konstruksi hotel berbintang lima terhadap tuntutan pelanggaran sempadan pantai - studi kasus...

Upload: bella-shintya-ariyani

Post on 06-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    1/18

     

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    2/18

     

    1

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan

    rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Kedua dari mata kuliah Hukum

    dan Administrasi Pembangunan yaitu identifikasi ketentuan peraturan dan

    perundang-undangan terkait studi kasus permasalahan yang diangkat

    mengenai kegiatan konstruksi hotel berbintang lima melanggar sempadan

    Pantai Sawangan, Kutai Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Di mana

    dalam tugas ini membahas peraturan perundang-undangan yang dilanggar

    serta penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang berlaku, tindak lanjut

    hukum serta penyelesaian dan rekomendasi terhadap kasus tersebut.

    Informasi beserta data terkai studi kasus dalam makalah ini diperoleh

    dari hasil survey literatur penulis. Semoga makalah ini dapat menggambarkan

    dan memberikan rekomendasi terkait studi kasus Hukum dan Administrasi

    Pembangunan mengenai identifikasi ketentuan peraturan dan perundang-

    undangan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata

    kuliah Hukum dan Administrasi Pembangunan yaitu Bapak Putu Gde Ariastita,

    ST., MT. dan Bapak Ir. Sardjito, MT. yang turut membimbing dalam penyelesaian

    makalah ini, serta sumber-sumber terkait yang turut menjadi referensi makalah

    ini. Jauh dari semua ini makalah kami masih jauh dari kata sempurna untuk itu

    kami mengharapkan rekomendasi dan kritik dari para pembaca.

    Surabaya, April 2016

    Penulis

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    3/18

     

    2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................................................................................. 0

    DAFTAR ISI ............................. ................................ ................................ ................................. ................................ .... 2

    BAB I PENDAHULUAN ................................. ................................. ............................... ................................ ........... 3

    1.1 Latar Belakang .............................. ................................. ................................. ............................... .......... 3

    1.2 Tujuan dan Manfaat .............................. ................................. ................................. .............................. 4

    1.3 Sistematika ............................... ................................. ................................ ................................ ............... 4

    BAB II PEMBAHASAN .............................. ................................. ................................ ................................ ............... 5

    2.1 Ketentuan Perundang-Undangan ................................ ................................ ................................ .......... 5

    2.2 Permasalahan Pelanggaran Tata Ruang ............................... ................................. ........................... 14

    2.3 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Permasalahan ........................................................... .................. 14

    BAB III PENUTUP ............................. ................................ ................................ ................................ ....................... 16

    3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................................. 16

    3.2 Lesson Learned .............................. ................................. ................................ ................................ ............ 16

    Daftar Pustaka ........................................................................................................................................................ 17

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    4/18

     

    3

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang

    Menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1998) mengenai lingkup adminis trasi

    pembangunan, didefinisikan sebagai sebuah proses pengendalian usaha (administrasi) oleh

    negara/pemerintah untuk merealisasikan pertumbuhan yang direncanakan ke suatu keadaan

    yang dianggap lebih baik dan maju dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dan bernegara.

    Hal ini sejalan dengan keilmuan perencanaan wilayah dan kota yang memiliki tujuan sebagai

    pemrakarsa ide/rencana guna menciptakan sekaligus mengontrol perkembangan wilayah

    terutama dalam hal mikro tata guna lahan perkotaan (urban landuses) yang sustain dan

    livable. Oleh karena itu adanya rencana tata ruang wilayah dalam tingkat nasional, provinsi

    hingga kabupaten/kota beserta instrumen-instrumen hukum dalam peraturan menteri,

    peraturan daerah dan rencana detail spasial perkotaan harus bersinergis sehingga dapat

    melaksanakan fungsi controling dan evaluasi pembangunan di daerah.

