konsepsi pendidikan raden ngabehi …repository.akprind.ac.id/sites/files/laporan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PENELITIAN
KONSEPSI PENDIDIKAN
RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
Oleh :
Drs. UNTUNG JOKO BASUKI, M.Pd.I
NIK 92.1263.455.E
DIBIAYAI DARI DANA BANTUAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2013/2014,
Nomer Kontrak: 30/SPP/LPPM/PL/IV/2014
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2
2014
HALAMAN PENGESAHAN
1. JudulPenelitian : Konsepsi Pendidikan Raden Ngabehi
Ranggawarsita
2. BidangPenelitian : Psikologi Pendidikan Islam
3. PenelitiUtama :
a. NamaLengkap : Drs. UntungJokoBasuki, M.Pd.I.
b. JenisKelamin : Laki – Laki
c. NIK : 92.1263.455.E
d. DisiplinIlmu : Pendidikan Agama Islam
e. Pangkat/ Golongan : PenataMuda / IIIb
f. JabatanFungsional : AsistenAhli
g. Fakultas/ Jurusan : Fakultas TeknologiIndustri/ T. Mesin
h. Alamat : Kresen, Rt 05, Bantul, Bantul, Bantul, Yogyakarta
55711
i. Telepon : 02749400997
4. Mata Kuliah yang di ampu : Pendidikan Agama Islam
PendidikanKewarganegaraan
5. JumlahPeneliti : 1 Orang
6. LokasiPenelitian : Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta
7. JumlahBiaya yang disetujui : Rp2.600.000,00 ( Dua JutaEnam Ratus Ribu
Rupiah )
Yogyakarta, 24Desember 2014
Mengetahui, Peneliti,
DekanFakultasTeknologiIndustri
Muhammad Sholeh, S.T., M.T. Drs. UntungJokoBasuki, M.Pd.I.
NIK. 94.1269.498.E NIK. 92.1263.455.E
Menyetujui,
KetuaLembagaPenelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat
5
Ringkasan
Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi
Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami
sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.
Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya
ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di jawa yang
memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen
beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.
Diantara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul
Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan
kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,
yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta
hubungan antara keduanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan
dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya , yakni Yasadipura II, juga dibina
dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.
R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren
Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan
kebatinan ternama masa itu.
Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas
dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.
Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang
oleh pecinta kepustakaan jawa dijuluki pujangga terakhir.
Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti
luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam
ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya
itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.
6
PRAKATA
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan
hidayah, inayahm dan Rahmat-Nya sehingga penulisan laporan karya ilmiah yang berjudul
“Konsepsi Pendidikan Raden Ngabehi Ranggawarsita” dapat diselesaikan dengan Baik.
Pada kesempatan ini penuli ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono, M.T., Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
2. Bapak Ir. H. Saiful Huda, M.T., selaku Pembantu Rektor I Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
3. Bapak Muhammad Sholeh, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Prasetyono Eko Pambudi, M.T., selaku Kepala Lembaga Penelitian &
Pengabdian Masyarakat Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan
yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Karena itu penulis harapkan
kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga keberadaan
laporan penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dalam khasanah ilmu
pengetahuan. Aamiin.
Yogyakarta, 24 Desember 2014
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
A.LAPORAN HASIL PENELITIAN....................................................................................iii
RINGKASAN...........................................................................................................................iv
PRAKATA.................................................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Pendidikan dan Pengajaran......................................................................................3
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...............................................................7
3.1 Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
3.2 Manfaat Penelitian...................................................................................................7
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................8
4.1 Deskriptif-Kualitatif.................................................................................................8
4.1 Sistematika Pembahasan..........................................................................................9
4.2 Analisa Data...........................................................................................................10
BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................................................11
5.1 Latar Belakang Kehidupannya...............................................................................11
5.2 Latar Belakang Pendidikan....................................................................................14
5.3Konsepsi Pendidikan Menurut R.Ng. Ranggawarsita............................................16
BAB VI PENUTUP.................................................................................................................20
6.1 Kesimpulan............................................................................................................20
6.2 Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
LAMPIRAN: Personalia Tenaga Peneliti................................................................................23
DRAFT ARTIKEL ILMIAH................................................................................................25
SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN...............................................................................38
8
BAB 1
PENDAHULUAN
KONSEPSI PENDIDIKAN
RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
1.1 Latar Belakang
Warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra akan memberikan khasanah ilmu
pengetahuan yang beraneka ragam apabila kita mau menggali karya-karya sastra yang
tersimpan. Semuanya itu kalau kita kaji lebih lanjut merupakan tuangan pengalaman
jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan di segala bidang.
Terutama dalam hal karya sastra lama, sastra Jawa merupakan salah satu warisan
budaya daerah. Oleh karena itu, penggalian sastra daerah tersebut akan besar sekali
manfaatnya dalam usaha memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional pada
umumnya dan pengarahan pendidikan khususnya.
Di daerah Jawa khususnya, pewaris kebudayaan yang telah banyak
menyumbangkan karya sastra di berbagai bidang adalah Raden Ngabehi
Ranggawarsita yang seterusnya di tulis R.Ng. Ranggawarsita. Beliau adalah salah
satu dari kesekian pujangga yang ada di Jawa, yang memberi ciri khas kebudayaan
Jawa, yakni sastra Jawa. Karya-karya pujangga tersebut telah mengundang para
sastrawan dan ilmuwan untuk menyelidiki dan memahami isi dari karya sastra
tersebut dalam rangka usaha pelestarian dan pengembangannya, terutama dalam
masalah-masalah : falsafat, ramalan, dan pendidikan yang terkandung dalam karya
sastra tersebut.
Di berbagai perguruan tinggi juga sering diadakan kegiatan dalam rangka
penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dipetik dari hasil karya R.Ng.
Ranggawarsita. Kegiatan tersebut diantaranya berupa : seminar, diskusi, ceramah dan
sebagainya.
9
Dengan demikian semakin nyatalah bahwa pujangga R.Ng. Ranggawarsita telah
memberikan sumbangan yang cukup berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan pendidikan di Indonesia.
Di dalam kepustakaan Jawa R.Ng. Ranggawarsita sangat tersohor, beliau adalah
sastrawan istana Surakarta yang kemudian oleh para pecinta kepustakaan Jawa, serta
para pengagumnya diberi gelar pujangga terakhir (penutup). Begitu pula dalam
Kepustakaan Islam Kejawen, beliau mendapatkan kehormatan amat tinggi. Kalau
Nabi Muhammad SAW mendapat gelar kehormatan sebagai Khatam Al-Anbiya’ atau
sebagai Nabi penutup, maka R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai pujangga penutup.
Di antara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal, salah satunya adalah yang
berjudul Wirid Hidayat Jati yang merupakan salah satu kepustakaan Islam Kejawen
yang istimewa, karena di samping hasil karya pujangga terakhir (penutup), Wirid
Hidayat Jati ini disusun dalam bentuk jarwa atau prosa. Dan isi kandungannya
diusahakan untuk menjadi kitab mistik yang cukup lengkap.
Dari uraian-uraian yang terdapat Wirid Hidayat Jati, terdapat beberapa hal yang
berkaitan erat dengan pendidkan, dan dari dalam uraian inilah nanti akan dibahas
mengenai Konsepsi pendidikan menurut R. Ng. Ranggawarsita. Dan yang perlu
diketahui bahwa penulis tidak akan membahas tentang isi keseluruhan dari Wirid
Hidayat Jati, baik itu dari aliran tasawufnya maupun ajaran mistik yang terkandung di
dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat ditarik beberapa pokok
permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penyusunan risalah ini, antara
lain:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan, pendidikan, karya-karya dan
keistimewaan karyanya, tanggapan-tanggapan tentang karyanya serta pengaruh
R.Ng. Ranggawarsita?
2. Bagaimana konsepsi R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan?
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan dan Pengajaran
1. Pengertian
Sudah sejak lama masalah pendidikan dikenal orang, bukan merupakan hal yang
asing bagi setiap orang yang mendengarnya. Tetapi sebenarnya di dalam dunia ilmu
pengetahuan, khususnya dalam masalah pendidikan, tidak cukup hanya mendengar atau
sekedar tahu akan definisi dari kata “pendidikan”, tapi hendaknya dipikirkan bagaimana
terwujudnya cita-cita dari pendidikan itu, tidaklah mudah melaksanakannya. Dan inilah
yang menjadi tantangannya. Maka timbullah beberapa pengertian atau bahasan
mengenai pendidikan, yang mana berbeda satu sama lain, tinggal dari segi mana
memandangnya. Namun pelaksanaan pendidikan itu sendiri tetap berlangsung dan tidak
menantikan kesamaan mengenai batasan dari pendidikan tersebut.
Di bawah ini penulis mengemukakan beberapa pendapat mengenai pendidikan
dari segi definisinya sebagai berikut:
“Pendidikan adalah suatu hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas
dasar suatu pandangan hidup bangsa itu yang berfungsi sebagai filsafat
pendidikannya, suatu cita-cita atau tujuan yang menjadi motif cara suatu bangsa
berpikir dan berkelakuan, yang dilangsungkan turun temurun kepada angkatan
berikutnya.”1
Sementara itu ada lagi yang memberikan batasan mengenai pendidikan tersebut
sebagai berikut:
“Pendidikan adalah suatu pengembangan individu, yaitu menempatkan hal
tersebut sebagai suatu cara pembentukan dan cara membantu individu itu baik dari
segi biologinya maupun kerohaniannya.”2
1 Siti Meichati,MA., Pengantar Ilmu Pendidikan, (disadur dari crow dan crow), FIP-FKIP
Yogyakarta, 1972, p.5
2 Siti Meichati,MA., Pendidikan Sistematis, FIP-FKIP Yogyakarta, 1974, p.4
11
Setelah kita hayati, memang batasan yang kedua ini sependapat dengan penulis,
sebab setiap individu perlu adanya pengembangan, baik dari segi jasmani maupun
rohaninya. Di sini perlu kita perhatikan, siapa pihak yang harus dididik dan
bagaimanakah yang harus diperbuat oleh pendidik untuk membawa si terdidik ke arah
perkembangan yang harmonis.
Dalam hal ini Dr.M.J. Langeveld juga mengemukakan pendapat sebagai berikut :
“Pendidikan merupakan pergaulan antar manusia yang terjadi antara pergaulan-
pergaulan orang-orang dewasa dan orang-orang yang belum dewasa.”3
2. Tujuan Pendidikan
Dalam arti luas dan umum dirumuskan bahwa tujuan pendidikan yaitu terciptanya
kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak didik sekaligus mencakup
kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak didik mempunyai arti
yang luas dan umum, karena kedewasaan atau perkembangan yang penuh bagi anak
didik itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, antara lain:
a. Dewasa phisik dan phsyikhis atau jiwa dan raganya
b. Harmonis dalam perkembangan cipta, rasa dan karyanya
c. Harmonis perkembangan individu dan sosialnya
d. Harmonis dalam kedudukan sebagai makhluk dunia dan akhirat.
Diantara karya-karya R. Ng. Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan baik sastra maupun ramalannya. Untuk mengetahui pemikiran beliau tentang
pendidikan, maka penulis akan membahas mengenai karya beliau yang paling mendekati
dengan pendidikan, yakni yang berjudul Wirid Hidayat Jati, yang merupakan salah satu
diantara karya beliau yang terkenal. Di dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran R.
Ng. Ranggawarsita yang sangat menarik untuk dibahas, terutama dalam bab guru dan
murid dalam ilmu ma’rifat. Yakni mengenai syarat-syarat sebagai guru dan murid,
hubungan antara guru dan murid, upacara mengajarkan ilmu ma’rifat dan inti ajarannya.
3 Noto Sudjono, Drs., Pedagogik Teoritis, Dwi Merapi, Yogyakarta, 1966, p. 102
12
Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan
mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung dalam
Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana pendapat Simuh
dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita”
sebagai berikut:
“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena ajaran
ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at, Tarekat,
Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan kepustakaan Islam
kejawen”.4
Kata ma’rifat berasal dari bahasa Arab, berarti mengenal atau mengetahui. Yang
dimaksud melihat atau mengenal Dzat Tuhan secara langsung dengan perantaraan mata
hati. Langsung, artinya ma’rifat itu bukan dengan perantaraan kesimpulan pemikiran, dan
bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi merupakan tanggapan para ahli mistik
yang langsung berhadapan dengan Tuhan mereka. Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat
secara langsung itu, dikatakan menghasilkan haqqul yakin.5
Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan
murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:6
1) Tentang Guru
Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:
a. Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih
empunya derajat.
b. Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab-mengkitab.
c. Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.
d. Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang
menjadi orang baik.
e. Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang menekuni
ilmu.
4 Simuh, op. Cit, p. 406 5 Loc.cit. 6 Ibid,. P. 222 – 224
13
f. Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor
kewiraannya.
g. Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih berharta.
h. Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.
2) Tentang Murid
Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:
a. Keturunan orang yang baik
b. Sebangsa
c. Seagama
d. Sebahasa
e. Dapat tulis baca
f. Sudah lewat setengah usia
g. Tidak berpenyakit
h. Tidak bercacat.
Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal:
a. Teliti
b. Berani menderita
c. Membiasakan diri
d. Teguh (kokoh hati)
e. Dewasa
f. Baik ingatan
g. Terampil
h. Tahan uji.
Yang mustahil jadi murid, delapan hal:
a. Gila
b. Buta
c. Tuli
d. Ayan
e. Bisu
f. Anak yang belum dewasa
g. Orang tua yang telah pikun
h. Orang sakit yang telah kurang ingatannya.
14
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan
pendidikan R.Ng. Ranggawarsita serta memahami pandangan R.Ng. Ranggawarsita
tentang pendidikan melalui karya-karyanya.
3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi pengembangan
ilmu pendidikan pada umumnya.
15
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Deskriptif-Kualitatif
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Kualitatif, dengan mengadakan
Penelitian Kepustakaan, yakni mengambil pustaka – pustaka yang ada hubungannya
dengan variabel – variabel penelitian.
Dalam pembahasan data yang yang bersifat Deskriptif-Kualitatif, selanjutnya
penulis menggunakan metode – metode sebagai berikut:
1. Metode Induksi : Yaitu berangkat dari hal yang bersifat khusus untuk
mengambil pengertian yang umum pada masalah –
masalah yang seharusnya diperluas untuk mencari
hubungan – hubungan yang ada.7
2. Metode Deduksi : Yaitu penarikan yang berangkat dari dua hal yang
umum, menarik kesimpulan dari pengertian, atau
menemukan yang khusus dari yang umum.8
3. Metode Komparatif : Yaitu dengan membandingkan antara beberapa masalah
atau pendapat para ahli tentang sesuatu untuk menarik
kesimpulan sendiri atau mengambil yang lebih kuat.
Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang
seterusnya ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian
7 WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka Jakarta : 1976 ) p. 379
8 Ibid., P. 235
16
pujangga di jawa yang memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam
Kepustakaan Islam Kejawen beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.
4.2 Sistematika Pembahasan
Setelah halaman formalitas penulis sajikan, penulis akan membahas masalah
pendidikan, yakni tentang pengertian pendidikan dan pengajaran, tujuan pendidikan dan
pengajaran. Mengenai tujuan ini, penulis menguraikan menurut pendapat beberapa ahli,
tujuan dalam pendidikan Islam, tujuan pendidikan dan pengajaran di Indonesia, serta
faktor-faktor pendidkan.
Selanjutnya penulis akan membahas tentang riwayat hidup R.Ng. Ranggawarsita,
yakni mengenai latar belakang kehidupannya, pendidikannya, karya-karyanya serta
keistimewaan-keistimewaan dari karya tersebut. Kemudian penulis melangkah untuk
memahami konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan yang
terkandung dalam karya sastranya yang berudul Wirid Hidayat Jati. Dan setelah
mengambil beberapa kesimpulan secara umum dan saran-saran, maka penelitian ini
penulis tutup dalam bab V.
Kemudian untuk mengetahui rujukan yang penulis gunakan dalam penelitian ini
akan disebutkan daftar pustaka serta lampiran.
Data dalam penelitian kualitatif akan lebih diyakini kebenarannya jika dua sumber
atau lebih menyatakan hal yang sama. Untuk itu untuk mencapai kredibilitas penelitian,
peneliti melakukan pendekatan triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
17
4.3 Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara
mengkomparasikan data yang dipeoleh, sehingga ditemukan kategori-kategori yang
mewakili temuan dari metode tersebut. Langkah akhir yang dilakukan peneliti adalah
melakukan verifikasi dan penarikan kesimpulan.
18
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Latar Belakang Kehidupannya
R.Ng. Ranggawarsita lahir pada hari Senin Legi, 10 Dzulkaidah Tahun ke 1728
(Jawa), atau 15 Maret 1802 (Maseh) jam 12.00 siang. Beliau adalah putra sulung Mas
Panjangswara yang berpangkat Jajar, kemudian naik menjadi Carik (juru tulis)
Kadipaten Anom dengan nama M.Ng. Ranggawarsita. Pada waktu itu lahirnya beliau
diberi nama Bagus Burham, Bagus adalah sebutan untuk anak yang ayahnya bergelar
Raden.
a. Keturunan Pujangga
Berarti beliau berasal dari keluarga Yasadipuran, yang berarti memang
keturunan pujangga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibunya, yakni:
1) Eyang buyut (piut)nya ialah Raden Tumenggung Yasadipura I, Pengarang
banyak buku, antara lain Babad Giyanti, Serat Rama, Serat Bratayuda, Serat
Merak, Panitisastra.
2) Eyang (Kakek)nya RT. Sastranegara yang sewaktu masih berpangkat penewu
bernama R. Ng. Ranggawarsita I dan naik menjadi Kliwon bernama R. Ng.
Yasadipura II, pengarang buku Sarana Suhu, Dasanama Jarwa, Wicara Keras,
dan lain-lain.
3) Dari pihak ibunya, beliau keturunan ke-8 dari R. Tumenggung Sujanapura
yang terkenal disebut Pangeran Karanggayam, pujangga kraton Pajang
(pengarang kitab Nitisruti).9
b. Keturunan Raja Majapahit
Para penyusun silsilah menceritakan, bahwa leluhur R.Ng. Ranggawarsita maih
keturunan raja Majapahit. Hal ini diterangkan dalam Manuskrip susunan
Padmawarsita, silsilah R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai berikut :10
9 Kamajaya, Lima Karya Pujangga Ranggawarsita, Debdikbud, p. 14 10 Anjar Any, Rahasi Ramalan Jayabaya Ranggawarsita & Sabdapalon (Aneka ilmu : Semarang
1980), p. 16
19
Brawijaya ( Raja Majapahit )
Putri Majapahit + Andayaningrat ( dari Pengging )
Kebo Kenanga
Panembahan Raden ( Adipati Pajang )
Hadi Wijaya ( Raja Pajang )
Pangeran Benawa
Panembahan Raden ( Adipati Pajang )
Panembahan Wira Menggala II
Panembahan Wira Menggala III
Pangeran Serang
Pangeran Adipati Danupaya
Tumenggung Padmanagara ( Bupati Pekalongan )
Yasadipura I
Yasadipura II ( Ranggawarsita I )
Suradimeja ( Ranggawarsita II)
Ranggawarsita III
20
Ranggawarsita III inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan Pujangga
Raden Ngabehi Ranggawarsita. Ranggawarsita sebenarnya nama pemberian raja,
sehubungan dengan jabatannya sebagai Kliwon Carik di Istana Surakarta.
c. Abdi Kraton Surakarta
R.Ng. Ranggawarsita adalah seorang abdi yang setia kepada raja dan kraton
Surakarta. Adapun jenjang – jenjang kepangkatan (jabatan) yang pernah dilalui R.
Ng. Ranggawarsita ialah sebagai berikut:11
1) Pada tahun 1819, menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten Anom dengan gelar
Mas Rangga Pajang Anom.
2) Pada tahun, 1822, dinaikkan menjadi Mantri Carik dengan gelar Mas
Ngabehi Sarataka.
3) Pada tahun 1830, menggantikan jabatan ayahnya Ranggawarsita) sebagai
Kliwon Carik dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.
4) Sesudah kakeknya (Yasadipura II) wafat, R. Ng. Ranggawarsita dinobatkan
sebagai pujangga istana ( 1845 ). Namun jenjang kepangkangkatannya tetap
sebagai Kliwon Carik, suatu jabatan istana yang selapis dibawah pangkat
Tumenggung.
Pangkat Tumenggung Anumerta baru dianugerahkan oleh Paku Buwana XII
pada tahun 1952, sebagai penghormatan/ penghargaan terhadap jasa – jasa
almarhum R.Ng. Ranggawarsita.
d. Perkawinan dan Putra Putrinya
Pada tanggal 9 Nopember 1811 M., Bagus Burham dikawinkan dengan R. A.
Gombak, putri bupati Kediri Cakraningrat. Perkawinannya dilangsungkan
dikediaman Pangeran Buminata. Dari perkawinan ini diperoleh tiga orang putri dan
tiga orang putra, yaitu:12
1) R. A. Sudinah
2) R. A. Sujinah
3) R. M. Ranakusuma
11 Simuh, op.cit, p. 56-57 12 Kamajaya, op.cit, p. 16-17
21
4) R. M. Sembada ( lebih dulu meninggal dunia )
5) R. M. Sutana
6) Rara Mumpuni
5.2 Latar belakang Pendidikan
a. Belajar di Pondok Ponorogo
Semenjak masa Islam, pesantren merupakan pusat pendidikan yang cukup
teratur, karena kegiatan belajar mengajar memang merupakan sarana penyebaran
agama Islam. Mengenai pendidikan Bagus Burham, G.W.J. Drewes menyatakan
sebagai berikut:
“Adalah merupakan kebiasaan masa itu, pada usia muda dia dikirim ke
suatu pesantren untuk pendidikannya, yaitu ke pesantren yang diasuh oleh
Hasan Besari, seorang Kyai Ternama di Ponorogo...”13
Apa yang dikatakan G.W.J Drewes diatas memang benar, bahwa
menjelang umur 12 tahun, Bagus Burham dikirim ke Pondok Pesantren Gebang
Tinatar, Ponorogo untuk belajar mengaji Al-Qur’an dan belajar ilmu agama Islam.
