kromatografi

18
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang dipisahkan terdistribusi dalam 2 fase. Salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas yang lainnya seperti fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan stasioner. Ketika pita tersebut melewati kolom, pelebaran disebabkan oleh rancangan kolom dan kondisi pengerjaan dan dapat diterangkan secara kuantitatif dengan pengertian jarak dengan teori kolom adalah jantung kromatografi, pemisahan sesungguhnya komponen dicapai dalam kolom. ( Underwood.2006 : 487 ) Dalam teknik kromatografi campuran, senyawa dapat dipisahkan menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat antara 2 fase, yaitu fase diam(stasioner) dan fase gerak (mobil). Azas penting dalam kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang berbeda. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap komponen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam system kromatografi, sehingga untuk analisis kuantitatif dan kualitatif. Istilah presfektif merujuk pada pemisahan dalam skala besar yang menghasilkan pemisahannya dapat digunakan lebih lanjut. Sebagian bahan penjerap digunakan silika gel (SiO 2 .H 2 O) atau alumina terhidrasi (Al 2 O 3 ). Permukaan bahan ini memiliki kemampuan untuk menjerap senyawa organic. Umumnya semakin polar senyawa organic ditandai dengan gugus fungsi karbonil, nitril, hidroksil, amino, karboksilat, dll. Semakin kuat ia menjerap molekul air, sehingga kereaktifannya menurun. ( Tim Kimia Organik.2013 : 38 ) Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa

Upload: hadinata

Post on 05-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

instrumen analisis

TRANSCRIPT

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang dipisahkan terdistribusi dalam 2 fase. Salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas yang lainnya seperti fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan stasioner. Ketika pita tersebut melewati kolom, pelebaran disebabkan oleh rancangan kolom dan kondisi pengerjaan dan dapat diterangkan secara kuantitatif dengan pengertian jarak dengan teori kolom adalah jantung kromatografi, pemisahan sesungguhnya komponen dicapai dalam kolom.

( Underwood.2006 : 487 )

Dalam teknik kromatografi campuran, senyawa dapat dipisahkan menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat antara 2 fase, yaitu fase diam(stasioner) dan fase gerak (mobil). Azas penting dalam kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi yang berbeda. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya, setiap komponen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam system kromatografi, sehingga untuk analisis kuantitatif dan kualitatif. Istilah presfektif merujuk pada pemisahan dalam skala besar yang menghasilkan pemisahannya dapat digunakan lebih lanjut. Sebagian bahan penjerap digunakan silika gel (SiO2.H2O) atau alumina terhidrasi (Al2O3). Permukaan bahan ini memiliki kemampuan untuk menjerap senyawa organic. Umumnya semakin polar senyawa organic ditandai dengan gugus fungsi karbonil, nitril, hidroksil, amino, karboksilat, dll. Semakin kuat ia menjerap molekul air, sehingga kereaktifannya menurun.

( Tim Kimia Organik.2013 : 38 )

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.

( Fessenden, 2003 )

Kromatografi lapis tipis atau TLC(Thin layer chromatography) seperti halnya kromatografi kertas, murah dan mudah dilakukan. Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dan kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah jam saja, sedangkan pemisahan yang umum pada kertas membutuhkan waktu beberapa jam. TLC sangat terkenal dan rutin digunakan di berbagai laboratorium. Media pemisahannya adalah lapisan dengan ketebalan sekitar 0,1-0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastic dan aluminium. Lempeng yang paling umum digunakan yang berukuran 8x2 inchi. Dan zat padat yang digunakan adalah alumina, TLC kadang-kadang disebut dengan kromatografi planar. Tidak ada cara yang mudah dalam mengelusi komponen sampel dari lempengan (kertas) untuk melintasi sebuah detektor tetapi telah dikembangkan peralatan untuk mengamati lempengan dengan sifat-sifat sampel seperti itu adsorpsi sinar UV dan pengedaran.

( Undewood. 2002 : 551 )

Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen) umumnya sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, pengelusi eluen naik sejalan dengan pelarut (misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi. Terdapatnya sejumlah air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.

KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Kromatografi adsorpsi memiliki beberapa kekurangan, yaitu : a. pemilihan fase diam(adsorben), b. koefisien distribusi untuk seringkali tergantung pada kadar total, sehingga pemisahannya kurang sempurna.

( Soebagio,dkk. 2002 : 58-88 )

Secara teori, pemisahan kromatografi yang baik akan diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi kesetimbangan yang baik antara fasegas dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga difusi menjadi sekecil-kecilnya.

( Gritter etal . 1991 )

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis.

Kromatografi lapis tipis atau TLC, seperti kromatografi kertas, tidaklah mahal dan mudah menggunakannya. Dibandingkan dengan kromatografi kertas lebih cepat. Prosesnya mungkin memerlukan hanya sekitar setengah jam, sedangkan pemisahan yang lazim pada kertas memerlukan beberapa jam. TLC sangat populer dan secara rutin digunakan dalam banyak laboratorium.

Medium pemisahannya berupa lapisan setebal 0,1-0,3 mm padat adsorben pada lempeng kaca, plastic atau aluminium. Lempengan yang lazim berukuran 20x5 cm. Zat padat yang lazim adalah alumina, gel silika dan selulosa. Dulu peneliti mempersiapkan lempengnya sendiri dengan menyalut kaca itu denggan suspensi air dari zat padat itu, yang biasanya mengandung zat pengikat sepertiplester paris, dan kemudian mengeringkan lempeng-lempeng itu dalam oven. Lempeng kaca dan lembar plastik ataupun aluminium yang telah dilapisi sebelumnya dapat dipotong-potong dengan gunting keukuran yang diminati.

Langkah pertama yang kami lakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Sampel berupa daun mengkudu disiapkan sebanyak 100 gram dan diiris sampai halus. Irisan daun tersebut kemudian dikeringkan didalam ruangan. Setelah semua irisan daun mengering dilanjutkan dengan perendaman dengan pelarut methanol. Pelarut methanol sebanyak 500 ml diisikan dalam botol berwarna gelap yang sebelumnya telah diisikan irisan daun yang mongering. Hal ini dilakukan selama 3x24 jam dan diguncang tiap 6 jam. Setelah siap kemudian dipakai untuk sampel pada percobaan kromatografi lapis tipis.

Disediakan gelas kimia yang diisikan campuran pelarut yaitu, butanol : CH3COOH : eter : benzena = 1:1:1:4, eter : metanol= 1 : 1, benzena : CH3COOH= 2 : 1, metanol : benzena= 1 : 3, eter : CH3COOH= 1 : 3 dan eter : benzena= 1 : 2 . Masing-masing campuran pelarut tersebut digunakan untuk menguji sampel dengan menggunakan pelat TLC. Pelat TLC sebelumnya telah dibentuk dengan ukuran 5x1 cm. Kemudian diberi bats atas dan batas bawahnya dengan jarak 0, cm menggunakan pensil. Alat yang digunakan haruslah pensil, kerena jika menggunakan pena ataupun spidol, tintanya akan ikut terjerap. Pelat TLC menggunakan alumina sebagai stasioner. Kemudian larutan sampel diambil dengan menggunakan pipa kapiler dan ditotolkan pada tengah salah satu batas. Pelat yang telah ditotolkan larutan sampel dimasukkan secara vertikal atau diagonal pada gelas kimia berisi campuran larutan pelarut. Lalu ditunggu sampai noda terbawa oleh pelarut dan pelarut mencapai batas atas. Kemudian diukur jarak yang ditempuh noda dan jarak garis depan pelarut dan dihitung Rf-nya.

