l-4
TRANSCRIPT
PENGUJIAN IMPACT
I. TUJUAN
Mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan kejut pada beberapa
macam kondisi suhu.
II. TEORI DASAR
Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk
memetahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan
memerlukan energy perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih
baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal., oleh karena itu ketangguhan perlu
diukur atau dikuantifikasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan
dengan uji impact atau benturan.
Test dalam pengujian impact ada dua, yaitu :
a. Drop Weigth Test
Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan
ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan sebutan Nil-
Ductility-Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk
mengetahui patah getas (brittle fracture) dari bahan baja.
b. Notched Bar Test
Dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni :
1. Metode Izod
Menggunakan batang impact cantilever. Benda uji izod sangat jarang
digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji izod mempunyai penampang
lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang
dijepit.
2. Metode Charpy
Menggunakan batang impact yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda uji
charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung
takik V – 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda
uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tidak
bertakik di beri beban impact dengan ayunan bandul. Benda uji akan
melengkung dan patah pada laju rengangan yang tinggi.
Menurut ASTM, standarisasi Notched Bar Test adalah ASTM E 23-82. Kedua
metode diatas dapat dilihat pada gambar berikut :
PENGUJIAN IMPACT METODE CHARPY :
Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact Strength),
prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji
dibagi dengan luas penampang patahan.
Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga
menabrak benda uji dan bandul terayun sampai kedudukan bawah (gambar titik-titik). Jadi
dengan demikian, energy yang diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh
selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada kedudukan
bawah (tinggi ayun)
Energi potensial bandul pada kedudukan atas :
K = F . LR { 1 + sin (α−90¿}
Energi potensial bandul pada kedudukan bawah (saat benda uji patah) :
T = F . LR ( 1 – cos α ¿
Jadi energy yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji :
E = K – T
Maka Impact Strenght- nya :
IS = E/A (J/mm2)
Dimana :
A = luas patahan (mm2)
Segera setelah benda uji diletakkan, setelah itu bandul dilepaskan sehingga batang
uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji yang
diletakkan semula dengan energy yang sama. Energy bandul akan diserap oleh benda uji
yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak
sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.
Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam
hubungannya dengan temperature transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana
terjadi perubahan patahan ulet ke patahn getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop.
Prosentase perpatahan getas (kristalin) dapat diperkirakan dengan perhitungan
mengikutirumus berikut :
% kristalin = (luas daerahkristalinluas total patahan
) X 100
Sifat keuletan suatu logam dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact adalah
secara tiba-tiba. Sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil
pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari
pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk
temperature yang berbeda-beda, mulai dari temperature yang sangat rendah (- 300 C)
sampai temperature yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperature kerja adalah
temperature kamar.
TEORI TAMBAHAN
Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk mematahkan suatu
bahan material. Bahan dengan sifat ulet akan memerlukan energy perpatahan yang besar
dan memiliki sifat ketangguhan yang lebih baik, artinya material tersebut tidak mudah
patah. Sebaliknya, bahan dengan sifat getas akan memerlukan energy perpatahan yang lebih
kecil dan sifat ketangguhan yang lebih burukkarena material tesebut mudah patah.
Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi, tetapi bahan tersebut
tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Biasanya pengujian impact
dilakukan dengan benda uji bertakik. Pada pengujian yang kita lakukan ini, kita
menggunakan beban yang diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji,
kemudian dari hasil pemukulan tersebut kita mendapatkan energy yang diserap sehingga
terjadi perpatahan pada benda uji. Pengujian yang kita lakukan ini berguna untuk
memperlihatkan penurunan kelenturan dan kekuatan impact pada temperature rendah.
Dalam mengetahui ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (impact strength)
kita memiliki prinsip, yaitu berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan
benda uji dibagi dengan luas penampang patahan yang berada dibawah takik. Hasil
pengujian ini seringkali dinyatakan sebagai energy yang diserap tiap satuan luas
penampang lintang benda uji.
Pada kedua metode Notched Bar Test yang telah dijelaskan diatas, kita selalu
menguji kekuatan impact material dengan menggunakan takik pada benda uji tersebut.
Sebenarnya tanpa adanya takik pun setiap material dapat diapatahkan, namun dengan
adanya takik maka akan lebih mudah didapatkan daerah perpatahan yang pasti. Biasanya
pada pengujian ini dimana tidak dilakukan adanya takik, maka pada benda uji akan terjadi
daearah perpatahan yang tidak terkonsentrasi atau menyebar, oleh karena itulah digunakan
takik dengan tujuan agar daerah tegangan akan lebih terkonsentrasi., sehingga akan
memudahkan dalam proses perhitungan daerah perpatahan.
Pada pengujian impact, terdapat beberapa macam takik yang sering digunakan,
yaitu :
1. Takik V (V-Notched)
Takik ini merupakan perpatahan pada benda uji yang berbentuk huruf V.
jadi, perpatahan pasti akan terjadi pada bagian bawah dari takik V. Dengan
munggunakan takik ini sangat diaharapkan bahwa patahan yang terjadi akan sangat
terkonsentrasi.
2. Takik U (U-Notched)
Takik ini berbentuk huruf U. Sebenarnya takik ini tidak berbeda dengan
takik V, hanya saja meemiliki perbedaan bentuk. Dan hasil perpatahan pada takik U
ini tidak terlalu terkonsentrasi dibandingkan dengan takik V.
3. SharpNotched
Takik ini sangat mirip dengan takik V. Ujungnya pada pangkal dekat dengan
benda uji yaitu berbentuk huruf V, namun pinggirnya tidak mirip dengan persisi
seperti huruf V melainkan ada bagian yang mendatar keatas. Pada model takik ini,
beban yang diberikan difokuskan terhadap satu titik sehingga diharapkan terjadi
perpatahan yang terkonsentrasi.
4. Takik Lubang Kunci
Takik model ini adalah takik yang digunakan pada pengujian impak pada
laboratorium material tehnik. Takik ini berben tuk seperti lubang kunci, yaitu
memiliki bagian belubang ditengahnya dan ada celah mendatar yang segaris dengan
garis sumbu lubang. Cara membuat takik ini adalah dengan menggunakan mesin
drill dan gergaji. Mula-mula pada benda uji dibuat lubang ditengah-tengahnya,
dengan menggunakan meisn drill, lalu benda uji digergaji sampai pada lubang yang
telah dibuat sebelumnya. Pada takik jenis lubang kunci ini, patahan yang terjadi
dapat berada di sekitar daerah dasar lubang kunci seperti yang terjadi pada jenis-
jenis takik yang lain.
Untuk mempelajari kekeuatan impact suatu spesimen dapat dilakukan melalui
pengamatan pada permukaan getas yang tampak berkilat (granular fracture), sedangkan
patah ulet memiliki tampak yang lebih suramdan seperti berserabut (shear fibrous). Dari
pengamatan ini dapat dibuat estimasi presentasi dari luas permukaan getas.
Mengenai pola patahan yang terjadi pada pengujian impact, ada dua jenis pola
patahan, yaitu :
1. Patah Getas (Brittle Fracture)
Suatu benda yang mengalami patah getas berarti benda tersebut tidak ulet
dan mudah mengalami perpatahan, patahan ini terjadi pada daerah getas, dimana
material patah tanpa didahului oleh terjadinya deformasi plastis terlebih dahulu.
Patahan seperti ini seringkali terjadi pada saat dibawah temperature transisi.
2. Patah Ulet (Ductile Fracture)
Patahan ini terjadi di daerah ulet, yang memilii artian bahwa sebelum
material mengalami patah sebelumnya, material akan mengalami deformasi plastis
yang cukup besar berupa pergeseran pada bidang kristalnya. Patahan ini dapat juga
terjadi karena pembebanan yang melebihi titik luluh maksimum benda uji pada
keadaan temperaturnya berada pada titik temperature transisi.