Pesantren ini dipimpin oleh Kyai Hasan Besari yang lebih dikenal dengan nama
Kyai Imam Besari, beliau adalah menantu Sri Paku Buwana IV dan teman
seperguruan R.T. Sastranegara (kakek Bagus Burham). Dan atas kehendak R.T.
Sastranegara, pengasuh Bagus Burham, Ki Tanujaya mengikutinya ke Pondok
Pesantren.
Kyai Imam Besari disamping sebagai guru agama, kemungkinan juga
memiliki kepustakaan kejawen, karena beliau adalah priyayi jawa, yakni menantu
Sri Paku Buwana IV. Dalam buku hasil penelitian para panitia peneliti
Ranggawarsita, yang diselenggarakan oleh IKIP Surakarta, diterangkan sebagai
berikut:
“Kanjeng Kyai Imam Besari adalah menantu Sri Paduka Paku Buwana IV (
1788 – 1820 ) dan juga teman seperguruan dengan Raden Tumenggung
Sastranegara , Tanggung jawab berguru ke ponorogo itu diserahkan kepada
Ki Tanujaya”14
13 Simuh, op.cit p. 52 14 Loc.cit
22
Diriwayatkan bahwa Bagus Burhan serasa mendapatkan anugerah dari
Tuhan, ia dapat menguasai kesusastraan tanpa harus belajar terlebih dahulu.
Sastra Arab, Jawa, Belanda. Dalam membaca kitab suci Al-Qur’an demikian juga
makna dan tafsirnya, hari demi hari kepandaian dan kecerdasan Bagus Burhan
pesat dan melebihi kepandaian santri-santri yang lain.
Bagus burham akhirnya dapat fasih membaca Al – Qur’an dan pandai
mengartikan makna serta maksudnya. Ia juga pandai dalam berbagai macam
pelajaran ilmu agama, hingga artinya ia diangkat menjadi Badal ( wakil Kyai ) di
Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Badal adalah kedudukan terkemuka didalam
pondok, hal itu menunjukkan betapa besar perhatian sang Kyai kepadanya.
Disamping bisa menguasai pelajaran yang diberikan, ia juga sering menjalankan
petunjuk guru dan pengasuhnya untuk berpuasa, menyepi dan sebagainya. Dalam
menguasai nafsunya, ia melakukan semacam tapa, menguasai diri dan
memusatkan jiwa untuk mencapai cita – cita.
b. Mengembara untuk berguru
Setelah selesai masa belajarnya di pesantren, maka dalam usaha
memperluas ilmunya, beliau suka mengembara ke berbagai daerah untuk berguru.
Disamping untuk mengembangkan ilmu, ia mencoba mendiskusikan
kepandaiannya ke berbagai tempat dengan beberapa guru kenamaan. Bahkan
dalam pengembaraanya tersebut beliau berjalan sampai pulau Bali. Mengenai hal
ini G.W.J Drewes mengatakan:
“Dia meninggalkan pesantren dan pergi mengembara, seperti halnya yang
dikerjakan oleh kebanyakan santri – santri sebelum dia, murid – murid
pengembara adalah umum pada waktu itu, seperti halnya Eropa abad
pertengahan...”15
Setelah perkawinannya yang pertama dengan putri bupati Kediri di
kediaman P. Buminata, pengantin berdua diboyong ke Kediri. Pada saat genap 35
hari di Kediri, Mas Rangga Panjanganom mohon diri dari istri dan mertuanya
untuk berguru ke daerah Jawa Timur dan Bali. Dalam pengembaraan tersebut Mas
Rangga Pajanganom ditemani oleh Ki Tanujaya (pengasuhannya yang setia).
Beliau antara lain berguru kepada: Kyai Tunggul Wulang di Ngadiluwih; Ki Ajar
15 Ibid., p. 54
23
Wirakarta di Ragajampi, Jawa Timur; kemudian kepada Ki Ajar Sidalakudi
Tabanan Bali.
Dalam manuskrip susunan Padmawarsita, diterangkan bahwa Pangeran
Wijil dari Kadilangu juga pernah menjadi gurunya. Disebut – sebut pula sebagai
guru R. Ng. Ranggawarsita adalah Panembahan Buminata. Dengan demikian
Bagus Burham (Mas Rangga Warsita/ Mas Rangga Pajanganom) yang kemudian
dikenal sebagai R.Ng. Ranggawarsita menguasai ilmu berdasarkan Islam,
Kejawen dan Hindu-Budha, termasuk ilmu kebatinan yang luas.
5.3 Konsepsi Pendidikan Menurut R.Ng. Ranggawarsita
Sebagaimana telah diutarakan pada uraian sebelumnya, bahwa karya-karya R.Ng.
Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai pendidikan terutama yang berjudul
Wirid Hidayat Jati. Dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran beliau yang sangat
menarik untuk dibahas, yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, yakni
syarat-syarat guru dan murid serta hubungan antara guru dan murid.
Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan
mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung
dalam Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana
pendapat Simuh dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden
Ngabehi Ranggawarsita” sebagai berikut:
“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena
ajaran ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at,
Tarekat, Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan
kepustakaan Islam kejawen”.16
Kesimpiulan pemikiran, dan bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi
merupakan tanggapan para ahli mistik yang langsung berhadapan dengan Tuhan
16 Simuh, op. cit., p. 406
24
mereka. Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat secara langsung itu, dikatakan
menghasilkan haqqul yakin.17
Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan
murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:18
a. Tentang Guru
Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:
1) Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih
empunya derajat.
2) Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab
mengkitab.
3) Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.
4) Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang
menjadi orang baik.
5) Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang
menekuni ilmu.
6) Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor
kewiraannya.
7) Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih
berharta.
8) Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.
b. Tentang Murid
Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:
1) Keturunan orang yang baik
2) Sebangsa
3) Seagama
4) Sebahasa
5) Dapat tulis baca
6) Sudah lewat setengah usia
17 Loc. Cit. 18 Ibid., p. 222 - 224
25
7) Tidak berpenyakit
8) Tidak bercacat.
Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal :
1) Teliti
2) Berani menderita
3) Membiasakan diri
4) Teguh (kokoh hati)
5) Dewasa
6) Baik ingatan
7) Terampil
8) Tahan uji.
Yang mustahil jadi murid, delapan hal :
1) Gila
2) Buta
3) Tuli
4) Ayan
5) Bisu
6) Anak yang belum dewasa
7) Orang tua yang telah pikun
8) Orang sakit yang telah kurang ingatannya.
Konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan tidak
diterangkan dengan jelas, akan tetapi kalau kita lihat pada uraian sebelumnya, yakni
tentang guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, syarat – syarat maupun hubungan antar
keduanya maka bisa kita simpulkan bahwa R.Ng. Ranggawarsita lebih menekankan
kepada pembinaan budi luhur .Hal itu tercermin pada uraian tentang syarat menjadi
guru, yakni golongan orang yang jujur dan masih mempunyai derajat, bangsa ulama
yang alim kitab – mengkitab, pendeta yang masih ahli riyalat, punya kelebihan,
kepandaian, menekuni ilmu, dan lain sebagainya. Pendek kata, dari segi akhlak
memang seorang yang pilihan.
