kualitas air di batam, bintan dan natuna

15
KUALITAS AIR DAN PENGARUHNYA PADA EKOSISTEM PERAIRAN DI PESISIR BINTAN, BATAM DAN NATUNA Oleh Endang Hilmi 1 , Parengrengi 2 , Lilik Kartikasari 3 ABSTRACT Mangrove ecosystem is a specific ecosystem which has been influenced by edifies factor, inundation, fresh water supply, current and wave. Basically, existence of mangrove forest has been influenced by water quality in coastal zone. So conservation of water quality must be done to protect mangrove degradation. And then, mangrove ecosystem is a part of coastal ecosystem which has characteristic as ecoton between terrestrial ecosystem and sea water ecosystem. So, degradation of terrestrial ecosystem and sea water ecosystem have influenced mangrove ecosystem. The purpose of this research is to know condition of water quality in Bintan, Batam and Natuna, by (1) determine location of sample unit base on trees mangrove density, (2) measure turbidity, salinity, solid suspended, pH, Nitrite (NO 2 -N), Nitrate (NO3-N), Ammonia (NH3-N), Phosphate, BOD and COD. The results of this research are (1) water quality in Bintan are turbidity 6,7 – 34,0 NTU, salinity 0.80 – 1,46 %, solid suspended 40 – 110 mg/l, pH 6,88 – 6,98, Nitrite 0.032 – 0,048 mg/l, Nitrate 0,40 – 2,60 mg/l, Ammonia 0.24 – 0.45 mg/l, Phosphate 0.30 – 0.45 mg/l, BOD 37,4 – 49,8 mg/l and COD 148 – 188 mg/l (2) Water Quality in Natuna are turbidity 6,0 NTU, salinity 1,90 %, solid suspended 89 mg/l, pH 6,44, Nitrite 0,033 mg/l, Nitrate 0,8 mg/l, Ammonia 0,54 mg/l, Phosphate 0,32 mg/l, BOD 1 Staf pengajar Program Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman 2 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Riau 3 Staf pengajar Program Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Upload: endanghilmi

Post on 09-Jun-2015

728 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

KUALITAS AIR DAN PENGARUHNYA PADA EKOSISTEM PERAIRANDI PESISIR BINTAN, BATAM DAN NATUNA

OlehEndang Hilmi 1, Parengrengi 2, Lilik Kartikasari3

ABSTRACTMangrove ecosystem is a specific ecosystem which has been influenced by

edifies factor, inundation, fresh water supply, current and wave. Basically, existence of mangrove forest has been influenced by water quality in coastal zone. So conservation of water quality must be done to protect mangrove degradation. And then, mangrove ecosystem is a part of coastal ecosystem which has characteristic as ecoton between terrestrial ecosystem and sea water ecosystem. So, degradation of terrestrial ecosystem and sea water ecosystem have influenced mangrove ecosystem.

The purpose of this research is to know condition of water quality in Bintan, Batam and Natuna, by (1) determine location of sample unit base on trees mangrove density, (2) measure turbidity, salinity, solid suspended, pH, Nitrite (NO2-N), Nitrate (NO3-N), Ammonia (NH3-N), Phosphate, BOD and COD.

The results of this research are (1) water quality in Bintan are turbidity 6,7 – 34,0 NTU, salinity 0.80 – 1,46 %, solid suspended 40 – 110 mg/l, pH 6,88 – 6,98, Nitrite 0.032 – 0,048 mg/l, Nitrate 0,40 – 2,60 mg/l, Ammonia 0.24 – 0.45 mg/l, Phosphate 0.30 – 0.45 mg/l, BOD 37,4 – 49,8 mg/l and COD 148 – 188 mg/l (2) Water Quality in Natuna are turbidity 6,0 NTU, salinity 1,90 %, solid suspended 89 mg/l, pH 6,44, Nitrite 0,033 mg/l, Nitrate 0,8 mg/l, Ammonia 0,54 mg/l, Phosphate 0,32 mg/l, BOD 54,5 mg/l and COD 111,86 mg/l (3) Water quality in Batam are turbidity 7,0 - 36 NTU, salinity 1,70 – 1,88 %, solid suspended 78 - 88 mg/l, pH 7,19 – 7,37, Nitrite 0,012 – 0,099 mg/l, Nitrate 1,2 – 2,0 mg/l, Ammonia 0,50 – 0,93 mg/l, Phosphate 0,62 – 0,87 mg/l, BOD 34,9 – 57,1 mg/l and COD 116,7 – 238,3 mg/l

Keyword : Mangrove, and water quality

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem mangrove merupakan suatu ekosistem yang khas dan sangat dipengaruhi pertumbuhannya oleh faktor edafis, pasang surut, suplai air tawar, salinitas dan deburan gelombang dan arus. Pada dasarnya keberadaan mangrove sangat dipengaruhi oleh kualitas air pada ekosistem perairan, namun keberadaan mangrove juga dapat menentukan kualitas perairan yang terdapat diekosistem

1 Staf pengajar Program Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman2 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Riau3 Staf pengajar Program Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal Soedirman

Page 2: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

perairan. Hal ini berarti keberadaan mangrove bersifat ekuivalen terhadap kualitas air dari lingkungan perairan.

Ekosistem mangrove merupakan bagian dari ekosistem pesisir. Dan Ekosistem pesisir adalah suatu kawasan peralihan antara ekositem daratan dan lautan. Batas ke arah darat meliputi daerah-daerah tergenang maupun tidak tergenang air laut, masih dipengaruhi proses-proses dari laut, seperti pasang surut dan angin laut. Batas ke arah laut meliputi perairan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alamiah didaratan, seperti sedimentasi, aliran air sungai ke laut dan kegiatan manusia (Dahuri et al, 2001). Wilayah ekosistem pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, rumput laut, hutan mangrove, estuaria, pantai, pulau-pulau kecil, formasi pescapra, dan formasi baringtonia.

Kualitas air pada lingkungan perairan di ekosistem pesisir dan mangrove sangat mempengaruhi pertumbuhan dari biota perairan. Rendahnya kualitas perairan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan potensi biota perairan.

Ekosistem mangrove di pesisir Batam, Natuna dan Bintan telah mengalami kerusakan yang sangat hebat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi ekosistem mangrove dan pesisirnya. Dari luas ekosistem mangrove yang dimiliki Pesisir Batam seluas 48.655,01 ha terdapat 37.488,64 ha dalam kondisi rusak berat dan 8172,36 ha rusak. Sedangkan dari Dari luas ekosistem mangrove yang dimiliki Pesisir Bintan seluas 23.934,70 ha terdapat 19.656,64 ha dalam kondisi rusak berat dan 3.024,36 ha rusak. Hal ini berarti tingkat kerusakan dan kekritisan mangrove di Kabupaten Bintan sangat hebat. Hal yang sama juga terjadi di Natuna. Dari luas ekosistem mangrove yang dimiliki seluas 29.934,56 ha (lebih besar dibandingkan ekosistem hutan mangrove, karena banyak daerah yang berpotensi menjadi ekosistem mangrove namun belum atau tidak ditumbuhi mangrove) terdapat 27.914,07 ha dalam kondisi rusak berat dan 2020,50 ha rusak.

Kerusakan ekosistem mangrove di Perairan Bintan, Batam dan Natuna menyebabkan kualitas air di ekosistem pesisir mengalami penurunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air di pesisir perairan Bintan, Batam dan Natuna

METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui teknik sampling pada beberapa titik sampling. Pengambilan sampel air dilakukan pada beberapa stasiun pengamatan. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kelas kerapatan mangrove dan diulang tiga kali untuk masing stasiun. Untuk menentukan titik contoh kualitas air ini digunakan dengan menggunakan GPS. Sampel kemudian diukur baik secara insitu maupun eksitu. Variabel yang diukur adalah kekeruhan, salinitas, zat padat tersuspensi, pH, Nitrit (NO2-N), Nitrat (NO3-N), Amonia (NH3-N), Fosfat, BOD dan COD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air Di Pesisir Bintan

