laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tahun...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi (Balitklimat) Tahun 2016ini merupakan
salah satu bentuk pertanggung jawaban kinerja Satker
dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, serta Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Balitklimat ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja Balitklimat TA 2016 yang
ditandatangani oleh Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Kepala
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Dalam dokumen PK tersebut
ditetapkan 2 (dua) sasaran strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang ingin
dicapai oleh Balitklimat pada TA 2016.
Diharapkan Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016 ini dapat bermanfaat sebagai
acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik dalam memperbaiki
dan meningkatkan kinerja Satker selanjutnya.
Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada segenap pelaksana
kegiatan yang telah berpartisipasi aktif dalam penyusunan laporan ini. Saran dan
kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan, semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Januari 2017
Kepala Balai,
Dr. Ir. Harmanto, M.Eng.
NIP. 196711231993031001
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN vi
IKHTISAR EKSEKUTIF vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii
BAB II PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA 3
2.1. Perencanaan Strategis 3
2.1.1. Visi
3
2.1.2. Misi Balitklimat
3
2.1.3. Tujuan dan Sasaran
4
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii
2.1 4. Target Utama Balai Penelitian Agroklimat dan
4 Hidrologi
2.1.5. Program dan Kegiatan
5
2.1.6. Indikator Kinerja Utama
8 2.2. Perencanaan Kinerja Tahun 2016 10
2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2016 12
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 15
3.1. Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2016 15
3.2. Analisis Capaian Kinerja 19
3.3. Akuntabilitas Keuangan 91
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv
3.4. Kegiatan Kerjasama 93
PENUTUP 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana Tindak dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2015-2019 ... 9
Tabel 2. Target IKU yang ingin dicapai Baliktlimat pada TA 2016 ...................... 10
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016 .................................... 11
Tabel 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Balitklimat tahun 2016 ............................. 12
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Balitklimat Tahun 2016 ................................ 16
Tabel 6. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja sasaran 1 ................. 19
Tabel 7. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja sasaran 2 ............... 65
Tabel 8. Jadwal Seminar harian ...................................................................... 72
Tabel 9. Judul publikasi/karya tulis ilmiah ........................................................ 75
Tabel 10. Daftar Hak Cipta Sudah Sertifikat Desain Pengelolaan Air Kebun
Percobaan sebanyak 21 Lokasi yaitu; ................................................. 82
Tabel 11. Daftar Surat Keterangan 21 HKI Desain KP ......................................... 83
Tabel 12. Target dan Capaian IKU Baliktlimat pada TA 2016 ............................... 87
Tabel 13. Capaian kinerja IKU BalitklimatTahun 2015 – 2019.............................. 89
Tabel 14. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja Balitklimat 2015-2016 ................. 90
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tampilan SI katam untuk MK 2016 dan MH 2016/2017 ..................... 21
Gambar 2. Monitoring online katam terpadu menggunakan CCTV ...................... 22
Gambar 3. Wilayah dan indeks iklim global paling signifikan positif pada DJF ...... 26
Gambar 4. Indikator deteksi dini kekeringan dan banjir tanaman padi ................ 26
Gambar 5. Analisis ketersediaan air spasial dan temporal pada wilayah
administratif (kecamatan atau kabupaten) ....................................... 27
Gambar 7. Ekplorasi sumberdaya air ................................................................ 29
Gambar 8. Optimalisasi sumberdaya air ............................................................ 30
Gambar 9. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi ....... 31
Gambar 10. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi ....... 31
Gambar 11. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman bawang merah di Bantul
..................................................................................................... 32
Gambar 13. Hasil prediksi perkembangan hujan 2016 ......................................... 35
Gambar 14. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir
kabupaten/kota di Pulau Jawa ......................................................... 39
Gambar 15. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir
kabupaten/kota di Pulau Jawa ......................................................... 39
Gambar 16. Desain polder kecamatan Labuan amas utara ................................... 41
Gambar 17. Sumber air polder Labuan Amas Utara ............................................. 42
Gambar 18. Lokasi demfarm IP Padi 100 di Kab. Lampung Tengah ...................... 44
Gambar 19. Potensi sumberdaya air permukaan Sungai Way Seputih ................... 44
Gambar 20. Dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi Selatan ...... 46
Gambar 22. Pembukaan lahan tanpa bakar & dibakar ......................................... 50
Gambar 23. FGD ekuatorial di Padang ................................................................ 55
Gambar 24. Temu lapang dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim dan air
Makassar, 18-21 oktober 2016 ......................................................... 56
Gambar 26. Sampul Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan
Iklim Ekstrim dan Air ....................................................................... 57
Gambar 27. Contoh buletin ................................................................................ 67
Gambar 28. Cover Buletin Balitklimat 2016 ......................................................... 68
Gambar 30. Booklet Balitklimat tahun 2016 ........................................................ 70
Gambar 31. Poster Balitklimat tahun 2016 .......................................................... 71
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vii
Gambar 32. Seminar PKL Mahasiswa Program Keahlian Teknik Komputer Program
Diploma IPB. 31 Maret 2016 ............................................................ 71
Gambar 33. Beberapa kegiatan saat pameran di karawang Pengelolaan OPT
Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan ..................... 74
Gambar 34. Kunjungan Tamu ke Balitklimat setiap bulan ..................................... 75
Gambar 35. Beberapa contoh Cover Desain Pengelolaan Air KP ........................... 81
Gambar 36. Contoh Sertifikat HKI Desain 21 KP tahun 2016 ................................ 85
Gambar 37. Muka Web Balitklimat ...................................................................... 86
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tim Penyusun LAKIN Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......... 90
Lampiran 2. Struktur Organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ............. 90
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016 ............................... 90
Lampiran 4. Pagu dan Realisasi Per Output Balitklimat TA 2016 ............................ 90
Lampiran 5. IKU Tahun 2015 – 2019 .................................................................. 90
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ix
IKHTISAR EKSEKUTIF
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) telah menetapkan tujuan
utama yang ingin dicapai sebagaimana yang tertuang dalam IKU tahun 2015-2019
sebagai berikut: (1) Menghasilkan teknologi dan model pengelolaan sumber daya
iklim dan air terpadu mendukung pertanian bioindustri berkelanjutan; (2)
Menghasilkan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu tanaman pangan lahan
sawah di seluruh Indonesia; (3) Menghasilkan model numerik hidroklimatologis dan
sistem informasi sumberdaya iklim dan air, (4) Menghasilkan teknologi inovatif dan
adaptif untuk pengelolaan sumber daya iklim dan air, dan (5) Menghasilkan bahan
rujukan kebijakan terkait dengan sumber daya iklim dan air. Sasaran akhir yang
ingin dicapai selama tahun 2015-2019 adalah: (1) Meningkatnya kecepatan,
ketepatan dan aksesibilitas serta efisiensi penyajian data dalam bentuk sistem
informasi (yang terkini) serta pemanfaatan sistem informasi sumber daya iklim dan
air, (2) Meningkatnya pendayagunaan sumber daya iklim dan air untuk produksi
pertanian serta mitigasi bencana. Tujuan utama yang ingin dicapai tahun 2015-2019
tersebut, menjadi dasar dalam menentukan sasaran strategis yang ingin dicapai
pada tahun anggaran 2016yang dituangkan dalam Penetapan Kinerja (PK) yakni:
(1) Tersedianya data, informasi geospasial/peta, sistem informasi, teknologi, dan
rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan iklim pertanian
mendukung sistem pertanian berkelanjutan dengan 2 (dua) indikator kinerja, dan
(2) Terselenggaranya diseminasi hasil penelitian teknologi agroklimat dan hidrologi
dengan 1 (satu) indikator kinerja. Berdasarkan hasil Pengukuran Pencapaian Kinerja
(PPK) sampai akhir bulan Desember 2016, seluruh indikator kinerja sasaran yang
ditetapkan telah berhasil diselesaikan dengan rata-rata persentase capaian 264,28%
(sangat berhasil).
Faktor-faktor penghambat/kendala yang dihadapi oleh para peneliti dalam
upaya pencapaian indikator kinerja antara lain: faktor alam, faktor fisik dan faktor
SDM. Faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik penyakit, serta
perubahan iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan sekunder secara
spasial dan temporal, keterbatasan jumlah stasiun pengamat iklim dan hidrologi;
faktor SDM berupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dan
tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang masih rendah.
Keterbatasan data primer dan sekunder secara spasial dan temporal diatasi
melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk melakukan sharing data, jumlah
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian x
stasiun pengamat iklim dan hidrologi terbatas dapat diatasi dengan membangkitkan
data dari stasiun iklim terdekat (interpolasi dan ekstrapolasi) dan menggunakan
aplikasi model hidrologi berbasis spasial dan temporal. Untuk mengatasi pengaruh
cuaca ekstrim dan endemik penyakit dapat diatasi dengan melakukan percobaan di
rumah kaca yang terkontrol kondisi iklim dan lingkungannya, perubahan iklim dapat
diatasi dengan penyesuaian pola dan waktu tanam, pemanfaatan air yang efisien
dan penjadwalan irigasi. Adapun keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian
khusus dapat diatasi dengan menggunakan tenaga outsourcing dan melibatkan
tenaga luar yang memenuhi kualifikasi sesuai kebutuhan, dan tingkat adopsi
teknologi rendah dapat diatasi dengan sekolah lapang dan demplot gelar teknologi
melalui implementasi di lapangan.
Untuk membiayai pencapaian sasaran strategis di Balitklimat, pada tahun
anggaran 2016, berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) revisi
terakhir (revisi DIPA 4), Baliktlimat mendapat anggaran sebesar Rp
15.175.999.000,-. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan
dengan target capaian output sebagaimana yang tercantum dalam dokumen
Penetapan Kinerja (PK) yang ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Litbang
Sumber Daya Lahan Pertanian dengan Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan
hidrologi. Target capaian output tersebut diantaranya: (1) menghasilkan 5 Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian
Modern, (2) menghasilkan 6 Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan
Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, dan (3)
menghasilkan produk inovasi yang terdistribusikan berupa 4 Publikasi, 2 KTI, 1 HKI.
Hingga 31 Desember 2016, total realisasi anggaran yang berhasil diserap oleh
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar Rp. 14.391.772.029,- atau 94,83%
dari pagu hasil revisi terakhir sebesar Rp 15.175.999.000,-. Dengan demikian sisa
anggaran yang tidak terserap sebesar Rp 784.226.971,- atau 5,17%. Untuk capaian
fisik kegiatan rata-rata mencapai 100%. Pencapaian target sasaran yang berhasil
direalisasikan oleh Baliktlimat sampai 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: (1)
menghasilkan 5 teknologi pengelolaan sumber daya air dan iklim pertanian
mendukung sistem pertanian berkelanjutan dari target 5 teknologi, (2)
menghasilkan 6 rekomendasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
lahan, air, dan lingkungan serta perubahan iklim, dan (3) menghasilkan 4 produk
inovasi yang dari 1 target produk inovasi yang dideminasikan. Inovasi yang
didiseminasikan didukung dengan 4 Publikasi, 2 KTI, 1 HKI.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xi
Dengan capaian tersebut, Balitklimat telah dapat melaksanakan kegiatan
dengan tingkat pencapaian sasaran strategis sebesar 264,28% (sangat berhasil).
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
69/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002, Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi merupakan salah satu Balai Nasional yang secara struktural berada di
bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Dengan adanya perubahan organisasi lingkup
Departemen Pertanian, yang tertuang dalam SK Menteri Pertanian No.
300/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005, Puslitbangtanak berubah nama
menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian,
fungsi koordinasi Balitklimat secara otomatis melekat pada Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP).
Berdasarkan Permentan Nomor: 22/Permentan/OT.140/3/2013, tugas Pokok
dan Fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi adalah: (1). Pelaksanaan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan laporan penelitian
agroklimat dan hidrologi; (2). Pelaksanaan inventarisasi data dan informasi sumber
daya agroklimat dan hidrologi; (3). Pelaksanaan penelitian sumber daya iklim dan
air; (4). Pelaksanaan penelitian komponen teknologi pengelolaan sumber daya iklim
dan air; (5). Pemberian pelayanan teknis penelitian agroklimat dan hidrologi; (6).
Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi; dan (7). Pelaksanaan
urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan Balitklimat.
Dalam menjalankan perannya ke depan, permasalahan yang dihadapi
semakin kompleks, seperti:(1) terjadinya degradasi sumber daya lahan dan
pencemaran, (2) alih fungsi lahan, (3) land rent dan fragmentasi lahan,(4)
pemanasan global dan perubahan iklim, (5) meluasnya lahan terlantar, dan (6)
masih rendahnya diseminasi inovasi teknologi.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan langkah-
langkah visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan sumber daya
penelitian yang dimiliki.
Balitklimat dalam era pembangunan yang makin kompetitif dituntut untuk
menghasilkan penciptaan teknologi pertanian yang memiliki nilai tambah ekonomi
yang tinggi untuk mendukung peran Balitbangtan dalam pembangunan
pertanian(impact recognition) dan nilai ilmiah tinggi (scientific mission/recognition)
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
untuk pencapaian status sebagai lembaga penelitian berkelas dunia (a world class
research institution). Perubahan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal
harus dijawab dengan meningkatkan prioritas dan kualitas hasil Balitbangtan yang
berorientasi pasar baik domestik maupun internasional dan berdaya saing tinggi.
Guna menjawab kesemuanya itu, ke depan Balitklimat akan meningkatkan kerja
sama/networking baik dengan pemerintah daerah, lembaga penelitian, dan pelaku
usaha nasional maupun internasional.
Peran Balitklimat harus didukung oleh sumber daya yang memadai (SDM,
pendanaan, dan sarana-prasarana). Berdasarkan data per 31 Desember 2016,
jumlah SDM Baliktlimat sebanyak 86 orang terdiri dari 61 orang PNS kelompok
fungsional (Tenaga Peneliti sebanyak 23 orang, Peneliti Non Klasifikasi sebanyak 9
orang, Teknisi Litkayasa sebanyak 9 orang, Pustakawan sebanyak 1 orang, Arsiparis
sebanyak 2 orang, dan Fungsional Umum/Fungsional lainnya sebanyak 17 orang).
Selain itu juga dibantu oleh tenaga PPNPN (Pegawai Pemerintan Non PNS) terdiri
dari 12 orang tenaga teknis dan administrasi, satpam 6 orang serta petugas
kebersihan sebanyak 5 orang.
Salah satu sarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penelitian di
Balitklimat adalah Laboratorium Agrohidromet. Laboratorium Agrohidromet
digunakan untuk membantu institusi dalam memecahkan permasalahan
instrumentasi dan data terkait kegiatan penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Lab
Agrohidromet juga melayani dari luar institusi. Aset penting laboratorium adalah
database dan instrumentasi untuk mendukung pengukuran terkait pelaksanaan
kegiatan Agroklimat dan Hidrologi, seperti; AWS, AWLR, serta intrumentasi lainnya.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
BAB II
PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 2015-
2019 merupakan lanjutan dari Renstra 2010-2014, yang disesuaikan dengan
dinamika lingkungan strategis global maupun nasional, terutama dalam aspek
sumber daya lahan pertanian. IKU ini disusun dalam rangka memenuhi Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang kewajiban bagi setiap
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menyusun Renstra dan Laporan Kinerja (LAKIN).
Penyusunan IKU Balitklimat 2015-2019 mengacu dan berpedoman pada
Renstra Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Renstra Kementerian
Pertanian2015-2019, dan Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
2015-2019 serta Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Lahan Pertanian 2015-2019. Secara operasional, Renstra-Renstra tersebut menjadi
acuan dalam penyusunan Renstra unit pelaksana teknis (UPT) yang dalam
penjabarannya disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis pembangunan
nasional dan respon stakeholders.
2.1.1. Visi
“Menjadi balai penelitian bertaraf internasional yang menghasilkan teknologi
tepat guna dan informasi sumber daya iklim dan air yang akurat, real time dan
profesional untuk mendukung pembangunan pertanian”.
2.1.2. Misi Balitklimat
(1) Membangun dan mengembangkan sistem informasi sumber daya iklim dan air
dengan memanfaatkan teknologi mutakhir untuk pengambil kebijakan,
perencana, dan pelaksana;
(2) Melaksanakan penelitian pengembangan teknologi agroklimat dan hidrologi
untuk pendayagunaan sumber daya iklim dan air dan mengantisipasi terjadinya
kerugian karena bencana anomali dan perubahan iklim untuk mendukung
ketahanan pangan;
(3) Menghasilkan publikasi ilmiah, baik peringkat nasional maupun internasional;
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
(4) Mendiseminasikan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi dengan
membangun kerja sama yang sinergis dengan Institusi dalam dan luar negeri.
2.1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Utama
Tujuan utama Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
(1) Menghasilkan teknologi dan model pengelolaan iklim dan air terpadu
mendukung pertanian berkelanjutan
(2) Menghasilkan sistem informasi kalender tanam terpadu serta pengelolaan
sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
(3) Menghasilkan sistem informasi dan data base, serta analisis iklim dan
hidrologi
(4) Menghasilkan teknologi inovatif dan analisis sistem pengelolaan sumberdaya
Iklim dan Air
(5) Menghasilkan bahan rujukan kebijakan terkait dengan sumber daya iklim dan
air.
Sasaran Strategis
Sasaran strategis yang ingin dicapai Balitklimat pada periode 2015-2019
adalah:
(1) Tersedianya data, informasi, dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan
sumberdaya iklim dan air
(2) Meningkatnya kecepatan, ketepatan, dan aksesibilitas serta efisiensi
penyajian data, dalam bentuk sistem informasi (yang terkini) serta
pemanfaatan sistem informasi sumber daya iklim dan air;
(3) Terselenggaranya diseminasi inovasi teknologi sumber daya iklim dan air dan
meningkatnya pendayagunaan sumber daya iklim dan air untuk produksi
pertanian serta mitigasi bencana.
2.1.4. Target Utama Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Dalam lima tahun (2015-2019), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
mempunyai beberapa target utama diberbagai bidang penelitian dan diseminasi,
yaitu:
(1) Pengembangan dan advokasi sistem informasi kalender tanam terpadu dalam
upaya adaptasi perubahan iklim;
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
(2) Penelitian key area keragaman iklim indonesia dalam menghadapi dampak
perubahan iklim;
(3) Sistem informasi sumber daya air mendukung pemanfaatan sumber daya air
berkelanjutan;
(4) Penelitian dan pengembangan model food smart village pada lahan kering
untuk adaptasi perubahan iklim;
(5) Penelitian teknologi inovatif dan adaptif untuk efisiensi pengelolaan sumber
daya iklim dan air;
(6) Monitoring online dinamika ketersediaan air daerah irigasi mendukung upaya
peningkatan produktivitas lahan sawah irigasi;
(7) Pengembangan pompa air tenaga surya untuk irigasi dalam upaya
mendukung peningkatan produksi di lahan kering;
(8) Penelitian kalender tanam terpadu untuk mendukung UPSUS PAJALE pada
lahan sawah irigasi dan lahan rawa untuk adaptasi perubahan iklim;
(9) Penelitian dan pengembangan analisis key area iklim dan neraca air PAJALE
mendukung UPSUS;
(10) Penelitian teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air terpadu pada
berbagai agroekosistem mendukung UPSUS PAJALE, cabe merah dan kakao;
(11) Penelitian dan pengembangan pompa radiasi surya untuk kedelai, cabe merah
dan bawang merah;
(12) Penelitian penentuan Kc tanaman kakao untuk pengembangan neraca air
tanaman dalam menghadapi perubahan iklim;
(13) Analisis sumber daya iklim dan air untuk rekomendasi waktu tanam dan
produksi pajale spesifik lokasi menghadapi perubahan iklim;
(14) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Resiko Keragaman Iklim
dan Iklim Ekstrim Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
(15) Model pengelolaan air terpadu untuk peningkatan produksi dan indeks
pertanaman menghadapi perubahan iklim;
(16) Penelitian teknologi inovatif dan adaptif pengelolaan sumber daya iklim dan
air untuk mendukung pertanian;
2.1.5. Program dan Kegiatan
Pada periode 2015-2019, Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi sumber
daya Litbang menurut komoditas prioritas ditetapkan oleh Kementerian Pertanian
terdiri dari: padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu. Sementara yang termasuk dalam 35
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
fokus komoditas yaitu: Pangan (padi, kedele, jagung, ubi kayu, dan kacang tanah),
Hortikultura (kentang, cabe merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang,
anggrek, durian, rimpang, dan jeruk), Perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, kakao,
kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu, tembakau, dan cengkeh), serta
Peternakan (sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras, dan itik).
