laporan akhir_bab 6_keterkaitan antar wilayah

8

Click here to load reader

Upload: makassar2030

Post on 03-Jul-2015

462 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 1

A. KETERKAITAN ANTAR WILAYAH

1. RTRW PULAU SULAWESI

Rencana tata ruang Sulawesi adalah RTR Pulau Sulawesi tidak lain merupakan salah satu upaya kita bersama untuk

mewujudkan visi masyarakat Sulawesi 2020, yakni masyarakat yang sejahtera dan beradab, bertumpu pada

kemandirian lokal dan semangat solidaritas kawasan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pun akan menjadi perhatian kami yang akan difokuskan pada kota-

kota prioritas, baik Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), maupun Pusat Kegiatan Lokal

(PKL). Pengembangan sistem permukiman dengan bpendekatan agropolitan di Sulawesi akan pula menjadi

perhatian Depkimpraswil dalam rangka mendukung produktivitas dan daya saing wilayah yang berbasis kegiatan

budidaya pertanian, perkebunan, dan perikanan yang memiliki prospek baik. Keseluruhan upaya yang akan menjadi

perhatian Depkimpraswil, pada dasarnya diarahkan untuk pemantapan fungsi kota-kota, termasuk untuk pemantapan

peran kotakota sebagai pusat pertumbuhan wilayah.

2. RTRW PROVINSI SULAWESI SELATAN

Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem perkotaan di wilayah Sulsel ditentukan sebagai

berikut:

a. Pusat Kegiatan Nasional

Metropolitan Maminasata yang terdiri dari kota Makassar, kota Maros, kota Sungguminasa dan kota Takalar

ditetapkan sebagai PKN dan relative terletak di pantai barat Sulsel. Mamminasata berfungsi sebagai pusat jasa

pelayanan perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional; pusat pengolahan dan atau pengumpul

barang secara nasional khususnya KTI, menjadi simpul transportasi udara maupun laut skup pelayanan nasional,

pusat jasa publik lainnya seperti pendidikan tinggi dan kesehatan yang skup pelayanannya nasional khususnya

KTI, berdaya dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur

udara dan laut.

PKN Mamminasata yang berada di wilayah kota Makassar meliputi kcamatan-kecamatan Biringkanaya, Bontoala,

Makassar, Mamajang, Manggala, Mariso, Panakkukang, Rappocini, Tallo, Tamalanrea, Tamalate, Ujung

Pandang, Ujung Tanah, dan Wajo; wilayah kabupaten Gowa meliputi kecamatan Bajeng, Barombong,

Bontomaranu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Manuju, Pattallassang, Palangga, Parangloe dan Somba opu;

Wilayah Kabupaten Maros meliputi kecamatan Bantimurung, Bontoa, Cenrana, Lau, Mandai, Marusu, Maros,

Baru, Moncongloe, Simbang, Tanra’lili, Tompobulu, dan Turikale, dan: Wilayah Kabupaten Takalar meliputi

Kecamatan Galesong, Galesong Selatan, Galesong Utara, Mangarabombang, Mappakasunggu, Pattallassang,

Polombangkeng Selatan, Polombangkeng Utara, dan Sanrobone.

BAB VI. KETERKAITAN ANTAR RUANG

LAPORAN AKHIR

Page 2: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 2

b. Pusat Kegiatan Wilayah

Kota-kota yang ditetapkan sebagai PKW adalah kota-kota Palopo dan Watampone (Kabupaten Bone) yang

terletak di pantai Timur Sulsel, kemudian Parepare, Barru, Pangkajene yang terletak di Pantai Barat Sulsel, serta

Jeneponto dan Bulukumba yang terletak di pantai Selatan. Selain dari pada itu, oleh pemerintah melalui Deputi

Menko Perekonomian Bidang Koordinator Industri dan perdagangan (S268/D.IV.M.EKON/12/2007), Selayar

didukung sebagai pusat distribusi kebutuhan bahan pokok KTI. Oleh krena itu RTRW Sulsel mengarahkan

Selayar dikembangkan menjadi PKW, yang ada jangka panjang apabila sudah memenuhi kriterianya

dimungkinkan berkembang menjadi PKN.