    Controling dan evaluasi pembangunan sangat dibutuhkan untuk menegakkan

    ketentuan dalam hukum yang berlaku. Dengan ditegakkannya fungsi tersebut pada akhirnya

    mampu memunculkan kasus-kasus pelanggaran terhadap hukum dan tata ruang. Sehingg

    akibatnya konsekuensi dan sanksi harus diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam

    kegiatan pelanggaran tersebut mulai dari pemberhentian kegiatan pembangunan, proses

    mediasi, pengadilan hingga ganti rugi. Pada umumnya, munculnya kasus pelanggaran ke

    publik disebabkan adanya partisipasi pemerhati lingkungan (apabila dampaknya terhadap

    lingkungan), masyarakat terdampak dan sebagian kecil pihak-pihak berkepentingan.

    Sehingga partisipasi publik sangat diharapkan dalam implementasi hukum dan rencana tata

    ruang sebagai pihak yang dikenai rencana tata ruang maupun proses pembangunan beserta

    dampak kegiatannya.

    Meninjau hal tersebut, alangkah baiknya bila negara/pemerintah bersama dengan

    masyarakat dan pemerhati dapat bersinergis me-monitoring seluruh kegiatan pemanfaatan

    ruang di setiap daerah. Salah satunya dengan mengidentifikasi  project   pembangunan yang

    memiliki kemungkinan memberikan dampak pada lingkungan maupun pelanggaran

    terhadap ketentuan hukum dan tata ruang beserta mengetahui sejauh mana proses hukum

    dan pengadilan berlangsung dalam studi kasus kegiatan konstruksi hotel berbintang lima

    yang melanggar sempadan Pantai Sawangan, Kutai Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

    Hingga diperoleh apakah memang terjadi pelanggaran maupun sejauh mana pemerintah

    menindaklanjuti proses hukumnya. Sehingga hukum dan proses tindaklanjutnya mampu

    mengayomi kepentingan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di daerah

    tersebut.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    5/18

     

    4

    1.2 

    Tujuan dan Manfaat

    Berdasarkan latar belakang penulisan makalah Tugas II Hukum dan Administrasi

    Pembangunan tentang identifikasi ketentuan peraturan dan perundang-undangan terkait

    studi kasus yang diangkat, bahwa penulisan memiliki tujuan sebagai berikut:

    a.  Mengetahui ketentuan perundang-undangan pada studi kasus yang dipilih.

    b. 

    Mengetahui ketentuan rencana tata ruang provinsi maupun kabupaten sebagai

    pedoman arahan pemanfaatan ruang di wilayah studi kasus.

    c.  Memperkuat pemahaman dengan menunjukkan jenis pelanggaran pada studi

    kasus terhadap perundang-undangan dan rencana tata ruang yang berlaku. 

    d.  Memberikan kontribusi penyelesaian permasalahan tata ruang melalui

    rekomendasi yang diberikan.

    1.3 

    Sistematika

    Adapun sistematika penulisan makalah Tugas II Hukum dan Administrasi Pembangunan

    tentang identifikasi ketentuan peraturan dan perundang-undangan terkait studi kasus yang

    diangkat adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan laporan.

    BAB II PEMBAHASAN

    Berisi penjabaran ketentuan perundang-undangan, permasalahan pelanggaran tata ruang

    dan tindak lanjut serta penyelesaian permaslahan studi kasus.

    BAB III PENUTUP

    Memuat kesimpulan mengenai bahasan studi kasus beserta lesson learned bagi mahasiswa.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    6/18

     

    5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Ketentuan Perundang-Undangan

    Pembangunan Kempinski dan Ritz Carlton Hotel dinilai melakukan pelanggaran terhadap perundang-undangan dan arahan tata ruang yang

    ada. Adapun ketentuan perundang-undangan yang dilanggar dalam pembangunan kedua proyek hotel ini diantaranya:

    -  Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 26 Tahun 2013 Tentang RTRW Kabupaten Badung Tahun 2013-2033

    -  Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali 2009-2029

    -  Peraturan Presiden No 22 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Dibawah ini adalah rincian ketentuan peraturan dan perundangan yang dilanggar beserta bentuk pelanggaran tata ruang yang dilakukan dalam

    tabel berikut:

    2.1.1. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 26 Tahun 2013 Tentang RTRW Kab. Badung Tahun 2013 – 2033

