lap. industri

57
KATAPENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sebingga penyusun dapat menyelesaikan Kunjungan Kerja Lapangan dan Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 25 April - 28 April 2016. Kegiatan ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (D-3) pada Program Diploma Tiga Akademi Farmasi YARSI Pontianak serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya, laporan ini kami susun setelah melaksanakan Kunjungan Kerja Lapangan dan Workshop yang merupakan program studi pada semester akhir di Akademi Farmasi YARSI Pontianak sebagai bukti pertanggung jawaban kami atas kegiatan yang telah kami laksanakan. Melalui Kunjungan Kerja Lapangan ini, kami telah mendapatkan berbagai pengetahuan dan pengalaman. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta dan dukungan dari Pemimbing yang sudah bekerja keras untuk mendidik i

Upload: yessi-dwisanti

Post on 09-Jul-2016

56 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

KKL INDUSTRI FARMASI

TRANSCRIPT

Page 1: Lap. Industri

KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sebingga penyusun dapat menyelesaikan Kunjungan Kerja Lapangan

dan Workshop yang dilaksanakan pada tanggal 25 April - 28 April 2016. Kegiatan

ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (D-3)

pada Program Diploma Tiga Akademi Farmasi YARSI Pontianak serta

menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun dalam menghadapi dunia

kerja yang sesungguhnya, laporan ini kami susun setelah melaksanakan

Kunjungan Kerja Lapangan dan Workshop yang merupakan program studi pada

semester akhir di Akademi Farmasi YARSI Pontianak sebagai bukti pertanggung

jawaban kami atas kegiatan yang telah kami laksanakan.

Melalui Kunjungan Kerja Lapangan ini, kami telah mendapatkan berbagai

pengetahuan dan pengalaman. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran serta dan

dukungan dari Pemimbing yang sudah bekerja keras untuk mendidik kami selama

ini. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj.Dewi Sutresna TN, Apt selaku Dewan Pembina Penyelenggara

Pendidikan di Akademi Farmasi YARSI Pontianak.

2. Ibu Adhisty Kharisma Justicia,M.Sc.,Apt selaku direktur Akademi

Farmasi YARSI Pontianak.

3. Ibu Dra. Hj. Sri Sumiati.,BA.,SH, selaku pembimbing di Akademi

Farmasi YARSI Pontianak.

4. Seluruh dosen dan staf yang ada di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Surakarta.

i

Page 2: Lap. Industri

5. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan

kerjasamanya dalam pelaksanaan Kunjungan Kerja Lapangan ini yang

tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan Kunjungan Kerja Lapangan ini, oleh karena itu penyusun menerima

kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan ini.

Semoga laporan Kunjungan Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi

penyusun khususnya, dan menambah pengetahuan dalam bidang kefarmasian

bagi pembaca pada umumnya.

Pontianak, Mei 2016

Penyusun

ii

Page 3: Lap. Industri

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI.........................................................................................................iiiDAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................61.1. Latar Belakang........................................................................................61.2. Tujuan Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) dan Workshop....................7

1.2.1. Tujuan KKL......................................................................................71.2.2. Tujuan Workshop...............................................................................8

1.3. Tujuan Pembuatan Laporan.......................................................................9

BAB II TINJAUANPUSTAKA........................................................................102.1. Pekerjaan Kefarmasian.........................................................................102.2. Gambaran Umum Industri Farmasi......................................................112.3. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)..............................................112.4. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB).....................................142.5. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)....................18

BAB III URAIAN KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN.........223.1. Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu............22

3.1.1. Visi dan Misi Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu...................................................................................22

3.1.2. Tujuan Pendidikan...........................................................................233.1.3. Kegiatan Workshop di Poltekes Kemenkes Surakarta.....................23

3.2. B2P2TOOT (Balai Besar Tanaman Obat Dan Obat Tradisional).243.2.1. Visi dan Misi B2P2TOOT............................................................253.2.2. Kegiatan di B2P2TOOT...............................................................25

3.3. Jamu PT.SidoMuncul..............................................................................263.3.1. Sejarah Jamu PT.SidoMuncul..........................................................263.3.2. Visi dan Misi Industri Jamu SidoMuncul........................................283.3.3. Kegiatan Di Pabrik Industri Jamu PT.SidoMuncul.........................28

iii

Page 4: Lap. Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................304.1 Poltekes Kemenkes Surakarta Jurusan Jamu...........................................304.2 B2P2TOOT.............................................................................................314.3 Industri Jamu PT. SidoMuncul................................................................33

BAB V PENUTUP................................................................................................355.1. Kesimpulan............................................................................................355.2. Saran.......................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36LAMPIRAN..........................................................................................................37

iv

Page 5: Lap. Industri

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Pemberian materi Workshop..............................................................38

Lampiran 2 Produk Hasil Praktikum.................................................................39

Lampiran 3 Etalase Tanaman Obat B2P2TOOT...............................................40

Lampiran 4 Tahapan Pasca Panen Di B2P2TOOT............................................41

Lampiran 5 Pabrik Jamu SidoMuncul...............................................................42

Lampiran 6 Produk PT. SidoMuncul.................................................................43

v

Page 6: Lap. Industri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan

kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk

kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu

seseorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk

membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang

mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Indonesia sebagai Negara berkembang berusaha untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang menyeluruh, terarah dan

terpadu di segala bidang kesehatan, pembangunan kesehatan diarahkan agar

tercapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi seluruh

masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu

usaha yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

bidang kesehatan ialah dengan jalan menyediakan obat yang bermutu dan

terdistribusi secara merata, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh

masyarakat.

