lampiran i informan penelitian no sektor status/ jabatan...
TRANSCRIPT
249
LAMPIRAN I
Informan Penelitian
No Sektor Status/ Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemerintah
Bappeda
Distamben
Dinas Perhubungan
Dinas Perindag
Disbudpar
Dinas Koperasi UMKM
Distamben Kab. Bangka
Disbudpar Kab. Bangka
Sekretaris dan Kabid Pengendalian
Kepala Dinas
Sekretaris, Kepala Dinas
Kabid Industri Kecil & Menengah,
dan Sekretaris
Sekretaris, Kabid Kebudayaan, Kabid
Promosi, Kasi Program & Anggaran,
Kasi Analisa Pasar
Kepala Dinas
Kepala Dinas
Kepala Dinas
9.
10.
11.
12.
13
14
Swasta
PHRI
ASITA
HPI
Pengusaha Hotel
Pengusaha Souvenir
Pihak Airlines
Ketua Harian
Ketua Umum
Ketua
Pemilik
Pemilik
Districk Manager
15.
16.
17.
18.
18.
Masyarakat/LSM
Desa Namang
Desa Linggang
Lembaga Adat
LSM KP Lingkungan Belitung
Wisatawan
Kepala Desa
Kepala Desa
Ketua
Ketua
Wisnus dan wisman
Sumber: Hasil Penelitian 2012
250
LAMPIRAN II
PEDOMAN WAWANCARA
BAGI INFORMAN KUNCI KEPALA DINAS/ BADAN PROVINSI
INFORMAN: Kepala Bappeda Provinsi (Kode:01)
1. Peran Bappeda dalam koordinasi pembangunan pariwisata baik di
tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten /kota
2. Koordinasi dengan SKPD/ instansi /organisasi yang berhubungan
dengan pembangunan pariwisata di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota
3. Koordinasi perencanaan dengan SKPD/ instansi /organisasi yang
berhubungan dengan pembangunan pariwisata di tingkat pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota
4. Koordinasi pelaksanaan dengan SKPD/ instansi /organisasi yang
berhubungan dengan pembangunan pariwisata di tingkat pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota
5. Koordinasi pemantauan dengan SKPD/ instansi /organisasi yang
berhubungan dengan pembangunan pariwisata di tingkat pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota.
6. Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata.
251
INFORMAN: Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kode:02).
1. Peran dan tanggungjawab Disbudpar dalam pembangunan
pariwisata di daerah.
2. Upaya-upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembangunan
pariwisata.
3. Besaran anggaran yang digunakan dalam pembangunan pariwisata
4. Peranan organisasi lainnya dalam pembangunan pariwisata
5. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
evaluasi dengan SKPD/ instansi /organisasi yang berhubungan
dengan pembangunan pariwisata di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota
7. Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata
INFORMAN: Kepala dinas Perhubungan (Kode:03)
1. Program dan kegiatan Dinas Perhubungan yang mendukung
pembangunan pariwisata
2. Alokasi anggaran terkait dukungan pembangunan pariwisata
3. Kondisi perhubungan dari dan ke luar Bangka Belitung, serta
kondisi perhubungan ke destinasi pariwisata
4. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dengan
SKPD/ instansi /organisasi yang berhubungan dengan
252
pembangunan pariwisata di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota
5. Kendala yang dihadapi dalam mendukung pembangunan pariwisata
6. Permasalahan kemahalan harga tiket pesawat dan upaya
penyelesaiannya
INFORMAN: Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kode: 04).
1. Program dan kegiatan Dinas Pertambangan yang mendukung
pembangunan pariwisata
2. Mekanisme pemberian izin pertambangan di lokasi yang
berdekatan dengan objek pariwisata
3. Alokasi anggaran terkait dukungan pembangunan pariwisata
4. Kondisi lingkungan di lokasi yang berdekatan dengan objek
pariwisata dan penanganannya
5. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dengan
SKPD/ instansi /organisasi yang berhubungan dengan
pembangunan pariwisata di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota
6. Kendala yang dihadapi dalam mendukung pembangunan pariwisata
INFORMAN: Kepala Dinas Perindag dan Kepala Dinas UMKM (Kode: 06).
1. Program dan kegiatan yang mendukung pembangunan
pariwisata
2. Alokasi anggaran terkait dukungan pembangunan pariwisata
253
3. Industri khas yang dikembangkan dalam mendukung pariwisata
4. Kondisi perindustrian perdagangan dan UMKM di Bangka
Belitung
5. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan dengan
SKPD/ instansi /organisasi yang berhubungan dengan
pembangunan pariwisata di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota
6. Kendala yang dihadapi dalam mendukung pembangunan
pariwisata
254
LAMPIRAN III
PEDOMAN WAWANCARA BAGI INFORMAN KUNCI KETUA ORANISASI
PROFESI TERKAIT PEMBANGUNAN PARIWISATA
INFORMAN: Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Babel
INFORMAN: Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Babel
INFORMAN: Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Babel
INFORMAN: Ketua Perusahaan Airlines Babel
1. Keterlibatan organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan serta evaluasi.
2. Koordinasi yang berlangsung dengan SKPD di pemprov Babel
3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
4. Kendala yang dihadapi organisasi dalam pembangunan pariwisata
daerah
LAMPIRAN IV
PEDOMAN WAWANCARA BAGI INFORMAN KUNCI TOKOH
MASYARAKAT DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
1. Keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi
2. Manfaat yang didapatkan dari pariwisata
3. Perkembangan kondisi kepariwisataan
4. Kendala yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata
255
LAMPIRAN V
POKOK – POKOK HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN
JH (Pejabat Esselon 3 di Bappeda Prov kep Babel) 1 Oktober 2012 di kantor
Bappeda Prov Kep Bangka Belitung, Komp Perkantoran Air Itam,
Pangkalpinang
Bagaimana peran Bappeda dalam pembangunan pariwisata di Bangka Belitung,
dan permasalahan apa yang dihadapi ?
Kunci pembangunan pariwisata sebenarnya di destinasi yang akan
dikembangkan misalnya industri kerajinan dan transportasi. Selama ini memang
belum berjalan dengan baik.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pembangunan di bidang
kepariwisataan seperti SKPD berjalan sendiri-sendiri dan tidak menginformasikan
secara detil apa yang harus dilakukan oleh SKPD lainnya, akibatnya program dan
kegiatan yang berjalan seperti terlepas. Tim Anggaran pemerintah daerah (TAPD)
dan Bappeda fungsinya sebagai koordinator saja.
Koordinasi adalah kelemahan utama kita selama ini. Dukungan terhadap
sektor-sektor yang diunggulkan tidak terlalu kelihatan, sehingga upaya yang harus
dilakukan dimulai dari melihat mana sektor yang menjadi unggulan atau
diunggulkan, misalnya melalui diadakan dulu FGD, sebelum membahas
Musrenbang.
