koordinasi antar instansi pemerintah terhadap ...digilib.unila.ac.id/56681/3/skripsi tanpa bab...

90
KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP PEMBERANTASAN PEREDARAN NARKOTIKA (STUDI KASUS DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN PESAWARAN) (Skripsi) Oleh Diah Wilantika R FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 30-Jul-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP

PEMBERANTASAN PEREDARAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN

PESAWARAN)

(Skripsi)

Oleh

Diah Wilantika R

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

ABSTRAK

KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP

PEMBERANTASAN PEREDARAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN

PESAWARAN)

Oleh

DIAH WILANTIKA R

Data peredaran narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran tahun

2017 sebanyak 74 kasus mengalami kenaikan sebanyak 110 kasus pada tahun

2018. Peran dan fungsi Badan Narkotika Nasional dalam pemberantasan

peredaran narkotika sesuai dengan pasal 70 huruf c Undang-Undang No 35 Tahun

2009 tidak terlaksana. Koordinasi antar Satuan Reserse Narkoba Polres

Pesawaran dan Badan Narkotika Nasional tidak berjalan. Tujuan dari penelitian

ini adalah bagaimana koordinasi antar Instansi Pemerintah yaitu Satuan Reserse

Narkoba Polres Pesawaran dan Badan Narkotika Nasional dalam pemberantasan

peredaran narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Penelitian

ini menggunakan teori tentang koordinasi yang digunakan yakni peramalan,

perencanaan, pengorganisasian, memotivasi atau memerintah, pengendalian dan

komunikasi. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, dokumentasi

dan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah Badan Narkotika Nasional

menganggap bahwa pemberantasan peredaran narkotika tanggung jawab dari

Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran, sehingga koordinasi tidak berjalan dan

tidak ada bentuk koordinasi didalamnya. Informasi masuk dari Kecamatan

menjadi salah satu faktor yang sangat membantu dalam pemberantasan peredaran

narkotika.

Kata kunci : Koordinasi, Peredaran Narkotika

Page 3: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

ABSTRACT

COORDINATION BETWEEN GOVERNMENT INSTITUTIONS ON

ERADICATION OF NARCOTICS CIRCULATION

(CASE STUDY IN KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN

PESAWARAN)

By

DIAH WILANTIKA R

Data on narcotics distribution in Tegineneng Subdistrict in Pesawaran District in

2017 were 74 cases which increased by 110 cases in 2018. The role and function

of the National Narcotics Agency in eradicating narcotics circulation in

accordance with article 70 letter c of Law No. 35 of 2009 was not implemented.

Coordination between the Narcotics Investigation Unit of the Pesawaran Regional

Police and the National Narcotics Agency did not work. The purpose of this

research is how to coordinate between Government Agencies, namely the

Narcotics Police Narcotics Investigation Unit and the National Narcotics Agency

in combating narcotics circulation in Tegineneng District, Pesawaran District.

This study uses the theory of coordination used, namely forecasting, planning,

organizing, motivating or governing, controlling and communicating. This type of

research is descriptive using a qualitative approach. Data collection techniques by

interviewing, documentation and observation. The results of this study are that the

National Narcotics Agency considers that the eradication of drug trafficking is the

responsibility of the Pesawaran Police Narcotics Investigation Unit, so

coordination does not work and there is no form of coordination within it.

Information entered from the Subdistrict is one of the factors that is very helpful

in combating narcotics circulation.

Keywords: Coordination, Narcotics Circulation

Page 4: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP

PEMBERANTASAN PEREDARAN NARKOTIKA

(STUDI KASUS DI KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN

PESAWARAN)

Oleh

Diah Wilantika R

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

Judul skripsi : KOORDINASI ANTAR INSTANSI

PEMERINTAH TERHADAP

PEMBERANTASAN PEREDARAN

NARKOTIKA (STUDI KASUS DI

KECAMATAN TEGINENENG KABUPATEN

PESAWARAN)

Nama mahasiswa : Diah Wilantika R

Nomor Pokok Mahasiswa : 1516021036

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP Drs. Aman Toto D. M.H

NIP. 195707281987031006 NIP.196112181989021001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP

NIP. 195707281987031006

Page 6: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP .....................

Sekretaris : Drs. Aman Toto D. M.H ........................

Penguji Utama : DR. Feni Rosalia, M.Si ........................

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Syarief Makhya

NIP. 195908031986031003

Page 7: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional
Page 8: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Diah Wilantika R lahir di

desa Bumi Rejo tanggal 07 April 1998. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Misdi N.S dan Ibu Wiji Lestari.

Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri

5 Bumi Agung Kecamatan Tegineneng Kabupaten

Pesawaran 2003-2009, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Tegineneng Kecamatan Tegineneng Kabupaten

Pesawaran 2009-2012, selanjutnya pada tahun 2012-2015 penulis melanjutkan

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Lampung Selatan.

Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2018 penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sidorejo Kecamatan Sumberejo Kabupaten

Tanggamus selama 40 hari.

Page 9: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

MOTTO

Menata masa depan adalah menata rencana pada hari

ini!

Page 10: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT

atas rahmat dan hidayah-Nya dan dengan segala

kerendahan hati,

Kupersembhakan Karya kecilku ini untuk:

Kedua Orang Tua Tercinta

Bapak dan Ibu yang sangat aku cintai dan sayangi,

terima kasih untuk segala yang telah kalian lakukan

untukku, cinta, kasih sayang, do’a yang tiada henti,

dan pengorbanan , serta motivasi yang selalu diberikan

dengan segala terwujudnya keberhasilanku.

Keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan do’a

dan dukungan kepadaku. Sahabat dan teman-temanku

yang tulus, terima kasih atas kebersamaan dan

dukungannya selama ini.

Sahabat hati yang selalu setia mendampingi dari tahun

2012 sampai dengan sekarang, terima kasih atas do’a

dan motivasinya.

Para pendidik Almamater Universitas Lampung

terkhusus Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selalu

memberikan bekal ilmu dan pesan moral untuk

kehidupan yang lebih beradab.

Page 11: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

SANWACANA

Segala puji hanyalah bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Koordinasi Antar Instansi

Pemerintah Terhadap Pemberantasan Peredaran Narkotika (Studi Kasus Di

Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran)” Sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) pada Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas

Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai akibat dari

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Pada

kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini antara lain, yaitu:

1. Allah SWT, atas segala kebesaran, kuasa, serta kesehatan dan petunjuk yang

selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW, atas risalah dan cahaya

kebenaran sejati yang disampaikan kepada kami.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Misdi N.S dan Ibu Wiji Lestari yang selalu

memberikan dukungan, nasehat, perjuangan serta do’a untuk kelancaran atas

apa yang di cita-citakan buah hatinya dan adik-adikku tersayang Ridho Widia

Jaya Putra dan Anindita Tri Mulia atas do’a, motivasi dan canda tawa selama

ini.

Page 12: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

3. Keluarga besar penulis, Uwak yang selalu memberi motivasi dan masukan

untuk kebaikanku dan semuanya yang tidak harus di sebutkan satu-persatu.

4. Bapak Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing Utama terima kasih atas

proses bimbingannya.

6. Bapak Drs. Aman Toto D, M.H selaku Dosen Pembimbing Pembantu terima

kasih atas segala bentuk proses bimbingan skripsi sampai selesai.

7. Ibu DR. Feni Rosalia, M.Si selaku Dosen Penguji terima kasih atas saran dan

masukan untuk proses penulisan skripsi sampai dengan selesai.

8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung yang

telah memberikan bekal ilmu dan segala bentuk pengalaman yang belum

pernah didapat sebelumnya.

9. Seluruh pihak yang menjadi Informan, Bapak Richard, Staf Anggota BNN

Provinsi Lampung, Bapak Fatkhurrahman, Bapak Mungalim, Bapak

Syahruddin dan Bapak Subandi terima kasih atas do’a dan bentuk pertolongan

selama penulis melakukan riset.

10. Keluarga besar KKN, Bapak Rohmadi dan Ibu, Kak Thesya, Edmundo, Anti,

Nares dan hafiz terima kasih atas segala bentuk pengalaman yang tidak akan

pernah terlupakan semoga kita semua sukses.

11. Sahabat seperjuangan Dewi Aria Kusuma Putri dan Tita Maulidya terima

kasih atas do’a. Motivasi, semangat, semoga kita semua sukses, i love you.

Page 13: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

12. Mbak Tiara Herina Aprilia, terima kasih atas segala bentuk nasehat, do’a,

motivasi dan semangatnya, semoga apa yang kita cita-citakan terkabul.

13.Teman-teman Sekaligus saudara sepenanggungan Ayuni Zalita Pepi, Annisa

Rizki, Rachmiati Sari, Annisa Putri, Anmeysa Yola, Zenia Fidia, Desi

Wulandari, Novita Anggraini, Ni Kadek, Intan Sartika dan semua teman satu

angkatan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

14. Sahabat seperjuangan dari SMA sampai sekarang Nanda Mutiara Putri, Rizky

Rahayu dan Yulisa Agamais. Kita harus sukses.

15. Keluarga besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama masa

perkuliahan.

16. Sahabat hati M. Gigih Pratama yang selalu setia mendampingi, terima kasih

untuk segala bentuk do’a, motivasi, kasih sayang dan semuanya, semoga kita

sukses bareng ya.

17. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bisa dijadikan sebagai bahan reverensi dan

yang menjadikan skripsi ini sebagai reverensi semoga lebih baik dari apa yang ada

dalam skripsi ini. Segala masukan yang sifatnya untuk kebaikan skripsi ini penulis

ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas

segala jasa dan budi baiknya serta melindungi dan meridhoi kita bersama.

Page 14: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 12

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 12

D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Koordinasi .............................................................. 14

1. Pengertian Koordinasi .................................................................... 14

2. Tujuan Koordinasi .......................................................................... 16

3. Manfaat Koordinasi ........................................................................ 17

4. Jenis-jenis Koordinasi ................................................................... 18

5. Ruang Lingkup Koordinasi............................................................. 19

6. Dampak Kurangnya Koordinasi ..................................................... 22

7. Faktor Yang Menghambat Koordinasi ........................................... 23

B. Tinjauan Tentang Narkotika..................................................................

1. Pengertian Narkotika ......................................................................... 26

2. Upaya Pencegahan Masalah Penyalahgunaan Narkoba ................. 26

3. Usaha Penanggulan dan Pengobatan .............................................. 27

C. Tugas Kepolisian dalam Pemberantasan Peredaran Narkotika

Psikotropika dan Bahan Adiktif 29

D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Polri Terhadap Pemberantasan

Peredaran Gelap Narkotika ............................................... 33

E. Tugas dan Fungsi Badan Narkotika Nasional Terhadap Pemberantasan

Peredaran Narkotika.................................................................... 36

Page 15: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

F. Koordinasi antar Kepolisian Kabupaten Pesawaran dan BNN

Terhadap Pemberantasan Peredaran Narkotika........................................ 40

G. Kerangka Pikir ....................................................................................... 43

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian ............................................................................... 45

B. Fokus Penelitian ............................................................................ 47

C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 50

D. Jenis Data ...................................................................................... 50

E. Informan ........................................................................................ 51

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 52

G. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 53

H. Teknik Analisis Data..................................................................... 53 I. Teknik Keabsahan Data ................................................................ 54

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Badan Narkotika Nasdional Provinsi Lampung ................. 57

B. Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran ........................... 59

C. Kecamatan Tegineneng ........................................................ . 62

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Terhadap Pemberantasan

Peredaran Narkotika .............................................. ........... 67

B. Analisis Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Terhadap

Pemberantasan Peredaran Narkotika ............................. 73

1. Peramalan .............................................................................. 73

2. Perencanaan .......................................................................... 75

3. Pengorganisasian .................................................................. 79

4. Memotivasi dan Memerintah ............................................... 81

5. Pengendalian ........................................................................ 82

6. Komunikasi ........................................................................... 84

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................. 89

B. Saran .................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Data Pengedar Narkoba ........................................................ 3

2. Bagan Tugas BNN dan Satres Narkoba ............................... 9

3. Penelitian Terdahulu ............................................................. 11

4. Data Informan Penelitian ...................................................... 51

5. Klasifikasi, Status Dan Luas Wilayah Desa Di Kecamatan

Teginenneg Kabupaten Pesawaran ...................................... 63

6. Triangulasi Data Penelitian .................................................. 70

Page 17: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Daur Proses Manajemen ................................ 25

2. Kerangka Pikir .............................................................. 44

Page 18: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat

dalam suasana peri kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis

dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, adil, bersahabat, dan damai.

Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya, saat ini sedang

dihadapkan pada kenyataan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin

maraknya pemakaian secara tidak sah bermacam-macam narkotika yang sebagian

besar dilakukan oleh para remaja, hal ini dikarenakan masa remaja merupakan

masa seorang anak mengalami perubahan cepat dalam segala bidang yang

menyangkut perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian,

oleh karena itu mereka mudah dipengaruhi dan tidak stabilnya emosi cenderung

menimbulkan perilaku nakal. Jenis narkotika yang sering di salah gunakan antara

lain shabu-shabu dan ectasy.

Page 19: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

2

Penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila

penggunaannya tidak dibawah petunjuk dokter maupun tim medis yang

berwenang. Penyalahgunaan narkotika tidak saja merugikan bagi pengguna, tetapi

berdampak sosial, ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan

ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara, semakin pesat kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi, transportasi, komunikasi dan informasi telah

mengakibatkan gejala meningkatnya peredaran narkotika yang semakin meluas

serta berdimensi internasional.

Pemberantasan peredaran narkotika tidak mungkin berjalan apabila tidak ada

komitmen yang nyata antara masyarakat, penegak hukum, dan pemerintah.

Kepolisian sebagai aparat penegak hukum berperan penting untuk memberantas

segala tindak kejahatan. Mengungkap suatu kejahatan atau tindak pidana dimulai

dari penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan saksi atau tersangka, dan barang bukti

sampai kejahatan itu dilimpahkan kepengadilan. Tugas kepolisian sangat berat

karena kasus-kasus kejahatan yang terjadi sekarang tidak mengenal waktu,

tempat, maupun korban.

Peredaran narkotika dalam masyarakat harus dicegah dan ditanggulangi. Upaya

pencegahan ini harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan dikeluarkannya

Undang-Undang narkotika agar masalah narkotika ini tidak terus tumbuh dalam

masyarakat sebagai wabah yang buruk bagi perkembangan negara. Masalah

hukum ini yang menyangkut peran aparat hukum, khususnya kepolisian yang

sangat penting keberadaannya ditengah-tengah masyarakat sebagai abdi negara

penyeimbang dan pengayom kehidupan dalam masyarakat. Peran serta

Page 20: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

3

masyarakat dalam menanggulangi narkotika juga mutlak diperlukan, tanpa peran

masyarakat upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan secara maksimal.

Berikut penulis lampirkan data Pengedar Narkotika di Kecamatn Tegineneng

yang telah diringkus pihak Kepolisian Satuan Reserse Narkoba Kabupaten

Pesawaran Tahun 2017 sampai Tahun 2018 di bawah ini:

Tabel 1.1 : Data Pengedar Narkotika di Kecamatan Tegineneng yang telah

diringkus pihak Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran Tahun

2017 sampai Tahun 2018

Bulan Tahun 2017 Tahun 2018

1. Januari 5 kasus 13 kasus

2. Februari 3 kasus 7 kasus

3. Maret 8 kasus 13 kasus

4. April 6 kasus 11 kasus

5. Mei 10 kasus 5 kasus

6. Juni 2 kasus 5 kasus

7. Juli 5 kasus 15 kasus

8. Agustus 8 kasus 8 kasus

9. September 7 kasus 12 kasus

10. Oktober 9 kasus 3 kasus

11. November 8 kasus 11 kasus

12. Desember 8 kasus 7 kasus

Jumlah 74 kasus 110 kasus

Sumber: Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran

Page 21: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

4

Pengedar narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran dari data

Sat Narkoba Polres Pesawaran terhitung bulan Januari 2017 hingga November

2018 mengalami tren penaikan yang tinggi. Hasil tersebut tidak terlepas dari

upaya yang serius dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Kepolisian Kabupaten

Pesawaran dalam pengendalian pemberantasan peredaran narkotika.

Pemaksimalan Kepolisian dilakukan mulai dari pemakai agar mendapat informasi

mengenai siapa bandar narkoba yang nantinya akan menjadi Target Operasi (TO).

Berdasarkan hasil pra-riset pada tanggal 12 Oktober 2018, pemberantasan

pengedaran narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran dilakukan

oleh pihak Kepolisian Satuan Reserse Narkoba Kabupaten Pesawaran dan Badan

Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung dengan melakukan berbagai

macam operasi – operasi dalam setiap bulan, tetapi dalam hal ini pihak Badan

Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung di nilai tidak aktif dalam

penanganan pemberantasan pengedaran narkoba.

Tujuan mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkotika,

dengan Pasal 64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika untuk selanjutnya disebut UU Narkotika, dinyatakan bahwa dalam

rangka pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkotika

dan prekusor narkotika Undang-Undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional

yang selanjutnya disingkat BNN. Ayat (2) menyatakan bahwa BNN sebagaimana

dimaksud pada Ayat (1) merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang

berkedudukan dibawah presiden dan bertanggungjawab kepada presiden.

Pasal 65 Ayat (1) UU Narkotika menyatakan bahwa BNN berkedudukan di

Page 22: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

5

ibukota Negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara Republik

Indonesia. Ayat (2) menyatakan bahwa BNN mempunyai perwakilan di daerah

provinsi dan Kabupaten/Kota. Ayat (3) menyatakan bahwa BNN Provinsi

berkedudukan di ibukota Provinsi dan BNN Kabupaten atau kota berkedudukan di

ibukota Kabupaten atau kota.

Permasalahan peredaran narkotika merupakan permasalahan yang berat dan

kompleks, maka penanganannya memerlukan pendekatan secara komprehensip,

terpadu, berkelanjutan dan partisipasi semua pihak. Koordinasi antar pihak-pihak

terkait tentu diperlukan dan sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan agar

permasalahan narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran dapat

berkurang.

Penyidik sesuai dengan ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, dapat melakukan kerja sama untuk mencegah dan

memberantas peredaran Narkotika dan Prekursor Narkotika. Menurut Pasal 84

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dinyatakan bahwa

dalam melakukan penyidikan terhadap pemberantasan peredaran Narkotika,

penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia memberitahukan secara tertulis

dimulainya penyidikan kepada penyidik BNN begitu pula sebaliknya.

Page 23: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

6

Kepolisian terkhusus bagian Satres Narkoba Polres Pesawaran dan Badan

Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung mempunyai tugas dalam

melakukan pemberantasan masalah pengedaran narkotika, namun koordinasi tidak

berjalan sesuai dengan harapannya. Masalah dalam Koordinasi ini karena tidak

adanya kesadaran pihak Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung

menjalankan tugasnya, BNNP Lampung hanya mengandalkan pihak Satres

Narkoba Polres Pesawaran dalam melakukan pemberantasan di Kecamatan

Tegineneng Kabupaten Pesawaran, sedangkan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Provinsi Lampung dalam koordinasinya seharusnya juga turun langsung

kelapangan dalam melakukan pemberantsan pengedaran narkotika.

Menurut pasal 70 huruf b Undang-undang No. 35 tahun 2009 BNN diberi tugas

dan kewenangan dalam mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan

peredaran narkotika dan prekusor narkotika disertai dengan kewenangan yang

diberikan kepada penyelidik dan penyidik BNN. Sedangkan wewenang oleh

penyidik POLRI tercantum juga pada pasal 81 undang-undang No. 35 tahun 2009

tentang narkotika, tetapi penyidikan yang dilakukan oleh POLRI secara umum

terdapat dalam pasal 7 KUHAP dan juga terdapat pada pasal 16 (1) undang-

undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kepolisian Kabupaten Pesawaran dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi

Lampung tentu dalam pelaksanaannya penanganan pemberantasan peredaran

narkotika seharusnya dilakukan oleh kedua instansi tersebut. Kerjasama sangat

dibutuhkan dalam penanganan pemberantasan peredaran narkotika. Pemenuhan

sumber daya manusia, sarana dan prasarana sangat di butuhkan untuk

Page 24: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

7

pemaksimalan penanganan. Selain itu, melakukan kerjasama ataupun

pemberdayaan masyarakat dan kerjasama kemitraan perlu dilakukan.

Provinsi Lampung khususnya Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

menjadi perhatian serius mengenai peredaran narkotika, Kapolres Pesawaran

AKBP Syaiful Wahyudi menyatakan:

“Kami terus melakukan pengawasan di kawasan bebas narkoba di

Tegineneng dan dalam operasi antik krakatau 2018, masih ada

bandar dan pengedar narkoba yang ditangkap petugas. Untuk

melakukan pengawasan bersama dalam meminimalisir peredaran

narkoba khususnya di wilayah Kecamatan Tegineneng dengan

tujuan agar ditetapkan sebagai kawasan bebas narkoba oleh Polda

Lampung, maka dari itu butuh pengawasan dan kerjasama Pemkab

Pesawaran dan masyarakat untuk sosialisasi bahaya

penyalahgunaan dan peredaran narkoba”.

(www.lampost.co/, diakses pada tanggal 31 Juli 2018 pukul 17.04

WIB)

Faktor penyebab meningkatnya peredaran narkotika yang terkhusus terjadi di

Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran, yang pertama adalah kurang

puasnya seseorang dalam memperoleh penghasilan dalam pekerjaannya sehingga

menjadi bandar narkotika adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan uang

lebih mudah dan cepat karena menjanjikan keuntungan yang besar. Kedua,

keterbatasan pengetahuan orang tua mengetahui pergaulan sang anak dan

minimnya pengetahuan tentang narkotika. (www.lampost.co/, diakses pada

tanggal 31 Juli 2018 pukul 17.04 WIB)

Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta

membantu pemberantasan peredaran narkotika sesuai dengan pasal 104 UU No

Page 25: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

8

35 tahun 2009 tentang Narkotika. Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui

upaya mencari, memperoleh dan memberikan informasi, menyampaikan saran dan

pendapat serta memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya mengenai

adanya dugaan peredaran narkotika, hal ini juga dapat dilakukan oleh masyarakat

melalui jalur atau lingkungan pendidikan, kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial

masyarakat lainnya.

Instansi Pemerintah yang berkoordinasi dalam proses pemberantasan peredaran

narkotika adalah Kepolisian Kabupaten Pesawaran yang dapat bekerjasama

dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung., hal ini tercantum

pada pasal 70 huruf c Undang-Undang No 35 tahun 2009 yaitu BNNP Lampung

berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian NKRI dalam pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkotika.

Kepolisian dalam menjalankan tugasnya telah melakukan pemberantasan dengan

sebaik-baiknya, berikut peneliti lampirkan berita di bawah ini:

“Dalam sambutannya Kapolda Lampung mengatakan jumlah narkoba

yang disita tahun 2017 sudah mencapai 5,9 Kg ganja, 112 Sabu, dan 517

butir ekstasi dan jumlah ini menurutnya sangat memprihatinkan. Kami

akan terus menekan peredaran jenis narkoba hingga serendah –

rendahnya,” ujar Kapolda Lampung .

“Sedangkan Bupati Pesawaran Hi Dendi Ramadhona, sangat kagum dan

bangga, karena di Kecamatan Tigeneneng telah terbentuk satgas anti

narkoba yang ketuanya merupakan mantan pengguna narkoba. Dihadapan

Kapolda Lampung Irjen Pol Drs Suroso Hadi Siswoyo dan Bupati

Pesawaran Dendi Ramadhona, mantan pengedar narkoba melakukan

testimoni. Hadir Assisten I pemprov lampung, Ketua DPRD Lampung,

Ketua DPRD Pesawaran, Kepala BIN, dan Kapolres Pesawaran. Deklarasi

bersama yang dilakukan masyarakat setempat berjanji akan bersama-sama

dengan Polisi untuk memberantas narkoba. Dan ia akan benar-benar

Page 26: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

9

berhenti dari dunia hitam narkoba. Selain deklarasi di Kecamatan

Tegineneng, juga berlangsung serentak di seluruh Kabupaten Provinsi

Lampung” (https://infogeh.net/ di akses pada tanggal 23 Oktober 2017)

Tugas pokok kepolisian sesuai dengan pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara yaitu memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan melayani

masyarakat, dalam upaya penanggulangannya masyarakat mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan dalam membantu upaya

kepolisian dalam mencegah dan memberantas penyalahgunaan serta peredaran

narkoba dalam bentuk memberikan informasi baik secara perorangan maupun

secara organisasi kemasyarakatan.

Berikut peneliti paparkan masing-masing tugas Badan Narkotika Nasional (BNN)

Provinsi Lampung dan Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran dalam bentuk

bagan di bawah ini:

Tabel 1.2 Tugas BNN Provinsi Lampung dan SatRes Narkoba Polres Pesawaran No Tugas Badan Narkotika Nasional

(BNN) Provinsi Lampung

Satuan Reserse Narkoba Polres

Pesawaran

1. Mencegah dan memberantas

penyalahgunaan dan peredaran

narkotika

Melaksanakan pengaturan, penjagaan,

pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah

sesuai kebutuhan

2. Berkoordinasi dengan Kepala

Kepolisian NKRI dalam

pemberantasan peredaran narkotika

Menyelenggarakan segala kegiatan dalam

menjamin keamanan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas di jalan

3. Memberdayakan masyrakat dalam

pencegahan peredaran narkotika

Membina masyarakat untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta

ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-

undangan

4. Memantau, mengarahkan dan

meningkatkan kegiatan masyrakat

dalam pemberantasan peredaran

narkotika

Memeriksa, menggeledah dan menyita

barang bukti dalam peredaran narkotika

sekaligus menangkap dan menahan orang

yang melakukan peredaran narkotika

Page 27: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

10

5. Membuat laporan tahunan mengenai

pelakanaan tugas dan wewenang

Memelihara ketertiban dan menjamin

keamanan umum

6. Memeriksa, menggeledah dan

menyita barang bukti dalam

peredaran narkotika

Melakukan koordinasi, pengawasan, dan

pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipil,

dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

7. Menangkap dan menahan orang yang

melakukan peredaran narkotika

Melakukan penyelidikan dan penyidikan

terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan

peraturan perundang-undangan lainnya

Sumber: Diolah Oleh Peneliti 2018

Pencegahan peredaran narkotika telah diadakan berbagai upaya pemberantasan,

antara lain bertujuan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dijelaskan pada

tabel 1.2, berikut peneliti jelaskan koordinasi yang seharusnya dilakukan oleh

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung dan Satuan Reserse Narkoba

Polres Pesawaran sebagai berikut:

1. Pencegahan yang berarti melakukan bentuk rapat koordinasi, sosialisasi bahaya

peredaran narkotika dan dampak dari pelaku peredaran narkotika.

2. Penggeledahan yang berarti melakukan bentuk atau upaya pihak-pihak yang

berwenang dalam proses pemberantasan seperti pencarian barang bukti adanya

narkotika.

3. Penangkapan yang berarti upaya terakhir setelah pencegahan dan

penggeledahan, proses tangkap tangan setelah adanya informasi-informasi

yang masuk mengenai peredaran narkotika.

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, peneliti menemukan beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti saat ini.

Penelitian terdahulu tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini:

Page 28: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

11

Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti/tahun

Judul Hasil Penelitian Kesimpulan

1. Deva Febriyan

Permadi

(2013)

Bentuk Koordinasi

Antara Polisi Dan

BNN Dalam

Melakukan

Penyidikan Kasus

Penyalahgunaan

Narkotika (Jurnal)

Koordinasi yang sudah

dilakukan sampai saat

ini yaitu pemberian

informasi yang

dilakukan BNN

Kabupaten dengan

kepolisian.

Bentuk koordinasi antara

BNN dan polri yakni:

a. penyelidikan yang

dilakukan oleh anggota

dari polres kota blitar

dengan polres kabupaten

blitar.

b. pemetaan jaringan gelap

narkotika

c. melakukan sosialisasi ke

wilayah rawan terjadi

penyalahgunaan narkotika

d. melakukan koordinasi

dengan lembaga yang ikut

menangani permasalahan

penyalahgunaan nakotika 2. Randi yuhandi

(2017)

Koordinasi

Pemerintah Kota

Dalam Upaya

Pencegahan

Penyalahgunaan

Narkotika Di Kota

Pekanbaru (Jurnal)

Beberapa bentuk

koordinasi pemerintah

kota dalam upaya

pencegahan

penyalahgunaan

narkotika sampai saat

ini belum optimal

sehingga membutuhkan

penanganan yang

komprehensif yang

menuntut

pengembangan

organisasi proporsional

di pusat dan daerah.

Bentuk koordinasi yang

dilakukan adalah

koordinasi vertikal dan

koordinasi horizontal.

Koordinasi vertikal yang

dilakukan oleh pemerintah

kota pekanbaru dengan

membentuk duata anti

narkoba, kemudian

koordinasi horizontal

adalah berupa koordinasi

peencegahan peredaran

narkoba yang dilakukan

oleh pemerintah kota

pekanbaru dengan badan

narkotika kota pekanbaru.

3. Juliantro

(2016)

Koordinasi Antara

Kepolisian Negara

Republik Indonesia

Dan Badan

Narkotika Nasional

Dalam Mencegah

Dan Menindak

Pelaku Tindak

Pidana Narkotika

(Jurnal)

Koordinasi antara

keduanya adalah

mencegah dan

menindak pelaku

tindak pidana

narkotika, BNN dan

Polri salingh terkait

apabila Polri meminta

dukungan masalah

penyuluhan, pihak

BNN siap melakukan

penyuluhan dan

sosialisasi tentang

narkotika dan

bahayanya, dalam

mengadakan operasi

sidak ataupun razia

pihak BNN meminta

bantuan ke Polri .

BNN dan Polri telah

menjalin Nota

Kesepahaman MENGENi

koordinasi di dalam

.mencegah dan menindak

pelaku tindak pidana

narkotika. Apabila Polri

maupun BNN menemukan

adanya informasi

mengenai peredaran gelap

narkotika, Polri dan BNN

sama-sama melakukan

Press Release atas temuan

tersebut.

Sumber: Diolah oleh peneliti 2018

Page 29: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

12

Berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut di atas maka penulis ingin mengetahui

lebih dalam mengenai koordinasi antar instansi pemerintah yaitu Badan Narkotika

Nasional Provinsi Lampung dan Satres Narkoba Polres Pesawaran terhadap

pemberantasan peredaran narkotika terkhusus di Kecamatan Tegineneng

Kabupaten Pesawaran yang sampai saat ini masih dalam naungan yang

berwenang. Berdasarkan alasan tersebut penulis mengajukan judul “Koordinasi

Antar Instansi Pemerintah Terhadap Pemberantasan Peredaran Narkotika (Studi

Kasus Di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan

diajukan oleh peneliti adalah Bagaimana Koordinasi Antar Instansi Pemerintah

Terhadap Pemberantasan Peredaran Narkotika Di Kecamatan Tegineneng

Kabupaten Pesawaran?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui koordinasi antar instansi pemerintah terhadap pemberantasan

peredaran narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran tersebut.

Page 30: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

13

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Manfaat secara teoritis dari penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat

lebih memperkaya lagi kajian-kajian yang berhubungan dengan ilmu

pemerintahan, serta dapat mengembangkan dan memperdalam khasanah

ilmu pemerintahan khususnya tentang koordinasi yang mencakup aspek

pemberantasan peredaran narkotika.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi bagi penelitian-penelitian yang selanjutnya dan referensi bagi

pemerintah khususnya instansi pemerintah dalam menanggulangi masalah

narkotika.

Page 31: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Koordinasi adalah usaha penyesuaian bagian-bagian yang berbeda, agar

kegiatan dari bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga masing-

masing dapat memberikan sumbangan usahanya secara maksimal, agar

memperoleh hasil secara keseluruhan. Koordinasi terhadap sejumlah bagian-

bagian yang besar pada setiap usaha yang luas daripada organisasi demikian

pentingnya sehingga beberapa kalangan menempatkannya di dalam pusat

analisis.

Menurut G.R. Terry dalam buku Principle of Management (2002:55)

koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan

jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk

menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang

telah ditentukan, sedangkan menurut E.F.L. Brech dalam buku Principle of

Management (2002:54) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan

tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan

masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan

Page 32: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

15

keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan,

2007:85).

Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai

proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-

satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Menurut Handoko

(2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan

komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan

bermacam-macam satuan pelaksananya.

Koordinasi dalam pelaksanaan suatu rencana, pada dasarnya merupakan salah

satu aspek dari pengendalian yang sangat penting. Koordinasi disini adalah

suatu proses rangkaian kegiatan menghubungi, bertujun untuk menyelaraskan

tiap langkah dan kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang tepat

dalam mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, selain

sebagai suatu proses, koordinasi itu dapat juga diartikan sebagai suatu

pengaturan yang tertib dari kumpulan atau gabungan usaha untuk

menciptakan kesatuan tindakan.

Koordinasi dalam bentuk pemerintahan merupakan pengaturan yang aktif,

bukan pengaturan yang pasif berupa membuat pengaturan terhadap setiap

gerak dan kegiatan dan hubungan kerja antara beberapa pejabat pemerintah

baik pusat maupun daerah serta lembaga-lembaga pemerintahan yang

mempuyai tugas kewajiban dan wewenang yang saling berhubungan satu

Page 33: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

16

sama lain, dimana pengaturan bertujuan untuk mencegah terjadinya

kesimpang siuran dan saling tumpang tindih kegiatan yang mengakibatkan

pemborosan-pemborosan dan pengaruh yang tidak baik terhadap semangat

dan tertib kerja.

2. Tujuan Koordinasi

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu

proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur

di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai

tujuan bersama. Adapun tujuan dilakukannya koordinasi, yakni:

a. Meraih dan menjaga keefektifitasan organisasi seoptimal mungkin

dengan sinkronasi, kebersamaan, keselarasan serta keseimbangan

antara aktivitas yang saling berhubungan.

b. Menjalankan pencegahan pada munculnya konflik dan membuat

efisiensi yang optimal pada berbagai kegiatan yang interdependen

dengan kesepakatan yang mengakomodir semua elemen yang

berhubungan.

c. Koordinasi berupaya untuk menciptakan dan menjaga supaya suasana

dan perilaku yang ada saling merespon dan mengantisipasi pada setiap

unit kerja baik yang berhubungan atau tidak. Hal ini agar kesuksesan

masing-masing unit tidak mengganggu atau diganggu oleh unit lainya.

Page 34: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

17

Untuk itu dibutuhkan koordinasi dengan jaringan komunikasi dan

informasi yang efektif.

