laporan akhir kegiatan pendampingan kawasan rumah pangan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAHPANGAN LESTARI (KRPL) DI PROPINSI
ACEH
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2014
Dr. YENNI YUSRIANI, SPt, M.P
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RDHPKegiatan 2013
: Pendampingan Kawasan Rumah PanganLestari (KRPL) Di Propinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianProvinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 LampineungBanda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 20135. Status Penelitian : Baru6. Penanggung Jawab :
A. Nama : Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.PB. Pangkat / Golongan : Penata Tk 1/IIIdC. Jabatan Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Aceh8. Agroekosistem : Dataran Rendah9. Tahun Mulai : 201110. Tahun Selesai : 201511. Output Tahunan : Menyediakan pendampingan dalam
pengembangan KRPl di kabupaten/kota diProvinsi Aceh
12. Output Akhir : Memenuhi kebutuhan pangan dan gizikeluarga dan masyarakat secara lestaridalam satu kawasan
13. Biaya : 884.500.000,- (Delapan Ratus DelapanPuluh Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
Mengetahui,Kepala Balai
Ir. Basri AB, M.SiNIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program,
Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 003
Penanggungjawab Kegiatan,
Dr. Yenni Yusriani, SPt, M.PNIP. 19730716 199903 2 002
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, karena dengan rahmat-Nya penulis beserta tim
telah dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kegiatan Pendampingan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Propinsi Aceh. Laporan ini disusun berdasarkan
kegiatan yang telah dilaksanakan selama bulan Maret sampai Desember tahun
2014 di Propinsi Aceh. Kegiatan ini didukung oleh DIPA-018.09.2.567392/2014.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti
yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan
kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
kegiatan ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang
dilanjutkan dengan penyusunan laporan tengah tahun ini, kami ucapkan terima
kasih dan semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Desember 2014Penanggungjawab,
Dr. Yenni Yusriani, S.Pt., M.PNIP. 19730716 199903 2 002
4
RINGKASAN
1. Judul RDHP : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari(KRPL) di Provinsi Aceh
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
3. Lokasi : Provinsi Aceh4. Agroekosistem : Dataran rendah dan Dataran tinggi5. Status : Lanjutan6. Tujuan : Memberi pendampingan dalam pengembangan
Kawasan Rumah Pangan Lestari di 21kabupaten/kota di Provinsi Aceh
7. Keluaran : Terdampinginya kegiatan pengembanganKawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Aceh
8. Hasil : Berkembangnya KRPL yang sesuai dengan spesifiklokasi di seluruh kabupaten/kota Provinsi Aceh
9. Prakiraan Manfaat : Mendukung kebijakan pembangunan pertanianwilayah melalui pemanfaatan lahan pekarangandan lahan terlantar
10. Prakiraan Dampak : Berkembangnya kemampuan keluarga danmasyarakat secara ekonomi dan sosial, dalammemenuhi kebutuhan pangan dan gizi secaralestari, menuju keluarga dan masyarakat yangmandiri dan sejahtera melalui pemanfaatan lahanpekarangan.
11. Prosedur : (1) Penguatan Kebun Bibit Inti (KBI), (2)Penguatan Dan Pengembangan Kebun BenihDesa (KBD), (3) Penguatan Kelembagaan M-Krpl, Dan (4) Sosialisasi Dan Pelatihan UntukPendampingan Pengembangan Krpl Di SetiapKabupaten/Kota.
12. Jangka Waktu : Tahun Ke 413. Biaya : Rp 884.500.000,- (Delapan Ratus Delapan
Puluh Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
5
SUMMARY
1. Title : The Area of Sustainable Food House Programin Aceh Province
2. Implementation Unit : Assessment Institute for AgricultureTechnology (AIAT Aceh)
3. Location : Aceh Province4. Agroecosystem : Dry land area5. Status : Continued6. Objectives : To provide assistance in developing the
Sustainable Food House Program in AcehProvince
7. Output : Assistance in Sustainable Food-House Programarea is expected to be available in AcehProvince
8. Outcome : Sustainable Food House Program in eachdistrict in Aceh Province is developed based onthe condition of specific location.
9. Expected benefit : The utilization of home garden and empty landis expected to support the development inagriculture.
10. Expected impact : There is an increase in family and community’sincome in fulfilling sustainable food andnutrition through the utilization of homegarden.
11. Procedure : (1) Establishing Main Seed Garden(2) Strengthening Village Seed Garden, (3)Upgrading the Existing Sustainable Food-Reserved Garden(4) Socializing and training the farmers indeveloping the sustainable food-reservedgarden program in each district in AcehProvince.
12. Duration : 1 Year (4th Year)13. Budget : IDR 884.500.000
6
PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama
dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti
yang diharapkan. Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat
(UPMMR), dengan menggalakkan produksi telo, Kacang dan Jagung yang dikenal
dengan Tekad, sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22
Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait, namun pada kenyataannya
tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu
diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan,
dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam
mendukung penganeka-ragaman konsumsi pangan (BKP, 2010).
