lambang negara kesatuan republik indonesia · pdf filediikrarkan sebagai pedoman hidup ......
TRANSCRIPT
ii
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
3. PERSATUAN INDONESIA
4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYARATAN PERWAKILAN
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
iii
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu. maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan Rakyat
Indonesia ke depan pintu kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
v
ARTI LAMBANG POLRI
Lambang Polri bernama Rastra Sewatkottama yang berarti Polri adalah Abdi
Utama dari pada Nusa dan Bangsa. Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang
diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri pada tanggal 1 Juli 1954.
Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat dan untuk rakyat, memang harus
berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat.
Harus jauh dari tindakan dan sikap “Penguasa”. Ternyata prinsip ini sejalan
dengan paham kepolisian di semua negara yang di sebut new modern police philosophy.
“Vigiliant quiescant” ( kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna :
Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara
Tiang dan Nyala Obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi
sesuluh selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.
Pancaran Obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan
5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945 hari Proklamasi kemerdekaan dan
sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan
negara.
Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita – cita bangsa menuju kehidupan
adil dan makmur, sedang 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi
merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29
September 1945 yang di jabat oleh Jenderal Raden Said Soekanto
Tjokrodiatmojo.
Tiga bintang diatas logo Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedang warna
hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.
Warna Hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang
bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi
apapun: tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat
selalu berpikir jernih, bersih, dan tetap dalam mengambil keputusan.
vii
MAKNA LAMBANG POLISI LALULINTAS
Gambar Roda : Lambang “Kecepatan Bergerak” atau Mobile
Kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan setiap anggota Polantas di dalam pengabdian sebagai aparat penegak hukum, pelindung, pengayom danpelayan masyarakat dalam rangka terbinanya ketentraman masyarakat guna terwujudnya keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Gambar Tameng : Lambang “Perlindungan”
Setiap anggota Polantas wajib memiliki kemampuan dan keterampilan serta ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan mental kepribadian yang berjiwa Tri Brata dan Catur Prasetya dalam rangka tugas melindungi masyarakat dari setiap gangguan kamtibmas.
Jari – Jari Tameng : Berjumlah 22 diartikan sebagai tanggal lahirnya Polantas.
Garis Marka : Berjumlah 9 diartikan sebagai bulan September yang merupakan bulan lahirnya Polantas.
Gambar Sayap : Adalah lambang inisiatif, melindungi dan mempermudah gerakan pelaksanaan tugas dari Polantas untuk melindungi setiap pemakai jalan dan memberi rasa aman dan nyaman dalam berlalu lintas.
Gambar sayap terdiri dari tiga bagian yang menjadi jiwa dan semangat pengabdian bagi setiap anggota Polantas.
- Sayap dengan lima helai berarti Pancasila
- Sayap dengan tiga helai berarti Tri Brata
- Sayap dengan empat helai berarti Catur Prasetya
Penjumlahan makna gambar pada lambang = 55 diartikan sebagai Tahun kelahiran Lalu Lintas Bhayangkara, yaitu tahun 1955.
Seloka bertuliskan : “DHARMA KERTA MARGA RAKSYAKA”
Dharma Kerta : Sebagai sasaran pengabdian
Marga : Jalan Raya dan setiap pengguna jalan.
Raksyaka : Memberi perlindungan dan pelayanan terhadap pengguna jalan
viii
IKRAR POLISI LALU LINTAS
TRI BRATA
KAMI POLISI INDONESIA
1. BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA DENGAN PENUH KETAKWAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
2. MENJUNJUNG TINGGI KEBENARAN, KEADILAN DAN KEMANUSIAAN DALAM
MENEGAKKAN HUKUM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG
BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945
3. SENANTIASA MELINDUNGI, MENGAYOMI DAN MELAYANI MASYARAKAT
DENGAN KEIKHLASAN UNTUK MEWUJUDKAN KEAMANAN DAN
KETERTIBAN
CATUR PRASETYA
SEBAGAI INSAN BHAYANGKARA KEHORMATAN SAYA ADALAH
BERKORBAN DEMI MASYARAKAT BANGSA DAN NEGARA, UNTUK :
1. MENJAGA SEGALA BENTUK GANGGUAN KEAMANAN
2. MENJAGA KESELAMATAN JIWA, HARTA BENDA DAN HAK
ASASI MANUSIA
3. MENJAMIN KEPASTIAN BERDASARKAN HUKUM
4. MEMELIHARA PERASAAN TENTRAM DAN DAMAI
ix
VISI DAN MISI
KODE ETIK PROFESI
Visi Polisi Lalu Lintas adalah menjamin tegaknya hukum di jalan yang bercirikan Perlindungan, Pengayoman, Pelayanan Masyarakat yang demokratis sehingga terwujud keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Misi Polisi Lalu Lintas adalah mewujudkan Masyarakat pemakai jalan memahami dan yakin kepada Polantas sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam kegiatan Pendidikan Masyarakat lalu lintas, penegakan hukum lalu lintas, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan
x
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ( Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/ 32 / VII / 2003 tanggal 1 Juli 2003 )
PEMBUKAAN
Keberhasilan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan melindungi,
mengayomi serta melayani masyarakat, selain ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan
keterampilan teknis Kepolisian yang tinggi sangat ditentukan oleh perilaku terpuji setiap
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di tengah masyarakat.
Guna mewujudkan sifat kepribadian tersebut, setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya senantiasa terpanggil
untuk menghayati dan menjiwai Etika Profesi Kepolisian yang tercermin pada sikap dan
perilakunya, sehingga terhindar dari perbuatan tercela serta penyalahgunaan wewenang.
Etika Profesi Kepolisian merupakan kristalisasi dari nilai – nilai Tri Brata yang
dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam wujud komitmen moral yang meliputi etika pengabdian,
Kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun ke dalam Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia
Etika pengabdian merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Etika Kelembagaan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia terhadap institusinya yang menjadi wadah pengabdian dan patut di
junjung tinggi sebagai ikatan lahir bathin dari semua insan Bhayangkara dengan segala
martabat dan kehormatannya.