3. Manfaat Koordinasi

Koordinasi tentu memiliki manfaat dalam mencapai tujuannya, adapun manfaat

dari koordinasi antara lain:

a. Tercapainya KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Simplifikasi)

supaya pencapaian tujuan organisasi dapat seefektif dan seefisien

mungkin.

b. Menjadi problem solver di setiap masalah dan konflik semua pihak.

c. Membantu pimpinan dalam melakukan sinergi dan integrasi berjalannya

tugas-tugas yang ada dengan pihak yang berkaitan. Ketika keterkaitan

dengan berbagai unit/divisi semakin besar maka semakin tinggi kebutuhan

akan koordinasi.

d. Mendukung pimpinan untuk mensinergikan dan mengatur perkembangan

antara satu unit dengan unit lainnya.

e. Supaya pimpinan dapat melakukan sinkronisasi kegiatan fungsional

dengan berbagai tujuan masing-masing unit yang berbeda demi tercapai

tujuan bersama seefektif dan seefisien mungkin dengan keterbatasan

sumber daya yang ada.

Page 35: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

18

f. Membagi pekerjaan di masing-masing unit supaya tidak terjadi overlaping.

Semakin besar skala pekerjaan yang didapatkan maka semakin tinggi

kebutuhan akan koordinasi. Hal ini mempunyai tujuan supaya tidak ada

pekerjaa yang sama yang dijalankan divisi yang berbeda karena akan

membuat suatu pemborosan anggaran.

g. Terjadi pengembangan dan terjaganya keharmonisan antar kegiatan yang

dijalankan baik secara fisik ataupun non fisik dan dengan stakeholders.

h. Melakukan pencegahan agar tidak timbul konflik internal dan eksternal

i. Melakukan pencegahan adanya pekerjaan yang koson di setiap unit

j. Menghindari persaingan yang buruk

4. Jenis-Jenis Koordinasi

Handayaningrat (1982: 127-129) menjelaskan bahwa koordinasi memiliki

beberapa model yaitu Koordinasi Intern dan eksternal, berikut penjabaran dari

beberapa model koordinasi di bawah ini:

a. Koordinasi Intern

Koordinasi intern dibedakan menjadi beberapa kategori, yakni:

1). Koordinasi vertikal, yang mana antara yang mengkoordinasi

dengan yang dikoordinasi secara struktural ada hubungan hierarki

karena satu dengan yang lainnya berada pada satu garis komando.

Page 36: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

19

2). Koordinasi horizontal, yakni koordinasi fungsional yang mana

yang mengkoordinasi mempunyai tingkat eselon yang sama.

3). Koordinasi diagonal, yakni koordinasi fungsional yang mana yang

mengkoordinasi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi tingkat

eselonnya daripada yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang

lainnya tidak berada pada satu garis komando.

b. Koordinasi Eksternal

Koordinasi eksternal yang dibedakan menjadi beberapa kategori, yakni:

1). Koordinasi vertikal, merupakan koordinasi yang dijalankan oleh

seorang kepala wilayah yang melakukan aktivitas pembangunan

antar dinas ataupun antar pimpinan dinas lain, seperti rapat, staf,

rapat kerja dan rapat pimpinan.

2). Koordinasi horizontal, yang mana seorang kepala atau pimpinan

selalu berhubungan dengan dinas lain yang dianggap ada

hubungannya atau keterkaitan dengan masalah pembangunan yang

dijalankan dalam wilayah kerjanya.

5. Ruang Lingkup Koordinasi

George R. Terry mengemukakan dalam bukunya Principles of Management

(2002:57) ruang lingkup koordinasi antara lain:

Page 37: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

20

a. Koordinasi Dalam Individu

koordinasi dalam individu apabila dilihat dari sisi manajemen organisasi,

koordinasi individu dapat saja masuk dalam urusan setiap individu dan

tidak berhubungan langsung dengan manajemen organisasi atau

perusahaan. Tetapi keahlian setiap individu dalam mengatur dan

merampungkan tanggung jawah dari organisasi akan mempunyai dampak

terhadap berhasilnya dalam mencapai tujuan pribadi.

b. Koordinasi Antara Individu Dari Suatu Kelompok

Koordinasi antara individu dan kelompok dalam hal ini dapat dilihat dari

kerja sama tim dalam suatu organisasi tanpa adanya koodinasi yang baik

akan sangat mustahil suatu tim meraih tujuannya. Koordinasi antar

individu di suatu kelompok diterapkan dengan suatu pembagian tugas dan

saling melakukan komunikasi untuk membentuk sinergitas, oleh karena itu

melalui koordinasi maka tidak akan terjadi miss leading dalam mencapai

tujuan.

c. Koordinasi Antara Kelompok Pada Suatu Perusahaan

Suatu organisasi atau perusahaan sering terjadi koordinasi antara

kelompok yang dimaksudkan sebagai divisi atau unit atau departemen.

Koordinasi antar divisi saling menjalan koordinasi supaya tidak terjadi

tumpang tindih aktivitas atau program yang akan dijalankan. Koordinasi

antar unit juga dilakukan sebagai penyelarasan langkah dalam mencapai

tujuan.

Page 38: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

21

d. Koordinasi Antara Perusahaan Dan Berbagai Macam Peristiwa Dunia

Koordinasi dengan pihak luar (eksternal) dibutuhkan dalam melaksanakan

manajemen perusahaan. Kegiatan yang dijalankan organisasi secara

menyeluruh diusahakan harus sesuai dengan lingkungan eksternal.

Lingkungan eksternal yang dimaksud adalah seperti perusahaan lain yang

didalamnya juga termasuk pesaing, peraturan legal pemerintah, kondisi

ekonomi dan politik, dan juga berbagai peristiwa yang terjadi di dunia.

6. Dampak Kurangnya Koordinasi

Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan

teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan

mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang

seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi

dalam suatu sasaran terdapat kekurangan, hal ini dapat disebabkan karena

kurangnya koordinasi dalam organisai yang dapat berdampak sebagai

berikut:

a. Petugas atau pejabat setiap satuan organisasi berselisih pada suatu

wewenang atau bidang kerja yang masing-masing beranggapan

sebagai termasuk dalam yuridiksinya.

b. Terdapat saling pelemparan tanggung jawah, disebabkan masing-

masing merasa bahwa suatu wewenang atau bidang kerja tidak

masuk dalam lingkupannya.

Page 39: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

22

c. Terdapat keputusan yang ternyata dibuat dengan kurang sempurna

karena tidak adanya keterangan lengkap di satuan organisasi yang

berkaitan (dari tingkat bawahannya).

d. Gejala yang dapat dilihat juga yakni timbul banyak badan khusus

atau satuan organisasi

e. Nonstruktural seperti panitia, komisi, tim, satgas, dan sebagainya

yang masing-masing berdiri sendiri untuk menyelesaikan suatu

tugas yang pada nyatanya sudah bisa dicakup atau dimasukkan ke

dalam susunan organisasi yang sudah ada.

7. Faktor yang menghambat koordinasi

Handayaningrat (1982: 127-129) dalam pelaksanaan koordinasi, memiliki

beberapa hambatan-hambatan:

a. Hambatan-hambatan dalam koordinasi vertikal (struktural)

Koordinasi vertikal (struktural) sering terjadi hambatan-hambatan

disebabkan perumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap

satuan kerja (unit kerja) kurang jelas, disamping itu adanya hubungan

dan tata kerja serta prosedur kurang dipahami oleh pihak-pihak yang

bersangkutan dan kadang-kadang timbul keragu-raguan diantara pihak-

pihak tersebut Hambatan-hambatan yang demikian itu tidak perlu karena

antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan ada hubungan

komando dalam susunan organisasi yang bersifat hierarkis.

Page 40: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

23

b. Hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional

Hambatan-hambatan yang timbul pada koordinasi fungsional baik yang

horizontal maupun diagonal disebabkan karena antara yang

mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan tidak terdapat

hubungan hierarkis sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya

kaitan bahkan interdepedensi atas fungsi masing-masing.

Menurut Fayol dalam Heidjrachman (1996 : 53), koordinasi dalam proses

manajemen dapat diukur melalui enam indikator yang akan digunakan yakni:

1. Peramalan

Peramalan atau penginderaan kedepan akan meliputi berbagai kegiatan,

yakni interpretasi tujuan perusahaan, penentuan garis-garis besar tindakan

pencapaian tujuan, formulasi kebijakan dan lain-lain. Kebijakan

merupakan landasan pokok organisasi karena itu harus didasarkan pada

fakta baik di dalam maupun di luar organisasi.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan aspek administrasi byang bersifat khusus, dan

keberhasilan perencanaan ini sangat bergantung pada standar dan informasi

yang akurat. Kegiatan perencanaan akan meliputi perencanaan garis besar

perencanaan, strategi atau program umum, pemulihan metode yang cocok,

pemilihan bahan baku dan mesin-mesin yang tepat, dan berbagai hal dalam

rangka menjawab pertanyaan pelaksaan pekerjaan yang di jalankan.

3. Pengorganisasian

Page 41: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

24

Mengorganisasi berarti mempersiapkan kerangka kerja manajemen, hal ini

yang merupakan aspek administrasi yang mendukung keberhasilan

pelaksanaan rencana sebab salah satu tugas pokok kegiatan

mengorganisasi adalah menyeleksi orang-orang yang akan melaksanakan

rencana itu.

4. Memotivasi atau memerintah

Motivasi merupakan proses sosial, dan merupakan fungsi pimpinan dalam

membentuk moral pekerja, memberikan inspirasi pada bawahan untuk tetap

setia pada pimpinan, dan membentuk iklim emosi yang tepat dalam

pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada kelompok kerja, dengan

demikian jenis motivasi yang akan dijalankan harus sesuai dengan kondisi para

pekerja.

5. Pengendalian

Proses pengendalian, adalah kegiatan membandingkan antara keadaan

pelaksanaan dengan standar-standar yang telah direncanakan, mengadakan

koreksi jika dan bilamana perlu, dan melakukan pencatatan akan hasil-hasil

yang diperoleh guna penyediaan data perencanaan yang akan datang.

Pengendalian haruslah disiplin sesuai dengan tanggung jawab, penyajian hasil

secara konsisten, dilakukan secara periodik, selalu tersedia pada saat

diperlukan untuk pengambilan keputusan, dilakukan secara tidak berlebihan

dan memperlihatkan adanya penyimpangan atau perkecualian secara jelas agar

segera dapat diambil tindakan perbaikannya.

Page 42: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

25

6. Komunikasi

Komunikasi adalah alat yang dipakai pimpinan untuk mengetahui ramalan dan

usaha-usaha yang diperlukan. Menurut seorang pimpinan, komunikasi berguna

dalam penyusunan rencana dan pemberian perintah kepada bawahan untuk

bertindak dan menurut seorang penyelia komunikasi berguna dalam

melaksanakan kegiatan koordinasi dan pengendalian operasi.

Berikut daur proses manjemen di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Daur Proses Manajemen

Sumber: Diolah oleh peneliti 2018

KOMUNIKASI

MANUSIA TEKNIK

UNSUR DINAMIKA UNSUR MEKANIKA

Koordinasi Peramalan

Pengendalian Perencanaan

Memotivasi Pengorganisasian

Page 43: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

26

B. Tinjauan Tentang Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sistensi maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnnya rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan bagi pecandu serta pemakai narkotika. Jenis

narkotika dalam hal ini adalah ganja yang sering disalahgunakan dan yang

termasuk dalam ganja adalah shabu-shabu dan ectasy. Narkotika adalah

bagian dari narkoba, jika diibaratkan semua jenis narkotika adalah

narkoba, namun tidak semua narkoba berjenis narkotika.

2. Upaya Pencegahan Masalah Penyalahgunaan Narkotika

Pencegahan masalah penyalahgunaan narkotika memiliki upaya atau

tindakan yang dapat diarahkan pada dua sasaran proses, pertama diarahkan

pada upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik

dan diarahkan suatu lingkungan yang lebih membantu proses

perkembangan jiwa remaja, upaya kedua adalah membantu remaja dalam

mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang

diharapkan (suatu proses pendamping kepada si remaja, selain: pengaruh

lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).