c. Pusat Kegiatan Lokal

Ibukota-ibukota Kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam PKN Mamminasata menjadi PKL yang

berfungsi sebagai pusat pengolahan atau pengumpulan atau barang yang melayani kabupaten dan beberapa

kabupaten tetangga, sebagai simpul transpotasi yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten

tetangga, sebagai jasa pemerintahan kabupaten; serta sebagai pusat pelayanan publik lainnya untuk kabupaten

dan kecamatan kabupaten tetangga. PKL di wilayah Sulsel adalah Malili, Masamba, Toraja Utara, Makale,

Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai dan Bantaeng

Berbagai pusat-pusat kegiatan tersebut diarahkan mempunyai interkoneksi yang sinergis dengan sifat simbiosis

mutualistik dengan dukungan prasarana wilayah baik berupa jalan dan jembatan, pelabuhan, bandara, terminal

dan stasiun kereta Api, jaringan listrik, jaringan irigasi, jaringan air bersih, jaringan informasi dan telekomunikasi.

Selain daripada itu, fasilitas social seperti fasilitas pendidikan, fasilitas ksehatan, fasilitas ibadah, fasilitas rekreasi

dan olahraga, pasar dan sebagainya yang mendukung yang mendukung kualitas dan keadilan pelayanan publik

dan pemerataan kesejahteran yang proporsional sehingga kualitas hidup dan berpenghidupan di semua tempat

baik Metropolitan, Kota Sedang, Kota Kecil, maupun desa relative sama.

Pada hakekatnya, secara umum sistem perkotaan direncanakan untuk siergis dengan sistem pedesaan terutama

dengan sentra-sentra produksi komoditas lokalnya tempat berkembangnya komunitas-komunitas local yang

mempunyai kualitas jati diri dan kemandirian yang tumbuh berkembang dalam tatanan yang semakin kondusif.

3. RTRW MAMMINASATA

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) Metropolitan Mamminasata merupakan suatu rencana dari sistem perwilayahan

secara terpadu (sistem metropolitan) dari daerah-daerah perkotaan Gowa, Maros, Makassar dan Takalar melalui satu

sistem interkoneksitas yang sinergis dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memanfaatkan

sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang berorientasi lokal, regional, nasional maupun

global.

Secara hirarki hubungan RTRW Mamminasata dan RTRW Makassar sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan karena

secara struktur ruang masing-masing kota otonom didalamnya sudah saling terkait dan saling mempengaruhi, baik itu

dalam hubungannya menangani permasalahan perkotaan saat ini ataupun bagaimana mempersiapkan langkah-

langkah strategi baru menyangkut kebutuhan masing-masing kota kedepan. Karena sifat permasalahannya dan

pengaruh yang ditimbulkannya tidak lagi bersifat ”single menjadi persoalan dalam satu kota saja, tetapi sudah

menjadi bagian dari tanggung jawab bersama. Untuk itu, secara keruangan masing-masing daerah tentunya tidak lagi

bisa berdiri sendiri-sendiri menyelesaikan persoalan penataan ruangnya, tetapi sudah harus secara kolektif

melakukan perencanaan wilayah secara bersama.

Page 3: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 3

Secara garis besar arah dan strategi pembangunan daerah-daerah dalam cakupan Mamminasata sebagai berikut :

Kota Makassar akan dijadikan sebagai pusat konsentrasi dan denyut utama gerak pembangunan di kawasan ini

dengan menempatkan skala prioritas pada pengembangan kawasan Bisnis dan komersil.

Kabupaten Gowa akan menjadi sentra pengembangan kawasan Industri dan Perumahan yang akan

mengakomodasi kebutuhan kawasan pemukiman di Maminasata

Kabupaten Maros akan dititikberatkan pada pemanfaatanya yang optimal sebagai kawasan pemukiman dan

konsentrasi kependudukan serta pengendali laju pertumbuhan populasi dimasa mendatang, dengan tetap

memperhatikan aspek ekonomi.

Kabupaten Takalar akan dititik beratkan pada fungsinya sebagai daerah penyangga dan pendukung kawasan

Bisnis Terpadu Makassar, serta kawasan pemukiman baru dengan nilai prestise yang tinggi.

Dalam konsepsi RTRW Mamminasata, adapun beberapa hal yang tercantum didalamnya antara lain :

a. Arah Kebijakan Mamminasata

Adalah segenap ketetatapan dan keputusan yang dijalankan oleh pemerintah terkait, untuk mendorong gerak

pembangunan kawasan, agar supaya bisa berkesesuaian dan mendukung terwujudnya Kawasan Metropolitan

Mamminasata dengan kota Makassar sebagai episentrum pembangunannya.

Arah kebijakan itu meliputi :

Pemantapan peran dan fungsi kawasan Mamminasata sebagai kawasan strategis nasional.

Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan berbagai aktifitas pembangunan di Kawasan Mamminasata yang

berorientasi kepentingan nasional, khususnya terkait dengan perannya sebagai pintu atau alur utama distribusi

barang serta jasa ke wilayah Kawasan Timur Indonesia. Misalkan saja dengan melakukan revitalisasi serta

peningkatan kapasitas dari sarana transportasi laut (Pelabuhan).

Disamping itu, keberadaan Bandara Internasional akan menjadi pintu masuk internasional di kawasan Timur

Indonesia, sehingga bisa mempercepat proses pembangunan di Kawasan ini

Pengembangan pusat-pusat sentra produksi dan pertumbuhan ekonomi di sekitar Kawasan

Mamminasata.

Upaya meningkatan pertumbuhan ekonomi dalam konteks kota Metropolitan, mempersyaratkan tersedianya

sebuah sistem produksi barang yang massif. Hal ini juga sebagai bentuk pemenuhan terhadap permintaan

yang semakin meninggi. Dalam gerbong selanjutnya, tingginya produktifitas barang dan jasa ini nantinya

mengharuskan dilakukannya peningkatan terhadap kapasitas distribusi barang dan jasa. Keterbatasan

geografis yang dimiliki oleh kota Makassar, serta terkait dengan aspek pemerataan pembangunan ekonomi

akhirnya mengharuskan kota-kota disekitarnya untuk bisa memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut

Pengendalian laju pertumbuhan di sekitar kawasan Mamminasata.

Perumbuhan yang tidak terkendali akan membawa ketidak teraturan pada keseluruhan mekanisme

pembangunan di wilayah Mamminasata. Dan ini bisa mengganggu jalannya roda pembangunan dan

pengembangan secara umum.

Page 4: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 4

Pengembangan kawasan pemukiman yang layak huni, aman, sejahtera, berbudaya serta

berkebudayaan sosial.

Pembangunan berbagai macam sentra-sentra ekonomi adalah sebuah keniscayaan dalam konteks kota

Metropolitan. Namun dalam aspek lain, hal ini bisa berbenturan dengan kepentingan dan kebutuhan

perumahan bagi masyarakat Kota. Lahirnya kawasan-kawasan kumuh yang terhimpit diantara bangunan-

bangunan besar akan melahirkan berbagai ekses negatif bagi totalitas pembangunan kota. Baik bagi

masyarakat itu sendiri maupun bagi keselarasan kehidupan yang ada di dalamnya. Untuk itu, arahan kebijakan

ini nantinya akan mengakomodasi pengembangan berbagai tempat pemukiman yang layak huni aman,

sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial seta tentunya disesuaikan dengan tuntuan ruang yang ada.

Hadirnya sejumlah kawasan kumuh di beberapa titik kota Makassar, seperti di kecamatan Mariso, Tamalate,

Bontoala dan Rappocini, menandakan perlu adanya pengembangan kawasan pemukiman baru di wilayah

peripheral kota sekaligus juga sebagai bagian dari pembangunan kawasan baru.

Penguatan Kelembagaan dalam konteks pengembangan Tata Ruang.

Upaya pengembangan dan perwujudan pembangunan yang didasarkan pada konsepsi Tata Ruang

membutuhkan adanya konsistensi yang berkelanjutan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah penguatan kelembagaan

yang bias mengawal dan menjaga segala derap maju pembangunan agar tetap ber kesesuaian dengan

konsepsi tata ruang yang telah di sepakati Bersama. Terlebih dalam konteks Tata Ruang Mamminasata yang

merupakan strategi dan pembangunan yang terdiri dari beberapa kota. Sehingga, arahan sinergitasnya

membutuhkan pendekatan kelembagaan yang lebih kuat.

b. Strategis Kawasan Mamminasata

Adalah upaya sistematif dan terarah yang dilakukan untuk mewujudkan sinergitas dan pemerataan

pembangunan di kawasan Mamminasata, sekaligus mendukung Makassar sebagai kota Metropolitan yang

berorientasi global.

Pengembangan pusat-pusat kegiatan logistic.

