l-4

27
PENGUJIAN IMPACT I. TUJUAN Mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu. II. TEORI DASAR Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk memetahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energy perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal., oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifikasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan dengan uji impact atau benturan. Test dalam pengujian impact ada dua, yaitu : a. Drop Weigth Test Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan sebutan Nil-Ductility- Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk mengetahui patah getas (brittle fracture) dari bahan baja. b. Notched Bar Test

Upload: andikoo

Post on 23-Jun-2015

2.170 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: L-4

PENGUJIAN IMPACT

I. TUJUAN

Mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan kejut pada beberapa

macam kondisi suhu.

II. TEORI DASAR

Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk

memetahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan

memerlukan energy perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih

baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal., oleh karena itu ketangguhan perlu

diukur atau dikuantifikasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan

dengan uji impact atau benturan.

Test dalam pengujian impact ada dua, yaitu :

a. Drop Weigth Test

Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan

ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan sebutan Nil-

Ductility-Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk

mengetahui patah getas (brittle fracture) dari bahan baja.

b. Notched Bar Test

Dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni :

1. Metode Izod

Menggunakan batang impact cantilever. Benda uji izod sangat jarang

digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji izod mempunyai penampang

lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang

dijepit.

Page 2: L-4

2. Metode Charpy

Menggunakan batang impact yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda uji

charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung

takik V – 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda

uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tidak

bertakik di beri beban impact dengan ayunan bandul. Benda uji akan

melengkung dan patah pada laju rengangan yang tinggi.

Menurut ASTM, standarisasi Notched Bar Test adalah ASTM E 23-82. Kedua

metode diatas dapat dilihat pada gambar berikut :

PENGUJIAN IMPACT METODE CHARPY :

Dalam menentukan ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (Impact Strength),

prinsipnya adalah berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji

dibagi dengan luas penampang patahan.

Mula-mula bandul Charpy disetel dibagian atas, kemudian dilepas sehingga

menabrak benda uji dan bandul terayun sampai kedudukan bawah (gambar titik-titik). Jadi

dengan demikian, energy yang diserap untuk mematahkan benda uji ditunjukkan oleh

selisih perbedaan tinggi bandul pada kedudukan atas dengan tinggi bandul pada kedudukan

bawah (tinggi ayun)

Page 3: L-4

Energi potensial bandul pada kedudukan atas :

K = F . LR { 1 + sin (α−90¿}

Energi potensial bandul pada kedudukan bawah (saat benda uji patah) :

T = F . LR ( 1 – cos α ¿

Jadi energy yang dibutuhkan untuk mematahkan benda uji :

E = K – T

Maka Impact Strenght- nya :

IS = E/A (J/mm2)

Dimana :

A = luas patahan (mm2)

Segera setelah benda uji diletakkan, setelah itu bandul dilepaskan sehingga batang

uji akan melayang (jatuh akibat gaya gravitasi). Bandul ini akan memukul benda uji yang

diletakkan semula dengan energy yang sama. Energy bandul akan diserap oleh benda uji

yang dapat menyebabkan benda uji patah tanpa deformasi (getas) atau pun benda uji tidak

sampai putus yang berarti benda uji mempunyai sifat keuletan yang tinggi.

Permukaan patah membantu untuk menentukan kekuatan impact dalam

hubungannya dengan temperature transisi bahan. Daerah transisi yaitu daerah dimana

terjadi perubahan patahan ulet ke patahn getas. Bentuk perpatahan dapat dilihat langsung

dengan mata telanjang atau dapat pula dengan bantuan mikroskop.

Prosentase perpatahan getas (kristalin) dapat diperkirakan dengan perhitungan

mengikutirumus berikut :

% kristalin = (luas daerahkristalinluas total patahan

) X 100

Page 4: L-4

Sifat keuletan suatu logam dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian

impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact adalah

secara tiba-tiba. Sedangkan pada pengujian tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil

pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian impact. Tetapi dari

pengujian impact dapat diketahui sifat ketangguhan logam dan harga impact untuk

temperature yang berbeda-beda, mulai dari temperature yang sangat rendah (- 300 C)

sampai temperature yang tinggi. Sedangkan pada percobaan tarik, temperature kerja adalah

temperature kamar.