3. Patah kontinu
Patahan ini merupakan campuran antara patahan ulet dengan patahan getas.
Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan
temperature dan laju regangan, walaupun dasarnya logam tersebut bersifat liat. Gejala ini
disebut sebagai transisi liat-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan
praktis bahan. Bahan-bahan yang dapat memberikan gejala patah getas adalh logam bcc
seperti Fe, W, Mo, Nb, Ta dan logam hcp seperti Zn serta paduannya, sedangkan bagi
logam fcc sama sekali tidak terjaid gejala tersebut dapat dengan mudah terjadi bagi plastic.
Permukaan patah akan sangat membantu untuk menentukan kekuatan impak dalma
hubungannya dengan temperature transisi bahan. Daerah transisi adalah daerah dimana
terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas.
Ciri-ciri patah ulet, antara lain :
1. Terjadi pada temperature tinggi
2. Didahului deformasi plastis
3. Permukaannya terlihat suram dan berserat
Ciri-ciri patah getas :
1. Memerlukan energy perpatahan yang relative kecil
2. Tidak didahului adanya deformasi plastis
3. Permukaannya terlihat mengkilap dan halus
4. Pada umumnya terjadi pada temperature yang relative rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya patah getas adalah :
1. Tegangan tiga sumbu
2. Laju regangan
3. Temperatur
Sifat keuletan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian impak, tetapi
dalam kondisi beban yang berbeda. Beban yang terjadi dalma pengujian impak adalah
beban tiba-tiba, sedangkan beban yang terjadi pada pengujian tarik dilakukan secara
perlahan-lahan. Dara hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian
impak. Tetapi dari pengujian impak, dapat diketahui ketangguhan logam dan harga impak
untuk temperature yang berbeda-beda. Mulai dari temperature yang sangat rendah (-300 C)
sampai pada pengujian tarik, karena pengujian tarik hanya bisa dilakukan pada suhu kamar.
Metode uji impak paling menguntungkan adalah uji impak dengan metode charpy.
Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan utama dari uji charpy, yaitu :
1. Mudah dilakukan
2. Murah
3. Benda uji relati kecil
4. Pengujian dapat dilakukan dibawah suhu ruangan
Meskipun pada pengujian charpy memiliki banyak keuntungan, tetapi metode ini
juga memiliki kelemahan, yaitu hasil uji charpy kurang dapat dimanfaatkan dalam
perancangan karena level tegangan tidak diberikan, sehingga sulit untuk menghubungkan
data energy perpatahan dengan deformasi pemakaian.
Seperti yang telah diketahui hasil dari pengujian charpy, patah getas terjadi pada
takikan batang uji., jadi bahan tiba-tiba patah tanpa mengalami deformasi pladtis ter,ebih
dahulu. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak pernah terjadi pada struktur mesin,
tetapi mesin selalu memiliki bagian dimana terjadi konsentrasi tegangan dan mungkin
mempunyai cacat pada lasan, jadi adanya cacat yang bekerja pada takikan tidak dapat
dihindari.
Patah lelah biasanya dimulai dari cacat yang dapat menaikkan tengangan. Retak
fatik akan bertambah panjang dan akhirnya putus karena tidak dapat menahan beban lagi.
Kerusakan fatik menghasilkan permukaan patah getas secara mikroskopik perambatan retak
terjadi pada tiap siklus pembebanan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya patah lelah, yaitu :
1. Variabel Metalurgi, seperti komposisi kimia, inklusi (masuknya material lain
yang tidak diinginkan dalam logam), korositas (terjebaknya udara dalam logam),
besar butir (makin besar butiran, makin rendah kekuatan impaknya)
2. Korosi ; serangan korosi akan mengakibatkan lubang pada permukaan logam dan
logam inilah akan berlubang yang kemudian akan berperan sebagai takik yang akan
mengurangi besarnya kekuatan lelah.