Dikaitkan dengan potensi yang ada, Indonesia memiliki sumber daya
hayati yang sangat kaya. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk
Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu
upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan
melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan
di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan
lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga.
Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam terbentang
dari wilayah Sabang sampai Merauke. Berbagai jenis tanaman pangan seperti
padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari
hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan
obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.
Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran
pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan
ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan
7
sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.
Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang
relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian,
sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan
tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil
maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara
lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat
pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.
Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai
salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan
keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian mengembangakan konsep KRPL. Untuk mewujudkan gagasan tersebut
di tingkat lapangan di daerah, maka setiap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) di masing-masing provinsi ditugaskan melaksanakan pembangunan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran yang ingin dicapai dari KRPL ini
adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi
dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju
keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Melalui
pengembangan KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH)
masyarakat meningkat dari 65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen dan
pengeluaran pangan keluarga menurun menjadi 50-55 persen.
Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk
ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang
lama dan masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai
pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan
lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
pedesaan.
1. 2. Tujuan
Tujuan umum pengembangan KRPL di Provinsi Aceh antara lain:
8
1. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman
pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga
menjadi kompos.
2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara
lestari dalam suatu kawasan.
3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Tujuan tahunan pengembangan KRPL di Provinsi Aceh adalah:
1. Membangun unit percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
2. Membangun jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta, dan
organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan pemanfaatan lahan
pekarangan menggunakan pola KRPL.
1. 3. Keluaran Yang Diharapkan
Keluaran jangka panjang kegiatan KRPL adalah:
1. Meningkatnya keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman
pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan
ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga
menjadi kompos. Peningkatan adopsi teknologi anjuran tepat guna
2. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara
lestari dalam suatu kawasan.
3. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Keluaran tahunan kegiatan KRPL adalah:
1. Terbangunnya unit percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
2. Terbangunnya jejaring kerjasama dengan Pemerintah Daerah, swasta, dan
organisasi masyarakat lainnya dalam pengembangan pemanfaatan lahan
pekarangan menggunakan pola KRPL
9
10
1.4. Hasil yang Diharapkan
Terbentuknya unit percontohan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di
setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh serta menjalin kerjasama dengan
Pemerintah Daerah, swasta, dan organisasi masyarakat lainnya dalam
pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan menggunakan pola KRPL
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan
sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju
keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui pemanfaatan lahan
pekarangan. Peningkatan ekonomi keluarga dapat terjadi dengan jalan
mengurangi pengeluaran untuk biaya kebutuhan pangan maupun dengan
peningkatan pendapatan dari hasil penjualan produksi pertanian yang berasal
dari lahan pekarangan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta
International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa
ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga.
Salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan
keluarga tersebut adalah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Berdasarkan
pemikiran bahwa dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan
nasional harus dimulai dari rumah tangga, maka pemanfaatan lahan pekarangan
untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif
untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan
keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung
hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis
pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh
karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu
diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan
pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kementerian pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan
model kawasan rumah pangan lestari (model krpl) yang merupakan
himpunan dari rumah pangan lestari (rpl) yaitu rumah tangga dengan prinsip
pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan
berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa
depan,serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan
pekarangan dalam konsep model krpl dilengkapi dengan kelembagaan kebun
bibit desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil
yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011).
Potensi lahan pekarangan cukup besar, di Indonesia mencapai 10,3 juta ha
atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian (BBP2TP, 2011). Potensi yang
cukup besar ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan
yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
12
Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani
terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga
pengembangan berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum
banyak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan
pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman
hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan
keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah
tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (BBP2TP, 2011).
KRPL diharapkan dapat diwujudkan menjadi sebuah model yang mampu
mencarikan solusi ketahanan pangan rumahtangga secara berkelanjutan, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Badan Litbang Pertanian melalui 65 Unit Kerja
(UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui
dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis (BBP2TP, 2011).
13
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan antara tahapan kegiatan persiapan,
pelaksanaan, pengumpulan data, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.
Kooperator dalam pelaksanaan pengembangan model KRPL adalah kelompok
tani, kelompok wanita tani (KWT), dan seluruh masyarakat desa/kota yang
tergabung dalam desa/kota KRPL.
b. Pelaksanaan: Pembangunan model KRPL di Provinsi Aceh akan dilaksanakan
di 21 kabupaten/kota, di masing-masing kabupaten/kota akan dipilih dua
desa/kelurahan binaan.
c. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
d. Pelaporan.
3.2. Pendekatan
Pola kegiatan dilaksanakan dalam satu kawasan yang terdiri dari satu RT
dengan pendekatan secara partisipatif yang melibatkan kelompok sasaran, tokoh
masyarakat, dan perangkat desa.