Etika Kenegaraan merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan institusinya untuk senantiasa bersikap netral, mandiri dan tidak
terpengaruh oleh kepentingan politik, golongan dalam rangka menjaga tegaknya hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara moral sikap
dan perilaku setiap anggota Polri.
Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus
dipertanggungjawabkan di hadapan sidang Komisi Kode Etik.
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat berlaku juga pada
semua organisasi yang menjalankan fungsi Kepolisian di Indonesia.
BAB I
xi
ETIKA PENGABDIAN
Pasal 1
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dengan menunjukkan sikap pengabdiannya berperilaku :
a. Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam hati nuraninya kepada
Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Menjalankan tugas kenegaraan dan kemasyarakatan dengan niat murni karena
kehendak Yang Maha Kuasa sebagai wujud nyata amal ibadahnya ;
c. Menghormati acara keagamaan dan bentuk – bentuk ibadah yang diselenggarakan
masyarakat dengan menjaga keamanan dan kekhidmatan pelaksanaannya.
Pasal 2
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia berbakti kepada nusa dan bangsa
sebagai wujud pengabdian tertinggi dengan :
a. Mendahulukan kehormatan bangsa Indonesia dalam kehidupannya ;
b. Menjunjung tinggi lambang – lambang kehormatan bangsa Indonesia ;
c. Menampilkan jati diri bangsa Indonesia yang terpuji dalam semua keadaan dan
seluruh waktu;
d. Rela berkorban jiwa dan raga untuk bangsa Indonesia.
Pasal 3
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas
memelihara keamanan dan ketertiban umum selalu menunjukkan sikap perilaku terpuji
dengan :
a. Meletakkan kepentingan negara, bangsa, masyarakat dan kemanusiaan di atas
kepentingan pribadinya ;
b. Tidak menuntut perlakuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan terhadap
semua warga negara dan masyarakat ;
c. Menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak milik perorangan serta menjauhkan
sekuat tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai guna atas tindakan yang diambil
dalam pelaksanaan tugas.
Pasal 4
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas
penegakan hukum wajib memelihara perilaku terpercaya dengan :
a. Menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah;
b. Tidak memihak ;
c. Tidak melakukan pertemuan di luar ruangan pemeriksaan dengan pihak – pihak yang
terkait dengan perkara ;
d. Tidak mempublikasikan nama terang tersangka dan saksi ;
e. Tidak mempublikasikan tata cara, taktik dan teknik penyidikan ;
xii
f. Tidak menimbulkan penderitaan akibat penyalahgunaan wewenang dan sengaja
menimbulkan rasa kecemasan, kebimbangan dan ketergantungan pada pihak – pihak
yang terkait dengan penyelesaian perkara ;
g. Menunjukkan penghargaan terhadap semua benda – benda yang berada dalam
penguasaannya karena terkait dengan penyelesaian perkara ;
h. Menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan sesama pejabat negara dalam
sistem peradilan pidana ;
i. Dengan sikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan
penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua pihak yang terkait dengan
perkara pidana yang dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan tentang
penyelesaiannya ;
Pasal 5
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat senantiasa :
a. Memberikan pelayanan terbaik ;
b. Menyelamatkan jiwa seseorang pada kesempatan pertama ;
c. Mengutamakan kemudahan dan tidak mempersulit ;
d. Bersikap hormat kepada siapapun dan tidak menunjukkan sikap congkak / arogan
karena kekuasaan ;
e. Tidak membeda – bedakan cara pelayanan kepada semua orang ;
f. Tidak mengenal waktu istirahat selama 24 Jam, atau tidak mengenal hari libur ;
g. Tidak membebani biaya, kecuali diatur dalam peraturan perundang – undangan ;
h. Tidak boleh menolak permintaan pertolongan bantuan dari masyarakat dengan
alasan bukan wilayah hukumnya atau karena kekurangan alat dan orang ;
i. Tidak mengeluarkan kata – kata atau melakukan gerakan – gerakan anggota
tubuhnya yang mengisyaratkan meminta imbalan atas bantuan Polisi yang telah
diberikan kepada masyarakat ;
Pasal 6
(1) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan kewenangannya
senantiasa berdasarkan kepada norma hukum dan mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan dan nilai – nilai kemanusiaan.
(2) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa memegang teguh rahasia
sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah kedinasan perlu dirahasiakan.
Pasal 7
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari
perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan tidak
melakukan tindakan – tindakan berupa :
a. Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan ;
xiii
b. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas ;
c. Bersikap mencari – cari kesalahan masyarakat ;
d. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan / pertolongan ;
e. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat ;
f. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan ;
g. Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan menelantarkan anak – anak
dibawah umur ;
h. Merendahkan harkat dan martabat manusia.
BAB II
ETIKA KELEMBAGAAN
Pasal 8
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjunjung tinggi institusinya
dengan menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi.
Pasal 9
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memegang teguh garis
komando , mematuhi Jenjang kewenangan, dan bertindak disiplin berdasarkan
aturan dan tata cara yang berlaku.
(2) Setiap atasan tidak dibenarkan perintah yang bertentangan dengan norma hukum
yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah yang diberikan
kepada anggota bawahannya.
(3) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan perintah
kedinasan tidak dibenarkan melampaui batas kewenangannya dan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya kepada atasan langsungnya.
(4) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya tidak boleh terpengaruh oleh istri, anak dan orang – orang lain yang
masih terkait hubungan keluarga atau pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan kedinasan.
Pasal 10
(1) Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menampilkan atas sikap
kepemimpinan melalui keteladanan, keadilan, ketulusan dan kewibawaan serta
melaksanakan keputusan pimpinan yang di bangun melalui tata cara yang berlaku
guna tercapainya tujuan organisasi.
(2) Dalam proses pengambilan keputusan boleh berbeda pendapat sebelum diputuskan
pimpinan dan setelah diputuskan semua anggota harus tunduk pada keputusan
tersebut.
