kp 25 tahun 2014 - gloopic.netgloopic.net/uploads/doc/skep/kp_25_tahun_2014_split_4.pdf · 3.3...
TRANSCRIPT
���
�
Contoh :
Suatu peralatan navigasi memiliki MTBF = 2000 jam, periode waktu t = 1000 jam,
maka keandalan R dari peralatan tersebut adalah :
R = 100 e-1000/2000
%
= 100 e-½
%
= 60,65 %
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi keandalan peralatan adalah :
a) keandalan bagian-bagiannya;
b) tingkat dan tipe sistem cadangan (redundancy);
c) keandalan fasilitas pendukung;
d) tingkat dan kualitas pemeliharaan;
e) faktor lingkungan.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
100 90 80 70 60 50 40 30
Kemungkinan kelangsungan operasi (Ps) (persen)
Du
rasi o
pe
rasi p
era
lata
n -
ja
m (
t)
Ps = Kemungkinan
kelangsungan
hidup
t = Durasi operasi
m = MTBF
m = 100 jam
m = 167 jam
m = 250 jam
m = 333 jam
m = 500 jam
m = 1000 jam
m = 2000 jam
m = 5000 jam
Gambar 3 : Grafik Ps = 100 e
-t/m
���
�
3.3 Analisa Beban Kerja Personil Teknisi
3.3.1 Pertimbangan penghitungan kebutuhan teknisi penerbangan
Dalam menentukan jumlah teknisi telekomunikasi penerbangan di suatu
penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan didasarkan pada 2 (dua) kriteria yaitu :
kebutuhan teknisi untuk pemeliharaan peralatan dan kebutuhan teknis untuk dinas bergilir.
1. Kebutuhan Teknisi Untuk Pemeliharaan
Sesuai dengan jumlah peralatan yang ada di penyelenggara pelayanan dapat
dikelompokkan menjadi kelompok peralatan dan dari kelompok peralatan tersebut dapat
dihitung Allotment Hours untuk setiap tahunnya. Perhitungan Allotment Hours didapat
dihitung mengacu pada Skep Dirjen Hubud No. SKEP/157/IX/2003 dari jumlah
pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan untuk setiap
peralatan.
Dari jumlah Allotment Hours dibagi dengan jumlah kerja efektif perorangan per tahun
dihasilkan jumlah teknisi untuk pemeliharaan.
Jumlah jam kerja efektif perorangan per tahun, yaitu :
1 (satu) minggu = 8 jam x 5 hari = 40 jam
1 (satu) tahun = 40 jam x 52 minggu = 2080 jam
Deduksi dalam satu tahun, yaitu
2 (dua) minggu cuti tahunan = 80 jam
12 (dua belas) hari libur = = 96 jam
1 (satu) minggu karena sakit = 40 jam
Training courses = 100 jam
Waktu persiapan 10 menit/hari = 35 jam
Istirahat 60 menit/hari = 365 jam
Waktu untuk sholat (termasuk sholat jum’at) = 115 jam
Waktu untuk persiapan kendaraan, peralatan, waktu perjalanan dll = 208 jam
Jumlah = 1039 jam
Jadi jam kerja efektif perorangan/tahun = 2.080 – 1039 = 1041 jam
2. Kebutuhan Teknisi Untuk Dinas Bergilir (Shift)
Jam operasi penyelenggara pelayanan mengacu pada Skep Dirjen Hubud No. 45 Tahun
2005 Tentang Jam Operasi Bandar Udara. Maka untuk kebutuhan dinas bergilir dibagi 3
kelompok yaitu
a. Jam operasi bandar udara ≤ 7 jam/hari = 1 shift + 1 shift standby
b. Jam operasi bandar udara > 7 /d <12 jam/hari = 2 shift + 1 shift standby
c. Jam operasi bandar udara > 12 jam = 3 shift + 1 shift standby
Untuk teknisi telekomunikasi penerbangan harus standby dalam waktu 24 jam, maka
ditetapkan 3 shift dalam dinas bergilir + 1 Shift Standby.
Jadi kebutuhan teknisi untuk dinas bergilir adalah jumlah shift operasi dan shift standby
dikalikan jumlah personil per shift, kemudian ditambah pimpoksi. Namun untuk status
penyelenggara pelayanan sebagai enroute ditambah 1 orang personil.
���
�
3. Total Kebutuhan Teknisi Telekomunikasi Penerbangan
Total kebutuhan teknisi telekomunikasi penerbangan adalah jumlah teknisi untuk
pemeliharaan ditambah jumlah teknisi untuk dinas bergilir (shift).