3.3. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain :
1. Sarana produksi berupa :
Bibit tanaman (tanaman sayuran, umbi-umbian, buah)
Pupuk antara lain : pupuk kandang, pupuk organik plus, NPK dan Urea
(dalam jumlah terbatas)
Pestisida : pestisida nabati, pestisida kimiawi/fungisida, insektisida (dalam
jumlah terbatas)
Media tanam : sekam, tanah, mikroorganisme
2. Bahan pendukung lainnya berupa :
Polybag, plastik semai, pot
Rak vertikultur (bambu, besi, dll)
Bahan KBI dan KBD (rak persemaian, atap rumah bibit, kayu, bambu, besi,
spanduk, dll)
14
3. Alat tulis dan komputer suplay
4. Komoditas
Untuk komoditas yang diimplementasikan pada kegiatan KRPL dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini .
Tabel 1. Komoditas yang diimplementasikan
Komoditas JenisSayuran Cabe, tomat, sawi, kool bunga, kubis, selada, terung,
kangkung, daun bawang, seledri, bayam, bawang merahBuah-buahan Pepaya , sirsakBio farmaka Jahe, kencur, serai, kunyit,
3.4. Tahapan Pelaksanaan
Lokasi dan Waktu Kegiatan
Lokasi kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilaksanakan di 21
(dua puluh satu) kabupaten/kota. Kegiatan dimulai bulan Januari sampai dengan
bulan Desember 2014.
Tahapan Kegiatan
Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan KRPL,
dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam
Pedoman Umum Model KRPL (Kementerian Pertanian, 2011), yaitu:
a. Persiapan: (1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya,
lokasi dan kelompok sasaran, (2) Pertemuan dengan dinas terkait untuk
mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi,
(3) koordinasi dengan Dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di
kabupaten/kota, (4) Memilih pendamping yang menguasai teknik
pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
b. Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau
kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW) atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah
partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan
perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para
anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh
kekuatan beriinisiatif dari para anggota dengan prinsip keserasian,
kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
15
c. Sosialisasi: Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat
kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan.
Kegiatan sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka
masyarakat serta petugas pelaksana dari instansi terkait.
d. Penguatan Kelembagaan Kelompok: Dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan kelompok: (1) Mengambil keputusan bersama melalui
musyawarah; (2) Menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3)
Memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) Bekerjasama dalam kelompok
(sifat kegotong-royongan); dan (5) Bekerjasama dengan aparat maupun
dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
e. Perencanaan Kegiatan: Melakukan perencanaan/rancang bangun
pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman
pangan, sayuran dan obat jeluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan
berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,
kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu,
dilakukan juga penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan ini
dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan instansi terkait.
f. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis
pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan,
buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, perbenihan dan
pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan
limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan
kelompok.
g. Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan
pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh
Penyuluh dan Petani Andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini
diarahkan untuk menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah
tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman
pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan peningkatan
kesejahteraan.
h. Pembiayaan: Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi
pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat, swasta dan dana lain yang tidak mengikat.
16
i. Monitoring dan Evaluasi: Dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan kawasan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh
kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus,
anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan
pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung
lestari.
3.5. Pemilihan Lokasi
KRPL dapat diterapkan pada suatu satuan komunitas yang mencakup
luasan satu dusun dalam satu desa ataupun satu desa secara keseluruhan yang
berada di daerah pedesaan atau perkotaan. Skala luasnya KRPL tergantung
pada ketersedian sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam (lahan
pekarangan), sumberdaya manusia sebagai pelaksana (rumah tangga dan
tenaga pendamping), dan sumberdaya keuangan untuk pembiayaan awal
pengembangan KRPL.
Lokasi KRPL Provinsi Aceh pada tahun 2014 dilaksanakan di 21
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Aceh. Nama kabupaten/kota tempat
lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh terdapat pada Tabel 2. Pada setiap
kabupaten/kota akan dibangun dan dikembangankan masing-masing 2 (dua) unit
M-KRPL. Pemilihan lokasi didasarkan pada kesesuaian model yang akan
dikembangkan dengan potensi lahan pekarangan yang tersedia, minat dan
partisipasi masyarakat lokal dalam pemanfaatan pekarangan, serta ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang seperti akses informasi, komunikasi, dan
transportasi. Diharapkan pada desa-desa yang akan terpilih akan menjadi
contoh bagi pengembangan desa-desa lainnya di wilayah Provinsi Aceh.
Selain membangun KRPL pada lokasi baru, melalui kegiatan
pengembangan KRPL ini juga akan dilanjutkan pembinaan dan pendampingan
terhadap KRPL pada lokasi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin
keberlanjutan KRPL di lokasi lama tersebut. Jumlah unit KRPL yang telah
dibangun sejak tahun 2011 sampai 2013 adalah sebanyak 55 unit yang tersebar
di 23 kabupaten/kota. Pembinaan dan dukungan terutama dalam hal
pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD), hal ini untuk mendukung keberlanjutan
dan pengembangan jumlah RPL yang berpartisipasi dalam kegiatan KRPL di
masing-masing lokasi.
17
Tabel 2. Nama Penjab dan kabupaten/kota lokasi M-KRPL di Provinsi Aceh.
No Kabupaten/Kota Tipe M-KRPL Nama Penjab
1 Aceh Besar Perdesaan Cut Nina Herlina, SPi
2 Kota Banda Aceh Perkotaan Ir. Basri AB, MSi
3 Pidie Perdesaan Fenty Ferayanti, SP
4 Pidie Jaya Perdesaan Idawanni, SP
5 Bireun Perdesaan Nazariah, SPi, MSi
6 Aceh Utara Perdesaan Dr. Drh. Iskandar Mirza, MP
7 Lhokseumawe Perkotaan Dr. Yenni Yusriani, SPt, MP
8 Kota Langsa Perkotaan Dr. Drh. Iskandar Mirza, MP
9 Aceh Timur Perdesaan Nazariah, SPi, MP
10 Aceh Tamiang Perdesaan Abdul Azis, SPi. MP
11 Aceh Tengah Perdesaan Ir. T. Iskandar, MSi
12 Bener Meriah Perdesaan Ir. Yufniati ZA
13 Gayo Lues Perdesaan Ir. T. Iskandar, MSi
14 Aceh Jaya Perdesaan Ir. Nani Yunizar
15 Nagan Raya Perdesaan Ir. Elviwirda
16 Aceh Barat Daya Perdesaan Mehran, SP
17 Aceh Barat Perdesaan Ir. Basri AB, MSi
18 Aceh Selatan Perdesaan Ir. Firdaus, MSi
19 Kota Singkil Perdesaan Ir. Chairunnas, MSc
20 Subulusalam Perkotaan Didi Darmadi, SP,MSi
21 Aceh Tenggara Perdesaan Ir. Nasir Ali
3.6. Teknologi dalam pendampingan
Pendampingan KRPL dalam lingkup Pemerintah daerah dimaksudkan
untuk menyebarluaskan dan mempercepat pengembangan KRPL di Provinsi
Aceh, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pendampingan ditujukan pada
lokasi-lokasi yang sudah dibangun KRPL oleh BPTP Aceh pada tahun sebelumnya
dan pada lokasi-lokasi dimana KRPL dibangun oleh berbagai pihak, baik
Pemerintah Kabupaten, Lembaga swadaya masyarakat, swasta, maupun
masyarakat secara swadaya.
Pendampingan pada lokasi KRPL yang sudah ada bertujuan untuk
memperkuat kelembagaan yang sudah terbangun (Kelompok Wanita tani dan
Kebun Bibit Desa) dan untuk pengembangan kawasan serta pemasaran. Melalui
18
pendampingan ini, kelompok KRPL dan KBD akan terus dipertahankan
keberlanjutannya dan akan diperluas kapasitasnya. Kawasan akan diperluas
dengan menambah rumah tangga baru sebagai peserta kelompok ataupun
dengan membentuk kelompok-kelompok baru di sekitar kawasan (desa).
Sedangkan KBD akan dikembangkan kapasitas produksinya sehingga mampu
mensuplai kebutuhan benih/bibit pada kawasan yang semakin bertambah. KBD-
KBD tersebut akan dihubungkan dengan Kebun benih Induk (KBI) yang dibangun
di BPTP Aceh sebagai sumber benih utama. Selain itu, kegiatan kelompok juga
akan terus ditingkatkan, terutama kegiatan ekonomi produktif. Hasil produksi
dari KRPL ataupun produk olahannya diupayakan untuk dapat dipasarkan. BPTP
Aceh akan memfasilitasi untuk tujuan tersebut melalui identifikasi potensi jalur
pemasaran dan advokasi dalam proses pemasaran.
Pendampingan pada lokasi-lokasi KRPL yang dibangun dan dikembangkan
oleh pihak lain dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi konsep KRPL secara utuh
kepada pihak pengembang, pelatihan-pelatihan teknis (budidaya dan disain
kawasan) dan demonstrasi pengelolaan RPL pada salah satu rumah tangga yang
ada dalam kawasan KRPL tersebut.
Teknologi budidaya yang diperkenalkan adalah teknik-teknik budidaya
yang sudah menganut prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) dan
Good Harvest Practices (GHP). Dengan demikian produk pertanian rumah
tangga yang dihasilkan akan memiliki nilai tambah yang lebih baik dibandingkan
cara-cara budidaya konvensional, baik dari segi kuntitas produksi maupun
kualitas kesehatan.
Penataan tanaman pada KRPL didasarkan pada prinsip konservasi dan
diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan rumah tangga dan dipasarkan jika terdapat hasil lebih. Pemanfaatan
limbah rumah tangga dan pertanian juga akan diterapkan dengan mengajarkan
kepada rumah tangga peserta tentang pengolahan dan pembuatan kompos.
Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan
melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-
ternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan
harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.
19
3.7 Analisis Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan analisis secara deskriptif.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perbaikan (upgrading) m- KRPL
Perbaikan (upgrading) dan status penilaian dilakukan pada semua
kabupaten/kota yang ada kegiatan m-KRPL disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kompilasi data m-KRPL Provinsi Aceh dan status penilaian
No Kabupaten/Kota
Jumlah Lokasi m-KRPL2011 – 2013 (berdasarkan
status)
JumlahLokasiyang
diupgrade
Status Akhir2014 (setelahdiupgrade)
Hijau Kuning Merah
1 Banda Aceh √ √ Kuning
2 Aceh Besar √ √ Kuning
3 Pidie √ √ Kuning
4 Pidie Jaya √ √ Kuning
5 Bireuen √ √ Kuning
6 Lhokseumawe √ √ Kuning
7 Aceh Utara √ √ Hijau
8 Langsa √ √ Hijau
9 Aceh Timur √ √ Kuning
10 Aceh Tamiang √ √ Kuning
11 Aceh Tengah √ √ Kuning
12 Bener Meriah √ √ Kuning
13 Gayo Lues √ √ Kuning
14 Aceh Tenggara √ √ Kuning
15 Aceh Jaya √ √ Kuning
16 Aceh Barat √ √ Kuning
17 Nagan Raya √ √ Kuning
18 Aceh Barat Daya √ √ Kuning
19 Aceh Selatan √ √ Kuning
20 Subulussalam √ √ Kuning
21 Aceh Singkil √ √ Kuning
21
Tabel 4 memperlihatkan kegiatan upgrading dan permasalahan yang
terjadi di masing – masing Kabupaten/Kota Propinsi Aceh.
Tabel 4. Hasil kegiatan upgrading m-KRPL 2014 serta masalah yang dihadapi
No.
Lokasi(Desa/Kelurahan,
Kecamatan,Kabupaten)
KegiatanUpgrading
Status upgradingMasalah/Kendala
Sebelum Sesudah
1. Kota Banda Aceh/Desa LampasehKota KecamatanMeuraxa dan DesaPangoi KecamatanUlee Kareng
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Merah Kuning Anggotamemilikikesibukanmasing-masingsehinggawaktu untukgotong royongsusah
2. Kabupaten AcehBesar/DesaBeuradenKecamatanPeukan bada,Desa CucumKecamatan Kutabaro dan DesaLamtringKecamatan KutaBaro
PembenahanKBD
Persemaianbibit tanamansayuran
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Sulitmenentukanjadwalpertemuandengananggotakarena banyakanggota yangke sawah
3. Kabupaten Pidie/Desa SimbeKecamatanMutiara Timur danDesa MeunasahBlang KecamatanSakti
PembenahanKBD
Pembibitansayuran
Penanamandan distribusibibit
Kuning Kuning Kondisi cuacatidak menentu
Anggota sulituntukdikumpulkan
4. Kabupaten PidieJaya/ Desa Mesjid,Desa Rawasari,Desa MatangKecamatanTrienggadeng
PembenahanKBD
Pembibitansayuran
Penanamandan distribusibibit
Kuning Kuning Kondisi cuacatidak menentu
Anggota sulituntukdikumpulkan
5 Kab Bireun/ DesaMon Jambe , DesaCot GeurundongDan DesaGlumpang Payong
PembenahanKBD
Pembinaanbudidayasayuran
Kuning Kuning Kekeringandan kebanjiran
6 KotaLhokseumawe/Desa Paloh BateeKec Muara Duadan DesaBatuphat TimurKec Muara Satu
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Ketuakelompokmengundurkan diri sehinggaKBDdipindahkanke tempat lain
22
7 Kab AcehUtara/DesaTanjong KecMeurah Mulia/Desa RayeukGeulanggang KecMatang Kuli dandesa Sawang KecSawang
PembenahanKBD
Pembinaanpetanisayuran
Pembibitansayuran
Pembibitansayuran danpenanamansayuran
Hijau Hijau Angota sulitberkumpulkarenabanyak kesawah
Perubahancuaca
8 Kota Langsa/DesaPaya BujukSeulemak KecLangsa Baro danDesa TualangTeugoh KecLangsa Kota
PembenahanKBD
Pembinaanpetanisayuran
Pembibitansayuran
Pembibitansayuran danpenanamansayuran
Hijau Hijau Angota sulitberkumpul
Perubahancuaca
9 Kab Aceh Timur/desa LabuhanKeude dan DesaKuala Parek
PembenahanKBD
Pembinaanbudidayasayuran
Kuning Kuning Banjir dankekeringan
10 Kab Aceh Tamiang PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Sulitmengumpulkan anggotakelompokkarenakesibukanmasing –masing
11 Kab AcehTengah/DesaMusara Lues KecBies dan Desa BiesKec Bies
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagaijenis sayuran
Kuning Kuning Sulitmengumpulkan anggotakelompokkarenakesibukanmasing –masing
12 Kab BenerMeriah/Desa SetiaJadi Kec Bukit danDesa BlangRangka KecTimang Gajah
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Sulitmengumpulkan anggotakelompokkarenakesibukanmasing –masing
13 Kab Gayo Lues/Desa Kuta UjongKec Kuta Panjangdan Desa RemulutKec Pantan Cuaca
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanaman
Kuning Kuning Sulitmengumpulkan anggotakelompokkarena
23
berbagaijenis sayuran
kesibukanmasing –masing
14 Kab AcehTenggara/ DesaDeleng MeugekheKec Bandar danDesa LaweSigalagala KecSimpang Empat
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Sulitmengumpulkan anggotakelompokkarenakesibukanmasing –masing
15 Kab AcehJaya/Desa Alue PitKec Pango danDesa Dayah BaroKec Krueng Sabee
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Banjir
16 Kab Aceh Barat/Desa KampungCot Kec Samatigadan Desa PasiePinang KecMeureubo
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagaijenis sayuran
Kuning Kuning Banjir
17 Kab Nagan Raya/Desa PurwodadiKec Kuta Pesisirdan Desa JatirejaKec Kuala Pesisir
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Kurangnyatermotivasisifat gotongroyong dalamkelompok
18 Kabupaten AcehBarat Daya/DesaLamoe InongKecamatan KualaBatee dan DesaKepala BandarKecamatan Susoh
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Anggota sulituntukdikumpulkan
Kondisi cuacayang tidakmenentu
19 Kab Aceh Selatan/Desa Luar KecSamadua
PembenahanKBD
Perbaikanbedengan
Penanamanberbagai jenissayuran
Kuning Kuning Kondisi cuacayang tidakmenentu
20 KotaSubulussalam/ KecSimpang Kiri danKec Rudeng
Memperbaikikolam terpal
Memperbaikitempatpembibitan
Kuning Kuning Musim keringsehinggapenanamansayurantertundakarenakendala air
21 Kab Aceh Singkil/Desa BukitHarapan Kec
Memperbaikikolam terpal
Memperbaiki
Kuning Kuning Masalahkekeringan
24
Gunung Meriah tempatpembibitan
4.2 Pendampingan KRPL
Kegiatan pendampingan KRPL merupakan kegiatan lanjutan. Namun
koordinasi dirasa masih sangat dibutuhkan karena koordinasi merupakan upaya
untuk menciptakan atau mencapai keserasian, keselarasan, keseimbangan,
sinkronisasi, dan integrasi keseluruhan kegiatan dari orang-orang, kelompok
orang, atau satuan-satuan kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi,
sehingga kegiatan yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib dan mencapai hasil
secara efisien dan efektif (Makalalag, L. 2013).
Menurut Amin, S. et al. (2013), koordinasi sangatlah penting di dalam
suatu organisasi baik organisasi negeri maupun organisasi swasta. Koordinasi
dilakukan untuk menciptakan suatu usaha yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.Oleh karena itu koordinasi kegiatan pendampingan
KRPL juga harus dilakukan pada tahap awal.
Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari dilaksanakan di
21 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.Pendampingan dilakukan di lokasi binaan
BPTP dan juga mendampingi kegiatan KRPL di provinsi Aceh yang dilaksanakan
oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan P2KP kabupaten/kota. Pada Tabel 5
disajikan kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakan.
Tabel 5. Kegiatan pendampingan KRPL yang telah dilaksanakanNo. Lokasi
(Kabupaten) Prosedur Pendampingan
1. Banda Aceh Pembuatan pupuk organik, mol dan pestisida nabati Demontrasi cara budidaya sayuran yang baik
2. Aceh Besar Demontrasi pembuatan pupuk organik, mol dan pestisidanabati
Demontrasi cara budidaya sayuran yang baik3. Pidie Demontrasi pembuatan pupuk organik, mol dan pestisida
nabati Demontrasi cara budidaya sayuran yang baik
4 Pidie Jaya Demontrasi pembuatan pupuk organik, mol dan pestisidanabati
Demontrasi cara budidaya sayuran yang baik5 Bireuen Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran6 Lhokseumawe Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran
Pembuatan mol Pengolahan pangan dan pembuatan juice
7 Aceh Utara Mengajari anggota kelompok bagaimana membuat KBD yanglayak
25
Pembuatan olahan pangan Pembuatan pupuk nabati dan insektisida nabati
8 Langsa Mengajari anggota kelompok bagaimana membuat KBD yanglayak
Pembuatan olahan pangan Pembuatan pupuk nabati dan insektisida nabati
9 Aceh Timur Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran10 Aceh Tamiang Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran11 Aceh Tengah Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran
Pembuatan mol12 Bener Meriah Pembuatan demplot tanaman sayuran dan obat – obatan13 Gayo Lues Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran
Pembuatan mol dan insektisida nabati14 Aceh Tenggara Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran
Pembuatan pupuk hayati15 Aceh Jaya Pembuatan mikroorganisme lokal
Pembuatan pupuk organik Pengolahan hasil dari bahan umbi – umbian Pembibitan beberapa jenis sayuran di KBD
16 Aceh Barat Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran Pembuatan pupuk hayati dan mol
17 Nagan Raya Demontrasi pembuatan mol dan pupuk hayati18 Aceh Barat
Daya Demontrasi pembuatan pupuk organik, mol dan pestisida
nabati Demontrasi cara budidaya sayuran yang baik
19 Aceh Selatan Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran20 Subulussalam Pembinaan/pendampingan dalam budidaya sayuran
Pelatihan pembuatan terpal21 Aceh Singkil Pelatihan pembuatan terpal
Penggunaan Pestisida Nabati Untuk Mempertahankan Kesehatan
Sayuran Pekarangan
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif
sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-
buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan
pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan. Manfaat yang
akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat : memenuhi kebutuhan
konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan
tambahan pendapatan bagi keluarga.