Page 3: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

Potensi Kualitas Air ekosistem mangrove di Kabupaten Bintan Propinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Kualitas Air Ekosistem Mangrove di Kabupaten Bintan

No. Parameter SatuanBaku mutu

Lokasi SamplingKabupaten Bintan

SiantanSiantan (Bauxit)

Kampung Mengkulu

1 Kekeruhan NTU   34,0 6,7 11,02 Salinitas % 1-3 1,46 1,29 0,80

3Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 40 54 110

4 pH - 6 - 9 6,93 6,98 6,885 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0,048 0,045 0,0326 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,40 0,60 2,607 Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 0,48 0,24 0,258 Fosfat mg/L 0.2 0,30 0,45 0,339 BOD mg/L 2 49,8 37,4 42,310 COD mg/L 10 188,5 148,8 153,8

Sumber data : Survey tahun 2006

Dari Tabel 1 dapat dikatakan bahwa potensi kualitas air ekosistem mangrove di Kabupaten Bintan Propinsi Kepulauan Riau sangat bervariasi dan berfluktuasi, dengan kondisi kualitas air adalah sebagai berikut :(1) tingkat kekeruhan

Tingkat kekeruhan perairan pada ekosistem mangrove di Kabupaten Bintan adalah (1) untuk daerah siantan kisaranya adalah 6.7 – 34,0 NTU dengan karakteristik tidak keruh – keruh, dan (2) kampung Mengkulu dengan kisaran 11,0 NTU.Tingkat kekeruhan akan mempengaruhi potensi masuknya cahaya ke dalam lingkungan perairan. Jika kekeruhan tinggi maka potensi cahaya yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan menjadi rendah sehingga akan menghambat proses fotosintesis yang pada akhirnya akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan organisme didalamnya. Kondisi ini mengakibatkan produktivitas perairan menjadi rendah. Di Bintan tingkat kekeruhan dari rendah sampai sedang sehingga potensi cahaya masuk ke dalam lingkungan perairan cukup tinggi. Hal ini menyebabkan produktivitas perairan cukup baik dan cukup subur.Sedangkan potensi padatan tersuspensi yaitu sekitar 50 - 110 mg/l dan termasuk kategori sedang (baik). Hal ini menunjukan lingkungan perairan tidak termasuk keruh. Namun padatan tersuspensi di daerah kampung Mengkulu menunjukan adanya potensi sedimentasi. Potensi sedimentasi ini akan menyebabkan terjadinya pendangkalan pada ekosistem pantai yang menyebabkan akan terjadi kematian dari ekosistem mangrove.

Page 4: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

(2) SalinitasSalinitas perairan termasuk dalam kisaran 8,0 ppt – 14,6 ppt. Jenis-jenis yang mungkin akan dominan adalah Rhizophora spp, Bruguiera Avicennia spp, dan Soneratia spp dibandingkan jenis lainnya.

(3) pHPotensi pH berkisar antara 6,88 – 6,98. Hal ini berarti perairan di Kabupaten Bintan memiliki pH netral. pH netral ini sangat cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme perairan.

(4) Potensi NPotensi ammonia yang berkisar antara 0.24 – 0.48 menunjukan kondisi yang masih diambang batas yang ditentukan. Hal ini juga diperkuat dengan kondisi pH yang netral, sehingga proses ionisasi tetap berjalan. Namun jika dilihat dari terjadinya toksisitas perairan maka areal perairan di ekosistem mangrove memiliki potensi sebagai daerah yang toksik dan tercemar. Hal ini akan berakibat terhadap terganggunya kehidupan hewan akuatik. Potensi nitrit dalam kisaran sedang dan normal yaitu antara 0.032 – 0.048. Kondisi ini belum dianggap tercemar dan toksik, sehingga dapat dikatakan dari potensi nitrit, maka kondisi perairan di ekosistem mangrove di Kabupaten Binan belum tercemar.Sedangkan Potensi nitrat dalam kisaran rendah yaitu antara 0.20 – 2,60 Dan termasuk kedalam kisaran tingkat kesuburan yang rendah (oligotrofik). Kisaran nitrat yang rendah menunjukan kondisi perairan relatif baik, dan tidak terjadi blooming algae. Hal ini menunjukan kondisi perairan yang cukup baik dan dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan termasuk tambak dan beberapa jenis kegiatan perikanan tangkap lainnya.