Daun mengkudu dengan nama latin morinda citrifolia mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat seperti morindin yang membantu system kekebalan tubuh. Senyawa scopoletin yang bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, senyawa asam sitrat yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, senyawa asam maleat yang berguna dalam biokimia sebagai inhibitor reaksi transaminase, senyawa , senyawa gum, beberapa senyawa antioksidan,dll. Ekstrak daun mengkudu itu dipisahkan dari pelarutnya dengan bantuan campuran pelarut metanol : CH3COOH : eter : benzena= 1:1:1:4, noda dari sampel menempuh jarak 3,1 cm dengan noktah berwarna hijau kekuningan, sehingga dapat dihitung Rf , yaitu:

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3,1 / 4

= 0,76

Untuk campuran pelarut eter : metanol = 1:1, noda menempuh jarak 3,5 cm dengan warna kuning kehijau-hijauan. Kemudian dihitung Rf-nya sebagai berikut:

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3,5 / 4

= 0,875

Untuk campuran pelarut benzena : CH3COOH = 1:2, noda menempuh jarak 3 cm dengan warna hijau. Rf yang diperoleh yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3 / 4

= 0,75

Untuk campuran pelarut metanol : benzena = 1:3, noda menempuh jarak 3,7 cm dengan noktah berwarna kuning, yang nilai Rf-nya yaitu:

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3,7 / 4

= 0,925

Untuk campuran pelarut eter : CH3COOH = 2:3, noda menempuh jarak 3,8 cm dengan noktah panjang berwarna kuning-hijau, dengan nilai Rf yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3,8 / 4

= 0,7

Untuk campuran pelarut metanol : CH3COOH= 1:3, noda menempuh jarak 3,5 cm dengan noktah panjang berwarna hijau, nilai Rf-nya yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 3,5 / 4

= 0,875

Untuk campuran pelarut eter : benzena= 1:2, noda menempuh jarak 2,8 cm dengan noktah berwarna hijau-kuning, nilai Rf-nya yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

= 2,8 / 4

= 0,7

Pada analisis Rf, data yang diambil adalah dengan jarak noda lebih atau paling mendekati batas atas. Ini disebabkan karena pelarut tersebut memiliki tingkat kepolaran paling rendah, bahkan benzena merupakan senyawa non polar. Nilai Rf sebesar 0,925 ini membuktikan bahwa sifat eluen yang non polar lebih mudah termigrasi pada bahan fase diam seperti silika gel yang polar. Urutan campuran eluen berdasarkan kenaikan nilai Rf yaitu eter dan benzene yaitu 0,7 ; eter dan asam asetat yaitu 0,7 ; benzena dan asam asetat yaitu 0,75 ; eter dan metanol juga metanol dan asam asetat yaitu 0,875 ; dan metanol dan benzena yaitu 0,925.

IX.Diskusi

Pada percobaan ini kami melakukan percobaan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan sampel yang sebelumnya telah dimaserasi. Sampel yang digunakan adalh mengkudu dengan nama latin morinda citrifolia yang mengandung senyawa morindin, scopoletin, asam maleat, asam sitrat, senyawa gum dan senyawa antioksidan lainnya. Proses penyarian simplisia menggunakan pelarut metanol sebanyak 500ml dengan sampel dau kering sebanyak 100 gram. Sampel dan pelarut ditempatkan dibotol berwarna gelap dengan beberapa kali pengocokan dan pengadukan pada temperature kamar. Keuntungan pemroses sampel dengan maserasi adalah pengerjan dan alat yng digunakan sederhana dan kerugiannya yaitu waktu pengerjaan yang lama dan membutuhkan pelarut dengan volume besar, juga penyarian kurang sempurna.

Kromatografi pada dasarnya adalah metode pemisahan berdasarkan proses migrasi dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media fase diam sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau paling atau paling akhir karena perbedaan afinitas masing-masingzat terlarut dengan fase diam. Fase diam disini adalah berupa zat padat yang disebut adsorben yang digunakan adalah pelat TLC silika gel tipe F254 dengan rumus kimia SiO2.H2O. Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis. Senyawa netral yang merupakan gugusan sampai tiga pasti dapat dipisahkan pada lapisan yang diaktifkan dengan memakai pelarut organik atau campuran pelarut yang normal. Karena sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam, maka asam agak mudah dipisahkan, jadi meminimumkan reaksi asam-basa antara penjerap dengan senyawa yang dipisahkan. Sedangkan fase gerak yang sering digunakan adalah berupa campuran dari pelarut organik dengan tujuan untuk memperoleh pemisahan yang lebih baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas polaritasnya, sehingga akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Dalam beberapa percobaan, pelarut tunggal memberikan hasil yang memuaskan, akan tetapi pada sebagian percobaan pelarut tunggal dapat menggerakkan bercak terlalu jauh sehingga kombinasi pelarut yang mempunyai polaritas yang berbeda sering digunakan. Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah butanol, metanol, eter, benzene dan asam asetat dengan urutan kekuatan elusi sebagai berikut:

