krakteristik lahan basah

12
Kelompok 2 ARDIAN YOLANDA 1307112722 DHIKA FAZRIAN 1307122912 HENDRA 1307122892 RONNY TIGOR STG. 1307114602 TRIVIA ARISKA 1307113092 PENGENDALIAN LAHAN BASAH KARAKTERISTIK LAHAN BASAH KELA S A 2016

Upload: ardian-yolanda

Post on 07-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 1/12

Kelompok 2

ARDIAN YOLANDA 1307112722

DHIKA FAZRIAN 1307122912

HENDRA 1307122892

RONNY TIGOR STG. 1307114602

TRIVIA ARISKA 1307113092

PENGENDALIAN LAHAN BASAH

KARAKTERISTIK LAHAN BASAH

KELAS A

2016

Page 2: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 2/12

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper  “Karakteristik Lahan Basah” dalam rangka

memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pengendalian Lahan Basah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, mengenai isi

maupun pemakaian bahasanya, sehingga kami memohon kritikan yang bersifat membangun

untuk penulisan lebih lanjut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta

menambah pengetahuan bagi kita semua, dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia  – Nya kepada kita semua.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, Februari 2016

Penyusun

Page 3: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 3/12

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. iDAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2

2.1. Karakteristik Lahan Basah .................................................................................... 2

2.2. Jenis Lahan Basah ............................................................................................... 4

2.2.1 Rawa ...................................................................................................................... 4

2.2.2 Paya .......................................................................................................................5

2.2.3 Gambut................................................................................................................... 6

2.2.4 Riparian .................................................................................................................. 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 9

3.1. Kesimpulan............................................................................................................... 9

3.2. Saran........................................................................................................................9

Page 4: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 4/12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan basah merupakan wilayah yang strategis bagi Indonesia. Lahan basah yang

dimaksud di sini adalah ekosistem rawa, termasuk rawa bergambut yang dipengaruhi oleh air 

tawar maupun payau. Berbagai definisi yang dikemukakan itu mengacu pada berbagai bentuk

lahan basah yang beraneka, seperti rawa (swamp), Paya, Gambut, dan Riparian.

Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang

tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Di atas lahan basah tumbuh berbagai

macam tipe vegetasi (masyarakat tetumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa

gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-lain. Margasatwa penghuni lahan basah juga tidak

kalah beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah seperti buaya, kura-kura, biawak, ular,

aneka jenis kodok, dan berbagai macam ikan; hingga ke ratusan jenis burung dan mamalia,

termasuk pula harimau dan gajah.

Pada sisi yang lain, banyak kawasan lahan basah yang merupakan lahan yang subur,

sehingga kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-lahan pertanian. Baik

sebagai lahan persawahan, lokasi pertambakan.

1.2. Rumusan Masalah1. Karakteristik Lahan basah yang perlu diketahui

2. Penjelasan mengenai Jenis-jenis Lahan Basah

1.3. Tujuan Penulisan1. Mengetahui Karakteristik Lahan Basah

2. Mengetahui Jenis-jenis Lahan Basah

3. Tugas Pengendalian Lahan Basah

Page 5: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 5/12

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Lahan Basah

Lahan basah atau wetland (Ingg.) adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh

dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian

atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke

dalam lahan basah ini, di antaranya, adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan

gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau

asin.

Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan hayati, seperti air,

tanah, spesies tumbuhan dan hewan, serta unsur hara. Ciri-ciri yang berkaitan dengan

komponen fisik, kimia dan hayati tidak sama antara lahan basah yang satu dengan yang lain

(Notohanagoro, 1996).

Suatu lahan dapat disebut lahan basah jika memenuhi salahsatu atau lebih dari tiga

kondisi. Pertama, secara periodik terdapat tanaman air. Kedua, merupakan areal yang cukup

basah dalam jangka waktu yang lama. Ketiga, secara permanen dalam keadaan jenuh.

Notohanagoro (1996) menyatakan bahwa sistem lahan basah dapat berfungsi membersihkan

air karena memiliki empat komponen asasi yaitu :

1. Vegetasi berfungsi menciptakan lingkungan tambahan bagi populasi mikroba, dan

menjadi penghalang aliran air sehingga memudahkan pengendapan sedimen

tersuspensi.

2. Lapisan air berfungsi mengangkut bahan dan gas, menghilangkan hasil sampingan

dan menyediakan lingkungan dan air bagi kelangsungan proses biokimia tumbuhan

dan mikroorganisme.

3. Tanah berfungsi mendukung kehidupan vegetasi, menyediakan hamparan

permukiman reaktif dalam penyerapan ion dan permukaan untuk populasi

mikroorganisme.

4. Mikroorganisme berfungsi mengurai jasad patogen dan zat-zat pencemar.

Tiga karakteristik lahan basah:

1. Hidrologi : harus mengandung air, baik tergenang secara periodik atau terus menerus.

Lahan selalu tergenang sekitar 18” dan tergenang lebih dari 7 hari selama masa

pertumbuhan.

2. Tanah : harus selalu tergenang air, mengalami kondisi anaerob. Terdapat karakteristik

khusus mengenai warna, struktur fisik, dan karakteristik kimia.

3. Tanaman (Vegetasi) : ketika hidup selalu membutuhkan air, akarnya bersifat anaerob,

dapat beradaptasi dengan substrat yang selalu tergenang

Page 6: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 6/12

3

 A. Hidrologi

1. Lahan Basah Basin (Danau dan Kolam)

• Lahan basah yang selalu tergenang air 

• Fisik: aliran air vertikal (contoh: air hujan)

• Periode penggenangan: Penggenangan lebih lama dari musim kering

2. Sungai

• Secara periodik mengalami penggenangan

• Fisik: aliran air vertikal/horizontal.

• Periode penggenangan: Penggenangan lebih singkat dari musim kering

3. Pantai/payau (mangrove dan padang lamun)

• Perbatasan antara daratan dan hutan

• Fisik : aliran air vertikal dan horizontal

• Periode penggenangan : pendek dan teratur.

B. Tanah

Tanah adalah campuran antara berbagai partikel mineral, udara, air, pelapukan batuan,

organisme hidup dan mati. Komponen dasar tanah antara lain: pasir, tanah liat, dan lempung.

Tanah terbentuk dari pelapukan batuan hingga menjadi partikel kecil. Hewan, serangga dan

akar tanaman membantu proses pelapukan batuan. Bahan organik lain serta organisme yang

mati membantu pelapukan.

Tipe tanah :

1. Tanah berpasir : mengandung mineral berukuran diameter 0,5 – 2 mm. Memiliki

pengaliran air dan udara yang baik bukan tempat penyimpan air yang baik, sedikit

tanaman yang bisa tumbuh.

2. Tanah lempung : mengandung mineral berukuran diameter 0,002 – 0,05 mm. Tanah

yang terbentuk dari mineral berkerangka dasar silikat. Memiliki sifat elastis yang kuat,

menyusut saat kering dan memuai saat basah.

3. Tanah liat : mengandung mineral berukuran diameter lebih kecil 0,002 mm. Tanah

yang dapat menyimpan air dengan baik, tidak memiliki rongga udara.

4. Tanah loam : terdiri dari jenis pasir, lempung dan liat yang pas. Tanah ini pas untuk

pertumbuhan tanaman, mampu meyimpan air dengan baik.

C. Vegetasi

Kategori tumbuhan lahan basah :

1. Obligate: 99% waktu hidupnya di lahan basah

2. Fakultatif: 67%-99% waktu hidupnya di lahan basah

3. Fakultatif Plants: 34-66% waktu hidupnya di lahan basah

4. Fakultatif Upland: 67%-99% waktu hidupnya di lahan kering

5. Obligate Upland Plants: 99% waktu hidupnya di lahan kering

Page 7: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 7/12

4

Jenis tumbuhan lahan basah:

1. Tumbuhan asli: akan menyediakan makanan dan habitat untuk hewan asli, menjaga

ketersediaan gen lokal, dan ketersediaan gen.

2. Tumbuhan pendatang/asing: jenis tumbuhan yang bukan asli daerah tersebut dan

sengaja didatangkan dengan berbagai cara. Bias menjadi tanaman penjajah karena

tidak mendominasi ekosistem.

2.2. Jenis Lahan Basah

2.2.1 RawaRawa adalah lahan genangan air secara ilmiah

yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat

drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-

ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.

Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam

tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau

buatan manusia dengan mencampurkan air 

tawar dan air laut, secara permanen atau

sementara, termasuk daerah laut yang dalam

airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut.

Rawa-rawa , yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan

berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut “pembersih alamiah”, karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan

itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain,

sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.