(5) FosfatPotensi Fosfor termasuk kedalam ortofosfat. Ortofosfat dapat dimanfaatkan langsung oleh hewan akuatik. Fosfor umumnya berasal dari pupuk, limbah industri, dan domestik serta berasal dari limpasan areal pertanian. Potensi fosfor yang tinggi akan menjadi blooming algae. Potensi posfat menunjukan tingkat kesuburan lingkungan perairan. Dari data pada Tabel tersebut, maka potensi kesuburan perairan di Bintan dengan nilai fosfat berkisar pada 0.30 – 0.45 mg/l. Artinya kesuburan perairan berada dalam kisaran tinggi dan termasuk kedalam tingkat kesuburan eutrofik (daerah yang memiliki ortofosfat 0,031 – 0,1 mg/l). Sehingga berpotensi terjadinya blooming algae

(6) BODPotensi BOD terdapat dalam kisaran yang tinggi. Potensi BOD berhubungan dengan keberadaan tanaman dan organisme air yang berfungsi sebagai penyerap oksigen dari lingkungan perairan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Makin besar BOD maka makin banyak oksigen yang diserap oleh tanaman dan organisme air. Sehingga jika ini terjadi terus menerus maka potensi oksigen didalam air akan makin berkurang.

(7) COD

Page 5: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

Seperti BOD, potensi COD pada ekosistem mangrove di Kabupaten Bintan juga sangat tinggi. Hal ini berarti proses dekomposisi yang terjadi membutuhkan oksigen yang banyak, sehingga potensi oksigen diperairan menjadi rendah. Oksigen ini digunakan untuk menguraikan bahan organik untuk menjadi unsur-unsur hara yang dapat digunakan untuk bahan makanan orgnisme perairan.

Kualitas Air di Pesisir Natuna

Potensi kualitas air pada ekosistem mangrove di Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Potensi Kualitas Air Ekosistem Mangrove Di Kabupaten Natuna

No.

ParameterSatua

nBaku mutu

Lokasi SamplingKabupaten Natuna

Penagi1 Kekeruhan NTU   6,02 Salinitas % 1-3 1,90

3Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 89

4 pH - 6 - 9 6,445 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.06 0,0336 Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,87 Amonia (NH3-N) mg/L 0.5 0,548 Fosfat mg/L 0.2 0,329 BOD mg/L 2 54,510 COD mg/L 10 111,86

Sumber data : Survey tahun 2006Potensi Kualitas Air ekosistem mangrove di Kabupaten Natuna Propinsi

Kepulauan Riau juga bervariasi dan berfluktuasi, dengan kualitas airnya adalah sebagai berikut :(1) Tingkat kekeruhan

Tingkat kekeruhan perairan pada ekosistem mangrove di Kabupaten Natuna adalah 6,0 NTU dengan karakteristik tidak keruh. Sehingga potensi masuknya cahaya kedalam lingkungan perairan menjadi tidak terhambat sehingga akan membantu proses fotosintesis yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan organisme perairan didalamnya. Kondisi ini mengakibatkan produktivitas perairan menjadi tinggi (subur). Sedangkan potensi padatan tersuspensi yaitu sekitar 89 mg/l dan termasuk kategori sedang (baik). Hal ini menunjukan lingkungan perairan tidak termasuk keruh. Namun padatan tersuspensi di Kabupaten Natuna menunjukan adanya potensi sedimentasi. Potensi sedimentasi ini akan menyebabkan terjadinya pendangkalan pada ekosistem pantai yang menyebabkan akan terjadi kematian dari ekosistem mangrove. Potensi padatan tersuspensi ini perlu dicermati, karena menunjukan adanya daerah lain yang mengalami proses erosi dan aberasi.