    Pelanggaran Tata Ruang Pasal/Ayat yang Mengatur Kondisi Faktual

    Pelanggaran Kawasan

    Sempadan Pantai 

    Pasal 28 Ayat 1 dan 2

    Rencana pola ruang kawasan sempadan pantai sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 25 huruf c meliputi seluruh pantai yang

    terdapat di kawasan pesisir Wilayah Kabupaten sepanjang kuranglebh 82 Km. (Ayat 1)

    Sebaran kawasan sempadan pantai diantaranya Pantai Sawangan

    (ayat 2 huruf d)

    Pembangunan Kempinski dan Ritz Carlton Hotel di

    Sawangan, Badung telah menyalahi fungsi Pantai

    Sawangan dan Kecamatan Kutai Selatan sebagai

    kawasan sempadan pantai yang seharusnya menjadi

    kawasan lindung.

    Selain itu pembangunan kedua hotel berada pada

    kawasan rawan abrasi yang seharusnya tidak boleh

    dibangun karena selain rawan akan terjadinya bencana

     juga rentan dengan ekositem di sekitarnya.Pasal 36 Ayat 4

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    7/18

     

    6

    Kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud

    sebabarannya berada pada kawasan pesisir pantai selatan

    sepanjang kurang lebih 12,1 km diantaranya meliputi Pantai

    Sawangan.

    Sehingga pembangunan Kempinski dan Ritz Carlton

    Hotel jelas tidak memenuhi syarat penggunaan dan

    pemanfaatan tanah pada sempadan pantai. Hal ini

    dikarenakan keberadaan kedua hotel tersebut jelas tidak

    mendukung fungsi lingkungan sekitar.

    Kempinski dan Ritz Carlton Hotel juga memiliki

    bangunan yang berada kurang dari 100 m garis pantai

    sehingga pembangunan kedua hotel tersebut dinilai

    telah menyalahi aturan sempadan pantai.

    Gambar x.x

    Citra Satelit Kawasan Sempadan Pantai Sawangan

    Sumber: Google Earth, 2016  

    Sedangkan pengecualian pemanfaatan kawasansempadan pantai pada pembangunan Kempinski dan

    Ritz Carlton Hotel di Sawangan jelas tidak dapat

    dilakukan. Hal ini dikarenakan meskipun berfungsi

    sebagai obyek wisata namun pembangunannya akan

    memberikan dampak negatif bagi lingkungan di

    sekitarnya serta menurunkan fungsi lindung lingkungan.

    Pasal 56 Ayat 3

    Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada bidang-bidang tanah

    yang berada di sempadan pantai harus memperhatikan:

    -  Kepentingan umum

    -  Keterbatasan daya dukung, pembangunan yang

    berkelanjutan, keterkaitan ekosistem, keanekaragaman hayati

    serta kelestarian fungsi lingkungan

    Pasal 74 Ayat 1

    Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai

    meliputi:

    a) 

    Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100

    meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah

    b) 

    Daratan sepanjang laut yang bentuk dan kondisi fisik

    pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional

    terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

    c) 

    Untuk pantai yang berbatasan langsung dengan jurnang jarak

    sempadannya mengikuti ketentuan sempadan jurang

    d)  Ruang kawasan sempadan pantai merupakan ruang terbuka

    untuk umum dan bangunan yang diperkenankan adalah

    bangunan fasilitas wisata non permanen dan temporer,

    bangunan umum terkait sosial kegaamaan, bangunan terkait

    kegiatan perikanan tradisional dan dermaga, bangunan

    pengawasan pantai, bangunan pengaman pantai dari abrasi,

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    8/18

     

    7

    bangunan evakuasi bencana, bangunan terkait pertahanan

    keamanan

    f)  Pemanfaatan kawasan budidaya sepanjang tidak berdampak

    negatif terhadap fungsi lindungnya meliputi:

    -  Obyek wisata antara lain rekreasi pantai dan olahraga

    pantai

    -  Dermaga khusus perikanan di pantai kedonganan dan

    pantai tanjung benoa

    -  Dermaga khusus pariwisata di pantai tanjung benoa

    Kegiatan budidaya rumput laut, kepiting bakau,pembuatan garam tradisional, dan kegiatan perikanan