3. Keausan ; kerusakan permukaan terjadi apabila dua permuakaan suatu bahan
material, dalam hal ini logam akan saling bersentuhan dan akan menimbulkan cacat
yang akhirnya menyebabkan retakan lelah.
4. Kekasaran Permukaan ; kekasaran permukaan logam akibat proses permesinan
akan menjadikan hal tersebut sebagai sumber takikan yang dapat mengakibatkan
terjadinya patahan.
Ada anggapan bahwa batas tegangan aman untuk suatu bahan adalah sampai daerah
plastis, ternyata anggapan ini hanya benar untuk beban statis saja (pada bangunan mesin,
hamper tidak pernah terjadi). Jika beban berubah terhadap waktu maka dapat terjadi
kerusakan fatik. Dari pengalaman, komponen yang menerima beban dinamis, dapat patah
lelah pada level yang jauh dibawah kekuatan luluh.
III. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN
a. Mesin uji Impact merk TARCO Model MT 220
b. Benda uji menurut standar ASTM E 23-82 tipe C ; dari bahan baja karbon (dengan
suhu dibawah nol, suhu ruangan dan diatas 1000 C), baja karbon hardening dan baja
baja karbon tempering.
c. Termocople
d. Dry ice
e. Tungku / furnace
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Ukurlah benda uji, luas penampang dan kedalam takik.
b. Benda uji dipasang pada tumpuan (perhatikan letak takik).
c. Bandul dipasang pada posisi vertical, lalu dilepaskan sehingga benda uji patah.
d. Lakukan untuk semua benda uji lain.
e. Perhatikan patahan benda uji dan tuliskan hasil Impact Strength-nya pada table yang
telah diberikan
VI. PERHITUNGAN
1. RUMUS
IS = E/A
2. CONTOH PERHITUNGAN
IS = 3.5
12.2 X10−3 = 286.89 J/m
3. TABEL
BAHANSUHU (0c)
27 200 400
BAJA KARBON SEDANG
LUAS PATAHAN
6.1 X 2 = 12.2
1.45 X 6 = 8.7
1.05 X 6 = 6.3
IMPACT ENERGI
3.5 J 3 J 4.5 J
IS 286.89 344.83 714.29
VII. TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan ketangguhan?
Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk mematahkan suatu
bahan material.
2. Apa yang dimaksud dengan getas?
Getas adalah sifat material yang bersifat mudah patah dan memiliki sifat mampu
bentuk yang sangat rendah dan pada saat perpatahan tidak terjadi deformasi plastis
sebelumnya
3. Apa yang dimaksud dengan ulet?
Ulet adalah sifat material yang bersifat tidak mudah patah dan memiliki sifat
mampu bentuk yang baik dan pada saat perpatahan terjadi deformasi plastis terlebih
dahulu.
4. Apa fungsi dari takik?
Pembuatan takik sangat berperan penting dalam pengujian impact ini, takik dibuat
difungsikan sehingga pada saat pengujian dilakukan perpatahan yang terjadi pada
benda uji akan merata sehingga sangat memudahkan kita dalam perhitungan
selanjutnya.
5. Sebutkan metode apa saja yang digunakan dala uji impak?
a. Drop Weigth Test
Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan
ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan sebutan Nil-
Ductility-Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk
mengetahui patah getas (brittle fracture) dari bahan baja.
b. Notched Bar Test
Dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni :
1. Metode Izod
Menggunakan batang impact cantilever. Benda uji izod sangat jarang
digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji izod mempunyai penampang
lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang
dijepit.
2. Metode Charpy
Menggunakan batang impact yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda uji
charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung
takik V – 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda
uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tidak
bertakik di beri beban impact dengan ayunan bandul. Benda uji akan
melengkung dan patah pada laju rengangan yang tinggi.
6. Sebutkan dari hasil uji impak beberapa macam patahan yang dihasilkan spesimen?
1. Patah Getas (Brittle Fracture)
Suatu benda yang mengalami patah getas berarti benda tersebut tidak ulet
dan mudah mengalami perpatahan, patahan ini terjadi pada daerah getas, dimana
material patah tanpa didahului oleh terjadinya deformasi plastis terlebih dahulu.