Industri farmasi sebagai produsen obat memiliki tanggung jawab dalam

menjamin tersedianya produk obat yang bermutu, aman dan berkhasiat. Guna

mewujudkan tersedianya obat bermutu, maka industri farmasi harus

memperhatikan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan lain yang dapat

Page 7: Lap. Industri

mempengaruhi mutu dari obat yang diproduksi.

Pemerintah melalui Surat keputusan menteri RI No. 43/ MENKES/ SK III

1998 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), maka industri farmasi

dituntut untuk menerapakan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik dan

Benar. Segala sesuatu yang berhubungan dengan perencanaan, pengadaan tahap

produksi, pengawasan mutu, pendistribusian, sanitasi higinies, bangunan,

peralatan, personalia, dan administrasi harus dikembalikan sedemikian rupa

sehingga tujuan industri dapat tercapai.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Akademi Farmasi Pontianak

melakukan kunjungan ke Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, B2P2TOOT,

dan kunjungan ke Industri Jamu PT.SidoMuncul melalui program kunjungan kerja

lapangan (KKL). Program pendidikan ini berguna bagi calon Ahli Madya Farmasi

sebagai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas. Dalam mengikuti KKL

mahasiswa dapat melihat, mengetahui menerima dan menyerap informasi

kesehatan dibidang kefarmasian, dengan demikian institusi pendidikan kesehatan

dapat mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan

peraturan pemerintahan (PP) No. 66 tahun 2010 tentang pendidikan.

1.2. Tujuan Kunjungan Kerja Lapangan (KKL) dan Workshop

1.2.1. Tujuan KKL

1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang

membentuk kemampuan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki

lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang

ditetapkan.

7

Page 8: Lap. Industri

2. Mengenai kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun social

budaya.

3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan

pengalaman kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan

penyuluhan obat kepada masyarakat.

4. Menumbuh kembangkan dan memantapakan sikap etis, profesionalisme

dan nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan

kerja sesuai dengan bidangnya.

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri

pada suasana atau iklim lingkungan kerja yang sebenarnya.

6. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan

teknologi baru dari lapangan kerja ke institusi pendidikan atau sebaliknya.

7. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan serta meningkatkan penyelenggara pendidikan Akfar

Yarsi Pontianak.

8. Memberi kesempatan masuk penempatan kerja.

1.2.2. Tujuan Workshop

1. Mahasiswa dapat memahami macam-macam tanaman obat atau jamu.

2. Mengetahui berbagai macam sediaan jamu.

3. Mengetahui berbagai macam teknologi pembuatan sediaan jamu.

4. Memahami tentang formula kecantikan.

8

Page 9: Lap. Industri

5. Memahami tentang formula jamu.

6. Mengetahui tentang pelayanan kecantikan.

7. Mengetahui cara-cara penyiapan simplisia (Botani).

1.3. Tujuan Pembuatan Laporan

1. Mahasiswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan

materi pelajaran yang diperoleh di institusi pendidikan dan diterapkan

pada lapangan kerja.

2. Mahasiswa mampu mencari alternative pemecahan masalah kefarmasian.

3. Mengumpulkan data guna kepentingan institusi pendidikan dan dirinya.

4. Menambah pembendaharaan perpustakaan institusi untuk menunjang

peningkatan pengetahuan mahasiswa lainya.

9

Page 10: Lap. Industri

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1. Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan kefarmasian merupakan salah satu unsur yang mendukung

berjalannya satu program kesehatan. Lulusan farmasi sanggup bekerja dalam

banyak dan berbagai macam bidang yang menyangkut ilmu-ilmu farmasi dan segi

farmasi terapan. Lapangan kerja ahli farmasi mencakup penelitian farmasi dan

perusahaan pembuatan serta distribusi dan sebenarnya pada setiap tahap fungsi

pengmbangan, produksi, pemasaran dan pengelohan produk obat. Ahli farmasi

berperan aktif dalam tugas Negara dalam bidang-bidang pengaturan, pengadaan,

distribusi dan penggunaan obat. Lembaga-lembaga pengajaran memanfaatkan ahli

farmasi dalam pendidikan dan bukan saja melatih mahasiswa farmasi tetapi juga

mahasiswa pada lapangan pekerjaan kesehatan terapan lainnya.

Pada saat ini lulusan farmasi mendapatakan tambahan pengetahuan

beberapa ilmu dasar seperti dalam bidang kimia organic, dan analitik atau dalam

bidang mikrobiologi atau biokimia, dan atas dasar kepentingan dan latar belakang

mereka sanggup bekerja secara efektif dalam penelitian farmasi. Para ahli farmasi

dengan gelar yang lebih tinggi dalam ilmu-ilmu dasar maupun ilmu farmasi atau

dalam bidang-bidang lain seperti pelaksanaan perawatan kesehatan, pemasaran

perundang-undangan obat-obatan, membantu pengusaha-pengusaha industri pada

masing-masing biang keahlian mereka.

Dalam pekerjaan kepemerintahan ahli farmasi dapat terlibat dalam

pekerjaan administrasi seperti dalam program pengembangan dalam penerapan

kesehatan dalam rancangan dan pelaksanaan peraturan yang berhubungan dengan

Page 11: Lap. Industri

standar mutu obat. Praktek pembuatan yang baik, dan praktek pengendaraan serta

pengggunaan obat dan mereka yang dalam profesinya bekerja pada rumah sakit

dan klinik-klinik pemerintah, serta lembaga-Iembaga kesehatan khusus.

2.2. Gambaran Umum Industri Farmasi

Industri farmasi menurut Surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1799/MENKES/PER/XII/2010 merupakan industri obat jadi dan industri bahan

baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang

telah melalui seluruh tahap pembuatan. Industri bahan baku tersebut ialah semua

bahan baik yang berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan

standar mutu sebagai bahan farmasi. Defmisi dari obat jadi yaitu sediaan atau

paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan.

2.3. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai

dengan tujuan penggunaannya. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh

sangat esensial untuk menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan

untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan kesehatan atau memelihara kesehatan.

Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

pengujian tetapi yang lebih penting, mutu harus dibentuk ke dalam produk

11

Page 12: Lap. Industri

tersebut. Mutu obat bergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses

produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personil

yang terlibat (CPOB, 2006). Aspek dalam CPOB meliputi:

1. Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar tercapai

tujuan CPOB dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka diperlukan manajemen mutu. Unsur dasar

manajemen mutu adalah: Infrastruktur atau sistem mutu yang tepat,

mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya.

Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian

dengan tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan

selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan (CPOB, 2006).

Dari unsur diatas, sistem manajemen mutu di industri farmasi

mencakup antara lain:

Struktur organisasi mutu, termasuk kewenangan pemastian mutu

dan pengawasan mutu:

Pengendalian perubahan

Sistem pelulusan batch

Penanganan penyimpangan

Pengolahan ulang

Inspeksi diri dan audit eksternal

Pelaksanaan program kualifikasi dan validasi

Personalia

12

Page 13: Lap. Industri

Sistem dokumentasi (Manajemen Farmasi Industri, 2007).

Aspek yang saling berkaitan membangun manajemen mutu terdiri

dari pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu

produk. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat

dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi

persyaratan mutu dan tujuan pemakaiannya.

CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan obat

dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu

yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar

serta spesifikasi produk. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu.

Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan

dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian. Organisasi,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian

yang diperlukan dan relevan telah dilakukan sehingga bahan yang belum

diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak

dijual sebelum mutunya dinilai memenuhi syarat.

Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan

mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Personil

pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk

melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila diperlukan.

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan

terhadap semua obat terdaftar dengan tujuan untuk membuktikan

konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan

pengemas dan obat jadi. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya

13

Page 14: Lap. Industri

dilakukan tiap tahun, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang

sebelumnya.

Industri farmasi dan pemegang izin edar, bila berbeda, hendaknya

melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu penilaian hendaklah

dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan pencegahan

ataupun validasi ulang harus dilakukan.

Alasan tindakan perbaikan hendaklah didokumentasikan. Tindakan

pencegahan dan perbaikan yang telah disetujui hendaklah diselesaikan

secara efektif dan tepat waktu.

2.4. Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB)

CPKB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan kosmetika yang bertujuan

untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan

mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Yang termasuk ke

dalam CPKB adalah:

1. Sistem manajemen mutu

2. Personalia

3. Bangunan

4. Peralatan

5. Sanitasi & Hygene

6. Produksi

7. Pengawasan mutu

8. Dokumentasi

9. Audit internal

14

Page 15: Lap. Industri

10. Penyimpanan

11. Kontrak produksi dan pengujian

12. Penanganan keluhan

13. Penarikan produk

Cara pembuatan yang baik atau good manufacture practices (GMP)

merupakan tool untuk pembuatan produk sehingga dihasilkan produk yang

aman, bermutu dan bermanfaat. Prinsip yang diterapkan di dalam GMP adalah

mencegahterjadinya kontaminasi silang baik dari sisi kimia, fisika maupun

mikrobiologi dan konsistensi produk terjamin baik keamanan, mutu dan

manfaatnya. Di bidangkosmetik,dikenal dengan sebutan Cara Pembuatan

Kosmetik yang Baik atauCPKB.

Kualitas produk kosmetika sangat bergantung pada kualitas bahan

bakunya.Panduan CPKB mencakup persyaratan yang harus dimiliki oleh bahan

baku yangharus sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan memiliki

kualitas yang konsisten. Persyaratan ini memerlukan kesetaraan pada parameter

kimiawi danfisika dan kemurnian mikroba. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, bahan baku kosmetik danbahancampuran memerlukan perlindungan

dari kontaminasi mikroba selama transportasi, penyimpanan dan produksi. Bahan

baku yang terkontaminasi akan mengintroduksimikroba ke dalam proses sehingga

produk dapat memiliki muatan mikroba berlebih(overload),akhirnya bahan

pengawet yang diberikan ke dalam produk tidak memadai dan tidak efektif

lagi.Oleh karena itu, kondisi esensial bagi manufaktur kosmetik adalah

denganmenggunakan bahan bakuyang memiliki kemungkinan terkecil

15

Page 16: Lap. Industri

muatankontaminasi mikrobanya, jika memungkinkan hanya 10 CFU (Colony

Forming Unit) per gram. Lebih lanjut lagi, spesifikasi yang harus diterima oleh

pemasok dapat menjamin ketiadaan mikroorganisme patogen potensial dan

material bioaktif lainnya.

Kompatibilitas ingredient (bahan baku) dengan pengemas haruslah

dipastikan.Wadah yang tersedia haruslah dapat diidentifikasi secara jelas dan

memiliki informasi berikut: nama produk, nomor batch, nomor item, berat kotor

( gross) dan bersih.

Perizinan Produksi Kosmetika

Izin produksi adalah izin yang harus dimiliki oleh pabrik kosmetika

untukmelakukan kegiatan pembuatan kosmetika. Industri kosmetika adalah

industri yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin usaha industri

atau tanda daftar industri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perizianan produksi kosmetika sesuai dengan Permenkes

No.1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika. Adapun izin

produksi dibedakan atas 2 (dua) golongan sebagai berikut :

a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat

membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika.

b. Golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat

membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan

menggunakan teknologi sederhana.

16

Page 17: Lap. Industri

Adapun tahapan dalam perizinan produksi kosmetik :

1. Pemohon mengajukan permohonan produksi kosmetika ke direktur

jenderal (tembusan kepada kepala badan, kepala dinas dan kepala balai).

2. Paling lama 7 hari kerja dilakukan evaluasi persyaratan administrasi oleh

kepala dinas.

3. Paling lama 7 hari dilakukan pemeriksaan oleh kepala balai terhadap

pemenuhan CPKB, higine industri kosmetik, dan dokumentasi.

4. Paling lama 14 hari kerja setelah evaluasi dinyatakan lengkap, kepala

dinas setempat wajib menyampaikan rekomendasi kpd dirjen dengan

tembusan kepada kepala badan.

5. Paling lama 14 hari kerja setelah pemeriksaan pemenuhan CPKB, kepala

balai waijb menyampaikan hasil pemeriksaan kepada kepala badan dgn

tembusan kpd kepala dinas dan dirjen.

6. Paling lama 7 hari kerja kepala badan memberikan rekomendasi kepada

kepala dirjen.

7.  Bila dalam 30 hari kerja surat permohonan diterima oleh kepala balai dan

kepala dinas tidak dilakukan evaluasi, pemohon dapat membuat surat

pernyataan siap berproduksi kepada dirjen dengan tembusan kepala badan,

kepala dinas dan kepala balai.

8. Dalam waktu 14 hari kerja setelah rekomendasi atau surat permintaan

diterima, Dirjen menyetujui, menunda atau menolak izin produksi.

17

Page 18: Lap. Industri

Izin produksi industri kosmetika Golongan A diberikan dengan

persyaratan:

a. Memiliki apoteker sebagai penanggungjawab

b. Memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat

c. Memiliki fasilitas laboratorium

d. Wajib menerapkan CPKB

Izin produksi industri kosmetika Golongan B diberikan dengan

persyaratan:

a. Memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai

penanggung jawab.

b. Memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai produk

yang akan dibuat.

c. Mampu menerapkan higiene sanitasi dan dokumentasi sesuai CPKB.

2.5. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang

jenis dan sifat kandungannya sangat bergam sehingga untuk menjamin mutu obat

tradisional diperlukan cara pembuatan yang dengan lebih memperhatikan proses

penanganan bahan baku.

Cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek

yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin

agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah

ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari

bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan

18

Page 19: Lap. Industri

personalia yang menangani. Adapun aspek dalam CPOB meliputi:

1. Sistem Manajemen Mutu

Dalam penerapan sistem manajemen mutu hendaklah dijabarkan

strktur organisasi, tugas dan fungsi, tanggung jawab, prosedur-

prosedur, intruksi-intruksi kerja, proses dan sumber daya.

Sistem mutu hendaklah dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan

perusahaan, sifat dasar produk-produknya, dan hendaklah diperhatikan

aspek penting yang diterapkan dalam pedoman CPOTB ini.

Pelaksanaan sistem mutu hendaklah menjamin bahwa apabila

diperlukan dapat dilakukan pengambilan contoh bahan awal, produk

antaran, produk ruahan dan produk jadi, serta dilakukan pengujian

terhadapnya untuk menentukan diluluskan atau ditolak, yang

didasarkan atas hasil uji dan kenyataan-kenyataan yang dijumpai

berikatan dengan mutu.

2. Personalia

Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman,

keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya,

dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Personalia hendaklah dalam

keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.

Semua personalia yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan

hendaklah dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-

prinsip cara pembuatan obat yang baik, hendaklah dijabarkan kewenagan

dan tanggung jawab personil-personil lain yang ditunjuk untuk

menjalankan pedoman cpob dengan baik.

19

Page 20: Lap. Industri

3. Bangunan

Bangunan industri obat tradisional hendaklah menjamin aktifitas

industri dapat berlangsung dengan aman.

4. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah

memiliki rancangan bangun kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai

serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap

produk terjamin secara seragam dari batch ke batch, serta untuk

memudahakan pembersihan dan perawatannya. Sarana pengolahan produk

hendaklah dilengkapai dengan peralatan sesuai dengan proses pembuatan

dan bentuk sediaan yang dibuat.