Musrenbang itu dilakukan setelah ada forum khusus yang melibatkan
SKPD terkait di tingkat provinsi dan kabupaten kota. misalnya SKPD pariwisata
jangan hanya SKPD pariwisata di tingkat kabupaten/kota saja tetapi juga SKPD
terkait di tingkat provinsi, agar ada dukungan juga dari SKPD di tingkat provinsi.
Pelaksanaan Musrenbang prov itu sudah terlalu umum sehingga sudah
sulit sekali memasukan usulan yang bersifat sinkronisasi yang khusus. Kalau
dalam pembahasan di musrenbang sepertinya tidak cukup waktu lagi membahas
usulan sampai detil disana.
Forum SKPD itulah sebenarnya yang mengkaji secara mendalam apa saja
kegiatan-kegiatan yang harus disinkronkan dengan SKPD lainnya nanti baru
dimasukan ke dalam RKPD dan dibawa ke musrenbang provinsi.
Musrenbang itu pertama bersifat hanya ekspose program pemerintah,
pembahasan yang lebih detil dan rinci semestinya sudah di forum SKPD atau pra
musrenbang. Kedua, musren sifatnya konfirmasi terhadap kab/kota.
Bagaimana dengan pelaksanaan kegiatannya?
Kalau di level perencanaan saja masih terdapat kelemahan seperti itu
koordinasinya apalagi di level pelaksanaannya. Akibat kurangnya koordinasi ini
sangat terasa waktu kita melaksanakan evaluasi kinerja baik tahunan apalagi lima
256
tahunan. Tingkat capaian banyak yang tidak sesuai dan ternyata banyak pula
indikator yang kurang relevan dan akurat.
Persoalan yang terjadi di bidang pariwisata, bidang-bidang (di Bappeda)
tidak mengawal kegiatan-kegiatan, yang melakukan hanya bidang monitoring,
akibatnya monitoring itu seolah-olah terputus. Ke depan bidang-bidang akan
mengawasi dan melakukan monev secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan
yang ada di bawah koordinasinya. Jadi ada masalah struktur di bappeda ini yang
mambuat tidak efektifnya monev. Ada juga persoalan kapasitas sdm, dari tenaga
guru duduki eselon 3, berat juga kayaknya penyesuaian yang harus mereka
lakukan. Tapi dak apa-apa ini harus bisa dijalankan secara terus menerus, kalau
kita ingin sistimnya nanti berjalan baik.
Dinas pariwisata itu harusnya dijadikan sebagai Badan karena sifatnya
yang lebih banyak mengkoordinasi sektor, dan tidak hanya di level perencanaan
saja. Selama ini kesannya seperti tidak ada muncul SKPD lain untuk mendukung
sektor pariwisata. Gubernur lah yang akhirnya harus bertindak sebagai
koordinator. Harus tegas seperti Gubernur Gorontalo. Tiap SKPD harus andil di
tiap program unggulan. Jadi perlu koordinator yang kedudukannya lebih tinggi
yaitu Sekda, wagub atau gubernur. Bappeda tidak sampai kewenangannya ke sana.
Mn (Pejabat Esselon 3 di Bappeda Prov kep Babel) 20 November 2012 di
kantor Bappeda Prov Kep Bangka Belitung, Komp Perkantoran Air Itam,
Pangkalpinang
Bagaimana pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi di Bappeda?
Memang monev itu menjadi tugas rutin yang kami lakukan sehari-hari
mulai dari triwulan satu sampai empat. Kami biasanya mengumpulkan laporan
yang masuk. Di sana dapat dilihat bagaimana perkembangan kegiatan, apakah
sudah sesuai atau belum. Nah, untuk yang belum, misalnya terlambat laporan atau
pencairannya akan disurati.
Kadang-kadang hasil itu juga diumumkan kepada SKPD supaya mereka
jangan terlambat lapor dan terlambat kerjakan proyek. Biasanya itu yang
sampaikan pak Gubernur, atau sekda. Paling rendah kepala Bappeda yang
umumkan. Kalau kami yang umumkan tidak akan didengarlah.
Tiap akhir triwulan kami minta laporan SKPD, dari situ terlihat jika ada
yang kurang beres, misalnya kok belum ada pencairan kegiatan padahal sudah
triwulan 3, kan aneh. Kami juga ke lapangan melihat, pernah ada yang bibit
laporannya ada tapi di lapangan tidak ada, misalnya. ya kami tegurlah SKPDnya.
Tapi kadang surat kami tidak ditanggapi, susah juga, tindakan tidak ada pada
kami.
Dulu kita buat supaya ada persaingan sehat di SKPD. Memang pernah ada
kami memberikan hadiah berupa TV kepada SKPD yang menyampaikan laporan
tepat waktu dan baik, sekitar dua tahun yang lalu. Tapi untuk yang bersifat sanksi
walaupun kami sudah surati SKPD yang bermasalah melalui surat gubernur, tetap
257
saja tidak ada tindaklanjutnya. Kami sendiri tidak punya kekuatan untuk langsung
memberikan sanksi, itu wewenang atasan.
Bagaimana pemantauan dan monev untuk kegiatan pariwisata selama ini?
Nah untuk kegiatan pariwisata ini agak kurang, karena biasanya yang jadi
sorotan utama itu yang sifatnya pekerjaan atau kegiatan fisik. Kalau di pariwisata
itu banyak kegiatannya pameran, ikut expo, pertunjungan, festival-festival, jadi
banyak yang kurang terpantau dari sini. Selain itu jumlah yang melakukan
pemantauan di sini juga terbatas, sulit kalau mau terpantau semuanya. Kecuali ada
laporan masuk, dari koran atau ada yang mengadu misalnya, itu pasti kita
langsung cek ke lapangan, tim akan turun.
Al (Informan Dinas Pertambangan Prov Kep. Babel: Kamis, 25 Oktober
2012 di kantor Distamben)
Apakah peranan Distamben dalam membangun pariwisata?
Peranan dinas pertambangan kepada pariwisata misalnya dalam bentuk
menyampaikan hasil-hasil penelitian potensi yang ada seperti sumber air panas
yang dapat digunakan juga sebagai objek wisata. Beberapa calon investor
pertambangan baik dari luar negeri dan dari dalam negeri kami ajak ke lokasi air
panas, ada yang dari Cina dan Perancis. Ada 9 titik air panas di Bangka. Air panas
di sini cukup unik karena tidak mengandung belerang, jadi tidak bau samasekali.
Pendatang itu penting dalam kaitan memajukan daerah karena pendatang
itu biasanya lebih pintar, membawa duit dan ilmu. Orang yang datang itu juga
membawa teknologi Karena itu orang pertambangan menganggap pariwisata itu
penting.
Upaya yang lain mendorong pariwisata, kami melalui beberapa bidang di
kementrian, Bappenas, Batan, dan Lipi, mereka kami undang datang kesini.