Page 44: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

27

3. Usaha Penanggulangan Dan Pengobatan

Usaha penanggulangan dan pengobatan adalah cara yang dapat dilakukan

secara :

a. Tidak langsung

Upaya tidak langsung meliputi memperbaiki sistem pemerintahan

yang stabil dan aman, memperbiki sistem perekonomian rakyat,

memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dalam dunia pendidikan, penegakan hukum yang benar-

benar adil dan merata.

b. Langsung

Upaya secara langsung seperti meningkatkan kewaspadaan petugas

imigrasi baik di bandara maupun pelabuahan terhadap

kemungkinan terjadinya penyelundupan obat bius, pengawasan

secara ketat peredaran obat bius yang di jual di apotik maupun toko

obat, pengawasan cukup ketat terhadap penjualan minuman keras

berkdar alkohol tinggi, baik di supermarket maupun toko-toko

agen penjual minuman keras, penangkap penjual, pengedar dan

pengguna obat bius agar di adili sesuai dengan tingkat

kesalahannya dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku,

melakukan rehabilitasi medik dan psikiatrik terhadap orang yang

menderita ketergantungan obat.

Page 45: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

28

Penanggulangan dalam upaya yang lain dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu

tahap pencegahan dan tahap pengobatan dan rehabilitasi.

1) Pencegahan

Membatasi peredaran dan pemberian obat, membatasi iklan-iklan

obat yang terlalu berlebih-lebihan, memberikan pengawasan yang

intensif dan bijaksana terhadap anak, memperbesar rasa percaya diri

sendiri pada remaja golongan muda, misalnya memberikan suatu

keterampian dalam bidang-bidang tertentu, membina keluarga

bahagia dan harmonis, yaitu anak mereka aman, dicintai, dihargai,

dan mampu menjelmakan dirinya, kerja sama yang erat antara

orangtua-guru juga merupakan senjatah ampuh dalam pencegahan ini,

sehingga kegiatan anak di sekolah, dapat diketahui orangtua,

mempertebal imam ketuhanan dalam cintah Tanah Air.

2. Pengobatan dan rehabilitasi

Jika seorang remaja menjadi korban ketergantungan obat, yakinlah

diri anda bahkan mereka ini membutuhkan pengobatan dan

usahakanlah membawahnya ke fasilitas tertentu. Sehingga

kesejahteraan keluarga anda dapat selalu dipertahankan-diperbaiki.

Bersikaplah tenang, jangan terus marah atau menghukum mereka,

serta selidikilah dengan seksama sumber penyebabnya, koreksi diri

sendiri apakah kekurangan kita sebagai orangtua yang menyebabkan

anak terjerumus dalam kasus narkoba. Bujuklah korban agar mau

dibawa konsultasi kepada ahlinya sehingga dapat diperoleh petunjuk

dan tindakan pengobatan yang paling tepat.

Page 46: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

29

C. Tugas Kepolisian dalam Pemberantasan Peredaran Narkotika

Menurut G. Gewin yang dikutip oleh Djoko Prakoso, tugas polisi adalah

bagian dari tugas negara, perundang-undangan dan pelaksanaan untuk

menjamin tata tertib, ketentraman serta keamanan, menegakkan hukum,

menanamkan pengertian ketaatan dan kepatuhan. Sedangkan menurut Kist

yang dikutip oleh Djoko Prakoso, tugas polisi adalah bagian dari kekuasaan

eksekutif yang bertugas melindungi negara, alat-alat negara demi kelancaran

roda pemerintahan, rakyatnya dan hak-haknya terhadap penyerangan serta

bahaya dengan selalu waspada. (Djoko Prakoso, 1987:136).

Menurut Subroto Brojodirejo yang dikutip oleh Djoko Prakoso, menyatakan

bahwa tugas polisi adalah menegakkan hukum dan memelihara ketertiban.

(Djoko Prakoso, 1987: 142). Tugas polisi juga tercantum pada Pasal 13 dan

14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Menurut Pasal 13 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah:

1) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2) menegakkan hukum; dan

3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Page 47: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

30

Selanjutnya menurut Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002,

dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

1). Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan

2). Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan

3). Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

6). Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa

7). Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya

Page 48: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

31

8). Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian

9). Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia

10). Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang

11). Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan uraian di atas, tugas kepolisian dalam upaya pemberantasan

peredaran narkotika meliputi:

a. Kampanye anti peyalahgunaan narkotika

kampanye anti penyalahgunaan narkotika dilakukan dengan pemberian

informasi satu arah dari pembicara tentang bahaya pemakaian narkotika dan

tanpa tanya jawab, biasanya hanya memberikan garis besar, dangkal, dan

umum. Informasi disampaikan oleh tokoh masyarakat (ulama, pejabat Polri,

seniman dan sebagainya). Kampanye anti penyalahgunaan narkotika dapat

juga dilakukan melalui spanduk, poster, brosur dan baliho. Misi dari

Page 49: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

32

kampanye ini adalah sebagai pesan untuk melawan penyalahgunaan

narkoba, tanpa penjelasan yang mendalam atau ilmiah tentang narkotika.

b. Penyuluhan seluk beluk narkotika

Berbeda dengan kampanye yang monolog, penyuluhan bersifat dialog

dengan tanya jawab. Bentuk penyuluhan dapat berupa seminar, ceramah,

dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mendalami pelbagai

masalah tentang narkoba sehingga masyarakat benar-benar tahu dan tidak

tertarik untuk menyalahgunakan narkotika. Penyuluhan ada dialog atau

tanya jawab tentang narkoba lebih mendalam. Materi disampaikan oleh

tenaga profesional - dokter, psikolog, polisi, ahli hukum, .sosiolog - sesuai

dengan tema penyuluhan. Penyuluhan tentang narkotika ditinjau lebih

mendalam dari masing-masing aspek sehingga lebih menarik daripada

kampanye.

c. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba

di masyarakat

Pengawasan dan pengendalian adalah program preventif yang menjadi tugas

aparat terkait, seperti polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat

dan Makanan (POM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan

sebagainya. Tujuannya adalah agar narkoba dan bahan baku

pembuatannya (precursor) tidak beredar sembarangan. Mengingat

keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas, program ini belum berjalan

optimal.

Page 50: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

33

Masyarakat harus ikut serta membantu secara proaktif, petunjuk dan

pedoman peran serta masyarakat ini sangat kurang, sehingga peran serta

masyarakat menjadi tidak optimal. Seharusnya instansi terkait membuat

petunjuk praktis yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk

berpartisipasi dalam mengawasi peredaran narkoba.

d. Represif (Penindakan)

Represif merupakan upaya terakhir dalam memberantas penyalahgunaan

narkotika yaitu dengan cara melakukan penindakan terhadap orang yang

diduga menggunakan, meyimpan, menjual narkotika. Langkah represif

inilah yang dilakukan Polisi untuk menjauhkan masyarakat dari ancaman

faktual yang telah terjadi dengan memberikan tindakan tegas dan konsisten

sehingga dapat membuat jera para pelaku penyalahgunaan dan peredaran

narkotika.

D. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Polri Terhadap Pemberantasan

Peredaran Narkotika

Usaha menanggulangi pemberantasan peredaran narkotika, tentunya

kepolisian mempunyai banyak faktor yang dihadapi, adapun faktor-faktor

tersebut adalah :

1. Faktor Oknum Polisi Sendiri

Faktor Oknum Polisi Sendiri berarti tidak semua polisi itu baik dan

tidak semua polisi itu buruk, pasti ada segelintir oknum yang

melakukan penyimpangan untuk memperoleh keuntungan pribadi, ada

beberapa anggota yang juga berperan dalam membantu peredaran

Page 51: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

34

narkotika untuk kepentingan pribadi mereka, ada juga anggota yang

menjadi pemakai bahkan ada juga anggota yang menjadi bandar

walaupun tidak besar, ini merupakan kelemahan dari dalam (internal)

Polri yang perlu diperbaiki dan dibenahi oleh Polri sendiri karena ini

menyangkut nama baik institusi.

Anggota yang bertugas di fungsi narkotika memang mempunyai

kecenderungan seperti dalam pelaksanaan tugasnya, hal ini pun dibahas

juga dalam system pembinaan personil di Biro Sumber Daya Manusia

Polri, oleh karena itu ada istilah “anggota yang bertugas di suatu fungsi

yang selalu di hadapi dengan kejahatan dan kekerasan termasuk fungsi

reserse dan narkoba, jangan dibiarkan bertugas di fungsi tersebut terlalu

lama karena semakin lama anggota bertugas maka kecenderungan untuk

melakukan penyimpangan akan semakin besar” (Pembahasan pada

mata kuliah Sosiologi Kepolisian, 21 Mei 2015).

2. Faktor Lingkungan

Pengaruh ini ditimbulkan dari lingkungan sosial pelaku, baik itu

lingkungan sekolah, pergaulan dan lain-lain, hal tersebut dapat terjadi

karena benteng pertahanan dirinya lemah, sehingga tidak dapat

membendung pengaruh negatif dari lingkungannya dan pada awalnya

para pelaku (pemakai) mungkin hanya sekedar ingin tahu dan coba-

coba terhadap hal yang baru, kemudian dengan kesempatan yang

memungkinkan serta didukung adanya sarana dan prasarana sehingga

lama kelamaan dirinya terperangkap pada jerat penyalahgunaan

narkoba.

Page 52: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

35

Faktor lingkungan ini berperan besar dalam peningkatan

penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pihak Kepolisian tidak bisa

bekerja sendiri dalam melakukan penanggulangan narkoba, perlunya

sikap kepedulian instansi terkait yang berkaitan dengan lingkungan

pelaku antara lain sekolah, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan

juga lembaga-lembaga yang bergerak dalam memerangi narkoba serta

peran serta orang tua (keluarga) yang menjadi benteng juga pertama

dalam mencegah terjerumusnya anak-anak mereka atau bahkan mereka

sendiri yang terjerumus.

3. Faktor Media

Ketersediaan media komunikasi yang sangat canggih dan mudah

didapat tentu memiliki nilai sendiri bagi pemakai dan pelaku pengedar

narkoba. Ketersediaan media komunikasi Handphone dan Internet

merupakan bentuk komunikasi yang ideal guna melancarkan

komunikasi antar para pelaku. Peran Handphone dan internet pula tidak

hanya sebagai media komunikasi namun sebagai media transaksi

berupa transaksi pembayaran melalui m-banking dan i-banking yang

sangat mudah menjalankannya. Akibat adanya media komunikasi

didalam peredaran narkoba tentu hal yang sangat menguntungkan bagi

para pelaku. Berkembangnya komunikasi, maka berkembang pula pola

dan modus dari para pelaku kejahatan sehingga menjadikan

peredarannya menjadi semakin luas pula serta menyulitkan Polri dalam

menanggulanginya secara tuntas.

Page 53: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

36

E. Tugas Dan Fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN) Terhadap

Pemberantasan Peredaran Narkotika

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non

Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran narkotika, psikotropika, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan

alkohol. BNN dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

langsung kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika. BNN merupakan lembaga nonstruktural yang dibentuk

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian

diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007, oleh karena itu

tersusun tugas BNN sebagai berikut:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan

Prekursor Narkotika;

2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan

Prekursor Narkotika;

3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

Narkotika dan Prekursor Narkotika;

Page 54: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

37

4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat;

5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran Narkotika dan Prekursor Narkotika;

6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan Psikotropika

Narkotika;

7. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran Narkotika dan

Prekursor Narkotika;

8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan Prekursor Narkotika;

9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Badan Narkotika Nasional juga bertugas menyusun dan melaksanakan

kebijakan nasional mengenai fungsi pencegahan dan pemberantasan dalam

peredaran narkotika yang meliputi:

1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,

psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disingkat dengan

P4GN.

Page 55: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

38

2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, kriteria dan

prosedur P4GN.

3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan

masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang

P4GN.

5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis P4GN di bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi,

hukum dan kerjasama.

6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di

lingkungan BNN.

7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat

dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan

nasional di bidang P4GN.

8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan

BNN.

9. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah peran serta

masyarakat.

10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran

gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang

narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Page 56: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

39

12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masarakat

dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam

masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan atau pecandu

narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan

adiktif untuk tembakau dan alkohol di tingkat pusat dan daerah.

13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan

adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang

diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.

14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahguna dan/atau

pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali

bahan adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas terapeutik atau

metode lain yang telah teruji keberhasilannya.

15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan peraturan perundang-

undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan internasional di bidang

P4GN.

17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di

lingkungan BNN.

18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait

dan komponen masyarakat di bidang P4GN.

19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai BNN dan kode etik

profesi penyidik BNN.

Page 57: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

40

20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional penelitian dan

pengembangan, serta pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.

21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan prekursor serta bahan

adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

22. Pengembangan laboratorium uji narkotika, psikotropika dan prekursor

serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.

23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di

bidang P4GN

F. Koordinasi Antar Kepolisian Kabupaten Pesawaran dan Badan

Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung Terhadap

Pemberantasan Peredaran Narkotika

Koordinasi yang dilakukan oleh kedua lembaga ini yakni Kepolisian

Kabupaten Pesawaran dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi

Lampung dalam melakukan pemberantasan terhadap peredaran narkotika

yang telah tercantum pada pasal 70 huruf c Undang-Undang No. 35 Tahun

2009 tentang koordinasi antara kedua instansi tersebut, di dalam Undang-

Undang tersebut telah disebutkan beberapa kewenangan yang seharusnya

dilaksanakan dalam proses penindakan penyidikan terkait penyalahgunaan

narkotika tersebut.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 untuk selanjutnya disebut UU

Narkotika, dinyatakan bahwa dalam rangka pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkotika dan prekusor

Page 58: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

41

narkotika Undang-Undang ini dibentuk Badan Narkotika Nasional yang

selanjutnya disingkat BNN. Ayat (2) menyatakan bahwa BNN

sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) merupakan lembaga pemerintah non

kementrian yang berkedudukan dibawah presiden dan bertanggungjawab

kepada presiden.

Pasal 65 Ayat (1) UU Narkotika menyatakan bahwa BNN berkedudukan

di ibukota Negara dengan wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Negara

Republik Indonesia. Ayat (2) menyatakan bahwa BNN mempunyai

perwakilan di daerah provinsi dan Kabupaten/Kota. Ayat (3) menyatakan

bahwa BNN Provinsi berkedudukan di ibukota Provinsi dan BNN

Kabupaten atau kota berkedudukan di ibukota Kabupaten atau kota,

mengingat permasalahan peredaran narkotika merupakan

permasalahan yang berat dan kompleks, maka penanganannya

memerlukan pendekatan secara komprehensip, terpadu, berkelanjutan dan

partisipasi semua pihak.

Penyidik sesuai dengan ketentuan Pasal 83 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika, dapat melakukan kerja sama untuk

mencegah dan memberantas peredaran Narkotika dan Prekursor

Narkotika. Menurut Pasal 84 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika dinyatakan bahwa dalam melakukan penyidikan

terhadap pemberantasan peredaran Narkotika, penyidik Kepolisian Negara

Republik Indonesia memberitahukan secara tertulis dimulainya penyidikan

kepada penyidik BNN begitu pula sebaliknya.

Page 59: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

42

Koordinasi sesuai dengan ketentuan kedua pasal di atas maka diketahui

bahwa penyidik Kepolisian dan penyidik BNN melakukan koordinasi dan

hubungan kerja sama yang saling melengkapi antara satu dengan yang

lainnya dalam upaya mengungkap kasus peredaran narkotika, hal ini

disebabkan karena peredaran narkotika merupakan masalah yang sangat

kompleks, sehingga diperlukan upaya penanggulangan secara

komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor

dari pihak-pihak yang berwajib serta membutuhkan adanya partisipasi

masyarakat yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten

agar penyalahgunaan narkotika tidak semakin luas dan membesar.

Kepolisian mempunyai tugas dalam melakukan penanggulangan masalah

pengedaran narkotika, menandakan bahwa koordinasi tidak berjalan

antara Kepolisian terkhusus bagian Satres Narkoba Polres Pesawaran dan

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung mempunyai tugas

dalam melakukan pemberantasan masalah pengedaran narkotika, namun

koordinasi tidak berjalan sesuai dengan harapannya.

Masalah dalam Koordinasi ini karena kurangnya kesadaran pihak Badan

Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung menjalankan tugasnya yang

mengandalkan pihak Satres Narkoba Polres Pesawaran dalam melakukan

pemberantasan di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran,

sedangkan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung dalam

koordinasinya akan turun lapangan jika bandar narkoba dan jaringannya

sudah benar-benar tidak dapat ditangani oleh pihak Kepolisian.

Page 60: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

43

Usaha-usaha dalam melakukan pemberantasan peredaran narkotika

tersebut tidak terlepas dari dukungan aparat penegak hukum yang

termasuk dalam sistem peradilan pidana, yaitu yang paling bersangkutan

dan yang berkoordinasi yaitu Kepolisian dan Lembaga Badan Narkotika

Nasional yang telah diberi kewenangan khusus oleh Pemerintah dalam

menangani kasus Narkotika.

F. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan

antara konsep yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka,

dengan meninjau teori yang disusun digunakan sebagai dasar untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat agar peneliti

mudah dalam melakukan penelitian.

Penulis memakai teori koordinasi, bahwa ada 7 indikator koordinasi yang

baik karena idalam sebuah koordinasi, diperlukan terciptanya komunikasi

yang baik dari masing-masing pihak, selain itu, setiap masing-masih pihak

terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat

bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan

juga untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan bersama, oleh karena

itu koordinasi akan dikatakan berjalan baik apabila dalam dalam proses

manajemen koordinasi telah di laksanakan secara baik dengan proses

peramalan, perencanaan, pengorganisasian, memotivasi atau memerintah,

Page 61: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

44

pengendalian, pengkoordinasian dan komunikasi. Berikut untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka pikir di bawah ini:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Meningkatnya Peredaran Narkotika

Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Terhadap

Pemberantasan Peredaran Narkotika

Penanggulangan Peredaran

Narkotika

Instansi Pemerintah

Koordinasi Ada atau

Tidak

Indikator Koordinasi:

1. Peramalan

2. Perencanaan

3. Pengorganisasian

4. Memotivasi atau memerintah

5. Pengendalian

6. Komunikasi

Kepolisian Kabupaten

Pesawaran

Badan Narkotika Nasional

(BNN) provinsi Lampung

Page 62: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

45

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Tipe penelitian

dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini

berupaya untuk memberikan gambaran mengenai suatu fenomena secara

terperinci dan memusatkan perhatian pada masalah yang bersifat aktual,

sehingga pada akhirnya memberikan pemahaman secara lebih jelas mengenai

fenomena yang diteliti.

Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007:5), penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada, dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki

sehingga tercapai sebuah penelitian kualitatif.

Menurut Taylor dalam Prastowo (2016:22), metodologi kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Selanjutnya

menurut Creswell dalam Juliansyah (2011:34), menyatakan penelitian kualitatif

Page 63: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

46

sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Sedangkan penelitian deskriptif sebagaimana yang dinyatakan oleh Sanapiah

(2010:20) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi

mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan

sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan tipe dan

jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang

mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis

data yang relevan diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualitatif

tidak hanya sebagai upaya mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil

dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu

wawancara mendalam, observasi partisipasi, studi dokumen, dan dengan

melakukan triagulasi.

Peneliti memilih penelitian ini karena pada penelitian ini yang menjadi dasar

penggunaan tipe penelitian deskriptif karena penulis ingin mengetahui,

memahami, dan mendeskripsikan bagaimana koordinasi antar instansi

pemerintah dan kepolisian terhadap pemberantasan peredaran Narkotika di

Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran ini serta apa yang menjadi

penghambat dalam pelaksanaan koordinasi tersebut.

Page 64: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

47

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk membatasi peneliti

dalam melakukan penelitiannya. Membatasi ialah memberikan batas dalam

melakukan pengumpulan data atau menentukan informan penelitian. Idrus

(2009:24) menyatakan, fokus penelitian adalah batas kajian penelitian yang

ditentukan, maksudnya penelitian kualitatif menetapkan batas dalam penelitian

atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah penelitian seorang peneliti

kualitatif dapat dengan mudah menentukan data yang terkait dengan tema

penelitiannya.

Peneliti menyimpulkan bahwa fokus penelitian merupakan pembatasan dalam

pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari lapangan, dari data lapangan

yang diperoleh peneliti tersebut dapat diambil dan data yang tidak perlu

diambil. Hal tersebut juga mempermudah peneliti dalam penelitian karena,

peneliti dapat fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan

penelitian dan data yang diperoleh peneliti lebih spesifik, oleh karena itu fokus

pada penelitian ini adalah koordinasi antar Instansi Pemerintah yaitu

Kepolisian Kabupaten Pesawaran dan BNN Provinsi Lampung terhadap

pemberantasan peredaran narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten

Pesawaran dengan menggunakan indikator:

Page 65: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

48

1. Peramalan

Peramalan atau penginderaan kedepan akan meliputi berbagai kegiatan,

yakni interpretasi tujuan perusahaan, penentuan garis-garis besar tindakan

pencapaian tujuan, formulasi kebijakan dan lain-lain. Tahap-tahap peramalan

dalam koordinasi antar Kepolisian Kabupaten Pesawaran dan BNN Provinsi

Lampung adalah merancang tujuan, mencari sumber informasi, mencari faktor-

faktor yang relevan, dan pemilihan suatu rencana dalam mencapai suatu tujuan

tersebut.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan aspek administrasi byang bersifat khusus, dan

keberhasilan perencanaan ini sangat bergantung pada standar dan informasi

yang akurat. Kegiatan perencanaan akan meliputi melakukan rapat koordinasi

dengan kegiatan operasional yang akan dilaksanakan seperti tanggung jawab

dan tugas masing-masing, melakukan penyusunan kerja, serta perencanaan

untuk melakukan sosialisasi di daerah yang telah ditargetkan.

3. Pengorganisasian

Mengorganisasi berarti mempersiapkan kerangka kerja manajemen, hal ini

yang merupakan aspek administrasi yang mendukung keberhasilan

pelaksanaan rencana sebab salah satu tugas pokok kegiatan

mengorganisasi adalah menyeleksi orang-orang yang akan melaksanakan

rencana itu. Proses mengorganisasi meliputi usaha mempersiapkan distribusi

tanggung jawab dan tugas-tugas para pimpinan dan penyediaan personalia,

Page 66: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

49

memformulasikan prosedur standar, menyusun metode kerja yang akan dipilih

dan instruksi-instruksi pelaksanaan sesuai standar teknik.

4. Memotivasi atau memerintah

Motivasi merupakan proses sosial, dan merupakan fungsi pimpinan dalam

membentuk moral pekerja. Seorang pemimpin yang akan memberikan motivasi

atau memerintah dengan tujuan agar meningkatkan minat pekerja dengan

pemeberian informasinya yang cukup tentang perkembangan, meningkatkan

semangat kerja dengan mempersaingkan prestasi individu maupun kelompok

dan meningkatkan disiplin pribadi dengan mengembangkan tanggung jawab

dan pemberian kepercayaan.