Berdasarkan orientasi outputnya, program penelitian dan pengembangan di
masing-masing unit kerja penelitian diarahkan pada 2 kategori, sebagai berikut:
a. Program Bertujuan Nilai Tambah Ilmiah (Scientific Recognation)
adalah kegiatan untuk menghasilkan inovasi teknologi, diseminasi, dan
kelembagaan pendukung untuk peningkatan produksi 5 komoditas
prioritas dan 30 fokus komoditas pertanian.
b. Program Bertujuan Nilai Tambah Komersial (Impact
Recognation) adalah kegiatan Balitbangtan untuk mendukung program
strategis Kementerian Pertanian.
Berdasarkan sasarannya, maka dalam pelaksanaannya, program litbang
sumber daya lahan pertanian dipilah atas tiga koridor atau klaster utama, yaitu:
a. Program penelitian “in house” yang lebih hulu dan berorientasi untuk
menghasilkan invensi, paten, dan produk-produk ilmiah termasuk Karya
Tulis Ilmiah (KTI).
b. Program Penelitian dan Pengembangan untuk mendukung Program Empat
Sukses Pembangunan Pertanian.
a. Program Penelitian dan Pengembangan untuk memecahkan masalah-
masalah strategis dan global, seperti fenomena perubahan iklim, krisis
energi, dan lain-lain.
Prioritas penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi adalah identifikasi, karakterisasi, evaluasi, dan pengelolaan sumber daya
iklim dan air serta teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk
mendukung pembangunan pertanian.
Dalam lima tahun (2015-2019), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
berinisiatif untuk juga mengambil peran di depan dalam merespons berbagai isu
yang berkaitan dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seluruh kegiatan
penelitian tersebut dilaksanakan dan telah ditetapkan dalam IKU Balitklimat 2015-
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
2019 sebagai Rencana Tindak (Program SATKER) untuk mendukung Program Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
1. Program Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim untuk
Pengembangan Pertanian
a. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu
dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim.
b. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi
Dampak Perubahan Iklim.
c. Sistem Informasi Sumber daya Air mendukung Pemanfaatan Sumber daya
Air Berkelanjutan.
d. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan
Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim.
e. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk
Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air.
f. Monitoring Online Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi.
g. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya
Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering.
h. Analisis dan pengelolaan informasi sumberdaya iklim dan air untuk
antisipasi dan adaptasi perubahan iklim global dan iklim ekstrim (6
Rekomendasi)
2. Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian
Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertaian diharapkan
dapat menjembatani apa yang dilaksanakan Puslit/BB/LRPI dengan apa yang
dibutuhkan pengguna di berbagai tingkatan di daerah. Upaya memadukan apa yang
dihasilkan berbagai UK/UPT Balitbangtandengan lokal genius yang dikembangkan
masyarakat merupakan inti dari program pengkajian dan percepatan diseminasi
inovasi pertanian, sehingga dapat meningkatkan diseminasi hasil-hasil penelitian
sumber daya iklim dan air.
3. Pengembangan Kelembagaan dan Komunikasi Hasil Litbang
Kegiatan pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan budaya
kerja inovatif, reformasi birokrasi, pengembangan sumber daya Litbang (SDM,
sarana, dan prasarana) diikuti pengembangan standarisasi dan akreditasi lembaga
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
dan pranata Litbang. Guna memicu output optimal, maka diperlukan pengembangan
manajemen teknologi informasi dan sistem informasi serta koordinasi jaringan
kerjasama penelitian dan pengkajian. Reformasi perencanaan dan penganggaran,
penyempurnaan sistem monitoring dan evaluasi, antara lain:
1. Pengembangan sumber daya manusia bidang agroklimat dan hidrologi;
2. Pengembangan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan
sumber daya agroklimat dan hidrologi;
3. Pengembangan sistem informasi, komunikasi dan umpan balik inovasi
penelitian sumber daya iklim dan Air;
4. Peningkatan kapasitas penerbitan publikasi dan dokumentasi hasil-hasil
penelitian sumber daya agroklimat dan hidrologi;
5. Kegiatan pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi
pertanian;
6. Peningkatan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan lembaga
Nasional dan atau Internasional.
2.1.6. Indikator Kinerja Utama
Indikator kinerja utama merupakan ukuran keberhasilan dari pencapaian
suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan
kinerja dan peringkat akuntabilitas kinerja ke depan. Untuk mencapai tujuan dan
sasaran Balitklimat periode lima tahun, maka disusun Program Utama 2015-2019
dengan rencana tindak dan indikator kinerja utama (IKU) seperti disajikan pada
Tabel 1.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
Rencana Tindak Indikator Kinerja Utama
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Iklim dan Air
Pertanian Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Jumlah sistem informasi kalender tanam
terpadu pada setiap musim tanam, sistem informasi sumber daya air nasional;
Jumlah teknologi pengelolaan sumber
dayaiklim dan air untuk pengembangan food smart village, prediksi iklim danindikator
perubahan iklim berdasarkan key area,
pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumberdaya air
(pompa air tenaga surya), sensor curah hujan untuk pertanian presisi, penentuan penciri
iklim mikro untuk peningkatan produktivitas
tanaman,identifikasi dan desain infrastruktur panen air untuk peningkatan indeks
pertanaman, monitoring online dinamika ketersediaan air petak tersier;
Jumlah peta key area keragaman iklim
Indonesia, potensi sumber daya air Indonesia, peta kerentanan usaha tani pangan dan risiko
iklim pada kondisi iklim ekstrim berbasis
sumberdaya lahan, iklim, dan air
Pengkajian dan percepatan
diseminasi hasil penelitian
agroklimat dan hidrologi
Jumlah buletin agroklimat dan hidrologi,
laporan tahunan agroklimat dan hidrologi,
buku/juknis desain pengelolaan air kebun
percobaan lingkup Balitbangtan dan pengelolaan stasiun iklim otomatis (AWS)
lingkup Balitbangtan, info agroklimat dan hidrologi, booklet/monograf agroklimat dan
hidrologi
Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Litbang
Pertanian
Tersusunnya standar baku SDM di Balitklimat;
Terselenggaranya reformasi birokrasi;
Diperoleh dan dipertahankannya sertifikasi
ISO 9001:2008; Meningkatnya penggunaan dan
terakreditasinya Laboratorium Agrohidromet;.
Analisis dan Kebijakan
Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Iklim dan Air
Jumlah makalah dan kebijakan tentang
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
Jumlah makalah dan kebijakan tentang model
pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan kering beriklim kering dan lahan tadah hujan
Tabel 1. Rencana Tindak dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2015-2019
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
Sedangkan target capaian IKU Baliktlimat pada tahun 2016 adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Target IKU yang ingin dicapai Baliktlimat pada TA 2016
No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
1 Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air
dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem
Pertanian Berkelanjutan
5
2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan
dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan
Lingkungan serta Perubahan Iklim
6
3a Jumlah publikasi 4
3b Jumlah KTI 2
3c Jumlah HKI 1
2.2. Perencanaan Kinerja Tahun 2016
Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2016,
telah ditetapkan program, kegiatan utama beserta target output dalam upaya
pencapaian sasaran pada TA 2016.
Seluruh kegiatan utama yang dilaksanakan merupakan dukungan terhadap
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan.
Kegiatan utama mendukung sasaran strategis Penelitian dan Pengembangan
Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Dari kegiatan tersebut, target yang ingin
dicapai seperti disajikan pada Tabel 3 berikut:
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian
Tersedianya data, informasi
geospasial/peta, sistem informasi, teknologi, dan
rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan
iklim pertanian mendukung
sistem pertanian berkelanjutan
1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya
air dan iklim pertanian mendukung sistem
pertanian modern
5 Teknologi
2. Jumlah rekomendasi
kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya lahan, air, dan lingkungan serta
perubahan iklim
6 Rekomendasi
Terselenggaranya diseminasi
hasil penelitian agroklimat dan
hidrologi
3. Jumlah produk inovasi yang
terdistribusikan:
Buletin agroklimat dan
hidrologi, Laporan tahunan
agroklimat dan hidrologi, Info agroklimat dan
hidrologi, Booklet/monograf/juknis
agroklimat dan hidrologi
4 edisi
Prosiding 9 judul
Jurnal nasional dan
internasional
9 judul
Atlas desain irigasi 21 KP
lingkup Balitbangtan
1 HKI
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2016, Balitklimat mempunyai target:
(1) menghasilkan 5 Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian
Mendukung Sistem Pertanian berkelanjutan, (2) menghasilkan 6 Rekomendasi
Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan
serta Perubahan Iklim, serta (3) menghasilkan 4 jenis publikasi (buletin, info,
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
laporan tahunan, juknis sejumlah 4 publikasi), prosiding (9 judul), jurnal nasional
dan internasional (9 judul), atlas desain irigasi (1 HKI).
2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2016
Dari dokumen Rencana Kinerja Tahunan, selanjutnya disampaikan kepada
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian untuk
ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja. Berdasarkan Penetapan Kinerja yang
ditandatangani oleh Kepala Balai BBSDLP dengan Kepala Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi versi perubahan anggaran terakhir pada bulan Agustus 2016, maka
Penetapan Kinerja Balitklimat untuk Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian
Tersedianya data, informasi
geospasial/peta, sistem
informasi, teknologi, dan rekomendasi pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya air dan
iklim pertanian mendukung sistem pertanian berkelanjutan
1. Jumlah Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya
Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem
Pertanian Modern, terdiri atas:
a. Teknologi informasi
kalender tanam terpadu tanaman padi pada
lahan sawah seluruh Indonesia
b. Teknologi informasi Key Area keragaman iklim
seluruh Indonesia
Mendukung UPSUS PJK c. Teknologi pengelolaan
sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan
Berbasis Model Food
Smart Village d. Teknologi pemanfatan
sumber energi alamiah untuk optimalisasi
pengelolaan
sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya)
5 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
Tabel 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Balitklimat tahun 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
e. Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk
peningkatan produktivitas tanaman
2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan
dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan
Lingkungan serta
Perubahan Iklim, terdiri atas:
a. Rekomendasi strategi serta rencana aksi
adaptasi dan penanggulangan risiko
untuk penyelamatan
dan pengamanan produksi pangan
b. Rekomendasi kebijakan adaptasi
perubahan iklim
berdasarkan tingkat kerentanan terhadap
anomali iklim di Jawa dan Sulawesi
c. Rekomendasi desain pengelolaan air untuk
meningkatkan IP Padi
di Lampung d. Rekomendasi
kebijakan pemanfaatan lahan
berbasis potensi
sumber daya iklim, air dan tanah pada
kawasan pengembangan PJKU
yang potensial dan
berpeluang untuk penerapan IP 300
e. Rekomendasi kebijakan antisipasi
dan pencegahan
1 Teknologi
6 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
kebakaran hutan pada kawasan/wilayah
khususnya pada lahan gambut, terutama
terkait dengan iklim
ekstrim dan perubahan iklim
f. Rekomendasi pengelolaan air di
lahan rawa lebak di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel
1 Rekomendasi
Terselenggaranya diseminasi
hasil penelitian agroklimat dan hidrologi
Jumlah produk inovasi yang
terdistribusikan: a. Publikasi, terdiri atas:
Buletin agroklimat
dan hidrologi Laporan tahunan
agroklimat dan
hidrologi
Info agroklimat dan
hidrologi Booklet/monograf
agroklimat dan
hidrologi b. 2 KTI, terdiri atas:
Prosiding
Jurnal nasional dan
internasional
c. 1 HKI, terdiri atas: Atlas desain irigasi 21 KP
lingkup Balitbangtan
2 edisi
1 edisi
6 edisi
2 edisi
9 buah
9 buah
1 HKI
Pagu AnggaranTerakhir (DIPA 4) Rp. 15.175.999.000,-
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target),
sasaran kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah
dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja, ditetapkan 4 (empat) kategori
keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil : > 100 persen; (2) berhasil : 80 – 100
persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan (4) tidak berhasil : 0 – 59
persen.
3.1. Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2016
Pengukuran capaian kinerja Balitklimat Tahun 2016 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.
Dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) Tahun Anggaran 2016,
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi mempunyai 2 (dua) Sasaran Strategis
dengan 4 indikator kinerja sasaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan data hasil pengukuran kinerja Balitklimat hingga akhir tahun
2016, Pencapaian Indikator Kinerja sasaran kegiatan adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
Tersedianya data,
informasi geospasial/peta,
sistem informasi,
teknologi, dan rekomendasi
pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya air
dan iklim pertanian
mendukung sistem pertanian
berkelanjutan
1. Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Iklim
Pertanian Mendukung Sistem Pertanian
Modern, terdiri atas: a. Teknologi informasi
kalender tanam
terpadu tanaman padi pada lahan
sawah seluruh Indonesia
b. Teknologi informasi
Key Area keragaman
iklim seluruh Indonesia
Mendukung UPSUS PJK
c. Teknologi
pengelolaan sumberdaya iklim
dan air di lahan tadah hujan Berbasis
Model Food Smart Village
d. Teknologi
pemanfatan sumber energi alamiah untuk
optimalisasi pengelolaan
sumberdaya air
(Pompa Air Tenaga Surya)
e. Teknologi penentuan penciri iklim mikro
untuk peningkatan
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
1 Teknologi
100
100
100
100
100
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
produktivitas tanaman
2. Jumlah Rekomendasi
Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan
Sumber Daya Lahan,
Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim,
terdiri atas: a. Rekomendasi
strategi serta
rencana aksi adaptasi dan
penanggulangan risiko untuk
penyelamatan dan
pengamanan produksi pangan
b. Rekomendasi kebijakan adaptasi
perubahan iklim berdasarkan tingkat
kerentanan terhadap
anomali iklim di Jawa dan Sulawesi
c. Rekomendasi desain pengelolaan air
untuk meningkatkan
IP Padi di Lampung d. Rekomendasi
kebijakan pemanfaatan lahan
berbasis potensi sumber daya iklim,
air dan tanah pada
kawasan pengembangan PJKU
yang potensial dan berpeluang untuk
penerapan IP 300
e. Rekomendasi kebijakan antisipasi
dan pencegahan
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
100
100
100
100
100
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
kebakaran hutan pada
kawasan/wilayah khususnya pada
lahan gambut, terutama terkait
dengan iklim ekstrim
dan perubahan iklim f. Rekomendasi
pengelolaan air di lahan rawa lebak di
Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kalsel
1 Rekomendasi
1 Rekomendasi
100
Terselenggaranya
diseminasi teknologi hasil
penelitian agroklimat dan
hidrologi
Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan
a. Jumlah Publikasi
Buletin agroklimat
dan hidrologi,
Laporan tahunan
agroklimat dan hidrologi,
Info agroklimat
dan hidrologi,
Booklet/monograf/
agroklimat dan hidrologi
b. Jumlah KTI Prosiding
Jurnal nasional dan
internasional
c. Jumlah HKI
Atlas desain irigasi 21 KP lingkup
Balitbangtan
2 edisi
1 edisi
6 edisi
2edisi
9 buah 9 buah
1 HKI
1 edisi
1 edisi
6 edisi
2 edisi
27 buah 23 buah
21 HKI
50
100
100
100
300 250
2100
Pagu Anggaran Rp. 15.175.999.000,-
Realisasi Anggaran Rp. 14.391.772.029,- (94,83%)
Berdasarkan tabel di atas, capaian indikator kinerja tahun 2016 untuk sasaran
pertama mencapai 100% menunjukkan tingkat keberhasilan berhasil, sedangkan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
untuk sasaran kedua mencapai 428,57% dikarenakan capaian Karya tulis ilmiah dan
Hak Kekayaan Intelektual melampaui target yang direncanakan dengan katagori
tingkat capaian sangat berhasil. Dengan demikian capaian kinerja keseluruhan
Baliktlimat TA 2016 adalah 264,28% dengan katagori tingkat capaian Sangat
Berhasil.
Beberapa kendala umum yang dihadapi dalam upaya pencapaian sasaran
tersebut antara lain: faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik
penyakit, serta perubahan iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan
sekunder secara spasial dan temporal, keterbatasanjumlah stasiun pengamat iklim
dan hidrologi; faktor SDM berupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian
khusus dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang masih rendah.
3.2. Analisis Capaian Kinerja
Analisis akuntabilitas kinerja tahun 2016 Balitklimat dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya data, informasi geospasial/peta, sistem
informasi, teknologi, dan rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan iklim pertanian
mendukung sistem pertanian berkelanjutan
Untuk mengukur capaian sasaran tersebut, diukur dengan 2 (dua) indikator
kinerja sasaran. Adapun pencapaian target indikator kinerja sasaran dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 6. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja sasaran 1
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim
Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Modern
2. Jumlah Rekomendasi
Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber
Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta
Perubahan IklimJumlah
5 Teknologi
6 Rekomendasi
5 Teknologi
6 Rekomendasi
100
100
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
Indikator Kinerja Target Realisasi %
informasi geospasial sumber daya lahan
pertanian
Berdasarkan data realisasi indikator kinerja sasaran pada Tabel 6 di atas,
pada tahun 2016 berhasil menyelesaikan output 5 Teknologi atau 100% dari target,
serta 6 rekomendasi kebijakan atau 100% dari target. Dengan demikian kategori
keberhasilan pencapaian indikator kinerja sasaran 1 adalah berhasil, karena
capaiannya 100%.
Keberhasilan pencapaian indikator kinerja pertama, tidak terlepas dari
perencanaan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh setiap Tim dalam
melaksanakan kegiatan penelitian.
Adapun pencapaian indikator kinerja 5 teknologi diuraikan sebagai berikut:
Penelitian Kalender Tanam Terpadu untuk Mendukung UPSUS PAJALE
pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Rawa untuk Adaptasi Perubahan
Iklim
Teknologi informasi kalender tanam terpadu tanaman padi pada lahan sawah
seluruh Indonesia dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Penyusunan sistem informasi Katam Terpadu dilakukan melalui tahapan
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, diseminasi informasi katam
terpadu. Diseminasi Katam Terpadu dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung melalui internet menggunakan telepon pintar berbasis android dan
website, selain itu melalui komunikasi nirkabel menggunakan sms. Secara tidak
langsung diseminasi dilakukan melalui Tim Gugus Tugas Katam Provinsi. Bahan
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya adalah: (1) peta
digital hasil prakiraan hujan musiman level kecamatan dari BMKG, (2) informasi
kalender tanam yang telah diperbaruhi sesuai dengan jumlah kecamatan dari BPS
2010, (3) informasi wilayah rawan bencana (kekeringan/banjir dan OPT) pada level
kabupaten/ kecamatan yang telah diperbaruhi, (4)rekomendasi varietas dan
kebutuhan benih pada level kecamatan yang telah diperbaruhi, (5) rekomendasi dan
kebutuhan pupuk padi sawah, jagung, dan kedelai pada level kecamatan yang telah
diperbaharui. Selain bahan tersebut di atas diperlukan juga perangkat lunak sebagai
berikut: ArcGIS Desktop 10 untuk penyiapan data vektor seperti peta rupa bumi,
dan peta sawah digital, ArcPy untuk pembuatan otomatisasi pembuatan peta per
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
tingkat administrasi, Visual Basic Studio .NET 2010 sebagai alat untuk
pengembangan aplikasi perangkat lunak berbasis ASP.NET, ArcGIS Server 10,
merupakan komponen server pendukung untuk keperluan publikasi peta digital
melalui media internet atau berbasis web.
Kegiatan terdiri dari beberapa sub kegiatan diantaranya: (1) pengembangan
sistem katam terpadu, (2) pemutakhiran prediksi iklim global dan model integrasi
prediksi iklim dan awal tanam untuk mendukung sistem informasi kalender tanam
terpadu (MK 2016 dan MH 2016/2017), (3) informasi prediksi spasial ketersediaan
air dan luas panen tingkat kecamatan untuk setiap musim tanam berdasarkan
skenario awal tanam, (4) pemutakhiran wilayah rawan bencana kekeringan, banjir
dan serangan OPT pada tanaman padi, jagung dan kedelai
(MK 2016 dan MH 2016/2017), (5) pemutakhiran rekomendasi varietas dan
kebutuhan benih yang terbarukan untuk mendukung sistem informasi kalender
tanam terpadu (MK 2016 dan MH 2016/2017), (6) informasi pemupukan
mendukung percepatan peningkatan produksi padi, jagung, kedelai
(MK 2016 dan MH 2016/2017), (7) advokasi sistem informasi kelender tanam
terpadu melalui FGD, dan koordinasi/pendampingan GT katam dan PI, dan (8)
buletin untuk mendukung sistem informasi kalender tanam terpadu.
Gambar 1. Tampilan SI katam untuk MK 2016 dan MH 2016/2017
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
Gambar 2. Monitoring online katam terpadu menggunakan CCTV
Keluaran yang dicapai adalah : (1) 2 versi sistem informasi kalender tanam
terpadu MK 2016 dan MH 2016/2017 (sistem katam MK 2016 dan MH 2016/2017
yang terbarukan, verifikasi dan validasi informasi katam terpadu dan standing crop,
1 model updating integrasi katam rawa, model integrasi dat dan bioremediasi), (2)
Pemutakhiran prediksi iklim global dan model integrasi prediksi iklim dan awal
tanam untuk mendukung SI Katam terpadu MK 2016 dan MH 2016/2017 (2 paket
informasi prediksi awal MK 2016 dan MH 2016/2017, 2 paket informasi prediksi awal
tanam dan potensi luas tanam MK 2016 dan MH 2016/2017 pada SI Katam
Terpadu, dan informasi perkembangan iklim Indonesia 2016, (3) informasi prediksi
spasial ketersediaan air dan luas panen tingkat kecamatan untuk setiap musim
tanam berdasarkan skenario awal tanam, (4) pemutakhiran wilayah rawan bencana
kekeringan, banjir dan rawan OPT pada tanaman padi, jagung dan kedelai (MK
2016 dan MH 2016/2017), (5) informasi rekomendasi varietas dan kebutuhan benih
yang terbarukan untuk mengurangi risiko kehilangan hasil padi, jagung dan kedelai
akibat kerawanan banjir, kekeringan, dan OPT serta mendukung SI Katam Terpadu
(MK 2016 dan MH 2016/2017), (6) informasi pemupukan mendukung percepatan
peningkatan produksi padi, jagung, kedelai (MK 2016 dan MH 2016/2017), (7) 1
model updating model rekomendasi dan kebutuhan alsintan, (8) 1 model integrasi
data dan peta bioremediasi untuk mendukung Katam Terpadu, dan (9) advokasi
sistem informasi Katam terpadu
Hasil yang telah dicapai dari kegiatan pengembangan SI Katam Terpadu
diantaranya: pemutakhiran MK 2016, MH 2016/2017 dan updating web, katam SMS,
dan Katam Android. Fitur yang terbaruyaitu: penambahan halaman prediksi curah
hujan dan musim dari situs web IRI Columbia, updating data alsintan, dan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
penambahan fitur baru perhitungan biaya sewa alsin dan analisis Benefit Cost Ratio
(BCR) untuk alsin traktor roda 2 dan combine harvester baik dalam bentuk web
interaktif maupunmicrosoft excel.Hail analisis standing cropdapat diterima dengan
baik oleh stakeholder baik melalui email, web direktori agrogis,info dan situs web
Katam. Integrasi ternak telah dikembangkan, data informasi yang didapatkan dari
Katam pdf dan katam web dalam bentuk peta, data tabular, grafik yang interaktif.
Untuk kegiatan prediksi iklim dihasilkan informasiawal waktu tanam dominan pada
MK 2016 diprediksi terjadi pada April II-III seluas 2.643.648 Ha (42,4%), Mei I-II
seluas 1.414.799 Ha (22,7%) dan Mei III-Juni I 2016 seluas 1.819.098 Ha (29,2%).
Potensi luas tanam di lahan sawah secara nasional pada MK 2016 untuk padi sawah
seluas 5.710.620 Ha, padi rawa seluas 528.011 Ha, jagung/kedelai 1.420.408 Ha
dan kedelai saja seluas 124.002 Ha. Awal waktu tanam dominan pada MH
2016/2017 diprediksi terjadi pada November I-II 2016 seluas 4.785.257 Ha, Maret I-
II 2017 seluas 3.383.550 Ha, Januari I-II seluas 807.618 Ha. Potensi luas tanam di
lahan sawah secara nasional pada MH 2016/2017 untuk padi sawah seluas
10.388.743 Ha, padi rawa seluas 593.073 Ha, jagung/kedelai 2.419.503 Ha dan
kedelai saja seluas 154.959 Ha. Kegiatan informasi ketersediaan air didapatkan
dariDaerah Irigasi (DI) Jatiluhur yang memiliki luas sawah 231,169.7 ha, saluran
induk 372.18 km, saluran sekunder 1,575.39 km serta bangunan bagi sadap 1,561.0
unit yang menyalurkan irigasi melalui saluran tersier menuju petak-petak tersier.
Hasil analisis awal tanam di Kec. Klari, Kab. Karawang pada periode 2013 - 2016,
awal tanam tetap, kejadian El Nino 2015 tidak menyebabkan pergeseran awal
tanam. Hasil analisis di Kec. Tirta Mulya dan Jatisari, terlihat variasi awal tanam
antara 15 hari hingga 1 bulan selama periode pengamatan 2013-2016. Kegiatan
rawan bencana menghasilkan Peta Endemik Bencana, Peta Rawan Bencana, dan
Peta Kerusakan Tanaman akibat bencana. Peta-peta tersebu digunakan sebagai
salah satu rujukan untukpemilihan atau rekomendasi varietas yang sesuai dan
prioritas wilayah penanggulangan bencana serta digunakan untuk memperkirakan
potensi kehilangan hasil yang dialami apabila tidak dilakukan antisipasi atau
penanggulangan. Informasi varietas dan kebutuhan benih yang dihasilkan dari SI
Katam yaitu perbaikan informasi dari Tim Gugus Tugas dan juga dari instansi terkait
varietas padi eksisting yang paling dominan ditanam di Provinsi Jambi, Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah dan Maluku adalah varietas
Ciherang. Varietas Inpari 12 banyak ditanam di Sumatera Barat, sedangkan varietas
lokal yang banyak ditanam adalah varietas Anak Daro, Tukad Unda dan Logawa.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
Untuk Provinsi Papua, varietas padi yang paling dominan di tanam adalah varietas
Inpari 7, Kebaruan informasi varietas unggul baru terutama untuk varietas toleran
banjir, kekeringan, OPT utama, Pajale, kebutuhan benih padi dan jagung/kedelai
untuk seluruh wilayah Indonesia pada musim kemarau 2016 berturut-turut adalah
126.946 ton dan 27.837 ton, sedangkan pada musim hujan 2016/2017 adalah
169.281 ton dan 14.630 ton.Untuk rekomendasi pupuk yang telah dilakukan yaitu
Rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk MK 2016 dan MH 2016/17 telah diperbaiki
berdasarkan data peta status hara P dan K yang diupdate tahun 2014. Rekomendasi
pupuk majemuk NPK Pelangi 20-10-10 dan NPK Kujang 30-6-8 akan ditiadakan
setelah MK. 2016, Rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk tanaman jagung dan
kedelai telah dikembangkan di seluruh kecamatan di setiap provinsi dengan
menggunakan pilihan pupuk an-organik bentuk tunggal dan majemuk NPK 15-15-15
dikombinasikan dengan pupuk organik berbahan baku sisa jerami atau kotoran
hewan. Pada tahun 2016, Diseminasi SI Katam Terpadu dilaksanakan pada Pekan
Peramalan Tahun di BBPOPT Jatisari Karawang, Fokus Grup Diskusi (FGD)
diselenggarakan di Padang Sumatera Barat, dan FGD Kalender Tanam Terpadu MH
2016/2017 di Makassar.Beberapa hasil analisis iklim yang ditampilkan dalam bulletin
Informasi Agroklimat secara berkala, diantaranya; analisis prediksi, analisis neraca
air, standing crop, serta informasi banjir dan kekeringan di Indonesia. Terdapat 20
buah tulisan mengenai ‘current issue’.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu di dalam menetapkan strategi
penyediaan dan distribusi sarana produksi serta perencanaan pola tanam, teknik
budidaya pengelolaan tanaman untuk menghindari/mengurangi risiko iklim pada
tanaman pangan lahan sawah. Oleh karena itu, diharapkan para pengambil
kebijakan dapat dengan mudah dan cepat melakukan perencanaan pertanian
tanaman pangan di lahan sawah yang mempertimbangkan prediksi iklim near real
time yang meliputi waktu tanam, luas tanam, rekomendasi dan kebutuhan pupuk,
rekomendasi varitas dan kebutuhan benih, serta informasi wilayah rawan banjir,
kekeringan dan rawan OPT.
Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca Air
PAJALE Mendukung UPSUS PAJALE
Teknologi informasi Key Area keragaman iklim seluruh Indonesia Mendukung UPSUS
PJK, dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan ini meliputi beberapa cakupan penelitian yaitu: (1) Penelitian Key
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
Area Keragaman Iklim Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim, (2)
Pengembangan Sistem Informasi dan Prediksi Bencana di Sektor Pertanian,
Penyusunan Basis Data Sumberdaya Air Pertanian serta, (3) Penelitian dan
Pengembangan Pengelolaan Air Kawasan Jagung.
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi keragaman dan kejadian iklim ekstrim yang menyebabkan adanya
bencana terkait iklim (banjir, kekeringan) di beberapa wilayah di Indonesia.
Keragaman, kejadian iklim ekstrim, dan bencana terkait iklim, akan berdampak
terhadap menurunnya luas tanam dan produksi padi. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara indikator global, curah hujan, dan produksi
padi. Oleh karena itu wilayah kunci (Key Area) menjadi penting sebagai indikator
untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim dan kejadian iklim ekstrim terhadap
curah hujan, bencana terkait iklim dan produksi padi baik saat ini maupun yang
akan datang, terutama di sentra produksi padi. Penelitian dan kajian mendalam
perlu dilakukan pada wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim dengan
mengembangkan prediksi iklim, bencana terkait iklim dan produksi padi yang
semuanya dikemas dalam suatu sistem informasi terpadu untuk prediksi, bencana
dan produksi berbasis key area. Perilaku iklim saat ini semakin sulit diprediksi
sebagai akibat dampak perubahan iklim. Untuk menyiasati kondisi tersebut,
diperlukan pendekatan baru dalam upaya mempelajari perilaku iklim melalui aplikasi
analisis numerik. Analisis numerik adalah teknik yang digunakan untuk
memformulasikan masalah matematis agar dapat diselesaikan dengan operasi
perhitungan. Penggunaan metode numerik dapat mengatasi berbagai kelemahan-
kelemahan metode yang ada sebelumnya. Persamaan matematika yang sulit
diselesaikan dengan model analitik, memungkinkan dapat diselesaikan melalui
pendekatan numerik. Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu
kelangsungan produksi pertanian namun pengelolaannya untuk kelangsungan
sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah
irigasi maupun Daerah Aliran Sungai (DAS). Kendala tersebut dapat diatasi dengan
menyediakan data dan informasi neraca air, sumberdaya iklim dan air yang akurat,
terekam dalam format sistem informasi yang handal. Selanjutnya permasalahan
yang dihadapi saat ini terkait data sumber daya air adalah bahwa keberadaan data
tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu
penyajian dan metode yang berbeda. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan
kuantifikasi dan integrasi data semberdaya iklim dan air sehingga dapat memberikan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
Kejadian Kekeringan
Onset Durasi 3 bulan
Trend Linear
Kab. Aceh Utara
Luas Terkena Kekeringan: 13.192 Ha
(a)
KejadianBanjir
Onset Durasi 3 bulan
Trend Linear
Kab. Langkat
Luas Terkena Banjir: 6.420 Ha
(b)
informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular dan temporal tentang kondisi
sumberdaya air di suatu wilayah.
Keluaran yang akan dicapai adalah: model key area keragaman iklim
Indonesia mendukung UPSUS Pajale, Atlas Potensi Sumberdaya Air Pulau Sumatera
dan Kalimantan Skala 1:250.000 dan neraca air berbasis key area mendukung
UPSUS Pajale, sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan, desain desain pengelolaan air,
irigasi dan neraca air kawasan PJKU, dan model prediksi banjir, kekeringan, OPT
dan dampaknya pada tanaman padi
Gambar 3. Wilayah dan indeks iklim global paling signifikan positif pada DJF
Gambar 4. Indikator deteksi dini kekeringan dan banjir tanaman padi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
Gambar 5. Analisis ketersediaan air spasial dan temporal pada wilayah
administratif (kecamatan atau kabupaten)
Gambar 6. Hasil Pengukuran debit Sungai Way Seputih (base flow)
Hasil yang telah dicapai dari seluruh kegiatan ini sebagai berikut: (1) Indeks
iklim global yang berpengaruh signifikan positif terhadap curah hujan di musim DJF
adalah OLR lag 2 (Sulawesi bagian Barat dan Selatan), sedangkan MEI dan ONI lag
2 berpengaruh signifikan negatif (Sulawesi bagian Barat), serta SML Nino 1.2 lag 2
juga berpengaruh signifikan negatif (Kalimantan bagian Selatan), (2) tanaman padi
terkena kekeringan terjadi jika SPI lebih kecil dari -1 yang berlangsung dalam waktu
2-3 bulan dan 4-5 bulan, sedangkan Banjir terjadi jika SPI lebih besar dari 1 yang
berlangsung dalam periode yang sama, (3) Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan
memiliki 4 indeks ketersediaan irigasi yaitu: ketersediaan irigasi 0,3-0,5; 0,5-0,7;
0,7-0,9; >0,9 l/detik/ha, (4) Perlakuan irigasi hemat air berpengaruh baik terhadap
hasil, bahan hijau dan klobot Jagung. Penambahan air irigasi 85% dari kebutuhan
air tanaman menurut FAO, menghasilkan Jagung paling tinggi dibandingkan dengan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
penambahan air irigasi 100% dan 70% dan berbeda nyata dibandingkan dengan
penambahan air irigasi 100% tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan
penambahan air irigasi 70%.
Penelitian Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air Terpadu pada
Berbagai Agroekosistem Mendukung UPSUS PAJALE, Cabe Merah dan
Kakao
Teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan Berbasis
Model Food Smart Village dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Pengelolaan sumberdaya air dan iklim terpadu yang dikemas dalam kerangka
desa mandiri pangan (Food Smart Village/FSV) merupakan kawasan budidaya
pertanian skala rumah tangga berbasis inovasi kemandirian pangan pada lahan sub
optimal. FSV bertumpu pada lima pilar untuk adaptasi perubahan iklim yaitu: (1).
optimasi sumberdaya iklim dan air melalui pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya iklim, air permukaan, air tanah, dan modifikasi iklim mikro; (2).
Keaneka ragaman budidaya tanaman pangan dan hortikultura sesuai dengan zona
agroklimat; (3).sistem integrasi tanaman dan ternak untuk meningkatkan nilai
tambah produksi pertanian dan peternakan serta meningkatkan produktivitas lahan;
(4). Sistem pertanian konservasi yaitu mengurangi praktek pengolahan tanah,
penggunaan mulsa dan tanaman penutup tanah, rotasi tanam, tumpang sari dengan
memanfaatkan tanaman penambat nitrogen; (5). Pemanfaatan kembali limbah
pertanian dan ternak dalam sistem produksi pertanian dengan memanfaatkan
seoptimal mungkin hasil limbah pertanian dan ternak melalui pendekatan 3 R yaitu :
mengurangi sebanyak mungkin kehilangan limbah di luar sistem produksi pertanian
(reduce), dengan cara menggunakan kembali sebanyak mungkin limbah pertanian
dan ternak (reuse), dengan demikian seluruh limbah pertanian dan ternak yang
dihasilkan selalu dalam proses daur ulang (recycle) di dalam sistem produksi
pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan penelitian pengelolaan
sumberdaya air dan iklim yang terpadu dan dikemas dalam FSV untuk mengurangi
risiko pertanian dan peningkatan produksi komoditas padi, jagung, kedelai, cabe
danatau kakao pada beberapa agroekosistem melalui penyusunan rancang bangun
pemanfaatan SDA dan iklim untuk mendukung swasembada padi, jagung, kedalai,
cabe danatau kakao berbasis desa mandiri pangan untuk adaptasi perubahan iklim.
Keluaran yang ingin dicapai yaitu informasi potensi sumber daya lahan, air,
iklim dan sosial ekonomi pada lokasi pengembangan pajale, cabe dan atau kakao di
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, rancang bangun teknik pemanfaatan
potensi sumberdaya air di lokasi pilot pengembangan pajale, cabe dan atau kakao di
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan serta rekomendasi pengembangan model
pengelolaan sumberaya air dan iklim terpadu di desa/kawasan mandiri pangan
mendukung swasembada pajale, cabe dan atau kakao di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Hasil yang telah dicapai dari kegiatan inidiantaranya sistem
pipanisasi merupakan alternatif sistem irigasi yang efisien untuk penanaman
palawija (kacang tanah dan jagung) pada lahan tadah hujan yang mempunyai
potensi sumberdaya air kurang dari 10 l/dt, pemberian irigasi 60% dengan
pemupukan NPK dan mulsa merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan
polong basah, pemberian dosis irigasi 100% memberikan hasil berat polong kering
tertinggi, demplot percobaan irigasi hemat air (0,42 l/dt/ha) pada tanaman kacang
tanah relatif memberikan hasil polong kering yang cukup tinggi yaitu rata-rata
ubinan sebesar 3,59 t/ha, demplot irigasi hemat air (0,52 l/dt/ha) pada tanaman
jagung menghasilkan brangkasan basah panen ubinan mencapai 8,75 t/ha dan
berat tongklol mencapai 6,63 t/ha.
Gambar 7. Ekplorasi sumberdaya air
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
Gambar 8. Optimalisasi sumberdaya air
Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Pompa Radiasi Surya untuk
Meningkatkan Produksi Pertanian di Lahan Kering
Teknologi pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan
sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya) dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Kendala pengairan di sebagian besar lahan kering salah satunya dapat
diatasi dengan menggunakan penyediaan irigasi pompa. Dikarenakan tidak semua
lahan memiliki infrastruktur energi listrik sehubungan kendala lokasi yang terpencil
maupun keterbatasan pasokan listrik dan semakin tingginya harga BBM maka
tenaga surya dapat menjadi prasarana untuk membangun sarana pengairan.
Potensi radiasi matahari di indonesia cukup besar, sehingga dapat dioptimalkan
untuk menyediakan listrik bagi pengairan sehingga untuk itu telah dikembangkan
solar water pump (pompa tenaga surya/PTS).
Keluaran yang ingin dicapai diantaranya prototipe pompa air tenaga surya
untuk irigasi pertanian, informasi sistem irigasi yang efisiensi pada tananam bawang
merah dan cabe merah, informasi efisiensi irigasi dari PTS.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
Gambar 9. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi
Gambar 10. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
Gambar 11. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman bawang merah di Bantul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi kinerja alat perlu dilakukan
untuk meningkatkan produksi air yang dapat dihasilkan secara optimal, perlu
informasi perhitungan yang lebih detil kapasitas pompa tenaga surya dalam
penyediaan air dan potensi luas layanan pompa dikembangkan untuk pertanian,
penentuan desain simtem irigasi pompa tenaga surya/SIPTS berdasarkan: (1) kurva
kinerja pompa, (2) kurva kinerja sistem irigasi, (3) kurva hubungan debit dan
tekanan operasional pompa, adapun analisis dan desain irigasi ditentukan
berdasarkan : (1). Analisis penentuan potensi luas layanan, (2) analisis kebutuhan
air tanaman, dan (3). Desain SIPTS berbagai tipe, selanjutnya sistem pola
pemanfaatan air perlu dipantau sejak awal untuk menentukan optimalisasi distribusi
air untuk luas lahan eksisting. Selain itu berdasarkan penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa teknik irigasi yang sesuai untuk tanaman bawang merah dan
kedelai adalah impact sprinkler, sedangkan untuk cabe adalah streamline,
pengamatan debit emitter pada teknik irigasi impact sprinkler dan streamline
diperlukan untuk memvalidasi total debit yang tersedia untuk irigasi tanaman,
pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah yang direpresentasikan melalui
tinggi tanaman pada perlakuan irigasi dan mulsa lebih tinggi dibandingkan irigasi
dengan pola petani. Perlakuan kombinasi irigasi 85% dan mulsa berpengaruh
signifikan pada partumbuhan dan hasil bawang merah maupun cabe.
Perlu pemanfaatan SIPTS untuk lokasi Muneng ke depan untuk
pengembangan kedelai melalui optimalisasi kinerja pompa sehingga dapat
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
beroperasi secara optimal dan menghasilkan produksi kedelai secara optimal, selain
itu perlu menyusun petunjuk teknis SIPTS agar bisa menjadi pedoman bagi
pengguna.
Penelitian Neraca Air Tanaman untuk Pengembangan Sistem Irigasi
Tanaman Kakao dalam Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim
Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk peningkatan produktivitas tanaman
dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Indonesia merupakan produsen ke tiga dunia dan Kakao merupakan salah
satu komoditas perdagangan antar negara yang mempunyai prospek kedepan yang
baik bila dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis. Kakao merupakan
salah satu komoditas unggulan Kementan. Anomali iklim yang akhir-akhir ini
meningkat baik durasi maupun frekuensinya menjadi faktor pemicu penurunan
produksi kakao. Untuk mengetahui faktor penyebabnya diperlukan karakterisasi dan
identifikasi kondisi biofisik baik variabilitas iklim, iklim mikro, ketersediaan air, sifat
tanah diperoleh hubungan antara variabilitas musim, ketersediaan air dengan
produksi kakao. Nantinya informasi tersebut merupakan dasar penetapan dalam
model pengelolaan air pada budidaya kakao di sentra produksi.
Gambar 12. Denah Sistem Irigasi lokasi penelitian
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Iklim
Serta Kebijakan untuk Program Aksi Pertanian Menghadapi Perubahan
Klim dan Iklim Ekstrim
Rekomendasi strategi serta rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko untuk
penyelamatan dan pengamanan produksi pangan dicapai melalui kegiatan sebagai
berikut:
Variabilitas iklim di Indonesia sangat tinggi dikarenakan terdapat berbagai
osilasi yang mempengaruhinya (ENSO, MJO, IOD, QBQ, monsun, cold surge). Pada
saat terjadi anomali akibat dua atau lebih osilasi terjadi saat bersamaan
menyebabkan kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan, banjir, angin kencang, dll.
Sebagai contoh kondisi El Nino terus menguat selama tahun 2015 dan diprediksi
akan berlangsung sampai triwukan pertama tahun 2016. Namun beberapa
fenomena lain terjadi pada awal tahun 2015 seperti mulai menguatnya monsun dan
terjadinya fase basah MJO dan seruak dingin menyebabkan curah hujan diatas
normal di beberapa wilayah. Oleh karena itu Informasi prediksi tersebut perlu
dikomunikasikan secara lebih intensif dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan
pengguna di sektor pertanian.
Keluaran yang ingin dicapai yaitu (1) kompilasi data dan informasi
prakiraan/prediksi iklim 3-9 bulan ke depan berdasarkan hasil NCOF (National
Climate Outlook Forum) dan dari berbagai lembaga prediksi lainnya, menganalisis
(downscalling), (2) pemutakhiran dan interpretasi prediksi curah hujan 3-6 bulan ke
depan secara periodik dalam 2-3 bulan untuk wilayah Indonesia terutama daerah
sentra produksi pangan, (3) informasi prediksi iklim dan iklim ekstrim mutakhir dan
implikasinya terhadap sektor pertanian, terutama sistem produksi pangan dalam
pertemuan/diskusi untuk membahas implikasinya dan rencana aksi adaptasi
pertanian pangan, dan (4) rumusan arah dan strategi serta menyusun rencana aksi
adaptasi dan penanggulangan risiko untuk penyelamatan dan pengamanan produksi
pangan.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
Gambar 13. Hasil prediksi perkembangan hujan 2016
Awal semester pertama tahun 2016 mengindikasi kondisi El Nino yang masih
berlangsung yang ditandainya dengan curah hujan di bawah normal dan kejadian
hari kering yang cukup panjang. Pada pertengahan tahun curah hujan atas normal
diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dan La Nina semakin menguat
dan mencapai puncaknya pada September 2016. Untuk melengkapan memenuhi
informasi prediksi yang diperlukan sektor pertanian dan dalam skala yang lebih
besar, dilakukan dowscaling prediksi musim. Informasi prediksi tersebut
disampaikan dalam pertemuan NCOF, disampaikan dalam rakor UPSUS seperti
Sumsel dan Aceh. Untuk periode Januari sampai Maret 2007 prediksi curah hujan
berpeluang normal. Prediksi untuk peluang curah hujan <150 mm/bulan
terkonsentrasi di wilayah Aceh bagian utara, sebagian Sumatera Utara, sebagian
kecil Kalimantan Barat, sebagian Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku
bagian utara. Kondisi curah hujan diprediksi normal dapat dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan luas tanam pada sawah tadah hujan.
Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:
(1) Sampai bulan Mei 2016 masih berlangsung fenomena El-Nino yang semakin
meluruh. Namun, mulai bulan Juli sampai September terjadi kondisi La Nina
lemah yang bertahan sampai awal tahun 2017. Dipole Mode negatif
berlangsung sejak Mei 2016 hingga November 2016 dan kondisi suhu muka
laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia yang berkontribusi tinggi
menambah tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian Barat
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
(2) Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprediksi bahwa curah hujan selama
MH 2016/2017 terjadi dengan intensitas >150 mm/bulan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, dan sebagian diantaranya melebihi 300 mm/bulan seperti di
Sumatera dan Maluku. Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) terjadi di bagian
timur Nusa Tenggara, serta sebagian Sulawesi. Downscaling prediksi musim
menunjukkan peluang deret hari basah cukup tinggi terjadi pada bulan Agustus
yang merupakan puncak musim kemarau. Di sebagian besar Sumatera,
Kalimantan dan Jawa bagian barat dan tengah. Pada MH2016/2017 dan MK
2017, curah hujan di atas normal diprediksi terjadi di wilayah bagian selatan
Indonesia seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan, sedangkan
wilayah lainnya diprediksi normal.
(3) Curah hujan normal sampai atas normal pada periode pada MH2016/2017
meningkatan potensi ketersediaan air waduk dan wilayah tangkapannya.
Kondisi ini berimplikasi dua perspektif teknis. Pertama, memberikan peluang
untuk perluasan tanaman padi secara signifikan, baik di lahan sawah maupun
lahan kering. Lahan tadah hujan seluas 2,17 juta ha dan lahan sawah Irigasi
Sederhana 1,56 jt ha potensial ditanam 2x (padi-padi/jagung) setahun. Kedua,
kurang menguntungkan bagi tanaman kedelai dan sayuran akibat terlalu basah
dan peningkatan gangguan OPT.
(4) Pada daerah rawan banjir yang diprediksi curah hujannya >300 mm/bulan
antara lain Provinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi
Selatan. Pada lokasi-lokasi tersebut dapat diantisipasi agar tetap bisa tanam
dan tidak terjadi puso, antara lain dengan jadual tanam yang tepat,
pemanfaatan benih toleran genangan, normalisasi saluran drainase. Untuk
mengurangi susut hasil dan menjaga mutu hasil panen diperlukan distribusi
alat pengering padi yang tepat, terutama pada daerah dengan curah hujan
>200 mm/bulan.
(5) Peningkatan produksi bawang merah dan cabai selama MH 2016/217 dapat
dicapai, melalui optimasilasi dan peningkatan luas areal tanam di lahan kering
dan dukungan berbagai inovasi teknologi, terutama varietas unggul dan
penerapan PHT, terutama di Garut, Malang, Bima, Lombok Timur, dan
Enrekang, Palu, Simalungun, Batubara, Solok, dan Agam). Pengendalian OPT
bawah merah dan cabe lebih diutamakan di Pulau Jawa, karena kontribusi
nasional luas tanam dan luas panen bawang merah 81%dan cabai 60%.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
Analisis dan Pemetaan Tingkat Kerentanan Usaha Tani Pangan dan Risiko
Iklim
Rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan
terhadap anomali iklim dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalah pangan, maka perlu
ada data dan informasi tentang kerentanan usaha tani pangan yang ditinjau dari
aspek sumberdaya lahan, iklim dan air. Data tren banjir dan kekeringan digunakan
untuk mewakili kondisi iklim di setiap kabupaten. Data produksi dan turunannya
juga digunakan sebagai indikator kerentanan. Data sumberdaya lahan dan air
melengkapi analisis sebagai indikator penentu kerentanan. Lokasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah seluruh kecamatan di Provinsi Jawa Barat. Model analisis adalah
dengan pembobotan dan metode kuadran. Faktor determinan diidentifikasi untuk
mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kerentanan usaha tani
pangan di setiap kabupaten, apakah faktor sumberdaya lahan, iklim, air atau sosial
ekonomi. Survei dan cek lapang dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian teknologi
adaptasi pada berbagai tingkat kerentanan usaha tani pangan sehingga dapat
disusun suatu rekomendasi adaptasi terhadap perubahan iklim berdasarkan
sumberdaya lahan, iklim dan air.
Keluaran yang ingin dicapai adalah: (1) indeks kerentanan pangan dan risiko
iklim, (2) informasi faktor determinan yang mempengaruhi kerentanan pangan dan
risiko iklim, dan (3) rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan
tingkat kerentanan pangan dan risiko iklim.
Indeks kerentanan usaha tani pangan dan risiko iklim merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kerentanan suatu kabupaten terhadap kondisi
sumberdaya lahan, iklim dan air serta sosial ekonomi yang terkait dengan usaha tani
pangan. Indeks dibangun berdasarkan 15 parameter yang mewakili keterpaparan
dan sensitivitas (IKS) serta 6 parameter yang mewakili kapasitas adaptasi (IKA).
Salah satu input data IKS adalah data sumberdaya lahan, iklim dan air yang
merupakan parameter baru dalam analisis kerentanan dan menjadi faktor dominan
dalam usaha tani pangan khususnya padi. Aspek yang dipertimbangkan dalam
sumberdaya lahan adalah tingkat kesuburan tanah yang ditinjau berdasarkan jenis
tanah dan kelerengan. Sumberdaya air digunakan dalam penilaian indeks dalam
bentuk tingkat kekritisan air yang didekati berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan
air di suatu kabupaten/kota. Faktor iklim yang diperhitungkan adalah tipe iklim
menurut Oldeman yang memberikan klasifikasi jumlah bulan basah dan bulan kering
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
yang menjadi panduan untuk penetapan waktu atau periode tanam untuk tanaman
pangan terutama padi. Semakin tinggi indeks keterpaparan dan sensitivitas serta
semakin rendah indeks kapasitas adaptasi, maka kabupaten/kota tersebut semakin
rentan. Berdasarkan jenis input data yang digunakan, kerentanan dalam penelitian
ini lebih fokus pada kerentanan usaha tani pangan, sedangkan risiko iklim
digambarkan melalui tren banjir dan kekeringan pada lahan sawah periode 1989-
2015 apakah naik, tetap atau turun. Kedua pendekatan ini selanjutnya
dikombinasikan dan disusun dalam bentuk peta Kerentanan Usaha Tani Pangan dan
Risiko Iklim level kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Peta kerentanan usaha tani pangan dan risiko iklim level kabupaten di Pulau
Jawa dan Sulawesi menggambarkan sebaran tingkat kerentanan setiap kabupaten
terhadap usahatani pangan dan tren banjir dan kekeringan periode 1989-2015
sebagai kondisi yang mewakili risiko akibat kejadian iklim ekstrim. Untuk Pulau Jawa
dari 119 kabupaten, 6% yang memiliki tingkat kerentanan usaha tani pangan dan
risiko banjir “ekstrim tinggi”, 14% “sangat tinggi” dan 7% “tinggi”, sedangkan untuk
Pulau Sulawesi dari 78 kabupaten diperoleh 8% “sangat tinggi”, 17% “tinggi” dan
tidak ada yang tergolong “ektrim tinggi”. Sementara untuk kerentanan usaha tani
pangan dan risiko kekeringan di Pulau Jawa diperoleh 19% “sangat tinggi”. 7%
“tinggi” dan tidak ada yang ekstrim tinggi, sedangkan untuk Pulau Sulawesi
diperoleh 3% “ekstrim tinggi”, 8% “sangat tinggi” dan 17% “tinggi”. Secara umum
faktor determinan di Pulau Jawa yang dominan mempengaruhi kerentanan usaha
tani pangan dan risiko iklim adalah tingkat diversifikasi pangan dan rasio jumlah
penyuluh terhadap luas sawah. Untuk Pulau Sulawesi adalah rasio pengeluaran
untuk beras terhadap total pengeluaran untuk pangan serta panjang jalan
berdasarkan kondisi permukaan.
Hasil analisis dan klasifikasi tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko
iklim membawa konsekuensi bagi setiap kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Kabupaten dengan tingkat tinggi hingga ekstrim tinggi merupakan wilayah yang
harus meningkatkan kapasitas adaptasinya serta mengurangi tingkat keterpaparan
dan sensitivitasnya. Secara umum wilayah ini tingkat kesejahteraan petaninya masih
relatif rendah demikian juga ketahanan terhadap pangannya. Banjir dan kekeringan
dominan terjadi dengan tren yang meningkat.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
Gambar 14. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir
kabupaten/kota di Pulau Jawa
Gambar 15. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir
kabupaten/kota di Pulau Jawa
Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:
1. Hasil analisis dan klasifikasi tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko
iklim membawa konsekuensi bagi setiap kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Kabupaten dengan tingkat tinggi hingga ekstrim tinggi merupakan wilayah yang
harus meningkatkan kapasitas adaptasinya serta mengurangi tingkat
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
keterpaparan dan sensitivitasnya. Secara umum wilayah ini tingkat kesejahteraan
petaninya masih relatif rendah demikian juga ketahanan terhadap pangannya.
Banjir dan kekeringan dominan terjadi dengan tren yang meningkat.
2. Prioritas program dan aksi adaptasi diberikan secara berturut-turut kepada
kabupaten yang masih tergolong tingkat kerentanan usaha tani pangan dan
risiko iklim ekstrim tinggi kemudian sangat tinggi dan selanjutnya tinggi.
Rekomendasi adaptasi yang diusulkan berdasarkan tingkat kerentanan dan faktor
dominan di Pulau Jawa adalah meningkatkan diversifikasi pangan,
pengembangan pangan lokal non beras dan pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Kapasitas adaptasi dapat ditingkatkan melalui perbaikan
kelembagaan penyuluh, mengangkat penyuluh baru, pembinaan, adovokasi dan
pengawasan serta peningkatan kesejahteraan untuk meningkatkan etos kerja
penyuluh. Untuk Pulau Sulawesi sensitivitas dan keterpaparan dapat diturunkan
melalui peningkatan pendapatan, pengendalian harga beras dan subsidi pangan
non beras, serta diversifikasi pangan dan KRPL, sedangkan perbaikan dan
pembangunan infrastruktur jalan serta penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keterampilan teknologi adaptif dapat dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kapasitas adaptasi.
Desain Pengelolaan Air Lahan Rawa Lebak Untuk Pengembangan
Pertanian Modern di Hulu Sungai Tengah
Rekomendasi pengelolaan air di lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kalsel dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:
Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki luas wilayah sekitar 1.472 km².
Berpenduduk sebanyak 243.460 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).
Secara topografi, Kabupaten ini terdiri atas tiga kawasan, yakni kawasan rawa,
dataran rendah, dan wilayah pegunungan Meratus. Lahan rawa di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah cukup luas namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk
pertanian, karena terkendala oleh kesuburan tanah yang rendah dan tantangan
aspek pengelolaan air.
Keluaran yang ingin dicapai diantaranya adalah (1) ATLAS Desain Pengelolaan
Air Lahan Rawa Lebak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, dan (2) paket
teknologi pertanian moderen pengembangan lahan rawa lebak Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kalsel.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki tiga
kawasan dengan ekosistem berbeda yaitu kawasan rawa, dataran rendah, dan
wilayah pegunungan Meratus.
Lahan rawa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup luas namun belum
dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian, karena terkendala oleh kesuburan
tanah yang rendah dan sulitnya pengeloaan airnya. Produktifitas lahan rawa sangat
dipengaruhi oleh kondisi tanah, hidrologi dan meteorologi. Sampai saat ini penelitian
di lahan rawa lebih fokus pada aspek pengelolaan lahan (kesuburan tanah),
sedangkan penelitian tentang aspek hidrologi dan meteorologi lahan rawa belum
banyak dilakukan walaupun keberhasilan usaha tani lahan rawa sangat ditentukan
oleh kemampuan pengelolaan tata airnya.
Konsep pengelolaan sumberdaya air lahan rawa adalah dengan membuang
kelebihan air di musim penghujan dan mempertahankan muka air tanah di musim
kemarau sedemikian rupa sehingga lahan rawa dapat dipergunakan untuk budidaya
pertanian sepanjang tahun dengan jaminan tercukupinya air untuk tanaman. Salah
satu strategi pengelolaan air lahan rawa yang cocok diterapkan di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah adalah dengan sistem polder. Polder adalah suatu kawasan di dalam
wilayah banjir dan genangan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan
tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk.
Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari
kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder.
Gambar 16. Desain polder kecamatan Labuan amas utara
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
Gambar 17. Sumber air polder Labuan Amas Utara
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini yaitu di Kecamatan Labuan Amas Utara
dan Pandawan berpotensi dalam pembuatan Polder masing masing seluas 3.000 ha
dan 2.200 ha. Infrastruktur jalan penghubung beberapa desa di Kec. Labuan Amas
Utara dan Kec. Pandawan telah menjadi tanggul yang membatasi lahan dari
pengaruh sungai. Dengan investasi relatif rendah dan desain yang tepat, tanggul
tersebut dapat difungsikan menjadi polder. Pembuatan polder tersebut
memungkinkan meningkatkan indek pertanian dari IP 100 menjadi IP 300.
Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:
1. Pada sistem polder, selain saluran, pintu air dan pompa sebagai infrastruktur
penunjang, tanggul merupakan prasyarat utama agar polder berfungsi optimal
dalam mengatur sistem tata air pada lahan rawa.
2. Pada sebagian wilayah di Kabupaten Hulu Tengah, secara alamiah jalan
penghubung antar desa sudah membentuk tanggul permanen diatas lahan rawa
yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Melalui perencanaan dan penyusunan
desain yang tepat, tanggul permanen eksisting yang fungsi utamanya sebagai
jalan penghubung antar desa, dapat difungsikan juga membentuk polder melalui
beberapa rekaya keteknikan berupa pembuatan tanggul tambahan yang
menghubungkan antar tanggul eksisting sehingga membentuk sistem tertutup,
serta pembuatan jalur aliran serta pintu inlet dan pintu outlet. Dengan
memanfaatkan infrastruktur yang sudah tersedia, dapat dipastikan biaya
pembuatan sistem polder dapat ditekan serendah mungkin.
