahaan secara luas ke pada masyarakat dan memberikan
keuntungan atau return dengan kemungkinan risiko yang ada pada
masing-masing instrument investasi yang dipilihnya. Return yang
dimaksud tersebut dapat berupa Deviden dan Capital Gain. Deviden
adalah sejumlah uang ataupun saham yang diberikan kepada para
pemegang saham yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah
saham yang dimiliki oleh para pemegang saham perusahaan tersebut.
Sementara itu Capital Gain merupakan keuntungan yang didapatkan
oleh investor yang diperoleh dari selisish transaksi jual beli saham.5
Perdagangan saham di Pasar Modal memang dapat menjadi
pilihan bagi masyarakat karena tingkat pengembalian yang cukup
tinggi. Mengenai instrument investasi yang umum terdapat di pasar
modal yang dapat memberikan fungsi intermediasi secara efektif,
bermanfaat, dan memberikan alternatif pilihan yang menguntungkan
bagi investor, emiten/perusahaan, dan sistem ekonomi yang ada. Oleh
karena itu, tidak salah instrument saham ini banyak diminati oleh
masyarakat. Namun, selain saham dapat meberikan pengembalian yang
tinggi, masyarakat jangan lupa bahwa resiko yang dihadapi oleh
investor juga terbilang tinggi. Kondisi inilah yang sering disebut
dengan “High Risk, High Return”.6 Tingginya tingkat pengembalian
investasi saham dikarenakan sifat saham yang fluktuatif, dari sifatnya
5Rusdin, PasarModal: Teori, Masalah dan kebijakan dalam praktik,
(Bandung, 2008), h. 73. 6Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media
Nusantara, 2013), h. 1-2.
134 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
yang fluktuatif itulah yang menyebabkan tingkat pengembalian
investasi saham tinggi. Adanya harga saham yang naik dan kembali
turun sudah sering terjadi karena transaksi saham memiliki nilai
ekonomis yang sesuai dengan teori hukum permintaan dan penawaran
dalam ekonomi.7
Untuk bisa mendapatkan saham yang memberikan tingkat
pengembalian yang tinggi, maka investor harus memperhatikan saham
tersebut. Menurut Adler Haymans, agar seorang investor mendapatkan
sebuah pengembalian (return) yang tinggi, ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan oleh seorang investor salah satunya adalah
analisis teknikal. Analisis teknikal adalah pendekatan yang
menggunakan volume transaksi dan harga saham pada masa lalu untuk
menentukan harga saham dimasa yang akan datang. Biasanya harga
saham dibuat dalam bentuk gambar (chart).8
Dalam menggunakan pendekatan analisis teknikal para investor
dapat menggunakan berbagai macam indikator yang memiliki
keunggulannya masing-masing untuk memperoleh sebuah return.
Karena banyak indikator yang dapat digunakan oleh investor untuk
melakukan sebuah pendekatan analisis teknikal. Penggunaan analisis
teknikal bagi para investor selain hanya untuk mendapatkan return yang
juga digunakan agar mengurangi indikasi spekulasi dalam transaksi
saham tersebut. Namun kenyataan yang terjadi pada saat ini dari sekian
banyaknya investor saham, masih banyak investor yang melakukan
sebuah transaksi saham hanya beracuan pada berita yang banyak
7 Harsono, Efektif...., h. 11. 8 Haymans, Berani..., h. 4.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 135
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
diperbincangkan di media serta rekomendasi-rekomendasi dari broker
tanpa ada analisa dari investor itu sendiri dikarenakan ketidak pahaman
investor dalam melakukan sebuah analisa saham.
Melihat fenomena dalam berinvestasi di atas, maka penulis ingin
melakukan sebuah penelitian yang berkaitan dengan penggunaan
indikator teknikal agar kedepannya para investor memiliki salah satu
acuan dari banyaknya indikator yang ada saat ini. Dari banyaknya
indikator yang ada dalam penggunaan analisis teknikal, penulis
memilih indikator Moving Avarage, Relative Strangth Index, dan
Bollinger Bands dalam penelitian ini, karena indikator-indikator
tersebut merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh
seluruh kalangan investor dalam melakukan analisis teknikal. Selain
itu, dari banyaknya indikator yang ada dalam analisis teknikal, indikator
tersebut merupakan indikator yang cukup mudah dipahami dan cukup
popular digunakan oleh investor. Serta dalam indikator teknikal
terdapat beberapa macam kategori dan fungsi dalam penggunaan
masing-masing indikator, seperti : Indikator Trend Following, Indikator
Momentum dan Indikator Volatility. Penulis memilih Indikator Moving
Avarage, Relative Strangth Index (RSI), dan Bollinger Bands ini karena
pada umumnya indikator-indikator tersebut telah mewakili dari
masing-masing kategori diatas.
Peneliti akan menggunakan saham-saham yang terdaftar di JII
(Jakarta Islamic Index) sebagai objek penelitian karena saham-saham
yang terdaftar pada JII merupakan saham-saham syariah unggulan dari
masing-masing sektor industri dan memiliki likuiditas yang tinggi
sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtutan waktu.