Rawa dibedakan menjadi dua; Hutan Rawa air tawar dan Hutan bakau

• Hutan rawa air tawar , atau banjir hutan, adalah hutan yang dibanjiri dengan air tawar,

baik secara permanen maupun musiman. Mereka biasanya terjadi di sepanjang hilir 

sungai dan sekitar danau air tawar. Hutan rawa air tawar ditemukan di berbagai zona

iklim, dari utara melalui beriklim sedang dan subtropis ke tropis. Di Cekungan AmazonBrazil, hutan banjir musiman dikenal sebagai sebuah várzea, penggunaan yang

sekarang menjadi lebih luas untuk jenis hutan di Amazon (meskipun umumnya dieja

varzea ketika digunakan dalam bahasa Inggris).Igapó, kata lain yang digunakan di

Brazil untuk hutan Amazon banjir, juga kadang-kadang digunakan dalam bahasa

Inggris. Secara khusus, varzea mengacu pada arung-hutan terendam,

dan igapo untuk blackwater -hutan terendam. Hutan Rawa gambut, rawa hutan di mana

tanah tergenang air mencegah puing-puing kayu dari sepenuhnya membusuk, yang

dari waktu ke waktu menciptakan lapisan tebal gambut asam.

• Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas

rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-

Page 8: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 8/12

5

surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran

dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak,

maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang

dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya

pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah;salinitas tanahnya yang

tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit

 jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini

kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan

evolusi.

Luas dan Penyebaran

Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling

khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5

hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta

ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang

relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur 

Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah

lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi

Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua,

terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar 

sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.

2.2.2 PayaPaya atau disebut juga paya-paya adalah sejenis lahan basah yang terbentuk dari

lapangan yang sering atau selalu tergenang oleh air. Paya adalah rawa dangkal yang terutama

ditumbuhi oleh rerumputan seperti wlingi, mendong, gelagah, atau terna sejenis bakung, teratai

dan sebangsanya. Terkadang ada, namun jarang, adalah tumbuhan berkayu yang lambat

tumbuh. Lingkungan paya mungkin digenangi oleh air tawar, payau atau asin.

Paya bisa jadi merupakan bagian dari ekosistem yang lebih besar, seperti mangrove atau

hutan rawa gambut. Atau, merupakan wilayah ekoton (peralihan) antara danau, sungai danhutan rawa air tawar.

Wilayah yang berpaya-paya ini seringkali kaya akan jenis-jenis ikan, sehingga menjadi habitat

yang penting bagi pelbagai margasatwa, terutama burung-burung merandai, bebek liar serta

angsa liar. Juga berjenis-jenis buaya dan reptil lainnya seperti ular sanca dan anakonda.

Page 9: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 9/12

6

2.2.3 GambutGambut adalah jenis tanah yang

terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan

yang setengah membusuk; oleh sebab itu,

kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang

terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini

disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat ; dan

lahan-lahan bergambut di berbagai belahan

dunia dikenal dengan aneka nama sepertibog,

moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.

Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa

daerah Banjar .

Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut

di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-

lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 milyar terajoule.

Geografis

Deposit gambut tersebar di banyak tempat di dunia, terutama di Rusia, Belarusia, Ukraina,

Irlandia, Finlandia, Estonia, Skotlandia, Polandia, Jerman utara, Belanda, Skandinavia, dan di

 Amerika Utara, khususnya di Kanada, Michigan, Minnesota, Everglades di Florida, dan di delta

Sungai Sacramento-San Joaquin di Kalifornia. Kandungan gambut di belahan bumi selatan

lebih sedikit, karena memang lahannya lebih sempit; namun gambut dapat dijumpai di Selandia

Baru, Kerguelen, Patagonia selatan/Tierra del Fuego dan Kepulauan Falkland.

Sekitar 60% lahan basah di dunia adalah gambut; dan sekitar 7% dari lahan-lahan gambut itu

telah dibuka dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian dan kehutanan. Manakala

kondisinya sesuai, gambut dapat berubah menjadi sejenis batubara setelah melewati periode

waktu geologis.

Pembentukan gambut

Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya,

biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob diperairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari

serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang

belum sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen

bersifat menghambat dekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut

terawetkan di dalam lapisan-lapisan gambut.

Gambut di Indonesia

Luas lahan gambut di Sumatra diperkirakan berkisar antara 7,3–9,7 juta hektare atau kira-kira

seperempat luas lahan gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya,

gambut di sini dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.