(3) Keputusan pimpinan diambil setelah mendengar semua pendapat dari unsur – unsur
yang terkait, bawahan dan teman sejawat, kecuali dalam situasi yang mendesak.
xiv
Pasal 11
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menjaga
kehormatan melalui penampilan seragam dan atau atribut, tanda pangkat jabatan dan tanda
kewenangan Polri sebagai lambang kewibawaan hukum, yang mencerminkan tanggung
jawab serta kewajibannya kepada institusi dan masyarakat.
Pasal 12
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menampilkan rasa
setia kawan dengan sesama anggota sebagai ikatan bathin yang tulus atas dasar kesadaran
bersama akan tanggungjawabnya sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa Indonesia,
dengan menjunjung tinggi prinsip – prinsip kehormatan sebagai berikut :
a. Menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan tercela apabila meninggalkan kawan
yang terluka atau meninggal dunia dalam tugas sedangkan keadaan
memungkinkan untuk memberi pertolongan ;
b. Merupakan keteladanan bagi seseorang atasan untuk membantu kesulitan
bawahannya ;
c. Merupakan kewajiban moral bagi seorang bawahan untuk menunjukkan rasa
hormat dengan tulus kepada atasannya ;
d. Menyadari sepenuhnya bahwa seorang atasan akan lebih terhormat apabila
menunjukkan sikap menghargai yang sepadan dengan bawahannya ;
e. Merupakan sikap terhormat bagi anggota Polri baik yang masih dalam dinas
aktif maupun purnawirawan untuk menghadiri pemakaman jenazah anggota
Polri lainnya yang meninggal karena gugur dalam tugas ataupun meninggal
karena sebab apapun, dimana kehadiran dalam pemakaman tersebut dengan
menggunakan atribut kehormatan dan tata cara penghormatan yang setinggi –
tingginya ;
f. Selalu terpanggil untuk memberikan bantuan kepada anggota Polri dan
purnawirawan Polri yang menghadapi suatu kesulitan dimana dia berada saat
itu, serta bantuan dan perhatian yang sama sedapat mungkin juga diberikan
kepada keluarga anggota Polri yang mengalami kesulitan serupa dengan
memperhatikan batas kemampuan yang dimilikinya ;
g. Merupakan sikap terhormat apabila mampu menahan diri untuk tidak
menyampaikan dan menyebarkan rahasia pribadi, kejelekan teman atau
keadaan di dalam lingkungan Polri kepada orang lain buka anggota Polri ;
BAB III
ETIKA KENEGARAAN
xv
Pasal 13
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia selalu siap sedia menjaga
keutuhan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang – Undang Dasar 1945, memelihara persatuan dalam kebhinekaan bangsa dan
menjunjung kedaulatan rakyat.
Pasal 14
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga jarak yang sama
dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik praktis, serta tidak
dipengaruhi oleh kepentingan politik golongan tertentu.
Pasal 15
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa berpegang teguh
pada konstitusi dalam menyikapi perkembangan situasi yang membahayakan keselamatan
bangsa dan negara.
Pasal 16
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menjaga keamanan Presiden
Republik Indonesia dan menghormati serta menjalankan segala kebijakannya sesuai dengan
jiwa konstitusi maupun hukum yang berlaku demi keselamatan negara dan keutuhan bangsa.
BAB IV
PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI
Pasal 17
Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
dikenakan sanksi moral, berupa :
a. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela ;
b. Kewajiban pelanggar untuk menyatakan penyesalan atau meminta maaf secara
terbatas ataupun secara terbuka ;
c. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi ;
d. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi Kepolisian ;
Pasal 18
Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia dilakukan oleh Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 19
xvi
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan 18 diatur lebih lanjut dengan
Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 20
Merupakan kehormatan tertinggi bagi setiap anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk menghayati, mentaati dan mengamalkan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya maupun dalam kehidupan
sehari – hari demi pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.
PENJELASAN TENTANG
xvii
KODE ETIK PROFESI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
I. UMUM
Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
mengemban tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam undang – undang Nomor 2 Tahun
2002 dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta
pengalaman penugasan secara berjenjang berlanjut dan terpadu.
Selanjutnya setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut Undang –
undang Nomor 2 Tahun 2002 diwajibkan untuk menghayati dan menjiwai etika profesi
Kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya dalam kedinasan maupun
kehidupannya sehari – hari.
Etika Profesi Kepolisian memuat 3 (tiga) substansi etika yaitu Etika pengabdian,
Kelembagaan dan Kenegaraan yang dirumuskan dan disepakati oleh seluruh anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia sehingga menjadi kesepakatan bersama sebagai Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memuat komitmen moral setiap
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kristalisasi nilai – nilai dasar yang
terkandung dalam Tri Brata dan dilandasi oleh nilai – nilai luhur Pancasila.
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan pedoman perilaku
dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai
upaya pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing
pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar terhindar dari
perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk pertama kali ditetapkan
oleh Kapolri dengan Surat Keputusan Kapolri No.Pol : Skep/213/VII/1985 tanggal 1 Juli 1985
selanjutnya naskah dimaksud terkenal dengan Naskah Ikrar Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia beserta pedoman pengamalannya.
Dengan berlakunya Undang – undang Nomor 28 Tahun 1997 dimana pada pasal 23
mempersyaratkan adanya Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka
tanggal 7 Maret 2001 diterbitkan buku Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia dengan keputusan Kapolri No.Pol : Kep/05/III/2001 serta buku petunjuk
Administrasi Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
Keputusan Kapolri No.Pol :Kep/04/III/2001 tanggal 7 Maret 2001.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan Ketetapan MPR – RI Nomor VI/MPR/2000
tentang pemisahan Tentara Nasional dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Ketetapan
MPR – RI Nomor VII/MPR/2000 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan amanat Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana tersebut dalam pasal 31 sampai
xviii
dengan pasal 35, maka diperlukan perumusan kembali Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang lebih konkrit agar pelaksanaan tugas Kepolisian lebih terarah dan
sesuai dengan harapan masyarakat yang mendambakan terciptanya supremasi hukum dan
terwujudnya rasa keadilan.