136 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Selain itu juga saham JII memiliki tingkat pengembalian yang cukup
tinggi di tiap tahunnya dibandingkan indeks-indeks lainnya. Peneliti
nantinya akan melihat return yang dihasilkan dari masing-masing
emiten diatas dengan menggunakan beberapa indikator teknikal,
Sehingga nantinya dapat terlihat seberapa optimal kinerja indikator-
indikator tersebut dalam menghasilkan return.
Melihat dari permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian terkait penggunaan indikator teknikal
tersebut dengan judul “Analisis Teknik Penggunaan Moving
Avarage, Relative Strangth Index dan Bollinger Bands Dalam
Menghasilkan Return Saham Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII)”. Sehingga hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada para investor dalam
penggunaan analisis teknikal sebagai acuan untuk mengambil
keputusan dalam melakukan transaksi saham.
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana ketepatan kinerja ketiga indikator teknikal tersebut
dalam pemilihan saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII) ?
2. Bagaimana tingkat return yang dihasilkan dari masing-masing
indikator teknikal tersebut pada saham yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) ?
3. Kenapa terjadi perbedaan hasil yang diperoleh dari masing-
masing kinerja ketiga indikator teknikal tersebut ?
B. Kerangka Teori
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 137
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
1. Pasar Modal
Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
pengertian pasar modal dijelaskan sebagai kegiatan yang berkaitan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memberikan
peranan penting bagi perekonomian suatu Negara yang memiliki
dua fungsi pokok, yaitu sebagai fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Pasar modal dikatakan sebagai fungsi ekonomi, karena
pasar modal sendiri menyediakan fasilitas ataupun wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki
kelebihan dana dan membutuhkan sarana investasi dengan pihak
yang membutuhkan dana. Dengan adanya pasar modal maka
perusahaan publik dapat memperoleh dana segar dari masyarakat
melalui prosedur Initial Public Offering (IPO). Sedangkan pasar
modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
dapat memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh
imbal hasil (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih.9
2. Return Saham
Menurut Fahmi dan Hadi dalam skripsi Kurniyati, return
adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya.
Sedangkan menurut Hartono, return merupakan hasil yang
9 Rusdin, Pasar..., h. 1.
138 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian
(realized return) atau return ekspektasian (expected return). return
realisasian adalah return yang telah terjadi yang dihitung
menggunakan data historis. Return realisasian penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan
juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan
risiko di masa mendatang. beberapa pengukuran return realisasian
yang banyak digunakan adalah return total, relatif return,
kumulatifreturn dan retur disesuaikan. Returnekspektasian adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa
cara yaitu berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai
returnhistoris dan model return ekspektasian yang ada.10
Menurut Usman, komponen return terdiri dari dua jenis:
current income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan
selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti:
pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan
sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar,
karena keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas,
sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau jasa giro,
dividen tunai, juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus atau
dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham
dan dapat dikonversikan menjadi uang kas. Komponen kedua dari
10 Kurniyati, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham LQ-
45 Tahun 2007-2011,” Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro , 2011)
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 139
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena
adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu
instrumen investasi.11
3. Analisis Teknikal
Analisis teknikal digunakan sebagai alat untuk memprediksi
harga dimasa yang akan datang. Analisis ini menggunakan harga
saham dari harian yang dibuat gambarnya dan dikenal dengan
charts, sehingga analisis teknis disebut juga chartist. Menurut
Rotella dalam buku Adler Haymans “Berani Bermain Saham”
menyatakan bahwa analisis teknis adalah studi tentang tingkah laku
pasar pada masa lalu untuk menentukan status saat sekarang ini atau
kondisi pasar sekarang ini. Sedangkan menurut Madlem, analisis
teknis menceritakan waktu beli atau jual dan juga mengukur
bagaimana kekuatan pasar dari segi penawaran dan permintaan
yang mempengaruhi harga saham. Dari kedua definisi diatas dapat
saya simpulkan, analisis teknikal (technical analysis) adalah analisa
untuk memprediksi pergerakan harga saham dimasa yang akan
datang atas dasar pola pergerakan harga dan volume yang telah
terjadi sebelumnya.12
Menurut Budi Harsono, penggunaan metode analisis teknikal
yang antara lain menyatakan bahwa :13
11Frento Suharto, Investasi secara benar : mengungkap rahasia forex, (Jakarta,
Kompas Gramedia, 2013), h. 16. 12 Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media
Nusantara, 2013), h.32. 13 Harsono, Efektif..., h. 42.
140 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
a. Banyak investor yang mengharapkan keuntungan (return)
berdasarkan performance di masa lampau, sehingga
ekspektasi berdasarkan harapan yang tinggi atas performance
masa lalu tersebut dapat dengan kuat mempengaruhi harga di
masa depan
b. Kenyataan-kenyataan yang ada, bahwa para pelaku pasar
sering bertindak tidak rasional, terkadang rakus, sangat
ketakutan terhadap resiko investasi, dan lain-lain, serta
kenyataan bahwa dipasar juga terdapat pelaku pasar lain yang
opportunis/spekulan, sehingga harga saham sangat sering
sudah tidak terkait dengan fundamental perusahaan. Dalam hal
ini, gambaran dengan analisis teknikal akan lebih cepat
memberikan masukan untuk pertimbangan dalam melakukan
eksekusi.
c. Cepat dan mudah dilaksanakan tanpa harus mempelajari
kondisi ekonomi, data-data, perhitungan akuntansi dan lain-
lain sebagainya.
C. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam menganalisis data penulis menggunakan penelitian
kualitatif deskriptif research. Pendekatan penelitian ini merupakan
salah satu cara untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian,
karena peneliti nantinya akan mendiskripsikan kondisi dan
keefektifan kinerja dari indikator Moving Avarage, Relative
Strangth Index (RSI) dan Bollinger Bands dalam memprediksi trend
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 141
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
suatu saham untuk mendapatkan return dari pembelian saham
tersebut. Dengan menggunakan pendekatan penelitian ini nantinya
diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari data-data yang diamati.14
2. Jenis Dan Sumber Data
Secara umum jenis dan sumber data dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun lokasi objek
penelitian atau keseluruhan data hasil penelitia yang diperoleh di
lapangan. Data primer tidak diperoleh melalui sember perantara
atau pihak kedua dan seterusnya. Adapun data sekunder adalah data
atau sejumlah keterangan yan diperoleh secara tidak langsung atau
melalui sumber perantara.data ini diperoleh dengan cara mengutip
dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah
diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh menggunakan data
sekunder yang bersumber dari data-data perusahaan Jakarta Islamic
Index (JII) yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari data-
data perusahaan tersebut akan diperoleh data-data historis
pergerakan harga saham dari bulan Januari 2017– Desember 2017
yang terdiri dari nilai penutupan harian.15
3. Teknik Pengumpulan Data
14 Sugiono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung,
Alfabeta 2016), h.7-8. 15Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 104.
142 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang diangkat, maka
dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu:
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan menelaah dan mengolah
data. Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan pengkajian data
yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan dan
kesediaan data. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk
menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
memiliki kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekedar barang yang tidak bermakna.
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang
diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan
lain. Metode wawancara ini juga berguna bagi penulis untuk
mendapatkan informasi mengenai penggunaan indikator
teknikal secara mendalam agar nantinya dapat mepermudah
dalam melakukan penelitian.
b. Observasi
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, penulis
melihat perlu adanya pengamatan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap objek yang akan diteliti. Karena objek
yang akan diteliti merupakan pergerakan harga saham, dimana
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 143
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
harga saham tersebut dapat bergerak cukup cepat dalam tiap
harinya.16
c. Teknis Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya dalam
penelitian ini adalah menganalisis data.
1) Reduksi Data. Data yang diperoleh dilapangan cukup
banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Seperti dikemukakan, semakin lama penelitian
dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
2) Penyajian Data. Setelah data di reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa disajikan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
3) Penarikan Kesimpulan. Langkah ketiga dalam analisis
data kualitatif adalah penarikan kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
16 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta PT.
Rajagrafindo Persada, 2014), h. 49-51.
144 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
dalam mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya.
Tapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat penelitian kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.17
D. Pembahasan Dan Hasilpenelitian.
1. Hasil Kinerja Dari Pergerakan Harga Emiten Yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Dengan
Menggunakan Metode Analisis Teknikal
Kinerja penggunaan dari masing-masing indikator teknikal
tentunya berbeda-beda, karena pada dasarnya setiap indikator
memiliki fungsi yang berbeda pula. Namun, pada umumnya
pergerakan dari setiap saham juga hampir memiliki kesamaan satu
sama lain yang dilihat dari pola pergerakan naik dan turunnya
pergerakan harga pada masing-masing saham tersebut. Pada
penelitian ini untuk menilai kinerja dari indikator teknikal dilihat
dari banyaknya sinyal beli maupun jual yang diberikan dari masing-
masing indikator.
Pada kali ini simulasi transaksi yang akan dilakukan
menggunakan planning transaksi yang sesuai dengan fungsi dari
masing-masing indikator, sehingga nantinya dapat terlihat kinerja
dari penggunaan indikator teknikal tersebut. Planning dalam
17Sugiono, Metode..., h. 247-252.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 145
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
bertransaksi dengan menggunakan indikator Moving Avarage
dilakukan dengan melihat dari pergerakan harga saham yang
memotong keatas pada garis Moving Avarage sebagai sinyal beli,
sementara pergerakan harga yang memotong kebawah pada garis
Moving Avarage menunjukan sinyal jual.18
Selain itu, pada indikator RSI planning transaksi yang
digunakan dengan melihat indikasi top and bottoms atau juga sering
disebut dengan kondisi overbought dan oversold, yang juga
dinyatakan oleh J. Welles Wilder dalam bukunya, dimana ia
menyebutkan planning seperti ini sebagai Failure Swing. Kondisi
ini nantinya akan melihat pergerakan harga bawah RSI yang
menyentuh level 30 yang berarti pasar sudah kelebihan jual
sehingga investor sebaiknya melakukan pembelian kembali. Serta
ketika level RSI sudah mencapai level 70 yang berarti pasar sudah
kelebihan beli sehingga investor sebaiknya melakukan penjualan
saham. dalam suatu gerakan yang memiliki trend.19
Sementara, untuk Planning bertransaksi yang dilakukan
menggunakan indikator Bollinger Bands ini yaitu dengan
menggunakan Counter Trend. Menurut Frento, Counter Trend
adalah keputusan transaksi diambil ketika harga berhasil mencapai
titik-titik tahanan yang disediakan oleh Bollinger Bands. Dengan
maksud bahwa posisi beli diambil ketika harga mencapai support,
dan posisi jual diambil ketika harga mencapai titik resisten. Strategi
18Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui
trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h.69-74. 19Edianto Ong, Technical Analysis for Mega Profit, (Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama, 2016), h. 304-210.