Peran kota Makassar sebagai pusat distribusi barang jasa mengharuskan ketersediaan pusat-pusat kegiatan

logistik. Keberadaan Kawasan Industri Kima dengan ratusan gudang distribusinya selama ini menjadi tulang

punggung kegiatan logistic di Kota Makassar. Namun seiring dengan peningkatan kuantitas dan mobilitas

barang serta jasa, maka perlu adanya penyesuaian dan adaptasi terhadap perkembangan itu. Bentuknya,

bisa dengan peningkatan dan perluasan kapasitas di kawasan KIMA tersebut, ataupula dengan

pembangunan kawasan-kawasan logistic di beberapa lokasi lain dalam kawasan Maminasata, dimana

penentuan lokasinya nanti disesuaikan dengan analisis kebutuhan yang ada.

Pengembangan jaringan transportasi interregional dan internasional.

Peran sebagai Pusat jalur distribusi ekonomi menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

untuk itu. Salah satu yang paling penting adalah kelancaran alur tranportasi barang dan jasa. Untuk itu

dibutuhkan perhatian penuh dalam pengambangan jaringan transportasi, baik di dalam kota Makassar sendiri,

di kawasan Mamminasata, maupun dengan regional-regional lain.

Dalam kawasan Mamminasata, pengembangan jalur jalan lingkar luar dari kota Makassar melalui Kabupatan

Gowa, diharapkan akan mampu menjadi solusi penting kepadatan arus keluar-masuk antara Kota Makassar

dengan kota-kota lain di sekitarnya. Sementara itu dalam konteks interregional, perbaikan dan peningkatan

kapasitas jalan yang saat ini tengah digalakkan, khususnya di jalur utara (Makassar – Maros – Pangkep)

diharapkan akan semakin memperlancar arus keluar masuk barang dan jasa antara Makassar dan kota-kota

serta kabupaten lain.

Page 5: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 5

Sementara itu, terkait dengan misi global dari Kota Makassar, maka dibutuhkan peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan dari berbagai sarana pintu masuk internasional yang ada di kota ini, yaitu pada

Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Hasanuddin.

Peningkatan jaringan energi dan telekomunikasi

Semakin mengencangnya arus pembangunan yang dialami Kota Makassar harus diiringi dengan peningkatan

kuantitas ketersediaan energi. Selama ini, ketersediaan energi memang merupakan syarat mutlak yang harus

dipenuhi dalam kerangka pembangunan yang semakin mekanistis ini. Untuk itu, harus ada solusi yang terarah

dalam menghadirkan sumber-sumber energy baru yang butuhkan nantinya, namuj tetap memperhatikan

aspek-aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan hijau.

Selain itu, hal penting lainnya adalah peningkatan Kapasitas telekomunikasi baik di dalam kawasan

Mamminasata maupun dengan daerah-daerah lain yang selama ini bersinergi. Kelancaran aspek komunikasi

ke berbagai arah dan saluran akan menjadi pendorong utama dari langkah maju pembangunan di kawasan ini.

Pengembangan kawasan energi di wilayah pesisir Kecamatan Tamalanrea merupakan salah satu solusi untuk

ketersedianan energI tersebut.

Peremajaan dan revitalisasi kota-kota lama yang juga disertai dengan pembangunan serta

pengembangan kota-kota baru

Keberadaan kota-kota lama dalam wilayah kota Makassar perlu mendapat perhatian khusus. Perkembangan

pembangunan yang terjadi di Kota Makassar serta lahirnya berbagai macam tuntutan baru atas kota ini,

mengharuskan adanya revitalisasi dan re-konsepsi terhadap eksistensi Kota-kota lama tersebut. Hal ini

tentunya dilakukan agar keberadaan kota-kota lama itu bias mendukun dan menyesuaikan diri dengan

berbagai tantangan baru yang dihadapi oleh Kota Makassar terkait dengan misinya sebagai kota yang siap

untuk mengglobal.

Sejalan dengan itu, harus pula diupayakan adanya pembangunan dan pengambangan kota-kota baru.

Keberadaan kota-kota baru ini, sangat penting untuk mengendalikan laju pertumbuhan pemukiman di pusat

kota Makassar sendiri. Selain itu, keberadaan kota-kota baru ini untuk membantu mengurangi beban aktifitas

yang ada di sentrum kota Makassar, sekaligus juga merupakan strategi untuk pemerataan pembangunan

antara Makassar dengan kota-kota lain disekitarnya.