Page 6: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

(2) SalinitasSalinitas perairan termasuk dalam kisaran 19 ppt. Jenis-jenis yang mungkin akan dominan adalah Rhizophora spp, Bruguiera spp, Avicennia spp, dan Sonneratia spp dibandingkan jenis lainnya.

(3) pHPotensi pH berkisar antara 6,44. Hal ini berarti perairan di Kabupaten Natuna memiliki pH netral. pH netral ini sangat cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme perairan.

(4) Potensi NPotensi amonnia di perairan mangrove Natuna sekitar 0.54 mg/l. Hal ini melebihi ambang batas yang ditentukan dan batas toksiksitas sekitar 0.2 mg/l. hal ini berakibat pada terjadinya keracunan pada hewan-hewan akuatik. Namun dengan pH yang normal diharapkan proses ionisasi dapat berjalan dengan baik. Potensi nitrit dalam kisaran sedang dan normal yaitu 0,033 mg/l. Dan tidak menyebabkan toksiksitas pada kondisi perairan, termasuk pada hewan-hewan yang sensitif. Sedangkan Potensi nitrat dalam kisaran rendah yaitu antara 0,80 dan termasuk kedalam strata kesuburan oligitrofik, yaitu tingkat kesuburan yang renda. Sehingga tidak memicu terjadinya blooming algae. Kisaran nitrat yang rendah menunjukan kondisi perairan relatif baik. Hal ini menunjukan kondisi perairan yang cukup baik dan dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan.

(5) FosfatPotensi Fosfor termasuk kedalam ortofosfat. Ortofosfat dapat dimanfaatkan langsung oleh hewan akuatik. Fosfor umumnya berasal dari pupuk, limbah industri, dan domestik serta berasal dari limpasan areal pertanian. Potensi posfat menunjukan tingkat kesuburan lingkungan perairan. Dari data pada Tabel tersebut, maka potensi kesuburan perairan di Natuna dengan nilai fosfat berkisar pada 0.32 mg/l. dan masuk kedalam daerah eutrofik adalah daerah daerah yang memiliki ortofosfat 0,031 – 0,1 mg/l Artinya kesuburan perairan berada dalam kisaran normal sampai tingi dan memicu terjadinya blooming algae.

(6) BODPotensi BOD terdapat dalam kisaran yang tinggi. Potensi BOD berhubungan dengan keberadaan tanaman dan organisme air yang berfungsi sebagai penyerap oksigen dari lingkungan perairan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Makin besar BOD maka makkin banyak oksigen yang diserap oleh tanaman dan organisme air. Sehingga jika ini terjadi terus menerus maka potensi oksigen didalam air akan makin berkurang.

(7) CODSeperti BOD, potensi COD pada ekosistem mangrove di Kabupaten Natuna juga sangat tinggi. Hal ini berarti proses dekomposisi yang terjadi membutuhkan oksigen yang banyak, sehingga potensi oksigen diperairan menjadi rendah. Oksigen ini digunakan untuk menguraikan bahan organik untuk menjadi unsur-unsur hara yang dapat digunakan untuk bahan makanan orgnisme perairan.

Page 7: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

Kualitas Air di Pesisir BatamKondisi kualitas air pada ekosistem mangrove di Kota Batam dapat dilihat pada

Tabel 3. Tabel 3. Potensi Kualitas Air Hutan Mangrove di Kota Batam

No.