Pada pelaksanaannya, ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah
adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT merupakan salah satu faktor
pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di
semua tahap pengelolaan agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di
pertanaman, sampai penyimpanan dan pengangkutan produk. Masyarakat sudah tidak
asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti ulat daun kubis, lalat pengorok daun,
26
kutu daun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri, penyakit bengkak akar,
nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi.
Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani
menggunakan pestisida kimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida
bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat.
Disamping itu residu kimia yang beracun tertinggal pada produk pertanian dapat
memicu kerusakan sel, penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia lainnya adalah:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia,
dianjurkan untuk menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang
sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila
dibandingkan dengan pestisida kimia.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan dengan mekanisme kerja yang unik terhadap hama sasaran.
Kata “unik” ini merujuk pada sebuah efek yang tidak berarti harus membunuh
hama sasaran. Unik bisa berarti mengusir, memperangkap, menghambat
perkembangan serangga/hama, mengganggu proses cerna, mengurangi nafsu
makan, bersifat sebagai penolak, bahkan memandulkan hama sasaran.
Keunggulan Pestisida nabati adalah :
1. murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
2. relatif aman terhadap lingkungan
3. menyebabkan keracunan pada tanaman
4. sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
5. kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
27
Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
1. merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. menghambat pergantian kulit
3. mengganggu komunikasi serangga
4. menyebabkan serangga menolak makan
5. menghambat reproduksi serangga betina
6. mengurangi nafsu makan
7. memblokir kemampuan makan serangga
8. mengusir serangga
9. menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot
(sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Supaya penyemprotan
pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke
bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang
kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang
kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama
seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah
terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan
pengendalian.
Bimbingan teknis sangat diperlukan petani. Pelatihan lebih terarah pada
peningkatan kemampuan dan keahlian petani yang berkaitan dengan keahlian
atau fungsi yang menjadi tanggung jawab petani. Sasaran yang ingin dicapai dan
suatu pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani
dalam budidaya di lahan pekarangan.
Tabel 6. Masalah teknis dan non teknis yang dihadapi dalam pendampingan sertaulasan kegiatan pendampingan ke depan
No. Lokasi
Masalah UsulanKegiatan
Pendampinganke depan
Teknis Non Teknis
1. SemuaKabupatendan KotaLokasi KRPL
Anggota kelompokdari pendampinganpada umumnya belummengatahui carapembuatan pupukorganik
Waktupendampinganterlalu singkat ,binaan Pemdabelum mengetahuitata cara budidayasayuran ,
Perjalananditambahsupayamemudahkan dalampendampingan karenadanaterbatas
28
4.3 Penguatan Kebun Benih/Bibit Induk (KBI)
Pengembangan display di kantor BPTP Aceh bertujuan sebagai wahana
kunjungan tamu dan pembelajaran bagi siswa, petani, penyuluh, dan stakeholder
lainnya. Display terdiri atas beberapa bagian, diantaranya adalah 1) display
sayuran yang terletak di samping gedung utama BPTP Bengkulu, 2) Kebun Bibit
Inti (KBI). Display tanaman disamping gedung utama memperlihatkan tanaman
dengan 3 (tiga) pola penataan, polybag, bedengan dan rak.
Kebun Bibit Inti (KBI) di bangun di BPTP merupakan sarana
pembelajaran/kunjungan siswa, petani, dan petugas. Di KBI tersedia berbagai
macam bibit sayuran, buah papaya dan tanaman obat -obatan sayuran.
Tabel 7. Kegiatan penguatan KBI dan status penilaian sebelum dan sesudahpenguatan KBI
KegiatanPenguatan
KBI TA.2014
Status Penilaian KBI (hijau,kuning, atau merah) Masalah/Kendala
UsulanKegiatanKBI Kedepan
SebelumPenguatan
SesudahPenguatan
Kuning Hijau
- Perubahancuaca yangtiba-tibamenyebabkantanaman mati
- PelestarianSumberDayagenetik
Tabel 8. Permasalahan Teknis dan Non Teknis
No. ProvinsiMasalah Usulan Kegiatan
Penguatan KBIke depanTeknis Non Teknis
1 Aceh Kurangnyatenaga yangterampil
Atap untuktempat KBIrusak akibatditerjang anginsaat hujan
Salinitas airyang semakintinggi
Cuaca yangberubah –ubahmenyebabkantanaman cepatmati
Perlupelatihan danprakteklapangandalampembibitantanamansayuran
Keanekaragaman panganorganikramahlingkungandalammembangunkeluargasehat
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Adanya kegiatan M-KRPL khususnya aktivitas menanam sayuran di lahan
pekarangan menambah wawasan dan keterampilan ibu-ibu dan anggota
keluarga dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
2. Untuk kegiatan pendampingan khususnya binaan Pemda setempat masih
sangat kurang teknologi baik tentang budidaya tanaman sayuran,
pembuatan pupuk organik dan pengolahan pangan
3. Untuk penguatan KBI diharapkan ada pelatihan bagi tenaga yang selama
ini membantu dari persemaian bibit, pemindahan ke polybag atau
bedengan, pemupukan sampai pemeliharaan
5.2. Saran
Perlu adanya dukungan stakeholders untuk mengembangkan KBD
disetiap desa/kota
30
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
1. Pendampingan KRPL dilakukan pada 21 kabupaten/kota.
2. Komoditas sayuran yang diadopsi oleh petani antara lain: Kol bunga, cabai,
tomat, sawi, kangkung, bayam, terung, kol daun, seledri, bawang daun,
bawang merah.
3. Penguatan KBD yang dilakukan di Provinsi Aceh di masing – masing unit
kabupaten/kota
31
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S., Fathurrohman, F., & Hidayat, Z. (2013).Upaya Meningkatkan Koordinasidalam Mengembangkan Industri Pariwisata Di KabupatenWonosobo. Journal of Public Policy and Management Review,2(1), 197-206.
Badan Litbang Pertanian. 1999. Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif. BadanLitbang Pertanian Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedomen Umum Model Rumah Pangan Lestari.Badan Litbang Pertanian Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi KonsumsiPenduduk di Indonesia.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2011. PetunjukPelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.Bogor.
Irawan. B. 2006. Pelaksanaan PRA dan Rancang Bangun Agibisnis Materidisampaikan pada Workshop Prima Tani di Ciloto tanggal 19-22 September2006. BBP2TP. Bogor.
Makalalag, L. (2013). Efektifitas Koordinasi Perencanaan Pembangunan Desa diKecamatan Bolaang Timur Kabupaten Bolaang Mondondow”. JurnalAdministrasi Publik, 1(1).
Sukartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1984. Ilmuusahatani dan penelitian untuk pengembangan petani kecil. UI. Jakarta.
Handewi P. S. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL): Sebagai SolusiPemantapan Ketahanan Pangan. Makalah pada Kongres Ilmu PengetahuanNasional (KIPNAS), Jakarta, 8-10 Nopember 2011.
http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=236:model-kawasan-rumah-pangan-lestari&catid=153:ad-hock&Itemid=192Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.
http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=63&Itemid=70. KRPL.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/903/. Kawasan Rumah Pangan Lestari diPacitan
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/916/ Mentan Tinjau Kawasan RumahPangan Lestari di Pacitan.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1020/. Rumah Pangan Lestari menjadiPrimadona di HPS Gorontalo.
32
Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah PanganLestari. Jakarta.
Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman KonsumsiPangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan danProgram. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi SistemikMasalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan KebijakanPengembangan Penganekaragaman Pangan”, Hotel Bidakara, Jakarta, 28November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RepublikIndonesia.
33
Lampiran 1
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHNAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, MSiNIP : 19600811 198503 1 001KEGIATAN : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL)
ANALISIS RESIKO
Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.
Dengan mengenal resiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun
strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun
responsif (Tabel 9 dan 10).
Tabel 9. Daftar resiko pelaksanaan pendampingan KRPL tahun 2014.
NO. RESIKO PENYEBAB DAMPAK
1. - Koordinasi antarpelaksana KRPLdi daerahkurang lancar
- Petani KRPLengganmenanamkembali
- Masing-masing SKPDmenjalankantupoksinya sendiri danbelum terintegrasi
- Pasar tidak mendukung
- Peningkatanproduksi danproduktivitas(kinerja bersama)tidak tercapai
- Respon konsumenkecil
34
Lampiran 2
PENANGANAN RESIKOBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHNAMA PIMPINAN : Ir. Basri AB, MSiNIP : 19600811 198503 1 001KEGIATAN : Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL)
Tabel 10. Daftar penanganan resiko dalam pelaksanaan pendampinganKRPL tahun 2014.
NO. RESIKO PENYEBAB Penanganan
1. - Koordinasi antarpelaksana KRPLdidaerah kuranglancar
- Petani KRPLenggan menanamkembali
- Masing-masingSKPD menjalankantupoksinya sendiridan belumterintegrasi
- Pasar tidakmendukung
- Dilakukan sosialisasi- Meningkatkan
koordinasi- Pelaksanaan
sosialisasidilaksanakanbersama penentukebijakan(Bupati/Walikota,Camat)
35
DOKUMENTASI
Keterangan Photo: kegiatan-kegiatan yang dilakukandi KBI, mulai dari pembibitan, peresemaian,
penanaman dan panen
36
Keterangan Photo: Tanaman-tanaman yang ada di KBI
37
Keterangan Photo: kegiatan yang dilakukan di KBDkab/kota
38
Keterangan Photo: tempat persemaian dan tanamanyang di tanaman pada bedengan untuk KBD
39
Keterangan Photo: Monitoring tim BP2TP di kab A.Utara dan kota Langsa
40
Keterangan Photo: kegiatan pendampingan yangdilakukan di kota Banda Aceh
41
Keterangan Photo: ikut berpatisipasi pada Pekan AgroInovasi