5. Sanitasi dan Higiene

Dalam pembuatan produk hendaklah diterapakan tindakan sanitasi

dan hygiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan,

personalia, bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran

produk.

6. Penyiapan Bahan Baku

Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah

memenuhi persyaratan yang berlaku.

7. Pengolahan dan Pengemasan

Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan

mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat

menjamin produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang

berlaku.

20

Page 21: Lap. Industri

8. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari cara

pembuatan obat tradisional. Rasa keterkaitan dan tanggung jawab semua

unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada

produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu

hendaklah merupakan bagian yang tersendiri. Sistem pengawasan mutu

hendaklah di rancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap produk

mengandung bahan dengan mutu yang benar dan di buat pada kondisi

yang tepat serta mengikuti prosedur standar sehingga produk tersebut

senantiasa memenuhi persyaratan produk jadi yang berlaku.

9. Dokumentasi

Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem

informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, label atau etiket,

prosedur, metode dan intruksi catatan dan laporan serta jenis dokumentasi

lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta

evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan produk. Dokumentasi

sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat intruksi

secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya,

sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang

biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lain.

21

Page 22: Lap. Industri

BAB III

URAIAN KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN

Kunjungan industri farmasi dilakukan pada tanggaL 25-28 April 2016.

Adapun pelatihan dan industri farmasi yang dikunjungi antara lain :

1. Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu

2. B2P2TOOT

3. Industri pabrik PT.Sidomuncul.

3.1. Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu

3.1.1. Visi dan Misi Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta

Jurusan Jamu

a. Visi

Menghasilkan tenaga kesehatan sebagai jamulog profesional yang

kompeten, unggul, dan kompetitif ditingkat global.

b. Misi

1. Menyelenggarakan Pendidikan Diploma III Jamu dengan dilandasi

kemampuan pengobatan dasar jamu.

2. Menyelenggarakan Pendidikan dasar-dasar fannasi dan pelayanan

Jamu, serta landasan penguasaan ilmu, keterampilan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang jamu

melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.

3. Mengembangkan tata kelola penyelenggaraan pendidikan D III

Jamu yang mandiri, akuntabel dengan jaminan mutu.

Page 23: Lap. Industri

4. Menyelenggarakan upaya pengabdian masyarakat melalui

peneparan IPTEK dalarn pelayanan dan pendidikan dibidang jamu.

5. Mengembangkan upaya kemitraan dan kewirausahaan dalam

menunjang peningkatan mutu pendidikan D III Jamu.

3.1.2. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan D-lll jamu adalah menghasilkan lulusan Jamulog

(Herbalis) dengan gelar AHLI MADYA JAMU yang mempunyai kompetensi:

1. Mampu mengelola unit pelayanan bidang klinik Jamu.

2. Mampu memberikan layanan Jamu(herbal) dalam lingkup:

1) Peningkatan Kesehatan

2) Pencegahan penyakitl masalah kesehatan

3) Pemeliharaan kesehatan

4) Pemulihan kesehatan

5) Mampu mendidik, memberi penyuluhan dan melatih dalam layanan

Jamu.

6) Mampu melaksanakan penelitian dalam bidang pengembangan

Jayanan Jamu.

3.1.3. Kegiatan Workshop di Poltekes Kemenkes Surakarta

Kegiatan workshop di Poltekes Kemenkes Surakarta dilakukan selama 2

hari dimuali pada tanggal 25-26April 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan

selama workshop di Poltekes Kemenkes Surakarta antara lain:

Tanggal 25April 2016 :

1. Registrasi

2. Pembukaan dan penyambutan oleh Direktur/PDI Ketua Jurusan Jamu

23

Page 24: Lap. Industri

3. Penyampaian Materi tentang kewirausahaan, kecantikan antiaging, K3,

Teori Formula kecantikan, Formula sediaan, Perijinan, dan Pengenalan

TOI (Tanaman Obat Indonesia)

4. Tanya Jawab

Tanggal 26 April 2016 :

1. Praktikum botani dan TPP.

2. Praktikum formulasi kecantikan.

3. Praktikum formulasi jamu

4. Praktikum kecantikan.

3.2. B2P2TOOT (Balai Besar Tanaman Obat Dan Obat Tradisional)

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (B2P2TOOT),Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

pada awalnya tahun 1948 berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus Medicus

Tawangmangu.Pada tahun 1963- 1968 berada di bawah koordinasi Badan

Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975 dibawah

Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Fannasi Nasional). Pada tahun 1975-1979

kebijakan Pemerintah menetapkan Hortus Medicus di bawah pengawasan

Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil, Ditjen POM, Depkes RI.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149IMenkesiSKlIV178 pada

tanggal 28 April 1978 status kelembagaan berubah menjadi Balai Penelitian

Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan

Litbang Kesehatan. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.

491/Per/Menkes/VII/2006 tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status

24

Page 25: Lap. Industri

kelembagaanya menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat

dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).

3.2.1. Visi dan Misi B2P2TOOT

a. Visi

Menjadi Institusi Unggulan dan Referensi Nasional dalam Bidang

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.

b. Misi

Menghasilkan Iptek dan Informasi Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang Berkulaitas berdasarkan

Kaidah Ilmiah dan Etika.

3.2.2. Kegiatan di B2P2TOOT

Kegiatan kunjungan ke B2P2TOOT dilakukan pada tanggal 27 April 2014.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama kunjungan antara lain :

1. Acara penyambutan dari pihak B2P2TOOT

2. Kata sambutan dari pihak B2P2TOOT dan Akademi Farmasi Yarsi

Pontianak

3. Penjelasan tentang profil B2P2TOOT

4. Kunjungan ke etalase tanaman obat dikebun obat B2P2TOOT

5. Kunjungan ke ruangan instalasi paska panen pembuatan simplisia

6. Kunjungan ke museum obat tradisional.

25

Page 26: Lap. Industri

3.3. Jamu PT.SidoMuncul

3.3.1. Sejarah Jamu PT.SidoMuncul

PT. SidoMuncul bermula dari sebuah industri rumah tangga

pada tahun 1940, dikelola oleh Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta,

dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Banyaknya permintaan

terhadap kemasan jamu yang lebih praktis, mendorong beliau

memproduksi jamu dalam bentuk yang praktis (serbuk), seiring

dengan kepindahan beliau ke Semarang , maka pada tahun 1951

didirikan perusahan sederhana dengan nama SidoMuncul yang berarti

"Impian yang terwujud" dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun.

Dengan produk pertama dan andalan, Jamu Tolak Angin, produk jamu

buatan Ibu Rakhmat mulai mendapat tempat di hati masyarakat sekitar

dan permintaannyapun selalu meningkat.

Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten

Trenggulun ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi

yang besar akibat permintaan pasar yang terus meningkat, dan di tahun

1984 pabrik dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl.

Kaligawe, Semarang.

Guna mengakomodir demand pasar yang terus bertambah,

maka pabrik mulai dilengkapi dengan mesin-mesin modern, demikian

pula jumlah karyawannya ditambah sesuai dengan kapasitas yang

dibutuhkan (kini jumlahnya mencapai lebih dari 2000 orang).

Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, dirasa perlu untuk

membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern, maka di tahun

26

Page 27: Lap. Industri

1997 diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru di

Klepu, Ungaran oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 dan

disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu,

Drs. Wisnu Kaltim.Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kec. Bergas,

Ungaran, dengan luas 29 Ha tersebut diresmikan oleh Menteri

Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, dr. Achmad

Sujudi pada tanggal 11 November 2000. Saat peresmian pabrik,

SidoMuncul sekaligus menerima dua sertifikat yaitu Cara Pembuatan

Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang

Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang

menjadikan PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu

berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik

seluas 7 hektar, lahan Agrowisata ,1,5 hektar, dan sisanya menjadi

kawasan pendukung lingkungan pabrik.

Secara pasti PT. SidoMuncul bertekad untuk mengembangkan

usaha di bidang jamu yang benar dan baik. Tekad ini membuat

perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi dan inovatif. Disamping itu

diikuti dengan pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar,

baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitasnya akan menghasilkan

jamu yang baik.

Untuk mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran

produk baru selalu didahului oleh studi literatur maupun penelitian

yang intensif, menyangkut keamanan, khasiat maupun sampling pasar.

Untuk memberikan jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai

27

Page 28: Lap. Industri

dari barang datang , hingga produk sampai ke pasaran, dilakukan

dibawah pengawasan mutu yang ketat.

Seluruh karyawan juga bertekad untuk mengadakan perbaikan

setiap saat, sehingga diharapkan semua yang dilakukan dapat lebih

baik dari sebelumnya.

3.3.2. Visi dan Misi Industri Jamu SidoMuncul

a. Visi

Menjadi industri jamu yang dapat memberikan manfaat pada

masyarakat dan lingkungan.

b. Misi

1. Meningkatkan mutu pelayanan di bidang herbal tradisional

2. Mengembangkan research / penelitian yang berhubungan dengan

pengembangan pengobatan dengan bahan-bahan alami.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membina

kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami

dan pengobatan secara tradisional.

4. Ikut mendorong pemerintah / instansi resmi agar lebih berperan

dalam pengembangan pengobatan tradisional.

3.3.3. Kegiatan Di Pabrik Industri Jamu PT.SidoMuncul

Kunjungan ke pabrik Industri Jamu PT.SidoMuncul dilakukan pada

tanggal 28 April 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan selama kunjungan di

pabrik Jamu PT.SidoMuncul antara lain :

1. Acara penyambutan dari pihak pabrik Jamu PT.SidoMuncul.

2. Kata sambutan dari pihak pabrik Jamu PT.SidoMuncul dan pihak

28

Page 29: Lap. Industri

Akademi Farmasi Yarsi Pontianak.

3. Pemberian Materi Tentang Profil dan Sejarah Jamu PT.SidoMuncul.

4. Kunjungan ke pabrik Jamu PT.SidoMuncul untuk melihat proses

pembuatan/proses produksi secara langsung

5. Diskusi singkat dan tanya jawab oleh pihak Jamu PT.SidoMuncul.

6. Penyerahan cindera mata baik dari pihak Akademi Farmasi Yarsi

Pontianak maupun dari pihak Jamu PT.SidoMuncul.

7. Foto bersama bersamaan dengan penutupan oleh pihak Politeknik

Kementerian Kesehatan Surakarta.

29

Page 30: Lap. Industri

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kunjungan industri merupakan suatu kegiatan untuk mengenalkan

mahasiswa terhadap lingkungan kerja diwilayah industri farmasi. Melalui kegiatan

kunjungan industri farmasi diharapkan mahasiswa mendapatkan tambahan ilmu

serta melihat langsung sistematis kegiatan yang dilakukan di industri farmasi.

Mahasiswa tidak hanya dibekali ilmu pengetahuan secara teoritis saja

melainkan dengan melakukan kunjungan industri farmasi mahasiswa mampun

menjalankan tugasnya secara profesional. Perkenalan terhadap lingkungan kerja

diwilayah industri farmasi merupakan salah satu saran dalam rangka

meningkatkan sikap profesional.

4.1 Poltekes Kemenkes Surakarta Jurusan Jamu

Kunjungan ke Poltekes Kemenkes Surakarta dilaksanakan pada tanggal 25

sampai 26 April 2016. Paada tanggal 25 April 2016 kami disambut hangat dan

baik dari pihak Poltekes Kemenkes Surakarta jurusan jamu. Selanjutnya kegiatan

dilakukan yaitu materi kewirausahaan disampaikan oleh bapak Indarto AS., S.

Pd., M. Kes, materi Kecantikan anti aging disampaikan oleh ibu Nutrisia

Aquariushinta Sayuti, M. Sc., Apt, materi K3 disampaikan oleh bapak Sigit Tri

Ambarwanto, S. Kep. Ns, materi Teori Formulasi Sediaan Kecantikan

disampaikan oleh ibu Youstiana DR., M. Si, materi Teori Formulasi Sediaaan

disampaikan oleh bapak Drs. Agus Winarso, M. Kes., Apt, materi Perijinan

Page 31: Lap. Industri

disampaikan oleh ibu Indri Kusuma Dewi, M. Sc., Apt yang terakhir materi

pengenalan TOI disampaikan oleh Bambang Yunianto, SKM, M. Kes.

Pada tanggal 26 April 2016 kegiatan yang dilakukan yaitu praktikum

pembuatan sediaan yang dilakukan di Laboratorium Poltekes Kemenkes

Surakarta. Selanjutnya melihat sediaan jamu yang dibuat oleh Mahasiwa Poltekes

Kemenkes Jurusan Jamu.

Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan jamu tersebut adalah

ekstrak tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat yaitu kunyit, temulawak,

jahe, secang, lengkuas, jintan hitam dan lain-lain. Sediaan jamu yang dibuat pada

pratikum yaitu membuat formula jamu, serbuk lulur tradisional, body scrub

tradisional, body butter tradisional, sirup secang, wedang beras kencur, dan

wedang uwuh. Kemudian pratikum dilanjutkan pada pelayanan jamu dalam

kecantikan yaitu melakukan facial dan massage.

4.2 B2P2TOOT

Kunjungan B2P2TOOT dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016. Kegiatan

yang dilakukan adalah KKL ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) di Tawangmangu. B2P2TOOT

merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta

pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal. Selain itu

B2P2TOOT tidak hanya memiliki kebun tanaman obat tapi juga memiliki

Iaboratorium untuk penelitian bahkan klinik Hortua Medicus dengan jumlah

pasien rata-rata 30-50 pasien perhari.

31

Page 32: Lap. Industri

Kegiatan pertama yang kami lakukan yaitu sambutan yang diberikan oleh

pihak B2P2TOOT. Kegiatan selanjutnya yaitu kami diajak berkeliling ke etalase

yang ada di B2P2TOOT. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian dan Instalasi Pasca

Panen serta Museum Tanaman Obat. Etalase tanaman obat merupakan tempat

pengembangbiakan tanaman obat. Ada banyak tanaman obat yang dikembangkan

di etalase tanaman obat B2P2TOOT. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian merupaka

tempat khusus untuk adaptasi tanaman obat hasil eksplorasi dan adaptasi tanaman

obat tertentu. Instalasi Pasca Panen merupakan tempat penanganan hasil panen

tanaman obat meliputi pencucian, sortasi, pengubahan bentuk, pengeringan,

pengemasan dan penyimpanan serta stok/gudang simplisia. Museum tanaman

obat. Disini mahasiswa dapat mengetahui berbagai tanaman obat asli Indonesia

yang wajib untuk dilestarikan dan dimanfaatkan untuk pengobatan. Kemudian

dilanjutkan dengan memperkenalkan tanaman-tanaman obat yang ada di kebun

B2P2TOOT. Selanjutnya kami berkunjung ke museum dan klinik yang ada di

B2P2TOOT.

Komitmen pemerintah untuk mengembangkan wisata kesehatan telah

disetujui antara Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatiftentang "Health Tourism" di Ballroom Birawa Gedung Bidakara

pada 28 November 2012 yang lalu. Guna mendukung program tersebut

B2P2TOOT menyelenggarakan "Workshop Pengembangan Wisata Kesehatan

Tradisional/ Jamu (Jamu Health Tourism)".

Workshop tersebut dihadiri perwakilan dari Provinsi Bali dan Jawa Tengah

serta Rumah Diabetes Ubaya Surabaya. Juga hadir sebagai pembicara: Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Direktur Pengembangan Wisata

32

Page 33: Lap. Industri

Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even (Kemenparenkraf), Dirjen Bina Gizi

dan KIA dan Pusat Promosi Kesehatan.