Page 5: L-4

TEORI TAMBAHAN

Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk mematahkan suatu

bahan material. Bahan dengan sifat ulet akan memerlukan energy perpatahan yang besar

dan memiliki sifat ketangguhan yang lebih baik, artinya material tersebut tidak mudah

patah. Sebaliknya, bahan dengan sifat getas akan memerlukan energy perpatahan yang lebih

kecil dan sifat ketangguhan yang lebih burukkarena material tesebut mudah patah.

Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi, tetapi bahan tersebut

tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Biasanya pengujian impact

dilakukan dengan benda uji bertakik. Pada pengujian yang kita lakukan ini, kita

menggunakan beban yang diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji,

kemudian dari hasil pemukulan tersebut kita mendapatkan energy yang diserap sehingga

terjadi perpatahan pada benda uji. Pengujian yang kita lakukan ini berguna untuk

memperlihatkan penurunan kelenturan dan kekuatan impact pada temperature rendah.

Dalam mengetahui ketahanan logam terhadap pembebanan kejut (impact strength)

kita memiliki prinsip, yaitu berapa besar gaya kejut yang dibutuhkan untuk mematahkan

benda uji dibagi dengan luas penampang patahan yang berada dibawah takik. Hasil

pengujian ini seringkali dinyatakan sebagai energy yang diserap tiap satuan luas

penampang lintang benda uji.

Pada kedua metode Notched Bar Test yang telah dijelaskan diatas, kita selalu

menguji kekuatan impact material dengan menggunakan takik pada benda uji tersebut.

Sebenarnya tanpa adanya takik pun setiap material dapat diapatahkan, namun dengan

adanya takik maka akan lebih mudah didapatkan daerah perpatahan yang pasti. Biasanya

pada pengujian ini dimana tidak dilakukan adanya takik, maka pada benda uji akan terjadi

daearah perpatahan yang tidak terkonsentrasi atau menyebar, oleh karena itulah digunakan

takik dengan tujuan agar daerah tegangan akan lebih terkonsentrasi., sehingga akan

memudahkan dalam proses perhitungan daerah perpatahan.

Pada pengujian impact, terdapat beberapa macam takik yang sering digunakan,

yaitu :

1. Takik V (V-Notched)

Takik ini merupakan perpatahan pada benda uji yang berbentuk huruf V.

jadi, perpatahan pasti akan terjadi pada bagian bawah dari takik V. Dengan

Page 6: L-4

munggunakan takik ini sangat diaharapkan bahwa patahan yang terjadi akan sangat

terkonsentrasi.

2. Takik U (U-Notched)

Takik ini berbentuk huruf U. Sebenarnya takik ini tidak berbeda dengan

takik V, hanya saja meemiliki perbedaan bentuk. Dan hasil perpatahan pada takik U

ini tidak terlalu terkonsentrasi dibandingkan dengan takik V.

3. SharpNotched

Takik ini sangat mirip dengan takik V. Ujungnya pada pangkal dekat dengan

benda uji yaitu berbentuk huruf V, namun pinggirnya tidak mirip dengan persisi

seperti huruf V melainkan ada bagian yang mendatar keatas. Pada model takik ini,

beban yang diberikan difokuskan terhadap satu titik sehingga diharapkan terjadi

perpatahan yang terkonsentrasi.

4. Takik Lubang Kunci

Takik model ini adalah takik yang digunakan pada pengujian impak pada

laboratorium material tehnik. Takik ini berben tuk seperti lubang kunci, yaitu

memiliki bagian belubang ditengahnya dan ada celah mendatar yang segaris dengan

garis sumbu lubang. Cara membuat takik ini adalah dengan menggunakan mesin

drill dan gergaji. Mula-mula pada benda uji dibuat lubang ditengah-tengahnya,

dengan menggunakan meisn drill, lalu benda uji digergaji sampai pada lubang yang

telah dibuat sebelumnya. Pada takik jenis lubang kunci ini, patahan yang terjadi

dapat berada di sekitar daerah dasar lubang kunci seperti yang terjadi pada jenis-

jenis takik yang lain.

Untuk mempelajari kekeuatan impact suatu spesimen dapat dilakukan melalui

pengamatan pada permukaan getas yang tampak berkilat (granular fracture), sedangkan

patah ulet memiliki tampak yang lebih suramdan seperti berserabut (shear fibrous). Dari

pengamatan ini dapat dibuat estimasi presentasi dari luas permukaan getas.