3. Pengembangan polder di kawasan rawa lebak melalui pemanfaatan tanggul
eksisting berupa jalan penghubung antar desa, memiliki prospek yang cukup
menjanjikan baik di kabupaten Hulu Sungai Tengah maupun di Kabupaten lain
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
yang memiliki kemiripan karakteristik lahan rawa dan wilayah seperti di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
4. Upaya optimalisasi pengelolaan air lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah dan kabupaten lainnya memerlukan suatu model pengelolaan lahan rawa
yang handal dan teruji. Salah satunya adalah melalui pengembangan polder dan
mini polder dengan memanfaatkan infrastruktur tanggul eksisting. Polder yang
dibangun harus didasarkan pada hasil kajian survei yang komprehensif serta
analisis dan desain yang akurat yang mempertimbangkan aspek teknis, ekologis,
sosial budaya serta ekonomi.
Teknik Penetapan Lokasi dan Pendampingan Implementasi Pengelolaan
Air Permukaan untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP)
Rekomendasi desain pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut:
Produksi pangan khususnya padi yang dihasilkan oleh lahan sawah sentra
produksi pangan di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berasal dari lahan
sawah irigasi yang mengandalkan kebutuhan airnya dari pasokan irigasi dari
bendungan yang disalurkan melalui jaringan irigasi. Walaupun selama periode lima
tahun terakhir sektor pertanian berhasil meningkatkan produksi padi rata-rata 2,8%,
namun demikian peningkatan indeks pertanaman (IP) pada lahan sawah irigasi tidak
berbanding lurus dengan investasi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
Sementara itu lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan
sawah irigasi sederhana dan lahan sawah yang terletak di bagian paling hilir daerah
irigasi yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi atau seringkali disebut dengan
“Tail Irrigated Area” mempunyai total sebaran yang cukup luas. Lahan-lahan sawah
non irigasi tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dan 200 dengan kendala
utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dan curah
hujan. Irigasi suplementer yang berasal dari panen hujan, mata air, aliran
permukaan dan air tanah di sekitar lahan-lahan tersebut merupakan peluang untuk
meningkatkan IP pada lahan non irigasi.Survei investigasi dan desain pengelolaan
air irigasi pada lahan sawah IP 100 dan 200 merupakan upaya yang dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi primer potensi ketersediaan air alternatif serta
informasi lainnya di lokasi lahan sawah IP 100 serta menyusun desain pengelolaan
air irigasi spesifik lokasi yang dapat diimplementasikan secara tepat, sederhana, dan
berkelanjutan.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Keluaran yang ingin dicapai yaitu kriteria lokasi dan jenis infrastruktur panen
air yang dapat meningkatkan IP dari 100 menjadi 200 dan dari 200 menjadi 300,
desain pengelolaan air irigasi pada lahan sawah IP 100 dan 200 serta percontohan
demfarm peningkatan IP padi memanfaatkan sumber air permukaan (sungai).
Gambar 18. Lokasi demfarm IP Padi 100 di Kab. Lampung Tengah
Gambar 19. Potensi sumberdaya air permukaan Sungai Way Seputih
Hasil yang dicapai selama kegiatan berlangsung yaitu penentuan kriteria
lokasi untuk implementasi peningkatan IP padi terdiri dari 2 kriteria yaitu kriteria
teknis dan sosial. Teknis, diprioritaskan sawah tadah hujan yang biasanya ditanam 1
– 2 kali setahun, mempunyai sumber air permukaan (sungai) sepanjang tahun,
target irigasi sawah lebih luas dari 30 ha, beda tinggi, antara permukaan air dan
lahan sawah tidak melebihi 16 m. Sosial, Petani pemilik lahan, anggota kelompok
tani, memiliki sawah yang merupakan mata pencaharian utama, bersedia
ditingkatkan IP dari 100 atau 200 menjadi 200 atau 300, bersedia menerima
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
bantuan pompa dan kerjasama dalam hal pendanaan.Infrastruktur panen air (5
jenis) yaitu: pemanfaatan air sungai (pompanisasi), dam parit, embung, long
storage, dan sumur dangkal. Peningkatan IP tanaman padi sawah tadah hujan di
Desa Bumi Udik, Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dapat
dilakukan dengan pengelolaan air yang tepat yaitu memanfaatkan potensi air
permukaan (sungai) yang ada dilokasi, melalui system pompanisasi untuk irigasi
tanaman padi dalam upaya meningkatkan indek pertanaman. Pelaksanaan demfarm
dilakukan secara bertahap dari mulai desain pengelolaan air berupa pengambilan air
permukan dari sungai untuk irigasi, penentuan saluran utama, bak pembagi dan
saluran air ke lahan, penanaman padi sawah dengan system jajar legowo 2:1,
pemeliharaan dan panen.
Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:
1. Lokasi untuk infrastruktur panen air ditentukan berdasarkan ketersediaan
sumber air yang tersedia sepanjang tahun dan hamparan sawah tadah hujan
IP100-200 yang luasnya melebihi 15 ha. Pemanfaatan air permukaan (sungai,
dam parit, embung, longstorage) dan air tanah dangkal, dapat meningkatkan IP
sawah tadah hujan dan lahan kering.
2. Pada lokasidemfarm seluas 9 ha, direkomendasikan agar luasan sawah tadah
hujan yang ditingkatkan IP nya lebih dari 50 ha, pemanfaatan air permukaan
dari sungai dilengkapi dengan saluran irigasi terbuka dan bak bagi, agar air
irigasi efisien dan efektif dalam meningkatkan IP sawah tadah hujan, selain itu
agar melibatkan peneliti hama dan penyakit untuk mengamankan serangan
hama dan penyakit karena pada areal yang IP nya ditingkatkan akan terjadi
serangan hama dan penyakit yang tinggi.
Pendalaman Identifikasi Wilayah Potensial Pengembangan IP 300
Berdasarkan Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU untuk
Penyusunan Strategi Optimalisasi Pemanfaatannya
Rekomendasi kebijakan pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air
dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang
untuk penerapan IP 300 dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:
Luas lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan sawah
irigasi sederhana dan lahan sawah irigasi yang terletak di bagian ujung jaringan
irigasi yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi di Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
mencapai 450.340 ha, walaupun di lapangan penyebarannya terpencar
(fragmented), tidak dalam satuan hamparan yang luas. Lahan-lahan sawah non
irigasi tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dengan kendala utama
keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari curah hujan.
Keluaran yang ingin dicapai diantaranya adalah (1) peta potensi sumber daya
iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan
berpeluang peningkatan IP 300 Sulawesi, (2) basis data potensi, strategi dan opsi
teknologi untuk optimalisasi lahan melalui pengelolaan sumberdaya iklim, air dan
tanah secara terpadu pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan
berpeluang untuk penerapan IP 300, dan (3) rekomendasi kebijakan pemanfaatan
lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah pada kawasan
pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300.
Gambar 20. Dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi Selatan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
Gambar 21. Peresmian dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi
Selatan oleh Menteri Pertanian
Berdasarkan peta potensi pengembangan kawasan pertanian, lahan-lahan
sawah non irigasi pada umumnya mempunyai IP 100 dan atau IP 200 dengan
kendala utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari
curah hujan. Pendalaman identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 yang
dilakukan di Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi
Utara) menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang mempunyai potensi
peningkatan IP yang tergolong pada kawasan non pengembangan merupakan areal
persawahan dengan luas < 100 ha dengan potensi sumberdaya air permukaan yang
belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani secara optimal dan masih terdapat
beberapa sumber air yang masih dapat dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik
berupa sumberdaya air permukaan (sungai), mata air dan atau air tanah, terutama
untuk mengantisipasi kekeringan.
Dengan teknologi panen air yang sederhana berupa pembangunan Dam Parit
yang dilakukan di Desa Tampala Parangloe, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten
Maros dengan lebar 60 meter mampu menampung air sungai yang dapat
dimanfaatkan untuk irigasi lahan sawah di sekitarnya sehingga mampu
meningkatkan IP dari 150 menjadi 300 pada lahan seluas 75 ha. Potensi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
sumberdaya air permukaan di Provinsi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara yang
dapat dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian dengan konsep dam
parit/bendung tersebut mempunyai penyebaran yang cukup banyak. Untuk
mendukung program peningkatan indek pertanaman (IP) 100 Kementerian
Pertanian, desain pemanfaatan sumberdaya air sungai sebagai sumber irigasi
dengan model pengembangan dam parit/bendung tersebut dapat di replikasi untuk
wilayah Sulawesi yang mempunyai karakteristik hidrologi yang hampir sama dengan
sungai-sungai yang ada di DAS wilayah Tompobulu. Model pemanfaatan potensi
sumberdaya air dapat dijadikan dasar dalam menentukan lokasi prioritas
pengembangan infrastruktur panen air (embung, dam parit, longstorage) untuk
meningkatkan IP oleh Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal.
Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:
1. Lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan sawah irigasi
sederhana dan lahan sawah irigasi yang terletak di bagian ujung jaringan irigasi
yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi di Indonesia mempunyai
penyebaran seluas 4 juta ha, walaupun di lapangan penyebarannya terpencar
(fragmented) dan tidak dalam satuan hamparan yang luas. Berdasarkan peta
potensi pengembangan kawasan pertanian, lahan-lahan sawah non irigasi
tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dan atau IP 200 dengan kendala
utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari curah
hujan.
2. Keterbatasan air untuk irigasi dapat disebabkan oleh: (i) sumber air tidak
tersedia atau tidak mencukupi, atau (ii) sumber air tersedia bahkan melimpah
akan tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal dikarenakan teknologi
ataupun infrastruktur yang sesuai belum tersedia. Dengan demikian diperlukan
upaya optimalisasi pemanfaatan air dengan cara mencari dan memanfaatkan
sumberdaya air yang masih ada yang belum dimanfaatkan oleh petani.
3. Pendalaman identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 yang dilakukan
di Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara)
menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang mempunyai potensi
peningkatan IP yang tergolong pada kawasan non pengembangan merupakan
areal persawahan dengan luas < 100 ha dengan potensi sumberdaya air
permukaan yang belum dimanfaatkan oleh petani secara optimal, masih terdapat
beberapa sumber air yang masih dapat dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
berupa sumberdaya air permukaan (sungai), mata air dan atau air tanah,
terutama untuk mengantisipasi kekeringan.
4. Dengan teknologi panen air yang sederhana berupa pembangunan Dam Parit
yang dilakukan di Desa Tampala Parangloe, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten
Maros dengan lebar 60 meter mampu menampung air sungai yang dapat
dimanfaatkan untuk irigasi lahan sawah di sekitarnya sehingga mampu
meningkatkan IP dari 150 menjadi 300 pada lahan seluas 75 ha.
5. Potensi sumberdaya air permukaan di Provinsi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi
Utara yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian dengan konsep
dam parit/bendung tersebut mempunyai penyebaran yang cukup banyak
(lampiran)
6. Untuk mendukung program peningkatan indek pertanaman (IP) 100
Kementerian Pertanian, desain pemanfaatan sumberdaya air sungai sebagai
sumber irigasi dengan model pengembangan dam parit/bendung tersebut dapat
di replikasi untuk wilayah Sulawesi yang mempunyai karakteristik hidrologi yang
hampir sama dengan sungai-sungai yang ada di DAS wilayah Tompobulu.
7. Model pemanfaatan data/informasi potensi sumberdaya air hasil pendalaman
identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 berdasarkan peta potensi
pengembangan kawasan pertanian dijadikan dasar dalam menentukan lokasi
prioritas pengembangan infrastruktur panen air (embung, dam parit,
longstorage) untuk meningkatkan indek pertanaman (IP) oleh Kementrian
Pembangunan Desa Tertinggal.
Identifikasi dan Pemetaan Wilayah SDLP Rawan Kebakaran Akibat Iklim
Ekstrim Penyusun Strategi Antisipasi dan Kebijakannya
Rekomendasi kebijakan antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan pada
kawasan/wilayah khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan iklim
ekstrim dan perubahan iklimdilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:
Bencana kebakaran lahan & hutan (“karlahut”) telah memberikan dampak
kerugian yang besar terhadap kesehatan, ekologi, dan ekonomi masyarakat dan
negara. Kejadian “karlahut” memperlihatkan trend yang selalu berulang setiap
tahunnya. ”Karlahut” merupakan masalah yang sangat serius kedepannya.
Identifikasi wilayah rawan “karlahut” penting bagi masyarakat & pemangku
kebijakan, terkait untuk pengelolaan dan upaya pencegahannya. Beberapa
pencegahan dan penanganan “Karlahut” diantaranya terkait biofisik yaitu perbaikan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
sistem tata air/drainase mikro dan makro, untuk menjaga muka air tanah dan
kelembaban (permukaan tanah tetap lembab), kedalaman saluran drainase
disesuaikan dengan komoditas yang ditanam, menerapkan teknik membuka lahan
dan sistem budidaya tanaman tanpa bakar, dan mengaplikasikan ameliorant (tanah
mineral, abu, kapur), serta pemupukan berimbang, lahan terlantar/semak belukar
diusahakan/dibudidayakan.
Gambar 22. Pembukaan lahan tanpa bakar & dibakar
Keluaran yang ingin dicapai adalah; (1). faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi,
dan kebijakan yang berpotensi menyebabkan atau pemicu terjadinya kebakaran
SDLP pada satu kawasan, (2). informasi kawasan/wilayah yang berpotensi besar
terjadinya kebakaran lahan khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan
kondisi biofisik lahan, regulasi daerah, sosial ekonomi masyarakat, pada kondisi
iklim ekstrim dan perubahan iklim, dan (3). strategi antisipasi dan opsi teknologi
penanggulangan kebakaran lahan pada kawasan/wilayah khususnya pada lahan
gambut, terutama terkait dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim.Kesimpulan
yang dicapai dari kegiatan ini diantaranya berdasarkan wilayah administrasi
pemerintahan, sebaran titik panas/kebakaran tertinggi terjadi selama beberapa
tahun terakhir berada di provinsi-provinsi yang memiliki lahan gambut luas yaitu:
Provinsi Sumatera Selatan , Riau, Jambi, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, dan Papua. Berdasarkan waktu/musim, bulan dengan
sebaran titik panas tertinggi adalah di akhir musim kemarau yaitu di bulan Agustus,
September, Oktober, atau pada saat kejadian Elnino. Berdasarkan data kelas
penutupan lahan, yang rawan kebakaran adalah: semak /belukar, hutan, HTI,
perkebunan, pertanian tanaman semusim.“Karlahut” terjadi pasti ada pemicu
awalnya, dalam hal ini adalah aktivitas manusia.
Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut)
berdasarkan data hot spot dari citra Satelit Aqua/Terra Modis di dua provinsi di
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
Sumatera yaitu Riau dan Sumatera Selatan, menemukan bahwa wilayah yang
rawan terjadi kebakaran adalah pada lahan gambut dengan jenis
tutupan/penggunaan lahan: hutan, semak belukar, perkebunan, hutan tanaman
industry (HTI), dan lahan tanaman semusim. Kebakaran biasanya terjadi apabila
kondisi permukaan gambut kering pada kondisi iklim ektrim (elnino dan/atau
kemarau). Sedangkan berdasarkan hasil studi atau observasi lapang,
menginfokan bahwa pemicu terjadinya “karlahut” adalah akibat aktivitas
manusia di lahan gambut tersebut (99%), baik disengaja maupun tidak.
2. Kebakaran lahan gambut biasanya diawali oleh penyulutan api di atas
permukaan lahan gambut yang kering akibat aktivitas manusia baik disengaja
maupun tidak. Api selanjutnya akan bergerak ke segala arah, bawah permukaan,
atas permukaan, bahkan diterbangkan oleh angina kearah kiri, kanan, depan dan
belakang. Penjalaran api ke bawah permukaan yang membakar lapisan gambut
dipengaruhi oleh kadar air lapisan gambut (apabila kadar air < 117 g/g api
merambat dengan cepat, dan apabila kadar air gambut >290 g/g api sulit
merambat atau padam). Pada permukaan tanah, api bergerak dipengaruhi oleh
kecepatan dan arah angin sebagai kebakaran permukaan (surface fire), dan
apabila api telah mencapai tajuk pohon akan menjadi kebakaran tajuk (crown
fire). Bagian pohon/ranting/semak yang terbakar dapat diterbangkan oleh angin
dan jatuh ke tempat baru sehingga menyebabkan kebakaran baru sebagai api
loncat (spot fire/spotting).
3. Pembukaan atau konversi lahan gambut secara luas oleh perusahaan besar,
berdampak nyata terhadap datangnya migran (masyarakat dari daerah lain) dan
juga masyarakat lokal (dekat lokasi areal konversi) yang berlomba
membuka/menjarah lahan yang berdekatan dengan areal konsesi perusahaan
tersebut, karena kemudahan akses yang telah dibuat perusahaan (akses jalan
dan kanal) sehingga memudahkan eksploitasi lahan gambut oleh masyarakat.
Hal ini telah mengakibatkan terjadi pergeseran tata cara atau kebiasaan
pengelolaan lahan gambut oleh masyarakat, dari yang biasanya secara arif dan
bijaksana (kearifan lokal) manjadi pola destruktif (merusak).
4. Pembakaran hutan atau semak belukar dalam membuka dan membersihkan
lahan merupakan kegiatan rutin (turun temurun atau budaya) oleh umumnya
petani di lahan gambut sebelum dilakukan penanaman. Berdasarkan hasil kajian
terhadap persepsi masyarakat/petani, pembukaan dan persiapan lahan dengan
cara dibakar ternyata relatif lebih cepat dan lebih murah, jika dibandingkan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
dengan cara tanpa dibakar. Pembukaan lahan tanpa bakar memerlukan tenaga
kerja hampir 4 kali lipat lebih banyak dibanding pembukaan lahan dengan cara
dibakar. Demikian pula halnya dengan kebutuhan biayanya. Komponen biaya
untuk pembukaan lahan tanpa bakar selain untuk upah kerja, juga untuk biaya
sewa alat (chainsaw) dan pembelian herbisida untuk menyemprot/membunuh
rumput-rumputan. Hasil kajian di Riau dan Sumatera Selatan juga menemukan
bahwa persepsi sebagian besar petani berpendapat bahwa kebakaran lahan
mengakibatkan lahan atau tanah semakin subur untuk ditanami.
5. Perlu memberdayakan posko-posko karhutla, mobilitas SDM (termasuk
masyarakat), dana dan Peralatan, meningkatkan koordinasi dan sharing
informasi antara: lintas instansi, masyarakat dan perusahaan, seperti WA group,
kebijakan pembukaan lahan dan budidaya pertanian tanpa bakar, perlu ada
pendidikan formal dan informal terkait kebakaran lahan dan hutan,
budidaya/sistem usahatani tanpa bakar, pemberian bantuan/subsidi kepada
petani, berupa bahan amelioran dan pupuk, serta alsintan (alat pengelolan
lahan) serta bantuan pemasaran produk hasil pertanian.
6. Berkaitan dengan terjadinya kejadian “karlahut” yang trendnya berulang setiap
tahun, telah mendorong pemerintah pusat dan/atau daerah (Pemda) membuat
regulasi/peraturan yang melarang melakukan pembakaran pada lahan. Regulasi
atau larangan membakar lahan ini menyebabkan sebagian besar usahatani
khususnya budidaya padi di lahan gambut tidak bisa lagi dilaksanakan oleh
petani saat ini. Apabila regulasi ini tetap diberlakukan untuk jangka waktu
panjang, diperkirakan akan berdampak terhadap kerawanan pangan sebagian
besar keluarga petani aau masyarakat disekitar lahan gambut, yang selanjutnya
juga berdampak pada kerawanan sosial ekonomi dan keamanan.