146 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
ini banyak digunakan akibat perilaku unik yang diperlihatkan oleh
Bollinger Bands terhadap perubahan harga. Harga sering kembali
ke area middle band setelah berhasil mencapai bahkan menembus
upper band atau lower band, terutama pada masa konsolidasi.
Dengan menggunakan planning tersebut, indikator Bollinger Bands
ini mampu memberikan gambaran trend, seperti halnya yang
dilakukan oleh Moving Avarage. Serta dalam aplikasiannya
Bollinger Bands akan bergerak menyempit dan mengembang sesuai
dengan volatilitas harga, sehinnga memberikan level support dan
resistence yang lebih dinamis.20
Hasil dari penilaian kinerja dari masing-masing indikator
dapat dilihat pada tabel 1
Dari tabel hasil kinerja tersebut, dapat dilihat bahwa selama
kurun waktu satu tahun, dengan menggunakan 30 saham JII
diperoleh hasil yang berbeda-beda. Kinerja dengan indikator
Moving Avarage terbukti menghasilkan rata-rata 8,97 tingkat
transaksi selama satu tahun, sementara pada indikator RSI
menghasilkan 6,47 tingkat transaksi selama 1 tahun, serta pada
indikator Bollinger Bands menghasilkan 10,13 tingkat transaksi
selama satu tahun. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa
indikator Bollinger Bands lebih dominan dalam memberikan sinyal
transaksi dibandingkan dengan indikator Moving Avarage dan RSI.
Serta pada pergerakan harga saham ASII, indikator Bollinger Bands
memberikan sinyal transaksi yang paling banyak, yakni sebesar 18
20 Suharto, Investasi..., h. 128.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 147
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
kali sinyal transaksi selama periode 1 tahun. Tingkat transaksi yang
cukup tinggi dihasilkan oleh indikator Bollinger Bands pada
pergerakan harga saham ASII. dimana pada saham ini, indikator
Bollinger Bands memberikan sinyal transaksi sebanyak 18 kali.21
2. Hasil Return Dari Pergerakan Harga Emiten Yang
Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Dengan
Menggunakan Metode Analisis Teknikal
Pada pembahasan sebelumnya dapat terlihat sebuah sinyal
beli dan jual yang dihasilkan oleh masing-masing indikator teknikal
dari pergerakan harga 30 saham yang terdaftar di JII, dari sinyal beli
dan jual tersebut maka akan diperoleh nilai return yang didapat dari
selisih harga beli dengan harga jual. Dalam hal ini ada 2 jenis return
yang diperoleh dalam bertransaksi saham yaitu, harga jual lebih
tinggi dari harga beli (capital gain) dan harga jual lebih rendah dari
harga beli (capital loss).
Dalam hal ini planning transaksi yang dilakukan untuk
mendapatkan nilai return masih sama dengan pembahasan
sebelumnya yang memberikan sinyal transaksi. Dimana pada
Moving Avarage menggunakan planning perpotongan garis Moving
Avarage, sementara RSI menggunakan planning top and bottoms
atau juga disebut dengan failure swings, serta pada indikator
Bollinger Bands menggunakan planning counter trend. Sementara,
21 Harsono, Efektif..., h. 46-55.
148 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
nilai return yang didapatkan nantinya berasal dari perhitungan harga
penutupan beli dengan jual.22
Hasil dari penilaian kinerja dari masing-masing indikator
dapat dilihat pada tabel 2
Dari tabel diatas, dapat dilihat hasil simulasi transaksi dengan
menggunakan indikator Moving Avarage dari bulan januari 2017 –
desember 2017 menghasilkan return dengan rata-rata sebesar
12,19% yang terdiri dari 8 loss dan 22 profit pada seluruh saham
yang terdaftar di JII. Transaksi dengan menggunakan indikator
Moving Avarage pada saham INCO merupakan transaksi yang
paling menguntungkan dibandingkan dengan saham-saham lainnya,
yang terbukti dapat menghasilkan tingkat return rata-rata sebesar
74% selama satu tahun. Indikator Moving Avarage akan sangat
efektif jika digunakan untuk saham-saham yang pergerakan
harganya berada dalam sebuah tren yang kuat dengan jangka waktu
yang cukup panjang. Pada Indikator Moving Avarage sebagian
transaksi pada saham-saham yang mengalami kerugian karena
saham-saham tersebut pada tahun 2017 ini sedang berada pada trend
sideways ataupun downtrend, sehingga transaksi yang terjadi
terindikasi pada sinyal jual yang terlambat. Serta pada tren seperti
ini sinyal jual dan beli terjadi begitu cepat yang mengakibatkan
tingkat perubahan arah pada pergerakan harga saham juga terjadi
dengan cepat. Apabila harga telah di eksekusi dan trend yang sedang
22Adley Haymans, Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas Media
Nusantara, 2013), h. 46-52.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 149
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
berlangsung cenderung akan berubah dan berbalik arah, maka
transaksi tersebut kemungkinan akan berhenti pada titik stop loss.23
Sementara hasil dari simulasi transaksi yang dilakukan
dengan menggunakan indikator RSI dari bulan januari 2017 –
desember 2017 lebih kecil jika dibandingkan dengan indikator
Moving Average dan Bollinger Bands, dimana pada indikator ini
menghasilkan return rata-rata sebesar 23,07% yang terdiri dari 30
profit pada seluruh saham yang terdaftar di JII. Transaksi dengan
menggunakan RSI pada emiten INCO dan PTBA menghasilkan
return yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan emiten lainnya.
