lansia real.pptx

Upload: angela-tria-j-nuaryta-yolanda-putry-saleha

Post on 09-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Slide 1

Plus Minus Menikah Di Usia Lanjut

Mari kenali dampak positif dan negatif menikah di usia lanjut,,,!!!Pernikahan merupakan perjalanan penjelajahan, dimana pria dan wanita saling menemukan dan belajar tentang keunikan yang dilakukan dan dikatakan pasangannya.Keduanya diuji untuk saling menghormati, mempercayai, dan berbagi perjalanan hidup. Semua orang berhak untuk jatuh cinta, tanpa terkecuali lanjut usia (lansia). Beberapa orang mungkin mengalami perceraian atau kematian pasangan di usia lanjut, sehingga tidak menutup kemungkinan mencari pasangan lagi dan menikah. Jika demikian, apakah dampak negatif dan positif dari sebuah pernikahan di usia lanjut.

Dampak Positif,,,Dampak positif dari pernikahan di usia lanjut lebih berpeluang pada kondisi psikologis lansia. Pertama,,,secara emosional lansia dapat memenuhi kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Anggapan bahwa lansia tak lagi jatuh cinta, kehilangan gairah terhadap lawan jenis, dan aseksualitas agaknya tidak dapat dibenarkan. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa dan perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia. Bahkan banyak orang menikmati seks walaupun usianya telah menginjak 75 tahun. Pada masa ini juga, lansia berkesempatan untuk dapat menemukan cinta sejati. Mencari tahu sejauh manakah orang lain tertarik pada dirinya dan menerima keadaannya yang notabene telah mengalami proses menua. Kedua,,,

Lansia dapat terhindar dari rasa kesepian atau loneliness. Kesepian merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa jauh atau tersisih dari lingkungan sosial karena melemahnya nilai-nilai kekerabatan dalam kehidupan berkeluarga, kehilangan penghasilan, dan kesulitan untuk bergaul dengan banyak orang. Kehidupan menjadi tidak mudah dijalani ketika kehilangan suami/istri yang disebabkan oleh kematian atau mengalami perceraian di usia lanjut. Lebih-lebih ketika anak telah berkeluarga dan meninggalkan rumah. Dengan adanya pasangan, lansia merasa memiliki kepercayaan diri untuk tampil menarik dan lebih bersemangat dalam sosialisasi. Ketiga,,,

Secara spiritual keduanya dapat beribadah dan berjuang bersama menghadapi kemuduran-kemunduran yang terjadi serta belajar menyesuaikan diri. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses menjadi tua merupakan hal yang tidak mengenakkan. Mengalami penurunan fisik dan psikis, pensiun, dan pemikiran akan kematian. Namun, ketika lansia memiliki pasangan, mereka dapat saling belajar dan berbagi untuk menyesuaikan diri terhadap kemunduran yang terjadi, mempertahankan pengaturan dan mencari makna hidup yang memuaskan. Keempat,,, Lansia dapat tetap produktif. Kehadiran pasangan membuat lansia merasa didukung, sehingga memungkinkan keduanya bertanggung jawab untuk tetap memberikan prestasi atau hasil dan berusaha memenuhi kebutuhan secara finansial, terutama laki-laki. Bagi wanita, akan termotivasi untuk bisa melayani pasangannya dengan baik. Pada masa ini lansia tidak disarankan melepaskan peran dalam proses penuaan, akan tetapi pemilihan peran didasarkan pada pengalamannya di masa lalu.Dampak Negatif,,,Sebaliknya, dampak negatif yang muncul dari pernikahan di usia lanjut adalah permasalahan psikis dan ekonomi. Pertama,,, masalah psikis yang kemungkinan timbul adalah akibat jika terjadi konflik dalam berumah tangga. Ketika berusia lanjut beberapa orang mungkin akan tampak konservatif (kolot). Seringkali emosinya tak dapat dikontrol, bersifat agresif, curiga, dan bersifat kompulsif aktif. Yang dikawatirkan adalah ketika keduanya tidak bisa saling mengerti atau mengalah.

Kedua,,, Jika berharap memiliki keturunan dari pernikahan di usia lanjut, maka hal tersebut dapat menimbulkan perasaan kecewa, sehingga juga mungkin ketergantungan akan obat-obatan. Periode ini merupakan masa dimana kebanyakan wanita berhenti bereproduksi, dengan kata lain tidak dapat menghasilkan keturunan lagi (menopause). Sehingga, munculah perasaan-perasaan negatif, sedih, kecewa, dan menyesali masa tuanya. LanjutanSementara pada laki-laki, jutaan sperma masih akan terus di produksi, dan sperma yang dihasilkan masih dapat bekerja, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa setiap sperma berada dalam kualitas terbaiknya, yang mampu melakukan fertilisasi (pembuahan) dan menghasilkan janin yang normal. Beberapa studi mencatat berkembangnya tingkat kanker tertentu pada anak anak yang lahir dari ayah yang lebih tua (dari yang normalnya 25-30, menjadi 40tahun lebih tua). KetigaJika pernikahan terjadi tanpa persetujuan dari keluarga (anak-cucu) dapat merusak relasi. Beberapa keluarga memiliki pemikiran bahwa orang tua (lansia) mereka sebaiknya tidak menikah lagi, karena selama ini kehidupannya bergantung pada anak. Keluarga mungkin tidak siap jika harus menanggung keluarga lain dari pasangan orangtuanya. Ketika pernikahan tetap dilangsungkan, maka keluarga yang tidak setuju akan bersikap menentang dan memutus hubungan kekerabatan yang ada (entah diantara anak dan orang tua atau cucu dan kakek-nenek).KeempatKondisi ekonomi yang terbatas akan membuat lansia mengalami keterpurukan. Ibaratnya, ketika hidup sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhannya bagaimana harus memenuhi kebutuhan dua orang. Lebih-lebih, jika pasangannya selama ini juga menghidupi anak atau cucunya Pernikahan akan membuat mereka semakin terbeban dan kehidupan menjadi tidak menyenangkan. Dalam hal ini, jiwa produktif tidak dapat sepenuhnya menjadi penolong, karena kondisi fisik dan ekonomi keduanya dari awal memang tidak memungkinkan untuk bangkit. Dari beberapa dampak positif dan negatif di atas, maka dianjurkan agar lansia dalam memilih dan memiliki pasangan, melakukan pernikahan dengan pertimbangan yang matang secara pribadi dan keluarga.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH