kritik arsitektur

1
Rumah Joglo Ksatrian ini memiliki konsep Arsitektur Joglo yang merupakan arsitektur jawa populer dan digolongkan dengan gaya arsitektur tradisional. Atap joglo yang khas ditopang dengan soko guru berupa empat tiang utama penyangga serta susunan balok yang dinamakan tumpangsari megah berdiri di dalam bangunan rumah Joglo Ksatrian sebagai penodopo atau penerima tamu, seperti halnya dengan arsitektur joglo dimana konsep zonasi publik terletak di bagian depan. Jika dikaitkan dengan zonasi khas arsitektur Joglo yang memiliki bagian rumah seperti ndalem, senthong dsb hal ini tidak dapat ditemui di rumah Joglo Ksatrian. Konsep Joglo yang diterapkan pada rumah Joglo Ksatrian ini hanya dapat dilihat dari bentuk atapnya saja, dibuktikan dengan semua bangunan yang ada di dalam, menggunakan atap joglo. Hal ini mungkin dapat disebut dengan arsitektur joglo yang mampu mengikuti perkembangan zaman, Joglo memang terikat pada masa lalu akan tetapi dengan kebutuhan yang semakin berkembang, semakin banyak juga alternatif desain yang mengambil nilai dari arsitektur tradisional. Atap Joglo juga dapat digolongkan dengan gaya rumah arsitektur tropis dimana atap ini dirancang untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi sehingga pada saat musim hujan datang, volume air yang cukup banyak dan jatuh ke atap rumah harus bisa mengalirkan air dengan cepat ke tanah. Hal ini megungkapkan bahwa Arsitektur tropis sangat erat kaitannya dengan hujan, dibuktikan dengan rumah Joglo Ksatrian yang memiliki tempat penyimpanan payung di setiap massa bangunannya. Massa bangunan pada rumah Joglo Ksatrian ini memiliki jarak yang dipisahkan dengan taman yang tidak terlingkupi atap sehingga pada saat turun hujan memang diharuskan menggunakan payung apabila ingin berpindah dari massa yang satu ke massa yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa memang tempat penyimpanan payung di setiap massa bangunan dibutuhkan pada rumah Joglo Ksatrian.

Upload: farah-fahira-brahim

Post on 17-Feb-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas mata kuliah kritik arsitektur

TRANSCRIPT

Page 1: kritik arsitektur

Rumah Joglo Ksatrian ini memiliki konsep Arsitektur Joglo yang merupakan arsitektur jawa populer dan digolongkan dengan gaya arsitektur tradisional. Atap joglo yang khas ditopang dengan soko guru berupa empat tiang utama penyangga serta susunan balok yang dinamakan tumpangsari megah berdiri di dalam bangunan rumah Joglo Ksatrian sebagai penodopo atau penerima tamu, seperti halnya dengan arsitektur joglo dimana konsep zonasi publik terletak di bagian depan. Jika dikaitkan dengan zonasi khas arsitektur Joglo yang memiliki bagian rumah seperti ndalem, senthong dsb hal ini tidak dapat ditemui di rumah Joglo Ksatrian. Konsep Joglo yang diterapkan pada rumah Joglo Ksatrian ini hanya dapat dilihat dari bentuk atapnya saja, dibuktikan dengan semua bangunan yang ada di dalam, menggunakan atap joglo. Hal ini mungkin dapat disebut dengan arsitektur joglo yang mampu mengikuti perkembangan zaman, Joglo memang terikat pada masa lalu akan tetapi dengan kebutuhan yang semakin berkembang, semakin banyak juga alternatif desain yang mengambil nilai dari arsitektur tradisional.

Atap Joglo juga dapat digolongkan dengan gaya rumah arsitektur tropis dimana atap ini dirancang untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi sehingga pada saat musim hujan datang, volume air yang cukup banyak dan jatuh ke atap rumah harus bisa mengalirkan air dengan cepat ke tanah. Hal ini megungkapkan bahwa Arsitektur tropis sangat erat kaitannya dengan hujan, dibuktikan dengan rumah Joglo Ksatrian yang memiliki tempat penyimpanan payung di setiap massa bangunannya. Massa bangunan pada rumah Joglo Ksatrian ini memiliki jarak yang dipisahkan dengan taman yang tidak terlingkupi atap sehingga pada saat turun hujan memang diharuskan menggunakan payung apabila ingin berpindah dari massa yang satu ke massa yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa memang tempat penyimpanan payung di setiap massa bangunan dibutuhkan pada rumah Joglo Ksatrian.