Di samping itu seorang guru juga harus kasih kepada murid, telaten
mengajarnya, tanpa pamrih, tajam perasaan, tidak mencari pujian dan lain – lain, maka
sebagai seorang guru disini diharuskan benar – benar ikhlas dalam melaksanakan
26
tugasnya. Tuntutan budi luhur juga tercermin dalam uraian tentang kewajiban sebagai
murid, yakni mengimankan, pantang mendustakan, memperlihatkan, pantang
menaifkan, memperhatikan, pantang mengabaikan, menerangkan, pantang menyoal,
memusyawarahkan, pantang bertindak gegabah, membentangkan, pantang
menyembuhkan, meluluskan, pantang mendiamkan, melaksanakan, pantang
membatalkan.
Sebagai murid harus benar – benar mementingkan apa yang menjadi tujuan
belajarnya, yakni memperoleh ilmu pengetahuan, hormat pada guru dan melaksanakan
apa yang menjadi kehendak guru. Kalau kita lihat dari upacara mengajarkan (proses
belajar – mengajar) ilmu ma’rifat, maka terlihat adanya hubungan yang ketat antara
guru dan murid. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan atau pengajaran tersebut
ditujukan untuk mrncapai akhlak yang sempurna.
Pemikiran beliau tnetang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi
pekerti luhur, hal itu yang tercermin dari karya – karyanya yang membahas tentang
guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, baik persyaratan, hubungan keduanya, proses
belajarnya, yang kesemua itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid
Hidayat Jati.
27
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
R.Ng. Ranggawarsita (1802 – 1873) adalah masih keturunan Raja Majapahit dan
juga keturunan Pujangga. Sepanjang hayatnya beliau mengabdi kepada raja dan
Kraton Surakarta. Di samping sebagai pujangga istana, beliau juga seorang pujangga
rakyat. Jabatan terakhir yang dipegang hingga wafatnya adalah sebagai Kliwon Carik
yakni suatu jabatan istana yang selapis di bawah pangkat Tumenggung.
Semenjak kanak – kanak beliau telah di didik dan dibesarkan dalam keluarga
Yasadipuran, di bawah bimbingan kakeknya, yakni Yasadipura II. Beliau telah dibina
dalam lingkungan kepunjanggaan dan kepustakaan Jawa. Di samping itu R.Ng.
Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama dan mental kerohanian di
pesantren Tegalsari Ponorogo, suatu pesantren yang dipimpin oleh Kyai Ageng Hasan
Besari, yakni seorang guru agama dan kebatinan yang ternama pada masa itu. Beliau
juga gigih dalam mencari ilmu, bahkan sampai mengembara ke berbagai daerah.
Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling
membekas dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam
pesantren Tegalsari. Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup
dan karya – karyanya, yang oleh pecinta kepustakaan Jawa dijuluki pujangga terakhir.
R.Ng. Ranggawarsita banyak menulis karya sastra dalam berbagai bidang dalam
bentuk sekar macapat (puisi) maupun jarwa (prosa). Keistimewaan karya beliau adalah
keindahan bahasanya yang menggairahkan dan pandai memainkan kata. Begitu juga
karya beliau yang berupa ramalan, diakui masyarakat (terutama jawa) banyak yang
tepat dan cocok, sehingga menimbulkan semangat juang pada masa perjuangan.
Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi
pekerti luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru
dan murid dalam ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses
belajarnya, yang kesemuanya itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid
Hidayat Jati.
28
Di dalam mengembangkan konsepsinya tentang pendidikan, beliau menuangkan
dalam karya – karyanya yang berbentuk sekar macapat atau juga berbentuk puisi yang
dinamakan Suluk. Seperti yang terdapat dalam Suluk Saloka Jiwa dan Suluk Suksma
Lelana. Lewat karya ini beliau menjelaskan dalam bentuk cerita simbolik, yakni
memaparkan dialog, perdebatan tanya jawab beberapa tokoh, yang kesemuanya itu
dapat memperjelas hal – hal yang tadinya masih bersifat abstrak, akhirnya konkrit.
6.2 Saran
Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai perbandingan dengan teknik –
teknik pendidikan yang ada hubungannya dengan psikologi, terutama untuk calon guru
diharapkan dapat menghayati dan mengamalkan dengan baik sifat – sifat seorang
pendidik, agar bisa mencapai tujuan pendidikan yang dicita – citakan. Sekaligus bisa
menanamkan sifat mengabdi dengan penuh rasa tanggung jawab, tanpa pamrih demi
kemanusiaan.
29
DAFTAR PUSTSAKA
Any, Anjar., Rahasia Ramalan Jayabaya dan Sabdapalon. Semarang : Penerbit Aneka
Ilmu,1984.
_________., Ranggawarsita Apa Yang Terjadi. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.
_________., Menyingkap Serat Wedatama. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.
Adi Sasmita., Ki Sumidi., Sekitar Ki Pujangga Ranggawarsita. Yogyakarta : 1971.
Arifin, HM, Drs. M. Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (di
sekolah dan di luar sekolah). Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1979.
Baratakesawa., Jangka Ranggawarsita. Yogyakarta : Penerbit Kulawarga Bratakesawa, 1959.
Darajat, Zakiah, Dr., Pembinaan Remaja. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1975.
Djumhur, I., Danusaputra, H, Drs., Sejarah Pendidikan. Bandung : Penerbit CV. Ilmu, 1974.
Hadiwiyono, Harun., Kebatinan Jawa dalam Abad 19. Jakarta, tanpa tahun.
Hasan Fahmi, Ashma, Dr., Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Penerbit Bulan
Bintang, 1979.
Kamajaya., Lima Karya Pujangga Ranggawarsita. Jakarta : Proyek penerbitan buku sastra
Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Personalia Tenaga Peneliti
Identitas Peneliti Utama
Nama Lengkap : Drs. Untung Joko Basuki,M.Pd.I
Tempat/Tgl lahir : Bantul, 04 Desember 1963
Bidang Keahlian : Psikologi Pendidikan Islam
Jabatan : Asisten Ahli/ IIIa
NIK : 92.1263.455.E
Pekerjaan : Dosen Tetap Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28 Yogyakarta, Telp. (0274) 563029
Faks: (0274) 563847
Alamat Rumah : Kresen, Bantul, Bantul, Bantul, Yogyakarta.
HP : 02749400997
Riwayat Pendidikan :
Tahun
Lulus
Gelar/ Perguruan Tinggi/ Lembaga Bidang Spesialisasi
1986 Sarjana Muda/ Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.
Tadris IPS
1990 Sarjana/ Fak. Tarbiyah, IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
Pendidikan Agama Islam
2002 Kursus Calon Dosen Kewarganegaraan/
LEMHANNAS, Jakarta.
Pendidikan
Kewarganegaraan
2012 Pasca Sarjana/ Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Psikologi Pendidikan Islam
Riwayat Pekerjaan :
a. Dosen Tidak Tetap IST AKPRIND Yogyakarta, Tahun 1991.
b. Diangkat sebagai Dosen Tetap IST AKPRIND Yogyakarta, Tahun 1992 - sekarang.
31
Mata Kuliah yang Diasuh :
No. Nama Mata Kuliah Strata/ Jenjang
1. Pendidikan Agama Islam S-1
2. Kewarganegaraan S-1
3. Pendidikan Agama Islam D-3
4. Kewarganegaraan D-3
Jabatan Struktural yang Pernah Diemban :
a. Sekretaris Total Quality Control (TQC) Tahun 1992-1997.
b. Ketua Pelaksana Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun 1997-2002.
33
KONSEPSI PENDIDIKAN
RADEN NGABEHI RANGGAWARSITA
Untung Joko Basuki
Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Ringkasan
Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi
Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami
sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.
Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya
ditulis (R.Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di Jawa yang
memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra Jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen
beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.