Selanjutnya perumusan Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
memuat norma perilaku dan moral yang disepakati bersama serta dijadikan pedoman dalam
melaksanakan tugas dan wewenang bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
sehingga dapat menjadi pendorong semangat dan rambu – rambu nurani setiap anggota
untuk pemuliaan profesi Kepolisian guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan organisasi pembina profesi
Kepolisian yang berwenang membentuk Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia di semua tingkat organisasi, selanjutnya berfungsi untuk menilai dan memeriksa
pelanggaran yang dilakukan oleh anggota terhadap ketentuan Kode etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
II. BAB DAN PASAL – PASALNYA
1. Setiap Kode Etik Profesi pada umumnya memuat materi pokok yaitu nilai – nilai
/ ide yang bersifat mendasar (Statement of ideas) dan prinsip – prinsip
pelaksanaan tugas sehari – hari (Statement of guidelines / Principles in the
simply duties). Oleh karena itu pada naskah Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia; Bab I berisi nilai – nilai dasar tentang jati diri anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menggambarkan filosofi Tri Brata,
berisi norma moral dalam etika kedinasan yang menggambarkan tingkat
profesionalisme anggota, Bab II berisi komitmen moral setiap individu anggota
terhadap institusi Polri dimana yang bersangkutan ditugaskan, Bab III berisi
komitmen moral setiap individu anggota dan institusinya yang berhubungan
dengan institusi lainnya dalam kehidupan bernegara, dan Bab IV berisi
ketentuan penegakan Kode Etik Profesi Polri yang mengatur ketentuan sanksi
moral dan Tata Cara Sidang Komisi.
2. Penjelasan pasal demi pasal :
BAB I. ETIKA PENGABDIAN
Pasal 1
Sikap moral pengabdian pengemban profesi kepolisian pertama – tama didasarkan
pada panggilan ibadah sebagai umat beragama melalui perbuatan nyata berupa
menjaga keselamatan sesama manusia, menjunjung tinggi martabat manusia dengan
segala kompleksitasnya, menjauhkan dari rasa khawatir dan ketakutan dalam
xix
kehidupan sehari – hari serta memelihara segenap aturan bagi terselenggaranya
sendi kehidupan manusia.
Amal perbuatan tersebut keluar dari dalam hati nuraninya dan bertanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sumpahnya dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Buah amal perbuatan tersebut akan dirasakan oleh semua masyarakat yang berbeda
– beda agama dan norma kehidupannya.
Pasal 2
Selaku anak bangsa setiap pengemban fungsi Kepolisian terpanggil dari dalam hati
nuraninya untuk tetap meluhurkan Indonesia bersama segenap komponen bangsa
Indonesia ditengah pergaulan antar bangsa di dunia.
Bangsa Indonesia ibarat sebuah bahtera dengan mengarungi samudera akan
mengalami berbagai tantangan perjuangan dan perubahan berbagai keadaan.
Namun setiap pengemban profesi kepolisian tetap menjaga dan memelihara
kelangsungan hidup dan kehormatan bangsa dengan segala pengorbanannya tanpa
batas.
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Memberikan pelayanan terbaik , yang dimaksudkan disini dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara ikhlas dengan prosedur pelayanan yang cepat,
sederhana serta tidak bersikap masa bodoh atau bersikap apatis / mendiamkan
adanya harapan masyarakat.
Tidak mengenal waktu istirahat selama 24 Jam atau tidak mengenal hari libur, yang
dimaksudkan disini adalah seorang anggota Polri yang sedang tidak bertugas tetap
dianggap sebagai sosok Polisi yang selalu siap memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat, oleh karena itu kegiatan Polri yang harus
diemban bagi setiap anggota Polri merupakan identitas kegiatan selama 24 Jam
secara terus menerus, sehingga merupakan perbuatan yang terhormat apabila
kepadanya mengenyampingkan hak waktu istirahat atau hari libur untuk selalu
mengutamakan panggilan tugas sebagaimana harapan masyarakat dan perhatian
dari atasan.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
xx
Memegang teguh rahasia sesuatu, yang dimaksudkan disini adalah memegang teguh
rahasia jabatan terhadap pihak tertentu yang tidak ada hubungannya dengan
kepentingan Dinas Kepolisian Republik Indonesia, proses penegakan hukum serta
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Pasal 7
Pasal ini mengatur batasan – batasan minimal atas larangan terhadap bentuk
perilaku yang dapat dikatagorikan sebagai penodaan terhadap pemuliaan Profesi
Polri.
Martabat wanita merupakan sesuatu yang wajib dijunjung tinggi sehingga setiap
petugas Polri dalam penanganan kasus yang berkaitan dengan wanita perlu diberi
suatu rambu – rambu agar tidak menimbulkan persangkaan / penilaian yang
merugikan kehormatan profesi, seperti contoh antara lain dalam melakukan
pemeriksaan terhadap wanita sangat etis apabila dilakukan hanya oleh seorang
petugas pria.
BAB II, ETIKA KELEMBAGAAN
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Menggambarkan hubungan tingkatan / kewenangan dan pertanggung jawaban antar
seorang atasan dengan bawahannya, secara timbal balik. Sehingga apabila terjadi
suatu penyimpangan perilaku maka kedua belah pihak mempertanggung jawabkan
perbuatannya masing – masing atau secara bersama, sehingga apabila terjadi
penyimpangan perilaku maka kedua belah pihak mempertanggung jawabkan
perbuatannya masing – masing atau secara bersama.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
xxi
Pasal 10
Tata cara yang berlaku, yang dimaksudkan adalah suatu proses pengambilan
keputusan yang ditempuh melalui musyawarah dengan menampung saran pendapat
anggota sebagai bahan pengambilan keputusan.