Biasanya mereka buat kegiatan disini sampai hari kamis dan jumat sementara hari
sabtu minggu mereka jalan kemana-mana. Mereka mau datang kesini, karena ini
daerah baru. Sering sekali mereka kesini saya juga beberapa kali diminta menjadi
nara sumber kegiatan seperti itu. Biasanya kegiatannya diklat, sosialisasi, seminar,
pertemuanlah pokoknya.
Adanya konfik pertambangan dangan pariwisata itu justru bisa jadi salah
satu hal yang menyebabkan orang datang ke Babel, kita juga dekat dengan
Jakarta, dekat dengan Palembang, sehingga lebih mudah orang datang, banyak
mereka yang penasaran sehingga mereka ingin datang. Terutama orang
pertambangan dan pencinta lingkungan.
Bagaimana tanggapan anda tentang adanya perbedaan kepentingan antara
pertambangan dan pariwisata?
258
Yah seperti yang saya sampaikan tadi inilah susahnya menjadikan daerah
yang sudah ditambang selama ratusan tahun menjadi daerah wisata. Memang ada
masalah-masalah juga yang dihadapi. Adanya duplikasi lokasi penambangan
dengan pariwisata karena secara historis karena timah ini sudah seja lama
ditambang di Babel KP Timah sudah sejak jaman Belanda, Babel ini masuk jalur
timah Tin belt. Dan dilakukan dimana-mana tidak Cuma di darat dilaut juga. Jadi
lokasi-lokasi penambangan itu sudah lebih dahulu ada. Di kementrian juga
berusaha menyelesaikan itu. Tapi ini juga perlu dikoordinasikan agar jangan main
tabrak saja. Ada batasan-batasan yang perlu disepakati.
Tetapi tambang kan sudah lama jadiu keberadaannya sudah harus juga
dipertimbangkan lagi. Pariwisata ini adalah masa depan, dan strategis, dan
menjanjikan secara ekonomis. Pertambangan sendiri sebenarnya secara ekonomi
sudah turun dari 22% menjadi 16 %, sedangkan jasa-jasa meningkat, pariwisata
ada di jasa-jasa itu. Coba lihat di PDRB.
Andaikata pariwisata gagal berkembang, orang tidak akan balik lagi ke
tambang karena sekarang orang sudah senang lihat yang indah-indah.
Adanya penambangan baru di lokasi di dekat lokasi objek wisata akhir-
akhir ini juga sudah tidak lagi. Hanya saja kita tidak tahu apakah ini bersifat
sementara atau akan permanen. Karena memang dari segi potensi masih ada tetapi
menurut saya jumlahnya tidak banyak lagi karena itu dulu sudah pernah
dikerjakan oleh kapal keruk PT Timah yang dekat-dekat pantai itu. Dulu mencari
yang potensinya paling banyak. Lokasi potensi timah itu memang banyak di
dekat-dekat pantai yang bagus-itu, karena sebenarnya adanya granit itulah yang
membuat timahnya banyak. Garanit itu bahan baku timah, dan biasanya pantai
yang indah itu banyak batu granitnya ...harus ada kebijakan untung ruginya, boleh
saja tetapi jangan dekat-dekat, terumbu karang jangan sampai ditambang, jauh-
jauhlah.
Granit itu merupakan bahan banyak bahan tambang yang ada disini, yang
terjadi karena pelapukan dan macam-macam......
Kita inginnya daerah-daerah sekitar itu dilepaslah tapi tidak semuanya,
kita juga sudah meminta Timah untuk melakukan rehabilitasi laut bekas
penambangan. Mereka juga membuat AMDAL, Cuma saya juga tidak tahu
mengapa waktu mambuat AMDAL orang pariwisata tidak diajak. Mungkin karena
dianggap bukan dinas teknisnya barangkali, sehingga cukup diwakili Bappeda
saja, padahal semuanya mestinya terlibat. .....dulu orang mendirikan kota karena
ada timah ini...kalau lihat peta yang merah itu yang banyak timah...kota jalan dan
fasilitas ...semua ada karena timah.
Bagaimana koordinasi dengan dinas yang menangani pariwisata?
Komunikasi tentang pariwisata selama ini memang masih kurang dan
perlu ditingkatkan lagi, tapi sekarang sudah mulai ada, terutama setelah kita
menyusun tata ruang (RTRW-red) secara bersama. dulu mungkin kita tidak terlalu
memikirkan itu, walau pariwisata itu ada. Kekurangan kita di komunikasi dan
koordinasi, saya merasa jarang sekali diajak ngomong tentang pariwisata kalupun
259
ada jarang-jarang, hampir-hampir tidaka ada. Artinya saya hanya berfikir sendiri,
tapi setelah susun tata ruang ooh ya.. ini juga perlu dipikirkan. Karena kita
memang masih memikirkan dari sisi ekonomi, dan tambang itu sangat instan cepat
menghasilkan uang.
Informasi tentang pariwisata yang didapat harus ditindaklanjuti dengan
adanya kebijakan pimpinan yang lebih dulu tapi harus ada kajiannya.
Pertambangan itu bukan unggulan lagi tetapi sektor andalan. Perlu dikaji mana
yang perlu untuk ditambang dan mana yang tidak, kalau memang pantainya indah
mungkin tambangnya tidak lagi. Tapi kalau untuk Belitung saya setuju untuk tidak
lagi dan dikembangkan pariwisatanya karena sangat potensi. Belitung perlu harus
segera di proteck. Belitung adalah pariwisata. Saya juga sudah sampaikan ke pak
gubernur untuk menjadikan Belitung sebagai kawasan wisata saja.
15 % pendududk kita terkait langsung dengan pertambangan sementara
yang tidak langsung juga banyak, seperti pengolahan. Organisasi yang terkait
dengan tambang ASTIRA/ASTRADA, ATI/ATTI.
Apakah saran anda terhadap kondisi yang ada?
Usulan agar dilakukan peningkatan sosialisasi tentang pariwisata ke SKPD
mereka juga punya potensi untuk dikembangkan pariwisatanya, supaya program
juga berfikir tentang pariwisata. Sehingga dinas pariwisata tidak perlu
menganggarkan banyak-banyak lagi. Kita bisa saja buat kota bekas tambang
seperti di Malaysia.
Datangi juga lokasi-lokasi tambang dan pariwisata, lihat juga potensi yang
ada Sosialisasi dinas pariwisata harus pro aktif sehingga program dan kegiatan
berkembang mendukukng pariwissata, miaslanya buat sovenir untuk pariwisata.
Coba lihat ini saya beli di Jawa Barat, hanya batu seperti ini bisa menjadi sovenir,
mengapa hal seperti ini tidak bisa kita lakukan disini?
Pejabat esselon 3 dan 4 Disbudpar
Rd pejabat esselon 3 Disbudpar, wawancara 22/10/2012.