Penyediaan pemukiman dan layanan berbasis kebutuhan.

Pembangunan Pemukiman sebagaimana yang telah dituturkan diatas, juga harus di sertai dengan

pembangunan layanan-layanan kemasyarakatan yang berbasis kebutuhan. Hal ini dilakukan agar tercapai

manfaat yang efektif dan efisien dari pengembangan pemukiman tersebut.

Pengembangan perangkat-perangkat pengendalian pemanfaatan ruang dan peningkatan penegakan

hukum.

Konsistensi terhadap strategi arah pembangunan sangat dibutuhkan untuk mengendalikan laju pembangunan

sekeligus mempercepat terwujudnya Visi dan Misi Kota Makassar. Untuk menjaga konsistensi itu, harus

disediakan sejumlah perangkat pengendalian pemanfaatan ruang sebagai yang efektif dan dapat dipatuhi.

Ketersediaan Strategi Tata Ruang yang ditransformasikan menjadi regulasi daerah adalah langkah awal yang

harus di ikuti dengan ketegasan dan penegakan aturan yang konsisten dan sistematis.

Page 6: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 6

Penyediaan ruang terbuka hijau

Ketersedian ruang terbuka hijau bagi Kota Metropolitan seperti Kota Makassar saat ini sudah sangat penting.

Tingginya mobilitas dan kuantitas transportasi di dalam kota telah menghadirkan polusi yang akan

mengancam kesehatan semua warga kota. Untuk itu dibutuhkan ruang hijau yang ditumbuhi pepohonan untuk

dapat menetralisir polutan yang saat ini memenuhi udara kota Makassar.

Kepentingan Makassar yang ingin mensejajarkan diri dengan sebagai Kota bernuansa Global, juga

mengharuskan kota ini menyediakan ruang untuk memenuhi tuntutan hijau tersebut. Mengingat permalasahan

lungkungan hijau saat ini menjadi isu utama dalam pembangunan kota-kota dunia yang perlu mendapat

perhatian dan porsi khusus.

Apalagi, keberadaan dan pentingnya Ruang Terbuka Hijau ini telah menjadi regulasi penting yang harus

dipenuhi dalam penyusunan Rencana dan strategi penataan Kota. Dalam perencanaanya, pemenuhan Ruang

terbuka Hijau di Kota Makassar akan dipenuhi melalui pembangunan Center Point Of Indonesia. Di Kawasan

ini nantinya dibuatkan Hutan kota yang diharapkan bisa meningkatkan jumlah presentase ruang terbuka hijau

Makassar. Hingga saat ini, ruang terbuka hijau di kota Makassar baru mencapai 4 % dari keseluruhan luas

wilayahnya. Padahal, regulasi terbaru mempersyaratkan sebesar minimal 12 %.

Peningkatan kapasistas manajemen pengembangan perkotaan di kawasan Metropolitan

Mamminasata.

Kompleksitas kota Metropolitan tentu saja membutuhkan peningkatan kapasitas dan kualitas manajemen

pengembangan perkotaan. Terlebih, karena ini menyangkut sinergitas pembangunan antara satu kota dan

kota lain, dimana antara satu sama lain diharapkan akan saling mendukung dan membantu.

Menyatukan berbagai macam kepentingan yang diusung oleh berbagai Kota tersebut, membutuhkan

keterampilan dan manajemen yang lebih baik dari biasanya.

B. KETERKAITAN ANTAR KEGIATAN KAWASAN TERPADU

a. Kawasan Pemukiman

Pengembangan kawasan pemukiman di Kota Makassar akan dialihkan ke wilayah pinggiran Kota. Kebijakan ini

berangkat dari keterbatasan lahan yang ada di dalam Kota Makassar, sekaligus juga sebagai tuntutan akan

perluasan dan pengambangan Kota terkait dengan kepentingan Kota Makassar menuju Kota Metropolitan. Beberapa

wilayah dipinggiran Kota yang berbatasan dengan kabupaten-kabupaten lain telah diproyeksikan sebagai kawasan

pemukiman baru tersebut. Pengembangan sejumlah fasilitas, diharapkan bisa menstimulasi pertumbuhan kawasan

pemukiman itu.