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
BAB III ETIKA KENEGARAAN
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Pasal ini menjelaskan bahwa Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
menginginkan untuk tidak terpolitisasi dan intervensi oleh pihak manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya .
Pasal 15
Berpegang teguh pada konstitusi, yang dimaksud adalah semua tindakan Kepolisian
yang diambil dalam upaya mencegah dan menanggulangi situasi yang
membahayakan keselamatan bangsa dan negara tetap berdasarkan kepada Undang
– undang Dasar 1945.
Pasal 16
Cukup Jelas
BAB IV PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI
Pasal 17
Setiap pelanggaran Kode Etik Profesi dikenakan saksi moral yang disampaikan dalam
bentuk putusan Sidang Komisi secara tertulis kepada terperiksa, dimana sanksi moral
tersebut bisa berupa pernyataan putusan yang menyatakan terperiksa terbukti
melakukan pelanggaran Kode Etik profesi Polri.
Bentuk sanksi moral sebagaimana diatur dalam pasal 17 Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia merupakan bentuk – bentuk sanksi moral yang
penerapannya tidak secara kumulatif, namun sanksi moral tersebut terumus dari
xxii
kadar sanksi yang teringan sampai dengan kadar sanksi terberat sesuai pelanggaran
perilaku terperiksa yang dapat dibuktikan dalam sidang Komisi.
Pernyataan penyesalan secara terbatas, yang dimaksudkan adalah pernyataan
meminta maaf secara langsung baik lisan maupun tertulis oleh terperiksa kepada
pihak ketiga yang dirugikan atas perilaku terperiksa.
Pernyataan penyesalan secara terbuka, yang dimaksudkan adalah pernyataan
meminta maaf secara tidak langsung oleh terperiksa kepada pihak ketiga yang
dirugikan melalui media massa.
Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi, yang dimaksudkan
adalah anggota Polri yang telah terbukti melanggar ketentuan Kode Etik Profesi Polri
sebanyak 2 (dua) kali atau lebih melalui putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri,
kepadanya untuk mengikuti penataran/pelatihan ulang pembinaan profesi di
Lembaga Pendidikan Polri.
Pelanggaran dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi Kepolisian, yang
dimaksudkan adalah pelanggar dianggap tidak pantas mengemban profesi Kepolisian
sebagaimana diatur dalam rumusan pasal 14,15 dan 16 Undang – undang No 2
Tahun 2002 sehingga Ketua Sidang Komisi dapat menyatakan kepada Kasatker
setempat agar pelanggar diberikan sanksi berupa Tour of duty, Tour of area,
Pemberhentian dengan hormat atau Pemberhentian tidak dengan hormat.
Pasal 18
Pemeriksaan dalam Sidang Komisi adalah upaya pembuktian terhadap dugaan telah
terjadinya Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang didasari oleh proses putusan
sidang yang cermat sehingga tidak menjadi sarana persaingan tidak sehat antar
anggota. Sidang Komisi ini juga merupakan representasi masyarakat profesi dalam
rangka pemuliaan profesi Kepolisian.
Pasal 19
Pengaturan secara rinci tentang Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik diatur tersendiri
dengan Keputusan Kapolri.
BAB V PENUTUP
Pasal 20
Cukup Jelas.
xxiii
ETIKA PROFESI POLISI LALU LINTAS
1. Umum
Kata "Etika" berkaitan dengan tingkah laku manusia yang "baik atau buruk".
Ini berarti pula sebagai aturan tata susila, sikap akhlak dan tindakan yang
berhubungan dengan tata nilai yang berlaku
Demikian halnya Polantas sebagai insan hamba Tuhan sekaligus sebagai
mahluk sosial, didalam segala ucap serta perilakunya harus memperhatikan rambu -
rambu tata nilai di masyarakat maupun aturan - aturan yang berlaku di dalam
organisasinya. Oleh karenanya "Etika Profesi Polantas" menjadi satu hal yang sangat
penting bagi setiap insan Polantas dalam rangka menjalankan tugas kewajiban
maupun keberadaan Polantas sebagai bagian dari Polri yang juga merupakan bagian
dari bangsa Indonesia telah memiliki Pancasila sebagai jiwa, kepribadian, pandangan
hidup dan falsafah, selain pedoman hidup Tri Brata serta Catur Prasetya sebagai
pedoman kerja, masih di pandang perlu dirumuskan doktrin - doktrin yang
bermanfaat untuk mengoperasionalkan profesinya.
Dengan demikian Polantas akan memiliki ciri - ciri khusus yang menjadi jati
dirinya dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajibannya ditengah - tengah
masyarakat dengan maksud guna mencapai Polantas yang dicintai dan di hormati
masyarakat.
2. Ketentuan - ketentuan Dasar Tentang Profesi Polantas
a. Merupakan bidang pengabdian yang memiliki unsur - unsur :
1) Setia kepada tugas dan kewajibannya dengan tidak
menyalahgunakan kewenangan, tugas pokok dan tanggung
jawab, kecuali demi kepentingan organisasi / profesinya.
2) Memerlukan pengorbanan tenaga, pikiran dan bila perlu jiwa
dan raga.
3) Tanpa pamrih yang berlebihan.
b. Memiliki hakekat dan sifat tertentu :
1) Hakekat profesi Polantas adalah "segala upaya guna
mewujudkan kamtibcar lantas"
2) Sifat - sifat profesi meliputi:
a) Formal artinya untuk menjadi anggota Polantas harus
berdasarkan peraturan yang berlaku.
xxiv
b) Yuridis artinya segala tindakannya harus dilandasi dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
c) Pengayoman artinya tujuan tugas Polantas berpijak pada
perlindungan masyarakat di jalan demi kamtibcar lantas.
d) Berkembang artinya pelaksanaan profesi Polantas tidak
statis.
c. Diperlukan persyaratan dasar:
1) Formal yaitu syarat - syarat sebagai Polantas, seperti
pendidikan, postur tubuh dan kemampuan - kemampuan
tertentu yang telah diatur.