Diantara karya R.Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul
Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan
kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,
yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta
hubungan antara keduanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan
dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya, yakni Yasadipura II, juga dibina
dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.
R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren
Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan
kebatinan ternama masa itu.
Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas
dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.
Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang
oleh pecinta kepustakaan Jawa dijuluki pujangga terakhir.
Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti
luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam
ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya
itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.
34
PENDAHULUAN
Warisan rohaniah yang terkandung dalam sastra akan memberikan khasanah ilmu
pengetahuan yang beraneka ragam apabila kita mau menggali karya-karya sastra yang
tersimpan. Kesemuanya itu kalau kita kaji lebih lanjut merupakan tuangan pengalaman
jiwa bangsa yang dapat dijadikan sumber penelitian bagi pembinaan dan pengembangan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan di segala bidang.
Terutama dalam hal karya sastra lama, sastra Jawa merupakan salah satu warisan
budaya daerah. Oleh karena itu, penggalian sastra daerah tersebut akan besar sekali
manfaatnya dalam usaha memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional pada
umumnya dan pengarahan pendidikan khususnya.
Di daerah Jawa khususnya, pewaris kebudayaan yang telah banyak
menyumbangkan karya sastra di berbagai bidang adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita
yang seterusnya di tulis R.Ng. Ranggawarsita. Beliau adalah salah satu dari kesekian
pujangga yang ada di Jawa, yang memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra Jawa.
Karya-karya pujangga tersebut telah mengundang para sastrawan dan ilmuwan untuk
rmenyelidiki dan memahami isi dari karya sastra tersebut dalam rangka usaha pelestarian
dan pengembangannya, terutama dalam masalah-masalah falsafat, ramalan, dan
pendidikan yang terkandung dalam karya sastra tersebut.
Di berbagai perguruan tinggi juga sering diadakan kegiatan dalam rangka
penggalian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dipetik dari hasil karya R.Ng.
Ranggawarsita. Kegiatan tersebut diantaranya berupa seminar, diskusi, ceramah dan
sebagainya.
Dengan demikian semakin nyatalah bahwa pujangga R.Ng. Ranggawarsita telah
memberikan sumbangan yang cukup berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan di Indonesia.
Di dalam kepustakaan Jawa R.Ng. Ranggawarsita sangat tersohor, beliau adalah
sastrawan istana Surakarta yang kemudian oleh para pecinta kepustakaan Jawa, serta para
pengagumnya diberi gelar pujangga terakhir (penutup). Begitu pula dalam Kepustakaan
Islam Kejawen, beliau mendapatkan kehormatan amat tinggi.
35
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Analistis, dengna mengadakan
Penelitian Kepustakaan, yakni mengambil pustaka – pustaka yang ada hubungannya
dengan variabel – variabel penelitian.
Dalam pembahasan data yang yang bersifat Deskriptif-Kualitatif, selanjutnya
penulis menggunakan metode yang berangkat dari hal yang bersifat khusus untuk
mengambil pengertian yang umum pada masalah – masalah yang seharusnya diperluas
untuk mencari hubungan – hubungan yang ada.
Selanjutnya penarikan yang berangkat dari dua hal yang umum, menarik
kesimpulan dari pengertian, atau menemukan yang khusus dari yang umum.
Setelah itu membandingkan antara beberapa masalah atau pendapat para ahli
tentang sesuatu untuk menarik kesimpulan sendiri atau mengambil yang lebih kuat.
PEMBAHASAN
Latar Belakang Kehidupannya
R. Ng. Ranggawarsita lahir pada hari Senin Legi, 10 Dulkaidah Tahun Be 1728
(Jawa), atau 15 Maret 1802 (Masehi) jam 12.00 siang. Beliau adalah putra sulung Mas
Panjangswara yang berpangkat jajar, kemudian naik menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten
Anom dengan nama M.Ng. Ranggawarsita. Pada waktu itu lahirnya beliau diberi nama
Bagus Burham, bagus adalah sebutan untuk anak yang ayahnya bergelar Raden.
a. Keturunan Pujangga
Berarti beliau berasal dari keluarga Yasadipuran, yang berarti memang keturunan
pujangga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibunya, yakni:
1) Eyang buyut (piut)nya ialah Raden Tumenggung Yasadipura I, Pengarang
banyak buku, antara lain Babad Giyanti, Serat Rama, Serat Bratayuda, Serat
Merak, Panitisastra.
36
2) Eyang (Kakek)nya R.T. Sastranegara yang sewaktu masih berpangkat penewu
bernama R.Ng. Ranggawarsita I dan naik menjadi Kliwon bernama R.Ng.
Yasadipura II, pengarang buku Sarana Suhu, Dasanama Jarwa, Wicara Keras,
dan lain-lain.
3) Dari pihak ibunya, beliau keturunan ke-8 dari R. Tumenggung Sujanapura
yang terkenal disebut Pangeran Karanggayam, pujangga kraton Pajang
(pengarang kitab Nitisruti).
b. Keturunan Raja Majapahit
Para penyusun silsilah menceritakan, bahwa leluhur R.Ng. Ranggawarsita
maih keturunan raja Majapahit. Hal ini diterangkan dalam Manuskrip susunan
Padmawarsita, silsilah R.Ng. Ranggawarsita adalah sebagai berikut:
Brawijaya ( Raja Majapahit )
Putri Majapahit + Andayaningrat ( dari Pengging )
Kebo Kenanga
Panembahan Raden ( Adipati Pajang )
Hadi Wijaya ( Raja Pajang )
Pangeran Benawa
Panembahan Raden ( Adipati Pajang )
Panembahan Wira Menggala II
Panembahan Wira Menggala III
Pangeran Serang
37
Pangeran Adipati Danupaya
Tumenggung Padmanagara ( Bupati Pekalongan )
Yasadipura I
Yasadipura II ( Ranggawarsita I )
Suradimeja ( Ranggawarsita II)
Ranggawarsita III
Ranggawarsita III inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan
Pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Ranggawarsita sebenarnya nama
pemberian raja, sehubungan dengan jabatannya sebagai Kliwon Carik di Istana
Surakarta.
c. Abdi Kraton Surakarta
R.Ng. Ranggawarsita adalah seorang abdi yang setia kepada raja dan
kraton Surakarta. Adapun jenjang – jenjang kepangkatan (jabatan) yang pernah
dilalui R.Ng. Ranggawarsita ialah sebagai berikut:
1) Pada tahun 1819, menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten Anom dengan gelar
Mas Rangga Pajang Anom.
2) Pada tahun, 1822, dinaikkan menjadi mantri carik dengan gelar Mas
Ngabehi Sarataka.
3) Pada tahun 1830, menggantikan jabatan ayahnya (Ranggawarsita II) sebagai
Kliwon Carik dengan gelar Raden Ngabehi Ranggawarsita.
4) Sesudah kakeknya (Yasadipura II) wafat, R.Ng. Ranggawarsita dinobatkan
sebagai pujangga istana (1845). Namun jenjang kepangkangkatannya tetap
38
sebagai Kliwon Carik, suatu jabatan istana yang selapis dibawah pangkat
Tumenggung.
Pangkat Tumenggung Anumerta baru dianugerahkan oleh Paku Buwana
XII pada tahun 1952, sebagai penghormatan/penghargaan terhadap jasa – jasa
almarhum R. Ng. Ranggawarsita.
d. Perkawinan dan Putra Putrinya
Pada tanggal 9 Nopember 1811 M., Bagus Burham dikawinkan dengan R.