Patahan seperti ini seringkali terjadi pada saat dibawah temperature transisi.
2. Patah Ulet (Ductile Fracture)
Patahan ini terjadi di daerah ulet, yang memilii artian bahwa sebelum
material mengalami patah sebelumnya, material akan mengalami deformasi plastis
yang cukup besar berupa pergeseran pada bidang kristalnya. Patahan ini dapat juga
terjadi karena pembebanan yang melebihi titik luluh maksimum benda uji pada
keadaan temperaturnya berada pada titik temperature transisi.
3. Patah kontinu
Patahan ini merupakan campuran antara patahan ulet dengan patahan getas.
7. Faktor apa saja yang menyebabkan patah getas?
1. Tegangan tiga sumbu
2. Laju regangan
3. Temperatur
8. Ciri-ciri apa saja pada patah ulet?
1. Terjadi pada temperature tinggi
2. Didahului deformasi plastis
3. Permukaannya terlihat suram dan berserat
9. Jelaskan dengan apa yang dimaksud dengan patah lelah?
Patah lelah adalah patahan yang terjadi biasanya dimulai dari cacat yang dapat
menaikan tegangan. Retak fatik ini bertambah panjang dan akhirnya akan putus
karena tidak dapat menahan beban.
10. Sebutkan jenis-jenis takik?
1. Takik V (V-Notched)
Takik ini merupakan perpatahan pada benda uji yang berbentuk huruf V.
jadi, perpatahan pasti akan terjadi pada bagian bawah dari takik V. Dengan
munggunakan takik ini sangat diaharapkan bahwa patahan yang terjadi akan sangat
terkonsentrasi.
2. Takik U (U-Notched)
Takik ini berbentuk huruf U. Sebenarnya takik ini tidak berbeda dengan
takik V, hanya saja meemiliki perbedaan bentuk. Dan hasil perpatahan pada takik U
ini tidak terlalu terkonsentrasi dibandingkan dengan takik V.
3. SharpNotched
Takik ini sangat mirip dengan takik V. Ujungnya pada pangkal dekat dengan
benda uji yaitu berbentuk huruf V, namun pinggirnya tidak mirip dengan persisi
seperti huruf V melainkan ada bagian yang mendatar keatas. Pada model takik ini,
beban yang diberikan difokuskan terhadap satu titik sehingga diharapkan terjadi
perpatahan yang terkonsentrasi.
4. Takik Lubang Kunci
Takik model ini adalah takik yang digunakan pada pengujian impak pada
laboratorium material tehnik. Takik ini berben tuk seperti lubang kunci, yaitu
memiliki bagian belubang ditengahnya dan ada celah mendatar yang segaris dengan
garis sumbu lubang. Cara membuat takik ini adalah dengan menggunakan mesin
drill dan gergaji. Mula-mula pada benda uji dibuat lubang ditengah-tengahnya,
dengan menggunakan meisn drill, lalu benda uji digergaji sampai pada lubang yang
telah dibuat sebelumnya. Pada takik jenis lubang kunci ini, patahan yang terjadi
dapat berada di sekitar daerah dasar lubang kunci seperti yang terjadi pada jenis-
jenis takik yang lain.
VIII. ANALISA
Analisa yang dapat kita ambil dari percobaan ini adalah bahwa mengapa dalam data
percobaan ini kita mendapatkan nilai angka impact energy tidak beraturan dari baja karbon
sedang yang memiliki temperature 270 hingga temperature 4000, ini diperkirakan
dikarenakan kesalahan pembacaan pada alat uji impak pada saat percobaan berlangsung.