Dimana return yang dihasilkan dari masing-masing emiten ini rata-
rata sebesar 58% selama satu tahun. Pergerakan harga pada kedua
emiten tersebut dalam beberapa periode memang terlihat memiliki
pergerakan perbandingan antara tingkat perubahan kenaikan dan
penurunan harga yang terjadi dalam rentang waktu tertentu cukup
tunggi. dari pergerakan harga tersebut dapat terlihat batas tertinggi
dan terendah yang cukup signifikan, sehingga dalam
penggunaannya indikator ini dapat memberikan sinyal jual/beli
yang cukup banyak. Namun, dari penggunaan indikator RSI ini
memang juga dapat terlihat beberapa false signal, seperti yang
terjadi pada beberapa emiten yang memiliki pergerakan sideways
dan downtrend. Dimana pergerakan harga seperti ini terjadi pada
emiten ANTM. pergerakan harga pada emiten tersebut lebih terlihat
pada posisi trend sideways. Dapat dilihat dari hal yang terjadi pada
23Djoko dan Agus, Analisis Teknikal di Bursa Efek, edisi ke-2, (Yogyakarta,
Unit Penerbit & Percetakan STIM YKPN, 2010), h.145-151.
150 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
emiten ini, ketika RSI telah memasuki area oversold ataupun
overbought bukan berarti pergerakan harga pasti akan menunjukan
potensi berbalik arah, karena dalam beberapa periode harga masih
akan bergerak pada area yang sedang berlangsung seperti yang
terjadi pada emiten-emiten yang memiliki pergerakan trend yang
kuat.24
Serta pada simulasi dengan menggunakan indikator
Bollinger Bands dari bulan januari 2017 – desember 2017
menghasilkan return rata-rata sebesar 40,77% yang terdiri dari 30
profit pada seluruh saham yang terdaftar di JII. Tingkat transaksi
serta return yang didapat dari penggunaan indikator Bollinger
Bands lebih tinggi dibandindangkan dengan penggunaan indilator
Moving Avarage dan RSI. Karena, indikator Bollinger Bands
banyak memberikan sinyal transaksi pada tingkat fluktuasi yang
terjadi pada masing-masing pergerakan harga saham. Transaksi
dengan menggunakan indikator Bollinger Bands pada emiten PTPP
merupakan transaksi yang paling menguntukan dibanding dengan
saham lainnya, yang terbukti menghasilkan tingkat return rata-rata
sebesar 73% selama satu tahun. Tingkat return yang akan
didapatkan Bollinger Bands akan lebih besar jika tingkat volatilitas
yang dihasilkan dari pergerakan harga juga besar dan diikuti dengan
tingkat fluktuasi yang tinggi. Namun, hal perlu diingat dari strategi
counter trend diatas bahwa banyak dari pergerakan harga yang
bergerak menyentuh garis upper/lower menghasilkan sinyal palsu.
24 Ong, Technical..., h. 289-304.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 151
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
Pada hal ini sebenarnya bukanlah berarti apapun karena harga dapat
melanjutkan pergerakannya dan menyentuh upper/lowerband
secara terus-menerus tanpa sempat mengalami koreksi terlebih
dahulu, hal tersebut sering terjadi pada saat melakukan sebuah
kegiatan trading. Untuk meminimalkan terjadinya transaksi ketika
terdapat sinyal palsu, sebaiknya perlu menambahkan syarat
tambahan agar tidak seluruh pergerakan harga yang menyentuh
garis upper/lower dijadikan sebagai senyal beli. Salah satu hal
sederhana yang bisa dilakukan yaitu membuka posisi beli/jual
setelah sehari sebelumnya harga berhasil ditutup dibawah
upper/lower band dan pada hari selanjutnya harga mulai berbalik
arah dari garis Upper/lower band.25
3. Analisi Perbedaan Hasil pada Kinerja Indikator Moving
Avarage, Relative Strangth Index (RSI) dan Bollinger Bands
Dari pembahasan diatas, dapat terlihat adanya perbedaan
hasil dari masing-masing indikator teknikal yang digunakan, baik
itu dari sinyal transaksi maupun tingkat return yang dihasilkan.
a. Pola Pergerakan Harga Mempengaruhi Kinerja
Indikator
Dari ketiga indikator diatas dapat dilihat bahwa indikator
Bollinger Bands menghasilkan return yang tinggi dibandingkan
Moving Avarage dan RSI. Sinyal transaksi yang dihasilkan oleh
indikator Bollinger Bands juga lebih banyak muncul karena
memang indikator ini akan selalu memberikan sinyal pada harga
25 Suharto, Investasi..., h. 132-138.
152 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
yang bergerak di setiap trend, baik itu uptrend, downtrend
maupun sideways. Selagi harga masih bergerak dalam tingkat
volatility yang cukup tinggi maka indikator ini akan lebih sering
memberikan sinyal transaksi dibandingkan dengan indikator
Moving Average dan RSI.
