lapkas appendisitis perforasi
DESCRIPTION
peritonitis difussa e.c perforasi appendisitisTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Peritonitis difussa e.c appendisitis perforasi
KONSULEN
dr. H. Yarie H. Hudly, Sp.B, FINACS
Leonita Budi Utami
08310172
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD TASIKMALAYA 2012
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 9 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Tasikmalaya
Pekerjaan : Pelajar kelas 4 SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
No. CM : xxxx
MRS : 8 Desember 2012
ANAMNESA
(Autoanamnesis dan alloanamnesis )
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke UGD RSUD Tasikmalaya diantar keluarganya dengan keluhan nyeri perut di sebelah kanan bawah yang dirasakan semakin parah sejak 1 hari sebelum masuk RS. Pasien mengeluhkan nyeri perut dirasakan sudah sejak ± 7 hari sebelum masuk RS yang awalnya hanya dirasakan pada bagian ulu hati namun sekarang terasa sangat sakit di perut bagian kanan bawah. Nyeri perut dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk dan terjadi terus-menerus. Nyeri dirasakan mengganggu aktivitas pasien disekolah. Nyeri akan bertambah ketika pasien batuk dan banyak bergerak. Nyeri sedikit mereda ketika pasien mengurangi gerakan.
• Ibu pasien mengatakan bahwa selama 4 hari pasien pernah mengalami BAB cair berwarna kuning disertai lendir tidak bercampur darah. BAB cair dirasakan sering ≥ 3x dalam sehari. Namun setelah menjalani pengobatan dari dokter sebelum masuk RS, pasien tidak lagi mengalami BAB cair. Setelah berobat pasien justru belum BAB sejak 3 hari lalu tetapi pasien masih dapat buang angin. Pasien mengatakan tidak ada keluhan BAK.
• Pasien juga mengalami demam sejak 4 hari yang lalu. Demam dirasakan terus-menerus sampai sekarang. Ibu pasien juga menuturkan bahwa pasien sering muntah. muntah tidak menyembur, berisi makanan, tidak disertai darah dan dirasakan sering, ± 5x dalam sehari. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa mual, nafsu makan berkurang.
• Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti sekarang. Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Pasien sudah pernah menjalani pengobatan dari dokter untuk keluhan BAB cair, nyeri perut dan demam. Pasien mengkonsumsi obat tablet dan sirup untuk mengatasi keluhan tersebut namun belum ada perubahan yang berarti.
• Riwayat Penyakit Dahulu • Riwayat nyeri perut sebelumnya disangkal• Riwayat sakit cacingan disangkal
• Riwayat Pengobatan
Sudah pernah menjalani pengobatan di mantri dan dokter umum untuk keluhannya namun tidak mengalami perubahan
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign• Keadaan umum : Baik• Kesadaran : Komposmentis• Tekanan darah : 100/60 mmHg• Nadi : 138 x/mnt• Respirasi : 28 x/mnt • Suhu : 38,2C (axiller)
• Status Generalis
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Bibir kering (+)
Leher : Dalam batas normal
Thorak
Co & Pulmo : Dalam batas normal
Anogenital : ♂ dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
• Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : Distensi (+), darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Palpasi : Defans muskuler (+), nyeri tekan dan lepas pada seluruh lapang abdomen.
Perkusi : Nyeri ketok diseluruh lapangan perut, pekak hepar sulit dinilai
Pemeriksaan RT : mukosa licin, spinchter ani melemah, nyeri seluruh jarum jam
• DIAGNOSIS KERJA
Peritonitis difussa et causa appendicitis akut perforasi
• USULAN PEMERIKSAAN• Darah lengkap• USG abdomen
PENATALAKSANAAN
Pre op :• pemasangan iv line• Dekompresi,DC, O2• antibiotik• histamine-2 blocker• puasakan pasien
Rencana op : appendektomi per laparotomy eksplorasi (cito)
• Prognosa• Dubia ad bonam
Definisi • Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada
apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Anatomi
• Panjang appendiks adalah organ berbentuk tabung dengan panjang kurang lebih 10 cm (3-15 cm), Letak ujung distal appendiks bervariasi di kuadran kanan bawah; dapat di retrosekal, pelvis, subsecal, preileal, atau pericolica kanan.
• Apendiks dialiri darah oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk arteri akhir atau ujung.
• Apendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke nodus limfe ileocaecal.
• Persarafan apendiks berasal dari persarafan simpatis yang berasal dari plexus mesenterikal superior (T10-L1), dan parasimpatis yang aferennya berasal dari n.vagus.
Epidemiologi • Apendisitis akut dapat terjadi pada semua tingkat usia
dan paling sering menyerang pada usia dekade kedua dan ketiga.
• Pada umumnya insidens pada laki – laki sedikit lebih tinggi dibanding wanita.
Etiologi Apendisitis
• Obstruksi lumen appendiks• Hiperplasia jaringan limfe• Fekolith• Benda asing, misalnya cacing Askaris• Tumor• Erosi mukosa appendiks, misalnya oleh E. Hystolitica
Klasifikasi • Appendisitis acuta • Appendisitis kronika
Patofisiologi
Gejala klinis• Riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan
pertama kali di ulu hati.• Mungkin diikuti mual dan muntah• Demam ringan 37,5 -38,5 C.• Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah
beberapa jam, sampai dengan 24 jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan).
• Konstipasi / diare
Tabel Skor Alvarado SkorGejala Klinis · Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan· Nafsu makan menurun· Mual dan atau muntah
111
Tanda Klinis· Nyeri lepas · Nyeri tekan fossa iliaka kanan· Demam (suhu > 37,2 C)⁰
121
Pemeriksaan Laboratoris· Leukositosis (leukosit > 10.000/ml)· Shift to the left (neutrofil > 75%) 2
1
TOTAL 10Interpretasi:Skor 7-10 = Apendisitis akutSkor 5-6 = Curiga apendisitis akutSkor 1-4 = Bukan apendisitis akut
Pemeriksaan fisikInspeksi- pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
Palpasi
-Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas.
-Defence muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.
-Pada appendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
Perkusi
-Terdapat nyeri ketok
Auskultasi
- sering normal
Rectal Toucher
-Tonus musculus sphincter ani baik
-Ampula kolaps
-Nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
Psoas dan obturator sign
Pemeriksaan penunjang• Laboratorium
• Leukosit ↑ antara 12.000-18.000/mm3
• neutrofilia (shift to the left)
• Foto Polos Abdomen• USG• CT-Scan
Figure1. Plain radiographic image of the abdomen revealing an appendicolith (arrow) in the right lower quadrant.
• the normal appendix (long section) seen posterior to the caecum
• Graded compression ultrasound of the right lower quadrant reveals a non-compressible, enlarged appendix (arrows). Definition of the bowel wall layers, particularly the echogenic submucosa, is lost, suggesting perforation.
Diagnosa banding
• Gastroenteritis• Demam Dengue• Infeksi panggul• KET• Urolitiasis pielium/ureter kanan• Penyakit saluran cerna lainnnya
Tatalaksana • Tindakan yang paling tepat dan terbaik bila diagnosis
klinis sudah jelas adalah appendektomi, yang bisa dilakukan secara terbuka (Open appendectomy) maupun dengan laparoscopic (Laparoscopic appendectomy).
KESIMPULAN
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran apendiks yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi mengalami perforasi.