Page 10: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 10/12

7

• Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan air 

yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di

pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam, hingga

sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur; dengan zat hara yang

berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa tumbuhan,

dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.• Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen bermula

sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada umumnya

lapisan gambutnya lebih tebal, hingga kedalaman 20 m, dan permukaan tanah

gambutnya lebih tinggi daripada permukaan sungai di dekatnya. Kandungan unsur hara

tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari lapisan gambut dan dari air hujan,

sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau drainase yang keluar dari wilayah gambut

ombrogen mengalirkan air yang keasamannya tinggi (pH 3,0–4,5), mengandung

banyak asam humus dan warnanya coklat kehitaman seperti warna air teh yang pekat.

Itulah sebabnya sungai-sungai semacam itu disebut juga sungai air hitam.

2.2.4 RiparianMintakat riparian atau wilayah

riparian adalah zona peralihan antara

sungai dengan daratan. Wilayah ini memiliki

karakter yang khas, karena perpaduan

lingkungan perairan dan daratan. Salah

satunya, komunitas tumbuhan pada mintakat

ini dicirikan oleh tetumbuhan yang

beradaptasi dengan perairan, yakni jenis-

 jenis tumbuhan hidrofilik; yang dikenal

sebagai vegetasi riparian.

Perkataan riparian berasal dari bahasa Latin

ripa, yang berarti “tepian sungai”. Mintakat riparian bersifat penting dalam ekologi, pengelolaan

lingkungan dan rekayasa sipil, terutama karena peranannya dalam konservasi tanah,

keanekaragaman hayati yang dikandungnya, serta pengaruhnya terhadap ekosistem perairan.

Bentuk fisik zona ini bisa bermacam-macam, di antaranya berupa hutan riparian, paya-paya,

aneka bentuk lahan basah, atau pun tak bervegetasi.

Istilah-istilah teknis seperti sempadan sungai dan kakisu (kanan-kiri sungai) mengacu kepada

mintakat ini, meski pengertiannya tak sepenuhnya setangkup. Karakteristik dan fungsi Wilayah

riparian bisa berbentuk alami atau terbangun untuk keperluan stabilisasi tanah atau rehabilitasi

lahan. Mintakat ini merupakan biofilter alami yang penting, yang melindungi lingkungan akuatik

dari sedimentasi yang berlebihan, limpasan air permukaan yang terpolusi, dan erosi tanah.

Vegetasi di kanan-kiri sungai memiliki karakter yang khas, yang sering memperlihatkan

pengaruh dan interaksi dengan lingkungan perairan yang dinamis. Banyak dari jenis tumbuhan

di wilayah riparian ini yang memencar dengan mengandalkan aliran air atau pergerakan ikan.

Page 11: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 11/12

8

Dari segi ekologi, fenomena ini penting sebagai salah satu mekanisme aliran energi ke dalam

ekosistem perairan, melalui jatuhan ranting, daun dan terutama buah tetumbuhan ke air, yang

akan menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan akuatik.

Dari sudut sosial, kawasan riparian banyak menyumbang bagi nilai-nilai kehidupan

masyarakat di sekitarnya. Wilayah tepian sungai yang bervegetasi baik sering dijadikan taman

tempat bersantai dan berinteraksi bagi penduduk, terutama di perkotaan.Taman dan hutan

kota semacam ini biasa dijadikan tempat rekreasi harian, bersepeda, memancing, berbiduk,

dan lain-lain. Pemandangan sungai yang indah, juga di waktu malam di daerah perkotaan,

menjadikan banyak restoran dibangun di tepian air.

Page 12: Krakteristik Lahan Basah

8/19/2019 Krakteristik Lahan Basah

http://slidepdf.com/reader/full/krakteristik-lahan-basah 12/12

9

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan1. Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan hayati, seperti air,

tanah, spesies tumbuhan dan hewan, serta unsur hara.

2. Tiga karakteristik lahan basah yaitu Hidrologi, Tanah, Tanaman (Vegetasi)

3. Jenis lahan basah yaitu Rawa, Paya, Gambut, dan Riparian.

3.2. Saran1. Pelajari dan pahami Karakteristik Lahan Basah agar mudah dalam memahami

karakteristik lahan basah tersebut

2. Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang

tinggi, oleh karena itu kita harus menjaga agar lahan basah tersebut tidak dirusak.3. Melaporkan kepada pihak terkait jika melihat perusakan di daerah lahan basah.