    -  Kegiatan budidaya pertanian dan perikanan

    -  Kegiatan ritual keagamaan

    Gambar x.x

    Visualisai Kawasan Sempadan Pantai

    Sumber: RTRW Kabupaten Badung 

    Pelanggaran Kawasan

    Sempadan Jurang 

    Pasal 31

    Kawasan sempadan jurang sesagaimana dimaksud terletak pada

    kawasan yang memenuhi kriteria sempadan jurang yang

    sebarannya meliputi:

    -  Lembah-lembah sungai di seluruh Wilayah Kabupaten

    -  Kawasan hutan dan pegungunan di Wilayah Kecamatan

    Petang

    -  Lembah-lembah bukit di wilayah Kecamatan Petang dan

    Kecamatan Kuta Selatan

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    9/18

     

    8

    -  Tebing-tebing di seluruh wilayah Kabupaten

    Pasal 74 Ayat 4

    Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan jurang

    sebagaimana dimaksud meliputi:

    -  Daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng

    sekurang-kurangnya 45%, kedalaman sekurang-

    kurangnya 5 m dan bidang datar bagiatas sekurang-

    kurangnya 11 m.

    -  Sempadan jurang bagian atas harus memiliki lebar

    sekurang-kurangnya 2 kali kedalaman jurang dan tidak

    kurang dari 11 m dari tepi jurang kearah bidang datar.

    -  Sempadan jurang pada bidang datar di bawah tepian

     jurang yang memilki kemiringan lereng sekurang-

    kurangnya 45%, ketinggian sekurang-kurangnya 5 m dan

    bidang datar bagian bawah tidak kurang dari 5,5 m.

    -  Sempadan jurang bagian bawah sebagaimana dimaksud

    huruf c harus memiliki lebar sekurang-kurangnya 1 kali

    kedalaman jurang dan tidak kurang dari 5,5 meter

    dihitung dari tepi jurang bagian bawah ke arah bidang

    datar

    -  Kepemilikan lahan yang berbatasan dengan jurang harus

    menyediakan ruang terbuka publik sekurang-kurangnya 6

    meter pada bidang datar sepanjang jurang untuk jalan

    inspeksi / taman telajakan-  Sempadan jurang dapat kurang dari ketentuan diatas

    khusus bagi bangunan untuk kepentingan umum,

    keagamaan, hankam dengan dinyatakan stabil setelah

    melalui penelitian teknis dari instansi berwenang

    -  Sempadan jurang dapat kurang dari ketentuan huruf b

    diaatas untuk bagunan yang berada di wilayah Kecamatan

    Kutai Selatai setelah dinyatakan stabil melalui penelitian

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    10/18

     

    9

    teknis instansi berwenang dengan ketentuan tidak kurang

    dari 11 m

    -  Pencegahan kegiatan budidaya sempadan jurang yang

    dapat menganggu kelestarian fungsi perlindungan

    setempat

    -  Pemanfaatan sebagai obyek wisata tanpa bangunan

    berupa wisata alam dan olahraga petualangan setelah

    melalui kajian

    PelanggaranPenatagunaan Ruang

    Udara 

    Pasal 58 Ayat 2

    Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas

    permukaan bumi dibatasi maksimum 15 m, kecuali bangunan

    umum dan bangunan khusus yang memerlukan persyaratan

    ketinggian lebih dari 15 m, seperti: menara pemancar, tiang listrik

    tegangan tinggi, mercu suar, menara bangunan keagamaan,

    bangunan keselamatan penerbangan, bangunan pertahanan

    keamanan, dan bangunan khusus untuk kepentingan keselamatan

    dan keamanan umum lainnya berdasarkan kajian dengan

    memperhatikan keamanan, kenyamanan, dan keserasian terhadap

    lingkungan sekitarnya, serta mendapat izin dari instansi yang

    berwenang. (Huruf c)

    Berdasarkan ketentuan terkait ketinggian bangunandalam penatagunaan ruang udara dapat diketahui

    bahwa pembangunan Kempinski Hotel melanggar

    ketinggian bangunan maksimum yang diharuskan.

    Adapun saat ini mega proyek Kempinski Hotel masih

    dalam proses pembangunan, namun berdasarkan isu

    yang beredar di masyarakat bahwa hotel ini akan

    dibangun hingga mencapai 10 lantai yang mana

    menyalahi aturan ketinggian bangunan yang maksimum

    setinggi 15 meter atau setara dengan ketinggian 3-4

    lantai.