Mengenai pola patahan yang terjadi pada pengujian impact, ada dua jenis pola

patahan, yaitu :

Page 7: L-4

1. Patah Getas (Brittle Fracture)

Suatu benda yang mengalami patah getas berarti benda tersebut tidak ulet

dan mudah mengalami perpatahan, patahan ini terjadi pada daerah getas, dimana

material patah tanpa didahului oleh terjadinya deformasi plastis terlebih dahulu.

Patahan seperti ini seringkali terjadi pada saat dibawah temperature transisi.

2. Patah Ulet (Ductile Fracture)

Patahan ini terjadi di daerah ulet, yang memilii artian bahwa sebelum

material mengalami patah sebelumnya, material akan mengalami deformasi plastis

yang cukup besar berupa pergeseran pada bidang kristalnya. Patahan ini dapat juga

terjadi karena pembebanan yang melebihi titik luluh maksimum benda uji pada

keadaan temperaturnya berada pada titik temperature transisi.

3. Patah kontinu

Patahan ini merupakan campuran antara patahan ulet dengan patahan getas.

Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan

temperature dan laju regangan, walaupun dasarnya logam tersebut bersifat liat. Gejala ini

disebut sebagai transisi liat-getas, yang merupakan hal penting ditinjau dari penggunaan

praktis bahan. Bahan-bahan yang dapat memberikan gejala patah getas adalh logam bcc

seperti Fe, W, Mo, Nb, Ta dan logam hcp seperti Zn serta paduannya, sedangkan bagi

logam fcc sama sekali tidak terjaid gejala tersebut dapat dengan mudah terjadi bagi plastic.

Permukaan patah akan sangat membantu untuk menentukan kekuatan impak dalma

hubungannya dengan temperature transisi bahan. Daerah transisi adalah daerah dimana

terjadi perubahan patahan ulet ke patahan getas.

Ciri-ciri patah ulet, antara lain :

1. Terjadi pada temperature tinggi

2. Didahului deformasi plastis

3. Permukaannya terlihat suram dan berserat

Ciri-ciri patah getas :

Page 8: L-4

1. Memerlukan energy perpatahan yang relative kecil

2. Tidak didahului adanya deformasi plastis

3. Permukaannya terlihat mengkilap dan halus

4. Pada umumnya terjadi pada temperature yang relative rendah

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya patah getas adalah :

1. Tegangan tiga sumbu

2. Laju regangan

3. Temperatur

Sifat keuletan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian impak, tetapi

dalam kondisi beban yang berbeda. Beban yang terjadi dalma pengujian impak adalah

beban tiba-tiba, sedangkan beban yang terjadi pada pengujian tarik dilakukan secara

perlahan-lahan. Dara hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan dari hasil pengujian

impak. Tetapi dari pengujian impak, dapat diketahui ketangguhan logam dan harga impak

untuk temperature yang berbeda-beda. Mulai dari temperature yang sangat rendah (-300 C)

sampai pada pengujian tarik, karena pengujian tarik hanya bisa dilakukan pada suhu kamar.

Metode uji impak paling menguntungkan adalah uji impak dengan metode charpy.

Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan utama dari uji charpy, yaitu :

1. Mudah dilakukan

2. Murah

3. Benda uji relati kecil

4. Pengujian dapat dilakukan dibawah suhu ruangan

Meskipun pada pengujian charpy memiliki banyak keuntungan, tetapi metode ini

juga memiliki kelemahan, yaitu hasil uji charpy kurang dapat dimanfaatkan dalam

perancangan karena level tegangan tidak diberikan, sehingga sulit untuk menghubungkan

data energy perpatahan dengan deformasi pemakaian.

Seperti yang telah diketahui hasil dari pengujian charpy, patah getas terjadi pada

takikan batang uji., jadi bahan tiba-tiba patah tanpa mengalami deformasi pladtis ter,ebih

dahulu. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak pernah terjadi pada struktur mesin,

Page 9: L-4

tetapi mesin selalu memiliki bagian dimana terjadi konsentrasi tegangan dan mungkin

mempunyai cacat pada lasan, jadi adanya cacat yang bekerja pada takikan tidak dapat

dihindari.

Patah lelah biasanya dimulai dari cacat yang dapat menaikkan tengangan. Retak

fatik akan bertambah panjang dan akhirnya putus karena tidak dapat menahan beban lagi.

Kerusakan fatik menghasilkan permukaan patah getas secara mikroskopik perambatan retak

terjadi pada tiap siklus pembebanan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya patah lelah, yaitu :

1. Variabel Metalurgi, seperti komposisi kimia, inklusi (masuknya material lain

yang tidak diinginkan dalam logam), korositas (terjebaknya udara dalam logam),

besar butir (makin besar butiran, makin rendah kekuatan impaknya)

2. Korosi ; serangan korosi akan mengakibatkan lubang pada permukaan logam dan

logam inilah akan berlubang yang kemudian akan berperan sebagai takik yang akan

mengurangi besarnya kekuatan lelah.

3. Keausan ; kerusakan permukaan terjadi apabila dua permuakaan suatu bahan

material, dalam hal ini logam akan saling bersentuhan dan akan menimbulkan cacat

yang akhirnya menyebabkan retakan lelah.

4. Kekasaran Permukaan ; kekasaran permukaan logam akibat proses permesinan

akan menjadikan hal tersebut sebagai sumber takikan yang dapat mengakibatkan

terjadinya patahan.

Ada anggapan bahwa batas tegangan aman untuk suatu bahan adalah sampai daerah

plastis, ternyata anggapan ini hanya benar untuk beban statis saja (pada bangunan mesin,

hamper tidak pernah terjadi). Jika beban berubah terhadap waktu maka dapat terjadi

kerusakan fatik. Dari pengalaman, komponen yang menerima beban dinamis, dapat patah

lelah pada level yang jauh dibawah kekuatan luluh.

Page 10: L-4

III. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

a. Mesin uji Impact merk TARCO Model MT 220

b. Benda uji menurut standar ASTM E 23-82 tipe C ; dari bahan baja karbon (dengan

suhu dibawah nol, suhu ruangan dan diatas 1000 C), baja karbon hardening dan baja

baja karbon tempering.

c. Termocople

d. Dry ice

e. Tungku / furnace

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Ukurlah benda uji, luas penampang dan kedalam takik.

b. Benda uji dipasang pada tumpuan (perhatikan letak takik).

c. Bandul dipasang pada posisi vertical, lalu dilepaskan sehingga benda uji patah.

d. Lakukan untuk semua benda uji lain.

e. Perhatikan patahan benda uji dan tuliskan hasil Impact Strength-nya pada table yang

telah diberikan

Page 11: L-4

VI. PERHITUNGAN

1. RUMUS

IS = E/A

2. CONTOH PERHITUNGAN

IS = 3.5

12.2 X10−3 = 286.89 J/m

3. TABEL

BAHANSUHU (0c)

27 200 400

BAJA KARBON SEDANG

LUAS PATAHAN

6.1 X 2 = 12.2

1.45 X 6 = 8.7

1.05 X 6 = 6.3

IMPACT ENERGI

3.5 J 3 J 4.5 J

IS 286.89 344.83 714.29

Page 12: L-4

VII. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan ketangguhan?

Ketangguhan adalah suatu ukuran energy yang diperlukan untuk mematahkan suatu

bahan material.

2. Apa yang dimaksud dengan getas?

Getas adalah sifat material yang bersifat mudah patah dan memiliki sifat mampu

bentuk yang sangat rendah dan pada saat perpatahan tidak terjadi deformasi plastis

sebelumnya

3. Apa yang dimaksud dengan ulet?

Ulet adalah sifat material yang bersifat tidak mudah patah dan memiliki sifat

mampu bentuk yang baik dan pada saat perpatahan terjadi deformasi plastis terlebih

dahulu.

4. Apa fungsi dari takik?

Pembuatan takik sangat berperan penting dalam pengujian impact ini, takik dibuat

difungsikan sehingga pada saat pengujian dilakukan perpatahan yang terjadi pada

benda uji akan merata sehingga sangat memudahkan kita dalam perhitungan

selanjutnya.

5. Sebutkan metode apa saja yang digunakan dala uji impak?

a. Drop Weigth Test

Dikembangkan oleh laboratorium riset Naval, standarisasinya berdasarkan

ASTM adalah ASTM E 208-69. Test Naval (dikenal juga dengan sebutan Nil-

Ductility-Transition Temperature Test) dimaksud untuk keperluan luas, yakni untuk

mengetahui patah getas (brittle fracture) dari bahan baja.

b. Notched Bar Test

Dikenal ada dua metode yang lazim digunakan, yakni :

1. Metode Izod

Page 13: L-4

Menggunakan batang impact cantilever. Benda uji izod sangat jarang

digunakan pada saat sekarang. Pada benda uji izod mempunyai penampang

lintang bujur sangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat ujung yang

dijepit.