2) Persyaratan Psykologis untuk menunjang pelaksanaan profesi
Polantas antara lain:
a) Ulet dan tekun
b) Cepat tepat dalam mengambil keputusan
c) Dinamis
d) Tegas dan bijaksana
e) Wawasan luas
f) Berinisiatif
g) Tidak emosional
h) Tanggap terhadap perubahan
i) Obyektif
j) Berprinsip
d. Memahami dan menguasasi teknis / pengetahuan tentang lalu lintas,
termasuk kecepatan dalam pelayanan / perlindungan masyarakat.
e. Pedoman tingkah laku Polantas mencakup:
1) Filosofis ( Pancasila, doktrin - doktrin, azas - azas kewenangan
kepolisian, etika profesi dan kode etik).
2) Yuridis (KUHP, KUHAP atau perundang - undangan lain yang
berlaku)
f. Organisasi Profesi Polantas terdiri dari tingkat pusat dan kewilayahan
dengan uraian tugas yang telah dirumuskan dalam Organisasi dan
Tata Laksana
xxv
3. Azas yang di anut Polantas dalam melaksanakan tugas adalah :
a. Legalitas, yaitu Polantas dalam melaksanakan tugas berdasarkan pada
ketentuan perundang -undangan yang berlaku.
b. Opportunitas, bahwa setiap tindakan Polantas tidak senantiasa
mendasarkan pada ketentuan hukum, namun juga melihat
kepentingan umum yang lebih besar.
c. Keseimbangan dengan kewajiban suatu azas yang melandasi tindakan
Polantas yang menuntut ketepatan dalam menilai tentang perlu atau
tidak sama sekali bertindak. Dalam pelaksanaan azas kewajiban
tersebut, perlu diperhatikan 4 sub azas yaitu :
1) Azas Keperluan, untuk akurasi implementasi dari azas ini perlu
dibekali dengan wawasan, pengalaman dan pengetahuan yang
memadai.
2) Azas masalah sebagai ukuran, maksudnya tindakan kepolisian
harus memakai pertimbangan - pertimbangan obyektif tanpa
dibebani motif pribadi.
3) Azas tujuan sebagai ukuran, yaitu tindakan kepolisian benar -
benar mencapai sasaran yang tepat.
4) Azas keseimbangan, yaitu parameter bagi setiap tindakan
kepolisian agar dirasakan keadilan yang murni.
4. Motto / rumusan Profesi Polantas :
a. Sopan terhadap setiap masyarakat mulai dari bathinnya, lahirnya,
tindakan, ucapan dan sebagai anggota masyarakat.
b. Melayani, Polantas sebagai abdi nusa dan bangsa berkewajiban
memberikan pelayanan yang baik, tanpa pilih kasih dalam
memberikan pelayanan.
c. Melindungi, setiap anggota Polantas wajib melindungi masyarakat
pengguna jalan dari kemungkinan gangguan / ancaman yang dapat
merugikannya, baik terhadap harta benda, hak - hak dan kewajiban
masyarakat. Hal untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat
pengguna jalan dapat dilaksanakan dengan tindakan preventif
xxvi
maupun represif, termasuk melindungi tegaknya hukum / peraturan
- peraturan yang berlaku.
d. Adil, setiap tindakan Polantas harus dirasakan wajar / patut, seimbang
oleh setiap pelaku pelanggar hukum, dengan tetap berpegang pada
nilai - nilai martabat / harkat manusia.
5. Polisi Lalu Lintas harus memiliki moral kepribadian dan perilaku yang dapat
dijadikan sebagai panutan masyarakat, agar sebagai aparat penegak hukum,
pelindung dan pelayan masyarakat benar-benar eksis.
6. Ucapan, sikap dan perilaku setiap anggota Polantas dalam mengemban tugas
harus memiliki ciri-ciri menghormati, menjunjung tinggi hak-hak azasi
manusia dengan tetap berpegang teguh demi tegaknya hukum berdasarkan
azas legalitas maupun azas opportunitas.
7. Setiap anggota Polantas dalam menjalankan tugas, fungsi dan peranannya
senantiasa berpedoman pada batas kewenangan yang ada dan Undang-
Undang yang berlaku dalam rangka mewujudkan rasa adil dan kepastian
hukum bagi masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, hal-hal yang harus dihayati bagi setiap
anggota Polantas adalah :
a. Penguasaan profesi Polantas yang merupakan salah satu sarana Polri
untuk melaksanakan pengabdiannya kepada bangsa dan negara, oleh
karenanya setiap anggota Polantas wajib mengikuti setiap perubahan yang
terjadi di masyarakat maupun teknologi dan ilmu pengetahuan.
b. Memelihara sikap penampilan, kesehatan, jasmani dan rohani agar memiliki
kesiapan dalam menghadapi tugas yang diberikan.
c. Mampu mendayagunakan sumber potensi yang terdapat dilingkungan, dalam
upaya mengembangkan sumber informasi dan pemberdayaannya.
d. Memelihara hubungan baik dengan semua instansi terkait agar setiap langkah
yang ditempuh Polantas mendapat dukungan semua pihak.
e. Menegakkan citra positif Polantas dimanapun dan sampai kapanpun.
xxvii
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT LALU LINTAS
KATA SAMBUTAN DIREKTUR LALU LINTAS POLRI
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas segala rahmat dan karuniaNya, Buku
Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan kedua yang merupakan revisi dari Buku
Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama, dapat terwujud.
Revisi dari Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama sengaja
disusun, mengingat beberapa hal yaitu antara lain dengan telah berubahnya struktur
organisasi Polri, baik secara kelembagaan dengan telah dipisahkannya Polri dari ABRI
(sekarang TNI), maupun organisasi dan tata kerja dilingkungan internal Polri mulai
dari tingkat Markas Besar Polri sampai dengan Kewilayahan. Disamping itu seiring
dengan berjalannya waktu, juga telah terjadi perubahan pada beberapa petunjuk
pelaksanaan tugas Polantas yang telah ada sebelumnya, sehingga dipandang perlu
untuk mengadakan perubahan-perubahannya.