    Gambar x.x

    Pelanggaran Ruang Udara pada Kempinski Hotel

    Sumber: Berita Bali, 2015 

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    11/18

     

    10

    2.1.2 Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Thn 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali 2009-2029 

    Pelanggaran Tata Ruang Pasal/Ayat yang Mengatur Kondisi Faktual

    Pelanggaran Kawasan

    Suci Pantai 

    Pasal 44 Ayat 2

    Kawasan suci pantai adalah tempat tempat tertentu di kawasan

    pantai yang dimanfaatkan untuk upacara melasti di seluruh pantai

    Provinsi Bali. Arahan pengelolaan kawasan suci pantai disetarakan

    dengan kawasan sempadan pantai. 

    Sesuai dengan pasal berikut, maka dapat diketahui

    bahwa lokasi Kempinski dan Ritz Carlton Hotel

    menyalahi aturan kawasan suci pantai sebagai salah

    satu lokasi upacara melasti. Pemanfaatan kawasan suci

    pantai ini selain dapat mengurangi nilai-nilai budaya

    khas Bali juga dapat menghambat proses tradisi yang

    biasa dilakukan.

    Pelanggaran Kawasan

    Sempadan Pantai

    Pasal 44 Ayat 13

    Yang dimaksud kawasan sempadan pantai adalah kawasan

    sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk

    mempertahankan kelestarian fungsi pantai, keselamatan

    bangunan, dan ketersediaan ruang untuk publik.

    Pengecualian lebar sempadan pantai untuk pantai-pantai yang

    ada di Daerah Bali setelah mendapat kajian teknis dari instansi

    atau pakar terkait. Kajian teknis dimaksud meliputi daya dukung

    fisik alam lingkungan pantai yang sekurang-kurangnya meliputi

    tinjauan geologi, tata lingkungan, kemungkinan erosi dan abrasi,

    pengaruh hidrologi lokal regional, dan rencana pemanfaatan

    kawasan pantai.

    Sesuai dengan arahan kawasan sempadan pantai pada

    RTRW Kabupaten Badung, pada arahan RTRW Provinsi

    Bali pembangunan Kempinski dan Ritz Carlton Hotel

     juga dinilai menyalahi aturan yang ada. Hal ini dikarena

    pada RTRW Prov. Bali, kawasan sempadan pantai yang

    diatur juga sebesar 100 meter, sedangkan pada kedua

    hotel tersebut kawasan sempadan pantainya hanya

    mencapai 50 meter.

    Pada RTRW Prov. Bali diatur bahwa terdapat

    pengecualian lebar sempadan pantai, namun perlu

    disertai kajian dan penelitian lebih lanjut. Namun untuk

    kasus pembangunan kedua hotel tersebut

    pembangunan yang ada dinyatakan belum menyertakankajian dan penelitian dari pakar terkait. Selain itu

    pembangunan kedua hotel juga dinilai tidak sesuai

    dengan daya dukung lingkungan kawasan sekitarnya.

    Pendirian bangunan pada kawasan sempadan pantai

     juga hanya dapat dilakukan untuk bangunan penunjang

    Pasal 50 Ayat 4

    Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud ditetapkan

    dengan kriteria:

    a) 

    Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100

    meter dari titik pasang air laut tertinggi kearah darat

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    12/18

     

    11

    b) 

    Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik

    pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional

    terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai

    c) 

    Gubernur menetapkan pedoman penyelanggaraan

    penanggulangan abrasi, sedimentasi, produktivitas lahan

    pada daerah pesisir pantai lintas kabupaten/kota

    yang bersifat permanen yang mana telah dilanggar

    dalam pembangunan kedua hotel ini.