3.3.2 Contoh Penghitungan Analisa Beban Kerja Teknisi Telekomunikasi
Penerbangan
�
���
�
���
�
BAB IV
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
4.1 Umum
Kebijakan keselamatan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan,
diperlukan oleh seluruh personel Penyelenggara Pelayanan xxx dimana keselamatan
pelayanan navigasi penerbangan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan
manajemen keselamatan. Untuk menerapkan hal tersebut maka Kepala Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan memiliki komitmen dalam bentuk deklarasi
pernyataan keselamatan dari Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx (terlampir).
Tujuan kebijakan keselamatan dalam penyelenggaraan pelayanan
telekomunikasi penerbangan adalah untuk menyediakan pelayanan navigasi
penerbangan yang selamat, efektif, dan efisien. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
maka di dalam penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan kami menerapkan
budaya keselamatan pada seluruh aspek yang terkait dalam penyelenggaraan
pelayanan telekomunikasi penerbangan.
4.2 Manajemen Keselamatan Penyelenggaraan Pelayanan
Untuk mewujudkan penerapan sistem manajemen keselamatan sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan pada Civil Aviation Safety Regulation Part 171, Advisory
Circular 171-3 dan Manual of Standar CASR Part 171. Maka dibentuk suatu unit
khusus yang memiliki tanggung jawab dalam penanganan isu-isu keselamatan
pelayanan telekomunikasi penerbangan.
Gambar 4 : Struktur Unit Keselamatan (contoh)
�����
���������� ����������������
�
�������
����������������������
��������������
������������
�������
�������������
�� !�������������
������������
�������
����������������������
"��� ��!�� ����
������������
�#�
�
a. Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx
Nama : ........................
No. Telp/HP : ........................
b. Manager Keselamatan
Nama : ........................
No. Telp/HP : ........................
c. Koordinator Teknisi Fasilitas Telekomunikasi Penerbangan
Nama : ........................
No. Telp/HP : ........................
d. Koordinator Teknisi Fasilitas Radionavigasi Penerbangan
Nama : ........................
No. Telp/HP : ........................
e. Koordinator Dokumentasi Data KeselamatanNama : ........................
No. Telp/HP : ........................
Tugas pokok dan fungsi pada struktur organisasi unit keselamatan tersebut
sebagai berikut:
a. Manager Keselamatan
Manager keselamatan bertugas untuk mengkoordinir, memantau dan melaporkan
penerapan sistem manajemen keselamatan pada penyelenggaraa pelayanan
telekomunikasi penerbangan kepada kepala Penyelenggara Pelayanan.
Penunjukan Manager Keselamatan tidak menghilangkan tanggung jawab Kepala
Penyelenggara Pelayanan xxx atau CEO ANS Provider terhadap keselamatan
pelayanan telekomunikasi penerbangan.
b. Koordinator Fasilitas Telekomunikasi Penerbangan
Koordinator fasilitas telekomunikasi penerbangan bertugas untuk mengkoordinir,
memantau dan melaporkan isu-isu keselamatan dalam bidang fasilitas
telekomunikasi penerbangan.
c. Koordinator Fasilitas Radionavigasi Penerbangan
Koordinator fasilitas radionavigasi penerbangan bertugas untuk mengkoordinir,
memantau dan melaporkan isu-isu keselamatan dalam bidang fasilitas
radionavigasi penerbangan.
d. Koordinator Dokumentasi Data Keselamatan
Koordinator dokumentasi data keselamatan bertugas untuk mengelola laporan
bahaya dan kemudian membuat laporan akhir dari seluruh laporan bahaya
tersebut. Laporan akhir tentang keselamatan akan dilaporkan kepada manager
keselamatan
�$�
�
4.3 Pelaporan Data Keselamatan
Laporan data keselamatan yang berfungsi untuk menyediakan data mengenai isu-isu
keselamatan kepada Manager Keselamatan dan personel terkait lainnya pada pihak
Penyelenggara Pelayanan xxxx. Data isu-isu keselamatan yang dilaporkan mengenai
bahaya, kejadian/incident, faktor dan solusi untuk mencegah bahaya yang sama.