Paparan dari peserta menggambarkan betapa luar biasanya potensi wisata

kesehatan di Provinsi Jawa Tengah dan Bali. Dan diakhir acara para peserta

berkomitmen saling berkomunikasi untuk mengembangkan wisata kesehatan jamu

di Indonesia.

4.3 Industri Jamu PT. SidoMuncul

Kunjungan di industri Jamu PT. SidoMuncul dilaksanakan tanggal 28 April

2016. Kegiatan dilakukan antara lain pertama sambutan yang diberikan oleh pihak

Jamu Pt. SidoMuncul dengan baik. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh

petugas mengenai profil, selanjutnya kami melakukan kunjungan ke lokasi

produksi Jamu PT. SidoMuncul untuk mengetahui proses produksi secara

langsung. Ada pun proses produksi jamu di PT. SidoMuncul antara lain

penerimaan dan seleksi bahan baku, pengeringan bahan baku, penghalussan bahan

baku, ekstraksi, pembuatan sediaan, pengemasan, pengujian mudu sediaang yang

telah dikemas, penyimpanan, dan distribusi.

Pada proses pertama bahan baku yang diterima kemudian di seleksi sesuai

dengan standar yang berlaku. Untuk bahan baku yang sesuai dengan standar dan

dinyatakan lolos seleksi diberikan tanggal pengemasannya dan di tempatkan

berdasarkan bentuk dari bahan tersebut. Sedangkan untuk bahan baku yang tidak

memenuhi standar dan dinyatakan tidak lolos seleksi kemas pada tempat lain.

Setelah lolos seleksi, bahan baku dikeringkan menggunakan oven hingga

diperoleh kadar air yang sesuai standar. Selanjutnya bahan baku yang telah kering

33

Page 34: Lap. Industri

dihaluskan menggunakan mesin penghalus dan hasilnya disimpan dalam

tempatyang sudah disediakan. Sebelum diekstraksi, bahan baku yang sudah halus

diperiksa kembali (Quality Control) untuk memastikan kualitas bahan baku.

Bahan baku yang sudah diperiksa kemudian diekstraksi menggunakan metode

maserasi dengan pelarut etanol. Hasil maserasi yang didapat kemudian dikentalkan

dengan penangas.

Ekstrak kental yang didapat siap untuk dibuat dalam berbagai bentuk sediaan

diantaranya tolak angin, tolaklinu, kopi jahe, susu jahe, este-emje dengan ginseng, kuku

bima dan lain sebagainya. Setelah dilakukan proses pembuatan, dilakukan proses

pengemasan dengan caramanual dan menggunakan teknologi mesin. Jamu yang

sudah dikemas kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan secara FEFO (First

Expired First Out) dimana sediaan jamu yang tanggal kadaluwarsanya lebih awal

maka didistribusikan Iebih cepat. Produk Jamu PT. SidoMuncul didistribusikan

hampir ke seluruh daerah di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat salah satunya

Pontianak.

PT. SidoMuncul memiliki anak prusahaannya salah satunya adalah pembuatan

pupuk organik dari libah simplisia yang tidak digunakan, pupuk tersebut dibuat dengan

berbagai macam bentuk sediaan antara lain pupuk cair pupuk padat.

34

Page 35: Lap. Industri

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kunjungan dan pelatihan industri yang dilaksanakan pada tanggal

25 - 28 April 2016 di Poltekes Kemenkes Surakarta Jurusan Jamu, B2P2TOOT,

dan industri jamu PT.SidoMuncul maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Industri farmasi yang baik adalah industri yang mampu bersaing seeara

global dan mengetahui era pengadaan, pemasaran dan pendistribusian

obat yang telah jadi.

2. Setiap industri farmasi dalam proses produksi selalu mengacu kepada

aturan cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

3. Dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan, memperluas dan

memantapkan keterampilan sebagai bekal untuk memasuki lapangan

kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan dengan

kunjungan kerja industri adalah sebagai berikut:

1. Untuk pihak industri, diharapkan dapat meningkatkan sarana dan

prasarana yang berkaitan dengan pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang

baik dan benar (CPOB).

2. Untuk kampus, diharapkan untuk memperpanjang waktu dan

memperbanyak tempat kunjungan kerja industri sehingga ilmu

pengetahuan yang di dapatkan Iebih luas.

Page 36: Lap. Industri

DAFTAR PUSTAKA

http://sidomuncul.com/.

Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

381/Menkes/SK/III/2007 Tentang Kebijakan Obat Tradisioanal.

Menkes RI. Jakarta

Menkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

246 Tahun 1990 Tentang Izin Industri Obat Tradisional dan

Pendaftaran Obat Tradisional. Menkes. Jakarta

Menkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1175 Tahun 2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika. Menkes. Jakarta

PP. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian. PP. Jakarta

PP RI. 1990. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

1990 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan. PP RI. Jakarta.

Tim Botani dan Formulasi. 2014. Buku Panduan Pelatihan Formulasi Jamu

Tingkat Dasar. Poltekkes Surakarta Jurusan Jamu

Tim Jurusan Jamu. 2016. Pedoman workshop jamu estetika tradisional

dengan ramuan jamu sebagai warisan budaya indonesia. Poltekes

Surakarta Jurusan Jamu.

UURI. 2009. UURI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. UURI.

Jakarta

Page 37: Lap. Industri

L

A

M

P

I

R

A

N