Ada beberapa cara pencegahan kebakaran lahan gambut, yaitu secara
biofisik: (a) Perbaikan sistem tata air/drainase mikro dan makro, untuk menjaga
muka air tanah dan kelembaban (permukaan tanah tetap lembab). (b) Menerapkan
teknik membuka lahan dan sistem budidaya tanaman tanpa bakar, dan
dikombinasikan dengan mengaplikasikan ameliorant (tanah mineral, abu, kapur),
serta pemupukan berimbang pada lahan budidaya. (c) Pembuatan kanal pemisah
lahan dengan lebar dan dalam yang cukup atau memadai sehingga api tidak bisa
merembet ke lahan yang lain. (d) Lahan terlantar/semak belukar
diusahakan/dibudidayakan. Sedangkan secara social dan ekonomi: (a) Perlu adanya
penyuluhan dan sosialisasi yang berkelanjutan dan menyentuh sebagian besar
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
petani dan penduduk yang terkait dengan Karhutla, (b) Perlu ada pendidikan formal
dan informal terkait kebakaran lahan dan hutan, budidaya/sistem usahatani tanpa
bakar. (c) Pemberian bantuan/subsidi kepada petani, berupa bahan amelioran dan
pupuk, serta alsintan (alat pengelolan lahan). (d) Perlu ada pelarangan dan
penegakkan hukum yang tegas terkait karhutla.
Regulasi terkait pengelolaan lahan gambut seharusnya perlu
mempertimbangkan aspek filosofis, yuridis dan sosiologis yang terkait dengan
fungsi ekosistem gambut yaitu sebagai kawasan lindung dan budidaya. Landasan
filosofis seharusnya merujuk pada UUD 1945 pasal 33 ayat (3) bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Landasan yuridis
adalah bahwa sumberdaya alam, termasuk lahan gambut, harus diatur
pengelolaannya dengan cara yang seadil-adilnya dan berkelanjutan sehingga dapat
bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat, baik untuk generasi saat ini maupun
mendatang. Landasan sosiologis adalah bahwa masyarakat mempunyai
kebebasan memilih dalam pengembangan lahan gambut berdasarkan tingkat
kesesuaian dan kemampuan lahannya, yang pengelolaanya diatur secara bijaksana
melalui peraturan yang dapat diterima semua pihak.
Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi informasi iklim dan air
serta hasil-hasil penelitian dan pengmbangan terkait dengan antisipasi
dan adaptasi perubahan iklim dan iklim ekstrim
Teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus
menjadi upaya antisipasi Kementerian Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan
iklim. Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab
bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna
menyelamatkan sektor pertanian. Untuk mencapai upaya tersebut, perlu dilakukan
kegiatan yang menghasilkan informasi, teknologi, dan rekomendasi pengelolaan
berkelanjutan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi sektor pertanian pangan
menghadapi perubahan iklim ekstrim. Dalam rangka mendiseminasikan dan
memformulasikan informasi, teknologi, dan rekomendasi tersebut dilakukan
kegiatan “Pengembangan Sistem Koordinasi dan Komunikasi Informasi Iklim dan Air
serta Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Antisipasi dan
Adaptasi Iklim Ekstrim dan Perubahan Iklim” yang bertujuan menyusun laporan
hasil koordinasi dan komunikasi, melaksanakan Focus Group Discussion (FGD),
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
seminar nasional, temu lapang, dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim
dan air serta untuk menghimpun masukan guna menyusun rumusan dan strategi
kebijakan.
Keluaran kegiatan ini adalah: (1). terselenggaranya secara optimal fungsi
koordinasi dan komunikasi pelaksanaan kegiatan antar Tim dengan stake holder
(penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan kebijakan
sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan iklim), (2)
terselenggaranya kegiatan dan tersusunnya rumusan diskusi rutin, seminar nasional
dan FGD hasil (penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan
kebijakan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan
iklim), (3) terselenggaranya kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil peneltian
(penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan kebijakan
sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan iklim), (4)
laporan lengkap, rumusan hasil akhir dan rekomendasi kebijakan menyeluruh hasil-
hasil (penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan
kebijakan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan
iklim), dan (5) informasi, rumusan, RTL/program aksi, policy brief, policy note
Untuk itu telah dilaksanakan FGD “Pengembangan Teknologi
Pengelolaan Iklim dan Air untuk Antisipasi Iklim Ekstrim di Wilayah
Ekuatorial” yang dilaksanakan di Padang Sumatera Barat 30-31 Mei 2016, FGD
menghasilkan rumusan umum bahwa kemanfaatan dan pemanfaatan hasil-hasil
penelitian dan kajian tentang iklim ekstrim dalam kontek pengamanan produksi
pangan ini, perlu adanya fungsi koordinasi dan komunikasi dengan berbagai
kalangan, baik melalui diskusi rutin dan FGD, maupun seminar nasional dan
pengembangan sistem informasi, sosialisasi dan diseminasi yang didukung oleh
rekomendasi kebijakan. Selain itu, juga dibutuhkan berbagai bahan publikasi berupa
karya tulis ilmiah, policy brief dan sintesis kebijakan. Selain itu telah dilaksanakan
“Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan Iklim Ekstrim dan Air”
di Makassar 18-21 Oktober 2016 dengan tema “Upaya Khusus Optimalisasi Sumber
Daya Air Lahan Kering 4 Juta Ha untuk Meningkatkan serta Mengamankan Luas
Tanam dan Produksi pada Kondisi Iklim Ekstrim”.
Berdasarkan diskusi tetang pembelajaran selama ini serta hasil-hasil
penelitian dan kajian serta bertitik tolak dari kosepsi Gerakan Hemat Air yang
dideklarasikan oleh PERHIMPI, PERAGI dan PERHEPI bersama Lemhanas pada
tahun 1995, tindak lanjut talkshow sebelumnya, Forum Temu Lapang dan Ekspose
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
Teknologi sepakat mendeklarasikan komitmen mengatasi dampak iklim ekstrim pada
sektor pertanian melalui Deklarasi Makassar tentang Gerakan Nasional Panen
dan Hemat Air Menghadapi Iklim Ekstrim, yaitu: (1) Berkomitmen mendorong
perubahan sikap dan kepedulian masyarakat dalam mengelola iklim dan air untuk
pertanian yang lebih produktif dan bijaksana, agar dapat dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat secara berkelanjutan, (2) Bertekad menjaga
keberlanjutan ketersediaan sumber daya iklim dan air untuk pertanian melalui
pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memperluas penerapan
teknologi panen dan hemat air, menggali kearifan lokal disertai perbaikan tata kelola
air dan lahan, dan (3) Menggalang partisipasi aktif seluruh elemen bangsa secara
terintegrasi, terencana, dan kontinyu sebagai wujud tanggung jawab kolektif
mengamankan ketersediaan pangan nasional yang bermula dari pengelolaan
informasi iklim dan sumberdaya air. Deklarasi Makasar ditandatangani oleh
perwakilan Komunitas Peduli Iklim dan Air yang terdiri pengambil kebijakan, peneliti,
akademisi, organisasi profesi ilmiah, LSM, perusahaan swasta, petani, dll. Deklarasi
Makassar direncanakan menjadi gerakan nasional yang akan dicanangkan pada
Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (PENAS KTNA) XV pada 6-11 Mei 2017
di Lhong Raya, Banda Aceh.
Gambar 23. FGD ekuatorial di Padang
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
Gambar 24. Temu lapang dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim dan air
Makassar, 18-21 oktober 2016
Gambar 25. Naskah Deklarasi Makassar
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
Gambar 26. Sampul Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan
Iklim Ekstrim dan Air
Keberhasilan pencapaian target tersebut, merupakan hasil dari kerja keras seluruh
peneliti dengan dukungan sarana penelitian yang memadai seperti: laboratorium,
sarana pengolah data, dan peralatan penelitian lainnya yang berfungsi dengan baik,
menjadikan para peneliti dapat melaksanakan kegiatan penelitian sesuai yang
direncanakan.
Selain itu fungsi pemantauan dan pengendalian yang berjalan cukup baik,
membuat seluruh kegiatan penelitian dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam proposal. Pelaksanaan monitoring kegiatan dilakukan setiap
bulan dengan menyiapkan form isian perkembangan kegiatan yang harus diisi oleh
penanggungjawab RPTP, selain itu pada saat tim berada di lapangan juga dilakukan
monitoring kegiatan lapangan baik secara administrasi maupun teknis dengan
melibatkan peneliti senior yang ditunjuk sebagai tim evaluator. Untuk kegiatan
evaluasi terhadap hasil kegiatan, dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali setahun,
yaitu:(1) setelah tim pulang dari lapang untuk mengevaluasi hasil kegiatan di
lapangan, (2) setelah dihasilkan draft laporan dan hasil analisis laboratorium, dan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
(3) setelah laporan diselesaikan. Hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi
dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan kualitas kegiatan penelitian
maupun pelaporan dan output yang dihasilkan.
Secara lengkap rincian output teknologi yang dihasilkan beserta
kegunaan/manfaatnya adalah sebagai berikut :
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
1 Teknologi informasi kalender tanam terpadu
tanaman padi pada lahan sawah seluruh Indonesia
Penyusunan Sistem Informasi Katam Terpadu digunakan untuk memandu dan memberikan keyakinan kepada para penyuluh
dan pemangku kebijakan di daerah dalam merencanakan dan menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat sesuai dengan dinamika iklim setempat, memberikan alternatif acuan dan perangkat untuk memprediksi potensi luas tanam dan produksi padi. Pemanfaatan hasil prediksi kalender tanam yang dipadukan dengan informasi lain seperti wilayah rawan banjir, kekeringan, serangan OPT, varietas unggul yang tepat, rekomendasi pemupukan yang rasional, dan pengawalan alat mesin pertanian (alsintan) menjadi salah satu alat bantu dalam menyusun perencanaan penyiapan sarana produksi bagi pengambil kebijakan, perencanaan surplus beras, kemandirian dan ketahanan pangan nasional, dan mengurangi risiko pertanian sekaligus memberikan dampak pada optimalisasi pemanfaatan lahan sawah
2
Teknologi informasi Key Area keragaman iklim seluruh Indonesia Mendukung UPSUS PJK
Data dan informasi tentang wilayah indikator bisa menjadi wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim di Indonesia, dapat memberikan informasi bagi kondisi iklim Indonesia secara keseluruhan berdasarkan agroekosistem masing-masing, yang selanjutnya menjadi dasar yang penting dalam penetapan teknologi adaptif serta permasalahan adopsinya dalam mengatasi risiko bencana terkait iklim (banjir, kekeringan dan OPT) serta langkah kebijakan inovasi teknologi maupun transfer teknologinya hingga tingkat petani.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
Peta signifikansi curah hujan dan ENSO, DMI serta OLR pada 3 bulanan sebagai batas kritis curah hujan untuk deteksi el-nino dan la-nina serta awal tanam pada key area
3 Teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan Berbasis Model Food Smart Village
Model/teknologi optimalisasi pengelolaan air untuk meningkatkan pendayagunaan sumberdaya air pada lahan tadah hujan yang dikembangkan adalah dengan membangun bendung sadap. Petani di lahan tadah hujan dapat memanfaatkan air dari bendung sadap untuk mengembangkan komoditas tanaman dengan tanaman yang lebih bervariasi (tanaman pangan, sayuran, buah). Implementasi model FSV dapat meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan indeks pertanaman dan diversifikasi tanaman untuk mendukung swasembada padi, jagung, kedelai.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
Bangunan bendung sadap untuk menampung mata air di Desa Limampoccoe, Kec. Cenrana, Kab. Maros, Sulawesi Selatan
4 Teknologi pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya)
Penerapan teknologi irigasi dengan pompa air menggunakan sumber energi matahari yang hemat energi dan ramah lingkungan, penggunaannya mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama, sehingga pompa energi matahari lebih tepat guna, efisien, dan ekonomis dengan biaya operasi dan pemeliharaan (OP) yang lebih sedikit, dan tidak membebani petani dalam melakukan kegiatan usahataninya.
Pemanfaatan pompa tenaga surya
5 Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk peningkatan produktivitas tanaman
Penelitian ini menghasilkan model pengelolaan iklim dan air khususnya pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao serta meningkatkan upaya memacu diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta mewujudkan kesejahteraan petani.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
Pot lisimeter di isi tanaman kakao
6 Rekomendasi strategi serta rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko untuk penyelamatan dan pengamanan produksi pangan
Informasi, teknologi, dan rekomendasi pengelolaan berkelanjutan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi sektor pertanian pangan menghadapi perubahan iklim ekstrim ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi antisipasi dan adaptasi perubahan iklim dan/atau kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) dalam rangka pengamanan produksi pangan dan komoditas pertanian lainnya.Informasi, teknologi, dan rekomendasi ini bersifat dinamis dan kadang kala bersifat spesifik lokasi, sesuai dengan tingkat perubahan iklim dan tingkat kerawanan wilayah yang setiap waktu bisa berubah (dinamis) sehingga selalu perlu dimutakhirkan atau disesuaikan
Peta prediksi sifat hujan di NTT Oktober 2016 – Maret 2017
Ket. Curah hujan normal sampai di atas normal normal
berpeluang lebih tinggi terjadi di Provinsi NTT pada OND 2016. Pada JFM 2017 sifat hujan diprediksi normal
7 Rekomendasi kebijakan
adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan terhadap anomali iklim di Jawa dan Sulawesi
Memberikan informasi indeks kerentanan pangan dan risiko iklim, faktor determinan yang mempengaruhi kerentanan pangan dan risiko iklim, dan menyusun rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan pangan dan risiko iklim
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
Peta Kerentanan Pangan berbasis sumberdaya lahan, iklim dan air di Pulau Jawa
8 Rekomendasi desain
pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi di Lampung
Teknologi dan rekomendasi pengelolaan air irigasi pada lahan IP 100 dan 200 untuk peningkatan IP padi dengan memanfaatkan sumber air permukaan yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi dalam rangka meningkatkan IP padi pada daerah yang mempunyai sumber air permukaan sepanjang tahun yang dapat meningkatkan produksi pangan nasional.
Hasil pemetaan lokasi demfarm seluas 11 ha di Desa Bumi Udik, Kec. Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah
9 Rekomendasi kebijakan
pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber
Informasi, teknologi, model dan rekomendasi pengelolaan air irigasi ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
daya iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300
dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi dalam rangka pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300
Contoh dam parit/bendung Tampala Parangloe, Kab. Maros, Sulsel
10 Rekomendasi kebijakan antisipasi dan
pencegahan kebakaran hutan pada kawasan/wilayah khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim
Rekomendasi:
• Terkait kebijakan/himbauan tidak boleh membakar: Masyarakat lokal/petani sudah lama tinggaldan beraktivitas di lahan gambut tsb. Untuk itu, perlu pendekatan tertentu, dinamis, dan tidak boleh bertentangan dengan UU/peraturan yang lebihtinggi, dalam memecahkan masalah “karlahut”, agar tidak menimbulkan masalah baru bagi masyarakat/petani (seperti rawan pangan dan kemiskinan)
• Perlu regulasi/kebijakan yang terintegrasi, mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi untuk pengelolaan lahan gambutrawan “karlahut”
• Perlu adanya baku mutu dan peraturan yang harus digunakan sebagai acuan dalampembukaan dan pengelolan lahan gambut berkelanjutan, termasuk mencegah kebakaran
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
No. Nama Teknologi dan Rekomendasi
Kegunaan/Manfaat
Contoh Peta wilayah rawan kebakaran Prov. Sumsel
11 Rekomendasi
pengelolaan air di lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel
Hasil penelitian ini dapat membantu pemangku kepentingan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan air di lahan rawa untuk mendukung peningkatan produksi beras nasional.
Identifikasi karakteristik hidrologis polder
Rekomendasi:
• Dalam upaya peningkatan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 300 maka perlu pembuatan polder, ada potensi pembuatan Polder masing masing seluas 3.000 ha dan 2.200 hadi Kecamatan Labuan Amas Utara dan Pandawan HST
• Infrastruktur jalan penghubung beberapa desa di Kec. Labuan Amas Utara dan Kec. Pandawan telah menjadi tanggul yang membatasi lahan dari pengaruh sungai. Perlu ada investasi relatif rendah dan desain yang tepat sehingga tanggul tersebut dapat difungsikan menjadi polder
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
Keberhasilan yang dicapai dalam menghasilkan output pada indikator kinerja
kedua dan ketiga merupakan bagian dari komitmen peneliti dan tenaga pendukung
untuk menghasilkan target yang telah ditetapkan. Selain itu fungsi pemantauan dan
evaluasi yang berjalan cukup baik, menjadikan seluruh kegiatan terlaksana sesuai
yang diharapkan. Setiap bulan seluruh penanggungjawab diwajibkan melaporkan
perkembangan kegiatannya. Tim Monev yang dibentuk, melakukan monitoring
lapangan pada saat penelitian berjalan, dan selanjutnya dilakukan evaluasi
berdasarkan hasil temuan pada saat monitoring yang dilakukan oleh para peneliti
senior. Dengan cara demikian target yang ditetapkan telah dapat dicapai dengan baik.
Sasaran 2 : Terselenggaranya diseminasi teknologi hasil penelitian
agroklimat dan hidrologi
Untuk mengukur capaian sasaran tersebut, diukur dengan 1 (satu) indikator
kinerja sasaran. Adapun pencapaian target indikator kinerja sasaran dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
a. Jumlah Publikasi
• Buletin agroklimat dan hidrologi • Laporan tahunan agroklimat dan
hidrologi
• Info agroklimat dan hidrologi • Booklet/monograf agroklimat
dan hidrologi
b. Jumlah KTI 1. Prosiding
2. Jurnal nasional dan internasional
c. Jumlah HKI
1. Atlas desain irigasi 21 KP lingkup Balitbangtan
2 edisi
1 edisi
6 edisi
2 edisi
9 buah
9 buah
1 HKI
1 edisi
1 edisi
6 edisi
2 edisi
27 buah
23 buah
21 HKI
50
100
100
100
300
250
2100
Tabel 7. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja sasaran 2
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
Sasaran pada Tabel 7 di atas, pada tahun 2016 Baliktlimat secara keseluruhan
realisasi jumlah diseminasi teknologi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi
sebesar 428,57%, sehingga katagori keberhasilan pencapaian Sasaran ke 2 adalah
sangat berhasil, karena capaiannya lebih dari 100%. Keberhasilan capaian
melampaui target diantaranya dicapai dari jumlah KTI yang mencapai 250-300%
serta jumlah HKI yang didaftarkan dari satu HKI ternyata 21 HKI yang didaftarkan
sehingga capaiannya mencapai 2100%. Beberapa hasil kegiatan dalam rangka
diseminasi teknologi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disajikan berikut ini:
Penyusunan dan Pencetakan Buletin Sebagai Alat Diseminasi
Diseminasi dari informasi hasil analisis dilakukan dalam bentuk buletin yang
diterbitkan setiap bulan, yang memuat hasil prediksi iklim dan analisis lainnya
termasuk hasil analisis terkait issue yang sedang berkembang. Buletin yang disusun
mempunyai segmen kelompok target penerima yang hendak dituju diantaranya
adalah Bapak/Ibu Penyuluh di kecamatan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan
dalam buletin lebih bersifat populer, mudah dicerna dan buletin juga dibuat dalam
format yang ringkas dan tidak terlalu tebal. Buletin ini merupakan bagian dari cara
diseminasi Balitklimat dalam menyalurkan informasi dari analisis-analisis yang telah
dilakukan. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target
atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima dan
akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Contoh buletin disajikan pada Gambar
di bawah ini.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
Gambar 27. Contoh buletin
Pada T.A 2016 Penerbitan Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
1 kali terbit yaitu bulan Nopember, naskah-naskah tersebut diperoleh melalui tulisan
hasil penelitian primer maupun sekunder dan diseleksi oleh tim penyunting, sampai
dengan akhir tahun sudah terkumpul 6 naskah untuk sekali penerbitan.
Penyusunan Buletin hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan SK Ka
Balitklimat Tahun 2016.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68
Gambar 28. Cover Buletin Balitklimat 2016
Beberapa buletin Balitklimat diantaranya:
1. Informasi wilayah rawan banjir dan kekeringan lahan sawah pada katam
terpadu musim hujan 2014/2015. oleh : Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah
Ramadhani, dan Anindito
2. Delineasi daerah aliran sungai di pulau jawa berbasis system informasi
geografis dengan menggunakan srtm. oleh : Muchamad Wahyu Trinugoho
dan Setyono Hari Adi
3. Peningkatan indeks pertanaman melalui dam parit: studi kasus sungai
mokupa, kecamatan lambandia, kabupaten kolaka, sulawesi tenggara. oleh
: Nani Heryani, Nurwindah Pujilestari, dan Budi Kartiwa.
