kulit2 prp

93
TESIS PEMBERIAN PLA TELET RICH PLASMA  MENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1 PADA KULIT TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB YOSSY PROGRAM PASCASARJANA UNIVERS ITAS UDAY ANA DENPASAR 2012

Upload: dian-wijayanti

Post on 22-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 1/92

TESIS

PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA 

MENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1 PADA KULIT

TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB

YOSSY

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 2/92

 

TESIS

PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA 

MENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1 PADA KULIT

TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB

YOSSY

NIM : 0990761028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 3: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 3/92

 

ii

TESIS

PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA 

MENCEGAH PROSES PENUAAN DINI KULIT

MELALUI PENINGKATKAN EKSPRESI TGF-β1

PADA TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Anti Aging Medicine,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

YOSSY

NIM : 0990761028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK 

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 4: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 4/92

 

i

Lembar Persetujuan Pembimbing

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 30 APRIL 2012

Mengetahui,

Pembimbing II,

Prof. dr. I. Gusti Made Aman, Sp. FK

 NIP. 194606191976021001

Pembimbing I,

Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS

 NIP : 194612131971071001

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S NIP : 195902151985102001

Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS NIP : 194612131971071001

Page 5: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 5/92

 

i

 

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 30 April 2012

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

 No : 0144/UN14.4/HK/2012, Tanggal 16 Januari 2012

Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie I Paangkahila, Sp.And, FAACS

Anggota :

1.  Prof. dr. I Gst. Made Aman, Sp.FK

2.  Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.Biok

3.  Prof. Dr. dr. J Alex Paangkahila, MSc, Sp.And

4. 

Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH

Page 6: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 6/92

 

i

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida

Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mafia Esa, karena hanya atas asung wara

nugraha-Nyalkurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada :

l. Prof. DR. dr. Wimple I Pangkahila, Sp. And, FAACS, sebagai Ketua Program

Studi  Anti Aging Medicine dan pembimbing I yang banyak memberikan ide,

masukan, saran ilmiah dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis dan juga

telah memacu penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini untuk kemajuan

ilmu yang baru berkembang ini, yaitu ilmu Kedokteran Anti Penuaan (Anti

 Agin g Med icin e)

2.  Prof. dr. I Gst. Md. Aman, Sp.FK, yang telah memberikan masukan dan saran

ilmiah yang berkaitan dengan jalannya penelitian yang dilaksanakan di

Universitas Udayana, beserta staf Farmakologi Universitas Udayana.

3.  Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK yang telah memberikan masukan dan saran

ilmiah yang sangat berharga bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. 

Prof. DR. dr. J. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, yang telah memberikan masukan

dan saran ilmiah terutama dalam metode penelitian dan statistik yang sangat

 berguna bagi penulis dalam menyusun karya ilmiah ini.

5.  Prof. DR. dr. Adiputra, MOH, yang telah memberikan masukan dan saran

ilmiah terutama dalam metode penelitian yang sangat berguna bagi

 penulis da lam menyusun karya ilmiah ini.

6.  Prof Mantik Ketua Bagian Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Udayana, yang telah memberikan masukan dan saran serta membantu pelaksanaan penelitian di Lab Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Udayana.

7. Bpk. Ketut Tunas, yang telah membantu memberikan masukan dan saran ilmiah

terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis dalam

menyusun karya ilmiah ini.

8. Staf bagian Andrologi dan Seksologi (dr. Oka, dr. Pram, Mbak Eni, dan Bpk. Edi)

Page 7: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 7/92

 

v

serta teman-teman mahasiswa Program Magister  Anti Aging Medicine atas

dorongannya.

9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan moril dan materil bagi

 penulis dalam menempuh pendidikan ini.

Semoga  Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan  Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, 30 April 2012

Penulis

Page 8: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 8/92

 

i

ABSTRAK

PEMBERIAN PLATELET RICH PLASMA MENINGKATKAN EKSPRESI

TGF-β1 PADA KULIT TIKUS YANG TERPAJAN SINAR UVB 

Penuaan dini pada kulit atau  photoaging merupakan penuaan yang terjadi

akibat efek kronis sinar ultraviolet. Yang paling banyak mempengaruhi kesehatankulit adalah ultraviolet B, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan

 paling banyak menembus bumi. Sinar ultraviolet dapat memacu sintesis MMP-1 danMMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas serta menyebabkan penurunan TGF-β. Photoaging  ditandai dengan kerutan, kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar pada kulit. Saat ini banyak

dikembangkan berbagai metode guna menekan terjadinya kerusakan pada kulitterutama yang disebabkan oleh paparan langsung sinar ultraviolet secara terus-

menerus yaitu dengan menggunakan Platelet Rich Plasma. PRP adalah bahan yang berasal dari darah yang diambil dari tubuh penderita sendiri (autologus). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peran PRP topikal dalam melindungi kulit dari photoaging.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni menggunakanmetodologi  pre-test post-test  control group design. Penelitian ini menggunakan tikus

(Rattus norvegicus) jantan, usia 2,5 bulan sebagai subyek yang secara anatomis samadengan manusia usia dewasa muda. Jumlah sampel dalam penelitian ini 22 ekor tikus,

4 ekor tikus untuk TGF-β1 pre-test , sisanya 18 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompokmasing-masing 9 ekor tikus yaitu kelompok kontrol (UVB dan aquadest) dan

kelompok perlakuan (UVB dan PRP). Pajanan UVB diberikan 2 hari sekali selama 2

minggu dengan total dosis 840 mJ/cm². Pengolesan aquadest dan PRP dilakukansetiap hari sebanyak 0,1cc. Pada akhir penelitian, diambil jaringan kulitnya untukdiperiksa TGF-β1 nya dengan menggunakan metode ELISA. 

Dari penelitian ini diperoleh hasil tidak terjadi perubahan yang bermakna(p>0,05) pada kelompok kontrol yaitu 8,65%, tetapi pada kelompok perlakuan, terjadi

 peningkatan secara bermakna (p<0,05) yaitu 13,68%.Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengolesan PRP meningkatkan ekspresi

TGF-β1 pada kulit tikus yang terpajan sinar UVB.

Kata Kunci : photoaging, ultraviolet B, TGF- β1, PRP 

Page 9: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 9/92

 

v

ABSTRACT

SUPPLEMENTATION OF PLATELET RICH PLASMA INCREASED THE

TGF-β1 EXPRESSION ON THE RAT SKIN UNDER THE UVB RAY

EXPOSURE

The premature aging of skin or the photoaging is an aging process due to thechronic effects of ultraviolet rays. Mostly, the UVB is the kind of beam that

negatively affects our skin health since its wave length is short and gets to the earthmost. Ultraviolet rays can stimulate the synthesis of MMP-1 and MMP-3 through the

release of TNF-α by keratinocyte and fibroblast as well as cause the decrease ofTGF-β. Photoaging is primarily indicated by the wrinkles, looseness, pigmentationchange, brownish flecks and rough-looking appearances on the skin. At the time being, various methods have been developed to reduce the occurrences of skin

damage caused specifically by the continuous and direct ultraviolet ray exposure; oneway is to utilize the Platelet-Rich Plasma (PRP). PRP is a serum or blood component

derived from the patient's own blood (autologous).The aim of this study is to knowthe role of PRP on protecting skin from photoaging.

This study was designed as true experimental using the pre-test post-test controlgroup design methodology. This study was done on male rats (Rattus Norvegicus)aged 2.5 months as the subjects in which they were anatomically considered similar

to human adults. The samples included 22 rats; 4 rats were used for TGF-β1 pre-test

and the rest 18 rats were divided into 2 groups, control group (UVB+aquadest) andtreated group (UVB + PRP) in which each group contained 9 rats. The UVBexposures were given once in every two days for 2 weeks with the total dosage

amount of 840 mJ/cm². Furthermore, 0.1 cc of aquadest and 0.1 cc of PRP wereapplied to the skin of rats in the control and treated groups. At the end of the study,

the pre-test and post-test rats would have their skin tissues analyzed using ELISA tomeasure the expression of their TGF-β1. 

The results showed an 8.65% decrease in the control group that was notsignificantly different (p>0.05), but the treated group had an increase of TGF-β1expression 13.68% with a significant difference (p<0.05).

It was concluded that the supplementation of Platelet Rich Plasma increased the

TGF-β1 expression on the rat skin under the uvb ray exposure.

Keywords : photoaging, ultraviolet B, TGF- β1, PRP  

Page 10: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 10/92

 

vi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................................ i

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

ABSTRACT ...................................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................. x

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ......... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah ................................................................. 7

1.3 

Tujuan Penelitian .................................................................. 71.4  Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penuaan .................................................................................... 8

2.1.1 Definisi penuaan............................................................ 9

2.1.2 Penyebab proses penuaan .............................................. 10

2.1.3 Teori proses penuaan ..................................................... 10

2.1.4 Faktor yang mempercepat penuaan ................................ 13

2.1.5 Upaya menghambat penuaan ......................................... 15

2.1.6 Tanda penuaan ............................................................... 17

2.2 Proses Penuaan Pada Kulit ........................................................ 19

2.2.1 Penyebab penuaan kulit ................................................. 20

2.2.2 Penuaan intrinsik dan ekstrinsik .................................... 20

2.3 Efek Ultraviolet ........................................................................ 23

2.3.1 Radiasi ultraviolet ......................................................... 24

2.3.2 Sinar ultraviolet ............................................................. 25

Page 11: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 11/92

 

ii

2.3.3 Efek akut ultraviolet ...................................................... 26

2.3.3.1 Eritema .............................................................. 26

2.3.3.2 Pigmentasi ......................................................... 27

2.3.3.3 Kerusakan DNA ................................................ 27

2.3.3.4 Penekanan imun ................................................. 28

2.3.4 Efek kronis ultraviolet ................................................... 28

2.3.4.1 Photoaging ........................................................ 28

2.3.4.2 Fotokarsinogenesis ............................................ 28

2.4 Plasma Kaya Trombosit (Platelet Rich Plasma) ........................ 29

2.4.1 Trombosit ...................................................................... 34

2.4.2 Growth Factor ............................................................... 352.5. Transforming Growth Factor-ß (TGF-β) ................................... 36

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir..................................................................... 39

3.2 Konsep ..................................................................................... 40

3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................. 40

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 41

4.2 Subyek dan Sampel ................................................................... 42

4.2.1 Variabilitas populasi ...................................................... 42

4.2.2 Kriteria subyek .............................................................. 42

4.2.3 Besaran sampel ............................................................. 43

4.2.4 Teknik penentuan sampel .............................................. 44

4.3 Variabel .................................................................................... 44

4.3.1 Klasifikasi variable ........................................................ 44

4.3.2 Definisi operasional variabel ......................................... 444.4 Bahan dan Instrumen Penelitian ................................................ 45

4.5 Prosedur Penelitian ................................................................... 46  4.6 Alur Penelitian .......................................................................... 50

4.7 Analisis Data ............................................................................ 51

BAB V HASIL PENELITIAN 52

5.1 Uji Normalitas Daya ................................................................. 52

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok ..................................... 53

Page 12: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 12/92

 

viii

5.3 Ekspresi TGF-β1 ....................................................................... 53

5.3.1 Uji Komparabilitas ........................................................ 53

5.3.2 Analisis Efek Perlakuan................................................. 54

5.3.3. Analisis Komprarasi antara Sebelum dengan SesudahPerlakuan ...................................................................... 55

BAB VI PEMBAHASAN 57

6.1 Subyek Penelitian .................................................................... 57

6.2 Efek Pengolesan PRP dan Pajanan UVB terhadap Ekspresi

TGF-β1 ..................................................................................... 57

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan .................................................................................. 63

7.2 Saran ...................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... .. 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 69

Page 13: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 13/92

 

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman 

Gambar 2.3. Gambar sinar ultraviolet ............................................................... 24

Gambar 2.4 Plasma Kaya Trombost (Platelet Rich Plasma) .............................. 33

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 40

Bagan 4.1 Skema Rancangan Penelitian ........................................................ 41

Bagan 4.2 Alur Penelitian ............................................................................. 50

Gambar 5.1 Perubahan Ekspresi TGF-β1 Sesudah Diberikan Pengolesan PRP

dan Pajanan UVB ....................................................................... 56

Page 14: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 14/92

 

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas data Ekspresi TGF-β1 masing-masing

Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan ....................................... 52

Tabel 5.2 Hasil Homogenitas antar Kelompok Data Ekspresi TGF- β1

Sesudah Perlakuan ........................................................................ 53

Tabel 5.3 Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sebelum Diberikan

Perlakuan ...................................................................................... 53

Tabel 5.4 Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan. ..................................................................................... 54Tabel 5.5 Analisis Komparasi Ekspresi TGF-β1 antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan ........................................................................ 55

Page 15: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 15/92

 

i

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

AAM :  Anti Aging Medicine

A4M :  American Academy of Anti Aging Medicine

AGE :  Advance Glycation End Product

AP-1 :  Activator Protein-1

α-MSH : α-Melanocyte Stimulating Hormone

BMPs :  Bone Morphogenetic Proteins

cAMP : cyclic-Adeno Mono Phosphate

CREB : CAMP-Responsive Element Binding Protein

DHEA :  Dehydroepiandrosterone

EGF :  Epidermal Growth Factor

ERK :  Extracellular- signal-Regulated Kinase

FDA : Food and Drug Administration

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GH : Growth Hormone

IGF-1 :  Insulin Growth Factor-1

LH :  Luteinizing Hormone

MED :  Minimal Erythema Dose

MITF :  Micropthalmia Transforming Factor

mJ/cm² : mili Joule per sentimeter persegi

MMP  : Matrix Metalloproteinase

PAX3  : Paired-box homeotic gene

PDGF  : Platelet Derived Growth Factor

 pg/ml : pico gram per mililiter

PKA  : Protein Kinase A

PMN  : Polymorphonuclear

PPP  : Platelet Poor Plasma

PRP  : Platelet Rich Plasma

TGF-β1  : Transforming Growth Factor-beta 1

TIMPs : Tissue Inhibitors of the same Metalloproteinase

TNF-α  : Tumor Necrosing Factor- alfa

TYRP1  : Tryrosinase-related Protein 1

TYRP2 : Tryrosinase- related Protein 2

UV : Ultraviolet

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor 

Page 16: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 16/92

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Uji Normalitas Data Sesudah Perlakuan .......... ...................... .......69

Lampiran 2 Uji t-independent Data TGF-β1 Sebelum Perlakuan (Pre) .............70

Lampiran 3 Uji t-independent  Data TGF-β1 Sesudah Perlakuan (Post) ...........71

Lampiran 4 Uji t-paired  antara Sebelum dengan Sesudah

Perlakuan (Pre-Post) masing-masing Kelompok ...........................72

Lampiran 5 Foto-foto Penelitian .......................................................................74

Page 17: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 17/92

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan

dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap

orang tidaklah sama, ada beberapa orang yang mengalami proses penuaan

lebih cepat dibandingkan dengan orang lain. Kecepatan proses penuaan

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor ekstrinsik maupun

intrinsik (Pangkahila, 2007). Faktor ekstrinsik di antaranya adalah gaya hidup

yang salah misalnya makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak sehat,

 penyalah gunaan obat-obatan baik yang dikonsumsi, disuntikkan maupun

yang digunakan secara topikal serta penggunaan kosmetika dengan

kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

hormon baik estrogen, progesteron, stress, genetik maupun ras.

Proses Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua

manusia. Penuaan bukan hanya proses menjadi tua, ketika laju kegagalan

meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah,

dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Dengan berkembangnya ilmu

 pengetahuan dan teknologi seperti saat ini tentunya banyak memberikan

dampak positif bagi masyarakat. Ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini

adalah Ilmu Anti Penuaan. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu

1

Page 18: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 18/92

 

 penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat

Page 19: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 19/92

15

dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan

genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat

terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu

(Fowler, 2003). Konsep  Anti Aging Medicine (AAM) ini dicetuskan pada

tahun 1993, konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai

suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat

kembali ke keadaan semula. Oleh karena itu, dengan adanya ilmu ini

diharapkan akan meningkatkan usia harapan hidup yang tentunya dengan

kualitas hidup yang tinggi. Saat ini banyak hal yang dapat mempengaruhi

 penurunan kualitas hidup, salah satunya yang sangat berperan adalah gaya

hidup yang buruk pada masyarakat yang bisa menimbulkan berbagai macam

 penyakit bahkan sampai menimbulkan kematian pada usia muda.

Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan

 berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat

seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen,

2008). Seperti organ tubuh yang lainnya, kulit manusia juga mengalami

 penuaan kronologis. Proses penuaan itu berhubungan dengan perubahan yang

terjadi secara terus-menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit.

Perubahan ini termasuk kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel

(Jenkins, 2002). Gambaran klinis dari perubahan karakteristik tersebut,

seperti terjadinya kerutan halus, permukaan jaringan yang lebih kasar dan

timbulnya hiperpigmentasi (Yaar dkk., 2002).

Page 20: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 20/92

16

Salah satu faktor yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi

sinar ultraviolet (UV). Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus pada

kulit manusia akan merusak struktur dan fungsi kulit tersebut. Kerusakan

kulit tergantung pada jumlah dan jenis sinar ultraviolet serta tipe kulit

seseorang. Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat

menimbulkan berbagai macam efek pada kulit manusia, di antaranya adalah

sunburn, penekanan imunitas, dan penuaan dini ( photoaging). Sunburn dan

 penekanan sistem imun terjadi secara akut sebagai respon akibat paparan

yang berlebihan dari sinar matahari, sedangkan kanker kulit dan  photoaging 

akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan oleh paparan berulang

sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami  photoaging ditandai dengan kerutan,

kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar.

Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau penuaan

intrinsik pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi tipis,

mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus (Fisher dkk.,

2000).

Penuaan dini pada kulit atau  photoaging merupakan penuaan yang

terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan

gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang

100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi ultra

violet terbagi atas tiga golongan yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320nm)

dan UVC (100-280nm). UVC biasanya tidak sampai ke permukaan bumi

kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini diserap oleh lapisan ozon

Page 21: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 21/92

17

 pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada kesehatan kulit

adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan paling

 banyak menembus bumi, sinar ultra violet juga terbukti meningkatkan

degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metalloproteinase (MMP). Sinar

ultra violet juga dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui

 pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) oleh keratinosit dan

fibroblas serta menyebabkan penurunan Transforming Growth Factor- beta

(TGF-β) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). TGF-β juga dapat menghambat

sintesis melanin dengan memecah enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk.,

2001).

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam metode guna

menekan terjadinya kerusakan pada kulit terutama yang disebabkan oleh

 paparan langsung sinar ultraviolet secara terus-menerus. Salah satu metode

yang sedang berkembang saat ini adalah dengan menggunakan Platetet Rich

Plasma ( Plasma Kaya Trombosit).

PRP adalah bahan yang berasal dari darah yang diambil dari tubuh

 penderita sendiri (autologus). Saat ini sedang berkembang dan banyak

digunakan untuk menyembuhkan luka, terutama di bidang bedah. Dua bahan

yang sangat berkembang dan banyak dipakai sebagai pengobatan dengan

 bahan dasar darah adalah  fibrin tissue adhesive (FTA)  atau yang dikenal

dengan  fibrin glue  dan  platelet rich plasma(PRP) atau plasma kaya

trombosit. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang manfaat PRP, maka harus

dipahami tentang respon tubuh terhadap luka yang terdiri dari tiga fase yaitu

Page 22: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 22/92

18

inflamasi, proliferasi dan remodelling. Fase inflamasi yang didahului dengan

agregasi trombosit sehingga terjadi penghentian perdarahan. Selain itu

trombosit juga mengeluarkan thromboxane dan serotonin yang merangsang

hemostasis dengan vasokonstriksi.

Selain itu trombosit juga mengeluarkan histamin yang merangsang

 polymorphonuclear (PMN) dan monosit ke tempat luka. Selanjutnya

kemotaktik dari growth factor   akan merekrut sel endotel untuk membuat

 pembuluh darah baru (angiogenesis), juga fibroblas terangsang untuk

membentuk matriks ekstraseluler sehingga luka akan cepat menutup.

Bermacam sitokin dan growth factor berpengaruh terhadap penyembuhan dan

maturasi dari luka.Sitokin berperan dalam perekrutan sel untuk proliferasi

dan diferensiasi (Weibrich dkk., 2003).

Begitu juga dengan growth factor, Growth factor   yang berasal dari

trombosit atau platelet derived growth factor(PDGF) keluar dari alfa granul

dan berfungsi dalam rekrutmen dan aktivasi sel immun dan fibroblas. Contoh

 produk yang telah dipakai dan disetujui oleh Food and Drug Administration 

(FDA) yaitu bentuk isomer rantai β dari PDGF (PDGF-BB) yang secara

klinis terbukti mempercepat penyembuhan, termasuk pada luka kronis

diabetic neuropathy (Driver dkk., 2006). Selain itu trombosit juga

mengeluarkan TGF-β, yang merangsang maturasi fibroblas, migrasi, dan

sintesis matriks ekstraseluler. Sedangkan growth factor   lainnya yaitu

epidermal growth factor   (EGF), dan vascular endothelial growth factor  

(VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel, dan sel immun untuk

Page 23: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 23/92

19

menambah percepatan penyembuhan luka.

PRP dapat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi terhadap plasma

darah yang telah dicampur dengan antikoagulan ( Na Citrat) dan diperoleh

secara autologus. PRP bisa didefinisikan sebagai plasma darah yang

mengandung 1.000.000 trombosit/microliter dalam 5 ml plasma. Secara luas

PRP diketahui mengandung tujuh macam growth factor yaitu: PDGF-AA,

PDGF-BB, PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2, VEGF, EGF. 

Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan kali dari

kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di dalam PRP

 juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1. Dan selama proses pengambilan

atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari trombosit. Beberapa cara

 pembuatan dan proses pengambilan PRP ini sudah banyak beredar seperti

Smart Prep Autologous Platelet Concentrate system  (Harvest Technologies

Corp) dan  Magellan Autologous Separator (Medtronic, Inc, Minneapolis)

(Weibrich dkk., 2003).

Dengan pemberian PRP ini tentunya diharapkan akan meningkatkan

ekspresi TGF-β1 yang dapat menghambat efek penuaan dini kulit

( photoaging), oleh karena paparan sinar ultra violet yang terus-menerus dapat

memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh

keratinosit dan fibroblas yang menyebabkan kerusakan jaringan serta

menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung pada kulit manusia secara in

vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk., 2004) yang dapat menimbulkan

hiperpigmentasi, juga dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah

Page 24: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 24/92

20

enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001), mekanisme molekuler yang

 berhubungan dengan TGF-β juga dapat mengakibatkan terjadinya

hipopigmentasi.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian PRP secara topikal

dapat meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan

kronis sinar ultraviolet B?

1.3 Tujuan Penelitian

Umum : untuk mengetahui peran PRP dalam melindungi penuaan dini

kulit.

Khusus : untuk mengetahui pemberian PRP secara topikal dapat

meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi

 pajanan kronis sinar ultraviolet B dengan total dosis 840 mj /cm²

selama 2 minggu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Manfaat ilmiah : Menambah wawasan ilmiah tentang peranan PRP

dalam melindungi kulit dari paparan sinar UVB

melalui peningkatan kadar TGF-β1. 

Manfaat klinis : Jika penelitian ini terbukti dan setelah dilakukan

tahapan pemeriksaan klinik, maka baru dapat

diaplikasikan pada manusia.

Page 25: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 25/92

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penuaan

Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua

manusia. Penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang

membuat tua tidak sebaik baru dan ketika laju kegagalan meningkat

 bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang

sekarat (Gavrilov, 2004). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi seperti saat ini tentunya banyak memberikan dampak positif bagi

masyarakat. Ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini adalah Ilmu Anti

Penuaan. Penuaan secara praktis dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi

 biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat dihindarkan dan berjalan

dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang,

lingkungan dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau

lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003).

Konsep AAM ini dicetuskan pada tahun 1993, konsep ini

menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai suatu penyakit yang dapat

dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula.

Oleh karena itu, dengan adanya ilmu ini diharapkan akan meningkatkan usia

harapan hidup yang tentunya dengan kulaitas hidup yang tinggi. Saat ini

 banyak hal yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup, salah

satunya yang sangat berperanan adalah gaya hidup yang buruk pada

8

Page 26: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 26/92

22

masyarakat yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit bahkan sampai

menimbulkan kematian pada usia muda.

2.1.1 Definisi penuaan

Definisi aging menurut  A4M (American Academy of Anti-Aging

 Medicine)  adalah perubahan fisik yang berhubungan dengan aging 

disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah

dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).

Penuaan adalah suatu kumpulan gejala dari perubahan yang terus-

menerus, menyeluruh dan menetap. Proses penuaan terjadi pada molekul

(DNA, protein, lemak), pada sel dan organ. Frekuensi penyakit yang

meningkat pada usia tua seperti arthritis, osteoporosis, penyakit jantung,

kanker,  Alzheimer's Disease  sering dikaitkan dengan terjadinya proses

 penuaan. Padahal pada kenyataannya tidak semua benar bahwa penyakit yang

terjadi pada usia tua adalah merupakan proses penuaan (Klatz dan Goldman,

2004). Webster's New World Dictionary  mendefinisikan penuaan sebagai

 proses menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Oleh karena

itu kemudian dikenal dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

fisiologis atau biologis. Usia kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan

tahun kelahiran, sedang usia fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan

fungsi organ tubuh. Maka usia kronologis tidak selalu sama dengan usia

fisiologis (Pangkahila, 2007).

Page 27: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 27/92

23

2.1.2 Penyebab proses penuaan

Banyak faktor yang dapat menyebabkan orang menjadi tua melalui

 proses penuaan, yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa

kepada kematian. Pada dasarnya berbagai faktor itu dapat dikelompokkan

menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal ialah

radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis,

sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah

gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan,

stres, dan kemiskinan. Karena berbagai faktor itulah terjadi proses penuaan,

sehingga orang menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Namun, kalau

faktor penyebab itu dapat dihindari, proses penuaan tentu dapat dicegah,

diperlambat, bahkan mungkin dihambat, dan kualitas hidup dapat

dipertahankan. Dengan kata lain usia harapan hidup dapat menjadi lebih

 panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik. Dengan melihat berbagai

faktor di atas, kita dapat menentukan faktor mana yang dapat dihindari atau

diatasi agar proses penuaan dapat dicegah atau diperlambat (Pangkahila,

2007).

2.1.3 Teori proses penuaan

Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses

 penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu teori wear and tear meliputi kerusakan DNA, glikosilasi,

dan radikal bebas serta teori program meliputi terbatasnya replikasi sel,

 proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007).

Page 28: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 28/92

24

Ada empat teori pokok dari penuaan (Goldman dan Klatz, 2007), yaitu:

1. 

Teori Wear and Tear

Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena sering digunakan dan

disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung,

ginjal, kulit, dan yang lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan

dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan

nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stres fisik dan emosional.

Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di

tingkat sel.

2. 

Teori Neuroendokrin

Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh.

Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh

hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus

membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian

mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh

memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu

 berbagai sistem tubuh.

3. 

Teori Kontrol Genetik

Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di

mana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang

memungkinkan fungsi fisik dan mental terentu. Dan penurunan genetik

tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama

kita dapat hidup.

Page 29: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 29/92

25

4. 

Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi

akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu.

Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi,

karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu

molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya

satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul

yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga

menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.

Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah

DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo, 2000). Dengan bertambahnya

usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin

mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga

merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan

kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin,

suatu protein yang menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan

elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal

 bebas, terutama pada daerah wajah, di mana mengakibatkan lekukan

kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal

 bebas (Goldman dan Klatz, 2007).

Page 30: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 30/92

26

2.1.4 Faktor yang mempercepat penuaan

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen

tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan

karena proses penuaan. Pada umumnya manusia tidak pernah

mempertanyakan mengapa kita menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal.

Orang hanya menganggap menjadi tua memang harus terjadi, sudah

ditakdirkan, dan semua masalah ya ng muncul harus dialami. Bahkan, ada

yang berpendapat usia setiap orang sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia

tertentu, yang tidak sama pada setiap orang. Namun ternyata ada beberapa

faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu :

4. 

1. Faktor lingkungan

a. Pencemaran lingkungan berupa bahan polutan dan bahan kimia yang

merupakan hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga

akan mempercepat proses penuaan.

 b. Pencemaran lingkungan berupa suara bising. Dari beberapa

 penelitian yang ada, ternyata suara bising mampu meningkatkan

kadar hormon prolaktin dan dapat menyebabkan apoptosis pada

 berbagai jaringan tubuh.

c. Pemakaian obat-obatan dan jamu yang tidak terkontrol

 pemakaiannya dapat menurunkan hormon tubuh baik secara

langsung maupun tidak langsung melalui mekanisme umpan balik

(hormonal feedback mechanism).

Page 31: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 31/92

27

d. Sinar matahari secara langsung dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan kerusakan pada kolagen kulit.

5. 

2. Faktor diet atau makanan

Dipengaruhi oleh jenis nutrisi, jumlahnya serta kualitas dari

makanan tersebut hendaknya yang tidak menggunakan bahan pengawet,

 pewarna, dan perasa dari bahan kimia yang terlarang. Zat beracun yang

terkandung dalam makanan tersebut, tentunya dapat menimbulkan

kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang paling utama adalah kerusakan

 pada organ hati.

6. 

3. Faktor genetik

Genetik seseorang ditentukan oleh genetik dari orang tuanya.

Ternyata, faktor genetik dapat berubah jika terpapar oleh infeksi virus,

radiasi serta racun yang terdapat pada makanan, minuman dan kulit yang

dapat diserap oleh tubuh.

4. Faktor psikik

Stres juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya proses apoptosis pada berbagai organ atau jaringan tubuh.

7. 

5. Faktor organik

Yang merupakan faktor organik adalah rendahnya

kebugaran/ fitness, pola makan yang tidak sehat, penurunan Growth

 Hormone (GH) dan IGF-1, penurunan hormon testosteron, penurunan

melatonin secara konstan setelah memasuki usia 30 tahun yang dapat

menyebabkan gangguan pada ritme harian (circadian clock ) yang

Page 32: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 32/92

28

kemudian akan berpengaruh juga pada kulit dan rambut yang ditandai

dengan berkurangnya pigmentasi serta terjadinya gangguan pola tidur,

 peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan pada emosi dan

stres. Serta terjadi perubahan pada FSH (Follicle Stimulating Hormone)

dan LH ( Luteinizing Hormone).

2.1.5 Upaya menghambat penuaan

Proses penuaan bukan datang dengan sendirinya tanpa sebab. Proses

 penuaan dapat dicegah dan dihambat jika kita dapat mengatasi faktor

 penyebabnya. Pada dasarnya upaya menghambat proses penuaan dapat

dilakukan sebagai berikut (Pangkahila, 2007) :

1. 

Menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan gaya hidup sehat, yaitu

meliputi:

a. Berolahraga teratur

Minimal 30 menit tiga kali seminggu atau dilakukan setiap hari.

 b. Makanan yang sehat dan cukup

Rendah kalori, banyak sayur dan buah-buahan, cukup protein.

c. Hindari dan atasi stres

d. Hindari bahan yang bersifat racun

Seperti merokok dan alkohol yang berlebihan, pestisida, bahan

 pengawet yang tidak sehat.

e. Adanya keseimbangan antara kesibukan dan relaksasi.

2. 

Kehidupan berkeluarga harus bahagia, termasuk dalam kehidupan seksual,

hindari perilaku seksual yang tidak sehat.

Page 33: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 33/92

29

3. 

Lakukanlah pekerjaan sebagai suatu kesenangan.

4. 

Hiduplah dalam lingkungan sosial yang sesuai dengan hati nurani.

5. 

Upayakan selalu berpikir positif dan optimis.

6. 

Jangan merasa sehat normal hanya karena tidak merasakan keluhan yang

serius.

7. 

Jangan merasa sudah tua dan tidak berdaya

8. 

Jangan gunakan obat atau ramuan yang tidak punya dasar ilmiah yang

 jelas dan tanpa petunjuk tenaga ahli.

9. 

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala yang diperlukan dan sesuai

dengan kondisi masng-masing.

10. 

Gunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli, untuk

mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh yang menurun dengan

 bertambahnya usia.

Upaya pertama sampai kedelapan sebenarnya upaya yang dapat

dilakukan oleh setiap orang tanpa adanya intervensi pengobatan dari luar.

Tetapi pada kenyataannya untuk melaksanakan upaya tersebut tidaklah

mudah, bahkan sebagian justru sulit dan nyaris hampit tidak dapat

dilakukan. Upaya kesembilan dan kesepuluh merupakan upaya intervensi

yang memerlukan perlakuan atau pengobatan yang disarankan atau

diberikan oleh tenaga ahli.

Yang kerap kali menjadi hambatan atau kesulitan dalam melakukan

upaya dalam menghambat proses penuaan tanpa intervensi diantaranya

Page 34: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 34/92

30

adalah disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat, pengetahuan yang

rendah, serta budaya yang tidak benar.

Lingkungan yang tidak sehat antara lain seperti adanya sejumlah

makanan yang ternyata telah diracuni oleh bahan berbahaya seperti formalin,

 pestisida, dan bahkan bahan pewarna. Beberapa produk kosmetik juga

 banyak yang dicampur dengan bahan kimia yang berbahaya yang dapat

mengganggu kesehatan. Belum lagi pencemaran udara yang disebabkan dari

asap kendaraan bermotor, industri, rokok, dan yang lainnya yang mana

semuanya itu tentunya akan sangat mengganggu.

Pengetahuan yang rendah dalam berbagai aspek juga banyak

menimbulkan masalah yang dapat menghambat proses penuaan seperti

mengkonsumsi sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat, bahkan sangat

merugikan.

Demikian juga dengan budaya yang tidak benar, misalnya meyakini

 bahwa pada usia tua orang memang harus tidak berdaya. Akibatnya banyak

orang yang pasrah menerima berbagai keluhan yang muncul seiring dengan

 bertambahnya usia (Pangkahila, 2007).

2.1.6 Tanda penuaan

Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan

kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu

 penurunan fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan

 peningkatan penyakit (Fowler, 2003).

Menurut Fowler (2003), aging  adalah suatu penyakit dengan

Page 35: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 35/92

31

karakteristik yang terbagi menjadi tiga fase yaitu :

1. Fase subklinik (usia 25-35 tahun)

Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, GH, dan

estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA

mulai mempengaruhi tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi,

 paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari matahari. Kerusakan ini

 biasanya tidak tampak dari luar. Individu akan tampak dan merasa

“normal” tanpa tanda dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan, pada

umumnya rentang usia ini dianggap usia muda dan normal.

2. Fase transisi (usia 35-45 tahun)

Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen.

Kehilangan masa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan

energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan ini

menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung,

 pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai muncul gejala klinis,

seperti penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, rambut putih

mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi kulit menurun, dorongan

seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup,

radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa

dan tampak tua. Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang

menjadi penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker,

arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.

Page 36: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 36/92

32

3. Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)

Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk

DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen,

dan hormon tiroid. Terdapat juga kehilangan kemampuan penyerapan

nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang,

kehilangan massa otot sekitar 1 kg setiap tiga tahun, peningkatan lemak

tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang

 pria kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang

mengakibatkan ketidak mampuan untuk membakar 800-1.000 kalori

 perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ

yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama

untuk menikmati ”tahun emas” dan seringkali adanya ketidakmampuan

untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-harinya.

Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai

akibat peningkatan usia (Fowler, 2003).

2.2 Proses Penuaan Pada kulit

Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari dapat

menimbulkan berbagai macam efek pada kulit manusia, diantaranya adalah

sunburn, penekanan imunitas, dan penuaan dini ( photoaging). Sunburn dan

 penekanan sistem imun terjadi secara akut sebagai respon akibat paparan

yang berlebihan dari sinar matahari, sedangkan kanker kulit dan photoaging

akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan oleh paparan berulang

sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami photoaging ditandai dengan kerutan,

Page 37: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 37/92

33

kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar.

Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau penuaan

intrinsik pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi tipis,

mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus (Fisher dkk.,

2000).

2.2.1 Penyebab penuaan kulit

Proses penuaan itu berhubungan dengan perubahan yang terjadi

secara terus-menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit. Perubahan ini

termasuk kehilangan interstitial matrix proteins dalam sel  (Jenkins, 2002).

Penuaan kulit secara intrinsik berupa pengurangan ketebalan kulit dan

 perubahan karakteristik dari susunan jaringan. Gambaran klinis dari

 perubahan karakteristik tersebut, seperti terjadinya kerutan halus, permukaan

 jaringan yang lebih kasar dan timbulnya hiperpigmentasi.

Secara umum diasumsikan penyebab dari proses penuaan kulit ini

dapat dipengaruhi oleh latar belakang etnis, gaya hidup dan paparan sinar

matahari secara terus-menerus (Gilchrest dan Krutmann, 2006).

2.2.2 Penuaan intrinsik dan ekstrinsik

Proses penuaan pada kulit dapat dibagi menjadi dua yaitu penuaan

intrinsik dan penuaan ekstrinsik (Gilcherst dan Krutmann, 2006) :

Page 38: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 38/92

34

7. 

Penuaan intrinsik dikenal juga dengan proses penuaan secara alamiah,

yang merupakan proses yang terus berlangsung, biasanya dimulai pada

usia 20 tahunan. Penuaan intrinsik tersebut, terjadi oleh karena

akumulasi kerusakan endogen yang disebabkan oleh pembentukan

senyawa oksigen reaktif selama metabolisme oksidasi seluler.

Pemendekan telomer pada pembelahan sel juga dapat dikatakan sebagai

salah satu penyebab penuaan intrinsik pada kulit, selain oleh karena

 penurunan faktor pertumbuhan dan hormon. Manifestasi klinis penuaan

kronologis kulit dapat berupa serosis, kelemahan, kerutan dan gambaran

tumor jinak seperti keratosis seboroik dan angioma buah ceri.

Page 39: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 39/92

35

8. 

Penuaan ekstrinsik ( photoaging), terjadi sebagai akibat kerusakan

kumulatif dari radiasi sinar ultraviolet. Radiasi sinar ultraviolet dengan

 panjang gelombang 100-400 nm merupakan 5% dari seluruh kisaran

radiasi sinar matahari. Secara umum sinar ultraviolet dibagi menjadi

tiga, yaitu UVA (320 - 400 nm), UVB (280 - 320 nm), UVC (100 -

280nm). UVC dapat terabsorbsi secara langsung oleh lapisan ozone di

atmosfer. Radiasi UV dapat mengakibatkan aktivasi reseptor permukaan

sel yang mengakibatkan propagasi sinyal intraseluler dan sintesis faktor

transkripsi, protein inti yang berikatan dengan DNA untuk meningkatkan

atau menekan gen transkripsi. Salah satu faktor transkripsi yang secara

cepat dan prominen dapat terinduksi oleh radiasi sinar UV adalah AP-1.

AP-1 dapat mempengaruhi gen transkripsi kolagen pada fibroblas,

menurunkan level prokolagen I dan III, selain itu AP-1 juga dapat

merangsng gen transkripsi yang mengkode  matrix-degrading enzyme 

seperti metalloproteinase. Pada kulit yang mengalami  photoaging 

tersebut dapat memperlihatkan gambaran klinis berupa permukaan yang

kasar, kerutan halus dan kasar, bercak kekuningan, kering, dan

telangiektasis (Rigel dkk., 2004; Gilchrest dan Krutmann, 2006).

Page 40: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 40/92

36

2.3 Efek Ultraviolet 

Penuaan dini pada kulit atau  photoaging merupakan penuaan yang

terjadi akibat efek buruk kronis dari sinar matahari yang bertumpuk dengan

gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang

100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada.Radiasi ultra

violet terbagi atas tiga golongan yaitu UVA (320-400nm), UVB (280-320nm)

dan UVC (100-280nm). UVC biasanya tidak sampai ke permukaan bumi

kecuali pada dataran tinggi sekali dimana UVC ini diserap oleh lapisan ozon

 pada atmosfir. Yang paling banyak berpengaruh kepada kesehatan kulit

adalah UVB, karena panjang gelombangnya yang lebih pendek dan paling

 banyak menembus bumi (Fisher dkk., 2000).

Ultraviolet B lebih banyak menyebabkan kerusakan sel DNA.

Kelainannya berupa lesi DNA pada cyclobutane pyrimidine dimer. Secara

klinis kelainannya berupa eritema atau kemerahan. Menariknya hasil akhir

dari proses glikasi atau advance glycation end product (AGE) yang

terakumulasi pada protein yang berusia panjang seperti matriks ekstraseluler

 juga berfungsi sebagai sensitiser untuk ultraviolet sehingga merusak sel

fibroblas di dermal. Sinar ultra violet juga terbukti meningkatkan degradasi

kolagen melalui aktivasi matriks metalloproteinase (MMP). Dan juga sinar

ultra violet dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan

TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas. UVB secara langsung berefek pada

kerusakan DNA terutama pada dua lesi besar yaitu cyclobutane  dimer   dan

 pyrimidine pyrimidone  photo product . Yang secara langsung mempengaruhi

Page 41: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 41/92

37

sintesis asam nukleat. Walaupun DNA inti mempunyai kemampuan untuk

memperbaiki diri, kerusakan DNA jarang sekali di perbaiki secara komplit

dan bisa menjadi sel kanker (Gilchrest, 2004).

Pada beberapa penelitian juga dikatakan bahwa radiasi sinar UVB

menyebabkan penurunan dari sintesis TGF-β (Gilchrest dan Krutmann,

2006). TGF-β dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim

tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001).

Gambar 2.3. Gambar sinar ultraviolet

2.3.1 Radiasi ultraviolet

Spektrum elektromagnetik yang ditransmisikan oleh sinar matahari

 berkisar antara sinar kosmik yang sangat pendek hingga gelombang radio

yang sangat panjang. Sebagian besar perubahan kulit akibat sinar yang terjadi

 berhubungan dengan radiasi UV. Terdapat tiga kategori radiasi UV, yaitu :

UVC, dengan panjang gelombang yang terpendek, yaitu 100-290 nm. Tidak

ada panjang gelombang yang lebih pendek dari 290 nm yang mencapai

 permukaan bumi, terutama disebabkan oleh fitrasi oleh lapisan ozone.

Page 42: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 42/92

38

Berbeda dengan UVB dengan panjang gelombang 290-320 nm yang

mencapai permukaan bumi dan bertanggung jawab terhadap atas sebagian

 besar terjadinya fotobiologi pada kulit. Sinar UVA dengan panjang

gelombang 320-400 nm mampu melewati kaca jendela dan dibagi menjadi

UVA1 dengan panjang gelombang 340-400nm dan UVA2 dengan panjang

gelombang 320-340nm (Rigel dkk., 2004). Menipisnya lapisan stratosfer dari

ozone mengakibatkan semakin banyak jumlah radiasi UVB yang mencapai

 permukaan bumi yang selanjutnya menimbulkan efek langsung terhadap

kesehatan manusia. Paparan ultraviolet ini memegang peranan penting

terhadap terjadinya penuaan dini kulit.

2.3.2 Sinar ultraviolet

Ultra violet B (UVB) merupakan spektrum radiasi ultra violet dengan

 panjang gelombang 290 – 320 nm, dan merupakan sinar ultraviolet yang

 paling efektif menembus bumi dan mengakibatkan kerusakan pada kulit

manusia. Kerusakan yang terjadi oleh karena ultraviolet B adalah lebih pada

kerusakan DNA sel yang merupakan kromofornya.Sinar UVB banyak

terserap ke epidermis dan menembus ke papila dermis.Gejala kerusakan yang

terjadi akibat penyerapan UVB ke epidermis berupa eritema.Panjang

gelombang dari ultraviolet yang paling efektif menyebabkan eritema yaitu

250-290 nm dan semakin berkurang efek eritemanya seiring dengan

 bertambahnya panjang gelombang. Pada pajanan sinar UVB tunggal dengan

dosis suberitema ,gejala eritema berangsur berkurang dalam waktu 24 jam.

Pada pajanan berulang akan terjadi efek kumulatif dan terjadilah

Page 43: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 43/92

39

eritema.Gejala eritema setelah paparan sinar UVB akan terjadi kemudian

dalam waktu 3- 5 jam dan maksimal pada 12-24 jam kemudian, dan

 berkurang dalam 72 jam. Sebelum terjadi eritema maka akan terjadi

vasodilatasi pembuluh darah. Secara histopatologis pada studi dengan

 potongan kulit 1-µm yang disinari UVB tunggal dengan dosis 3 MED terjadi

kerusakan sel keratinosit pada 30 menit setelah paparan, dan paling jelas pada

24jam kemudian. Setelah 72 jam sel keratinosit yang rusak berubah menjadi

 parakeratotik dan pembesaran sel endotel terjadi setelah 30 menit sampai

maksimal 24 jam setelahnya (Gilchrest, 2004).

2.3.3 Efek akut ultraviolet

2.3.3.1 Eritema

Eritema (sunburn) merupakan reaksi inflamasi akut pada kulit

 berkaitan dengan kemerahan yang timbul akibat setelah paparan yang

 berlebihan radiasi sinar ultraviolet. Eritema yang terbentuk tergantung pada

 panjang gelombang. UVA yang memiliki dua kategori oleh karena memiliki

 perbedaan eritemogenik di mana UVA2 lebih meningkatkan eritema

dibandingkan UVA1. Efektifitas eritema menurun dengan bertambahnya

 panjang gelombang. Eritema yang diinduksi oleh UVB berespon lebih

lambat, mencapai puncaknya setelah 6-24 jam tergantung dosis. Intensitas

kemerahan sangat tergantung dosis. Eritema ini dapat bertahan satu hari atau

lebih, tergantung dosis dan tipe kulit. Meskipun reaksi akhirnya adalah

 peningkatan kemerahan kulit, lamanya dan dosis yang mengakibatkan

eritema akibat UVB dan UVA sangat berbeda, radiasi UVA sangat kurang

Page 44: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 44/92

40

efektif mengakibatkan kemerahan dibandingkan dengan UVB. Dosis

terendah yang mengakibatkan kemerahan minimal yang dapat dilihat dengan

 jelas 24 jam setelah radiasi disebut minimal erythema dose  (MED). Nilai

MED ini bervariasi antara satu orang dengan lainnya tergantung fototipe

kulit, warna kulit, dan lokasi anatomi (Rigel dkk., 2004).

2.3.3.2 Pigmentasi

Respon pigmemtasi kulit mengikuti paparan sinar matahari terdiri dari

reaksi kecoklatan (tanning) dan pembentukan melanin baru. Respon

kecoklatan pada kulit tergantung panjang gelombang radiasi. Eritema yang

diinduksi UVB diikuti dengan pigmentasi. Melanisasi yang terjadi akibat

 paparan kumulatif UVA bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang

terjadi akibat paparan UVB. Perbedaan ini kemungkinan terjadi akibat

lokalisasi pigmen yang diinduksi oleh UVA lebih basal. Melanisasi yang

diinduksi oleh UVB menghilang dengan turn-over   epidermis dalam satu

 bulan (Fisher dkk.,2000; Rigel dkk., 2004).

2.3.3.3 Kerusakan DNA

DNA seluler secara langsung menyerap UVB, dan penyerapan ini

menyebabkan lesi pada basa pirimidin, yang menjadi ikatan kovalen dan

merusak heliks DNA. Apabila kerusakan DNA ini tidak diperbaiki maka akan

mengakibatkan kesalahan pembacaan kode genetik, mutasi, dan kematian sel.

Radiasi UVA juga merusak DNA tetapi kurang jika dibandingkan dengan

UVB (Rigel dkk., 2004; Placzek dkk., 2005; Gilchrest dan Krutmann, 2006).

Page 45: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 45/92

41

2.3.3.4 Penekanan sistem imun

Paparan sinar ultraviolet ternyata dapat menekan sistem imunitas.

Fenomena ini disebut  photoimmunosuppresion. Photoimmunosuppresion  

 berperan penting terhadap terjadinya kanker kulit, meningkatnya insiden

 penyakit infeksi dan virus, serta menurunnya efektifitas vaksin. Suatu

 penelitian menunjukkan bahwa dosis tunggal suberitemal dari radiasi

simulator sinar matahari (0,25 atau 0,5 MED) menekan induksi dari respon

hipersensitifitas kontak terhadap dinitroklorobenzena hingga 50-80% (Rigel

dkk., 2004).

2.3.4 Efek kronis ultraviolet

2.3.4.1 Photoaging

Beberapa perubahan molekuler dan seluler yang diinduksi oleh

 paparan tunggal radiasi ultraviolet tidak memiliki relevansi dengan kerusakan

kronis. Perubahan seluler dan jaringan yang terlibat pada beberapa efek

akibat paparan ultraviolet, tidak sesederhana yang terjadi sebagai respon

akut. Kromofor terbesar menyerap UVB adalah asam nukleat dan protein,

kromofor lainnya menyerap UVA tetapi pada konsentrasi yang rendah

(Gichrest, 2004). Kulit yang mengalami  photoaging  secara klinis

menunjukkan karakteristik kasar, kerutan halus dan kasar, hiperpigmentasi

yang tidak merata dapat berupa lentigen atau bercak ( freckles), kelemahan,

 bengkak, dan telangiektasis (Rigel dkk., 2004).

2.3.4.2 Fotokarsinogenesis

Telah banyak penelitian yang menyokong peranan langsung paparan

Page 46: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 46/92

42

sinar matahari terhadap perkembangan kanker kulit, khususnya kanker kulit

non melanoma, seperti melanoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal.

Sangat sulit mengevaluasi efek paparan ultraviolet pada induksi dan progresi

kanker kulit pada manusia. Perkembangan lesi ini membutuhkan waktu

 bertahun-tahun, dan frekuensi maupun intensitas paparan menyerupai

keadaan yang sebenarnya di alam sangatlah sulit (Rigel dkk., 2004).

Dikatakan juga kerusakan DNA yang disebabkan oleh radiasi UV merupakan

 penyebab utama perkembangan kanker kulit (Pleczek dkk., 2005).

2.4 Plasma Kaya Trombosit ( Platelet Rich Plasma)

PRP adalah bagian dari fraksi plasma yang diperoleh secara

autologus  (diambil dari tubuh sendiri) (Mehta dan Watson, 2008; Marx,

2001).

Sejak tahun 1985 PRP sudah digunakan untuk menyembuhkan luka

(Driver dkk., 2006), karena selain berisi platelet dan faktor pembekuan darah

dalam jumlah besar, PRP juga mempunyai growth factor agonist   (Petrova

dan Edmonds, 2006).

Hasil publikasi terakhir PRP juga digunakan dalam bedah periodontal

dan mulut (Pietrzak dan Eppley, 2005; Shashikiran dkk., 2006), bedah plastik

dan kosmetik (Frechette dkk., 2005; Bhanot dan Alex, 2002), bedah spinal

(Eppley dkk.,2006), bedah bypass jantung dan luka bakar (Henderson dkk.,

2003).

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang manfaat PRP maka harus

dipahami tentang respon tubuh terhadap luka yang terdiri dari tiga fase yaitu

Page 47: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 47/92

43

inflamasi, proliferasi dan remodeling. Fase inflamasi yang didahului dengan

agregasi trombosit sehingga terjadi hemostasis. Selain itu trombosit juga

mengeluarkan thromboxane dan serotonin yang merangsang hemostasis

dengan vasokonstriksi serta mengeluarkan histamin yang merangsan

 polymorphonuclear   (PMN) dan monosit ke tempat luka. Selanjutnya

kemotaktik dari growth factor   akan merekrut sel endotel untuk membuat

 pembuluh darah baru (angiogenesis), juga fibroblas terangsang untuk

membentuk matriks ekstraseluler sehingga luka akan cepat menutup.

Fungsi PRP sebagai jaringan dan sistem penghantar dengan

kandungan yang kaya akan platelet dan berfungsi untuk menyembuhkan luka,

karena PRP dapat memproduksi locally  acting growth factors (Everts dkk.,

2006) melalui α - granules degranulation.Bermacam sitokin dan growth

 factor  berpengaruh terhadap penyembuhan dan maturasi dari luka.Sitokin

 berperan dalam perekrutan sel untuk proliferasi dan diferensiasi.Begitu juga

dengan growth factor. Growth factor  yang berasal dari trombosit atau platelet

derived growth factor(PDGF) keluar dari alfa granul dan berfungsi dalam

rekrutmen dan aktivasi sel immun dan fibroblas. Contoh produk yang telah

dipakai dan disetujui oleh FDA yaitu bentuk isomer rantai β dari PDGF

(PDGF-BB) yang secara klinis terbukti mempercepat penyembuhan,

termasuk pada luka kronis diabetic neuropathy (Nikolidakis dan Jansen,

2008; Weibrich dkk., 2001).

Selain itu trombosit juga mengeluarkan TGF-β, yang merangsang

maturasi fibroblas, migrasi, dan sintesis matriks ekstraseluler (Ten Dijke dan

Page 48: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 48/92

44

Hill, 2004) serta dapat menurunkan sintesis melanin yang dapat

menyebabkan hipopigmentasi (Martinez-Esparza dkk., 2001). Sedangkan

growth factor lainnya yaitu epidermal growth factor   (EGF), dan vascular

endothelial growth factor   (VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel,

dan sel immun untuk menambah percepatan penyembuhan luka (El-

Sharkawy dkk., 2007; Pietramaggiori dkk., 2006).