Akhirnya, dengan tetap menaruh hormat dan penghargaan saya kepada para
penggagas dan penyusun Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama , saya
mengharapkan agar Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas yang merupakan
penyempurnaannya ini, dapat lebih bermanfaat, khususnya bagi anggota Polantas di
seluruh Indonesia.
Kepada Tim Penyusun Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas yang telah merevisi
Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas, saya mengucapkan terima kasih dan selamat
atas prestasi dan dedikasi yang telah ditunjukkan.
Semoga Tuhan Y.M.E. senantiasa memberikan taufik dan hidayahNya kepada
kita khususnya insan Polantas, dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat,
bangsa dan Negara.
Jakarta, 22 September 2005 DIREKTUR LALU LINTAS POLRI
Drs. UTJIN SUDIANA. D, SH, MM
BRIGADIR JENDERAL POLISI
xxviii
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT LALU LINTAS
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. karena atas rahmat dan
ridhoNya, Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan kedua yang merupakan revisi /
penyempurnaan dari Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama dapat
diselesaikan bertepatan dengan HUT Lalu Lintas Bhayangkara ke-50 tanggal 22
September 2005.
Pada kesempatan ini, Tim Penyusun Revisi Vademikum Polisi Lalu Lintas
mengucapkan terima kasih kepada para pendahulu, penggagas dan penyusun
sebelumnya karena berkat beliau-beliaulah sehingga Buku Vademikum Polisi Lalu
Lintas yang merupakan revisi dan penyempurnaannya ini, dapat lebih mudah
dilaksanakan.
Perubahan dan penyempurnaan Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas sengaja
dilaksanakan atas ide dan gagasan dari Bapak Direktur Lalu Lintas Polri, Brigjen Pol
Drs Utjin Sudianan. D, SH,MM, mengingat telah terjadinya beberapa perubahan
dilingkungan organisasi Polri, baik secara kelembagaan, maupun petunjuk-petunjuk
pelaksanaan yang telah ada sebelumnya.
Penyusun menyadari bahwa Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan
kedua ini, juga ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun tehnis
penulisannya, sehingga masih dipandang perlu adanya kritik dan saran guna
penyempurnaannya.
Akhirnya Tim Penyusun mengharapkan agar Buku Vademikum Polisi Lalu
Lintas ini dapat bermanfaat khususnya bagi anggota Polantas diseluruh Indonesia.
Jakarta, 22 September 2005
TIM PENYUSUN
KETUA
Drs. SULISTIYO ISHAK, SH, Msi KOMBES POL NRP 56060598
xxix
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT LALU LINTAS
SURAT - KEPUTUSAN No. Pol. : Skep/ / IX / 2005
tentang
REVISI / PENYEMPURNAAN VADEMIKUM POLISI LALU LINTAS
DIREKTUR LALU LINTAS POLRI Menimbang : Bahwa perlu segera ditetapkan Surat Keputusan untuk
menerbitkan buku vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan ke dua yang merupakan revisi / penyempurnaan dari buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama.
Mengingat : 1. Dengan telah terjadinya perubahan struktur dan
kelembagaan serta organisasi dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia termasuk didalamnya Direktorat Lalu Lintas Polri.
2. Dipandang perlu untuk merevisi buku Vademikum Polisi
Lalu Lintas, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada saat ini, serta adanya perubahan pada beberapa petunjuk yang berlaku dilingkungan Polisi Lalu Lintas.
3. Surat Perintah Direktur Lalu Lintas Polri No. Pol. :
Sprin/123/VII/2005 tanggal 25 Juli 2005 tentang Pokja Revisi Buku Vademikum Polantas.
Memperhatikan : Pertimbangan dan saran Staf Direktorat Lalu Lintas
Polri.
M E M U T U S K A N Menetapkan : 1. Menerbitkan Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas
cetakan ke dua yang merupakan revisi / penyempurnaan buku Vademikum Polisi Lalu Lintas cetakan pertama yang telah diterbitkan pada tanggal 22 September 1999, dengan ketentuan sebagai berikut :
/ a. Judul …..
xxx
a. Judul Buku : Vademikum Polisi Lalu Lintas
cetakan kedua tahun 2005. b. Isi Buku : Beberapa materi yang berkait
dengan tugas pokok, fungsi dan peranan Polisi Lalu Lintas yang meliputi :
1) Sejarah dan organisasi lalu
lintas. 2) Fungsi tehnis lalu lintas. 3) Pembinaan Polisi lalu
lintas. 4) Kapita Selekta Hukum Lalu
Lintas. 2. Pemberlakuan Buku Vademikum Polisi Lalu Lintas
cetakan kedua dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Polisi Lalu Lintas Bhayangkara ke-50 tanggal 22 September 2005.
3. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan didalam
Surat Keputusan ini, akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.
4. Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : September 2005
DIREKTUR LALU LINTAS POLRI
Drs. UTJIN SUDIANA D, SH. MM BRIGADIR JENDERAL POLISI
Kepada Yth : 1. Kapolri. 2. Irwasum Polri. 3. Kababinkam Polri. 4. Kabareskrim Polri. 5. Kabaintelkam Polri. 6. Para Deputy Kapolri. 7. Kadiv Propam Polri 8. Kadiv Kum Polri. 9. Kadiv Humas Polri. 10. Kadiv Telematika Polri. 11. Para Kapolda.