5. Pengendalian

Proses pengendalian adalah kegiatan membandingkan antara keadaan

pelaksanaan dengan standar-standar yang telah direncanakan, mengadakan

koreksi jika dan bilamana perlu, dan melakukan pencatatan akan hasil-hasil

yang diperoleh guna penyediaan data perencanaan yang akan datang.

Pengendalian haruslah disiplin sesuai dengan tanggung jawab, penyajian hasil

secara konsisten, dilakukan secara periodik, selalu tersedia pada saat

diperlukan untuk pengambilan keputusan, dilakukan secara tidak berlebihan

dan memperlihatkan adanya penyimpangan atau perkecualian secara jelas agar

segera dapat diambil tindakan perbaikannya.

6. Komunikasi

Komunikasi adalah alat yang dipakai pimpinan untuk mengetahui ramalan dan

usaha-usaha yang diperlukan. Menurut seorang pimpinan, komunikasi berguna

dalam penyusunan rencana dan pemberian perintah kepada bawahan untuk

Page 67: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

50

bertindak dan menurut seorang penyelia komunikasi berguna dalam

melaksanakan kegiatan koordinasi dan pengendalian operasi. Komunikasi yang

dilakukan yakni komunikasi dua arah, dengan pemberian perintah kerja kepada

bawahan, dan pelaporan oleh bawahan tentang kemajuan tujuannya dalam

bekerja

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam menangkap

fenomena atau peristiwa yang sebenarnya dari objek yang diteliti dalam rangka

mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Menurut Moleong (2011:128)

dalam penentuan lokasi penelitian cara yang baik ditempuh adalah dengan

jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk

mencari kesesuaian sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

Alasan peneliti tertarik melakukan penelitian di Kecamatan Tegineneng

Kabupaten Pesawaran, oleh karena itu lokasi pada penelitian ini ditentukan

dengan sengaja (purporsive) yaitu Kepolisian Satuan Reserse Narkoba

Kabupaten Pesawaran dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi

Lampung sebagai fungsi untuk melaksanakan pemberantasan peredaran

narkotika di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran tersebut.

D. Jenis Data

Untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan fokus penelitian. Secara

umum data penelitian dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yakni:

Page 68: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

51

1. Data Primer

Data penelitian ini, data primer didapatkan melalui wawancara langsung

dengan informan yang ditentukan dari keterkaitan informan tersebut

dengan masalah penelitian. Wawancara yang dibuat peneliti sebelum

melakukan penelitian secara langsung dilapangan

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan antara lain berupa Undang-undang

Instruksi Presiden, Surat Kabar, Artikel, Jurnal, dan Referennsi-referensi

yang menjadi panduan penelitian.

E. Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan informan

dengan pertimbangan pada kemampuan informan untuk memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 3.1 : Data Informan Penelitian

No Nama Informan Jabatan

1. Richard Partahi L.T. S.E Kepala Seksi Intelijen Bidang

Pemberantasan

2. M. Fatkhurrahman, S.H.,M.H KaSat Narkoba Polres Pesawaran

3. Syahruddin, S.Pd, MM Camat Tegineneng

4. Mungalim Kepala Desa Rejo Agung Kecamatan

Tegineneng

5. Subandi Kepala Dusun Bumi Rejo/Masyarakat

Sumber: Diolah Peneliti (2018)

Page 69: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

52

F. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan

dokumentasi, sebagai berikut:

1. Wawancara

Teknik wawancara yaitu teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan

sistem tanya-jawab antara penulis dengan informan yang dianggap layak

atau relevan dalam penelitian ini. Proses wawancara dilakukan dengan

wawancara secara terstruktur menggunakan prosedur wawancara.

2. Dokumentasi

Melalui studi dokumentasi, penulis mengumpulkan data melalui dokumen,

gambar, sebagai pelengkap data tertulis yang diperoleh melalui wawancara.

Sumber penelitian berasal dari pengetahuan peneliti yang bertempat tinggal

di daerah penelitian.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, prosedur

pengumpulan data yang utama dipakai adalah observasi, khususnya

observasi partisipatif yang melibatkan informan dan wawancara. Peneliti

melakukan observasi langsung di Badan Narkotika Nasional (BNN)

Provinsi Lampung dan Kepolisian Satuan Reserse Kabupaten Pesawaran

serta di Kantor Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.

Page 70: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

53

G. Teknik Pengolahan Data

Kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Editing data

Editing data adalah kegiatan dalam penelitian yang dilaksanakan dengan

menentuksn kembali daya yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin

validitasnya serta dapat untuk segera dipersiapkan pada proses selanjutnya.

Peneliti dalam proses mengolah data hasil wawancara dengan disesuaikan

pada pertanyaan-pertanyaan pada fokus pedoman wawancara dan memilah

serta menentukan data-data yang diperlukan untuk penuliusan. Mengolah

kegiatan observasi yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang menarik

dari hasil pengamatan sehingga dapat ditampilkan dengan baik.

2. Interpretasi

Penulis memberikan jabaran dari berbagai data yang telah melewati

editing sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan

dengan memberikan penjelasan berupa kalimat yang bersifat narasi dan

deskriptif. Data yang telah memiliki makna akan dilakukan analisis data.

H. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga alur

kegiatan, yaitu:

1. Reduksi data

Dalam hal ini peneliti melakukan reduksi data dimulai pada saat

penelitian, yakni dengan wawancara terstruktur selanjutnya dilakukan

Page 71: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

54

pencatatan dan mengolah data-data yang harus ditampilkan dan membuang

data-data yang tidak diperlukan sehingga peneliti dapat menjelaskan dan

memahami latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

kegunaan penelitian. Reduksi data kemudian dilakukan paada hasil

wawancara dengan informan yang berkompeten yang memiliki kapasitas

guna menjawab pertanyaan yang akan diajukan peneliti.

2. Display Data

Penulis melakukan pengumpulan data yang telah melalui reduksi untuk

menggambar kejadian yang terjadi pada saat di lapangan. Catatan-catatan

penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk teks deskriptif

untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis. Kegiatam

lanjutan penulis pada display data ialah data yang dapat disajikan dalam

bentuk tabel dengan tujuan untuk menggabungkan informasi yang

tersususn dalam bentuk yang padu.

3. Verifikasi Data

Kegiatan penulis dalam verifiksi data adalah melakukan penggunaan

penulisan yang tepat dan perlu sesuai data yang telah mengalami proses

display data, melakukan peninjauan terhadap catatan-catatan lapangan

yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, data yang ada dianalisis dengan

menggunakan pendekatan teori untuk menjawab tujuan penelitian.

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik kebasahan data merupakan salah satu teknik yang penting dalam

menentukan validitas dan realibilitas data yang diperoleh dalam penelitian ini.

Page 72: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

55

Penelitian ini teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi

yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data tersebut. Teknik triangulasi dipilih dalam penelitian ini karena dalam

penelitian ini menggunakan beberapa sumber data dari wawancara dan

dokumentasi.

Page 73: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

56

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung

1. Tugas dan Fungsi Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung

Berdasarkan Peraturan Kepala No. 03 Tahun 2015, BNNP mempunyai tugas

melaksanakan tugas, fungsi, BNN dalam wilayah Provinsi. Tugas dari Badan

Narkotika Nasional adalah :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkoba.

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba;

Page 74: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

57

f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkoba.

g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkoba.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika.

i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

Badan Narkotika Nasional dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan

fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja

tahunan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif

lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya

disebut P4GN dalam wilayah Provinsi;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pencegahan, pemberdayaan

masyarakat, rehabilitasi, dan pemberantasan dalam wilayah Provinsi;

c. Pelaksanaan pembinaan teknis dan supervisi P4GN kepada BNNK/Kota

dalam wilayah Provinsi;

d. Pelaksanaan layanan hukum dan kerja sama dalam wilayah Provinsi;

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama P4GN dengan instansi pemerintah

terkait dan komponen masyarakat dalam wilayah Provinsi;

Page 75: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

58

f. Pelayanan administrasi BNNP; dan

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNP.

2. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika maka

Struktur Organisasi Badan Narkotika Provinsi Lampung adalah:

a. Kepala Badan : Tagam Sinaga S.H

1. Kepala Bagian Umum : Novian Pria Hutama, SE., M.M

2. Kasubbag Perencanaan : Rohmansyah, S.E., M.Kes

3. Kasubbag Sarpras : Arna S.E

4. Kasubbag Administrasi : Suharti S.E

b. Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat: Drs. Ahmad

Alamsyah., MM

1. Kepala Seksi Pencegahan : Ismari Zanti, S.Sos., M.M

2. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat : Edi Marjoni

c. Kepala Bidang Rehabilitasi : Rusdiana HB, S.Sos., M.M

1. Kepala Seksi Penguatan Lembaga Rehabilitasi : dr. Novan Harun

2. Kepala Seksi Pasca Rehabilitasi : Tutut Nuringtyas, S.Psi

d. Kepala Bidang Pemberantasan

1. Kepala Seksi Intelijen : Richard Partahi Lumban Tobing, S.E

2. Kepala Seksi Penyidikan : Harry Kurniawan, S.H

3. Kepala Seksi Wastahti : Panca Okta Wijaya, S.Psi

Page 76: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

59

B. Gambaran Umum Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran

1. Tugas Pokok Kepolisian Kabupaten Pesawaran

Berdasarkan Pasal 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 bahwa

Kepolisian Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian

urusan Pemerintahan berdasarkan azas otonomi yang menjadi kewenangan,

tugas dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan

yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002, tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Selanjutnya menurut Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002,

dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan

Page 77: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

60

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang

Page 78: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

61

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

2. Struktur Organisasi Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran

Berdasarkan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2018 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kepolisian Daerah.

Struktur organisasi Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran meliputi:

a. Kapolres : Popon Ardianto Sunggoro, S.I.K., S.H

b. Wakapolres : Handak Prakasa Qalbi, S.T., M.H

c. Kasat Narkoba : Fatkhurrahman, S.H., M.H

d. Kaur Bin Ops : Ipda Budi Apriansyah, M.H

e. Kaur Mintu : Bripka Siswoyo

f. Bamin : Bripda Nabilla

g. Kanit Idik I : 1. Ipda Yurisman

2. Bripka Hartoko

3. Brigpol Aprian Marthadinata

4. Bripda Genta Febriyantoro

5. Bripda Yenita Yuniar

h. Kanit Idik II : 1. Bripka Alpha Daya

2. Briptu Abror Fuadi, S.H

3. Bripda Heri Nababan

Page 79: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

62

4. Bripda Dhuha Agus S

C. Gambaran Umum Kecamatan Tegineneng

1. Letak Geografis

Kecamatan Tegineneng merupakan bagian wilayah Kabupaten Pesawaran

yang berpenduduk 62.197 jiwa dengan luas wilayah 142,63 km2, dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Trimurjo Kabupaten

Lampung Tengah

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan

4. Sebelah Barat berbatsan dengan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Tanggamus

Page 80: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

63

Berikut tabel Klasifikasi, Status dan Luas Wilayah Desa di Kecamatan

Tegineneng di bawah ini:

Tabel 4.1 Klasifikasi, Status dan Luas Wilayah Desa di Kecamatan

Tegineneng

No Desa Ha Km2

1. Kresno Widodo 1 008 10,08

2. Gedung Gumanti 1 935 19,35

3. Kejadian 320 3,20

4. Bumi Agung 1 407 14,07

5. Batang Hari Ogan 691 6,91

6. Rejo Agung 1 085 10,85

7. Kota Agung 1 050 10,50

8. Negara Ratuwates 401 4,01

9. Gunung Sugih Baru 513 5,13

10. Margo Mulyo 689 6,89

11. Trimulyo 1 007 10,07

12. Sinar Jati 717 7,17

13. Margo Rejo 1 029 10,29

14. Gerning 1 750 17,50

15. Panca Bakti 453 4,53

16. Sriwedari 208 2,08

Jumlah 14263 142,63

Sumber: Kantor Kecamatan Tegineneng

2. Sejarah Singkat KecamatanTegineneng

Kecamatan Tegineneng terbentuk berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999,

Surat Menteri Dalam Negeri No. 188.138/1737/PUOD tanggal 17 Juni 1999

dan Surat Keputusan Gubernur/KHD.Tk.I Lampung tanggal 13 Agustus 1999

Nomor 81 Tahun 1999 meresmikan atau mendefenitifkan Kecamatan

Tegineneng dengan Ibu Kota Trimulyo yang meliputi 16 desa atau kelurahan.