PRP juga dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi

inflamasi, berinteraksi dengan makrofag untuk regenerasi (Mishra dkk.,

2009) meningkatkan pertumbuhan kapiler baru (Millington dan Norris, 2004;

Mc Aleer dkk., 2006) dan epitelisasi pada luka yang kronis. PRP bisa

didefinisikan sebagai plasma darah yang mengandung 1,000,000

trombosit/microliter dalam 5 ml plasma.

Secara luas plasma kaya trombosit diketahui mengandung 7 macam

growth factor yaitu: PDGF-AA, PDGF-BB, PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2,

VEGF, EGF. Dan kadar growth factor  in-vivo tetap terjaga setelah dilakukan

 pembuatan PRP. Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan

kali dari kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di

dalam plasma kaya trombosit juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1.

Dan selama proses pengambilan atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari

trombosit. Beberapa cara pembuatan dan proses pengambilan plasma kaya

 platelet ini sudah banyak beredar seperti Smart Prep  Autologous Platelet

Concentrate system  (Harvest Technologies Corp) (Weibrich dkk., 2003) dan

 Magellan Autologous Separator (Medtronic, Inc, Minneapolis).

Page 49: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 49/92

45

PRP diperoleh melalui dua tahap:

1. 

Mengambil darah pasien kemudian di tambahkan antikoagulan (Natrium

Sitrat) untuk menghindari aktivasi dan degranulasi dari platelet, lakukan

sentrifugasi yang pertama dengan kecepatan lambat (soft spin) sebesar

1100g selama 10 menit untuk memisahkan plasma dari packed red blood

cell sehingga menghaasilkan tiga lapisan, yaitu paling dasar 55% dari

total volume adalah red blood corpuscles, paling atas 40% dari total

volume adalah acellular plasma layer  ( platelet – poor plasma), di antara

kedua lapisan tersebut terdapat 5% dari total volume disebut “ buffy

coat”  yang merupakan  platelet – rich plasma. Pada tahap ini

 pengambilan PRP masih sulit.

Page 50: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 50/92

46

2. 

Serum yang telah terbentuk tersebut di aspirasi dengan menggunakan

syringe steril, kemudian dipindahkan ke tabung lain tanpa menggunakan

antikoagulan, lakukan sentrifugasi yang ke dua dengan kecepatan yang

lebih cepat dibanding yang pertama (hard spin) sebesar 2000 rpm selama

2 menit untuk memisahkan PRP dengan PPP sehingga menghasilkan tiga

lapisan, yaitu residual red blood corpuscle  terjebak paling bawah, 80%

dari total volume terdapat paling atas adalah acellular plasma  (PPP),

lapisan tengahnya adalah PRP. Pada saat ini sudah lebih mudah untuk

mengambil PRP dengan menggunakan syringe steril.

Serum PRP yang telah terbentuk ini kemudian ditambahkan dengan

 bovine thrombin atau calcium chloride untuk menghasilkan gelatinous

 platelet gel, yang berfungsi untuk perbaikan luka karena di dalam gelatinous

 platelet gel tersebut mengandung growth factor  . 

Gambar 2.4 Plasma Kaya Trombost (Platelet Rich Plasma)

Page 51: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 51/92

47

2.4.1 Trombosit

Trombosit merupakan salah satu komponen darah tepi yang berbentuk

diskoid tanpa inti dan berperan dalam berbagai proses hemostasis dan

 pertahanan alami manusia. Trombosit mempunyai karakter berbentuk bulat,

 berdiameter 2-3 µM (Campbell dan Neil, 2008), yang merupakan fragmentasi

dari megakariosit. Trombosit tidak mempunyai nukleus tetapi memiliki

 banyak vesikel dan granula dan kadar normal 150.000 - 400.000 sel setiap µL

darah, nilai di bawah rentang tersebut dapat mengakibatkan perdarahan

sedang di atas nilai rentang tersebut dapat meningkatkan resiko trombosis

dimana terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

stroke, myocardial infarction, emboli paru serta penyumbatan pembuluh

darah tubuh pada ekstremitas baik lengan maupun kaki. Umur trombosit

dalam darah adalah 5-9 hari. Dalam trombosit dijumpai berbagai granula

seperti: granula-α, granula padat, dan granula lisosomal. Granula-α 

merupakan granula yang terbanyak, berkisar 50-80 granula per butir

trombosit dan menyusun 10 % dari volume platelet.

Riset proteomik menunjukan bahwa granula-α  melepaskan ratusan

 protein yang di duga berperan penting pada proses pembekuan darah,

 penyembuhan luka dan peradangan. Protein-protein tersebut dapat diperoleh

apabila platelet telah di aktivasi, yaitu melaui proses pembekuan darah,

 penyembuhan luka, peradangan, atherosklerosis, antimikrobial, angiogenesis,

dan malignansi (Blair dan Flaumenhaft, 2009). Trombosit mengeluarkan

growth factor  termasuk PDGF yang merupakan agen kemotaksis yang poten

Page 52: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 52/92

48

serta TGF-β yang dapat menstimulasi extracellular matrix. Baik PDGF

maupun TGF-β mempunyai peranan penting dalam memperbaiki dan

regenerasi connective tissues (Celotti dkk., 2006). Penyembuhan luka

 berhubungan dengan growth factor   yang dihasilkan oleh  fibroblast growth

 factor , IGF-1, PDEGF, serta VEGF. Aplikasi lokal yang dapat digunakan

untuk penyembuhan luka pada dekade terakhir ini adalah dengan

menggunakan PRP (O'Connel dkk., 2008; Sanchez dkk., 2007).

2.4.2 Growth Factor

Trombosit akan mengeluarkan growth factor, yang dapat memberi sinyal

kepada stem sel untuk memperbaiki sel yang rusak atau mati. Growth factor

adalah substansi yang secara alamiah ada di dalam tubuh kita, dan berguna

untuk merangsang pertumbuhan sel baik proliferasi maupun diferensiasi.

Growth factor   adalah protein atau hormon steroid. Growth factor   sangat

 penting dalam regulasi proses seluler dan berperan sebagai signal antar sel.

Contohnya sitokin dan hormon yang menempel pada reseptor dari sel target.

Mereka berperan dalam diferensiasi dan maturasi sel yang bervariasi untuk

setiap growth factor . Misalnya, bone morphogenic proteins menstimulasi

diferensiasi sel tulang, VEGF menstimulasi diferensiasi pembuluh darah

(angiogenesis). Growth factor   akan menstimulasi siklus sel dari phase G0

menjadi phase G1. Dalam dunia kedokteran selama 20 tahun belakangan,

 penggunaan growth factor   pada penanganan kelainan darah, kanker dan

cardiovascular sangat meningkat antara lain: neutropenia, sindrom

myelodisplastik, leukemia, anemia aplastik, transplantasi sumsum tulang,

Page 53: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 53/92

49

angiogenesis untuk penyakit kardiovaskular serta penyembuhan luka.

2.5 Transforming Growth Factor-ß (TGF-β) 

TGF-β adalah growth factor yang mempunyai banyak fungsi terutama

dalam perkembangan dan keseimbangan jaringan melalui proliferasi sel,

diferensiasi, dan apoptosis (Gumienny dan Padgett, 2002; Lutz dan Knaus,

2002). Paparan ultraviolet dapat menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung

 pada kulit manusia secara in vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk.,

2004), TGF-β1  juga dapat menghambat sintesa melanin dengan memecah

enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001), mekanisme molekuler yang

 berhubungan dengan TGF-β1 juga dapat mengakibatkan terjadinya

hipopigmentasi. Adapun mekanisme yang mempengaruhi faktor tersebut

adalah oleh karena TGF-β1 dapat menurunkan aktivitas  Micropthalmia

Transforming  Factor (MITF), Tyrosinase-related Proteins 1 (TYRP1),

Tyrosinase-related   Proteins 2  (TYRP2), dan MITF protein level (Solano

dkk., 2006; Kim dkk., 2004). Ada beberapa penelitian yang membenarkan

TGF-β1 berpengaruh pada penghambatan sintesa melanin, yaitu :

1. 

TGF-β1 menghambat ekspresi paired-box homeotic gene (PAX3), yang

merupakan faktor transkripsi dan kunci regulasi MITF di melanosit

(Yang dkk., 2008).

2. 

TGF-β1 mengaktifkan ERK dan menurunkan MITF sebaik produksi enzim

melanogenic (Kim dkk., 2006).  Extracellular-signal-Regulated Kinase 

(ERK) diaktivasi oleh sphingosine-1-phosphat, C2 Ceramide dan

Page 54: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 54/92

50

sphingosylphosphorylcholine yang dapat menurunkan melanogenesis

(Kim dkk., 2002).

MITF dapat meregulasi diferensiasi melanosit, perkembangan dan

 pertahanan. MITF mengekspresi melanosit melalui ikatan dengan  M box

regulatory element  dan transactive the promoter of tyrosinase, TYRP1 dan 2

(Ando dkk., 2007; Shibahara dkk., 2001; Lin dkk., 2002). Stimulasi ikatan α-

MSH dan melanocortin 1 receptor mengaktifkan adenyl cyclase dan

 produksi cyclic Adeno mono phosphate  (cAMP). Sedangkan cAMP dapat

mengaktifkan PKA untuk memfosforilasi cAMP-responsive element binding

 protein (CREB), yang mengaktifkan MITF-M untuk meningkatkan

melanogenesis. Jadi pada intinya, dengan menurunkan MITF diharapkan

dapat menurunkan terjadinya skin  pigmentation. Kadar normal TGF-β1

adalah < 2380 pg/mL plasma.

Lebih dari 30 kelompok TGF-β dapat diidentifikasi dan

dikelompokkan menjadi beberapa keluarga, yaitu menjadi prototypic TGF-βs

(TGF-β1 sampai dengan TGF-β3),  Bone Morphogenetic Proteins (BMPs),

serta faktor pertumbuhan atau diferensiasi (GDFs) dan activins. Pemberian

nama TGF untuk kelompok molekul terkadang dapat disalah artikan, oleh

karena TGF mempunyai sifat antiproliferasi berbeda dengan kebanyakan tipe

sel lain yaitu mempunyai efek proliferasi. TGF-β dapat ditemukan pada

 beberapa tipe imunologi dan proses inflamasi. Efek kombinasi pada TGF-β

dan fungsi fibroblas membuat hasil yang luar biasa pada pembelajaran sitokin

fibrogenik.

Page 55: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 55/92

51

Perangsangan fibroblas dengan TGF-β meningkatkan produksi

kolagen dan molekul matriks ekstraseluler. Dapat dijelaskan pula, bahwa

TGF-β menghambat produksi metalloproteinase dengan fibroblas dan

menstimulasi produksi penghambat jaringan dari metalloproteinase yang

sama (TIMPs : Tissue Inhibitors of the same Metalloproteinase). Efek TGF-β

 pada fibroblas juga berperan penting pada proses penyembuhan luka

(Freedberg dkk., 2003).

Page 56: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 56/92

52

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan

 berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat

seluler, organ, maupun sistem karena proses penuaan. Seperti organ tubuh

yang lainnya, kulit manusia juga mengalami penuaan kronologis. Proses

 penuaan itu berhubungsn dengan perubahan yang terjadi secara terus-

menerus pada semua jaringan termasuk pada kulit. Perubahan ini termasuk

kehilangan interstitial matrix   proteins dalam sel. Penuaan kulit secara

intrinsik berupa pengurangan ketebalan kulit dan perubahan karakteristik dari

susunan jaringan. Gambaran klinis dari perubahan karakteristik tersebut,

seperti terjadinya kerutan halus, permukaan jaringan yang lebih kasar dan

timbulnya hiperpigmentasi.

Pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan akan menimbulkan

kerusakan pada kulit. Kerusakan yang ditimbulkan tersebut dapat berupa

kerusakan akut maupun kronis. Kerusakan kronis kulit yang terjadi akibat

 pajanan berulang sinar ultraviolet ditandai dengan terjadinya kerutan halus,

 permukaan jaringan yang lebih kasar dan timbulnya hiperpigmentasi. Proses

ini dimulai dengan terbentuknya radikal bebas pada kulit setelah pajanan

sinar ultraviolet yang dapat merusak struktur kulit mulai dari DNA, membran

39

Page 57: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 57/92

53

sel dan protein. PRP diharapkan akan meningkatkan ekspresi TGF-β1,

karena paparan sinar ultra violet yang terus-menerus ternyata dapat memacu

sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan

fibroblas serta menurunkan ekpresi TGF-β sehingga dapat menimbulkan

hiperpigmentasi (peningkatan sintesis melanin).

3.2 Konsep 

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diajukan adalah:

Pemberian Plasma Kaya Trombosit secara topikal dapat meningkatkan

ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan kronis sinar ultraviolet

B.

Plasma Kaya Trombosit

Ekspresi TGF-β 1 

Kulit Tikus

Faktor Internal

Genetik- 

Hormon

Faktor Eksternal

Polusi

lingkungan

-  Bahan kimia

-  Rokok

-  Obat-obatan

Radiasiultraviolet

-  Diet

Page 58: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 58/92

 

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Eksperimental, dengan rancangan

 penelitian yang digunakan adalah Pre-test Post-test Control Group Design

(Pocock, 2008).

Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Bagan 4.1

Skema Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Tikus yang dipajan ultraviolet

R = Random

O1 = Kelompok kontrol pre-test TGF-β1 

O2 = Kelompok kontrol post-test TGF-β1 

O3 = Kelompok perlakuan pre-test TGF-β1 

P S R

O1P0

O2

O3P1

O4

41

Page 59: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 59/92

55

O4 = Kelompok perlakuan post-test TGF-β1 

P0 = Perlakuan pajanan UVB dengan plasebo (aquadest)

P1 = Perlakuan dengan pajanan UVB dan pengolesan PRP

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bagian Farmakologi , Biologi

Molekuler Fakultas Kedokteran dan Virologi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana.

4.2 Subyek dan Sampel

4.2.1 Variabilitas populasi

Populasi pada penelitian ini adalah tikus yang sesuai dengan sampel

yang telah ditentukan dalam penelitian.

4.2.2 Kriteria subyek

Sampel dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) dewasa,

yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria drop out sebagai berikut :

Kriteria Inklusi:

1. 

Tikus galur wistar dewasa dan sehat

2. 

Tikus usia 2,5- 3 bulan

3. 

Tikus berat 180-200 gram

Kriteria Drop out : apabila tikus mati pada saat penelitian.

Page 60: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 60/92

56

4.2.3 Besaran sampel

Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus

Pocock, 2008.

Rumus : n =2Ơ ² 

x f ( α,β ) ( μ2-μ1 )² 

n = jumlah sampel

Ơ  = simpangan baku (SD)

α = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,1)

tingkat kemaknaan (1- α) = 0,9 

β  = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,2)

f ( α,β )  = nilai pada tabel

μ1 = rerata sebelum perlakuan

μ2 = rerata sesudah perlakuan

Dari penelitian sebelumnya (Wahyuningsih, 2010) d idapatkan μ1 = 0,549 dan

μ2 = 0,498 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: 

n = 6,2x

)549,0498,0(

)04,0.(22

2

 

= 7,628 ~ 8

Untuk mengantisipasi terjadinya drop out , maka sample ditambahkan minimal

10% sehingga menjadi 9. Penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok

UVB dengan plasebo (aquadest) dan kelompok UVB dengan PRP, masing-masing

kelompok terdiri dari 9 ekor tikus yang diambil secara random, sebagai data post-

test   dan 4 ekor tikus sebagai data  pre-test , sehingga tikus yang diperlukan

 berjumlah 22 ekor tikus.

Page 61: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 61/92

57

4.2.4 Teknik penentuan sampel

Teknik penentuan sampel penelitian dilakukan dengan cara berikut :

1. 

Dari populasi tikus (Rattus norvegicus) galur wistar diadakan pemilihan

sampel berdasarkan kriteria inklusi.

2. 

Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random

untuk mendapatkan jumlah sampel.

3. 

Dari sampel yang telah dipilih kemudian diambil 4 ekor tikus sebagai

data  pre-test dan sisanya 18 ekor tikus ,  dibagi menjadi dua kelompok

yaitu : kelompok kontrol (UVB dengan aquadest) 9 ekor dan kelompok

 perlakuan (UVB dengan PRP) 9 ekor sebagai data post-test .

4.3 Variabel

4.3.1 Klasifikasi variabel

1. Variabel Bebas : PRP yang dioles dan pemberian pajanan UVB

2. Variabel Tergantung : ekspresi TGF-β1 

3. Variabel Kendali : strain tikus, jenis kelamin, umur dan berat badan

tikus, pencahayaan, suhu, kelembaban, nutrisi, kandang.

4.3.2 Definisi operasional variabel 

1. 

PRP adalah Plasma kaya trombosit yang diperoleh secara autologus

dengan menggunakan teknik sentrifugasi yang diberikan sebanyak 0,1cc

yang dioleskan dengan spuit 1cc sebanyak dua kali sehari 20 menit

sebelum pajanan dan empat jam setelah pajanan dengan UVB pada kulit

 punggung tikus yang telah dicukur 2cmx1,5cm.

2. 

UVB adalah sinar UVB yang diberikan dari sumber UVB berupa dua

Page 62: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 62/92

58

lampu UVB 20 watt, yang diberikan dua hari sekali dengan total dosis

840 mJ/cm² selama dua minggu, di mana setiap paparan diberikan dosis

tetap yaitu 120 mj/cm², dengan jarak 30 cm.

3. 

Ekspresi TGF-β1 adalah kadar TGF-β1 yang diperoleh dari ELISA

 jaringan kulit punggung tikus 24 jam setelah penyinaran terakhir.

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Tikus usia 2,5 bulan dengan berat badan 180-200 gram

Makanan dan minuman tikus

PRP

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. 

Kandang tikus

2. 

Timbangan

3. 

Buku dan alat pencatatan data

4. 

Alat pencukur

5. 

Alat untuk pembuatan preparat

6. 

Mikroskop

7. 

2 lampu UVB 20 watt

8. 

UV meter

9. 

Centrifuge

4.5 Prosedur Penelitian

 

Sebanyak 22 ekor tikus diadaptasi selama satu minggu.

 

Di awal penelitian, sebanyak empat ekor tikus, dua ekor dari kelompok

Page 63: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 63/92

59

UVB dengan aquadest dan dua ekor dari kelompok UVB dengan PRP

diambil jaringan kulitnya untuk dilakukan ELISA jaringan untuk

dihitung ekspresi TGF-β1 nya dan digunakan sebagai data pre-test .

  Kemudian secara random sisa tikus dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok UVB dengan aquadest dan kelompok UVB dengan PRP

masing-masing kelompok terdiri dari 9 ekor tikus, digunakan sebagai

data post-test .

  Semua tikus dari kedua kelompok tersebut dicukur bulu punggungnya

seluas 2cmx1,5cm, diolesi dengan aquadest 0,1cc pada kelompok UVB

dengan aquadest dan PRP 0,1cc pada kelompok UVB dengan PRP.

  Pengolesan diberikan 20 menit sebelum pajanan UVB untuk memberi

waktu absorbsi bahan topikal pada kulit dan empat jam setelah pajanan

UVB karena empat jam setelah pajanan ROS mulai terbentuk.

Pengolesan bahan topikal tetap dilakukan dihari tanpa penyinaran 1 kali

sehari sebanyak 0,1cc.

  Tikus dari kelompok UVB dengan aquadest dan kelompok UVB dengan

PRP dilanjutkan dengan pajanan kronis UVB yang diberikan sebanyak

dua hari sekali dengan dosis 120 mj/cm² setiap kali penyinaran sehingga

total dosis yang dicapai selama dua minggu adalah 840 mj/cm², dengan

 jarak penyinaran 30 cm dan lama penyinaran 50 menit.

 

Dua puluh empat jam setelah penyinaran terakhir, untuk menyingkirkan

 pengaruh penyinaran akut, kembali semua tikus diambil jaringan

kulitnya untuk dibuat preparat ELISA dan dihitung ekspresi TGF-β1

Page 64: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 64/92

60

sebagai data post-test .

  Pada akhir periode penelitian 24 jam setelah pajanan terakhir diambil

sampel dari jaringan kulit. Diambil 2 mm dengan kedalaman subkutan

dan dibuat sediaan ELISA jaringan.

  Prosedur Pelaksanaan pembuatan PRP dari darah tikus yaitu :

1.   pengambilan darah tikus dari mata sebanyak 1,5cc yang dilakukan

dua hari sekali selama 2 minggu.

2.  Lakukan sentrifugasi sebanyak dua kali awal dengan soft spin

(1100g  selama 10 menit)  kemudian dengan hard spin (2000rpm

selama 2 menit) dengan diberi anti koagulan (natrium sitrat).

  Pembuatan sediaan ELISA jaringan

1. 

Kulit punggung tikus yang telah dipajan sinar UVB diambil sebesar

2 mm sampai kedalaman subkutan kemudian diekstrak dengan lisis

 buffer untuk dibuat sediaan ELISA nya.

2.  Bawa semua reagen dan sampel ke dalam suhu ruangan sebelum

digunakan.

3.  Siapkan semua reagen, pencampur standart dan sampel yang telah

diaktifkan secara langsung pada tahapan sebelumnya.

4.  Pindahkan microplate strips  dari  plate frame, kembalikan ke  foil 

 pouch.

5.  Tambahkan 50μL  Assay Diluent   RD1-21 (yang digunakan untuk

sampel kultur sel supernate) atau  Assay Diluent   RD1-73 (untuk

sampel serum atau plasma) pada setiap wadah.

Page 65: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 65/92

61

6. 

Tambahkan 50μL standart, kontrol, atau sampel yang diaktifkan

 pada tiap wadah. Ketuk wadah dengan lembut selama satu menit.

Tutup dengan adhesive strip  yang telah disediakan. Kemudian

lakukan inkubasi selama dua jam pada suhu ruangan. Sediakan 

Plate layout  untuk catatan standart dan sampel.

7. 

Aspirasi dan cuci tiap wadah, ulangi proses tersebut tiga kali untuk

empat kali pencucian. Cuci dengan cairan bufer (400μL). Dengan

menggunakan squirt bottle, manifold , dispenser   atau pencuci

otomatis. Pemindahan cairan yang dilakukan secara lengkap pada

setiap tahap akan mendapatkan hasil yang bagus. Setelah pencucian

terakhir, pindahkan semua cairan bufer dengan aspirasi.

8. 

Tambahkan 100μL konjugat TGF-β1 pada setiap wadah. Tutup

dengan adhesive strip  yang baru. Inkubasi selama dua jam pada

suhu ruangan.

9. 

Ulangi aspirasi atau pencucian seperti pada tahap lima.

10. 

Tambahkan 100μL cairan substrat pada tiap wadah. Inkubasi

selama 30 menit pada suhu ruangan. Hindarkan dari sinar.

11. 

Tambahkan 100μL cairan penghenti pada tiap wadah.  Lakukan

ketukan halus untuk meyakinkan telah tercampur dengan baik.

12. 

Tentukan kepadatan dengan pengamatan mata pada tiap wadah

dalam 30 menit, dengan menggunakan microplate reader set  

450nm. Jika terdapat koreksi kedalaman, letakkan di 540nm atau

570nm. Jika tidak terdapat koreksi kedalaman, pembacaan

Page 66: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 66/92

62

dikurangi pada 540nm atau 570nm dari bacaan pada 450nm.

Pengurangan ini akan tepat untuk pengamatan yang kurang

sempurna pada wadah. Pembacaan langsung pada 450nm tanpa

koreksi mungkin lebih tinggi atau kurang akurat.

Page 67: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 67/92

63

4.6 Alur Penelitian

Bagan 4.2

Alur penelitian

Post-Test

Tikus

22 ekor

Pajanan UVB 2

hari sekali selama

2 minggu + Dioles

Aquadest 0,1 cc

sekali setiap hari

Istirahat 24 Jam

Setelah

Penyinaran

Istirahat 24 Jam

Setelah

Penyinaran

Ekspresi TGF – β1

Ekspresi TGF – β1, Pre – Test

Pajanan UVB 2

hari sekali selama2 minggu +

Dioles PRP 0,1 cc

sekali setiap hari

Kelompok Kontrol,

9 ekorKelompok

Perlakuan, 9 ekor

Tikus4 ekor

Tikus

18 ekor

Page 68: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 68/92

64

4.7 Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis sebagai berikut :

1. 

Analisis Deskriptif

2. 

Uji Normalitas data dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk. Distribusi data

normal dengan nilai p>0,05.

3. 

Uji Homogenitas Varian antar kelompok dilakukan dengan uji  Levene's

Test for Equality of Variance  (Uji F ). Data dinyatakan homogen dengan

nilai p>0,05.

4. 

Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai :

  Uji t-independent   untuk membandingkan rerata ekspresi TGF-β1

antar kelompok.

  Uji Paired T-Test   untuk membandingkan rerata ekspresi TGF-β1

 pre- post masing-masing kelompok.

5.   Nilai taraf nyata (α) =0,05. 

6.  Data hasil penelitian diolah dengan SPSS for Windows 16.0.

Page 69: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 69/92

65

Page 70: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 70/92

 

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 22 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar), sehat, berumur 2,5 bulan dengan berat badan 180 - 200 gram

sebagai sampel, 4 ekor dialokasikan untuk data pre, dan sisanya 18 ekor terbagi

menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 9 ekor, yaitu kelompk

kontrol (pajanan UVB dengan plasebo (aquadest)) dan kelompok perlakuan

(pengolesan PRP dan pajanan UVB). Dalam penyajian hasil ini diuraikan uji

normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data ekspresi TGF-β1 sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-

masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Hasil Uji Normalitas Data Ekspresi TGF-β1 

masing-masing Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Ekspresi TGF-β1 kontrol post Ekspresi TGF-β1 perlakuan post 

4

4

0,116

0,294

 Normal

 Normal

52

Page 71: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 71/92

67

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Ekspresi TGF-β1  antar kelompok baik sebelum perlakuan

maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji

 Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok

Data Ekspresi TGF-β1 Sesudah Perlakuan 

Variabel  F p Keterangan

Ekspresi TGF-β1 post  0,823 0,378 Homogen

5.3 Ekspresi TGF-β1 

5.3.1 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata ekspresi

TGF-β1 antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa pengolesan

PRP dan pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent  

disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n

Rerata

Ekspresi TGF-

β1(pg/ml) 

SB t p

Pajanan UVB danaquadest

Pengolesan PRP dan pajanan UVB

9

9

0,312

0,306

0,027

0,050

0,00 0,121

Page 72: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 72/92

68

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata ekspresi TGF-β1 kelompok kontrol

(pajanan UVB dan aquadest) adalah 0,3120,027 pg/ml dan rerata kelompok

 pengolesan PRP dan pajanan UVB adalah 0,3060,050 pg/ml. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,00 dan nilai

 p = 0,121. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

 berupa pengolesan PRP dan pajanan UVB, rerata ekspresi TGF-β1nya tidak

 berbeda secara bermakna (p > 0,05).