a. Laporan Bahaya (Hazard)
Berikut adalah format laporan mengenai situasi atau keadaan yang dapat
menyebabkan kondisi berbahaya terhadap orang, pesawat udara, peralatan dan
peralatan pendukung lainnya walaupun kondisi tersebut belum menyebabkan
kecelakaan terhadap orang atau peralatan yang ada. Laporan ini ditujukan kepada
Manager Keselamatan dan personel terkait, format laporan sebagai berikut:
Kepada Yth :
Direktur Jenderal Perhubungan
a. DATA UMUM
1 Tanggal Kejadian :
2. Nama Penyelenggara Pelayanan :
3. Lokasi Kejadian :
4. Waktu Kejadian :
5. Jenis Kejadian :
6. Informasi Cuaca (Weather Report e.g Wind,
Visibility)
:
b. DATA FASILITAS / PERALATAN / KENDARAAN
1. Nama Pengelolah Fasilitas / Peralatan dan
Kendaraan
:
2. Jenis Fasilitas / Peralatan / Kendaraan :
Kerusakan Pada Fasilitas / Peralatan /
Kendaraan
:
Nama Operator :
Nomor Operator :
Jumlah Korban :
c. DESKRIPSI
1. Kronologi Kejadian :
2. Dampak Kejadian terhadap operasional
Pelayanan
:
(Tempat, Tanggal Bulan Tahun)
Petugas Pelapor (optional)
Tabel 8 : Contoh Format Laporan Kondisi Bahaya
�%�
�
No Tanggal Kejadian Solusi Keterangan
1 12-3-2011 Ada hewan (tikus) memasuki
gedung VOR yang terletak di
Pasar Kemis-Tangerang.
Tikus tidak
ditemukan
2 23-3-2011 Personel PLLU melihat ada
salah seorang personel
ground handling yang
mendengarkan musik dengan
menggunakan head set waktu
bekerja
Identitas
personel
dimaksud
tidak
diketahui
Tabel 9 : Contoh Format Laporan Akhir
b. Mekanisme Pelaporan
1) Setiap personel yang melihat kejadian bahaya dan kerusakan peralatan wajib
melaporkan kejadian tersebut pada format laporan yang telah ditentukan pada
kurun waktu 1 x 24 jam;
2) Laporan tersebut disampaikan kepada Manager Keselamatan yang ditunjuk
oleh pihak Penyelenggara Pelayanan xxxx;
3) Manager Keselamatan menganalisa kemungkinan tingkat bahaya dan
konsekuensi kejadian yang dilaporkan pada rapat internal unit teknis apabila
bahaya yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Manager
keselamatan juga menentukan metode atau solusi untuk menanggulangi atau
mengurangi bahaya yang ditimbulkan;
4) Manager Keselamatan menyiapkan laporan akhir seluruh kejadian kepada
Kepala Penyelenggara Pelayanan xxxx;
5) Kepala Penyelenggara Pelayanan xxxx menindaklanjuti laporan tersebut dan
juga mendokumentasikan laporan tersebut sebagai bukti;
6) Apabila terdapat kejadian yang terkait dengan instansi lain maka pihak
Penyelenggara Pelayanan menyampaikan informasi tersebut secara tertulis
kepada instansi tersebut;
7) Dalam kurun waktu tertentu pihak Penyelenggara Pelayanan xxx melaporkan
kegiatan keselamatan yang telah dilaksanakan kepada Ditjen Hubud;
8) Manager Keselamatan akan menyiapkan draft notam pada saat mengetahui
terjadinya kondisi bahaya yang dapat mengganggu keselamatan
penerbangan;
9) Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx segera menerbitkan NOTAM setelah
mendapatkan laporan mengenai terjadinya kondisi bahaya yang mengganggu
keselamatan penerbangan.
c. Kejadian Bahaya Yang Harus Dilaporkan
1) Kerusakan peralatan;
�&�
�
2) Kerusakan peralatan penunjang (pendingin ruangan, gedung peralatan, dan
lain sebagainya);
3) Gangguan hewan pada peralatan;
4) Kebakaran peralatan;
5) Tindakan tidak sesuai SOP;
6) Kejadian lain yang menyebabkan kondisi bahaya.
4.4 Mekanisme Monitoring berkelanjutan
1. Rencana Monitoring Keselamatan
Unit SMS akan selalu melaksanakan Monitoring dalam bentuk audit, audit ini
kami laksanakan untuk menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan juga hal-hal yang membahayakan. Berdasarkan hasil audit
dalam bentuk temuan maka akan dirumuskan rekomendasi terhadap
permasalahan tersebut sebagai laporan akhir. Manual operasi pelayanan
telekomunikasi peerbangan berisi detail mengenai pengaturan keselamatan
sebagai dasar untuk pelaksanaan audit. Kinerja akan diukur berdasarkan sistem
manajemen yang sudah tercantum dalam manual operasi. Audit secara
independen akan dilaksanakan setiap tahun dan sebelum pembaharuan Sertifikat
Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan.
2. Form Pengecekan (Meter Reading, Ground Check dan Checklist)
Daftar yang digunakan sebagai pedoman dalam setiap tahapan di atas, sesuai pada
lampiran.