Rancangan kawasan pemukiman tersebut adalah :

Kawasan di sekitar Sudiang, yang diharapkan akan mengarahkan pengembangan kawasan pemukiman kearah

Kabupaten Maros. Keberadaan Kawasan Olahraga terpadu di kawasan itu diharapkan menjadi daya tarik yang

akan mendorong lahirnya pemukiman baru.

Kawasan di Kecamatan Manggala dan Rappocini yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Gowa/Sungguminasa. Pembangunan jalur Ring Road yang melalui wilayah kabupaten Gowa akan menjadi daya

tarik utama dari pengembangan kawasan pemukiman di daerah ini, sekaligus menjadi solusi terhadap kepadatan

pemukiman yang ada di tengah Kota Makassar

Kawasan di wilayah Barombong, Kabupaten Takalar. Keberadaan Kawasan Bisnis Terpadu dan Kawasan

Olahraga Maritim terpadu di sekitar kawasan tersebut akan memiliki nilai stimulan yang maksimal terhadap

tumbuh kembangnya daerah pemukiman baru dengan prestise yang tinggi.

Page 7: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 7

b. Kawasan Bandara Terpadu

Keberadaan Bandara Internasional Hasanuddin sangat penting dalam kerangka Kota Makassar sebagai Kota yang

berwawasan Global. Untuk itulah dibutuhkan daya dukung yang maksimal dari berbagai aspek, termasuk pula daya

dukung kawasan dimana Bandara tersebut berlokasi. Kabupaten Maros, yang wilayahnya menjadi cakupan

kawasan Bandara Internasional Hasanuddin, dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dan mengadopsi segenap nilai-

nilai yang bisa mendukung Kapasitas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

Regulasi terhadap penyediaan ruang steril di kawasan di sekitar Bandara hingga radius tertentu harus

diimplementasikan. Hal ini penting untuk menunjang segala aktifitas Bandara dan juga sebagai bagian jangka

penjang dalam pengembangan Bandara Internasional Hasanuddin nantinya. Keberadaan kawasan steril untuk

lokasi bandara ini juga penting untuk memberikan penjaminan terhadap keberadaan berbagai sarana dan prasarana

serta kelengkapan Bandara Internasional.

Sejumlah fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam Kawasan Pengembangan Bandara Internasional terpadu itu

antara lain :

Sistem transportasi yang efektif, efisien dan nyaman, dengan akses langsung fasilitas-fasilitas pendukung

destinasi seperti Hotel/tempat tinggal dan sarana tansportasi lanjutan lainnya. Fasilitas transportasi Bandara

yang ada saat ini belum dirasa mencukupi karena kuantutasnya yang masih minim. Rencana pembangunan jalur

Monorel dari kawasan bandara Internasional –Kota Makassar – Pelabuhan Internasional Soekarno Hatta

merupan solusi kreatif dalam mewujudkan ketersedian sarana transportasi bandara yang efektif dan efisien.

Sistem Informasi yang jelas dan lengkap yang disesuaikan dengan kebutuhan global, untuk kemudahan dan

kenyamanan para pengunjung atau turis, baik domestik mapun internasional. Terutama menyangkut destinasi

pariwisata alam dan budaya yang ada di Makassar dan Sulawesi Selatan secara umum.

Sistem Keamanan Bandara yang merupakan tindakan preventif untuk menjaga keamanan dan keselamatan

para pengguna layanan Bandara. Sistem kemanan ini tidak hanya mencakup tindakan preventif terhadap aksi-

aksi terorisme ataupun kriminal, tetapi juga sebagai bentuk pencegahan dari masuknya wabah penyakit

berbahaya.

c. Kawasan Olahraga Terpadu

Dalam konsepsi pengembangan Kota Metropolitan Makassar dan kawasan Mamminasata, nantinya akan tersedia

dua kawasan Olahraga terpadu di wilayah ini. Selain di wilayah Sudiang yang merupakan pengembangan Olahraga

nasional, akan di kembangkan juga kawasan olahraga terpadu di wilayah Barombong. Kawasan Bisnis Olahraga

Terpadu di Barombong ini nantinya akan menjadi pusat pengembangan olahraga kemaritiman sebagai bagian dari

kebudayaan lokal masyarakat Sulawesi Selatan. Selain itu, dalam perencanaanya, beberapa fasilitas olahraga yang

akan dikembangkan di wilayah Barombong di antaranya fasilitas out door, indoor, sport fun dan hutan wisata.