    Pasal 108 Ayat 3

    Arahan peraturan zonasi sempadan pantai mencakup:

    a) 

    Pengaturan jarak sempadan pantai sesuai ketentuan

    b) 

    Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau

    c)  Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk

    mencegah abrasi

    d) 

    Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang

    kegiatan rekreasi pantai, pengamanan pesisir, kegiatan

    nelayan dan kegiatan pelabuhan

    e) 

    Pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud huruf d

    f) 

    Pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik

    g)  Pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan

    kualitas lingkungan

    h)  Pantai yang berbentuk jurang memanfaatkan aturan zonasi

    sempadan jurang

    Pelanggaran

    Penatagunaan Tanah

    (Reklamasi)

    Pasal 93 Ayat 4

    Penguasaan tanah sebagaimana dimaksud, yang berasal dari

    tanah timbul atau reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang

    surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai oleh Negara

    Pada pasal ini dijelaskan bahwa tanah yang berasal darireklamasi di wilayah perairan pantai seharusnya menjadi

    milik dan hak pemerintah. Pada proyek pembangunan

    kedua hotel ini terdapat usaha reklamasi yang

    dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi/swasta tanpa

    disertai izin yang jelas. Hal ini jelas melanggar peraturan

    yang ada.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    13/18

     

    12

    Pelanggaran

    Penatagunaan Ruang

    Udara 

    Pasal 95 Ayat 2

    Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di atas

    permukaan bumi dibatasi maksimum 15 m, kecuali bangunan

    umum dan bangunan khusus yang memerlukan persyaratan

    ketinggian lebih dari 15 m, seperti: menara pemancar, tiang listrik

    tegangan tinggi, mercu suar, menara bangunan keagamaan,

    bangunan keselamatan penerbangan, bangunan pertahanan

    keamanan, dan bangunan khusus untuk kepentingan keselamatan

    dan keamanan umum lainnya berdasarkan kajian dengan

    memperhatikan keamanan, kenyamanan, dan keserasian terhadap

    lingkungan sekitarnya, serta mendapat izin dari instansi yang

    berwenang. (Huruf b)

    Sesuai dengan arahan yang terdapat di RTRW

    Kabupaten Badung, pada arahan penatagunaan ruang

    udara RTRW Provinsi Bali juga diatur bahwa ketinggian

    bangunan dibatasi agar tidak lebih dari 15 meter, yang

    mana dilanggar pada pembangunan kedua hotel yang

    diisukan memiliki ketinggian 3-4 lantai / sekitar 16

    meter.

    2.1.3 Peraturan Presiden No 22 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Pelanggaran Tata Ruang Pasal/Ayat yang Mengatur Kondisi Faktual

    Pelanggaran Perizinan

    Reklamasi 

    Pasal 15

    Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

    melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin

    pelaksanaan reklamasi 

    Pembangunan Kempinski dan Ritz Carlton Hotel

    menurut SKKPLH belum memenuhi izin dan persyaratan

    reklamasi yang ada. Hal ini tentunya menjadi sebuah

    penyimpangan tata ruang mengingat reklamasi pada

    kedua hotel ini sudah dan siap dilakukan meskipun

    belum dibekali izin.

    Kesesuaian dengan

    Rencana Tata Ruang lain

    Pasal 11

    Penyusunan rencana induk reklamasi sebagaimana dimaksud

    harus memperhatikan:

    a) 

    Kajian lingkungan hidup strategis

    b) 

    Kesesuaian dengan RZWP-3-K Provinsi, Kabupaten/Kota, dana

    tau RTRW Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota

    Berdasarkan tinjauan terhadap kebijakan lain

    sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa reklamasi

    tidak dapat dilakukan pada wilayah studi mengingat

    kondisi lingkungannya yang tidak mendukung dan perlu

    dilindungi. Sehingga proses rencana reklamasi yang ada

    sudah jelas bertentangan dan tidak mempertimbangkan

    arahan RTRW wilayah bersangkutan.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    14/18

     

    13

    c) 

    Akses publik

    d) 

    Fasilitas umum

    e)  Kondisi ekosistem pesisir

    f) 

    Kepemilikan dan/atau penguasaan lahan

    g) 

    Pranata sosial

    h)  Aktivitas ekonomi

    i) 

    Kependudukan

     j)  Kearifan lokal

    k) 

    Daerah cagar budaya dan situs sejarah

    Selain itu pembangunan kedua hotel tersebut juga

    secara tidak langsung belum memperhatikan kondisi

    ekosistem pesisir, pranata sosial, kependudukan, dan

    kearifan lokal wilayah studi saat melakukan proses

    reklamasi.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    15/18

     

    14

    2.2 Permasalahan Pelanggaran Tata Ruang

    Seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, terdapat beberapa

    pelanggaran tata ruang terkait pembangunan Hotel Kempinski dan Ritz Carlton International.