SURAT KEPUTUSAN DIRLANTAS POLRI NO. POL : SKEP/ / IX / 2005 TANGGAL : SEPTEMBER 2005
xxxi
DAFTAR ISI
BAGIAN PERTAMA
: SEJARAH DAN ORGANISASI LALU LINTAS 1
BAB I SEJARAH POLISI LALI LINTAS…………………………………… 1. Jaman Penjajahan ………………………………………………. 1 2. Jaman Kemerdekaan …………………………………………… 1 4
BAB II : ORGANISASI POLISI LALU LINTAS ….………………………. 1. Visi dan Misi Polisi Di Bidang Lalu Lintas ………………… 19
2. Kebijaksanaan dan strategi Polisi Lalu Lintas…………… 19 2. Struktur Organisasi Polisi Lalu Lintas …………………… 19 a. Ditlantas Polri …………………………………………….… 20 b. Ditlantas Polda ……………………………………………… 21 c. Polda Metro Jaya ………………………………………….… 25 d. Bagan Struktur Ditlantas Polri ………………………… 29 e. Bagan Struktur Polda…………………………………… 34 f. Bagan Struktur Polda Metro Jaya……………………… 35 36 BAGIAN KEDUA
: FUNGSI TEKNIS LALU LINTAS
BAB I : PENDIDIKAN MASYARAKAT BIDANG LALU LINTAS………
1. Pendahuluan ……………………………………………………… 36 2. Tujuan, Sasaran dan Manfaat ……………………………… 36
3. Kegiatan Dikmas Lantas terhadap Masyarakat terorganisir …………………………………………………………
39
5. Contoh-contoh pesan tentang keamanan lalu lintas 55
6. Lampiran ………………………………………………………… 59 64
BAB II : PENGKAJIAN MASALAH LALU LINTAS 68 1. Pendahuluan …………………………………………………… 68
2. Pengkajian Aspek Jalan ……………………………… 69 3. Pengkajian Aspek manusia …………………………. 106 4. Pengkajian Aspek Lingkungan……………………… 108 5. Pengkajian Khusus ……………………………………. 113 6. Pengkajian Aspek data dan Statistik ……………. 116 7. Penerapan Rekayasa dan Manajemen Lantas 128 8. Lampiran-lampiran ……………………………………. 134-159 BAB III : PENEGAKAN HUKUM LALU LINTAS ………………… 160 1. Umum ……………………………………………………… 160 2. Penegakan Hukum Lalu Lintas Bidang Preventif 161 a. Pengaturan Lalu Lintas …………………………… 161 b. Penjagaan Lalu Lintas …………………………… 167 c. Pengawalan Lalu Lintas …………………………… 172
xxxii
d. Patroli Lalu lintas …………………………………… 178 3. Penegakan Hukum Lalu Lintas Bidang Represif … 184 a. Penindakan Pelangaran…………………………… 184 b. Bukti Pelangaran lalu Lintas Tertentu………… 189 c. Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas…………… 194 4. Lampiran – lampiran…………………………………… 235-289 BAB IV REGISTRASI DAN IDENTIFIKASI LALU LINTAS 290 1. Umum …………………………………………………… 290 2. SIM………………………………………………………… 290 3. SATPAS…………………………………………………… 301 4. STNK………………………………………………………. 308 5. STCK………………………………………………………. 325 6. BPKB………………………………………………………. 328 7. TNKB / TCKB…………………………………………… 350 8. SAMSAT………………………………………………….. 352 9. Lampiran-lampiran…………………………………… 362-383 BAB V PATROLI JALAN RAYA 1. Dasar Kebijaksanaan ………..…………………….. 384 2. Pengertian ……………………………………………… 385 3. Tugas Pokok dan Peranan PJR………………….. 386 4. Hakekat ancaman yang dihadapi ……………… 389 5. Struktur Kekuatan……………………………………. 392 6. Pola Penugasan ……………………………….……… 400 7. Komando dan Pngendalian………………………… 300 8. Hal-hal yang perlu diperhatikan…………………… 414 9. Lampiran – lampiran………………………………… 415-440 BAB IV INFORMASI LALU LINTAS 290 1. Pendahuluan ……………..…………………………… 441 2. Tugas dan Tanggung Jawab……………………… 443 3. Sistem Informasi Lalu Lintas ……………..……… 446 4.Jenis dan waktu pelaporan penyelenggaraan
Informasi Lantas……………………………………. 448
5. Pengolahan dan penyajian Data Lalu Lintas 449 6. Bentuk Laporan Data Lalu Lintas …………….. 450 7. Petunjuk pengisian dan pengoperasian 450 9. Lampiran-lampiran…………………………………… 451-505 BAGIAN KETIGA
MANAJEMEN PEMBINAAN DAN LATIHAN
BAB I PERENCANAAN DAN ADMINITRASI …………………… 506 1. Personel……………………………………………………… 506 2. Program dan Anggaran………………………………… 542 3. Materiil dan Logistik…………………………………….. 546
xxxiii
BAB II LATIHAN KEPOLISIAN LALU LINTAS…………………… 552 1. Pendahuluan …………………………………………… 552 2. Ketentuan Hukum…………………………………. 553 3.Perencanaan Latihan………………………………….. 559 4. Penutup…………………………………………………… 570 5. Lampiran-lampiran……………………………………. 571-587 BAGIAN EMPAT
KAPITA SELEKTA HUKUM LALU LINTAS
BAB I : KUHP……………………………………………………………… 589 1. Pengetahuan Hukum Pidana…………………………….. 589 2. Unsur-unsur melawan Hukum……………………… 589 3. Pasal-pasal Penting tentang
kealpaan/kesengajaan 593
BAB II HUKUM ACARA PIDANA 1. Pengertian –pengertian…………………………… 594 2. Wewenang Penyidik dan Penyelidik……………… 596 492 BAB III UNDANG-UNDANG LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN 1. UU No. 14 Tahun 1992 ttg LLAJ…… 601 2. UU No. 13 Tahun 1980 ttg Jalan……………… 613 3. PP No. 8 Tahun 1990 tg Jalan Tol 616 BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN DANA LAKA LANTAS 1. Umum ……………………………………………………… 622 2. Cara Mendapatkan Santuan Asuransi kecelakaan 623 BAB V KEPMENHUB YG BERKAITAN DGN LLAJ 1. Umum ………………………..…………………………… 625 BAB VI PERATURAN PENBINAAN PERSONIL 1. TAP MPR………………………..…………………………… 675 1. UU NO. Tahun 2002…………..…………………………… 676 PENUTUP 723