Parameter Satuan

Lokasi Sampling

BaganSelat

BertamSambau

1 Kekeruhan NTU 16 36 7.02 Salinitas % 1.70 1.85 1.88

3Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 88 78 80

4 pH - 7.30 7.37 7.195 Nitrit (NO2-N) mg/L 0.012 0.059 0.0996 Nitrat (NO3-N) mg/L 2.0 1.2 1.37 Amonia (NH3-N) mg/L 0.50 0.93 0.838 Fosfat mg/L 0.62 0.64 0.879 BOD mg/L 52.9 57.1 34.910 COD mg/L 223.7 238.3 116.7

Sumber data : Hasil Uji Laboratorium Data Survey Potensi 2006

(1) Tingkat KekeruhanTingkat kekeruhan di Kota Batam berkisar antara 7,0 – 36,0 NTU. Nilai ini masuk ke dalam kisaran nilai sedang – rendah. Potensi kekeruhan yang tidak tinggi tidak akan menghambat laju produktivitas perairan. Hal ini disebabkan karena penetrasi cahaya ke dalam sektor perairan menjadi baik. Kondisi ini akan membantu proses fotosintesis yang terjadi di lingkungan perairan sehingga akan meningkatkan produktivitas perairan. Namun potensi padatan tersuspensi sekitar 78 – 88 mg/l menunjukan adanya potensi sedimentasi yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan pada daerah-daerah pantai. Potensi padatan tersuspensi juga menunjukan adanya potensi erosi dan aberasi pada daerah lainnya.

(2) SalinitasPotensi salinitas pada ekosistem mangrove di Kota Batam berkisar antara 17.0 ppt – 18.8 ppt. Potensi salinitas ini termasuk ke dalam zonasi 3, artinya kondisi perairannya relatif tawar sampai payau. Hal ini akan memicu munculnya jenis-jenis tanaman Bruguiera spp, B. Parviflora, X. granatum dan Nypa fruticans untuk segera mengekspansi ekosistem mangrove.

(3) pHPotensi pH perairan relatif netral yaitu berkisar antara 7,19 – 7,37. Kondisi ini akan berimplikasi pada proses pertukaran ion-ion di dalam air menjadi lebih baik.

(4) Potensi N

Page 8: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

Potensi amonia di perairan mangrove di Kota Batam adalah sekitar 0.50 – 0.80 mg/l. Dan sudah bersifat toksik, karena jika kadar amonia > 0,2 mg/lt maka akan menjadi bahan yang toksik bagi organisme perairan. Kondisi ini menunjukan bahwa daerah perairan tersebut telah tercemar karena adanya limbah domesti, industri, limpasan (run off) dan pupuk untuk kegiatan pertanian.Potensi nitrit dalam kisaran sedang dan normal yaitu antara 0,012 – 0,099 mg/l, namun jika potensi nitrat >0.05 mg/lt akan menyebabkan kondisi yang toksik bagi organisme yang sensitif dan sebaiknya tidak sangat tinggi (potensi nitrit < 0.06 mg/l). Sedangkan potensi nitrat dalam kisaran rendah yaitu antara 1,2 – 2,0. Kisaran nitrat yang rendah menunjukkan kondisi perairan relatif baik. Namun jika kadar nitrat (NO3) > 0,2 mg/l akan terjadi eutrofikasi sehingga terjadi pengayaan perairan, kondisi ini menyebabkan terjadi pelimpahan algae akan melimpah (blooming) Hal ini menunjukkan kondisi perairan yang cukup baik dan dapat dikembangkan untuk kegiatan perikanan.

(5) FosfatPotensi Fosfor termasuk kedalam ortofosfat. Ortofosfat dapat dimanfaatkan langsung oleh hewan akuatik. Fosfor umumnya berasal dari pupuk, limbah industri, dan domestik serta berasal dari limpasan areal pertanian. Potensi fosfor yang tinggi akan menjadi blooming algaePotensi fosfat menunjukan tingkat kesuburan lingkungan perairan. Dari data pada Tabel 5.129, maka potensi kesuburan perairan di Batam dengan nilai fosfat berkisar pada 0,62 – 0,87 mg/l dan termasuk kedalam tingkat kesuburan eutrofik, yaitu daerah daerah yang memiliki ortofosfat 0,031 – 0,1 mg/l. Artinya kesuburan perairan berada dalam kisaran subur.