Keberadaan Kawasan Bisnis Olharaga terpadu ini nantinya akan saling mendukung dan bersinergi dengan Kawasan

Bisnis terpadu yang berlokasi di daerah Tanjung Bunga. Untuk menunjang siergitas itu maka perlu disediakan

sarana penunjang yang memadai seperti ketersediaan akses jalan antar kedua kawasan tersebut. Selain itu,

ketersediaan trayek transportasi massal juga akan mendapatkan ruang (rute Barombng-Makassar Mall), dimana saat

ini tengah disusun rencana implementasinya.

Keberadaan Kawasan Bisnis Olahraga terpadu di wilayah Barombong itu sangat berpotensi memicu tumbuhnya kota-

kota baru di seputar kawasan tersebut. Untuk itulah, Pemerintah Gowa dan Takalar perlu meyiapkan regulasi dan

perencanaan guna mengendalikan pertumbuhan di kawasan tersebut.

Page 8: Laporan Akhir_Bab 6_Keterkaitan Antar Wilayah

VI - 8

d. Kawasan Sungai Jeneberang

Tidak dapat dipungkiri bahwa Sungai Jeneberang yang berada di daerah selatan Kota Makassar memiliki peran yang

sangat besar bagi kota ini. Sebelum sungai yang berperan besar dalam sejarah proses pembentukan Kota Makassar

ini mengalami normalisasi, Sungai Jeneberang merupakan salah satu penyebab banjir kota tiap tahunnya. Tidak

hanya itu, secara alamiah sungai ini memiliki andil yang paling besar terhadap sedimentasi yang terjadi di seputar

pantai Makassar. Hal ini disebabkan karena dasar dari sungai ini adalah dominanpasir. Melihat dari kompleksitas,

sensivitas dan strategitas Sungai Jeneberang, pemerintah kota secara bertahap melakukan pengendalian dan

pengembangan sungai ini. Proses normalisasi sungai yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa ini telah

rampung dilaksanakan melalui pelurusan sungai, pembangunan rubber dam atau bendungan karet serta

pembangunan jembatan.

Secara anatomi, Sungai Jeneberang memiliki perbedaan dengan Sungai Tallo sehingga perlakuan pada

pengendalian dan pengembangannya pun jauh berbeda. Kawasan pengembangan khusus Sungai Jeneberang

berada pada sepanjang koridor Sungai Jeneberang. Pengembangan ini tidak dibatasi oleh wilayah administratif,

sehingga pemerintah Kota Makassar dan pemerintah Kabupaten Gowa bekerjasama untuk mewujudkan hal ini.

Walaupun peran dan lokasi sungai ini hanya sekitar hingga 5 persen bagi Kota Makassar, tetapi dampak yang

ditimbulkan dengan adanya pengembangan danpengendalian ini tergolong besar.

Terdapat beberapa misi yang diemban dalam kawasa khusus pengendalian dan pengembangan Sungai Jeneberang,

yakni :

Mengendalikan koridor Sungai Jeneberang dari bahaya sedimentasi berat dan bahaya banjir yang berakibat

langsung ke kawasan pusat kota.

Mensinergikan dan menjalin aliansi tentang konsep pengembangan koridor Sungai Jeneberang yang terpadu

dengan Pemerintah Kabupaten Gowa.

Memanfaatkan secara maksimal fungsi Sungai Jeneberang sebagai sumber air baku potensial, sarana

transportasi air, kegiatan pariwisata dan budidaya perikanan.

Mewujudkan koridor Sungai Jeneberang sebagai ikon alam bagian selatan yang menjadi kebanggaan Kota

Makassar

C. PEMERATAAN PEMBANGUNAN

Strategi pemerataan pembangunan antar kota dalam wilayah Maminasata, yaitu diarahkan untuk memperbaiki kondisi

dari daerah yang belum berkembang dalam hubungannya dengan daerah yang sudah maju degan tetap

mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi , serta mengantisipasi kantong-kantong kemiskinan yang semakin marak

di tengah Kota Metropolitan.

Dengan kedua strategi tersebut, diharapkan adanya optimasi yang teratur antara laju pertumbuhan ekonomi, sinergitas

kinerja antar wilayah, peningkatan peroduktivitas tenaga kerja (mutu SDM) dan pada akhirnya akan mengurangi

ketimpangan pembangunan antar daerah di Kawasan Maminasata ini.