A. Gombak, putri bupati Kediri Cakraningrat. Perkawinannya dilangsungkan
dikediaman Pangeran Buminata. Dari perkawinan ini diperoleh tiga orang putri
dan tiga orang putra, yaitu :
1) R. A. Sudinah
2) R. A. Sujinah
3) R. M. Ranakusuma
4) R. M. Sembada ( lebih dulu meninggal dunia )
5) R. M. Sutana
6) Rara Mumpuni
Latar Belakang Pendidikan
a. Belajar di Pondok Ponorogo
Semenjak masa Islam, pesantren merupakan pusat pendidikan yang cukup
teratur, karena kegiatan belajar mengajar memang merupakan sarana
penyebaran agama Islam. Mengenai pendidikan Bagus Burham, G.W.J.
Drewes menyatakan sebagai berikut:
“Adalah merupakan kebiasaan masa itu, pada usia muda dia dikirim ke suatu
pesantren untuk pendidikannya, yaitu ke pesantren yang diasuh oleh Hasan
Besari, seorang Kyai Ternama di Ponorogo...”
Apa yang dikatakan G.W.J Drewes diatas memang benar, bahwa
menjelang umur 12 tahun, Bagus Burham dikirim ke Pondok Pesantren Gebang
Tinatar, Ponorogo untuk belajar mengaji Al-Qur’an dan belajar ilmu agama
39
Islam. Pesantren ini dipimpin oleh Kyai Hasan Besari yang lebih dikenal
dengan nama Kyai Imam Besari, beliau adalah menantu Sri Paku Buwana IV
dan teman seperguruan R.T. Sastranegara (kakek Bagus Burham). Dan atas
kehendak R.T. Sastranegara, pengasuh Bagus Burham, Ki Tanujaya
mengikutinya ke Pondok Pesantren.
Kyai Imam Besari disamping sebagai guru agama, kemungkinan juga
memiliki kepustakaan kejawen, karena beliau adalah priyayi jawa, yakni
menantu Sri Paku Buwana IV. Dalam buku hasil penelitian para panitia peneliti
Ranggawarsita, yang diselenggarakan oleh IKIP Surakarta, diterangkan sebagai
berikut :
“Kanjeng Kyai Imam Besari adalah menantu Sri Paduka Paku Buwana IV
(1788 – 1820) dan juga teman seperguruan dengan Raden Tumenggung
Sastranegara , Tanggung jawab berguru ke ponorogo itu diserahkan kepada Ki
Tanujaya.”
Diriwayatkan bahwa Bagus Burhan serasa mendapatkan anugerah dari
Tuhan, ia dapat menguasai kesusastraan tanpa harus belajar terlebih dahulu.
Sastra Arab, Jawa, Belanda. Dalam membaca kitab suci Al-Qur’an demikian
juga makna dan tafsirnya, hari demi hari kepandaian dan kecerdasan Bagus
Burhan pesat dan melebihi kepandaian santri-santri yang lain.
Bagus burham akhirnya dapat fasih membaca Al – Qur’an dan pandai
mengartikan makna serta maksudnya. Ia juga pandai dalam berbagai macam
pelajaran ilmu agama, hingga artinya ia diangkat menjadi Badal (wakil Kyai)
di Pondok Pesantren Gebang Tinatar. Badal adalah kedudukan terkemuka di
dalam pondok, hal itu menunjukkan betapa besar perhatian sang Kyai
kepadanya. Disamping bisa menguasai pelajaran yang diberikan, ia juga sering
menjalankan petunjuk guru dan pengasuhnya untuk berpuasa, menyepi dan
sebagainya. Dalam menguasai nafsunya, ia melakukan semacam tapa,
menguasai diri dan memusatkan jiwa untuk mencapai cita – cita.
a. Mengembara untuk Berguru
Setelah selesai masa belajarnya di pesantren, maka dalam usaha
memperluas ilmunya, beliau suka mengembara ke berbagai daerah untuk
berguru. Disamping untuk mengembangkan ilmu, ia mencoba mendiskusikan
40
kepandaiannya ke berbagai tempat dengan beberapa guru kenamaan. Bahkan
dalam pengembaraanya tersebut beliau berjalan sampai pulau bali. Mengenai
hal ini G.W.J Drewes mengatakan:
“Dia meninggalkan pesantren dan pergi mengembara, seperti halnya yang
dikerjakan oleh kebanyakan santri – santri sebelum dia, murid – murid
pengembara adalah umum pada waktu itu, seperti halnya Eropa abad
pertengahan...”
Setelah perkawinannya yang pertama dengan putri bupati Kediri di
kediaman P. Buminata, pengantin berdua diboyong ke Kediri. Pada saat genap
35 hari di Kediri, Mas Rangga Panjanganom mohon diri dari istri dan
mertuanya untuk berguru ke daerah Jawa Timur dan Bali. Dalam
pengembaraan tersebut Mas Rangga Pajanganom ditemani oleh Ki Tanujaya
(pengasuhannya yang setia). Beliau antara lain berguru kepada: Kyai Tunggul
Wulang di Ngadiluwih; Ki Ajar Wirakarta di Ragajampi, Jawa Timur;
kemudian kepada Ki Ajar Sidalakudi Tabanan Bali.
Dalam manuskrip susunan Padmawarsita, diterangkan bahwa Pangeran
Wijil dari Kadilangu juga pernah menjadi gurunya. Disebut – sebut pula
sebagai guru R.Ng. Ranggawarsita adalah Panembahan Buminata. Dengan
demikian Bagus Burham (Mas Rangga Warsita/ Mas Rangga Pajanganom)
yang kemudian dikenal sebagai R.Ng. Ranggawarsita menguasai ilmu
berdasarkan Islam, Kejawen dan Hindu-Budha, termasuk ilmu kebatinan yang
luas.
KONSEPSI PENDIDIKAN R. NG. RANGGAWARSITA
Sebagaimana telah diutarakan pada uraian sebelumnya, bahwa karya-karya
R.Ng. Ranggawarsita banyak mengandung nilai-nilai pendidikan terutama yang berjudul
Wirid Hidayat Jati. Dalam buku ini terdapat pemikiran-pemikiran beliau yang sangat
menarik untuk dibahas, yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, yakni syarat-
syarat guru dan murid serta hubungan antara guru dan murid.
41
Namun penulis tidak akan membahas Wirid Hidayat Jati secara keseluruhan dan
mendetail, penulis hanya menjelaskan bahwa ajaran ilmu ma’rifat yang terkandung dalam
Wirid Hidayat Jati adalah bersumber dari ajaran Tasawuf. Sebagaimana pendapat Simuh
dalam disertasinya yang berjudul “Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita”
sebagai berikut:
“Nama ilmu ma’rifat ini memang berasal dari ajaran Tasawuf. Karena ajaran
ajaran empat tingkat yang berasal dari Tasawuf, yakni ; Syari’at, Tarekat,
Hakekat, dan Ma’rifat, memang telah menjadi perbendaharaan kepustakaan Islam
kejawen.”
Kesimpiulan pemikiran, dan bukan bersendi atas dalil kitab suci, akan tetapi
merupakan tanggapan para ahli mistik yang langsung berhadapan dengan Tuhan mereka.
Dalam Tasawuf, tanggapan ma’rifat secara langsung itu, dikatakan menghasilkan haqqul
yakin.
Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengutip uraian tentang guru dan
murid dalam Wirid Hidayat Jati sebagai berikut:
a. Tentang Guru
Inilah keterangan tentang syarat orang yang pantas untuk jadi guru:
1. Golongan Awirya : artinya dari golongan yang luhur, yang masih
empunya derajat.