3. Organisasi audit
Dalam melaksanakan audit, terdapat 3 (tiga) tingkatan, seperti berikut:
a. Self Auditing
Audit ini dilaksanakan oleh Manager sesuai dengan tanggung jawab di
masing-masing bidangnya. Setiap Manager harus mengetahui kelemahan
keselamatan di bidangnya, melakukan audit untuk memastikan kelemahan
tersebut sudah diminimalisasi sebelum menjadi masalah yang besar.
b. Independent Internal Audit
Audit ini dilaksanakan oleh pihak lain dalam organisasi Penyelenggara
Pelayanan xxxx secara independent yang sudah berpengalaman. Keuntungan
pelaksanaan independent internal audit adalah :
1) Memberi kepastian dan keyakinan pada setiap manajer bahwa semua
persyaratan dan ketentuan keselamatan telah dipenuhi.
2) Adanya tenggat waktu terhadap masalah-masalah keselamatan yang lama
penanganannya.
3) Adanya standar keselamatan dalam organisasi di bandar udara terhadap
ide-ide baru mengenai keselamatan
�'�
�
4) Setiap manajer tidak kebal terhadap tindakan yang mengancam
keselamatan
c. Auditing by Regulator
Audit ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai
regulator dan didampingi oleh kami sebagai unit yang menangani masalah
keselamatan di penyelenggara pelayanan xxx.
4. Pelaksanaan audit
a. Unit SMS akan menentukan jadwal pelaksanaan Audit dan mempublikasikan
kepada pihak-pihak terkait;
b. pelaksanakan Self Auditing akan di laksanakan secara berkelanjutan;
c. Independent Internal Audit dilaksanakan 2 kali dalam setahun dan
d. Auditing by regulator dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
oleh pihak regulator.
4. 5 Investigasi Kejadian Keselamatan
Unit SMS akan melakukan Insvestigasi kejadian yang dilaksanakan pada saat terjadi
kecelakaan, dimana kecelakaan tersebut terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
telekomunikasi penerbangan.
Unit SMS juga akan berkoordinasi dan membantu KNKT dalam melaksanakan
Investigasi kejadian serius dan membuat laporan pelaksanaan Investigasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4.6 Forum Keselamatan
Unit SMS membentuk suatu forum yang bertujuan untuk memfasilitasi masalah
keselamatan dengan pihak-pihak terkait lainnya misalnya personel Aeronautical
Information Service, Radio Komunikasi Penerbangan dan Pemandu Lalu Lintas
Udara serta unit lain yang terkait.
4.7 Pelatihan Personel
1. Tujuan
Pelatihan dan pendidikan ini dilaksanakan untuk mempertahankan (recurrent) dan
meningkatkan kompetensi personil teknisi telekomunikasi dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja dan efisiensi kerja.
2. Kompetensi
Personil teknisi penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan harus
memilki Sertifikat Kecakapan Personil dan Lisence peralatan yang selalu
diperbaharui apabila telah habis masa berlakunya.
���
�
3. Pelatihan Untuk Teknisi
Pelatihan bagi personil penyelenggara akan selalu dilaksanakan secara
berkelanjutan untuk menjamin keselamatan penerbangan serta Manager dan
personil yang tidak mematuhi sistem keselamatan akan dikenakan tindakan
indisipliner.
Rencana Pelatihan Personil teknisi dalam 5 tahun kedepan :
�������
������� � �� � �� � �� � �� � ��
����� ��
���� ��
��� ��
��� ��
��� ��
�!"�
Tabel 10 : Contoh Rencana Pelatihan Personil teknisi
Catatan :
FN : Firman
BD : Bandi
DJ : Doni Juliansyah
IM : Iman
�
���
�
BAB V
DATA PERALATAN TELEKOMUNIKASI PENERBANGAN
5.1 Data Peralatan Telekomunikasi Penerbangan�
���� �����
��������
����
�
� ��� �� �� ���������
�
������ ������ ��������� ������ �������
��������
�������
�������� �����
��� �������� ������ � ����� ������ ���������� �� ����� �� �� �� ����� �
��� � � � � � � � � � � � �
Tabel 11 : Contoh Data peralatan
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
�
�
�
5.2 Data Nilai Kinerja Pelayanan
Tabel 12 : Contoh Data Nilai Pelayanan� �
��� �����
�����
������� ��� ������
��������
�
������
��������
��������
�������
�����������
����������
�����������
�����������
��� �� �������������
�� ��
�������������
���� ��
!"����������
� � � � �#$��%�"�
�������
�� �� �� �� �� �� �� �� � � ���������
�"&�� �
��� ������
���
���������������� �� �� ��� � �� ��� � �� �� �� ��� ����� ������ � � ��� �������� �����������
��� ������
��
������������������� �� ��� � �� � � �� � �� �� � ����� �� ����� ���!��� ������� �����������
���� "�#
��
$%%����������� � ��!� � ����� � � � �� ����������� ������� �������� � ��� %����&�'��
���� "(� $%%���������������� ��!� � ����� � � � �� ����������� ������� �������� � ��� %����&�'��
���
�
BAB VI
PENUTUP
Manual operasi penyelenggara pelayanan telekomunikasi penerbangan ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi standar yang ditetapkan di dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) tentang Penyelenggara Pelayanan
Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Service Provider)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29
Tahun 2013.