Pergerakan harga saham PTPP dapat dilihat pada Grafik 1
Seperti yang terlihat pada Grafik 1tersebut diatas dari
salah satu emiten PTPP, indikator Bollinger Band memang lebih
dominan memberikan return. Terbukti indikator Bollinger
Bands memberikan return sebesar 73%, lebih besar
dibandingkan indikator Moving Average dan RSI yang hanya
dapat memberikan return sebesar -25% dan 33%. Terlebih lagi
pada indikator Moving Avarage menghasilkan capital loss pada
saham PTPP ini. Pada grafik diatas dapat terlihat bahwa sering
kali terjadi False Signal pada indikator Moving Avarage RSI,
dimana pada garis Moving Avarage sering sekali memberikan
sinyal beli dan jual, diakibatkan pergerakan harga yang dalam
posisi down trend dan sinyal jual selalu muncul terlambat yang
berada dibawah harga beli. Sementara pada indikator RSI sering
sekali memberikan sinyal beli yang tidak diikuti dengan sinyal
jual, sehingga titik resistence yang seharusnya menjadi posisi
jual pada indikator tersebut tidak muncul.26
Pergerakan harga saham INCO dapat dilihat pada Grafik 2
26Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui
trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h.79-82.
Sumber : Chart Nexus
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 153
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
Seperti yang terlihat pada grafik pergerakan harga dari
emiten INCO diatas, indikator Moving average akan lebih
efektif digunakan pada pola pergerakan harga tersebut, dimana
pola pergerakan harga cenderung berada pada tren yang kuat.
Terbukti pada pergerakan harga ini indikator Moving Average
dapat menghasilkan 8 sinyal transaksi dengan return sebesar
74% selama satu tahun. Jika dalam beberapa periode pergerakan
harga masih dalam tren turun, tentunya garis rata-rata dari
indikator Moving Avarage ini juga bergerak turun pula, sesuai
dengan pergerakan harga dalam periode tersebut. Dalam hal ini
dapat dipastikan indikator Moving Average belum memberikan
sinyal transaksi. namun, ketika harga sudah mulai membentuk
tren baru,
rata-rata dari harga penutupan Moving Avarage tentunya
juga akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Pada posisi
inilah ketika harga telah naik dan nilainya melebihi atau sama
dengan nilai rata-rata dari Moving Avarage, barulah indikator
tersebut memberikan sinyal transaksi. inilah yang menyebabkan
indikator Moving Avarage kurang akurat jika digunakan pada
pergerakan harga yang terlalu banyak tingkat perubahan arah
dan mengakibatkan keterlambatan dan nantinya akan
berdampak kepada terlalu sering indikator tersebut dalam waktu
yang singkat memberikan sinyal transaksi sehingga akan
154 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
mengurangi keoptimalan dalam menghasilkan return
dibandingkan dengan indikator Bollinger Bands dan RSI.27
b. Timing dan Akurasi dari Setiap Indikator
Mempengaruhi Kinerja dan Hasil
Dari suatu pergerakan harga, setiap indikator teknikal
pastinya selalu memberikan sinyal jual dan sinyal beli sesuai
dengan fungsi dari masing-masing indikator tersebut. Jika
dilihat lebih teliti dari pembahasan sebelumnya, setiap indikator
memiliki timingnya tersendiri dalam memberikan sinyal jual
dan sinyal beli. Sehingga dari perbedaan timing itu juga masing-
masing indikator dapat memberikan return yang berbeda. Selain
itu, kecenderungan terjadinya false sinyal dari masing-masing
indikator juga akan mempengaruhi keefektifan dari indikator itu
sendiri.
Sinyal transaksi pada pergerakan harga saham PTPP
dapat dilihat padaGrafik 3
Seperti yang terlihat pada grafik pergerakan harga diatas
dapat terlihat indikator Bollinger Bands cukup agresif dalam
memberikan sinyal transaksi. walaupun dalam hal ini pola
pergerakan harga yang terjadi lebih cenderung pada pola down
tren. Indikator Bollinger Bands sendiri lebih cepat memberikan
sinyal transaksi dibandingkan indikator Moving Avarage dan
RSI. jika dilihat dari sinyal beli pada pergerakan harga diatas,
indikator Bollinger Bands lebih dahulu dalam beberapa bar dari
27 Suharto, Investasi..., h. 146-150.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 155
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
indikator RSI. Sementara jika Bollinger Bands dibandingkan
dengan indikator Moving Avarage, perbedaan sinyal beli cukup
jauh terjadi pada indikator Moving Avarage, dimana indikator
Moving Avarage sendiri memberikan sinyal beli ketika harga
telah bergerak keatas menjauhi garis bawah Bollinger Bands.