Selain itu yang perlu dianalisa dalam percobaan ini adalah mengapa dalam
percobaan ini kita tidak menggunakan metode izod, dimana pada metode ini pengujian
dilakukan dengan menjepit benda uji. Kita tidak melakukan percobaan ini dengan metode
izod karena, pada percobaan ini kita menggunakan baja karbon sedang dengan suhu yang
berbeda-beda, dimana dengan adanya perbedaan suhu, sehingga mengakibatkan jika benda
uji dijepit, maka benda uji tersebut akan mengalami deformasi plastis yang akan
mengakibatkan benda uji tersebut melebar, dan akan mempersulit kita dalam melakukan
perhitungan pada luas patahan.
Mengapa dalam percobaan ini kita melakukan takik terlebih dahulu? Kita membuat
takik terlebih dahulu dikarenakan takik dalam percobaan ini sangatlha berperan dimana
dengan adanya takik, maka patahan yang akan terjadi pada saat pengujian dilakukan akan
sangat terkonsentrasi, sehingga kita pun akan sangat mudah dalam melakukan perhitungan,
terutama dalam perhitungan luas patahan. Ada berbagai macam takik yang sering
digunakan dalam percobaan ini, mengapa kita hanya menggunakan takik lubang kunci? Ini
dikarenakan pada takik lubang kunci adalah takik yang paling mudah dibentuk atau dibuat.
Secara teoritis, energy yang diberikan oleh bandul seluruhnya diserap oleh
spesimen. Dalam kenyataannya tidak lha demikian. Hal ini diakibatkan oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Karena pada saat terjadi tumbukan antara bandul dan benda uji ada sebagian
energy yang terbuang dalam bentuk panas atau kalori.
2. Karena adanya gesekan-gesekan, baik antara material dengan bandul maupun
antara bandul dengan udara.
3. Energi juga terbuang sebagian untuk menimbulkan deformasi pada alat penguji
impak ini, terutama pada bagian langsung bersentuhan atau bertabrakan dengan
benda uji, yaitu bandul.
IX. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil setelah melukukan percobaan ini adalah bahwa
dengan melakukan percobaan pengujian impak ini kita dapat mengetahui energy impak dari
setiap baja karbon sedang dari suhu atau temperature yang rendah, selain itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan terjadinya patahan pada benda uji, kita dapat menghintung luas
patahan dari jejak patahan yang terjadi dengan mengkalikan antara panjang dari benda uji
tersebut dengan lebarnya. Dengan mengetahui luas dari patahan tersebut kita dapat
memperhitungkan kekuatan impak dari suatu material dengan melakukan pembagian antara
luasan patahan dengan energy impak yang terbaca pada alat uji impak pada saat terjadi
pertumbukan antara benda uji dengan bandul.
Kita juga dapat menyimpulkan bahwa dalam pengujian ini takik sangatlah memiliki
peranan penting dimana tanpa adanya takik sebelum melakukan pengujian pada alat uji
impak maka benda uji tersebut tidak akan memiliki perpatahan yang terpusat atau
terkonsentrasi dengan baik, sehingga kita akan sulit menentukan luas patahan yang terjadi
pada material tersebut.
Dan dari data yang telah diambil, kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa
dengan adanya perbedaan suhu, maka benda uji tersebut juga akan memiliki nilai impak
energy yang berbeda-beda, dengan suhu yang lebih tinggi yang dimiliki oleh benda uji,
maka nilai impak energy yang didapatkan akan semakin besar, ini dikarenakan oleh sifat
dari benda uji dimana jika benda uji tersebut memiliki temperature yang berada dibawah
temperature transisi, maka benda uji tersebut akan bersifat getas atau mudah patah, dan
sebaliknya, jika temperature yang dimiliki oleh benda uji tersebut berada diatas temperature
transisi maka benda uji tersebut akan memiliki sifat yang ulet atau tidak mudah patah.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Charpy_impact_test
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Izod_test
3. Surdia, Tata. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita. Cetakan Keempat.
Jakarta.
4. Dieter, E. Metalurgi Fisik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Erlangga Jakarta
5. Dieter, Goerge E. Mechanical Metallurgy. London. 1988
XI. LAMPIRAN
Alat Uji Impak
Mesin Bor