2. Golongan Agama : artinya bangsa ulama yang alim kitab-mengkitab.
3. Golongan Petapa : artinya pendeta yang masih ahli riyalat.
4. Golongan Sujana : artinya golongan yang punya kelebihan, yang
menjadi orang baik.
5. Golongan Aguna : artinya yang empunya kepandaian yang menekuni
ilmu.
6. Golongan Perwira : artinya dari golongan prajurit yang tersohor
kewiraannya.
7. Golongan Empunya : artinya golongan orang kaya, yang masih
berharta.
8. Golongan Supatya : artinya dari golongan petani yang jujur.
42
b. Tentang Murid
Ini keterangan tentang syarat menjadi murid, ada delapan hal:
1) Keturunan orang yang baik
2) Sebangsa
3) Seagama
4) Sebahasa
5) Dapat tulis baca
6) Sudah lewat setengah usia
7) Tidak berpenyakit
8) Tidak bercacat.
Syarat bolehnya menjadi murid delapan hal:
1) Teliti
2) Berani menderita
3) Membiasakan diri
4) Teguh (kokoh hati)
5) Dewasa
6) Baik ingatan
7) Terampil
8) Tahan uji.
Yang mustahil jadi murid, delapan hal:
1) Gila
2) Buta
3) Tuli
4) Ayan
5) Bisu
6) Anak yang belum dewasa
7) Orang tua yang telah pikun
8) Orang sakit yang telah kurang ingatannya.
Konsepsi atau pemikiran R.Ng. Ranggawarsita tentang pendidikan tidak
diterangkan dengan jelas, akan tetapi kalau kita lihat pada uraian sebelumnya, yakni
tentang guru dan murid dalam ilmu ma’rifat, syarat – syarat maupun hubungan antar
43
keduanya maka bisa kita simpulkan bahwa R.Ng. Ranggawarsita lebih menekankan
kepada pembinaan budi luhur . hal itu tercermin pada uraian tentang syarat menjadi guru,
yakni golongan orang yang jujur dan masih mempunyai derajat, bangsa ulama yang alim
kitab – mengkitab, pendeta yang masih ahli riyalat, punya kelebihan, kepandaian,
menekuni ilmu, dan lain sebagainya. Pendek kata, dari segi akhlak memang seorang yang
pilihan.
Di samping itu seorang guru juga harus kasih kepada murid, telaten mengajarnya,
tanpa pamrih, tajam perasaan, tidak mencari pujian dan lain – lain, maka sebagai seorang
guru disini diharuskan benar – benar ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Tuntutan budi
luhur juga tercermin dalam uraian tentang kewajiban sebagai murid, yakni mengimankan,
pantang mendustakan, memperlihatkan, pantang menaifkan, memperhatikan, pantang
mengabaikan, menerangkan, pantang menyoal, memusyawarahkan, pantang bertindak
gegabah, membentangkan, pantang menyembuhkan, meluluskan, pantang mendiamkan,
melaksanakan, pantang membatalkan.
Sebagai murid harus benar – benar mementingkan apa yang menjadi tujuan
belajarnya, yakni memperoleh ilmu pengetahuan, hormat pada guru dan melaksanakan
apa yang menjadi kehendak guru. Kalau kita lihat dari upacara mengajarkan (proses
belajar – mengajar) ilmu ma’rifat, maka terlihat adanya hubungan yang ketat antara guru
dan murid. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan atau pengajaran tersebut
ditujukan untuk mencapai akhlak yang sempurna.
Pemikiran beliau tnetang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi
pekerti luhur, hal itu yang tercermin dari karya – karyanya yang membahas tentang guru
dan murid dalam ilmu ma’rifat, baik persyaratan, hubungan keduanya, proses belajarnya,
yang kesemua itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.
44
DAFTAR PUSTSAKA
Any, Anjar., Rahasia Ramalan Jayabaya dan Sabdapalon. Semarang : Penerbit Aneka
Ilmu,1984.
_________., Ranggawarsita Apa Yang Terjadi. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.
_________., Menyingkap Serat Wedatama. Semarang : Penerbit Aneka Ilmu,1984.
Adi Sasmita., Ki Sumidi., Sekitar Ki Pujangga Ranggawarsita. Yogyakarta : 1971.
Arifin, HM, Drs. M. Ed., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (di
sekolah dan di luar sekolah). Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1979.
Baratakesawa., Jangka Ranggawarsita. Yogyakarta : Penerbit Kulawarga Bratakesawa, 1959.
Darajat, Zakiah, Dr., Pembinaan Remaja. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1975.
Djumhur, I., Danusaputra, H, Drs., Sejarah Pendidikan. Bandung : Penerbit CV. Ilmu, 1974.
Hadiwiyono, Harun., Kebatinan Jawa dalam Abad 19. Jakarta, tanpa tahun.
Hasan Fahmi, Ashma, Dr., Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Penerbit Bulan
Bintang, 1979.
Kamajaya., Lima Karya Pujangga Ranggawarsita. Jakarta : Proyek penerbitan buku sastra
Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974.
46
SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN
Penelitian in bertujuan untuk mengungkap pandangan atau pemikiran Raden Ngabehi
Ranggawarsita terhadap pendidikan melalui karya-karyanya. Dengan menggali dan memahami
sastra lama (jawa) karya pujangga ternama terutama yang berkaitan erat dengan pendidikan.
Subyek dalam penelitian ini adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita yang seterusnya
ditulis (R. Ng. Ranggawarsita). Beliau adalah salah satu dari kesekian pujangga di jawa yang
memberi ciri khas kebudayaan Jawa, yakni sastra jawa. Dalam Kepustakaan Islam Kejawen
beliau mendapatkan kehormatan sebagai Pujangga Penutup.
Diantara karya R. Ng. Ranggawarsita yang terkenal salah satunya ialah yang berjudul
Wirid Hidayat Jati yang disusun dalam bentuk jarwa atau prosa, isi kandungannya merupakan
kitab mistik. Dari uraian-uraiannya terdapat beberapa hal yang berkaitan erat dengan pendidikan,
yakni tentang guru dan murid dalam ilmu makrifat, syarat-syarat menjadi gruru dan murid serta
hubungan antara keduanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semenjak usia kanak-kanak beliau dibesarkan
dalam keluarga Yasadipuran dibawah bimbingan kakeknya , yakni Yasadipura II, juga dibina
dalam lingkungan kepujanggaan dan kepustakaan Jawa.
R.Ng. Ranggawarsita juga mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren
Tegalsari, Ponorogo yang diasuh oleh Kyai Agung Hasan Basri, yakni seorang guru agama dan
kebatinan ternama masa itu.
Meskipun beliau mendalami berbagai ilmu yang dimiliki, namun yang paling membekas
dalam jiwa dan kepribadian beliau adalah lingkungan tasawuf dalam pesantren Tegalsari.
Pengaruh ajaran kehidupan tasawuf tercermin dalam sikap hidup dan karya – karyanya, yang
oleh pecinta kepustakaan jawa dijuluki pujangga terakhir.
Pemikiran beliau tentang pendidikan lebih menekankan kepada pembinaan budi pekerti
luhur, hal itu tercermin dalam karya – karyanya yang membahas tentang guru dan murid dalam
ilmu makrifat, baik persyaratan, hubungan antara keduanya, proses belajarnya, yang kesemuanya
itu terkandung dalam karya beliau yang berjudul Wirid Hidayat Jati.