5.3.2 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata ekspresi TGF-β1

antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan

 pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent   disajikan

 pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4

Rerata Ekspresi TGF-β1 antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek nRerata

Ekspresi TGF-β1

(pg/ml)

SB  t p

Pajanan UVB dan

aquadest

Pengolesan PRP dan pajanan UVB

9

9

0,285

0,348

0,022

0,027

5,39 0,001

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata ekspresi TGF-β1

kelompok kontrol (pajanan UVB dan aquadest) adalah 0,2850,022 pg/ml dan

rerata kelompok pengolesan PRP dan pajanan UVB adalah 0,3480,027 pg/ml.

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t   =

Page 73: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 73/92

69

5,39 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan pajanan UVB, rerata ekspresi

TGF-β1nya berbeda secara bermakna (p < 0,05).

5.3.3 Analisis komparasi antara sebelum dengan sesudah perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata ekspresi TGF-β1  antara

sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan

 pajanan UVB. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired   disajikan pada

Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5

Analisis Komparasi Ekspresi TGF-β1 antara

Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Sebelum Sesudah

Beda

Rerata

 pre – post

(pg/ml)

 p Keterangan

Pajanan UVB

dan aquades

Pengolesan PRP

dan pajanan

UVB

0,3124

0,3062

0,2851

0,3481

0,027

0,042

0,080

0,009

Menurun

Meningkat

Berdasarkan uji  t-paired   didapatkan bahwa ada penurunan ekspresi

TGF-β1  pada kelompok kontrol sebesar 8,65% tetapi tidak bermakna (p>0,05),

sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan secara bermakna

sebesar 13,68% (p<0,05).

Page 74: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 74/92

70

Gambar 5.1Perubahan Ekspresi TGF-β1 Sesudah diberikan

Pengolesan PRP dan pajanan UVB

Page 75: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 75/92

 

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pengolesan PRP dan pajanan UVB terhadap

 peningkatan ekspresi TGF-β1, maka dilakukan penelitian terhadap 22 ekor

tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2

(dua) kelompok masing-masing berjumlah 11 ekor, yaitu kelompk kontrol

(pajanan UVB dan plasebo aquadest) dan kelompok perlakuan (pengolesan

PRP dan pajanan UVB).

6.2 Efek Pengolesan PRP dan pajanan UVB terhadap Ekspresi TGF-β1 

Hasil penelitian dan analisis data terhadap ekspresi TGF-β1  pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk ) dan homogenitas ( Levene’s test ) untuk

kelompok  post-test   masing-masing kelompok berdistribusi normal dan

homogen (p > 0,05).

Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua

kelompok menggunakan uji t-independent . Rerata ekspresi TGF-β1 kelompok

kontrol (pajanan UVB dan aquades)t adalah 0,3120,027 pg/ml dan rerata

kelompok perlakuan (pengolesan PRP dan pajanan UVB) adalah 0,3060,050

 pg/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi TGF-β1 antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa kedua

57

Page 76: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 76/92

72

kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa pengolesan PRP dan pajanan

UVB, rerata ekspresi TGF-β1 nya tidak berbeda secara bermakna.

Uji perbandingan dengan pemberian aquades dan pengolesan PRP

sebelum diberikan pajanan UVB antara kedua kelompok menggunakan t-

independent . Rerata ekspresi TGF-β1 kelompok kontrol (pajanan UVB dan

aquadest) adalah 0,2850,022 pg/ml dan rerata kelompok pengolesan PRP

dan pajanan UVB adalah 0,3480,027 pg/ml. Analisis kemaknaan dengan uji

t-independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna

ekspresi TGF-β1 antara kedua kelompok sesudah diberikan aquades dan

 pengolesan PRP (p<0,05). Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan

 perlakuan berupa aquadest dan pengolesan PRP sebelum diberikan pajanan

UVB, rerata ekspresi TGF-β1 berbeda secara bermakna. Terjadinya

 penurunan ekspresi TGF-β1 sesudah diberikan pajanan UVB dan aquades

 pada kelompok kontrol disebabkan karena pajanan UVB merupakan radiasi

ultra violet yang dapat merusak kesehatan kulit melalui penurunan ekspresi

TGF-β1.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pajanan UVB

dan plasebo terjadi penurunan ekspresi TGF-β1 sebesar 8,65%. Ekspresi

TGF-β1 menurun menunjukkan adanya efek buruk kronis dari sinar matahari

yang bertumpuk dengan gejala penuaan kronologis. Radiasi ultraviolet

dengan panjang gelombang 100-400 nm merupakan 5% dari seluruh radiasi

sinar yang ada (Rigel dkk., 2004). Pajanan UVB adalah yang paling banyak

 berpengaruh kepada kesehatan kulit, karena panjang gelombangnya yang

Page 77: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 77/92

73

lebih pendek dan paling banyak menembus bumi, sinar ultra violet juga

terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks

metalloproteinase (MMP). Sinar ultra violet juga dapat memacu sintesis

MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan fibroblas

serta menyebabkan penurunan TGF-β (Gilchrest dan Krutmann, 2006). TGF-

β juga dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim tyrosinase

(Martinez-Esparza dkk, 2001). Ultraviolet B lebih banyak menyebabkan

kerusakan sel DNA. Kelainannya berupa lesi DNA pada cyclobutane

 pyrimidine dimer. Secara klinis kelainannya berupa eritema atau kemerahan.

Menariknya hasil akhir dari proses glikasi atau advance glycation end

 product (AGE) yang terakumulasi pada protein yang berusia panjang seperti

matriks ekstraseluler juga berfungsi sebagai sensitiser untuk ultraviolet

sehingga merusak sel fibroblas di dermal. UVB secara langsung berefek pada

kerusakan DNA terutama pada dua lesi besar yaitu cyclobutane  dimer   dan

 pyrimidine pyrimidone  photo product . Yang secara langsung mempengaruhi

sintesis asam nukleat. Walaupun DNA inti mempunyai kemampuan untuk

memperbaiki diri, kerusakan DNA jarang sekali di perbaiki secara komplit

dan bisa menjadi sel kanker (Gilchrest, 2004).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa radiasi sinar UVB

menyebabkan penurunan dari sintesis TGF-β (Gilchrest dan Krutmann,

2006). TGF-β dapat menghambat sintesis melanin dengan memecah enzim

tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001).

Sedangkan pada kelompok perlakuan yang dioles PRP dan pajanan

Page 78: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 78/92

74

UVB terjadi peningkatan ekspresi TGF-β1 sebesar 13,68%. Terjadinya

 peningkatan ekspresi TGF-β1 pada kelompok yang diolesi PRP sebelum di

 berikan pajanan UVB disebabkan karena PRP merupakan plasma kaya

trombosit. Konsentrasi trombosit dalam PRP dapat meningkat delapan kali

dari kadar trombosit di dalam darah sehingga kadar growth factor di dalam

PRP juga meningkat delapan kali kecuali IGF-1. Dan selama proses

 pengambilan atau pembuatannya tidak terjadi aktivasi dari trombosit.

Pemberian PRP ini dapat meningkatkan ekspresi TGF-β1 yang dapat

menghambat efek penuaan dini kulit ( photoaging), oleh karena paparan sinar

ultra violet yang terus-menerus dapat memacu sintesis MMP-1 dan MMP-3

melalui pelepasan TNF-α oleh keratinosit dan f ibroblas yang menyebabkan

kerusakan jaringan serta menurunkan ekspresi TGF-β secara langsung pada

kulit manusia secara in vivo (Gambichler dkk., 2007; Quan dkk., 2004) yang

dapat menimbulkan hiperpigmentasi, juga dapat menghambat sintesis

melanin dengan memecah enzim tyrosinase (Martinez-Esparza dkk., 2001),

mekanisme molekuler yang berhubungan dengan TGF-β juga dapat

mengakibatkan terjadinya hipopigmentasi. PRP sudah digunakan untuk

menyembuhkan luka (Driver dkk., 2006), karena selain berisi platelet dan

faktor pembekuan darah dalam jumlah besar, PRP juga mempunyai growth

 factor agonist  (Petrova dan Edmonds, 2006).

Hasil publikasi terakhir PRP juga digunakan dalam bedah periodontal

dan mulut (Pietrzak dan Eppley, 2005; Shashikiran dkk., 2006), bedah plastik

dan kosmetik (Frechette dkk., 2005; Bhanot dan Alex, 2002), bedah spinal

Page 79: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 79/92

75

(Eppley dkk.,2006), bedah bypass jantung dan luka bakar (Henderson dkk.,

2003). Fungsi PRP sebagai jaringan dan sistem penghantar dengan kandungan

yang kaya akan platelet dan berfungsi untuk menyembuhkan luka, karena

PRP dapat memproduksi locally  acting growth factors (Everts dkk., 2006)

melalui α - granules degranulation.

Bermacam sitokin dan growth factor  berpengaruh terhadap

 penyembuhan dan maturasi dari luka. Sitokin berperan dalam perekrutan sel

untuk proliferasi dan diferensiasi.Begitu juga dengan growth factor. Growth

 factor  yang berasal dari trombosit atau  platelet derived growth factor(PDGF)

keluar dari alfa granul dan berfungsi dalam rekrutmen dan aktivasi sel immun

dan fibroblas.

Selain itu trombosit juga mengeluarkan TGF-β, yang merangsang

maturasi fibroblas, migrasi, dan sintesis matriks ekstraseluler (Ten Dijke dan

Hill, 2004) serta dapat menurunkan sintesis melanin yang dapat menyebabkan

hipopigmentasi (Martinez-Esparza dkk., 2001). Sedangkan growth factor

lainnya yaitu epidermal growth factor   (EGF), dan vascular endothelial

growth factor  (VEGF) dikeluarkan oleh fibroblas, sel endotel, dan sel immun

untuk menambah percepatan penyembuhan luka (El-Sharkawy dkk., 2007;

Pietramaggiori dkk., 2006).

PRP juga dapat menekan pengeluaran sitokin dan membatasi

inflamasi, berinteraksi dengan makrofag untuk regenerasi (Mishra dkk., 2009)

meningkatkan pertumbuhan kapiler baru (Millington dan Norris, 2004; Mc

Aleer dkk., 2006) dan epitelisasi pada luka yang kronis. PRP bisa

Page 80: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 80/92

76

didefinisikan sebagai plasma darah yang mengandung 1,000,000

trombosit/microliter dalam 5 ml plasma. Secara luas plasma kaya trombosit

diketahui mengandung 7 macam growth factor yaitu: PDGF-AA, PDGF-BB,

PDGF-AB, TGF-β1, TGF-β2, VEGF, EGF. Dan kadar growth factor  in-vivo

tetap terjaga setelah dilakukan pembuatan PRP. Konsentrasi trombosit dalam

PRP dapat meningkat delapan kali dari kadar trombosit di dalam darah

sehingga kadar growth factor di dalam plasma kaya trombosit juga meningkat

delapan kali kecuali IGF-1. Selama proses pengambilan atau pembuatannya

tidak terjadi aktivasi dari trombosit.

Page 81: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 81/92

 

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan

sebagai berikut: Pemberian Plasma Kaya Trombosit secara topikal dapat

meningkatkan ekspresi TGF-β1 pada kulit tikus yang diberi pajanan kronis

sinar ultraviolet B sebesar 13,68%

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah :

1.  Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja PRP yang

lebih detail.

2. 

Perlu penelitian klinik lebih lanjut sebelum dapat diaplikasikan pada

manusia.

63

Page 82: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 82/92

78

DAFTAR PUSTAKA

Ando, H., Kondoh, H., Ichihashi, M., Hearing, V. 2007. Approaches to identify

inhibitors of melanin biosynthesis via the quality control of tyrosinase.  J. 

 Invest. Dermatol, 127:751–761.

Baskoro, A. dan Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah

Lengkap pada 5th

Bali Endocrine Update 2nd 

  Bali Aging and Geriatric

Update Symposium. Bali 11-13 April 2008.

Bhanot, S., Alex, J.C. 2002. Current applications of platelet gels in facial plastic

surgery. Facial Plast Surg, 18(1), 27–33.

Blair, P., Flaumenhaft, R. 2009. Platelet alpha-granules: basic biology and clinical

correlates.  Blood Rev. 2009 July, 23(4), 177-189.

Campbell dan Neil, A. 2008. Platelets are pinched-off c billy ytoplasmic fragments of specialized bone marrow cells. They are about 2–3µm in

diameter and have no nuclei. Platelets serve both structural and molecular functions in blood   clotting. 8

th  Edition. London : Pearson Education.

 p. 912.

Celotti, F., Colciago, A., Negri-Cesi, P., Pravettoni, A., Zaninetti, R., Sacchi, M.C.

2006. Effect of platelet-rich plasma on migration and proliferation of

SaOS-2 osteoblasts : role of platelet-derived growth factor and  transforming growth factor-beta. Wound Repair Regen , 14(2): 195-202.

Driver ,V. R., Hanft , J., Fylling, C. P., Beriou, J. M. 2006. Autologel Diabetic 

Foot Ulcer Study Group. A prospective, randomized, controlled trial of

autologous platelet-rich plasma gel for the treatment of diabetic foot 

ulcers. Ostomy Wound Manage, 52(6), 68-70, 72, 74.