Benzene

Eter

Butanolkekuatan elusi meningkat

Metanol

Asam asetat

Kekeuatan elusi sebanding dengan kekuatan kepolarannya. Jadi dari benzena sampai asam asetat kepolarannya meningkat.

Campuran yang akan dikromatografi harus dilarutkan dalam pelarut yang agak non polar untuk ditotolkan pada lapisan. Pada umumnya dipakai larutan 0,1-1. Hampir segala macam pelarut dapat digunakan tapi yag terbaik digunakan adalah yang bertitik didih 50-100 0C. Untuk itu digunakan pelarut metanolyang mudah menguap pada suhu kamar. Karena metanol merupakan pelarut universal yang mampu melarutkan senyawa metabolit sekunder dalam tanaman. Ada 2 kekeurangan utama KLT; pertama yaitu lapisan nisbi tipis dibandingkan dengan lapisan buatan sendiri karena ukurannya lebih besar. Kedua , jarak untuk pengembangan lebih kecil, sehingga sampel harus ditotolkan sekecil mungkin. Penotolan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler. Cuplikan berupa larutan harus ditotolkan sekitar 8-10 mm dari salah satu garis ujung batas. Beberapa kali penotolan dapat dilakukan pada tempat yang sama asal lapisan dibiarkan kering dahulu. Identifikasai dari senyawa-senyawa hasil pemisahan KLT dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi biasanya digunakan harga Rf. Harga Rf yaitu :

Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik penotolan

Jarak yang ditempuh pelarut dari titik penotolan

Harga Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan haga-harga standar. Harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan. Faktor yang mempengaruhi nilai Rf yaitu :

1. Struktur kimia senyawa yang dipisahkan

2. Sifat dari penjerap dan derajat aktivasinya

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap

4. Pelarut fase bergerak

5. Derajat kejenuhan dari uap

6. Teknik percobaan

7. Jumlah cuplikan yang digunakan

8. Suhu

9. Kesetimbangan

Harga Rf yang diperoleh dari hasil percobaan sesuai dengan campuran pelarut yang digunakan yaitu metanol : CH3COOH : eter : benzena (1:1:1:4) adalah 0,76 ; benzena : CH3COOH (2:1) adalah 0,75 ; campuran metanol : benzena (1:3) adalah 0,925 ; campuran eter : CH3COOH (2:3) adalah 0,7 ; campuran metanol : CH3COOH(1:3) adalah 0,875 ; dan campuarn eter : benzena (1:2) yaitu 0,7.

X.Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Teknik pemisahan dengan KLT merupakan teknik kromatografi planar dimana zat-zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi zat terlarut dalam fase diam (adsorben dilapisi silika gel) dan fase gerak (larutan pengembang).

2. Semakin polar senyawa organik, semakin kuat ia menjerap molekul air sehingga keaktifannya menurun.

3. Hasil dari pemisahan dengan metode KLT digunakan harga Rf (retardation factor) dengan rumus :

Rf = Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak garis depan pelarut

Dan didapat nilai Rf yaitu : 0,76 ; 0,75 ; 0,925 ; 0,875 ; 0,7 ; 0,7

4. Keakuratan pemisahan dengan metode KLT tergantung pada pemilihan adsorben sebagai fasa diam, kepolaran pelarut, ukuran kolom terhadap jumlah material, dan laju fase gerak

5. Suatu senyawa dikatakan murni jika noda yang ditotolkan terjerap, dengan bentuk yang konstan atau tidak meninggalkan noktah pada jalan yang dilaluinya pada pelat.

XI.Daftar Pustaka

Fessenden. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB

Soebagio,dkk. 2002. Kimia Analitik. Malang : FMIPA UNM

Tim Kimia Organik. 2013. Penuntun Kimia Organik. Jambi : UNJA

Underwood.2002. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

Underwood.2006. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga

LATAR BELAKANG TEORI

Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponennya. Alat yang digunakan terdiri atas komponennya. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke dalam kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stasioner) (Takeuchi Yoshito, 2009).

Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa rapa sifat fisiknyasifat fisika umum dari molekuli molekul. Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1) kecendrungan molekul untuk melekat . Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1) kecendrungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi penyerapan), (2) kecendrungan molekul untuk melarut dalam cairan (klerutan), dan (3) kecendrungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatisirian). Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan demikian rupa sehingga kaomponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut (Gritter,1991:1).

Komponen-komponen utama kromatografi adalah fasa stasioner dan fasa mobil dan kromatogarfi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,seperti ditunjukkan pada table dibawah ini

Kriteria

Nama

Fase mobil

Kromatografi cair, kromatografi gas kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi

Mekanisme

Kromatografi pertukaran ion, kromatografi gel

Fase stasioner

Kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas

(Takeuchi, Yoshito, 2009).

Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (atau, seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisaha terletak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda. Kita boleh menganggap laju perpindahan sebuah zat terlarut sebagia hasil dari dua faktor, yang satu cendrung menggerakkan zat terlarut itu dan yang lain menahannya. Dalam proses asli tswett, kecendrungan zat-zat terlarut untuk menyerap pada fasa padat menahan pergerakan mereka, sementara kelarutannya dalam fasa cair bergerak cendrung menggerakkan mereka. Perbedaan yang kecil antara dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan dalam inetraksinya dengan pelarut yang bergerak menajdi dasar pemisahan bila molekul-molekul zat terlarut itu berulang kali menyebar di antara dua fasa itu ke seluruh panjang kolom (Underwood, 2002:487).

Kromatografi kolom klasik merupakan yang tetua dari cara kromatografi yang banyak itu dan seperti yang dipraktekkan secara tradisional merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam, baik bahan yang jerap (kcp) atau film zat cair pada penyangga (kcc), ditempatkan di dalam tabung kaca berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan ketup atau keran, dan fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat (Gritter, 1991:9),

Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang mamadai untuk menerima sampel-sampel tanpa melamapaui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya sepuluh kali ukuran diameternya. Bahan pengemasnya, suatu adsorsben seperti alumina atau mungkin suatu resin pertukaran ion, dimasukkan dalam bentuk suspense ke dalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam di dalam hamparan basah dengan sedikit cairan tetap berada di atas permukaannya. Keran dibuka, dan permukaan cairan dibiarkan turun sampai mencapai puncak permukaan hamparan kemudian porsi kecil dari larutan sampel dipipet dengan hati-hati ke atas puncak permukaan hamparan. Larutan efluen keluaran dikumpulkan dalam sederatan fraksi volume yang tidak merepotkan. Larutan tersebut dapat menetes jatuh ke dalam sebuah gelas beker atau tabung uji tiap kali telah terkumpul sejumlah volume tertentu (Underwood, 2002:547).

Pada fenol, gugus OH mengaktifkan cincin benzena. Oleh karena itu, pada nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran yang terdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenolerdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit dan sedikit 2,4-dinitrofenol setra 2,4,6-trinitrofenol. Bila campuran hasil nitrasi yang masih kotor ini dimasukkan ke dalam kolom yang berisi alumina (Al2O3) dan dielusi dengan metilen klorida, maka fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan, dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan dengan kromatografi lapis tipis (Tim Dosen , 2011:39-40).