Apa tugas dan fungsi Dispar Babel?
Dinas kebudayaan dan pariwisata itu bertanggung jawab sesuai tupoksinya
yaitu mengurusi bagaimana supaya kebudayaan dan pariwisata di Babel semakin
baik. Orang yang datang semakin banyak, adat dan budaya terjaga. Rakyat
semakin sejahtera, itu harapannya. Kalau dibilang Disbudpar punya
tanggungjawab terhadap pembangunan pariwisata itu betul, tapi yang lain juga
harus kerjasama. Tupoksi Dispar memang menetapkan kebijakan di bidang
pariwisata.
Tapi sekarang di pusat juga ada lagi perubahan menjadi Parekraf. Soal
ekonimi kreatif ini kami yang belum jelas mau dimasukan kemana, karena nama
dinas sampai sekarang belum ada perubahan sama sekali, ndak tau kalau nanti.
Untuk urusan pariwisata tadi, selama ini kerjasama dengan dinas-dinas
lain memang belum terlalu bagus, masih berjalan sendiri-sendiri. Mungkin harus
260
sering ketemu , rapat atau kumpul-kumpul membahas pariwisata supaya bisa lebih
kompak dinas-dinas.
Kalau masalah RIPPDA itu panjang ceritanya. Dulu katanya. waktu akan
diusulkan menjadi Perda dengan adanya perubahan undang-undang
kepariwisataan, RIPPDA nya jadi ketingalan jaman. Banyak hal yang tidak
sesuai lagi dengan situasi.. Jadi perlu diganti. Karena itu diusul ada review
terhadap RIPPDA itu. Nah itu baru dapat dianggarkan di tahun 2012. Tapi tidak
jalan juga. Review ini macetnya di lelang proyek.. Ternyata pihak ketiga yang
akan melakukan pekerjaan tidak sesuai syarat. Tapi dia menang lelang oleh Unit
Layanan Pelelangan (ULP).
Kami tidak mau menerima pemenang lelangnya. Masak tenaga ahli yang
kita persyaratkan minimal memiliki pengalaman kerja di bidang pariwisata selama
empat tahun, tapi yang dimenangkan hanya punya pengalaman 18 bulan. Kan ga
benar itu, jadi kami kembalikan lagi ke mereka. Sayangnya, waktu untuk
melaksanakannya sudah tidak cukup lagi.
Apa kendala di Disparda?
Pegawai dinas pariwisata cukup banyak sekitar 60 orang, tapi kalau
mencari pimpro sulit banyak yang tidak mau, jadi susah juga kadang sudah seperti
mengemis kita minta tolong ke staf supaya mau jadi pimpro. Lain dengan dulu
semua rebutan mau jadi pimpro. Pegawai dinas banyak yang belum ikut diklat
teknis pariwisata jadi kadang tidak mengerti bagaimana melakukan pekerjaan,
bagaimana mengawasi hotel, restoran kalau tidak tahu teknisnya.
Dalam hal anggaran sering anggaran kami dipotong TAPD, padahal
katanya pariwisata unggulan, jadi susah juga kadang-kadang. Sudah hampir 4
tahun kami ini kantor saja masih numpang, kalau lampu mati disini panas sekali.
Tim anggaran Cuma memberi pagu anggaran saja, alasan kita tidak didengar.
Mereka sering memangkas anggaran tanpa mengkonfirmasikan dulu
dengan kami sehingga jadi masalah di kemudian hari. Pernah anggaran yang
sudah disahkan tapi kemudian keluar surat yang menyatakan bahwa kegiatan-
kegiatan tertentu ditunda pelaksanaannya. Dan ketika keluar surat lagi bahwa
kegiatan sudah bisa dilaksanakan, kegiatannya sudah tidak memungkinkan lagi
dilakukan, karena waktu yang terbatas. Alasannya karena ada proyek multi years,”
(wawancara 23/10/2012).
Masalah lain Renstra yang dipakai selama ini tidak nyambung dengan
kerja. Pembahasannya dulu tidak sempurna banyak yang tidak dilibatkan,
akibatnya banyak kelemahan. Indikatornya saja banyak yang tidak pas, jadi kita
tidak terlalu yakin tingkat kebenarannya sebagai dokumen rencana yang layak
dijadikan acuan. Jadi perencanaan disini kuarang mantap, RIPPDA tidak
diperdakan, dan renstratnya juga kurang pas, akibatnya untuk buat kegiatan agak
kesulitan juga.
(08/10/2012).
Struktur organisasi yang sekarang ada belum sesuai dengan yang ada di
pusat. Tidak ada yang menangani destinasi. Sedangkan di kementrian ada
261
dirjennya, kalau mereka datang atau ada rapat urusan destinasi agak bingung.
Kami susah mengurusinya, terkadang dia di perencanaan, kadang di bidang
pengembangan SDM, kadang pula dia di tangani bidang promosi. Karena kalau
ada surat dari Dirjen Destinasi kami harus mendiskusikannya dulu akan
dikemanakan tindaklanjut surat ini.
YL Pejabat eselon 4 Disbudpar (wawancara tgl 23/10/2012)
Bagaimana mekanisme pengendalian selama ini?
Biasanya kami menyampaikan permintaan data laporan realisasi melalui
surat kepada setiap bidang yang membawahi masing-masing kegiatan. Tapi sulit
sekali menunggu meraka menyampaikannya, dari keseluruhan kegiatan paling-
paling hanya satu dua saja yang memberikan laporan tertulis, sehingga biasanya
kami langsung menghubungi bagian keuangan untuk menanyakan tentang
realisasi masing-masing kegiatan yang ada. Waktu mau membuat LAKIP dan
LKPJ juga begitu laporannya lambat, bahkan ada yang tidak membuatnya sama
sekali. Kalau mau menunggu Seksi Monitoring dan Evaluasi, bisa tidak jalan, jadi
kami lakukan atas inisiatif sendiri saja.
Masalah apa yang menjadi kendala dalam pengendalian?
Ya itu tadi, sulit menerima laporan dari PPTK, walaupun sudah dibuatkan
surat dari kepala dinas. Kemudian indikator untuk mengukur apa yang dikerjakan
itu berhasil atau tidak juga belum nyambung. Misalnya di RPJMD ada indikator
tentang destinasi, tetapi yang menanganinya tidak ada di kantor ini. Kegiatannya
pun tidak ada, jadi bagaimana mengukur tingkat capaiannya dalam RPJMD. Ada
lagi indikator mengenai jumlah kamar tidur, itu juga tidak pernah menjadi
kegiatan yang ditangani di dinas. Kesannya sepertinya tidak nyambung antara
indikator dengan apa yang direncanakan dan dikerjakan. Makanya yang sekarang
membuat renstranya jadi sangat hati-hati ini sudah berapa bulan juga belum
selesai juga.
Siapa yang menangani pengendalian di Disbudpar?
Di Bidang Pengendalian ini ada dua seksi yang menanganinya, Seksi
monitoring dan evaluasi dan Seksi Pengendalian. Kalau di Seksi Pengendalian, itu
baru dilakukan kegiatannya di akhir tahun ketika proyek-proyek sudah berjalan,
untuk menyiapkan laporan-laporan. Dari PPTK dimintai laporannya dengan surat
resmi. Kalau sulit saya potong kompas langsung ke keuangan saja, disana juga
ada datanya.
262
BS, Pengurus LSM KPLB (Kelompok Pencinta Lingkungan Belitung)
pengelola objek wisata ecotourism pulau Kepayang dan Batu Mentas di
Kabupaten Belitung, wawancara di pameran SITF di Medan 28 oktober
2012.
Bagaimana kondisi kepariwisataan yang ada?
Kalau kita ingin jujur maka perkembangan pariwisata di Belitung ini
sudah banyak berubah dibanding bebebrapa tahun lalu. Coba saja liahat hotel-
hotel sekarang sudah banyak, travel-travel yang jual paket wisata juga sudah
banyak. Restoran dan warung makan juga banyak. Apa lagi kalau akhir minggu
lumayan rame di Tanjungpandan ini. Kalau belum berkembang seperti sekarang
mungkin juga kami tidak kepikiran untuk membuka tempat wisata seperti yang
ada di Pulau Babi dan Batu Mentas. Kami mencoba menawarkan pilihan wisata
yang berbeda, dan pasar itu menurut saya ada, karena lingkungan sekarang udah
jadi isu baru dan juga menjadi gaya hidup baru.
Seharusnya pembangunan pariwisata di Kepulauan Bangka Belitung bisa
lebih cepat jika terjadi sinergi. Karena ada posisi-posisi yang harus kita perkuat
secara promosi. Kita sudah mencoba mengeksplore hal-hal yang menurut orang
"kecil" tapi ternyata bisa dijual kepada wisatawan. Penguatan akan sangat
diperlukan di tingkat provinsi supaya jangan destinasi yang ada terkotak-kotak
hanya setingkat kabupaten saja. Misalnya untuk memasarkan pulau-pulau kecil
yang ada di Belitung dan Bangka harusnya bisa dijual oleh provinsi supaya tidak
hanya berhenti atau terbatas pada pulau-pulau tertentu saja yang menjadi wilayah
administaratif sebuah kabupaten.
Ada ide-ide kita yang tidak dituntaskan ketika seminar tentang wisata
bahari di pangkaplinang, padhala bagaimana mengintegrasikan pulau-pulau kecil
kami pikir sangat membantu jika dilakukan pula oleh pemerintah provinsi.
Kegiatan-kegiatan terlihat masih parsial, padahal diperlukan level provinsi untuk
merajut ini supayaakan jadi saling melengkapi.
Orang-orang pemerintahan itu sering membuat rencana yang tidak
nyambung dengan permasalahan mendasarnya dan kondisi nyata dilapangan.
Misalnya waktu kami akan membuat kawasan penangkaran tarsius di Batu
Mentas, orang dinas pariwisata sudah mau membuat shelter. Padahal shelter itu
tidak akan banyak gunanya jika pengunjungnya tidak banyak atau malahtidak ada.
Bukankah akan lebih bermanfaat jika yang dibangun adalah kandang binatang
kancil atau rusa supaya orang mau datang dulu.
Kendala apa yang dihadapi?
Yang paling dasar menurut saya malah mindset pejabat yang ada di daerah,
terutama berhubungan dengan lingkungan. Bagaimana Belitung yang akan dijual
pariwisatanya ini bisa dijual kalau lautnya diizinkan ditambang lagi. PT Timah
sudah lama tidak lagi menambang di laut, sejak restrukturisasi dulu, lho kok
sekarang pemdanya malah yang ngotot mau mengizinkan tambang lagi di laut.
263
Alasannya memang bisa diizinkan di lokasi-lokasi yang tidak mengganggu
pariwisata, tapi siapa nanti yang akan mengawasinya? Apa yang terjadi di Pulau
Bangka sudah menjadi bukti bahwa sulit sekali tambang dan pariwisata dilakukan
di satu kawasan yang berdekatan. Air laut itu kan bergerak, nah kalau ditambang
dan airnya keruh, terumbu rusak, ikan lari....pariwisata mana lagi yang akan
dijual di Belitung? Kalau saya lebih baik lingkungan yang ada ini makin dijaga,
dan itulah yang nanti akan menyelamatkan Belitung, ya hutannya, ya lautnya...
YE, Unsur Pimpinan ASITA Kep babel, di Kantor, Jalan Sudirman
Sungailiat tanggal 31 okteober 2012-10-31
Bagaimana hubungan dengan dinas yang menangani kepariwisataan?
Kami berhubungan dengan Dispar itu karena merasa mendapat
kemudahan. Misalnya ada fasilitasi berhubungan dengan pihak dari luar daerah.
Dinas provinsi juga punya hubungan yang lebih dekat dengan kementrian
sehingga ada pelatihan dan informasi-informasi tentang kegiatan pariwisata
nasioanl dan internasional. Kalau di Kabupaten skalanya kan lebih kecil hanya di
lingkup kabupaten/ kota saja. Dinas juga sering mengajak pameran kemana-mana
sampai ke luar negeri juga.
Kami sudah mulai sering dilibatkan oleh provinsi dalam kegiatan. Kalau
ada rencana promosi biasanya kami dihubungi dan diajak beri masukan. Kadang
diundang resmi pakai surat, tapi kadang lebih sering Cuma dengan teepon atau
sms diundang, kami biasanya datang, kalu tidak ada yang mewakili lah. Enak juga
kok ga pakai formal-formal begitu, tapi ada juga yang resmi.
Pemerintah melalui dinas pariwisata sudah mencoba untuk melibatkan
pelaku pariwisata dalam kegiatan-kegiatan promisi seperti mengadakan pameran
dan acara direct selling dengan menyelenggarakan kegiatan gathering di beberapa
kota tidak Cuma di dalam ttp uga diluar daerah.
Cuma sayangnya dinas pariwisata masih lamban dalam memfasilitasi para
pelaku pariwisata. Misalnya pembentukan Badan promosi saja bolak-balik.
Disparda juga agak kurang komunikasi dengan pihak kabupaten /kota. Kalau lebih
sering akan lebih bagus lagi.
Sekarang ada kegiatan rutin dispar dengan mengajak kami pelaku wisata
ke luar daerah promosi bareng-bareng. Itu rame acaranya, karena biasanya diskusi
di luar itu juga seru. Ide macam-macam yang keluar untuk memajukan pariwisata.
Biasanya dalam pertemuan itu hadir juga para kepala dinas pariwisata
provinsi maupun kabupaten kota se Babel, guna meyakinkan mitra kami di tempat
yang dikunjungi bahwa. Kesannya kami di Babel lebih kompaklah. dan itu artinya
kami sudah bekerjasama dengan cukup solid antara swasta dan pihak pemerintah
yang bergerak di bidang pariwisata"
Apa kendala yang dihadapi oleh ASITA?
264
Kendala ASITA untuk berkembang lebih cepat adalah kurangnya anggota
yang benar-benar memenuhi persyaratan. Akibatnya banyak juga yang beroperasi
tanpa izi padahal bisnis ini benar-benar berdasarkan kepercayaan, jadi mestinya
jelas perijinannya. Tapi memang jadi anggota ASITA itu harus serius, mereka
harus punya modal atau uang sebesar Rp.400 juta, itu mungkin yang
memberatkan mereka untuk jadi anggota Asita. Sekarang ini mudah sekali orang
menjual paket wisata dan menjual tiket. Padahal dulu sulitnya minta ampun kalau
harus memenuhi semua persyaratan termasuk uang DP ke airlines dan persyaratan
lainnya. Coba bayangkan kalau ada yang menipu dalam penjualan tiket maka
yang akan menanggung akibatnya ya travel-travel seperti kami juga. Begitu pula
kalau menjual paket wisata secara on line, iya kalau bener kalau tidak kan susah
juga melacaknya. Sebaiknya pemerintah mulai menertibkan penjualan paket
wisata dan tiket yang tidak jelas juntrungannya itu. Disini ada istilah dengan
modal sebuah meja dan kursi orang bisa jualan tiket. Disamping itu juga ada
istilah ACAI, Asosiasi Calo Tiket Indonesia....ha..ha..ha.... Mereka bisa jualan
tiket dengan leluasa di bandara, dan tidak ada yang menertibkannya. Padahal
katanya dilarang jadi calo tiket bahkan ada pengemumannya segala itu di bandara.
SS dari Himpunan Pramuwisata Indonesia Prov Kep. Bangka Belitung
(wawancara 07/11/2012)
Bagaimana hubungan dengan pemerintah dalam urusan kepariwisataan?
Selama ini hubungannya cukup baik terutama di tingkat provinsi, tapi
yang menjadi keluhan adalah kita sudah bolakbalik rapat dengan kabupaten dan
kota tapi ga ada juga rencana yang mantap, misalnya mau membangun destinasi
yang mana. Sampai sekarang kelihatanya belum nyambung antara provinsi dan
kabupaten untuk urusan destinasi ini. Kalau untuk promosi sih sudah lumayan.
Beberapa kali kita sama-sama sudah pameran dan melakukan kegiatan yang
bersifat promosi ke provinsi lain.
Apakah ada yang dikerjasakmakan selain promosi?
Oh kalau itu ada, dalam setahun terakhir yang dilakukan ialah mau
membentuk semacam lembaga sertifikasi agar di Babel nanti pekerja-pekerja atau
karyawan di bidang pariwisata dapat punya sertifikat. Ternyata susah juga
membuat lembaga itu, tidak seperti yang kami bayangkan semula. Buktinya
sampai sekarang belum juga bisa terbentuk lembaga sertifikasinya.
Kita kumpul bahkan selama beberapa hari dengan orang dinas dan kawan-
kawan lain di hotel untuk menyiapkan berbagai persyaratan untuk LSP segera
berdiri di Babel. Diharapkan tahun depan (2013-pen) sudah bisa terbentuk LSP
nya, jadi nanti orang Babel yang akan ambil sertifikat tidak perlu ke luar daerah
lagi, cukup disini saja, sehingga bisa lebih cepat dan lebih murah. Target kita
paling tidak tahun 2013 ini sudah dapat berdiri LSP nya.
265
Apa yang menjadi keluhan yang selama ini dirasakan?
Keluhannya kalau bagi kami itu adalah banyaknya travel agen dan
pemandu atau guide yang datang dari luar dan mereka seenaknya saja bisa
menjual paket ke Bangka Belitung tanpa kerjasama dengan kita-kita yang buka
usaha pariwisata disini dari awal. Ada pula yang menjadi guide dari luar langsung
datang bawa tamu ke sini. Itu kan ga sehat, takutnya kalau nanti mereka
ngelayaninya jelek yang jadi kena getahnya kami-kami juga dan akan punya
dampak negatif dengan daerah Babel sendiri. Selain itu masalah cindera mata, itu
selain belum bervariasi dan masih mahal harganya, mereka ini masih sering saling
menjelek-jelekan satau sama lain. misalnya dengan menceritakan kejelekan
produk atau jualannya orang lain, dengan harapan orang atau tamu yang datang
percaya bahwa hanya barang atau prudok dialah yang paling baik dan bagus
kualitasnya. Hal ini kalau dibiarkan juga akan menjadi masalah di kemudian hari,
karena akhirnya tamu akan menilai negatif baik kepada produk yang kita tawarkan
maupun kepada para penjualnya. Mereka harus diberi pengertian supaya jangan
begiutau lagi dan harus lebih kompak lagi dalam menjual dan melayani.
Masalah lainnya ya... itu masih kurang destinasi yang berbeda. Coba lihat
saja rata-rata yang ditawarkan hanyalah keindahan pantai saja selama ini. Hampir
semua objek wisata di Babel kebanyakannya hanya mengandalkan pantai saja.
Coba kalau ada yang laian variasi misalnya tentang ekologi, desa wisata, atau
wisata tambang supaya barang yang kita jual tidak monoton itu-itu saja.
Transportasi juga mahal harga tiketnya, tapi kalau yang di darat selama ini kami
lancar-lancar saja. Mungkin karena yang kami tangani banyak tamu grup yang
memang tidak menggunakan angkutan umum seperti angkot dan lain-lain, mereka
baiasanya langsung carter bus atau avanza atau kijang saja.
BPJ, Pengurus PHRI, wawancara 28-10-2012, di Sungailiat
Apa yang menjadi kendala pembangunan pariwisata di Babel?
Masalahnya adalah harga tiket yang mahal dan soal listrik. Pariwisata itu
kan bagaimana membuat orang nyaman melakukan traveling, nah kalau tiketnya
mahal bagaimana mau jadi nyaman. Ke Bangka itu hanya bisa dilakukan lewat
udara, kalau lewat laut bisa tapi mungkin tidak nyaman. Kalau mahal tiket
pesawatnya maka yang datang cuma yang menengah atas saja. Mereka mending
ketempat lain Bali atau Yogya misalnya, yang harga tiketnya lebih murah. Saya
sudah komplain beberapa kali soal harga tiket ini tapi belum ada perbaikannya
juga sampai sekarang.
Kalau listrik, nah ini yang bikin pusing kepala. Coba bayangkan kalau
kondisi listrik seperti sekarang yang kurang pasokan dan byar pet, mau tidak mau
kami di hotel terpaksa pakai genset sendiri. Itu artinya harus beli solar sendiri
dengan harga industri. Dalam seminggu kalau sering menggunakan solar bisa
terpakai sampai 5000 liter dengan harga Rp 9100 per liter, maka sekitar Rp 45,5
juta per minggu, kalau dikalikan empat minggu dalam sebulan, yah kira-kira Rp
266
182 juta. Kalau dikalikan setahun maka jumlahnya akan menjadi lebih dari Rp 2
milyar. Kondisi sekarang, genset dipakai untuk malam hari karena PLN
kekurangan daya, siang baru pakai PLN, bayangkan hotel kami itu luasnya
sekitar 11 hektar, jadi biaya untuk listrik ini benar-benar menjadi beban pengusaha
hotel di Babel.
Nah, kalau tiket turun harganya, pengunjung akan lebih banyak yang
datang, tetapi kalau tidak berapa lagi untungnya bisnis hotel seperti kami. Jika
tiket murah, listrik bagus pasti kami juga bisa membuat harga hotel yang lebih
kompetitif, seerta biaya mantenance dan SDM yang lebih baik.
Masalah lainnya kondisi jalan, coba lihat jalan masuk dari kota Sunagiliat
ke hotel ini sudah seperti orang naik kuda saja
Upaya yang menurut anda bisa membantu?
Kita perlu promosikan pariwisata di Babel ini, tapi kendalanya kita tidak punay
organisasi yang solid untuk melakukan itu, kalau dinas kan terbatas kerjanya,
urusan lainnya juga banyak. Tapi sekarang sudah mulai lumayan promosinya,
mungkin tahun depan harus lebih agresif lagi kita promosikan Babel ke tempat
lain. Dan juga harus kompak kalau ke luar, jangan lagi berpromosi seperti dulu,
kita tidak dilibatkan, yang promoso hanya itu-itu saja orangnya.
Dulu badan promosi di Babel itu hanya dimiliki oleh satu kelompok bisnis saja,
mulai dari Ketua, sekretaris sampai bendahara. Padahal mereka itu pakai uang
APBD tapi hanya promosi usaha pariwisata mereka sendiri. Kita tidak mau ada
yang seperti itu lagi, karena ini kepentingan kita sama-sama. Makanya nanti kalau
badanpromosinya sudah terbentuk kita benahi sama-sama supaya lebih kompak
dan bagus.
RZ, Kepala desa di Belitong (wawancara 03/11/2012, di Belitung)
Bagaimana keterlibatan anda dalam perencanaan pariwisata?
Selama ini memang rutin sudah ada yang namanya musrenbangdes, tapi
masih banyak usul dari desa yang belum terlaksana, alasannya biasanya karena
alasan dana tidak cukup. Untuk pariwisata, desa biasanya diajak juga membahas,
misalnya waktu akan menjadikan kawasan wisata Laskar Pelangi, Cuma sayang
rencana itu belum berjalan, karena ada selisih faham dengan pemda kabupaten
dan AH. Pemda dulu mau ajak pihak swasta, sedangkan AH tidak mau kalau ada
swasta, dia ingin masyarakat yang dilibatkan. Tapi sekarang sudah mulai lagi,
jalan sudah ada di lokasi Laskar pelangi. Untuk pendanaan kami sekarang sudah
dibantu PNPM pariwisata. Kami juga ingin menjadi desa pariwisata suapaya
banyak orang datang ke sini.
267
Bagaimana kalau hubungan dengan Dinas Pariwisata?
Kami usul banyak kegiatan ke pemda, tapi itu tadi kendalanya dana
terbatas. Kami juga ga bisa paksa, misalnya ada usul masyarakat dan pihak desa
untuk membuat warung-warung di sekitar lokasi SD Laskar Pelangi, tapi sampai
sekarang belum ada realisasinya. Untunglah usul untuk bantuan dana PNPM
berhasil, jadi sekarang dananya bisa dibuat untuk berbagai usul yang dananya dari
kabupaten kurang. Sekarang di sini juga dikembangkan ternak ikan lele dan
menanam sayuran. Dan hasilnya sudah kelihatan bahkan sudah membuat abon
dari ikan lele ibu-ibunya. Ada juga sayuran yang dibuat keripik, harapannya sih
itu bisa laku dijual kalau orang datang kesini semakin banyak. Sementara ini hasil
masih ada yang dititip ke tempat jualan sovenir di Manggar dan Tanjungpandan.
Apa yang dikerjakan dispar provinsi disini?
Kalau lihat apa yang dikerjakan dinas sejak kami melakukan acara di 2010
cukup bagus. Ada kunjungan, ada bantuan, adalah perhatian yang diberikan.
Malah yang dari kabupaten agak kurang yang kami rasakan.
Mereka juga kadang membawa rombongan wartawan kesini. Desa ini
juga mendapat bantuan PNPM untuk mengembangkan pariwisata. jadi apa yang
dilakukan oleh Disbudpar Babel cukup baik. Desa ini adalah tempat biasanya
kegiatan festival budaya dan pariwisata dilaksanakan dengan menampilkan
tradisi, kesenian, dan memuat unsur-unsur edukatif.
Kalau disini, seperti yang dilakukan dinas inilah yang kami tunggu,
karena kami sendiri selalau kekurangan dana kalau ingin melaksanakan festival.
Apa yang selama ini kami alami dengan orang-orang dinas, kadang-kadang tiidak
pakai surat-surat yang terlalu rumit. Administrasi biasanya dilakukan setelah ada
koordinasi lisan atau bahkan komunikasi dengan sms saja. Ini sesuai dengan
harapan kami dan masyarakat. Ini bukti bahwa kami merasa diperhatikan dan
dinas punya kesamaan visi dengan kami di desa. Memang dibandingkan dengan
tahun lalu koordinasi kami dengan EO (Event Organizer) agak kurang, tapi
mungkin karena waktu dan situasinya yang kurang, kami maklumlah.
Apa manfaat yang dirasakan dari pariwisata?
Yang pasti desa ini makin dikenal, dan orang-orang semakin banyak yang
datang ke kampung kami. Mereka mau lihat SD Laskar Pelangi dan Museum Kata
Andrea Hirata. Apalagi kalau hari libur wah lumayan rame. Memang mereka
belum belanja atau langsung beli di kampung ini, karena biasanya mereka datang
dengan travel, pake bus dan menginap di Tanjungpandan. Tapi kalau ada acara
festival Laskar Pelangi nah, itu banyak yang belanja karena acaranya beberapa
hari disini. Makanya kami usul agar ada warung di dekat SD Laskar Pelangi,
supaya masyarakat sini juga bisa usaha dari pariwisata. Ini juga sedang dibuatkan
Home stay dengan dana PNPM supaya orang juga bisa nginap didesa kalau mau
melihat Laskar pelangi dan merasakan suasana kampung kami...