El-Sharkawy, H., Kantarci, A., Deady, J. 2007. Platelet-rich plasma: growth

factors and pro- and anti-inflammatory properties.  J Periodontol, 78(4),

661–669.

Eppley, B.L., Pietrzak, W.S., Blanton, M. 2006. Platelet-rich plasma: a review of   biology and applications in plastic surgery. Plast Reconstr Surg, 118(6),

147e–159e.

Everts, P. A., Brown Mahoney, C., Hoffmann, J. J. 2006. Platelet-rich plasma

 preparation using three devices: implications for platelet activation and

 platelet growth factor release. Growth Factors, 24(3): 165–171.

Page 83: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 83/92

79

Fisher, G., Datta, S., Wang, Z., Li, X., Quan, T., Chung, I., Kang, S., Voorhees, J.2000. C-Jun dependent inhibition of cutaneous procolagen transcription

following ultraviolet irradiation is reversed by all-transretinoid  acid. J  Clin Invest , 106 : 661-668.

Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In : Klatz, R. 2003.

 Anti-Aging Medical Therapeutics volume 5. Chicago : the A4M Publications. p.43.

Freedberg, I. M., Eisen, A. Z., Wolff, K., Austen, K. F., Goldsmith, L. A., Katz, S.

I. 2003. Fitzpatrick's Dermattology in General Medicine 6 th

  edition

volume 1. Chicago : Medical Publishing Division. p. 293-294, 1278-1279.

Frechette, J. P., Martineau, I., Gagnon, G. 2005. Platelet-rich plasmas: growth

factor content and roles in wound healing. J Dent Res. 84(5), 434–439.

Gambichler, T., Skrygan, M., Tomi, N.S., Breuksch, S., Altmeyer, P., and Kreuter,

A. 2007. Significant downregulation of transforming growth factorbeta 

signal transducers in human skin following ultraviolet-A1 irradiation.  Br .

 J. Dermatol, 156: 951–956.

Gavrilov, L. 2004. Reliability Theory of Aging. In : Klatz, R. 2004.  Anti- Aging

 Medical Therapeutics volume 7. Chicago : A4M Publication. p. 73.

Gilchrest, B. A. 2004. Using DNA damage responses to prevent and treat skincancers. J Dermatol, 31 : 862-877.

Gilchrest, B. A. dan Krutmann, J. 2006. Skin Aging. Germany : Springer-Verlag

Berlin Heidelberg, Germany. p. 10-11, 23-24, 34-42, 49.

Goldman, R dan Klatz, R. 2004-2005.  Anti-Aging Clinical Protocols 2004-2005.

Chicago : The A4M Publication. p. 215.

Goldman, R dan Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia :

Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25.

Gumienny, T. L., dan Padgett, R. W. 2002. The other side of TGFbeta

superfamily signal regulation: Thinking outside the cell.Trends in Endocrinological Metabolism, 13. p. 295–299.

Henderson, J. L., Cupp, C. L., Ross, E. V. 2003. The effects of autologous plateletgel on wound healing.  Ear Nose Throat J , 82(8), 598–602.

Jenkins, G. 2002. Molecular mechanism of skin ageing. Mech Ageing Dev, 123:

801-810.

Page 84: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 84/92

80

Kim, D., Kim, S., Chung, J., Kim, K., Eun, H., Park ,K. 2002.  Delayed ERK  activation by ceramide reduces melanin synthesis in human melanocytes.

Cell Signal, 14:779–785. Kim, D., Park, S., Park, K. 2004. Transforminggrowth factor-β1 decreases melanin synthesis via delayed extracellularsignal-regulated kinase activation.  Int. J.  Biochem. Cell Biol, 36:1482– 1491.

Kim, D., Park, S., Kwon, S., Park, E., Huh, C., Youn, S.W., Park, K. 2006.

Sphingosylphosphorylcholine-induced ERK activation inhibits melanin

synthesis in human melanocytes. Pigment Cell Res, 19:146–153.

Klatz, R. 2003. Acknowledgements. In : Klatz, R. 2003.  Anti-Aging Medical 

Therapeutics. volume 5. Chicago : The A4M Publication. p. 3.

Lin, C., Babiarz, L., Liebel, F., Roydon Price, E., Kizoulis, M., Gendimenico, G.,Fisher, D., Seiberg, M. 2002. Modulation of microphthalmia-associated

transcription factor gene expression alters skin pigmentation.  J. Invest.

 Dermatol, 119: 1330–1340.

Lutz, M. , dan Knaus, P. 2002.  Integration of the TGF-beta pathway into the

cellular  signalling network . Cell Signal, 14: 977.

Martinez-Esparza, M., Ferrer, C., Castells, M.T., Garcia-Borron, J.C., andZuasti, A. 2001. Transforming growth factor beta1 mediates

hypopigmentation of B16 mouse melanoma cells by inhibition of melaninformation and melanosome maturation. Int. J. Biochem, 33: 971–983.

Marx, R. E. 2001. Platelet Rich Plasma (PRP). Implant dent , 10(4): 225-228.

McAleer, J.P., Sharma, S., Kaplan, E.M., Persich, G. 2006. Use of autologous

 platelet concentrate in a nonhealing lower extremity wound.  Adv Skin

Wound Care, 19(7): 354–363.

Mehta, S., Watson, J.T. 2008. Platelet rich concentrate: basic science and current

clinical applications. J OrthopTrauma, 22(6): 432–438.

Millington, J.T., Norris, T. W. 2004. Effective treatment strategies for diabetic foot 

wounds. J Fam Pract , 49(11 Suppl): S40–S48.

Mishra, A., Woodall, J. Jr., Vieira, A. 2009. Treatment of tendon and muscle using 

 platelet-rich plasma. Clin Sports Med , 28(1): 113–125.

 Nikolidakis, D., Jansen, J.A.2008. The biology of platelet-rich plasma and its

application in oral  surgery: literature review. Tissue Eng Part B Rev,

14(3), 249–258.

Page 85: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 85/92

81

O'Connell, S.M., Impeduglia, T., Hessler, K., Wang, X.J., Carroll, R.J,, Dardik, H.2008. Autologous platelet-rich fibrin matrix as cell therapy in the healing

of chronic lower-extremity ulcers. Wound Repair Regen , 16 (6), 749–56.Pangkahila, W. 2007.  Anti aging Medicine  : Memperlambat Penuaan,

Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit BukuKompas. Hal : 1-3, 8-10, 13-23, 36-40.

Petrova, N., Edmonds, M. 2006. Emerging drugs for diabetic foot ulcers.  Expert

Opin  Emerg Drugs, 11(4), 709–724.

Pietramaggiori, G., Kaipainen, A., Czeczuga, J.M., Wagner, C.T., Orgill, D. P.

2006. Freeze-dried platelet-rich plasma shows beneficial healing properties

in chronic wounds. Wound Repair Regen, 14(5): 573–580.

Pietrzak ,W.S., Eppley, B.L. 2005. Platelet rich plasma: biology and newtechnology. J Craniofac Surg, 16(6): 1043–1054.

Placzek, M., 2005. Ultraviolet B-Induced DNA Damage in Human Epidermis Is

Modified by the Antioxidants Ascorbic Acid and D-α-Tocopherol.  Journal

of  Investigative Dermatology, 124, 304-307.

Pocock, S.J. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. John Wiley & Sons. p.

127-128.

Quan, T., He, T., Kang, S., Voorhees, J.J., and Fisher, G.J. 2004. Solar ultravioletirradiation reduces collagen in photoaged human skin by blocking 

transforming growth factor-beta type II receptor/Smad signaling.  Am. J. Pathol, 165: 741–751.

Rigel, D. S., Weiss, R. A.,Lim, H. W., Dover, J. S. 2004. Photoaging. Marcel

Dekker Inc. Canada. p. 34.

Sánchez, M., Anitua, E., Azofra, J., Andía, I., Padilla, S., Mujika, I. 2007.

Comparison of surgically repaired Achilles tendon tears using platelet-rich

fibrin matrices. Am J Sports Med, 35 (2): 245–51.

Shashikiran, N.D., Reddy, V.V., Yavagal, C.M., Zakirulla, M. 2006. Applications

of   platelet-rich plasma (PRP) in contemporary pediatric dentistry.  J ClinPediatr   Dent . 30(4), 283–286.

Shibahara, S., Takeda, K., Yasumoto, K., Udono, T., Watanabe, K., Saito, H.,Takahashi, K. 2001. Microphthalmia-associated transcription factor

(MITF): Multiplicity in structure, function, and regulation.  J. Investig.

 Dermatol. Symp. Proc, 6:99–104.

Page 86: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 86/92

82

Solano, F., Briganti, S., Picardo, M., Ghanem, G. 2006. Hypopigmenting agents:

An  updated review on biological, chemical and clinical aspects. Pigment

Cell  Res, 90: 550–571.

Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta : CV.

Infomedika. p. 31-46.

Ten Dijke, P., and Hill, C.S. 2004. New insights into TGF-beta-Smad signalling.Trends Biochem. Sci, 29, 265–273.

Wahyuningsih, K.A. 2010. “Pemberian Astaxanthin Topikal Menghambat

Penuaan Dini Kulit Akibat Pajanan Sinar Ultraviolet B Dengan

Memberikan Efek Proteksi Terhadap Kolagen Pada Mencit ( Mus

musculus)” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Weibrich, G., Kleis, W.K., Kunz-Kostomanolakis, M., Loos, A.H., Wagner, W.2001. Correlation of platelet concentration in platelet-rich plasma to the

extraction  method, age, sex, and platelet count of the donor.  Int J Oral

 Maxillofac Implants, 16(5), 693–699.

Weibrich, G., Kleis, W.K., Hafner, G., Hitzler, W.E., Wagner, W. 2003.

Comparison of platelet, leukocyte, and growth factor levels in point-of-care platelet-enriched plasma, prepared using a modified Curasan kit, with

 preparations received from a local blood bank. Clin Oral Implants  Res,14:357-62.

Wibowo, S. 2003. Andropause : Keluhan, Diagnosis dan Penanganannya. Dalam :

The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder . Jakarta :FKUI. Hal: 11-17.

Yang ,G., Li, Y., Nishimura, E., Xin, H., Zhou, A., Guo, Y., Dong, L., Denning,

M., Nickoloff, B., Cui, R. 2008. Inhibition of PAX3 by TGF-β modulates 

melanocyte viability. Mol. Cell, 32: 554–563.

Yaar M., Eller M.S., Gilchrest B.A. 2002. Fifty years of skin aging.  J. Investig 

 Dermatol Symp Proc 7: 51-58.

Page 87: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 87/92

83

Lampiran 1

Uji Normalitas Data Sesudah Perlakuan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre .288 4 . .932 4 .609

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

KelompokKolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Post Kontrol .297 9 .092 .868 9 .116

Perlakuan .188 9 .200*

.907 9 .294

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 88: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 88/92

84

Lampiran 2

Uji t-independent Data TGF-β1 Sebelum Perlakuan (Pre) 

Group Statistics

Kelompok2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pre Kontrol 2 .3124 .02687 .01900

Perlakuan 2 .3062 .05006 .03540

Independent Samples Test

Levene's Testfor Equalityof Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Differ 

ence

Std.

Error

Differ 

ence

95%Confidence

Interval of theDifference

Lower Upper

Pr e

Equalvariances

assumed

3.692 .073 .351 16 .730 .00613 .01748-

.03091.04318

Equal

variancesnot

assumed

.351 12.990

.731 .00613 .01748 -.03162

.04389

Page 89: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 89/92

85

Lampiran 3

Uji t-independent Data TGF-β1 Sesudah Perlakuan (post) 

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Post Kontrol 9 .2851 .02199 .00733

Perlakuan 9 .3481 .02732 .00911

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig.(2-

tailed 

)

Mean

Differ 

ence

Std.Error

Differe

nce

95% ConfidenceInterval of theDifference

Lower Upper

Po

st

Equal

variances

assumed

.823 .378 -5.389 16 .000-

.06300.01169

-

.08778-.03822

Equal

variances

not assumed

-5.389 15.302 .000-

.06300.01169

-.08787

-.03813

Page 90: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 90/92

86

Lampiran 4

Uji t-paired antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan (Pre-Post) Masing-

masing Kelompok

Kelompok = Kontrol

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre .3124 9 .04512 .01504

Post .2851 9 .02199 .00733

a. Kelompok = Kontrol

Paired Samples Correlationsa

 N Correlation Sig.

Pair 1 Pre & Post 9 .432 .246

a. Kelompok = Kontrol

Paired Samples Testa

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre -

Post.02727 .04077 .01359 -.00407 .05860 2.006 8 .080

a. Kelompok = Kontrol

Page 91: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 91/92

87

Kelompok = Perlakuan

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre .3062 9 .02670 .00890

Post .3481 9 .02732 .00911

a. Kelompok = Perlakuan

Paired Samples Correlationsa

 N Correlation Sig.

Pair 1 Pre & Post 9 .076 .847

a. Kelompok = Perlakuan

Paired Samples Testa

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre -

Post-.04187 .03673 .01224 -.07010 -.01364 -3.420 8 .009

a. Kelompok =

Perlakuan

Page 92: Kulit2 PRP

7/24/2019 Kulit2 PRP

http://slidepdf.com/reader/full/kulit2-prp 92/92

iii

Lampiran 5

Foto - foto Penelitian

Persiapan Penyinaran

Pencukuran bulu tikus