    Dokumen tata ruang yang dilanggar dalam kasus ini adalah Peraturan Daerah KabupatenBadung No 26 Tahun 2013 Tentang RTRW Kab. Badung Tahun 2013 –  2033, Peraturan

    Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali 2009-2029, serta

    Peraturan Presiden No 22 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

    Kecil. Secara umum, pelanggaran terkait pembangunan kedua hotel tersebut adalah :

    1.  Pembangunan hotel pada kawasan sempadan pantai. Pada Perda Kabupaten Badung

    telah dijelaskan bahwa kawasan sempadan pantai di kawasan ini adalah 100 meter

    dari garis pantai, tetapi pada praktiknya pembangunan hotel hanya menyisakan

    sekitar 50 meter dari garis pantai.

    2. 

    Pembangunan hotel yang melanggar terkait penatagunaan ruang udara.

    Pembangunan hotel terindikasi melanggar batas maksimal ketinggian sebuah

    bangunan seperti yang telah dituliskan pada Perda Kabupaten Badung bahwa

    maksimal ketinggian sebuah bangunan adalah 15 meter atau setara dengan 3-4

    lantai, tetapi isu yang berkembang di masyarakat pembangunan hotel ini mencapai

    10 lantai.

    3. 

    Pelanggaran kawasan suci pantai yang menindikasikan pembangunan hotel ini

    terletak pada pantai yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan upacara

    adat.

    4. 

    Pelanggaran perizinan reklamasi yang menurut SKKPLH Bali pembangunan hotel inimasih belum mengantongi izin yang jelas terkait reklamasi pantai.

    2.3 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Permasalahan

    Terkait tindak lanjut dari indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh pihak

    pengembangan dari kedua hotel tersbut, anggota komisi DPRD Bali sudah menegaskan

    bahwa pemerintah setempat harus mengambil tindakan tegas jika terjadi pelanggaran

    terhadap tata ruang (suksesinews.com, 2016). Namun Kasatpol PP Badung masih belum bisa

    mengambil tindakan tegas jika pembangunan hotel tersebut sudah mengantongi izin.

    Sehingga pihak yang berhak untuk meninjau lapangan adalah instansi yang bergerak dibidang teknis (denpostnews.com, 2016). Kepala BPPT Bali mengatakan terkait pelanggaran

    terhadap ketinggian bangunan, kedua hotel tersebut sudah mematuhi peraturan yang ada,

    hotel tersebut terlihat lebih tinggi jika dilihat dari bawah karena dibangun pada tanah

    terasering. Tetapi titik nol tanah tetap pada setiap tingkatannya (denpostnews, 2016).

    Sedangkan tindak lanjut mengenai pelanggaran pembangunan hotel pada kawasan

    sempadan pantai, pelanggaran kawasan suci dan perizinan reklamasi masih belum terdapat

    tindak lanjutnya hingga sekarang.

    Menurut Anggota Komisi I DPRD Bali, Nyoman Adnyana, Pemerintah Kabupaten

    Badung harus segera menindaklanjuti pelanggaran yang telah dilakukan oleh pihak HotelKempinski dan Hotel Ritz Carlton, dan harus dilakukan yang tegas, dan apabila perlu, maka

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    16/18

     

    15

    pembangunan hotel tersebut bisa saja dibongkar oleh aparat. Dalam kata lain, salah satu

    penyebab dari permasalahan ini adalah kurangnya pengawasan dari pihak pemerintah

    mengenai pembangunan di Bali sehingga perlu adanya pengawasan lebih mengenai

    pembangunan yang ada di Bali sehingga tidak melanggar peraturan yang ada.