268
PH, wisatawan asal Taiwan yang mengunjungi Pulau Bangka, wawancara 22
Nov 2013 di Pantai Pasir Padi Pangkalpinang (pekerjaannya sebagai guide
di Taiwan yang sering membawa tamu dari Indonesia, lancar berbahasa
Indonesia, karena sempat sekolah di Jakarta)
Sudah berapa kali datang ke Bangka Belitung?
Saya baru pertama kali datang ke sini walaupun sudah lama ingin datang, karena
ada juga keluarga di sini sebenarnya. Biasanya saya hanya datang sampai ke
Jakarta saja, sekarang ini juga karena diajak oleh teman.
Bagaimana kesan anda tentang Bangka?
Bagus disini tidak seperti Jakarta yang macet sekali. Pantainya juga bagus sekali,
saya senang disini, kalau mungkin saya akan datang ajak keluarga datang lagi ke
Bangka. Makanannya juga enak itu sea foodnya yang kemarin kami makan di
pinggir pantai enak itu. Saya suka ikan yang dibakar, karena kalau kepiting dan
cumi-cumi saya sudah tidak bisa banyak-banyak lagi makannya.
Apa yang masih perlu dibenahi supaya banyak orang mengunjungi Bangka?
Wah, apa ya? saya kira sudah lumayanlah, kan maklum juga Bangka ini bukan
Jakarta yang segalanya sudah ada. Tempatnya juga tidak terlalu jauh kalau terbang
dari Jakarta Mungkin masalah komunikasi kali, karena beberapa tempat saya agak
sulit kalau mau telpon kemana-mana. Oh ya...jalan yang masuk ke tempat wisata
juga masih belum diaspal. Kalau tidak salah waktu mau masuk desa wisata yang
ada hutan untuk madu itu, masih pakai tanah semua itu sampai ke pinggir jalan
aspal yang besar. Saya usul, bagus juga kalau bisa ada sovenir yang khas Bangka
Belitung, karena yang saya lihat kebanyakan makanan dan kerang-kerang,
harganya juga cukup mahal
Selama di Bangka menginap dimana?
Di hotel di dekat kota Sungailiat, nah itu satu lagi, menurut teman saya yang satu
hotel harga kamar hotel disini cukup tinggi. Katanya, di hotel kami menginap itu
harganya Rp 350 ribu, tapi bukan hotel bintang. Kalau di tempat lain dia bisa
nginap di hotel bintang katanya dengan harga itu. Kalau di hotel kami menginap
ada lengkap AC, TV, ada shower, tapi yah memang bukan hotel bintang, biasa
sajalah.
RD, Wisatawan asal Belanda yang mengunjungi Belitung, wawancara 18
Oktober 2012 di sebuah warung makan Pantai Tanjung Tinggi.
Sudah berapa kali berkunjung ke Belitung?
269
Baru pertama kali ini datang berdua dengan istri
Dari mana mendapat informasi tentang Belitung?
Dulu kakek saya pernah tinggal di sini bekerja di perusahaan timah, dia pernah
cerita tentang Belitung. Saya cari info di internet ada banyak tentang Belitung.
Jadi kami bisa datang ada travel yang atur, saya beli diinternet itu.
Bagaimana kesan anda tentang Belitung?
Pulau ini bagus sekali. Fantastic, saya dan istri saya senang berjalan naik perahu
sampai ke pulau yang ada mercusuar itu, bagus sekali. Masih natural sekali karena
itu jadi lebih senang berjalan kemana-mana kalau sore naik sepeda keliling seperti
ke marin dari hotel ke pantai.
Apa yang masih perlu dilakukan supaya lebih banyak orang datang?
Kalau saya ingin tidak banyak-banyak orang yang datang ke sini, karena nanti jadi
ramai, bisa tidak bagus itu...ha...ha...ha....Tapi saya tidak suka di sini masih
banyak sampah. Dimana-mana orang buang sampah, di pantai buang sampah, di
sungai buang sampah. Harus dibuat bersih jadi orang mau lama-lama datang ke
sini. Itu lihat plastik banyak sekali di sana, siapa yang bersihkan itu, nanti bisa
masuk ke laut sampahnya. Itu juga bekas rokok dimana-mana (sambil menunjuk
sebuah meja makan di dalam warung).
270
LAMPIRAN VI
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : YAN MEGAWANDI
Tempat/tg. Lahir : Pangkalpinang, 30 Januari 1964
Agama : Islam
Alamat : Jl. A. Yani , Jalur 2, Belakang KPUD Bangka, Sungailiat
Instansi : Pemerintah Daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung
Jabatan : Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata
Nama Orang Tua :
Ibu : Hj. Nurhasanah (Almh)
Ayah : H. Adani Aman, SH
Nama Mertua :
Ibu Mertua : Hj. Amoy
Ayah Mertua : H. Yusuf Deraie (Alm)
Status : Menikah
Nama Istri : Kartini Yusuf
Anak-Anak : Melati Nur Fajri
: Fajar Wildan Firdaus
: Muhammad Faiz Akbar
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.SD Negeri 59 Palembang, 1975
2.SMP Negeri 6 Palembang,1979
3.SMA Xaverius I Palembang, 1982
4.Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 1988
5.Magister Administrasi Publik Universitas Gadjahmada Yogyakarta, 1999
6.Kandidat Doktor Administrasi Publik Universitas Padjadjaran, Bandung
271
RIWAYAT JABATAN
1.Kepala Bagian Humas Setwilda Kabupaten Bangka, 1995
2.Kepala Bagian Lingkungan Hidup Setwilda Kabupaten Bangka, 1999
3.Kepada Bidang Pendapatan Lain-lain Dispenda Kabupaten Bangka, 2001
4.Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka, 2003
5.Kepala Dinas Kebudayaan dan Periwisata Kabupaten Bangka, 2005
6.Kepala Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2007
7.Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov Kep. Bangka Belitung, 2008
RIWAYAT DIKLAT STRUKTURAL
1. SEPADA, Sumatera Selatan Angkatan X, Palembang, 1991
2. SEPALA, Sumatera Selatan Angkatan V, Palembang, 1993
3. DIKLAT PIM III, Depdagri Angkatan XIX, Jakarta, 2000
4. DIKLAT PIM II, Angkatan XII Kelas A, LAN, Jakarta, 2004
RIWAYAT DIKLAT TEKNIS
1.Kursus Manajemen Proyek, 1992
2.Kursus Kehumasan, 1992
3.Kursus Teknik Perancangan Peraturan Perundang-undangan, 1997
4.Pelatihan Penyusunan Program Pengendalian Dampak Lingkungan, 1999
5.Kursus Dasar AMDAL tipe A, 2000
6.Diklat Teknis Perpajakan, 2001
7.Bintek Renstra, 2001
8.TOT Substansi Diklat Pim III, 2003
9.TOT Substansi Diklat Pim III dan IV, 2005
10.TOT Outbond, 2006