Manual operasi ini disusun sesuai dengan kondisi pelayanan dan peralatan
telekomunikasi penerbangan pada Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di xxxx
dan apabila terjadi perubahan maka akan dilakukan perubahan dan up dating terhadap manual
operasi ini. Manual operasi ini mencerminkan kondisi dari praktek yang berlaku saat ini
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan di xxxx yang akan terus diperbarui untuk
mendapatkan hasil semaksimal mungkin untuk memenuhi seluruh peraturan yang berlaku.
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
�
�
DAFTAR SINGKATAN
Daftar berikut adalah singkatan penting yang digunakan dalam manual ini, seperti yang pada
umumnya digunakan dalam penyelenggaraa pelayanan telekomunikasi penerbangan.
ADC Aerodrome Control
APP Approach Control
ACC Area Control Centre
AFIS Area Flight Information Service
AFTN Aeronautical Fixed Telecommunication Network
ARP Aerodrome Refference Point
AMSC Automatic Message Switching Control
AMSS Automatic Message Switching System
ADS-B Automatic Dependent Surveillance Broadcast
ATIS Automatic Terminal Information Service
ATN Aeronautical Telecommunication Network
ATS Air Traffic Service
AOC Airline Operator Certificate
AVSEC Aviation Security
ATC Air Traffic Controller
BO Briefing Office
DME Distance Measuring Equipment
DVOR Doppler Very High Frequency Omnidirectional Range
FIS Flight Information Service
HF A/G High Frequency Air-Ground
ILS Instrument Landing System
Kapoksi Kepala Kelompok Teknisi
KM Keputusan Menteri
MSSR Monopulse Secondary Surveillance Radar
MTBF Means Time Before Failure
MTTR Means Time To Repaire
MM Middle Marker
NM Nautical Mile
MHz Mega Hertz
OM Outer Marker
PSR Primary Surveillance Radar
PAPI Precision Approach Path Indicator
PP Peraturan Pemerintah
PKP-PK Pertolongan Kecelakaan Pertama-Pemadam Kebakaran
Pimpoksi Pimpinan Kelompok Teknisi
RADAR Radio Detection & Ranging
RTIL Runway Threshold Identifier Light
RX Receiver
SKEP Surat Keputusan
SOP Standard Operating Procedure
SSR Secondary Surveillance Radar
SMS Safety Management System
SDM Sumber Daya Manusia
���
�
LAMPIRAN 1
�
Deklarasi Kepala Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pelayanan Telekomunikasi
Penerbangan
Keselamatan penyelenggaraan pelayanan telekomunikasi penerbangan menjadi
prioritas utama dalam mewujudkan keselamatan pelayanan navigasi penerbangan bagi
pihak pengguna jasa. Untuk itu Penyelenggaraan pelayanan telekomunikasi
penerbangan yang aman, selamat dan efektif merupakan persyaratan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mendukung untuk:
1. Mendukung program-program Sistem Manajemen Keselamatan yang dijabarkan
dalam Manual Operasi ini.
2. Kehandalan kinerja pelayanan telekomunikasi penerbangan.
3. Keselamatan setiap orang yang dapat mempengaruhi penyelenggaraan pelayanan
telekomunikasi penerbangan.
4. Pelaksanaan audit internal penyelenggaraan pelayanan telekomunikasi
penerbangan untuk identifikasi awal masalah keselamatan.
5. Melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan untuk menjaga tingkat
keselamatan yang ditetapkan.
Kepala Penyelenggara Pelayanan xxx
Tanggal :.......................
Tandatangan :........................
�
�
�
�
LAMPIRAN 2
Hasil Commisioning Fasilitas Telekomunikasi Penerbangan
Contoh:
Hasil Flight Commissioning Peralatan DVOR merk AMS 1150 / DME merk AMS 1119