    Kurang tegasnya aparat pemerintah Kabupaten Badung dalam pengawasan

    pembangunan di wilayah tersebut merupakan penyebab utama terjadinya permasalahan

    pembangunan Hotel Kempinski dan Hotel Ritz Carlton, karena pihak hotel tersebut sudah

    mengantongi surat izin membangun dari pihak pemerintah padahal pembangunannya telah

    melanggar peraturan dan kebijakan yang ada, sehingga tindak lanjut yang seharusnya sudah

    dilakukan oleh pemerintah menjadi sulit.

    Namun, walaupun pihak hotel tersebut sudah memiliki izin membangun, apabila

    terdapat pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang ada, maka kasus tersebut

    tetap harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Salah satu penyelesaiannya adalah denganpemberian pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan

    untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan karena pembangunan hotel tersebut. Selain

    pengenaan pajak yang tinggi, kasus tersebut bisa juga diselesaikan dengan pemberian sanksi

    terhadap pihak hotel, sebagai contoh, dengan tidak memberikan perizinan mengenai

    reklamasi karena perizinan mengenai mendirikan bangunan hotel belum sesuai dengan

    peraturan penataan ruang yang ada. Dan untuk pelanggaran kawasan suci, pemerintah

    Kabupaten Badung seharusnya sudah dengan cepat menindaklanjuti permasalahan tersebut,

    karena masyarakat Bali sendiri kental dengan menghargai adat istiadat dan budayanya.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    17/18

     

    16

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Pembangunan hotel Kempinski dan Ritz Carlton di Sawangan, Kabupaten Badung,

    Bali telah melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kebijakan tersebut

    antara lain Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 26 Tahun 2013, Peraturan Daerah

    Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali 2009-2029 Peraturan Presiden

    No 22 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Adapun

    pelanggaran tata ruang yang dilanggar antara lain pelanggaran kawasan sempadan pantai,

    pelanggaran kawasan sempadan jurang, pelanggaran penatagunaan ruang udara (ketinggian

    bangunan), pelanggaran kawasan suci pantai, pelanggaran penatagunaan tanah (reklamasi),pelanggaran perizinan reklamasi, dan kesesuaian dengan rencana tata ruang yang berlaku.

    Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari indikasi pelanggaran yang telah

    dilakukan akibat pengembangan dari kedua hotel tersebut. Terlebih lagi kedua hotel telah

    mengantongi izin pembangunan. Maka dari itu Pemerintah Kabupaten Badung perlu

    menyelesaikan masalah dengan cara pemberian sanksi maupun disinsentif berupa

    pengenaan pajak yang tinggi.

    3.2 Lesson Learned

    Pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan fisik tidak selalu berjalan

    sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pelanggaran pemanfaatan ruang

    ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor teknis operasional, administratif/politis,

    dan perkembangan pasar. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan terciptanya

    pembangunan yang “tertib ruang”, diperlukan tindakan pengendalian pemanfaatan ruang

    dan pemberian sanksi yang sungguh-sungguh bagi pelanggarnya. Berkembang pesatnya

    kegiatan usaha di bidang jasa dan pariwisata menjadi salah satu pendukung penting dalam

    usaha pembangunan di daerah Kabupaten Badung, Bali, namun hal ini juga membawa

    dampak buruk khususnya bagi lingkungan. Maka dari itu, seluruh elemen baik dari

    pemerintah, investor (pemrakarsa) maupun dari masyarakat harus mengawasi danmenertibkan pelanggaran-pelanggaran tata ruang secara maksimal. Agar tujuan-tujuan dari

    pembangunan tetap tercapai tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

  • 8/17/2019 Konstruksi Hotel Berbintang Lima Terhadap Tuntutan Pelanggaran Sempadan Pantai - studi kasus Pembangunan H…

    18/18

     

    17

    Daftar Pustaka

    bbn/dws. (2015, August 5). Berita Bali. Retrieved April 20, 2016, from beritabali.com:http://beritabali.com/

    Anonim (2009), Peraturan Daerah Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali

    2009-2029. Bali

    Anonim (2012), Peraturan Presiden No 22 Tahun 2012 Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan

    Pulau-Pulau Kecil. Jakarta

    Anonim (2013), Peraturan Daerah Kabupaten Badung No 26 Tahun 2013 Tentang RTRW

    Kabupaten Badung Tahun 2013-2033, Bali.