Sehingga dari hal tersebut dapat dipahami bahwa indikator
secara akurasi dan timing lebih akurat dibandingkan dengan
indikator Moving Avarage dan RSI.
Sementara itu, dari pergerakan harga diatas juga dapat
terlihat penggunaan dari indikator Moving Average cukup
terlambat beberapa bar dalam memberikan sinyal beli maupun
sinyal jual. Karena pada dasarnya Moving Avarage termasuk
pada bagian leaging indicator, dimana Indikator Moving
Avarage ini terbetuk dari rata-rata pergerakan harga penutupan
yang lalu. ketika harga sudah mulai membentuk tren baru, rata-
rata dari harga penutupan Moving Avarage tentunya juga akan
menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Pada posisi inilah ketika
harga telah naik dan nilainya melebihi atau sama dengan nilai
rata-rata dari Moving Avarage, barulah indikator tersebut
memberikan sinyal transaksi. Selain itu, dalam pergerakan
harga diatas garis Moving Avarage bergerak mendatar
mendekati pergerakan harga, sehingga mengakibatkan sinyal
transaksi yang muncul berulang-ulang.28
28Djoko, Analisis...., h. 102-105.
156 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Sementara pada indikator RSI terkadang dalam situasi
tertentu sering memberikan false sinyal. Dimana indikator RSI
ini sering memberikan sinyal beli, tetapi terkadang tidak diikuti
dengan adanya sinyal jual. Sehingga dalam waktu tertentu
sebelum ada sinyal jual, pergerakan harga kembali turun dan
memberikan sinyal beli lagi pada harga yang tidak jauh berbeda
dengan sinyal beli sebelumnya. Pada kondisi seperti inilah dapat
terlihat kekurangan dari penggunaan indikator RSI.
Pada grafik diatas juga dapat terlihat, indikator rsi juga
belum maksimal dalam memberikan return investasi. Dalam
hal transaksi, RSI dapat memecahkan masalah apabila terdapat
pergerakan harga yang tidak menentu, dalam arti pergerakan
harga yang terlalu tajam. Dengan demikian dalam kondisi ini
investor perlu menentukan adanya batas atas dan batas bawah
yang konstan agar tidak terjadi pembelian saham dengan harga
yang terlalu tinggi atau penjualan saham pada harga yang terlalu
rendah. Sehingga dalam penggunaanya, indikator RSI ini
digunakan sebagai perbandingan dakam menentukan siyal
transaksi, dimana ketika harga telah bergerak naik ataupun
turun, apakah masih masih layak untuk beli ataukah harus jual.29
29Ryan Filbert, Trading vs Investing : Strategi meraih keuntungan melalui
trading dan investasi secara bersamaan, (Jakarta, Gramedia, 2016), h. 78-80.
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 157
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
E. Penutup
1. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebuah
perbandingan kinerja penggunaan indikator teknikal dalam
pengambilan keputusan bertransaksi saham, yang terlihat dari
seberapa optimal kinerja indikator Moving Average, RSI, dan
Bollinger Bands dalam menghasilkan return. Berdasarkan data
yang telah didapatkan dan hasil dari sebuah analisis pengujian data
secara deskriptif dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
a. Dari hasil pembahasan diatas dapat dilihat bahwa indikator
Bollinger Bands terbukti optimal dalam penggunaannya
untuk melihat sinyal transaksi. untuk hasil yang diberikan
oleh indikator Bollinger Bands lebih tinggi dibandingkan
dengan indikator Moving Average dan RSI, khususnya pada
saham-saham yang memiliki tingkat range dan volatilitas
yang cukup banyak.
b. Dari hasil pembahasan diatas juga dapat dilihat bahwa
indikator Bollinger Bands memiliki hasil return yang lebih
optimal dibandingkan dengan indikator Moving Average
dan RSI. Dimana pada indikator Bollinger Bands
menghasilkan rata-rata return sebesar 40,77% lebih tinggi
dibandingkan dengan indikator Moving Average dan RSI.
Dimana masing-masing indikator tersebut hanya
menghasilkan rata-rata return sebesar 12,19% dan 23,07%.
158 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
c. Secara keseluruhan Indikator Bollinger Bands lebih optimal
dalam menghasilkan return dan sinyal transaksi. Dalam
penggunaanya indikator Bollinger Bands mampu
memberikan sinyal transaksi yang cukup cepat. Dalam hal
inilah tingkat return yang dihasilkan dari indikator Bollinger
Bands berbeda dengan indikator Moving Average dan RSI.
Sama halnya dengan indikator RSI, dimana indikator ini
juga dapat memberikan sinyal transaksi dengan harga yang
tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Namun jika
dibandingkan dengan RSI, false sinyal dari indikator
Bollinger Bands lebih sedikit terjadi dari pada RSI.