4. Crop modeling using apsim comparison of several soybean varieties and
planting date in two location as affected by enso (el nino southern
oscillation) and iod (indian ocean dipole) in west javaby Yayan Apriyana
5. Asuransi pertanian berbasis indeks iklim oleh: Woro Estiningtyas
6. Penelitian key area keragaman iklim indonesia : konsep dan ide awal. oleh :
Woro Estiingtyas, Aris Pramudia dan Yayan
Sedangkan Info Agroklimat dan Hidrologi selama setahun terbit 6 kali yaitu,
Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember, diantaranya:
1. Bulan Februari 2016 dengan Judul Fertilization Efficiency and Water
Management in Rice using N15 “Summarized of Country Report of
IAEA_RAS 5065 Project”
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69
2. Bulan April 2016 dengan Judul : Efisiensi penggunaan air untuk tanaman
cabe pada lahan kering iklim kering di Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa,
Kabupten Kupang
3. Bulan Juni 2016 dengan Judul : Data Iklim Unduhan Gratis Untuk Penelitian
Agroklimat
4. Bulan Agustus 2016 dengan Judul : Pengenalan Sekolah Lapang Iklim (SLI)
5. Bulan Oktober 2016 dengan Judul : Instalasi Irigasi pada HPS ke-36 di Gelar
Teknologi Pertanian Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
6. Bulan Desember 2016 dengan Judul : Desain Infrstruktur Panen Air
menggunakan Google Earth Pro
Gambar 29. Info Agroklimat dan Hidrologi 6 edisi tahun 2016. Pada tahun anggaran 2017, diterbitkan laporan tahunan Balai yang merupakan
laporan pelaksanaan kegiatan Balai pada tahun anggaran sebelumnya (TA. 2016).
Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2016
(masih dalam proses penyelesaian).
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70
Gambar 30. Cover Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi TA 2015
Ringkasan Laporan Tahunan adalah sbb : dalam rangka mewujudkan, visi,
misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, penyusunan program
penelitian agroklimat dan hidrologi perlu dilakukan secara teratur dan terarah sesuai
dengan Rencana Strategis tahun 2015-2019. Perencanaan program penelitian
tersebut mengacu pada Rencana Strategis Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2015-2019, Renstra Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 2015-2019, dan Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2015-2019 sebagai perwujudan amanah Undang-Undang.
Penerbitan Leaflet, Poster, CD dan Video
Penerbitan Leaflet dan Poster diperlukan untuk mendukung kegiatan pameran dan
penyebaran informasi teknologi hasil penelitian, sampai dengan akhir tahun. Sudah
dibuat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan. Beberapa contoh poster yang
sudah dibuat :
Gambar 30. Booklet Balitklimat tahun 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71
Gambar 31. Poster Balitklimat tahun 2016
Tahun anggaran 2016 prosiding rencananya dibuat 9 prosiding, adapun
realisasinya terdapat 27 judul prosiding. Sedangkan untuk jurnal nasional dan
internasional direncanakan ada 9 ternyata realisasinya terdapat 23 judul. Adapun
HKI dari rencana hanya 1, ternyata realisasinya 21 sehingga melebihi target.
Seminar Rutin
Selama bulan Januari sampai Desember 2016, Seminar rutin yang diadakan oleh
Peneliti maupun Mahasiswa yang magang diantaranya:
Gambar 32. Seminar PKL Mahasiswa Program Keahlian Teknik Komputer Program Diploma IPB. 31 Maret 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72
Nama dan Judul Materi yang di presentasikan adalah sbb;
No Nama Mahasiswa IPB Materi
1 Fani Helfi Tania / J3D213104 Optimalisasi Pemanfaatan Bandwidth di
Balitklimat
2 Hanifah Rananisa/ J3D113060 Perancangan dan Implementasi Filtering Website Menggunakan Layer 7 Protocol
Pada Winbox Dan Mikrotik Di Balitklimat
3 Afif Risyad /J3D113020 Pembangunan Voice Over Internet Protocol (Voip) dengan Metode Pc To Pc
di Balitklimat
4 Adinda Putri Mustika/J3D113052 Perancangan Penyiramantanaman dengan Sistem Pembuangan di
Balitklimat
5 Yuliani Sudardjat / J3D213131 Pembuatan Prototype Smart Room di Ruangan Kalender Tanam Balitklimat
Partisipasi Kegiatan Pameran
Sampai dengan Bulan Desember 2016, partisipasi kegiatan pameran yang telah
diikuti oleh Balitklimat adalah, sebagai berikut:
Pekan Peramalan Tahun 2016 di selengarakan pada tanggal 23-29 Mei 2016
di BBPOPT J Raya Kaliasin Jatisari Karawang Jawa Barat. Pekan permalan bertujuan
untuk menyebar luaskan informasi pengelolaan OPT melalui penerapan teknologi
terkini, ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan mengambil Tema “
Pengelolaan OPT Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan “ (High
Technology and Eco-Friendly For Sustainable Pest Management). Peserta Pameran
terdiri dari petani, petugas, mahasiswa, pelajar, instansi terkait, stakeholder,
pemerhati lingkungan dan budidaya tanaman. Pameran Pekan Peramalan Tahun
2016 di buka Oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman MP, di dampingi
Dirjen Tanaman Pangan dan Kepala Balai Besar Peramalan OPT, di lanjutkan keliling
Pameran di sekitar Kantor dan pesawahan belakang kantor Jatisari Karawang.
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, pada kesempatan ini menampilkan
Display Katam Terpadu secara On line, Pengukur Cuaca Otomatis (AWS), Video
berbagai teknologi yang sudah di hasilkan, seperti Desain Pengelolaan Air berbagai
Kebun Percobaan Badan Litbang Pertanian, Video perjalanan Katam terpadu dari
awal sampai generasi Katam Modern Versi 2,4 juga membagikan hasil Publikasi
dalam bentuk Buku, Buklet, Buletin, CD, Info Agroklimat, dan Juknis yang mudah di
Tabel 8. Jadwal Seminar harian
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73
aplikasi kan oleh Pengguna. Ratusan Buku hasil Publikasi tersebut langsung diserbu
oleh pengunjung, terutama Mahasiswa, pelajar pertanian, petani, dan penyuluh
Lapangan yang haus akan informasi hasil Penelitian Pertanian, bahkan menjelang
siang Buku sudah habis tidak tersisa, banyak yang masih meminta dikirim ke alamat
email atau alamat kantor.
Dari hasil Pemantauan Redaksi Web, terlihat yang sangat antusias adalah
mahasiswa yang akan menyelesaikan studi untuk bahan rujukan Skripsi atau
laporan, sedangkan Penyuluh sangat membantu dalam tugas nya untuk memberi
penyuluhan kepada petani, pada kesempatan tersebut juga di sampaikan
penggunaan HP untuk mengakses Informasi Katam terpadu dengan sangat mudah,
mulai penggunaan SMS ke 082 123456 400 atau 082 123456 500 atau HP berbasis
android dengan Play Store atau app store untuk Katam Terpadu atau dengan
menggunakan Web katam dari Komputer, berbagai kalangan sangat mengapresiasi
terobosan teknologi berbasis HP, mulai dari Kalangan Dosen, TNI sebagai pengawal
UPSUS, petugas penyuluh maupun mahasiswa.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74
Gambar 33. Beberapa kegiatan saat pameran di karawang Pengelolaan OPT Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75
Kunjungan Tamu ke Balai Penelitian Agroklimat dan hidrologi
Selama bulan Januari sampai Desember 2016, kunjungan ke Balitklimat baik
Kunjungan studi Banding maupun magang.
Gambar 34. Kunjungan Tamu ke Balitklimat setiap bulan
Karya Tulis Ilmiah TA 2016
Pada tahun 2016 judul publikasi/jurnal/prosiding yang sudah terbit sudah
ada 50 judul belum termasuk semua peneliti (masih bisa bertambah). Adapun
publikasi/karya tuli ilimiah yang sudah masuk diantaranya:
No. Judul Keterangan
1. Surmaini, E. dan H. Syahbuddin. 2016. Kriteria awal Musim tanam: Tinjuan Prediksi waktu Tanam Padi di Indonesia
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35(2):47-56
2. Surmaini, E. 2016. Pemantauan dan Peringatan Dini Kekeringan Pertanian di Indonesia
Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press)
3. Surmaini, E. dan A. Faqih. 2016. Kejadian Iklim Ekstrem dan Dampaknya Terhadap Pertanian Tanaman Pangan di Indonesia
Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press).
Tabel 9. Judul publikasi/karya tulis ilmiah
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76
No. Judul Keterangan
4. Apriyana, Y., E. Susanti, Suciantini, F. Ramadhani, dan E. Surmaini. 2016. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya
Informatika Pertanian 25(1):69-80.
5. Estiningtyas, W. E. Surmaini, dan E. Susanti. 2016. Kerentanan sub-Sektor Tanaman Pangan terhadap Perubahan
Iklim
Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press).
6. Surmaini, E. dan E. Susanti. 2016. Kekeringan Pertanian: Penyebab, Dampak dan Penanganan.
Prosiding Simposium VII Perhimpi. Membangun Kapasitas Adaptasi Menghadapai perubahan iklim melaui Climate Smart Agriculture.
7. Estiningtyas, E., E. Susanti, E. Surmaini dan Sumaryanto. 2016. Analisis Kerentanan Pangan dan Risiko Iklim untuk Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Provinsi Kalimantan Barat
Prosiding Simposium VII Perhimpi. Membangun Kapasitas Adaptasi Menghadapai perubahan iklim melaui Climate Smart Agriculture.
8. Indeks kecukupan irigasi pada lahan sawah: studi kasus di Provinsi Sulawesi Selatan (Heryani, N., B. Kartiwa, A. Hamdani, B. Rahayu, H. Syahbuddin)
International Journal of Agricultural Sciences (IJAS). 2016. 17(2). (INPRESS)
9. Production and quality enhancement od mango using dan jet sprayer irrigation technique (Heryani, N., B. Kartiwa, Y. Apriyana, H. Syahbuddin)
Jurnal Sumberdaya Air . 2016. (INPRESS)
10. Pengembangan teknologi panen hujan dan aliran permukaan: analisi usahatani pemanfaatan sumberdaya air (Hamdani, A., S. Talaohu, N. Heryani)
Jurnal Pengkajian dan Pengembagan Teknologi Pertanian. 2016. 19(2):153-165
11. Neraca air pada beberapa tipe iklim dan pola hujan di Indonesia (Heryani, N., dan E. Surmaini)
Buletin Iklim Pertanian edisi Juli–Desember 2015*
12. Irigasi sumur renteng (Heryani, N., dan G. Jayanto)
Buletin Iklim Pertanian edisi Agustus 2015*
13. Prototipe sistemi nformasi sebaran hama dan penyakit tanaman
Informatika Pertanian. 2015. 24(2):179-190*
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77
No. Judul Keterangan
hortikultura (Susanti, E., E. Surmaini, A. Buono, Mustafa N. Heryani)
14. Teknologi pengelolaan lahan untuk meningkatkan cadangan air di dalam DAS (Heryani, N., H. Sosiawan, B. Kartiwa, A. Hamdani)
Prosiding Semnas Sistem Informasi dan pemetaan sumberdaya lahan mendukung swasembada pangan. BukuIII:Pemetaan SumberDaya Lahan Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2 *
15. Dukungan Pembangunan Irigasi dan Lahan Kering Terhadap Kemandirian Pangan (Sutrisno, N., N,Heryani)
Buku: Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015*
16. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion Dari Perspektif Pengelolaan SumberDaya Lahan dan Air (Sutrisno, N., N. Heryani)
Buku: Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015*
17. Penentuan Kebutuhan Air Tanaman Kedelai Berdasarkan Sifat Fisika Tanah, Mendukung Swasembada Pangan Nasional (Haryono, B. Kartiwa, N. Heryani)
Prosiding Seminar Nasional "Sistem Informasi dan Pemetaan SumberDaya Lahan Mendukung SwaSembada Pangan, Buku II: Pemetaan SumberDaya Lahan. Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2 *
18. Pemetaan Potensi SumberDaya Air Pertanian dan Tingkat Kekritisan Air Pulau Jawa (B. Kartiwa, A. Hamdani, N. Heryani)
Prosiding Seminar Nasional "Sistem Informasi dan Pemetaan SumberDaya Lahan Mendukung SwaSembada Pangan, Buku II:Pemetaan SumberDaya Lahan. Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2*
19. Analisis Fungsi Hidrologi dan Pengelolaan Lahan di DAS Mikro Cakardipa, DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat
Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Vol.12. 2015. ISSN 0216-3934*
20. Desain Pengelolaan Air di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Sayuran, Lembang, Jawa Barat (Heryani, N., B. Kartiwa, H. Syahbuddin)
Prosiding Kongres XI dan Semnas HITI. Universitas Brawijaya, Malang. 2015.*
21. Penentuan koefisien tanaman mangga Berdasarkan analisis karakteristik fisiologi tanaman, iklim serta tingkat ketersediaan air (Susanti, E., B. KArtiwa, N. Heryani)
Prosiding Kongres XI dan Semnas HITI. Universitas Brawijaya, Malang. 2015.*
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78
No. Judul Keterangan
22. Kartiwa, B., Nono Sutrisno, Sidik Haddy Talaohu, Adang Hamdani, Haryono, 2016. Desain dan Implementasi Sistem Irigasi Pompa Saluran Portabel
Prosiding Seminar Nasional Iklim Ekstrim. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.
23. Andriyani, I., Jourdain, D., Lidon, B., Soni, P., and Kartiwa, B. 2016. Upland Farming System Erosion Yields and Their Constraints to Change for Sustainable Agricultural Conservation Practices: A Case Study of Land Use and Land Cover (LULC) Change in Indonesia. Land Degrad. Develop.
24. Pengembangan Pengelolaan Panen Hujan Mendukung Kemandirian Pangan. Oleh: Nono Sutrisno. 2016
Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospek Pengembangan dan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016.
25. Potensi Pulau Sulawesi Sebagai Penyangga Produksi Beras Nasional. Oleh: Bambang Irawan, Nono Sutrisno dan Gatoet Sroe Hardono. 2016
Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospe kPengembangandan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016
26. Pemanfaatan Lahan Terlantar Di Hulu Daerah Aliran Sungai. Oleh: Tigor Butar butar, Ai Dariah dan Nono Sutrisno. 2016
Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospek Pengembangan dan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016.
27. Upaya Menggerakan Lahan Kering sebagai Lumbung Pangan. Nono Sutrisno
Buletin Baliklimat
28. Optimalisasi Sumber Daya Air dan Iklim untuk Meningkatkan IP Lahan Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering. Nono Sutrisno, Yayan Apriyana
Buku: Rekomendasi Pengelolaan Lahan (RPL). BBSDLP. 2016.
29. Peningkatan Indeks Pertanaman Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering Berbasis SumberDaya Air. Nono Sutrisno, Hendri Sosiawan, Harmanto
Policy Brief. Kelti Sinjak. BBSDLP. 2016
30. Pengembangan Tanaman Mangga Berbasis Iklim dan Dinamika Waktu Panen. Nono Sutrisno, Budi Kartiwa
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains dan Teknologi 2016. Tgl 22 september 2016. UT
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79
No. Judul Keterangan
31. Pengelolaan SumberDaya Air Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Padi. Nono Sutrisno, Adang Hamdani, Hendri Sosiawan
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains dan Teknologi 2016. Tgl 22 september 2016. UT.
32. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Air untuk Adaptasi iklim Ekstrim pada Kawasan Pengembangan Jagung. Nono Sutrisno, Haryono, Budi Kartiwa, Nani Heryani
Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.
33. Melihat Kebutuhan Tanaman Jagung Berdasarkan Sifat Fisika Tanah pada Lahan Kering di Lampung. Haryono, Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Budi Kartiwa
Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.
34. Desain dan Implementasi Sistem Irigasi Pompa Saluran Portable. Budi Kartiwa, Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Adang Hamdami, Haryono
Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.
35. Identifikasi dan Karakterisasi System Drainase Jejangkit Kabupaten Barito Kuala. Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Nani Heryani, Budi Kartiwa
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Gambut Berbasis Karakteritik Wilayah di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, 19-20-2015.Terbit 2016.
36. Yayan Apriyana, Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah Ramadhani, dan Elza Surmaini. 2016. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan pada lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya
Jurnal Informatika Pertanian. Vol. 25. No. 1. 2016. Sekretariat Badan Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISSN 0852-1743. hal 69-81.
37. Yayan Apriyana dan Popi Rejekiningrum. 2016. Analisis Neraca Air Tanah untuk Penetapan Waktu Tanam Padi di Wilayah Terkena Dampak Variabilitas Iklim
Prosiding. Konges XI dan Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. hal 479-488.
38. Yayan Apriyana, Aris Pramudia, dan Elsa Rakhmi Dewi. 2016. DInamika dan Sensitivitas Kalender Tanam pada Lahan Sawah, Tadah Hujan dan Lahan Kering
Prossiding Makassar. In Press
39. Popi Rejekiningrum dan Yayan Apriyana. 2016. Tren Ketersediaan dan Kebutuhan Air Mendukung Optimal Water Sharing untuk Konservasi Air di DAS Bengawan Solo
Prosiding. Konges XI dan Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. hal 135-143.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80
No. Judul Keterangan
40. Suciantini. 2016. Identifikasi produksi mangga di Jawa Barat berdasarkan Kondisi iklim
Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan Iklim Ekstrim dan Air. Makassar, 18-21 Oktober 2016.
41. Suciantini, E. Susanti, dan T N. Wihendar. 2016. Respons pertumbuhan dan produksi paprika pada perlakuan modifikasi iklim mikro
Prosiding Membangun kapasitas adaptasi menghadapi perubahan iklim melalui Climate Smart Agriculture. Simposium VIII Perhimpi. Bogor, 7 Juni 2015.
42. Apriyana Y, E. Susanti, Suciantini, F. Ramadhani dan E. Surmaini. 2016. Analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi tanaman pangan pada lahan kering dan rancang bangun sistem informasinya
Jurnal Informatika Pertanian Vol 25 (1) : 69-80.
43. Pitono J, N. Maslahah, Setiawan, RA. Permadi, Suciantini dan T. Nandar. 2016. Hydraulic lift dan dinamika lengas tanah harian pada pertanaman jambu mete
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 27 (2) : 105-116.
44. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion Dari Perspektif Keragaman Iklim (Haris Syahbuddin, Elza Surmaini dan Woro Estiningtyas)
Buku Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion, Editor Effendi Pasandaran, Dedi Nursyamsi, Kedi Suradisastra, Sudi Mardianto dan Haryono. ISBN 978-602-344-086-3. IAARD PRESS
45. Kerentanan Sub-Sektor Tanaman Pangan Terhadap Perubahan Iklim (Woro Estiningtyas, Elza Surmaini dan Erni Susanti)
Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 10 no 2 Desember 2016:85-96. ISSN 1907-0799
46. Analisis Signifikansi Anomali Curah Hujan Dengan Indikator Global Untuk Adaptasi Perubahan Iklim
(Woro Estiningtyas, Haris Syahbuddin, Erni Susanti, Elza Surmaini, Aris Pramudia, Fadhlullah Ramadhani, Yayan Apriyana, Suciantini Dan Yeli Sarfina)
Prosiding Temu Lapang Makasar
47. Analisis Kerentanan Pangan Dan Risiko Iklim Untuk Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus Di Provinsi Kalimantan Barat. (Woro Estiningtyas, Erni Susanti, Elza Surmaini dan
Prosiding Simposium PERHIMPI
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81
No. Judul Keterangan
Sumaryanto)
48. Potensi sumber daya air dan desain pengelolaan air di kebun percobaan cahaya negeri Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung (Sidik Haddy Tala'ohu, Budi Kartiwa dan Hendri Sosiawan)
Prosiding seminar nasional matematika, sains dan teknologi 2016, tanggal 22 September 2016, Univ Terbuka
49. Pengelolaan sumber daya air untuk
pengembangan taman teknologi pertanian dataran rendah beriklim basah, Kabupaten Aceh (Sidik Haddy Tala'ohu dan Adang Hamdani)
Prosiding seminar nasional matematika, sains dan
teknologi 2016, tanggal 22 September 2016, Univ Terbuka
50. Peranan mulsa untuk efisiensi penggunaan air tanaman cabai dengan berbagai teknik irigasi (Umi Haryati, Sidik H Tala'ohu, K. Subagyono)
Prosiding seminar nasional PERHIMPI, 2016 Makasar, 18-21 Oktober 2016
51.