Jika kita menangani senyawa tidak berwarna, efluen yang keluar dari dasar yang keluar dari dasar kolom harus dipantau untuk mengetahui dimana larutan itu berada. Ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan memakai detector yang cocok atau menganalisanya, biasanya dengan KLT atau dengan menimbang masing-masing fraksifraksi setelah pelarutnya diuapkan (Gritter,1991:10).

Dalam kromatografi lapis tipis maupun kertas sedikit bahan di taruh pada daerah terbatas di dekat ujung selembar kertas saring atau lapis tipis, dan suatu pelaruting atau lapis tipis, dan suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari ujung kertaas atau lapis tipis oleh kerja kapiler; pada kondisi yang sesuai setelah beberapa waktu, campuran akan dijumpai telah berpindah dari penotolan tadi da telah terpisah seluruhnya atau sebagian menjadi komponen-komponennya sebagai zona yang jelas. Zona-zona dalam bentuk noda-noda atau pita-pita dapat ditentukan letaknya dengan penggunaan reagensia kimiayang sesuai kepada kertas itu atau oleh pendarah fluor nitra-violet. Difusi pelarut dan pemisahan yang dihasilkan menjadi noda-noda atau pita-pita kadang-kadang diberi istilah pengembangan kromatografi; istilah ini sedikti menyesatkan dan tak boleh dikelirukan bila digunakan dalam arti tersebut di atas dengan proses identifikasi berikutnya dengan mana zona-zona itu dibuat nampak jelas oleh pengolahan kertas atau lapis tipi situ dengan berbagai reagensia (Svehla, 1979:535).

Harga Rf cukup konstan asal semua variable dikendalikan baik-baik. Namun dijumpai bahwa laju-luju relatif gerakan itu konstan meskipun kendali kurang ketat, sehingga memungkinkan identifikasi suatu pita pada sepotong kertas berdasarkan posisi relatif pita itu terhadap pita-pita yang diketahui. Lagi pula dengan besarnya jumlah uji bercak yang tersedia untuk mendeteksi ion-ion anorganik secara terpisah, keharusan mengenai harga Rf secara cermat, telah berkurang. Jika kemurnian pelarut, temperature dan penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga, maka harga Rf dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor berikut : (a) kehadiran ion lain, misalnya adanya klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat, (b) keasaman larutan aslinya; ini dapat disebabkan oleh kebutuhan akan asam dalam pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk mencegah hidrolisis garam, (c) waktu melakukan percobaan untuk sepotong kertas; kadang-kadang harga-harga Rf mengikat dengan bertambahnya waktu dan ini mungkin berpadanan dengan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut, (d) adanya kation-kation lain dan konsentrasi mereka (Svehla, 1979:536).

Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB

JR, Ray,Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.

Takeuchi Yoshito. 03-01-2009. Kromatografi. Online. http://www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia dasar/pemurnian-material/kromatografi/ . Diakses tanggal 14 Mei 2011.

Tim Dosen Kimia Organik . 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Makassar : UNM

TINJAUAN PUSTAKAKromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. ( Imam Haqiqi, Sohibul,2008 )Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. ( Anggraeni, Megawati,2009 )Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. ( Anggraeni, Megawati,2009 )Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning.a. KromatogramPelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis :Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk / tinta ikut naik ke atas.Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan pada sebuah gelas kimia bertutup berisa pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak dari perbedaan bercak warna.b. Perhitungan nilai RfJumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.Pengukuran berlangsung sebagai berikut :Nilai Rf untuk setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang ditempuh oleh bercak warna masing-masing.Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut :Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen / jarak yang ditempuh oleh pelarutc. Mengidentifikasi senyawa-senyawaDimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya: Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.

Anggraeni, Megawati. 2009. Kromatografi Lapis Tipis. http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html. diakses tanggal 03 juni 2011 pukul 14:00 wibHafni, Aswita. 2010. Kromatografi Kertas. http://mimin-mien.blogspot.com/2010 /03/kromatografi-kertas.html. diakses tanggal 03 juni 2011 pukul 14:10Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. nadjeeb.files.wordpress .com /2009/10/kromatografi.pdf