(6) BODPotensi BOD terdapat dalam kisaran yang tinggi. Potensi BOD berhubungan dengan keberadaan tanaman dan organisme air yang berfungsi sebagai penyerap oksigen dari lingkungan perairan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Makin besar BOD maka makin banyak oksigen yang diserap oleh tanaman dan organisme air. Sehingga jika ini terjadi terus menerus maka potensi oksigen di dalam air akan makin berkurang.

(7) CODSeperti BOD, potensi COD pada ekosistem mangrove di Kota Batam juga sangat tinggi. Hal ini berarti proses dekomposisi yang terjadi di air sedang berlangsung sangat cepat dan membutuhkan oksigen yang banyak, sehingga potensi oksigen di perairan menjadi rendah.

Kesimpulan

Dari kualitas air yang berhasil diukur dan dianalisa maka dapat dikatakan bahwa untuk Pesisir Bintan adalah : tingkat kekeruhan termasuk tidak keruh – keruh dengan potensi padatan tersuspensi sedang, kondisi salitas 8 – 14,6 ppt, pH netral antara 6,88 – 6,98, potensi N masih didalam kisaran ambang batas kualitas periaran namun berpotensi toksik dan dengan tingkat kesuburan yang relative rendah, potensi

Page 9: Kualitas Air Di Batam, Bintan Dan Natuna

posfat yang berpotensi untuk blooming algae, dengan kisaran BOD yang baik namun COD yang tinggi sehingga oksigen banyak dibutuhkan untuk melakukan proses dekomposisi bahan organic yang terdapat dilingkungan perairan.

Potensi kualitas perairan di Natuna adalah Tingkat kekeruhan perairan pada ekosistem mangrove di Kabupaten Natuna adalah 6,0 NTU dengan karakteristik tidak keruh dengan potensi padatan tersuspensi yaitu sekitar 89 mg/l dan termasuk kategori sedang (baik). Salinitas perairan termasuk dalam kisaran 19 ppt, Potensi pH berkisar antara 6,44. Hal ini berarti perairan di Kabupaten Natuna memiliki pH netral. pH netral ini sangat cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme perairan. Potensi N umumnya didalam ambang normal, namun berpotensi untuk blooming algae. Hal yang sama juga terjadi pada potensi posfat. BOD dan COD dalam kisaran yang tinggi.

Untuk Kota Batam kondisi kualitas perairannya adalah sebagai berikut : Tingkat kekeruhan di Kota Batam berkisar antara 7,0 – 36,0 NTU. Nilai ini masuk ke dalam kisaran nilai sedang – rendah. dengan potensi padatan tersuspensi sekitar 78 – 88 mg/l menunjukan adanya potensi sedimentasi. Potensi salinitas pada ekosistem mangrove di Kota Batam berkisar antara 17.0 ppt – 18.8 ppt. Potensi pH perairan relatif netral yaitu berkisar antara 7,19 – 7,37. Potensi N masih dalam kisaran normal namun mulai ada tanda-tanda terjadi pencemaran. Hal yang sama terjadi pada potensi fosfat. Sedangkan potensi BOD yang tinggi dan COD yang sangat tinggi.

Daftar Pustaka

Aksornkoae, S. 1993. Ecology and management f mangrove. IUCN Wetland Program. Bangkok.

Aksornkoae, S., G. Wattayakorn and W. Kaetpraneet. 1978. Physical and Chemical Properties of Soil and Water in Mangrove Forest at Ampkoe Klung Changwat Chantaburi Thailand. UNESCO. Bangkok.

Alaerts, G. dan S. S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya

Clark, J. 1974. Coastal Ecosystem. Ecological Consideration for Management of coastal Zone the Conservation Foundation. D. C

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Palumahuny. 2003. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Raha Pulau Muna Sulawesi Tenggara. Jurnal Pesisir Pantai Indonesia, 6: 16-21.

Richardson, C.J. & S.S. Qian. 1999. Limits of phosphorus removal in wetlands. Wetlands Ecology and Management 7: 235–238.