HKI (Hak Kekayaan Intelektual) tahun 2016
Hak Cipta 21 Pengelolaan Desain KP
Gambar 35. Beberapa contoh Cover Desain Pengelolaan Air KP
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82
Tabel 10. Daftar Hak Cipta Sudah Sertifikat Desain Pengelolaan Air Kebun Percobaan sebanyak 21 Lokasi yaitu;
No Kebun Percobaan Lokasi Provinsi Keterangan
1
2
3 4
5 6
7
8 9
10 11
12 13
14
15 16
17 18
19
20 21
KP Aripan ;
KP Asembagus ;
KP Bajeng ; KP Cukurgondang ;
KP Kraton ; KP Laing ;
KP Manoko ;
KP Margahayu ; KP Maros ;
KP Pakuwon ; KP Sandubaya ;
KP Subang ; KP Sumani ;
KP Taman Bogo ;
KP Tlekung ; KP Banjarbaru ;
KP Cimanggu ; KP Kima Atas ,
KP Pandean ;
KP Pandu ; KP Segunung
Kab Solok
Kab Sitibondo
Kab Gowa Kab Pasuruan
Kab Pasuruan Kab Solok
Bandung
Bandung Kab Maros
Kab Sukabumi Kab Lombok
Kab Subang Kab Solok
Kab Lampung
Timur Kab Malang
Kab Banjar Baru Kodya Bogor
Kab Manado
Kab Pasuruan Kab Minahasa
Kab Cianjur
Sumatera Barat
Jawa Timur
Sulawesi Selatan Jawa timur
Jawa Timur Sumatera Barat
Jawa Barat
Jawa barat Sulawesi Selatan
Jawa Barat NTB
Jawa Barat Sumatera Barat
Lampung
Jawa Timur Kal- Sel
Jawa Barat Sulawesi Utara
Jawa Timur
Sulawesi Utara Jawa Barat
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83
Tabel 11. Daftar Surat Keterangan 21 HKI Desain KP
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84
Lanjutan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85
Gambar 36. Contoh Sertifikat HKI Desain 21 KP tahun 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86
Update Website
Gambar 37. Muka Web Balitklimat
Inovasi Hasil Teknologi Yang Didiseminasikan
Capaian keluaran yang dihasilkan oleh Balitklimat berdasarkan hasil tim monev
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan yaitu mencapai lebih dari 100%
(104%). Dari kegiatan yang telah didiseminasikan inovasi teknologi hasil penelitian
agroklimat dan hidrologi, target yang diharapkan adalah 1 inovasi teknologi hasil
penelitian yang didiseminasikan ternyata capaiannya mencapai 4 inovasi teknologi hasil
penelitian yang telah didiseminasikan, diantaranya:
1. Teknologi sistem informasi katam terpadu 2016/2017 di Makasar
2. Teknologi pengelolaan air untuk pengembangan lahan kering di Makasar
3. Training of trainer (TOT) identifikasi dan desain infrastruktur untuk
peningkatan IP
4. Prediksi curah hujan untuk pengembangan pertanian
Uraian masing-masing inovasi teknologi tersebut diuraikan pada hasil capaian
sasaran kinerja pertama
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87
Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Baliktlimat Tahun 2016
Capaian indikator kinerja utama (IKU) Balai Penelitian Agroklimat dan tahun
2016disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Target dan Capaian IKU Baliktlimat pada TA 2016
No IKU Target Realisasi
Jumlah %
1. Jumlah Teknologi Pengelolaan
Sumber Daya Air dan Iklim
Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan
5 Teknologi
5 Teknologi
100
2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan
Pemanfaatan dan pengelolaan
Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim
6 Rekomendasi 6 Rekomendasi 100
3. Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan:
a) Jumlah Publikasi • Buletin agroklimat dan
hidrologi • Laporan tahunan agroklimat
dan hidrologi
• Info agroklimat dan hidrologi • Booklet/monograf agroklimat
dan hidrologi b) Jumlah KTI
Prosiding,
Jurnal nasional dan
internasional c) Jumlah HKI
Atlas desain irigasi 21 KP
lingkup Balitbangtan
2 edisi
1 edisi
6 edisi 2 edisi
9 buah
9 buah
1 HKI
1 edisi
1 edisi
6 edisi 2 edisi
27 buah
23 buah
21 HKI
50
100
100 100
300
250
2100
Berdasarkan Tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa target capaian IKU TA 2016
secara keseluruhan telah terpenuhi untuk indikator kinerja (1) Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian
Modern, dan (2) Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan
Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, dan 3) Jumlah
produk inovasi diseminasi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88
Grafik pencapaian kinerja Balitklimat serta penyerapan anggaran tersaji dalam grafik
di bawah ini:
Capaian kinerja Balitklimat Tahun 2015-2019
Output yang dihasilkan oleh Baliktlimat secara garis besar terdiri dari sistem
informasi, teknologi, dan peta. Data yang dapat disampaikan dalam LAKIN ini
berupa data target dan realisasi capaian indikator kinerja dari Tahun 2015-2019.
Tahun 2016 realisasi yang dicapai sebanyak 5 teknologi (100%) dan 6 rekomendasi
kebijakan (100%). Untuk lebih jelasnya capaian kinerja Balitklimat Tahun 2015-2019
ditampilkan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89
Tabel 13. Capaian kinerja IKU BalitklimatTahun 2015 – 2019
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Target Realisasi (%)
2015 2016 2017 2018
2019
2015 2016 2017 2018
2019
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Iklim dan Air
Tersedianya data, informasi dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air
Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan
Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim
5 Teknologi
5 Teknologi
6
Rekomendasi
5 Teknologi
5 Teknologi
5 Teknologi
9 Teknologi
5 Teknologi 6
Rekomendasi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
Target Realisasi (%)
2015 2016 2017 2018
2019
2015 2016 2017 2018
2019
Terselenggaranya diseminasi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi
Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan:
Publikasi 1. Buletin agroklimat
dan hidrologi 2. Laporan tahunan
agroklimat dan hidrologi
3. Info agroklimat dan hidrologi)
4. Booklet/monograf/juknis agroklimat dan hidrologi
KTI 1. Prosiding 2. Jurnal nasional
dan internasional
Jumlah HKI Atlas desain irigasi 21 KP lingkup Balitbangtan
2 edisi 1 edisi 6 edisi 2 edisi
2 edisi 1 edisi 6 edisi 2 edisi 9 buah 9 buah
1 HKI
1 1 4 2
10 7
2 HKI
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91
3.3. Akuntabilitas Keuangan
Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Balitklimat pada umumnya
cukup berhasil dalam mencapai sasaran. Pada tahun 2016 anggaran Balitklimat
hasil revisi terakhir (revisi DIPA 4) sebesar Rp 15.175.999.000,-. Dari total anggaran
tersebut yang berasal dari APBN digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan
dengan target capaian output : 1) Menghasilkan 5 Teknologi Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan, 2)
Menghasilkan 6 Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber
Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, 3) Terselenggaranya
Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.
Berdasarkan pagu anggaran Balitklimat, proporsi Belanja Barang Non
Operasional menempati proporsi sebesar 8.450.000.000 (55,68%), Belanja Pegawai
sebesar Rp. 4.621.429.000 (30,45%). Selanjutnya proporsi terakhir Belanja Barang
Operasionalsebesar 2.104.570.000 (13,87%).
Hingga 31 Desember 2016, realisasi anggaran yang berhasil diserap oleh
Balitklimat sebesar Rp. 14.391.772.029,- atau 94,83%. Selengkapnya realisasi per
jenis belanja 2015-2016 dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92
Jenis Belanja
2015 2016
Pagu Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp.) % Pagu Anggaran (Rp) Realisasi (Rp.) %
BALITKLIMAT 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06 15.175.999.000 14.391.772.029 94,83
Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.265.002.499 94,79 4.621.429.000 4.357.206.113 94,28
Belanja Barang 7.241.361.000
7.186.801.983 99,25
Belanja Barang Operasional
2.104.570.000 2.047.927.866 97,31
Belanja Barang Non Operasional
8.450.000.000 7.986.638.050 94,52
Belanja Modal 4.355.927.000 4.331.949.600 99,45
Untuk pagu anggaran TA 2015 lebih besar dibandingkan dengan TA 2016 karena pada tahun 2015 mendapat APBNP
sekitar 1 miliar. Sedangkan Pagu anggaran untuk TA 2016 setelah mendapatkan APBNP sebesar 4 miliar dan mendapatkan
penghematan sebesar 450 juta pagu anggaran 2016 menjadi Rp. 15.175.999.000. Sampai dengan tanggal 31 Desember
2016 realisasi anggaran per jenis belanja adalah sebagai berikut: 1) Belanja Pegawai realisasi mencapai 94,28% (kriteria
sangat berhasil); 2) Belanja Barang Operasional realisasi mencapai 97,31% (kriteria sangat berhasil); 3) Belanja Barang Non
Operasional mencapai 94,52% (kriteria sangat berhasil), atau rata-rata realisasi total DIPA Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi mencapai Rp. 14.391.772.029 (94,83%) tergolong kategori sangat berhasil.
Dalam hal akuntabilitas keuangan, LAKIN Balitklimat ini baru dapat menginformasikan realisasi penyerapan anggaran
dan belum menginformasikan adanya efisiensi penggunaan sumber daya. Hal ini karena sampai saat ini sistem penganggaran
yang ada belum sepenuhnya berbasis kinerja, sehingga salah satu komponen untuk mengukur capaian efisiensi, yaitu standar
analisis biaya belum ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Tabel 14. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja Balitklimat 2015-2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 93
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Tahun 2016 penerimaan umum jauh melebihi taget dikarenakan ada
pengembalian uang negara terkait tuntutan ganti rugi gedung/bangunan dan
pengembalian belanja barang. Penerimaan fungsional (pendapatan sewa
gedungmess) tidak memenuhi target dari yang ingin dicapai. Target Penerimaan
dan capaian PNBP 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Perbandingan Target Penerimaan dan capaian PNBP 2015-2016
Jenis penerimaan
2015
%
2016
%
Target Capaian Target Capaian
Umum 20.000.000 17.093.147 50,3 23.600.000 128.338.376 543,81
Fungsional 26.900.000 16.940.000 49,7 25.900.000 12.010.000 46,37
Jumlah 46.900.000 34.033.147 72,56 49.500.000 140.348.376 283,53
PNBP tahun 2015 mengalami penurunan di penerimaan umum karena
keterlambatan penyelesaian pekerjaan gedung/bangunan. Untuk penerimaan
fungsional mengalami penurunan karena Gedung mess Balitklmat di renovasi. Pada
tahun anggaran 2016, Balai Penelitan Agroklimat dan Hidrologi menetapkan target
PNBP sebesar Rp. 49.500.000,-. Selama tahun 2016 jumlah penerimaan negara
sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP) adalah sebesar Rp.140.348.376,-
terdiri atas: penerimaan umum Rp. 128.338.376,-(543,8%) dan fungsional
Rp.12.010.000,-(46,37%). Capaian PNBP tahun 2016 mengalami kenaikan di
penerimaan umum karena ada pengembalian uang negara terkait tuntutan ganti
rugi gedung/bangunan dan pengembalian uang dari belanja barang. Untuk
penerimaan fungsional mengalami penurunan dari sewa mess Balitklimat.
3.4. Kegiatan Kerjasama
Pada tahun 2016, Baliktlimat tidak mempunyai kegiatan kerjasama baik dalam
negeri maupun luar negeri.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 94
PENUTUP
Laporan Kinerja Satuan Kerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ini
disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian
pelaksanaan kegiatan SATKER Balitklimat dalam menggunakan anggaran DIPA
tahun 2016.
Capaian sasaran Balitklimat tahun 2016 diukur dengan 3 (lima) indikator
kinerja yaitu teknologi, rekomendasi, diseminasi. Sasaran yang dicapai pada tahun
anggaran 2016, antara lain untuk meningkatkan kualitas perencanaan, monitoring,
evaluasi, pengendalian internal, diseminasi hasil penelitian, pengadaan penunjang
penelitian serta membina kerjasama yang sinergis di bidang penelitian agroklimat
dan hidrologi dengan institusi baik di dalam maupun luar negeri. Sampai dengan 31
Desember 2016, kinerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi telah tercapai dan
melebihi target yang ditetapkandengan rata-rata tingkat capaian di atas 100%
(sangat memuaskan).Keberhasilan pencapaian sasaran secara umum didukung oleh
sumber daya yang handal, terutama SDM peneliti, litkayasa, analis, dan tenaga
administrasi yang menunjukkan kegigihan dan komitmen yang tinggi. Selain
dukungan dari SDM, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk
terlaksananya seluruh kegiatan.
Faktor-faktor penghambat/kendala yang dihadapi dalam pelaksanakan
kegiatan penelitian antara lain antara lain: faktor alam, faktor fisik dan faktor SDM.
Faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik penyakit, serta perubahan
iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan sekunder secara spasial dan
temporal, keterbatasan jumlah stasiun pengamat iklim dan hidrologi; faktor
SDMberupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dantingkat adopsi
petani terhadap teknologi yang masih rendah. Dengan komitmen dan usaha yang
kuat, seluruh kendala tersebut bisa diatasi sehingga seluruh kegiatan dapat
terselesaikan tepat waktu.
Komitmen pimpinan yang tinggi untuk terus meningkatkan kualitas kinerja,
dibuktikan dengan terus dilakukannya pembinaan etos kerja terhadap satker
Balitklimat dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan, meningkatkan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumber daya yang ada, serta
memperbaiki fungsi manajemen, terutama pada tahap perencanaan dan
pemantauan.
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 95
No N a m a Jabatan Penanggung Jawab
1. Dr. Ir. Harmanto, M.Eng. Kepala Balitklimat Penanggungjawab
2.
3.
Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, MS
Rasta Sujono, SE., M.Si.
Koordinator Program
dan Evaluasi
Kasie Yantek
Ketua
Sekretaris
4.
5.
6.
7.
8.
Gina Maulana Kurnia, ST
Dian Maya Sari, STP
Risqa Nurkhaida S.R, STP
Drs. Ganjar Jayanto
Haryono, SP., MM
Staf Seksi Yantek
Staf Seksi Yantek
Staf Seksi Yantek
Kasubag TU
Kasie Jaslit
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Kontributor:
1.
2.
3.
4.
5.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dr. Ir. Nono Sutrisno, MS
Dr. Ir. Yayan Apriyana, M.Sc.
Ir. Hendri Sosiawan, CESA
Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA
Dr. Ir. Nani Heryani, M.Si.
Ir. Sidik Haddy Tala’ohu, MM
Dr. Elza Surmaini, M.Si
Adang Hamdani, SP, MSi
Ir. Erni Susanti, M.Sc.
Dr. Ir. Aris Pramudia, MS
Dr. Ir. Suciantini, M.Si
Kelti Hidrologi
Ka. Kelti Agroklimat
Ka. Kelti Hidrologi
Kelti Hidrologi
Kelti Hidrologi
Kelti Hidrologi
Kelti Agroklimat
Kelti Hidrologi
Kelti Agroklimat
Kelti Agroklimat
Kelti Agroklimat
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Lampiran 1. Tim Penyusun LAKIN Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 96
Lampiran 2. Struktur Organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Dr. Ir. Harmanto, M.Eng
Kepala Seksi Pelayanan Jasa
Haryono, SP, MM
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Drs. Ganjar Jayanto
Kepala Seksi Pelayanan Teknis
Rasta Sujono, SE, M.Si
Kelompok Peneliti Hidrologi
Kelompok Peneliti Agroklimat
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 97
No.
Sasaran Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1. Tersedianya data,
informasi geospasial/peta,
sistem informasi, teknologi, dan
rekomendasi
pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya air dan iklim pertanian
mendukung sistem
pertanian berkelanjutan
a. Jumlah Teknologi
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim
Pertanian Mendukung Sistem Pertanian
berkelanjutan
b. Jumlah Rekomendasi
Kebijakan
Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber
Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta
Perubahan Iklim
5 Teknologi, terdiri atas:
1. Teknologi informasi kalender tanam terpadu
tanaman padi pada lahan sawah seluruh Indonesia
2. Teknologi informasi Key
Area keragaman iklim seluruh
IndonesiaMendukung UPSUS PJK
3. Teknologi pengelolaan
sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan
Berbasis Model Food Smart Village
4. Teknologi pemanfatan
sumber energi alamiah untuk optimalisasi
pengelolaan sumberdaya air (Pompa Air Tenaga
Surya) 5. Teknologi penentuan
penciri iklim mikro untuk
peningkatan produktivitas tanaman
6 Rekomendasi, terdiri atas:
1. Rekomendasi strategi serta
rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko
untuk penyelamatan dan pengamanan produksi
pangan
Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 98
No.
Sasaran Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
2. Rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim
berdasarkan tingkat kerentanan terhadap
anomali iklim di Jawa dan
Sulawesi 3. Rekomendasi desain
pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi di
Lampung 4. Rekomendasi kebijakan
pemanfaatan lahan
berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah
pada kawasan pengembangan PJKU yang
potensial dan berpeluang
untuk penerapan IP 300 5. Rekomendasi kebijakan
antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan pada
kawasan/wilayah khususnya pada lahan
gambut, terutama terkait
dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim
6. Rekomendasi pengelolaan air di lahan rawa lebak di
Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kalsel
2. Terselenggaranya
diseminasi hasil penelitian agroklimat
dan hidrologi
Jumlah produk inovasi
yang terdistribusikan: a. Jumlah Publikasi
4 Publikasi, terdiri atas:
1. Buletin agroklimat dan hidrologi (2 edisi)
2. Laporan tahunan agroklimat dan hidrologi (1
edisi)
3. Info agroklimat dan
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 99
No.
Sasaran Program/
Kegiatan
Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
b. Jumlah KTI
c. Jumlah HKI
hidrologi ( 6 edisi) 4. Booklet/monograf
agroklimat dan hidrologi (2 edisi)
2 KTI, terdiri atas: 1. Prosiding (9 buah)
2. Jurnal nasional dan internasional (9 buah)
1 HKI, terdiri atas:
Atlas desain irigasi 21 KP
lingkup Balitbangtan
Kegiatan
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Anggaran (Revisi DIPA 4)
Rp. 15.175.999.000
Bogor, Agustus 2016
Kepala Balai Besar Litbang
Sumber Daya Lahan Pertanian
Kepala Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi
Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr NIP. 196406231989031002
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 196804151992031001
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 0
No. Kode/Nama Kegiatan/output Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Persentase
Realisasi (%)
1. 1 1800. Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian
15.175.999.000 14.391.772.029 94,83%
2. 2 1800.102. Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian (tanah, air, dan lingkungan pertanian
2.463.100.000 2.426.004.000 98,49%
3. 3 1800.006. Diseminasi Inovasi Teknologi Pengelolaan Sumber daya Lahan Pertanian
235.200.000 233.177.000 99,14
4. 1800.007. Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian
3.826.900.000 3.446.143.750
90,05%
5. 1800.108. Dukungan Manajemen Litbang SUmberdaya Lahan
1.924.800.000 1.881.313.300 97,74%
6. 1800.994. Layanan Perkantoran 6.725.999.000 6.405.133.979 95,23%
Lampiran 4. Pagu dan Realisasi Per Output Balitklimat TA 2016
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 1
Lampiran 5. IKU Tahun 2015 – 2019