2. Saran
Berkenaan dengan hal yang berhubungan pada penelitian ini,
penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dianggap perlu,
yakni:
a. Untuk para investor saham, dalam pemilihan suatu saham
yang akan ditransaksikan selain hanya menggunakan sebuah
analisis teknikal diperlukan beberapa metode tambahan lain
agar tingkat kesalahan dan resiko yang diperoleh dalam
pemilihan saham dapat diminimalisir.
b. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar mencoba
menggunakan indikator teknikal yang umumnya jarang
digunakan oleh para investor saham. Selain itu, untuk
peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penggabungan
penggunaan dari salah satu dari ketiga indikator diatas
dengan beberapa indikator teknikal lainnya, agar nantinya
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 159
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
dapat mengurangi sebuah false signal dalam melakukan
sebuah aksi beli maupun jual. Serta juga diharapkan untuk
mencoba melakukan sebuah penggabungan dari metode
analisis teknikal dengan metode-metode lainnya, agar suatu
analisa dalam keputusan berinvestasi saham menjadi lebih
optimal.
Daftar Tabel dan Grafik
Tabel 1
Tingkat Transaksi dari Masing-masing Indikator
NO EMITE
N
SINYAL
BELI/JUALMOVIN
G AVARAGE
SINYAL
BELI/JUAL
RSI
SINYAL
BELI/JUALBOLLINGE
R BANDS
1 AALI 10 5 12
2 ADRO 8 7 12
3 AKRA 14 5 8
4 ANTM 8 8 11
5 ASII 12 4 18
6 BSDE 8 6 13
7 CTRA 12 8 15
8 EXCL 8 8 11
9 ICBP 12 8 11
10 INCO 8 8 12
11 INDF 13 8 12
12 KLBF 8 4 10
13 LPKR 8 10 10
14 LPPF 6 4 4
15 LSIP 9 8 10
16 MYRX 4 4 6
17 PGAS 8 6 6
18 PPRO 6 8 10
19 PTBA 8 8 8
20 PTPP 10 11 10
21 PWON 16 6 10
22 SMGR 8 6 10
23 SMRA 10 7 12
24 SSMS 8 8 14
25 TLKM 10 5 8
26 TPIA 8 4 8
27 UNTR 8 3 4
28 UNVR 8 4 6
29 WIKA 6 6 9
30 WSKT 7 7 14
Rata-rata 8,97 6,47 10,13
160 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Tabel 2
Tingkat Return dari Masing-masing Indikator
NO EMITEN
RETURN
MOVING
AVARAGE
%
RETURN
RSI
%
RETURN
BOLLINGER
BANDS
%
1 AALI -0,19 1 20
2 ADRO 65 35 45
3 AKRA -2 17 34
4 ANTM -10 34 50
5 ASII 3 9 32
6 BSDE 7 13 30
7 CTRA -1 31 38
8 EXCL 15 47 53
9 ICBP 2 19 21
10 INCO 74 58 65
11 INDF 5 13 25
12 KLBF 15 2 18
13 LPKR 6 20 39
14 LPPF 12 32 37
15 LSIP 5 19 29
16 MYRX 5 24 29
17 PGAS 10 23 45
18 PPRO -1 10 44
19 PTBA 29 58 59
20 PTPP -25 33 73
21 PWON -2 17 66
22 SMGR 4 16 44
23 SMRA -13 27 61
24 SSMS 10 19 48
25 TLKM 12 20 44
26 TPIA 32 21 52
27 UNTR 43 25 28
28 UNVR 13 4 14
29 WIKA 47 17 26
30 WSKT 6 28 54
Rata-rata 12,19 23,07 40,77
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 161
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
Grafik 1
Pergerakan Harga Saham PTPP
Grafik 2
Pergerakan Harga Saham INCO
Sumber : Chart Nexus
162 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Grafik 3
Sinyal Transaksi pada Pergerakan Harga Saham PTPP
Sumber : Chart Nexus
Analisis Teknik Penggunaan Moving Avarage.... | 163
Mellya Embun Baining & M. Syarif Fadhillah
DAFTAR PUSTAKA
Djoko dan Agus, 2010. Analisis Teknikal di Bursa Efek, edisi ke-2,
Yogyakarta, Unit Penerbit & Percetakan STIM YKPN.
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metode Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta.
Filbert, Ryan. 2016. Trading vs Investing: Strategi meraih keuntungan
melalui trading dan investasi secara bersamaan, Jakarta,
Gramedia.
Harsono, Budi. 2013. Efektif Bermain Saham. Jakarta, Kompas
Gramedia.
Haymas, Adley. 2013. Berani Bermain Saham, (Jakarta, PT Kompas
Media Nusantara, 2013.
Kurniyati. 2011. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return
Saham LQ-45 Tahun 2007-2011,” Skripsi.
Murdifin dan Salim. 2010. Studi Kelayakan Investasi Proyek dan
Bisnis. Jakarta, PT Bumi Aksara.
Rusdin. 2008. PasarModal: Teori, Masalah dan kebijakan dalam
praktik, Bandung: Alfabeta.
Suharto, Frento. 2013. Investasi secara benar: mengungkap rahasia
forex, Jakarta, Kompas Gramedia.
Sugiono, 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
Bandung, Alfabeta.
Umar, Husein. 2014. Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada.
Ong, Edianto. 2016. Technical Analysis for Mega Profit, (Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama.
164 | Jurnal Syari’ah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017