Kecamatan Tegineneng sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten

Lampung Selatan, setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2007

Page 81: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

64

tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran maka Kecamatan Tegineneng

menjadi salah satu dari tujuh kecamatan di Kabupaten Pesawaran. Desa-desa

yang termasuk K ecamatan Tegineneng terdiri dari 16 desa yaitu:

1. Kresno Widodo

2. Gedung Gumanti

3. Kejadian

4. Bumi Agung

5. Batang Hari Ogan

6. Rejo Agung

7. Kota Agung

8. Negara Ratuwates

9. Gunung Sugih Baru

10. Margo Mulyo

11. Trimulyo

12. Sinar Jati

13. Margo Rejo

14. Gerning

15. Panca Bakti

16. Sriwedari

3. Demografi Kecamatan Tegineneng

a. Struktur Penduduk

Keadaan penduduk daerah Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

berdasarkan struktur seks ratio atau jenis kelamin, terdapat kecenderungan

bahwa kuantitas penduduk laki-laki dewasa lebih besar dari pada penduduk

Page 82: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

65

perempuan dewasa. Struktur tersebut berbeda dengan kecenderungan

penduduk pada usia anak-anak. Rata-rata anak-anak perempuan lebih besar

dari pada penduduk anak laki-laki.

b. Kepadatan Penduduk

Tingkat Kepadatan penduduk di daerah Kecamatan Tegineneng Kabupaten

Pesawaran relatif tinggi, data dari Kantor Kecamatan Tegineneng

menyatakan bahwa penduduk perempuan dan laki-laki berjumlah 52.257

orang dari 16 (enam belas) desa yang ada. Dinamika atau perubahan

ekonomi penduduk kurang berkembang, dengan demikian sangat

berpengaruh terhadap kepadatan penduduk yang ada.

2. Struktur Organisasi Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

a. Camat : Syahruddin S.Pd, M.M

b. Sekretaris : Haryoto A., S.IP

c. Kasubag Umum dan Kepegawaian : Aryanto

d. Kasubag Program dan Keuangan : Bambang Irianto H

e. Kasi Pemerintahan : 1. Raehan Herliansyah, S.E

2. Juliansyah Pratama, S.E

3. Sutopo

4. M. Ridwan Ari F.S

5. Arnas Oktarini

f. Kasi PMD : 1. Sugiyana, A.Md

2. Andri Astuti

3. Siti Nurhasanah, A.Md

Page 83: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

66

4. Chandra Purnama

5. Sri Osita, S.Sos

g. Kasi Ketentraman dan Ketertiban Umum : 1. Kunyi Ali

2. Hendri Muchlis, S.E

3. Ifidra Afriwanda

4. Deni Hendrik Safrizal

5. Asep Sugiarto

h. Kasi Pelayanan Umum : 1. Weni Maryana, S.E

2. M. Ridho Wira Prima, S.E

3. Upik Alpiyah, A.Md

4. Defi Hartika, S.Pd

i. Kasi Kesejahteraan Sosial : 1. Metra Indra Jaya

2. Budiman

3. Erma Yusneli, A.Ma

4. Desi Trisnawati

5. Eka Purwaningsih, A.Md

Keb

Page 84: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

89

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Koordinasi pada dasarnya untuk memaksimalkan suatu kinerja dengan

berbagai pihak yang sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama

mengatur atau menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan

tugas dan keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan

tugas dan keberhasilan. Pihak yang lainnya, pada sisi yang satu langsung atau

tidak langsung mendukung pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan

koordinasi.

Koordinasi antara Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung dan

Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran dari haasil penelitian menunjukkan

bahwa koordinasi antara kedua instansi tersebut tidak berjalan, hal ini peneliti

telah menarik kesimpulan dari berbagai hasil wawancara dengan informan

dengan menggunakan indikator peramalan, perencanaan, pengorganisasian,

memotivasi atau memerintah, pengendalian, serta komunikasi. Berdasarkan

pada enam indikator tersebut peneliti tidak menemukan adanya koordinasi.

Koordinasi dalam hal ini hanya dijalankan oleh pihak Satuan Reserse Narkoba

Polres Pesawaran.

Page 85: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

90

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti simpulkan hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Koordinasi antar Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung

dengan Satuan Reserse Narkoba Polres Pesawaran dalam pemberantassan

peredaran narkotika tidak berjalan.

2. Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung menganggap

pemberantasan Narkotika merupakan kewenangan Satuan Reserse Narkoba

Polres Pesawaran sehingga BNN tidak berperan aktif.

3. Penyelenggaraan pemberantasan peredaran narkotika dilakukan oleh Satuan

Reserse Narkoba Polres Pesawaran yang menangani.

4. Kewenangan yang dimiliki masing-masing instansi terkait menjadi salah

satu penyebab koordinasi tidak berjalan, BNN lembaga negara yang

dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari Presiden,

faktanya tidak menjalankan apa yang tercantum dalam Instruksi Presiden.

5. Pemberantasan peredaran narkotika dilakukan oleh Satuan Reserse Narkoba

Polres Pesawaran dengan dibantu oleh Kepolisian Sektor Tegineneng dan

pemerintah kecamatan.

6. Berdasarkan teori yang digunakan yaitu menurut Fayol dalam Heidjrachman

(1996 : 53), koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui enam

indikator yakni peramalan, perencanaan, pengorganisasian, memotivasi atau

memerintah, pengendalian dan komunikasi. Koordinasi dalam

pemberantasan peredaran narkotika dilakukan oleh Satuan Reserse Narkoba

Polres Pesawaran membuktikan bahwa dalam teori tersebut tidak berjalan.

Page 86: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

91

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan yang telah dibuat, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Perlu adanya koordinasi sebagai langkah awal untuk koordinasi antara

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Lampung untuk membahas

masalah peredaran narkotika.

2. Membekali anggota tim BNN dengan sarana dan prasarana yang lebih

memadai.

3. Melakukan kampanye dan penyuluhan melalui berbagai apel siaga dalam

pemberantasan peredaran narkotika.

4. Mengembangkan dan menerapkan rencana pemerintah soal perlindungan

rehabilitasi dan manajemen berkelanjutan tentang narkotika.

5. Melakukan bentuk penyadaran atas pentingnya Koordinasi.

Page 87: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

92

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan

Nasional RI. Jakarta.

Anonim. 1980. Fungsi Koordinasi dan Integrasi dalam Administrasi Negara,

paper dalam seminar Efisiensi Administrasi Manajemen. Jakarta.

Arifin, Zaenal. 2008. Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Grasindo. Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grasindo.

Jakarta

Djam’an Satori, M.A. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Djoko, 1987. Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta. Pt Bina

Aksara.

G.R Terry. 2012. Principle Of Management. LLC. Jakarta.

Griffin, R. W. 2011. Fundamentals of Management Sixth Edition.USA: Cengage

Learning

Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian Dan Teori Komunikasi. UMM Press. Malang.

Handayaningrat, Suwarno. 1982. Administrasi Pemerintahan Dalam

Pembangunan Nasional. Jakarta: PT. Gunung Agung.

Page 88: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

93

Handoko. 2013. Manajemen; Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Heidjrachman Ranupandojo. 1996. Teori Dan Konsep Manjemen; Edisi Kedua.

Yogyakarta: UPP – AMP YKPN.

Hasibuan. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Martono, Lydia Harlina, dan Satya Joewana. 2006. Peran Orang Tua dalam

Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai

Pustaka

Moleong, J, Lexy. 2004 dan 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja.

Bandung

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta

Ndraha, T. (2003) . Kybernology 1 : Ilmu Pemerintahan baru / Taliziduhu

Ndraha. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafrudin , Ateng. 1993. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan Di Daerah. Citra

Aditya Bakti.

Usman. Husaini, Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT

Bumi Aksara. Jakarta.

West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Salemba

Humanika. Jakarta.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo. Jakarta.

Sumber Lain

Modul Manajemen Opsnal Kepolisian PTIK, 2007. Ismail, Chairuddin. “Kapita

selekta penegakkan hukum tindak pidana tertentu”. PTIK Press, 2007.

Kelana, Momo. “Konsep – konsep hukum Kepolisian Indonesia”. PTIK Press,

2007

Peraturan Perundang – undangan Undang – Undang RI Nomor 8 tahun 1981

tentang KUHAP Undang – Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Page 89: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

94

Narkotika

Undang – Undang RI Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan

Narkotika Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan

Jurnal dan Skripsi

Apriliantin Putri Pamungkas. Peran ASEANAPOL dalam Pemberantasan

Peredaran Narkoba di Indonesia. Jurnal Of International Relations. Volume 3

No.2. 2017.

Bayu Puji Hariyanto. 2018. Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba

Di Indonesia. Jurnal Daulat Hukum. Volume 01 No. 1 Maret 2018.

Resky Anggi Saragih. Peranan POLRI dalam Mencegah dan Memberantas

Penyalahgunaan Narkotika di Provinsi Sulawesi Utara. Lex Privatum. Volume

06 No 6. Agustus 2018.

Sri Rahayu. Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan

Mahasiswa. Jurnal Pengabdian Pada Masyrakat. Volume 29 No 4. 2014.

Deva Febrian Permadi. 2014. Bentuk Koordinasi Antara Polri Dan Bnn Dalam

Melakukan Penyidikan Kasus Penyalahgunaan Narkotika.

Juliantro. 2016. Koordinasi Antara Kepolisian Negara Republik Indonesia Dan

Badan Narkotika Nasional Dalam Mencegah Dan Meninda Pelaku Tindak

Pidana Narkotika.

Nuri Pina. 2015. Dukungan Pemerintah Dalam Mencegah Penyalahgunaan

Narkoba Di Kota Surabaya.

Page 90: KOORDINASI ANTAR INSTANSI PEMERINTAH TERHADAP ...digilib.unila.ac.id/56681/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional

95

Randi Yuhandi. 2008. Koordinasi Pemerintah Kota Dalam Upaya Pencegahan

Penyalahgunaan Narkotika Di Kota Pekanbaru.

Reski Ameliah Kasba. 2017. Penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

Website

Antara News. “1,5 persen penduduk Indonesia pengguna Narkoba”

http://hileud.com/15-persen-penduduk-indonesia-pengguna-narkoba.html

diakses pada 20 Mei 2011.

https://ardikurniawan2005.wordpress.com/2011/05/26/penanggulanganpenyalahg

unaan-dan-peredaran-gelap-narkoba-di-indonesia/

http://lib.unnes.ac.id/1207/1/4836.pdf

http://govmedikz-medikz.blogspot.com/2011/01/koordinasi-pemerintahan.html

https://infogeh.net/2017/10/23/dihadiri-kapolda-lampung-tegineneng-deklarasi-

zona-bebas-narkiba/

http://www.lampost.co/berita-zona-bebas-narkoba-sedikit-mengurangi-peredaran-

gelap-narkoba-di-pesawaran.html

King, Travel. “Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba”

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1900061-pencegahan-dan-

penanggulangan-penyalahgunaan-narkoba/ diakses pada 20 Mei 2011.

http://handreasstik66.blogspot.com/2015/07/upaya-polri-dalam

menanggulangi.html