2. Metode Charpy

Menggunakan batang impact yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda uji

charpy mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung

takik V – 45o, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda

uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tidak

bertakik di beri beban impact dengan ayunan bandul. Benda uji akan

melengkung dan patah pada laju rengangan yang tinggi.

6. Sebutkan dari hasil uji impak beberapa macam patahan yang dihasilkan spesimen?

1. Patah Getas (Brittle Fracture)

Suatu benda yang mengalami patah getas berarti benda tersebut tidak ulet

dan mudah mengalami perpatahan, patahan ini terjadi pada daerah getas, dimana

material patah tanpa didahului oleh terjadinya deformasi plastis terlebih dahulu.

Patahan seperti ini seringkali terjadi pada saat dibawah temperature transisi.

2. Patah Ulet (Ductile Fracture)

Patahan ini terjadi di daerah ulet, yang memilii artian bahwa sebelum

material mengalami patah sebelumnya, material akan mengalami deformasi plastis

yang cukup besar berupa pergeseran pada bidang kristalnya. Patahan ini dapat juga

terjadi karena pembebanan yang melebihi titik luluh maksimum benda uji pada

keadaan temperaturnya berada pada titik temperature transisi.

3. Patah kontinu

Patahan ini merupakan campuran antara patahan ulet dengan patahan getas.

7. Faktor apa saja yang menyebabkan patah getas?

1. Tegangan tiga sumbu

2. Laju regangan

Page 14: L-4

3. Temperatur

8. Ciri-ciri apa saja pada patah ulet?

1. Terjadi pada temperature tinggi

2. Didahului deformasi plastis

3. Permukaannya terlihat suram dan berserat

9. Jelaskan dengan apa yang dimaksud dengan patah lelah?

Patah lelah adalah patahan yang terjadi biasanya dimulai dari cacat yang dapat

menaikan tegangan. Retak fatik ini bertambah panjang dan akhirnya akan putus

karena tidak dapat menahan beban.

10. Sebutkan jenis-jenis takik?

1. Takik V (V-Notched)

Takik ini merupakan perpatahan pada benda uji yang berbentuk huruf V.

jadi, perpatahan pasti akan terjadi pada bagian bawah dari takik V. Dengan

munggunakan takik ini sangat diaharapkan bahwa patahan yang terjadi akan sangat

terkonsentrasi.

2. Takik U (U-Notched)

Takik ini berbentuk huruf U. Sebenarnya takik ini tidak berbeda dengan

takik V, hanya saja meemiliki perbedaan bentuk. Dan hasil perpatahan pada takik U

ini tidak terlalu terkonsentrasi dibandingkan dengan takik V.

3. SharpNotched

Takik ini sangat mirip dengan takik V. Ujungnya pada pangkal dekat dengan

benda uji yaitu berbentuk huruf V, namun pinggirnya tidak mirip dengan persisi

seperti huruf V melainkan ada bagian yang mendatar keatas. Pada model takik ini,

beban yang diberikan difokuskan terhadap satu titik sehingga diharapkan terjadi

perpatahan yang terkonsentrasi.

4. Takik Lubang Kunci

Page 15: L-4

Takik model ini adalah takik yang digunakan pada pengujian impak pada

laboratorium material tehnik. Takik ini berben tuk seperti lubang kunci, yaitu

memiliki bagian belubang ditengahnya dan ada celah mendatar yang segaris dengan

garis sumbu lubang. Cara membuat takik ini adalah dengan menggunakan mesin

drill dan gergaji. Mula-mula pada benda uji dibuat lubang ditengah-tengahnya,

dengan menggunakan meisn drill, lalu benda uji digergaji sampai pada lubang yang

telah dibuat sebelumnya. Pada takik jenis lubang kunci ini, patahan yang terjadi

dapat berada di sekitar daerah dasar lubang kunci seperti yang terjadi pada jenis-

jenis takik yang lain.

Page 16: L-4

VIII. ANALISA

Analisa yang dapat kita ambil dari percobaan ini adalah bahwa mengapa dalam data

percobaan ini kita mendapatkan nilai angka impact energy tidak beraturan dari baja karbon

sedang yang memiliki temperature 270 hingga temperature 4000, ini diperkirakan

dikarenakan kesalahan pembacaan pada alat uji impak pada saat percobaan berlangsung.

Selain itu yang perlu dianalisa dalam percobaan ini adalah mengapa dalam

percobaan ini kita tidak menggunakan metode izod, dimana pada metode ini pengujian

dilakukan dengan menjepit benda uji. Kita tidak melakukan percobaan ini dengan metode

izod karena, pada percobaan ini kita menggunakan baja karbon sedang dengan suhu yang

berbeda-beda, dimana dengan adanya perbedaan suhu, sehingga mengakibatkan jika benda

uji dijepit, maka benda uji tersebut akan mengalami deformasi plastis yang akan

mengakibatkan benda uji tersebut melebar, dan akan mempersulit kita dalam melakukan

perhitungan pada luas patahan.

Mengapa dalam percobaan ini kita melakukan takik terlebih dahulu? Kita membuat

takik terlebih dahulu dikarenakan takik dalam percobaan ini sangatlha berperan dimana

dengan adanya takik, maka patahan yang akan terjadi pada saat pengujian dilakukan akan

sangat terkonsentrasi, sehingga kita pun akan sangat mudah dalam melakukan perhitungan,

terutama dalam perhitungan luas patahan. Ada berbagai macam takik yang sering

digunakan dalam percobaan ini, mengapa kita hanya menggunakan takik lubang kunci? Ini

dikarenakan pada takik lubang kunci adalah takik yang paling mudah dibentuk atau dibuat.

Secara teoritis, energy yang diberikan oleh bandul seluruhnya diserap oleh

spesimen. Dalam kenyataannya tidak lha demikian. Hal ini diakibatkan oleh beberapa

faktor, yaitu :

1. Karena pada saat terjadi tumbukan antara bandul dan benda uji ada sebagian

energy yang terbuang dalam bentuk panas atau kalori.

2. Karena adanya gesekan-gesekan, baik antara material dengan bandul maupun

antara bandul dengan udara.

3. Energi juga terbuang sebagian untuk menimbulkan deformasi pada alat penguji

impak ini, terutama pada bagian langsung bersentuhan atau bertabrakan dengan

benda uji, yaitu bandul.

Page 17: L-4

IX. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kita ambil setelah melukukan percobaan ini adalah bahwa

dengan melakukan percobaan pengujian impak ini kita dapat mengetahui energy impak dari

setiap baja karbon sedang dari suhu atau temperature yang rendah, selain itu dapat ditarik

kesimpulan bahwa dengan terjadinya patahan pada benda uji, kita dapat menghintung luas

patahan dari jejak patahan yang terjadi dengan mengkalikan antara panjang dari benda uji

tersebut dengan lebarnya. Dengan mengetahui luas dari patahan tersebut kita dapat

memperhitungkan kekuatan impak dari suatu material dengan melakukan pembagian antara

luasan patahan dengan energy impak yang terbaca pada alat uji impak pada saat terjadi

pertumbukan antara benda uji dengan bandul.

Kita juga dapat menyimpulkan bahwa dalam pengujian ini takik sangatlah memiliki

peranan penting dimana tanpa adanya takik sebelum melakukan pengujian pada alat uji

impak maka benda uji tersebut tidak akan memiliki perpatahan yang terpusat atau

terkonsentrasi dengan baik, sehingga kita akan sulit menentukan luas patahan yang terjadi

pada material tersebut.

Dan dari data yang telah diambil, kita juga dapat mengambil kesimpulan bahwa

dengan adanya perbedaan suhu, maka benda uji tersebut juga akan memiliki nilai impak

energy yang berbeda-beda, dengan suhu yang lebih tinggi yang dimiliki oleh benda uji,

maka nilai impak energy yang didapatkan akan semakin besar, ini dikarenakan oleh sifat

dari benda uji dimana jika benda uji tersebut memiliki temperature yang berada dibawah

temperature transisi, maka benda uji tersebut akan bersifat getas atau mudah patah, dan

sebaliknya, jika temperature yang dimiliki oleh benda uji tersebut berada diatas temperature

transisi maka benda uji tersebut akan memiliki sifat yang ulet atau tidak mudah patah.

Page 18: L-4

X. DAFTAR PUSTAKA

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Charpy_impact_test

2. http://en.wikipedia.org/wiki/Izod_test

3. Surdia, Tata. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita. Cetakan Keempat.

Jakarta.

4. Dieter, E. Metalurgi Fisik. Jilid 2. Edisi Ketiga. Erlangga Jakarta

5. Dieter, Goerge E. Mechanical Metallurgy. London. 1988

Page 19: L-4

XI. LAMPIRAN

Alat Uji Impak

Page 20: L-4

Mesin Bor